Download - Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Transcript
Page 1: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

LAPORAN PRAKTIKUM

Farmakologi II

Skrining hipokratik

Oleh :

Aulia Sari

(1201008)

Tanggal Praktikum

05 April 2014

Dosen

Adriani Susanty M.Farm., Apt

Asisten Dosen

Deri Islami

Kurnia Andini

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

Yayasan Universitas Riau

2014

Page 2: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

SKRINING HIPOKRATIK

Tujuan

1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan teknik

skrining hipokratik.

2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat.

Teori Dasar

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas

farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba

setelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas

farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-

gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji.

Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan yang

belum diketahui sebelumnya baik yang berasal daribahan alami maupun senyawa sintetis atau

semi sintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam materi biologis dalam

tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Penapisan

farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-Robichoud mengenai penapisan

hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan

percobaan setelah diberi suatu obat.

Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yangberguna dan yang tidak berguna

dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilan profil farmakodinamik

obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat yang belum diketahui

sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi berdasarkan pendekatan data

parameter-parameter yang diketahui. Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik

yang dipertajam dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, ujiaktivitas motorik, uji

perpanjangan waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi.

Dalam percobaan farmakologi, volume cairan yang diberikan kepada hewan percobaan tidak

boleh melebihi jumlah tertentu.

Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek

depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle

Page 3: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi

dan pengelompokan efek-efek yang timbul padahewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat

ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut. Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini

ialah mencari persen aktivitas yangterjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen

aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari

kelompok efek tersebut. Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang

belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis

atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih

merupakan prediksi.

1. Parasimpatomimetik atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan

efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neuro

hormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian

kolinergikaadalah:

a. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar

ludahdan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.

b. Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan

jantung,vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.

c. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan

sekresidahak diperbesar.

d. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya

tekanan intra okuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

e. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.

f. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

g. Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)

efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di

ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

a. Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya

antar lain sekresi liur dan keringat.

b. Menurunkan peristaltik usus.

Page 4: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

c. Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.

d. Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

3. Simpatolitik atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh

aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh

simpatomimetika.

4. Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah

secara langsung.

6. Vasokonstriktor. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

7. CNS ActivationZat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

a. Konvulsi.

b. Meningkatkan laju pernapasan.Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

c. Aktivitas motorik meningkat

d. Temperatur rektum naik

e. Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant. Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan

dengan CNS activation.Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

a. Aktivitas motorik menurun

b. Laju pernapasan menurun

c. Hilang refleks pinal

d. Paralisa kaki

e. Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant.

Alat dan Bahan : alat suntik, stopwatch, hotplate, rotating, road, thermometer, platform, pinset, kertas saring, alat gelantung, jarring kawat, alat-alat gelas lain.

Obat dengan berbagai jenis dosis. Mencit (29 gram)

Page 5: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Cara kerja :

1. Timbang mencit dan tentukan dosis yang akan diberikan.

BB mencit = 29 gram = 0,029 kg.

VAO =10mg/kg BB x 0,029 kg = 0,29 ml

1mg/ml

2. Amati parameter yang tertera pada table. Pertama amati dulu hewan yang belum diberi

obat (control).

a. Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jarring atau bergelantung pada alat

gelantung.

b. Laju pernapasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch.

c. Reaksi menjepit ekor mengunakan pinset.

d. Reaksi plat panas menggunakan hotplate.

e. Temperature tubuh dengan menggunakan thermometer.

f. Air mata berdarah, salviasi, lakrimasi, menggunakan kertas saring.

3. Setelah semua parameter untuk hewan control diamati maka baru berikan suntikan obat.

4. Amati lagi parameter diatas pada tiap selang waktu 5, 10, 15, 30, 60, dan 120 menit.

5. Evaluasi hasil yang didapat.

Hasil Pengamatan

Tabel data pengamatan skrinning farmakologi

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata turun 0 1 0 0 0 1

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0

Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0

Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0

Ekor memerah 0 1 0 0 0 0

Telinga memerah 0 0 0 0 0 0

Ekor pucat 0 0 0 0 0 0

Fasikulasi 0 0 0 0 0 0

Page 6: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Tremor 0 1 0 0 0 0

Akt. Motorik meningkat 0 0 0 1 1 0

Akt. Motorik turun 0 1 1 0 0 0

Respirasi meningkat 0 1 2 0 0

Respirasi menurun 0 0 0 0 2 2

Gerak berputar 1 0 0 0 0 0

Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

Agresif 0 0 0 0 0 0

Rasa ingin tahu ↑ 0 0 0 1 1 0

Rasa ingin tahu ↓ 0 1 1 0 0 0

Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0

Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0

Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0

Salvias 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi ↑ 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi ↓ 0 0 0 0 0 0

Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0

Tremor 0 1 0 0 0 0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0

Urinasi 0 0 0 0 0 0

Diare 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↑ 39° 0 0 0 1 1

Temperatur rectum ↓ 39° 1 1 1 0 1

Jatuh dari rotaroad 38 0 1 1 0 1

Katalepsi 0 0 0 0 0 0

Tonus tubuh ↓ 0 0 0 0 0 0

Reaksi plat panas ↓ 0 1 1 0 0 1

Reaksi jepit ekor ↓ 0 0 0 1 1 1

Menggeliat 0 0 0 0 0 0

Page 7: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0

Pupil mengecil 0 1,5 0 0 0 0

Pupil melebar 0 0 0 0 0 0

Ekor naik 0 0 0 0 0 0

Berat badan ↑ 22 0 0 0 0 0

Berat badan ↓ 22 0 0 0 0 0

x 100%

Analgetik

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

s

bt

smt

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0

Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 1 6

Pupil melebar 0 0 0 0 0 0 0 0

Ekor naik 0 0 0 0 0 0 0 0

Reaksi plat panas ↓ 0 1 1 0 0 1 3 6

Reaksi jepit ekor ↓ 0 0 0 1 1 1 3 6

x 100% = 38,8%

Stimulasi SSP

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

s

bt

Smt

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Fasikulasi 0 0 0 0 0 0 0 0

Tremor 0 1 0 0 0 0 1 6

Akt. Motorik meningkat 0 0 0 1 1 0 4 12

Page 8: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Respirasi meningkat 0 1 2 0 0 6 25

Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 1 6

Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0 0 0

Agresif 0 0 0 0 0 0 0 0

Rasa ingin tahu ↑ 0 0 0 1 1 0 4 12

Tremor 0 1 0 0 0 0 1 6

Konvulsi 0 0 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↑ 39° 0 0 0 1 1 4 12

x 100% = 26,58%

Parasimm

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

Sbt Smt

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0

Fasikulasi 0 0 0 0 0 0 0 0

Salvias 0 0 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi ↑ 0 0 0 0 0 0 0 0

Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0 0 0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0 0 0

Urinasi 0 0 0 0 0 0 0 0

Diare 0 0 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↓ 39° 1 1 1 0 1 3 18

Pupil mengecil 0 1,5 0 0 0 0 1,5 13,5

Pupil melebar 0 0 0 0 0 0 0 0

x 100% = 14,28%

Siml

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada Sbt smt

Page 9: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

waktu

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Konvulsi 0 0 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↓ 39° 1 1 1 0 1 4 24

Pupil mengecil 0 1,5 0 0 0 0 1,5 13,5

x 100% = 14,6%

PEN.SSP

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

SBT SMT

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata turun 0 1 0 0 0 1 4 12

Akt. Motorik turun 0 1 1 0 0 0 4 12

Respirasi menurun 0 0 0 0 2 2 8 48

Rasa ingin tahu ↓ 0 1 1 0 0 0 4 12

Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0 0 0

Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0 0 0

Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0 0 0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↓ 39° 1 1 1 0 1 4 24

Jatuh dari rotaroad 38 0 1 1 0 1 3 18

Katalepsi 0 0 0 0 0 0 0 0

Tonus tubuh ↓ 0 0 0 0 0 0 0 0

Reaksi plat panas ↓ 0 1 1 0 0 1 3 18

Reaksi jepit ekor ↓ 0 0 0 1 1 1 3 18

Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0 0 0

SIMM

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada Σ Σ m

Page 10: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

waktu ax

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0

Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi ↓ 0 0 0 0 0 0 0 0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0 0 0

Temperatur rectum ↑ 39° 0 0 0 1 1 4 18

Pupil melebar 0 0 0 0 0 0 0 0

REL.OT

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

SB

T

SMT

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata turun 0 1 0 0 0 1 4 18

Akt. Motorik meningkat 0 0 0 1 1 0 4 18

Respirasi menurun 0 0 0 0 2 2 16 36

Rasa ingin tahu ↓ 0 1 1 0 0 0 4 18

Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0 0 0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0 0 0

Jatuh dari rotaroad 38 0 1 1 0 1 3 6

Tonus tubuh ↓ 0 0 0 0 0 0 0 0

Reaksi plat panas ↓ 0 1 1 0 0 1 3 6

Reaksi jepit ekor ↓ 0 0 0 1 1 1 3 6

Menggeliat 0 0 0 0 0 0 0 0

VASODILATASI

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

S

B

SM

T

Page 11: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

TK’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata turun 0 1 0 0 0 1 2 6

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0

Ekor memerah 0 1 0 0 0 0 1 6

Telinga memerah 0 0 0 0 0 0 0 0

SIMPL

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

S

B

T

SSM

T

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata turun 0 1 0 0 0 1 2 6

SILML

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

S

B

T

SM

T

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Akt. Motorik turun 0 1 1 0 0 0 2 6

Vasokontiksi

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada

waktu

S

B

T

SM

T

K’ 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Ekor pucat 0 0 0 0 0 0 0 0

0%

Pembahasan

Percobaan kali ini kami menggunakan seekor mencit dengan berat badan 22 gram.

Mencit tersebut diberi obat dengan dosis tertentu seperti yang telah dihitung diatas secara intra

Page 12: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

peritonial. Tingkah mencit diamati sebelum diberikan obat dan sesudah diberikan obat

berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menitke- 5, 10, 15, 30, 60, dan 120.

Sebelum diberikan obat mencit menunjukkan tingkah yang normal. Aktivitas motorik

yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod terlalu cepat. Setelah

penyuntikkan obat dengan dosis 0,22 ml, beberapa aktivitas motorik terlihat menurun, laju

pernafasan yang menurun secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod, tikus ini juga

mengalami eksoftalmus, bulu tidak berdiri.

Dapat disimpulkan bahwa dosis obat yang lebih besar memberikan efek terapi yang lebih

besar. Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi

tikus yang subjektif, memang susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan

pada mencit. Mencit juga mungkin kurang memberikan efek terapi yang seharusnya ada oleh

karena sifat mencit yang agak resisten, bias dilihat dari persentase efek yang sangat kecil.

Kesimpulan

a. Obat yang diberikan dengan dosis berbeda memberikan efek besar yang berbeda pula.

b. Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menepis aktivitas suatu obat atau bahan

yang belum ddiketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun senyawa

sintetis atau semisintetis

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa beda skrining buta dengan skrining spesifik?

Skrining buta : Percobaan menggunakan mencit dengan diberi bahan uji ekstrak dengan dosis

1000 dan 2000 mg/kg bb secara oral. Efek yang timbul diamati menunjukkan efek yang

menonjol adalah stimulasi sistem saraf pusat dan simpatomimetik serta menunjukkan adanya

pengaruh pemberian obat terhadap kenaikan aktivitas motorik dan rasa ingin tahu yang

bermakna, uji aktivitas motorik dan rasa ingin tahu pada mencit dengan alat ”Automatic hole

Board”.

Skrening spesifik

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik? Apa pula

kelemahannya?

Page 13: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

Kelebihan: Dapat membedakan suatu bahan obat yang berguna ataupun yang tidak beguna dengan

cepat dan biaya yang relatif murah. Dapat menentukan kreteria aktivitas dari hewan percobaan

Kelemahan: Pada hewan percobaan akan terjadi pengurangan jumlah jengukan, pengurangan

aktivitas motorik, hilangnya 13ystem pineal, 13ystem fleksi dan daya pulih posisi tubuh, adanya

ptosis, lakrimasi, dan kematian. Efek terhadap tekanan darah normal: menurunkan tekanan darah

normal. Intensitas dan lamanya efek meningkat dengan bertambahnya dosis, dengan efek

maksimum pada dosis 100mg/kg b.b

3. Apakah toksisitas bahan dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini? Jelaskan!

Dapat, Karena skrining hipokratik bila berinteraksi dengan materi biologis dalam tubuh akan

menghasilkan efek tertentu dan skrining ini juga dapat membedakan suatu bahan obat yang berguna

maupun tidak. Dan untuk pengujian toksisitas akut dan skrining farmakologi telah dilakukan

pengujian yaitu dari ekstrak metanol daun Schima wallichii Korth. Pada mencit menggunakan

metode grafik Log-Probit untuk pengujian toksisitas akut dan analisis non parametrik metode

Friedman untuk skrining buta farmakologi. Uji toksisitas akut menunjukkan bahwa LD50 ekstrak

metanol daun Schima wallichii Korth. Adalah 3,6 ± 1,20 g/kg bobot badan (pengamatan 2 jam);

2,17 ± 0,69 g/kg bobot badan (pengamatan 24 jam); 1,8 ± 0,59 g/kg bobot badan (pengamatan 48

jam); 1,25 ± 0,39 g/kg bobot badan (pengamatan 72 jam); dan 1,05 ± 0,32 g/kg bobot badan

(pengamatan 7 hari). Berdasarkan hasil tersebut di atas ekstrak metanol daun Schima wallichii

Korth. Termasuk kedalam kelompok tumbuhan dengan toksisitas sedang. Dari pengamatan

jaringan organ mencit dapat disimpulkan bahwa jaringan organ hati normal, sedangkan jaringan

ginjal mengalami kelainan pada glomerulus dan jaringan paru-paru mengalami penyempitan

alveolus. Uji skrining buta farmakologi menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol daun

Schima wallichii Korth. Pada dosis 200 mg/kg bobot badan kemungkinan memiliki aktivitas

analgetik dan aktivitas terhadap susunan saraf otonom

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar ia dapat digunakan

secara klinis?

a. Tahap seleksi. Proses pemilihan jenis-jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan

prioritas, yang meliputi : Jenis obat tradisional yang diharapkan bermanfaat untuk penyakit-

penyakit utama. Jenis obat tradisional yang diperkirakan akan 13ystem khasiat dan manfaat

berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya. Jenis obat tradisional yang

diperkirakan dapat menjadi 13ystem1313ive pengobatan untuk penyakit-penyakit yang

belum ada atau belum jelas pengobatannya.

Page 14: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

b. Tahap Penyaringan Biologi (Biological Screening). Tahap ini bertujuan untuk

menyaring : Adanya tindak efek farmakologi calon obat yang mengarah kekhasiatan

terapetik. Pengujian dilakukan dengan model penyakit dan dibuat pada hewan percobaan.

Penyaring efek keracunan (toksisitas) akut, yaitu ada tidaknya efek akut pada hewan uji

sesudah pengujian dosis tunggal, spektrum toksisitasnya jika ada, dan sistem organ vital

mana yang paling peka terhadap efek racun tersebut.

c. Tahap Penelitian Faramakodinamik. Tahap ini bertujuan untuk melihat pengaruh calon

obat terhadap masing-masing 14ystem organ tubuh. Penelitian ini dikerjakan pada hewan

uji secara invitro (organ terpisah ) maaupun in vivo (keseluruhan 14ystem tubuh).

Penelitian ini tidak disyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui

mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon obat dan dapat dilakukan kemudian.

d. Tahap Toksisitas. Lebih Lanjut Pengujian ini untuk mengetahui efek toksit pada hewan

setelah pemberian berulang (toksisitas sub akut dan kronik). Dalam tahap ini juga

dikerjakan beberapa uji toksisitas khusus jika diperlukan yaitu teratogenitas, karsinogenesis

atau tolisistas terhadap fungsi reproduksi dan fertilitas.

e. Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi). Dalam tahap ini dikembangan bentuk-bentuk

sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan dan estetika untuk pemakaian pada

manusia.

f. Tahap Pengujian Klinik pada Manusia. Pengujian klinik pada manusia baru dapat

dilakukan jika syarat keamanan diperoleh dari pengujian toksisitas pada hewan serta syarat

mutu sediaan memungkinkan untuk pemakaian pada manusia. Pengujian klinik calon obat

pada manusia terbagi dalam beberapa fase yaitu :

Fase I : Dilakukan pada sukarela sehat untuk melihat efek farmakologi, sifat

farmakokinetik, serta hubungan dosis dan efek obat.

Fase II : Dilakukan pada kelompok pasien secara terbatas untuk melihat kemungkinan

penyembuhan dan pencegahan penyakit. Fase ini rancangan penelitian masih dilakukan

tanpa kelompok pembanding (14ystem14), sehingga belum ada kepastian bukti manfaat

terapetik.

Fase III : Dilakukan pada pasien dengan rancangan uji klinik yan gmemadai, memakai

14ystem14 sehingga didapat kepastian ada tidaknya manfaat terapetik. Fase IV :

Pemantauan pasca pemasaran untuk melihat kemungkinan terjadinya efek samping yang

tidak terkendali pada waktu pengujian pra klinik atauklinik fase 1 , 2 , 3. Proses pengujian

di atas memakan waktu (sekitar 3- 4tahun) dan memerlukan banyak biaya, 14ystem, serta

keahlian, maka untuk pengujian calon obat dimungkinkan apabila uji toksikologi (akut atau

Page 15: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

kronik) telah dinyatakan aman pada manusia., langsung dilakukan uji klinik. Hal ini dengan

pengertian bahwa yang diperlukan adalah bukti kemanfaatan untuk bahan-bahan yang

memang sudah dipakai secara empiris.

Fase-fase dalam Uji Klinik : Suatu uji klinik sebenarnya bertujuan mengkuantifikasikan

tingkat manfaat dan risiko suatu obat baru. Setiap zat yang aktif untuk terapi pasti

mengandung sejumlah risiko akibat aktivitasnya dalam mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh.

Dalam perkembangan penelitian klinik, mula-mula kita praktis tidak mengetahui sama

sekali seluk beluk suatu obat. Maka tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan

lengkap tentang obat itu, kalau mungkin. Dan ini memakan waktu yang lama sekali. Dalam

percobaan pre-klinik belum dipakai subyek manusia. Pengaruh-pengaruh suatu obat-baru

diselidiki pada hewan percobaan. Begitu obat mulai dicoba pada manusia, dimulailah suatu

uji klinik,

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktifitas-aktifitas yang

ditentukan?

Dari aktivitas-aktivitas yang telah yang telah diamati kita dapat melihat atau mengetahui pada

sistem saraf apa obat itu bekerja atau bereaksi. Dan dari sana kita dapat menyimpulkan obat apa

yang sedang kita uji.

Page 16: Laporan Farmakologi Skrining Hipokratik Ejak

DAFTAR PUSTAKA

Andrajati, Retno. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Depok : Laboratorium Farmakologi

dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

Anonym. 1995. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia.