BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimalkan nilai suatu
perusahaan. Hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder.
Penetapan tujuan yang benar akan berpengaruh terhadap proses agar tujuan
tersebut dapat tercapai. Kesalahan dalam penetapan tujuan akan berpengaruh
kepada perencanaan strategi perusahaan dan kepercayaan stakeholder terhadap
perusahaan.
Era persaingan global dan resesi yang terjadi membuat perusahaan harus
dapat memanfaatkan nilai perusahaan agar survive dan growth di masa depan.
Penilaian kinerja perusahaan dengan pendekatan tradisional berupa rasio
keuangan saat ini tidak dapat dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh metode dan perlakuan akuntansi yang digunakan.
Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan data
keuangan dengan menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai (Value
Based). Pengukuran tersebut dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam
pengendalian modal, rencana pembiayaan, sarana komunikasi dengan pemegang
saham serta dapat pula sebagai dasar penentuan insentif bagi karyawan. Dengan
halaman 1
pengukuran berdasarkan nilai ini, manajemen perusahaan dituntut untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Salah satu pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan
adalah Economic Value Added (EVA) karena EVA mengukur nilai tambah
ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari strategi dan aktivitas
perusahaan. Dengan analisis EVA, pemilik perusahaan akan memberikan suatu
imbalan kepada aktivitas yang memberikan nilai tambah serta mengurangi atau
bahkan membuang aktivitas yang mengurangi nilai tambah perusahaan.
EVA atau nilai tambah ekonomis adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) (Tunggal,
2001:1). EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value
added dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham dalam operasi
perusahaan. EVA merupakan selisih laba usaha setelah pajak (Net Operating
Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital).
PT. Bakrie Pipe Industries merupakan salah satu anak perusahaan PT. Bakrie
& Brothers Tbk di bidang metal dan lain-lain. Perusahaan ini memiliki ruang
lingkup produksinya dalam produksi pipa baja yang banyak digunakan dalam
pembangunan gedung, jembatan, pembuatan tiang listrik, telepon, proyek minyak
dan gas dan lain-lain.
halaman 2
Penilaian kinerja yang dilakukan oleh PT. Bakrie Pipe Industries cenderung
hanya menilai berdasarkan rasio keuangan saja. Kinerja keuangan PT. Bakrie Pipe
Industries dari tahun 2005 – 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel I.1
Kinerja PT. Bakrie Pipe Industries Berdasarkan Rasio Keuangan
Rasio/Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Current Ratio 245,87% 344,62% 299,75% 178,62% 307,72%
Debt to Equity
Ratio82,11% 26,92% 30,02% 53,94% 26,10%
ROA 22,03% 7,12% 1,59% 2,91% 1,51%
ROE 40,12% 9,04% 2,06% 4,48% 1,90%
Sumber: Laporan Keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa secara umum kinerja perusahaan
berdasarkan rasio keuangan telah baik hal ini ditunjukkan dengan nilai current
ratio, Debt to Equity Ratio, ROA dan ROE yang bernilai positif. Pengukuran
kinerja perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan memiliki kelebihan yaitu
mudah dalam perhitungannya selama data historis tersedia, namun kelemahannya
adalah pengukuran kinerja ini tidak memberikan indikator sebenarnya tentang
keberhasilan manajemen dalam mencapai visi dan misi perusahaan.
Kelemahan dalam pengukuran kinerja ini disebabkan oleh adanya distorsi
akuntansi dimana manajemen mempunyai kontrol penuh atas metode penilaian
yang digunakan dalam laporan keuangan. Perhitungan ini juga hanya
mengandalkan laba semu perusahaan. Tindakan seperti ini menunjukkan
halaman 3
perusahaan belum mampu memberikan kinerja yang baik sebab tidak
memperhitungkan kewajiban yang ada pada perusahaan. Oleh karena itu, dalam
mengukur kinerja perusahaan diperlukan suatu alat ukur yang menggambarkan
kondisi keuangan manajemen dengan lebih akurat yaitu dengan menggunakan
metode Economic Value Added (EVA). Hal ini dikarenakan EVA menghitung
biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
Berdasarkan laporan manajemen PT. Bakrie Pipe Industries, dalam menilai
kinerja keuangan, perusahaan menggunakan rasio keuangan sedangkan
penggunaan Economic Value Added belum pernah digunakan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk menganalisis mengenai “Analisis Kinerja PT. Bakrie Pipe
Industries dengan menggunakan metode Economic Value Added tahun 2005 –
2009”.
B. Kerangka Teori
B.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari
proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada
suatu saat tertentu. Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu
perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi,
untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston &
Thomas E. Copeland, 1994: 24).
halaman 4
B.1.1 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan biasanya terdiri:
a. Neraca: laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu menunjukkan posisi keuangan (aktiva,
utang dan modal) pada saat tertentu. Tujuan neraca adalah menunjukkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya
pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu
akhir tahun fiskal atau tahun kalender (misalnya pada tanggal 31
Desember 200x).
b. Laporan laba rugi: suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari
penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama
periode tertentu.
c. Laporan saldo laba: menunjukkan perubahan laba ditahan selama periode
tertentu.
d. Laporan arus kas: Menujukkan arus kas selama periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan: berisi rincian neraca dan laporan laba rugi,
kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya.
B.1.2 Arti Penting Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena
ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis
rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat
halaman 5
membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa
datang.
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan
gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan
suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor,
kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut
(renirana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8887/ALK+BAB+II.pdf):
1. Bagi pihak manajemen: untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,
kompensasi, pengembangan karier
2. Bagi pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan,
keamanan investasi.
3. Bagi kreditor: untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang
beserta bunganya.
4. Bagi pemerintah: pajak, persetujuan untuk go public.
5. Bagi karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan
kerja
B.2 Economic Value Added
Metode Economic Value Added (EVA) pertama kali dikembangkan oleh
Stewart & Stern yang merupakan analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart
halaman 6
& Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode
NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal, 2001:1).
Adapun pengertian EVA menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Utomo ( 1999 : 36 )
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan
prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan
langsung dnengan nilai pasar sebuah perusahaan.
2. Shil ( 2009 : 169 )
Economic Value Added (EVA) is the financial performance measure that
comes closer than any other to capturing the true economic profit of an
enterprise. Thus, in modern economics and finance area, EVA holds an
important part that has less debate among practitioners. It is the
performance measure most directly linked to the creation of shareholders
wealth over time. Shareholders are very much choosy for their interest into
the business and they like management to come up with very specific
solution. By the time, it is established that the very logic of using EVA is to
maximize the value for the shareholders. More explicitly, EVA measure
halaman 7
gives importance on how much economic value is added for the
shareholders by the management for which they have been entrusted with.
EVA is exceptional from other traditional tools in the sense that all other
tools mostly depend on information generated by accounting. And we
know, accounting, more often produces historical data or distorted data
that may have no relation with the real status of the company. But, EVA
goes for adjustments to accounting data to make it economically viable.
3. Sandias ( 2002 : 1 )
Presently, one of the star products in business finance is the EVA
(Economic Value Added) developed by Stern Stewart & Company. It is
determined by calculating the difference between net operating profit and
the total financing costs of the business (both the explicit cost of debt and
the implicit cost of the company´s own resources). If the first figure is
greater than the second, then there is a positive EVA. On the other hand, if
financing costs are greater than net operating profit, there is a negative
EVA.
4. Iramani ( 2005 : 3 )
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value
added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi
perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba usaha setelah
pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal
(Cost of Capital).
halaman 8
Berdasarkan definisi yang diberikan para ahli, dapat disimpulkan bahwa
Economic Value Added merupakan suatu pengukuran kinerja suatu perusahaan
yang didasarkan pada penilaian nilai (value) yang perusahaan ciptakan dri
aktivitas yang dilakukan perusahaan. EVA merupakan perhitungan net operating
profit dikurangi financial cost.
Penciptaan nilai tambah oleh manajemen dapat dilakukan dengan berbagai
macam hal, namun pada prinsipnya EVA akan meningkat apabila manajemen
melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart, 1993 : 118-119):
a. Meningkatkan laba usaha tanpa adanya tambahan modal.
Hal ini bermakna bahwa manajemen dapat menggunakan aktiva
perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal
dari operasi yang dilakukan perusahaan.
b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return
lebih besar dari biaya modal yang ada.
Dalam hal ini bermakna bahwa manajemen perusahaan hanya dapat
mengambil suatu proyek yang memberikan nilai ekonomis bagi
perusahaan.
c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Dengan perhitungan EVA, manajemen dapat menilai aktivitas perusahaan
mana yang memberikan nilai tambah maupun yang tidak memberikan nilai
tambah sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan untuk
mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
halaman 9
B.2.1 Pengukuran EVA
Dalam mengukur EVA, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan,
menurut Valez (dalam Iramani, 2005:4) pendekatan tersebut tergantung dari
struktur modal perusahaan. Apabila struktur modal perusahaan hanya
menggunakan modal sendiri, maka perhitungan matematis EVA sebagai berikut:
EVA = NOPAT – ( i x E )
Dimana:
NOPAT : Net Operating Profit After Taxes
ie : Opportunity Cost of Equity
E : Total Equity
Namun, apabila struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan modal
sendiri, maka perhitungan EVA secara matematis sebagai berikut:
EVA = NOPAT - (WACC x Total Modal yang Diinvestasikan)
Dimana:
EVA : Economic Value Added
NOPAT : Net Operating Profit After Taxes
WACC : Weighted Average Cost of Capital
Interpretasi dari perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
a. Jika EVA > 0 maka hal ini membuktikan bahwa terdapat nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan.
b. Jika EVA < 0 maka hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat nilai
tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan.
halaman 10
c. Jika EVA = 0 maka hal ini menunjukkan posisi impas karena laba
perusahaan telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada kreditur
maupun pemegang saham.
B.2.2 Net Operating After Tax
Net Operating After Tax merupakan sejumlah laba yang perusahaan yang
akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki
aset finansial. NOPAT dapat dihitung dengan rumus (Sartono, 2001:100):
NOPAT : EBIT – (1-Tax)
Keterangan:
NOPAT : Net Operating After Tax
EBIT : Earning Before Interest and Taxes
B.2.3 WACC ( Weighted Average Cost of Capital)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan biaya ekuitas dan
biaya hutang dikalikan dengan presentase ekuitas dan biaya ekuitas dan hutang
dalam struktur modal perusahaan. Adapun rumus WACC sebagai berikut:
WACC :{( Debt
Debt+Equity ) x [Kd x (1-Tc)]} – (Equity
Debt+Equity x Ke)
Dimana:
WACC : Weighted Average Cost of Capital
Kd : Cost of Debt
halaman 11
Tc : Corporate Tax
Ke : Cost of Equity
B.2.4 Total Modal yang Diinvestasikan
Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan
terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung bunga (non
interest bearing liabilities) seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo (accrued
wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes) (Young & O’Byrne
(2001:39). Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah ekuitas pemegang
saham ditambah dengan hutang jangka pendek dan seluruh hutang jangka
panjang.
Modal yang diinvestasikan : Hutang Jangka Pendek + Total Hutang Jangka
Panjang + Total Ekuitas Pemegang Saham
B.2.5 Manfaat EVA
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan
EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Tunggal
(2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri
sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan
dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis
kecenderungan (trend).
halaman 12
b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk
investasi dengan biaya modal yang rendah.
Sedangkan menurut Utama (1997:10), manfaat EVA adalah:
a. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan
karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value
creation).
b. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan
struktur modal.
c. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya
pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimalkan, dan
d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya
modalnya.
Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran
yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial
Distress pada suatu perusahaan (Salmi & Virtanen 2001). Jika suatu perusahaan
tidak dapat memperoleh profit di atas required of return, maka EVA akan menjadi
negatif, dan hal ini merupakan warning akan terjadinya Financial Distress bagi
perusahaan tersebut.
halaman 13
B.2.6 Hubungan EVA dengan Keputusan Manajemen Keuangan
Gambar I.1 Pengambilan keputusan manajemen keuangan menggunakan EVASumber: Sandias (2002:10)
Penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan metode EVA membantu
perusahaan dalam mengambil keputusan terutama keputusan manajemen
keuangan. Terdapat tiga keputusan dalam manajemen keuangan yang menjadi
value drivers bagi terciptanya Economic Value Added, yaitu:
a. Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-
biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sehingga
menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan
volume penjualan merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang
merupakan value drivers bagi terciptanya EVA.
halaman 14
EVA
NOPAT WACC x TA
Operating Investment Financing
b. Financing Decision adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan
dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien,
yang direfleksikan oleh cost of capital yang dibayarkan selama periode n.
c. Investment Decision adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan
investasi yang secara normatif mampu memaksimalkan nilai perusahaan.
Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan sumber-
sumber pendanaan yang terlibat karena akan mempengaruhi struktur
modal perusahaan.
B.2.7 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added
Dalam menilai kinerja perusahaan, EVA memiliki beberapa keunggulan
dimana salah satunya keunggulan utama ialah sebagai penciptaan nilai.
Keunggulan lain EVA adalah sebagai berikut (Iramani, 2001:6):
a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban sebagai konsekuensi investasi.
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat
dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan
harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar bukan nilai buku.
c. Perhitungan EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai
konsep penilaian.
halaman 15
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih
sehingga dapat dikatakan EVA menjalankan stakeholders satisfaction
concepts.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan
sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat
pengambilan keputusan bisnis.
Selain memiliki keunggulan, EVA juga memiliki kelemahan. Menurut Mirza
(dalam Iramani, 2001:6) kelemahan tersebut antara lain:
a. EVA hanya mengukur hasil akhir, konsep ini tidak mengukur aktivitas-
aktivitas penentu.
b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor lain
terkadang justru lebih dominan.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan akhir magang ini adalah untuk mengetahui
kinerja perusahaan dengan perhitungan EVA pada PT. Bakrie Pipe Industries
pada tahun 2005 – 2009.
halaman 16
D. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, kerangka teori, tujuan penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II. Gambaran Umum Instansi
Bab ini menggambarkan mengenai gambaran umum PT. Bakrie & Brothers
Tbk sebagai hoding company, sejarah PT. Bakrie Pipe Industries, visi dan misi
PT. Bakrie Pipe Industries, struktur organisasi PT. Bakrie Pipe Industries, produk-
produk PT. Bakrie Pipe Industries, serta organisasi dan manajemen PT. Bakrie
Pipe Industries.
BAB III. Analisis
Bab ini berisi deskripsi topik serta analisisnya. Topik yang diangkat mengenai
analisis kinerja PT. Bakrie Pipe Industries melalui metode EVA pada tahun 2005
sampai dengan 2009.
BAB IV. Penutup
Bab ini menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan ringkasan hasil analisis
pada Bab III serta saran yang mungkin dibutuhkan.
halaman 17
BAB II
Gambaran Umum Instansi
A. Gambaran Umum PT. Bakrie & Brothers Tbk
PT. Bakrie & Brothers Tbk merupakan sebuah holding company dari
beberapa perusahaan grup Bakrie. PT. Bakrie & Brothers, Tbk merupakan
perusahaan investasi terkemuka di Indonesia. memiliki beberapa anak perusahaan
dan perusahaan asosiasi yang bergerak di beberapa bidang antara lain bidang
Infrastruktur, Metal, Agribisnis, Telekomunikasi, Batubara, Minyak dan Gas,
serta Properti. Salah satu anak perusahaan yang memiliki perkembangan yang
cukup baik yakni PT. Bakrie Pipe Industries.
B. Sejarah PT. Bakrie Pipe Industries
PT. Bakrie Pipe Industries (BPI) merupakan salah satu anak usaha dari PT.
Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak di bidang metal yang mempunyai core
competencies pada pipa baja. BPI merupakan salah satu perusahaan yang cukup
besar diantara anak perusahaan lain terutama di bidang metal. Hal ini dikarenakan
setiap tahun PT. Bakrie Pipe Industries selalu produksi dan selalu melakukan
penjualan dibandingkan anak perusahaan lainnya.
PT. Bakrie Pipe Industries didirikan pertama kali pada tahun 1959 dengan
nama “TALANG TIRTA”. Saat itu, perusahaan sudah dapat memproduksi pipa
dengan diameter 5/8-1 1/4 inch dengan kapasitas 3000 ton setahun. Mulai saat itu
halaman 18
perusahaan ini mulai dikenal oleh masyarakat. Tahun 1972 Bakrie berhasil
mengembangkan produksi menjadi 25.000 ton setahun dengan produksi pipa
berdiameter hingga 4 inch.
Tahun 1978 Bakrie kembali mengembangkan usahanya dengan memproduksi
pipa dengan diameter hingga 6 5/8 inch dan berhasil memproduksi pipa dengan
spesifikasi API 5L untuk industri minyak dan gas. Tahun 1979 American
Petroleum Institute (API) mengizinkan BPI untuk menerapkan API monogram
untuk setiap produksi pipa API 5L.
Tahun 1981 berdirilah PT. Bakrie Pipe Industries menggantikan nama Talang
Tirta dimana perusahaan ini didirikan di atas lahan seluas 38 Ha di Bekasi, Jawa
Barat. Saat itu, BPI telah dapat memproduksi pipa baja ukuran diameter 16 inch
dengan kapasitas produksi sebesar 70.000 ton setahun. Tahun 1984, untuk kedua
kalinya BPI mendapatkan pengakuan dr American Petroleum Institute (API)
untuk mengaplikasikan pada produksi pipa API 5L.
PT. Bakrie Pipe Industries telah mengalami perkembangan yang signifikan
hingga saat ini perusahaan mempunyai kapasitas produksi hingga 310.000 ton
setahun. Selain itu, perusahaan juga telah mendapatkan berbagai pengakuan baik
dari Internasional maupun dari Nasional seperti API, BS, DNV, ASTM, dan SNI.
Selain itu perusahaan juga mendapatkan OHSAS 18001:1999 karena
berkomitmen dalam menangani segala resiko yang terjadi. Saat ini, perusahaan
telah dapat memproduksi pipa baja dengan bermacam ukuran diameter mulai dari
½ inch -24 inch dengan ketebalan 1,5 mm – 15,9 mm.
halaman 19
C. Visi dan Misi PT. Bakrie Pipe Industries
Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan memiliki visi dan misi sebagai
berikut:
Visi
“ Menjadi Terdepan dalam Peroduksi Pipa Baja di ASEAN”
Misi
- Menyediakan produk yang diandalkankan dengan harga yang kompetitif
dan pengiriman tepat waktu yang sesuai dan bahkan melampaui ketentuan
yang ditetapkan konsumen
- Melakukan kegiatan usaha berdasarkan nilai-nilai integritas,
profesionalisme, dan profitabilitas
- Memberikan prioritas pada keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan
kerja
- Memuaskan konsumen dan memaksimalkan nilai investasi dari
shareholder
D. Struktur Organisasi PT. Bakrie Pipe Industries
Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai garis kekuasaan,
tanggung jawab, dan kesatuan komando dari atasan kepada setiap pimpinan yang
ditunjuk dalam organisasi. Dengan adanya struktur organisasi, maka pembagian
tugas dalam perusahaan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
halaman 20
CEO
Chief Financial OfficerChief Commercial OfficerChief Technical Executive Chief Logistics Chief H.R & Admin
Finance Manager
Accounting, Budgeting & Tax Manager
IT. Manager
Sales Manager Oil & Gas
Sales Manager Non Oil & Gas
Export Sales Manager
Production Manager
QA/QC Manager
Maintenance Manager
HRC Procurement Manager
Purchasing Manager
PPIC & Transportation Manager
GA & Ind. Relations Manager
Remuneration Officer
Safety & Environtment Officer
Assist. to CEO
PT. Bakrie Pipe Industries dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer
yang membawahi beberapa bagian yaitu: Chief Financial Officer, Chief
Commercial Officer, Chief Technical Executive, Chief Logistics, dan Chief HR. &
Admin. Dalam menjalankan tugasnya, CEO dibantu oleh seorang Assist. Of CEO.
Chief Financial Officer membawahi secara langsung bagian keuangan
diantaranya, finance manager, accounting, budgeting & tax manager, dan IT
manager. Berikut ini merupakan struktur organisasi perusahaan secara lengkap:
Gambar 2.1 struktur organisasi PT. Bakrie Pipe IndustriesSumber: Data Manajemen PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2007
halaman 21
E. Produk- Produk PT. Bakrie Pipe Industries
PT. Bakrie Pipe Industries merupakan perusahaan yang memproduksi pipa
baja yang banyak digunakan untuk industri seperti minyak dan gas, tiang telepon,
pembangunan jembatan, gedung, saluran air, pembangunan saluran listrik, dan
lain-lain. Terdapat dua golongan pipa yang diproduksi oleh perusahaan,
diantaranya:
a. API (American Petroleum Institute)
API merupakan pipa baja yang diproduksi berdasarkan standar yang telah
ditetapkan oleh American Petroleum Institute yang merupakan standar
internasional. Pipa jenis ini banyak digunakan dalam pembangunan
proyek-proyek besar seperti proyek minyak dan gas. Jenis produk ini
diantaranya adalah API 5L-B, API 5L-X52, API 5L-X60, API 5L-X65,
API 5CT, dan API A-53B.
b. Non-API
Jenis produk Non API ini merupakan produk-produk yang dihasilkan
perusahaan guna memenuhi kebutuhan domestic maupun internasional
dengan spesifikasi yang berbeda dengan jenis API. Hal ini juga tidak
terlepas dari standar secara nasional maupun standar internasional lainnya.
Pipa jenis ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek seperti
pembangunan tower, tiang listrik dan telepon, retail, dan lain-lain. jenis
produk ini antara lain ASTM A-252, RHS/SHS, PKB-50, Tiang Listrik/
Telpon, ASTM A-120, ASTM A-53A, Black Pipe, dan GIP Pipe.
halaman 22
Dalam memproduksi pipa baja tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan
nasional maupun internasional, perusahaan memiliki beberapa mesin yang
digunakan untuk produksi. Mesin-mesin tersebut memiliki kapasitas produksi dan
jenis tersendiri sehingga produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Mesin-
mesin tersebut yaitu:
a. KT24
Mesin ini mempunyai kapasitas 150.000 ton/tahun dengan diameter 8 5/8
– 24 inch dengan ketebalan 4,8 mm – 15,9 mm.
b. VAI
Mesin ini mempunyai kapasitas 60.000 ton/tahun dengan diameter 1,5 –
4,5 inch dengan ketebalan 1,5 mm – 6,0 mm. Selain itu, dapat pula
memproduksi jenis RHS (Rectangular Hollow Section) dan SHS (Square
Hollow Section)
c. WTM16
Mesin ini mempunyai kapasitas 60.000 ton/tahun dengan diameter 6 5/8 –
16 inch dengan ketebalan 4,8 mm – 12,7 mm.
d. WTM8
Mesin ini mempunyai kapasitas 30.000 ton/tahun dengan diameter 4 ½ – 8
5/8 inch dengan ketebalan 2,9 mm – 8,2 mm.
e. MM1
Mesin ini mempunyai kapasitas 10.000 ton/tahun dengan diameter ½ – 1
1/4 inch dengan ketebalan 1,5 mm – 3,2 mm.
f. Slitting Machine (produksi 100.000 ton/tahun untuk proses gulungan baja)
halaman 23
Pipa baja yang diproduksi PT. Bakrie Pipe Industries merupakan pipa baja
dengan kualitas internasional sehingga dalam produksinya, pipa tersebut melewati
serangkaian tes. Tes tersebut dimaksudkan untuk kontrol kualitas setiap pipa yang
diproduksi. Rangkaian tes tersebut meliputi:
a. Dimension Test
Tes ini dilakukan untuk menilai diameter, ketebalan, panjang serta
kesesuaian pipa dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Non Destructive Test
Tes ini dilakukan untuk menilai setiap kesalahan dalam penguapan dengan
menggunakan tes ultrasonik, Eddy Current, Magnetic Particle (MPI), dan
Dye Penetrant (DPT)
c. Destructive Test
Tes ini dilakukan untuk menilai kekuatan dan kemampuan pipa serta
bahan baku yang akan digunakan. Tes ini dilakukan selama dua kali yaitu
selama produksi dan laboratorium.
halaman 24
BAB III
Analisis
A. Deskripsi Topik
Economic Value Added merupakan suatu alat ukur kinerja perusahaan yang
mengukur nilai tambah dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dengan
memperhitungkan biaya modal perusahaan. Pada PT. Bakrie Pipe Industries,
penilaian kinerja keuangan melalui rasio keuangan yang kurang memberikan
gambaran signifikan mengenai kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penilaian
yang cukup memberikan gambaran kinerja perusahaan yang baik ialah Economic
Value Added. Perhitungan dan analisis EVA didasarkan pada laporan keuangan
PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Perhitungan
EVA secara matematis adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x Total Modal yang Diinvestasikan)
Berdasarkan rumus di atas, dapat dilihat bahwa dalam menghitung nilai EVA,
terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu menghitung nilai Net
Operating Profit After Tax (NOPAT), Weighted Average Cost of Capital
(WACC), dan total modal yang diinvestasikan. Berikut ini merupakan
perhitungan EVA pada PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009.
halaman 25
B. Analisis
B.1. NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Langkah pertama yang dilakukan dalam menghitung nilai EVA adalah
menghitung besarnya nilai laba usaha setelah pajak (NOPAT) dimana model
matematisnya ialah sebagai berikut:
NOPAT = EBIT – (1-Tax)
Adapun perhitungan NOPAT PT. Bakrie Pipe industries tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel III.1
Perhitungan Net Operating Profit After Tax
PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005 – 2009
(dalam ribuan rupiah)
NOPA
T
TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
EBIT 67.223.429 116.834.33767.175.56
9123.510.699 38.618.463
Tax 29,94% 29,98% 29,96% 29,98% 28,00%
(1-tax) 70,06% 70,02% 70,04% 70,02% 72,00%
NOPA
T47.096.734 81.807.403
47.049.76
986.482.191 27.805.293
Sumber: Laporan Keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 3.1 tentang perhitungan laba bersih usaha setelah pajak
(NOPAT) pada PT. Bakrie Pipe Industries mengalami fluktuasi dimana pada
halaman 26
tahun 2005 nilai NOPAT sebesar Rp. 47.096.734.000. Sedangkan pada tahun
2006 nilai NOPAT sebesar Rp. 81.807.403.000 atau mengalami kenaikan sebesar
73,70% dari tahun 2005. Jika melihat laporan keuangan dan manajemen report
perusahaan, dapat dilihat bahwa kenaikan ini diakibatkan oleh kenaikan dalam
volume penjualan pipa baja perusahaan sebesar 19,18% dari 87.326 ton menjadi
104.076 ton yang disertai dengan kenaikan harga jual pipa sebesar 25,52% dari
Rp. 1.835.000/ton pada tahun 2005 menjadi Rp. 2.303.000/ton pada tahun 2006.
Tahun 2007 nilai NOPAT mengalami penurunan sebesar 42,49%
dibandingkan tahun 2006 dari Rp. 81.807.403.000 menjadi Rp. 47.049.769.000.
Berdasarkan data manajemen perusahaan, volume penjualan sebenarnya
mengalami peningkatan sebesar 1,07% dibandingkan tahun 2006 sehingga
menjadi 105.189 ton, namun hal itu tidak diimbangi dengan penurunan harga jual
pipa sebesar 6,13% dibandingkan tahun 2006 sehingga menjadi Rp.
2.162.000/ton. Selain itu, Penurunan ini juga diakibatkan oleh kenaikan beban
penjualan.
Tahun 2008 terjadi peningkatan nilai NOPAT sebesar 83,81% dari Rp.
47.049.769.000 menjadi Rp. 86.482.191.000. peningkatan ini diakibatkan oleh
kenaikan dalam volume penjualan sebesar 19,84% dari 105.189 ton pada tahun
2006 menjadi 126.065 ton yang disertai pula dengan naiknya harga jual pipa baja
sebesar 4,96% dari Rp. 2.162.000/ton pada tahun 2006 menjadi Rp. 2.269.000/ton
pada tahun 2007. Berdasarkan report manjemen, peningkatan ini disebabkan oleh
banyaknya tender yang dimenangi oleh perusahaan dan banyaknya pesanan dari
proyek minyak dan gas.
halaman 27
Tahun 2009 nilai laba usaha setelah pajak (NOPAT) kembali mengalami
penurunan yang cukup signifikan sebesar 67,85% dari Rp. 86.482.191.000
menjadi Rp. 27.805.293.000. Hal ini terjadi akibat penurunan dalam volume
penjualan yang signifikan sebesar 44,46% dibandingkan tahun 2008 sehingga
menjadi 70.016 ton disertai dengan tingginya nilai beban pokok penjualan yang
menyebabkan harga jual pipa mengalami kenaikan sebesar 11,06% dibandingkan
tahun 2008 yaitu Rp. 2.269.000/ton menjadi Rp. 2.520.000/ton. Tingginya harga
produk perusahaan membuat perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan
lainnya dalam melakukan tender yang menyebabkan permintaan akan pipa baja
menjadi berkurang. Selain itu, menurut manjemen report, mahalnya bahan baku
dan masuknya produk China turut memberi andil dalam penurunan penjualan
perusahaan.
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai NOPAT
perusahaan bernilai yang positif walaupun cukup fluktuatif yang menandakan
bahwa setiap tahun perusahaan terus melakukan penjualan serta produksi barang
walaupun harga bahan baku pipa baja mengalami kenaikan. Naik maupun
turunnya nilai laba usaha setelah pajak akan mempengaruhi terhadap nikai tambah
ekonomis perusahaan dimana jika nilai NOPAT naik maka nilai Economic Value
Added akan naik pula begitu pula sebaliknya.
halaman 28
B.2 Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)
Langkah selanjutnya dalam menghitung EVA ialah menghitung WACC.
Adapun rumus untuk menghitung WACC sebagai berikut:
WACC :{( Debt
Debt+Equity ) x [Kd x (1-Tc)]} – (Equity
Debt+Equity x Ke)
Berikut ini perhitungan WACC PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005-2009:
Tabel III.2
Perhitungan Weighted Average Cost of Capital
PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005-2009
(dalam ribuan rupiah)
WACCTAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
Debt 488.936.970 239.372.470 256.621.591 364.014.808 253.647.183
Equity 799.805.427 1.209.458.742 1.234.929.851 1.292.811.397 1.317.861.962
Total 1.288.742.397 1.448.831.212 1.491.551.442 1.656.826.205 1.571.509.145
Tax 29,94% 29,98% 29,96% 29,98% 28,00%
1-Tax 70,06% 70,02% 70,04% 70,02% 72,00%
Cost of Debt (Kd) 5,5% 2,5% 2,4% 2,7% 2,1%
Total* 1,47% 0,28% 0,28% 0,42% 0,25%
ROE (Ke) 2,50% 6,28% 3,32% 5,92% 2,51%
Total** 1,55% 5,24% 2,75% 4,62% 2,11%
WACC 3,02% 5,53% 3,03% 5,04% 2,35%
Sumber: Laporan Keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
halaman 29
Keterangan:
WACC : Weighted Average Cost of Capital
Total* : ( Debt
Debt+Equity ) x [Kd x (1-Tc)]
Total** : Equity
Debt+Equity x Ke
Berdasarkan tabel 3.2, dapat dilihat bahwa nilai WACC mengalami fluktuasi
dimana pada tahun 2005 nilai WACC sebesar 3,02% disebabkan oleh tingginya
beban bunga perusahaan yang disertai dengan kecilnya laba bersih perusahaan.
Sedangkan pada tahun 2006, nilai WACC mengalami peningkatan sebesar 2,51%
dibandingkan tahun 2005 menjadi 5,53%. Peningkatan ini disebabkan oleh
penurunan hutang perusahaan disertai dengan kenaikan ekuitas perusahaan. Selain
itu, turunnya beban bunga perusahaan dan naiknya laba bersih perusahaan juga
mempengaruhi peningkatan nilai WACC.
Tahun 2007 nilai WACC mengalami penurunan sebesar 2,50% dibandingkan
tahun 2006 menjadi 3,03%. Penurunan ini diakibatkan oleh penurunan laba bersih
perusahaan disertai dengan kenaikan beban bunga perusahaan. Sedangkan pada
tahun 2008 nilai WACC kembali mengalami kenaikan sebesar 2,01%
dibandingkan tahun 2007 menjadi 5,04%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
hutang dan ekuitas perusahaan. Selain itu, meningkatnya laba bersih perusahaan
juga mempengaruhi kenaikan WACC.
halaman 30
Tahun 2009 menunjukkan penurunan dalam nilai WACC sebesar 2,69%
dibandingkan tahun 2008 sehingga menjadi 2,35%. Penurunan ini diakibatkan
oleh penurunan hutang perusahaan yang disertai dengan kenaikan ekuitas. Selain
itu, penurunan dalam penjualan juga menyebabkan penurunan dalam laba bersih
perusahaan sehingga nilai WACC pun mengalami penurunan. Berdasarkan tabel
diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan telah mampu mengontrol nilai WACC
sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Berdasarkan perhitungan WACC, naik maupun turunnya nilai WACC akan
mempengaruhi nilai Economic Value Added. Tingginya nilai WACC akan
menyebabkan penurunan dalam nilai EVA dan rendahnya nilai WACC akan
menyebabkan kenaikan dalam nilai EVA.
B.3 Menghitung Modal yang Diinvestasikan
Langkah berikut yang dilakukan dalam menghitung nilai EVA ialah
menghitung modal yang diinvestasikan. Menurut Young & O’Byrne (2001:39),
modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan
terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga
seperti hutang, upah yang akn jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan
jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah
ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya. Adapun
perhitungan modal yang diinvestasikan secara matematis adalah sebagai berikut:
halaman 31
Modal yang diinvestasikan : Hutang Jangka Pendek + Total Hutang Jangka
Panjang + Total Ekuitas Pemegang Saham
Berikut ini merupakan perhitungan modal yang diinvestasikan PT. Bakrie
Pipe Industries tahun 2005 sampai dengan tahun 2009:
Tabel III.3
Perhitungan Modal yang Diinvestasikan
PT. Bakrie Pipe Industries Tahun 2005-2009
(dalam ribuan rupiah)
Modal yang
Diinvestasikan
TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
total kewajiban 488.936.970 239.372.470 256.621.591 364.014.808 253.647.183
ekuitas
pemegang
saham
799.805.4271.209.458.74
21.234.929.851
1.292.811.39
71.317.861.962
Total 1.288.742.3971.448.831.21
21.491.551.442
1.656.826.20
51.571.509.145
Sumber: Laporan Keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa total modal yang diinvestasikan
dari tahun 2005 sampai dengan 2008 mengalami kenaikan yang disebabkan oleh
kenaikan jumlah ekuitas pemegang saham yang cukup besar walaupun terdapat
penurunan dalam jumlah kewajiban perusahaan terutama pada tahun 2006.
Namun, penurunan terjadi pada tahun 2009 yang disebabkan oleh penurunan
dalam total kewajiban perusahaan.
halaman 32
Tahun 2006 total modal yang diinvestasikan mengalami kenaikan sebesar
12,42% dari Rp. 1.288.742.397.000 pada tahun 2005 menjadi Rp.
1.448.831.212.000. Hal ini disebabkan oleh kenaikan ekuitas pemegang saham
walaupun nilai kewajiban menjadi lebih berkurang. Sedangkan pada tahun 2007,
total modal yang diinvestasikan mengalami kenaikan sebesar 2,95% dibandingkan
tahun 2006 menjadi Rp. 1.491.551.442.000 akibat kenaikan dalam total kewajiban
dan total ekuitas pemegang saham.
Tahun 2008 total modal yang diinvestasikan pun mengalami peningkatan
sebesar 11,08% dibandingkan tahun 2007 menjadi Rp. 1.656.826.205.000 yang
diakibatkan kenaikan total kewajiban dan total ekuitas pemegang saham. Namun,
pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 5,15% dibandingkan tahun 2008 yang
dikarenakan penurunan dalam jumlah kewajiban perusahaan. Penurunan ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2009 banyak hutang yang telah terbayarkan oleh
perusahaan.
Perubahan yang terjadi dalam total modal yang diinvestasikan akan
mempengaruhi pada perhitungan EVA dimana peningkatan yang terjadi akan
menyebabkan nilai EVA menjadi semakin tinggi pula. Sedangkan bila terjadi
penurunan dalam total modal yang diinvestasikan akan membuat nilai EVA pun
menjadi berkurang.
halaman 33
B.4 Menghitung Economic Value Added
Berdasarkan hasil perhitungan NOPAT, WACC dan modal yang
diinvestasikan, maka dapat dihitung nilai Economic Value Added (EVA) dari PT.
Bakrie Pipe Industries dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Berikut ini
merupakan perhitungan EVA PT. Bakrie Pipe Industries:
Tabel 3.4
Perhitungan Economic Value Added
PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005-2009
(dalam Ribuan Rupiah)
EVATAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
NOPAT 47.096.734 81.807.403 47.049.769 86.482.191 27.805.293
WACC 3,02% 5,53% 3,03% 5,04% 2,35%
Modal
diinvestasi
kan
1.288.742.397 1.448.831.212 1.491.551.442 1.656.826.205 1.571.509.145
biaya
modal38.981.751 80.048.249 45.240.368 83.505.845 36.990.094
EVA 8.114.984 1.759.154 1.809.401 2.976.346 -9.184.801
Sumber: Laporan Keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
Keterangan:
Biaya Modal : WACC x Modal yang Diinvestasikan
halaman 34
Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 nilai EVA sebesar
Rp. 8.114.984.000. Hal ini diakibatkan oleh kecilnya nilai biaya modal rata-rata
perusahaan dan tingginya laba bersih usaha setelah pajak (NOPAT) perusahaan.
Tahun 2006 nilai EVA mengalami penurunan yang signifikan sebesar 76%
dibandingkan tahun 2005 sehingga menjadi Rp. 1.759.154.000. Penurunan ini
diakibatkan oleh tingginya nilai biaya modal rata-rata (WACC) serta
meningkatnya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Tahun 2007 nilai EVA mengalami kenaikan sebesar 2,85% dibandingkan
tahun 2006 sehingga menjadi Rp. 1.809.401.000. Kenaikan nilai EVA ini
disebabkan oleh penurunan biaya modal rata-rata (WACC) yang lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan modal yang diinvestasikan.
Tahun 2008 nilai EVA mengalami kenaikan sebesar 64,49% dibandingkan
tahun 2007 menjadi Rp. 2.976.346.000. Kenaikan ini diakibatkan oleh kenaikan
nilai NOPAT yang lebih besar dibandingkan kenaikan biaya modal rata-rata
maupun total modal yang diinvestasikan.
Tahun 2009, nilai EVA mengalami penurunan yang signifikan bahkan
mencapai nilai negatif sebesar (Rp. 9.184.801.000). Hal ini dikerenakan nilai laba
usaha setelah pajak (NOPAT) lebih kecil dibandingkan biaya modal perusahaan
untuk menjalankan operasi perusahaan.
Perkembangan nilai EVA, NOPAT dan biaya modal pada PT. Bakrie Pipe
Industries dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada grafik berikut:
halaman 35
2005 2006 2007 2008 2009-10,000,000
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
90,000,000
NOPATbiaya modalEVA
Grafik III.1 Grafik perkembangan EVA, NOPAT dan biaya modal PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005-2009
Sumber: laporan keuangan PT. Bakrie Pipe Industries, 2010 (diolah)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 hingga tahun
2008 terjadi pergerakan yang fluktuatif pada nilai laba usaha setelah pajak dan
biaya modal mempengaruhi nilai EVA perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada
grafik tahun 2006 dimana walaupun terjadi kenaikan laba usaha setelah pajak
(NOPAT) pada tahun 2005 namun hal tersebut diimbangi dengan kenaikan biaya
modal yang menyebabkan nilai EVA mengalami penurunan. Perubahan NOPAT
maupun biaya modal yang terjadi dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 tetap
membuat nilai EVA menjadi positif yang menandakan bahwa perusahaan mampu
menciptakan suatu nilai ekonomis bagi stakeholder perusahaan.
Pada tahun 2009 terjadi perubahan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya dimana nilai EVA tahun 2009 menjadi negatif. Berdasarkan grafik
diatas, dapat dilihat bahwa nilai laba bersih setelah pajak (NOPAT) lebih kecil
dibandingkan dengan biaya modal yang dikeluarkan perusahaan sehingga
halaman 36
menyebabkan nilai EVA perusahaan menjadi negatif. Hal ini menandakan bahwa
pada tahun tersebut perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah
ekonomis bagi stakeholders. Menurut manajemen report perusahaan, tingginya
harga bahan baku pipa baja yang menyebabkan tingginya harga jual pipa baja
disamping itu masuknya pipa baja Cina yang kualitasnya masih di bawah standar
namun harga yang terjangkau turut pula memberi andil dalam penurunan
penjualan yang menyebabkan nilai EVA menjadi negatif.
B.5 Hubungan EVA dengan Keputusan Manajemen Keuangan
Berdasarkan hasil perhitungan EVA, penurunan nilai EVA bahkan hingga
mencapai nilai negatif harus diwaspadai oleh perusahaan sebab hal ini akan
berdampak pada kepercayaan stakeholders terhadap kinerja perusahaan.
Perbaikan kinerja perusahaan dalam meningkatkan atau menciptakan suatu
penciptaan nilai ini dapat dilakukan perusahaan dengan menggunakan tiga
pendekatan yaitu:
a. Operational Decision, perusahaan harus dapat mengelola biaya-biaya baik
fixed maupun variable cost. Pengelolaan biaya tersebut dimaksudkan agar
penjualan dapat meningkat dan harga produk dapat bersaing dengan
produk lain. Salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah seperti
mencari bahan baku dengan harga yang lebih murah, Namun, walaupun
dengan penggunaan bahan baku yang lebih murah hal ini tidak akan
menurunkan kualitas produk itu sendiri.
halaman 37
b. Financial Decision, perusahaan harus dapat mengelola dan menekan biaya
modal secara efisien dan efektif dengan cara melakukan restrukturisasi
hutang maupun menerbitkan obligasi yang diharapkan akan meningkatkan
nilai perusahaan.
c. Investment Decision, perusahaan harus mampu mengelola investasi sesuai
dengan kapasitas perusahaan dimana investasi tersebut akan meningkatkan
nilai tambah ekonomis perusahaan.
halaman 38
BAB IV
Penutup
A. Simpulan
Berdasarkan analisis kinerja keuangan PT. Bakrie Pipe Industries tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 dengan metode Economic Value Added dapat dilihat
bahwa kinerja keuangan perusahaan menunjukkan kinerja yang fluktuatif. Tahun
2005 hingga tahun 2008 kinerja perusahaan berdasarkan nilai EVA menunjukkan
nilai yang positif yang menandakan bahwa perusahaan telah mampu menciptakan
suatu nilai tambah ekonomis bagi stakeholder perusahaan.
Perbedaan signifikan terjadi pada tahun 2009 dimana nilai EVA bernilai
negatif yang menandakan bahwa pada tahun tersebut perusahaan belum dapat
menciptakan suatu nilai tambah ekonomis bagi stakeholders. Turunnya nilai EVA
ini wajib diperhatikan oleh manajemen sebab hal tersebut akan menurunkan
kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan dimana peningkatan nilai
perusahaan merupakan suatu tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders.
B. Saran
Berdasarkan analisis di atas, penurunan nilai EVA berdampak terhadap
kepercayaan stakeholders terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dengan menggunakan metode EVA ini,
manajemen harus dapat memperhatikan beberapa hal yaitu:
halaman 39
1. Meningkatkan nilai laba usaha dengan melakukan penjualan dengan
membeli bahan baku yang lebih murah tanpa menurunkan kualitas produk
2. Manajemen perusahaan harus dapat mengelola nilai fixed dan variable
cost agar harga dapat lebih bersaing dengan produk lainnya
3. Manajemen harus dapat mengontrol biaya modal secara efektif dan efisien
seperti restrukturisasi hutang atau menerbitkan obligasi yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan
4. Manajemen harus dapat mengelola investasi dengan baik sesuai dengan
kompetensi perusahaan sehingga nilai perusahaan pun akan meningkat.
halaman 40
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Sartono, Agus R. Aplikasi Manajemen Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Sandias, Rodriguez, Alfonso, Financial Value Added, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 1, 2002.
Stewart, G. Bennet, The Economic Value Added: The Quest for Value, A Guide for Senior Managers, Harper Collins, 1999.
Tunggal, Wijaya Amin, Drs. Ak. MBA, Memahami Konsep Economic Value Added (EVA dan Value Based Management (VAM, Jakarta: Harvarindo, 2001.
Young, David S. & Stephen F. O’Byrne, EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Velez P., Ignatio (2000): Value Creation and Its Measurement A Critical Look At EVA, Bogota Colombia: Universidad Jeveriana.
Sumber lain:
Copeland, Thomas E., Weston, J. Fred & Shastri, Kuldeep, Financial Theory and Corporate Policy (4th Edition), Paperback, Januari 2004.
Iramani, Rr, Erie, Financial Value Added: Suatu Paradigma Baru dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No. 1, 2005.
halaman 41
Salmi, Timo and Ilka Virtanen, Economic Value Added: A Simulation Analysis of The Trendy, Owner Oriented Management Tool, Acta Wasaensia No. 20, 2001.
Shil, Nikhil Chandra, Performance Measurement: An Application of Economic Value Added, International Journal of Business and Management, Vol. 4, No. 3, 2009.
Stern, J.M., Stewart, G.B., III, and Chew, D.H., Jr., The EVA Financial management system, Bank of America Journal of Applied Corporate Finance, 8 (2), 1995.
Utomo, Lisa, Linawati, Economic Value Added sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1, 1999.
“Analisis Laporan Keuangan Perusahaan”, renirana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8887/ALK+BAB+II.pdf, 20 Juli 2010
halaman 42
Top Related