Download - Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Transcript
Page 1: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

“Pengujian Efek Antidiare”

29April 2014

Shift C1

Kamis, 13.00-16.00

KELOMPOK 2

Tiara Indah P 2601101200132 (Teori Dasar)

Yudha Prabowo 2601101200133 (Pembahasan dan Kesimpulan)

Afina Muthi 2601101200134 (Data pengamatan dan Perhitungan)

Diah M. Syauqiresa 2601101200135 (Alat dan Bahan dan Prosedur)

Nufus Dwianita 2601101200136 (Tujuan, Prinsip, dan Editor)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI ORGAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2014

Nilai Asisten

Page 2: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE

I. Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh

mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum

ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal

II. Prinsip

Efek obat antidiare dalam menghambat gerak peristaltic usus dapat ditandai

dengan terhambatnya tinta cina yang melewati usus

III. Teori Dasar

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200

mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak

enak  pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia

fekal. Terdapat lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut

Diare ini bercampur dengan air, memiliki gejala yang datang tiba-tiba, dan

berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan

mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan

dam minum.

2. Diare kronik

Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan oleh

virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.

3. Diare akut bercampur darah

Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini dapat menyebabkan

kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah, malnutrisi atau

kurang gizi dan dehidrasi.

4. Diare persisten

Page 3: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya utama

adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi

menyebar hingga keluar usus.

5. Diare dengan kurang gizi berat

Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena mengakibatkan infeksi

yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan

vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung (Daldiyono,

1990).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain

1. Infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,

contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E.

coli).

2. Infeksi virus

Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,

cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.

3. Intoleransi makanan

Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya

pemanis buatan dan laktosa.

4. Parasit

Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap

di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya

Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.

5. Reaksi atau efek samping pengobatan antibiotik, penurun tekanan darah, obat

kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.

6. Gangguan intestinal dan kelainan fungsi usus besar (National Digestive

Diseases Information Clearinghouse, 2007).

Page 4: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa

(adhesi) , invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin.

1. Adhesi

Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer

fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel

epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization

factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen seperti

Enterotoxic E. Coli (ETEC). Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada

infeksi Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC

adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium

intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus. Invasi

intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada infeksi EPEC ini dan diare

terjadi akibat shiga like toksin. Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan

pola agregasi yang terlihat pada jenis kuman enteropatogenik yang berbeda

dari ETEC atau EHEC (Daldiyono, 1990).

2. Invasi.

Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel

usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel

epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi

inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat

dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif

lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga yang menimbulkan

kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala sistemik seperti

demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat

invasif misalnya Salmonella. Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin

shiga yang dihasilkan oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman

lain yang menghasilkan sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC)

Page 5: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma

uremik hemolitik, kuman EPEC serta V. Parahemolyticus (Daldiyono, 1990).

3. Enterotoksin.

Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin (CT)

yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus halus.

Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan

merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP

intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus

serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus.

ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama

dengan CT serta heatStabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP

selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi protein membran mikrovili,

membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida (Daldiyono, 1990).

Penggolongan obat diare :

1. Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa

pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan

oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat

mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran

toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri

penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan

amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).

2. Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan

mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan

alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik

(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI,

2007).

Page 6: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

3. Adsorbensia

Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah

mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta

melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak

dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk

kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam

bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi

UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan

antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan

toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben

yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam

bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Loperamida

Pemerian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225oC

disertai peruraian.

Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan

kloroform  (Farmakope Indonesia IV, 1995).

Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga

diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor

tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik.

Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi

terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan

dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat

jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan

motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu

paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian

Page 7: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang selektifitas

kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan

disalahgunakannya obat ini lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan

euphoria seperti morfin dan kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan

Terapi UI, 2007).

IV. Alat dan Bahan

IV.1 Alat

1. Alas bedah

2. Alat bedah

3. Penggaris

4. Sonde oral mencit

4.2 Bahan

1. Loperamide HCl (0,24 dan 0,48 mg/ml)

2. Suspensi PGA 2% (diwarnai hitam dengan tinta cina/norit 0,1/10 gram

sebagai marker)

3. Tinta cina

4.3 Hewan

1. Mencit putih, dipuasakan 18 jam sebelum percobaan dan minum tetap

diberikan.

A. Gambar Alat

Alat bedah

Page 8: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Penggaris Sonde oral mencit

V. Prosedur

Pertama yang harus dilakukan adalah bobot mencit ditimbang kemudian

dikelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol diberi PGA

2%, kelompok uji Loperamid dosis I dan dosis II di berikan secara per oral. Pada

waktu ke- 45 menit, semua kelompok hewan diberikan tinta cina 0,1 ml/10 g mencit

secara per oral dan pada waktu ke- 65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara

dislokasi tulang leher.

Kemudian setelah semua hewan dikorbankan, usus dikeluarkan secara hati-

hati sampai usus teregang. Setelah usus teregang, di ukur panjang usus yang dilalui

norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) dan panjang seluruh

usus dari pilorus sampai rektum.

Setelah itu, dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap

panjang usus seluruhnya dan hasil-hasil pengamatan disajikan dalam tabel beserta

grafiknya. Kemudian, evaluasi hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk

waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-

masing secara statistik dengan metode ANAVA dan Student’s test.

VI. Data Pengamatan

Page 9: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Tabel 1. Bobot berat badan masing-masing mencit

No. Kelompok Keterangan Bobot Berat Badan (gram)

1. I Mencit 1 12,3 gram

Mencit 2 13,9 gram

Mencit 3 23,5 gram

2. II Mencit 1 22,5 gram

Mencit 2 12,8 gram

Mencit 3 14 gram

3. III Mencit 1 22,6 gram

Mencit 2 12,3 gram

Mencit 3 12,6 gram

4. IV Mencit 1 14,5 gram

Mencit 2 11 gram

Mencit 3 18 gram

5. V Mencit 1 16,3 gram

Mencit 2 11,2 gram

Mencit 3 19 gram

6. VI Mencit 1 25,2 gram

Mencit 2 12,2 gram

Mencit 3 12,5 gram

Tabel 2. Jumlah volume perlakuan yang diberikan terhadap masing-masing

mencit

No. Kelompok Keterangan Jumlah volume

perlakuan yang

diberikan (ml)

1. I Mencit 1 0,3075 ml

Page 10: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Mencit 2 0,3475 ml

Mencit 3 0,5875 ml

2. II Mencit 1 0,5625 ml

Mencit 2 0,32 ml

Mencit 3 0,35 ml

3. III Mencit 1 0,565 ml

Mencit 2 0,3075 ml

Mencit 3 0,315 ml

4. IV Mencit 1 0,3625 ml

Mencit 2 0,275 ml

Mencit 3 0, 45 ml

5. V Mencit 1 0, 4075 ml

Mencit 2 0, 28 ml

Mencit 3 0,475 ml

6. VI Mencit 1 0, 63 ml

Mencit 2 0,305 ml

Mencit 3 0,3125 ml

Tabel 3. Tabel perlakuan terhadap masing-masing mencit

No. Waktu Perlakuan

1. T=0 Mencit 1 diberikan PGA

2% secara per oral

Mencit 2 diberikan

Loperamid (dosis I)

secara per oral

Mencit 3 diberikan

Loperamid (dosis II)

Page 11: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

secara per oral

2. T= 45 menit Masing-masing mencit

diberikan tinta cina 0,1

mL/10 g mencit secara

per oral

3. T=65 menit Semua mencit

dikorbankan dengan

dislokasi tulang leher

kemudian dibedah dan

dikeluarkan ususnya

untuk mengukur

panjang usus

keseluruhan dan panjang

usus yang dilalui oleh

tinta cina

Tabel 4. Perbandingan jarak tempuh marker dan rasio terhadap panjang usus

keseluruhan

Kelompok Mencit Panjang

Tinta (cm)

Panjang

Usus (cm)

Rasio

Kontrol 1

2

3

4

5

6

11,2

18

24,5

13,5

6

11,5

46

64

54

53

38

53

0,243

0,28

0,4357

0,254

0,157

0,22

Page 12: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Rata-rata 20,45 51,33 0,265

Uji I

0,12 mg/mL

1

2

3

4

5

6

Rata-rata

0

12,5

6,6

17

10

24

11,683

0

58,5

36,5

47

55,5

40

39,583

0

0,213

0,1808

0,3617

0,18

0,6

0,356

Uji II 1

2

3

4

5

6

Rata-rata

0

44

7

7,5

12

30,5

16,83

0

51

41

56,5

62

46

42,75

0

0,862

0,1707

0,1327

0,1935

0,66

0,336

VII. Perhitungan

VII. 1 Perhitungan

Perhitungan 1. Perhitungan banyaknya cairan (ml) yang diberikan secara

Per oral pada masing-masing mencit tiap kelompok

1. Kelompok 1

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 12,3/20 . 0,5 = 0,3075 ml

Mencit 2. 13,9/20 . 0,5 = 0,3475 ml

Mencit 3. 23,5/20 . 0,5 = 0,5875 ml

Page 13: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

2. Kelompok 2

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 22,5/20 . 0,5 = 0,5625 ml

Mencit 2. 12,8/20 . 0,5 = 0,32 ml

Mencit 3. 14/20 . 0,5 = 0,35 ml

3. Kelompok 3

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 22,6/20 . 0,5 = 0,565 ml

Mencit 2. 12,3/20 . 0,5 = 0,3075 ml

Mencit 3. 12,6/20 . 0,5 = 0,315 ml

4. Kelompok 4

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 14,5/20 . 0,5 = 0,3625 ml

Mencit 2. 11/20 . 0,5 = 0,275 ml

Mencit 3. 18/20 . 0,5 = 0,45 ml

5. Kelompok 5

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 16,3/20 . 0,5 = 0,4075 ml

Mencit 2. 11,2/20 . 0,5 = 0,28 ml

Mencit 3. 19/20 . 0,5 = 0,475 ml

6. Kelompok 6

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 25,2/20 . 0,5 = 0,63 ml

Mencit 2. 12,2/20 . 0,5 = 0,305 ml

Mencit 3. 12,5/20 . 0,5 = 0,3125 ml

Keterangan:

Mencit 1 diberikan PGA 2%

Page 14: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Mencit 2 diberikan Loperamide dosis I (0,2 mg/0,5 ml)

Mencit 3 diberikan Loperamide dosis II (0,24 mg/0,5 ml)

Perhitungan 2. Perhitungan banyaknya tinta cina (ml) yang diberikan secara per oral

pada masing-masing mencit tiap kelompok

1. Kelompok 1

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 12,3/20 . 0,1 = 0, 0615 ml

Mencit 2. 13,9/20 . 0,1 = 0,0695 ml

Mencit 3. 23,5/20 . 0,1 = 0,1175 ml

2. Kelompok 2

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 22,5/20 . 0,1 = 0,1125 ml

Mencit 2. 12,8/20 . 0,1 = 0,064 ml

Mencit 3. 14/20 . 0,1 = 0,07 ml

3. Kelompok 3

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 22,6/20 . 0,1 = 0,113 ml

Mencit 2. 12,3/20 . 0,1 = 0,0615 ml

Mencit 3. 12,6/20 . 0,1 = 0,063 ml

4. Kelompok 4

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 14,5/20 . 0,1 = 0,0725 ml

Mencit 2. 11/20 . 0,1 = 0,055 ml

Mencit 3. 18/20 . 0,1 = 0,09 ml

5. Kelompok 5

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 16,3/20 . 0,1 = 0,0815 ml

Page 15: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Mencit 2. 11,2/20 . 0,1 = 0,0,056 ml

Mencit 3. 19/20 . 0,1 = 0,095 ml

6. Kelompok 6

Perhitungan ml untuk pemberian per oral

Mencit 1. 25,2/20 . 0,1 = 0,126 ml

Mencit 2. 12,2/20 . 0,1 = 0,061 ml

Mencit 3. 12,5/20 . 0,1 = 0,0625 ml

Perhitungan 3. Perhitungan % rasio inhibisi

% Inhibisi peristaltik usus Uji I = Rasio Kontrol−RasioUji I

Rasio Kontrol ¿¿

= 0.265−0,256

0.265x100 %=3,39 %

% Inhibisi peristaltik usus Uji II = Rasio Kontrol−Ra sioUji II

Rasio Kontrol¿¿

= 0.265−0,336

0.265x100 %=−26,79 %

Perhitungan 4. Perhitungan anava (Desain blok acak)

Rasio per-

Kelompok

Mencit Jumlah Rataan

1 2 3

1 0,243 0 0,243 0 0,243

2 0,28 0,213 0,45167 0,862 1,35501

3 0,4357 0,1808 0,2624 0,1707 0,7872

4 0,254 0,3617 0,249467 0,1327 0,7484

5 0,157 0,18 0,17683 0,1935 0,5305

6 0,22 0,6 0,4933 0,66 1,48

Jumlah 1,5897 1,5355 2,0189

Rataan 0,26495 0,3071 0,40378

Page 16: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Ho : π1 = 0, artinya tidak terdapat perbedaan efek obat antidiare

H1 : π1 ≠ 0, artinya terdapat perbedaan efek obat antidiare

terhadap hewan

percobaan

Y2 = 0,2432 + .....+0,662

= 2,329

Ry = 5,14412

18=26,46176481

18=1,470098045

Sb = (1,5897)2+(1,5355)2+(2,0189)2

3

= 2,986954517

Sy = 2,329 – 1,470098045 - 2,986954517= - 2,128052562

By =

(0,243 )2+(1,35501 )2+…+(1,48)2

6−1,470098045=−0,54564

Py = (1,5897 )2+(1,5355)2+¿¿

= 1,5168564

Ey = -2,128052562 – (-0,54564) - 1,5168564 = -3,099268962

Page 17: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Sumber

variasi

dk JK KT F

Rata-rata 1 1,470098045 1,470098045 0.7584282/-

0,344363218

=-2.2024

Blok (rasio) 5 −0,54564 -0,109128

Perlakuan

(jenis obat)

2 1,5168564 0,7584282

Kekeliruan

eksperimen

9 -3,099268962 -0,344363218

Jumlah 17 5,428268962

Fhit = ktpkte

= 0,7584282

−0,344363218=¿ - 2.2024

F(5%) (5,2) = 9,87

Hasil: Fhit < Ftab, makan Ho diterima artinya setiap obat uji tidak

memiliki efek yang berbeda terhadap hewan percobaan

VII. 2 Grafik dan Diagram Batang

Grafik 1. Grafik rata-rata jarak tempuh marker terhadap rasio

Page 18: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

PGA Loperamid (Dosis I) Loperamid (Dosis II)0

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.450.5

Grafik Rata-Rata Rasio Terhadap Perlakuan

Perlakuan

Rata

-rat

a Ra

sio

Grafik 2. Grafik Jumlah rasio terhadap perlakuan

PGA Loperamid (Dosis I) Loperamid (Dosis II)0

0.5

1

1.5

2

2.5

Grafik Jumlah Rasio Terhadap Perlakuan

Perlakuan

Jum

lah

Rasio

VIII. Pembahasan

Page 19: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Praktikum kali ini tentang pengujian efek antidiare. Tujuan praktikum adalah

praktikan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat

diare yang diinduksi melalui metode transit intestinal. Diare adalah suatu kondisi,

buang air besar (defekasi) yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan

konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai

akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Penyebab diare

dibagi menjadi dua yakni diare sekresi disebabkan Infeksi virus, kuman-kuman

patogen dan apatogen, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia

makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam),

gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, dan Defisiensi

imum terutama SIGA (secretory imonol globulin A) yang mengakibatkan terjadinya

berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida. Diare osmotik

disebabkan kurangnya asupan makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin

dan mineral.

Prinsip metode transit intestinal ialah metode ini digunakan untuk

mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik dimana prinsipnya

berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker

(tinta cina) dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan

percobaan. Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas obat antidiare tanpa

hewan percobaan diberi ransangan diare. Obat antidiare akan memperkecil rasio,

sedangkan obat laksansia dan obat antispasmodik akan memperbesar rasio. Metode

ini untuk mengevaluasi obat yang mekanisme kerjanya terhadap motilitas seperti

loperamid HCL. Untuk obat yang bekerja mempengaruhi osmotik, sekretorik,

eksudatif, dan invasif bakteri maka tidak dapat digunakan metode transit intestinal.

Hewan yang digunakan adalah mencit karena memiliki keuntungan mudah

ditangani, mudah dikembangbiakan kembali, siklus hidup sempit, terdapat sifat

anatomis serta fisiologis dan suhu normal badan 37,4o C menyerupai manusia.

Disamping itu efek dosis yang diberikan kepada mencit dapat diubah ke manusia

Page 20: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

dengan menggunakan tabel konversi dosis. Pada mencit yang memiliki berat 20 gram,

dengan factor konversi ke manusia berat 70 kg sebesar 387,9 maka dapat ditentukan

dengan mudah evaluasi dosis penggunaan obat antidiare pada manusia.

Bahan obat yang digunakan adalah loperamid HCL. Obat ini termasuk dalam

golongan antimotilitas dan sekresi usus golongan opiat. Obat ini turunan difenoksilat

khasiatnya berupa obstipasi. Obat ini tidak menimbulkan kecanduan karena tidak

dapat menyebrangi sawar-darah otak dibandingkan opiate lain. Selain loperamid

HCL, bahan kedua yang digunakan adalah tinta cina (marker). Marker ini digunakan

karena mudah diperoleh dipasaran serta murah, stabil, tidak toksik, tidak dapat

diserap dinding usus. Marker dapat mewarnai dinding usus . Adanya bahan ini pada

lumen mencit yang sebelumnya sudah diberi obat antidiare menyebabkan kecepatan

aliran marker melewati usus akan terhambat.. Terhambatnya disebabkan pemberian

loperamid HCL bekerja mengurangi motilitas usus mencit dibandingkan normal.

Bahan ketiga adalah PGA 2%. PGA dipilih sebagai kontrol karena PGA dapat

melarutkan loperamid HCL dengan baik. Bahan tersebut digunakan sebagai control

negatif yang akan dibandingkan terhadap obat antidiare.

Alat yang digunakan adalah alat - alat bedah. Mencit yang sudah melewati

tahap prosedur metode transit intestinal akan dilakukan dislokasi, lalu pembedahan

untuk mengukur rasio marker terhadap panjang usus keseluruhan. Alat selanjutnya

meja bedah. Meja bedah ini digunakan sebagai alas pada proses pembedahan mencit.

Sonde oral digunakan untuk memasukan obat antidiare, tinta cina, dan marker.

Terakhir penggaris digunakan untuk mengukur panjang usus keseluruhan dan panjang

jarak penempuhan tinta cina di lumen usus.

Prosedur pertama yang dilakukan adalah mengambil tiga ekor mencit tiap

kelompok dan menghitung massa mencit. Diperoleh massa mencit adalah kelompok

satu 12,3 gram, 13,9 gram, 23,5 gram. Kelompok dua 22,5 gram, 12,8 gram, 14 gram.

Kelompok tiga 22,6 gram, 12,3 gram, 12,6 gram. Kelompok empat 14,5 gram, 11

Page 21: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

gram, 18 gram. Kelompok lima 16,3 gram, 11,2 gram, 19 gram. Kelompok enam 25,2

gram, 12,2 gram, 12,5 gram Dengan adanya massa hasil penimbangan bisa

menentukan berapa banyak volume dosis yang diberikan kepada mencit. Kelompok

satu volume yang diberikan 0,3075ml, 0,3475 ml, 0,5875 ml. Kelompok dua 0,5625

ml, 0,32 ml, 0,35 ml. Kelompok tiga 0,565 ml, 0,3075 ml, 0,315 ml. Kelompok

empat 0,3625 ml, 0,275 ml, 0,46 ml. Kelompok lima 0,4075 ml, 0,28 ml, 0,475 ml.

kelompok enam 0,63 ml, 0,305 ml, 0,3125 ml.

Prosedur kedua adalah membagi mencit menjadi 3 kelompok. Kelompok

pertama kontrol (PGA), kedua uji 1 (loperamid HCL 0,24 mg/ml), ketiga uji 2

(loperamid HCL 0,48 mg/ml). pembagian kelompok bertujuan memudahkan untuk

perbandingan perlakuan antara mencit yang diberikan PGA, loperamid HCL 0,24

mg/ml, dan loperamid HCL 0,48 mg/ml. Lalu dilakukan pemberian obat yang sudah

dihitung jumlah volume pemberiannya ke tiap kelompok melalui peroral.

Yang perlu diperhatikan adalah kelompok uji 1 dan kelompok uji 2. Antara

dua kelompok itu yang membedakan adalah besarnya dosis. Tujuannya adalah untuk

mengetahui dengan adanya perbedaan dosis apakah memiliki kerja farmakologi yang

berbeda atau tidak.

Pada menit ke 45, semua kelompok hewan diberi tinta cina sebesar 0,1 ml/10

gram mencit secara oral. Tinta cina akan melewati system pencernaan sampai ke

usus. Pada usus tinta cina akan berfungsi sebagai penanda usus yang dilalui obat serta

dapat mengetahui kerja obat. Kerja obat dapat diketahui dengan menurunnya jarak

tinta cina di usus. Pada menit ke 65, dilakukan dislokasi kepada semua mencit.

Tujuannya ialah untuk melakukan pembedahan terhadap mencit dengan cara

membuka perutnya. Lalu dilakukan proses pembedahan diatas meja bedah. Dilakukan

pembedahan perut mencit dengan hati-hati lalu ususnya dikeluarkan. Usus yang

sudah dikeluarkan lalu diukur panjang lintasan tinta cina mulai dari pylorus sampai

Page 22: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

pemberhentian terakhir. Lalu dihitung juga panjang usus total mencit dari pylorus

sampai rectum.

Hasilnya dari data kelompok 2 ialah rasio kelompok kontrol 0,28. Kelompok

uji 1 adalah 0,213 dan rasio kelompok uji 2 adalah 0,862. Dari sini dapat diambil

kesimpulan dengan peningkatan dosis menyebabkan peningkatan motilitas usus

sehingga marker menempuh lintasan lumen usus menjadi besar. Dengan pengolahan

data 6 kelompok didapati rasio kelompok kontrol 0,265. Kelompok uji 1 0,256 dan

kelompok uji 2 0,336. Dari data enam kelompok juga dapat diambil kesimpulan

dengan peningkatan dosis menyebabkan peningkatan motilitas usus. Dari grafik bisa

dilihat kurva rata-rata rasio terhadap perlakuan mengalami penurunan pada interval

PGA dengan uji 1. Mengalami peningkatan yang signifikan pada interval uji 1

terhadap uji 2. Dari data ini juga diambil kesimpulan dengan peningkatan dosis obat

antidiare menyebabkan peningkatkan motilitas usus.. Berdasarkan teori, pemberian

loperamid HCL berlebih akan lebih menurunkan kecepatan motilitas usus sehingga

kandungan air yang berlebih pada zat yang masuk ke usus dapat diserap dengan

lamanya zat tersebut menempati usus. Namun, pada hasil pratikum ini, peningkatan

dosis loperamid malah mengakibatkan peningkatan motilitas usus yang ditandai

dengan cepatnya marker melewati lumen usus. Adanya kesalahan data pengamatan

disebabkan beberapa hal. Pertama kematian mencit kelompok uji 1 dan uji 2 pada

kelompok 1. Sehingga dengan kematian mencit, tidak diperoleh data sebaiknya.

Kematian ini disebabkan pemberian intraperoral yang tidak baik. Kedua, tidak

tepatnya pengukuran dengan menggunakan penggaris yang memiliki ketelitian hanya

0,1 cm. ketiga, kemungkinan tidak dilakukan puasa tepat selama 18 jam sebelum

dilakukan percobaan. Keempat, kurang tepatnya volume dosis yang diberikan sesuai

perhitungan terhadap massa mencit. Kelima bisa disebabkan banyaknya volume tinta

cina yang diberikan sehingga yang fungsi utamanya sebagai penanda obat bekerja di

usus malah menyebabkan terlalu encer sehingga dapat denga mudah melintasi usus.

Keenam, obat antidiare yang diberikan mengandung kontaminan dan kesalahan

Page 23: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

mengambil sonde oral yang bekas digunakan tinta cina, malah digunakan volume

obat antidiare loperamid HCL.

Lalu dari pengolahan data, diperoleh % rasio 1 sebesar 3,39 % dan % rasio 2

sebesar -26,79 %. Dari data tersebut diperoleh obat loperamid HCL dosis 1 lebih

efektif dibandingkan dosis 2. Lalu berdasarkan ANAVA didapati hasil F hitung lebih

besar dari F table yang artinya H0 diterima. Obat antidiare loperamid dosis 1 dan 2

yang diberikan tidak memiliki efek yang berbeda terhadap hewan percobaan.

IX. Simpulan

Aktifitas obat antidiare dapat diketahui melalui pemberian loperamida pada

mencit dengan menggunakan metode transit intestinal dengan hasil loperamid dosis 1

lebih efektif dibandingkan loperamid dosis 2.

DAFTAR PUSTAKA

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Infomedika. Jakarta.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi edisi V.

Penerbit UI Press. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Penerbit ITB. Bandung.

National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007. Diarrhea. Available

online at www.digestive.niddk.nih.gov . [Diakses tanggal 28 April 2014].

Page 24: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi - Antidiare

Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.