Download - laporan fieldtrip herbarium

Transcript
Page 1: laporan fieldtrip herbarium

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium merupakan obyek studi utama yang tak

ternilai harganya. Tidak mengherankan bila gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan

bangunan yang megah dengan tokoh-tokoh kenamaan. Sesuai dengan ruang yang tersedia dalam

gedung herbarium, koleksi herbarium baik kering maupun basah dipisah-pisah dan ditata di ruang

yang tersedia untuk masing-masing takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam

lembaga tersebut. Terdapat ruang-ruang khusus untuk Cryptogamae, Phanerogamae, Algae, Fungi,

Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae. Selanjutnya, koleksi disusun lagi

berdasarkan takson yang lebih rendah dan ditata menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993).

Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain

berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah

pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu

pengetahuan.

Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan

khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi

herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat

herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di

wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang

berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia.

Spesimen yang tersimpan di gedung ini ada diantaranya sudah berumur ratusan tahun,

terbukti pada label tempel tertulis tahun pembuatan 1823 yang berarti specimen tersebut diabuat tahun

1923 dan dilengkapi pula dengan lokasi pengambilan spesimen. Lokasi tempat pengambilan spesimen

tersebut kemungkinan sekarang telah beralih fungsi menjadi fungsi lain seperti perkebunan,

pemukiman, perkantoran atau bentuk lain.

Dalam herbarium-herbarium tertentu, spesimen herbarium yang disimpan dimasukkan dalam

map/sampul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing menunjukkan wilayah geografis

asal spesimen-spesimen tersebut. Dengan demikian berarti untuk masing-masing spesimen yang

tersimpan dalam herbarium mengandung informasi mengenai distribusi geografisnya (Tjitrosoepomo,

1993).

Koleksi herbarium basah disimpan dalam ruang tersendiri yang terpisah dari ruang untuk

herbarium kering. Penataan dalam ruang diatur seperti yang dilakukan terhadap koleksi herbarium

kering, yaitu dipisah-pisah menurut takson kategori besar, selanjutnya dalam masing-masing takson

kategori di bawahnya disusun menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993).

Page 2: laporan fieldtrip herbarium

Bila herbarium basah itu merupakan bagian dari suatu spesimen, bagian lainnya diproses

sebagai herbarium kering (misalnya bunga, buah, atau organ lain yang terlepas dan dianggap perlu

untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk herbarium basah), maka nomor dan informasi-

informasi yang harus dicantumkan dalam tabel selain yang langsung menyangkut sifat-sifat bahan

yang diawetkan secara basah itu sendiri (nama kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus

disesuaikan dengan yang dimuat dalam label pada herbarium kering (Tjitrosoepomo, 1993).

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang ada tersebut maka didapat tujuan dari pelaksanaan Field Trip

mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui tata cara pembuatan herbarium baik yang kering maupun yang basah.

2. Mengetahui tata cara penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Herbarium

Bogoriense.

3. Menambah perbendaharaan pengetahuan melalui pengamatan secara langsung baik.

Page 3: laporan fieldtrip herbarium

BAB II

HERBARIUM

A. Definisi dan fungsi

Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan

obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di

Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan

melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara

sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya

disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Anonim ).

Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau

kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga

dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan

untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan

herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk,

2005). Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan

penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada

pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat

dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun

kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan

yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang

dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).

Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan

herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai

tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus

mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan

seluruh informasi yang tidak nampak spesimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).

Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi

sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan

specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi

specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang

dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka

pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat

di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat.

Page 4: laporan fieldtrip herbarium

Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah

di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).

Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan takson tumbuhan, ia

mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan

penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti

survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi

dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini

menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan benar (Setyawan

dkk, 2005).

B. Institusi Herbarium Internasional

Pada setiap negara memiliki keberagaman spesies tumbuhan sehingga di setiap negara pasti

memiliki sebuah intitusi herbarium yang menyimpan spesies yang terdapat pada daerah sendiri,

walaupun tidak hanya satu institusi saja dalam satu negara tapi pastinya ada satu institusi herbarium

terbesar yang dijadikan sebagai institusi internasional. Institusi-institusi ini nantinya bergabung dalam

forum taksonomi internasional dalam sharing keberagaman dan peraturan-peraturan dalam taksonomi.

Berhubungan dengan taksonomi karena salah satu fungsi herbarium sebagai bahan rujukan kegiatan

taksonomi. Dan berikut merupakan beberapa contoh museum herbarium yang terbesar dan

menyimpan banyak sekali koleksi spesies tumbuhan yang dijadikan herbarium, yaitu :

Museum Nasional d'Histoire Naturelle (P) (Paris, Prancis)

New York Botanical Garden (NY) (Bronx, New York, USA)

Komarov Botanical Institute (LE) (St. Petersburg, Rusia)

Royal Botanic Gardens (K) (Kew, Inggris, UK)

Conservatoire et Jardin botaniques de la Ville de Genève (G) (Jenewa, Swiss)

Missouri Botanical Garden (MO) (St. Louis, Missouri, USA)

Museum Sejarah Alam (BM) (London, Inggris, UK)

Harvard University (HUH) (Cambridge, Massachusetts, USA)

Museum of Natural History of Vienna (W) (Wina, Austria)

Swedish Museum of Natural History (S) (Stockholm, Swedia)

Amerika Serikat National Herbarium (Smithsonian Institution) (AS) (Washington, DC, USA)

Nationaal Herbarium Nederland (L) (Leiden, Belanda)

Université Montpellier (MPU) (Montpellier, Prancis)

Université Claude Bernard (LY) (Villeurbanne, Prancis)

Herbarium Universitatis Florentinae (FI) (Florence, Italia)

National Botanic Garden of Belgium (BR) (Meise, Belgia)

Universitas Helsinki (H) (Helsinki, Finlandia)

Page 5: laporan fieldtrip herbarium

Botanischer Garten und Botanisches Museum Berlin-Dahlem, Zentraleinrichtung der Freien

Universität Berlin (B) (Berlin, Jerman)

The Field Museum (F) (Chicago, Illinois, USA)

University of Copenhagen (C) (Copenhagen, Denmark)

Cina National Herbarium, (Akademi Ilmu Pengetahuan Cina) (PE) (Beijing, Republik Rakyat

Cina)

Universitas dan Jepson Herbarium (UC / JEPS) (Berkeley, California, USA)\

Herbarium Bogoriense (BO) (Bogor, Jawa Barat, Indonesia)

Royal Botanic Garden, Edinburgh (E) (Edinburgh, Skotlandia, Inggris)

Herbarium Hamburgense (HBG) (Hamburg, Jerman)

Sebagai contoh adalah Missouri Botanical Garden, Missouri Botanical Garden adalah taman

botani yang terletak di St. Louis, Missouri. Hal ini juga dikenal sebagai taman Shaw untuk pendiri dan

dermawan Henry Shaw. Didirikan pada tahun 1859, Missouri Botanical Garden adalah salah satu

lembaga botani tertua di Amerika Serikat dan National Historic Landmark. Serta National Register of

Historic Places. Taman nya adalah pusat penelitian botani dan ilmu pendidikan yang bereputasi

internasional, serta sebuah oasis di kota St Louis, dengan 79 hektar (32 ha) dari layar hortikultura. Ini

termasuk 14-acre (5,7 ha) kebun berjalan-jalan Jepang bernama Seiwa-en, Konservatorium Climatron

kubah geodesik, taman anak-anak, termasuk sebuah desa pelopor, taman bermain, daerah air mancur

dan sistem penguncian air, agak mirip dengan sistem penguncian di Terusan Panama, kamp Osage

dan rumah asli dari tahun 1850 milik Henry Shaw. Hal ini berbatasan dengan Tower Grove Park,

tempat lain yang diberikan oleh Shaw.

Sedangkan di negara kita sendiri ada Herbarium Bogoriense atau yang dikenal dengan BO (kode

Internasional), Herbarium Bogoriense merupakan herbarium yang memiliki koleksi terlengkap dan

tertua di Asia Tenggara, atau nomor 3 terbesar di seluruh dunia. Gedung tersebut saat ini berusia

sekitar 164 tahun dan memiliki arti penting dalam dunia ilmu pengetahuan, baik dalam maupun luar

negeri karena mempresentasikan kekayaan dan keanekaragaman hayati Indonesia baik yang berupa

flora, khususnya flora tropika Indonesia. Gedung Herbarium Bogoriense LIPI menempati lahan seluas

4,8 hektar, dengan total luas bangunan 11.331 M2, terdiri dari 4 blok yaitu laboratorium penelitian

mikrobiologi, laboratorium penelitian botani, gedung Herbarium Bogoriense dan fasilitas

administrasi. Layout serta design dengan standar laboratorium internasional ini didesign oleh pihak

jepang, dibantu oleh para peneliti PUSLIP biologi LIPI sebagai pengguna gedung.

C. Koleksi

Page 6: laporan fieldtrip herbarium

Contoh koleksi herbarium dari Missouri Botanical Garden Herbarium yang merupakan salah satu

sumber daya penelitian yang luar biasa di dunia untuk spesimen dan informasi di bryophytes dan

tanaman vaskular. Koleksi ini terbatas pada dua kelompok utama tanaman. Pada 1 Januari 2013

koleksi yang terdapat 6.370.000 spesimen (5,8 juta tanaman vaskular dan 538.000 bryophytes).

Herbarium di MO dibagi antara dua bangunan. Bryophytes, pteridophytes, Gymnosperma, Monocots

dan Dicots melalui Fabaceae (keluarga 128) berlokasi di Gedung Lehmann, di ujung selatan dari

lapangan Garden, sementara dikotil keluarga dari pandaceae (128A keluarga) melalui Asteraceae

(keluarga 280) berada di Monsanto Pusat (4500 Shaw Blvd.). selain itu memiliki koleksi khusus

seperti Bank DNA tumbuhan Sebagai bantuan untuk penelitian di filogenetik molekuler Herbarium

mempertahankan koleksi bahan khusus ditujukan untuk ekstraksi DNA. Ahli botani di Missouri

Botanical Garden mengumpulkan sampel daun, menjaga mereka di gel silika dan menyimpannya di -

20º C. Karena sampel secara hati-hati disiapkan dan disimpan, mereka cenderung memberikan hasil

yang lebih baik dari kualitas DNA yang lebih tinggi dari bahan herbarium.

Sedangkan koleksi Herbarium Bogoriense memiliki Specimen terdiri koleksi kering dan basah

(yang disimpan dalam alkohol), karpologi dan fosil. Kurang lebih 14.000 koleksi type specimen yang

dimiliki kini sudah 80 persen terdigitalisasi, sedangkan specimen yang lainnya masih dlm proses

pengerjaan. Merupakan hal yang tidak mudah dalam merawat asset dunia dengan kondisi Indonesia

yg mempunyai kelembaban yang tinggi, sehingga perlu kehati hatian dan pengamatan khusus bulanan

untuk chek keadaan koleksi specimen. Dengan semakin berkembangnya ilmu yang semakin pesat

maka koleksi specimen di Herbarium Bogoriense juga ditunjang dengan keberadaan laboratorium

yang cukup lengkap.

Terdapat sekitar 2.000.000 contoh specimen (tumbuhan) yang tidak hanya berasal dari dalam

negeri, tetapi juga tumbuhan tropis kawasan yang disebut kawasan Malaysia. Kawasan biogeografi

tersebut melingkupi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Papua Nugini, dan

Timor Leste yang terdiri dari herbarium (contoh tanaman atau bagian tanaman) kering, herbarium

basah, buah kering, biji-bijian, tanaman paku-pakuan, lumut, serta spesimen bukti penelitian ekologi

tumbuhan.

BAB III

Page 7: laporan fieldtrip herbarium

METODOLOGI

( Tahap-Tahap Herbarium di LIPI Cibinong )

A. Proses Pembuatan Herbarium Kering

1. Pengambilan Spesimen

Saat pengambilan specimen harus memperhatikan beberapa hal yaitu, dalam

pengoleksian bagian-bagiannya harus selengkap mungkin. Jika tanaman berukuran kecil

maka mengoleksi secara menyeluruh yaitu dari akar, batang, daun, bunga maupun buah.

Tetapi jika tanaman berukuran besar maka mengoleksinya hanya daun, bunga maupun buah.

Spesimen yang sudah didapat, ditaruh di dalam Koran lalu dimasukkan ke dalam plastic dan

diberikan alcohol 70% atau spiritus yang mudah didapat. Diberikan alcohol agar tanaman

tidak cepat rusak dan tidak terdapat jamur.

2. Pemberian Nama

Pada tanaman yang sudah diambil, langsung diberikan nama specimen, nama

kolektor dan tanggal pengambilan. Kemudian pada buku koleksi dibuat catatan seperti tempat

tumbuh, tinggi tempat, keadaan lingkungan, warna, bau, bagian-bagian dalam tumbuhan

(besar populasi), dan lain-lain.

3. Mengganti Kertas Koran

Setelah specimen tiba di LIPI Cibinong dan masuk ke ruang pengeplakan. Koran

diganti pada specimen yang tidak mudah rusak, tetapi pada specimen yang mudah rusak

setelah pemberian alkohol kemudian meletakkan ke dalam koran baru untuk menyerap

alkohol.

4. Menata Spesimen pada Sasak

Setelah mengganti kertas Koran, specimen ditata untuk proses selanjutnya yaitu

pengeringan. Terdapat urutan menata specimen pada sasak yaitu, sasak, seng gelombang,

kertas koran, spesimen, kertas koran, seng gelombang, dan selanjutnya hingga 5 – 8

tumpukan kemudian mengikatkan dengan menggunakan tali hingga kuat. Hal ini bertujuan

untuk mengepress spesimen agar mendapatkan panas yang merata sehingga spesimen tidak

mudah rusak.

5. Pengeringan

Pengeringan specimen bertujuan agar specimen tersebut tidak membusuk(terdapat

jamur) dan tahan lama karena berguna untuk proses identifikasi dan pengoleksian specimen.

Ada 2 proses pengeringan yang dilakukan oleh LIPI Cibinong, yang pertama menggunakan

oven listrik dan yang kedua menggunakan oven arang, tetapi yang lebih sering digunakan

yaitu dengan menggunakan oven listrik. Pengeringan specimen menggunakan oven listrik

sampai 2 atau 3 hari. Oven listrik sangat efisien karena dari sudut mana saja specimen

Page 8: laporan fieldtrip herbarium

mendapatkan panas yang merata. Tetapi jika oven arang setiap hari specimen harus di ubah

posisinya supaya specimen mendapatkan panas yang merata.

6. Penataan Spesimen

Penataan spesimen harus memperhatikan beberapa hal misalnya dalam hal penataan

daun dimana dalam penataan daun harus diperlihatkan permukaan atas dan permukaan bawah

daun.

7. Identifikasi

Identifikasi bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri specimen tersebut, dan selanjutnya

di klasifikasikan, biasanya terdapat pembanding specimen yang sudah ada. Alat-alat yang

digunakan dalam proses identifikasi ini yaitu specimen yang sudah di herbarium kan, buku

pedoman identifikasi, pembanding spesimen yang sudah ada.

8. Mounting

Mounting ini merupakan proses penempelan specimen pada kertas plak, kertas plak ini

tidak sembarang kertas tetapi berstandar umum acid free yang dapat bertahan lama kurang

lebih 10 tahun. Dalam proses penempelan, pada batang biasanya melakukan pengikatan

dengan cara menjahit, terdapat pula penempelan dengan teknologi terbaru yang diterapkan

oleh LIPI Cibinong yaitu dengan menggunakan isolatip khusus yang bisa menempel dengan

menggunakan alat pemanas seperti solder. Cara ini memudahkan pada proses mounting,

karena isolatip ini tidak menempel pada specimen dan hanya menempel disamping specimen.

Isolatip ini lebih efisien dibanding dengan isolatip yang biasanya Karena isolatip ini tahan

lama dan tidak merusak specimen. Jika terdapat bagian specimen yang terpisah dari

specimennya maka ditaruh diamplop dan ditempelkan di bagian kiri atas pada kertas plak,

sekecil apapun yang terlepas dari spesimennya maka harus di simpan dan di ditaruh

diamplop.

9. Proses Penyimpanan

Proses penyimpanan specimen ini harus sangat diperhatikan, saat ini di LIPI

Cibinong menggunakan ruangan yang ber AC dan diatur suhu nya, karena kelembapan

ruangan sangat berpengaruh sekali terhadap specimen. Jika specimen tidak cocok dengan

kelembapan yang ada, bisa mengakibatkan adanya serangga pada specimen tersebut. Pada

proses penyimpanan, specimen harus diadakan pemeriksaan secara rutin dikarenakan

kelembaban udara di negara cukup tinggi.

10. Penyimpanan pada Herbarium Kering

Penyimpanan dilakukan ditempat yang bersuhu 18⁰C dan kelembapan 50 %.

Penyimpanan herbarium pada almari besi dipisah-pisahkan antara jamur, alga, lichen, paku,

gymnospermae, monokotil dan dikotil setelah itu masih diurutkan lagi berdasarkan alphabet

dari famili, genus hingga ke spesies dan lokasi ditemukannya semua diurutkan secara

alphabet. Selain yang dapat diurutkan berdasarkan abjad dari nama kelas, genus dan spesies

Page 9: laporan fieldtrip herbarium

ada juga yang tidak dapat diurutkan berdasarkan abjad karena merupakan spesimen yang

undefinied. Untuk herbarium yang berukuran besar penyimpanan diurutkan secara berseri.

Penyimpanan herbarium yang demikian ini dilakukan agar memudahkan dalam pencarian

datanya. Musuh dari spesimen yang dibuat herbarium di daerah tropis adalah jamur dan

serangga oleh karena itu harus memeriksa secara rutin. Di LIPI cabang botani ini, untuk

herbarium setiap takson memiliki beberapa teknisi tersendiri dan frekuensi pemeriksaan yang

kadang berlainan misal seminggu sekali atau dua kali. Apabila pada saat pemeriksaan didapati

herbarium alas kertasnya sudah hampir rusak karena termakan usia maka pertanda harus

segera dilakukan remounting (penempelan ulang).

B. Proses Pembuatan pada Herbarium Basah

Mengawetkan specimen dengan cara herbarium basah ditujukan kepada specimen yang

ukurannya besar dan tidak bisa diawetkan dengan cara koleksi kering. Koleksi basah bertujuan untuk

mengawetkan specimen yang besar dan bentuknya tetap atau tidak berubah sehingga dapat

menunjukkan perawakannya pada saat masih hidup atau belum diawetkan. Hal yang terpenting dalam

proses ini untuk herbarium basah adalah spesimen terendam alkohol 70 % atau 90 % agar tidak

diserang jamur. Apabila alkohol yang digunakan untuk merendam spesimen yaitu alkohol 70 % atau

alkohol 90 % surut dan sudah keruh maka diganti dengan alkohol yang baru. Botol yang digunakan

sebagai wadah diisi dengan peratin agar kedap udara. Jika membandingkan dengan herbarium kering

maka pembuatan herbarium basah lebih mudah. Namun demikian herbarium basah memiliki

kelemahan yaitu warna spesimen akan hilang dan juga harus dilakukannya penggantian alkohol

selama beberapa tahun sekali (tergantung sifat spesimen). Terkadang, penutup botol tidak bisa dibuka,

maka dari itu warna alcohol yang terdapat di dalam botol berwarna hitam.

BAB IV

HERBARIUM BOGOR

Page 10: laporan fieldtrip herbarium

A. Sejarah Singkat dan Profil Umum

Pusat Penelitian Biologi merupakan salah satu Pusat Penelitian di bawah koordinasi Kedeputian

Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selain Pusat

Penelitian Bioteknologi dan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Pusat Penelitian

Biologi membawahi satu Bagian Tata usaha dan empat Bidang yaitu Bidang Botani (Herbarium

Bogoriense, Treub dsb.), Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense), Mikrobiologi dan Bidang

Sarana dan Pengelolaan Koleksi.

Pusat Penelitian Biologi semula dikenal dengan nama Lembaga Biologi Nasional (LBN). LBN

yang dibentuk pada tahun 1962, pada awalnya adalah bagian dari Lembaga Pusat Penyelidikan Alam

(LPPA) yang berada di bawah naungan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Seiring dengan

perubahan waktu dan kondisi di Indonesia, MIPI berubah menjadi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia), kemudian pada tahun 1986, Lembaga Biologi Nasional berubah menjadi Pusat Penelitian

dan Pengembangan Biologi, dan sejak tahun 2000 diubah menjadi Pusat Penelitian Biologi.

Gedung Herbarium Bogoriense, yang berada di dalam komplek Cibinong Science Center (CSC)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar)

diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan luas sekitar 189,6 hektar. CSC LIPI

sendiri, merupakan kawasan zona hijau, yang sebelumnya bernama "Life Science Center" LIPI, dan

oleh Presiden RI I, Ir Soekarno dicanangkan sebagai kompleks penelitian sejak 1964, yang kini

dikembangkan menjadi acuan perkembangan penelitian hayati di Indonesia. "Gedung Herbarium

Bogoriense, adalah herbarium terlengkap dan tertua di Asia Tenggara, serta nomor tiga terbesar di

seluruh dunia," kata Kepala Bagian Humas LIPI, Murti Martoyo. Selain Herbarium Bogoriense, pada

saat bersamaan juga diresmikan Gedung Mikrobiologi. Sebelumnya, gedung Herbarium Bogoriense

dan Mikrobiologi yang menyimpan jutaan koleksi contoh tumbuhan dan ribuan mikroba itu,

menempati bangunan yang menyatu dengan Puslit Biologi di Jl Ir H Djuanda, Kota Bogor. Pada

Gedung yang sekarang berusia 164 tahun itu, koleksinya meliputi herbarium kering, herbarium basah,

tumbuhan fosil, hingga tumbuhan berbiji serta mikroba jamur. Sementara itu, dalam keterangan yang

disampaikan Kantor Informasi dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang di Indonesia,

menyebutkan, fasilitas kedua gedung baru itu, yang merupakan fasilitas inti bagi penelitian

keanekaragaman hayati di Indonesia terutama botani dan mikrobiologi dibangun dengan bantuan

hibah dari Jepang. Pertukaran dan penandatanganan kerjasama itu dilakukan melalui nota pada 26 Juli

2004, dan proyek pembangunan gedung dengan luast lantai 12.330 meter persegi itu rampung pada 27

September 2006. Jumlah speaimen yang disimpan, untuk spesimen kering sebanyak 1.280.000 dan

spesimen basah sebanyak 50.000 macam.

Page 11: laporan fieldtrip herbarium

B. Program-Program

Program utama difokuskan pada konservasi dan pengoleksian spesimen, pengembangan sumber

daya manusia dan sistem informasi manajemen. Perubahan dalam berbagai aspek koleksi yang

disajikan yaitu taksonomis dari herbarium yang berbeda di seluruh dunia. Program rehabilitasi juga

dijalankan di herbarium Bogoriense yang didukung oleh Bank Dunia pada September 2000.

C. Hal-hal yang Menarik

Dari segi botani, semua herbarium yang ada di LIPI cibinong memiliki nilai ilmiah. Namun ada

beberapa hal yang dapat berkesan saat melihatnya, yaitu :

Setiap tahapan proses herbarium memiliki ruangan tersendiri

Tumbuhan yang beracun tetap di koleksi.

Ramtip untuk menempel daun pada herbarium diimpor dari Jepang

Memiliki kertas bebas asam yang lebih awet sehingga tidak bisa dimakan serangga dan

tidak menguning kertas tersebut sudah diproduksi di Indonesia.

Herbarium bogor bekerja sama dengan Negara lainnya

Memiliki banyak koleksi herbarium basah dan kering. Namun banyak juga herbarium

basah yang cairannya menghitam di karenakan tutup toples herbarium yang tidak bisa

dibuka sehingga cairan di dalamnya tidak dapat diganti.

D. Tanya Jawab

Berikut merupakan hasil tanya jawab pada saat melihat tahapan-tahapan pembuatan serta

koleksi herbarium :

M = Mahasiswa

P = Petugas Herbarium

M : “Untuk masalah ekspedisi itu sendiri, misalnya tumbuhan ini ingin di identifikasi

keberadaannya untuk mengecek apakah tumbuhan yang sudah ditemukan masih ada atau

tidak di lapangan itu bagaimana ? apakah ada perlakuan seperti itu ?”

P : “Disini ada kelompok peneliti yang bagian penelitianya itu khusus untuk mengamati

kehilangan keanekaragaman hayati dan petak permanen. Jadi, Lipi punya petak

permanen di Indonesia yang akan diamati setiap tahun biasanya. Namun karena adanya

masalah pengguanaan anggaran dan segala macamnya termasuk perjalanan dinas dan

lain-lainnya, kalau terlalu sering biasanya jadi biasanya kita membagi, tahun ini

misalnya yang di amati petak-petak yang ada di Kalimantan. Jadi di jadwalkan.

Page 12: laporan fieldtrip herbarium

Sekarang Kalimantan Timur, tahun depan Kalimantan Utara, tahun depannya lagi

Kalimantan Selatan. Nanti tiap tahun beda daerah. Nah kegiatan tersebut akan

memonitoring apakan jenis tumbuhan tersebut masih ada atau tidak.”

M : “Untuk pembuatan herbarium yang masih pemula kan biasanya memakai cara manual.

Nah adakah trik khusus agar saat ingin melakukan tahapan herbarium, tumbuhan tidak

berjamur ?”

P : “Biasanya saat pengambilan spesimen di lapangan masalah yang kami dapat yaitu

kekurangan alkohol karena pada daerah tertentu alkohol sulit untuk didapatkan jadi

terkadang kita mengunakan spirtus. Jadi yang terpenting adalah penyimpanan spesimen

saat di ambil, di masukakn ke dalam koran dalam keadaan basah, pastikan benar-benar

basah. Kalau kita biasanya saat sudah di bungkus koran lalu di masukkan ke dalam

plastik. Kemudian di siram alkohol.”

M : “Untuk pengepresannya itu sendiri, di lakukan berbarengan langsung pakai alat atau

sendiri per spesimen ?”

P : “Langsung ditumpuk .”

M : “Apakah tumbuhan yang beracun yang diawetkan ?

P : “Tetap, kalau di lokasi. Jadi kalau di lapangan itu kelompok ekologi akan membawa focer

spesimen, mereka tidak terlalu peduli apakah tanaman itu berbunga atau tidak, mereka

tetap mengambil. Beracun atau segala macamnya mereka udah lewat pasti. Karna yang

penting adalah tumbuhan itu generatif atau tidak, ada diplot atau tidak. Tumbuhan yang

bisa menyebabkan gatal pun tetap kita koleksi.”

M : “Ada yang namanya tipe spesimen, nah untuk tumbuhan yang disini termasuk ke dalam

tipe spesimen yang mana ?”

P : “Semua yang disini sebenarnya bukan yang tipe. Kalau yang holotype asli ada di ruangan

sebelah dan biasanya agak jarang dimasukkan karena dia menyimpannya lebih dari satu

jenis.”

M : “Untuk cara penulisan spesimen sebenarnya untuk sp di garis bawahi atau tidak ?

P : “Tidak, tidak digaris bawahi dan tidak dimiringkan juga. Hanya genusnya saja kalau sp.

Tapi setelah sp harus ada titiknya.”

M : “Untuk klasifikasi, referensinya darimana ?”

Page 13: laporan fieldtrip herbarium

P : “Dulu kita menggunakan klasifikasi morfologi, tapi sekarang karna kemajuan teknologi

dan segala macemnya berkembang jadi filogenetic. Jadi berdasarkan genetika. Nah untuk

tahu jenis atau namanya masih sama atau tidak diadakan kegiatan rutin setiap hari selasa

biasanya dengan mengecek ke website plant list. Dari plant list itu akan keluar jenis,

kalau seandainya jenis A itu masih menggunakan namanya atau tidak. Karena kan ada

beberapa yang sinonim dan ternyata itu publikasi, sudah dipublikasinya lebih dahulu tapi

menurut orang karna tampilan morfologinya beda jadi dia di pisahkan dari jenis baru.

Tapi ternyata saat di lihat dari genetic dia satu jenis dalam jenis yang sama.”

M : “Apakah lipi sudah mengeluarkan buku untuk cara-cara klasifikasinya atau sudah ada

webnya ?”

P : “Sebenarnya lipi sekarang sedang membangun server sendiri, namanya indonesian

biodiversity information. Nah sementara di kelola, jadi data-data disini sementara

dimasukan dalam database. Kemudian rencananya website itu akan memuat nama jenis,

terus nama lokalnya apa, kemungkinan kegunaan, foto spesimen dan segala macemnya.

Tapi itu masih dalam proses. Yang sekarang hampir selesai masih di zoologi karna kami

kan menyimpan koleksi juga untuk hewan”.

M : “Untuk spesimen basah hanya menggunakan alkohol saja ?”

P : “Iya alkohol saja yang 70% tidak ditambahkan apa-apa lagi.”

M : “Ada tidak tanaman yang diambil lagi jika pada tanaman tersebut rusak atau menghitam

cairannya ?”

P : “Kalau tanamannya masih ada, biasanya diambil lagi. Tapi yang biasanya menghitam

seperti itu adalah fungi.”

M : “Tapi mengapa bisa menghitam begitu saat disimpan terlalau lama ?”

P : “Walau disimpan dalam reservasi dalam alkohol pun lama-lama akan rusak. Nah, alkohol

juga kan melarutkan ini. Dia lama-lama larut, ketika dia larut jadi menghitam seperti ini

karna ampas-ampas spesimennya. Makanya harus diganti cairannya.”

M : “Suhu ruangan yang digunakan untuk menyimpan biasanya berapa ya ?”

P : “Suhu standar yang digunakan biasanya 18°-20° C. Kalau hari kerja biasanya di save

20°C. Tapi ketika hari libur akan diturunkan menjadi 18°C, tapi tidak semua AC-nya

dinyalakan. Kalau sekarang 20°C tapi semua AC-nya menyala. Jadi ya sekitar 19°C.”

M : “Mengapa harus di simpan dalam keadaan dingin ?”

Page 14: laporan fieldtrip herbarium

P : “Ya karena untuk mencegah berkembangnya jamur atau mikroba lain.”

M : “Kalau di koleksi kering tadi kan ada kegiatan membandingkan dengan spesimen lain.

Nah kalau untuk koleksi basah di lakukan juga tidak ?”

P : “Karna sebagian besar spesimen yang datang ke kita adalah spesimen kering, bukan

spesimen basah. Jadi tidak ada. Kalaupun datang spesimen basah, paling hasil koleksi

dari lapangan sendiri. Nah kalau koleksi basah, mereka akan melakukan reservasi

sendiri. Karena sekarang sudah lewat waktunya proses spesimen basah, Jadi sudah

bersih.”

M : “Biasanya yang kerja di bagian spesimen basah berapa orang ?”

P : “Setiap ruangan ini punya penanggung jawab, satu orang. Tapi ketika kerja biasanya

peneliti yang bersangkutan bekerja sendiri ditemani dengan penanggung jawab ruangan.”

M : “Pergantian alkoholnya dilakukan di ruangan ini atau tidak ?”

P : “Tidak, ada ruangan khususnya.”

M : “Nah, untuk pergantiannya itu di gilir atau ada hari khusus ?”

P : “Tidak bisa sehari selesai, jadi sudah pasti digilir. Jadi ketika si tekhnisinya akan bekerja,

dia akan memulai darimana yang akan dia ganti. Karna kan semua ini masuknya tidak

bersamaan. Biasanya mereka akan menandai jika sudah diganti. Karna yang kerja

orangnya itu-itu saja jadi dia sudah tau mana yang sudah dia kerjakan dan mana yang

harus ia kerjakan tahun ini.”

M : “Adakah efek sampingnya jika cairannya tidak diganti ?”

P : “Ada, efeknya akan menghitam karena kotorannya tidak bisa keluar. Sedangkan spesimen

ini kan makin lama akan semakin larut. Karena alkohol kan bersifat pelarut ya, jadi lama

kelamaan spesimen akan semakin rusak.”

M : “Untuk proses pergantiannya bagaimana ?”

P : “Biasanya mereka punya pinset untuk mengambil spesimen dan tidak dipegang. Karena

kalau dipegang spesimennya akan rusak. Alat-alat yang di gunakannya biasanya pinset

dengan berbagai ukuran, gunting kecil untuk membuka segel, dan saringan karena

mereka harus mengeluarkan sampah dari spesimen.”

M : “Kalau herbarium manual, untuk pengeringannya hanya menggunakan kardus lalu

ditekan-tekan atau ditindih saja apakah bisa ?”

Page 15: laporan fieldtrip herbarium

P : “Bisa, Cuma kalau kayak gitu kan kalian tidak menyimpan koleksinya dalam keadaan

basah kan sebenarnya, kalau dalam keadaan basah akan lama kering dan berpotensi

berjamur. Kalau mau keringkan pakai matahari tapi tetap ditindis, jadi ditekan dalam

keadaan kering. Kalau tidak ditindis, daunnya akan melengkung, keriput gitu.”

M : “Saat pengovenan, lebih efektif menggunakan oven listrik atau oven arang ?”

P : “Sebenarnya lebih efektif oven listrik. Namaun jika listrik padam kami menggunakan

oven arang.”

M : “Ada proses yg namanya remounting yaitu proses pemindahan spesimen dari kertas lama

ke kertas baru. Nah, itu untuk nomernya berubah atau tidak ?”

P : “Kalau yang lama itu belum menggunakan nomer BO, sekarang sudah menggunakan

nomer registrasi seperti ini. Cara kerjanya pun berbeda, kalau dulu menggunakan lem

arabigom, jadi hanya di lem saja dan penempelannya pun dulu di sebelah kiri dan

sekarang dipindah ke sebelah kanan.”

M : “Untuk nomer BO ditetapkan sejak kapan ?”

P : “Nomer BO diterapkan pada tahun 1996.”

BAB IV

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen Biologi FMIPA

USU. Medan.

Page 16: laporan fieldtrip herbarium

Moenandir, J. 1996. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada Jakarta.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh.

PT. Gramedia : Jakarta.

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005. Tumbuhan

Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University Press: New York

Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy. University of Delhi. New Delhi

Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Jurusan Biologi FMIPA UNY.

Press Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Anonim. Koleksi herbarium missouri botanical garden.http://www.missouribotanicalgarden.org/plant-

science/plant-science/resources/herbarium.aspx&prev=search . (Diakses pada tanggal 21/05/2015

pukul 21.56 WIB)

Anonim. Balai Diklat Kehutanan Makassar. Herbarium Sebagai Acuan Penanaman Pohon.

http://www.badikhut.com . 2011. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 21.55 WIB )

Anonim. Balai Taman NasionalBaluran.

PembuatanHerbariumhttp;//balurannationapar.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/

PembuatanHerbariumFloraDiTamanNasionalBaluran04FIX.pdf. 2004. ( Diakses pada tanggal

14/05/2015 pukul 21.34 WIB )

Joeni Setijo Rahajoe. Koleksi Herbarium Bogoriense. http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?

isiblog&1136661781&&&1036006250&&1348586590&joen001& . 2012 ( Diakses pada tanggal

21/05/2015 pukul 21.34 WIB )

Onrizal. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id . 2005. ( Diakses pada tanggal

14/05/2015 pukul 21.34 WIB )

Page 17: laporan fieldtrip herbarium

Ramadhanil. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang PenelitianTaksonomi

Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. 2003. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 22.00

WIB )

Suryanto. http://www.antaranews.com/berita/63739/presiden-resmikan-herbarium-terbesar-

ketiga-dunia. 2007. ( Diakses pada tanggal 19/05/2015 pukul 21.05 WIB )

Yulia A.K. http://biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=1. 2008. ( Diakses pada

tanggal 19/05/2015 pukul 21.40WIB )