PERTANYAAN DAN TUGAS UNTUK DISKUSI
1. KEBERATAN DAN PERMOHONAN PENGURANGAN SANKSI
ADMINISTRASI ATAU PEMBATALAN STP
a) Naskah Surat Keberatan
Nomor : XX/S/V/2010 Jakarta, 10 Mei 2010
Lampiran : XX Berkas
Hal : Pengajuan Keberatan
Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Badan dan Orang Asing Satu
Jl. TMP Kalibata
Jakarta Selatan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tn. A
NPWP : 24.123.456.8-043.000
Alamat : Jakarta
Bertindak selaku : Wajib Pajak
X§ Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak:
Nama : BUT Atlantic Consultant International
NPWP : 01.234.456.7-053.000
Alamat : Jakarta
Hal.1 dari 26
Bersama ini mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP):
Jenis surat : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Nomor dan tanggal : No. 00002/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010
Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)
Masa/Tahun Pajak : Januari – Desember 2008
Dasar Hukum Pengajuan Keberatan :
Dasar hukum diajukannya keberatan terhadap SKP tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pasal 25 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP No. 28/2007).
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ./2009 Tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan, yang merupakan ketentuan pelaksanaan dari
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pengajuan
dan Penyelesaian Keberatan.
Alasan Keberatan :
1. Sengketa atas koreksi PPh Pasal 23 atas Jasa Subkontraktor sebesar Rp.
3.640.000.000
Dasar Koreksi Pemeriksa:
Pemeriksa melakukan koreksi atas PPh Pasal 23 atas jasa subkontraktor sebesar
Rp.3.640.000.000 dengan alasan…….
Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak:
Kami tidak setuju dengan koreksi Pemeriksa atas PPh Pasal 23 atas jasa subkontraktor
sebesar Rp.3.640.000.000 tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan
alasan sebagai berikut:……………….
Berdasarkan hal tersebut di atas maka:
Hal.2 dari 26
Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak : Rp 5.590.000.000
Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan
Wajib Pajak sebesar : Rp.1.950.000.000
Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam
pembahasan akhir pemeriksaan sebesar : Rp.1.950.000.000
Jumlah yang telah dilunasi sebesar Rp 1.950.000.000,- melalui Surat Setoran Pajak (SSP)
kepada Kas Negara pada tanggal 9 Mei 2010.
Perhitungan PPh Badan menurut Wajib Pajak:
Lampiran:
1. Fotokopi SKPKB PPh Pasal 23 Tahun Pajak 2008 No. 00002/XXX/08/053/10 tanggal
10 Maret 2010
2. Dokumen pendukung berupa………………….
Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Kami mohon untuk
dapat diundang agar dapat memberikan penjelasan secara lebih rinci ataupun menyampaikan
data-data tambahan yang dibutuhkan dalam proses keberatan. Atas perhatian dan
kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Pengurus
Tn.A
Direktur
Hal.3 dari 26
a) Naskah Surat Keberatan
Nomor : XX/S/V/2010 Jakarta, 10 Mei 2010Lampiran : xx berkasHal : Pengajuan Keberatan
Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing SatuJl. TMP KalibataJakarta Selatan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tn. ANPWP : 24.123.456.8-043.000Alamat : Jakarta
bertindak selaku : Wajib Pajak
X Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak:
Nama : BUT Atlantic Consultant International NPWP : 01.234.456.7-053.000Alamat : Jakarta
bersama ini mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP):
Jenis surat : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Nomor dan tanggal : No. 00001/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010Jenis Pajak : Pajak Penghasilan (PPh) BadanMasa/Tahun Pajak : 2008
Dasar Hukum Pengajuan Keberatan :
Dasar hukum diajukannya keberatan terhadap SKP tersebut adalah sebagai berikut:
3. Pasal 25 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP No. 28/2007).
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ./2009 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan, yang merupakan ketentuan pelaksanaan dari
Hal.4 dari 26
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.
Alasan Keberatan :
2. Sengketa atas koreksi peredaran usaha yang belum dilaporkan sebesar Rp. XXXXXXX
Dasar Koreksi Pemeriksa:
Pemeriksa melakukan koreksi atas peredaran usaha sebesar Rp.XXX sebagai peredaran usaha yang belum dilaporkan oleh Perusahaan.
Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak:
Kami tidak setuju seluruhnya dengan koreksi Pemeriksa atas peredaran usaha tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut:……………….
3. Sengketa atas koreksi biaya ……… sebesar Rp. XXXXXXX
Dasar Koreksi Pemeriksa:
Pemeriksa melakukan koreksi atas biaya usaha sebesar Rp.XXX dikarenakan menurut Pemeriksa biaya tersebut tidak sesuai dengan Pasal 6 UU PPh.
Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak:
Kami tidak setuju seluruhnya dengan koreksi Pemeriksa atas biaya usaha………. tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut:……………….
Berdasarkan hal tersebut di atas maka:
Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak : Rp 1.147.900.000
Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak sebesar : (Rp 295.000.000)Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan sebesar : (Rp 295.000.000)
Perhitungan PPh Badan menurut Wajib Pajak:
Hal.5 dari 26
Lampiran:
3. Fotokopi SKPKB PPh Badan Tahun Pajak 2008 No. 00001/XXX/08/053/10 tanggal
10 Maret 20104. Dokumen pendukung berupa………………….
Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Kami mohon untuk dapat diundang agar dapat memberikan penjelasan secara lebih rinci ataupun menyampaikan data-data tambahan yang dibutuhkan dalam proses keberatan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Pengurus
Tn.A Direktur
Keberatan :Dasar hokum : Pasal 25 UU KUP dan Pasal 2 PP No.80/2007Agar Keberatan BUT ACI diterima secara formal maka harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU KUP dan Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Pajak No. NOMOR PER - 49/PJ./2009 tentang TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN sebagai berikut :
Hal.6 dari 26
Pengajuan keberatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b.mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut
atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang
menjadi dasar penghitungan;
c.1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu)
pemotong pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
d. melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui
Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak
atau
sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak
dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan Wajib Pajak (force majeur);dan
f. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh
bukan
Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP.
Hal.7 dari 26
Permohonan Pengurangan sanksi Administrasi/penghapusan STPDasar hokum : Pasal 36 UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan No. 21 Tahun 2008Permohonan Pembetulan Pasal 36 KUPDirektur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar; ataud. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
Permohonan ini hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali, kecuali permohonan pembatalan hasil pemeriksaan pajak tanpa penyampaian SPHP dan closing, hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali saja.
Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak atau surat ketetapan pajak, termasuk
surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1) penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2) pembahasan akhir hasil pemeriksaan b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut perhitungan Wajib Pajak
disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya;
Hal.8 dari 26
d. disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar; dan e. dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan harus
dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Apabila permohonan keberatan ditolak oleh DJP, BUT ACI dapat mengambil langkah untuk mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Untuk permohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan sTP ditolak oleh DJP, BUT ACI dapat mengajukan permohonan Gugatan ke Pengadilan Pajak. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dasar Hukum :- UU KUP
- UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
Ketentuan Formal Pengajuan Banding (Pasal 35, 36 dan 37 UU Pengadilan Pajak)
(1) Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
(2) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang
dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengikat apabila jangka waktu
dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon Banding.
(4) Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Hal.9 dari 26
(5) Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat
keputusan yang dibanding.
(6) Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
(7) Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta Pasal
35, dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya
dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen).
(8) Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya.
Ketentuan Formal Pengajuan Gugatan (Pasal 40 dan 41 UU Pengadilan Pajak)(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
(2) Jangka Waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
(3) Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat.
(4) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat apabila jangka
waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah 14 (empat belas) hari
terhitung sejak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.
(8) Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya
dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan,
atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat.
Prosesnya Banding adalah sebagai berikut :
Hal.10 dari 26
Proses Gugatan adalah sebagai berikut :
Hal.11 dari 26
Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (7) UU KUP menyebutkan Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. Sehingga berdasarkan kasus BUT ACI, jumlah yang harus dibayar sebelum pengajuan keberatan adalah sebesar jumlah yang disetujui dalam pembahasan akhir yaitu hanya atas pembayaran PPh PAsal 23 sebesar Rp. 1.950.000.000-.
Berdasarkan ketentuan Pasal 25(9), Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Ketentuan PAsal 27 ayat (5d) menyebutkan Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Untuk menghindari sanksi kenaikan sebesar 50% apabila permohonan keberatan BUT ACI ditolak oleh Kantor PAjak dan menghindari sanksi kenaikan sebesar 100% apabila permohonan Banding BUT ACI ditolak oleh Pengadilan Pajak maka BUT ACI sebaiknya melunasi seluruh Pajak yang terhutang sebagaimana yang tercantum dalam SKPKB sebelum mengajukan permohonan Keberatan
Hal.12 dari 26
2. BANDING DAN GUGATAN
Dasar Hukum :
1. Permohonan Banding :
- UU KUP Pasal 27
- UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
2. Permohonan Gugatan :
- UU KUP Pasal 23
- UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
b) Naskah Surat Gugatan
Jakarta, xxx Mei 2011
Hal.13 dari 26
Nomor Surat: xxx
Kepada Yth,
Pengadilan Pajak
Gedung Sutikno Slamet, Lantai 5, Departemen Keuangan,
Jl. Dr. Wahidin Raya No.1,
Jakarta Pusat
Perihal : Gugatan atas Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas
Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan
BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010
Masa Pajak Januari s.d Desember 2008
Dengan hormat,
Sehubungan dengan perihal diatas, perkenankanlah kami
Nama : Tn A
Jabatan : Direktur
Wajib Pajak : BUT Atlantic Consultant International (”BUT ACI”)
NPWP : 01.234.456.7-053.000
Alamat : Jakarta
Oleh karena itu bertindak untuk membuat, menandatangani dan mengajukan gugatan ini untuk
selanjutnya disebut...........................................................................................PENGGUGAT
Dengan ini mengajukan gugatan terhadap :
Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus, beralamat di Jl. TMP Kalibata, Jakarta Selatan untuk
selanjutnya disebut...........................................................TERGUGAT
Adapun yang menjadi alasan dan dasar hukum Penggugat mengajukan Gugatan atas Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang
Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP
Hal.14 dari 26
dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d
Desember 2008, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus, sebagai berikut :
I. Dasar Hukum Pengajuan Gugatan
1. Pasal 23 ayat 2.c UU KUP No.28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(selanjutnya disebut ”UU KUP”), menyatakan sebagai berikut:
” Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap: (c) keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26,
hanya dapat diajukan kepada badan Peradilan Pajak”
Pasal 25 ayat 1 dan Pasal 26 UU KUP No.28/2007 mengatur mengenai masalah pengajuan keberatan.
Dengan demikian, berdasarkan pasal 23 ayat 2.c UU No.28/2007 tersebut diatas, Surat Keputusan
yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain surat keputusan keberatan dapat
diajukan Gugatan kepada Badan Peradilan Pajak.
2. Pasal 40 ayat 1 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa ” Gugatan
diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak”.
Pasal 40 ayat 3 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa ”Jangka waktu
untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat.”
Pasal 40 ayat 6 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa ”Terhadap 1
(satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.”
Surat Gugatan yang kami ajukan ini adalah Gugatan terhadap 1(satu) surat Keputusan yaitu Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011
tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan
BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d
Desember 2008. Surat Gugatan ini ditulis dalam Bahasa Indonesia dan disampaikan masih dalam
jangka waktu 30 hari dari tanggal diterimanya Surat Keputusan yaitu tanggal 10 Mei 2011. Dengan
demikian, surat Gugatan ini telah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Pasal 40 ayat 1,3 dan 6
UU No 14 Tahun 2002.
3. Pasal 41 ayat (1) UU No 14 Tahun 2002 menyatakan sebagai berikut :
Hal.15 dari 26
” Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya
dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan,
atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat.”
Surat Keputusan yang digugat (Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
XXX/WPJ.XX/BD.05/2011) kami terima tanggal 10 Mei 2011. Surat Gugatan ini diajukan oleh Tn.A
yang merupakan pengurus dari BUT. ACI.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kami berpendapat bahwa Surat Gugatan ini telah
memenuhi ketentuan formal pengajuan Gugatan ke badan peradilan pajak.
II. Substansi Gugatan
Latar belakang
........
Alas an Pengajuan Gugatan
……………..
Berdasarkan penjelasan dan dasar peraturan diatas, mohon Pengadilan Pajak untuk menerima dan
memeriksa Gugatan ini serta berkenan memutuskan sebagai berikut:
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Memerintahkan Membetulkan kembali Keputusan Direktur Jenderal Pajak No No. KEP-
XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor
000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d Desember 2008 sehingga
menjadi NIHIL.
Demikian surat gugatan ini kami ajukan. Besar harapan kami agar permohonan ini dapat
diproses dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Hal.16 dari 26
Atas perhatian dan pertimbangan Majelis dalam memutuskan perkara Gugatan kami dengan seadil-
adilnya, kami mengucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Tn.A
Direktur
b) Naskah Surat Banding
Jakarta, xxx Juli 2011
Nomor Surat: xxx
Kepada Yth,
Pengadilan Pajak
Gedung Sutikno Slamet, Lantai 5, Departemen Keuangan, Jl. Dr. Wahidin Raya No.1, Jakarta Pusat
Perihal : Surat Permohonan Banding terhadap Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.
KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang keberatan wajib pajak
atas Surat Ketetapan Pajak Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Pasal 26
Masa Pajak Januari – Desember 2008 Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret
2010.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 yang kami terima pada tanggal xxx tentang keberatan wajib pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari – Desember 2008 Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010, dengan ini, kami:
Hal.17 dari 26
Nama : Tn A Jabatan : DirekturWajib Pajak : BUT Atlantic Consultant International (”BUT ACI”)NPWP : 01.234.456.7-053.000Alamat : Jakarta
Perkenankanlah kami menyampaikan permohonan Banding atas Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1(dalam Rupiah)
III. Latar Belakang
1. Tim Pemeriksa dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing Satu (“Tim Pemeriksa”) telah melakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakan BUT ACI untuk tahun pajak 2008;
2. Atas hasil pemeriksaan tersebut, BUT ACI telah menerima SKPKB PPh Pasal 26 Nomor: Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 untuk masa pajak Januari – Desember 2008 yang diterbitkan oleh KPP Badan dan Orang Asing Satu , yang menetapkan jumlah PPh Pasal 26 yang masih harus dibayar sebesar Rp.1.735.500.000.;
3. BUT ACI mengajukan surat permohonan Keberatan tertanggal 10 Mei 2010 atas SKPKB dan surat keberatan tersebut telah diterima oleh KPP Badan dan Orang Asing Satu pada tanggal 10 Mei 2010;
4. Atas Surat Keberatan BUT ACI, Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar atas nama Direktur Jenderal Pajak telah menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak (“SK-DJP”) No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 yang menetapkan untuk
- menolak keberatan BUT ACI dalam suratnya No. XX tanggal 10 Mei 2010;
5. Besarnya PPh Pasal 23 terutang berikut sanksi bunga pasal 13 (2) KUP berdasarkan SK-DJP tersebut adalah sebesar Rp.1.735.500.000. Untuk memenuhi ketentuan formal Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang No. 14 tahun 2002 mengenai Pengadilan Pajak, BUT ACI telah melakukan pembayaran melebihi 50% dari PPh terutang berdasarkan SKPKB tersebut yaitu sebesar Rp.1.735.500.000. dengan rincian sebagai berikut:……
IV. Dasar Hukum Pengajuan Banding
Berdasarkan kronologis penjelasan di atas, bersama ini perkenankanlah kami mengajukan Banding terhadap SK-DJP Nomor KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011. Banding atas SK-DJP tersebut kami ajukan sesuai dengan hak kami sebagaimana tercantum dalam:
Hal.18 dari 26
4. Pasal 27 ayat (1) UU No 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut ”UU KUP”), menyatakan sebagai berikut: ”Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26”.
Selanjutnya Pasal 35 ayat (1) Undang-undang No 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut ”UU Pengadilan Pajak”) menyatakan sebagai berikut:
”Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak”
Surat Banding dalam bahasa Indonesia kami ajukan terhadap Keputusan Keberatan kepada Pengadilan Pajak. Dengan demikian, Surat Banding kami telah memenuhi ketentuan formal pengajuan banding berdasarkan Pasal 27 ayat 1 UU KUP dan Pasal 35 ayat 1 UU Pengadilan Pajak.
5. Pasal 27 ayat (3) UU KUP menyatakan sebagai berikut :“Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterimadan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.”
Pasal 35 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menyatakan sebagai berikut :“Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Surat Banding disusun secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dan diajukan sebelum lewat tiga bulan sejak diterimanya Keputusan Keberatan yang salinannya kami lampirkan dalam Surat Banding ini. SK-DJP No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 diterima oleh BUT ACI tangaal xxx sehingga masih dalam jangka waktu 3 (bulan) sejak tanggal diterimanya SK-DJP. Dengan demikian, Surat Banding kami telah memenuhi ketentuan formal pengajuan banding berdasarkan Pasal 27 ayat 3 UU KUP dan Pasal 35 ayat 2 UU Pengadilan Pajak.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka pengajuan SURAT BANDING atas Keputusan Keberatan tersebut, telah dilakukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara yang telah disyaratkan oleh undang-undang , khususnya Pasal 27 ayat (1) dan (3) UU KUP, dan Pasal 35 ayat (1) dan (2) UU Pengadilan Pajak. Oleh karena itu sudah sepatutnya Surat Banding ini diterima oleh Pengadilan Pajak.
V. Materi Banding
........Menurut Penelaah Keberatan
Menurut Pemohon Banding
Kami tidak setuju dan menyatakan Banding terhadap koreksi Objek PPh Pasal 26 yang menyebabkan kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp. 1.735,500.000,0 dengan alasan-alasan sebagai berikut:…………………………….
VI. Kesimpulan
Hal.19 dari 26
Berdasarkan uraian penjelasan di atas, berikut kami sandingkan kembali hasil perhitungan PPh Pasal 26 beserta sanksi Pasal 13 (2) KUP untuk masa pajak Januari - Desember 2008 antara Pihak Terbanding (SK-DJP) dan Banding dari Pemohon Banding:
Tabel
(Dalam Rupiah)
Berdasarkan penjelasan kami di atas dan juga kesimpulan perhitungan dalam Tabel 5, kami mohon dapatlah kiranya Dewan Majelis yang terhormat mengabulkan permohonan Banding kami, sehingga PPh Pasal 26 yang terutang beserta sanksi bunga Pasal 13 (2) KUP menurut SK-DJP No. KEP-597/WPJ.19/BD.05/2011 tanggal 4 Juli 2011 sebesar Rp.1.735.500.000. dapat disetujui menjadi NIHIL.
VII. Penutup
Demikianlah surat permohonan Banding kami terhadap Surat Keputusan Dirjen Pajak Nomor No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011atas hasil pemeriksaan PPh Pasal 26 masa pajak Januari – Desember 2008 untuk BUT ACI. Besar harapan kami dapatlah kiranya Majelis mengabulkan permohonan Banding kami sebagaimana diuraikan di atas dengan seadil-adilnya.
Apabila Majelis membutuhkan tambahan informasi ataupun data sehubungan dengan permohonan banding kami di atas, kami akan berusaha untuk memenuhinya.
Atas perhatian dan pertimbangan Majelis dalam memutuskan perkara Banding kami dengan seadil-adilnya, kami mengucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Hal.20 dari 26
Tn.A
Direktur
Hal.21 dari 26
3. PENINJAUAN KEMBALI
a) Bagaimana BUT ACI Menindaklanjuti Putusan Pengadilan Pajak baik atas
putusan yang menerima banding dan gugatan yang diajukan oleh BUT ACI
maupun yang menolak banding tersebut? Jelaskan hak dan kewajiban sebagai
tindaklanjut putusan Pengadilan Pajak!
Atas Permohonan Banding dan Gugatan yang dikabulkan oleh Pengadilan Pajak
Atas Putusan Pengadilan yang menerima seluruh permohonan Banding dan Gugatan
BUT ACI, BUT ACI mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
atas SKPKB PPh Badan, PPh Pasal 26, PPN, STP PPN no.1 dan STP PPN No.2 yang telah
dibayar seluruhnya oleh BUT ACI sebelum mengajukan permohonan Keberatan dan
Permohonan Pengurangan Sanksi Administrasi/pembatalan STP.
Selain itu, BUT ACI berhak mendapatkan imbalan bunga berdasarkan ketentuan pasal
27A UU KUP No 28/2007 yang menyatakan sebagai berikut :
Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali
dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana
Hal.22 dari 26
dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah
dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran
pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung sejak
tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
Namun dalam ketentuan Pasal 24 ayat (5) Peraturan Pemerintah No 80/2007
menyebutkan bahwa imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan
terhadap :
a. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan kembali atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan yang seluruhnya disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dan telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
b. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali atas sebagian jumlah pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang tidak
disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, namun dibayar sebelum
pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali, atau
sebelum diterbitkan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.
Menurut kelompok kami terdapat ketidakjelasan mengenai ketentuan imbalan bunga
antara ketentuan yang tercantum dalam KUP No 28/2007 dengan PP No.80/2007. Namun
dalam sistem hukum perundang-undangan perpajakan Undang-undang mempunyai kekuatan
hukum lebih tinggi dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah sehingga menurut kami
seharusnya BUT ACI mendapatkan imbalan bungan atas pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terhutang menurut Putusan Pengadilan namun dibayar seluruh nya oleh BUT ACI
Hal.23 dari 26
sebelum mengajukan permohonan keberatan.
Atas Permohonan Banding PPh Pasal 23 yang ditolak seluruhnya oleh Pengadilan
Pajak
Berdasarkan ketentuan Pasal 77 UU No14/2002 tentang Pengadilan Pajak, Pihak-
pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak
kepada Mahkamah Agung. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu)
kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali
tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Permohonan
peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan
peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi. Pengajuan permohonan peninjauan
kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, huruf d, dan huruf e
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.
b) Hal apa yang perlu diperhatikan BUT ACI dalam pengajuan Surat Peninjauan
Kembali (PK) untuk Putusan Pengadilan Pajak yang menolak banding BUT ACI
secara ringkas, dan dapat menjelaskan permasalahannya dengan benar serta
memenuhi ketentuan formalnya!
Alasan Peninjauan Kembali (berdasarkan ketentuan pasal 91, 92 dan 93 UU No14/2002)
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan
sebagai berikut:
a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila
diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang
berbeda.
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,.
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya atau,
Hal.24 dari 26
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh BUT ACI agar permohonan Peninjauan Kembali dapat
memenuhi ketentuan formal :
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 92 ayat (3) UU No 14/2002, Pengajuan permohonan
peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf c,
huruf d, dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
putusan dikirim.
2. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan adanya kebohongan
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap.
3. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan bukti tertulis susulan
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan
tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
4. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 11 UU No.14/2002 disebutkan sebagai berikut :
Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam
hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
disampaikan secara langsung.
c) Jika Ditjen Pajak mengajukan PK atas putusan Pengadilan Pajak yang
mengabulkan banding yang diajukan oleh BUT ACI; apa yang harus dilkukan oleh
BUT ACI? Apakah hak-hak BUT ACI tetap dapat terpenuhi dengan adanya
pengajuan PK oleh Ditjen Pajak? Jelaskan secara ringkas dan tepat sesuai dasar
hukumnya!
Berdasarkan Pasal 89 ayat (2) UU No 14/2002 Permohonan peninjauan kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Dengan demikian
maka BUT ACI tetap mendapatkan haknya terkait dengan pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pajak diantara nya yaitu berhak menerima pengembalian pajak yang seharusnya tidak
terhutang yang telah dibayar dan berhak mendapatkan imbalan bunga. (lihat jawaban a).
Hal.25 dari 26
Atas Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Ditjen Pajak, maka setelah
memperoleh salinan Memori Peninjauan Kembali yang dikirimkan melalui Pengadilan Pajak,
BUT ACI harus memberikan tanggapan berupa Kotran Memori Peninjauan Kembali yang
harus disampaikan paling lambat 30 hari terhitung cap pos pengiriman Pemberitahuan
Penyerahan Memori Peninjauan Kembali tersebut, melalui Kepaniteraan Pengadilan Pajak
dalam rangkap 2.
Hal.26 dari 26