KRISTEN TAUHID, ALIRAN KRISTEN DI INDONESIA
YANG MENOLAK MEMPERTUHANKAN YESUS
Oleh Satrio Arismunandar
Sangat menarik. Saya baru tahu dari sebuah diskusi di milis ppiindia, bahwa dari
sekian banyak aliran Kristiani di Indonesia, ternyata ada aliran yang menganut “ajaran
Tauhid” (baca: keesaan Tuhan), menolak konsep Trinitas, dan menolak kepercayaan
bahwa Yesus adalah Tuhan atau putra Allah. Aliran ini namanya Unitarian.
Menurut Lukas Kristanto, yang mengaku anggota aliran Unitarian di milis
ppiindia, aliran Unitarian adalah aliran yang menjunjungi tinggi basis keimanan
Abrahamik atau ajaran ketuhanan Abraham/Ibrahim. Abrahamik teguh memegang
prinsip keesaan Tuhan. Ajaran yang dibawa Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad berawal
dari ajaran Abraham/Ibrahim. Di Indonesia, aliran unitarian dari kelompok Frank Donald
menamakan dirinya: Kristen Tauhid.
Dalam pandangan aliran Unitarian, Allah (Elohim, bahasa Ibrani) tidak mungkin
inkonsisten dalam menurunkan ajaran keimanan kepada umat-Nya di sepanjang sejarah
manusia. Kalau Abraham diajarkan tentang ke-Esaan Tuhan oleh Allah, seluruh
keturunan Abraham akan mengikuti sejarah pengajaran itu secara linier. Ajaran Allah
berkembang dinamis dan progresif secara linier, polanya tetap meskipun berkembang
terus. Jadi, konsistensi Tuhan yang jadi pegangan aliran ini. Pola Allah-nya Abraham
tidak mungkin unlinier.
Yang kedua, berdasarkan analisa kaum Unitarian, di dalam Injil sinoptik (Matius,
Markus, Lukas) dan Injil Apokaliptik (Yohanes), tidak ada satupun ayat yang merupakan
pernyataan langsung Yesus (eksplisit) yang menyatakan dirinya Tuhan. Sedangkan kata-
kata implisit selalu dihubungkan dengan teks Bapa dan Aku menjadi satu (terutama di
Injil Yohanes), seolah-olah ada kesatuan personaliti Allah dan Yesus, sehingga Yesus
dianggap Tuhan. Bagi aliran Unitarian, itu dianggap metafora yang berlebihan. Maka,
aliran ini sering dituduh sebagai pengembang ajaran Arius (Arianisme), yang dinyatakan
sesat dalam Konsili Nicea 325 oleh Kaisar Konstantin, padahal keputusan itu berbau
politis.
Ketiga, Yesus dianggap Tuhan baru muncul di abad ke-3, terutama ketika surat-
surat Paulus mulai beredar saat itu. Paulus (ajaran Paulian) dianggap sebagai basis
keimanan Kristen saat ini, yang mempertuhankan Yesus (deification) , terutama teori
Kenosis (Tuhan mengosongkan dirinya menjadi manusia), Filipi 2: 5-11. Menurut aliran
Unitarian, Allah (Elohim) itu absolut dan kekal, tidak mungkin masuk ke alam tidak
kekal (fana), apalagi menjadi manusia. Allah tidak antromorphisme (berwujud manusia).
Allah itu immaterial, bukan material.
Tuhan yang disembah penganut Unitarian
Dijelaskan oleh Lukas Kristanto, secara eksplisit dan implisit, tidak ada kata
Trinitas dalam Bible. Istilah ini hanya penafsiran dogmatis. Aliran Unitarian memandang
Trinitas prinsipnya tidak berbeda dengan ajaran-ajaran Tritheisme, semacam ajaran Mesir
kuno: Isis-Osiris- Horus, dan ajaran semacamnya, yang banyak muncul sebelum Kristen
itu lahir.
Di Perancis, ajaran Unitarian berkembang pesat, terutama ketika kegairahan para
arkeolog, theolog dan historian menyelidiki secara serius manuskrip-manuskrip kuno,
termasuk Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scroll). Pada gulungan yang ditemukan tahun
1947 ini, ternyata tidak ada indikasi ajaran Trinitas, penebusan dosa dan inkarnasi (Tuhan
menjadi manusia)
Lalu, siapa tuhan yang disembah kaum Unitarian? Yang disembah adalah Tuhan
Abraham yaitu Elohim (Allah). Aliran ini percaya, Yesus hanya sebagai nabi dan rabbi,
bukan Tuhan. Yesus hanyalah seorang nabi yang diutus untuk mengembalikan iman
Israel yang sudah terkontaminasi dengan paganisme dan mitos-mitos.
Juga aliran Unitarian tidak mempercayai Roh Kudus sebagai Tuhan. Bagi kaum
Unitarian, Trinitas itu rekayasa pemikiran manusia yang dipaksakan pada Konsili
Chalcedon tahun 451, yang benihnya ada sejak Konsili Nicea 325 dan Konstantinopel
381.
Dianggap sesat oleh PGI
Menurut Lukas Kristanto, aliran Unitarian saat ini sama nasibnya dengan Saksi
Yehowa, dan Gereja Mormon, yaitu dianggap sesat oleh PGI (institusi yang menganggap
mewakili gereja-gereja Kristen).
Soal legitimasi terhadap kaum Unitarian ini menjadi masalah, karena orang yang
berfaham Unitarian akan sulit mendirikan tempat ibadah. Mereka harus mendapatkan
rekomendasi dulu dari PGI. Sementara PGI menganggap Unitarian bukan denominasi
PGI dan bahkan dianggap sesat. Apalagi yang berhubungan dengan legalitas pernikahan
kaum Unitarian!
Tetapi kaum Unitarian tidak mempermasalahkannya , karena ini masalah esensi
iman (faith essence). Esensi iman tidak membutuhkan pengakuan birokratis (bureaucracy
recognition) , tidak pula membutuhkan pengakuan sosial (social recognition) , hanya
bersandar pada pengakuan historis (historical recognition).
Lukas Kristanto mengimbau untuk melihat asal istilah Kristen secara historis.
Kata Kristen berasal dari bahasa Yunani Khristianos (Inggris = Christian) , berakar dari
kata Khristos. Khristianos artinya pengikut atau murid Kristus. Makna implementatifnya
adalah semua orang yang mengikuti ajaran-ajaran Kristus.
Dalam Perjanjian Baru, kata ini pertama kali dipakai di Antiokhia (Kisah Rasul
11:26). Kata Kristen pada ayat ini bukan bersifat menamakan diri sendiri (self-naming)
oleh murid-murid pada saat itu, tetapi penamaan itu dilakukan pihak lain. Menurut Xavier
Leon-Dufour, guru besar theologi Lyon-Fourviere, penamaan itu diberikan oleh
pemerintah Roma. Sifat kalimat pada ayat tersebut berbentuk pasif (passive sentence),
yang berarti orang ketiga-lah yang memberi nama itu.
Masyarakat Kristen di Antiokhia pada saat itu belum mempunyai formasi theologi
yang jelas, belum ada doktrin Trinitas, Inkarnasi, Kenosis, penebusan dosa, dan lain-lain.
Kata Kristen masih terkait dengan murid-murid, yang setia menjalankan ajaran-ajaran
rabinik Yesus. Khususnya, ajaran-ajaran moral Kotbah Yesus di bukit (Matius 5-7), dan
ajaran keesaan Allah, karena sejak bangsa Yahudi berserakan (Yahudi diaspora), ajaran
sinkretisme bercampur dalam keimanan Yahudi.
Jadi secara etimologi dan secara biblikal, tidak ada ayat dalam Bible yang dengan
lugas mengatakan bahwa percaya pada Kristus yang disalib sebagai juru selamat disebut
Kristen. Itu hanya pengakuan gereja, yang dilembagakan dan akhirnya menjadi dogma.
Kaum Unitarian percaya Yesus mengajarkan keesaan Tuhan (Tuhan), dan kaum ini
menganggap dirinya Khristianos (Kristen), pengikut ajaran Yesus.
Posisi Bible bagi penganut Unitarian
Pertanyaannya kemudian, apakah kaum Unitarian masih mempercayai Bible
sebagai kitab suci, padahal kitab tersebut sudah mengalami distorsi (sebenarnya tidak saja
distorsi, namun juga interpolasi) ? Menurut Lukas Kristanto, jawabannya bisa ya, juga
bisa tidak. Jawaban ini tampak ambivalen, tetapi ambivalensi ini menyangkut
karakteristik Unitarian dalam memposisikan Bible sebagai kitab (suci).
Mengapa ambivalen? Unitarian percaya tidak seluruh isi Bible mengalami
distorsi-interpolasi. Ada bagian yang mendekati otentisitas sejarah, terutama yang
berkaitan dengan keesaan Tuhan (unity of God), baik di Perjanjian Lama (PL) maupun
Perjanjian Baru (PB).
Bible dalam bahasa Indonesia masih didominasi versi LAI (Lembaga Alkitab
Indonesia), tidak seperti yang English version, yang begitu banyak versinya: King James,
Moffatt’s The Bible, The Coptic Version, Scholar’s Version, New International Version
(NIV), Newcome, International Bible Translators, dan lain-lain.
Bahkan beberapa terjemahan dengan ekstrim menghilangkan ayat-ayat distorsi, seperti:
Revised Version-Improved and Corrected, The New Testament in an Improved Version,
International English Bible-Extreme, the American Bible Revision, dll. Sehingga tidak
ada preferensi lain bagi pembaca dalam bahasa Indonesia, kecuali bagi Unitarian bisa
berbahasa Inggris (karena banyak versi).
Selain terjemahan dalam bahasa Inggris dan Indonesia, penganut Unitarian juga
merujuk pada Codex Sinaiticus (manuskrip Injil tertua yang ditemukan Tischendroff di
Gunung Sinai tahun 1859) dan Codex Vaticanus (ditemukan Cyril Luker, Patriarch
Konstantinopel, tahun 1621). Beberapa kitab apokripa yang tidak diterima kehadirannya
oleh gereja-gereja Trinitarian justru menjadi rujukan penganut Unitarian juga.
Lukas Kristanto menyatakan, Unitarian berusaha menggali sejauh mungkin
keabsahan sejarah melalui penelitian-penelitian manuskrip kuno, untuk mencari dengan
optimis bahwa apa yang disebut dengan the Lost Christianity akan dapat ditemukan.
Apalagi sejak ditemukannya Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scroll) di gua Qumran tahun
1947, semakin menambah gairah, ya gulungan yang sekitar 20 abad lamanya menghilang
toh ditemukan juga.
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa aliran Unitarian tidak membikin kitab suci
saja? Sehingga ada holy-scripture yang menjadi identitas sebuah agama? Di sinilah
uniknya Unitarian. Mereka punya prinsip bahwa kebenaran yang menghilang dari
otentisitas Bible justru akan muncul dari self-conciousness kaum Unitarian, dengan
melakukan intuitive understanding, juga dari spiritual experience dan refleksi kesadaran
ketuhanan.
Ajaran Katolik memiliki theologi natural, yang berpendapat otoritas kebenaran
tidak saja pada Alkitab tetapi juga di luar Alkitab (dengan asumsi karya Tuhan bisa
terjadi di luar Alkitab), yaitu dengan mengakui otoritas Paus dalam menyampaikan fatwa
sebagai kebenaran ilahi (Paus dianggap wakil Allah).
Maka Unitarian menggunakan theologi enlightenment (pencerahan) yang bersifat
individual. Maka prinsip Unitarian yang berbunyi: “Everyone has the rights to seek truth
and meaning for themselves. The best setting for this is a community that welcomes you
who are, complete with your beliefs, doubts and questions” jelas mengarahkan kaum
Unitarian untuk memperoleh kebenaran yang intuitif, reflektif dan experience. ***
Notes:
Tulisan ini merupakan rangkuman saya –Satrio Arismunandar-- dari sejumlah posting Lukas Kristanto (e-mail: [email protected]), penganut Unitarian, yang menjawab pertanyaan sejumlah anggota milis di milis ppiindia. Saya sedapat mungkin tidak mengubah gaya bahasa Lukas Kristanto, tetapi hanya memperbaiki/menyunting dari segi tata bahasa, seperti: huruf besar, koma, memotong kalimat yang terlalu panjang, dsb.
Bisa dibilang, sekitar 95 % tulisan ini masih sesuai aslinya. Saya bukan ahli agama, juga bukan penganut Kristen ataupun Unitarian, sehingga tidak berani menambah opini atau materi apapun di sini. Satu-satunya opini saya hanya muncul di alinea pertama.
Saya pribadi merangkum tulisan Lukas Kristanto, semata-mata karena tertarik pada keunikan ajaran Kristen Tauhid, yang tidak mengakui ketuhanan Yesus, dan hanya memposisikan Yesus hanya sebagai Nabi (manusia biasa). Juga aliran ini menganut konsep keesaan Tuhan. Jadi, amat mirip dengan Islam, yang memposisikan Isa Almasih dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan manusia biasa. ***
Jakarta, 4 Januari 2008
Biodata Penulis:
* Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI
(1995-97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera
Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995), Majalah
D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV
(Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013).
Alumnus Program S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi
Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011.
Kontak Satrio Arismunandar:
E-mail: [email protected]; [email protected]
Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com
Mobile: 081286299061
Top Related