PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
TEKANAN DARAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS SIBELA
DI SUSUN OLEH :
SRI SETYANINGSIH
P13053
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
PADA ASUHAN KEPERAWATAN
ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
TEKANAN DARAH
Untu
Dalam Men
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS SIBELA
Karya TulisI Imiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
SRI SETYANINGSIH
P13053
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
PEMBERIAN HIDROTERAPI RENDAM HANGAT TERHADAP
PADA ASUHAN KEPERAWATAN
esaikan Program Diploma III Keperawatan
ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Hidroterapi Rendam Hangat Terhadap
Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Hipertensi di
Puskesmas Sibela”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada yang terhormmat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIkes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
2. Ns. Meri Okatriani M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
v
3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Amalia Senja, M. Kep, selaku dosen pembimbing serta pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta
memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
5. Semua dosen program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telahm emberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Direktur Puskesmas Sibella yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S di Puskesmas
Sibella.
7. Nataliana Indah AN S.Kep.,Ns., selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan banyak masukan dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Puskesmas Sibela.
8. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan
do’a serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan.
9. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberi motivasi sehingga penulis
mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Teman-teman Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3A Program DIII
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang
vi
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta, 11 Mei 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 6
1. Hipertensi .......................................................................... 6
2. Hidroterapi Rendam Hangat .............................................. 15
B. Kerangka teori ........................................................................ 17
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset ............................................................... 18
B. Tempat dan waktu .................................................................. 18
C. Media dan alat yang digunakan.............................................. 18
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ......................... 18
E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset ... 20
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ........................................................................ 21
B. Pengkajian .............................................................................. 21
C. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 27
D. Perencanaan............................................................................ 28
E. Implementasi .......................................................................... 29
F. Evaluasi .................................................................................. 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 35
B. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 37
C. Perencanaan............................................................................ 40
D. Implementasi .......................................................................... 42
E. Evaluasi .................................................................................. 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 50
B. Saran ....................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg
tekanan sistolik dan 80-90 tekanan diastolik. Seseorang dikatakan
mengidap penyakit hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg.
Menurut JNC VII (2003) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia
diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila
tekanan sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99
mmHg, sedangkan diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila
tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dri 100 mmHg
sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2004).
Prevalensi Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal
ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke
atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%
(Kemenkes RI, Riskesdas 2007). Berdasarkan data WHO (2013), pada
tahun 2008 angka kematian hipertensi di Indonesia mencapai 647 per
100.000 penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012) pada tahun 2008 di
Indonesia terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal
2
karena hipertensi. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
(2013), hipertensi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 berjumlah
1.212.167 kasus. Menurut data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta
pada tahun 2012–2013 jumlah penderita hipertensi mencapai 198.465
kasus dan di Puskesmas Sibela pada tahun 2014 jumlah penderita
hipertensi mencapai 4014 orang dan penanganan selama di Peskesmas
Sibela yaitu dengan pemberian obat penurun tekanan darah dan senam
hipertensi (DKK Surakarta. 2014).
Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya
penyempitan arteri yang mensuplai darah ke ginjal, aterosklerosis
(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas
pembuluh darah) keturunan, umur, jenis kelamin, tekanan psikologis,
stres, kegemukan (obesitas), kurang olahraga dan kolesterol tinggi.
Akibat tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak
pembuluh darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung,
ginjal dan otak. Konsekuensi pada hipertensi yang lama tidak
terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan
stroke. Selain itu jantung juga membesar karena dipaksa meningkatkan
beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah (Smeltzer
& Bare, 2002).
Penanganan secara farmakologi terdiri atas pemberian obat yang
bersifat diuretik, beta bloker, calcium channnel blockers dan
vasodilator dengan memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan
3
tingkat kepatuhan (Smeltzer & Bare, 2002). Penanganan non-farmakologis
meliputi menghentikan merokok, menurunkan konsumsi alkohol
berlebih, menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur penurunan berat badan berlebihan, latihan fisik
dan terapi komplementer diantaranya adalah dengan terapi herbal,
terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur,
akupresur, aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2006).
Hidroterapi (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal sebagai
hidropati (hydropathy), adalah metode pengobatan menggunakan air
untuk mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan
merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang
mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa
keuntungan yang diperoleh dari terapi air antara lain : untuk
mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan,
meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan
membantu kelancaran sirkulasi darah. Berbagai jenis hidroterapi, metode
yang umum digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi rendam (Chaiton,
2002).
Akibat tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan
merusak pembuluh darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata,
jantung, ginjal dan otak. Konsekuensi pada hipertensi yang lama tidak
terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan
stroke. Selain itu jantung juga membesar karena dipaksa meningkatkan
4
beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah (Smeltzer
& Bare, 2002).
Menurut data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta dan
wawancara dengan perawat setempat pada tahun 2014 di Puskesmas
Sibela jumlah penderita hipertensi mencapai 4014 orang. Berdasarkan dari
latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah
berupa Apikasi riset dengan judul “Pemberian Hidroterapi Rendam Hangat
Terhadap Tekanan Darah pada Ny. S Hipertensi”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan pemberian hidroterapi rendam hangat terhadap
tekanan darah pada Ny. S hipertensi.`
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan
Hipertensi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S
dengan Hipertensi.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada Ny. S Hipertensi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan
Hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan Hipertensi.
5
f. Penulis mampu menganalisa pemberian hidroterapi rendam hangat
terhadap tekanan darah pada Asuhan Keperawatan Ny. S
hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien hipertensi.
2. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang pemberian hidroterapi
rendam hangat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kaji yang lebih
mendalam tentang pemberian hidroterapi rendam hangat terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi.
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data
dan informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti,
dianalisis dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah,
informatif, bermanfaat serta menambah kekayaan intelektual.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Pengertian
Menurut JNC hipertensi apabila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg ( Tagor, 2003). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan
terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Andra, 2013).
b. Etiologi
Menurut Ratna (2013), penyebab hipertensi dibagi menjadi 3
yaitu yang pertama secara genetis menyebabkan kelainan berupa
gangguan fungsi barostat renal, sensitifitas terhadap konsumsi
garam, abnormalitas transportasi natrium kalium, gangguan
metabolisme (glukosa, lipid dan resistensi insulin).
Kedua yaitu faktor lingkungan seperti faktor psikososial
kebiasaan hidup, pekrjaan, stress mental, aktifitas fisik, status
social ekonomi, keturunan, kegemukan dan konsumsi minuman
7
keras, faktor konsumsi garam, penggunaan obat-obatan seperti
golongan ankortikosteroid (cartison) dan beberapa obat hormon,
termasuk beberapa obat antiradang (anti inflamasi) secara terus
menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah.
Ketiga yaitu merokok juga merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan
tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alcohol
juga merupakan salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh
darah pada jantung menyebabkan terjadi hipertropi dan hyperplasia
serta pada pembuluh darah menyebabkan terjadi vaskuler
hipertropi.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hipertensi menurut Ratna (2013) meliputi
penglihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual
dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial, edema
dependen, adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan
kapiler.
d. Patofisiologi
Kapasitas mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
ketidakpastian. Sejumlah kecil pasien memiliki penyakit dasar
ginjal atau adrenal yang menyebabkan tekanan darah. Beberapa
faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta
8
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi,
dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-
faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
obesitas dan resistensi insulin, system rennin-angiotensin, dan
system saraf simpatis (Andra, 2013).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan ralaksasi
pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medulla di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jelas saraf simpatis, yang berlanjut
kebawah ke kardo spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangat
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melaliu saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pebuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi (Andra, 2013).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
9
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiontensin I yang kemudian diubah
menjadi angiontensin II, suatu vasokonstriktor kuat, menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intrakranial. Semua factor tersebut cenderung
pencetus keadaan hipertensi (Andra, 2013).
Perubahan structural dan fungsional pada pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekucup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Andra, 2013).
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ratna (2013), pemeriksaan penunjang yang
sebaiknya dilakukan untuk menetapkan diagnosa antara lain
pemeriksaan EKG (Elektrokardigraf atau rekam jantung ),
pemeriksaan darah kimia ( kreatinin, BUN ), radiografi dada.
10
f. Komplikasi
Menurut Andra (2013), tekanan darah tinggi apabila tidak
diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam organ tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi pada organ-organ antara lain Jantung.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan penyakit jangtung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak mampu lagi menompa sehingga banyak cairan
tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
Kedua otak yang dapat menyebabkan komplikasi pada otak
sehingga menimbulkan resiko stroke. Ketiga pada ginjal. Tekanan
darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam
ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh. Keempat pada mata dapat
mengakibatkan terjadinya retinopati dan dapat menimbulkan
kebutaan.
11
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologi menurut Ratna (2013),
penatalaksanaan non farmakologi antara lain mempertahankan
berat badan ideal, kurangi asupan natrium (sodium) sampai
kurang dari 1 sendok teh setiap hari, batasi konsumsi alcohol,
menghindari merokok, penurunan stress dan terapi massase
(pijat).
Penatalaksanaan farmakologi menurut Ratna (2013),
pengobatan farmakologis antar lain deiuretic (Hidroclorotiazid)
untuk mengekuarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan, penghambat simpatetik (Metildopa,
Klonidin dan Resepin) untuk menghambat system saraf
simpatis, betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
untuk menurunkan daya pompa jantung, vasodilator (Prasosin,
Hidralasin), ACE inhibitor (Captopril) untuk menghambat
pembentukan zat Angiotensin II, penghambat reseptor
Angiotensin II (Valsartan) untuk menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya
pompa jantung, antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
untuk menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
12
h. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
Menurut Andra (2013), konsep asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi meliputi pengkajian. Data yang harus ada yaitu
data biografi, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
Data dasar pengkajian menurut Andra (2013), data dasar
pengkajian pada pasien hipertensi antara lain: aktivitas/ istirahat,
sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan/ cairan, neurosensori,
nyeri/ ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan dan pembelajaran/
penyuluhan.
Diagnosa Keperawatan menurut Andra (2013), diagnose
keperawatan pada pasien hipertensi antara lain resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral, perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal,
jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi, kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa
pertama resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular. Tujuan setelah dilakukan
13
intervensi keperaawatan selama 3x24 jam diharapkan afterload
tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard. Hasil yang diharapkan yaitu berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan tekanan darah, mempertahankan dalam rentanng
yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil. Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pantau tekanan
darah, berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas,
anjurkan relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan, berikan
pembatasan cairan dan diet nutrisi sesuai indikasi, kolaborasi untuk
pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral dengan tujuan setelah
dilakukan intervensi keparawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang. Hasil yang diharapkan pasien mengungkapkan
tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi
keperawatan yang akan dilakukan pertahankan tirah baring,
lingkungan yang tenang, sedikit penerangan, minimalkan gangguan
lingkungan, batasi aktivitas, hindari merokok atau menggunakan
penggunaan nikotin, beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan,
beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres
es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasi.
14
Diagnosa ketiga yaitu perubahan perfusi jaringan: serebral,
ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi dengan
tujuan setelah dilakukan intervensi keparawatan selama 3x24 jam
diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu. Hasil yang diharapkan
pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan tekanan darah dalam batas yang diterima, tidak
ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai dalam laboratorium
dalam batas normal, haluaran urine 30 ml/menit, tanda-tanda vitas
stabil. Intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu
pertahankan tirah baring: tinggikan kepala tempat tidur, kaji
tekanan darah saat masuk pada kedua lengan saat tidur, duduk
dengan pemantauan tekanan arteri jika tersedia pertahankan cairan
dan obat-obatan sesuai pesanan, amati adanya hipotensi mendadak,
ukur masukan dan pengeluaran, pantau elektrolit, BUN, kreatinin
sesuai pesanan, mbulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
Diagnosa keempat yaitu kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan perawatan
diri dengan tujuan setelah dilakukan intervensi keparawatan selama
3x24 jam diharapkan klien dapat terpenuhi dalam informasi
tentang hipertensi. Hasil yang diharapkan pasien mengungkapkan
pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini,
melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan. Intervensi
keperawatan yang akan dilakukan yaitu jelaskan sifat penyakit dan
15
tujuan dari pengobatan dan prosedur, jelaskan pentingnya
lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress.
2. Hidroterapi
a. Pengertian Hidroterapi
Hidroterapi (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal
sebagai hidropati (hydropathy), adalah metode pengobatan
menggunakan air untuk mengobati atau meringankan kondisi
yang menyakitkan dan merupakan metode terapi dengan
pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon
tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari
terapi air antara lain: untuk mencegah flu/demam, memperbaiki
fertilitas, menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi
imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu kelancaran
sirkulasi darah. Berbagai jenis hidroterapi, metode yang umum
digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi rendam, sitzbath,
pijat air, membungkus dengan kain basah, kompres, merendam
kaki (Chaiton, 2002).
b. Tujuan Pemberian Hidroterapi Rendam Hangat Pada Pasien
Hipertensi
Tujuan dari pemberian hidroterapi rendam hangat terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi adalah untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi supaya tekanan darah
stabil (Chaiton, 2002).
16
c. Prosedur Pemberian Hidroterapi Rendam Hangat Pada Pasien
Hipertensi
Menurut Nursalam (2008) pertama pasien di cek tekanan
darahnya terlebih dahulu kemudian pasien masuk kedalam bak
mandi yang sudah terisi air hangat dengan suhu 40-430C ± 20
menit kemudian setelah selesai cek kembali tekanan darah pasien,
apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan hidroterapi
rendam hangat pada pasien dengan hipertensi.
17
B. Kerangka Teori
Sumber: (Ratna , 2013)
Faktor Genetis:
a. Gangguan fungsi barostat
renal.
b. Sensitifitas terhadap
konsumsi garam.
c. Abnormalitas transportasi
natrium kalium.
d. Gangguan metabolisme
(glukosa, lipid dan
resistensi insulin).
Faktor Lingkungan:
a. Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekrjaan,
stress mental, aktifitas fisik, status social
ekonomi, keturunan, kegemukan dan konsumsi
minuman keras.
b. Faktor konsumsi garam.
c. Penggunaan obat-obatan seperti golongan
ankortikosteroid (cartison) dan beberapa obat
hormon, termasuk beberapa obat antiradang
(anti inflamasi) secara terus menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah, merokok,
minuman yang mengandung alkohol.
Hipertensi Memperlancar
Sirkulasi Tekanan
Darah
Pemberian
Hidroterapi
Rendam Hangat
Penurunan
Tekanan Darah
18
BAB III
METODE PENYUSUNAN
a. Subyek Aplikasi Riset
Subyek yang akan digunakan pada aplikasi riset ini pada pasien
dengan hipertensi.
b. Tempat dan waktu
Aplikasi penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Puskesmas
pada tanggal 4-16 Januari 2016 di Puskesmas Sibela.
c. Media dan alat
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang akan digunakan adalah:
1. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran atau pemeriksaan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi. Alat yang digunakan adalah spigmomanometer dan
stetoskop.
2. Bolpoin dan kertas
3. Air Hangat
4. Termometer Air
5. Jam Tangan
d. Prosedur Tindakan
Fase orientasi:
a. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
19
b. Menjelaskan tujuan
c. Menjelaskan prosedur
d. Kontrak waktu
e. Menanyakan kesiapan pasien
Fase kerja:
a. Menyiapkan alat seperti air hangat, thermometer air, handuk.
b. Mengukur tekanan darah paasien sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat.
c. Menyiapkan air hangat di bak dengan suhu 40-430C
d. Anjurkan pasien untuk berendam di dalam bak yang berisi air yang
sudah disiapkan selama ± 20 menit.
e. Setelah 20 menit, anjurkan pasien untuk keluar dari bak tersebut
kemudian ganti pakaian pasien.
f. Mengukur tekanan darah pasien setelah dilakukan tindakan rendam
hangat.
Fase terminasi:
a. Melakukan evaluasi
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Berpamitan
20
e. Alat ukur
Menurut Wiryowidagdo (2002) alat ukur yang digunakan adalah
spigmomanometer dan stetoskop kategori tekanan darah dibawah ini:
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan
(stadium 1)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi Sedang
(stadium 2)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Berat
(stadium 3)
180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Maligna
(stadium 4)
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
21
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 - 10 Januari 2016, dan
pengkajian hari pertama pada tanggal 07 Januari 2016 pukul 11.00 WIB
dengan metode pengkajian alloanamnesa dan autoanamnesa. Klien bernama
Ny. S, umur 64 tahun, agama islam, alamat Surakarta. Nama
penanggungjawab Ny. E umur 39 tahun dengan pendidikan SMK, pekerjaan
ibu rumah tangga, alamat Surakarta dan hubungan dengan klien adalah anak.
B. Pengkajian
1. Pengkajian Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Januari 2016 pada pukul
11.00 WIB. Ketika dilakukan pengkajian terhadap klien, keluhan utama
yang dirasakan klien adalah pusing, dan dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital dengan hasil sebagai berikut: tekanan darah 160/80 mmHg,
respiratory rate 25 kali/menit, heart rate 86 kali/menit dan suhu 36,8º C.
Pengkajian kesehatan atau penyakit saat ini yaitu gejala awal yang
dirasakan klien adalah klien mengatakan pusing dibagian kepala
belakang biasanya nyeri timbul 5 detik dan untuk mengurangi nyeri
biasanya klien tiduran. Klien mengatakan pusing saat terkena panas
terlalu lama (sinar matahari).
22
2. Pengkajian Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian penyakit dan pengobatan, klien mengatakan tidak
memiliki penyakit menular lainnya. Pengkajian riwayat alergi, klien
mengatakan tidak memiliki alergi obat-obatan dan makanan lainnya.
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menjalani rawat inap. Klien
juga mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan dan operasi
sebelumnya. Pengkajian perilaku yang beresiko, klien mengatakan
dahulu mempunyai gaya hidup sehat, klien mengatakan waktu mudanya
mempunyai aktivitas jualan makanan setiap harinya. Klien juga
mengatakan suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, tidak
pernah merokok, tidak suka minum alkohol, tidak pernah menggunakan
obat-obatan terlarang. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kekerasan maupun penganiayaan fisik lainnya.
3. Pengkajian Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit menurun ataupun menular seperti hipertensi, diabetus mellitus,
hepatitis, HIV AIDS, alergi dan sebagainya.
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang sedang
mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Klien mengatakan
bahwa didalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
jiwa.
23
4. Pengkajian Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan
tinggal di lingkungan yang bersih, jauh dari polusi udara dan kebisingan.
5. Pola Kesehatan Fungsional
Pengkajian pola kesehatan fungsioanal menurut Gordon, pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan dirinya sering
merasa pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri tetapi pasien merasa
pusingnya itu adalah karena hipertensi yang dideritanya. Pasien
mengatakan bahwa sehat itu penting dan pasien selalu menjaga kesehatan
diri dan lingkungannya dengan cara rutin membersihkan lingkungan
disekitar tempat tinggalnya, dan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, saat ada anggota keluarga yang sakit pasien segera membawa ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat.
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan
makan 3 x sehari dengan nasi, lauk, sayur setiap makan satu porsi habis,
minum air putih 5-7 gelas/hari, dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien
mengatakan makan 3 x sehari dengan bubur, minum air putih 3-4
gelas/hari, setiap makan 1 porsi habis dan tidak ada keluhan.
Pola eliminasi, sebelum sakit BAK frekuensi 3-4 kali sehari, sekali
BAK mengeluarkan urine ± 1200 cc, warna kuning jernih dan tidak ada
keluhan. BAB sebelum sakit, frekuensi 1 kali sehari konsistensi lunak,
warna kuning, berbau khas, dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi selama
sakit, BAK 3-4 kali, warna kuning jernih dan tidak ada keluhan sehari
24
mengeluarkan urine ± 1200 cc/hari. BAB selama sakit frekuensi 1
kali/hari, konsistensi lunak, warna kuning, berbau khas dan tidak ada
keluhan.
Pola aktivitas dan latihan kemampuan perawatan diri, sebelum
sakit semua aktivitas seperti makan/minum, toileting, berpakaian,
mobilisasi ditempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM didapat score 0
atau mandiri. Sedangkan kemampuan perawatan diri selama sakit seperti
makan/minum, toileting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah
dan ambulasi/ROM didapat score 0 atau mandiri.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien tidur selama 7–8 jam/hari,
tidur dengan nyenyak dan nyaman serta tidak ada gangguan tidur,
sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidur selama 8 jam/hari, tidur
dengan nyenyak dan nyaman serta tidak ada gangguan tidur. Pola persepsi
konsep diri, pasien mengatakan bahwa dirinya merasa sangat dihargai
didalam keluarga, mampu berinteraksi dengan keluarga dan orang lain.
Pasien merasa takut dan cemas apabila sakitnya akan bertambah parah.
Pasien mengatakan dirinya sebagai orang tua dari beberapa anaknya dan
menyayangi anaknya, apapun yang terjadi pada pasien merupakan jalan
yang telah digariskan oleh Tuhan. Pasien mengatakan sebagai ibu rumah
tangga dan selalu mengurus/ mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, menyapu dan lain sebagainya.
Pola kognitif dan perseptual sebelum sakit pasien mengatakan bias
berkomunikasi dengan baik dan lancar tanpa ada gangguan tetapi pasien
25
tidak mengetahui apa itu hipertensi. Selama sakit pasien mengatakan bias
berkomunikasi dengan baik dan lancar tanpa ada gangguan tetapi pasien
tidak mengetahui apa itu hipertensi. Pola hubungan peran, pasien dan
keluarga mengatakan hubungan dengan anggota keluarga harmonis dan
berhubungan baik pula dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Pola seksualitas reproduksi Ny. S berjenis kelamin perempuan,
pasien mengatakan seorang janda yang memiliki 4 orang anak. Pola
mekanisme koping, sebelum sakit dan selama sakit pasien mengatakan jika
ada masalah selalu bercerita dengan keluarganya dan mencari solusi atau
jalan keluarnya bersama-sama. Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit
pasien mengatakan beragama islam dan sealu menunaikan ibadah sholat 5
waktu. Selama sakit pasien mengatakan beragama islam dan sealu
menunaikan ibadah sholat 5 waktu dan selalu berdo’a.
6. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum klien
composmentis (kesadaran penuh). Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate 25
kali/menit, heart rate 86 kali/menit dan suhu 36,8º C. Pada pemeriksaan
kepala didapatkan hasil bentuk kepala mesochepal (lonjong), rambut
beruban dan panjang. Pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil mata kanan dan kiri isokor,
penglihatan normal (tidak kabur), tidak menggunakan alat bantu
penglihatan. Pada pemeriksaan hidung didapatkan hasil hidung kanan
26
dan kiri simetris, tidak terdapat polip, bersih tidak ada secret. Pada
pemeriksaan mulut didapatkan hasil mulut bersih, tidak terdapat
stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi tampak bersih. Pada pemeriksaan
telinga didapatkan hasil telinga kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada
gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan leher didapatkan hasil tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, bersih.
Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil, inspeksi bentuk dada
simetris, ekspansi paru-paru kanan dan kiri sama, tidak ada jejas, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan. Palpasi didapatkan hasil tidak ada
nyeri tekan, vokal premitus kanan dan kiri sama. Perkusi didapatkan hasil
suara paru kanan dan kiri sonor. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan
hasil tidak terdapat suara nafas tambahan. Pada pemeriksaan jantung,
inspeksi didapatkan hasil bentuk dada simetris, ictus cordis tidak
nampak. Palpasi didapatkan hasil ictus cordis teraba disela intercosta ke
lima, perkusi pekak dan batas jantung tidak melebar, auskultasi bunyi
jantung I - II murni, suara reguler.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi didapatkan hasil perut
simetris, tidakadalesi. Auskultasi didapatkan hasil bising usus 20
kali/menit. Perkusi didapatkan hasil suara pada kuadran I pekak, kuadran
II-IV timpani. Palpasi didapatkan hasil tidak ada nyeri tekan di kuadran I,
II, III, IV.
Pada pemeriksaan genitalia dan rektum, didapatkan hasil bersih,
tidak ada lesi. Pada pemeriksaan ektremitas didapatkan hasil ektremitas
27
kanan kiri atas bawah kekuatan otot 5 (gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan penahanan penuh), capilary refile kurang dari 3 detik,
perabaan akral hangat.
C. Daftar Perumusan Masalah
Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi kepada klien, penulis
menekan masalah antara lain:
Masalah utama yang dikeluhkan klien dan menjadi prioritas diagnosa
keperawatan paling utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis. Penegakan diagnosis tersebut berdasarkan data subjektif Provoking
klien mengatakan pusing saat duduk mau berdiri, Quality pusing seperti
terpukul, Region pusing pada kepala bagian belakang, Scale nyeri 2, Time
atau waktu timbul nyeri adalah nyeri terasa hilang timbul. Sedangkan data
objektif didapatkan klien tampak menahan sakit, hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate25 kali/menit, heart
rate 86 kali/menit dan suhu 36,8º C.
Masalah keperawatan yang kedua yaitu defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi. Penegakan diagnosis tersebut
berdasarkan data subyektif klien mengatakan kurang mengerti apa itu
hipertensi dan bagaimana pencegahannya. Sedangkan data obyektif
didapatkan klien tampak bingung, klien tidak paham tentang penyakitnya dan
cara mengatasinya.
Masalah keperawatan yang ketiga yaitu ansietas berhubungan dengan
penyakit ( hipertensi ). Penegakan diagnosis tersebut berdasarkan data
28
subjektif klien mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya. Sedangkan
data objektif didapatkan klien tampak gelisah, klien tampak mengekpresikan
kekhawatiran.
D. Perencanaan
Tujuan yang dibuat penulis berdasarkan masalah keperawatan adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil menggunakan
metode SMART (Specifc, Measurable, Achievable, Rasional, Timing) dan
intervensi keperawatan ONEC (Observation, Nursing needed, Education and
Colaboration), intervensi keperawatan pada Ny. S adalah:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tujuannya adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
masalah keperawatan nyeri akut berkurang sampai dengan hilang dengan
kriteria hasil: tekanan darah dalam angka normal 120-140/80-90 mmHg.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. S
yaitumonitor tanda-tanda vital klien, pantau skala nyeri klien, ajarkan
relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian hidroterapi rendam hangat.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama3 x 24 jam,
diharapkan masalah keperawatan kurang informasi dapat teratasi dengan
criteria hasil: klien dan keluarga paham tentang penyakit dan cara
mengatasinya, klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
29
yang dijelaskan perawat. Intervensi atau rencana keperawatan yang akan
dilakukan pada Ny. S yaitu jelaskan apa itu hipertensi, berikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi, sediakan informasitentang kondisi dengan cara
yang tepat, diskusi perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah dan memilih terapi atau penanganan yang tepat.
Ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi). Tujunnya adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
keperawatan ansietas dapat teratasi dengan criteria hasil: klien mampu
mengekspresikan atau mengungkapkan penyebab kecemasan. Intervensi atau
rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. S yaitu: dengarkan klien
dengan penuh perhatian, instruksikan klien menggunakan teknik
relaksasi,dorong klien untuk mengungkapkan perasaan/ketakutan, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 07 Januari 2016 pada
pukul 11.10 WIB yaitu memonitor tanda-tanda vital klien dengan respon
subjektif klien mengatakan bersedia untuk diukur tanda-tanda vitalnya dan
respon objektif yaitu tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate 25
kali/menit, heart rate 86 kali/menit dan suhu 36,8º C. Jam 11.17 WIB yaitu
memberikan penkes kepada klien dengan respon subjektif klien bersedia
untuk diberikan penkes dan respon objektif klientampak kurang paham. Jam
11.30 WIB mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dengan respon
subjektif klien bersedia mengungkapkan perasaan takutnya tetapi masih
30
sedikit bingung dan respon objektif klien tampak bingung, kurang mengerti
tentang hal yang harus diungkapkan. Jam 11.35 WIB memantau skala nyeri
klien dengan respon subjektif klien mengatakan pusing P: pusing saat duduk
mau berdiri, Q: pusing seperti terpukul, R: nyeri di kepala bagian belakang, S:
skala nyeri 2, T: nyeri hilang timbul selama 5 detik dan respon objektif hasil
klien tampak menahan sakit, tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 kali /
menit, repirasi 25 kali / menit, suhu 36,8º C. Jam 11.35 WIB menggambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul dengan respon subjektif klien bersedia
untuk diberikan informasi tentang tanda dan gejala yang biasa muncul pada
klien dengan hipertensi dan respon objektif klien tampak bingung, kurang
begitu paham. Jam 11.45 WIB memberikan pengetahuan tentang pemberian
hidroterapi rendam hangat dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia
diberikan informasi tentang hidroterapi rendam hangat dan respon objektif
klien tampak mengerti dan mau menjalankan/ melaksanakan hidroterapi
rendam hangat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 08 Januari 2016 pada
pukul 16.40 WIB yaitu memonitor tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan
hidroterapi rendam hangat dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia
diukur tanda-tanda vitalnya dan respon objektif tekanan darah 160/80 mmHg,
nadi 86 kali / menit, respirasi 24 kali / menit, suhu 36,5º C. Jam 16.45 WIB
memberikan hidroterapi rendam hangat dengan respon subjektif klien
mengatakan bersedia diberikan hidroterapi rendam hangat respon objektif
klien tampak lebih segar dan nyaman. Jam 17.10 WIB memonitor tanda-tanda
31
vital setelah pemberian hidroterapi rendam hangat dengan respon subjektif
klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya dan respon objektif
tanda-tanda vital tekanan darah 150/80 mmHg, nadi86 kali / menit. Respirassi
24 kali / menit, suhu 36,4ºC. Jam 17.15 WIB memberikan penkes tentang
hipertensi dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia diberikan
penjelasan dan respon objektif klien tampak paham dengan penjelasan yang
diberikan oleh perawat. Jam 17.17 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia diajarkan teknik
relaksasi nafas dalam dan respon objektif klien tampak mengerti dan paham.
Jam 17.20 WIB menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dilatih
relaksasi nafas dalam dan respon objektif klien tampak paham dan
melaksanakan relaksasi nafas dalam. Jam 17.35 WIB memantau skala nyeri
klien dengan respon subjektif klien negatakan pusing berkurang P: pusing
saat duduk mau berdiri, Q: pusing nyut-nyut, R: pusing di kepala bagian
belakang, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul dan respon objektif klien
tampak lebih nyaman, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 86 kali/ menit, RR
24 kali/ menit, suhu 36,50C.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 09 Januari 2016
pada jam 11.10 WIB yaitu mengajarkan relaksasi nafas dalam dengan respon
subjektif klien mengatakan bersedia untuk diberikan relaksasi nafas dalam
dan respon objektif klien tampak lebih nyaman. Jam 11.17 WIB
berkolaborasi dengan keluarga tentang pemberian hidroterapi rendam hangat
32
dengan respon subjektif klien dan keluarga mengatakan bersedia dan respon
objektif keluarga tampak mengerti dan paham. Jam 11.23 WIB memantau
skala nyeri klien dengan respon subjektif klien mengatakan tidak pusing lagi
P: pusing saat duduk mau berdiri, Q: tidak nyeri, R: kepala belakang, S: skala
nyeri 0, T: nyeri hilang timbul dan respon objektif klien tampak nyaman
tanda-tanda vital tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 86 kali / menit, respirasi
24 kali / menit, suhu 36,5 ºC.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah tindakan pada hari itu juga,
penulis melakukan evaluasi dengan metode wawancara dan observasi
terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hari Kamis, tanggal 07 Januari 2016 jam 11.45 WIB diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut subjektif klien
mengatakan pusing, P: pusing saat duduk mau berdiri, Q: nyeri seperti
terpukul, R: nyeri dikepal bagian belakang, S: skala nyeri 2, T: nyeri hilang
timbul dan objektif yaitu klien tampak menahan sakit, hasil tanda-tanda vital
tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 kali/ menit, respirasi 25 kali / menit,
suhu 36,8° C. Analisa masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan
yaitu monitor TTV, pantau skala nyeri, kolaborasi dengan keluarga
pemberian hidroterapi rendam hangat. Jam 11.55 WIB diagnosa keperawatan
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dengan
menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut subjektif klien
33
mengatakan kurang tau apa itu hipertensi dan cara pencegahannya. Objektif
klien tampak bingung, klien tampak kurang paham dengan penjelasan
perawat. Analisa masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan
jelaskan apa itu hipertensi, berikan penkes, berdiskusi tentang perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan dan memilih terapi yang tepat. Jam 11.45
WIB diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan penyakit
(hipertensi) dengan menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai
berikut subjektif klien mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya.
Objektif klien tampak bingung, gelisah, takut tanda-tanda vita: tekanan darah
160/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu 36,80C, RR 25 kali/menit. Analisa
masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, dorong klien untuk mengungkapkan perasaan klien.
Hari Jumat, tanggal 08 Januari 2016 jam 117.45 WIB diagnosenyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis menggunakan metode SOAP
diperoleh hasil sebagai berikut subjektif klien mengatakan pusing berkurang
P: pusing saat duduk mau berdiri, Q: nyeri nyut-nyut, R: nyeri dikepala
bagian belakang, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul. Objektif klien
tampak lebih nyaman setelah diberikan hidroterapi rendam hangat dengan
hasil tanda-tanda vital tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 86 kali/menit,
respirasi 24 kali/menit, suhu 36,5°C. Analisa masalah teratasi sebagian.
Planning pertahankan intervensi pantau skala nyeri, ajarkan relaksasi nafas
dalam, kolaborasi dengan keluarga pemberian hidroterapi rendam hangat.
Jam 17.20 WIB diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
34
informasi dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai
berikut subjektif klien mengatakan sudah paham tentang penyakit yang
dideritanya. Objektif klien tampak lebih paham, klien tampak lebih tenang.
Analisa masalah teratasi. Planning lanjutkan intervensi. Jam 17.30 WIB
diagnosa ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi) dengan
menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut subjektif klien
mengatakan sudah paham dan tidak begitu takut dengan penyakitnya.
Objektif klien tampak lebih nyaman tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 86
kali/ menit, suhu 36,50C, RR 24 kali/ menit. Analisa masalah teratasi.
Planning lanjutkan intervensi.
Hari Sabtu, tanggal 09 Januari 2016 jam 11.30 WIB diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dengan
menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut subjektif klien
mengatakan tidak pusing lagi P: pusing saat duduk mau berdiri, Q: tidak
nyeri, R: nyeri dikepala bagian belakang, S: skala nyeri 0, T: nyeri hilang
timbul. Objektif klien tampak lebih nyaman dengan hasil tanda-tanda vital
tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 24 kali/menit, suhu
36,5°C. Analisa masalah teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
35
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai pemberian hidroterapi rendam
hangat terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S di
Puskesmas Sibela Surakarta. Pembahasan pada bab ini terutama membahas
adanya kesesuaian atau kesenjangan antara teori dan praktek yang terjadi di
lapangan. Proses asuhan keperawatan seperti pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang komprehensif meliputi biologis, psikologis, social, dan spiritual
melalui tahap pengkajian, perumusan masalah, rencana tindakan, tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap proses mengumpulkan data yang relevan dan
continue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan masalah klien.
Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai
keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya (Dermawan, 2012).
Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Januari 2016 pada Ny. S dengan
keluhan utama pusing atau nyeri pada kepala bagian belakang karena hipertensi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana
36
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Andra, 2013).
Pusing atau nyeri pada klien merupakan hal yang fisiologis karena terjadi
peningkatan tekanan darah. Nyeri menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979
dalam Tamsuri, 2007) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik
secara aktual maupun potensial.
Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup data
obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan. Batasan karakteristik nyeri yaitu
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, gelisah, meringis,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri (Wilkinson, 2011). Pada Ny. S batasan
karakteristik yang ditemukan meliputi data subyektif yaitu Provokate klien
mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri, Quality nyeri seperti
terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 2, Time nyeri
hilang timbul. Data obyektif tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 x/ menit,
pernafasan 25 x/ menit, pasien tampak menahan sakit.
Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh klien sangat
beragam, salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis,
menggelutkan gigi, mengerutkan dahi, menggigit bibir, menutup mata dan mulut
dengan rapat, serta membuka mata dan mulut dengan lebar (Andarmoyo, 2013).
Pada Ny. S batasan karakteristik yang ditemukan adalah meringis, mengerutkan
dahi, menggigit bibir.
Diagnosa kedua yang penulis rumuskan adalah defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi.Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan
37
atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
(Wilkinson, 2011).
Diagnosa ketiga yang penulis rumuskan adalah ansietas berhubungan
dengan penyakit (hipertensi). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang sama desertai respon autonom (sumber sering kali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Adapun batasan karakteristik adalah rasa khawatir,
ketakutan terhadap konsekuensi tidak spesifik, gelisah (Herdman, 2009).
B. Perumusan masalah
Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial
klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan lytterature yang berkaitan,
catatan medis klien (Potter dan Perry, 2005).
Dari hasil pengkajian dan pengelompokan data penulis menemukan
beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan fungsional
yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai dengan kebutuhan
hirarki maslow (Potter dan Perry, 2005).Dari hasil pengkajian dan analisa data
penulis mengangkat diagnosa, yaitu, diagnosa pertama yang penulis rumuskan
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit,
atauintervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung waktu singkat dari beberapa
detik hingga kurang dari enam bulan (Andarmoyo, 2013).
38
Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup data
obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan.Batasan karakteristik nyeri yaitu
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, gelisah, meringis,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri (Wilkinson, 2011). Pada Ny. S batasan
karakteristik yang ditemukan meliputi data subyektif yaitu Provokate klien
mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri, Quality nyeri seperti
terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 2, Time nyeri
hilang timbul. Data obyektif tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 x/menit,
pernafasan 25 x/menit, pasien tampak menahan sakit.
Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh klien sangat
beragam, salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis,
menggelutkan gigi, mengerutkan dahi, menggigit bibir, menutup mata dan mulut
dengan rapat, serta membuka mata dan mulut dengan lebar (Andarmoyo, 2013).
Pada Ny. S batasan karakteristik yang ditemukan yaitu klien meringis,
mengerutkan dahi, menggigit bibir.
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual karena nyeri merupakan faktor
utama. Secara verbal klien mengatakan mengalami nyeri akan melaporkan adanya
ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai
dengan teori Hierarki maslow yang menyebutkan bahwa nyeri termasuk dalam
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak di penuhi
manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi dahulu dari pada kebutuhan
yang lain (Mubarak, 2008).
39
Diagnosa kedua yang penulis rumuskan adalah defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi.Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan
atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
(Wilkinson, 2011). Adapun batasan karakteristik adalah ketidakakuratan
mengikuti perintah, perilaku hiperbola (melebih-lebihkan), klien tampak bingung
(Herdman, 2012).Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa defisiensi
pengetahuan mencakup data obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan.Pada
Ny. S batasan karakteristik yang ditemukan yaitu data subyektif klien mengatakan
kurang mengerti apa itu hipertensi dan cara pencegahan. Data obyektifnya yaitu
klien tampak bingung, kurang paham tentang penyakitnya dan cara mengatasinya
(Amin dan Hardhi, 2013).
Diagnosa ketiga yang penulis rumuskan adalah ansietas berhubungan
dengan penyakit (hipertensi). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang sama desertai respon autonom (sumber sering kali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Adapun batasan karakteristik adalah rasa khawatir,
ketakutan terhadap konsekuensi tidak spesifik, gelisah (Herdman, 2009).
Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa ansietas mencakup data
obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan.Pada Ny. S batasan karakteristik
yang ditemukan yaitu data subyektif klien mengatakan takut dan cemas dengan
penyakitnya (hipertensi). Data obyektifnya yaitu klien tampak gelisah, klien
tampak mengekspresikan kekhawatiran (Amin dan Hardhi, 2013).
40
C. Rencana tindakan
Proses keperawatan yang dilakukan setelah merumuskan diagnosa
keperawatan yang spesifik, perawat menggunakan ketrampilan berfikir kritis
untuk menetapkan prioritas diagnosa dengan membuat peringkat dalam urutan
kepentingan klien. Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).
Setelah mengkaji, mendiagnosa dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan
keperawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan hasil.Tujuan tidak
hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan
rehabilitasi. Tujuan yang penulis susun sesuai dengan teori yang ada pada buku
fundamental keperawatan (Potter dan Perry, 2005), mengacu pada 7 faktor:
berpusat pada klien, tingkat pengetahuan klien dan perilaku, faktor yang dapat
diukur, faktor batasan waktu serta tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukkan
kapan respon yang diharapkan harus terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan
dan hasil yang diharapkan singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah
penulis rumuskan dengan menyesuaikan prioritas permasalahan, penulis
menyusun intervensi yaitu, diagnosa pertama yang penulis rumuskan adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil melaporkan penurunan nyeri (2-0), wajah klien
tampak rileks yang berarti nyeri sudah berkurang, pemeriksaan tanda-tanda vital
41
dalam batas normal tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali per
menit. Intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC (Observation,
Nursing Intervention, Education, Collaboration). Observationmeliputi kaji
karakteristik nyeri pasienrasional untuk mengetahui skala nyeri pasien, observasi
tanda-tanda vitalrasional untuk mengetahui keadaan umum pasien, Nursing
interventionmeliputi berikan posisi yang nyamanrasional untuk memberikan
kenyamanan pada pasien, berikan kompres hangat rasional untuk membantu
mengurangi nyeri pada klien, Education meliputi ajarkan tehnik relaksasi nafas
dalamrasional untuk membantu mengurangi nyeri pada klien, Collaboration
meliputi kalaborasikan pemberian hidroterapi rendam hangat rasional
mempercepat proses penyembuhan (Pudiastuti, 2013).
Diagnosa kedua yang penulis rumuskan adalah defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil klien dan keluargapaham
tentang penyakit dan cara mengatasinya, klien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat. Intervensi yang penulis rumuskan
menggunakan ONEC (Observation, Nursing Intervention, Education,
Collaboration). Observation meliputi Jelaskan apa itu hipertensi, Nursing
Intervention meliputi berikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, Education
meliputi sediakan informasi tentang kondisi klien dengan cara yang tepat,
Collaboration meliputi diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
42
diperlukan untuk mencegah dan memilih terapi/ penanganan yang tepat (Amin
dan Hardhi, 2013).
Diagnosa ketiga yang penulis rumuskan adalah ansietas berhubungan
dengan penyakit (hipertensi).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ansietas teratasi dengan kriteria hasil tanda-tanda vital klien dalam batas normal,
klien mampu menjelaskan atau mengungkapkan gejala/penyebab ansietas.
Intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC (Observation, Nursing
Intervention, Education, Collaboration). Observation meliputi dengarkan klien
dengan penuh perhatian, Nursing Intervention meliputi instruksikan klien
menggunakan teknik relaksasi, Education meliputi dorong klien mengungkapkan
perasaan, ketakutan, Collaboration meliputi ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
(Amin dan Hardhi, 2013).
D. Implementasi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2005) implementasi adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi
adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
kelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (Rohmah dan Walid, 2012).
Dalam pembahasan ini penulis berusaha menerangkan hasil aplikasi riset
keperawatan manfaat pemberian hidroterapi rendam hangat untuk menurunkan
43
tekanan darah pada Ny.S dengan hipertensi. Penulis melakukan implementasi
berdasarkan dari intervensi yang telah disusun dengan memperhatikan aspek
tujuan dan kriteria hasil dalam rentang normal yang diharapkan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 07 Januari 2016 pada pukul
11.10 WIB yaitu memonitor tanda-tanda vital klien dengan respon subjektif klien
mengatakan bersedia untuk diukur tanda-tanda vitaldan respon objektif yaitu
tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate 25 kali/menit, heart rate 86
kali/menit dan suhu 36,8º C. Jam 11.17 WIB yaitu memberikan penkes tentang
apa itu hipertensi kepada klien dengan respon subjektif klien bersedia untuk
diberikan penkes dan respon objektif klien tampak kurang paham. Jam 11.30 WIB
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dengan respon subjektif klien
bersedia mengungkapkan perasaan takutnya tetapi masih sedikit bingung dan
respon objektif klien tampak bingung, kurang mengerti tentang hal yang harus
diungkapkan. Jam 11.35 WIB memantau skala nyeri klien dengan respon subjektif
Provokate klien mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri, Quality
nyeri seperti terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 2,
Time nyeri hilang timbul. Data obyektif tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 x/
menit, pernafasan 25 x/ menit, pasien tampak menahan sakit.
Jam 11.35 WIB menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
dengan respon subjektif klien bersedia untuk diberikan informasi tentang tanda
dan gejala yang biasa muncul pada klien dengan hipertensi dan respon objektif
klien tampak bingung, kurang begitu paham. Jam 11.45 WIB memberikan
pengetahuan tentang pemberian hidroterapi rendam hangat dengan respon
44
subjektif klien mengatakan bersedia diberikan informasi tentang hidroterapi
rendam hangat dan respon objektif klien tampak mengerti dan mau menjalankan/
melaksanakan hidroterapi rendam hangat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 08 Januari 2016 pada Jam
16.35 WIB memberikan penkes tentang hipertensi dengan respon subjektif klien
mengatakan bersedia diberikan penjelasan dan respon objektif klien tampak
paham dengan penjelasan yang diberikan oleh perawatpukul 16.40 WIB yaitu
memonitor tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan hidroterapi rendam hangat
dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya
dan respon objektif tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 kali / menit, respirasi 24
kali / menit. Jam 16.45 WIB memberikan hidroterapi rendam hangat dengan
respon subjektif klien mengatakan bersedia diberikan hidroterapi rendam hangat
respon objektif klien tampak lebih segar dan nyaman. Jam 17.10 WIB memonitor
tanda-tanda vital setelah pemberian hidroterapi rendam hangat dengan respon
subjektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vital dan respon objektif
tanda-tanda vital tekanan darah 150/80 mmHg, nadi86 kali / menit. Respirasi 24
kali / menit, suhu 36,4ºC.. Jam 17.35 WIB memantau skala nyeri klien dengan
respon subjektif Provokate klien mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau
berdiri, Quality nyeri seperti terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang,
Scale skala nyeri 1, Time nyeri hilang timbul. Data obyektif klien tampak lebih
nyaman setelah diberikan hidroterapi rendam hangat dengan hasil tekanan darah
160/80 mmHg, nadi 86 x/ menit, pernafasan 24 x/ menit. Jam 17.17 WIB
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan respon subjektif klien
45
mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan respon objektif
klien tampak mengerti dan paham. Jam 17.20 WIB menginstruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam dengan respon subjektif klien
mengatakan bersedia dilatih relaksasi nafas dalam dan respon objektif klien
tampak paham dan melaksanakan relaksasi nafas dalam.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 09 Januari 2016 pada
Jam 11.10 WIB memantau skala nyeri klien dengan respon subjektif Provokate
klien mengatakan tidak pusing atau nyeri, Quality tidak nyeri, Region nyeri terasa
di kepala belakang, Scale skala nyeri 0, Time tidak nyeri. Dan respon objektif
klien tampak nyaman tanda-tanda vital tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 86 kali
/ menit, respirasi 24 kali / menit. Jam 11. 23 WIB yaitu mengajarkan relaksasi
nafas dalam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk diberikan
relaksasi nafas dalam dan respon objektif klien tampak lebih nyaman. Jam 11.38
WIB berkolaborasi dengan keluarga tentang pemberian hidroterapi rendam hangat
dengan respon subjektif klien dan keluarga mengatakan bersedia dan respon
objektif keluarga tampak mengerti dan paham.
Penulis menggunakan teknik non farmakologi untuk menurunkan takanan
darah yang dapat memicu timbulnya masalah keperawatan nyeri yaitu dengan
memberikan hidroterapi rendam hangat. Dengan menggunakan hidroterapi
rendam hangat dapat memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas
tersebut menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan
permeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme selular, merelaksasikan otot,
dan meningkatkan aliran darah ke suatu area nyeri (Kozier dan Erb, 2009).
46
Prosedur tindakan hidroterapi rendam hangat yaitu monitor tanda-tanda vital
klien sebelum dilakukan hidroterapi rendam hangat, menganjurkan klien untuk
melakukan hidroterapi rendam hangat dengan cara klien berendam selama ±20
menit dengan suhu 40-430C setelah itu monitor kembali tanda-tanda vital klien.
Penulis tidak mencantumkan teknik farmakologi karena memang penanganan
secara farmakologis ini mempunyai efek samping bermacam-macam tergantung
dari obat yang digunakan (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut penelitian, alat pengambilan data tekanan darah menggunakan
spigmomanometer dan stetoskop dengan intervensi hidroterapi rendam hangat
seluruh tubuh di kolam dalam waktu 20 menit. Hasil penelitian menunjukan
sebelum dilakukan hidroterapi rendam hangat tekanan darah sistolik rata-rata
152,8 mmHg dan diastolik 97,1 mmHg. Hasil sesudah dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik rata-rata 133,7 mmHg dan diastolik
85,2 mmHg. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan ada perbedaan tekanan
darah sistolik dan diastolik yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada penderita hipertensi (Darmayanti dkk, 2014).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
klien (hasil yang diamati) dengan tujuan yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah dan Wahid, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis
disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, subjective, objective, analisa,
47
planning (Deden, 2012). Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subjektif,
obyektif, analisa, dan rencana :
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis belum teratasi diperoleh hasil sebagai berikut data subjektif
Provokate klien mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri, Quality
nyeri seperti terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 2,
Time nyeri hilang timbul. Data obyektif tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 x/
menit, pernafasan 25 x/ menit, pasien tampak menahan sakit. Analisa masalah
belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu monitor TTV, pantau skala
nyeri, kolaborasi dengan keluarga pemberian hidroterapi rendam hangat.
Evaluasi hari pertama diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi didapatkan hasil sebagai berikut subjektif klien mengatakan
kurang tau apa itu hipertensi dan cara pencegahannya. Objektif klien tampak
bingung, klien tampak kurang paham dengan penjelasan perawat. Analisa masalah
belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan jelaskan apa itu hipertensi, berikan
penkes, berdiskusi tentang perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan dan
memilih terapi yang tepat.
Evaluasi hari pertama diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan
penyakit (hipertensi) didapatkan hasil sebagai berikut subjektif klien mengatakan
takut dan cemas dengan penyakitnya. Objektif klien tampak bingung, gelisah,
takut tanda-tanda vital: tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu
36,80C, RR 25 kali/menit. Analisa masalah belum teratasi. Planning lanjutkan
48
intervensi ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan klien.
Evaluasi hari kedua diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut subjektif
Provokate klien mengatakan pusing atau nyeri saat duduk mau berdiri, Quality
nyeri seperti terpukul, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 1,
Time nyeri hilang timbul. Data obyektif klien tampak lebih nyaman setelah
diberikan hidroterapi rendam hangat dengan hasil tekanan darah 150/80 mmHg,
nadi 86 x/ menit, pernafasan 24 x/ menit, pasien tampak menahan sakit. Analisa
masalah teratasi sebagian. Planning pertahankan intervensi pantau skala nyeri,
ajarkan relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan keluarga pemberian hidroterapi
rendam hangat.
Evaluasi kedua diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai
berikut subjektif klien mengatakan sudah paham tentang penyakit yang
dideritanya. Objektif klien tampak lebih paham, klien tampak lebih tenang.
Analisa masalah teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi kedua diagnosa ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi)
dengan menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut subjektif
klien mengatakan sudah paham dan tidak begitu takut dengan penyakitnya.
Objektif klien tampak lebih nyaman tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 86 kali/
menit, suhu 36,50C, RR 24 kali/ menit. Analisa masalah teratasi. Planning
lanjutkan intervensi.
49
Evaluasi hari ketiga diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis dengan menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai
berikut data subjektif Provokate klien mengatakan tidak pusing atau nyeri, Quality
tidak nyeri, Region nyeri terasa di kepala belakang, Scale skala nyeri 0, Time tidak
nyeri. Dan respon objektif klien tampak nyaman tanda-tanda vital tekanan darah
140/80 mmHg, nadi 86 kali / menit, respirasi 24 kali / menit. Analisa masalah
teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
Berdasarkan evaluasi diatas, diperoleh hasil bahwa hidroterapi rendam
hangat pada Ny.S dapat menurunkan tekanan darah. Sebelum dilakukan
hidroterapi rendam hangat skala nyeri 2 dengan tekanan darah 160/80 mmHg dan
setelah dilakukan hidroterapi rendam hangat skala nyeri dapat berkurang atau
hilang menjadi 0 dengan tekanan darah 140/80 mmHg. Hal tersebut dikarenakan
bahwa berdasarkan hasil penelitian (Setyawan ,2014), hidroterapi rendam hangat
dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah klien. Sehingga penulis
memberikan intervensi keperawatan untuk tetap melakukan selama dirumah.
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi tentang asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di
Puskesmas Sibella Surakarta metode mengaplikasikan hasil pemberian hidroterapi
rendam hangat sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi
maka dapat ditarik kesimpulan.
1. Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. S diperoleh data subjektif
Provoking klien mengatakan pusing saat duduk mau berdiri, Quality pusing
seperti terpukul, Region pusing pada kepala bagian belakang, Scale nyeri 2, Time
atau waktu timbul nyeri adalah nyeri terasa hilang timbul. Sedangkan data objektif
didapatkan klien tampak menahan sakit, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate 25 kali/menit, heart rate 86
kali/menit dan suhu 36,8º C.
Data subyektif klien mengatakan kurang mengerti apa itu hipertensi dan
bagaimana pencegahannya. Sedangkan data obyektif didapatkan klien tampak
bingung, klien tidak paham tentang penyakitnya dan cara mengatasinya.
Data subjektif klien mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya.
Sedangkan data objektif didapatkan klien tampak gelisah, klien tampak
mengekspresikan kekhawatiran.
51
2. Diagnosa keperawatan
Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis, defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi serta ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi).
3. Rencana keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis criteria hasil
melaporkan penurunan nyeri (2-0), wajah klien tampak rileks yang berarti nyeri
sudah berkurang (Judha, dkk, 2012). Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali per menit, suhu
36-37oC (Asrin, dkk, 2009).
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi criteria hasil
klien dan keluarga paham tentang penyakit dan cara mengatasinya, klien dan
keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat (Amin dan
Hardhi, 2013).
Ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi) criteria hasil tanda-
tanda vital klien dalam batas normal, klien mampu menjelaskan atau
mengungkapkan gejala/penyebab ansietas (Amin dan Hardhi, 2013).
4. Implementasi
Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang pertama adalah kaji karakteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman, ajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam, kalaborasikan pemberian hidroterapi rendam hangat.
52
Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang kedua adalah Jelaskan apa itu hipertensi, berikan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi, sediakan informasi tentang kondisi klien dengan cara yang
tepat, diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah dan memilih terapi/ penanganan yang tepat.
Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang ketiga adalah dengarkan klien dengan penuh perhatian, instruksikan klien
menggunakan teknik relaksasi, dorong klien mengungkapkan perasaan, ketakutan,
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis telah teratasi. Hasil intervensi non farmakologi tindakan
hidroterapi rendam hangat yang telah dilakukan terjadi penurunan nyeri dari skala
2 menjadi 0.
Hasil evaluasi masalah keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi telah teratasi dan hasil evaluasi masalah keperawatan
ansietas berhubungan dengan penyakit (hipertensi) telah teratasi.
6. Analisa praktik hidroterapi rendam hangat
Pemberian tindakan keperawatan hidroterapi rendam hangat yang mampu
menurunkan tekanan darah pada Ny. S. Ny. S mampu melakukan hidroterapi
rendam hangat secara mandiri.
53
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan Puskesmas Sibela dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
pada umumnya dan dapat mengaplikasikan hidroterapi rendam hangat untuk
menurunkan tekanan darah, khususnya pada klien dengan hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
sehingga dapat menghasilkan perawat professional, terampil dan bermutu dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode
etik keperawatan.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat member kemudahan bagi pembaca dan setelah membaca
Karya Tulis Ilmiah ini dapat mengetahui tentang hidroterapi rendam hangat untuk
menurunkan tekanan darah pada klien dengan hipertensi.
54
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Huda dan Hardhin Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Derdasarka
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi 2. Yogyakarta: MediAction
Andarmoyo. S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-ruzz Media. Yogyakarta
Chaiton, L. 2002. Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Prestasi Pustaka
Publisher.Jakarta-Indonesia.
DepkesRI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes Republik Indonesia
Deden, Dermawan. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Gosyen Publising. Yogyakarta
Dewi, ratna. 2013. Buku Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: NuhaMedika
Herdman H. T. 2012-2014. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi. Penerjemah
Monika Ester, S.Kep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kozier, Erb, Berman and Synde. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep
&Praktek. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid L. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam
Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Moorhead, S, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth Edition. Mosby:
Elsevier
M, Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth Edition. Mosby:
Elsevier
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, Instrument Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 1. Jakarta: EGC.
Pudiastuti, RD. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan. NuhaMedika : Yogyakarta
Potter dan Perry. Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4, Vol.2. Jakarta : EGC
Rohman dan Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar-ruzz
Media
Saferi, andradan Yessi. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: NuhaMedika
Sustrani. 2004. Pengertian Hipertensi. Jakarta: EGC
Setyawan, dody dan Muslim argobayu kusuma. 2014. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
Pada Leher Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi
di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIIK).
Diakses pada tanggal 18 November 2015 pada jam 14.00 WIB
Sudoyo, A, W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi: 4. Jakarta: Pusat Penerbit
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
55
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2
Alih bahasa: Hartono, A, dkk, Editor edisibahasaIndonesia.Jakarta: EGC
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Wilkinson , J.M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan; Diagnosi: NANDA, Intervensi:
NIC, Kriteria Hasil: NOC. Edisi 9. Terjemahan Esti Wahyuningsih. Jakarta: EGC
Wiryowidagdo.2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi & Kolesterol.
Jakarta: AgromediaPustaka
Top Related