KOMPLIKASI FRAKTUR Frakturadalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet.Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiriatau akibat penanganan fraktur yang disebutkomplikasi iatrogenik.
1. Komplikasi umumSyok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan.
Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupaemboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren.
2. KomplikasiLokala. KomplikasidiniKomplikasidiniadalahkejadiankomplikasidalamsatuminggupascatrauma,sedangkanapabilakejadiannyasesudahsatuminggupascatraumadisebutkomplikasilanjut.
Pada Tulang Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
Osteomielitisdapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkandelayed unionatau bahkannon union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi
Pada Jaringan lunak Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik
Dekubitus, terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol Pada OtotTerputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkansindromacrushatau trombus Padapembuluh darahPada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangantorniquetdapat terjadi sindromecrush.Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.
Sindroma kompartementerjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebutIskhemiVolkmann.Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengankontrakturvolkmann.Gejala klinisnya adalah 5 P yaituPain(nyeri),Parestesia, Pallor(pucat),Pulseness(denyut nadi hilang) danParalisis
Pada sarafBerupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson).Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervusb. KomplikasilanjutPadatulangdapatberupamalunion,delayedunionataunonunion.Padapemeriksaanterlihatdeformitasberupaangulasi,rotasi,perpendekanatau perpanjangan.
Delayed unionProses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur, terapikonservatif selama 6 bulanbilagagal dilakukanOsteotomi, Lebih 20 minggudilakukan cancellus grafting(12-16 minggu) Non unionDimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
Tipe I(hypertrophic non union)tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi danbone grafting. Tipe II(atrophic non union)disebut juga sendi palsu(pseudoartrosis)terdapat jaringansinovialsebagai kapsul sendi beserta ronggasinovialyang berisi cairan, prosesuniontidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkannon unionseperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,implantatau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)
MalunionPenyambungan fraktur tidak normal sehinggamenimbukan deformitas.Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .
Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkandelayed unionsampainon union (infected non union).Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetapPenatalaksanaanPrinsip 4R(chairudin Rasjad) :1) Recognition:diagnosis dan penilaian fraktur
2) Reduction3) Retention:Immobilisasi
4) Rehabilitation:mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi denganORIF maupun OREF.Tujuan Pengobatan fraktur :1) REPOSISIdengan tujuanmengembalikan fragmen keposisi anatomi
Tertutup:fiksasi eksterna,Traksi(kulit, sekeletal)
Terbuka:Indikasi:
Reposisi tertutup gagal
Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan
Mobilisasi dini
Fraktur multiple
Fraktur Patologis
2) IMOBILISASI / FIKSASITujuanmempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis Fiksasi :
Ekternal / OREF Gips ( plester cast)
Traksi
Indikasi : Pemendekan (shortening)
Fraktur unstabel : oblique, spiral
Kerusakan hebat pada kulit dan jaringansekitar
Traksi Gravitasi:U- Slab pada fraktur hunerus
Skin traksiTujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke posisi semula. Bebanmaksimal 4-5 kgkarena bila kelebihan kulit akan lepas
Sekeletal traksi:K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris)
Komplikasi Traksi:
Gangguan sirkulasi darahbeban > 12 kg Trauma saraf peroneus (kruris)droop foot
Sindroma kompartemen
Infeksitmpat masuknya pin
Indikasi OREF: Fraktur terbuka derajat III Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
fraktur dengan gangguan neurovaskuler
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
Non Union
Trauma multiple
3) UNION4) REHABILITASI
Penyembuhan fraktur ada5 Stadium :1) Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah
2) Organisasi Hematom/ Inflamasi
Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapilerkemudian terjadi jaringan granulasi
3) Pembentukan kallus
Fibroblast pada jaringan granulasimenjadi kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone)
4) Konsolidasi: woven bone berubah menjadi lamellar bone
5) Remodelling: Kalus berlebihan menjadi tulang normal
Proses Penyembuhan Tulang Fase inflamasiberakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif.Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan.
Fase reparatifUmumnya beriangsung beberapa bulan.Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak.
Fase remodellingMembutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur
KESIMPULANFrakturadalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet.Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiriatau akibat penanganan fraktur yang disebutkomplikasi iatrogenikMacam-macam komplikasi fraktur :
1) Komplikasi umum 2) komplikasi lokal komplikasi dini
komplikasi lanjut
PenatalaksanaanPrinsip 4R(chairudin Rasjad) : Recognition:diagnosis dan penilaian fraktur Reduction Retention:Immobilisasi Rehabilitation:mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Proses Penyembuhan Tulang Fase inflamasi Fase reparatif Fase remodelling
Top Related