Download - Laporan Kasus PPI

Transcript

LAPORAN KASUS RSUD JOMBANG

Identitas:

Nama: Ny. L

Umur: 28 tahun

Status: menikah 1x selama 12 tahun

Pekerjaan: IRT

Pendidikan: SMA

Nama suami: Tn. Y

Umur: 32 tahun

Pasien datang: 16-9-2015

S: Pasien kiriman dari PKM Blimbing gudo dengan diagnosis dari PKM GII P1001

UK 34-35. Pasien mengeluh perut terasa kencang-kencang jam 02.00, keluar lendir darah pervaginam.

HPHT: 10-01-2015

TP: 17-10-2015

UK: 35-36 minggu

RPD: HT(-), DM (-)

Riwayat kehamilan: I. Perempuan/ 8 bulan/ 2800g/ spontan/ di bidan/ 11 tahun

II. Hamil ini

Riwayat ANC: Bidan 10x, SpOG 1x (USG 1x)

Riwayat KB: KB suntik Stop kb 5 tahun yll.

O: Status umum

KU: Compos mentis

TD: 130/70 N: 88

RR: 20 S: 37.8

Status Obstetri

TFU 33cm, letkep, puki

DJJ 152x/menit

HIS +

Fluksus Aktif

VT 1cm/<25%/bagi terendah janin masih tinggi/UPD-N

A: GII P1001 UK 35-36 minggu THIU + TBJ 2589gr

P: Bed rest

NST, USG, Cek DL, UL Vaginal Swab

Obs HIS, DJJ

Nifedipin 30 mg 2x selang 8 jam dilanjutkan nifedipn 3x 20 mgsampai 2x24 jam

Inj Dexamethason 2x6mg IM selama 2x 24 jam

Bila 2x 24 jam HIS – DJJ + baik pro krs kontrol poli kandungan

16/9/2015

S : px mengeluh kenceng-kenceng

O : T=130/70 N 88x S36.5

His + jarang, DJJ 134x/menit

A: GIIP1001 A0 35/36minggu THIU + PPI

P : Nifedipine tokolitik

Inj Dexa 2x6mg selama 2 hari

Obs HIS dan DJJ

17/9/2015

S : Kenceng-kenceng sudah jarang dirasakan

O : T: 100/70 N 86 S 36 RR 20 HIS – jarang DJJ 154x/menit

A : GII P1001 A0 35/36minggu + PPI

P : obs TTV / DJJ/ HIS

Inj Dexa 2x6mg

Bed Rest

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal

yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.

Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang

organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar

kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan

morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1 

Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.

Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,

seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan

kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm

bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada

kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel

limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.

Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus

persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian

Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi

korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi

jalan lahir dengan kelahiran prematur.1,2

B. Faktor Risiko Prematuritas

Mayor

1. Kehamilan multipel

2. Hidramnion

3. Anomali uterus

4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali

7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya

8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm

9. Riwayat operasi konisasi

10. Iritabilitas uterus

Minor

1. Penyakit yang disertai demam

2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu

3. Riwayat pielonefritis

4. Merokok lebih dari 10 batang perhari

5. Riwayat abortus pada trimester II

6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;

atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.

Persalinan premature disebabkan :

1. Faktor kehamilan

a. Perdarahan antepartum.

b. Hamil usia muda, grandemultipara, dan interval pendek

c. PROM-ketuban pecah dini.

d. Kehamilan hidramnion

e. Gangguan keseimbangan hormonal.

f. Serviks inkompeten dan kelainan anatomis uterus.

g. Idiopatik dengan meningkatnya reseptor :

- Oksitosin.

- Inositol trifostase (IP3)

h. Pre-eklampsia-eklampsia.

2. Faktor individu

a. Keadaan sosial ekonomi rendah:

- Kerja keras hamil tua

- Gizi kurang/anemia

a. Penyakit sistemik bumil:

- Paru, jantung, dan liver- DM

- Hipertensi.

- Infeksi organ vital.

b. Infeksi kehamilan:

- Korioamnionitis.

- Servisitis-endometritis.

- Infeksi plasenta.

C. Kriteria Diagnosis

1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari

2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:

nyeri pinggang belakang

rasa tertekan pada perut bagian bawah

terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam

terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat

lendir bercampur darah.

Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:

1. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit

2. terjadi perubahan progresif serviks:

pembukaan lebih dari 1 cm

perlunakan sekitar 75-80%

penipisan serviks

D. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan kultur urine

Pemeriksaan gas dan pH darah janin

Pemeriksaan darah tepi ibu

Jumlah lekosit

C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi

akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi

polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C.

CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.

2. Pemeriksaan ultrasonografi

Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm

(USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks

transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina

terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.

E. Penatalaksanaan3,4,5

Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang

mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk

meningkatkan keluaran neonatal.

1. Akselerasi pematangan fungsi paru

Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x

selang 24 jam. Atau dexamethasone 6 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.

Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-

iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol

juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid

yang berperan dalam pembentukan surfaktan.

2. Pemberian tokolitik

Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik

0 1 2 3 4

Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -

Ketuban

pecah

Tidak ada - Tinggi/tidak

jelas

- Rendah/pecah

Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -

Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm

Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya

hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.

Golongan beta-mimetik : Isoxsuprine hcl

o Salbutamol Perinfus : 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari

(maintenance) atau :

o Terbutalin Per infuse : 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6 jam.

Per oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)

Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi

miokardial, edema paru

3. Magnesium sulfat

Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam

(maintenance)

Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu

dan bayi)

F. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,5

Mutlak

Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.

Relatif

Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,

pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

G. Cara persalinan

1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan

perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.

2. Indikasi seksio sesarea :

Janin sungsang

Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,

ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. Bila syarat pervaginam tidak

terpenuhi

Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan

sebagainya).

Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di

bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.

Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka

perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit

berkurang.

H. Penyulit

1. Sindroma gawat nafas (RDS)

2. Perdarahan intrakranial

3. Trauma persalinan

4. Paten duktus arteriosus

5. Sepsis

6. Gangguan neurologi

I. Komplikasi

1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi

mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi

preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)

menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki

risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis

neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih

besar.

2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).

Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas

dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara

dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang

disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan

tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan

dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.

Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya

terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan

lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan

oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam

sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung

melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).

3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks

menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau

serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi

prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa

menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin

belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa

digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak

yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan

intraventrikuler) atau cedera .

4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian

makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan

membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu

yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung

yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang

diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan

bayi muntah.

5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)

6. Displasia bronkopulmoner.

7. Jaundice.

Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk

membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)

dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,

memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang

dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).

Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena

kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.

Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan

perbaikan fungsi pencernaan bayi.

8. Infeksi atau septikemia.

9. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka

belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.

Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.

Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi

(peradangan pada usus).

10. Anemia .

11. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa

tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).

12. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

Keterbelakangan mental dan motorik.janin antara 33-100%

EVIDENCE BASED