Download - Kota Sehat Makalah Fix

Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam program kesehatan lingkungan suatu pemukiman/perumahan sangat

berhubungan dengan kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, letak

goegrafis dan kondisi masyarakat lokal. Selain itu kondisi lingkungan pemukiman/perumahan

dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan antara

lain, fasilitas pelayanan kesehatan, sarana penunjang pendidikan, perlengkapan dan peralatan

laing yang dapat terselenggaranya kesehata fisik, kesehatan mental dan kesejahteraan sosial

bagi individu dan keluarganya. (Hasyim, 2010)

Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia yang mengalami

pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di beberapa kota besar yang ada di negara tersebut.

Hal ini disebabkan olah penyebab utama berupa hasil dari migrasi penduduk desa ke

perkotaan dan meningkatnya populasi penduduk di kota tersebut.

Menurut laporan State of World Population, pada tahun 2008, sekitar 3,3 miliar warga

dunia menjadi bagian dalam proses urbanisasi, atau lebih dari separuh penduduk dunia.

Angka itu diperkirakan akan menjadi lima miliar pada tahun 2030 berdasarkan perkiraan

Badan PBB yang mengurusi kependudukan (UNFPA). Laporan tahunan Komisi Ekonomi

dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNES-CAP) juga menunjukkan, urbanisasi di

kawasan Asia Pasifik mencapai tingkat tertinggi di dunia. Khususnya Asia Tenggara,

termasuk Indonesia.

Di Indonesia, pada tahun 1950 hanya12,4% penduduk tinggal di kota sedangkan pada

tahun 2010 sudah mencapai 53,7%. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS)

urbanisasi akan mencapai 68 persen pada tahun 2025. Proyeksi itu mengacu kepada

perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (urban rural

growth difference/URGD). Dalam data itu terlihat, provinsi di Pulau Jawa dan Bali, tingkat

urbanisasi-nya lebih tinggi dari Indonesia secara total. Bahkan, tingkat urbanisasi di empat

provinsi di Jawa pada 2025 sudah di atas delapan puluh persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa

Barat, DI Yogyakarta, dan Banten.

Dari aspek demografi, urbanisasi merupakan suatu proses adanya perubahan

persebaran penduduk di suatu wilayah. Hal inilah yang menimbulkan dampak adanya 1

kepadatan penduduk, yang berimplikasi kepada masalah-masalah kesehatan. Oleh karena itu,

di dalam makalah ini akan di bahas mengenai “Health City (Kota Sehat)”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah tercapainya kondisi kota untuk hidup dengan aman,

nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial

dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktifitas dan

perekonomian wilayah.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan

lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber daya masyarakat mereka

yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam melaksanakan

semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal mereka. "Sebuah kota yang

sehat adalah salah satu yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan mereka secara

fisik dan sosial lingkungan dan memperluas sumber daya masyarakat mereka yang

memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lainnya dalam melaksanakan

semua fungsi kehidupan dan dalam mengembangkan potensi maksimal mereka. (Hancock,

1988).

Sebuah Kota Sehat berkomitmen untuk suatu proses mencoba untuk mencapai yang

lebih baik fisik dan sosial lingkungan. Setiap kota dapat memulai proses menjadi Kota Sehat

jika berkomitmen untuk pengembangan dan pemeliharaan lingkungan fisik dan sosial yang

mendukung dan mempromosikan baik kesehatan dan kualitas hidup penduduk. Membangun

pertimbangan kesehatan dalam pembangunan perkotaan dan manajemen sangat penting untuk

Kota Sehat.

Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman

dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa,

tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.

(PB MenDaGri dan MenKes, 2005)

Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun

1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa kesehatan dapat

dicapai dan berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan dan

budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada pelayanan kesehatan, tetapi kepada seluruh

aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani.

3

2.2 Tujuan Pembangunan Kota Sehat

Pembangunan kota sehat memiliki tujuan untuk ercapainya kondisi kota untuk hidup

dengan bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja bagi

warganya dengan cara terlaksananya berbagai program kesehatan dan sektor lain, sehingga

dapat meningkatkan secara optimal sarana untuk mendukung peningkatan produktifitas dan

perekonomian masyarakat.

Secara rinci tujuan pembangunan kesehatan diklasifikasikan dalam tujuan utama dan

tujuan khusus seperti diuraikan dibawah ini:

a. Tujuan Utama : Mengembangkan dan meningkatkan kesehatan dan kualitas

kehidupan penduduk perkotaan.

Adanya konsep pembanguanan kota sehat di suatu wilayah memiliki tujuan

utama untuk menciptakan lingkungan yang dapat mendukung dan dapat

meningkatkan peran faktor kesehatan dalam kehidupan manusia agar mampu

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai individu dan anggota masyarakat dengan baik

sehingga tercapai kualitas keidupan yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap

peningkatan status kesehatan dan kehidupan sosial yang maksimal.

b. Tujuan Khusus

1. Menciptakan dukungan dari lingkungan sehat

Hal ini berkaitan dengan adanya fakta bahwa lingkungan yang sehat ikut

memiliki pengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Namun sebaliknya

apabila suatu lingkungan di suatu wilayah tersebut buruk maka juga akan

memberikan damapak buruk terhadap derajat dan status kesehatan penduduk di

kawasan tersebut.

2. Memperoleh kualitas kehidupan yang tinggi

Kualitas kehiduapan yang tinggi juga dipengaruhi oleh daya dukung

lingkungan yang baik, dengan terciptanya lingkungan yang sahat maka dapat

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat.

3. Menyediakan sanitasi dasar dan kebutuhan akan kebersihan

Konsep pembangunan kota sehat erat kalitannya dengan adanya fasilitas

sanitasi yang baik bagi seluruh penduduk. Salah satu faktor penentu kualitas

lingkungan yang sehat yaitu adanya sanitasi lingkungan yang baik yang dapat

4

meningkatkan kualitas lingkungan dan akhirnya juga dapat meningkatkan status

kesehatan masyarakat di kota tersebut.

4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan

Selain faktor lingkungan, adanya konsep pembangunan kota sehat juga

berpengaruh langsung terhadap ketersediaan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan baik. hal ini disebabkan juga oleh fakta bahwa suatu wilayah tidak akan

dikatakan sehat apabila tidak mampu menyediakan akses terhadap pelayanan

kesehatan.

2.3 Ciri Khas Kota Sehat

Menurut WHO (1995) dalam Twenty Steps for Developing a Healthy Cities Project,

cirri khas kota sehat, yaitu :

1. Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang bermutu

tinggi);

2. Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;

3. Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;

4. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak

pada kesehatan mereka;

5. Kebutuhan dasar (makanan, air, perumahan, pendapatan, keamanan, pekerjaan)

terpenuhi untuk seluruh masyarakat;

6. Akses ke bermacam-macam pengalaman dan sumber serta kesempatan untuk

berinteraksi;

7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;

8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis seluruh

masyarakat, serta hubungan dengan kelompok dan individu lain;

9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang dapat digunakan seluruh

masyarakat;

10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat penyakit rendah).

2.4 Konsep Kota Sehat

Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan

sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk

5

dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan

dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.

WHO (1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang berkualitas

yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan

masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partispasi dan kontrol masyarakat yang

kuat; pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan

yang aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan

komunikasi dengan masyarakat luas; ekonomi perkotaan yang innovatif; mendorong

interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan dengan berbagai individu

dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik masyarakat; ketersediaan akses

pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan masyarakat dan terakhir adalah status

kesehatan yang tinggi.

WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam karakteristik

yang dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen terhadap kesehatan;

membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat; tindakan dan aksi yang

bersifat intersektoral; partisipasi masyarakat; inovasi dan outcomenya adalah

kebijakan publik yang sehat. Jika merujuk pada dua definisi dan karakteristik healthy

city tersebut, maka dapat dipahami bahwa pertama, healthy city adalah kota yang

bersih secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua, healthy

city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting) misalnya sekolah sehat,perkantoran

sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot project. Ketiga, konsep healthy city

menekankan pada keterlibatan pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua

komponen masyarakat, sektor pemerintah dan swasta dan pemerintah lokal yang

bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public policy).

2.5 Model Kota Sehat

Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat pembangunan kota sehat

dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010):

1. Lingkungan yang sehat

a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga angka kesakitan

dan kematian karena penyakit saluran pernafasan dapat dikurangi.

6

b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan peruntukkannya.

c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga kebutuhan air

minum yang bersih dan aman dapat dinikmati penduduk dan penyakit saluran

percernaan seperti thypoid dan diare dapat dicegah.

d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada pembuangan dapat

didayagunakan, tidak menimbulkan banjir dan menjadi tempat

perkembangbiakkan vektor penyakit.

e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat

sehingga kejadian stress, penyakit saluran napas, diaree dan kejadian

kecelakaan serta penyakit lainnya dapat dihindari dan dikurangi.

f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang dapat

mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan air serta tempat

perkembangbiakkan verkot penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.

2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman

a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang

dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat bermain dan tercapai keserasian

antara bangunan, penghuni dan lingkungan hidup serta tempat kerja yang

dapat memberikan rasa nyaman, aman dan sehat.

b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat menikmati

palayanan umum secara nyaman, aman dan terhindar dari penularan penyakit

bagi para pengunjungnya.

c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya secara baik dan

benar sehingga pasar tidak menjadi tempat perkembangbiakkan vektor,

sumber sampah dan kerawanan sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh

orang yang membutuhkan.

d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima, pedagang asongan,

indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya guna dan berhasil guna sehingga

memberikan prospek yang baik sekaligus tidak mencemari lingkungan dan

membahayakan pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.

e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi perkotaan yang

memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi akibat buruknya transportasi

dapat dikurangi dan jarak tempuh kendaraan dapat ditingkatkan dan

teratasinya kemacetan lalu lintas.

7

3. Perilaku hidup yang sehat

a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras, ketergantungan

obat) di wilayah tersebut.

b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan mental yang

cenderung meningkat dapat dikurangi melalui upaya pencegahan,

penanggulangan dan upaya promotif untuk meningkatkan katahanan mental

penduduk.

c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga

produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram dapat

dinikmati oleh penduduk.

d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan keadilan

dan hak azazi manusia.

e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan mengantisipasi rawan

pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi menimal secara berkesinambungan.

4. Kehidupan sosial yang sehat

a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa depan yang

lebih baik.

b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara sesuai dengan

pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan dalam bentuk jaminan

pelayanan kesehatan masyarakat.

c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang dapat

dinikmati oleh masyarakat.

d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan anak-anak

dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping itu orang tua dapat

menikmati hari tua dengan fasilitas yang tersedia dan dapat meningkatkan

kualitas kehidupan usia tua yang berdaya guna.

e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif untuk semua

pemeluk agama dan kepercayaan.

5. Kawasan industri yang sehat

a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk menciptakan

lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat bagi pekerja tetapi tidak

mencemari lingkungan pemukiman.

8

b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui antara

lain penertiban dan pengadaan serta penggunaan sarana dan prasarana

pendukung K3 sehingga kejadian kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan

kerja dapat dikurangi dan tercapai keamanan tempat kerja bagi para pekerja.

6. Lingkungan atau Kawasan pariwisata yang sehat

a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan pariwisata.

b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang nyaman,

aman dan sehat di kawasan wisata.

c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan memberi kesan

kenangan khusus.

d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan kebutuhan yang

diinginkan oleh wisatawan.

e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana sanitasi

pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan memenuhi kualitas).

f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak menimbulkan

pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, temoat ibadah dan lain-lain.

g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata yang aman,

nyaman dan sehat.

7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan

a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan

(mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah menengah hingga

perguruan tinggi) yang memnuhi syarat kesehatan.

b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan keluarga

yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS.

2.6 Strategi Kota Sehat

Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat di

Indonesia sebagai berikut :

1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang spesifik,

sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan

dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi kesepakatan

masyarakat.

9

3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebut

untuk ikut dalam pendekatan kota sehat.

4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat,

serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat membantu memahami

permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat.

5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM, pemerintah,

legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.

6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam

mewujudkan kota sehat.

7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisi

yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat.

8. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan kondisi

setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui internet dan media

tradisional.

9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota sehat.

2.7 Program Kota Sehat

Secara umum, pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan fisik, sosial,

budaya dan produktivitas serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah

perkotaan. Konsep kota sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi

kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya

peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga

dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah. Kota sehat

merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju

hidup sehat.

Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum. Sektor-

sektor di propinsi berperan didalam mengembangkan petunjuk teknis dan standar

yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerah

kepada masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja (Pokja) Kota Sehat, sehingga

dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut. (Kingkungan,

2009).

10

Program pendukung Kota Sehat, yaitu :

a. Program Bangun Praja

Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di

daerah, Kementrian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan dan

melaksanakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dalam

pengelolaan lingkungan hidup yang baik (Good Environmental Governance-

GEG). Sasaran dari program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahan

yang baik (GG) dan lingkungan yang baik (good environment).

Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program Bangun Praja

adalah: (1) menciptakan motivasi bagi Pemda melalui pemberian insentif,

antara lain berupa penghargaan maupun bantuan lainnya; (2) menciptakan

kompetisi antar daerah/kota; (3) menerapkan pendekatan "Local Specific"

karena setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing.

b. Program ADIPURA

Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja pemerintah

daerah (kabupaten dan kota) dalam pengelolaan lingkungan, khususnya

lingkungan perkotaan, guna mewujudkan kota yang bersih dan teduh (Clean

and Green Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator

yang disusun, Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah

propinsi melakukan monitoring dan evaluasi kondisi fisik lingkungan

perkotaan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Sementara, evaluasi non

fisik dilakukan 1 kali dalam setahun.

c. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award

Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah kepada

peningkatan kapasitas dan manajemen Pemerintah Daerah dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat, yaitu untuk mendorong adanya perubahan

kebijakan publik dan institusi pemerintah. (Kingkungan, 2009).

Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat, ada beberapa Tahapan

yang diperlukan, yaitu ;

1. Komitmen terhadap kesehatan

a. Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan, sosial, dan agama.

11

b. Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu dan kelompok asal

peyuluhan kesehatan serta pencegahan penyakit menjadi prioritas.

2. Proses pengmabilan keputusan untuk kesehatan masyarakat

a. Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas perumahan, lingkungan,

pendidikan, dan pelayanan umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.

b. Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya menunjang kesehatan.

3. Kegiatan intersektoral

a. Program yang melibatkan semua unsur yang mempengaruhi faktor penentu

kesehatan (determinants of health), termasuk sektor usaha, pemerintah daerah,

lembaga lain;

b. Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar sektor kesehatan diubah

supaya menyumbang terhadap lingkungan kota yang sehat.

4. Masyarakat umum memainkan peranan aktif

d. Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan pemerintah daerah.

e. Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan, sikap, dan pilihan

masyarakat dalam hal yang menyangkut kesehatan, cara hidup, dan

penggunaan pelayanan kesehatan.

5. Cara baru dalam pemikiran dan metode

a. Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung pada adanya kesempatan

untuk berinovasi.

b. Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru, mendorong pemikiran baru,

dan menghargai keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif.

2.8 Masalah Kesehatan

Masalah Kesehatan di perkotaan dapat dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan pilar

Indonesia Sehat :

1. Masalah Lingkungan

a. Dikawasan pemukiman yang padat

b. Dikawasan kumuh perkotaan

c. Dikawasan masyarakat mampu

d. Dikawasan industri

e. Dikawasan wisata

2. Masalah Prilaku

12

3. Masalah Pelayanan Kesehatan

Kecenderungan masalah kesehatan diperkotaan adalah :

1. Meningkatnya pencemaran lingkungan baik air, udara dan tanah diperkotaan

akibat pertumbuhan industri.

2. Meningkatnya penyakit degeneratif, penyalahgunaan napza, penyakit menular

seksual serta gangguan kejiwaan akibat perubahan gaya hidup masyarakat

perkotaan.

3. Meningkatnya sarana pelayanan kesehatan perorangan yang tidak diimbangi

dengan meningkatnya sarana pelayanan kesehatan masyarakat, sementara masalah

kemasyarakat meningkat dengan cepat .

4. Meningkatnya jumlah penduduk diperkotaan yang tidak diimbangi dengan

infrastruktur yang memadai, yang dapat memicu terjadinya pemukiman kumuh

diperkotaan.

5. Meningkatnya kasus kegawatdaruratan sehari – hari.

2.9 Indikator Kota Sehat

Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih dalam

masyarakat dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat bagi semua pihak

yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan dan menjadi

tolak ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.

Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuaitor

terkait. Besar idengan kondisi dan kemampuan mereka untuk memenuhi indikator

tersebut. Dengan demikian indikator yang dimuat dalam pedoman ini merupakan daftar

yang dapat dipilih oleh forum bersama-sam dengan Pemerintah Daerah dan sektor

terkait. Besar indikator yang hendak dicapai oleh masing-masing Kabupaten/Kota di

provinsi yang bersangkutan.

Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau

pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk menilai

keberhasilan ini adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar yang disusun

dalam lokakarya perncanaan. Untuk penetapan pemilihan indikator agar

memperhatikan hal sebagai berikut :

13

1. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan kegiatan, kondisi

dan kemampuannya, dan kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah. Setiap

tahun sasaran indikator dan sasaran berkembang sesuai kondisi yang ada.

2. Forum bersama Pemerintah Daerah dapat memilih besaran indikator yang sesuai

dengan kapasitasnya.

3. Pencapaian pendekatan Pemerintah/Kota Sehat tergantung dari kemampuan dari

masing-masing daerah.

4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkah-langkah

Kabupaten/Kota Sehat sudah dilaksanakan di masing-masing daerah :

a. Dukungan pemerintah daerah dalam membentuk kebijakan, perda, penerapan dan

pelibatan masyarakat.

b. Aktifitas kelembagaan yang ada, yaitu Forum Kabupaten/Kota Sehat,

ForumKomunikasi Desa/Kelurahan Sehat, Pokja dan Tim Pembina.

5. Indikatore output adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah disepakati

masyarakat.

6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukan dengan adanya program

percontohan ; dana berputar, keterlibatan forum dan masyarakat rehadap program

yang dilaksanakan sektor ; adanya kegiatan penyuluahn rutin/penyebarluasan

informasi melalui media massa/pembuatan media/workshop, dan lain-lain. Forum

juga dapat menyampaikan konsep pemecahan masalah kepada Pemerintah

Daerah/sektor tentang program yang disepakati.

Menu kegiatan menurut tatanan dan jenis indikator adalah sebagai berikut :

(PB MenDaGri dan MenKes No.34 Tahun 2005) -

I. Indikator Pokok 1. Belajar 9 tahun

2. Angka melek huruf

3. Pendapatan perkapita domestik

4. Angka Kematian Bayi per 1.000/Kh

5. Angka Kematian Balita Per 1.000/Kh

6. Angka Kematian Ibu melahirkan Per 1.000/Kh

7. Adanya RUTRK (rencana Detail Tata Ruangan

14

Kota)

8. program dana sehat dan jaminan sosial nasional

bagi masyarakat miskin.

II. Indikator Umum

1. Adanya dukungan pemda.

2. Adanya program pendukung di sektor.

3. Berfungsinya tim Pembina Kab/Kota dan

Kecamatan.

4. Berfungsinya Forum Kab/Kota.

5. Adanya Sekretariat Forum

6. Berungsinya Forum Komunikasi Desa/Kelurahan.

7. Berfungsinya Pokja Kelurahan/Desa.

8. Adanya kesepakatan masyarakat dan pemda

tentang pilihan tatanan dan kegiatan.

9. Adanya perencanaan forum yang disepakati

masyarakat dan pemda.

10. Adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh

masyarakat melalui forum/forum komunikasi pokja.

III. Indikator Khusus

A. Kawasan Pemukiman Indikator Kab/Kota Sehat Sarana dan Prasarana Sehat.

1. Udara Bersih

1. Memenuhi standar ISPU

2. Kendaraan bermotor memenuhi syarat emisi

3. Peningkatan penggunaan bahan bakar yang

memenuhi syarat.

4. penurunan Kasus gangguan pernapasan

(ISPA/pneumonia).

5. Penurunan kasus TB Paru.

2. Air Sungai Bersih a. Terlarang membuang sampah ke sungai

b. Terlarang membuang kotoran manusia ke sungai

c. Terlarang membuang sampah limbah industri ke

sungai

15

d. Adanya penataan fisik bantaran sungai.

3. Penyediaan Air

Bersih Individu dan

umum.

a. Meningkatnya cakupan penggunaan air bersih.

b. Meningkatnya cakupan Kualitas air minum

memenuhi syarat kesehatan.

c. Meningkatnya % Masyarakat yang memeriksakan

airnya ke laboratorium

d. Penurunan kasus Diare

4. Pembuangan Air

Limbah Domestik

(Rumah Tangga)

a. Sistem pengolahan limbah kota memenuhi syarat.

b. Adanya gerakan masyarakat dalam pembangunan

SPAL/jamban.

c. Cakupan penggunaan Sarana air limbah dan jamban

keluarga yang memenuhi syarat.

d. Selokan bebas jentik nyamuk.

e. Penurunan Kasus Filariasis (kaki gajah).

5. Pengolahan Sampah

a. Sampah tidak menumpuk di TPS/ permukiman

b. Terlaksanya pemisahan sampah basah dengan

sampah lainnya.

c. TPA tidak mencemari lingkungan.

d. Angka kepadatan lalat.

e. Angka jentik aedes.

f. Terlaksananya program PSN 3 M, di sekolah,

tempat-tempat umum.

6. Perumahan dan

permukiman

a. Adanya sarana fasilitas umum

b. Bebas jentik aedes

c. Bebas banjir

d. Meningkatnya Rumah Sehat yang memenuhi syarat

e. Menurunnya keluhan kesehatan akibat pencemaran

industri/pertambangan

f. Tidak terjadi KLB penyakit Diare & DBD, atau

malaria.

g. Meningkatnya pemanfaatan Puskesmas

16

h. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan 4

(empat) spesialis dasar

7. Pertamanan dan

Hutan Kota

a. Tersedianya taman dan pertanaman

b. Adanya pengaturan Pemeliharaan Hutan

8. Sekolah

a. Adanya kegiatan UKS dan Organisasi BP3

b. Meningkatnya kesehatan murid

c. Terlaksananya program olahraga yang terencana

d. Menurunnya jumlah peserta didik putus sekola

9. Pengelolaan Pasar

a. Keamanan dan kenyamanan terjamin

b. Pemeliharaan kebersihan oleh pedagang

c. Tersedia sarana mencegah kebakaran

d. Toilet umum terjaga kebersihannya

e. Pasar yang memenuhi persyaratan

f. Terlaksananya program jaminan kesehatan pada

pedagang

10. Sarana Olah Raga

dan Rekreasi dan

Tempat Bermain

Anak-anak

1. Tersedianya sarana prasarana untuk berolah raga

2. Tersedianya tempat bermain Anak-anak anak-anak

dan rekreasi

3. Tersedianya pelayanan kesehatan olah raga

4. Meningkatnya derajat kesegaran/kebugaran jasmani

masyarakat

5. Meningkatnya partisipasi kelompokkelompok

masyarakat berolah raga secara teratur dan terukur

11. Penataansektor

informal (Pedagang

Kaki Asongan atau

Industri Rumah

Tangga)

a. Adanya penataan sektor informal

b. Tidak menimbulkan pencemaran

c. Adanya program untuk meningkatkan

perekonomian pedagang

d. Terselenggaranya jaminan pelayanan kesehatan

bagi pekerja.

17

B. Kawasan Tertib Lalu Lintas & Pelayanan Trasportasi

1. Pelayanan Angkutan

umu (bus, angko,

taxi)

a. Terpenuhinya pesyaratan kendaraan umum yang

bersih dan hygienis, serta bebas rokok

b. Terpenuhinya persyaratan emisi kendaraan

bermotor

c. Bebas dari kebisingan

d. Jaminan keamanan angkutan barang dan pangan

e. Adanya pemerikasaan kendaraan secara rutin

2. Pelayanan terminal

dan halte

a. Terpenuhinya persyaratan udara ambient

diterminal

b. Terpenuhinya pengaturan jalur kendaraan yang

aman bagi penumpang

c. Tersedianya pelayanan gawat darurat di

puskesmas daerah rawan kecelakaan

d. Menurunnya tingkat kecelakaan lalu lintas

3. Penataan

a. Tingkat kepadatan kendaraan/kemacetan

b. Pengaturan jalur kendaraan umum, pribadi,

sepeda motor, dan pejalan kaki

4. Rawan kecelakaan

a. Pertolongan yang cepat dari kecelakaan

b. Tresedianya peringatan perambuan di daerah

rawan kecelakaan

c. Tersedianya pelayanan Gawat darurat didaerah

puskesmas rawan kecelakaan

d. Menurunnya tingkat kecelakaan lalu lintas

5. Tertib lalu lintas dan

keselamatan

a. Terlaksananya gerakan disiplin berlalu lintas

b. Menurunnya kasus pelanggaran lalu lintas

6. Kemasyarakatan a. Terlaksananya persyaratan pemberian SIM baru

dan perpanjangan

18

b. Terlaksananya penggunaan bahan bakar ramah

lingkungan

c. Tersedianya bengkel yang berakreditasi

C. Kawasan Pariwisata Sehat

1. Informasi Wisata &

Kesehatan

a. Adanya informasi objek

b. Adanya informasi tentang kesehatan

2. Sarana Pariwisata

a. Sertifikat layak hotel meningkat

b. Sertifikat layak restoran meningkat

c. Tidak mencemari lingkungan

d. Terjaminnya bersihan lingkungan

3. Objek & daya tarik

wisataa. Peningkatan jumlah wisatawan

4. Pelayanan Kesehatan.

a. Terselenggarakannya asuransi kesehatan bagi

wisatawan

b. Kesehatan petugas penjamah makanan di

restoran memenuhi syarat

c. Tidak terjadi keracunan makanan

d. Penurunan kasus kecelakaan obyek wisata

5. Sarana penunjang

a. Adanya sarana telekomunikasi

b. Tersedianya sarana dasar (air bersihm jalanm

limbah, dan sampah)

c. Tersedianya sarana transportasi wisatawan

yang memadai

d. Tersedianya sarana tanggap darurat

6. kemasyarakatan

a. penurunan kasus gangguan keamanan

b. peningkatan pendapatan masyarakat

c. terselenggaranya pendidikan/latihan/kursus

bagi masyarakat pemandu pariwisata/pramu

wisata

19

D. Kawasan Industri &

Perkantoran Sehat

1. Lingkungan Fisik

a. Industri/perkantoran sesuai dengan industri

RUTRK/RDTRK

b. Permukiman di sekitar kawasan industri, tidak

kumuh

c. Emisi/effluent memenuhi persyaratan

d. Tersedianya ruangan khusus untuk merokok

2. Lingkungan fisik

kantor dan

perdagangan

a. Bangunan memenuhi persyaratan fisik kantor dan

dan hygiene perdagangan

b. Tidak mencemari lingkungan

3. Penataan sectoran

informal

a. Adanya penataan sector informal informal

(industri

b. Meningkatnya pendataan sector kecil/rumah

tangga) informal

c. Penataan hygiene & sanitasi sarana sector

informal

d. Terselenggaranya jaminan pelayanan kesehatan

bagi pekerja

4. Keselamatan dana,

kesehatan kerja dan

pencegahan

kecelakaan

a. Terselanggaranya jaminan pelayanan kesehatan

kerja kesehatan bagi karyawan

dan pencegahan

b. penurunan kasus penyakit akibat kecelakaan dan

kerja Rudapaksa

c. Menurunnya angka kematian dan kecacatan karena

keselamatan kerja

d. emisi/eggluent memenuhi syarat

e. Tempat kerja bebas dari bising

5. Sosial ekonomi dan a. Meningkatnya kesempatan kerja atau budaya dan 20

budaya kesmas

kesehatan berusaha bagi masyarakat sekitar

masyarakat

b. Tersedianya pelayanan kesehatan dasar bagi

masyarakat

c. Terpelihara keamanan dan ketertiban

d. Tersedianya pendidikan/latihan kursus bagi tenaga

kerja

E. Kawasan Pertambangan Sehat

1. Lingkungan

pertambangan

a. Bebas dari pertambangan tanpa izinPertambangan

b. Pertambangan melakukan kelola dan pantau

lingkungan sesuai dengan dokumen lingkungan

c. Adanya pengawasan dari masyarakat (forum)

d. Tersedianya sarana umum di kawasan tersebut

(sekolah, pasar, sarana pelayanan kesehatan, tempat

ibadah)

2. Reklamasi daerah

bekas tambang

a. Adanya perencanaan teknis reklamasi

bekas tambang

b. Terlaksananya reklamasi dan

revegetasi

c. Adanya pengawasan dan masyarakat (forum)

3. Keselamatan dana

dan kesehatan kerja

a. Penurunan kasus kecelakaan kerja kesehatan

kerja

b. Penurunan kasus penyakit akibat kerja

c. Terselanggaranya jaminan pelayanan kesehatan

bagi karyawan

4. Sosial ekonomi dan a. Adanya prioritas lapangan kerja dan kemasyarakatn

21

kemsyarakatan

bagi penduduk setempat

b. Adanya bantuan sarana pendidikan yang memadai

disekitar pertambangan

c. Adanya sarana pelayanan kesehatan bagi

masyarakat

5. Permukiman

a. Peningkatan kualitas sanitasi dasar

b. Peningkatan hygiene dan sanitasi perumahan

c. Gerakan masyarakat meningkatkan perilaku hidup

Bersih dan Sehat

F. Kawasan Hutan Sehat

1. Kemantapan

Kawasan

a. Pengakuan masyarakat terhadap status kawasan

b. Keikutsertaan masyarakat dalam tata batas kawasan

c. Terwujudnya tata batas kawasan

2. Keamanan Hutan

a. Menurunnya kasus perambahan hutan dan

kebakaran hutan

b. Menurunnya kasus penebangan liar/illegalloging

c. Udara ambient memenuhi persyaratan ISPU

d. Menurunnya kasus ISPA/pneumonia

3. Rehabilitasi lahan dan

konservasi tanah

a. Meningkatnya pelaksanaan reboisasi dan

konservasi

b. Meningkatnya gerakan masyarakat tanah dalam

penghijauan

c. Terpeliharanya daerah resapan air

d. Berfungsinya bangunan penanggulangan erosi dan

atau sumber daya air

4. Keanekaragaman a. Menurunnya kegiatan perburuan hayati secara liar 22

hayati

terhadap satwa yang dilindungi

b. Menurunnya kegiatan pemungutan secara liar

tumbuhan yang dilindungi

c. Menurunnya perdagangan satwa yang dilindungi

secara liar

d. Menurunnya perdagangan tumbuhan yang

dilindungi secara liar

5. Sosial ekonomi dan

kemasyarakatan

a. Tersedianya akses pemanfaatan hasil

kemasyarakatan hutan tertentu oleh masyarakat

b. Adanya pelayanan kesehatan yang memadai di

kawasan sekitar hutan

c. Adanya sarana pendidikan yang memadai di

kawasan sekitar hutan

G. Ketahanan Pangan dan Gizi

1. Ketersediaan

a. Terlaksananya intensifikasi pertanian dan pola

tanah

b. Masyarakat menyediakan lumbung pangan

c Pemerintah menyediakan buffer stock

2. Ketahanana. Berfungsinya lembaga distribusi pangan yang ada

di masyarakat (koperasi, dll)

3. Konsumsi a. Terjangkaunya daya beli masyarakat

b. Meningkatnya KEP total

c. Masyarakat mengkonsumsi makanan secara B3

(bergizi, beragam dan berimbang)

d. menurunnya proporsi Balita dengan gizi buruk

23

e. Berfungsi lembaga untuk konsultasi gizi

3. Kewaspadaan

a. Penurunan kasus gizi berlebih

b. Bebas keracunan pestisida pada petani

c. Kecamatan bebas rawan Pangan

d. Menurunnya penderita kretin baru

e. Kecamatan bebas rawan gizi

4. Kemasyarakatan

a. Adanya kegiatan kelompok masyarakat dalam

upaya penanggulangan masalah gizi

b. Meningkatnya pendapatan petani

c. Petani mendapatkan pelatihan Pengendalian hama

terpadu dan penggunaan pestisida

H. Kehidupan Masyarakat yang Sehat Mandiri

1. Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

a. Meningkatnya kegiatan kelompok Bersih dan Sehat

masyarakat berolah raga secara teratur

b. Meningkatnya kegiatan kelompok masyarakat

penanggulangan NAPZA

c. Meningkatnya kegiatan kelompok masyarakat

penanggulangan HIV/AIDS

d. Meningkatnya rumah tangga berperilaku hidup

bersih dan sehat (tidak merokok, aktifitas fisik setiap

hari dan gizi seimbang)

2. Tempat tempat umum a. Tempat-tempat Umum laik sehat (hotel, Taman,

Rekreasi dan Tempat Hiburan, dll)

b. Tidak terjadi kasus keracunan di fasilitas

penyediaan makanan.

24

c. Adanya kemudahan untuk orang cacat tubuh

d. Jasa boga, restoran/rumah makan dan tempat

pengolahan makanan lain laik sehat

e. Menurunya kasus legionellosis di tempat umum

f. Adanya kawasan bebas rokok di tempat umum

3. Permukiman,

perumahan

danbanguan sehat

a. peningkatan Rumah Sehat yang memenuhi syarat

b. Bebas dari pencemaran industric. Penurunan kasus

penyakit terkait dengan lingkungand. Adanya

program perbaikan sehat oleh masyarakat

4. Penyediaan AirBersih

a. Kualitas air minum memenuhi syarat kesehatan

b. Tercapainya kualitas bakteriologisc. Peningkatan

cakupan air bersihd. Penurunan kasus Diare.

Masyarakat memeriksakan laboratorium

5. Kesehatan dan

Keselamatan

Kerja,pencegahan

Kecelakaan

danRudapaksa

a.Berfungsinya institusi pembina keehatan dan

keselamatan kerja;

b.Limbah industri diolah secara aman dan sehat;

c. Tempat kerja memenuhi kesehatan;

d. Pekerja mendapat kesehatan dan keselamatan

paripurna;

e. Penurunan kasus kecelakaan kerja;

f. Penurunan Kasus penyakit kerja;

g. Adanya Pemantauan perilaku dalam K3;

h. Menurunnya angka kematian kecacatan karena

keelakaan rudapaksa di rumah, jalan sekolah, tempat

umum.

6. Kesehatan Keluarga,

Reproduksi KB

a. Berkembangnya kelompok masyarakat peduli

dalam pelayanan kesehatanb. Tersedianya fasilitas

konseling remaja

c. Terlaksananya pemeriksaan pada siswa SD oleh

tenaga terlatih/guru UKS

d. Terlaksananya program dokter kecil di Sekolah

25

Dasar

e. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

7. Pembinaan Kesehatan

Jiwa Masyarakat dan Pola

asuh anak

a. Tersedianya akses/keterjangkauan pelayanan

kesehatan jiwa di Puskesmas

b. Penurunan kasus gangguan mental

c. Tersedianya Pelayanan Konseling Klinik swasta

d. Peningkatan kelompok yang mampu menfasilitasi

life skills bagi remaja

8. Kesehatan Olah Raga dan

Kebugaran Jasmani

a. Meningkatnya partisipasi masyarakat berolahraga

yang teratur dan terukur

b. Meningkatnya derajat kesegaran/ kebugaran

jasmani masyarakat

c. Tersedianya pelayanan kesehatan olah raga pada

masyarakat

9. Program Anti tembakau

a. Adanya gerakan anti merokok alcohol dan

narkotika di masyarakat

b. Meningkatnya lingkungan bebas rokok di

lingkungan sekolah, tempat kerja, dan tempat umum

c. Terciptanya kebijakan untuk mengatasi

penyalahgunaan obat/narkotika

d. Tersedianya klinik pelayanan penanggulangan

obat/narkotika

e. Menurunnya prevaelensi perokok dan

penyalahgunaan obat/narkotika

10. Imunisasi

a. Meningkatnya cakupan UCI

b. Menurunnya Acute Flaccid Paralysis (AFP)

c. Meningkatnya masyarakat yang melakukan

imunisasi secara mandiri

d. Tersedianya informasi tentang bahaya penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi

e. Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas

kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi

26

11. Pelayanan pengobatan

dan perawatan

a. Meningkatnya penggunaan posyandu purnama &

mandiri

b. Meningkatnya penggunaan rumah sakit

c. Tersedianya pelayanan rumah sakit bagi GAKINd.

Meningkatnya pemanfaatan oleh masyarakat

12. Pembertantasan Malaria

a. Menurunnya angka kesakitan malaria

b. Masyarakat berperan serta dalam sistim

kewaspadaan dini dan upaya penanggulangan fokus

serta KLB

c. Adanya intervensi lingkungan pada tempat

perindukan nyamuk

d. meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam

penanggulangan malaria di daerah pariwisata dan

PETI (Pertambangan Tanpa Ijin)

13. Pemberantasan Penyakit

DBD

a. Menurunnya angka kesakitan Demam Berdarah

Dengue (DBD) di kecamatan endemis

b. Masyarkat berperan serta sistim kewaspadaan dini

dan penanggulangan focus serta KLB

c. Terlaksananya upaya PSN/3M sekolah, tempat

tempat umum

d. Bebas jentik aedes

14. Pemberantasan TB Paru

a. Adanya program masyarakat terkait dengan rumah

sehat penderita Paru

b. Meningkatnya Angka Kesembuhan Penderita TB

Paru BTA (*)

27

15. PemberantasDiare

a. Adanya program masyarakat terkait dengan

pemberantasan diare (PHBS, Air bersih dan jamban)

b. Diare KLB dapat ditangani < 24 jam

16. Pencegahan penyakit

sehat Degeneratif

a. Meningkatnya kelompok jantung sehat serta

kencing manis di masyarakat termasuk orang sehat.

Tersedianya informasi risiko dan upaya pencegahan

b. Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, kencing

manis dan kanker

c. Meningkatnya upaya pengawasan berkala jantung

sehat melalui kelompok jantung sehat

17. Gizi

a. Adanya kegiatan kelompok masyarakat dalam

upaya penanngulangan masalah gizi

b. Meningkatkan KEP pada ibu hamil

c. Menurunnya penderita kretin baru

d. Menurunnya ibu hamil yang anemia dan

kekurangan yodium

e. Menurunnya masyarakat kekurangan vitamin A

f. Penurunan kasus gizi berlebih

g. Kecamatan bebas rawan gizi

h. Menurunnya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

i. Persentase bayi mendapat ASI ekslusif

j. Meningkatnya persentase keluarga sadar gizi

18. JPKM

a. meningkatnya proporsi penduduk yang terlindung

dengan pelbagai bentuk JKP prabayar (30% pada

tahun 2005, 80% pada tahun 2010)

b. Terlindunginya penduduk miskin dengan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan/Kartu sehat (80% atau

lebih pada tahun 2005, 100% pada tahun 2010)

28

I Kehidupan Sosial Yang Sehat

1. Penanganan kemiskinan

dan ketunaan sosial

a. fakir miskin

b. Korban Napza

c. Anak Jalanan

d. Pengemis dan

gelandangan

e. Tuna susila

a. Meningkatnya Penyuluhan Sosialb.

Terselenggaranya pendidikan/ketrampilan informasi

c. Peningkatan penyaluran untuk bekerja

d. Terselenggaranya pemantauan kesehatan secara

kontinyu Tersedianya pengembangan

kreativitas anak dan produktifitas lanjut usia.

2. Penanganan Kecacatan

a. cacat fisik

b. cacat mental

c. cacat fisik dan mental

a. Meningkatnya Penyuluhan Sosial

b. Terselenggaranya pendidikan/ ketrampilan sesuai

dengan kecacatan

c. Meningkatnya kesempatan mendapatkan pekerjaan

d. Adanya dukungan masyarakat untuk menyediakan

sarana dan prasaran sesuai denga kecacatan

e. Adanya akses terhadap pelayan

3. Penanganan komunitas

adat terpencil

a. Adanya interaksi sosial antar

masyarakat adat terpecil dengan masyarakat umum

b. Meningkatnya kesempatan memperoleh

pendidikan

c. Adanya akses transportasi

d. Adanya program untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat

e. Meningkatnya pemanfaatan sarana kesehatan

29

4. Penanganan keterlantaran

a. Anak b. lanjut usia/

jompo

a. Terpenuhinya Penitipan bayi, anak dan lanjut

usia/jompo yang saniter dan hygienes

b. Terselenggaranya pemantauan kesehatan secara

kontinyu

c. Tersedianya pengembangan kreativitas anak dan

usila

d. Adanya kegiatan meningkatkan produktivitas

usila

5. Penanggulangan korban

bencana kekerasan (anak,

wanita dan usia lanjut) dan

kerusuhan

a. Meningkatnya jumlah posko penanggulangan

korban bencana

b. Meningkatnya kelancaran komunikasi antara posko

dan pemerintah

c. Masyarakat beperan aktif dalam penanggulangan

bencana

d. Menurunnya jumlah tindak kekerasan dan

kerusuhan

e. Persentase kab/kota mempunyai contingency plan

masalah kesehatan

30

Keberhasilan suatu kabupaten/kota mendapat peredikat kota yang sehat adalah

merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan dukungan

pemerintah, serta pembinaan yang terus menerus oleh semua pihak dari Kabupaten/kota

sampai Pusat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi

kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan

kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung

peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan kepada ‘good

governance’).

Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity

building) menuju hidup sehat. Memperhatikan konsepsi gerakan kota sehat tersebut, tampak

bahwa gerakan kota sehat merupakan pendekatan ‘multi stakeholders’, dimana sektor

31

kehutanan (pemerintah dan swasta) yang merupakan bagian dari stakeholders dapat ikut aktif/

berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya.  Partisipasi tersebut dalam tahap awal dapat

berupa upaya untuk mempromosikan/ menginformasikan kegiatan-kegiatan yang telah dan

akan dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota sehat, serta menselaraskan kegiatan

dengan sektor lain yang secara bersama-sama dapat mewujudkan kota sehat.

3.2 Saran

Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas

sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah

dilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah

dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan

kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. Karenanya, modal dasar

pengembangan kota menuju healthy city adalah kemauan dan komitmen pemerintah kota

untuk mewujudkan tatanan hidup yang lebih berkeadilan, aspiratif dan menempatkan

masyarakat sebagai mitra pembangunan. Pelibatan semua elemen masyarakat kota

merefleksikan makna kepemilikan mereka akan kota yang, secara tidak langsung akan

melahirkan kekuatan dan keikhlasan untuk secara bersama-sama merekayasa perubahan kota.

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Hakiman. 2011. Urbanisasi dan Kemiskinan Kota, (online), (http://zaenuri04.wordpress.com/2011/11/29/masalah-urbanisasi/, diakses 7 November 2012).

Depatemen Kehutanan. Info Lingkungan : Gerakan Kota Sehat, (online), (http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_III01/VI_III01.htm, diakses pada tanggal 7 November 2012).

Fanany, Rebecca. 2010. Kota Sehat Menjelang SEA Games 2011 (PPT). Seminar Kesehatan Internasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.

Hancock, T. and L. Duhl. Promoting Health in the Urban Context. WHO Healthy Cities Papers No.1, 1988. (http://www.healthycities.org.cn/upload/file/1276669620.pdf, diakses pada tanggal 6 November 2012).

32

Hasyim, Hamzah. 2010. Modul Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.

Ismail, Noor Hassim. 2010. Healthy City : Malaysia experiences (PPT). Seminar Kesehatan Internasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.

Kingkungan, 2009. Pengelolaan Lingkungan Perkotaan. (http://kingkungan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 7 November 2012).

Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005. (http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-KEMDAGRI-KEMKES-2005.pdf. diakses pada tanggal 6 November 2012.)

Sunarsih, Elvi. 2010. Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.

World Health Organization (WHO). 1995. Twenty Steps for Developing a Healthy Cities Project. ( http://www.who.int/whr/1995/media_centre/en/, diakses pada tanggal 06 November 2012).

World Health Organization (WHO). 1997. Twenty Steps for Developing a Healthy Cities Project. http://www.who.int/csr/don/archive/year/1997/en/index.html, diakses pada tanggal 06 November 2012).

Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005. (http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-KEMDAGRI-KEMKES-2005.pdf. diakses pada tanggal 6 November 2012.)

33