Lampiran 1: Kuesioner
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
1. Apakah anda pernah mengkonsumsi jamu?
a. Ya (lanjut ke no. 2) b. Tidak (lanjut ke no. 10)
2. Jamu apa yang pernah anda konsumsi?
a. Jamu Ny. Meneer c. Jamu Ny. Badrijah e. Lainnya....
b. Jamu Iboe d. Jamu Jokotole
3. Apakah anda mengenal Jamu Madura?
a. Jamu Ny. Badrijah d. Jamu Iboe
b. Jamu Jokotole e. Jamu Ny. Meneer
4. Seberapa seringkah anda mengkonsumsi jamu tersebut?
a. Setiap hari c. 1 bulan 1 kali
b. 1 minggu 1 kali d. Lainnya:...........
5. Apakah tujuan anda mengkonsumsi jamu?
a. Untuk menjaga kesehatan c. Lainnya:.........
b. Untuk mengobati penyakit
6. Dimana anda biasanya membeli jamu?
a. Produsen jamu itu sendiri c. Apotik/ Toko Obat e.
Lainnya:...........
b. Swalayan/ Supermarket d. Distributor
7. Apakah selama mengkonsumsi jamu anda memperhatikan bungkusnya?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah warna penting dalam hal bungkus jamu?
a. Ya b. Tidak
9. Kalau tidak penting, apakah yang penting menurut anda? (boleh memilih lebih
dari 1)
a. Gambarnya c. Harganya
183
Lampiran 1: Kuesioner (sambungan)
b. Kegunaannya d. Produsennya
10. Di antara warna-warna di bawah ini, warna apa yang anda paling sukai?
(boleh memilih lebih dari 1)
a f j n
b g k o
c h l p
d i m q
e
11. Diantara gambar di bawah ini, manakah bentuk kemasan yang anda sukai?
a. b. c.
184
Lampiran 1: Kuesioner (sambungan)
12. Corak manakah yang anda sukai? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tumbuh-tumbuhan c. Kerapan Sapi e. Foto
b. Hewan d. Gambar orang f. Lainnya:......
13. Manakah gambar yang anda sukai?
a. b.
c. d.
e. f.
185
Lampiran 1: Kuesioner (sambungan)
g. h.
14. Manakah diantara desain jamu di bawah ini yang anda sukai?
a. d.
b. e.
c. f .
186
Lampiran 1: Kuesioner (sambungan)
g. h.
187
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu
Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan GP Jamu Jawa Timur(Gabungan
Pengusaha Jamu Jawa Timur):
Profil
Nama : Bapak Djarwoto
Jabatan : Sekretaris Eksekutif GP Jamu Jawa Timur
Alamat : Jalan Manyar Tirtomoyo IX/14, Surabaya
Telepon : 031-5846492
Tanggal wawancara : 3 April 2009 dan 22 April 2009
Hasil wawancara pertama tanggal 3 April 2009:
1. Apakah GP Jamu ini dan fungsinya?
“Gabungan Pengusaha Jamu merupakan satu-satunya wadah pengusaha jamu
di Indonesia. Didirikan pada tahun 1977, terdapat dua asosiasi yaitu GPJI
(Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia) dan GAPUTRIN (Gabungan
Pengusaha Obat Tradisional Indonesia). GAPUTRIN di bawah Ibu Moeryati
(Mustika ratu) dan GPJI dibawah Pak Suryo Hadinoto (Jamu Jago). Kemudian
tahun 1988 dilakukan difusi / digabung lalu berubah nama menjadi GP Jamu.
GP Jamu ini berfungsi sebagai mitra pemerintah. Jadi karena merupakan satu-
satunya wadah dari para pengusaha jamu justrus banyak sekali tugas dari GP
Jamu. Yang paling utama adalah sebagai mitra/ jembatan dari pemerintah ke
pengusaha. Kalau pemerintah langsung kepada pengusaha akan repot, jadi
langsung saja ke asosiasinya. Terutama kalau ada UU yang baru atau akan
menyusun UU, asosiasi/ organisasi ini selalu diajak berbicara.
Sosialisasi UU, peraturan pemerintah, peraturan menteri kesehatan, dan lain-
lainnya melalui GP Jamu. Kemudian, juga membina dan membimbing
anggotanya agar supaya anggota lebih profesional terutama yang UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Ini tugas utama.”
2. Bagaimana peran GP Jamu terhadap Jamu Ny. Badrijah?
”Ibu Badrijah, dia mulai awal berusaha di bidang jamu, kami membina Ibu
Badrijah. Memang kami lihat produknya bagus, baik tapi karena itu home
188
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
industri, yaitu tentu sesuai dengan peraturan pemerintah ada yang namanya
CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik) yang sudah dicanangkan
sejak tahun 1981, cuma untuk yang UM (Usaha Mikro) sulit untuk ke arah
sana, oleh karena itu tetap kita bina bersama-sama dengan pemerintah dalam
hal ini dinas kesehatan dan Balai POM setempat. Bagaimanapun kecilnya,
namanya orang usaha juga ingin berkembang, ijin itu bertahap. Yaitu ijin
produksi (mengarah CPOTB) setelah itu baru ijin edar. Ijin produksi ke dinas
kesehatan kalau ijin edar (kalau untuk jamu nomor TR) ke Balai POM Jakarta.
Kalau sudah dapat ijin edar dari Badan POM boleh diedarkan, dipromosikan,
dsb.”
3. Apakah GP Jamu juga mewadahi pengusaha-pengusaha Jamu yang besar?
”Iya, semua. Semua pengusaha jamu, besar maupun yang mikro. Misalnya
Jamu IBOE, Dua Putri Dewi, Jamu Kembang Bulan, Helmig, Seger Waras.
Yang mikro pun juga kita tangani. Kalau ada pertemuan anggota, saling
sharing.”
4. Selain Jamu Ny. Badrijah, adakah jamu lain yang sudah terdaftar di GP Jamu?
”Ada Jamu Jokotole, Jamu Tresna, Jamu Nagasakti, dan Jamu Hitam. Jamu
Hitam ini awalnya bukan jamu manusia tapi untuk kerapan sapi. Tetapi kok
diminum sapi bisa kuat, akhirnya dibuat minum. Sayangnya pendirinya sudah
meninggal. Diteruskan oleh anaknya dan fokusnya sekarang ke sapi.”
5. Apa perbedaan jamu Madura dan jamu Jawa?
“Meskipun jamu dari Aceh, Kalimantan, Jawa, Madura, Ambon, sebetulnya
sama. Karena formulanya memang dari alam Indonesia, hanya bedanya nama
daerahnya saja. Hanya ada ciri khas. Misalnya tergantung dari sifat tanah, di
tempat menanam bahan-bahan. Mungkin karena tanah di Madura dan
Surabaya pasti beda. Di Madura sendiri pun antara Bangkalan, Sumenep,
Sampang, dan Pamekasan pasti beda. Di Jawa pun beda-beda. Misalnya jahe
gajah, yang paling bagus di daerah Tumpang, Malang Selatan atau Kalimantan.
Tapi untuk jahe emprit mungkin tidak cocok karean sifat tanahnya. Ada lagi
misalnya khusus bisa tumbuh di Madura. Misalnya emping yang terbuat dari
189
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
rumput teki. Rimpangnya bisa dibuat untuk jamu juga. Di Madura,
rimpangnya besar sedangkan di Jawa tidak ada (kecil-kecil). Memang ada
beberapa tanaman yang tidak sama. Mungkin juga formulanya lebih banyak”
6. Apakah perbedaan jamu dengan obat?
”Kalau jamu itu empiris, untuk menjaga kesehatan. Kalau obat generik/
farmasi itu kan memang pengobatan untuk penyakit. Jamu ini sebetulnya juga
begitu tapi lama, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Dan juga
bergantung pada metabolisme tubuh.”
7. Bagaimana perkembangan konsumen jamu sekarang?
”Kalau konsumen memang sekarang berbeda dengan dulu. Dulu semua
lapisan masyarakat (20/30 tahun yang lalu). Dulu jamu seduh semua atau yang
bisa dikunyah (seperti jenang, untuk laki-laki). Perkembangan sekarang ini
sudah berbeda, anak muda tidak mau minum yang seduhan. Lalu diadakan
inovasi, mengikuti perkembangan. Misalnya dengan kapsul, jadi tidak terasa
pahitnya. Pengusaha jamu mengikuti termasuk pengusaha kecil-kecil. Kapsul
lebih mahal daripada seduhan karena isi kapsul dari ekstrak. Dan biaya untuk
mengekstrak besar. Sehingga kalangan atas pun mau minum.
Tetapi serbuk/ seduhan tetap banyak yang minta. Jadi seduh tetap jalan,
inovasi pun tetap jalan. Jadi tidak masalah. Memang kalau kita perhatikan,
serbuk juga sudah dibuat tidak pahit dan tidak menyengat kecuali ada bahan-
bahan yang tidak bisa, seperti misalnya Brontowali.”
8. Berasal dari kalangan manakah peminta jamu?
”Kalau yang sudah dikapsulkan/ ditablet, menengah ke atas semuanya minum.
Karena lebih praktis, tidak terasa pahit, dana juga aromanya tidak terasa.
Untuk di Surabaya sendiri peminatnya masih banyak. Peluangnya msih tetap
ada sampai kapanpun. Karena ini merupakan budaya kita, budaya asli. Kalau
penduduknya masih orang Indonesia tidak mungkin hilang. Apalagi sekarang
pabrik-pabrik inovatif. Bahkan dari pabrik farmasi pun sekarang membuat
jamu.”
9. Bagaimana peran GP Jamu selama ini mengenai kemasan jamu yang ada?
190
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
”Kami, GP Jamu, memikirkan mengenai kemasan. Bahkan kami sering
membenahi. Jadi kalau ada yang kurang pas, kita panggil. Misalnya Ibu
Badrijah. Ibu Badrijah saya urusin sejak tahun 1980. Sejak dia mendirikan
usaha sampai mendapatkan ijin edar. Kami yang membantu sehingga
mendapatkan ijin edar. Desain kemasannya masih sederhana, karena terbentur
faktor modal.”
10. Menurut bapak apakah kemasan berpengaruh terhadap jamu itu sendiri?
”Kemasan yang bagus-bagus itu kan menarik. Kalau kemasannya jelek,
konsumen menjadi ragu untuk mencoba. Jadi menurut pandangan kita
kemasan itu mendukung. Sekarang pengusaha-pengusaha memperhatikan
desain-desain dari kemasan.”
Hasil wawancara kedua tanggal 22 April 2009:
1. Apakah terdapat peraturan khusus mengenai kemasan dari GP Jamu?
”Tidak ada. Peraturannya hanya harus sesuai dengan peraturan dari Badan
POM. Artinya, harus jelas. Kalau itu jamu lokal, pada bagian depan kemasan
harus terdapat logo JAMU berupa gambar delapan daun. Kemudian tidak
gambar tidak vulgar dan tidak membohongi konsumen, misalnya ditulis untuk
kanker tapi kenyataannya tidak bisa untuk kanker. Jadi harus sesuai dengan
formula, kalau formulanya bukan untuk pegal linu jangan ditulis jamu untuk
pegal linu.
Yang paling penting, jamu tidak rusak dan sesuai dengan tanggal kadaluarsa
yang ditulis. Misalnya ditulis expired date dua tahun, tapi ternyata
kemasannya tidak layak untuk dua tahun, itu harus diperbaiki. Dan juga ada
nomer TR.”
2. Bagaimana cara untuk tahu bahwa kemasan ini layak atau tidak sampai dua
tahun?
(Pada saat wawancara Bapak Djarwoto memberi contoh kemasan lem Glukol
sebagai perbandingan)
191
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
Gambar Kemasan lem Glukol
”Kemasan lem Glukol ini kan mudah terbuka dan tidak disegel. Misalnya
yang di dalam ini jamu berbentuk kapsul dan tulisan expired date nya dua
tahun, kita sudah bisa mengukur kalau kemasannya seperti ini. Kecuali
penyimpanannya ditaruh sesuai dengan peraturan Badan POM yaitu di tempat
yang kering dan sejuk, dsb. Pernah ya, saya tidak perlu menyebut dari pabrik
mana, jamunya berbentuk pil basah kemasannya berupa plastik yang kretekan
(plastic zipper), itu klaim expired datenya 6 bulan – 1 tahun. Itu kadang-
kadang belum sampai 3 bulan ada jamurnya. Plastik yang seperti itu kan
gampang terkontaminasi dan udara gampang masuk.”
3. Bagaimana dengan kemasan jenang Jamu Ny. Badrijah yang menggunakan
botol plastik?
”Tidak apa-apa, asalkan itu bersih/ kering pada waktu jamunya dimasukin.
Dan tidak retak atau bocor, dan tutupnya dilapisi dengan plastik/ segel dan
udara mudah masuk ya cepat rusak. Apalagi kalau dijual di toko dan
menaruhnya tidak benar, pasti cepat rusak. Antara distributor, retail, atau
pengecer dengan pihak perusahaan harus sinkron.
Dia (Ny. Badrijah) punya expired date tidak sampai bertahun-tahun ya, kalau
menggunakan madu murni mungkin bisa lebih dari satu tahun. Kalau
menggunakan madu palsu tidak bisa awet. Makan-makanan yang
menggunakan gula banyak pasti bisa awet.”
4. Apakah lebih baik menggunakan botol kaca?
”Ya, yang jelas kalau botol kaca itu tidak mudah terkontaminasi. Cuman kalau
pecah akan berbahaya. Plastik itu kelemahannya yah itu tadi. Plastik kan
192
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
bermacam-macam, kan ada platik yang padat sekali. Misalnya (kemasan lem
glukol) seperti ini kalau menutupnya rapat aromanya tidak bakal keluar.”
5. Bagaimana dengan jamu berbentuk serbuk yang menggunakan kertas?
”Itu pun sekarang sudah mengarah ke alumunium foil. Karena itu lebih kuat
daripada kertas, apalagi kalau kertas minyak. Itu kadang kalau sudah
dimasukkan ke dalam dus. Berdasarkan pengalaman saya, ada salah satu
perusahaan pakai kertas untuk membungkus jamu dan dipack di dalam dus,
kerdus tersebut diuncal-uncal dan akhirnya brodol. Kalau itu sobek, otomatis
mudah terkontaminasi. Alumunium foil yang dipakai tebal dan aman asal pada
waktu nge-press tidak bocor. Bisa diisi cairan, serbuk, maupun kapsul.
Tidak apa-apa menggunakan kemasan kertas asalkan rapi rapet, tapi expired
datenya ga lama. Kertas itupun biasanya dilapisi, dalamnya kertas minyak
kemudian dilapisi lagi.”
6. Pada logo Jamu Ny. Badrijah tertulis ”Industri Kecil Obat Tradisional”,
mengapa kok tidak Industri Kecil Jamu?
”Memang sinonim dari Jamu itu obat tradisional. Jadi dalam peraturan Badan
POM yang juda dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan itu, industri jamu ada
dua:
1. IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) : modalnya 0-600juta
2. IOT (Industri Obat Tradisional) : modalnya >600juta
Itu dulu, tetapi sekarang ini mungkin harus dirubah karena yang namanya
IKOT itu sulit untuk mengatakan itu kecil atau besar. IOT maupun IKOT
sekarang harus mengikuti peraturan pemerintah mengenai CPOTB (Cara
Produksi Obat Tradisional yang Baik). Memang kalau menuju CPOTB besar
biayanya. Kategori dari pemerintah adanya dua itu, IKOT sama IOT. Ibu
Badrijah termasuk IKOT.
Dulu itu menggunakan PJ, perusahaan jamu. Dulu Ibu Badrijah juga PJ, PJ Ny.
Badrijah. Sekarang IKOT.
Yang namanya tradisional dari jaman dulu sampek sekarang. Misalnya batik
itu tradisional, tapi sekarang ada batik yang cap. Lalu tarian tradisional,
193
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan GP Jamu (sambungan)
sekarang tarian Guruh Soekarnoputra itu tarian tradisional modern. Jadi kalau
Jamu, jamu sebetulnya dari bahasa Jawa. Tapi kalau bahasa Indonesia yah
obat tradisional itu. Sekarang ini obat lebih cenderung Jamu. Sebab ada obat
tradisional yang asli dari Cina, itu mereka TCM (Traditional Chinese
Medicine) pakai nama tradisional meskipun produksinya modern tapi tetap
tradisional. Tapi tetap memakai formula tradisional, nenek moyang kakek
moyang. Jamu Badrijah juga begitu dikatakan obat tradisional.”
7. Apakah boleh menggunakan silica gel?
”Gapapa, itu memang untuk menyerap air supaya tetap kering. Kalau pil
kering boleh pakai itu. Kalau serbuk ga perlu lah. Biasanya untuk kapsul/
tablet/ pil kering. Kalau pil basah ya gak pakek, kan itu untuk pengering,
penyerap supaya ga lembab.”
8. Kalau saya perhatikan kemasan Jamu Ny. Badrijah dan kemasan jamu yang
lain yang berbentuk kotak menggunakan seal plastik bening. Apakah
sebenarnya fungsi dari seal tersebut?
”Pengaman, supaya itu tadi gak mudah bocor, gak mudah kemasukan udara.
Kalau itu kemasukan udara mungkin bisa terkontaminasi kemudian timbul
jamur. Makanya jamu itu harus diukur kadar airnya. Kalau serbuk tidak boleh
lebih dari 10%. Supaya tidak mudah jamuren.”
194
Lampiran 3: Surat Pengantar Survey Jurusan
195
Lampiran 4: Surat Keterangan Survey
196
Lampiran 5: Berita Acara Tugas Akhir
197
Lampiran 5: Berita Acara Tugas Akhir (sambungan)
198
Lampiran 5: Berita Acara Tugas Akhir (sambungan)
199
Lampiran 5: Berita Acara Tugas Akhir (sambungan)
200
Lampiran 5: Berita Acara Tugas Akhir (sambungan)
201
Lampiran 6: Form Kelayakan Tugas Akhir
202
Lampiran 7: Form Kelengkapan Karya Tugas Akhir
203
Lampiran 8: Foto Survey
204
Top Related