Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 1
KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN
EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT
UNTUK MENDUKUNG FUNGSI
BUDIDAYA DAN LINDUNG
Almasdi SyahzaGuru Besar Ekonomi Pedesaan
Email: [email protected]
http://almasdi.staff.unri.ac.id
LPPM Universitas Riau
Lahan Gambut Indonesia
➢ Indonesia memiliki Lahan Gambut terluas (14,9
juta ha) ke 4 di dunia setelah Kanada, Rusia,
dan Amerika Serikat
➢ Lahan gambut tropika terluas di dunia
➢ Indonesia menyimpan cadangan Karbon
Gambut mencapai 46 giga ton,
atau sekitar 8-14% dari Karbon yang terdapat
dalam gambut dunia
1
2
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 2
Apa itu Lahan Gambut
❑ Dengan kegiatan ekstraksi pohon kayualami (HPH) telah menyebabkan gambuttidak lagi terbentuk
❑ Ketebalan > 0,50m hingga <16m, sebagianbesar tersebar di Sumatra, Kalimantan, dan Papua
❑ Properti:▪ Sisa dari bahan kayu yang tidak terurai (lignin)
▪ Tidak ada pembentukan organik sekunder
▪ Sebagian besar nutrisi telah larut → miskin
▪ Asam, bahkan pH bisa kurang dari 2, .7.
▪ BD <0,2 g / cm3
❑ Terbentuk dari kayu lapuk dari hutan rawa alami selama periodegeologi holosen
3
4
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 3
LAHAN GAMBUT DATARAN RENDAHKubah gambut dihubungkan dengan air
TATARUANG BERDASARKAN KARAKTERISTIK EKOSISTEM LAHAN GAMBUT
5
6
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 4
MANFAAT
EKOSISTEM
GAMBUT
❑ Kehutanan
❑ Pengendali Banjir dan suplai air
❑ Potensi wisata
❑ Mata pencaharian Masyarakat lokal
(perikanan, pertanian, perkebunan)
❑ Stabilisasi iklim
❑ Keanekaragaman hayati
❑ Pendidikan dan penelitian
❑ Ekonomi-Sosial
PERLU PEMAHAMAN RASIONAL
DALAM MEMANDANG FUNGSI GAMBUT
Tahun 1945: Produksi tanaman pangan lahan basah di Provinsi
Riau dimulai oleh pendatang Suku Banjar.
Drainase rawa pasang surut dengan pembuatan saluran
primer dan sekunder.
Tahun 1950: Orang Bugis dari Sulawesi Selatan menanam
tanaman utama padi dan kelapa
Tahun 1980: Reklamasi lahan basah untuk tanaman padi
meningkat setelah dibangunnya pemukiman transmigrasi.
➢ Program PIR kelapa di tanah gambut menjadi tanaman
utama
➢ Pengembangan industri perkebunan kelapa dan pabriknya
dari kelompok Pulau Sambu
GAMBUT DI PROVINSI RIAU
7
8
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 5
Hutan Tanaman Industri (Sektor kehutanan):
Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
Tanaman Padi (Sektor Pertanian Tanaman Pangan)
Kawasan Pertanian Tanaman pangan Pasang Surut di Kabupaten Indragiri Hilir
Tanaman Kelapa Rakyat (Sektor Perkebunan)
➢ Terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dengan sistem Trio Tata Air untuk menjaga kestabilan air.
➢ Trio Tata Air: pembangunan kanal, pembuatan tanggul, danpemasangan pintu air.
GAMBUT (lanjutan...)
Kelapa Sawit
➢Luas areal yang dikonversi menjadi kelapa
sawit sejak tahun 1988 naik 230 % dibanding
perkebunan kelapa 150 %
➢Konversi rawa gambut menjadi kelapa sawit
semakin meningkat dan produksinya sama
dengan perkebunan pada tanah mineral
GAMBUT (lanjutan...)
9
10
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 6
Sumberdaya Mineral
❑ Gambut dapat dipergunakan sebagai sumber
bahan bakar alternatif.
❑ Kegiatan eksplorasi sumberdaya mineral
telah menghasilkan gambut sebagai sumber
energi 7.634 milyar m3
❑ Terdapat 4 perusahaan yang memegang izin
pemanfaatan gambut untuk energi:➢ PT. Arara Abadi
➢ PT. Multi Gambut Industri
➢ PT. Kolos Utama
➢ PT. Riau Lestari Utama
GAMBUT (lanjutan...)
PETA SEBARAN KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT
(KHG) PROVINSI RIAU
11
12
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 7
DATA LUAS SEBARAN INDIKATIF EKOSISTEM GAMBUT
DI PROVINSI RIAU
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PROVINSI RIAU
❑Penduduk asli yang menempati wilayah sekitar gambut
pada umumnya memiliki teknik khusus yang sejauh ini
cukup berhasil dalam penanganan lahan gambut, yang
dikenal sebagai kearifan lokal.
➢ Berbagai pihak, baik swasta dan pemerintah, harus
memperhatikan kearifan lokal ini juga terbukti dapat
berproduksi dengan baik dan berkesinambungan.
➢ Hendaknya menjadi acuan dalam pengembangan lahan
gambut di masa mendatang.
13
14
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 8
PENGELOLAAN (lanjutan...)
❑ Kerusakan ekosistem gambut menyebabkan
hilangnya keragaman hayati, serta fungsi ekologis
lahan gambut
➢ masyarakat lokal yang kehilangan mata pencahariannya
dari lahan gambut, seperti mencari ikan, mencari hasil
hutan nonkayu, dan kegiatan pertanian lainnya
❑ Pengelolaan lahan yang masih ada haruslah
dilakukan dengan cermat
PERMASALAHAN TUTUPAN LAHAN
PADA KHG FUNGSI LINDUNG
KHG fungsi lindung terdapat aktivitas masyarakat maupun perusahaan berupaperkebunan dan hutan tanaman industri.
KHG dengan fungsi lindung terdapat aktivitas masyarakat denganmemanfaatakan lahan gambut sebagai lahan sawah, lahan pertanian, dantambak.
Belum optimalnya dukungan sistem perencanaan, sistem informasi, inventarisasi, dan pengolahan data yang menyebabkan ketidaktahuanmasyarakat terhadap sistem pengelolaan lahan gambut.
Tingginya pemanfaatan lahan gambut pada areal lindung gambutmenandakan belum optimalnya dukungan regulasi dalam pemantapankawasan hutan, dan menjadi salah satu penyebab sering terjadinyasengketa agrarian.
Luas hutan pada kawasan lindung gambut baik hutan primer maupun sekunderhanya 1,11 % dari luas kawasan lindung gambut menunjukan tingkat kerusakandan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup tinggi.
15
16
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 9
Prinsip pembangunan
berkelanjatuan yang
berorientasi jangka panjang
perlu diterapkan!
PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT
Kebutuhan akan lahanyang merupakan faktor
produksi utamameningkat. Lahan sub-
optimal pun dimanfaatkanuntuk aktivitas manusia.
Kemajuan IPTEK, lahan sub-optimal maupun marginal dapat dikonversi menjadilahan yang layak untukdiusahakan
Pemanfaatan lahan gambutberlebihan dan berorientasijangka pendek, menimbulkandampak negatif terhadaplingkungan
❑ Upaya perbaikan terhadap kesalahan masa lalu dalam
pengelolaan ekosistem gambut sebaiknya tidak dilakukan
secara sporadis
❑ Dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan
waktu yang ideal
KEBIJAKAN MENGENAI GAMBUT
Peraturan perundanganyang ditetapkan
Pemerintah memilikimaksud dan tujuan yang
baik, terutama dariaspek kelestarian
lingkungan
Penerapan peraturanjuga akan berdampak
negatif terhadapaspek sosial dan
ekonomi
Penerapan peraturantersebut akan
berdampak terhadappengurangan lahan
gambut sebagai fungsibudidaya
Disamping itu, parapemangku
kepentingandiwajibkan untuk
melakukan pemulihan
17
18
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 10
KEBIJAKAN MENGENAI GAMBUT
❑ Diterapkannya PP Nomor 57 Tahun 2016 dan PP
Nomor 71 Tahun 2014 beserta turunannya akan
berdampak terhadap aktivitas sosial ekonomi
masyarakat, khususnya masyarakat Riau di
wilayah pesisir:
➢ Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan
Meranti, Kabupaten Pelalawan, dan
Kabupaten Indragiri Hilir
❑ Sebagian masyarakat Riau sudah sejak lama
bermukim dan melaksanakan aktivitas ekonomi
pada lahan gambut dengan kedalaman >3 meter
KEBIJAKAN (LANJUTAN...)
❑ Menurut APHI Riau (2017) penerapan peraturan
tersebut akan menimbulkan kerugian atas investasi
tanaman diperkirakan akan mencapai Rp. 6,6 Trilyun,
dan biaya pemulihan ekosistem gambut yang wajib
dikenakan kepada para pemegang izin dapat
mencapai Rp 15,9 Triliun
❑ Potensi PHK tidak dapat dihindari, di sektor hutan
tanaman dapat mencapai 20.790 orang, terdiri atas
karyawan langsung 3.471 orang dan karyawan tidak
langsung 17.319 orang
19
20
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 11
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
DARI SISI MASYARAKAT SIPIL (CIVIL SOCIETY)
Melakukan rekayasa sosialpada masyarakat di areal lahan gambut denganfungsi budidaya(perkebunan dan HTI)
Pemberdayaanmasyarakat di areal lahandengan fungsi budidaya
Menjaga nilai kearifanlokal masyarakatsetempat
Mendefinisikan secara jelasdan tegas tentangmasyarakat yang memanfaatkan lahangambut untuk budidaya
ArahKebijakan
Melakukan alih teknologipertanian yang adaptifdengan karakteristikekosistem gambut
Membangun sistem kelembagaanpetani yang kuat dengan polapendampingan; Membangun aksesyang kuat pada sistem permodalanpetani lokal
Pengembangan sistem budidayadengan mengoptimalkan kearifanlocal yang dimiliki oleh masyarakatlokal
Masyarakat diklasifikasikan antaralain: 1) lokal/tempatan; 2) pendatang;; 3) pemodal (rent seeker); 4) pembeking (free rider)
Strategi
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
SISI PERUSAHAAN (CORPORATE)
Penciptaan kepastian usaha dan iklimusaha yang kondusif
Pembahasan bersama antara pelakuusaha dan para pengambil kebijakansehubungan dengan peralihanpemanfaatan dan pemulihanekosistem gambut di areal yang telahdiberikan ijin
21
22
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 12
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN BENGKALIS
PETA SEBARAN KHG KOTA DUMAI
23
24
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 13
PETA SEBARAN KHG
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PETA SEBARAN KHG
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
25
26
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 14
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN KAMPAR
PETA SEBARAN KHG
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
27
28
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 15
PETA SEBARAN KHG KOTA PEKANBARU
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN PELALAWAN
29
30
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 16
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN ROKAN HILIR
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN ROKAN HULU
31
32
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 17
PETA SEBARAN KHG KABUPATEN SIAK
DAMPAK PEMBERLAKUAN PP 57 TAHUN 2016 JUNCTO PP 71 TAHUN
2014 TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI LAHAN GAMBUT DI RIAU
No. Penutupan Lahan
PP 71 Tahun 2014 PP 57 Tahun 2016 Pengurangan
Fungsi Budidaya
atau Penambahan
Fungsi LindungFungsi
Lindung
Fungsi
Budidaya
Fungsi
Lindung
Fungsi
Budidaya
1 Badan Air 326,23 25.664,26 874,36 25.116,12 548,13
2 Bandara / Pelabuhan 0,00 230,46 0,00 230,46 0,00
3 Belukar 3.154,71 2.559,37 3.258,08 2.455,99 103,37
4 Belukar Rawa 265.232,21 467.448,68 291.091,36 441.589,53 25.859,15
5 Hutan Lahan Kering Primer 80.738,91 356,08 80.738,91 356,08 0,00
6 Hutan Lahan Kering Sekunder 1.553,83 1.607,90 1.564,15 1.597,57 10,33
7 Hutan Mangrove Primer 0,00 205,19 0,00 205,19 0,00
8 Hutan Mangrove Sekunder 1.239,34 113.129,54 2.911,06 111.457,82 1.671,72
9 Hutan Rawa Primer 50.790,49 16.732,33 56.300,29 11.222,52 5.509,81
10 Hutan Rawa Sekunder 477.425,12 455.303,57 607.651,63 325.077,05 130.226,52
11 Hutan Tanaman 321.175,11 136.743,02 342.699,42 115.218,72 21.524,31
12 Perkebunan 560.966,11 833.755,98 598.096,76 796.625,32 37.130,66
13 Permukiman 0,00 48.926,42 991,11 47.935,31 991,11
14 Pertambangan 2.711,05 11.582,54 2.719,28 11.574,30 8,23
15 Pertanian Lahan Kering 21.695,88 68.370,56 22.440,34 67.626,11 744,45
16 Pertanian Lahan Kering Campur 137.589,12 300.205,29 145.355,94 292.438,47 7.766,82
17 Rawa 768,29 13.819,65 2.241,53 12.346,41 1.473,24
18 Savanna / Padang Rumput 15,83 0,00 15,83 0,00 0,00
19 Sawah 18.253,56 109.466,73 18.271,85 109.448,44 18,29
20 Tambak / Empang 94,58 674,88 116,28 653,18 21,70
21 Tanah Terbuka 279.363,56 181.916,95 305.655,96 155.624,56 26.292,39
JUMLAH 2.223.093,94 2.788.699,39 2.482.994,16 2.528.799,17 259.900,22
Persentase 44,36 55,64 49,54 50,46 5,19Catatan: total lahan gambut seluas 5,011,793.33 ha
33
34
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 18
Terbentuknya Kemiskinan di Pedesaan
354/17/2020
KemiskinanPengetahuani
Rendah
Kinerja
Rendah
Keahlian
Rendah
Pendapatan
Rendah
Informasi
Rendah
Keterampilan
Rendah
Miskin
Ide
Produksi
Rendah
Pendidikan
Rendah
Investasi
Rendah
Daya saing
Rendah
Tabungan
Rendah
Produktivitas
Rendah
36
Pembangunan Pedesaan Berbasis Perkebunan
❖Komoditas unggulan: Kelapa Sawit, Karet, Kelapa
❖Pendapatan petani sawit tahun 2015 berkisar UD$4.600,-UD$5.500,- per tahun
08:54
35
36
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 19
DAMPAK PEMBANGUNAN
PERKEBUNAN
Community’s Welfare and Economic
Multiplier Effect in Rural Areas
Description Year
2012 2014 2016 2018
Welfare Index 0,43 0,27 0,31 0,16
Ec
on
om
ic
Mu
ltip
lie
r
Eff
ec
t
Palm Oil 3,28 3,43 2,82 1,93
Rubber - 0.65 0.43 0,51
Coconut 2,07 1, 42
Cocoa 0,80 0,94 1,53 1,70
Coffee 1,46 1,62
Sago - - 1,72 2,28Sumber: Syahza et al (2019)
37
38
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 20
TERHADAP KOMPONEN EKONOMI
PEDESAAN DAN BUDAYA MASYARAKAT
➢ Kegiatan pembangunan sumberdaya masyarakat
desa
➢ Pembangunan sarana prasarana yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama
sarana jalan darat
➢ Penyerapan tenaga kerja lokal
➢ Penyuluhan pertanian, kesehatan dan pendidikan
➢ Pembayaran kewajiban perusahaan terhadap
negara (pajak-pajak dan biaya kompensasi lain)
DAMPAK SOSIAL DAN BUDAYA
❖Rataan pemilikan lahan di pedesaan di wilayah
pengembangan perkebunan (kelapa sawit, karet,
kelapa) berkisar 2,47 ha per KK.
❖Tingginya ketergantungan penduduk pedesaan
terhadap lahan pertanian.
❖Kepemilikan lahan di luar usahatani perkebunan
hanya sebesar 0,36 ha
39
40
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 21
Dampak Sosial dan Budaya (lanjutan...)
❖Perkembangan pembangunan perkebunan telah
membawa dampak terhadap perubahan sosial
budaya masyarakat di pedesaan, terlihat dari gaya
hidup dan pola pertanian yang diterapkan
❖Berkembangnya Sumberdaya manusia di pedesaan
❖Tersedia sarana pendidikan mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai tingkat sekolah lanjutan atas
❖Khusus untuk SLTP dan SLTA sudah tersedia di
ibukota kecamatan.
Dampak Sosial dan Budaya (lanjutan...)
❖Perkebunan (Kelapa sawit) merupakan tulang
punggung kehidupan masyarakat pedesaan, adanya
kemajuan ekonominya di pedesaan
❖Tersedianya kelembagaan ekonomi dipedesaan,
antara lain: pasar-pasar desa, koperasi, lembaga
keuangan bank maupun nonbank.
❖Dibeberapa wilayah pengembangan telah terjadi
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di ibukota
kecamatan, munculnya agropolitan-agropolitan
41
42
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 22
Dampak Terhadap Pembangunan dan Ketimpangan Wilayah
Dampak Terhadap Pembangunan dan Ketimpangan Wilayah
Tahun
Indek Williamson Tekanan Penduduk
TanpaPerkebun
TermasukPerkebunan
TermasukPerkebunan
TanpaPerkebunan
2006 0.4211 0.2802 0.14 9.84
2007 0.4661 0.2527 0.16 10.39
2008 0.4117 0.2156 0.92 11.04
2009 0.4402 0.2607 0.98 13.23
2010 0.4332 0.2462 1.54 13.78
2011 0.4223 0.2383 1.89 14.02
2012 0.429 0.2244 2.44 14.26
2013 0.4353 0.2213 2.51 14.53
2014 0.4382 0.2209 2.65 14.76
2015 0.4387 0.2183 2.64 16.46
Sumber: Syahza et al (2018)
43
44
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 23
Pengaruh Perkebunan terhadap
Ekonomi Masyarakat
1. Kegiatan Perkebunan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian regional daerah Riau, karena mempunyai efek ganda terhadap sektor ekonomi lainnya;
2. Perkembangan Perkebunan memberikan sumbangan terbesar di samping sektor migas;
3. Produktivitas sektor Perkebunan mempunyai peluang besar untuk terus ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan yang terjadi diseluruh sub sektor yang ada;
4. Di samping memberikan hasil yang jelas bagi petani dan telah menimbulkan perubahan pola pikir dalam pengelolaan usahatani;
5. Perkembangan Perkebunan akan meningkatkan laju pertumbuhan di sektor pertanian, di samping dapat menunjang pertumbuhan di sektor lainnya;
6. Majunya perkembangan sektor Perkebunan akan mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat antara sektor pertanian dan non pertanian
7. Perkebunan yang memiliki basis di pedesaan akan mengurangi kecenderungan perpindahan tenaga kerja yang berlebihan dari desa ke kota
Pengaruh Perkebunan (lanjutan…)
45
46
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 24
Pengembangan Perkebunan
Menarik pembangunan sektor pertanian;
Menciptakan nilai tambah;
Menciptakan lapangan pekerjaan;
Meningkatkan penerimaan devisa negara;
Memperbaiki pembagian pendapatan;
Meningkatkan pengetahuan petani melalui usahatani
Munculnya Karakter Petani modern
Berorientasi untuk berkembang (Growth-
oriented);
Berinovasi (Innovativeness);
Percaya diri (Self-confidence);
Rasa akan kontrol usaha secara
pribadi/mandiri (Sense of personal control);
Pengambil resiko (Risk-taker);
Dapat bekerjasama (Cooperative).
47
48
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 25
Tanpa kelapa sawit
Da
mp
ak
ke
lap
a s
aw
itDAMPAK PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT
Terima kasih…!
49
50
Karakteristik dan Kelayakan EkonomiEkosistem Gambut
Almasdi Syahzahttp://almasdi.staff.unri.ac.id 26
Sumber Literatur❑ Syahza, A. and Asmit, B. (2019), “Development of palm oil sector and future challenge in
Riau Province, Indonesia”, Journal of Science and Technology Policy Management, Vol.
ahead-of-print No. ahead-of-print. https://doi.org/10.1108/JSTPM-07-2018-0073
❑ Syahza, A., Bakce, D., and Irianti, M., (2019). Improved Peatlands Potential for Agricultural
Purposes to Support Sustainable Development in Bengkalis District, Riau Province,
Indonesia. Journal of Physics: Conference Series. Volume 1351, Nomor
1. http://doi.org/10.1088/1742-6596/1351/1/012114
❑ Bakce, D., A. Syahza, S. Bahri, M. Irianti, RM Riadi, & B. Asmit. 2019. Pemanfaatan
Limbah Kelapa Sawit untuk Budidaya Jamur Merang dalam Upaya Perbaikan Ekonomi
Desa: Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Kampung Baru, Kabupaten
Pelalawan. Unri Conference Series: Community Engagement 1: 235-
242 https://doi.org/10.31258/unricsce.1.235-242
❑ Syahza, A. and Asmit, B. (2019), “Regional economic empowerment through oil palm
economic institutional development”, Management of Environmental Quality, Vol. 30 No. 6,
pp. 1256-1278. https://doi.org/10.1108/MEQ-02-2018-0036
❑ Syahza, A. (2019), “The potential of environmental impact as a result of the development
of palm oil plantation”, Management of Environmental Quality, Vol. 30 No. 5, pp. 1072-
1094. https://doi.org/10.1108/MEQ-11-2018-0190
❑ Syahza, A., Backe, D. and Asmit, B. (2018), “Natural rubber institutional arrangement in
efforts to accelerate rural economic development in the province of Riau”, International
Journal of Law and Management, Vol. 60 No. 6, pp. 1509-
1521. https://doi.org/10.1108/IJLMA-10-2017-0257
51
Top Related