KONTRIBUSI MEDIA MELAWAN RADIKALISME DI
INDONESIA
(Studi Kasus Pemberitaan Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Yasir Arafat
NIM : 1112051100049
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PERSETUJUAN
KONTRIBUSI MEDIA MELAWAN RADIKALISME DI INDONESIA
(Studi Kasus Pemberitaan Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Yasir Arafat
NIM. 1112051100049
Pembimbing
Kholis Ridho, M.Si
NIP.19781142009121002
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yasir Arafat
NIM : 1112051100049
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONTRIBUSI MEDIA
MELAWAN RADIKALISME DI INDONESIA (Studi Kasus Pemberitaan
Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018) adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan
yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 25 Juni 2019
Yasir Arafat
NIM 1112051100049
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul KONTRIBUSI MEDIA MELAWAN RADIKALISME DI
INDONESIA (Studi Kasus Pemberitaan Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018)
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta pada
tanggal 12 Juli 2019, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 12 Juli 2019
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Kholis Ridho, M.Si Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 197801142009121002 NIP. 197104122000032001
Anggota :
Penguji I Penguji II
Muhtadi, M.Si Ade Rina Farida, M.Si
NIP. 197506012014111001 NIP. 197705132007012018
Pembimbing
Kholis Ridho, M.Si
NIP.197801142009121002
i
ABSTRAK
Nama : Yasir Arafat
NIM : 112051100049
KONTRIBUSI MEDIA MELAWAN RADIKALISME DI INDONESIA
(Studi Kasus Pemberitaan Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018)
Memasuki era digital 4.0 masyarakat begitu dimanjakan oleh kemajuan
teknologi informasi. Karenanya masyarakat dengan mudah mendapatkan dan
menyebarkan informasi. Namun demikian sering kali infromasi yang berkembang
tidak memili sumber yang jelas. Bahkan tidak jarang kemajuan teknologi
informasi ini dimanfaatkan jaringan terorisme untuk menyebarkan paham radikal
di masyarakat.
Maka dari itu, diperlukan peran lebih dari media massa untuk mengurangi
penyebaran radikalisme di Indonesia. Sebagai salah satu media yang dipercaya
dan menjadi rujukan masyarakat dengan jumlah readership mencapai 1.409.784.
Harian Kompas telah menjadikan radikalisme sebagai isu yang terus diawasi
sekurangnya sejak satu dasawarsa terakhir.
Berdasarkan latar belakang di atas, dipandang penting untuk mengeksplorasi
peran Harian Kompas dalam menyampaikan konten-konten pemberitaan
radikalisme di Indonesia. Apa saja wacana yang diulas Harian kompas terkait isu
radikalisme dari sisi teks, konteks, dan kognisi sosial. Untuk itu, penulis
menggunakan model analisis Teun A. Van Djik di mana dimensi wacana pada
level teks, konteks, dan kognisi sosial relevan dengan bahasa skripsi ini.
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis guna menemukan makna di
balik teks pemberitaan radikalisme dalam Harian Kompas. Serta memakai
pendekatan kualitatif melalui teknik studi dokumentasi dikuatkan dengan
wawancara mendalam kepada penulis berita agar mendapatkan data secara
menyeluruh.
Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan dari segi teks Harian Kompas
menunjukkan bahwa Indonesia kuat dan tidak takut dengan terorisme. Bagaimana
diperlukan peran aktif tokoh masyarakat, aparatur desa, dan pemerintah dalam
mendeteksi adanya penyebaran radikalisme. Diperkuat oleh pandangan penulis
berita bahwa saat ini radikalisme, terorisme, dan isu khilafah merupakan ancaman
serius bagi Indonesia. Meski radikalisme menjadi konsen Harian Kompas akan
tetapi intensitas dalam pemberitaannya Harian Kompas masih melihat kebutuhan
dan momentum. Pasalnya, masih ada masalah lain di Indonesia yang perlu
mendapat perhatian seperti pemberantasan korupsi, pembangunan ekonomi, dan
penataan birokrasi. Terlebih bagi Harian Kompas memberitakan sebuah isu secara
terus menerus tanpa henti, juga dapat membuat masyarakat atau pembacanya
merasa jenuh atau bosan. Oleh karenanya diharapkan agar isu radikalisme menjadi
perhatian semua elemen terutama untuk Polri, Mentri Politik Hukum dan HAM,
serta Presiden Indonesia Joko Widodo.
Kata kunci : Wacana, Radikalisme, Harian Kompas.
ii
KATA PENGATAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur peneliti panjatkan
kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya penelitian skripsi ini dapat
berjalan dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat dan serta salam juga
tidak lupa ditunjukkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Begitu banyak
kesan dan manfaat yang dirasakan oleh peneliti saat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga mendapatkan pelajaran bahwa
tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. Selain itu, peneliti menjadi
lebih terbuka dalam berpikir bahwa Islam adalah agama yang begitu menjunjung
tinggi perbedaan serta penuh cinta kepada seluruh manusia.
Peneliti skripsi ini tentu memiliki beragam tantangan dalam
pengerjaannya. Namun, dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai
pihak, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Karena itu,
dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. Orangtua tercinta, Ayahnda Bapak H. Achmad Ghozali, S.Ag dan Ibunda
HJ. Latifah Ghani yang sangat luar biasa memerjuangkan dan mendukung
peneliti untuk bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya. Tak pernah
berhenti memberikan kasih sayang serta doa tulus sehingga peneliti bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. HJ.
Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
3. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D., Wakil Dekan I Bidang Akdemik Dr.
Siti Napsiyah, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Sihabuddin
Noor, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Cecep Sastra
Wijaya MA.
4. Ketua Jurusan Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si., Serketaris Jurusan
Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan
iii
waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal
perkulihan.
5. Bapak Helmi Hidayat, MA. sebagai Dosen Pembimbing pertama dan
Bapak Kholis Ridho yang telah begitu bijaksana menerima peneliti untuk
melanjutkan bimbingan skripsi dengan tulus memberikan ilmunya kepada
peneliti di tengah kesibukan yang padat, serta membimbing peneliti
dengan sabar agar skripsi ini selesai dengan baik dan juga bermanfaat.
6. Kepada Bapak Muhtadi, M.Si dan Ibu Ade Riyana M.Si yang telah
menjadi penguji dalam sidang Munaqasah. Peneliti banyak berterima kasih
telah mengoreksi skripsi sehingga bisa menjadi lebih baik lagi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mengajari dan memberi ilmu kepada peneliti. Mohon maaf apabila ada
kesalahan kata atau sikap yang menyinggung selama perkulihan.
8. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tela berbaik hati dalam
meberikan buku-buku yang dibutuhkan oleh peneliti.
9. Kompas Gramedia dan Mas Marcellus Hernowo selaku narasumber yang
telah menerima dengan baik serta meluangkan waktunya untuk peneliti.
10. Teruntuk abang tercinta yang tak akan pernah tergantikan. Selalu
mengajarkan peneliti dengan perbuatan, mengenalkan peneliti dengan
dunia perkuliahan semoga segenap amal ibadah abang diterima di sisi
Allah (alm) Miftah Faridl. Bang, bahagia yah di surganya Allah. Adik
lelaki Insan Kamil dan Adik permpuan Aulia Rahmah yang selalu
memberi motivasi dan semangat setiap harinya.
11. Teruntuk Neng Sri Anggraini yang tidak kenal menyerah menyemangati,
membantu, dan mendo‘kan peneliti hingga penelitian ini dapat selesai
dengan baik. Semoga lelah kita menjadi berkah.
12. Untuk teman-teman Jurnalistik, Rheza Alfian, Harry Riandayasa, Roni
Kurniawan, Angga Satria Perkasa, Achmad Fauzi, Parama Sumbada, Alief
iv
Mumtaz, Farouq Audah, Reza Amanda, M. Badruzaman, Yusuf Yanuar.
Terima kasih telah memberikan banyak moment yang menyenangkan
sehingga perkuliahan ini berkesan. Semoga kita sukses kawan., semoga
silaturahmi di antara kami tidak terputus sampai di sini.
13. Kawan-kawan Konsentrasi Jurnalistik 2012 yang telah belajar dan
berjuang bersama selama di UIN Jakarta.
14. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa (FKMA) tempat
peneliti berbagi pemikiran
15. Keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta
yang telah banyak memberi pelajaran bagi peneliti di luar bangku
perkuliahan
16. Keluarga besar Mursalat Pictures (MP) yang menjadi wadah peneliti
menimba ilmu, mengenal arti pesahabatan, dan kemandirian.
17. Keluarga besar penghuni Kosan Bar-Bar (Techung, Kujeng, Roy, Burik,
Rongrong. Ilham, Lutfi, dan Kopok) yang telah menerima, membantu, dan
memfasilitasi peneliti berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya
malam Ciputat.
Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat
disebutan stau persatu. Semoga amal dan kebaikan kalian selalu dijabah oleh
Allah SWT.Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang telah peneliti lakukan dapat
bermanfaat untuk para pembaca, memberikan nilai kebaikan khususnya bagi
peneliti maupun pembaca sekalian dan semoga dapat menjadi kebaikan dalam
bidang dakwah dan komunikasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aamiin Ya Rabbal Alamiiin
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 3 Juli 2019
Yasir Arafat
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGATAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 8
E. Metode Penelitian ....................................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 14
A. Teori Wacana ........................................................................................................... 14
B. Studi Dokumentasi ................................................................................................... 27
C. Media Massa............................................................................................................. 28
D. Radikalisme .............................................................................................................. 37
E. Konsep Terorisme ..................................................................................................... 40
F. Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 47
BAB III GAMBARAN UMUM........................................................................... 50
A. Profil dan Sejarah Harian Kompas .......................................................................... 50
B. Visi dan Misi Harian Kompas .................................................................................. 52
C. Nilai-nilai Dasar Harian Kompas ............................................................................. 54
D. Struktur Organisasi Harian Kompas ........................................................................ 54
E. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Kompas ................................................ 55
F. Gambaran Umum Pembaca Kompas ........................................................................ 61
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA ........................................ 62
A. Analisis Level Teks .................................................................................................. 62
1. Analisis Wacana Kritis Level Teks Berita Jaringan Teroris Dibongkar dalam
viii
Harian Kompas. ....................................................................................................... 62
Analisis Berita I Judul: ―Jaringan Teroris Dibongkar‖ (Selasa,15 Mei 2018) ....... 62
Analisis Berita II Judul : ―RUU Antiterorisme Segera Disahkan‖ (Selasa, 15 Mei
2018) ......................................................................................................................... 69
Analisis Berita III Judul : ―Memelihara Ukhuwah Curabhaya‖ (Selasa, 15 Mei
2018) ......................................................................................................................... 76
Analisis Berita IV Judul : ―Sejumlah Provinsi Lebih Siaga‖ (Selasa, 15 Mei 2018)
.................................................................................................................................. 84
Analisis Berita V Judul : ―Gubernur Minta Warga Tenang‖ (Edisi 15 Mei 2018) 90
Analisis Tajuk Rencana Judul : Tekadkan ‖Terorisme Sampai di Sini!‖ (Edisi 15
Mei 2018) .................................................................................................................. 97
B. Analisis Kognisi Sosial .......................................................................................... 104
C. Analisis Konteks Sosial .......................................................................................... 114
D. Interpretasi Peneliti ................................................................................................ 119
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 124
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 124
B. Saran ....................................................................................................................... 126
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik............................... 10
Tabel 2.1 1 Struktur Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik............................ 17
Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A. Van Djik ........................................................ 18
Tabel 4.1 Berita Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018 ............................................. 62
Tabel 4.2 Jaringan Teroris Dibongkar ................................................................... 67
Tabel 4.3 RUU Antiterorisme Segera Disahkan .................................................... 74
Tabel 4.4 Memelihara Ukhuwah Curabhaya ......................................................... 81
Tabel 4.5 Sejumlah Provinsi Lebih Siaga .............................................................. 89
Tabel 4.6 Gubernur Minta Warga Tenang ............................................................. 95
Tabel 4.7 Tekadkan ‖Terorisme Sampai di Sini!‖ ............................................... 102
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 49
Gambar 4.1 Pascabom Bunuh Diri di Surabaya..................................................... 66
Gambar 4.2 Pembahasan Revisi UU Antiterorisme ............................................... 73
Gambar 4.3 Konsolidasi Mahasiswa-Pemuda Indonesia ....................................... 80
Gambar 4.4 Penggeledahan Rumah ....................................................................... 88
Gambar 4.5 Penggerebekan Terduga Teroris......................................................... 94
Gambar 4.6 UGM Kecam Aksi Teroris ............................................................... 101
Gambar 4.1 Framework munculnya Gerakan Radikalisme Islam ....................... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak terelakkan lagi, perubahan dunia terus berjalan hal ini bisa terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor yang memengaruhinya seperti terjadi pertukaran
umat manusia karena migrasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan
penduduk (populasi) sehingga berdampak pada prilaku, cara pandang dan
tindakan umat manusia. Secara nyata perubahan dunia baik dalam hal cara
pandang, prilaku, dan tindakan tampak semakin jelas ketika era komunikasi
membanjiri kehidupan umat beragama.
Akibat dari kemajuan teknologi informasi dan perkembangan zamanlah
semua dapat diketahui oleh siapa saja. Sensor hanya ada pada diri kita sendiri
bukan pada orang lain. Kepekaan akan banjirnya informasi mejadi salah satu cara
yang paling penting untuk menapaki hidup di era digital seperti sekarang. Nyaris
tidak ada yang dapat disembunyikan semua terbuka dan menjadi konsumsi publik
dalam wilayah kebudayaan, politik global, ekonomi, dan teknologi.1
Di era digital 4.0 seperti saat ini, masyarakat dimudahkan dengan
kecanggihan teknologi informasi terutama dalam hal mencari, menerima, dan
memberikan sebuah informasi kepada khalayak ramai. Terlebih melalui media
massa seperti media cetak (koran, tabloid, majalah), media elektronik (televisi,
radio) dan media online beragam macam informasi dapat dengan mudah diterima
masyarakat.
Sebab media massa mampu menyajikan konten yang dapat menarik perhatian
masyarakat. Hanya saja mestinya masyarakat menyadari, bahwa tidak semua
informasi dari media massa sesuai dengan realitas yang ada. Kebebasan
berekspresi yang telah dijamin undang-undang sering kali disalah gunakan
sehingga informasi yang berkembang dan diterima masyarakat tidak memiliki
sumber bahkan cenderung menyesatkan.
Karenanya kini media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi
individu tapi juga bagi masyarakat dan kelompok. Sesuai peranannya media
massa berfungi sebagai pemberi informasi, edukasi, control sosial, serta sebagai
1 Dr. Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, h. 43
2
sarana hiburan.2
Seiring dengan perkembangan zaman, media massa seperti media cetak bisa
menjadi alat propaganda yang dikemas melalui pemberitaannya. Sebab salah satu
peran media cetak ialah dapat mengubah pola pikir masyarakat. Dengan cara
membangun opini masyarakat dalam tiap-tiap tulisan pemberitaannya sehingga
dapat menjalin relasi antara wacana dan kekuasaan.
Pada dasarnya, peran media massa lebih kepada mendefinisikan tentang
bagaimana seharusnya sebuah realitas dipahami. Bagaimana realitas itu dijelaskan
dengan cara tertentu kepada khalayak. Di antara berbagai fungsi dan media dalam
mendefinisikan realitas. Fungsi pertama adalah media sebagai mekanisme
integrasi sosial. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok dan
mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan. Media massa dilihat
sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang
berbeda-beda.3
Media massa sebagai bentuk nyata dari pers, memiliki kecendrungan dalam
menyampaikan suatu informasi. Nilai berita yang tinggi menjadi alasan utama
sebuah peristiwa ditulis dalam berita dan disampaikan kepada masyarakat.
Dengan gaya atau ciri khas penulisanya masing-masing. Karena peran media ialah
mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami dan dijelaskan kepada
masyarakat dengan jelas dan akurat.
Akan tetapi dalam merespon sebuah isu, media tidak hanya bersandar pada
nilai-nilai berita saja. Namun yang dianggap penting oleh media biasanya juga
dipengaruhi oleh tujuan dari media itu sendiri. Jelasnya tujuan media bisa dilihat
dari visi dan misi media tersebut yang telah tercatat dalam code of conduct
perusahaan.
Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, ditulis, diberitakan wartawan,
hingga sudut pandang isi berita haruslah mencerminkan karakteristik media
tersebut. Kehadiran media massa seharusnya sebagai sarana penyampai informasi
yang tepat dan faktual kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa dituntut
2 William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17.
3Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2006), h.
220.
3
untuk memberikan informasi yang netral dan berimbang kepada publik.4
Salah satu isu yang berkembang melalui media massa ialah mengenai
radikalisme berujung aksi terorisme. Sebenarnya jika melihat dari sejarah, paham
radikal berawal dari gerakan fundamentalisme Islam di negara-negara Timur
Tengah yang mayoritas beragama Islam. Meski ada perbedaan kultural dan
mungkin juga pemahaman mengenai ajaran Islam, gerakan fundamentalisme
Islam seperti ini mempunyai tujuan yang sama. Solidaritas di antara gerakan-
gerakan Islam yang melihat umat Islam telah didominasi oleh kekuatan negara
atau kekuatan Internasional cenderung menyerang kredibilitas Islam, membuat
mereka bangun serta berjuang dengan mengatas namakan Islam.5
Imbas dari gerakan fundamentalisme yang berpaham radikal membuahkan
aliran keagamaan yang berpaham radikal di Timur Tengah, Eropa, hingga Asia.
Dari aliran keagamaan itulah benih terorisme terbangun hingga akhirnya
menelurkan aksi terorisme dengan melakukan serangan bom bunuh diri.
Sebenarnya kasus terorisme sudah ada sejak lama namun pemberitaan mengenai
radikalisme dan terorisme tidak melulu intens muncul dalam satu masa.
Namun pada awal tahun 2018 pemberitaan mengenai terorisme kembali
mengemuka dikala Indonesia mendapat serangan teror bom bunuh diri. Tidak
main-main pelaku yang masih satu keluarga ini melakukan aksi teror di tiga lokasi
di Surabaya mulai dari kantor kepolisian hingga rumah ibadah. Lebih lagi pelaku
juga melibatkan anak di bawah umur yakni buah hatinya sendiri dalam aksi teror
bom bunuh diri tersebut.
Diduga Jamaah Ansharud Daulah (JAD) adalah pihak yang paling
bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini. Sebab beberapa hari usai kejadian
Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menangkap 15 terduga teroris yang merupakan
anggota dan petinggi JAD di sejumlah tempat persembunyian mereka mulai dari
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.6
Masih terjadinya aksi teror di Indonesia tak lepas dari doktrin gagal paham
tentang jihad dalam islam. Para pelaku teror selalu berpikir bahwa aksi yang ia
4 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). H. 29
5Endang Turmudi & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia,(Jakarta, LIPI
Press, 2005), h. 105. 6 Harian Kompas, Jaringan Teroris Dibongkar, edisi 15 Mei 2018.
4
lakukan atas dasar perintah agama. Hingga akhirnya mereka membuat sebuah
oraganisasi berlandaskan Islam. Namun sayang hal tersebut justru menjadi jalan
bagi para teroris untuk menyusupkan pemahaman-pemahaman radikal di
masyarakat.7
Sebagai salah satu media yang banyak dipercaya masyarakat Harian Kompas
dituntut untuk selalu menyajikan sebuah informasi yang netral, berimbang, dan
mengedukasi masyarakat. Dalam edisi 15 Mei 2018 Headline Kompas membahas
aksi terorisme di Surabaya dengan headline berjudul Jaringan Teroris Dibongkar.
Kompas menceritakan kejadian bom bunuh diri di tiga lokasi mulai dari gereja
hingga kantor kepolisian di Surabaya. Pasca peristiwa itu pihak kepolisian melalui
Densus 88 Antiteror berhasil menggerebek para jaringan terduga teroris dalam
aksi bom bunuh diri tersebut yakni Jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD).
15 orang telah ditangkap di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Empat di
antaranya dengan keadaan tewas tertembak yakni Anton Ferdiantoro dan Budi
Satrio. Budi ini merupakan tokoh penting JAD adapaun dua terduga teroris
lainnya tidak diungkapkan ke publik.8
Merespons masih munculnya aksi terorisme di Indonesia, dalam berita
lainnya Harian Kompas juga menulis tentang RUU Antiterorisme Segera
disahkan. Diberitakan Kompas bahwa RUU ini mestinya sudah harus diselesaikan
pada Juni 2018. Mengingat, RUU ini membahas persoalan-persoala yang krusial
mengenai terorisme seperti definisi terorisme dan keterlibatan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) yang sudah disepakati oleh anggota Partai Politik (Parpol)
koaslisi pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Kesepakatan tersebut diambil setelah Mentri Koordinator Politik, Hukum,
dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto dengan tujuh sekretaris jendral dan
ketua fraksi partai koalisi pemerintah di Jakarta. Beberapa saat sebelum
pertemuan digelar, Presiden Joko Widodo juga menyatakan sikap akan
mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang jika RUU
Antiterorisme yang draftnya dikirmkan pemerintah ke DPR pada Februari 2016
tak kunjung disahkan hingga akhir Juni mendatang. Pasalnya Polri butuh payung
7 Endang Turmudi & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia,(Jakarta, LIPI
Press, 2005), h. 106. 8 Harian Kompas, Jaringan Teroris Dibongkar, edisi 15 Mei 2018.
5
hukum yang efektif untuk memberantas terorisme.9
Keseriusan Harian Kompas mendukung pemberantasan terorisme juga jelas
terlihat dalam tulisan di Tajuk Rencana Edisi 15 Mei 2018 ini. Tegas Harian
Kompas memberi judul Tekadkan “Terorisme Sampai di Sini”. Kompas
mengawalinya dengan lead, Tak ada yang bisa diminimalkan dalam derita akibat
terorisme. Luka yang ada, apalagi kehilangan anggota keluarga, dan luka psikis
akan selalu menganga.
Di mana dapat kita sadari bahwa paragraf pembuka ini merupakan kecaman
Harian Kompas terhadap aksi terorisme di Indonesia. Hal itu juga didukung
dalam paragraf selanjutnya, yakni kejahatan manusia ini sungguh amat keji tapi
tidak mau sirna di negeri ini.
Di satu sisi, Harian Kompas juga mengkritisi atas respons-respons yang
diberikan para petinggi negri. Kompas menyambungkan bahwa setiap kali aksi
teror seperti di Surabaya, kita mendengar tokoh dan pimpinan nasional berseru
bahwa negara tidak boleh kalah dalam melawan perang melawan terorisme.
Dalam perjalanan waktu, pernyataan tersebut seperti bergaung di ruang hampa.
Teroris bisa hanya mencibir dengan sinis pernyataan itu sambil berkata
―Buktikan!‖.10
Ditambah lagi Konsen dari Harian Kompas inilah yang membuat peneliti
merasa bahwa penelitian pemberantasan terorisme di Indonesia penting untuk
dilakukan. Namun peneliti menduga Harian Kompas belum melakukan kontrol
sosial dalam pemberitaannya, sebab seringkali pemberitaan dari media hanya pada
saat peristiwa tersebut terjadi tidak terus menerus dan berkelanjutan.
Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A, Van Djik
diharapkan penelitian ini dapat membuahkan hasil yang bermanfaat bagi
masyarakat. Terlebih wacana yang dibangun melalui tema terorisme adalah
persoalan semua elemen di Indonesia. Maka dibutuhkan peran media massa untuk
terus mengedukasi maskarakat agar tidak mudah terpapar paham radikal dan
memahami bahaya terorisme.
Analisis wacana kritis diartikan bahwa tidak ada media yang sepenuhnya
9 Harian Kompas, RUU Antiterorisme Segera disahkan, edisi 15 Mei 2018.
10 Harian Kompas, Tajuk Rencana : Tekadkan “Terorisme Sampai di Sini”, edisi 15 Mei
2018.
6
netral. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga sebagai subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakkannya.11
Ketika membicarakan konten dalam sebuah media massa, sejatinya kita telah
berbicara mengenai sebuah ―wacana‖. Hal itu tanpa disadari hamper setiap hari
kita telah menampung berbagai macam wacana yang dikonstruk oleh opini publik
atau pemberitaan dalam media massa. Pada dasarnya media massa bukanlah suatu
yang bebas dan independent. Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan
berbagai macam kepentingan. Ketrtarikan media ini berhubungan dengan
kepentingan yang berbeda dalam maupun luar media massa itu sendiri. Dalam
memproduksi sebuah berita, media massa sering dipengaruhi oleh berbagai faktor
internal dan eksternal.12
Faktor internal yang mempengaruhi penerbitan suatu berita itu terdapat dalam
pekerja media itu sendiri. Seperti para wartawan, kebijakan redaksi kepentingan
pemilik media, dan isu-isu sensitive seperti keagamaan dan terorisme. Lalu untuk
faktor eksternalnya seperti kebutuhan pasar (konsumen), system kebebasan pers,
dan para pengiklan. Karena faktor-faktor inilah yang sering kali mempengaruhi
media dalam memuat sebuah berita yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
pemberitaan di Harian Kompas dengan headline Jaringan Teroris Dibongkar,
edisi 15 Mei 2018 dengan mengambil judul KONTRIBUSI MEDIA
MELAWAN RADIKALISME DI INDONESIA (Studi Kasus Pemberitaan
Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian kali ini, peneliti memakai Harian Kompas edisi 15 Mei
2018, berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah pada penelitian kali
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
11
Eriyanto, Analisis Wacaca: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001).
H. 36. 12
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Doscourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004). H. 2
7
1. Batasan Masalah
a. Fokus pemberitaan tentang isu radkalisme dan jaringan teroris di
Indonesia pada headline Harian umum Kompas edisi 15 Mei 2018.
b. Menggali metode analisis wacana Teun A. Van Djik yang
digunakankan Harian Kompas atas pemberitaan isu radikalisme dan
jaringan teroris.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah agar dapat mengurangi
penyebaran radikalisme di Indonesia melalui peran dari media massa.
Dengan cara menginformasikan mengenai paham, aliran, dan bentuk
radikalisme yang ada di lingkungan masyarakat. Serta memberikan
pendidikan kepada masyarakat dengan penyampaian berita secara
berkelanjutan mengenai perkembangan peluang munculnya kelompok
radikal. Dalam konteks ini penulis meneliti peran media sebagai pemberi
informasi, edukasi, dan kontrol sosial pada Harian Kompas edisi 15 Mei
2018 yang secara lebih rinci dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana wacana pemberitaan Jaringan Teroris Dibongkar di
Kompas dilihat dari level teks?
2. Bagaimana wacana pemberitaan Jaringan Teroris Dibongkar di
Kompas dlihat dari level kognisi sosial
3. Bagaimana wacana pemberitaan Jaringan Teroris Dibongkar di
Kompas dilihat dari level konteks sosial?
C. Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian kali ini
adalah
1. Mengetahui tentang wacana pemberitaan Jaringan Teroris dan
Radikalisme dalam Harian Kompas dilihat dari level teks
2. Mengetahui kognisi sosial yang melatarbelakangi pemberitaan Jaringan
Teroris dan Radikalisme dalam Harian Kompas
3. Mengetahui konteks sosial yang melatarbelakangi pemberitaan Jaringan
Teroris dan Radikalisme dalam Harian Kompas
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Sebagai karya ilmiah diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan
kontribusi postif untuk mengembangkan wacana ilmu komunikasi terkhusus bagi
mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta agar meningkatkan pengetahuan
dalam bidang karya jurnalistik. Terutama mengenai analisis teks media dan
analisis wacana kritis. Serta untuk memperkaya kajian teks media yang
menganalisa radikalisme dan terorisme menggunakan teori analisis wacana Teun
A. Van Djik.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian
serupa, bagaimana peran media massa sebagai kontrol sosial dapat menambahkan
informasi lebih kepada masyarakat dalam hal ini kaitannya dengan radikalisme di
Indonesia.
Serta memberi gambaran terhadap masyarakat mengenai wacana yang terjadi
pada pemberitaan di sebuah media. Juga dapat memberikan pengetahuan
tambahan bagi praktisi media, mahasiswa, masyarakat, serta wartawan dalam
melaksanakan tugas jurnalistik agar tidak terlepas dari ideologi media.
E. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian wacana kritis dengan
pendekatan kualitatif dan memakai model analisis deskriptif. Teori yang
digunakan ialah Teori Wacana Kritis (Critical Discourse) model Teun A. Van
Djik. Adapun level yang diteliti menurut teori CD Fairclough, yaitu level segi
teks, level segi kognisi sosial, dan level segi konteks sosial.
Critical Discourse Analysis (CDA) adalah jenis penelitian wacana yang
mempelajari cara penyalah gunaan kekuasaan sosial, dominasi, serta ketimpangan
yang terjadi, diproduksi, dan mengulas teks dan pembicaraan dalam konteks
sosial. Dengan begitu penelitian analisis wacana kritis mengambil posisi lebih
eksplisit, dan ingin memahami, mengekspos serta mengulas ketimpangan sosial
9
yang terjadi.13
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan nilai-nilai. Penelitian
ini dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.14
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi Teks
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis Teun A. Van Djik
untuk mengetahui dari segi teks berita dengan cara menganalisa teks berita
Harian Kompas edisi Selasa, 15 Mei 2018. Observasi merupakan metode yang
digunakan peneliti untuk mengamati atau melakukan pengindraan langsung
terhadap suatu kondisi, situasi, proses, aktivitas, dan perilaku yang dianggap
peneliti dapat digunakan sebagai data pelengkap. Observasi atau pengamatan
langsung merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan
utnuk jenis penelitian kualitatif . 15
b. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu
wawancara bebas terpimpin (semi structured interview) yang merupakan
wawancara dengan menggunakan interview guide atau pedoman wawancara yang
dibuat berupa daftar pertanyaan.16
Agar mengetahui pendapat narasumber terkait
radikalisme sebagai prasyarat dalam analisis deskriptif. Pada level ini penulis
merasa penting mengkonfirmasi penentuan arah kecenderungnan mengurangi
radikalisme.
Perolehan data bisa didapatkan dengan cara tanya jawab secara lisan, ataupun
dengan menggunakan surat elektronik (email). Hal tersebut disesuaikan dengan
13
Teun A. Van Djik¸ Principles Of Crictical Analysis (London, Sage, 2003), h. 11 14
J. Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda,
2007), h. 6. 15
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), h. 186. 16
Denzin, Norman K, Lincoln, Yonna S, Handbook of Qualitative Research, Dariyanto
dkk (edisi terjemahan Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).
10
narasumber yang ingin diwawancarai. Peneliti melakukan Wawancara dengan
Editor Desk Politik dan Hukum Harian Kompas Marcelicius Hernowo.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data-data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa artikel, jurnal, buku-buku
serta bahan bacaan lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen
bisa diperoleh peneliti dari internet, perpustakaan, atau sumber lain yang bisa
digunakan untuk analisis dalam penelitian ini.
3. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian penulis menggunakan teknin observasi
participant dan non participant, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Kemudian data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan metode analisis
Teun A. Van Djik.
Digambarkan teori ini mempunya tiga level tahapan analisis, yakni level
mulai dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Nantinya ketiga tahapan
analisis ini akan digabungnkan menjadi satu kesatuan analisis.
Dimulai dari dimensi teks, Van Djik melik sebuah teks dari beberapa struktur/
tingkatan yang disetiap strukturnya itu saling berkaitan. Tingkatan tersebut
meliputi struktur mikro, struktur, makro, dan super struktur. Pada aspek Kognisi
sosial akan meneliti proses produksi teks berita dengan melibatkan wartawan
sebagai penulis teks berita. Sedangkan sisi konteks sosialnya yaitu membahas
mengenai suatu masalah yang terbangun dan berkembang di masyarakat.
Tabel 1.1 Struktur Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik
Struktur Wacana Hal Yang Diamati
Teks
Menganalisis bagaimana
starategi wacana yang
digunakan untuk
menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu. Bagaimana
strategi tekstual dipakai untuk
memarjinalkan suatu kelompok,
gagasan atau peristiwa tertentu.
Critical Linguistik
11
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana
Kognisi penulis dalam
memahami seseorang atau
peristiwa tertentu yang akan
ditulis
Wawancara Mendalam
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana
wacana yang berkembang
dalam masyarakat, proses
produksi dan reproduksi
seeorang atau peristiwa
digambarkan
Studi Pustaka, Penelusuran,
Sejarah dan Wawancara
Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LkiS, 2006), 275.
4. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada Sk Rektor Nomor 507 Tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang digunakan peneliti untuk mengikuti aturan tentang
keseragaman penulisan karya ilmiah.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis melakukan penelitian ini lebih lanjut, penulis terlebih dahulu
melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syari Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama Universitas Indonesia,
Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia. Dari
koleksi skripsi yang telah ditelusuri, terdapat beberapa skripsi yang fokusnya
hampir sama dengan penelitian ini, namun berbeda dengan beberapa aspek,
diantaranya ialah
1. ―Konstruk Radikalisme di Media Islam (Analisis Wacana Pemberitaan Isis
di Republika Online dan Suaraislama.com) ditulis oleh mahasiswa
Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta,
yaitu Devi Yuliana.
2. ―Analisis Wacana Parpol Islam dalam Rubrik ―Pesta Demokrasi‖ Harian
Republika― ditulis oleh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
12
Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Devy Cahyo Puspitamingrum.
Dari beberapa sumber referensi yang telah disebutkan terdapat aspek-
aspek yang membedakan dari skripsi penulis. Pertama ditulis oleh Devi
Yuliana Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta membahas tentang ―Konstruk
Radikalisme di Media Islam (Analisis Wacana Pemberitaan Isis di
Republika Online dan Suaraislama.com). pada skripsi ini objek
pembahasannya ialah radikalisme dalam media Islam sedangkan objek
pembahasan yang penulis teliti iala peran media melawan paham
radiklisme di Indonesia. Untuk skripsi Analisis Wacana Parpol Islam
dalam Rubrik ―Pesta Demokrasi‖ Harian Republika yang ditulis oleh Devy
Cahyo Puspaningrum skripsi ini menggunakan teori yang sama yakni
analisis wacana. Hanya saja menjadikan partai politik sebagai objek
kajiannya sedangankan penulis sendiri menjadikan media massa sebagai
objek kajian utama dalam penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Setiap bab terdiri
atas sub-sub yang memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Sistematika
penulisan tersebut antara lain sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai teori Konstruksi Sosial Media Massa, Model
Teun A. Van Djik dan dengan menggunakan dokumentasi berita.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan konsenterasi politik media harian umum Kompas
tentang harian berbasis nasional dan komunitas pembaca yang beragam; profil
tentang sejarah, visi dan misi serta struktur organisasi harian umum Kompas;
profil pembaca harian umum Kompas.
13
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi mengenai penjelasan hasil penelitian dan analisis mengenai
penelitian yang telah diperoleh peneliti pada penelitiannya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran sari peneliti
mengenai hal-hal yang telah dibahas dalam penelitian ini.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Wacana
Secara etimologi, istilah wacana seperti yang diketehui dalam bahasa
sangsekerta wac/ wak/ vak yang memiliki arti ‗berkata‘ atau ‗berucap‘. Kemudian
kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‗ana‘ yang berada di
belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna membedakan
(nominalisasi).
Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.
Dalam kamus bahasa jawa Indonesia karangan Wojowasito terdapat kata waca
berarti abca, waca berarti mengucapkan dan kata wacana berarti perkataan.1
Analisis wacana atau discourse analiysis adalah suatua cara atau metode untuk
mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan
komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan
dengan isi komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks.
Di samping itu, analisis wacana juga mendapat memumungkinkan kita
melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator (penulis, pembicara,
sutradara) dalam upaya mencapai tertentu yang disampaikan.
Analisis wacana adalah ilmu baru yang mucul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Aliran-aliran linguistic selama ini membatasi pengalisiannya
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa
memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana.2
Meskipun pendefinisian mengenai wacana kenyataannya memang berbeda-
beda sesuai dengan perspektif teori yang digunakan, pada umunya disepakati
bahwa wacana sebenarnya adala proses sosiokultural sekaligus juga proses
linguistic.
Seperti yang benyak dilakukan dalam penelitian mengenai organisasi
pemberitaan selama tahun 1960-an, analisis wacana menekankan pada “How the
ideological significance of news is part and parcel of the methods used to process
news” (bagaimana signifikansi ideologis merupakan bagian dan menjadi paket
1 Mulyana, kajian Wacana: Teori, Metode dan Aolikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.3. 2 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 170.-171
15
metode yag digunakan untuk memproses media).
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyaj disebut saat ini selain
demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan lingkungan hidup/ akan tetapi
seperti umunya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai kadang bukan
jelas tapi semakin membingungkan ada yang mengartikan wacana lebih besar dari
kalimat.3
Menurut Collins English Dictionary, wacana adalah kemunikasi verbal yang
berupa ucapan dan percakapan. Sedangkan menurut J.S badudu wacana
merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi satu
denga yang lainnya. Hingga membentuk satu kesatuan maka terbentuklah makna
yang serasi di antara kalimat.
Teun A. van Djik menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bengunan
teoritis yang abstrak (The abstract theoretical) dengan begitu wacana belum dapat
dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan wacana adalah teks.4
Secara ringkas teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa
seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Maka dari itu dinamakanlah
analisis wacana. Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang
yang membentuknya denga motivasi atau kepentingan subjek tertentu. Terlepas
dari apa pun motivasi atau kepentingan oranag ini, kalimat yang ditukarnya
tidaklah dapat dimanipulasi. Kalimta itu hanya dibentuk dan hanya akan
bermakna sela ia tunduk pada sejumlah ―aturan‖ gramatika yang berbeda diliar
kendaaaali sipembuat kalimat. Aturan-aturan kebahasaan tidak terbentuk secara
individual. Sebab bahasa selalu menjadi milik bersama di ruang publik5
Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa
Inggris yakni discourse. Kata discourse berasa dari bahsa latin yang berarti lari
kian kemari. Yang jugabisa siartikan komunikasi denga pikiran. Dengan kata-
kata: ekspresi ide-ide atau gagasan, koversasi, atau percakapan.
Ismail Muhaimin mengartikan wacana sebagai ―Kemampuan untuk maju
(dalam pembahasaan) yang terartur dan semestinya,‖ dan komunikasi buah
3 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LKiS
Pelangi Aksara, 2008), h, 1. 4 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malanga: Bayu Media), h. 4.
5 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malanga: Bayu Media), h. 9.
16
pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur‖.6 Jika definisi dipakai
sebagai pegangan, maka dengan sendirinya semua tulisan yang teratur atau logis
adalah wacana. Karena itu, sebuah wacana harus punya dua unsur penting yakni
kesatuan dan kepaduan.
Sebuah tulisan adalah sebuah wacana, tetapi apa yang dinamakan wacana itu
tidak perlu sesuatu yang tertulis seperti diterangkan dalam kamus Websters:
Sebuah pidatopun adalah wacana juga. Jadi, wacana dikenal lisan dan tertulis.
Istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau
obrolan. Tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya formal
seperti laporan ilmiah dan sadiwara atau lakon.
Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau ide
yang diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas.7
Diskursus atau analisis wacana merupakan sebuah tindakan sosial yang di
dalamnya terdapat dialog yang bersufat sosial. Artinya pernyataan yang dibuat ,
kata-kata yang sigunakan bergantung di mana dan pada keadaan apa pernyataan
itu dibuat, kata-kata yang digunakan bergantung bagaimana dan pada keadaan apa
pernyataan itu dibuat. Dengan kata lain, analisis wacana dibentuk secara sosial
dan secara historis, akibatnya akan terdapat diskursus yang berbeda-beda
tergantung institusi dan praktek sosial yang membentuknya, dan dengan posisi
siapa yang berbicara serta ditunjukkan kepada siapa.
Dengan memperhatikan kenyataan bahwa diskursus tidak pernah netral, maka
implikasi penelitian dengan analisis diskursus berguna untuk menyibak
permasalahan ketidakseimbangan yang terjadi dalam masyarakat
(ketidakseimbangan yang mendasar tentang kelas, memaksakan
ketidakseimbangan dalam hal, ras, gender dan religi).8
1. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Analisis wacana model Teun A. Van Djik sama seperti dengan analisis
wacana model lain, seperti model Roger Fowler dan kawan-kawan, model Theo
6 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malanga: Bayu Media), h 10.
7 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malanga: Bayu Media), h. 21
8 M. Antonious, ed., Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gitanyali, 2006), h. 65.
17
van Leeuwen, model Sara Mills, dan model Norman Fairclough, yang meneliti
sebuah teks dan dihubungkan pada konteks sosial. Analisis wacana model Teun
A. Van Djik merupakan model analisis yang banyak digunakan pada sebuah
penelitian karena Van Djik telah menggabungkan beberapa elemen wacana,
sehingga sangat praktis digunakan dan cocok untuk meneliti berbagai wacana.
Analisis wacana model Van Djik meneliti bagaimana sebuah teks diproduksi.
Menurut Van Djik, teks memiliki arti dalam sebuah struktur masyarakat. Bukan
hanya sisi teks saja yang perlu diteliti, tapi bagaimana kesadaran pembuat teks
dalam memahami konteks sosial yang ada. Dengan analisis ini akan terlihat
bagaimana wartawan menggambarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat melalui
kesadarannya, dan digunakannya dalam membuat teks.Selain itu, dalam analisis
wacana ini juga meneliti bagaimana sebuah konteks sosial berkembang di
masyarakat.9
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis wacana model
Teun A. Van Djik meneliti beberapa dimensi atau bangunan dalam melihat sebuah
wacana, yaitu meneliti dimensi struktur teks, dimensi kognisi sosial yang
merupakan kesadaran dari wartawan, dan dimensi konteks sosial yang
berkembang dalam masyarakat. Berikut skema penelitian model Van Djik beserta
penjelasannya:
Tabel 2.1 1 Struktur Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik 10
Struktur Wacana Hal Yang Diamati
Teks
Menganalisis bagaimana
starategi wacana yang
digunakan untuk
menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu. Bagaimana
strategi tekstual dipakai untuk
memarjinalkan suatu kelompok,
gagasan atau peristiwa tertentu.
Critical Linguistik
9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2005),
h. 222. 10
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2005),
h. 275.
18
Kognisis Sosial
Menganalisis bagaimana
kognisis penulis dalam
memahami seseorang atau
peristiwa tertentu yang akan
ditulis
Wawancara Mendalam
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana
wacana yang berkembang
dalam masyarakat, proses
produksi dan reproduksi
seeorang atau peristiwa
digambarkan
Studi Pustaka, Penelusuran,
Sejarah dan Wawancara
Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,
(Yogyakarta: LKiS, 2005), h. 275.
a. Teks
Melalui berbagai karyanya, Van Dijk membuat analisis wacana yang dapat
didayagunakan. Ia melihat bagian teks suatu wacana terdiri atas berbagai
struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk
membaginya ke dalam tiga tingkatan:
1) Struktur Makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang
dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini
bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: Bagaimana struktur dan elemen
wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisis kata, kalimat, preposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai
dan sebagainya.
Struktur wacana yang dikemukakan Van Dijk ini dapat digambarkan sebagai
berikut:11
Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A. Van Djik
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik
(Apa yang dikatakan?) Topik
Superstruktur Skematik
(bagaimana pendapat
disusun dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro
Semantik
(Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita)
Latar, maksud detail,
peranggapan,
nominalisasi
11
Alex Sobur, Analisis Teks Madia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 74.
19
Struktur Mikro
Sintaksis
(Bagaimana pendapat
disampaikan?)
Bentuk, kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stalistik
(Pilihan kata apa yang
dipakai)
Leksikon
Struktur Mikro
Retoris
(Bagaimana dan dengan
cara apa penekanan
dilakukan?)
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2005),
h. 228-229.
Dalam pandangan Van Dijk segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri dari beberapa elemen. Semua elemen
itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan, dan mendukung satu sama
lainnya.
Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen struktur wacana tersebut,
berikut adalah sekedar penjelasan singkat mengenai elemen-elemen tersebut:
1. Struktur Makro (Tematik)
Secara harfiah tema berarti ‖sesuatu yang telah diuraikan‖, atau ‖sesuatu yang
telah ditempatkan‖. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti
‘meletakkan‘. Dilihat dari sudut sebuah tulisan yang telah selesai. tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisan.
Sebuah tema bukan merupakan hasil dari seperangkat elemen yang spesifik,
melainkan wujud-wujud kesatuan yang dapat kita lihat di dalam teks atau bagi
cara-cara yang kita lalui agar beraneka kode dapat terkumpul dan koheren.
Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang diharapakan pembaca
sedemikian sehingga dia dapat memberikan perhatian pada bagian-bagian
terpenting dari isi teks, yaitu tema.
Tema sebuah wacana akan tampak dalam pengembangan wacana. Tema pun
akan memandu alur pengembangan sebuah wacana lisan maupun tulisan.12
Kata tema kerap disandingkan dengan topik. Kata topik berasal dari bahasa
Yunani topoi yang berarti tempat. Topik secara teoritis dapat digambarkan
sebagai dalili (preposisi), sebagai bagian dari informasi penting dari suatu
12
ID Parera, Teori Semantik Erlangga (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 233
20
wacana dan memainkan peranan penting sebagai pembentuk kesadaran sosial.
Tematik juga sering disebut sebagai tema atau topik.13
Teun A. Van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu
wacana. Dari topik, kita bisa mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh
komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tindakan, keputusan, atau pendapat
dapat diamati pada struktur makro suatu wacana.
Topik ini jika kita menggunakan kerangka Van Dijk, dalam teks akan
didukung oleh beberapa subopik. Masing-masing subtopik ini mendukung,
memperkuat, bahkan membentuk topik utama.14
2. Superstruktur (Skematik)
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skematik merupakan
strategi penulis dalam mengemas pesannya dengan memberikan tekanan bagian
mana yang didahulukan, dan bagian mana yang diakhirkan.
Struktur Skematik atau Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari
suatu teks. Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau
pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah,
penutup dan sebagainya. Skematik mungkin merupakan strategi dari komunikator
untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung.
Apakah informasi penting disampaikan di awal, atau pada kesimpulan
bergantung kepada makna yang didistribusikan dalam wacana. Dengan kata lain,
struktur skematik memberikan tekanan: bagian mana yang didahulukan, dan
bagian mana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan
informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan
bagian penting di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.
Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk
mendukung tema/topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun
bagian-bagian tertentu dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan
tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai
13
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 229. 14
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.. 76.
21
strategi untuk menyembunyikan informasi penting.15
Yang penting dalam analisis wacana adalah makna yang ditunjukkan oleh
struktur teks. Dalam studi linguistik konvensional, makna kata dihubungkan
dengan arti yang terdapat dalam kamus, sedangkan dalam analisis wacana, makna
kata adalah praktik yang ingin dikomunikasikan sebagai suatu strategi.
3. Struktur Mikro
a) Semantik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu, sema dari kata benda, yang berarti
tanda atau lambang.16
Dalam pengertian umum semantik adalah disiplin ilmu
bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal, maupun makna
gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang terkecil yang
disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang berbentuk dari
penggabungan satuan-satuan kebahasaan.
Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local
meaning) yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan
antar proposal yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.
Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks seperti makna
yang eksplisit ataupun implisit, makna yang sengaja disembunyikan dan
bagaimana orang menulis atau berbicara mengenai hal itu. Dengan kata lain,
semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur
wacana, tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa.17
Semantik digunakan untuk menggambarkan diri sendiri/kelompok sendiri
secara positif, sebaliknya menggambarkan pihak lain secara negatif.
Berikut ini, elemen-elemen yang berpengaruh dalam semantik:
1. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti)
yang ingin ditampilkan. Latar merupakan elemen wacana yang dapat menjadi
alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Latar merupakan
15
Alex Sobur, Analisis Teks Madia : : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 78. 16
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), h.
3. 17
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), h.
80
22
bagian dari berita atau pun skenario film yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan. Seorang penulis skenario ketika menulis skenario
(script) biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar
yang dipilih menentukkan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.
Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat
membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat teks. Kadang
maksud atau isi utama tidak dibeberkan dalam teks, tetapi dengan melihat latar
apa yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan, kita bisa
menganalisis apa maksud tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh pembuat
teks sesungguhnya.18
2. Detil
Detil merupakan strategi bagaimana pembuat teks mengekspresikan sikapnya
dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh penulis
skenario tidak selalu disampaikan secara terbuka, tapi dari pihak mana yang
dikembangkan dan diceritakan dengan detil yang besar. Pada elemen detil akan
diketahui efek apa dari penguraian detail terhadap pemahaman dan pemakanaan
khalayak
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Komunikator/pembuat berita/penulis scenario akan
menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra
yang baik. Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya
ditampilkan secara berlebih tetapi juga dengan detil yang lengkap, kalau perlu
dengan data-data, dan panjang lebar, yang merupakan penonjolan yang dilakukan
secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.19
Detil yang
lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja
untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
3. Maksud
Elemen yang dimaksud ialah melihat apakah teks itu disampaikan secara
eksplisit ataukah tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang ataukah tidak.
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237. 19
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238.
23
Umumnya, informasi yang menguntungkan komunikator/pembuat teks akan
diuraikan secara eksplisit dan jelas, sebaliknya informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi, tujuan akhirnya adalah
kepada publik, hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.
Informasi yang menguntungkan disajikan secara jelas, dengan kata-kata yang
tegas, dan menunjuk langsung pada fakta. Sementara itu, informasi yang
merugikan disajikan dengan kata tersamar dan berbelit-belit. Dengan semantik
tertentu, seorang komunikator dapat menyampaikan secara implisit informasi atau
fakta yang merugikan dirinya, sebaiknya secara eksplisit akan menguraikan
informasi yang menguntungkan dirinya.
b) Sintaksis
Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana
untuk untuk menggabungkan kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan
bagian dari tata bahasa yang membicarakan sruktur frase dan kalimat.20
Secara
etimologis, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun ‘dengan‘ + tattein=
‘menempatkan‘). Jadi, kata sintaksis secara etimologis berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Ramlan mengatakan, ‖Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase‖.21
Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara
negatif, dapat dilakukan dengan menggunakan sintaksis (kalimat) pada pemakaian
kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian
kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian kalimat yang
kompleks dan sebagainya.
Salah satu strategi pada level semantik ini diantaranya dengan pemakaian:
1. Koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapih kenyataan dan gagasan, fakta dan
ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang
dikandungnya. Koherensi digunakan untuk menghubungkan informasi antar
20
Hery Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis (Bandung: Angkasa, 1984), h. 51. 21
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 80.
24
kalimat dalam wacana.22
Dalam analisis wacana, koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata,
preposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau preposisi yang menggambarkan
fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan memakai koherensi, sehingga fakta
yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika
komunikator menghubungkannya.23
Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seorang
secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau
peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau
malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh
mana kapan kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.
Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat, bisa juga disebut
penjelas. Koherensi ini secara mudah dapat diamati, diantaranya dari kata
hubungan yang dipakai untuk menghubungkan fakta/preposisi. Kata hubung yang
dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang
berlainan ketika hendak menghubungkan preposisi.
2. Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai
oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana.24
Kata ganti adalah suatu gejala universal bahwa dalam berbahasa sebuah kata
yang mengacu kepada manusia, benda, atau hal, tidak akan dipergunakan berulang
kali dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu
tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya
diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan.25
3. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir
22
Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang: Batu Media, 2004), h. 3. 23
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 81. 24
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 253. 25
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 82.
25
logis, yaitu prinsip kausalitas.26
Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek
diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks. Kalimat aktif umumnya
digunakan agar seorang menjadi subjek dari tanggapannya, sebaliknya kalimat
pasif menempatkan seseorang sebagai objek. Seseorang juga dapat ditampilkan di
akhir, tetapi bisa juga ditempatkan di awal.27
Struktur kalimat bisa dibuat aktif,
bisa juga dibuat pasif, tetapi umumnya pokok yang dipandang penting selalu
ditempatkan di awal kalimat. Semua struktur kalimat tersebut adalah benar,
tetapi semua variasi menunjukan pada tingkatan mana ynag ditonjolkan, mana
yang difokuskan, bagian mana yang difokuskan dengan kata- kata khusus, frase,
atau anak kalimat yang secara langsung mempengaruhi makna kata secara
keseluruhan.
Bentuk lain adalah bagaimana proposisi-preposisi diatur dalam suatu
rangkaian kalimat. Proposisi mana yang ditempatkan di awal kalimat, dan mana
yang di akhir kalimat. Penempatan itu dapat mempengaruhi makna yang timbul
karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.28
c) Stalistik
Pusat perhatian stalistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang
pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan
bahasa sebagai sarana.
Apa yang disebut gaya bahasa itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam
bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam sastra dan ragam non sastra, karena
gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang
tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu
ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks secara tertulis.29
d) Retoris
Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diungkapkan ketika
seseorang berbicara atau menulis. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada
26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 251. 27
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 252. 28
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 81. 29
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 82.
26
khalayak.
Pemakaian retoris diantaranya dengan menggunakan gaya repetisi
(pengulangan), aliterasi (pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya
seperti sajak), sebagai suatu strategi untuk menarik perhatian, atau untuk
menekankan sisi tertentu agar diperhatikan oleh khalayak. Bentuk gaya retoris
lain adalah ejekan (ironi).
Tujuan retoris adalah melebihkan sesuatu yang positif mengenai diri sendiri
dan melebihkan keburukan pihak lawan. Strategis retoris juga muncul dalam
bentuk interaksi, yakni bagaimana pembicara menempatkan/memposisikan
dirinya di antara khalayak.30
b. Kognisi Sosial
Metode analisis model Teun A. Van Djik menawarkan suatu analisis yang
disebut kognisi sosial. Selain menganalisis sebuah struktur teks, kita juga harus
meneliti bagaimana teks tersebut diproduksi, yaitu dengan melakukan penelitian
atas kesadaran mental wartawan dalam memandang peristiwa yang diangkat pada
sebuah teks (Eriyanto, 2001:260).
Dengan menggunakan analisis kognisi sosial wartawan, maka akan
terpecahkan kenapa struktur teks dalam berita bisa seperti itu, sesungguhnya
struktur teks yang penuh makna tersebut merupakan karya seseorang wartawan
yang memiliki kesadaran, Eriyanto mengatakan bahwa wartawan bukan individu
yang netral, tetapi memiliki nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang
didapat dari kehidupannya.
Maka, struktur teks yang dibuat beberapa wartawan hasilnya tidak akan sama,
karena teks bukan sekedar menyusun kata menjadi kalimat, kalimat menjadi
sebuah paraghraf. Setiap orang memiliki nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi
yang berbeda. Hal ini terjadi karena masing-masing daerah memiliki nilai, dan
ideologi yang tidak sama, sehingga setiap orang akan berbeda dalam memahami
suatu realitas. Begitupun seorang wartawan, akan menghasilkan teks berita
berdasarkan kesadaran yang diperoleh dari pengalan hidup pribadi.
Kognisi sosial menjadi bagian yang penting dan tidak terpisahkan untuk
memahami teks wacana. Oleh karena itu, dibutuhkan peneliti atas kognisi dari
30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 258.
27
wartawan yang memproduksi teks wacana tersebut. Adapun cara pencarian data
dengan melakukan proses wawancara mendalam pada narasumber yang berkaitan,
terutama penulis teks wacana.
c. Konteks Sosial
Salah satu cara dari analisis wacana adalah meneliti sebuah wacana yang
terkonstruksi dalam masyarakat. Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat
bagaimana sebuah makna tersebar dan dianut bersama dalam masyarakat.31
Dalam
hal ini yang diteliti adalah keberadaan sebuah peristiwa yang telah terjadi di
lingkungan masyarakat, yang mana peristiwa tersebut digunakan wartawan untuk
dijadikan sebagai bahan beritanya.
Van Djik dalam Eriyanto mengatakan, ada dua poin penting dalam
menganalisis mengenai masyarakat, yaitu kekuasaan, dan akses.
Kekuasaan dilihat sebagai alat kontrol yang dimiliki kelompok dominan yang
mempengaruhi cara pandang, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
Dengan memiliki uang, status, dan pengetahuan, umumnya akan memperoleh
suatu kekuasaan.
Dengan kekuasaan, maka kelompok dominan akan leluasa dalam membuat
keputusan karena kedudukannya yang tinggi dan merasa berhak untuk
mengeluarkan suara atas kepentingannya, yang suara kelompok minoritas akan
terkalahkan oleh suara kelompok dominan. Dalam media massa, orang yang
diwawancarai dan mendapatkan porsi yang besar dalam berita merupakan orang
yang memiliki kedudukan tinggi dan pengetahuan yang lebih bidang yang
ditekuninya.
B. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adala salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah
satu cara yang dapat dialkukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271.
28
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.32
Dokumen tersebut
di antaranya ialah:
1. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman, dan kepecayaan. Tujuan dari studi dokumen
pribadi adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian atau situasi
nyata yang pernah dialami subjek secara langsung disertai dengan situasi sosial
yang melingkupinya dan bagaimana subjek mengartikan kejadian dan situasi
tersebut.33
2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dapat dibagi dalam dua kategori yakni dokumen internal dan
eksternal. Dokumen internal dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman,
instruksi, aturan suatu lembaga, sistem yang diberlakukan, hasil notulensi rapat
keputusan pimpinan, dan lain sebagainya. Dokumens eksternal dapat berupa
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial seperti majalah,
koran, buletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya.
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai aktivitas,
keterlibatan individu pada suatu komunitas tertentu dalam setting sosial. Selain
itu, perjalanan karir, jabatan, dan tanggung jawab yang pernah diterima oleh
individu tertentu mampu memberikan gambaran kepribadian dan karakter dari
orang tersebut.34
C. Media Massa
1. Pengertian dan Fungsi Media Massa
Media ialah agen memilih sumber berita. Media massa atau Mass Media
adalah saluran-saluran atau cara berbagi pesan-pesan massa. Media massa dapat
berupa surat kabar, video, CD-ROM, computer, TV, radio, dan sebagainya.
Sumber berita tidak memilih kepada khalayak, karena dengan posisinya sebagai
32
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Salemba
Humanika, 2010), h. 143 33
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Salemba
Humanika, 2010), h.144. 34
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Salemba
Humanika, 2010), h. 146.
29
menyampaikan pendapatannya kepada khalayak, karena dengan posisinya sebagai
agen, juga memilih dan menentukan siapa yang berhak dan dalam kapasitas apa
seseorang berperan sebagai sumber berita. Pekerjaan media pada dasarnya adalah
pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Pada dasarnya,
realitas bukan sesuatu yang tersedia, yang tinggal ambil oleh wartawan.
Sebaliknya, semua pekerjaan jurnalis pada dasarnya adalah agen. Bagaimana
peristiwa yang acak, kompleks, itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
suatu berita.35
Fungsi media massa secara universal di antaranya, yaitu: 1) To Inform,
(menginformasi), 2) To Educate (Mendidik), 3) To Entertain (Menghibur), dan 4)
To Influence (Mempengaruhi). Dengan penjelasan sebagai berikut 1) To Inform,
(menginformasi), penyampaian informasi yang berkaitan dengan peristiwa,
gagasan, atau pikiran orang lain yang bersifat informative, 2) To Educate
(Mendidik), media sebagai sarana pendidikan massa (mass education) media
membuat informasi baik berupa tulisan atau visual yang mengandung
pengetahuan apabila pesannya dapat menambah pengembangan intelektual,
sehingga masyarakat bertambah ilmu pengetahuan mauapun wawasannya. 3) To
Entertain (Menghibur), memeberikan pesan yang bisa menghilangkan ketegangan
pikiran masyarakat dalam bentuk berita, ceritap pendek, cerita bersambutng, cerita
bergambar, sinetron, drama, musik, dan lainnya. 4) To Influence (Mempengaruhi),
fungsi mempengaruhi pendapat, pikiran, bahkan perilaku masyarakat inbilah yang
merupakan hal peling penting dalam kehidupan masyarakar. Karena itulah, media
yang memiliki kemandirian (Independent) akan mampu bersuara dan berpendapat,
dan bebas melakukan pengawasan social (Sosial control).36
Manusia membutuhkan komunikasi sebagai jembatan yang mampu mencegah
dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar
bangsa dan antar ras, serta membina persatuan dan kesatuan umat manusia.37
Salah satu fungsi penting dalam komunikasi bagi masyarakat yaitu, kebutuhan
35
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2002), h. 27. 36
Diah Wardhani, Media Relation. Sarana Membangun Reputasi Organisasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 25. 37
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 27.
30
untuk mendapatkan informasi. Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa
media massa menyebarkan informasi kepada khalayak. Khalayak selalu haus akan
informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Semakin
berkembangnya teknologi saat ini pun, telah memberikan kontribusi besar dalam
penyebaran informasi. Komunikasi media massa semakin canggih dan kompleks
serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa ke masa.38
Di dalam pandangan kaum konstruksionis, media dilihat bukan sebagai
saluran bebas seperti yang dipandang oleh kaum positivis. Media ialah subjek
yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
pemihakkannya. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang
mendefinisikan realitas. Dalam hal ini digambarkan, bagaimana media memahami
dan memaknai sebuah realitas dan dengan cara apa realitas itu dibingkai oleh
media.
Bingkai media diperlihatkan melalui konsepsi dan skema interpretasi wartawan
dalam menyusun, mengisahkan, menulis, dan menekankan fakta dari suatu
peristiwa tertentu. Setiap berita memiliki bingkai yang menjadi pusat ide. Apa
saja tersaji dalam berita yang kita baca setiap hari adalah produk dari
pembentukan realitas media.
Realitas pada media tidak serta melahirkan berita, melainkan melalui proses
interaksi antar penulis berita (wartawan) dengan fakta. Terjadi proses dialektika
antara apa yang dipikirkan dan apa yang dilihat oleh wartawan sehingga isi berita
merupakan realitas yang telah mengalami proses konstruksi kembali. Pembuatan
berita pada dasaranya merupakan proses penyusunan atau konstruksi kumpulan
realitas sehingga menimbulkan wacana yang bermakna. Media massa sudah
menyelimuti setiap aspek kehidupan manusia hingga saat ini. Dapat dikatakan, tak
seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari terpaan berita yang disajikan
media massa. Karena sifat dan faktanya, pekerjaan media massa yaitu
menceritakan peristiwa sehingga kesibukan utama media massa ialah
mengonstruksikan berbagai realitas yang akan disampaikan kepada khalayak.39
Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya
38
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 3. 39
Ibnu Hamas, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h.
31
menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu
sendiri. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media ikut membentuk
realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
Selain dibentuk dalam berbagai jenis, berita pun disajikan dengan konstruksi
tertentu. Adapun unsur-unsur yang menjadi konstruksi berita adalah.40
a. Headline (judul berita)
Headline dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek. Tapi cukup memberitahukan
persoalan pokok peristiwa yang diberitakan.
b. Lead (teras berita)
Lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang
dilaporkannya.
c. Body (kelengkapan atau kejelasan berita)
Body adalah penjelasan secara rinci dan dapat melengkapi serta memperjelas fakta
atau data yang disuguhkan dalam lead tadi.
2. Media Cetak
Media cetak adalah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam
dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Dalam proses produksi
tersebut terjadi komunikasi antar manusia, sehingga media cetak tidak hanya
sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.41
Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media cetak
merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis media
cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar, media
cetak dapat diklasifikasikan menjadi surat kabar, tabloid dan majalah.42
Sejak awal perubuhannya hingga saat ini, media cetak telah mengalami
berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya, spesifikasi
bahasanya, kualitas pesan dan lain sebagainya semua telah berubah dengan
40
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik
(Bandung: Penerbit Nuansa, 2004), h. 115-130. 41
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Jakarta:
Graha Ilmu, 2007), h.6. 42
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pnegantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40.
32
perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi pendukungnya.43
Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-
bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama berabad-
abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran
informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media
komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik, media cetak juga
menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli dan penjual.44
1. Surat Kabar
Surat kabar adalah media komunikasi yang berisi informasi aktual dari
berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni,
olahraga dan sebagainya. Surat kabar merupakan media massa tertua sebelum
ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitik beratkan pada
penyebaran informasi (fakta atau peristiwa) agar diketahui publik.45
Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan
dari mana saja di seluruh dunia yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak
pembaca.46
Sementara itu, Kurniawan Junaedhi mengemukakan surat kabar adalah
sebutan untuk penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak,
berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan. Surat kabar
diterbitkan secara berkala serta diedarkan secara umum. Isi dari surat kabar pun
harus aktual dan harus bersifat universal. Maksudnya, pemberitaannya harus
bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan.
Menurut jenisnya surat kabar dibagi menjadi berkala harian dan surat kabar
berkala mingguan. Surat kabar juga dapat digolongkan menjadi surat kabar
khusus dan surat kabar umum. Surat kabar khusus adalah surat kabar yang
membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang
43
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 1999), h.88. 44
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17. 45
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 46
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.241.
33
disokongnya, sedangkan surat kabar umum adalah surat kabar yang tidak
membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi
pembertaannya pun tidak mewakili suara partai atau golongan tertentu.47
Menjelang abad ke-20, dunia persuratkabaran mampu meraih kredibilitas
yang lebih baik melalui pembentukan suatu organisasi profesional. Pada
awal abad ini, pengaruh individu dalam pers semakin rontok dan berubah
menjadi bentuk perusahaan semakin besar. Secara bertahap perubahan itu terjadi
hingga surat kabar tumbuh membentuk press association yang cukup besar. Di
sini, kelangsungan pers ditunjang pula oleh kekuatan ekonomi yang terus berpacu
mengikuti perkembangan zaman.
Sekian tahun lalu, keberadaan surat kabar dianggap segera berakhir. Kalaupun
surat kabar dapat bertahan setelah adanya televisi, dapat dinilai surat kabar
tidak akan banyak berpengaruh terhadap khalayak. Pandangan ini memiliki alasan
karena banyak surat kabar di kota-kota besar terpaksa gulung tikar. Namun sejak
tahun 1970, koran terbukti mampu bertahan meskipun prosesnya memang tidak
mudah. Sekalipun surat kabar gagal bertahan, surat kabar yang mampu
menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah pinggiran kota berhasil
menyelamatkan diri. Pada awal tahun 1970-an, volume aneka koran yang
beredar naik pesat dibandingkan sepuluh tahun lalu.48
2. Karakteristik Surat Kabar
Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik karya Hoeta Soehoed, Karl Batwizh
mengemukakan terdapat lima karakteristik dari surat kabar yaitu:49
a) Publisitas : Surat kabar diterbitkan untuk publik dan masyarakat
umum.
b) Periodisitas : Surat kabar terbit pada waktu yang telah ditentukan
sebelumya. Periode terbit, jarak dan waktu antara dua terbitan bersifat
tetap dan teratur.
c) Aktualitas : Isi dari surat kabar aktual, belum pernah dimuat
sebelumnya.
d) Universalitas : Isi dari surat kabar tidak mengenai satu persoalan saja.
e) Kontinuitas : Isi dari surat kabar berkesinambungan.
47
Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h.257. 48
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.20. 49
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP,
2003), h.11.
34
3. Spesifikasi Surat Kabar
Surat kabar dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi penerbitan, sirkulasi,
format isi, dan kelas sosial pembacanya. Sebagai berikut penjelasan singkatnya:50
a) Frekuensi Pemberitaan : Surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu surat
kabar harian dan surat kabar mingguan.
b) Sirkulasi : Surat kabar adalah media komunikasi massa yang
menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal.
c) Format isi : format sebuah surat kabar harus disusaikan dengan rubrik-
rubrik yang ada di dalamnya.
Kelas sosial budaya: berdasarkan kelas sosial pembacanya, surat kabar
dibedakan menjadi dua jenis yaitu High Brow Newspaper dan Boulevard
Newspaper. High BrowNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah
sampai golongan atas, sedangkan Boulevard Newspaper adalah surat kabar untuk
golongan menengah sampai golongan bawah.
3. Pengertian Berita
Belum ada definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian
atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya,
reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup
pekerjaannya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean Lyle Spencer
berita adalah suatu kejadian nyata yang dapat menarik perhatian sebagaian dari
pembaca. Adapula pengertian berita menurut William S Maulsby yaitu suatu
penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta- fakta yang mempunya
arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat
kabar.51
Dalam buku Here‟s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita
didefinisikan sebagai informasi tentang kejadian yang baru, penting, dan
bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan
dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut mengandung unsur-
50
Kasali Rhenald,Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti), 1992, h.101. 51
Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi Publisher, 2005),
h.1
35
unsur Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh, Menyangkut hidup orang
banyak, Relevan dan menarik.52
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping
opini (views). Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita.
Bahkan, menurut Earl English dan Clarence Hach News is difficult to be
define, because it involves many variable factors. Berita sulit didefinisikan,
sebab ia mencakup banyak faktor variable.
Sedangkan Romli mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa yang
memiliki nilai berita. Nilai berita yaitu aktual, faktual, penting dan menarik.53
Selain itu, Hoeta Soehoet mengemukakan definisi berita sebagai berikut:54
1. Berita adalah keterangan menganai sebuah peristiwa atau isi pernyataan
manusia.
2. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa/isi pernyataan
manusia yang perlu untuk mewujudkan filsafat hidupnya
3. Berita bagi surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa/isi
pernyataan yang diperlukan bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat
hidupnya.
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi
berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang dikandung
sebuah berita. Nothclife seorang pakar komunikasi Inggris menekankan
pengertian berita pada unsur ―keanehan‖ atau ketidaklaziman, sehingga menarik
perhatian dan rasa ingin tahu.
Sementara itu, Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang
lebih lengkap dan layak dijadikan acuan. Ia mengatakan, berita adalah laporan
tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, serta
menyangkut kepentingan mereka.
Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus
dipenuhi oleh sebuah berita sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah
berita dapat dipublikasikan di media massa. Berita memiliki empat unsur
yaitu cepat, nyata, penting dan menarik. Keempat unsur ini yang dikenal
52
Helena Olii, Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007), h.25. 53
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.133. 54
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik, h.23.
36
dengan nilai-nilai berita.55
Berita dapat dibedakan dari beberapa segi yakni segi sifat kejadian, cakupan
isi, dan bentuk penyajian. Dari ketiga faktor tersebut masih dapat diklasifikasikan
kembali. Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan antara berita yang
terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita tak terduga seperti ledakan
bom, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan semacamnya. Jika dilihat dari segi
cakupan isinya, berita terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan,
pendidikan, hukum, seni, agama, kriminal, militer, olahraga, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita juga dapat dibedakan
dari bentuk penyajiannya seperti berita langsung (spotnews), berita komprehensif
(comprehensive news) dan feature.
4. Komposisi Berita
Berita dalam surat kabar memiliki komposisi yang membangun berita
tersebut. Komposisi dalam berita terdiri dari judul berita, teras berita (lead),
tubuh berita (isi berita) dan penutup berita. Berita yang baik haruslah
memiliki empat komposisi tersebut.
Judul berita merupakan hal yang penting dalam berita karena judul mewakili
isi berita itu sendiri. Judul yang baik akan menarik perhatian khalayak
pembaca. Setiap media memiliki aturan dan prisinsip tersendiri dalam
menulis judul berita. Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita itu
yang akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik
atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan judul-
judul beritanya secara standar.56
Dalam suatu berita, judul dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut.
Biasanya judul dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan dan
meningkatkan keinginan khalayak untuk membaca berita tersebut. Selain untuk
mempromosikan berita, judul berfungsi sebagai cara memperkenalkan isi berita
kepada khalayak pembaca.
Selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf pertama
55
Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005), h.3-6. 56
Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok: Gramata
Publishing, 2010), h.134.
37
yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita.57
Teras
berita berisi bagian berita yang paling mendapat perhatian dalam penulisan berita
karena teras berita merupakan pintu gerbang yang mengantarkan pada isi, atau
sebagai jembatan antara judul dan isi.58
Kekuatan berita terletak pada lead. Jika leadnya bagus, maka khalayak
akan terus membaca. Selain itu lead merupakan laporan singkat yang bersifat
klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Agar memenuhi rasa ingin tahu
pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa yang dirumuskan sebagai
5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Dengan demikian baik
pembaca, pendengar, ataupun penonton akan segera tahu mengenai persoalan
pokok dari sebuah peristiwa yang dilaporkannya.59
Setelah lead atau teras berita, terdapat pula tubuh berita atau isi berita. Tubuh
berita merupakan bagian isi berita yang berda setelah judul, baris tanggal dan
teras berita. Tubuh berita berisi paparan lengkap mengenai fakta sebuah peristiwa,
pernyataan, atau pendapat. Biasanya isi berita berupa penjelasan lebih terperinci
dari lead.
Setelah isi berita, terdapat penutup berita. Penutup berita merupakan bagian
akhir dari struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir kalimat dalam
struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang bersanding dengan
judul, lead, dan body keseluruhan laporan.60
D. Radikalisme
1. Definisi Radikalisme
Radikalisme merupakan suatu paham yang mengkehendaki adanya perubahan,
pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke
akarnya. Bila mana perlu menggunakan cara-cara kekerasan. Radikalisme
menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua
aspek kehidupan masyarakat. Kaum radikal beranggapan bahwa rencana yang
57
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006),h.126. 58
Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h.41-44 59
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik
(Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia, 2004), h.120. 60
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.119.
38
dugunakan adalah rencana-rencana yang paling ideal. Tentu saja melakukan
perubahan (pembaruan) merupakan hal yang wajar dilakukan bahkan harus
dilakukan demi menuju masa depan yang lebih baik. Namun perubahan yang
sifatnya revolusioner seringkali lebih banyak ‖memakan korban‖ sementara
keberhasilannya tidak sebanding. Oleh karena itu, sebagian ilmuan sosial
menyarankan perubahan dilakukan secara perlahan-lahan tetapi berkelanjutan dan
sistematis, ketimbang revolusioner tetapi tergesa-gesa.
Terkait dengan radikalisme, hal ini seringkali beralaskan pemahaman sempit
agama yang berujung pada aksi teror bom tumbuh bersama sistem. Sikap ekstrem
ini berkembang biak di tangah-tengah panggung yang mempertontonkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, atau ketidakadilan. Pelaku elite politik yang tidak
akomodatif terhadap kepentingan rakyat dan hanya kelompok atau partainya
menjadi tempat persemaian subur bagi radikalisme. Karena itu memberangus
radikalisme tidak cukup hanya dengan menangkap dan menggiring para pelaku
teror ke pengadilan. Bahkan, hukuman mati tidak cukup untuk memadamkan
kobaran radikalisme.61
Dapat ditarik pengertian bahwa radikalisme Islam adalah sebuah gerakan
berbasis Islam yang dimaksudkan untuk melakukan perbaruan dalam masalah
sosial, politik, atau keagamaan, dilakukan dengan cara drastis, keras, dan tanpa
kompromi kepada pihak-pihak yang dianggap musuh, dengan satu prinsip bahwa
hanya Syariat Islam yang mampu mengatasinya sehingga pendirian Negara Islam
dan penerapan Syariat Islam menjadi ide perjuangannya.62
Menilik dari sejarahnya, gerakan fundamentalisme Islam ternyata bukan
hanya terjadi di Timur Tengah, tetapi juga di negara-nrgara lain yang
berpenduduk Islam, seperti Indonesia. Meskipun ada perbedaan kultural dan
mungkin juga pemahaman Islam, gerakan fundamentalisme Islam di negara-
negara ini seperti mempunyai tujuan yang sama. Solidaritas di antara gerakan-
gerakan Islam yang melihat umat Islam telah didominasi oleh kekuatan negara
atau kekuatan Internasional yang cenderung menyerang kredebilitas Islam,
61
Dr. Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, h. 116 - 117 62
Nurjannah, Faktor Pemicu Munculnya Radikalisme Islam Atas Nama Dakwah, (Jurnal
Dakwah, Vol. XIV, No. 2 Tahun 2003), h. 181.
39
membuat mereka bangun dan berjuang dengan mengatas namakan Islam.63
Lahirnya kelompok-kelompok Islam garis keras atau radikal tidak bisa
dipisahkan dari latar belakang sosial dan cara pandang mereka. Paling tidak ada
dua sebab yang mendorong terjadinya perilaku radikal, pertama, para penganut
Islam garis keras mengalami semacam kekecewaan dan aliensi karena
―ketertinggalan‖ umat Islam terhadap kemajuan barat, akhirnya mereka
menggunakan kekerasan untuk menghalangi ofensif materialistik dan penetrasi
barat. Kedua, kemunculan kelompok-kelompok garis keras itu tidak terlepas dari
adanya pendangkalan agama dari kalangan umat Islam sendiri, khususnya
angkatan mudanya.
Pendangkalan itu terjadi karena mereka terpengaruh atau terlibat dalam
gerakan-gerakan Islam radikal atau garis keras yang umumnya terdiri dari mereka
yang berlatar belakang pendidikan eksakta dan ekonomi. Latar belakang seperti
itu menyebabkan fikiran mereka penuh dengan hitungan- hitungan matematik dan
ekonomis yang rasional dan tidak ada waktu untuk mengkaji Islam secara
mendalam. Mereka mencukupkan diri dengan interpretasi keagamaan yang
didasarkan pada pemahaman secara literal atau tekstual. Bacaan atau hafalan
mereka terhadap ayat-ayat suci al-Qur‘an dan Hadist dalam jumlah besar memang
mengagumkan. Akan tetapi, pemahaman mereka terhadap substansi ajaran Islam
lemah karena tanpa mempelajari pelbagai penafsiran yang ada, kaidah-kaidah
ushul fiqh, maupun variasi pemahaman terhadap teks-teks yang ada.64
2. Motif Radikalisme
kecendrungan terjadinya terorisme adalah akibat adanya tekanan social atau
tekanan lain yang berkaitan dengan berbagai kepentingan. Namun demikian tidak
jarang bahwa terjadinya terorisme itu uga diakibatkan oleh adanya bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku dari pelakunya.
Jika dilihat dari cara yang dialkuakan dalam menteror, terdapat teror fisik
dengan menggunakn alat-alat tertentu dengan sasaran jasmani melalui
pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Selain itu terdapat juga peneroran
63
Endang Turmudi & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia,(Jakarta, LIPI
Press, 2005), h. 105. 64
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda dan Islam Kita: “Agama Masyarakat
Negara Demokrasi”, (Jakarta: The Wahid Institute, 2006), h. xxvi.
40
melalui mental seseorang dangan cara meneror mental tanpa harus menyakiti
jasmani korban.65
3. Meluasnya Radikalisme
Melihat dari jumlahnya, gerakan keagamaan Islam ini telah muncul secara
endemic di masa reformasi. Hal ini bisa dimaklumi karena masa reformasilah
gerakam – gerakan Islam ini bisa secara bebas muncul dan menyuarakan ide-ide
dan kepentingan mereka. Meskipun isu yang dikemukakan hamper sama dengan
yang dikemukankan oleh gerakan-gerakan Islam di zaman Orde Baaru, seperti
dalam masalah penerapan syariat Islam atau mendirikan negara Islam., apa yang
disuarakan oleh gerakan Islam di masa reformasi kelihatan lebih tegas. Mereka
tidak merasa takut untuk mengatakan bahwa mereka ingin menerapkan syariat
Islam atau bahkan mendirikan negara Islam. Selain itu, apa yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan Islam ini adalah bahwa mereka ternyata sudah menyaipkan
berbagai konsep yang berkaitan dengan berbagai isu penting dilihat dari sisi
Islam.
Dengan kenyataan seperti itu, reformasi politik di Indonesia sebenarnya telah
ikut mendorong lahirnya kelompok atau gerakan Islam dengan karakter ini
tertopang olleh situasi kebebasan yang diberikan oleh reformasi. Pada sisi lain,
harapan meraka yang berkembang sejak kebangkitan Islam tidak tersalurkan
secara proporsional di samping adanya tantangan baru yang mengancam Islam
sebagai agama.66
E. Konsep Terorisme
Teror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptkan atau
mengondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang luas,
dibandingkan hanya jatuhnya korban kekerasan. Dalam perkembangannya lalu
muncul suatu konsep yang memberi pengertian bahwa terorisme adalah cara atau
teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik
tertentu. Hendropriyono dalam Bukunya yang berjudul Terorisme: Fundamentalis
Kristen, Yahusi, dan Islam mengutip pendapat Whittaker tentang beberapa
65
Budi Gunawan, Terorisme: Mitos dan Konspirasi (Jakarta: Forum Media Utama,
2006), h. 8-10 66
Endang Turmudi & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta, LIPI
Press, 2005), h. 120=121.
41
pengertian terorisme antara lain menurut Walter Reich yang menyatakan, bahwa
terorisme adalah suatu strategi kekerasan yang dirancang untuk meningkatkan
hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara menanamkan ketakutan di kalangan
masyarakat umum. Terorisme adalah penggunaan atau ancaman penggunaan
kekerasan yang bertujuan untuk mencapai terjadinya perubahan politik.
Beberapa pengertian lain yang dikutip dari FBI, terorisme adalah penggunaan
kekuatan atau kekerasan secara di luar hukum terhadap manusia dan harta benda
untuk menakut-nakuti suatu pemerintahan, penduduk sipil, atau bagian dari
mereka dengan sasaran lebih lanjut adalah hal yang menyangkut politik atau
sosial.
Dari suatu forum diskusi antara para akademisi, profesional, pakar, pengamat
politik, dan diplomat tertentu, yang diadakan di kantor Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan pada tanggal 15 September 2001, menyimpulkan
pengertian terorisme, sebagai berikut: ―Terorisme dapat diartikan sebagai tindakan
kekerasan yang dilakukan sekelompok orang (ekstremis, suku bangsa) sebagai
jalan terakhir untuk memperoleh keadilan, yang tidak dapat dicapai melalui
saluran resmi atau jalur hukum.‖67
Negara Barat bahkan menuliskan pengertian terorisme secara resmi melalui
undang-undang negara, yang merupakan payung hukum untuk diterjemahkan
kedalam berbagai strategi operasional masing-masing dalam kegiatan-kegiatan
antiterorisme. Amerika Serikat telah mendefinisikan terorisme menurut Kode
Kriminal Federal (Chapter 113B of Part I of Title 18 of the United States Code,
tentang terorisme dan daftar tindakan kriminal yang berhubungan dengan
terorisme). Pada Section 2331 of Chapter 113b, terorisme didefinisikan sebagai
‗kegiatan-kegiatan yang melibatkan kekerasan atau aksi-aksi yang mengancam
kehidupan, yang merupakan pelanggaran terhadap undang-undang kriminal
Amerika Serikat atau negara manapun dan yang terjadi karena keinginan untuk (i)
menakut-nakuti atau memaksa penduduk sipil; (ii) mempengaruhi kebijakan
pemerintah dengan intimidasi atau paksaan, atau (iii) memberikan dampak
terhadap langkah suatu pemerintah dengan cara perusakan massal, pembunuhan
atau penculikan; dan terjadi pada mulanya di dalam jurisdiksi teritorial Amerika
67
A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 26
42
Serikat atau terjadi pada mulanya di luar jurisdiksi teritorial Amerika Serikat‘.
Inggris mendefinisikan terorisme dalam Terrorism Act 2000, sebagai
penggunaan ancaman yang dirancang untuk memperngaruhi pemerintah atau
menakut-nakuti masyarakat umum atau kelompok masyarakat dan penggunaan
ancaman yang dilakukan untuk kepentingan pengembangan suatu kepentingan
yang bersifat politik, agama atau ideologi yang melibatkan kekerasan secara nyata
(serius) terhadap manusia, melibatkan perbuatan yang merusak harta benda,
membahayakan kehidupan manusia selain dirinya sendiri dan menimbulkan suatu
akibat nyata terhadap kesehatan atau keamanan masyarakat umum atau kelompok
masyarakat atau dicancang secara nyata (serius) untuk mengganggu.
Pengertian tentang terorisme dapat dirangkum dari hasil kajian filsafat analitis
bahasa. Sebagai suatu metode berpikir yang radikal (mendalam) dan bersifat
netral, filsafat analitis bahasa tidak memberikan penafsiran tentang realitas dan
tidak ikut campur dalam penggunaan bahasa.
Penerapan verification principle untuk menguji apakah suatu pernyataan itu
dapat dikatakan sebagai bermakna atau tidak, merupakan suatu cara yang
bertentangan dengan prinsip metafisika. Hal tersebut berarti, bahwa analitika
bahasa tidak akan meneliti terorisme dari sisi historis, ideologis ataupun
penafsiran teologisnya. Analisis bahasa hanya melakukan verification (verifikasi)
terhadap ungkapan-ungkapan dari pihak Osama bin Laden, yang mencerminkan
pemikirannya tentang realitas dunia dan mengapa dia melakukan terorisme.68
Dari verifikasi tersebut ditemukan letak ketidakterakturan pemikiran Osama
bin Laden. Tugas filsafat adalah melakukan kritik terhadap kekeliruan-kekeliruan
yang terjadi, bukan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang terdapat pada
ungkapan-ungkapan mereka yang selama ini tidak perlu lagi mendapatkan kritik.
Jika konsep analitis diterapkan di sini, maka secara filosofis pengertian
terorisme dapat ditemukan melalui dua pendekatan: 1. Dari segi keseluruhan yang
lebih besar, yang di dalamnya terdapat bagian eksistensi terorisme. 2. Dari segi
bagian-bagian yang menyusun suatu kesatuan yang lebih besar, yang merupakan
eksistensi terorisme.
Secara sistematik kedua pendekatan tersebut digunakan sebagai kerangka
68
A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 33.
43
penelitian filosofis agar dapat menjawab pertanyaan yang sederhana tentang
esensi makna dari terorisme.
Pendekatan pertama, terorisme merupakan suatu ide tentang tindak kekerasan
atau ancaman kekerasan. Terorisme dalam konteks ini merupakan bagian dari
suatu wacana besar tentang ilmu perang, seperti perang terbatas maupun perang
total, perang terbuka maupun clandestine campaign (kampanye tertutup,
klandestin, gerakan bawah tanah) serta filsafat perang. Pendekatan kedua,
terorisme merupakan suatu konsep yang tersusun dari prinsip:
1) Ketidakteraturan pikiran dan masalah dalam kepribadian manusia.
2) Psikologi massa (public), baik publik yang ketakutan maupun publik
yang menaruh simpati buta.
Pelembagaan terhadap penghalalan segala cara dan penggalangan opini publik
inilah yang merupakan eksistensi terorisme. Terorisme merupakan suatu realitas
dan realitas di dunia tersebut diwujudkan dalam bahasa, yang merupakan
ungkapan pemikiran dari seseorang yang hidup dalam kemajemukan
lingkungannya. Bahasa dalam terorisme digunakan sebagai ungkapan pemikiran
Osama bin Laden dan George Walker Bush di dalam refleksinya menghadapi
realitas. Suatu konsep dinyatakan dalam bentuk ungkapan dan ungkapan
pemikiran adalah suatu bahasa. Ekspresi dalam terorisme menggunakan bahasa
yang menjadi masuk akal, karena digunakan manusia untuk menyampaikan pesan
mereka kepada manusia lain.69
Pelaku terorisme bukan hanya perorangan atau jaringan seperti Al Qaeda,
tetapi juga termasuk negara. Tindak kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan
mereka baik secara fisik ataupun psikologis, berlaku terhadap siapa saja tanpa
batasan atau tidak terkecuali, baik terkait ataupun tidak terkait dengan hal yang
sedang dipermasalahkan. Keberhasilan atau kegagalan terorisme tergantung
kepada opini publik yang terbentuk untuk mendukung eksistensinya.
Kebutuhan dukungan publik yang dilontarkan oleh Osama bin Laden tampak
dari tindakan bahasa yang bertujuan untuk mempengaruhi dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut ―...the american people rose against their government‘s
war in Vietnam. They must do the same today. The american people should stop
69
A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 35.
44
the massacre... by their government.‖ (Rakyat Amerika dulu bangkit menentang
pemerintahannya dalam perang di Vietnam. Mereka harus melakukan hal yang
sama sekarang ini. Rakyat Amerika harus menghentikan pembunuhan yang
dilakukan oleh pemerintah mereka).
Dari ungkapan Osama bin Laden tersebut terlihat bahwa ia menginginkan
rakyat Amerika bergerak seperti yang terjadi di masa perang Vietnam dahulu,
sehingga membuat Amerika Serikat menderita kekalahan. Bahasa yang digunakan
Osama bin Laden merupakan bahasa orang yang mengharapkan sesuatu, dari
kenyataan yang pernah berlaku di Vietnam. Kenyataan hidup manusia berada
dalam satu keanekaragaman, sebagaimana dalam bahasa yang dijumpai sehari-
hari. Keanekaragaman yang dimaksud oleh Wittgenstein bukanlah bermacam-
macam bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa
Jepang, dan semacamnya, serta juga bukan bahasa kedokteran, bahasa sastra,
bahasa filsafat, dan semacamnya, melainkan keanekaragaman bahasa yang kita
jumpai dalam hidup sehari-hari.70
Menurut Wittgenstein bahwa permainan kata-kata itu meliputi bahasa perintah
untuk dipatuhi, bahasa lelucon atau komedi, bahasa pertanyaan, bahasa orang
berterima kasih, bahasa berdoa, bahasa orang memaki, dan sejenisnya. Setiap
ragam permainan bahasa itu mengandung aturan tertentu yang mencerminkan ciri
khas dari corak permainan bahasa yang bersangkutan. Sebagaimana seperti
biasanya dalam sebuah permainan, orang yang terlibat dalam permainan catur
misalnya, mempunyai aturan sendiri yang tidak sama dengan permainan sepak
bola, begitu pula halnya yang terjadi dalam tata permainan bahasa, masing-masing
mempunyai aturannya sendiri-sendiri. Tidak mungkin terhadapnya diberlakukan
aturan yang berlaku secara umum. Sebagai suatu relaitas kehidupan, terorisme
adalah ungkapan dari pemikiran atau perasaan para pelakunya sehingga
merupakan suatu bahasa, yang mempunyai aturan sendiri.
Tujuan para pelaku terorisme dan motivasinya di masa lalu beragam, yaitu
demi keuntungan ekonomi (gold), memperoleh gengsi sosial (glory), memaksakan
ideologi, penafsiran keyakinan atau eksploitasi agama, kebudayaan, hegemoni,
kekuasaan, dominasi kultural, atau pemaksaan konsep filsafat.
70
A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 38.
45
Terorisme tidak mempunyai nilai, karena nilai dalam aksiologi terdiri atas
etika (baik atau buruk), norma moral (salah atau benar), dan nilai estetika (elok
atau tidak elok). Bahasa dalam terorisme adalah bahasa universal, yang penilaian
terhadapnya juga bersifat universal. Oleh karena itu, nilai dari terorisme
ternegasikan secara penuh oleh jatuhnya korban manusia yang tidak bersalah.
Terorisme menggunakan suatu bahasa dalam mengungkapkan pikiran atau
keyakinan pihak pelaku yang menimbulkan panik dan ketakutan di kalangan
masyarakat luas. Caranya adalah melalui kekerasan ataupun ancaman kekerasan,
baik secara fisik ataupun psikis terhadap siapa saja tanpa terkecuali. Ketakutan
yang meluas itu diharapkan dapat menjadi suatu dukungan publik, untuk menekan
sasarannya. Bagi terorisme yang penting adalah mencapai tujuan, walaupun
dengan menghalalkan segala cara.
Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh bagian dari sebuah pengertian
tentang terorisme, yaitu terorisme merupakan tindak kejahatan yang dilakukan
oleh pihak yang nilai kebenarannya terletak di dalam dirinya sendiri. Kebenaran
yang dimaksud adalah kebenaran dari sumber pengetahuan para teroris, seperti
halnya semua sumber pengetahuan juga bernilai pasti benar, jika saja alat-alat
penerapan mereka bekerja secara normal71
1. Islam tidak mengajarkan radikalisme dan terorisme
Meskipun kaum radikalis kontemporer banyak mengklaim keyakinan dan
tindakan mereka didasarkan pada agama, namun perlu dipahami bahwa agama
tidak mengajarkan radikalisme dan terorisme.
Memang benar kalua agama menganjurkan kita memmiliki pahan dan
keyakina secara radikal dalam arti memahami ajaran agama Islam dengan
mendalam sampai ke akar-akarnya. Akan tetapi agama tidak mengajarkan
radikalisme seperti pemaknaan yang berkembang seperti sekarang ini yang
cenderung negative memandang keyakinan, faham, dan caranya beragama yang
paling benar dan yang lain salah bahkan mungkar. Menegakkan keyakinan dan
paham serta cara-cara kekerasan bahkan melakukan teror (terorisme) dan
membolehkan pembunuhan yang menakutkan.
71
A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 39.
46
Sebelum menjelaskan bagaiman agama mengajarkan kedamaian, bukan
kekerasan dan kekacauan, kiranya perlu lebih dahulu dijelaskan bahwa Islam dan
agama besar manapun tidak dapat disangkutpautkan dengan radikalisme dan
terorisme. Sebagaiman dijelaskan dalam Oxford Encyclopedia of Modern Islamic
World bahwa:
Kaum muslim terlibat dalam terorisme pada xaman modern dan sebagaimana
keterlibatan Yahudi dan Kristen dalam terorisme. Mereka kadang memakai
agama sebagai pembenaran.72
Lebih jauh dikatakan bahwa ―Tidak ada sangkut paunya terorisme dengan Islam
dan agama besar manapun.‖
a. Terorisme Bukan dari Islam
Adalah suatu kenyataan bahwa –sehubungan dengan isu terorisme— u mat
Islam seringkali berada dalam posisi tersudutkan. Hal ini tejadi selain
disebabkan kekacauan dalam melihat Islam –dalam arti normative denga
Islam dalam arti rasional pemikiran hasil pemikiran ahli dan ulama serta
islam dalam arti sosiologis empiric, perilaku orang yang menganut
Islam—juga karena nama Islam sering dicata untuk tindakan-tindakan
teror.73
Selain karena para teroris mengambila nama Islam, gambaran citra buruk
mengenai Islam, khususnya umat Islam di Timur Tengah terus
dihubungkan denga terorisme. Bahkan Juliet Lodge secara eksplitis
mengumukakan tanggapan bahwa Capitanchik yang menggunakan kata
“Islamic Terorrism”, yang meskipun menggunakan tanda petik tetapi
nuansanya tetap aterlihat kentara,
Namun perlu disadari bahwa Islam sama sekali menolak tindakan-tindakan
teror, apalagi terorisme. Dari makna generiknya saj kedua istilah itu
bertolak belakang, kalua terorisme meiliki muatan ancaman kekerasan
yang menimbulkan ketakutan, kebencian, bahkan pembunuhan, maka
Islam bermakna keselamatan, penyerahan diri, dan kecintaan kepada
72
Richard Norton, Terorism, dalam John L. Esposito (Ed) The Oxford Encyclepodia of
The modern Islamic World, (1995) 73
Lihat Syahrin harahap, Metoodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuludin,
(Jakarta Rajawali Press, 2002)
47
Tuhan. Kecintaan kepada tuhan berarti kecintaan pada sesame, dan
dambaan terhadap situasi masyarakat yang tanpa kekacauan.
Dalam perspektif ini memang sangat tidak layak jika Islam disudutkan
dengan alasan prilaku kekerasan, termasuk image kekerasan dalam
penyebarannya, sehingga Islam di-image-kan sebagai ‗agama pedang‘.74
F. Kerangka Berpikir
12 Oktober 2002, bom mengguncang Bali. Dua bom meledak dalam kurun
waktu yang hampir bersamaan, tidak kurang 200 jiwa tewas seketika. 5 Agustus
2003, kembali bom meledak di kawasan Hotel JW Marriot Mega Kuningan
Jakarta. 9 September 2004, terjadi lagi ledakan dahsyat di Kedubes Australia.
Bom bunuh diri terjadi 12 Mei 2018, menyasar kantor kepolisian di Surabaya.
Miris pelaku turut menyertakan istri serta anaknya dalam melancarkan aksi teror
ini.
Inilah beberapa peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.
Akibatnya ratusan orang telah meregang nyawa sia-sia. Sampai saat ini tak ada
seorang pun yang bisa menjawab, kapan aksi keji ini akan berakhir. Kejahatan
yang mengancam hak asasi manusia ini menuai berbagai kecaman di kalangan
masyarakat. Tak ada satupun yang menghendaki aksi teror seperti itu melanda
bumi pertiwi.
Padahal bukan tidak mungkin melalui peran media massa penyebaran
radikalisme yang menjadi cikal bakal terbentuknya jaringan teroris bisa
diantisipasi keberadaannya. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok
dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan. Media massa
dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan
yang berbeda-beda.75
Pada dasarnya pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
pembentukan realitas. Pada dasarnya, realitas bukan sesuatu yang tersedia, yang
tinggal ambil oleh wartawan. Sebaliknya, semua pekerjaan jurnalis pada dasarnya
adalah agen. Bagaimana peristiwa yang acak, kompleks, itu disusun sedemikian
74
Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A, Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme & Terorisme,
(Depok, SIRAJA, 2017). h. 29-33. 75
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17.
48
rupa sehingga membentuk suatu berita.76
Dalam menyikapi isu radikalisme, dapat dikatakan bahwa radikalisme Islam
merupakan sebuah proses politik yang mengancam dunia (Islam maupun non
Islam) sebagai sebuah gerakan politik keagamaan. Radikalisme memang bukan
fenomena Islam saja, tetapi fenomena global yang melanda dunia ketika kondisi
dunia dianggap tidak sesuai dengan apa yang menjadi gagasannya. Itulah gagasan
tentang ―dunia Idaman‖ di masa lampau, dengan menjadikan apa-apa yang terjadi,
dan ada sekarang dianggap tidak sesuai dengan ajaran kitabiah sehingga harus di
rombak.77
Selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit,
artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya
pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat "terbatas" pada
implementasi dan penerapan program. Masyarakat tidak dikembangkan dayanya
menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah
diambil "pihak luar". Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak
memiliki "kesadaran kritis".78
Hanya saja mereka para teroris selalu saja berhasil mendoktrin oknum
masyarakat dengan paham-paham radikal yang dimilikinya. Parahnya lagi banyak
dari penganut pahan radikal ini merupakan orang yang memiliki pendidikan tinggi
dan wawasan yang luas. Hal tersebut seringkali membuat kita bertanya-tanya
bagaimana paham radikal ini bisa begitu massif tersebar di masyarakat.
Atas dasar itu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
peran media melawan paham radikalisme di Indonesia. Terlebih media massa
memiliki peran sebagai kontrol sosial. Karena peranannya inilah wadah potensial
untuk mengangkat, mebuat, bahkan menggiring opini ke arah yang lebih baik.
76
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2002), h. 27. 77
Qodir. Dr. Zuly, Radikalisme Agama di Indonesia, h. 38. 78
Nasdian. Fredian Tonny, Pengembangan Masyarakat , h. 90
49
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
MASYARAKAT Minimnya pengetahuan tentang
radikalisme membuat masyarakat mudah terpapar paham radikalisme
Hingga akhirnya tergabung dalam organisasi berpaham radikal
MEDIA Media memiliki fumgsi hiburan,
informasi, edukasi, kontrol sosial
Mestinya media bisa mengcounter penyebaran paham radikal dengan terus mengedukasi
masyarakat
RADIKALISME Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara total terhadap
suatu kondisi kehidupan masyarakat.
Pergerakan yang massif dan tersembunyi berujung pada aksi
terorisme
50
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil dan Sejarah Harian Kompas
Pada mulanya berkisar antara tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong dan Jakob
Oetama bertemu dan membicarakan mengenai dilarang masuknya majalah luar
negeri ke Indonesia. Pada saat itu PK Ojong merupakan Pemimpin Redaksi Star
Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi majalah Penabur.
Mereka bertemu dan memperbincangkan mengenai pembaca Indonesia yang
terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk ke
Indonesia. Kemudian keduanya sepakat untuk membentuk sebuah terobosan yang
mendobrak isolasi tersebut dengan sebuah majalah bernama "Intisari". Intisari
adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Disebut Sang
Pemula karena memang kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas
Gramedia (KKG).
Majalah Intisari terbit pada 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, hitam putih,
berukuran 14x17,5 cm, tebal 128 halaman, dan tanpa cover. Jakob Oetama
tercantum sebagai pemimpin redaksi, tetapi PK Ojong dan Adi Subrata tidak
tercantum sebagai pengasuh. Penjualan pertama teijual sebanyak 10.000
eksemplar.
Kemudian memasuki tahun 1965, suhu politik di Indonesia memanas akibat
adanya aksi dari Partai Komunis Indonesia yang melakukan kegiatan sepihak dan
menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan
negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen
Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di kabinet, mencetuskan ide agar
dibentuknya koran untuk melawan pers komunis. Kemudian Frans Seda
menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef Kasimodan rekannya di
Intisari PK Ojong dan Jakob Oetama. Mereka menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan. Pada awalnya, mereka memilih nama "Bentara
Rakyat" karena bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang
membela rakyat bukanlah PKI. Soekarno mendengar rencana penerbitan Koran
tersebut dan menyarankan agar diberi nama "Kompas" yang berarti sebagai
51
pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba.
Maka jadilah Kompas sebagai nama Koran tersebut hingga saat ini, sementara
itu Bentara Rakyat dijadikan sebagai nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai
penerbit Harian Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para
pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan
PK Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua: IJ Kasimo, Wakil Ketua: Drs.
Frans Seda, Penulis I: FC Palaunsuka, Penulis II: Jakob Oetama, dan Bendahara:
PK Ojong.
Walaupun mendapat dukungan dari berbagai pihak, proses ijin terbit tetap
mengalami kesulitan. Sejumlah syarat diungkapkan PKI dan kaki tangannya untuk
mempersulit terbitnya Kompas. Berbagai persyaratan dapat dilalui sampai
akhirnya hanya satu persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu dan menyuarakan
dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang
sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani
bersama Drs. Frans Seda, rekannya di kabinet, mencetuskan ide agar dibentuknya
koran untuk melawan pers komunis.
Kemudian Frans Seda menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef
Kasimodan rekannya di Intisari PK Ojong dan Jakob Oetama. Mereka menggarap
ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan. Pada awalnya, mereka memilih nama
"Bentara Rakyat" karena bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa
yang membela rakyat bukanlah PKL Soekarno mendengar rencana penerbitan
Koran tersebut dan menyarankan agar diberi nama "Kompas" yang berarti sebagai
pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah
Kompas sebagai nama Koran tersebut hingga saat ini, sementara itu Bentara
Rakyat dijadikan sebagai nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit Harian
Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi
Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK Ojong. Pengurus
yayasan terdiri dari Ketua: IJ Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis I:
FC Palaunsuka, Penulis II: Jakob Oetama, dan Bendahara: PK Ojong.
Walaupun mendapat dukungan dari berbagai pihak, proses ijin terbit tetap
mengalami kesulitan. Sejumlah syarat diungkapkan PKI dan kaki tangannya untuk
mempersulit terbitnya Kompas. Berbagai persyaratan dapat dilalui sampai
52
akhirnya hanya satu persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu mengumpulkan bukti
adanya 3.000 calon pelanggan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut Frans Seda
berinisiatif mengumpulkan tanda tangan dari sejumlah anggota partai, guru-guru
sekolah, dan anggota-anggota Koperasi Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio,
Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dalam waktu singkat, tanda
tangan dapat terkumpul dan ijin terbit pun berhasil didapat. Pers PKI yang
bereaksi keras terhadap Kompas pun mulai menghasut masyarakat dengan
mengartikan Kompas sebagai Komando Pastor.
Harian Kompas lahir pada tanggal 28 Juni 1965 dengan mengusung motto
"Amanat Hati Nurani Rakyat". Kompas pertama terbit dengan empat halaman
berisi sebelas berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama.
Berita utama di halaman satu ketika itu beijudul "KAA Ditunda Empat Bulan". Di
halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama Pemimpin Redaksi: Drs. Jakob
Oetama. Staf Redaksi: Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th.
Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba,
Tinon Prabawa, dan Eduard Liem.
Oplah Harian Kompas selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya sejak
dicetak di percetakan yang lebih baik. Dari yang semula hanya 4.800 eksemplar
menjadi 8.003 eksemplar. Pada 26 Juni 1967, oplah Kompas 30.650 eksemplar.
Setahun kemudian menjadi 44.400 eksemplar. Dua tahun kemudian penjualan
Kompas telah mencapai 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, sekitar 40% teijual di
Jakarta kurang lebih 31.000, selebihnya beredar di luar Jakarta. Setelah tahun
1980-an oplah Kompas mengalami perkembangan pesat hingga 600.000 pada
tahun 1986 selama sebulan. Sekarang rata-rata
500.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu.
Oplah terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan
oplah 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.1
B. Visi dan Misi Harian Kompas
Moto "Amanat Hati Nurani Rakyat" di bawah logo Kompas menggambarkan
visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang
sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan
1 Company Profile, Harian Kompas
53
pengkotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin berkembang
sebagai "Indonesia Mini", karena Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka
dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin
menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian
dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan
kelompok. Rumusan bakunya adalah "humanism transcendental". "Kata Hati
Mata Hati", pepatah yang kemudian ditemukan menegaskan semangat empati dan
compassion Kompas.
a) Visi Harian Kompas
―Menjadi Institusi Yang Memberikan Pencerahan Bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia Yang Demokratis Dan Bermartabat, Serta Menjunjung
Tinggi Asas Dan Nilai Kemanusiaan‖
Dalam kiprahnya di industri pers ―Visi Kompas‖ berpartisipasi membangun
masyarakat Indonesia baru berdasarkan Panca Sila melalui prinsip humanisme
transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan
masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut:
1. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
2. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentubaik
politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi.
3. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan
segala kelompok.
4. Kompas adalah Koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan
cita-cita bangsa.
5. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan
tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan
pemerintahan yang menjadi lingkungan.
b) Misi Harian Kompas
―Mengantisipasi Dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional,
Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan Menyediakan Dan
Menyebarluaskan Informasi Terpercaya‖.
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam
semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal
tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan
perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima sasaran operasional,
54
yaitu:
1. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat,
cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
2. Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan
untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam
gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan.
3. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual
yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami jalan pikiran
dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan persoalan
dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.
4. Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan
tiras.
5. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh
keuntungan dari usaha. Namun keutungan yang dicari bukan sekadar demi
keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan
dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab
sosialnya sebagai perusahaan.2
C. Nilai-nilai Dasar Harian Kompas
Seluruh kegiatan dan keputusan harus berdasarkan dan mengikuti nilai- nilai
sebagai berikut:
a) Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
b) Mengutamakan watak baik
c) Profesionalisme
d) Semangat kerja tim.
e) Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja –
penerima proses selanjutnya)
f) Tanggung jawab sosial.
g) Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai-nilai tersebut, dengan
begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi pelanggan.3
D. Struktur Organisasi Harian Kompas
Kompas diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara. Perusahaan ini
dipimpin langsung oleh Jacob Oetama sebagai direktur utama. Dalam organisasi
ini, seperti penerbitan lain, terdapat tiga komponen utama yang menjadi tulang
punggung terbitnya Kompas, yakni Penerbit, Redaksi, dan Perusahaan. Pemimpin
umum dijabat oleh Jacoeb Oetama dan wakil pemimpin umum: S.T. Sularto,
Agung Adiprasetyo. Editoral Directorate : Rikard Bagun. Editor In Chief :
2 Disarikan dari dokumentasi Pusat Informasi Kompas (PIK) Litbang Kompas Gramedia.
3 Disarikan dari dokumentasi Pusat Informasi Kompas (PIK) Litbang Kompas Gramedia.
55
Budiman Tanuredjo. Managing Editor : Mohammad Bakir. National Desk Editor :
Banu Astono. Presidential Bureau Editor : Suhartono. Politic & Law Desk Editor :
Marcelius Hernowo. Sunday Desl Editor : Indira Permanasari. Economic Desk
Editor : Andreas Maryoto. Sports Desk Editor : Adi Prinantyo. Metro Desk Editor
: Dahono Fitrianto. International Desk Editor : Johanes Waskita Utama. Science
& Technology Desk Editor : Gesit Ariyanto. Education & Culture Desk Editor :
Antonius Tomy Trinugroho. Article Desk Editor : Sri Hartati. Youth, Child, &
Lifestyle Desk Editor : Budi Suwama. Visual Desk Editor : Ignatius Danu
Kusworo. Multimedia Desk Editor : Nasru Alam Aziz. Community Desk Editor :
Nugroho Fery Yudho.4
E. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Kompas
PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa, pemimpin
tertinggi adalah Pemimpin Umum, Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil
Pemimpin Umum Bidang Non Bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Bisnis,
lalu ada Pemimpin Redaksi yang bertanggung jawab bidang redaksi, dan
Pemimpin Perusahaan yang bertanggung jawab bidang bisnis. Dibawah Pemimpin
Redaksi ada Redaktur Pelaksana dan dibawahnya terdapat Kepala Desk, Kepala
Biro dan paling bawah adalah reporter. Di bidang isnis, dibawah Pemimpin
Perusahaan ada General Manajer Iklan dan General Sirkulasi, dan General
Manajer marketing comnmunication. Di antara dua bidang itu, ada bagian
Penelitian dan Pengembangan, Direktorat SDM-Umum, dan Teknologi Informasi.
Mereka sifatnya supporting dan dibawah supervisi Wakil Pemimpin Umum non
bisnis, sementara untuk Pemimpin Perusahaan disupervisi Wakil Pemimpin
Umum bidang bisnis.
Pembagian dalam Struktur Organisasi ini, dimaksudkan untuk memudahkan
pembagian sistem kerja.―Produk‖ Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil
kerja sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Produk kompas
adalah Koran dan berita. Adapun tahap manajemen produk itu adalah sebagai
berikut:
4 Disarikan dari dokumentasi Pusat Informasi Kompas (PIK) Litbang Kompas Gramedia.
56
1. Bidang Redaksi
a. Perencanaan
Dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita yang akan dimuat,
berdasarkan:
1) Adanya undangan acara yang diterima Harian Kompas.
2) Peliputan berita yang ditetapkan di tiap-tiap desk.
3) Penetapan event tertentu, dimana dalam upaya pencarian berita
disesuaikan dengan aktualitas peristiwa yang terjadi.
b. Pengorganisasian
Redaktur mengkoordinasikan wartawan-wartawan untuk mencari dan menulis
berita sesuai dengan yang direncanakan dalam rapat pagi dan menunjuk
wartawannya untuk mengerjakan tugas-tugas pencarian berita tersebut.
c. Pelaksanaan
Dilaksanakan rapat sore untuk menetapkan berita yang akan dimuat dalam
surat kabar (dalam bentuk yang belum jadi) dan membuat head line berita.
Apabila data belum akurat maka akan ditambah atau dicari lagi. Setelah data
berita akurat, berita disunting oleh desk sunting. Setelah disetujui, kemudian akan
disunting dalam bentuk lay out Koran untuk dicetak. Dead line ditetapkan pukul
23.00. Percetakan dimulai pukul 01.00.Pencetakan sesuai dengan jumlah oplag.
d. Pengevaluasian
Dilakukan evaluasi ditiap-tiap desk/bidang redaktur, selain mengevaluasi
berdasarkan masukan dari pembaca yang menelepon atau mengirimkan fax/email.
Evaluasi akan dibahas pula dalam rapat Rabu (rapat minnguan) sebagai dasar
perencanaan yang juga akan dibahas dalam rapat pagi. Evaluasi dilihat dari segi:
1) Pencetakan susunan huruf dan kata-kata
2) Bentuk dan susunan berita pada setiap halaman
3) Isi beritanya
Sumber berita lain selain wartawan dari penulis-penulis dan berbagai kantor
berita. Kompas dikenal dengan keunggulan dari segi penulisan opini. Penulis
opini Kompas, misalnya : Kwik Kian Gie, Mudji Sutrisno, Arief Budiman,
Zuhairi Misrawi, Muhtadin AR, Aloysius Budi Nugroho, Herry Tjahjono dll.
Pembagian berita: berita daerah, berita luar negeri, berita dalam negeri, berita
57
olahraga dll.
2. Direktorat SDM-Umum
Direktorat SDM-Umum dipimpin oleh seorang Direktur, dan dibawahnya ada
empat manajer yang memimpin bidang Umum, Penerimaan & Penempatan,
Remunerasi (Kesejahteraan). Pendidikan & Pelatihan.
a. Bidang Umum, berkewajiban menyediakan sarana & prasarana
untuk setiap karyawan, agar mendapatkan kenyamanan dalam
melakukan tugasnya. Ruang kerja yang memadai dan peralatan
kerja disediakan oleh perusahaan.
b. Bidang Penerimaan dan Penempatan, unit yang merekrut calon
karyawan dan menempatkan di unit sesuai dengan bidang dan
keahliannya. Perkembangan dari calon karyawan sampai pensiun
menjadi tanggung jawab dari bidang Penerimaan dan Penempatan.
c. Bidang Kesejahteran (Remunerasi), adalah unit yang mengurusi
kesejahteraan karyawan misalnya: tunjangan perumahan, cuti,
sekolah, dokter, obat, rumah sakit dll.
d. Pendidikan & Pelatihan, unit yang mendidik & memersiapkan
calon karyawan untuk memasuki dunia kerja di bidangnya.
Training untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia atau
karyawan menjadi tanggung jawab dari unit ini.
3. Bidang Penelitian & Pengembangan
Kepala Penelitian dan Pengembangan yang kedudukannya sejajar dengan
Pemimpin Redaksi (Pemred), bertanggung jawab secara langsung kepada
Pemimpin Umum Harian Kompas. Kepala Litbang membawahi 4 bidang yang
mempunyai kedudukan sejajar, yaitu:
a. Pusat Informasi Kompas (PIK)
Pusat Informasi Kompas dipimpin oleh seorang Manajer membawahi tiga
bagian:
1) Bagian Akuisisi : bagian pengadaan dan perawatan bahan pustaka.
2) Bagian Pengolahan Arsip Elektronik : bagian pengolahan arsip
elektronik mencakup kegiatan pengolahan Harian Kompas dan
informasi dari sumber lain ke dalam bentuk elektronik.
3) Bagian Layanan Informasi: bagian ini mempunyai kegiatan layanan
informasi dan kegiatan sirkulasi.
Pusat Informasi Kompas merupakan satu unit/bidang yang pada dasarnya
bertugas mengumpulkan, mengolah dan melakukan temu kembali informasi yang
dibutuhkan. Kegiatan Pusat Informasi Kompas bukan hanya sebagai pusat
58
dokumentasi, tetapi merupakan pusat informasi. Fungsi Pusat Informasi Kompas
adalah untuk mendukung kinerja redaksi dalam menerbitkan Harian Kompas, dan
secara rinci mempunyai tugas:
1) Mengembangkan koleksi baik buku, terbitan berkala dan data
terolah.
2) Mengelola arsip Harian Kompas dan beberapa terbitan berkala
yang dipilih berdasarkan kebutuhan redaksi ke dalam bentuk arsip
elektronik.
3) Memberikan informasi untuk internal yaitu: wartawan dan
karyawan yang tergabung dalam Kelompok Kompas – Gramedia
(KKG) dan melayani masyarakat umum.
b. Pusat Penelitian Kompas (Puslitkom)
Pusat penelitian Kompas (Puslitkom) pimpinan seorang Manajer, bertugas
menangani penelitian dari hasil kerja redaksi yang hasilnya diserahkan pada
bagian redaksi. Penelitian dilakukan dengan bantuan dari mahasiswa dengan
mengadakan polling terhadap pelanggan Kompas dan masyarakat umum.
c. Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis)
Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis) dipimpin oleh seorang Manajer Puslitbis,
menangani riset pasar / konsumen, memantau pendapat masyarakat terhadap
perubahan Kompas, dan mengadakan penelitian terhadap kemungkinan
pengembangan Kompas.Forum Pembaca Kompas yang ditangani selama ini untuk
memberi masukan / kritik tentang Harian Kompas.
d. Bidang Database
Updating database Kompas perlu ditangani setiap kali agar koleksi database
Harian Kompas selalu up-todate.Bidang Database Kompas dipimpin oleh seorang
manajer Database.Biodata tokoh-tokoh politik, pengusaha, artis dan orang-orang
terkenal selalu di update sehingga datanya tetap relevan menjadi tanggung jawab
dari unit ini.Database juga setiap kali memuat profil kabupaten seluruh Indonesia.
Buku otonomi daerah dengan isi profil kabupaten telah terbit , dan telah menyusul
buku partai Indonesia.
4. Bidang Teknologi Informasi
Bidang paling baru dalam organisasi Kompas, ini didirikan tahun 1996 dan
irestrukturisasi tahun 2003, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya
59
teknologi informasi dengan cepat dan tepat, serta bisa memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Oleh karena itu, Bidang Teknologi Informasi (TI)
diarahkan untuk lebih berorientasi pada memberikan pelayanan yang tuntas (end-
to-end sevices) dalam bidangnya, dan tidak hanya berorientasi pada teknologi
saja. Untuk mewujudkan hal ini, maka Bidang TI membentuk tim kerja dalam
melaksanakan tugasnya. Ada tim yang bertanggung jawab untuk
mengintegrasikan jasa layanan dan ada tim yang bertanggung jawab untuk men-
deliver layanan tersebut. Kedua tim ini bekerja secara proyek maupun rutin, dan
didukung oleh Senior Analyst, Staf Sekretariat, Administrasi dan Gudang. Secara
struktur, tim kerja ini dibangun dari tiga bidang keahlian yang dipimpin oleh
seorang General Manajer, dan masing-masing bidang keahlian dipimpin oleh
seorang Manajer, yaitu Software & Aplikasi, Hardware & Infrastruktur dan
Helpdesk & Support.
a. Software dan Aplikasi (SA)
Bidang SA diisi oleh para programmer dan system analis yang bertanggung
jawab untuk membangun / mengintegrasikan software, aplikasi dan database
menjadi suatu sistem informasi yang diperlukan. Pekerjaan tersebut harus
diselesaikan tepat waktu, mudah digunakan, bebas dari kesalahan dan cost
effective.Untuk itu bidang SA dituntut untuk memiliki metoda kerja yang
sistematis dan melaksanakan penelitian yang terarah. Bekerjasama dengan bidang
lain, bidang SA memberikan dukungan tingkat lanjut bagi permasalah software
dan aplikasi, serta memastikan bahwa database perusahaan selalu dalam kondisi
up and running.
b. Hardrware dan Infrastruktur (HI)
Bidang HI bertanggung jawab untuk membangun / mengintegrasikan
hardware dan infrastruktur untuk menjalankan sistem informasi yang
diperlukan.Para ahli hardware dan jaringan komputer serta telekomunikasi di
bidang ini juga dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu,
handal dan cost effective.Sama dengan Bidang SA, Bidang HI juga memberikan
dukungan tingkat lanjut bagi permasalahan hardware dan infrastruktur, serta
memastikan bahwa hardware dan infrastructure komputer & telekomunikasi
perusahaan selalu dalam kondisi up and running.
60
c. Help, Desk, dan Support (HDS)
Bidang HDS merupakan ujung tombak TI dalam men-deliver layanan TI, serta
menangkap kebutuhan dan kesulitan para pengguna sumber daya TI di
perusahaan.Oleh karena itu secara proaktif Bidang HDS melaksanakan
inventarisasi, instalasi, perawatan, perbaikan dan dukungan teknis, serta
memberikan pelatihan agar sumber daya TI perusahaan dapat dimanfaatkan secara
optimal.Bidang HDS disebar ke beberapa lokasi kerja dan masing-masing
dikepalai oleh seorang Supervisor.Secara regular mereka menghadiri dan
mengadakan pertemuan dengan user.
5. Bidang Bisnis
Masyarakat Indonesia semakin beragam pola dan gaya hidupnya. Komunikasi
massa di Indonesia semakin maju, dan jaringan informasi semakin canggih.
Akibatnya, terjadi peningkatan kualitatif kebutuhan informasi. Artinya, sekarang
bukan sekadar membutuhkan fakta saja, tetapi petunjuk yang lebih mengarah pada
makna dari fakta itu, bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya.
Atas dasar pemikiran itu ada gagasan, dalam usaha penerbitan Kompas mulai
dikembangkan pemikiran yang tidak hanya didasarkan pada orientasi produk,
tetapi bergerak sampai jarak tertentu ke orientasi pasar. Artinya, dalam membuat
produk ditingkatkan kesadaran dan pemikiran terhadap situasi pasar, maupun
perkembangan kebutuhan konsumen mengenai informasi.
a. Fungsi Bisnis :
1) Bertanggung jawab dan berkewajiban menjadikan lembaga
Kompas menjadi badan usaha komersial yang sehat.
2) Mengatur pendapatan dan pembiayaan kegiatan usaha, agar media
sebagai produk laku terjual.
3) Memantapkan agar unit bisnis dan personilnya sebagai intitusi
sosial yang punya nilai ekonomis dan kemasyarakatan.
4) Mengedarkan produk agar bisa dikomsumsi pada saat pembaca
membutuhkannya.5
5 Disarikan dari dokumentasi Pusat Informasi Kompas (PIK) Litbang Kompas Gramedia.
61
F. Gambaran Umum Pembaca Kompas
Posisi media cetak dengan penetrasi dan keterbacaannya, media cetak masih
efektif dalam menentukan tahapan menuju pembelian, 74% pembaca media cetak
yang berada direntang usia produktif (20-49 tahun), 54% pembaca media cetak
yang berasal dari kelas atas, 36% pembaca media cetak yang merupakan
pengambil keputusan pembelian produk.6 Koran sebagai media beriklan sangat
penting untuk produk yang mengutamakan unsur trust.7
Di tengah maraknya era digital, koran masih tetap menjadi acuan informasi.
Kredibilitas yang kuat dan kurasi konten yang ketat menjadi kunci memenangi
persaingan dengan media dari berbagai platform. Di Indonesia, Kompas menjadi
pilihan utama pembaca koran dalam menentukan referensi berita atau iklan. Total
oplah Kompas dengan rataan distribusi ke seluruh Indonesia sebanyak 469.928
Titas dengan jumlah Readership mencapai 1.409.784 artinya rata-rata satu
eksemplar koran Kompas dibaca oleh 2-3 orang. Sejalan dengan temuan Nielsen,
survei Litbang Bisnis Kompas juga mengindikasikan peran media cetak. Terutama
koran dalam pembelian.8
62% pembaca mendapatkan Kompas dengan cara berlangganan yang
menjadikan Kompas surat kabar dengan tiras terbesar di Indonesia dan daya
jangkau penyebaran paling luas. Pembaca Kompas adalah pembaca setia dan
konsisten yang mencerminkan Indonesia mini, kaum muda yang produktif dengan
tingkat intelegensia tinggi, serta orang-orang yang secara social berpengaruh dan
berada pada posisi yang menentukan. Lebih rinci pembaca laki-laki Kompas jauh
lebih dominan yakni 82% dibanding perempuan. Serta jika dilihat dari tingkat
Pendidikan mayoritas pembaca adalah lulus Pendidikan atau 66%.9
6 Survei Nielsen Consumer & Media View (CMV) kuarta III 2017
7 Hellen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Media.
8 Angket Pembaca Kompas 2016 Litbang Bisnis Kompas
9 Sumber data Penelitian Bisnis Kompas, Mediakit Kompas 2018.
62
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Level Teks
1. Analisis Wacana Kritis Level Teks Berita Jaringan Teroris Dibongkar
dalam Harian Kompas.
Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, jika ditinjau
dari segi teks Teun A. Van Djik membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama,
Struktur Makro, terdiri dari tematik. Kedua, Superstruktur, terdiri dari skematik.
Ketiga, Struktur Mikro, terdiri dari semantik, sintaksis, Stalistik, dan retoris.
Berikut rincian analisis berita Harian Kompas edisi 15 Mei 2018 :
Tabel 4.1 Berita Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018
NO Judul Berita
1 Jaringan Teroris Dibongkar
2 RUU Antiterorisme Segera Disahkan
3 Memelihara Ukhuwah Curabhaya
4 Sejumlah Provinsi Lebih Siaga
5 Gubernur Minta Warga Tenang
6 Tajuk Rencana : Tekadkan ‖Terorisme Sampai di Sini!‖
Sumber : Harian Kompas Edisi 15 Mei 2018
Analisis Berita I Judul: ―Jaringan Teroris Dibongkar‖ (Selasa,15 Mei 2018)
a. Struktur Makro: Tematik
Tema yang biasa disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh penulis dalam berita yang dibuatnya.1
Tema teks berita terdapat pada paragraf 1 :
―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat persembunyian
dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018). Penggerebekan dilakukan di
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang, jawa Timur. Sebanyak 13 orang
ditangkap‖2
Tema yang diangkat penulis pada pemberitaan ini berdasarkan pada berita
1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001),
h. 229. 2 “Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
63
Harian Kompas edisi 15 Mei 2018 memuat penggerebekkan yang dilakukan oleh
Densus 88 kepada jaringan teroris di sejumlah daerah di Jawa Timur, Indonesia.
b. Super Struktur: Skematik
Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan
yang dimaksud pada teks pertama sebagai berikut:
1) Pada bagian awal berita memuat penangkapan terduga teroris yang
dilakukan oleh Densus 88 di sejumlah daerah di Jawa Timur, Indonesia.
―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat
persembunyian dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabay, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang,
jawa Timur. Sebanyak 13 orang ditangkap‖3 (Paragraf 1)
2) Pada bagian isi berita memuat langkah nyata pihak kepolisiaan Republik
Indonesia mengantisipasi serangan susulan oleh jaringan teroris setelah
ledakan bom di Surabaya.
―Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung
Mangera mengatakan, dari 13 orang yang ditangkap, empat orang tewas
ditembak saat melawan petugas. Para petugas ini ditangkap di Surabaya
dan Sidoarjo.‖ (Paragraf 3). ―Terduga teroris yang tewas adalah Anton
Ferdiantono dan Budi Satrio, keduanya di Sidoarjo. Budi tokoh penting
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) du Surabaya dan saat digeledah di
rumahnya ditemukan bahan peledak. Adapun dua terduga teroris lainnya
yang tewas masih belum diketahui identitasnya‖ (Paragaraf 4)
3) Berita ini ditutup dengan berbagai kecaman yang dikemukanan oleh
berbagai elemen masyarakat Indonesia maupun mancanegara atas aksi
terorisme di Surabaya ini.
―Secara terpisah, Presiden Joko Widodo dalam semua acara yang
dihadirinya. Senin, mengajak semua pihak untuk mendo‘akan para korban
atas aksi terorisme. Tak hanya itu, presiden mengajak semua pihak untuk
melawan radikalisme dan terorisme.‖ (Paragaraf 9). Serangan bom di
Surabaya mendapat kecaman dari sejumlah pemimpin dunia dan lembaga
internasional. Perdana Mentri Australia Malcom Trunbull, di Camberra,
dengan keras mengecam serangan teror itu, seperti dilaporkan
koresponden Kompas di Brisbane, Harry Baskara.‖4 (Paragraf 14).
3 “Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
4 “Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
64
c. Struktur Mikro:
1) Semantik
Latar
Latar pada teks berita pertama terdapat pada teasure dan paragraf 1.
―Serangan teror di Surabaya menunjukkan adaptasi pola serangan
simpatisan NIIS, yakni menggunakan anak-anak. Polisi menangkap
sejumlah teroris dibeberapa kota.‖ (Teasure). ―Tim Detasemen 88
Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat persembunyian dan aktivitas
terduga teroris, Senin (14/5/2018). Penggerebekan dilakukan di Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur. Sebanyak 13 orang
ditangkap.‖5 (Paragraf 1).
Detil
Detil pada teks berita pertama terdapat pada paragraf 1 dan 3.
―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat
persembunyian dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang,
Jawa Timur. Sebanyak 13 orang ditangkap.‖ (Paragraf 1).
―Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung
Mangera Mengatakan, dari 13 orang yang ditangkap, empat orang tewas
ditambak saat melawan petugas. Para terduga teroris ini ditangkap di
Surabaya dan Sidoarjo.‖ (Paragraf 3).
Maksud
Maksud pada pemberitaan teks pertama terdapat pada paragraf 4.
―Terduga teroris yang tewas adalah Anton Ferdiantono dan Budi Satrio,
keduanya di Sidoarjo. Budi tokoh penting Jamaah Ansharud Daulah (JAD)
di Surabaya dan saat digeledah di rumahnya ditemukanbahan peledak.
Adapun dua terduga teroris lainnya yang juga tewas masih belum
diketahui identitasnya. Di Malang penggeladahan dilakukan terhadap
rumah MA (47) seorang pegawai kantor Pos Besar Malang, serta istrinya
(49), pada Senin.‖ (Paragraf 4).
Pra-Anggapan
Pra-anggapan pada teks pemberitaan pertama terdapat pada paragraf 2.
Pra-anggapan dibuat oleh penulis, karena berkaitan dengan serangan bom
di tiga lokalsi di Surabaya.
5 “Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
65
―Penggerebekkan dilakukan guna mencegah teror susulan setelah
peledakan bom di tiga gereja pada Minggu (13/5) pagi, di Rumah Susun
Sederhana Sewa Wonocolo di Sidoarjo, Minggu malam, dan dan terakhir
di Markas Polrestabes Surabaya, Senin pagi.‖6 (Paragraf 2).
2) Sintaksis
• Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat pasif dan kalimat aktif terdapat pada paragraf 1.
1) ―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat
persembunyian dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang,
Jawa Timur. Sebanyak 13 orang ditangkap.‖ (Paragraf 1).
• Koherensi
1) Menggunakan penanda koherensi bersifat aditif atau penambahan
―dan‖, seperti pada kalimat:
―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat
persembunyian dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang,
Jawa Timur. Sebanyak 13 orang ditangkap.‖ (Paragraf 1).
2) Menggunakan kata hubung relasi penambahan ―adapun‖, seperti pada
kalimat:
―Terduga teroris yang tewas adalah Anton Ferdiantono dan Budi Satrio,
keduanya di Sidoarjo. Budi tokoh penting Jamaah Ansharud Daulah (JAD)
di Surabaya dan saat digeledah di rumahnya ditemukan bahan peledak.
Adapun dua terduga teroris lainnya yang juga tewas masih belum
diketahui identitasnya. Di Malang penggeladahan dilakukan terhadap
rumah MA (47) seorang pegawai kantor Pos Besar Malang, serta istrinya
(49), pada Senin.‖ (Paragraf 4).
3) Menggunakan kata hubung penegasan, seperti pada kalimat:
―Secara terpisah, Presiden Joko Widodo dalam semua acara yang
dihadirinya. Senin, mengajak semua pihak untuk mendo‘akan para korban
atas aksi terorisme. Tak hanya itu, presiden mengajak semua pihak untuk
melawan radikalisme dan terorisme.‖ (Paragraf 9).
• Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti pemiliki/ kepunyaan yakni ―-nya‖, seperti
pada kalimat:
―Terduga teroris yang tewas adalah Anton Ferdiantono dan Budi Satrio,
kedua-nya di Sidoarjo.‖ (Paragraf 4).
2) Menggunakan kata ganti ―mereka‖ sebagai kata ganti orang ketiga
jamak, seperti pada kalimat:
6 “Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
66
67
• Metafora
Unsur metafora dalam berita pertama ini terdapat pada paragraf 1.
―Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek sejumlah tempat
persembunyian dan aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang,
Jawa Timur. Sebanyak 13 orang ditangkap.‖ (Paragraf 1)
• Ekspresi
Ekspresi yang menggambarkan sikap haru dan simpati terdapat pada
paragraf 4.
―Secara terpisah, Presiden Joko Widodo dalam semua acara yang
dihadirinya, Senin, mengajak semua pihak untuk mendo‟akan para korban
atas aksi terorisme. Tak hanya itu, presiden mengajak semua pihak untuk
melawan radikalisme dan terorisme.‖ (Paragraf 9)
Tabel 4.2 Jaringan Teroris Dibongkar
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema
Tim Detasemen 88 Antiteror Polri menggerebek
sejumlah tempat persembunyian dan aktivitas
terduga teroris, Senin (14/5/2018). Penggerebekan
dilakukan di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan
Malang, jawa Timur. Sebanyak 13 orang
ditangkap. (Paragraf 1)
Superstruktur Skematik
Pendahuluan : Tim Detasemen 88 Antiteror Polri
menggerebek sejumlah tempat persembunyian dan
aktivitas terduga teroris, Senin (14/5/2018).
Penggerebekan dilakukan di Surabay, Sidoarjo,
Pasuruan, dan Malang, jawa Timur. Sebanyak 13
orang ditangkap. (Paragraf 1)
Isi : “Kepala Bidang Humas Polda Jatim
Komisaris Besar Frans Barung Mangera
mengatakan, dari 13 orang yang ditangkap, empat
orang tewas ditembak saat melawan petugas. Para
petugas ini ditangkap di Surabaya dan Sidoarjo.
(Paragraf 3).‖ ―Terduga teroris yang tewas adalah
Anton Ferdiantono dan Budi Satrio, keduanya di
Sidoarjo. Budi tokoh penting Jamaah Ansharud
Daulah (JAD) du Surabaya dan saat digeledah di
rumahnya ditemukan bahan peledak. Adapun dua
terduga teroris lainnya yang tewas masih belum
diketahui identitasnya. (Paragaraf 4)‖
Penutup : ―Secara terpisah, Presiden Joko Widodo
dalam semua acara yang dihadirinya. Senin,
mengajak semua pihak untuk mendo‘akan para
korban atas aksi terorisme. Tak hanya itu, presiden
68
mengajak semua pihak untuk melawan radikalisme
dan terorisme. (Paragaraf 9)‖ ―Serangan bom di
Surabaya mendapat kecaman dari sejumlah
pemimpin dunia dan lembaga internasional.
Perdana Mentri Australia Malcom Trunbull, di
Camberra, dengan keras mengecam serangan teror
itu, seperti dilaporkan koresponden Kompas di
Brisbane, Harry Baskara. (Paragraf 14)‖
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stalistik,
Retoris.
Latar : Terdapat di teasure berita, Serangan teror
di Surabaya menunjukkan adaptasi pola serangan
simpatisan NIIS, yakni menggunakan anak-anak.
Polisi menangkap sejumlah teroris dibeberapa kota.
Detil : Terdapat pada paragraf 1 dan 3, pada
paragraf ini menerangkan tindakan pihak ke
polisian Indonesia dalam hal ini Densus Antiteror
88 Mabes Polri menangkap para pelaku teror bom
ditiga tempat di Surabaya. selain itu paragraf ini
juga menyebutkan jumlah pelaku dan lokalsi
penangkapan.
Maksud : Terdapat di Paragraf 4, menyebutkan
identitas para pelaku yang merupakan tokoh
penting Jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD)
pihak kepolisian juga menemukan bahan peledak
dalam setiap lokalsi yang digeledah.
Praanggapan : Pra-anggapan pada teks
pemberitaan pertama terdapat pada paragraf 2.
Penggerebekkan yang dilakukan pihak kepolisian
berkaitan dengan serangan bom di tiga lokalsi di
Surabaya. Serta untuk mencegah teror susulan
setelah aksi peledakan bom.
Koherensi : Banyak jalinan kata yang
menunjukkan pertentangan dalam berita ini.
Penambahan dan penanda waktu, seperti kata
„dan‟, „adapun‟, „tak hanya itu‟.
Bentuk Kalimat : Berita ini banyak menggunakan
kalimat aktif atau berawalan me- seperti
„menggerebek‟, dan kalimat pasif atau berawalan
di- seperti „dilakukan‟.
Kata Ganti : menunjukan kata ganti orang kedua
seperti „ia‟, dan kata ganti orang ketiga jamak
seperti „mereka‟.
Leksikon : terdapat pemilihan kata „menggerebek‟,
dan „peledakan‟.
Grafis : Ditujukan dengan foto sikap siaga
Kepolisisan pasca bom bunuh diri di Surabaya.
Terlihat seorang warga yang gerak-geriknya
mencurigakan di dekat Markas Resor Kota Besar
69
Surabaya tengah diperiksa polisi bersenjata
lengkap dengan begitu ketat.
Metafora : Terdapat kata yang bukan makna
sebenarnya yaitu „menggerebek‟.
Ekspresi : terdapat kata yang menunjukkan
ekspresi haru dan simpati yaitu „mendo'akan‟.
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
Analisis Berita II Judul : ―RUU Antiterorisme Segera Disahkan‖ (Selasa, 15
Mei 2018)
a. Struktur Makro Tematik
Tema yang bisa disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh penulis dalam berita yang dibuatnya.7
Tema dalam teks berita ini terdapat di paragraf 1:
―Pembahasan Rancangan Undang-Undang Antiterorisme ditargetkan selesai pada
Juni mendatang. Sejumlah persoalan krusial dalam RUU itu, seperti tentang
definisi terorisme dan pelibatan Tentara Nasional Indonesia, sudah disepakati di
kalangan internal parpol koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla.‖
Tema yang diangkat penulis dalm berita ini berdasarkan perintah Presiden Joko
Widodo yang menginginkan RUU Antiterorisme segera disahkan sebagai payung
hukum Polri memberantas terorisme.
b. Super Struktur : Skematik
Super struktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan
pada teks kedua sebagai berikut :
1) Pada bagian awal pemberitaan menggambarkan kesepakatan antara
Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan parpol pendukung
dalam pembahasan RUU Antiterorisme.
―Kesepakatan itu diambil dalam pertemuan antara Mentri Koordinator
Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto dengan
tujuh sekretaris jendral dan ketua fraksi partai politik anggota koalisi
pemerintah di Jakarta, Senin (14/5/2018). Tujuh partai itu adalah PDI-
P, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Nasdem, dan
Partai Hanura.‖8 (Paragraf 2).
7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001),
h. 229. 8 “RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
70
2) Pada bagian tengah berita berisi tentang bentuk kesepakatan antara
pemerintah dengan parpol pendukung.
―Wiranto menegaskan dalam pertemuan antara dirinya dengan
pimpinan parpol anggota koalisi, telah ditandai sejumlah kesepakatan,
seperti tentang definisi dan pelibatan TNI. ―Dengan demikian tidak ada
lagi yang perlu kita debatkan. Dalam waktu singkat, revisi itu mudah-
mudahan segera kita dapat undangkan,‖ kata Wiranto.‖ (Paragraf 5).
3) Berita diakhiri dengan pernyataan dari Kepala Polri Jendral (Pol) Tito
Karnavian dan Anggota Pansus RUU Antiterorisme dari Fraksi PDI-P
Risa Mariska.
―Secara terpisah, Kepala Polri Jendral (Pol) Tito Karnavian
menyatakan tak keberatan TNI terlibat dalam penanganan terorisme.
Detail peran TNI selanjutnya akan diatur dalam Perpres. ―Polri tidak
keberatan TNI bergabung. Kita punya musuh bersama untuk
kepentingan bangsa dan negara. Kita yakin kelompok (teroris) itu bisa
kita atasi bersama-sama,‖ ujarnya. (Paragraf 10). ―Anggota Pansus
RUU Antiterorisme dari Fraksi PDI-P Risa Mariska, mengatakan,
RUU yang tengah dibahas itu sudah mengakomodasi sejumlah hal
yang selama ini dibutuhkan aparat penegak hukum untuk membrantas
terorisme secara lebih preventif dan tak hanya reaktif.‖9 (Paragraf 11).
c. Struktur Mikro
1) Semantik
Latar
Latar pada teks berita kedua terdapat pada paragraf 1.
―Pembahasan Rancangan Undang-Undang Antiterorisme
ditargetkan selesai pada Juni mendatang. Sejumlah persoalan
krusial dalam RUU itu, seperti tentang definisi terorisme dan
pelibatan Tentara Nasional Indonesia, sudah disepakati di kalangan
internal parpol koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla.‖10
(Paragraf 1).
Detail
Detail pada teks berita kedua terdapat pada paragraf 2 dan 4
―Kesepakatan itu diambil dalam pertemuan antara Mentri
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam)
Wiranto dengan tujuh sekretaris jendral dan ketua fraksi partai
politik anggota koalisi pemerintah di Jakarta, Senin (14/5/2018).
9 “RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
10 “RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei
2018.
71
Tujuh partai itu adalah PDI-P, Golkar, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Nasdem, dan Partai Hanura.‖ (Paragraf
2). Dan ―Beberapa saat sebelum pertemuan digelar, Presiden Joko
Widodo mengatakan akan mengeluarkan peraturan pemerintah
pengganti Undang-undang jika RUU Antiterorisme yang draftnya
sudah dikirmkan pemerintah ke DPR pada Februari 2016 tak
disahkan hingga akhir Juni mendatang. Pasalnya, Polri butuh
payung hukum yang efektif dalam memberantas terorisme.‖
(Paragaraf 4).
Maksud
Maksud pada teks berita kedua terdapat pada paragraf 2.
―Kesepakatan itu diambil dalam pertemuan antara Mentri
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam)
Wiranto dengan tujuh sekretaris jendral dan ketua fraksi partai
politik anggota koalisi pemerintah di Jakarta, Senin (14/5/2018).
Tujuh partai itu adalah PDI-P, Golkar, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Nasdem, dan Partai Hanura.‖ (Paragraf
2).
Pra – Anggapan
Pra – anggapan pada teks pemberitaan pertama terdapat pada
paragraf 4.
―Beberapa saat sebelum pertemuan digelar, Presiden Joko Widodo
mengatakan akan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti
Undang-undang jika RUU Antiterorisme yang draftnya sudah
dikirmkan pemerintah ke DPR pada Februari 2016 tak disahkan
hingga akhir Juni mendatang. Pasalnya, Polri butuh payung hukum
yang efektif dalam memberantas terorisme.‖11
(Paragraf 4).
2) Sintaksis
Bentuk Kalimat
Terdapat kalimat pasif dan kalimat aktif pada paragraf 1 dan 4.
1) ―Pembahasan Rancangan Undang-Undang Antiterorisme
ditargetkan selesai pada Juni mendatang. Sejumlah persoalan
krusial dalam RUU itu, seperti tentang definisi terorisme dan
pelibatan Tentara Nasional Indonesia, sudah disepakati di kalangan
11
“RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei
2018.
72
internal parpol koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla.‖12
(Paragraf 1).
2) ―Beberapa saat sebelum pertemuan digelar, Presiden Joko Widodo
mengatakan akan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti
Undang-undang jika RUU Antiterorisme yang draftnya sudah
dikirimkan pemerintah ke DPR pada Februari 2016 tak disahkan
hingga akhir Juni mendatang. Pasalnya, Polri butuh payung hukum
yang efektif dalam memberantas terorisme.‖13
(Paragraf 4)
Koherensi
1) Menggunakan penanda koherensi penekanan, dalam kalimat:
―Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan, jika presiden
meminta pembahasan RUU itu harus selesai paling lambat Juni,
DPR siap ketuk palu pada Mei. ―Tinggal pemerintah
menyelesaikan masalah diinternalnya agar satu suara,‖ katanya.‖
(Paragraf 6).
2) Menggunakan penanda koherensi pertentangan ―namun‖, dalam
kalimat :
―Namun, ada sejumlah fraksi di DPR yang meminta definisi itu
ditambahkan dengan frasa ―Tujuan atau motif politik, ideologi, dan
tindakan mengancam keamanan negara‖. (Paragraf 8).
Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti orang pertama jamak ―kita‖, seperti
dalam kalimat :
―Kita punya musuh bersama untuk kepentingan bangsa dan negara.
Kita yakin kelompok (teroris) itu bisa kita atasi bersama-sama,‖
(Paragraf 10)
2) Menggunakan kata ganti orang ketiga jamak ―mereka‖ dalam
kalimat :
―Selain pidana penjara, mereka juga bisa dikenai pidana tambahan
berupa pencabutan hak untuk memilik paspor dan pos lintas batas
dalam jangka waktu paling lama lima tahun.‖ (Paragraf 13).
3) Stalistik
Leksikon
12
“RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei
2018. 13
“RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei
2018.
73
74
disahkan. Pasca teror bom bunuh diri di Surabaya DPR dan pemerintah
bertekad mengesahkan RUU Antiterorisme ini sebagai pegangan bagi
pihak Kepolisian dalam memberantas aksi terorisme di Indonesia.
Ekspresi
Ekspresi sebuah tindakan atau kecaman, terdapat dalam paragraf 4.
―Beberapa saat sebelum pertemuan digelar, Presiden Joko Widodo
mengatakan akan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti
Undang-undang jika RUU Antiterorisme yang draftnya sudah
dikirimkan pemerintah ke DPR pada Februari 2016 tak disahkan
hingga akhir Juni mendatang. Pasalnya, Polri butuh payung hukum
yang efektif dalam memberantas terorisme.‖
Tabel 4.3 RUU Antiterorisme Segera DIisahkan
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema Pembahasan RUU Antiterorisme antara
Pemerintah, parpol koalisi pemerintah,
dan DPR RI (Paragraf 1)
Superstruktur Skematik Pendahuluan : Terdapat pada paragraf
2, yang berisi kesepakatan antara
Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla dengan parpol pendukung dalam
pembahasan RUU Antiterorisme.
Pemerintah yang diwakili
Menkopolhukam, Wiranto bertemu
dengan tujuh sekretaris jendral dan
ketua fraksi parpol koalisi di Jakarta.
Isi : Terdapat di paragraf 4, berisi
pernyataan tentang poin-poin
kesepakatan berupa definisi dan
pelibatan TNI dalam pemberantasan
terorisme.
Penutup : Terdapat diparagraf 10 dan
11 yang berisikan tentang pernyataan
dari Kepala Polri Jendral (Pol) Tito
Karnavian dan Anggota Pansus RUU
Antiterorisme bahwa Polri setuju
dengan pelibatan TNI dan anggota
pansus menilai RUU ini sudah
mengakomodasi sejumlah hal yang
selama ini dibutuhkan aparat
penegakan hukum untuk memberantas
terorisme secara lebih preventif dan tak
75
hanya reaktif.
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stalistik,
Retoris
Latar : Terdapat di paragraf 1,
pernyataan pembahasan Rancangan
Undang-Undang (RUU) Antiterorisme
ditargetkan selesai pada Juni
mendatang. Sejumlah persoalan krusial
dibahas dalam RUU tersebut seperti
definisi terorisme dan pelibatan Tentara
Nasional Indonesia.
Detil : Terdapat pada paragraf 2 dan 4,
pada paragraf tersebut menjelaskan
Menkopolhukan bertemu dengan tujuh
sekretaris jendral dan ketua fraksi
partai koalisi di Jakarta.
Maksud : Terdapat pada paragraf 2,
bahwa ketujuh partai tersebut ialah
PDI-P, Golkar, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Partai Nasdem, dan Partai
Hanura.
Praanggapan : Terdapat pada
paragraft 4, pernyataan Presiden Joko
Widodo akan mengeluarkan peraturan
pemerintah pengganti Undang-undang
jika RUU Antiterorisme yang draftnya
sudah dikirmkan pemerintah ke DPR
pada Februari 2016 tak disahkan
hingga akhir Juni mendatang.
Koherensi : Berita ini menggunakan
penanda koherensi penekanan, seperti
dalam kalimat: jika presiden meminta
pembahasan RUU itu harus selesai
paling lambat Juni, DPR siap ketuk
palu pada Mei.
Bentuk Kalimat : Berita ini banyak
menggunakan kalimat aktif atau
berawalan me- seperti „mendatang‟,
„mengeluarkan‟dan kalimat pasif atau
berawalan di- seperti „disepakati‟,
„digelar‟.
Kata Ganti : Berita ini menunjukkan
kata ganti orang pertama jamak seperti
'kita' dan kata ganti orang ketiga jamak
seperti 'mereka'
Leksikon : Terdapat pemilihan kata
'krusial', 'payung hukum'
76
Grafis : Ditujukan dengan foto
Anggota perumus RUU Nomor 15
Tahun 2013, RUU inilah yang akan
direfisi pemerintah yang draftnya sudah
sejak bulan Februari diajukan
pemerintah namun belum kunjung
disahkan. Pasca teror bom bunuh diri di
Surabaya DPR dan pemerintah
bertekad mengesahkan RUU
Antiterorisme ini sebagai pegangan
bagi pihak Kepolisian dalam
memberantas aksi terorisme di
Indonesia.
Ekspresi : Terdapat kata yang
menunjukkan tanggapan serius yaitu
'mengeluarkan'
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
Analisis Berita III Judul : ―Memelihara Ukhuwah Curabhaya‖ (Selasa, 15 Mei
2018)
a. Struktur Makro Tematik
Tema pada teks berita ini terdapat di paragraf 1 :
―Ibarat petinju yang menolak kalah meski dihantam bertubi-tubi oleh
saudara sendiri. Itulah karakter Surabaya mengahdapi teror bom dua hari
terakhir.‖14
Penulis mengangkat tema berdasarkan aksi teror bom bunuh diri yang
dilakukan jaring Jamaah Ansharud Daulah (JAD) di tiga lokalsi di
Surabaya. Parahnya lagi pelaku aksi teror mengikutsertakan anggota
keluarganya dalam menjalankan aksi bom bunuh diri kali ini.
b. Super Struktur : Semantik
Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan.skema
pemberitaan pada teks kedua sebagai berikut:
1) Bagian pendahuluan pada berita ketiga diawali dengan perumpaan
seorang petinju yang sedang bertarung di atas ring. Kota Surabaya
diguncang tiga bom sekaligus dalam waktu yang berdekatan.
14
“Memelihara Ukhuwah Curabhaya” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
77
―Jatuh dipukul bangun lagi. Tersungkur dihajar lagi, tetap masih
bangkit. Ibarat petinju yang menolak kalah meski dihantam bertubi-
tubi oleh saudara sendiri. Itulah karakter Surabaya mengahdapi teror
bom dua hari terakhir.‖ (paragraf 1).
2) Pada bagian isi berita ketiga menjelaskan nama para pelaku teror dan
lokalsi bom diledakkan. Ditambah lagi para pelaku juga
mengikutsertakan anak kandung mereka untuk meledakan bom bunuh
diri di tiga lokalsi. Aksi teror tersebut menewaskan 8 orang dan 44
lainnya terluka.
―Pukulan telak pertama adalah teror bom di Gereja Santa Maria Tak
Bercela di Jalan Ngagel madya, Gereja Kristen Indonesia di Jalan
Diponogoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno, Minggu
(13/5/2018). Serangan dilakukan Dikta Oeprianto (48), dan Puji
Kuswati (43) yang secara keji melibatkan empat anak mereka. Dua
putra Dita, YF (18) dan FH (16), meledakan diri di Gereja Santa Maria
Tak Bercela. Puji membawa dua putirnya, FS (12) dan FR (9),
meledakan diri di Gereja Kristen Indonesia Pusat Surabaya.‖ (Paragraf
2).
―Teror yang mengakibatkan Dita sekeluarga tewas, 8 orang meninggal,
dan 44 orang terluka tak membuat gentar warga Surabaya atau
Curabhaya menurut Prasasti Trowulan Bertarikh 1358 atau Kakawin
Nagarakretagama lebih dari 30 orang umat Gereja Santa Maria Tak
Bercela mengikuti ekaristi, Senin (14/5) pukul 05.30.‖ (Paragraf 3).
3) Pada bagian penutup berita ketiga berisi mengenai permohonaan maaf
dan ajakan untuk tidak takut dengan terorisme dari Walikota Surabaya.
Serta respon masyarakat atas serangan bom bunuh diri tersebut.
―Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkali-kali meminta maaf
karena salah satu pemicu teror bom ialah belum maksimal melayani
publik. Namun, ia menegaskan jangan pernah takut, apalagi menyerah.
Penjagaan dan kewaspadaan ditingkatkan dari sisi strategis dan
intensitas.‖ (Paragraf 10).
―Di depan Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel (Katedral
Malang) di Jalan Ijen, Malang, Senin malam. Ratusan orang
menyanyikan ―Indonesia Raya‖ dan ―Ibu Pertiwi‖ sambil memegang
lilin menyala. Diiringi dengan biola Aji Prasetyo, warga Malang
menyatakan keprihatinan dan mengirim doa bagi warga Surabaya,
―Berkumpul di sini kami menunjukkan kepada mereka (teroris) bahwa
bangsa ini tidak pernah takut,‖ ujar Aji Prasetyo, juru bicara Aksi
Aliansi Damai Malang (Adam).‖15
(Paragraf 13).
15
“Memelihara Ukhuwah Curabhaya” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
78
c. Struktur Mikro
1. Semantik
Latar
Latar dalam berita ketiga ini terdapat pada paragraf 8.
―Sejak teror pertama simpati dan persaudaraan warga. ―Kota Pahlawan‖
kian mekar. Karangan Bunga dan tanda duka ditujukan kepada gerja dan
para korban. Lini masa media sosial penuh dengan kecaman teror bom. Di
Tugu Pahlawan, ribuan orang menyalakan lilin dan memanjatkan doa
untuk keamanan. Bonek pendukung Persebaya Surabaya, berkampanye
melalui spanduk di sejumlah kampung sebagai simbol perlawanan
terhadap terorisme. Unit Tranfusi Darah PMI Kota Surabaya, Minggu dan
Senin, didatangi ratusan donor.‖16
(Paragraf 8).
Detail
Detail dalam berita ini terdapat pada paragraf 2, 3, dan 5.
―teror bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel madya,
Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponogoro, dan Gereja Pantekosta di
Jalan Arjuno. Serangan dilakukan Dikta Oeprianto (48), dan Puji Kuswati
(43) yang secara keji melibatkan empat anak mereka. Dua putra Dita, YF
(18) dan FH (16), meledakan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Puji
membawa dua putirnya, FS (12) dan FR (9), meledakan diri di Gereja
Kristen Indonesia Pusat Surabaya.‖ (Paragraf 2).
―Teror yang mengakibatkan Dita sekeluarga tewas, 8 orang meninggal,
dan 44 orang terluka tak membuat gentar warga Surabaya.‖ (Paragraf 3).
―teror terjadi di gerbang Polrestabes Surabaya di Jalan Sikatan. Bom
diledakkan Tri Murtiono dan Tri Ernawati yang membawa ketiga
anaknya, MS, MAM, dan AAP..‖ (Paragraf 5).
Maksud
Maksud dalam berita ini terdapat pada paragraf 8.
―Sejak teror pertama simpati dan persaudaraan warga. ―Kota Pahlawan‖
kian mekar. Karangan Bunga dan tanda duka ditujukan kepada gerja dan
para korban. Lini masa media sosial penuh dengan kecaman teror bom. Di
Tugu Pahlawan, ribuan orang menyalakan lilin dan memanjatkan doa
untuk keamanan. Bonek pendukung Persebaya Surabaya, berkampanye
melalui spanduk di sejumlah kampung sebagai simbol perlawanan
terhadap terorisme. Unit Tranfusi Darah PMI Kota Surabaya, Minggu dan
Senin, didatangi ratusan donor.‖
16
“Memelihara Ukhuwah Curabhaya” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
79
Pra-Anggapan
Pra-Anggapan pada teks pemberitaan ketiga terdapat pada paragraf 9.
―Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkali-kali meminta maaf karena
salah satu pemicu teror bom ialah belum maksimal melayani publik.
Namun, ia menegaskan jangan pernah takut, apalagi menyerah. Penjagaan
dan kewaspadaan ditingkatkan dari sisi strategis dan intensitas.‖17
(Paragraf 9).
2. Sintaksis
Bentuk Kalimat
Berita ini terdapat kalimat aktif dan pasif ada pada paragraf 1 dan 5
1) ―Jatuh dipukul bangun lagi. Tersungkur dihajar lagi, tetap masih
bangkit. Ibarat petinju yang menolak kalah meski dihantam bertubi-
tubi oleh saudara sendiri.‖ (Paragraf 1)
2) ―Bom diledakkan Tri Murtiono dan Tri Ernawati yang membawa
ketiga anaknya, MS, MAM, dan AAP.‖ (Paragraf 5)
Koherensi
1) Menggunakan penanda koherensi rentetan ―pertama‖, dalam kalimat
berikut :
―Pukulan telak pertama adalah teror bom di Gereja Santa Maria Tak
Bercela di Jalan Ngagel madya, Gereja Kristen Indonesia di Jalan
Diponogoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno, Minggu
(13/5/2018).‖ (Paragraf 2).
2) Menggunakan penanda koherensi aditif ―atau‖, dalam kalimat berikut
:
―Teror yang mengakibatkan Dita sekeluarga tewas, 8 orang meninggal,
dan 44 orang terluka tak membuat gentar warga Surabaya atau
Curabhaya menurut Prasasti Trowulan Bertarikh 1358 atau Kakawin
Nagarakretagama,‖ (Paragraf 3).
Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti orang pertama jamak ―kami‖, seperti dalam
kalimat :
―Kami mangampuni teror bom, sekaligus tidak takut. Kami berdoa
agar Tuhan mengampuni para pelaku teror bom karena kebencian
hanya bisa diselesaikan dengan cinta dan kasih,‖ (Paragraf 4).
17
“Memelihara Ukhuwah Curabhaya” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
80
81
Pada gambar pemberitaan ini Kompas menampilkan foto
Konsolidasi Mahasiswa-Pemuda Surabaya yang tengah memberi hormat
kepada bendera merah putih. Hal ini merupakan bentuk nyata untuk
mengingatkan masyarakat indonesia agar mengamaskan ajaran pancasila
dan bhineka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari.
Metafora
Unsur metafora dalam berita ini terdapat pada paragraf 1
―Jatuh dipukul bangun lagi. Tersungkur dihajar lagi, tetap masih bangkit.
Ibarat petinju yang menolak kalah meski dihantam bertubi-tubi oleh
saudara sendiri. Itulah karakter Surabaya mengahdapi teror bom dua hari
terakhir.‖
Ekspresi
Ekspresi yang menggambarkan sikap yang tak takut atau menyerah pada
paragraf 3.
―Teror yang mengakibatkan Dita sekeluarga tewas, 8 orang meninggal,
dan 44 orang terluka tak membuat gentar warga Surabaya atau Curabhaya
menurut Prasasti Trowulan Bertarikh 1358 atau Kakawin
Nagarakretagama,‖ (Paragraf 4).
Tabel 4.4 Memelihara Ukhuwah Curabhaya
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema Penulis mengangkat tema berdasarkan
aksi teror bom bunuh diri yang dilakukan
jaring Jamaah Ansharud Daulah (JAD) di
tiga lokalsi di Surabaya. Parahnya lagi
pelaku aksi teror mengikutsertakan
anggota keluarganya dalam menjalankan
aksi bom bunuh diri kali ini.
Superstruktur Skematik Pendahuluan : ―Jatuh dipukul bangun
lagi. Tersungkur dihajar lagi, tetap masih
bangkit. Ibarat petinju yang menolak
kalah meski dihantam bertubi-tubi oleh
saudara sendiri. Itulah karakter Surabaya
mengahdapi teror bom dua hari terakhir.‖
(paragraf 1).
Isi : ―Pukulan telak pertama adalah teror
bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela di
Jalan Ngagel madya, Gereja Kristen
82
Indonesia di Jalan Diponogoro, dan
Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno,
Minggu (13/5/2018). Serangan dilakukan
Dikta Oeprianto (48), dan Puji Kuswati
(43) yang secara keji melibatkan empat
anak mereka. Dua putra Dita, YF (18) dan
FH (16), meledakan diri di Gereja Santa
Maria Tak Bercela. Puji membawa dua
putirnya, FS (12) dan FR (9), meledakan
diri di Gereja Kristen Indonesia Pusat
Surabaya.‖ (Paragraf 2).
―Teror yang mengakibatkan Dita
sekeluarga tewas, 8 orang meninggal, dan
44 orang terluka tak membuat gentar
warga Surabaya atau Curabhaya menurut
Prasasti Trowulan Bertarikh 1358 atau
Kakawin Nagarakretagama lebih dari 30
orang umat Gereja Santa Maria Tak
Bercela mengikuti ekaristi, Senin (14/5)
pukul 05.30.‖ (Paragraf 3).
Penutup : ―Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini berkali-kali meminta maaf
karena salah satu pemicu teror bom ialah
belum maksimal melayani publik. Namun,
ia menegaskan jangan pernah takut,
apalagi menyerah. Penjagaan dan
kewaspadaan ditingkatkan dari sisi
strategis dan intensitas.‖ (Paragraf 10).
Dan ―Di depan Gereja Santa Perawan
Maria dari Gunung Karmel (Katedral
Malang) di Jalan Ijen, Malang, Senin
malam. Ratusan orang menyanyikan
―Indonesia Raya‖ dan ―Ibu Pertiwi‖
sambil memegang lilin menyala. Diiringi
dengan biola Aji Prasetyo, warga Malang
menyatakan keprihatinan dan mengirim
doa bagi warga Surabaya, ―Berkumpul di
sini kami menunjukkan kepada mereka
(teroris) bahwa bangsa ini tidak pernah
takut,‖ ujar Aji Prasetyo, juru bicara Aksi
Aliansi Damai Malang (Adam).‖
(Paragraf 13).
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stalistik,
Retoris.
Latar : Terdapat di paragraf 8, pasca
serangan teror bom bunuh diri ditiga
lokalsi di Surabaya. Masyarakat sangat
bersimpati simpati dan persaudaraan
83
warga. ―Kota Pahlawan‖ kian mekar.
Karangan Bunga dan tanda duka ditujukan
kepada gerja dan para korban. Lini masa
media sosial penuh dengan kecaman teror
bom. Di Tugu Pahlawan, ribuan orang
menyalakan lilin dan memanjatkan doa
untuk keamanan. Bonek pendukung
Persebaya Surabaya, berkampanye
melalui spanduk di sejumlah kampung
sebagai simbol perlawanan terhadap
terorisme. Unit Tranfusi Darah PMI Kota
Surabaya, Minggu dan Senin, didatangi
ratusan donor.
Detil : Terdapat di paragraf 3 dan 5,
pernyataan yang menjelaskan identitas
pelaku bom bunuh diri beserta para
anggota keluarganya yang juga ikut dalam
aksi tersebut.
Maksud : Terdapat di paragraf 8, pasca
serangan teror bom bunuh diri tersebut
warga Surabaya kian bersatu berempati
dengan para korban dan menyatakan tidak
takut dengan terorisme.
Praanggapan : Terdapat di paragraf 9,
dalm pernyataannya Wali Kota Surabaya
Tri Rismaharini meminta maaf karena
salah satu pemicu teror bom ialah belum
maksimal melayani publik. Namun, ia
menegaskan jangan pernah takut, apalagi
menyerah. Penjagaan dan kewaspadaan
ditingkatkan dari sisi strategis dan
intensitas.
Koherensi : Dalam berita kali ini
menggunakan penanda rentetan dan aditif,
seperti 'pertama' dan 'atau'
Bentuk Kalimat : Berita ini banyak
menggunakan kalimat aktif atay
berawalan me- seperti 'menolak' dan
'membawa' serta kalimat pasif atau
berawalan di seperti 'dipukul' dan
'diledakkan'.
Kata Ganti : Menunjukan kata ganti
orang pertama jamak seperti 'kami' dan
kata ganti orang ketiga jamak 'mereka'.
Leksikon : Terdapat pemilihan kata
'tersungkur' dan 'bertubi-tubi'
Grafis : Menunjukkan foto Konsolidasi
Mahasiswa-Pemuda Surabaya yang tengah
84
memberi hormat kepada bendera merah
putih. Hal ini merupakan bentuk nyata
untuk mengingatkan masyarakat indonesia
agar mengamaskan ajaran pancasila dan
bhineka tunggal ika dalam kehidupan
sehari-hari.
Metafora : Terdapat kata yang bukan
makna sebenarnya Jatuh dipukul bangun
lagi. Tersungkur dihajar lagi, tetap masih
bangkit
Ekspresi :Terdapat yang menggambarkan
sikap yang tak takut atau menyerah yaitu
'tak membuat gentar'
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
Analisis Berita IV Judul : ―Sejumlah Provinsi Lebih Siaga‖ (Selasa, 15 Mei
2018)
a. Struktur Makro : Tematik
Tema dalam teks berita ini terdapat di paragraf 1 :
―Sejumlah wilayah di Tanah Air, mulai dari Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, hingga Sumatera Utara,
meningkatkan kewaspadaan terhadap terorisme. Kewaspadaan ini
terkait dengan sejumlah ledakan bom yang terjadi di Surabaya dan
Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu dan Senin (13-14/5/2018).‖18
Tema yang diangkat penulis dalam berita ini berdasarkan situasi yang
ada di beberapa wilayah di Tanah Air yang memperketat pengamanan
dan kewaspadaan pasca serangan bom bunuh diri di tiga lokalsi di
Surabaya.
b. Super Struktur : Skematik
Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema
pemberitaan pada teks kedua sebagai berikut :
1) Bagian awal pemberitaan yaitu menceritakan beberapa wilayah di
Indonesia sedangan memperketat pengamanan dan kewaspadaan
pasca serangan bom di Surabaya.
―Sejumlah wilayah di Tanah Air, mulai dari Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, hingga Sumatera
Utara, meningkatkan kewaspadaan terhadap terorisme.
18
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
85
Kewaspadaan ini terkait dengan sejumlah ledakan bom yang terjadi
di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu dan Senin (13-
14/5/2018).‖19
(Paragraf 1).
2) Pada bagian tengah berita, berisi tentang kekhawatiran warga akan
munculnya aksi teror serupa di wilayah tempat tinggalnya. Hingga
pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk membantu bersama
aparat menjaga kondusifitas keamanan di daerahnya.
―Sejumlah warga Ambon, Senin (14/5), menuturkan, ada sebersit
rasa takut pada diri mereka. Ada yang memilih tak mau ke pasar.
Namun, berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah pasar dan pusat
perbelanjaan, suasana masih normal.‖ (Paragraf 3).
―Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Andap
Budhi berharap adanya partisipasi warga untuk membantu aparat.
Dari sisi pengamanan terbuka, sejak Maret lalu, polisi sudah
dikerahkan untuk menjaga pelaksanaan ibadah di sejumlah rumah
ibadah di Ambon.‖ (Paragraf 7).
3) Berita ini diakhiri dengan harapan keikutsertaan masyarakat dalam
menjaga keamana di wilayahnya melalui peran aktif RT/RW.
―Di Kupang, peran ketua RT dan RW akan ditingkatkan demi
mencegah masuknya kelompok teroris dan paham radikal. Para
ketua RT dan RW akan dilatih aparat intelijen negara agar punya
keterampilan dasar memantau, menilai, dan menganalisis kondisi
masyarakat. Peran RT/RW ini bagian dari Permendagri Nomor 2
Tahun 2018 tentang Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat
(FKDM).‖20
(Paragraf 7).
c. Struktur Mikro
1) Semantik
Latar
Latar pada teks berita ini terdapat pada paragraf 1.
―Sejumlah wilayah di Tanah Air, mulai dari Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, hingga Sumatera
Utara, meningkatkan kewaspadaan terhadap terorisme.
Kewaspadaan ini terkait dengan sejumlah ledakan bom yang terjadi
di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.‖21
(Paragraf 1).
19
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018. 20
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018. 21
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
86
Detail
Detail pada teks berita ini terdapat pada paragraf 2 dan 8
‖Di Kota Ambon, Maluku, warga berharap aparat bekerja
maksimal guna mencegah aksi teror di provinsi yang pernah
didatangi sejumlah teroris kala konflik bernuansa agama belasan
tahun silam itu. Warga juga diminta waspada dan peka terhadap
kondisi di lingkungannya.‖22
(Paragraf 2).
―Di Kupang, peran ketua RT dan RW akan ditingkatkan demi
mencegah masuknya kelompok teroris dan paham radikal. Para
ketua RT dan RW akan dilatih aparat intelijen negara agar punya
keterampilan dasar memantau, menilai, dan menganalisis kondisi
masyarakat. Peran RT/RW ini bagian dari Permendagri Nomor 2
Tahun 2018 tentang Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat
(FKDM).‖ (Paragaraf 8).‖
Maksud
Maksud dari teks berita ini terdapat pada paragraf 7.
―Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Andap
Budhi berharap adanya partisipasi warga untuk membantu aparat.
Dari sisi pengamanan terbuka, sejak Maret lalu, polisi sudah
dikerahkan untuk menjaga pelaksanaan ibadah di sejumlah rumah
ibadah di Ambon.‖ (Paragraf 7).
Pra-Aanggapan
Pra-Anggapan pada teks berita ini terdapat pada paragraf 9.
―Selama ini pemerintah selalu terlambat mendapatkan informasi
atas suatu kejadian di lapangan. Informasi diperoleh pemerintah
selalu dari polisi atau TNI. Padahal, pemerintah pun memiliki
Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) sampai di
tingkat RT/RW. Peran Kesbangpol antara lain memberikan
informasi tentang ancaman keamanan setempat.‖23
(Paragraf 9).
2) Sintaksis
Bentuk Kalimat
Terdapat kalimat pasif dan aktif pada paragraf 2 dan 7
1) ―Di Kota Ambon, Maluku, warga berharap aparat bekerja
maksimal guna mencegah aksi teror di provinsi yang pernah
didatangi sejumlah teroris kala konflik bernuansa agama belasan
tahun silam itu..‖24
(Paragraf 2).
22
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018. 23
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018. 24
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
87
2) ―Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Andap
Budhi berharap adanya partisipasi warga untuk membantu aparat.
Dari sisi pengamanan terbuka, sejak Maret lalu, polisi sudah
dikerahkan untuk menjaga pelaksanaan ibadah di sejumlah rumah
ibadah di Ambon.‖ (Paragraf 7)
Koherensi
1) menggunakan penanda koherensi pertentangan ‗namun‘, dalam
kalimat :
―Sejumlah warga Ambon, Senin (14/5), menuturkan, ada sebersit
rasa takut pada diri mereka. Ada yang memilih tak mau ke pasar.
Namun, berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah pasar dan pusat
perbelanjaan, suasana masih normal.‖ (Paragraf 3)
2) Menggunakan penanda koherensi waktu ‗sementara itu‘ dalam
kalimat :
―Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Andap
Budhi berharap adanya partisipasi warga untuk membantu aparat.
Dari sisi pengamanan terbuka, sejak Maret lalu, polisi sudah
dikerahkan untuk menjaga pelaksanaan ibadah di sejumlah rumah
ibadah di Ambon. (Paragraf 7)‖
Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti orang ketiga jamak ‗mereka‘, seperti
dalam kalimat :
―Sejumlah warga Ambon, Senin (14/5), menuturkan, ada sebersit
rasa takut pada diri mereka. Ada yang memilih tak mau ke pasar.‖
(Paragraf 3 ).
2) Menggunakan kata ganti orang pertama jamak ‗kami‘, seperti
dalam kalimat :
‖Bayangan konflik membuat kami tetap takut. Kami berharap
aparat negara bekerja dengan maksimal. Jangan sampai terjadi dan
menimbulkan korban jiwa,‖ (Paragraf 4).
4) Stilistik
Leksikon
1) ―Di Kota Ambon, Maluku, warga berharap aparat bekerja
maksimal guna mencegah aksi teror di provinsi yang pernah
didatangi sejumlah teroris kala konflik bernuansa agama belasan
tahun silam itu,‖ (Paragraf 2).
2) ―Sejumlah warga Ambon, Senin (14/5), menuturkan, ada sebersit
rasa takut pada diri mereka. Ada yang memilih tak mau ke pasar.‖
(Paragraf 4).
5) Retoris
88
89
Tabel 4.5 Sejumlah Provinsi Lebih Siaga
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema Sejumlah wilayah di Tanah Air, mulai dari Maluku,
Nusa Tenggara Timur, Banten, Bali, Kalimantan
Barat, hingga Sumatera Utara, meningkatkan
kewaspadaan terhadap terorisme. Kewaspadaan ini
terkait dengan sejumlah ledakan bom yang terjadi
di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. (Paragraf 1).
Superstruktur Skematik Pendahuluan : Sejumlah wilayah di Tanah Air,
mulai dari Maluku, Nusa Tenggara Timur, Banten,
Bali, Kalimantan Barat, hingga Sumatera Utara,
meningkatkan kewaspadaan terhadap terorisme.
Kewaspadaan ini terkait dengan sejumlah ledakan
bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa
Timur, (Paragraf 1).
Isi : Sejumlah warga Ambon, Senin (14/5),
menuturkan, ada sebersit rasa takut pada diri
mereka. Ada yang memilih tak mau ke pasar.
Namun, berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah
pasar dan pusat perbelanjaan, suasana masih
normal, (Paragraf 3). Sementara itu, Kepala Polda
Maluku Inspektur Jenderal Andap Budhi berharap
adanya partisipasi warga untuk membantu aparat.
Dari sisi pengamanan terbuka, sejak Maret lalu,
polisi sudah dikerahkan untuk menjaga pelaksanaan
ibadah di sejumlah rumah ibadah di Ambon.‖
(Paragraf 7).
Penutup : Di Kupang, peran ketua RT dan RW
akan ditingkatkan demi mencegah masuknya
kelompok teroris dan paham radikal. Para ketua RT
dan RW akan dilatih aparat intelijen negara agar
punya keterampilan dasar memantau, menilai, dan
menganalisis kondisi masyarakat. Peran RT/RW ini
bagian dari Permendagri Nomor 2 Tahun 2018
tentang Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat
(FKDM), (Paragraf 7).
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stilistik,
Retoris
Latar : Terdapat di paragraf 1, Sejumlah wilayah di
Tanah Air, mulai dari Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, hingga
Sumatera Utara, meningkatkan kewaspadaan
terhadap terorisme.
Detil : Terdapat di paragraf 2 dan 8, Sejumlah
wilayah meningkatkan kewaspadaan terhadap
terorisme termasuk ouka kota yang perna
90
mengalami konflik bernuasa keagamaan di
Indonesia. Ditambah dengan seruan untuk
melibatkan peran ketua RT dan RW demi
mencegah masuknya kelompok teroris dan paham
radikal.
Maksud : Terdapat di paragraf 7, mewakili pihak
kepolisian, Kepala Polda Maluku Inspektur
Jenderal Andap Budhi berharap adanya partisipasi
warga untuk membantu aparat.
Praanggapan : Terdapat di paragraf 9, Selama ini
pemerintah selalu terlambat mendapatkan informasi
atas suatu kejadian di lapangan. Informasi diperoleh
pemerintah selalu dari polisi atau TNI. Padahal,
pemerintah pun memiliki Badan Kesatuan
Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) sampai di
tingkat RT/RW. Peran Kesbangpol antara lain
memberikan informasi tentang ancaman keamanan
setempat.
Koherensi : Berita ini menggunakan jalinan kata
pertentangan dan penanda waktu, seperti kata
'namun' dan 'sementara itu'
Bentuk Kalimat : Berita ini banyak menggunakan
kalimat aktif atau berawalan me- seperti
„mencegah‟ dan pasif atau berawalan di-
„didatangi‟
Kata Ganti : Menunjukkan kata ganti orang ketiga
jamak 'mereka' dan kata ganti orang pertam jamak
'kami'
Leksikon : Terdapat pilihan kata 'bernuansa
agama' dan 'sebersit'
Grafis : Ditujukan dengan foto pihak kepolisian
tengah menggeledah salah satu rumah terduga
teroris jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD)
pasca serangan bom bunuh diri di Surabaya.
Metafora : Terdapat kata yang bukan makna
sebenarnya yaitu 'Konflik bernuansa agama'
Ekspresi : Ada kata yang menunjukkan ekpresi
rasa takut yaitu 'sebersit rasa takut'.
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
Analisis Berita V Judul : ―Gubernur Minta Warga Tenang‖ (Edisi 15 Mei 2018)
a. Struktur Makro : Tematik
Tema yang bisa disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin
91
diungkapkan oleh penulis dalam berita yang dibuatnya.25
Tema pada teks
berita terdapat pada paragraf 1 :
―Gubernur Anies terus berkomunikasi secara intensif dengan Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah untuk memastikan kondisi Jakarta aman.‖26
Tema yang diangkat penulis pada pemberitaan ini berdasarkan pada
pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan yang menegaskan
bahwa ibu kota Indonesia ini dalam situasi kondusif setelah terjadinya
serangan bom bunuh diri di Kota Surabaya, Jawa Timur.
b. Super Struktur : Skematik
Super Struktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan pada teks pertama
sebagai berikut :
1) Bagian awal pemberitaan ini adalah pernyataan Gubernur DKI Jakarta
Anis Baswedan yang menegaskan bahwa ibu kota Indonesia ini dalam
situasi kondusif.
―Gubernur Anies terus berkomunikasi secara intensif dengan Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah untuk memastikan kondisi Jakarta
aman.‖ (Paragraf 1).
2) Pada bagian isi berita ialah Anis Baswedan menghimbau agar warga
tidak menyebarkan ketakuan dengan berita bohong atau hoaks. Serta
dari pihak kepolisian yang menyrukan agar warga tidak panik.
―Anies mengimbau warga tidak menyebarkan ketakutan, seperti
menyebarkan berita hoaks terkait teror di Jakarta. ‖Tidak perlu panik,
tidak perlu menunjukkan sikap yang berlebihan, dan jika menemukan
ada tanda-tanda mencurigakan, jangan menyebarkan kekhawatiran,
apalagi hoaks. Namun, tanggap dan laporkan karena semua posisinya
siaga dan siap untuk merespons,‖ (Paragaraf 5).
―Hal serupa disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya
Komisaris Besar Argo Yuwono. Ia meminta warga tidak panik dan
tidak memercayai pesan berantai yang beredar.‖ (Paragraf 6).
3) Berita ini ditutup dengan ajakan dari Uskup Agung Jakarta yang
mengingatkan warga agar terus menjaga kerukunan dan jangan sampai
terprovokasi oleh kejadian teror bom Surabaya.
25
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001),
h 229. 26
“Gubernur Minta Warga Tenang” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
92
―Secara terpisah, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Pr
mengatakan, umat beragama jangan sampai terprovokasi oleh kejadian
teror bom di Surabaya. Untuk mengantisipasi ancaman teror di Jakarta,
Keuskupan Agung Jakarta terus berkomunikasi dengan pihak
kepolisian.‖ (Paragraf 9).
c. Struktur Mikro
1) Semantik
Latar
Latar pada teks berita pertama terdapat pada paragraf 1
―Gubernur Anies terus berkomunikasi secara intensif dengan
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah untuk memastikan kondisi
Jakarta aman.‖
Detil
Detil pada teks berita ini terdapat pada paragraf 2 dan 3
‖Sampai dengan tadi pagi pun kami masih berkomunikasi terus
(dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah/Forkompimda),
memantau perkembangan terakhir,‖ (Paragraf 2).
―Anies mengatakan, lebih dari 36.000 petugas siaga dan
memastikan semua obyek vital di Jakarta aman. Petugas juga
bakal merespons cepat semua laporan masyarakat.‖27
(Paragraf 3).
Maksud
Maksud pada teks pemberitaan ini terdapat pada paragraf 5
―Anies mengimbau warga tidak menyebarkan ketakutan, seperti
menyebarkan berita hoaks terkait teror di Jakarta. ‖Tidak perlu
panik, tidak perlu menunjukkan sikap yang berlebihan, dan jika
menemukan ada tanda-tanda mencurigakan, jangan menyebarkan
kekhawatiran, apalagi hoaks. Namun, tanggap dan laporkan karena
semua posisinya siaga dan siap untuk merespons,‖ (Paragraf 5).
Pra – Anggapan
Pra-anggapan pada teks berita ini terdapat pada paragraf 6, yakni
himbauan pihak kepolisian agar warga tidak panik dan tidak
mudah percaya dengan pesan daaari media sosial.
27
“Gubernur Minta Warga Tenang” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
93
―Hal serupa disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya
Komisaris Besar Argo Yuwono. Ia meminta warga tidak panik dan
tidak memercayai pesan berantai yang beredar.‖28
(Paragraf 6).
2) Sintaksis
Bentuk kalimat
Bentuk kalimat aktif dan pasif terdapat di paragraf 5 dan 6
1) Anies mengimbau warga tidak menyebarkan ketakutan, seperti
menyebarkan berita hoaks terkait teror di Jakarta.
2) Hal serupa disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya
Komisaris Besar Argo Yuwono. Ia meminta warga tidak panik dan
tidak memercayai pesan berantai yang beredar.
Koherensi
1) Menggunkan penanda koherensi bersifat aditif atau penambahan
‗dan‘, seperti pada kalimat :
―Anies mengatakan, lebih dari 36.000 petugas siaga dan
memastikan semua obyek vital di Jakarta aman. Petugas juga bakal
merespons cepat semua laporan masyarakat.‖ (Paragraf 3).
2) Menggunakan kata hubung pertentangan ‗namun‘, seperti pada
kalimat :
‖Tidak perlu panik, tidak perlu menunjukkan sikap yang
berlebihan, dan jika menemukan ada tanda-tanda mencurigakan,
jangan menyebarkan kekhawatiran, apalagi hoaks. Namun, tanggap
dan laporkan karena semua posisinya siaga dan siap untuk
merespons,‖ (Paragraf 5).
3) Menggunakan kata hubung penanda tempat atau lokalsi ‗di sini‘
seperti pada kalimat :
‖Saya garis bawahi, di sini, di tingkat kelurahan, baik dari
kepolisian, TNI, maupun dari pemerintah, bekerja bersama-sama,
dan di sana ada unsur Babinsa, ada unsur Babinkamtibmas, ada
RT/RW, semua dalam posisi bekerja bersama di lapangan,‖
(Paragraf 4).
Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti ‗saya‘ sebagai kata ganti orang pertama
tunggal, seperti pada kalimat :
‖Saya garis bawahi, di sini, di tingkat kelurahan, baik dari
kepolisian, TNI, maupun dari pemerintah, bekerja bersama-sama,
dan di sana ada unsur Babinsa, ada unsur Babinkamtibmas, ada
28
“Gubernur Minta Warga Tenang” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei 2018.
94
95
Pada gambar pemberitaan Kompas menampilkan foto Anggota
Gegana Polda Jatim berjaga saat penggerebekan satu rumah kontrakan
terduga teroris di Dusun Jedong, Desa Urangagung, Kecamatan Sidoarjo,
Sidoarjo, Jawa Timur. Dari rumah tersebut, petugas mengamankan 4 orang
(2 perempuan dan 2 pria).
Metafora
Unsur metafora pada berita ini terdapat pada paragraf 3.
―Anies mengatakan, lebih dari 36.000 petugas siaga dan
memastikan semua obyek vital di Jakarta aman. Petugas juga bakal
merespons cepat semua laporan masyarakat.‖ (Paragraf 3).
Ekspresi
Ekspresi ayng menggambarkan sikap tenang siap siaga terdapat
pada paragraf 6 :
―Hal serupa disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya
Komisaris Besar Argo Yuwono. Ia meminta warga tidak panik dan
tidak memercayai pesan berantai yang beredar.‖ (Paragraf 6).
Tabel 4.6 Gubernur Minta Warga Tenang
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan
menegaskan bahwa ibu kota Indonesia
ini dalam situasi kondusif setelah
terjadinya serangan bom bunuh diri di
Kota Surabaya, Jawa Timur. (Paragraf
1).
Super Struktur Skematik Pendahuluan : ―Gubernur Anies terus
berkomunikasi secara intensif dengan
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
untuk memastikan kondisi Jakarta
aman.‖ (Paragraf 1).
Isi : ―Anies mengimbau warga tidak
menyebarkan ketakutan, seperti
menyebarkan berita hoaks terkait teror di
Jakarta. ‖Tidak perlu panik, tidak perlu
menunjukkan sikap yang berlebihan, dan
jika menemukan ada tanda-tanda
mencurigakan, jangan menyebarkan
kekhawatiran, apalagi hoaks. Namun,
tanggap dan laporkan karena semua
96
posisinya siaga dan siap untuk
merespons,‖ (Paragaraf 5).
Penutup : ―Secara terpisah, Uskup
Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Pr
mengatakan, umat beragama jangan
sampai terprovokasi oleh kejadian teror
bom di Surabaya. Untuk mengantisipasi
ancaman teror di Jakarta, Keuskupan
Agung Jakarta terus berkomunikasi
dengan pihak kepolisian.‖ (Paragraf 9).
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stilistik,
Retoris.
Latar : Latar pada teks berita pertama
terdapat pada paragraf 1, Gubernur
Anies terus berkomunikasi secara
intensif dengan Forum Komunikasi
Pimpinan Daerah untuk memastikan
kondisi Jakarta aman.
Detil : Detil pada teks berita ini terdapat
pada paragraf 2 dan 3 penyataan yang
menegaskan kondisi aman di Jakarta dan
lebih dari 36.000 petugas bersiaga
mengamankan Ibu Kota.
Maksud : Maksud pada teks
pemberitaan ini terdapat pada paragraf
5, Anies mengimbau warga tidak
menyebarkan ketakutan, seperti
menyebarkan berita hoaks terkait teror di
Jakarta.
Praanggapan : Pra-anggapan pada teks
berita ini terdapat pada paragraf 6, yakni
himbauan pihak kepolisian agar warga
tidak panik dan tidak mudah percaya
dengan pesan daaari media sosial.
Koherensi : Berita ini banyak jalinan
kata yang menunjukkan penanda aditif,
pertentangan, dan lokalsi, seperti kata
'dan', 'namun', dan 'di sini'.
Bentuk Kalimat : Berita ini banyak
menggunakan kalimat aktif atau
berawalan me- seperti 'menyebarkan'
dan kalimat pasif atau berawalan di-
seperti 'disampaikan'
Kata Ganti : Menunjukkan kata ganti
orang pertama tunggal seperti 'saya' dan
kata ganti orang ketiga tunggal seperti
'ia'
Leksikon : Terdapat pemilihan kata
97
'intensif' dan 'obyek vital'
Grafis : Ditunjukkan dengan foto
penggerebekan terduga teroris di Dusun
Jedong, Desa Urangagung, Kecamatan
Sidoarjo, Sidoarjo, Jawa Timur
Metafora : Terdapat kata yang bukan
makna sebenarnya yaitu 'obyek vital'
Ekspresi : Terdapat kata yang
menunjukkan sikap tenang siap siaga
'tidak panik'
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
Analisis Tajuk Rencana Judul : Tekadkan ‖Terorisme Sampai di Sini!‖ (Edisi
15 Mei 2018)
a. Struktur Makro : Tematik
Tema yang bisa disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh penulis dalam berita yang dibuatnya.29
Tema pada teks
berita terdapat pada paragraf 1 :
―Tak ada yang bisa diminimalkan dalam derita akibat terorisme. Luka
yang ada, apalagi kehilangan anggota keluarga, dan luka psikis akan selalu
menganga.‖
Tema yang diangkat penulis pada tajuk rencana ini berdasarkan beberapa
aksi terorisme yang terjadi di Indonesia. Terlebih pemerintah hanya
bereaksi responsif bukan antisipatif mencegah aksi serupa terjadi kembali
di negeri ini.
b. Super Struktur : Skematik
Super Struktur ini bisa dilihat dari skema penulisan. Skema penulisann
pada teks ini sebagai berikut :
1) Bagian awal tajuk rencana menceritakan akibat yang dialami bila
aksi terorisme masih terus terjadi di Indonesia. Serta kekecewan
dari penulis atas respon yang ditunjukkan oleh pemerintah
menanggapi persoalan terorisme.
29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001), h 229.
98
―Setiap kali terjadi aksi teror seperti di Surabaya, kita mendengar
tokoh dan pimpinan nasional berseru bahwa negara tidak boleh
kalah dalam perang melawan terorisme. Dalam perjalanan waktu,
pernyataan tersebut seperti bergaung di ruang hampa. Teroris bisa
hanya mencibir dengan sinis pernyataan itu sambil berkata,
‖Buktikan!‖ . (Paragraf 3).
2) Pada bagian tengah tajuk rencana berisikan upaya pemerintah
mengusulkan revisi RUU Antiterorisme yang belum juga
terrealisasi.
―Dalam situasi yang tidak kondusif seperti sekarang ini,
pemerintah berusaha mendapatkan solusi melalui penyelesaian
Rancangan Undang-Undang Antiterorisme, yang sudah
disampaikan ke DPR Februari 2016. UU No 15/2003 yang ada
dinilai terlalu responsif dan kurang antisipatif.‖ (Paragraf 5).
3) Tajuk rencana ini diakshiri dengan harapan dari penulis agar
pemerintah bisa cepat tanggap dalam menyelesaikan persoalan
terorisme di Indonesia supaya tidak terjadi lagi korban yang mati
dengan sia-sia.
―Meminimalkan dampak dan memaksimalkan upaya
pemberantasan terorisme kita harapkan bisa menjadi program
prioritas pemerintah. Dari pengalaman yang ada, bisa saja upaya
ini tidak mudah. Apalagi kita melihat bahwa perangkat hukum
yang diperlukan belum siap, sementara modus terorisme sendiri
terus berkembang, seperti pelibatan anak-anak dan perempuan.‖
(Paragraf 11).
c. Struktur Mikro :
1) Skematik
Latar
Latar pada tajuk rencana ini terdapat pada paragraf 3
―Setiap kali terjadi aksi teror seperti di Surabaya, kita mendengar
tokoh dan pimpinan nasional berseru bahwa negara tidak boleh
kalah dalam perang melawan terorisme. Dalam perjalanan waktu,
99
pernyataan tersebut seperti bergaung di ruang hampa. Teroris bisa
hanya mencibir dengan sinis pernyataan itu sambil berkata,
‖Buktikan!‖ (Paragraf 3).
Detail
Detail pada tajuk rencana ini terdapa pada paragraf 5 dan 7
―Dalam situasi yang tidak kondusif seperti sekarang ini,
pemerintah berusaha mendapatkan solusi melalui penyelesaian
Rancangan Undang-Undang Antiterorisme, yang sudah
disampaikan ke DPR Februari 2016. UU No 15/2003 yang ada
dinilai terlalu responsif dan kurang antisipatif.‖ (Paragaraf 5).
―Ringkas kata, apa pun langkah yang akan diambil, kita berharap
itu merupakan upaya yang maksimal, dan efektif. Bangsa ini
sebenarnya sudah geram, tetapi juga lelah dengan isu terorisme.‖
(Paragraf 7).
Maksud
Maksud pada tajuk rencana ini terdapat pada paragraf 8
―Bangsa menunggu adanya pemerintah yang bisa mencerabut
terorisme dari Bumi Indonesia once and for all, tuntas,
menyeluruh, dan selamanya. Ahli sudah banyak, aparat tersedia,
dana dicukupi, jadi kurang apa lagi?‖ (Paragraf 8).
Pra-Anggapan
Pra-anggapan pada tajuk rencana ini terdapa pada paragraf 7
―Ringkas kata, apa pun langkah yang akan diambil, kita berharap
itu merupakan upaya yang maksimal, dan efektif. Bangsa ini
sebenarnya sudah geram, tetapi juga lelah dengan isu terorisme.
Sementara harapan sejahtera secara ekonomi sekarang ini tengah
diredupkan oleh pelemahan rupiah dan dampak ikutannya.‖
(Paragraf 7).
2) Sintaksis
Bentuk Kalimat
Terdapat kalimat aktif dan kalimat pasif pada paragraf 5 dan 7
100
1) Dalam situasi yang tidak kondusif seperti sekarang ini, pemerintah
berusaha mendapatkan solusi melalui penyelesaian Rancangan
Undang-Undang Antiterorisme, yang sudah disampaikan ke DPR
Februari 2016. UU No 15/2003 yang ada dinilai terlalu responsif
dan kurang antisipatif.‖ (Paragraf 5).
2) ―Ringkas kata, apa pun langkah yang akan diambil, kita berharap
itu merupakan upaya yang maksimal, dan efektif.‖ (Paragraf 7).
Koherensi
1) Menggunakan penanda koherensi perbandingan ‗seperti‘, dalam
kalimat.
―Dalam perjalanan waktu, pernyataan tersebut seperti bergaung di
ruang hampa. Teroris bisa hanya mencibir dengan sinis pernyataan
itu sambil berkata, ‖Buktikan!‖ (Paragraf 3).
2) Menggunakan penanda koherensi waktu ‗sementara‘, dalam
kalimat.
―Sementara harapan sejahtera secara ekonomi sekarang ini tengah
diredupkan oleh pelemahan rupiah dan dampak ikutannya.‖
(Paragraf 7).
Kata Ganti
1) Menggunakan kata ganti orang pertama jamak ‗kita‘, seperti dalam
kalimat :
―Setiap kali terjadi aksi teror seperti di Surabaya, kita mendengar
tokoh dan pimpinan nasional berseru bahwa negara tidak boleh
kalah dalam perang melawan terorisme.‖ (Paragaraf 3).
3) Stilistik
Leksikon
1) ―Tak ada yang bisa diminimalkan dalam derita akibat terorisme.
Luka yang ada, apalagi kehilangan anggota keluarga, dan luka
psikis akan selalu menganga,‖ (Paragraf 1).
2) ―Kejahatan terhadap kemanusiaan ini sungguh amat keji, tetapi
belum mau sirna dari negeri ini.‖ (Paragraf 2).
101
102
―Kita garis bawahi butir kekurangan di atas karena kelemahan kita
adalah kurang antisipatif. Jika kita sudah antisipatif, aksi di
Surabaya semestinya sudah tercium.‖ (Paragraf 6).
Tabel 4.7 Tekadkan ”Terorisme Sampai di Sini!”
Struktur Elemen Keterangan
Makro Tema Berdasarkan beberapa aksi terorisme
yang terjadi di Indonesia. Terbaru bom
bunuh diri meledak di tiga lokalsi di
Surabaya. Terlebih pemerintah hanya
bereaksi responsif bukan antisipatif
mencegah aksi serupa terjadi kembali di
negeri ini.
Super Struktur Skematik Pendahuluan : ―Setiap kali terjadi aksi
teror seperti di Surabaya, kita mendengar
tokoh dan pimpinan nasional berseru
bahwa negara tidak boleh kalah dalam
perang melawan terorisme. Dalam
perjalanan waktu, pernyataan tersebut
seperti bergaung di ruang hampa. Teroris
bisa hanya mencibir dengan sinis
pernyataan itu sambil berkata,
‖Buktikan!‖ . (Paragraf 3).
Isi : ―Dalam situasi yang tidak kondusif
seperti sekarang ini, pemerintah berusaha
mendapatkan solusi melalui penyelesaian
Rancangan Undang-Undang
Antiterorisme, yang sudah disampaikan
ke DPR Februari 2016. UU No 15/2003
yang ada dinilai terlalu responsif dan
kurang antisipatif.‖ (Paragraf 5).
Penutup: ―Meminimalkan dampak dan
memaksimalkan upaya pemberantasan
terorisme kita harapkan bisa menjadi
program prioritas pemerintah. Dari
pengalaman yang ada, bisa saja upaya ini
tidak mudah. Apalagi kita melihat bahwa
perangkat hukum yang diperlukan belum
siap, sementara modus terorisme sendiri
terus berkembang, seperti pelibatan
anak-anak dan perempuan.‖ (Paragraf
103
11).
Mikro Semantik,
Sintaksis,
Stilistik,
Retoris.
Latar : Terdapat di paragraf 3, Setiap
kali terjadi aksi teror seperti di Surabaya,
kita mendengar tokoh dan pimpinan
nasional berseru bahwa negara tidak
boleh kalah dalam perang melawan
terorisme. Dalam perjalanan waktu,
pernyataan tersebut seperti bergaung di
ruang hampa.
Detil : Terdapat di paragraf 5 dan 7,
Dalam situasi yang tidak kondusif seperti
sekarang ini, pemerintah berusaha
mendapatkan solusi melalui penyelesaian
Rancangan Undang-Undang
Antiterorisme, yang sudah disampaikan
ke DPR. Apa pun langkah yang akan
diambil, kita berharap itu merupakan
upaya yang maksimal, dan efektif.
Maksud : Terdapat di paragraf 8, Bangsa
menunggu adanya pemerintah yang bisa
mencerabut terorisme dari Bumi
Indonesia once and for all, tuntas,
menyeluruh, dan selamanya. Ahli sudah
banyak, aparat tersedia, dana dicukupi,
jadi kurang apa lagi?
Praanggapan : Terdapat di paragraf 7,
Ringkas kata, apa pun langkah yang akan
diambil, kita berharap itu merupakan
upaya yang maksimal, dan efektif.
Bangsa ini sebenarnya sudah geram,
tetapi juga lelah dengan isu terorisme.
Koherensi : Tajuk rencana ini banyak
jalinan kata yang menunjukkan penanda
perbandingan dan pertentangan,
contohnya 'seperti' dan 'sementara'
Bentuk Kalimat :Tajuk rencana ini
banyak menggunakan kalimat aktif atau
berawalan me- seperti 'mendapatkan' dan
kalimat pasif atau berawalan di- seperti
'disampaikan'
Kata Ganti : Menunjukkan kata ganti
orang pertama jamak seperti 'kita'
Leksikon : Terdapat pemilihan kata
'menganga' dan 'keji'
Grafis : Ditujukan dengan foto foto
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Gadjah Mada Obed Kresna
104
membacakan pernyataan kecaman
terhadap peristiwa serangan teroris di
Surabaya
Metafora : Terdapat kata yang bukan
makna sebenarnya yaitu 'menganga'
Ekspresi : Terdapat kata yang
menunjukkan ekpresi kecewa yaitu
'kelemahan kita'
Sumber : Data Primer Peneliti 2019
B. Analisis Kognisi Sosial
1. Analisis Kognisi Sosial Jaringan Teroris Dibongkar dalam Harian
Kompas edisi 15 Mei 2018.
Selain menganalisis teks, dalam analisis wacana juga penting untuk
mengamati kognisi sosial, yakni bagaimana suatu teks itu bisa diproduksi.
Karena teks berita merupakan suatu hasil dari buah pemikiran wartawan.
Segala konsep yang ada terlebih dulu akan melewati tahap pemikiran konsep
dari para pelaku media. Dalam analisis wacana Van Djik, kognisi sosial
terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Titik kunci dalam
memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.
Proses terbentuknya teks initidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu
dibentuk, proses ini juga memasukkan informasi bagaimana peristiwa itu
ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan.30
Dalam penelitian ini, tidak hanya melakukan analisis pada teks beritanya
saja. Akan tetapi dilakukan juga pendalaman mengenai bagaimana proses
terbentuknya teks tersebut sehingga bisa diterbitkan. Peneliti telah melakukan
wawancara kepada Marcellus Hernowo selaku Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas. berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, Marcellus
Hernowo mengatakan bahwa proses produksi berita Harian Kompas diawali
dengan satu pemikiran yakni mengedepankan egalitariannisme antara
Pemimpin Redaksi (Pemred), Redaktur Pelaksana (Redpel), Editor, dan
reporter dalam memaknai isu yang berkembang. Seperti yang dikatakan
berikut ini:
30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,
2001), h. 266.
105
―Jadi gini, di Kompas itu selalu diputuskan bahwa kita bekerja secara tim
dan kolektif. Karenanya egalitarian itu menjadi suatu yang penting bagi
kami. Anda mau seorang Pemred, Redpel; Reporter ya sama kita bisa
saling berdiskusi bebas, walaupun memang dalam tata kelolanya
diputuskan atas kesepakatan bersama. Nah dalam membangun sebuah
forum dikusi ada beberapa cara seperti dalah setiap hari kita ada dua kali
rapat yakni pagi dan sore. Pagi dari jam 10-11 yang dikuti oleh Redpel dan
editor. Rapat pagi itu buat mengevaluasi kinerja, membaca isu, dan
merencanakan liputan untuk hari itu. Kemudian rapat sore pada jam 4,
dalam rapat tersebut setiap deesk menyampaikan beritanya apa lalu kita
tentukan bersama. Disampaikan dalam waktu bersamaan untuk
menentukan isu mana yang layak dijadikan headline (HL) selesainya
penulisann berita langsung dilakukan bila ada kekurangan bisa langsung
ditambahkan. Ada lagi rapat mingguan tapi ini sifatnya hanya untuk para
editor saja.‖31
Seperti yang telah dikatakan dalam wawancara di atas, Harian Kompas
dalam memproduksi berita diawali dengan satu pemikiran yang sama yakni
egalitarian artinya semua orang memiliki hak yang sama dalam
menyampaikan argumentasi sebuah isu untuk menjadi sebuah objek
pemberitaan. Sebab dalam etos kerjuanya Harian Kompas menggunakan
sstem kolektif atau kerja tim. Artinya sebelum menentukan isu, meliput, dan
menulis berita terdapat sesi diskusi antara Pimred, Redpel, dan editor.
Tahapan dilanjutkan dengan rapat redaksi terdapat dua kali pertemua yakni
pagi dan sore, untuk membahas dan mengungkap isu apa yang menarik. Hasil
rapat menentukan isu apa yang akan digarap. Tahap terakhir kemudian
melakukan pencarian informasi dengan mendistribusikan penugasan liputan
kepada reporter.
Pagi dan sore menjadi waktu bagi para Pimred, Redpel, dan Editor
melakukan rapat redaksi. Pada pagi hari membicarakan mengenai evaluasi
terbita Kompas pada hari sebelumnya mulai dari penulisann, isu, dan juga
kinerja reporter di lapangan. Kemudian juga membaca isu atau memetakan hal
apa yang akan dan sesuai dengan kriteria berita dalam Harian Kompas.
Setelah mendapatkan isu dan angel berita yang ingin diangkat barulah
menentukan mekanisme di lapangan dalam hal ini kordinasi antara edeitor
dengan reporter.
31
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
106
Berdasarkan pemaparan wawancara tadi, Harian Kompas dalam
menentukan berita yang ingin dimuat didahulukan dengan melihat isu yang
berkembang di lapangan. Tak terkecuali dengan pemberitaan radikalisme dan
aksi terorisme di Indoensia. Sampai saat ini, berbagai media di tanah air
memberitakan aksi terorisme namn sayang tidak secara terus-menerus dan
hanya pada saat peristiwa tersbut terjadi. hal ini membuat masyarakat belum
teredukasi penuh mengenai perkembangan penyebaran radikalisme di
Indonesia.
Sebagai media besar dan tertua di Indonesia, Harian Kompas selalu
berusaha memberikan pencerahan atas isu radikalisme dan terorisme ini.
Pentingnya mengawal isu ini mengingat bahwa Indonesia adalah Negara
dengan penduduk yang beragam latar belakang suku, bahsa, dan agama meski
mayoritas beragama muslim. Seperti dikatakan berikut ini :
―Kami memandang terorisme itu satu dari lima masalah serius di
Indonesia. Kelimanya adalah korupsi, narkoba, radikalisme/ terorisme,
populisme (kesenjangan sosial), serta ketimpangngan kaya dan miskin.
Lalu apakah itu saling berdiri sendiri? Kami pikir tidak semua ada
kaitannya, seperti kesenjangan bisa masuk ke populisme yakni kegairahan
menonjolkan identitas baik agama dan suku yang juga memunculkan pula
korupsi. Kalau terorisme yang dijual adalah korupsi dan kemiskinan
masyarakat serta narkoba juga sama menjadi masalah serius bangsa dan
yang terpenting kita harus memberantas secara bersama dan
komperhensif.‖32
Dari wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa terorisme merupakan salah
satu konsen Harian Kompas sebab ia merasa bahwa isu ini merupakan
persoalan bangsa yang harus diselelsaikan secara bersama dengan
komprehensif. Artinya harus diselesaikan secara menyeluruh, pihak keamanan
dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia harus bisa membongkar jarigan
para teroris dimulai dari penyebaran paham-paham radikal di masyarakat tidak
hanya menangkap para pelaku di lapangan tapi juga menelurusi aktor
intelektual ketua jaringan teroris. Untuk itu dalam memberantas jaringan
terorisme di Indonesia diperlukan pula peran media masa seperti Harian
32
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
107
Kompas untuk terus memberikan informasi sejak dini mengenai bahaya dari
pemahaman radikal yang berujung pada aksi terorisme.
―Kalau berbicara seberapa pentingnya peran media, yang jelas saya
memandang bahwa ini merupaka isu yang sangat strategis. Dalam hal?
Strategis untuk negara ini, terorisme itu isu yang tidak bisa dianggap
remeh kalau kita membandingklan 15-20 tahun ke depan kita memandang
itu menjadi persoalan yang sangat serius bagi negara ini, Kita harus
konsisten dan membahasnya secara spesifik walaupun dalam prakteknya
tidak bisa dipisahkan artinya radikalisme, terorisme, dan korupsi tidak
hanya itu saja artinya kita juga harus berbicara mengenai elit politik.
Karna elit politik sering memproduksi kekacauan yang bisa memicu
terjadinya terorisme. Jika melihat dari indeks rasio gini harus diturunkan
supaya kesenjangan masyarakat tidak terlalu jauh dan itu menjadi penting.
Tapi memang ada isu yang sifatnya langsung misalnya revisi RUU
terprisme. Karena itu bersifat harus dan mendesak yang harus segera
disahkan, meski itu tidak cukup yang penting kita sudah berada dalam
track yang benar dan harus komsisten di jalan kita, yang kita yakin benar
dan baik.‖33
Dapat dikatakan bahwa terorisme merupakan salah satu dari lima isu
penting bagi Harian Kompas. Karenanya isu mengenai terorisme ini akan
terus dikawal secara lebih spesifik. Harian Kompas menilai bahwa munculnya
buah pikir radikalime hingga berujung pada aksi tindak terorisme bukan hanya
berasal dari pemikiran jaringan radikal di Indonesia. Tapi juga disebabkan
para elit pemerintah yang sering membuat masyarakat gerah dengan tindakan
korupsinya. Bukan saja elit pemerintah, kesenjangan sosial di masyarakt pun
dapat memicu seseorang untuk berpikir radikal hingga menyalurkannya
dengan bergabung bersama jaringan teroris.
Menurut Harian Kompas isu ini masih akan menjadi permasalahan bangsa
di masa depan. Karenanya kala itu Harian Kompas juga mendesak untuk
segera disahkannya Revisi RUU Terorisme oleh DPR RI. Sebab itu
merupakan langkah penting yang harus diambil jika negara ini ingin
memberantas terorisme. Denga telah dihakannya RUU tersebut Kepolisian
republik Indonesia kini telah memiliki payung hukum untuk melawan
terorisme dan memutuh penyebaran radikalisme di Indonesia. Meski baru
hanya dapat memunculkan dalam bentuk pemberitaan Harian Kompas
33
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
108
meyakini bahwa ini sudah dijalan yang benar dalam membantu memberantas
terorisme di Indonesia.
―Dalam konsen ini kami berusaha untuk terus mengabarkan dan
memberikan informasi kepada masyarakat. Mengingatkan yang berkuasa
dan menghibur pembaca, sesuai dengan visi dan misi Kompas. Lalu kami
mengharuskan mejadi bagian dari arah kemajuan bangsa menjadi lebih
baik dan itu akan kami lakukan dengan sangat serius. Misalnya gini, kami
sangat mendesak RUU Terorisme itu harus segera disahkan melihat
urgensi yang ada. Tapi kami tidak sendiri yang berda di garda terdepan
dalam mendorong lembaga legislatif dalam mengesahkan RUU tersebut.
Ini merupakan kerja dari semua pihak. Memang ada kalanya momen-
momen kita harus kencang dalam mendorong agar segera terealisasi jika
begitu kondisinya maka kami haru akan melakukannya dengan sangat
serius. Pada tahun 2000an terorisme itu bukan semata masyarakat atau
oknum tertentu. Akan tetapi dapat muncul karena ada ketimpangan sosial
hal tersebut bisa dilihat dari polanya ada pelaku intelektual dan lapangan.
Pada kondisi tertentu ada isu-isu yang sangat penting di masyarakat
misalnya mengkapanyekan bagaimana deradikalisai harus dilakukan
dengan baik banyak contoh dari media asing. Dan juga kami banyak
menulis feature mengenai apa yang betul-betul menjadi kebutuhan
pembaca. Seperi apa dan bagaimana bisa diketahui bahwasanya mereka
yang menjadi oknum terorisme merupakan seorang pemikir intelek dan itu
seringkali kita diskusikan bersama di litbang Kompas.‖34
Menurut Marcellus Hernowo dapat dikerahui konsen kompas ialah tidak
lepas untuk selalu memberitakan dan memberikan informasi kepada
masyarakat. Ia mengakui bahwa Harian Kompas dengan sangat serius
mengabdikan untuk menjadi bagian arah kemajuan bangsa. Maka dari itu
sampai kapanpun akan terus mengawal sebuah isu yang dapat mengahncurkan
bangsa Indonesia termasuk penyebaran radikalisme dan aksi terorisme. Iapun
menyadarai bahwa ada kalanya dalam waktu tertentu Harian Kompas
memberitakannya secara terus-menerus sampai terealisasi. Salah satunya ialah
Revisi RUU terorisme yang dengan gencar Kompas beritakan agar segera
disahkan oleh lembaga legislatif. Karna itu merupakan dasar bagi pihak
kepolisian.
Tidak hanya itu adapun isu-isu yang berkaitan seperti mengkapenyekan
deradikalisasi di masyarakat memakai gaya penulisann feature kami
sesuaikang dengan kebutuhan masyarakat. Dapat diketahui melalui kajian
34
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
109
Litbang Kompas bahwasanya selain pelaku dilapangan, terdapat aktor
intelektual yang menyebar luaskan paham radikalisme serta merancang sebuah
aksi terorisme.
―Ini menjadi suatu konsen kami mangkannya salah satu bentuk nyatanya
ialah banyak memberi tempat apa yang menjadi identitas-identitas asli
Indonesia. Hal tersebut menurut kami dapat menjadi salah satu cara untuk
meredam paham radikalisme dan gerakan terorisme. Maka gagasan dari
kami adalah banyak menulis mengenai keragaman Indonesia. Apa yang
menjadi ciri khas atau identitas Indoensia itu sendiri karna itu harus tetap
dijaga. Contoh saja Negara Jepang, mereka bisa maju karena mereka
menjaga dan mempraktikannya apa yang menjadi budayaya sendiri. Kalau
Amerika maju dengan mimpi bersama yang mereka jaga yakni trinitas.
Sukarno sering berpidato kau kita bukanlah negara Islam, artinya kita
harus melindungi rakyat sipil dan Hak Asasi Manusia (HAM) kita jaga
mimpi bersama. Kesejahteraan sosial merupakan hal yang paling penting.
Karena itu Kompas memberi tempat pada hal yang demikian. Setiap ajaran
besar selalu punya ciri khasnya masing masing. Apa sih yang menjadi
mimpi kita? Kami juga melakukan ekpedisi memaknai Indonesia melalui
jalur rempah, misi terumbu karang, jejak-jeka terumbu karang yang sangat
bagus. Itu semua dilakukan untuk menjaga bahwa inilah identirtas
kebangsan kita. Bahwa dengan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi
kekuatan bangsa Indonesia. Seperti ekspedisi kuliner mulai dari masakan
sunda, jawa, hingga timur papua. Itukan seperti menunjukkan ini loh
indonesia, negara yang mempunyai kekhasandisetiap daerahnya masaing-
masing. Mulai dari suku, bahasa, kearifan lokall yang harus terus dijaga
keberagamannya agar memperkuat ideologi kita. Dan bila ada yang tidak
cocok dengan identitas bangsa kita maka tidak akan mudah masuk ke
masyarakat seperti ideologi radikalisme. Itulah yang kami lakukan, bisa
juga dengan prestasi olahraga sebab hal tersebut juga menjadi bahasa
universal. Isu mengenai identitas Indonesia, kekayaan SDA, budayaya,
dan menjaga kesejahteraan sosial dengan hidup penuh toleransi demikian
yang banyak kami kasih tempat dalam tulisan-tulisan di Kompas supaya
keberagaman terus terjaga di Indonesia. Jadi terkadang memang ada isu
langsung seperti RUU serta memberantas terorisme kita memang agak
lebih soft.‖35
Menyoal konsen Harian Kompas mengawal isu terorisme dan menangkal
penyebaran radikalisme di Indonesia. Merujuk dari wawancara di atas dapat
dikatakan bahwa dalam Harian Kompas banyak memberikan tempat dalam
hal ini penulisan berita-berita yang bertemakan identitas Indonesia. Karena
menuru Marcellus Hernowo dengan kita melestarikan budaya asli Indonesia
itu akan memperkuat keyakina kita akan ideologi bangsa Indonesia yakni
35
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
110
Pancasila. Memunculkan keragaman Indonesia mulai dari agama suku,
bahasa, dan budayaya. Sebab pendiri bangsa Indonesia yakni Soekarno pernah
menyatakan bahwa Indonesia ini bukanlah negara Islam. Karenanya
diperlukan sebuah toleransi beragama yang baik di masyarakat. Harian
Kompas meyakini bahwasanya dengan kita terus menjaga indeologi bangsa
maka hal tersebut dapat memperkokoh keyakinan masyarakat. Artinya
masyarakat tidak akan mudah terpengaruh dengan ideologi-idelogi baru di
luar pancasila semisal radikalisme dan exterimisme yang menjadi cikal bakal
aksi terorisme.
Dengan menjunjung tinggi pancasila maknanya adalah melindungi rakyat
sipil, menjaga HAM, dan kesejahteraan sosial masyarakat. Memberi tempat
untuk menulis mengenai isu keIndonesiaan lainnya merupaka hal yang
Kompas lakukan untuk terus mengedukasi masyarakat. Seperti dengan
melakukan ekspedisi rempah Indonesia, terumbu karang, kebudayayaan
Indonesia. Melalui SDA yang ada di Indonesia dapat pula menunjukkan inilah
identitas Indonesia. Kearifan lokal yang terjaga, toleransi umat beragama, dan
keberagaman suku serta budayaya.
―Kami memandang bahwa selama ini terorisme adalah kriminalitas bahwa
itu merupakan tindak pidana/ kejahatan. Kompas tidak pernah memnadang isu
ini berkaitan dengan agama. Itu juga masalah kemanusiaan, jadi itu sebuah
tindak pidana hukum dan kami sangat konsen bahwa sebuah yang mengancam
kemanan negara harus diproses secara hukum. Kami mendukung tindakan
dengan sisi softnya dengan menulis banyak berita mngenai identitas
keindonesiaan kami juga tidak memandang bahwa terorisme itu sebuh
gerakan-gerakan yang masalah ke-Islaman ini sebuah tindak pidana. Karena
tindakan itu melanggar hukum dan itu melanggar kesepakantan kami
berkehidupan secara keberagaman dan kebersamaan dan hal tersebut
melanggar kesepatan kita bersama.‖36
Melihat dari pernyataan di atas Harian Kompas juga menanggapi
bahwasanya aksi terorisme merupakan bentuk kriminalitas artinya sebuah
tindak pindana kejahatan. Dengan tegas Harian Kompas menyatakan bahwa
terorisme bukan sebuah persoalan agama apalagi mengaitkannya dengan
agama Islam. Sebuah tindak pidana harus diselesaikan secara hukum para
pelaku dengan keji meledakkan bom di ruang publik yang masyarakat sipil
36
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
111
sudah banyak menjadi korbannya. Jika pihak kepolisian pelakukan penegakan
hukum, maka Harian Kompas meresponsnya dengan cara memberitakan
kejadian tersebut dan melakukan kajian untuk teroris memberi informasi ke-
Indonesiaan jangan sampai masyarakat terpapar ideolgi radikal.
―Waktu awal itu banyak berkiblat pada Afganistan, pengeboman di Bali
misalnya banyak dari para pelaki merupakan alumni jaringan teroris di
Afganistan, lalu agak bergeser ke ISIS sempat dari Filipina dan sekrang
banyak aksi pribadi bahkan sekrang banyak yang tidak berafilisiasi dengan
jaringan besar di luar negeri. Dan sekarang bisa kita lihat bersama bahwa kini
pergerakannya sudah mulai berevolusi bisa dari gadget melihat dari internet
atau teknologi nah kita harus antisipasi bahwa apakah kita harus anti teknologi
itu juga tidak. Kita harus bisa mengantisipasi pergerakan itu ada sebuah pola
yang berbeda dan semakin tidak bisa terkontrol seperti aksi di Surabaya itu
memakai satu keluarga bahwa itu juga sebenarnya menjadi polemik di
kalangan terorisme itu sendiri, terorisme juga tidak serta merta dating isu dari
luar juga bisa menjadi pemicu.‖37
Dalam kajiana Litbang Kompas dapat diketahui bahwa ada pola yang
berubah dalam aksi terorisme di Indonesia. Pada awalnya aksi terorisme
berkaitan dengan jaringan yang ada di luar negeri atau negara Timur Tengah
seperti Al-Qaeda dan ISIS. Namun kini para pelaku teror lebih banyak
bergerak secara individu atau terikat dalam jaringan sendiri. Melihat peristiwa
yang terjadi di Surabaya, pola pelaku berubah dengan menggunakan anggota
keluarga yakni anak dan istrinya sebagai pembawa bom bunh diri. Nyatanya
menurut kajian litbang Kompas haltersebut juga menjadi perdebatan di dalam
jaringan teroris.
Terlebih kemajuan teknologi juga dapat menjadi media pembelajarab bagi
para pelaku dalam merakit sebuah bom dengan daya ledak yang cukup besar.
Akan tetapi itu bukan juga menjadi alasan untuk masyarakat anti akan
teknologi. Dapat dikatakan bahwa kemajuan teknologi dapat dijadikan
manfaat dan jalan berbuat kejahatan.
―Pengesahan RUU terorisme ini merupakan salah satu jalan karena cara ini
harus dilakukan dan tidak bisa berjalan sendiri. Misalnya peningkatan
kesejahteraan, budayaya membaca supaya lebih kritis, peningkatan inovasi
digital. Kebijakan dalam memilih informasi di media social juga harus
ditingkatkan itu merupakan tugas kita semua bukan hanya tugas pemerintah,
aparat keamanan, media, dan masyarakat. Terorisme itu buka sebuah
37
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
112
persoalan hanya dari satu kasus mereka saling berhubungan.‖38
Harian Kompas pun menilai bahwa pengesahan RUU Terorisme
merupakan langkah yang harus segera dilakukan. Karena itu merupakan dasar
hukum kepolisian menangkap dan mempersempit ruang geraka para pelaku
terorisme. Akan tetapi bukan hanya kepolisin dan pemerintah pemberantasan
paham radikal dan jaringan terorisme adalah tugas kita bersama.
―Toleransi, intoleransi, dan keberagaman menjadi isu yang saat ini cukup
penting bagi kompas. Tentang saat ini Indonesia sudah cukup toleran atau
justru intoleran dan bagaimana perkembangan keduanya, Isu toleransi,
intoleransi dan keberagaman saat ini juga menjadi isu sangat penting.
Pasalnya, isu-isu itu menyangkut kondisi riil saat ini dan masa depan kita
sebagai sebuah bangsa.‖39
Melihat dari wawancara di atas Harian Kompas juga menyoroti bagai
mana isu toleransi dak keberagaman yang ada di Indonesia. Seperti dalam
Hasil Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama yang dilakukan
Kementerian Agama pada tahun 2015 menunjukkan, rata-rata nasional
kerukunan umat beragama berada pada poin 75,36 dalam rentang 0-100.
Angka ini menempatkan Indonesia pada kategori kerukunan tinggi.
Kerukunan tinggi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bekerjanya
dimensi kerukunan, yaitu toleransi, kesetaraan dan kerja sama secara
signifikan. Namun, tak dapat dipungkiri rata-rata kerukunan nasional itu
menyisakan beberapa catatan.40
Toleransi antar umat beragama merupaka proses saling mebiarkan,
mengakui dan menghormati keyakinan orang lain sebagai suatu sikap
perwujudan penahan diri terhadap sikap pihak lain yang tidak sama. Toleransi
dalam kehidupan umat beragama harus didasarkan kepada tiap agama menjadi
tanggungjawab pemeluknya dan memiliki bentuk ibadat (ritual) dengan sistem
dan caranya sendiri. Dengan demikian toleransi merupaka sikap menghormati
38
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019. 39
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Minggu, 30 Juni 2019. 40
Diakses dari https://pkub.kemenag.go.id/artikel/41249/survei-kemenag-tingkat-
kerukunan-umat-beragama-di-indonesia-tinggi pada Jum‘at, 27 Juni 2019, pukul 19.44 wib.
113
perbedaan atau prinsip orang lain tanpa harus mengorbankan diri sendiri.41
―Iya, civil society juga dibahas. Sebab demokrasi yang sehat juga
membutuhkan civil society kuat. Menjaga kerukunan umat beragama menjadi
tanggung jawab semua pihak, mulai dari pemerintah, civil society, tokoh
agama dan tokoh masyarakat, serta masyarakat itu sendiri.‖42
Selain isu radikalisme dan toleransi umat beragama Harian Kompas juga
membahas isu mengenai civil society. Dalam menjaga kerukunan umat
beragama di Indoensia diperlukan pula sivil society yang kuat artinya tatanan
masyarakat yang mandiri dan berani mengemukakan pendapat di ruang publik
yakni hidup berdemokrasi secara damai. Maka dibutuhkan sinergi dari seluruh
eleman masyarakat.
―Iya. Ini dimaksudkan agar masyarakat/pembaca kompas memahami
bentuk/profil terorisme di Indonesia. Pemahaman itu akan memudahkan
langkah untuk memahami dan selanjutnya menyusun langkah yang tepat
untuk mengatasinya. Berita perlu dilakukan. Tentang perlunya berita yang
terus menerus atau tidak, itu melihat kebutuhan dan momentum. Pasalnya,
juga ada masalah lain di Indonesia yang perlu mendapat perhatian seperti
pemberantasan korupsi, pembangunan ekonomi, dan penataan birokrasi.
Berita yang terus menerus tanpa henti, juga dapat membuat
masyarakat/pembaca jenuh atau bosan.‖43
Tidak hanya memberitakan saat peristiwanya saja, Marcellus Hernowo
juga mengatakan bahwa Harian Kompas tidak hanya membuat berita
terorisme saat peritiwanya saja. Akan tetapi dalam beberapa waktu juga
menulis mengenai jaringan, bentuk, dan ciri dari radikalisme. hal tersebut
diperlukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mengenai radikalisme
kepada masyarakat. Hanya saja ia mengakui bahwa pembeirtaan mengenai
radikalisme tidak diberitakan secara terus menerus dikarenakan Harian
Kompas melihat kebutuhan dan momentum agar menjaga para pembacanya
tidak bosan. Terlebih menurutnya ada persoalan lain yang perlu juga
diperhatikan.
41
Amir Fadhilah, Toleransi dan Konflik Antar Umat Beragama, 42
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Minggu, 30 Juni 2019. 43
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Minggu, 30 Juni 2019.
114
C. Analisis Konteks Sosial
1. Analisis Konteks Sosial Berita Jaringan Teroris Dibongkar Harian
Kompas edisi 15 Mei 2018
Dimensi terakhir analisis Van Djik adalah analisis sosial. Menurut Guy
Cock, konteks merupakan salah satu dari tiga hal yang sentral dalam wacana.
Ia berpendapat bahwa konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada
di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa. Analisis sosial (konteks
sosial) berkaitan dengan latar, situasi, peristiwa, atau kondisi sosial yang
sedang terjadi saat itu.
Berawal dari ideologi Islamisme yakni tipologi ideologi besar kelima yang
menjadi orientasi kelompok-kelompok gerakan di Indonesia pasca reformasi.
Empat tipologi ideologi besar lainnya adalah kiri-Radikal, kiri-Moderat,
kanan-Konservatif, dan kanan-Liberal beserta varian-varian lainnya
keempatnya itu bersumberdari pemikiran barat. Kini, dalam hal ini
dikemukakan tipologi yang kelima yakni Islamisme. Dalam bahasa Greg
Fearly Islamisme dikatakan sebagai gerakan yang bercirikan: (1) gerakan
kebangkitan Islam dari keterpurukan abad ke -29. (2) sebagai perjalanna dari
khafilah (transisi) Islam internasional yang berideologi fundamnetalis global.44
44
Dr. Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, Pustaka Pelajar, Celeban Timur UH
III/ 548 Yogyakasrta, h. 25.
115
Agama/ Ideologi
Reformasi
Demokrasi
Masyarakat
Kesempatan Politik
Mobilisasi
Ideologi
Gerakan Keagamaan Islam Non Mainstream
Identifikasi
Gambar 4.1 Framework munculnya Gerakan Radikalisme Islam
Sumber : Dr. Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia.
Ditambah lagi kurangnya pemahaman agama bagi sebagian masyarakat, dapat
dengan mudah terpengaruh untuk menjadi bagian kelompok radikal ini.
Khususnya kalangan pemuda, radikalisasi mereka lebih dipengaruhi oleh berbagai
peristiwa global. Faktor teknologi informasi dan komunikasi modern menjadi hal
penting yang berperan dalam transmisi paham atau sikap radikal kelompok baru
116
ini.45
Jika kita melihat pada Jajak Pendapat yang dilakukan Litbang Kompas,
bahwasanya fenomena radikalisme bernuansa agama memasuki babak baru.
Hasrat warga Indonesia bergabung dengan kelompok radikal di luar negeri
membuktikan radikalisme sebagai paham telah berkembang dan terserap.
Publik memandang negara harus bersikap tegas terhadap penyebaran gerakan
radikal.
Meski mayoritas publik meyakini lingkungan tempat tinggal mereka saat
ini relatif aman dari penyebaran paham radikal, tiga dari empat responden
tetap mengkhawatirkan pengaruh radikalisme terhadap keluarga mereka.
Publik memandang ada sejumlah faktor yang turut menyuburkan radikalisme
di Tanah Air. Pemahaman keliru mengenai ideologi keagamaan dinilai sebagai
faktor yang paling besar mendorong berkembangnya radikalisme bernuansa
agama, diikuti dengan faktor ketimpangan kesejahteraan sosial ekonomi,
antara lain:
1. Keterbatasan pekerjaan
Rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya lapangan pekerjaan juga
dipandang publik menyuburkan radikalisme. Sebanyak 14 persen publik jajak
pendapat meyakini hal tersebut. Selain itu, lemahnya penegakan hukum dinilai
turut meningkatkan pula radikalisme. Satu dari lima responden menyatakan,
penegakan hukum terlampau lemah untuk mengontrol tumbuhnya ideologi
radikal bernuansa agama, apalagi menekan aksi teror.
Tak heran, separuh responden menyatakan, penanganan penyebaran
paham radikal oleh pemerintah belum memadai. Kekecewaan ini justru lebih
banyak disuarakan oleh responden pemeluk agama Islam. Sebagian publik
menyatakan bahwa peran organisasi keagamaan dan tokoh agama untuk
membentengi warga dari pengaruh paham radikal belum memadai.
Merunut kembali sikap Indonesia terhadap gerakan radikal yang kembali
marak, sejak pertengahan 2014 pemerintah telah melarang penyebaran
ideologi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Indonesia. Pada 4 Agustus
45
M. Zaki Mubarak, Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam
Radikal di Indonesia Kontemporer, Episteme, Volume 10 No. 1, Juni 2015, h. 81.
117
2014, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto
menilai bahwa paham yang dianut NIIS tidak sesuai dengan ideologi
Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kebinekaan di Indonesia.
Penegasan yang sama disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam
pidatonya pada pembukaan seminar ‖Perkembangan ISIS di Indonesia dan
Penanggulangannya‖ (Kompas, 23/3). Menurut Kalla, gerakan kelompok
militan NIIS bertujuan mendirikan sistem pemerintahan ala kekhalifahan
Islam yang disebutnya sebagai ‖keinginan untuk kembali ke masa lalu‖ alias
tidak sesuai dengan kondisi faktual masa kini.
Senada dengan sikap pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
bersama 39 organisasi kemasyarakatan Islam juga bersepakat menolak paham
NIIS. MUI dan organisasi kemasyarakatan Islam memandang gerakan NIIS
yang bertindak penuh kekerasan sangat berpotensi memecah belah persatuan
umat Islam dan menggoyahkan NKRI. Tidak hanya di Indonesia, kebijakan
yang sama juga dilakukan banyak negara lain di dunia.
2. Kepribadian bangsa
Sikap pemerintah, MUI, dan organisasi kemasyarakatan Islam tersebut
sejalan dengan pandangan mayoritas publik. Sebanyak sembilan dari 10
responden menilai paham radikal dari NIIS tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia. Mayoritas publik juga menolak cara-cara kekerasan yang
digunakan kelompok radikal itu demi memaksakan keyakinan mereka.
Gerakan radikal bernuansa agama dipandang oleh publik mengganggu
harmoni kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk.
Namun, larangan itu seakan tidak menghentikan upaya segelintir pihak
untuk memberikan dukungan kepada gerakan radikal tersebut. Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat, sekitar 514 WNI masuk ke
Suriah meski belum bisa dipastikan apakah mereka terlibat paham kelompok
NIIS atau tidak.
Menghadapi pengaruh NIIS di Indonesia, pemerintah menyiapkan
sejumlah langkah untuk meredam gelombang penyebaran paham radikal yang
mendukung NIIS. Pemerintah tengah mengkaji formulasi produk hukum
118
untuk mengatur sanksi pidana bagi para simpatisan dan pengikut NIIS serta
berencana menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang
(perppu) yang mengatur larangan WNI pergi ke negara konflik.
Meski sebagian kalangan menolak wacana penerbitan perppu, publik
justru menilai langkah tersebut beralasan. Sebanyak tujuh dari 10 responden
memandang perppu bisa menjadi payung hukum menangani gerakan NIIS.
Mayoritas publik juga mendukung langkah pemerintah untuk mencabut izin
agen perjalanan yang terindikasi melapangkan jalan WNI untuk bergabung
dengan NIIS. Publik juga mendukung langkah Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang akan memblokir situs yang teridentifikasi memuat ajaran
dan paham radikal.
3. Pendidikan keagamaan
Merebaknya gerakan radikal di masyarakat dinilai tak terlepas dari
pembiaran negara terhadap aksi-aksi kekerasan bernuansa keagamaan selama
ini. Di sisi lain, upaya penanganan dengan hanya bertumpu pada perburuan
pelaku teror justru berpeluang memunculkan teror dalam bentuk baru bagi
demokratisasi dan supremasi sipil.
Tanpa menafikan peran polisi dan tentara, para pemuka agama dipandang
perlu turun tangan untuk menciptakan dan menyebarkan pemikiran agama
yang moderat dan benar. Separuh responden meyakini pentingnya pendidikan
keagamaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan penguatan wawasan
kebangsaan untuk mencegah penyebaran paham radikal. Selain itu, sikap tegas
pemerintah juga diperlukan untuk mencegah ideologi radikal berkembang.
Kemampuan dalam merangkul ulama atau tokoh masyarakat yang bisa
berdialog dengan kelompok-kelompok agama akan sangat membantu upaya
pencegahan paham radikal ini.46
Tidak hanya radikalisme, merujuk dari survei Kemenag: Tingkat
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Tinggi Hasil Survei Nasional
Kerukunan Umat Beragama yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag)
pada tahun 2015 menunjukkan, rata-rata nasional kerukunan umat beragama
46
Diakses dari http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/12864108 pada Jum‘at, 27
Juni 2019, pukul 19.50 wib.
119
berada pada poin 75,36 dalam rentang 0-100. Angka ini menempatkan
Indonesia pada kategori kerukunan tinggi.
Kerukunan tinggi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah bekerjanya
dimensi kerukunan, yaitu toleransi, kesetaraan dan kerja sama secara
signifikan. Namun, rata-rata kerukunan nasional itu menyisakan beberapa
catatan. Kemenag tak menutup mata bahwa masih ada sejumlah kasus di
sejumlah daerah.
Misalnya, konflik pendirian rumah ibadah yang masih terjadi di beberapa
daerah seperti kasus di Aceh singkil, Tolikara, Bekasi, dan daerah-daerah
lainnya. Akan tetapi, kasus-kasus tersebut dinilai tak merepresetasikan
Indonesia. Adapun tiga daerah dengan kerukunan agama tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur (83,3 persen), Bali (81,6 persen) dan Maluku (81,3 persen).
Survei dilakukan secara kuantitatif dan pengambilan sampel dilakukan
melalui multistage random sampling dengan jumlah responden 2.720 orang,
dan margin of error 17 persen. Adapun responden mewakili keluarga yang
tersebar di 34 ibu kota provinsi. Tingkat kerukunan diukur melalui tiga
indikator yaitu tingkat toleransi, kesetaraan dan kerjasama antar umat
beragama.47
Berdasakan pemaparan di atas, dapat diasumsikan bahwa radikalisme
masih berkembang di Indonesia. Masyarakat dituntut untuk selalu waspada
dalam melihat atau berkehidupan bernegara. Diperlukan langkah persuasif dari
pihak kepolisian, tentara, dan tokoh agama dalam memerangi radikalisme di
Indonesia. Apalagi dalam memerangi radikalisme atau yang akrab disebut
deradikalisasi ini juga masif dilakukan oleh media massa seperti Harian
Kompas bukan tidak mungkin akan mempersempit ruang gerak para jaringan
teroris yang menjadi aktor utama penyebaran pemahamn-pemahaman radikal
di masyarakat.
D. Interpretasi Peneliti
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, Penelitian ini
menggunakan metode penelitian wacana kritis dengan pendekatan kualitatif
47
Diakses dari https://pkub.kemenag.go.id/artikel/41249/survei-kemenag-tingkat-
kerukunan-umat-beragama-di-indonesia-tinggi pada Jum‘at, 27 Juni 2019, pukul 19.44 wib.
120
dan memakai model analisis deskriptif. Teori yang digunakan ialah Teori
Wacana Kritis (Critical Discourse) model Teun A. Van Djik. Adapun level
yang diteliti menurut teori CD Fairclough, yaitu level segi teks, level segi
kognisi sosial, dan level segi konteks sosial.
Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analiysis/ CDA), wacana
di sini tidak dipahami dalam studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana
memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang
dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik
tradisisonal. Bahasa diamalisis bukan dengan menggambarkan semata dari
aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di
sini berarti dipakai untuk tujuan praktik tertentu, termasuk di dalamnya
praktik kekuasaan.48
Konsep awal teori ini bermula dari gagasan Alfred Sxhuldz yaitu konsep
fenomenologi. Merupakan sebuah konsep yang mengamati gejala-gejala
sehingga dapat mengabarkan bagaimana fenomena tersebut dihadirkan ke
publik. Konsep ini didukung oleh Peter Berger dan Thomas Luckman dengan
aliran interaksi simbolis dan fenomenologi Schuldz. Berger berpendapat
bahwa konstruksi realistas secara sosial memusatkan perhatiannya pada proses
ketika individu menanggapi kejadian disekitarnya berdasakan pengalaman.49
Mereka menyatakan bahwa pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat
komunikasi dengan orang lain realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari
sekedar hasil konstruksi sosial dalm komunikasi tertentu.50
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini yakni agar dapat mengurangi
penyebaran radikalisme di Indonesia melalui peran dari media massa. Dengan
cara menginformasikan mengenai paham, aliran, dan bentuk radikalisme yang
ada di lingkungan masyarakat. Serta memberikan pendidikan kepada
masyarakat dengan penyampaian berita secara berkelanjutan mengenai
perkembangan peluang munculnya kelompok radikal. Dalam konteks ini
48
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001),
h. 7. 49
Engkus Kuswarno, M.S, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh
Penelitiannya, (Jakarta, Widya Padjajaran, 2008), h. 22-23 50
Peter L.Berger and Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, A Treatise in
The Sosiological of Knowledge (Terj) Hasan Bakri (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 75.
121
penulis meneliti peran media sebagai pemberi informasi, edukasi, dan kontrol
sosial pada Harian Kompas edisi 15 Mei 2018 yang secara lebih rinci dapat
dirumuskan bagaimana wacana pemberitaan Jaringan Teroris Dibongkar di
Kompas dilihat dari level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Jacob Otama menyatakan bahwa terorisme klasik melakukan propaganda
melalui aksi (propaganda by deeds) sehingga memerlukan dukungan media
massa. Terorisme melakuakn maksimal para jurnalis untuk memperbesar hasil
baik yang didapatnya. Kebanyakan jurnalis tidak merasa membantu keberhasil
operasi terorisme., karena liputan yang telah dijamin oleh kebebasan pers
dalam negara demokrasi. Kekerasan merupakan berita karena jarang terjadi,
sehingga jika berita tersebut diturunkan dapat mengentakkan atau menarik
perhatian publik. Senaliknya, suatu keterangan bukanlah berita yang menarik,
karena merupakan keadaan yang biasa dijumpai sehari-hari. Suatu kalimat
legendaris dalam dunia pemberitaan berbunyi, bahwa ‗kejadian seseorang
digigit anjing tidak menarik, dibandingkan kejadian anjing digigit orang‘.
Terdapat keadaan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme)
antara para teroris dan media. Peliputan media telah menyediakan keuntungan
konstan bagi teroris. Media telah memperkuat tindakan-tindakan teroris
sebagai suatu yang penting secara politis di luar porsi yang semestinya. Para
teroris selalu mengerti betapa pentingnya manipulasi media , karena
keberhasilan terorisme sangat ditentukan oleh peran media masa nasional dan
internasional, yang berfungsi menyebarkan kejadian walau sangat mengerikan
dengan bebas tanpa batas. Secara tendensius hal tersebu terjadi di negara-
negara lliberal demokrasi, yang kacau dalam membedakan antara kebebasan
(politik etis) dengan penelanjangan (politik porno).51
Mengambil dari hasil wawacara pribadi dengan Editor Desk Politik dan
Hukum Harian Kompas Marcellus Hernowo, terdapat sebuah pernyataa
bahwa radikalisme dan terorisme merupakan salah satu konsen Harian
Kompas.
―Kami memandang terorisme itu satu dari lima masalah serius di
Indonesia. Kelimanya adalah korupsi, narkoba, radikalisme/ terorisme,
51
A.M Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (PT. Kompas
Media Nusantara, Oktober 2009), h. 217.
122
populisme (kesenjangan sosial), serta ketimpangngan kaya dan miskin.
Lalu apakah itu saling berdiri sendiri? Kami pikir tidak semua ada
kaitannya,‖52
Harian Kompas merasa isu ini merupakan persoalan bangsa yang harus
diselelsaikan secara bersama dengan komprehensif. Artinya harus diselesaikan
secara menyeluruh.Untuk itu dalam memberantas jaringan terorisme di
Indonesia diperlukan pula peran media masa seperti Harian Kompas untuk
terus memberikan informasi sejak dini mengenai bahaya dari pemahaman
radikal yang berujung pada aksi terorisme.
―Ini menjadi suatu konsen kami mangkannya salah satu bentuk nyatanya
ialah banyak memberi tempat apa yang menjadi identitas-identitas asli
Indonesia. Hal tersebut menurut kami dapat menjadi salah satu cara untuk
meredam paham radikalisme dan gerakan terorisme. Maka gagasan dari
kami adalah banyak menulis mengenai keragaman Indonesia. Apa yang
menjadi ciri khas atau identitas Indoensia itu sendiri karna itu harus tetap
dijaga. artinya kita harus melindungi rakyat sipil dan Hak Asasi Manusia
(HAM) kita jaga mimpi bersama. Kesejahteraan sosial merupakan hal
yang paling penting. Karena itu Kompas memberi tempat pada hal yang
demikian.‖53
Menyoal konsen Harian Kompas mengawal isu terorisme dan menangkal
penyebaran radikalisme di Indonesia. Merujuk dari wawancara di atas dapat
dikatakan bahwa dalam Harian Kompas banyak memberikan tempat dalam
hal ini penulisan berita-berita yang bertemakan identitas Indonesia. Karena
dengan kita melestarikan budaya asli Indonesia. Memunculkan keragaman
Indonesia mulai dari agama suku, bahasa, dan budayaya. Karenanya
diperlukan sebuah toleransi beragama yang baik di masyarakat. Harian
Kompas meyakini bahwasanya dengan kita terus menjaga indeologi bangsa
maka hal tersebut dapat memperkokoh keyakinan masyarakat. Artinya
masyarakat tidak akan mudah terpengaruh dengan ideologi-idelogi baru di
luar pancasila semisal radikalisme dan exterimisme yang menjadi cikal bakal
aksi terorisme.
―Kami memandang bahwa selama ini terorisme adalah kriminalitas bahwa
itu merupakan tindak pidana/ kejahatan. Kompas tidak pernah memnadang isu
ini berkaitan dengan agama. Itu juga masalah kemanusiaan, jadi itu sebuah
52
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Minggu, 30 Juni 2019. 53
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
123
tindak pidana hukum dan kami sangat konsen bahwa sebuah yang mengancam
kemanan negara harus diproses secara hukum. Kami mendukung tindakan
dengan sisi softnya dengan menulis banyak berita mngenai identitas
keindonesiaan kami juga tidak memandang bahwa terorisme itu sebuh
gerakan-gerakan yang masalah ke-Islaman ini sebuah tindak pidana. Karena
tindakan itu melanggar hukum dan itu melanggar kesepakantan kami
berkehidupan secara keberagaman dan kebersamaan dan hal tersebut
melanggar kesepatan kita bersama.‖54
Melihat dari pernyataan di atas Harian Kompas juga menanggapi
bahwasanya aksi terorisme merupakan bentuk kriminalitas artinya sebuah
tindak pindana kejahatan. Dengan tegas Harian Kompas menyatakan bahwa
terorisme bukan sebuah persoalan agama apalagi mengaitkannya dengan
agama Islam. Sebuah tindak pidana harus diselesaikan secara hukum para
pelaku dengan keji meledakkan bom di ruang publik yang masyarakat sipil
sudah banyak menjadi korbannya. Jika pihak kepolisian pelakukan penegakan
hukum, maka Harian Kompas meresponsnya dengan cara memberitakan
kejadian tersebut dan melakukan kajian untuk teroris memberi informasi ke-
Indonesiaan jangan sampai masyarakat terpapar ideolgi radikal.
54
Wawancara pribadi dengan Marcellus Hernowo, Editor Desk Politik dan Hukum
Harian Kompas, Kamis, 6 Juni 2019.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan mengenai Peran Media Melawan Radikalisme di Indonesia
Analisis Wacana Pemberitaan Jaringan Teroris Dibongkar dalam Harian
Kompas Edisi 15 Mei 2018 yang terlihat dari tiga dimensi yang telah
dijelaskan oleh Teun. A Van Djik adalah sebagai berikut:
Dapat dilihat bahwa Harian Kompas menjadikan radikalisme menjadi isu
yang konsen mereka perhatikan di antara isu lainnya yakni korupsi, Hak Asasi
Manusia (HAM), ketimpangan sosial, narkoba, da populisme. Sebab isu
radikalisme ini akan berujung pada aksi terorisme yang mana tindakan
tersebut meruokan musuh bersama dan masalah serius bagi bangsa Indonesia.
Konsen Harian Kompas membantu pihak kepolisan memberantas
terorisme tertuang dalam setiap pemberitaannya. Meski ini merupakan isu
penting yang menjadi salah satu konsennya. Namun Harian Kompas tidak
memberitakannya sevara terus-menerus mengingat akan kebutuhan dan
momentum yang ada terlebih jika diberitakan secara masif akan
memmunculkan kebosanan bagi pembacanya.
Alhasil untuk mengurangi penyebaran radikalisme di Indonesia Harian
Kompas melalukan peliputan yang bertemakan ke-Indonesiaan. Di sana
banyak memuat tentang kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan keragaman
suka, budaya, dan bahasa Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar para
masyarakat dapat terus teredukasi Indonesia sebenarnya yang penuh dengan
toleransi dan kerukunan umat beragama sehingga memperkokoh ideologi
masyarakat Indonesia yakni Pancasila. Lebiih rinci penelitian ini juga
menggunakan model analisis Teun A. Van Djik yang membaginya dalam tiga
bagian yakni teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yaitu:
1. Dilihat dari segi teks, dari pemberitaan Harian Kompas dapat dikatakan
bahwa adikalisme merupakan akar persoalan dari aksi teririsme yang
sering terjadi di Indonesia. Karenanya hal tersebut telah lama menjadi
persoalan bangsa yang kini terus dikurangi penyebarannya oleh
125
pemerintah. Pihak kepolisisan dalam hal ini Mabes Polri pun terus
melakukan penangkapan bagi para terduga terorisme. Beberapa kelompok
masyarakat telah dikategorisasikan sebagai gerakan terorisme, radikal, dan
ekstremisme, secara tidak langsung mendelegitimasi di Indonesia masih
banyak jaringan teroris. Harian Kompas dalam penulisannya tidak jarang
menggunakan kalimat metafora dan juga kalimat aktif dibanding kalimat
pasif.
2. Dilihat dari segi kognisi sosial, editor Harian Kompas menilai selain
radikalisme dan terorisme menjadi konsen kompas dan permasalahan
bangsa. Bahwasanya aksi terorisme bukanlah persoalan agama akan tetapi
itu merupakan tindak kejahatan yang jelas harus dihukum pidana. Sebab
kerap melakukan bentuk kekerasan dan aksi teror, meskipun dengan tujuan
mendirikan negara Islam. Keadaan ini dinilai Harian Kompas bukanlah
wujud dari kesejahteraan bagi masyarakat atau dalam Islam yang
dikatakan Rahmatan ‗Lil Alamin. Sedangkan editor Harian Kompas
melihat ada perubahan pola dalam penyebaran radikalisme dan aksi
terorisme di Indoensia yang pada mulanya berkiblat dari negera Timur
Tengah kini sudah beralih kepada pergerakan pribada hingga membawa
anggota keluarga seperti yang terjadi di Surabaya.
3. Dilihat dari segi konteks sosial, masyarakat mengangap radikalisme telah
berkembang di Indonesia meski belum masuk dalam fase darurat akan
tetapi sebagian masyarakat mengkhawatirkan perkembangan dari isu ini
sebab nantinya eadikalisme akan bermuara pada tindakan terorisme.
Terdapat pula beberapa hal yang memicu masyarakat terjerumus dalam
jaringan atau gerakan radikal seperi keterbatasan pekerjaan, menipisnya
kepribadian bangsa, dan minimnya pemahaman agama di masyarakat.
126
B. Saran
Melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Saat ini kemudaha mendapatkan informasi sangat didukung dengan
kemajuan teknologi. Kini siapapun dapat membuat, mengirim, dan
menerima informasi termasuk berita. Karenanya masyarakat sekarang ini
dituntut untuk lebih cermat dan teliti dalam melihat dan menyikapi suatu
berita yang diberikan oleh media, pasatikan kredibilatas media tersebut.
Serta lebih mencerna dari mana suber berita di sampaikan sehingga tidak
menciptakan anggapan negatif terhadap isu yang sedang terjadi dan
termakan dengan berita bohong atau hoaks
2. Masyarakat atau publik mampu bersikap kritis dan memberikan penilaian
terhadap isu pemberitaan, sehingga dapat menfaat informasi dari yang
disampaikan sumber penulis berita.
127
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ardianto, Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007).
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Gintanyali, 2004).
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana,
2008).
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka
Cipta, 1989).
Ed, M. Antonious. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Gitanyali, 2006).
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003).
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta: LkiS, 2002).
Eriyanto, Analisis Wacaca: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKiS,2001).
Fadhilah, Amir. Toleransi dan Konflik Antar Umat Beragama.
Gunawan, Budi. Terorisme: Mitos dan Konspirasi (Jakarta: Forum Media
Utama, 2006).
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah
Studi Critical Doscourse Analysis terhadap Berita-berita Politik,
(Jakarta: Granit, 2004).
Hamas, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta:
Granit, 2004).
Harahap, Lihat Syahrin. Metoodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu
Ushuludin, (Jakarta Rajawali Press, 2002).
Harahap, Prof. Dr. Syahrin M.A, Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme
& Terorisme, (Depok, SIRAJA, 2017).
Hendropriyono, A. M. Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam,
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009).
128
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial (Salemba Humanika, 2010).
ID Parera, Teori Semantik Erlangga (Jakarta: Erlangga, 2004).
Junaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1991).
Kuswarno, Engkus M.S. Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan
Contoh Penelitiannya, (Jakarta, Widya Padjajaran, 2008).
Moelong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosda, 2007).
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008).
Mubarak, M. Zaki. Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan Gerakan
dalam Islam Radikal di Indonesia Kontemporer, Episteme, Volume
10 No. 1, Juni 2015.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat:
Logos Wacana Ilmu, 1999).
Mulyana, kajian Wacana: Teori, Metode dan Aolikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005).
Norton, Richard. Terorism, dalam John L. Esposito (Ed) The Oxford
Encyclepodia of The modern Islamic World, (1995).
Nurjannah, Faktor Pemicu Munculnya Radikalisme Islam Atas Nama
Dakwah, (Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 2 Tahun 2003).
Olii, Helena. Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007).
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, 2007).
Peter L. Berger and Thomas Luckman, The Social Construction of Reality,
A Treatise in The Sosiological of Knowledge (Terj) Hasan Bakri
(Jakarta: LP3ES, 1990).
Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan
Memroduksi (Jakarta: Graha Ilmu, 2007).
Qodir, Dr. Zuly. Radikalisme Agama di Indonesia, Pustaka Pelajar,
Celeban Timur UH III/ 548 Yogyakarta.
Rahardi, Kunjana. Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok:
Gramata Publishing, 2010).
129
Rani, Abdul. Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang: Batu Media,
2004).
Rhenald, Kasali. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 1992.
Rivers,William L. Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana,
2003).
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005).
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya,
2009).
Soehoed, Hoeta. Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus
Tercinta IISIP, 2003).
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:
LKiS, 2006).
Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009).
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, &
Kode Etik
Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi
Publisher, 2005).
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006).
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011).
Tarigan, Hery Guntur. Pengajaran Sintaksis (Bandung: Angkasa, 1984).
Turmudi, Endang & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di
Indonesia,(Jakarta, LIPI Press, 2005).
Van Djik¸ Teun A. Principles Of Crictical Analysis (London, Sage, 2003).
Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda dan Islam Kita: ―Agama
Masyarakat Negara Demokrasi‖, (Jakarta: The Wahid Institute,
2006).
Wardhani, Diah. Media Relation. Sarana Membangun Reputasi
Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008).
Yonna S, Denzin, Norman K, Lincoln. Handbook of Qualitative Research,
130
Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009).
B. Website
Diakses dari http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/12864108
pada Jum‘at, 27 Juni 2019, pukul 19.50 wib.
Diakses dari https://pkub.kemenag.go.id/artikel/41249/survei-kemenag-
tingkat-kerukunan-umat-beragama-di-indonesia-tinggi pada Jum‘at,
27 Juni 2019, pukul 19.44 wib.
Diakses dari https://pkub.kemenag.go.id/artikel/41249/survei-kemenag-
tingkat-kerukunan-umat-beragama-di-indonesia-tinggi pada Jum‘at,
27 Juni 2019, pukul 19.44 wib.
Company Profile. http://profile.print.kompas.com/profil/. Diakses pada
Jum‘at 27 Juni 2019 pukul 00.01.
C. Berita Koran
“Gubernur Minta Warga Tenang” dikutip dari Harian Kompas edisi 15
Mei 2018.
“Jaringan Teroris Dibongkar” dikutip dari Harian Kompas edisi 15 Mei
2018.
“Memelihara Ukhuwah Curabhaya” dikutip dari Harian Kompas edisi 15
Mei 2018.
“RUU Antiterorisme Segera Disahkan” dikutip dari Harian Kompas edisi
15 Mei 2018.
“Sejumlah Provinsi Lebih Siaga” dikutip dari Harian Kompas edisi 15
Mei 2018.
Tajuk Rencana Harian Kompas : Tekadkan “Terorisme Sampai di Sini”,
edisi 15 Mei 2018.
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Bersama Editor Desk Politik dan Hukum Harian Kompas Marcellus Hernowo
Kamis, 6 Juni, 2018 di Menara Kompas Lt. 5.
Yasir Arafat
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Jurnalistik
112051100049
1. Bagaimana proses produksi berita di Kompas?
Jadi begini, di Kompas itu selalu diputuskan bahwa kita bekerja secara tim dan
kolektif. Karenanya egalitarian itu menjadi suatu yang penting bagi kami. Anda
mau seorang Pemred, Redpel, Reporter itu sama artinya bisa saling berdiskusi.
Walau memang, dalam tata kelolanya hasil dari sebuah diskusi diputuskan atas
kesepakatan bersama. Nah dalam membangun sebuah forum diskusi ada beberapa
cara, dalam setiap hari kita ada dua kali rapat yakni pagi dan sore. Pagi dari jam
10-11 yang dikuti oleh Redpel dan editor. Rapat pagi itu buat mengevaluasi
kinerja, membaca isu, dan merencanakan liputan untuk hari itu. Kemudian rapat
sore dimulai pada jam 4. Dalam rapat tersebut setiap desk menyampaikan berita
atau isu apa yang ingin diangkat lalu kita tentukan bersama. Dalam waktu
bersamaan ditentukan juga isu mana yang layak dijadikan headline (HL)
bersandar pada nilai-nilai beritanya. Selesai peliputan, penulisan berita langsung
dilakukan. Bila nantinya terdapat kekurangan editor bisa langsung menyampaikan
kepada reporter untuk ditambahkan. Terdapat pula rapat mingguan tapi ini
sifatnya hanya untuk para editor saja.
2. Bagaimana penentuan isu dalam setiap berita?
Kami berdiskusi yang diikuti editor pada setiap desk. Kami rapat mengenai isu
apa yang hari ini sedang berkembang. Lalu rapat sorenya mengikuti
perkembangan pembahasan dari diskusi rapat tadi pagi. Kalau misalkan berlarut-
larut dalam penentuan sebuah isu, Pimpinan Redaksi (Pimred) mempunyai hak
veto untuk menentukan. Tapi itu jarang terjadi biasanya bisa selesai dan
menemukan isu apa yang akan kita munculkan dengan diskusi bersama. Karna
sering kita berdiskusi kita sudah banyak tahu jalan pikiran dan konsen masing-
masing editor jadinya lebih mudah dan sudah saling memahami.
3. Bagaimana Indikator Headline (HL)?
Penentuan HL berawal dari isu yang didikusikan bersama dan berdasarkan nilai
berita yang terkandung di dalamnya. Apasih ciri khas dari Kompas itu sendiri,
yakni harus sesuai dengan visi misi kami yang ingin menjadi pencerah
masyarakat. Menjadi sebuah Indonesia mini, itu semua yang kami sajikan tidak
hanya dalam pemberitaan tapi juga dalam berkehidupan. Jadi itu dibuat biar
supaya kita pun melakukannya dalam keseharian, kami tidak mungkin bicara
demokrasi, Indonesia yang majemuk kalau kami sendiri tidak mempraktekannya.
Seperti di dalam Kompas ini, kita bangun rasa toleransi beragama karna di sini
terdiri dari beragam keyakinan agama. Sebagai contoh saja, di sini makan dalam
satu meja yang sama tidak ada pembedaan. Itu lah sebenarnya ada keterbuakaan
dan bisa dipahami tanpa terkecuali. Hal tersebut sudah menjadi tradisi kami dan
itu menjadi salah satu cara membangun sistem demokrasi dan kebersamaan. Jadi
bisa saling kontrol dan mengevaluasi antara anggota maupun editor. Ada
keterbukaan, kami sadar Kompas itu koran bukan Qur‘an jadi bisa salah. Kami
juga tidak sempurna, tapi kita harus menyadari kemungkina kami bisa salah.
Supaya mencari sesuatu hal yang kami yakini sesuai dengan garis kebijakannya.
Karena bisnis koran itu adala bisnis kepercayaan. Artinya jangan sampai membuat
pembaca kecewa dan tidak nyaman.
4. Bagaimana Sistem reporter dalam mencari isu dan membuat berita?
Dalam menetukan sebuah isu, itu tadidiperlukan sebuah diskusi bersama. Ada
banyak kemungkinan, pertama reporter bisa mencari sendiri, dikoordinasikan
secara langsung, dan juga bisa berdiskusi dengan editornya. Terrgantung dengan
bagaimana isu, kondisi, pada hari itu, dan reporter itu sendiri. Tapi yang mesti
digaris bawahi bahwa komunikasi menjadi hal yang sangat penting dan itulah
diskusi. Bisa juga karena reporter yang sudah berpengalaman dalam sebuah desk
memungkinkan banyak berdiskusi dengan editornya. Mengingat diawal dalam
penjaringan reporter setiap desk akan mengalami pendidikan selama satu tahun.
Baru setelah itu mendapat kontrak, akan tetapi ada proses ecvaluasi tiap enam
bulan. Setelahnya, ada pula kelas dan pematengan materi. Kalau seandainya
seorang reporter baru tidak cocok dengan kerja di kompas mungkin lebih baik
mencari pekerjaan tetmpat yang lain. Artinya jangan sampai membuang waktu
yang tidak perlu. Karena pada intinya kami juga tidak mau menyandera dalam
artian melihat perkembangan dari reporter itu sendiri. Setelah satu tahu cocok
dengan mekanisme kerja di Kompas baru diangkat jadi karyawan.
5. Bagaimana Kompas memandang radikalisme dan terorisme di
Indonesia?
Kami memandang terorisme itu satu dari lima masalah serius di Indonesia.
Kelimanya adalah korupsi, narkoba, terorisme (radikalisme termasuk di
dalamnya), populisme, serta ketimpangngan kaya dan miskin. Lalu apakah itu
saling berdiri sendiri? Kami pikir tidak, semua saling berkaitan. Seperti
ketimpangan kaya dan miskin bisa masuk ke populisme yakni kegairahan
menonjolkan identitas baik agama dan suku yang juga memunculkan pula
korupsi. Kalau terorisme yang dijual adalah korupsi dan kemiskinan masyarakat.
Ditambah lagi narkoba juga sama menjadi masalah serius bangsa. Oleh karenanya
yang terpenting kita harus memberantas secara bersama dan komperhensif.
6. Seberapa penting peran media memberantas terorisme di Indonesia?
Kalau berbicara seberapa pentingnya peran media, yang jelas saya memandang
bahwa ini merupakan isu yang sangat strategis. Dalam hal? Strategis untuk negara
ini, terorisme itu isu yang tidak bisa dianggap remeh. Kalau kita
membandingklan 15-20 tahun ke depan, terorisme merupakan persoalan yang
sangat serius bagi negara ini. Kita harus konsisten dan membahasnya secara
spesifik. Walaupun dalam prakteknya tidak bisa dipisahkan antara radikalisme,
terorisme, dan korupsi. Tidak hanya itu, kita juga harus berbicara mengenai elit
politik. Karna elit politik sering memproduksi kekacauan yang bisa memicu
terjadinya terorisme. Jika melihat dari indeks rasio gini harus diturunkan supaya
kesenjangan masyarakat tidak terlalu jauh dan itu menjadi penting. Tapi memang
ada isu yang sifatnya langsung misalnya revisi RUU Terorisme. Karena itu
bersifat harus dan mendesak untuk segera disahkan. Meski itu tidak cukup sampai
di situ yang penting kita sudah berada dalam track yang benar dan harus
komsisten di jalan yang kita yakin benar dan baik.
7. Upaya Apa yang sudah Kompas lakukan untuk membantu
memberantas terorisme?
Dalam konsen ini kami berusaha untuk terus mengabarkan dan memberikan
informasi kepada masyarakat. Mengingatkan yang berkuasa dan menghibur yang
papa, sesuai dengan visi dan misi Kompas. Lalu kami mengharuskan mejadi
bagian dari arah kemajuan bangsa menjadi lebih baik dan itu akan kami lakukan
dengan sangat serius. Misalnya gini, kami sangat mendesak RUU Terorisme itu
harus segera disahkan melihat urgensi yang ada. Tapi kami tidak sendiri yang
berada di garda terdepan dalam mendorong lembaga legislatif dalam
mengesahkan RUU tersebut. Ini merupakan kerja dari semua pihak. Memang ada
kalanya momen-momen tertenru kita harus kencang dalam mendorong agar segera
terealisasi jika begitu kondisinya maka kami akan melakukannya dengan sangat
serius. Pada tahun 2000-an terorisme itu bukan semata masyarakat atau oknum
tertentu. Akan tetapi dapat muncul karena ada ketimpangan sosial hal tersebut
bisa dilihat dari pola ada pelaku intelektual dan lapangan. Pada kondisi tertentu
ada isu-isu yang sangat penting di masyarakat misalnya mengkapanyekan
bagaimana deradikalisai harus dilakukan dengan baik banyak contoh dari media
asing. Dan juga kami banyak menulis feature mengenai apa yang betul-betul
menjadi kebutuhan pembaca. Seperi apa dan bagaimana bisa diketahui mereka
yang menjadi oknum terorisme merupakan seorang pemikir intelek dan itu
seringkali kita diskusikan bersama di Litbang Kompas. Dalam diskusinya kami
juga mengundang NU dan Muhamadiyah sebagai representasi organisasi Islam
terbesar di indonesia membahas bagaimana munculnya radikalisme dan kaum
populisme di kota-kota besar dengan banyaknya tekanan dari diri sendiri kita jadi
teraleniasi. Jika sudah begitu agamalah yang harus menjadi pegangan.
8. Bagaimana Kompas mengawal Isu aradikalisme dan terorisme ini?
Ini menjadi suatu konsen kami, mangkannya salah satu bentuk nyatanya ialah
banyak memberi tempat (menuliskan) apa yang menjadi identitas Indonesia. Hal
tersebut menurut kami dapat menjadi salah satu cara untuk meredam paham
radikalisme dan gerakan terorisme. Maka gagasan dari kami adalah banyak
menulis mengenai keragaman Indonesia. Apa yang menjadi ciri khas atau
identitas Indoensia itu sendiri karna itu harus tetap dijaga. Contoh saja Negara
Jepang, mereka bisa maju karena mereka menjaga dan mempraktikannya apa yang
menjadi budayanya sendiri. Presiden pertama Indonesia Sukarno sering berpidato
kau kita harus melindungi rakyat sipil dan Hak Asasi Manusia (HAM). Kita jaga
mimpi bersama. Kesejahteraan sosial merupakan hal yang paling penting. Karena
itu Kompas memberi tempat pada hal yang demikian. Setiap ajaran besar selalu
punya ciri khasnya masing-masing. Kami juga melakukan ekpedisi memaknai
Indonesia melalui jalur rempah, jejak-jejak terumbu karang yang sangat bagus. Itu
semua dilakukan untuk menjaga bahwa inilah identirtas kebangsan kita. Bahwa
dengan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi kekuatan bangsa Indonesia. Seperti
ekspedisi kuliner mulai dari masakan sunda, jawa, hingga timur papua. Itukan
seperti menunjukkan ini loh Indonesia, negara yang mempunyai kekhasan disetiap
daerahnya. Mulai dari suku, bahasa, kearifan lokal yang harus terus dijaga
keberagamannya hal tersebut dimkasudkan agar memperkuat ideologi kita,
Bangsa indonesia. Artinya bila ada yang tidak cocok dengan identitas bangsa kita.
Maka tidak dengan mudah masuk ke dalam lingkungan masyarakat seperti
ideologi radikalisme berbeda dengan ideologi kita pancasila. Itulah yang kami
lakukan, memperkuat ideologi bangsa bisa juga dengan prestasi olahraga sebab
olahraga dapat menjadi bahasa universal. Isu mengenai identitas Indonesia,
kekayaan SDA, budaya, dan menjaga kesejahteraan sosial dengan hidup penuh
toleransi demikian yang banyak kami kasih tempat dalam tulisan-tulisan di
Kompas. Itu semua agar keberagaman terus terjaga di Indonesia.
9. Bagaimana memandang aksi terorisme yang mengtasnakaman
agama?
Kami memandang bahwa selama ini terorisme adalah kriminalitas. Itu merupakan
tindak pidana/ kejahatan. Kompas tidak pernah memnadang isu ini berkaitan
dengan agama. Terorisme juga masalah kemanusiaan. Jadi terorisme sebuah
tindak pidana hukum dan kami sangat konsen bahwa semua yang mengancam
kemanan negara harus diproses secara hukum. Artinya bahwa kami mendukung
dengan bertindak dari sisi softnya yakni dengan menulis banyak berita mngenai
identitas keindonesiaan. Kami juga tidak memandang bahwa terorisme itu sebuh
gerakan-gerakan yang masalah ke-Islaman ini sebuah tindak pidana. Karena
tindakan itu melanggar hukum dan itu melanggar kesepakantan kita bersama
dalam berkehidupan secara keberagaman dan kebersamaan.
10. Adakah Pola dalam terorisme?
Waktu awal itu banyak berkiblat pada Afganistan, pengeboman di Bali misalnya
banyak dari para pelaku merupakan alumni jaringan teroris di Afganistan.
Kemudian agak bergeser ke ISIS sempat dari Filipina dan sekrang banyak aksi
pribadi bahkan sekarang banyak yang tidak berafilisiasi dengan jaringan besar di
luar negeri. Saat ini bisa kita lihat bersama bahwa pergerakannya sudah mulai
berevolusi bisa dari gadget melihat dari internet atau teknologi. Nah kita harus
antisipasi bahwa apakah kita harus anti teknologi? Itu juga tidak. Kita harus bisa
mengantisipasi pergerakan itu ada sebuah pola yang berbeda dan semakin tidak
bisa terkontrol. Seperti aksi di Surabaya yang memakai satu keluarga. Bahwa itu
juga sebenarnya menjadi polemik di kalangan jaringan teroris itu sendiri karna
menggunakan keluarga sendiri. Terorisme juga tidak serta merta datang, isu dari
luar negri juga bisa menjadi pemicunya.
11. Bagaimana padangannya mengenai RUU terorime yang sudah
disahkan?
Pengesahan RUU Terorisme ini merupakan salah satu jalan memberantas
terorisme di Indonesia. Karena memang cara ini harus dilakukan dan tidak bisa
berjalan sendiri. Misalnya peningkatan kesejahteraan, budayaya membaca supaya
lebih kritis, peningkatan inovasi digital. Kebijakan dalam memilih informasi di
media social juga harus ditingkatkan itu merupakan tugas kita semua bukan hanya
tugas pemerintah, aparat keamanan, media, dan masyarakat. Terorisme itu buka
sebuah persoalan hanya dari satu kasus mereka saling berhubungan.
12. Bagaimana Kompas memandang tentang toleransi, intoleransi, dan
keberagaman di Indonesia? Apakah Indoneisia sudah cukup toleran
atau justru intoleran? Dan bagaimana pandangan anda mengenai
perkembangan kelompok keduanya?
Toleransi, intoleransi, dan keberagaman menjadi isu yang saat ini cukup penting
bagi kompas. Tentang saat ini Indonesia sudah cukup toleran atau justru intoleran
dan bagaimana perkembangan keduanya, bisa dilihat dari kesimpulan sejumlah
survey seperti yang dilakukan Kementerian Agama, Wahid Institute, atau Setara
Institute. Masalah seperti itu juga bisa dilihat jika mencermati komponen-
komponen yang ada, misalnya dalam penyusunan indeks negara rentan (fragile
state index).
13. Selain memberitakan mengenai radikalisme, apakah tema mengenai
toleransi, intoleran, dan keberagama juga menjadi isu penting bagi
Kompas? Jika penting kenapa? Jika tidak penting kenapa?
Isu toleransi, intoleransi dan keberagaman saat ini juga menjadi isu sangat
penting. Pasalnya, isu-isu itu menyangkut kondisi riil saat ini dan masa depan
kita sebagai sebuah bangsa.
14. Apakah Kompas juga intens membahas tema mengenai
perkembangan civil society? Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita
dalam menjaga kerukunan umat beragama?
Iya, civil society juga dibahas. Sebab demokrasi yang sehat juga membutuhkan
civil society kuat. Menjaga kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab
semua pihak, mulai dari pemerintah, civil society, tokoh agama dan tokoh
masyarakat, serta masyarakat itu sendiri.
15. Selain memunculkan berita saat peritiwa terorisme terjadi, apakah
kompas juga membahas mengenai aliran, bentuk, dan ciri-ciri yang
radikalisme dan terorisme? Kenapa hal tersebut harus dibahas dan
diketahui masyarakat?
Iya. Ini dimaksudkan agar masyarakat/pembaca kompas memahami bentuk/profil
terorisme di Indonesia. Pemahaman itu akan memudahkan langkah untuk
memahami dan selanjutnya menyusun langkah yang tepat untuk mengatasinya.
16. Apakah perlu memberitakan dengan (terus menerus/berkelanjutan)
radikalisme dan terorisme agar publik lebih teredukasi dan
memahami mengenai bahaya keduanya? Jika ia apakah sudah
dilakukan? Jika tidak Kenapa?
Berita perlu dilakukan. Tentang perlunya berita yang terus menerus atau tidak, itu
melihat kebutuhan dan momentum. Pasalnya, juga ada masalah lain di Indonesia
yang perlu mendapat perhatian seperti pemberantasan korupsi, pembangunan
ekonomi, dan penataan birokrasi. Berita yang terus menerus tanpa henti, juga
dapat membuat masyarakat/pembaca jenuh atau bosan.
17. Upaya apa yang akan Kompas lakukan untuk lebih mengedukasi
masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan terorisme serta
toleransi beragama?
Kompas beberapa kali menyampaikan berita tentang materi itu. Litbang Kompas
juga melakukan penelitian dan kemudian menyampaikan dalam tulisan untuk
memberi gambaran yang lebih utuh kepada masyarakat/pembaca tentang hal itu.
Dokumentasi Wawancara
Top Related