Download - Kultur jaringan

Transcript
Page 1: Kultur jaringan

Pengolahan limbah media tanam kultur jaringan

Angela mawa 1314031Syamata putri 1314061

Page 2: Kultur jaringan

Kultur Jaringan, sering disebut juga tissue culture. Kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur Jaringan, adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur Jaringan, membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya

Pengertian kultur jaringan

Page 3: Kultur jaringan

Media tanam adalah faktor penentu dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan bergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selainitu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, bergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.

Page 4: Kultur jaringan
Page 5: Kultur jaringan

Makronutrien: N, P, K, Ca, Mg, S Mikronutrien: Fe, Mn, Zn, B, Cu, Co, Mo Mikoorganik:vitamin, asam amino Gula Zat pengatur tumbuh Karbon aktif

Unsur dalam media tanam kultur jaringan

Page 6: Kultur jaringan

A. Pengertian komposPengomposan didefinisikan sebagai suatu proses biokimia dimana bahan organik didekomposisi menjadi zat-zat seperti humus (kompos) oleh kelompok mikroorganisme yang berbeda pada kondisi yang dikontrol. Kompos memiliki peranan sangat penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya. Penambahan kompos ke dalam tanah dapat memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air, serta berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Djuarnani dkk, 2005).

Pemanfaatan limbah untuk pembuatan kompos

Page 7: Kultur jaringan

Dalam proses pembuatan kompos perlu diperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi proses pengomposan. Faktor-faktornya antara lain rasio C/N, Ukuran partikel, kelembapan, aerasi, porositas, temperatur, pH, kandungan hara, kandungan bahan berbahaya dan lama pengomposan. Namun dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan tersebut yang terpenting adalah rasio unsur C dan N dalam bahan komposan. Rasio C/N adalah salah satu parameter penting untuk mengetahui kualitas kompos. Rasio ini digunakan untuk mengetahui apakah kompos sudah cukup ‘matang’ atau belum (Isroi, 2008). Setiap limbah organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Misalnya bahan-bahan seperti kotoran kambing. Kotoran kambing memiliki rasio C/N 21,12 (Syafrudin, 2007), dan juga mengandung hara yang cukup tinggi sebab kotorannya bercampur dengan urinenya yang juga mengandung unsur hara.

Page 8: Kultur jaringan

Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau atau berbau seperti tanah, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Kematangan kompos juga dapat dilihat dari kandungan karbon dan nitrogen melalui rasio C/N-nya. Kompos yang memiliki rasio C/N mendekati rasio C/N tanah yaitu 10-12, lebih dianjurkan untuk digunakan (Indriani, 2001).

B. Standar kualitas kompos

Page 9: Kultur jaringan

Tabel SNI produk kompos

Page 10: Kultur jaringan

Dalam proses pengomposan kotoran kambing berperan sebagai pengering. Tetapi proses dekomposisinya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Bau ini sangat disukai oleh kuman dan serangga sehinggan jumlah mereka dapat meningkat selama proses dekomposisi. Pupuk kandang dari kotoran kambing memiliki kandungan unsur hara relatif lebih seimbang dibandingkan pupuk alam lainnya karena kotoran kambing bercampur dengan air seninya (mengandung unsur hara), hal tersebut biasanya tidak terjadi pada jenis pupuk kandang lain seperti kotoran sapi (Parnata, 2010). Kadar hara pada kotoran kambing yaitu 46,51% C, 1,41% N, C/N 32,98, 0,54% P dan 0,75% K (Hartatik dan Widowati, 2006).

Pelet Kompos berbasis kotoran kambing

Page 11: Kultur jaringan

Pemilihan kompos berbasis kotoran kambing sebagai bahan organik pupuk dikarenakan atas beberapa alasan berikut :

Memiliki kandungan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan dengan kompos berbasis kotoran sapi. Nutrisi yang cukup banyak ini akan membantu perkembangan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk perkembangan tanaman .

Sebagai pupuk organik, kompos berbasis kotoran kambing memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat dan biologis tanah . Perbaikan media tempat tumbuh tanaman ini akan berdampak pada pertumbuhan yang optimum bagi tanaman.

kompos kambing memiliki kandungan air yang cukup, yakni sebesar 60% (w/w). Sebagaimana yang kita ketahui, menyatakan bahwa kelembaban yang direkomendasikan untuk medium filter organik berkisar antara 40-60% .

Page 12: Kultur jaringan

Dalam penelitian ini kotoran kambing tidak digunakan dalam bentuk curah karena memiliki beberapa kekurangan yaitu:

Kompos berbasis kotoran kambing menjadi lebih cepat kering dan mudah tersapu oleh hembusan angin sehingga sulit untuk diaplikasikan (Suriadikarta dan Setyorini, 2005).

Dapat menimbulkan debu (Masayuki Hara, 2001). Terutama untuk Indonesia yang memiliki intensitas sinar matahari yang sangat tinggi, sehingga mudah menyebabkan pupuk menjadi kering dan tersapu angin. Hal ini tentunya juga menjadikan penggunaan pupuk menjadi kurang ekonomis.

Tidak efisien dalam pengangkutan dan penyimpanan karena memiliki volum yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bentuk pelet (Masayuki Hara, 2001) atau pun bentuk granul.

Page 13: Kultur jaringan

kompos yang berbentuk pelet memiliki beberapa kelebihan yang mampu menutupi kekurangan dari kompos berbasis kotoran kambing yang berbentuk curah, yaitu:

Efektif dalam model transportasi jarak jauh dan penyimpanan. Hal ini dikarenakan terjadinya pengurangan volum yang signifikan setelah proses pelletizing. Volum pelet berukuran 5 mm menjadi 50-80% dari volum awal.

Dapat diaplikasikan di dekat pemukiman penduduk karena kompos berbentuk pelet tidak menghasilkan atau menimbulkan debu.

Proses peluruhan kompos pelet lebih lama dibandingkan dengan kompos curah (slow release). Oleh karena itu, jika kompos yang digunakan belum matang maka efek terhadap tanaman akibat dari dekomposisi material organik yang mudah terdekomposisi akan terbatasi. Proses peluruhan yang lebih lama (atau bertahap) ini juga mencegah overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn).

Kompos pelet mengalami peluruhan dan melepaskan nitrogen nitrat beberapa minggu setelah kompos curah. Hal ini membuat kondisi anaerobik dipertahankan dalam pelet sehingga nitrifikasi meningkat.

Page 14: Kultur jaringan

EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologi tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. Sebagian besar mengandung mikroorganisme seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), ragi, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.Pembuatan kompos dapat dipercepat dengan bantuan aktivator, salah satunya yaitu Effective Microorganisms 4 (EM4). EM4 berfungsi untuk mempercepat penguraian bahan organic, menghilangkan bau yang timbul selama proses penguraian, menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen, dan meningkatkan aktivitas mikroorgnisme yang menguntungakan.

Manfaat EM4 dalam pengomposan

Page 15: Kultur jaringan

EM4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik. EM4 diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. EM4 juga dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, masalah pada peternakan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan.

Page 16: Kultur jaringan

Limbah media tanam agar

persiapan starter EM4

persiapan kotoran kambing

pembuatan starter EM4 dan kotoran

kambing

pencampuran starter dan limbah

kultur jaringan

proses fermentasi atau

pengomposan

pengujian kandungan

kompos