http://akhsanumyagrotechnology.blogspot.com/2011/01/makalah-pengendalian-lalat-buat.html
MAKALAH PENGENDALIAN LALAT BUAT (PENGENDALIAN OPT),STRATEGIS
DAN TAKTIS
Posted in | di 02:00
TUGAS
Pemanfaatan daun selasih (Ocimum sp.) sebagai atraktan dalam pengendalian lalat
buah (Bactrocera sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)
OLEH
Muhammad aksan
Prodi.AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat hidayahNya
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pemanfaatan daun selasih (Ocimum
sp.) sebagai atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera sp) pada tanaman
cabe (Capsicum Annum var longum)”. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sudah membantu atas
penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saran dan
kritik dari pambaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 27 oktober 2010
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan karena buahnya selain dijadikan sayuran atau
bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,sebagai bahan baku
industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C.
Melihat prospek tanaman cabe yang cukup menjanjikan tersebut maka tidak heran jika banyak
petani yang membudidayakan cabe secara besar-besaran. Hanya saja cabe mengalami hambatan
dalam pembudidayaan khususnya pengendalian hama dalam sistem pemeliharaan. Hal tersebut
dikarenakan ada satu penyakit yang acap kali menyerang pertanaman tanaman cabe yakni hama
lalat buah (Bactrocera sp). Pola serangan hama tersebut melakukan menyerangan dengan cara
menginfeksi buah cabai. Akibat serangan hama ini produksi dan mutu buah menjadi rendah,
bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena buah berjatuhan sebelum masak atau
buah menjadi rusak saat dipanen sehingga tidak layak jual atau tidak layak konsumsi.
Dalam pengendalian hama lalat buah tersebut petani biasanya mengandalkan bahan anorganik
berupa pestisida yang justru tidak aman bagi hasil panen buah cabe yang dihasilkan karena
resiko akumulasi residu pestisida pada buah cabe itu sendiri. Jika buah tersebut dikonsumsi oleh
manusia maka akan menimbulkan implikasi bagi kesehatan. Kemungkinan residu pestisida akan
juga berdampak pada lahan. Di sisi lain, meskipun membunuh hama tetapi pestisida cenderung
mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya pemanfaatan teknologi
ramah lingkungan yang relatif lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis.
B. TUJUAN
Mengandalikan hama (lalat buah) pada tanaman cabe dengan cara yang ramah lingkungan, sehat,
dan biaya murah serta mudah dilakaukan.
BAB II
IDENTIFIKASI dan ANALISIS MASALAH
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam budidaya cabe tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Dalam pertumbuhannya,
tanaman cabe kemungkinan mengalami berbagai hambatan. Tidak hanya hambatan teknis karena
keterbatasan petani tetapi juga serangan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman
cabe. Salah satu hama yang menyarang tanaman cabe adalah lalat buah (Bactrocera
spp). Adapun masalah yang cukup signifikan dalam pengendalian hama lalat buah yakni
adanya pemakaian pestisida dalam pemberantasan hama lalat tidak efektif dan tidak aman
secara ekologi dan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Jadi lalat buah merupakan
masalah serius yang harus diatasi dalam budidaya cabe dengan cara pengendalian terpadu agar
bisa mengoptimalkan produksi cabe yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan manusia.
B. ANALISIS MASALAH
Salah satu hama penting tanaman hortikultura yang saat ini menjadi isu nasional juga menjadi
faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah lalat buah. Komoditas ekspor suatu negara
dapat ditolak oleh negara lain dengan alasan terdapatnya lalat buah. Jenis Lalat Buah yang
banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang sangat
penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel complex. B. dorsalis Hendel
complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti
belimbing, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu
air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini
juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan
vektor bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan
alasan untuk menghambat perdagangan.
Analisis lebih lanjut adalah penggunaan pestisida secara terus-menerus dalam waktu lama maka
akan menimbulkan dampak pada ekologi terkait hubungan tanaman,air,tanah vegetasi dan hama
serta lingkungan manusia itu sendiri. Pemberantasan hama lalat buah dengan pestisida biasanya
tidak hanya mengenai buah saja tetapi akan mengkontaminasi tanah. Pada saat pestisida
mengalami akumulasi residu karena tidak terurai di tanah maka akan menyebabkan degradasi
lahan. Degradasi lahan karena pestisida menyebabkan pemadatan tanah sehingga tanah tidak
produktif lagi. Implikasi lebih lanjut yakni berupa akumulasi residu pestisida pada buah yang
justru berbahaya bagi kesehatan manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. LALAT BUAH
Jenis Lalat Buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu
jenis yang sangat penting dan ganas adalahBactrocera dorsalis Hendel complex. B. dorsalis
Hendel complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang
seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan
jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan
hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga
merupakan vektor bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat
dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan. Kehilangan hasil akibat serangan lalat buah di
Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan karena stadia yang merusak adalah larva yang
menyerang langsung pada buah tanaman. Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai
80%. Luas serangan lalat buah diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99 miliar pada
tahun 2002. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara alami,
diantaranya dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik,
pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang
relatif sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain
yang telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan
menggunakan atraktan/penarik. Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam
pengendalian lalat buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif
antara lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dicari cara
pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan menggunakan pestisida
nabati.
a) Gejala yang ditimbulkan dari serangan lalat buah
Tetapi tentunya di dalam pengendalian hama lalat buah tersebut, petani juga harus paham gejela
yang ditimbulkan akibat dari serangan hama tersebut. Gejala pada buah yang terserang lalat
buah biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan
terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan
ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya
karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan
daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging
buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat
apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan
yang diinginkan.
b) Siklus hidup lalat buah
Lalu yang penting untuk dipahami lagi adalah siklus hidup dari lalat buah. Karena dalam fase-
fase tertentu, pengandalian hama tersebut dilakaukan dengan cara yang berbeda-beda. Dalam
siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat
buah betina memasukkan telur ke dalam buah atau di dalam luka atau cacat buah secara
berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan
berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan
berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil
mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga
mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain
bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan
sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva
lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Siklus hidup
dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat
tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai
ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang
baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah adalah 260 C, sedangkan kelembaban relatif
sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban
tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung
terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam
kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar.
B. PENGENDALIAN LALAT BUAH
Pengendalian hama dan penyakit di dalam budidaya pertanian tentunya kita harus
memeperhatikan faktor lingkungan, kesehatan masyarakat, dan tentunya faktor ekonomi. Karena
sebagian besar dari petani kita di dalam pengendalian hama dan penyakit masih banyak yang
menggunakan bahan-bahan kimia yang sebenarnya itu berbahaya bagi kesehatan manusia dan
sekaligus juga merusak lingkungan, maka dari itu kita perlu melakukan pengendalian hama dan
penyakit tersebut yang tentunya dengan bahan-bahan dan cara yang ramah lingkungan, baik bagi
kesehatan manusia, dan pastinya dengan biaya yang reatif murah serta mudah dilakukan.
Atraktan/perangkap adalah cara yang efektif dan ramah lingkungan untuk pengendalian lalat
buah. Dalam pengendalian lalat buah dengan model atraktan adalah menggunakan daun selasih.
Daun selasih digunakan untuk pengendalian lalat buah karena memiliki beberapa kandungan
yang bisa memikat lalat buah dari aroma yang dikeluarkan. Selasih (Ocimum sp.) merupakan
tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80 – 100 cm. Batang berkayu segi empat, berbulu
berwarna kecoklatan. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5 cm dan lebar
6 – 30 mm. Bunga berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah tumbuh di ladang atau di tempat
terbuka lainnya. Tanaman selasih mengandung minyak asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan
senyawa geranoil, methyl eugenol (ME), linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap.
Minyak selasih dilaporkan mengandung ME > 65 %. Untuk menarik/mengendalikan lalat buah,
selasih dapat dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan
minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1) daun selasih 10 – 20 helai dibungkus
dengan kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2) daun
selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm, selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan
pada alat perangkap; 3) tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah
kumpul. Penggunaan minyak selasih sebagai penarik lalat buah dilakukan dengan cara
meneteskan pada kapas yang digantungkan pada kawat di dalam botol perangkap. Botol
perangkap digantung pada tiang setinggi 1 m jika digunakan pada tanaman hortikultura semusim
di sawah. Jika pada pohon buah digantung pada cabang ketinggian 2 – 3 m.
Pemasangan perangkap dimulai sejak tanaman berbunga sampai panen. Jumlah perangkap
per hektar sekitar 20 buah, dengan jarak pemasangan sekitar 20 m. Setiap satu bulan kapas
ditetesi minyak selasih lagi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penggunaan daun selasih sebagai pengendali lalat buah sangat efektif, ramah lingkungan, baik
bagi kesehatan manusia, murah dan mudah untuk dilakukan.
B. SARAN
Dalam budidaya pertanian khususnya dalam pengelolaan tanaman dan pengendalian hama dan
penyakit usahakan dengan menggunakan cara dan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia dan tidak merusak lingkungan.
Top Related