1
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM
BAGI GURU-GURU IPA SMP SATU ATAP NEGERI 1 BANJAR
Oleh
Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si., M.Si
NIP: 196308301988032002
I Gusti Ayu Sri Wahyuni, S.Pd./-
Ketut Budiada, S.T/-
Dibiayai dari Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha
Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/2018 Revisi I tanggal 8 Maret 2018
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor : 586/UN48.15/PM/2018
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2018
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rakhmat-Nya, maka kegiatan P2M yang berjudul: Pelatihan Pembuatan Modul Praktikum
Bagi Guru-Guru IPA SMP Satu Atap Negeri1 Banjar dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan. Kegiatan pelatihan ini didanai dari Dana DIPA BLU Universitas
pendidikan Ganesha Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/2018 Revisi I tanggal 8 Maret 2018
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 586/UN48.15/PM/2018.
Kepada seluruh guru SMP Satu Atap Negeri1 Banjar di Kabupaten Buleleng yang
mengikuti pelatihan ini dan semua pihak yang mendukung terlaksananya pelatihan ini,
penulis ucapkan terima kasih yang mendalam. Semoga pelatihan ini dapat bermanfaat bagi
para peserta pelatihan guna meningkatkan kemampuan membuat modul praktikum sebagai
salah satu perangkat pembelajaran untuk menunjang hakikat pembelajaran IPA khususnya
Fisika
Singaraja, 2 Nopember 2018
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Analisa Situasi
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Kegiatan
1.4. Manfaat Kegiatan
BAB 2 METODE PELAKSANAAN
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
BAB 4 PENUTUP
4.1. Simpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Kontrak Pengabdian
b. Surat Tugas
c. Foto-Foto Pelatihan
d. Daftar Hadir Peserta Pelatihan
i
ii
iii
iv
v
1
1
2
3
3
5
8
8
11
14
14
14
15
16
21
22
25
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah 9
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisa Situasi
Pembelajaran IPA SMP/M.Ts yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah memerlukan kompetensi guru IPA yang mampu menyiapkan dan menggunakan
berbagai media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu guru memperjelas
materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada
diri siswa. Sebab, pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan
membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan
gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya. Kehadiran media dalam pembelajaran IPA
SMP/M.Ts sangat diperlukan karena perkembangan mental atau kognitif anak pada usia 11
hingga 15 tahun berada tahapan operasional kongkrit. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa
pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Namun, tidak semua guru SMP/M.Ts dalam proses pembelajaran menekankan pada
pemberian pengalaman belajar pada peserta didiknya. SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar adalah
salah satu sekolah yang belum memberikan pengalaman belajar melalui kegiatan penemuan
di laboratorium. Sekolah ini adalah sekolah yang berada satu atap dengan Sekolah Dasar
Negeri 5 Goblek. Sekolah SMP ini terletak di Desa Asah Goblek kabupaten Buleleng,
memiliki 10 kelas yang terdiri dari 4 kelas untuk kelas VII, 3 kelas untuk kelas VIII dan 3
kelas untuk kelas IX. Sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar seperti sekolah SMP lainnya
memiliki ruang guru, ruang kepala sekolah, kamar kecil (WC), halaman sekolah, dan ruang
laboratorium mini. Ada 4 orang guru IPA disekolah ini. Sekolah ini juga dilengkapi dengan
laboratorium mini untuk kegiatan praktikum IPA.
Hasil observasi proses pembelajaran di kelas pada guru IPA di SMP Satu Atap
Negeri 1 Banjar terungkap bahwa pembelajaran IPA lebih didominasi dengan metode
ceramah. Guru tidak pernah mengajak siswa melakukan praktikum untuk memahami konsep.
Siswa cendrung hanya menerima informasi satu arah dari guru. Hal ini bertentangan dengan
hakikat IPA, dan berdampak pada lemahnya penguasaan konsep-konsep IPA siswa.
Tercermin dari perolehan hasil belajar IPA siswa khususnya fisika masih berada di bawah
nilai KKM yaitu 6,0.
7
SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar memiliki media pembelajaran IPA yaitu KIT-KIT
IPA yang cukup lengkap walaupun kuantitasnya masih terbatas. KIT-KIT ini belum
difungsikan dalam proses pembelajaran dan tersimpan rapi di laboratorium mini. Jenis KIT
yang ada yaitu KIT Mekanika, KIT Suhu dan Kalor, KIT Gelombang dan Optik dan KIT
Listrik dan Magnet. KIT ini merupakan bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat. Hasil
wawancara lebih lanjut, dapat diketahui KIT-KIT ini belum digunakan guru secara maksimal
dalam proses pembelajaran dengan berbagai alasan klasik. Bahkan ketika dilakukan
observasi, ke laboratorium mini, KIT-KIT ini masih dalam kondisi terbungkus rapi dalam
kardus. Informasi lain yang diperoleh dari guru adalah beberapa guru belum menguasai
keterampilan menggunakan KIT-KIT yang ada untuk merancang percobaan/praktikum yang
sesuai dengan kurikulum tingkat satuan SMP/M.Ts. Selain itu terungkap pula bahwa guru
juga mengalami kendala dalam membuat modul praktikum dari KIT yang ada.
Kemampuan guru IPA SMP/M.Ts. dalam merancang dan membuat modul praktikum
dalam pembelajaran IPA belum optimal. Tidak tersentuhnya guru IPA SMP Satu Atap
Negeri 1 Banjar pada kegiatan-kegiatan pelatihan, seminar workshop tentang perancangan
dan pembuatan media pembelajaran/modul pembelajaran/modul praktikum berdampak pula
pada profesionalisme guru. Berdasarkan uraian tersebut, sangat urgen/penting kegiatan
pelatihan ini diberikan pada guru-guru IPA sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar
membekali para guru IPA dengan keterampilan merancang praktikum dan membuat modul
praktikum dari KIT yang ada. Diharapkan setelah guru-guru IPA memiliki keterampilan
merancang dan membuat modul praktikum dapat memberikan pengalaman pada peserta didik
dalam proses pembelajaran IPA.
Program pengabdian kepada masyarakat ini akan difokuskan pada perancangan dan
pembuatan modul praktikum dari KIT yang tersedia di sekolah tersebut. Judul yang diangkat
pada kegiatan pengabdian ini adalah: ”Pelatihan Pembuatan Modul Praktikum Bagi Guru-
Guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar”.
1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisa situasi, masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya
keterampilan guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar menggunakan KIT IPA
(Fisika) dalam merancang percobaan dan kesulitan yang dialami guru-guru IPA SMP Satu
Atap Negeri 1 Banjar dalam membuat modul praktikum. Masalah pokok yang akan
dipecahkan melalui kegiatan P2M ini dirumuskan dalam rumusan masalah yaitu : 1) apakah
8
keterampilan merancang praktikum menggunakan KIT IPA (Fisika) bagi guru-guru IPA SMP
Satu Atap Negeri 1 Banjar meningkat ?, 2) apakah kemampuan membuat modul praktikum
bagi guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar meningkat?, 3) bagaimana
implementasi modul praktikum dalam proses pembelajaran di kelas ?, 4) bagaimana
tanggapan guru- guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar terhadap kegiatan pelatihan ini?
1.3. Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah :
1) meningkatkan keterampilan merancang praktikum dengan menggunakan KIT IPA (Fisika)
pada guru-guru IPA sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar.
2) meningkatkan kemampuan membuat modul praktikum bagi guru-guru IPA sekolah SMP
Satu Atap Negeri 1 Banjar.
3) mendeskripsikan implementasi modul praktikum dalam proses pembelajaran di kelas oleh
guru-guru IPA sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar.
4) mendeskripsikan tanggapan guru-guru IPA sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar
terhadap kegiatan pelatihan pembuatan modul praktiku
1.4. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peserta pelatihan yakni guru, siswa khususnya
siswa SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar, sekolah maupun Undiksha.
Bagi guru-guru IPA sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar Kabupaten
Buleleng, pelatihan ini akan memberikan bekal keterampilan merancang
praktikum dan membuat modul praktikum, dapat menumbuhkan inovasi-
inovasi dalam menggunakan maupun menciptakan media pembelajaran yang
lebih luas, dapat menumbuhkan inovasi dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan profesionalisme guru.
Bagi siswa sekolah SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar Kabupaten Buleleng,
pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang banyak memberikan
pengalaman belajar, tidak membosankan, mudah dimengerti dan
menumbuhkan sifat kritis, bermakna dan dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar.
Bagi sekolah, pelatihan ini dapat dijadikan ujung tombak bagi peningkatan
kualitas guru dan sekolah, dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah dalam rangka mendukung pelaksanaan kurikulum 2013.
9
Bagi Lembaga (Undiksha), program ini sangat bermanfaat dalam menjalin
hubungan kerjasama yang mutualistis antara LPTK dengan kalangan
masyarakat luas, khususnya masyarakat sekolah, sehingga tenaga dan berbagai
potensi yang ada dapat disumbangkan pada masyarakat, khususnya yang
berkenaan dengan sektor pendidikan.
10
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Program ini dilaksanakan dengan metode pelatihan dan pendampingan. Narasumber
dan tim pelaksana menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan merancang
percobaan/praktikum dan kemampuan membuat modul praktikum. Kegiatan ini diawali
dengan pemberian materi yaitu media pembelajaran IPA dan modul praktikum dengan
metode ceramah dilanjutkan dengan pelatihan merancang praktikum dan rancangan lembar
kerja siswa (LKS Praktikum). Ada 2 jenis pendampingan yang dilakukan yaitu
pendampingan dalam pembuatan modul praktikum dan pendampingan penerapannya dalam
proses pembelajaran. Akhir pelatihan ini diisi dengan pelatihan merancang sebuah percobaan
untuk menemukan/mempelajari suatu konsep dan rancangan lembar kerja praktikum.
Selanjutnya para guru peserta pelatihan akan dikondisikan untuk dapat membuat modul
praktikum di sekolah. Pendampingan dilakukan pada peserta pelatihan dalam membuat
modul praktikum dan penerapannya dalam pembelajaran. Melalui pelatihan ini diharapkan
peserta pelatihan lebih mudah memahami pentingnya media pembelajaran dalam
pembelajaran IPA, mengetahui langkah-langkah membuat modul praktikum yang disajikan
oleh narasumber. Peserta pelatihan dapat melakukan refleksi diri dan diskusi kolaboratif
tentang berbagai persoalan yang berkaitan dengan kegiatan merancang praktikum dan
membuat modul praktikum bukan saja dengan nara sumber tetapi juga dengan sesama guru
peserta pelatihan lainnya. Diharapkan pelatihan dan pendampingan ini dapat mengikis
kesulitan-kesulitan guru dalam merancang percobaan, membuat modul praktikum sebagai
panduan siswa untuk kerja ilmiahnya dan menerapkannya dalam pembelajaran. Dengan
demikian, tidak ada alasan untuk mengabaikan proses dalam pembelajaran IPA.
Pendampingan merancang dan menyusun modul praktikum oleh tim pelaksana dilaksanakan
2 kali untuk masing-masing peserta pelatihan. Sedangkan pendampingan penerapan dalam
proses pembelajaran oleh tim pelaksana dilaksanakan 1 kali untuk masing-masing peserta
pelatihan. Jadwal pendampingan diatur berdasarkan kesepakatan antara tim pelaksana dan
peserta pelatihan. Pendampingan bertujuan untuk menampung kendala-kendala yang dialami
guru dalam merancang praktikum dan membuat modul praktikum, penerapannya laksanakan
serta mencari solusinya.
11
Gambar 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksnaan program ini maka evalusi dilakukan pada
proses, produk dan implementasinya yang dilakukan dan dihasilkan oleh peserta pelatihan.
Evaluasi proses yang dimaksud adalah penilaian pada saat peserta mengikuti pelatihan dan
pendampingan. Sedangkan evaluasi produk yang dimaksud adalah penilaian modul
praktikum
Evaluasi dilakukan sesuai dengan prinsip dari program ini yaitu saat dan selama
pelaksanaan kegiatan. Evaluasi pada saat dan selama pelaksanaan meliputi evaluasi proses,
Pendampingan peserta pelatihan
mengimplementasikan
rancangan dan modul praktikum
Analisa proses : kemampuan merancang
praktikum dan implementasinya, analisa
produk : modul praktikum serta respon
Pemberian pemahaman tentang peran
media dalam pembelajaran IPA dan
panduan umum penyusunan modul
praktikum melalui metode ceramah
dan tanya jawab oleh nara sumber
Pelatihan merancang praktikum
dengan menggunakan KIT Fisika
yang telah ada disekolah. oleh
anggota pelaksana kegiatan
Pelatihan membuat modul
praktikum yang sesuai dengan
rancang praktikum KIT Fisika
Pendampingan merancang dan
membuat modul praktikum yang hasil
rancang praktikum KIT Fisika
Observasi partisipasi peserta
pelatihan pada proses pelatihan,
pemberian angket respon
12
produk dan penerapannya. Evaluasi proses meliputi komponen : 1) partisipasi peserta
pelatihan dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan meliputi indikator kehadiran, sikap
antusias dan kontribusi, 2) keterampilan merancang praktiukum meliputi indikator pemilihan
bahan/alat yang tepat dan kebenaran./ketepatan hasil rancangan, 3) implementasi modul
praktikum meliputi aspek kemudahan menggunakan modul praktikum dalam proses
pembelajaran dan siswa menunjukkan kerja dan sikap ilmiah. Evaluasi produk adalah
kemampuan membuat modul praktik meliputi indikator kesesuaian langkah-langkah
penyusunan modul, penggunaan bahasa sesuai EYD, kesesuaian antara judul, tujuan
percobaan, bahan/alat, langkah percobaan, dan data percobaan, dan mengandung unsur
pengukuran kerja dan sikap ilmiah siswa. Evaluasi
Evaluasi proses dilaksanakan dengan teknik observasi menggunakan pedoman
observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu. Lembar observasi berisikan indikator dari
komponen partisipasi, keterampilan merancang praktiukum, dan implementasinya.
Sedangkan evaluasi produk melalui modul praktikum yang dihasilkan pasca pelatihan dan
pendampingan. Sedangkan evaluasi respon peserta pelatihan dengan teknik angket respon.
Indikator yang digunakan sebagai kriteria ketercapaian tujuan program ini adalah 1)
partisipasi peserta pelatihan selama pelatihan adalah tinggi ditunjukkan oleh kehadiran
peserta pelatihan yang telah sesuai dengan apa yang direncanakan, sikap antusias dan
kontribusi maksimal pada kegiatan pelatihan dan pendampingan , 2) keterampilan merancang
praktikum bagi peserta pelatihan dikatakan meningkat jika rata-rata nilai pemilihan
bahan/alat yang tepat dan kebenaran./ketepatan hasil rancangan berada pada kategori tinggi,
3) kemampuan membuat modul praktikum bagi peserta pelatihan dikatakan meningkat jika
rata-rata nilai aspek kemampuan membuat modul praktikum berada dalam kategori tinggi., 4)
Peserta pelatihan mampu mengimplementasikan modul praktikum dalam proses
pembelajaran jika rata-rata nilai kemudahan menggunakan modul dan siswa menunjukkan
kerja dan sikap ilmiah berada pada kategori terampil, 5) guru-guru memberikan respon positif
terhadap kegiatan pelatihan
Target yang akan dicapai pada kegiatan pelatihan ini adalah meningkatkan
keterampilan guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar Kabupaten Buleleng. dalam
merancang praktikum dan kemampuan membuat modul praktikum dari rancangan praktikum
menggunakan KIT Fisika.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Kegiatan pelatihan pembuatan modul praktikum bagi guru-guru IPA SMP Satu Atap
Negeri Satu Banjar di Kabupaten Buleleng telah dilaksanakan dari tanggal 25 Juni s.d 3
Nopember 2018. Kegiatan ini diawali dengan koordinasi pelaksanaan kegiatan pelatihan pada
tanggal 25 Juni 2018 untuk menentukan waktu pelaksanaan pelatihan. Tujuannya
menyiapkan guru dalam mengikuti pelatihan dan mengkondisikan laboratorium sebagai
tempat pelaksanaan pelatihan. Mengingat peserta pelatihan adalah seluruh guru IPA (4 orang)
yang ada di sekolah tersebut sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terganggu. Bapak
kepala sekolah dan guru-guru peserta pelatihan sangat mendukung dan memfasilitasi kegiatan
pelatihan ini. Sebelum pelatihan, guru-guru ditugaskan mencermati dan menelaah kurikulum
dan silabus yang digunakan. Pelaksanaan pelatihan merancang praktikum dilaksanakan
selama 3 kali yaitu pada tanggal 30 Juni, dan 4, 14, 28 Juli 2018. Pelatihan merancang
percobaan yang direncanakan 1 hari ternyata masih dirasakan oleh guru belum tuntas untuk
materi fisika yang ada di kelas VII, VIII, dan IX.
Pelatihan dilaksankan di laboratorium mini SMP Satu Atap Negeri Satu Banjar,
berlangsung dari jam 09.00 s.d 15.00 WITA. Peserta pelatihan yang hadir mengikuti
pelatihan adalah 4 orang. Pertemuan pertama pelatihan diisi dengan penyampaian peran
media pembelajaran dan penyusunan modul praktikum dan diskusi, dilanjutkan dengan
pelatihan merancang praktikum. Narasumber pada kegiatan pelatihan ini adalah anggota P2M
yaitu Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si., M.Si..Peserta pelatihan sangat antusias bertanya
tentang : 1) kesesuaian antara langkah kerja, data, dan konsep fisika yang akan buktikan
pada kegiatan praktikum, 2) mengelola waktu pembelajaran yang tersedia jika kegiatan
praktikum dilakukan. 3) alternatif media yang dapat dibuat/dikembangkan jika KIT yang ada
belum memfasilitasi, 4) cara melaksanakan kegiatan praktikum dengan keterbatasan KIT
yang ada, 5) Cara ketakutan guru dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan media,
dan 4) kesulitan guru membuat media yang tidak tersedia disekolah yang selalu berubah
sesuai tuntutan kurikulum. Mengingat tidak semua guru bidang keilmuannya pendidikan
fisika. Hanya satu dari empat guru peserta pelatihan yang memiliki kesesuaian bidang
keilmuan dengan tema pelatihan. Walaupun demikian, guru sangat antusias belajar, mata
pelajaran yang mereka ampu adalah IPA yang terdiri dari fisika, kimia, biologi. Guru
14
dikelompokkan menjadi 2 kelompok beranggotakan 2 orang. Setiap kelompok diberi
kebebasan menentukan pilihan KIT yang gunakan dalam merancang percobaan. Setiap
kelompok diberikan waktu untuk bertukar keterampilan merancang dengan kelompok
lainnya. Kesulitan yang dialami guru yaitu merancang praktikum menggunakan KIT Listrik
& Magnet, KIT Gelombang. Kesulitan ini dapat diatasi guru dengan semangat dan antusias
untuk meningkatkan profesionalisme guru. Pada kegiatan ini, guru difasilitasi untuk
mengembangkan kemampuan merancang percobaan yang menggunakan KIT IPA yang ada
di sekolah yaitu KIT Mekanika, KIT Kalor, KIT Listrik & Magnet, KIT Gelombang dan
Optik. Percobaan yang telah dirancang oleh peserta pelatihan adalah percobaan pesawat
sederhana (percobaan tuas, percobaan katrol tetap, percobaan katrol bebas, dan percobaan
katrol majemuk), percobaan gerak lurus (percobaan gerak lurus beraturan dan percobaan
gerak lurus berubah beraturan ), percobaan pengukuran kecepatan dan percepatan, percobaan
optic (percobaan pemantulan cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung), percobaan
kalor (percobaan pemuaian zat padat (besi, kuningan, alluminium), percobaan perpindahan
secara konduksi, konveksi, dan radiasi, percobaan perubahan wujud zat), percobaan listrik
(percobaan rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup, percobaan mengukur arus listrik pada
rangkaian seri dan parallel, percobaan mengukur tegangan pada rangkaian seri dan parallel),
percobaan magnet (percobaan sifat dan pembuatan magnet, percobaan gaya Lorents),
percobaan gelombang (percobaan bandul sederhana). Percobaan pengukuran (percobaan
mengukur panjang, massa, dan waktu ) ditekankan pada keterampilan guru membaca alat
ukur micrometer skrup, jangka sorong, neraca Ohous dan stop watch. Guru juga dilatih
merakit neraca Ohous.
Kegembiraan terpancar diraut peserta pelatihan, ketika rangkaian yang dibuat
berhasil. Mereka menyatakan belum pernah mengunakan KIT IPA dalam membelajarkan
konsep-konsep fisika dan baru kali ini mencoba menggunakannya.
Pendampingan penyusunan modul praktikum dilaksanakan 5 kali yaitu pada tanggal
28 Juli, 4,18,27 Agustus dan 1 September 2018. Pendampingan pertama dilakukan dengan
menekankan pada kesesuaian/keterkaitan antara judul, tujuan percobaan, bahan/alat, langkah
percobaan, dan data percobaan. Kesulitan yang dialami sebagian besar peserta pelatihan
adalah menentukan data yang harus dicari dari percobaan yang didasarkan pada tujuan
percobaan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun terlepas dari data yang diperoleh untuk
memperoleh/membuktikan konsep. Selanjutnya guru dipersiapkan untuk menyusun modul
praktikum secara mandiri. Pendampingan selanjutnya membahas kendala-kendala yang
masih dialami guru. Pendampingan terakhir, guru-guru peserta pelatihan telah menunjukkan
15
kemampuan menyusun modul praktikum semakin baik. Kesulitan-kesulitan yang ditemui
semakin kecil.
Pelatihan ini tidak hanya melakukan pendampingan pada kegiatan merancang/merakit
percobaan dan membuat modul praktikum juga dilakukan pendampingan saat guru
mengimplementasikan modul yang telah disusun dalam pembelajaran. Pendampingan ini
dilakukan satu kali untuk setiap guru. Hal ini untuk membantu guru dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi di kelas dengan jenjang kelas dan karakteristik siswa yang berbeda.
Hasil kegiatan pelatihan ini menunjukkan bahwa partisipasi perserta pelatihan sangat
tinggi. Seluruh guru mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir, antusias bertanya, rasa
ingin tahu, keterlibatan dalam merancang praktikum, pembuatan modul dan implementasinya
di kelas sangat tinggi.
Nilai keterampilan merancang percobaan bagi guru-guru peserta pelatihan tertera
pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Nilai Keterampilan Merancang Percobaan
No Aspek Keterampilan Merancang Percobaan Nilai
1 Pemilihan bahan/alat yang tepat 81,0
2 Kebenaran./ketepatan hasil rancangan 85,0
Rata-rata 83,0
Standar Deviasi 2,39
Kategori Tinggi
Rata-rata nilai keterampilan merancang percobaan bagi guru-guru peserta pelatihan
berada pada kategori tinggi. Sedangkan nilai kemampuan membuat modul praktikum juga
berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 81,94 seperti tertera pada table 3.2
Tabel 3.2 Nilai Kemampuan Menyusun Modul Praktikum
No Aspek Kemampuan Menyusun Modul Praktikum Nilai
1 Kesesuaian format penulisan modul praktikum 84,0
2 Penggunaan kalimat efektif dan EYD 80,0
3 Kesesuaian judul, tujuan percobaan, bahan/alat, langkah
percobaan, dan data percobaan
78,25
4 Memuat unsur kerja ilmiah dan sikap ilmiah 85,5
Rata-rata 81,94
Standar Deviasi 3,11
16
Kategori Tinggi
Nilai rata-rata implementasi modul praktikum dalam pembelajaran tertera pada table
3.3
Tabel 3.3 Nilai Implementasi Modul Praktikum dalam Pembelajaran
No Aspek Implementasi Modul Praktikum Nilai
1 Kemudahan menggunakan modul 81,0
2 Langkah kerja mudah dipahami siswa 80,75
3 Pembelajaran efektif dan bermakna 78,5
Rata-rata 80.08
Standar Deviasi 0,99
Kategori Trampil
Tanggapan guru-guru peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan dari awal hingga
berakhirnya proses pendampingan memberikan respon sangat positif dengan skor rata rata
0,99
3.2. Pembahasan
Partisipasi guru-guru pada kegiatan pelatihan pembuatan modul praktikum sangat
tinggi. Tim pelaksana dan peserta pelatihan mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir
pelatihan. Kontribusi peserta pelatihan pada penyampaian materi dinyatakan dalam bentuk
bertanya, memberi pendapat berdasarkan pengalaman yang dialami. Sedangkan kontribusi
pada kegiatan merancang percobaan dan menyusun modul praktikum dinyatakan dengan
keterlibatan langsung dalam merancang praktikum dengan KIT yang ada disekolah dan
menyusun lembar kerja praktikum. Guru-guru SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar memandang
pelatihan ini sebagai fasilitas untuk meningkatkan profesionalisme mereka khususnya
kompetensi profesi dan pedagogic. Hal ini menjadi modal dasar bagi kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan pelatihan ini.
Terbiasanya pembelajaran IPA dilaksanakan dengan metode ceramah, bidang
keilmuan yang tidak sesuai dengan materi yang dibelajarkan menjadi ujung tombak kesulitan
guru dalam merancang percobaan dengan KIT IPA. Pemberian wawasan peran media
pembelajaran dan komitmen guru-guru mendukung pelaksanaan kurikulum 2013, guru-guru
tanpa menyerah terus berusaha merancang percobaan. Diakhir pendampingan merancang
17
percobaan kendala/kesulitan yang masih ada, tidak lagi dipandang sebagai hambatan. Pada
pelatihan ini, tidak semua konsep fisika (kinematika gerak, kalor, listri magnet, gelombang &
optic) yang tertuang disilabus dapat dibuat rancangan percobaannya. Hal ini karena
keterbatasan komponen-komponen yang ada pada masing-masing KIT IPA (Fisika). Ada 7
percobaan yang dapat dirancang dari KIT Mekanika, 5 percobaan dari KIT Kalor, 3
percobaan dari KIT Gelombang & Optic, 9 percobaan dari KIT Listrik Magnet. Secara
keseluruhan keterampilan merancang percobaan guru-guru SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar
berada pada kategori tinggi. Guru-guru menunjukkan kemampuannya memilih alat/bahan
praktikum sesuai dengan percobaan dan menggunakannya untuk dirancang.
Kebenaran/ketepatan hasil rancangan juga menunjukkan nilai yang berada pada kategori
tinggi. Tuntutan profesionalisme guru, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
didukung fasilitas laboratiorium mini yang dilengkapi KIT IPA (Fisika) memacu guru untuk
selalu maju dan berkembang.
Ketidaktahuan format modul praktikum, rancangan percobaan, kesesuaian antara
judul, tujuan percobaan, bahan/alat, langkah percobaan, dan data percobaan dapat diatasi
setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan. Kesulitan ini sangat dirasakan oleh guru
dengan bidang keilmuan selain fisika, terutama dalam hal merancang percobaan. Guru-guru
terbiasa menggunakan petunjuk praktikum yang ada di LKS untuk kegiatan praktikum.
Pelatihan dan pendampingan ini, memberikan wawasan, pengalaman baru bagi guru-guru
dalam membuat modul praktikum. Pelatihan dan pendampingan diawali dengan merancang
lembar kerja praktikum yang mengacu pada hasil rancangan percobaan yang telah dibuat
sebelumnya. Kesulitan guru mengaitkan tujuan percobaan, dengan data hasil percobaan dan
pertanyaan-pertanyaan dapat diatasi karena adanya komunikasi dua arah antara guru-guru dan
tim pelaksana. Modul praktikum yang susun terdiri dari 24 lembar kerja siswa. Terdapat 8
lembar kerja praktikum kelas VII, 11 lembar kerja praktikum kelas VIII dan 8 lembar kerja
praktikum kelas IX. Kemampuan guru-guru SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar dalam
membuat/menyusun modul praktikum berada pada kategori tinggi. Walaupun kemampuan
membuat modul dalam kategori tinggi, aspek kesesuaian judul, tujuan percobaan, bahan/alat,
langkah percobaan, dan data percobaan perlu terus dilatih dan ditingkatkan.
Implementasi modul praktikum pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh
masing-masing guru menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru sudah trampil
melaksanakan pembelajaran dengan modul praktikum yang telah disusun. Adanya
kemudahan guru membelajarkan konsep-konsep dengan modul praktikum dan siswa
menunjukkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah serta memahami konsep yang dibelajarkan. Hal
18
ini sesuai dengan pandapat/pandangan Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Walaupun demikian, diawal pembelajaran guru terlihat agak tegang dan canggung.
Kondisi siswa saat pelaksanaan pembelajaran menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi,
antusias walaupun kadang sesaat situasi pembelajaran tidak terkendali. Hal ini menyebabkan
waktu pembelajaran melebihi alokasi waktu yang tersedia. Kondisi tersebut terdapat di kelas
VII, sedangkan kondisi pembelajaran di kelas VIII dan IX siswanya juga menunjukkan sikap
ingin tahu yang tinggi, antusias dan situasi kelas dapat dikendalikan oleh guru.
Kelemahan yang muncul pada beberapa guru-guru peserta pelatihan dalam merancang
percobaan, menyusun modul praktikum dan mengimplementasikannya adalah 1) konsep-
konsep mekanika, gelombang, kalor dan listrik magnet untuk perancangan percobaan belum
maksimal, 2) terpaku pada lembar kerja siswa (LKS) yang sudah ada, 3) takut mengambil
resiko terhadap kesalahan rancangan pada KIT listrik magnet, 4) kerja ilmiah dan sikap
ilmiah siswa belum terekam oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa 1) guru mengalami sindrom/grogi ketika di
observasi saat implementasi modul praktikum dalam pembelajaran, 2) guru memerlukan
pelatihan yang bersifat berkelanjutan untuk mengembangkan keterampilan merancang
percobaan untuk media selain KIT IPA, 3) guru merasa tertantang untuk mendapatkan
sumber belajar, teori yang menunjang, 4) guru memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menghasilkan satu lembar kerja praktikum disebabkan tugas administrasi lainnya
Kelebihan yang muncul pada guru-guru peserta pelatihan adalah 1) rasa optimis
mampu merancang percobaan, membuat modul praktikum dan mengimplementasikannya, 2)
ingin terus maju dan berkembang untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013.
Tanggapan yang diberikan peserta pelatihan sangat positif. Guru-guru peserta
pelatihan menyatakan : 1) pelatihan pembuatan modul praktikum ini sangat bermanfaat
untuk meningkatkan profesionalisme guru dan mendukung sekolah dalam melaksanakan
kurikulum 2013, 2) senang mengikuti pelatihan ini karena suasana pelatihan bersifat
kekeluargaan, tim pelaksana bekerja maksimal untuk memfasilitasi guru-guru melatih
keterampilan merakit percobaan dan menyusun modul praktikum. Peserta pelatihan berharap
kegiatan serupa dilaksanakan secara berkelanjutan.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, simpulan dari kegiatan pelatihan pembuatan modul
praktikum bagi guru-guru SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar di Kabupaten Buleleng yaitu :
1. Pelatihan pembuatan modul praktikum dapat meningkatkan keterampilan merancang
praktikum Fisika bagi guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 (
, kategori tinggi)
2. Pelatihan pembuatan modul praktikum dapat meningkatkan kemampuan membuat modul
praktikum bagi guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar (
, kategori tinggi)
3. Guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar trampil dalam mengimplementasikan
modul praktikum ( )
4. Guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar memberi tanggapan sangat positif
terhadap kegiatan pelatihan pembuatan modul praktikum ( 0,99 )
4.2 Saran
Saran bagi guru-guru IPA SMP Satu Atap Negeri 1 Banjar di Kabupaten Buleleng
setelah mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan modul praktikum adalah 1)
berkesinambungan melatih keterampilan merancang percobaan dengan
menggunakan/mengembangkan media pembelajaran berbasis lingkungan, 2) terus berlatih
dan meningkatkan kemampuan menentukan kesesuaian judul, tujuan percobaan, bahan/alat,
langkah percobaan, dan data percobaan melalui kegiatan menyusun modul praktikum pada
bidang lainnya, 3) mencoba mengembangkan modul praktikum sesuai dengan kompetensi
yang akan dikembangkan, 4) libatkan kegiatan percobaan pada proses pembelajaran untuk
mengembangkan/meningkatkan rasa ingin tahu, aktivitas, kerja ilmiah dan sikap ilmiah
siswa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Arief S. Sadiman, et al. 2007. Media Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
………. . 2003. Media Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, untuk IPA SD/MI dan SMP/MTs.
Utomo,Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung :
Remadja Karya.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
21
LAMPIRAN
22
Top Related