Download - Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Transcript
Page 1: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

KONSPIRASI AS DAN RUSIA DI CHECHNYA

Sejak Agustus 1999, Chechnya terus-menerus digempur oleh tentara Rusia dalam operasi militer yang sangat brutal dan keji. Gempuran yang bertubi-tubi yang dilancarkan, baik melalui darat maupun udara terhadap Grozny, ibu kota Chechnya, telah menyebabkan 80 persen kota tersebut hancur. Tentu saja, serangan yang membabibuta itu memaksa rakyat sipil yang berdiam di Grozny lari berhamburan demi menyelamatkan jiwa mereka yang dicekam ketakutan yang teramat sangat. Operasi militer yang digelar penguasa Moskow itu, betapa tidak lagi mempedulikan prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan, lantaran tidak sedikit dari warga sipil bahkan para pengungsi menjadi sasarannya.

Ironinya, tiada solidaritas kemanusiaan dari negara-negara lain yang mengecam apalagi mengutuk tindakan biadab Rusia itu. Padahal ribuan penduduk yang tak berdaya meninggal akibat pemboman dan penembakan altileri berat terhadap kota dan desa-desa di Chechnya. Tercatat pula, lebih dari 220 ribu penduduk Chechnya yang mengungsi meninggalkan kampung dan rumah-rumah mereka yang sebagian besar telah hancur. Sejauh itu, hampir tak terdengar nada empati kemanusiaan dari negara atau pun badan-badan Internasioal yang menekan Rusia agar menghentikan ofensifnya. Kecuali retorika tak bermakna AS dan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE).

Memang, sikap AS dan negara negara-negara Barat tidak patut kita harapkan dalam upaya penyelesaian dan pembelaan berbagai petaka di negeri-negeri Islam. Hal yang patut disesalkan justru sikap diam para penguasa di dunia Islam yang terkesan judeg kehilangan inisiatif untuk mengambil prakarsa membela dan menolong mereka. Itulah karenanya, meskipun sudah tiga bulan kaum muslimin Chechnya diluluhlantakkan Rusia, tak tampak pertanda adanya bantuan negara-negara muslim. Akankah mereka membiarkan Chechnya hancur sirna?

Lintasan Sejarah Chechnya

Negara Kaukasus termasuk negara Islam sejak masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin Khaththab ra, yakni sejak dikirimnya pasukan Islam untuk menaklukkan negara tersebut. Kemudian sebagian besar wilayah tersebut masuk ke dalam wilayah Daulah Islamiyyah pada masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhilafahan Umayyah, seluruh wilayah Kaukasus masuk dalam daulah Islam, yakni setelah ditaklukkan oleh Maslamah bin ‘Abdul Malik. Hal ini terus berlangsung hingga masa khilafah Abasiyyah. Penduduk Kaukasus banyak memeluk Islam, bahkan kemudian mereka turut mendakwahkan Islam.

Pada masa Khilafah Abasiyyah, terjadi serangan dari dinasti Moghul terhadap Kaukasus. Akhirnya Kaukasus jatuh ke tangan Moghul. Akan tetapi —akibat serangan ini— terjadi peristiwa di luar dugaan mereka; kaum muslimin Kaukasus mendakwahkan Islam kepada pasukan Moghul. Akhirnya Moghul masuk Islam pada tahun 1256 M, dan mulai membangun peradaban Islam. Bahkan, kekuasaan Islam waktu itu membentang meliputi Rusia, Siberia, dan Moskow sendiri.

Sungguh hal itu adalah kemenangan yang besar. Tentara Moghul menyerang negeri mereka untuk menguasai mereka, namun ketika diin Islam menundukkan akal dan hati pasukan Moghul, maka justru terjadi kebahagian dan persatuan antara pasukan penyerang dan yang diserang. Para penyerang akhirnya menjadi murid dan pengikut penduduk muslim yang mereka serang. Hal ini disebabkan bahwa agama Islam adalah agama fithrah. Dan juga karena kaum muslim mengemban dakwah Islam karena

Page 2: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

taat kepada Allah dan hasrat yang menggelora untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan bukan hasrat dalam penjajahan dan eksploitasi.

Pada tahun 1578 M Kekhalifahan ‘Utsmaniyyah menjadi penguasa di Kaukasus (kecuali Azerbeijan, negara ini keluar dari pengaruh khilafah ‘Utsmaniyyah, dan condong kepada Dinasti Sofiyyah yang bermarkas di Iran). Pada tahun 1722 M, Kaisar Rusia Peter Agung menyerang Kaukasus dan menaklukkan sebagian wilayah Kaukasus. Pada saat itu kekhilafahan ‘Utsmaniyyah sedang disibukkan dengan peperangan yang terjadi di Eropa Tengah, sehingga sangat lemah untuk menjaga Kaukasus dan Asia Tengah. Akan tetapi penduduk Kaukasus terus melawan dan bertahan untuk menghadapi serangan Rusia dan kekuasaan Dinasti Sofiyyah. Mereka mampu mengusir Rusia pada tahun 1735 M. Namun kaisar-kaisar Rusia menyerang kembali dan menaklukkan sebagian besar wilayah Kaukasus. Meski begitu, penduduk Kaukasus terus-menerus melawan penjajahan Rusia dan melakukan pemberontakan bersenjata. Pada tahun 1785-1794, Syaikh Manshur dari Chechnya memimpin peperangan menentang Rusia. Dan mereka menamakan perang itu dengan nama perang Jihad Suci. Pada tahun 1824-1832 M, Imam Ghaziy Maula Mohammad memimpin peperangan menentang Rusia. Kemudian, Imam Syamil Mu’arik Mutawasilah memimpin peperangan melawan Rusia pada tahun 1832-1859 M. Setelah Imam Syamil tertawan dan terbunuh, perlawanan dilanjutkan oleh orang Chechnya bernama Aumadiyev, dan gerakan Thoviy Adloyev, dan gerakan Zilmayev, dan gerakan yang dipimpin oleh orang Chechnya, "Aliy Bek Haji", dan perlawanan yang dipimpin oleh A’dimov di Grozny pada tahun 1878 M. Rusia kemudian berusaha mengalihkan kaum muslimin dari aktivitas politik dan jihad dan mengarahkan kaum muslimin untuk menempuh jalan yang lebih lunak sebagai nafas perjuangan kaum muslimin. Akan tetapi hal itu tidak memberi faedah apapun bagi Rusia.

Dengan demikian, menurut tinjauan Islam wilayah Kaukasus adalah wilayah yang ditundukkan oleh kaum muslimin pada zaman Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan, dan sebagian besar penduduknya telah memeluk Islam. Oleh karena itu, wilayah Kaukasus termasuk wilayah daulah Islam. Bukan termasuk wilayah Rusia. Dan penduduk Kaukasus yang dikuasai oleh Rusia terus mengadakan perlawanan keras, baik pada masa Kaisar-kaisar Rusia atau pada masa orang-orang sosialis.

Menyusul runtuhnya Soviet, pada tanggal 10-11-1991 Chechnya menyatakan merdeka dari Rusia, dengan mengangkat Doghar Dodayev sebagai pemimpin mereka. Kemerdekaan ini tidak diketahui oleh satu pun negara di dunia ini. Dan akhirnya muncul pertikaian dan pergolakan antara Rusia dan Chechnya. Hingga akhirnya Rusia memerangi Chechnya untuk memberangus kemerdekaan itu. Peperangan itu berlangsung selama 21 bulan (akhir 1994-Agustus 1996). Rusia menderita kekalahan telak, pasukannya banyak yang terbunuh. Pada tanggal 12/05/1997 diadakan penjanjian damai, yang dihadiri oleh Presiden Rusia Boris Yetlsin dan Aslan Maskadov presiden Chechnya.. Perjanjian itu menyatakan, bahwa keduanya akan membangun hubungan berdasarkan konstitusi negara masing-masing, dan tidak boleh menggunakan senjata, dan membatasi penggunaan senjata untuk menyelesaikan pertikaian dua negara. Perjanjian itu juga tidak menyebutkan bahwa Chechnya tetap merupakan bagian dari Rusia. Akan tetapi tertuang dalam perjanjian, bahwa rakyat Chechnya diberikan hak untuk menentukan kemerdekaannya pada tanggal 31/12/2001.

Strategi Licik Bangsa Pengecut

Informasi yang diperoleh dari Jenderal Alexander Lebed, dan petinggi Rusia lainnya, bahwa sebelum menyepakati perjanjian damai dengan Chechnya, mereka telah mengatur rencana berbahaya bagi Chechnya. Mereka melancarkan strategi untuk menciptakan perang saudara di Chechnya, sebagaimana perang saudara yang terjadi di Afghanistan, setelah ditariknya kekuatan Rusia pada tahun 1994. Mereka mulai menggulirkan tiga model strategi di Chechnya . Pertama, strategi adu domba antara kaum muslimin yang memiliki komitmen Islam tulus (sufi), dengan kaum konservatif pro status quo (salafy). Kedua, menetralisasi pengaruh negara-negara besar dan kepemimpinan AS. Ketiga, mencap penduduk Chechnya sebagai teroris, dan berhubungan dengan teroris dunia.

Page 3: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Strategi untuk mengadu domba antara kelompok sufi dengan salafiy. Rusia memberikan kemudahan kepada pihak salafiy untuk mendapatkan bantuan dan memiliki senjata. Bahkan pihak Rusia juga melatih mereka untuk membangun kekuatan militer, agar mereka dapat meraih kekuasaan. Sehingga mereka sendirilah yang akan menghadapi kelompok sufi yang jumlahnya mayoritas. Rusia berharap di Chechnya timbul perang saudara.

Strategi berikutnya adalah mengeliminasi negara adidaya, terutama AS. Kami, melihat ada perubahan sikap beberapa negara terhadap perang yang terjadi antara Rusia dengan Chechnya periode 1994/1996, dan perang yang terjadi sekarang. Rusia kembali menyerang Chechnya pada bulan Agustus 1999. Aksi kebrutalan, pembunuhan, pengrusakan, dan penghancuran terus berlanjut dan semakin bertambah kuantitasnya. Sebelumnya, media massa Barat mengecam dengan keras agresi Rusia, dan memuji keberanian penduduk Chechnya. Namun, media massa itu sekarang bungkam. Kalau pun media Barat melansir berita, paling-paling ungkapan tak berisi yang menyalahkan Chechnya dan penduduknya. Sebelumnya, para pemimpin Islam, terutama pemimpin-pemimpin Arab (antek-antek Amerika dan negara Barat) menunjukkan perhatiannya terhadap orang-orang Chechnya di beberapa mass media, mengumpulkan dana, dan membantu para pengungsi. Anehnya, sekarang para pemimpin itu telah menghentikan bantuannya kepada penduduk Chechnya.

Dan ketika Putin, PM Rusia, bertemu dengan Clinton di Oslo pada tanggal 10/11/1999, sebagian pengamat berharap Clinton bisa menekan Putin untuk segera menghentikan perang. Akan tetapi, setelah Putin kembali ke Moskow dan menghadap Presiden Yelstin, Menteri Pertahanan Rusia Marsyal Sergeyev menyatakan, "Bahwa kekuatan militer telah dirancang untuk membebaskan Grozny dan seluruh wilayah Chechnya dari para teroris." Dia menekankan bahwa tugas ini telah direkomendasi oleh prisiden. Catatan dari Konferensi OSCE (Organisation for the Security and Cooperation in Europe) yang berlangsung di Istambul sejak tanggal 18-19/11/1999, para peserta konferensi tidak secara langsung mengkritik atas kebrutalan Rusia di Chechnya. Anehnya, justru Yelstin yang mengkritik dan menantang mereka. Dia menyatakan bahwa perang akan terus berlangsung sampai para teroris telah lenyap secara sempurna. Dan dia menolak bernegoisasi dengan pihak manapun di Chechnya. Dengan demikian Yelstin telah melanggar perjanjian tahun 1997 dengan Chechnya. Dan kami juga menemukan bahwa IMF tetap memberikan bantuan pinjaman kepada Rusia. Meskipun, Michael Camdessus membual, "Kami tak bisa terus mendanai mereka (Moskow) bila seluruh dunia tak menginginkannya" (Republika, 29 Nov.’99).

Deal Antara Rusia dan AS

Akan tetapi, apa yang membuat Amerika mengubah sikapnya pada perang antara Rusia dengan Chechnya yang terjadi pada tahun 1994/1996?

New York Times medio 19/11/1999 melansir bahwa Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Ivanov telah mengirim surat tidak resmi kepada menteri luar negeri AS Madeleine Albright ketika mereka bertemu di Turki pada tanggal 18/11/1999, yang mencantumkan proposal "deal", tersimpul AS akan membiarkan operasi militer Rusia di Chechnya, dengan ganti, "Kami siap untuk memberikan instruksi kepada delegasi Rusia yang ada di Dewan Keamanan agar lebih fleksibel dalam menanggapi kasus Iraq." Direktur Institut Perdamaian di Moskow, Alexander Kisilov berkata, "Saling pengertian ini mempunyai makna,"Menarik kembali sikap keras Kremlin terhadap kasus Iraq dan Yugoslavia, dengan konsesi, tekanan administratif AS tentang kasus Chechnya, berbagai skandal busuk, dan pencabutan bantuan dana harus dihentikan". Rachel Bronson, seorang ahli problem-problem sekuritas di Kaukasus pada tanggal 18/11/1999 berkata, "Rusia memuji sikap AS yang telah berusaha keras untuk mencegah merebaknya kasus Chechnya yang bisa menjadi halangan bagi AS untuk menjalin kerjasama dengan Rusia, dengan mengorbankan problem-problem lainnya yang lebih penting, seperti pembatasan senjata nuklir, kasus Iraq, upaya reformasi dan pemulihan stabilitas di Rusia."

Itulah deal antara Rusia dengan AS. Deal itu dimulai dengan nota kesepakatan yang dikirim oleh Ivanov kepada Albright pada tanggal 18/11/1999. Walaupun sebelum tanggal itu telah dilakukan pembicaraan

Page 4: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

lisan. Pada tanggal 18/11/1999 deal itu baru dituangkan dalam tulisan, yang sebelumnya didahului dengan pernyataan sikap tidak resmi.

Namun janganlah kita lupa, bahwa politik AS terhadap Rusia adalah menjaga Rusia agar tetap menjadi negara yang kuat untuk menghadapi Cina, dan dipasang sebagai ancaman bagi negara-negara Eropa. Ancaman inilah yang digunakan dalih oleh AS untuk mempertahankan persekutuan Atlantik dan agar AS bisa terus memantau Eropa dengan alasan menjaga Eropa dari ancaman Rusia.

Dan untuk menghentikan dukungan dari negara-negara Islam kepada Chechnya, Rusia telah mengirim utusannya ke berbagai negera Islam baik Arab maupun non Arab, untuk menjelaskan kepada negara-negara tersebut, bahwa mereka hanya memerangi terorisme dan para teroris. Adapun reaksi para penguasa (Islam) terhadap Rusia telah melampaui batas. Bahkan PM Turki Ecevit berkunjung ke Moskow pada tanggal 5/11/1999 dan menyatakan bahwa persoalan Chechnya adalah persoalan intern Rusia, dan ia sangat mendukung upaya Rusia untuk menghancurkan terorisme. Hal ini menunjukkan bahwa para pemimpin negara Barat (khususnya AS) telah memberi tahu kepada para antek-anteknya agar diam dalam masalah ini.

Lalu, sampai kapan kaum muslimin terus disembelih, sementara deal antarnegara (Rusia dan AS) telah ditandatangani?! Dan sampai kapan penguasa-penguasa Muslim tetap menjadi alat dan pengkhianat yang melakukan konspirasi dengan orang-orang kafir untuk membantai saudara mereka sendiri?!

Khatimah

Sungguh sangat menyedihkan dan terasa menyakitkan, menyaksikan negara-negara kafir berpestapora dengan pembunuhan, penyiksaan, serta pelecehan kehormatan dan kesucian kaum muslimin di negeri-negeri mereka. Sementara para penguasa negara-negara muslim itu sama sekali tidak berupaya menggerakkan pasukan muslimnya untuk menolong mereka. Bahkan ketika celaan dan hinaan menerpa negeri-negeri kaum muslimin, para penguasa tak juga punya keberanian membela rakyatnya dengan melawan bangsa-bangsa agresor sekutu syaithan itu.

Demikian pula meski tangisan kaum muslimin di Chechnya telah menampar kuping-kuping mereka —para penguasa pengkhianat itu— tidak cukup menggugah perasaan mereka. Tak terbayang oleh mereka bagaimana para pemimpin muslim terdahulu, seperti Khalifah Al-Mu’tashim, begitu peka terhadap ancaman keselamatan dan kehormatan seorang muslim dan menindak tegas kejahatan suatu negara yang pejabatnya melecehkan seorang muslimah. Ya, saat ini tidak ada seorang khalifah yang akan menyerukan perlawanan umum, dan memobilisasi pasukan untuk membantu mereka kaum muslimin di Chechnya, melindungi para wanita, anak-anak, dan orang-orang tua dengan menghancurkan dominasi Rusia dan propoganda syaithan. Dan yang akan mengembalikan kaum muslimin meraih keagungan dan kemuliaan Islam.

É»ÌmiË É¼»BI ÆÌÄ¿ÛM {10} ÁλC LAh§ Å¿ Á¸ÎVÄM ÑiBƒ Ó¼§ Á¸»eC ½Ç AÌÄ¿E ÅÍh»A BÈÍC BÍ

{11} ÆÌÀ¼¨M ÁNÄ· ÆG Á¸» jÎa Á¸»g Á¸n°ÃCË Á¸»AÌ¿DI ɼ»A ½ÎJm Ÿ ÆËfÇBƒË

"Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kalian aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?—yaitu—berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahuinya" (QS. Ash-Shaff 10-11).

Page 5: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

 

Saturday, October 30, 2004

Jalan Panjang Perjuangan Chechnya

Chechnya terletak di pegunungan Kaukasus, yang luas wilayahnya hanya 6.000 mil persegi, atau lebih kecil dari negara Wales, Eropa. Penduduknya yang mayoritas muslim – tak lebih dari satu juta jiwa, terbiasa hidup dalam tekanan, sejak jaman kekuasaan Tsar, dan terutama setelah lahirnya Uni Soviet. Bermula tahun 1920-an, penguasa Soviet melancarkan pemberangusan sistematis terhadap lembaga-lembaga keagamaan, khususnya agama Islam. Namun sepanjang sejarah yang penuh tekanan itu, keberagamaan warga Chechnya tak pernah tanggal, bahkan kian menguat. Tentu saja, korban kekejaman rejim Soviet bertebaran di mana-mana.

Dan sejak perang berkecamuk pasca deklarasi kemerdekaan Chechnya, 2 November 1991, sudah lebih 100 ribu nyawa – kebanyakan warga sipil tak berdosa, melayang. Tercatat 11 ribu tentara tewas, sedangkan pihak Rusia mengklaim telah membunuh 13 ribu gerilyawan Chechnya, sejak berlangsung operasi yang mereka namakan kampanye anti teroris. Kini pemerintahan Vladimir Putin menempatkan 80 ribu tentaranya di Chechnya, untuk menghadapi gerilyawan mujahiddin yang jumlahnya berkisar antara 1.500 hingga 5.000 saja.

Rusia juga mengklaim bahwa kini 850 ribu warga masih tinggal di Chechnya, meskipun sejumlah organisasi kemanusiaan menyangsikan angka tersebut, dan menurut mereka hanya 250 ribuan yang masih menetap. Sedangkan sebagian besarnya, mengungsi ke berbagai negara penampung seperti Turki, dan terutama negara-negara tetangga. Di Republik Ingushetia saja kini terdapat 147 ribu pengungsi Chechnya, dan di negeri-negeri kecil pecahan Soviet sekitar 200 ribuan.

Apa pun tujuannya, perang adalah tragedi kemanusiaan yang selalu menyisakan kisah duka dan nestapa. Ibukota Chechnya, Grozny, dan kota-kota lain luluh lantak dibombardir senjata berat artileri dan pesawat pembom Rusia. Kehidupan sosial ekonomi pun lumpuh total. Selain gerilyawan mujahiddin, hanya warga sipil yang nekad – atau karena tak memiliki pilihan lain, yang mau bertahan di Chechnya.

Ada juga drama lain dalam perang Chechnya, yakni masuk Islamnya sejumlah tentara Rusia, dan mereka kemudian menjadi pejuang gigih bersama mujahiddin. Salah satunya adalah tentara Rusia yang kemudian menganti namanya dengan Abdul Rahman. Beberapa hari sejak ikrar keislamannya, pertengahan tahun 2000, Abdul Rahman melancarkan aksi bom syahid, dengan menabrakkan truk bermuatan bahan peledak ke salah satu pos penjagaan Rusia di distrik Cheroreche di Grozny. Puluhan tentara Rusia tewas.

Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar warga Rusia kian frustrasi atas kebijakan pemerintahnya melancarkan perang dengan Chechnya. Runtuhnya ekonomi Rusia adalah alasan utama mereka mendesak penghentian perang. Belum lagi rasa aman yang kian susut, menyusul aksi bom syahid atau penyanderaan – seperti yang berlangsung di gedung teater Moskow atau rumah sakit Budyonnovsk (lihat Tiga Bersaudara Menantang Rusia), yang menewaskan ratusan

Page 6: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

warga Rusia. Sedangkan presiden Putin sendiri tak mampu memenuhi janjinya, bahwa ia akan mengambil tindakan paripurna untuk segera menuntaskan konflik.

Kondisi angkatan perang Rusia di Chechnya juga kian memburuk. Praktek korupsi dan suap merajalela di antara para perwira militer, sementara banyak pasukan di lapangan secara diam-diam berbisnis senjata dan sebagian lain berbisnis kayu – salah satu komoditas penting Chechnya. Banyak pula tentara yang desersi, pulang ke Rusia. Jika ketahuan, pemerintah segera mengirimkannya kembali ke Chechnya, untuk berperang selama 6 bulan. Bila tugas itu tak tuntas – boleh jadi karena terluka, pemerintah akan menagih kompensasi lain.

Mujahiddin

Kalangan mujahiddin sendiri tak memiliki kepemimpinan terpusat. Mereka menyebar dalam unit-unit kecil yang berbasis agama, kabilah, dan aliran politik tertentu. Masing-masing kelompok biasanya terdiri dari 50 hingga 150 pasukan, dipimpin seorang komandan – seperti kelompok Resimen Islam pimpinan Movsar Barayev. Tak jelas berapa jumlah kelompok gerilyawan mujahiddin Chechnya. Jika merujuk jumlah suku saja, di Chechnya setidaknya terdapat 150 teip (klan) yang tersebar di berbagai wilayah.

Presiden terpilih Chechnya, sekaligus komandan sebuah kelompok gerilyawan bersenjata, Aslan Maskhadov, tak pernah berhasil menghimpun kelompok gerilyawan dalam satu kesatuan. Selain kelompok Maskhadov dan keluarga Barayev, ada lagi sejumlah faksi gerilyawan yang cukup disegani dan menjadi target utama Rusia. Salah satunya adalah kelompok Emil Khattab yang bermazhab Wahabi, dan gigih mengupayakan pendirian negara Islam Chechnya. Maret lalu Khattab tewas setelah menghirup racun yang dipasang dalam kertas surat oleh Agen Keamanan Federal Rusia (FSB). Khattab kini digantikan Abu Walid, yang bersekutu dengan komandan gerilyawan lokal, Doku Umarov, dan melancarkan perlawanan di kawasan Barat Chechnya.

Tokoh lain adalah Shamil Basayev, yang dituding Rusia sebagai arsitek sejumlah aksi penyanderaan dan serangan terhadap Dagestan, tahun 1999. Basayev kini lebih banyak bertindak di belakang layar, setelah dua kakinya diamputasi, tahun 2000 lalu, akibat perjuangan di medan laga. Ruslan Gelayev (38 tahun), juga masuk daftar perburuan Rusia. Gelayev bersama pasukannya pernah melancarkan perlawanan spektakuler sepanjang perbatasan wilayah Georgia dan Ingushetia, September lalu.

Faktor Islam

Apapun motif aksi para pemimpin gerilyawan itu, mereka selalu mengangkat Islam sebagai panji perjuangan. Islam sangat ampuh mengangkat moral para gerilyawan melawan Rusia. Lebih lagi karena dalam sejarah panjangnya, kekuasaan Tsar dan rejim komunis Uni Soviet kerap menindas kehidupan beragama di Chechnya.

Itulah sebabnya presiden pertama Chechnya, Dzhokhar Dudaev, pun menggaungkan panji Islam dalam perlawanan menghadapi Rusia, tak lama setelah deklarasi kemerdekaan Chechnya. Dudaev juga mengidentikkan dirinya sebagai pengikut setia kelompok tarekat Kunta-Khadzhi yang sangat terkenal. Padahal sebelumnya Dudaev adalah Komandan Divisi Pembom Strategis,

Page 7: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

yang turut melancarkan serangan ke Estonia (1988), dan Afganistan di masa pendudukan Uni Soviet.

Dalam sejarah Islam, Chechnya sebetulnya berbeda dengan kawasan Bukhara, Volga atau Daghestan yang menjadi pusat perkembangan kebudayaan Islam – di kawasan-kawasan tersebut lahir, misalnya, ahli hadis Imam Bukhari dan filosof Ibnu Sina. Di jaman Uni Soviet, sejumlah ulama terkenal juga muncul di Makhachkala, ibukota Daghestan, bukan di Grozny.

Islam memang datang lebih belakangan ke Chechnya (ada yang menyebut abad ke-16, ada juga abad ke-18) ketimbang Daghestan. Ia datang secara perlahan dari tenggara pegunungan Kaukasus menuju baratdaya, Chechnya, jauh hari setelah penyebarannya di Azerbaijan, Asia Tengah atau Tatarstan.

Setibanya di Chechnya, Islam segera berbaur dengan tradisi lokal, melalui jalur sufisme. Di sini kemudian berkembang sejumlah tarekat, terutama Naqshabandiyah dan Qadiriyah. Salah satu kelompok tarekat yang hingga kini mengakar kuat, dikembangkan oleh Syekh Kunta-Khadzhi Kishiev pada abad ke-19. Inti ajaran Kunta-Khadzhi adalah egalitarinisme, penolakan terhadap hirarki, dan anti kekerasan.

Namun perjuangan di kancah politik juga dilancarkan sejumlah tokoh Islam, antara lain Syeikh Ushurma yang dijuluki Syekh Mansur. Perjuangan politik berbasis keagamaan Syekh Mansur melawan kekuasaan Tsar tak cuma di Chechnya, tapi juga merambat ke kawasan Daghestan dan Azerbaijan (1785-1791). Setelah era Syekh Mansur, muncullah Imam Shamil pada abad ke-19, penulis kitab yang cukup terkenal, Gazavat (peperangan), untuk menggugah perjuangan muslim. Shamil kerap berlawanan dengan Kunta-Khadzhi yang mengedepankan ajaran anti kekerasan.

Kini, boleh jadi ajaran Gazavat Imam Shamil dan sosok Syekh Mansur lebih berpengaruh di tengah perjuangan warga Chechnya melawan kekejaman tentara Rusia, hingga mereka menggapai kemerdekaan penuh. Dan jika tetap melancarkan pendudukan, tentu Rusia harus mengingat kembali peringatan dari Jenderal Yermolov Kurtz: “Bangsa Chechnya tak kan pernah mau diajak kompromi!”

Muna Galbia Maulida Insani-8, Desember 2002

Kaum Muslimin, Darah Muslim Chechnya Sama Mahalnya Dengan Palestina!

Page 8: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Seorang wartawan Australia, Brett Stephens mengajukan pertanyaan retoris ; mengapa seluruh dunia memberikan perhatian besar pada Palestina, dan hampir tidak memiliki kepentingan dengan apa yang terjadi di Chechnya?

Stephens menunjukkan bahwa sebenarnya peristiwa di Chechnya dan Palestina selalu pecah hampir bersamaan.

Penduduk Muslim di Chechnya berjumlah sedikit lebih daripada Palestina atau sekitar satu juta jiwa. Menurut Stephen, dari 200 orang, akan terjadi 25 kematian, sementara Palestina sampai saat ini jika dihitung secara statistik “baru” 1,5 per 1000 orang.

Dalam perncariannya di internet, Stephens mengetik kata-kata Palestina dan genosida ke mesin pencari Google. Hasilnya ditemukan 1, 630, 000.

Pada saat yang sama, kombinasi dari Chechnya dan genosida hanya memberikan hasil 245.000.

Membandingkan jumlah kematian per 1 ribu penduduk dengan jumlah hasil di Google, Stephens sampai ke sebuah kesimpulan bahwa korban konflik Palestina mendapatkan 28 kali lebih banyak perhatian daripada Chechnya.

Stephens menjadi yakin bahwa "setiap Palestina kematian adalah layak bagi dunia, dan tak ada yang peduli peduli kepada satu orang Chechen pun." Padahal menurut Stephens, apa yang terjadi di Chechnya pun tidak kalah mengerikannya daripada apa yang terjadi di Palestina.

Alasan mengapa dunia tidak melihat kejahatan Rusia di Chechnya terjadi karena motif yang sederhana. Rusia adalah negara besar, memiliki senjata nuklir, memiliki sumber daya energi yang besar yang banyak dibutuhkan di Eropa. Selain Hamas di Gaza, Chenchya juga berkeinginan mendirikan Negara Islam. Tidak heran jika kemudian Chehcnya sudah dianggap mati dan tidak ada oleh dunia internasional. (sa/qmh)

Rabu, 24/03/2010 13:18 WIB | email | print 

 

Page 9: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

  Agama Islam masuk ke Rusia pada waktu Dinasti Yuan yang berkuasa, kemudian bangkitlah kaum revolusioner muslim untuk menumbangkan dinasti Yuan (1279-1368 M). Setelah dinasti Yuan lalu diganti dengan dinasti Ming. Di bawah kekuasaan Ming, Islam menduduki jabatan penting antara lain, kemiliteran, keintelekan, dan administrasi pemerintahan. Bahkan, seorang muslim yang bernama Sang Yu Chuin menjabat sebagai penasehat agung Kaisar Ming yang pertama dan bernama Hung Yer.

Tatkala Dinasti Yuan masih berkuasa, Kaisar Barkah Khan memeluk Islam. Dengan Islamnya Barkah Khan maka suku Dzahabieh (kelompok orang mongol) banyak yang masuk Islam.

Pada tahun 1313-1340 M, suku Dzahabieh dipimpin oleh Uzbek Khan yang berusaha mengislamkan seluruh suku Dzahabieh. Kemudian beliau membuat strategi untuk menyebar luaskan Islam ke seluruh wilayah Rusia. Peninggalan Islam di Rusia antara lain, bangunan-bangunan tempat beribadah/masjid. Tetapi, keadaan di Rusia sekarang sudah lain karena pemerintahannya berpaham komunis sehingga benci dan ingin membinasakan Islam dari wilayah kekuasaan Rusia. Seperti yang dialami muslim Chechnya akhir-akhir ini akibat dari keganasan tentara komunis Rusia. Chechnya adalah negara kecil di kawsan kaukasus, Rusia yang berpenduduk 1,5 juta dan mayoritas beragama Islam. Presidennya yang bernama Dzhokar Dudayef adalah seorang muslim yang taat.

Sejak tanggal 11 Desember 1994, pasukan Rusia melakukan agresi besar-besaran terhadap Chechnya dan berhasil merebut istana keprisedenan Chechnya, yang merupakan perlawanan dan kemerdekaan Chechnya. Meskipun rumah-rumah mereka hancur, tetesan darah dan air mata tumpah di bumi Islam Chechnya, mereka tetap berjuang melanjutkan perjuangan terhadap komunis dan siap mati untuk agama Islam dan negaranya.

Chechnya Bangun Masjid Terbesar di   Eropa

Published September 15, 2008 Kebangkitan Islam Leave a   Comment Tags: Chechnya, Kebangkitan Islam, masjid terbesar di eropa

Page 10: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Setelah menunggu sekian lama, warga Muslim Chechnya akhirnya memiliki masjid besar yang dibangun di kota Grozny. Masjid itu akan menjadi masjid terbesar bukan hanya di Chechnya-negeri di Utara Kaukasus-tapi juga di seluruh Eropa.

Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov mengatakan, masjid ini akan dibuka secara resmi pada tanggal 17 Oktober bersamaan dengan hari pertama pelaksanaan International Peacemakers’s Conference yang bertajuk “Islam-Religion of Peace and Progress.”

Masjid itu diberi nama Masjid Ahmad Kadyrov, nama ayah dari Ramzan Kadyrov. Masjid yang mampu menampung lebih dari 10.000 jamaah ini dilengkapi dengan menara-menara setinggi 180 kaki, yang menjulang ke langit. Di masjid ini juga terdapat kantor administrasi urusan agama Islam Chechnya, sekolah agama, universitas Islam, hotel serta perpustakaan Islami. Pembangunan masjid ini sudah dimulai sejak tiga tahun yang lalu dan menelan biaya sekitar 20 juta dollar.

“Untuk pertama kalinya setelah 60 tahun lamanya, rakyat Chechnya bisa memiliki masjid agung di Grozny sebagai tempat melaksanakan kegiatan dan ibadah, ” kata Presiden Ramzan Kadyrov.

Ia mengungkapkan, ketika masih berada di bawah rezim Soviet, tak satu pun masjid bisa dibangun di Chechnya. Masjid-masjid yang ada bahkan ditutup, dihancurkan dan dirampas.

“Rakyat Chechnya tidak pernah punya kesempatan untuk beribadah di dalam satu masjid yang besar, sesuatu yang seharusnya menjadi hal yang biasa di negara Islam dan di wilayah-wilayah di mana agama Islam dianut, ” tukas Ramzan. (ln/iol)

Penangkapan terus terjadi di Chechnya

Hanin Mazaya

Kamis, 20 Januari 2011 21:11:50

Page 11: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Hits: 109

CHECHNYA (Arrahmah.com) – Sumber lokal melaporkan bahwa pemuda Chechnya ditangkap oleh anggota geng rezim boneka di wilayah yang diduduki Rusia, Nokhchicho atau Chechnya.

Pada 18 Januari lalu, geng bersenjata Kadyrov melakukan operasi hukuman di desa Chernorechya di distrik Zavodsky.  Akibatnya, warga lokal diculik.

Sumber media pendudukan Rusia mengklaim bahwa tawanan adalah mantan pejuang Chechnya di bawah Komandan lapangan terkenal, Arbi Barayev dalam jangka waktu antara Mei dan Desember 1998.

Nama, nasib dan keberadaan sandera tidak diketahui.

Sebelumnya pada 13 Januari, seorang sipil lakilaki ditangkap di desa yang sama dengan tuduhan sama.

Website Ichkeria.info melaporkan bahwa dua sipil Chechnya ditangkap di ibukota Chechnya, Jokhar oleh sekelompok orang bersenjata yang mengenakan kamuflase militer.

Menurut berita, penduduk setempat mengatakan bahwa empat orang bersenjata menghentikan mereka di dekat rumah bernomer 42 di ibukota Jokhar, distrik Avtorkhanov, sebelumnya Okyabrsky.  Mereka mengancam dengan tembakan dan kemudian membawa sandera ke mobil dan pergi ke tempat yang tidak diketahui.

Nama-nama korban penculikan belum diketahui.

Pada 14 Januari sekelompok geng bersenjata Kadyrov juga menangkap seorang lakilaki tua berusia 43 tahun di distrik Naur.  Sumber pendudukan mengklaim bahwa dia adalah seorang mantan mujahid yang berperang melawan Rusia antara november 1999 dan Januari 2000.

Di hari yang sama, tentara pendudukan juga menangkap seorang laki-laki yang lahir pada tahun 1977. 

Page 12: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Mereka menuduh laki-laki tersebut menyediakan makanan dan bantuan lainnya kepada Mujahidin Chechnya pada tahun 2007.

Nasib dan keberadaan dua sandera ini juga tidak diketahui.

Sumber-sumber lokal juga melaporkan berita mengenai penangkapan seorang perempuan muda di Chechnya.

Pada 12 Januari sekelompok pria bersenjata melakukan operasi di desa Dargo, distrik Vedeno.  Sebagai hasil, seorang Muslimah kelahiran 1980 ditangkap dari rumahnya ke lokasi yang tidak diketahui.

Pihak berwenang mengklami bahwa dia telah menyediakan makanan selama musim panas dan gugur pada tahun 2004 untuk sekelompok Mujahidin di Chechnya yang beroperasi di Vedeno.Nasib dan keberadaannya juga tidak diketahui. (haninmazaya/arrahmah.com)

Malam Musim Dingin Chechnya dan Kemarau Panjang Rusia(Republika Online)

Sejak 1 Oktober silam tentara Rusia mengepung dan membombardir kota-kotaChechnya. Ratusan warga sipil Chechnya (Chechen) tewas, ratusan ribulainnya dipaksa jadi pengungsi. Moskow memang sedang berusaha dengan segalacara untuk menguasai kembali republik otonomi ini, yang diistilahkan Moskow''sebagai telah dikuasai oleh para bandit dan teroris''. Istilah inidinisbatkan kepada kelompok gerilyawan Muslim pimpinan Shamil Basayev.Mereka, yang dalam pemilu Januari 1997 memperoleh 28 persen suara, memangtidak ikut dalam pemerintahan Presiden Arslan Makhadov yang moderat. Dantetap bergerilya di pegunungan untuk membebaskan Chechnya dan seluruhkawasan Muslim Kaukasus yang masih berada dalam dominasi Rusia.Ini Perang Rusia-Chechnya babak II. Dalam perang babak pertama (1994-1996),yang dipicu oleh proklamasi kemerdekaan Chechnya (1991), Chechnya menang.Tapi ongkos yang mesti dibayar sangat mahal. Banyak kotanya, termasukibukota Grozny, hancur dihantam persenjataan berat Rusia. Sekitar 80.000Chechen tewas. Pemimpin legendaris Chechnya sendiri, Dzokhar Dudayev,meninggal diserang pesawat Rusia pada April 1996. Perang itu sendiri takdiakhiri secara tuntas, tapi dengan perjanjian perdamaian sementara, yaknistatus final Chechnya akan dibicarakan lima tahun mendatang terhitung sejak1996.Namun, Kremlin kembali mengirim pasukan ke kawasan di Kaukasus Utara itu.Ini berkaitan dengan tuduhan bahwa kelompok Basayev membantu pemberontakankelompok Muslim Dagestan, tetangga Chechnya, untuk mendirikan negara Islam.Tuduhan lain, kelompok Basayev bertanggungjawab atas pemboman berantai dikota-kota Rusia. Yang terakhir, 9 September 1999, ledakan dahsyat

Page 13: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

menghancurkan satu blok apartemen di Moskow, menewaskan 94 orang, danmelukai lebih dari 200 orang. Bagaimanapun ada dugaan bahwa teror itudilakukan oleh intelijen Rusia sendiri untuk mendapatkan justifikasi Baratbagi serangannya ke Chechnya, guna mengalihkan perhatian domestik dankomunitas internasional atas skandal pencucian uang sebesar 15 miliar dolarAS yang disimpan di bank-bank AS serta dugaan suap senilai satu juta dolarAS terhadap Presiden Boris Yeltsin dan dua puterinya.Menghadapi serangan membabi buta Rusia ini, Presiden Chechnya ArslanMaskhadov memihak pada kelompok Basayev dan memerintahkan rakyatnyaberjihad melawan tentara Rusia. Mengapa Chechnya yang kecil dan terisolasinekat menghadapi raksasa Rusia?Semangat separatismeSemangat separatisme Chechen tak lepas dari sejarah panjang hubungannyayang buruk dengan bangsa Rusia. Islam memasuki Kaukasus tak lama setelahkemunculan Islam pada abad ke-7. Islamisasi di wilayah pegunungan KaukasusUtara (Chechnya, di antaranya) berlangsung hingga abad ke-12. Orang-orangMoskow mulai melakukan penetrasi ke kawasan Muslim di selatan sejak abadke-14. Dan pada tahun 1700, ekspansinya telah mencapai wilayah Kaukasus.Sejak itu Islam mengalami penindasan luar biasa. Di bawah Ivan the Terribledan Dinasti Romanov awal, kaum Muslim diperlakukan sebagai rakyat Rusiakelas dua. Mereka tak memperoleh hak-hak sebagaimana yang dinikmatikomunitas Kristen. Golongan aristokrasinya dikooptasi dan dipaksa memelukKristen. Di beberapa tempat, para pemimpin Muslim diusir ke pinggiran danmasjid-masjid dihancurkan.Namun, Islam tetap berkembang, khususnya di bawah Catherine the Great, yangmemandang Islam sebagai peradaban yang pengaruhnya lebih baik ketimbangKristen. Catherine menjamin hak-hak dasar Muslim -- khususnya menyangkutibadah -- dan menciptakan institusi-institusi Islam dengan otoritas luasatas penduduk Muslim di Emperium Rusia. Pada masa inilah tarikatNaqsyabandiyah dan Qadiriyah memasuki Kaukasus Utara, di mana merekameletakkan fondasi bagi perlawanan paling militan terhadap ekspansi Rusia.Dibanding Asia Tengah, aktivitas tarekat di Kaukasus Utara memberikankepemimpinan aktif dalam perjuangan melawan dominasi Rusia, kendatipenaklukan Rusia atas kawasan itu berlanjut hingga tahun 1900.Di bawah kekuasaan komunis Uni Soviet sejak Revolusi Bolshevik 1917, Islammenghadapi penindasan dan penghancuran hampir tiara tara. Awalnya adalahserangan kavaleri lokal selama dua tahun (1917-1919) terhadaplembaga-lembaga keagamaan. Tahun 1928-1941 merupakan periode seranganterbuka terhadap Islam. Ribuan masjid dihancurkan dan ulama dipenjarakankalau bukan ditembak mati. Tak heran, selama Perang Dunia II, banyak orangRusia berpihak pada Nazi Jerman. Sikap ini mendorong diktator Yosef Stalinselama 1943-1944 mendeportasi 400 ribu warga Chechen ke Siberia dan kawasan

Page 14: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

lain. Pengganti Stalin, Nikita Krushchev, baru mengembalikan mereka kekampung halaman pada 1957. Namun, ia pun selama lima tahun sejak 1959melakukan kampanye anti-Islam dengan menutup sekitar 1.000 masjid.Penindasan itulah yang menciptakan obsesi rakyat di Asia Tengah danKaukasus untuk merdeka. Maka segera setelah Uni Soviet runtuh (1991),mereka -- Kazakhstan, Kirghistan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan,Azerbaijan, Armenia dan Georgia -- menyatakan kemerdekaannya. Negara-negaraini merupakan republik independen dalam Uni Soviet. Moskow yang lemahterpaksa menerima realitas itu. Namun proklamasi kemerdekaan Chechnya,republik otonomi terbatas, ditolak.Pengaruh eksternalDi luar pengalaman penindasan, gerakan separatis Chechnya khususnya jugadiinspirasikan oleh, pertama, Revolusi Islam Iran 1979. Kedua, sebagaiekses Perang Afghanistan-Uni Soviet (1979-1989). Selama perang ini parasukarelawan Arab dari berbagai negara -- disokong dan dibiayai AS, Pakistanserta negara-negara Arab Teluk -- ikut terjun di medan perang. Sebagianberperang bersama golongan Mujahidin Afghanistan dan sisanya bergiat dalampropaganda anti-Soviet serta syiar Islam. Bahan dakwah ini masuk keKaukasus melalui Tajikistan, tetangga Afghanistan di utara.Kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang, khususnya yang dilakukanUsama bin Ladin, miliuner Arab Saudi yang menetap di pegununganAfghanistan. Khattab, warga Saudi yang ikut berjuang bersama gerilyawanChechnya, terang-terangan memuji Bin Ladin yang dikatakan banyak membantuperjuangan Chechen. Pada 21 November silam, Menteri Dalam Negeri RusiaVladimir Rushalio menuduh sebuah yayasan di Qatar menjadi pemasok dana bagipara pejuang Chechen. Apakah yayasan ini berhubungan langsung dengan BinLadin? Mungkin juga tidak. Sebab negara-negara Arab Teluk juga terusbersaing dengan Iran dan Turki dalam menanamkan pengaruhnya di Asia Tengahdan Kaukasus. Tujuannya, meningkatkan pengaruh mereka di Dunia Islam danmengkaunter Iran dan Turki.Pada masa pemerintahan PM Turki Tansu Ciller (1996), Ankara terbuktimemasok dana kepada pejuang Chechnya. Turki memang sedang berusaha menarikseluruh kawasan itu, yang umumnya keturunan Turki kecuali Tajikistan, kedalam pengaruhnya. Selain untuk meningkatkan political leverage-nyaterhadap Rusia dan Iran, juga untuk menambah bargaining power-nya via a visUni Eropa. Juga untuk mendapatkan akses ekonomi kawasan kaya minyak ini.Turki menghendaki seluruh pipa minyak Turkmenistan, Kazakhstan danAzerbaijan, negara-negara tak berpantai (landlocked countries), disalurkanke Terminal Ceyhan (Turki) di Laut Tengah. Barat mendukung posisi Turki.Sementara Kremlin ngotot agar pipa-pipa yang dibangun konsorsium Barat (AS,Prancis, Inggris, Italia) dialirkan ke Laut Hitam (Rusia) yang mestimelalui Chechnya dan Dagestan.

Page 15: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Iran masuk ke dalam dinamika politik Asia Tengah dan Kaukasus bukan untukmendorong revolusi yang hanya akan merepotkan diri sendiri, melainkan untukmenanamkan pengaruh politik sekaligus mendapatkan akses ekonomi.Sebenarnya, paling efisien dan aman bila pipa-pipa minyak disalurkan keBandar Khomeini (Iran) di Teluk Persia. Namun sebagai musuh bebuyutan Iran,Washington menentang keras opsi ini. Maka dengan adanya disorder diChechnya -- yang nampaknya akan berlarut-larut -- bisa jadi Barat, apaboleh buat, akan mempertimbangkan juga jalur Iran, selain Turki tentunya.Kalau ini terjadi, bukan saja situasi ekonomi Iran akan membaik, tapi jugapengaruhnya di Asia Tengah dan Timur Tengah, malah posisi tawarnya terhadapBarat, akan sangat kuat.Berbagai sikapMenanggapi keganasan tentara Rusia terhadap penduduk sipil Chechnya, sekutuBarat melancarkan protes keras. Mereka memang mendukung integritas wilayahRusia dan mengutuk aksi teror gerilyawan Rusia, namun AS dan Uni Eropamenganggap Moskow telah melanggar Konvensi Jenewa dan aturan perang yangditetapkan Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE). Tak heran,mereka menyatakan hubungannya dengan Rusia bisa terganggu, bahkan mungkinakan menghentikan bantuan ekonomi bila rakyat sipil terus menjadi korban.Sekutu Barat lebih suka Moskow menyelesaikan masalahnya melalui jalandiplomasi. Mereka nampaknya harus mengambil sikap ini untuk menjagakonsistensinya terhadap isu HAM. Ini sejalan dengan sikap OrganisasiKonferensi Islam (OKI). Pada 6 Desember lalu, delegasi OKI pimpinan MenluIran Kamal Kharrazi mendatangi Moskow. Kendati mengakui Chechnya sebagaibagian integral dari Federasi Rusia, delegasi meminta agar Kremlin segeramenghentikan aksi militer di Chechnya.Tapi bukannya mengendor, Rusia bahkan meningkatkan determinasi untukmenyelesaikan kasus Chechnya melalui jalan perang. Untuk menetralisirtekanan Barat, Boris Yeltsin mengunjungi Cina selama dua hari. Beijingmemang sejak awal mendukung posisi Moskow. Dalam komunike pada 10 Desember,kedua negara menolak sikap Barat. Sikap Rusia ini dapat dipahami dalam duahal. Pertama, sikap Barat akan menguatkan semangat juang Chechen. Ini akankian menyulitkan Rusia. Padahal, ia memerlukan stabilitas untukmemungkinkannya segera keluar dari krisis ekonomi. Kedua, sikap lunak hanyaakan merosotkan popularitas kelompok Yeltsin. Sebaliknya, akan memperkuatposisi golongan komunis dan ultranasionalis Rusia, malah juga kelompokmoderat, menghadapi pemilihan presiden tahun depan. Toh, perjanjianmengenai penangguhan status final Chechnya yang dibuat antara PresidenChechnya Maskhadov dengan Menteri Pertahanan Rusia Alexander Lebed ketikaitu, tidak populer di mata publik Rusia.Dukungan Beijing, paling tidak didorong oleh motif untuk mengkaunterhegemoni Barat. Lalu, untuk mendapatkan sokongan Rusia bagi isu Taiwan,

Page 16: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

yang mirip kasus Chechnya. Tak kurang penting, menjaga agar gerakanseparatis Chechnya tak meluas ke Cina. Sebagaimana diketahui, Cina memilikiwarga Muslim (suku Uighur) -- seketurunan dengan warga Asia Tengah danKaukasus -- yang juga mengalami penindasan serupa.Entah apa yang bakal menjadi nasib Muslim Chechen pada hari-hari mendatang.Juga nasib Mother Russia bila kembali mengalami kekalahan sebagaimana dulu.Yang jelas, rakyat Chechen tengah menghadapi malam-malam musim dingin yangpanjang. Dan Rusia harus menghadapi panasnya pemberontakan Chechnya.

Internasional

RusiaKebijakan Pro Islam Vladimir Putin dan Aliansi Strategis Rusia-Dunia Islam Penulis : HendrajitMeski dikenal sebagai pemimpin yang sangat keras dan tanpa kompromi  dalam menumpas gerakan separatis Chechnya yang didukung kelompok Islam berhaluan Wahabi dari Pakistan dan Taliban yang berbasis di Afghanistan, Presiden Federasi Rusia ternyata telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang merangkul Islam sebagai kekuatan strategis yang menjadi faktor penting tetap bersatunya Rusia sebagai negara berdaulat.

Meski dikenal sebagai pemimpin yang sangat keras dan tanpa kompromi  dalam menumpas gerakan separatis Chechnya yang didukung kelompok Islam berhaluan Wahabi dari Pakistan dan Taliban yang berbasis di Afghanistan, Presiden Federasi Rusia ternyata telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang merangkul Islam sebagai kekuatan strategis yang menjadi faktor penting tetap bersatunya Rusia sebagai negara berdaulat.

Mendukung Islam berarti perdamaian, nampaknya itulah yang menjadi pedoman politik Presiden Putin dalam memberi arah kebijakan strategis dalam merangkul Islam di Rusia.  Terlepas fakta bahwa kelompok gerakan separatisme Islam  Chechnya yang bermaksud memisahkan diri dari Republik Federasi Rusia ternyata didukung secara diam-diam oleh Inter Service Intelligence (ISI), badan Intelijen Pakistan yang sudah bersekutu cukup lama dengan badan intelijen Amerika CIA sejak perang dingin hingga kini, Putin nampaknya tidak kehilangan akal sehatnya untuk menyadari bahwa warga muslim Rusia saat ini berjumlah 20 juta orang atau 15% dari sekitar 142 juta orang Rusia. Suatu jumlah yang cukup besar, bahkan untuk keberadaan sebuah negara bangsa sekalipun.

Page 17: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Maklum, sejak bubarnya Uni Soviet, Islam menjadi agama kedua terbesar di Rusia, dan menjadi agama yang terpesat pertumbuhannya di Rusia, bahkan lebih pesat dibandingkan di Eropa. Sekadar informasi, Islam di Rusia telah ada sejak kurun waktu yang cukup lama. Pengaruhnya tidak saja terlihat dalam perkembangan keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial budaya dan perpolitikan.

Islam di Rusia sejak abad ke 7 menyebar di jazirah Rusia. Komunitas Muslim terkonsentrasi di daerah antara Laut Hitam dan Laut Kaspia dan di beberapa negara federasi, serta sejumlah kota seperti Samara, Nyzny Novgorod, Tyumen, dan St Petersburg.  Sedangkan sebagian besar penduduk tersebar di daerah sekitar Sungai Volga (Tartastan), pegunungan Ural, beberapa wilayah Siberia dan Kaukasus Utara.

Dan satu lagi catatan penting, di Rusia hingga kini  ada lebih dari 4000 masjid.

Bisa dimengerti jika Putin dan para penentu kebijakan Rusia, kemudian menempuh sebuah langkah yang cukup strategis, yaitu melakukan kebijakan pro-Islam seperti mendukung pengembangan tempat ibadah dan pendidikan Islam di Rusia. 

Bukan itu saja. Di tingkat dunia internasional, Putin mencetuskan gagasan bahwa Rusia harus ikut serta dalam kegiatan Organisasi Konferensi Negara-negara Islam (OKI), sekalipun hanya sebagai peninjau. Dan perjuangan tersebut akhirnya berhasil terwujud dengan diterimanya Rusia sebagai peninjau tetap pada pertemuan Organisasi Konferensi Islam di Kuala Lumpur Malaysia pada 2003 lalu. Dan yang cukup membanggakan, Putin sendiri hadir pada momen bersejarah tersebut.

Melihat kenyataan tersebut, bisa dimengerti jika ada beberapa kalangan di dalam negeri Rusia dan bahkan di Chechnya itu sendiri, yang justru memandang positif keberhasilan Putin menumpas gerakan separatis Islam ala Al-Qaeda dan Taliban. Karena itu berarti momentum bagi warga muslim Rusia untuk diperhitungkan Putin sebagai salah satu kekuatan pemersatu  yang cukup penting bagi Republik  Rusia Bersatu. Bahkan di Chechnya, Putin telah mengondisikan agar warga muslim menjadi kekuatan utama yang menyatukan masyarakat Chechnya.

Kenyataan ini nampaknya bukan sekadar angan-angan. Karena disamping Chechnya,  Putin sebagai pemimpin tertinggi Republi Federasi Rusia agaknya sadar betul bahwa Hingga kini terdapat sembilan republik Islam dalam naungan negara Federasi Rusia, yaitu Adegia, Bashkortastan, Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkariya, Karachaevo-Cherkhesia,

Page 18: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Osetia Utara (sekalipun di daerah ini juga bermukim umat Kristiani), Tatarstan, dan Chechnya. Baik di Rusia maupun di negara-negara yang mengitarinya (eks Uni Soviet) kini tercatat lebih dari 6.000 perkumpulan Islam yang aktif.

Menyadari kenyataan ini, wajar jika Putin membuat kebijakan pro Islam dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan nasional Rusia sehingga kaum muslim Rusia merasa memiliki peran penting seperti saudaranya, etnis Rusa, dalam pembangunan negeri warisan Tsar tersebut.

Pertimbangan Putin ya itu tadi, mendukung dan mengakomodasi aspirasi dan kepentingan warga Muslim Rusia berari menciptakan perdamaian.

Di Fora Internasional 

Persis setahun yang lalu, tepatnya pada 27-28 Maret 2006, Pemerintah Federasi Rusia memprakarsai gagasan terbentunya Alliance of Civilization (Aliansi Peradaban) antara Rusia dan Dunia Islam. Pertimbagan Rusia, dunia Islam merupakan kekuatan dunia yang cukup signifikan dan dapat menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Bahkan dalam pertemuan para tokoh Rusia dan 15 tokoh dari berbagai Negara Islam termasuk Indonesia tersebut, ditegaskan perlunya dialog dan kerjasama antar peradaban.

Ini jelas sebuah momen bersejarah bagi Rusia mengingat dalam pertemuan tersebut hadir beberapa negara Islam penting seperti Mesir, Pakistan, Iran, Aljazair, Bangladesh, Kuwait, Jordan, Uni Emirat Arab, Tunisia, Yaman, Uzbekistan, Tajikistan, Karzakastan, Kirgistan, dan Indonesia.

Indonesia sendiri ketika itu diwakili oleh Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Dr Din Syamsuddin. Dalam kesempatan tersebut Syamsuddin bahkan mengatakan bahwa aliansi strategis Rusia-Dunia Islam berpotensi menjadi kekuatan penentu bagi arah perkembangan peradaban dunia menyusul kerusakan dunia yang disebabkan hegemoni dunia barat.

Aspek lain yang menarik dari pertemuan tahun lalu tersebut, ditegaskan bahwa terorisme harus diberantas tanpa menggunakan cara-cara teror itu sendiri. Sebuah penyikapan yang jelas berbeda dengan yang dikumandangkan negara-negara barat khususnya Amerika Serikat.

Belajar dari pengalaman pahit Rusia menghadapi gerakan separatisme Chechnya, Rusia nampaknya bisa berempati dan bahkan bersimpati

Page 19: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

terhadap negara-negara berpenduduk mayoritas Islam seperti Indonesia dalam menghadapi kelompok terorisme yang mengklaim sebagai kelompok atau pejuang Islam.

Rusia belajar dari kasus Chechnya, nampaknya menyadari bahwa kelompok Islam yang memotori gerakan separatisme ternyata membawa paham ke-Islaman yang merupakan impor dari Timur Tengah,  Pakistan, maupun Afganistan yang tidak punya akar yang cukup kuat dan dukungan yang cukup luas di Chechnya maupun di provinsi-provinsi lain di bawah naungan Republik Federasi Rusia.

Jika dilihat anatomi warga muslim Rusia, Mayoritas muslim di Rusia adalah kelompok Suni dan terdiri dari dua mazhab, yakni mazhab Syafii di Caucasus Utara dan mazhab Hanafi di berbagai wilayah negeri ini. Fakta ini dengan jelas mengindikasikan bahwa tradisi Islam di Rusia sangat tidak cocok dengan praktek-praktek yang membenarkan dan menghalalkan cara-cara kekerasan, apalagi tindak terorisme dengan dalih perang suci atau Jihad.

Tidak mengejutkan ketika beberapa bulan kemudian, pada September 2006, Kelompok Visi Strategis Rusia dan Dunia Islam mengecam terorisme serta menolak pembajakan agama dan afiliasi nasional untuk terorisme. Sebaliknya, fobia Islam tak akan dapat memberi keuntungan bagi siapa pun, tetapi hanya memperburuk situasi. 

Dalam pertemuan yang kali ini dilangsungkan di Tatarstan Rusia pada 31 Agustus 2006, dalam deklarasinya menegaskan Kami mengimbau agar dilakukan upaya konkret untuk melakukan dialog dan memunculkan saling pengertian di antara berbagai peradaban, kebudayaan, dan agama yang dilandasi oleh toleransi, penghargaan, dan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing.

Disamping mengajak negara-negara Islam untuk mengadakan dialog lintas agama dan peradaban, Rusia nampaknya juga punya contoh keberhasilan (success story) dalam membangun tolerasi beragama.

Yang mereka jadikan contoh success story adalah Tatarstan, yaitu dalam membangun kerukunan antar umat beragama. Misalnya, Sukses ekonomi dan perkembangan sosial di Tatarstan tidak hanya dimungkinkan karena kerja sama konstruktif dari seluruh agama yang ada, khususnya Islam dan Katolik Ortodoks. Peran pendidikan di kalangan muda dan sikap toleransi menjadi penggerak bagi perkembangan di semua aspek.

Presiden Tatarstan Mintimer Shaimiev mengatakan kepada para wartawan, pada tahun 1990 muncul Deklarasi Kedaulatan Negara yang

Page 20: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

memproklamirkan kesamaan di antara warga dan bahasa. Anda dapat melihat bahwa hidup berdampingan secara damai dari beragam pemeluk agama memberi sumbangan bagi stabilitas perkembangan masyarakat. Yang penting di sini adalah bagaimana menyeimbangkan seluruh kepentingan dan menolak ekstremisme. Untuk melemahkan motivasi dari sikap dan organisasi yang radikal, butuh opini publik untuk tidak menerimanya, katanya.

Nampaknya ini pula yang dianut Putin, bahwa hidup berdampingan secara damai antar umat beragama di Rusia, berarti merangkul Islam sebagai salah satu kekuatan pemersatu yang cukup penting untuk menyatukan seluruh masyarakat di bahwa naungan Republik Federasi Rusia.

Secara historis, keinginan Putin bukannya tanpa dasar sama sekali. Sejarah awal kedatangan Islam di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Rusia bertepatan dengan mulai dianutnya agama Kristen di Rusia. Islam pertama kali disebarkan di Caucasus Utara pada paruh kedua abad ke-7. Di wilayah Volga, suku bangsa Tatar memeluk agama Islam pada abad ke-10, sedangkan suku bangsa Rus memeluk Kristen pada tahun 988.

Pada perkembangannya kemudian, ketika prajurit-prajurit Rusia bermunculan di Siberia pada abad ke-16, agama Islam telah berkembang dan dianut penduduk asli Tatar Siberia selama 300 tahun. Hebatnya lagi, Islam di Rusia kemudian berhasil menjadi perekat antar berbagai suku. Misal, Islam berhasil mempererat persahabatan berbagai suku bangsa Rusia seperti Tatar, Chechnya, Inghus, Kabardin, dan Dagestan - serta membantu suku-suku itu untuk melestarikan identitas budaya dan peradaban mereka. Satu lagi fakta baru, bahwa Islam di Rusia telah berhasil memainkan peran dalam mendorong pelestarian budaya dan kearifan lokal dari peradaban Rusia.

Bukti lain yang tak kalah penting, Umat muslim Rusia dewasa ini tersebar dalam 40 kelompok etnis. Yang paling banyak ialah etnis Tatar (lebih dari lima juta orang, atau sekitar 4% dari total populasi dan merupakan kedua terbesar setelah Rusia), sedangkan etnis-etnis Bashkir dan Chechnya masing-masing satu juta orang.

Pada 2000, Rusia memiliki sekitar 4.750 masjid. Itu yang tercatat resmi, tapi banyak belum tercatat. Di Dagestan saja ada sekitar 1.600 sampai 3.000 masjid. Hal serupa juga dijumpai di wilayah Caucasus Utara. Selama 10 tahun terakhir ini, jumlah masjid di Tatarstan telah melampaui 1.000 buah. Di ibu kota Rusia, ada sekitar satu juta umat Islam yang tergabung dalam 20 komunitas. Moskow memiliki lima buah masjid. Menurut data para ahli, di seluruh Rusia ada sekitar 7.000 masjid.

Page 21: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Inilah gambaran nyata kehidupan warga muslim di Rusia yang ternyata bisa hidup damai berdampingan dengan agama-agama lain, berkat kepemimpinan dan kebijakan pro Islam Presiden Putin yang berhasil merangkul elemen-elemen moderat Islam di Rusia bersatu mempertahankan Republik Federasi Rusia, sekaligus menggalang suatu aliansi strategis dengan dunia Islam sebagai kekuatan alternative di luar hegemoni Amerika maupun negara-negara eropa barat.

Kebangkitan Agama di Rusia Friday, 10 June 2011 Sejak menggulirnya perestroika dan glasnost tahun 1991 yang juga ditandai dengan bubarnya Uni Soviet, kehidupan agama di Rusia menemukan momentum baru.Kehidupan agama yang semua selalu ditekan di bawah pemerintahan komunis, sekarang bagaikan rerumputan kering yang memperoleh siraman hujan,bermunculan ke permukaan sosial dengan penuh antusias.

Masyarakat tidak lagi takut- takut mengenalkan afiliasi serta identitas etnis dan agama secara terbuka.Negara Federasi Rusia dengan penduduk sekitar 140 juta, terdiri atas 71,8% Kristen Ortodoks,18% Islam, 1,8% Katolik, 0,7% Protestan, 0,6% Buddha, 0,3% Yahudi, 0,9% beragam sekte,sisanya tanpa agama. Dari segi etnis, yang terbesar tentu saja Rusia, sekitar 79,8%.

Kantong-kantong Islam ada di Moskow, Negara Bagian Tatarstan, Dagestan, Chechnya, dan Ingushetia.Pemeluk Islam juga tersebar di semua negara bagian Rusia dan berkembang bak jamur pada musim dingin. Salah satu kantong terbesar umat Islam adalah Republik Tatarstan dengan ibu kota Kazan, yang berpenduduk sekitar 4 juta, di mana 50% penduduknya adalah muslim.

Meski sudah tiga kali jalanjalan ke Rusia, baru kali ini saya sempat ke Kazan, menghadiri Interfaith Dialogue dan bertemu langsung dengan beberapa tokoh agama di sana, baik dari kalangan muslim, Kristen Ortodoks,Yahudi,maupun Katolik serta intelektual muslim di sana. Di samping untuk menghadiri seminar,kepergian saya ke sana untuk mendorong kerja sama antara Universitas Islam Rusia dan Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia.

Dinamika perkembangan Islam sangat terasa di wilayah ini. Tidak hanya bangunan masjid yang bermunculan, gerejagereja yang semasa kejayaan komunis ditutup pun, kini ramai dikunjungi orang dan bangunannya pun direnovasi sehingga kelihatan segar, tidak lagi kusam.Di samping Republik Tatarstan, Republik Bakortostan dan wilayah regional Kaukasus Utara, Chechnya, Dagestan,dan Ingushetia,juga merupakan kantong-kantong umat Islam.

Bahkan, tiga provinsi terakhir tersebut di atas sampai sekarang masih tetap berusaha untuk membebaskan diri dari Federasi Rusia, ingin merdeka sebagai negara tersendiri. Sejak tahun 1995, terjadi 23 serangan kelompok separatis terhadap pemerintah pusat yang muncul dari tiga wilayah tersebut, utamanya dari pejuang Chechnya.

Page 22: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Para pengamat meramalkan bahwa dalam waktu 50 tahun ke depan, umat Islam di Rusia akan mencapai separuh penduduk, mengingat tingkat pertumbuhannya sangat pesat dibandingkan pemeluk agama lain,yang bahkan di bawah zero growth. Mengapa demikian? Karena umat Islam umumnya bukanlah imigran (penduduk asli).Mereka menetap di wilayahnya sendiri dengan tingkat ekonominya yang baik, sehingga tidak merasa repot atau khawatir dengan tradisi keluarga besar.

Sekarang pun dinamika umat Islam di sana sangat mudah diamati.Hampir tiap bulan berdiri masjid baru. Berbagai lembaga pendidikan sejak SD sampai universitas didirikan secara swadaya oleh umat Islam di sana. Di Tatarstan, misalnya,terdapat sekitar dua juta umat Islam dan memiliki Universitas Islam Rusia. Di wilayah ini juga dikenal sebagai pusat produksi pesawat tempur, helikopter, yang diekspor ke luar negeri, termasuk Indonesia.

Juga produsen truktruk besar dengan merek Kamaz. Dan, ternyata yang membuat adalah juga tenaga-tenaga ahli dari kalangan umat Islam. Jadi, sejak bergulir glasnost dan perestroika awal dekade ‘90- an, bermunculanlah kelas menengah baru yang kreatif dan mendorong negara untuk semakin terbuka.Dengan bubarnya Uni Soviet,beban negara semakin ringan sehingga roda ekonomi kian menggeliat.

Uni Soviet yang semula berpenduduk 220 juta, kini tinggal 143 juta. Bahkan,Rusia saat ini merupakan produsen minyak terbesar, menghasilkan 11 juta barel/ hari,mengalahkan Arab Saudi yang hanya 9 juta barel/hari. Lebih dari itu, Siberia juga merupakan sumber cadangan minyak terbesar di dunia. Dari sisi ideologi, pemerintah Federasi Rusia saat ini tidak lagi jelas setelah kejayaan komunisme berakhir.

Orang berpikir pragmatis. Pemerintah Rusia sedang berjuang menemukan identitas dan ideologi bangsanya sebagai pengikat dan sumber etos baru untuk membangun kembali citra dan peran dirinya sebagai sebuah negara besar yang mesti diperhitungkan dunia.Korupsi pun tergolong tinggi.

Namun, setidaknya bahasa dan ikatan kewargaan masih kuat,sebagai sebuah warga dan bangsa Rusia, meskipun di dalamnya terdapat puluhan etnis sebagaimana Indonesia. Revolusi Bolshevik tahun 1917 yang mengusung agenda komunisme sebagai kekuatan dunia yang berpusat di Moskow ternyata tidak sampai satu abad telah gulung tikar. Kedigdayaan dan daya pikat paham komunisme telah usai.

Generasi muda tidak lagi kenal apa itu komunisme. Paham kapitalisme dan liberalisme Barat lebih menarik bagi anak-anak muda. Menurut Dubes Indonesia di Moskow, Dr Hamid Awaluddin, Rusia saat ini mirip kondisi Indonesia tahun ‘50-an.Ideologi bangsa dan negara belum kuat, yang mengemuka adalah identitas etnis dan agama.

Jika di Indonesia reformasi yang terjadi pada tataran sistem bernegara, di Rusia yang terjadi adalah perubahan ideologi negara sehingga suasananya cair, tanpa ideologi bangsa sebagai pengikat,identitas,dan kompas perubahan bangsa dan masyarakat yang berlangsung sedemikian cepat.

Page 23: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Dengan kata lain,Rusia hari ini tengah mengalami disorientasi, tengah berlangsung pergulatan sejarah baru untuk menemukan jati diri dan titik ekuilibrium baru. Dalam suasana pencarian ini,Gorbachev oleh angkatan tua dianggap sebagai pecundang yang menghancurkan kebesaran Uni Soviet.Namun, sangat bisa jadi untuk masa depan akan dikenang sebagai Bapak Rusia yang mengantarkan lahirnya Rusia baru yang demokratis.

Yang menarik dari perbincangan dengan beberapa intelektual muslim di sana,mereka tertarik untuk menjalin kerja sama pendidikan Islam dengan Indonesia karena keduanya sama- sama sebagai masyarakat majemuk. Beberapa alumni yang kuliah di Arab Saudi, misalnya, ketika pulang kurang bisa mengapresiasi kondisi sosialnya sebagai masyarakat majemuk.

Bahkan, mereka memiliki konotasi negatif dengan paham dan gerakan Wahabi yang dinilai tidak toleran, kurang bisa mengakomodasi aspirasi dan tradisi lokal yang demikian kaya. Atas dasar pertimbangan itulah,mereka tahun ini akan mengirimkan mahasiswanya untuk studi Islam ke Indonesia.

Di samping ke UIN,mereka akan mengirimkan ke Pondok Pesantren Gontor Ponorogo. Bahkan, sekarang ini sudah ada 10 yang belajar pada level magister di UIN Malang. PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Perang Chechnya : Pertempuran atau Pembantaian Masal

Diposkan oleh TEROPONG MISTERI SEPANJANG ABAD (silahkan dicopy paste) Rabu, 20 April 2011

Setelah redupnya api perjuangan yang begitu dahsyat pasca perang chechnya 1(1994-96) dan Perang Chechnya 2 (1999-2000), kini permasalahan yang berada di negeri pecahan federasi Rusia tersebut lebih berkutat pada masalah fitnah dan gesekan-gesekan diantar faksi mujahidin itu sendiri, bagaimana Presiden Chechnya sekarang yaitu Ramzan Khadyrov yang pro Moscow tentu saja ditentang habis oleh kelompok-kelompok Mujahidin yang lebih radikal seperti Dokka Umarov yang jelas-jelas menolak dan menginginkan tidak hanya Chechnya tetapi seluruh

Page 24: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

wilayah didaerah Kaukasus berada pada penegakan syariat Islam yang ketat dengan mendirikan North Kaukasia Emirates.

Pengeboman di Apartemen dan stasiun kereta api di Rusia tak pelak memunculkan tuduhan bahwa para gerilyawan lah yang melakukan itu semua, namun meskipun telah dibantah oleh Warlods(dewa perang) Chechnya yaitu Syamil Basayev dan Ibn-Khattab namun tetap saja Rusia menuduh merekalah yang melakukan itu semua dan tetap bertekad untuk melakukan perlawanan terhadap para teroris tersebut, sampai dikemudian hari salah seorang agen FSB(dinas intelijen Rusia) mengakui bahwa itu adalah buah karya mereka, bagaimana mereka merancang pengeboman tersebut terhadap warganya sendiri dalam rangka untuk menebar fitnah terhadap gerilyawan Chechnya untuk membenarkan aksi Rusia dalam menginvasi (sekali lagi) ke wilayah Chechnya.

Selain itu selama perang Chechnya 2 pun bagaimana dengan liciknya Rusia menipu ke 75 Mujahidin dengan mengatakan apabila mereka menyerahkan diri, mereka akan diberikan amnesti oleh pihak Rusia, namun nyatanya mereka malah dibunuh dengan keji, mereka juga melakukan adu domba antara para gerilyawan dengan penduduk sipil sehingga membuat komposisi kekuatan mereka makin melemah.

Pelanggaran HAM yang parah dimana dalam peperangan seharusnya sipil tidak boleh dibunuh namun mereka dengan seenaknya saja melakukan pembantaian masal terhadap warga Chechnya seperti yang terjadi pada “Komsomolskoye Massacre” yaitu sebuah desa diwilayah Chechnya dimana para warga dibantai habis tanpa belas kasihan, anak-anak dan wanita yang tengah bersembunyi dilempari granat dari luar oleh tentara Rusia, para wanitanya diperkosa berkali-kali bahkan pada waktu lain ada satu kejadian dimana gadis Chechnya berusia delapan belas tahun diperkosa setelah itu dibunuh dengan cara dilindas oleh tank baja milik mereka.Seorang jurnalis asal Rusia, Anna Politkovskaya mengatakan bahwa “desa tersebut sudah tidak ada” alias rata dengan tanah, Anna pun kemudian mendapatkan sebuah rekaman video dari seorang tentara Rusia yang mengaku tidak dapat tidur berhari-hari dengan harapan apabila kasus tersebut diungkap dapat membuatnya tenang, yang memperlihatkan kekejaman dimana pasukan Rusia mencaci maki dan menyiksa mereka dengan brutal dan terus saja menendangi mereka meskipun orang-orang Chechnya itu sebagian terluka parah, dengan tangan buntung dan pendarahan yang hebat, yang akhirnya pengungkapan kasus ini harus berujung tewasnya sang jurnalis tersebut beberapa waktu kemudian setelah diungkapnya kasus video tersebut.Siapa pelaku pembunuh Anna?? Kita tidak tahu siapa pelakunya. . .

Setelah kejatuhan Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja tercapai ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia. Namun kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas Chechnya, Moskow kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan seorang presiden boneka yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan kampanye media propaganda, dan menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan rakyat Chenchen. Namun, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di seantero Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan. Anak-anak muda Chencehn tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang. Chechnya masih terjajah oleh Russia. Sejarah Rakyat Chenchen Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana

Page 25: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

terjadi peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara wilayah Kaukasus. Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam melawan penjajahan Russia waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang Ingush, dan secara kolektif disebut âVainakhâ�� �� yang artinya ârakyat kami.â�� �� Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat dan bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka sangat sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani mengambil hak dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang Chechnya dan Russia sampai saat ini. Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke Sentral Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan diikuti oleh para pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat Chenchen. Mereka dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka kemudian adalah desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar 30% dari jumlah keseluruhan mereka 4000.000 orang di wilayah itu. Perang Chechnya I dan II muslimchechnya2 Chechnya: Sejarah, Perjuangan dan Masa Depan Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi terjadinya perang kedua. Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991, mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen. Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen. Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti sampai sekarang. Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin. Akar Gerakan Rakyat Chenchen Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika, atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun 1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah mengikuti Angkatan Udara Russia. Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnyaâhanya lebih banyak�� sedikit dari Chechnyaâberani mendeklrasikan ��kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini, Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya. Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah menjadi trend. Russia dan Islam muslimchechnya3 Chechnya: Sejarah, Perjuangan dan Masa Depan Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan selalu saja lewat kekerasan. Sampai saat ini, Islam dinilai

Page 26: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat Islam dijadikan seperti âSecond Class ��Peopleâ.�� Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea âIslamphobiaâ dan mengaitkan golongan�� �� Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi agama kedua terbesar di negara ini. (sa/iol/em) http://mediaislam.oaseadwan.info/chechnya-sejarah-perjuangan-dan-masa-depan/

Bagaimana Muslim Chechnya Bangkit?

Pada tahun 2004, presiden Chechnya, Ahkmad Kadyrov, wajah proyek Chechenization Kremlin, dibunuh, dan putranya Ramzan Kadyrov mengambil alih kekuasaan. Ramzan melesat lebih jauh daripada ayahnya: kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh dia melakukan penyiksaan, penculikan, dan pembunuhan, terhadap para pembangkang, baik di dalam ataupun di luar Chechnya.

Pada saat yang sama ia membawa perdamaian untuk republik yang bermasalah itu; polisi mulai mengenal moralitas dan ia memberlakukan kode pakaian Islam.

Membicarakan kebangkitan Islam di Chechnya selalu tak akan pernah bisa menghilangkan nama Ramzan Kadyrov. Bersama rekan-rekannya yang sangat ia percaya, ia mulai membangun Chechnya yang sudah hancur. Para pengusaha membantu. Moskow juga, tanpa dinyana, memberikan dana untuk menggaji para mufti di Chechnya.

Page 27: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Menurut Ramzan, hal ini diperlukan di Chechnya, karena tanpa guru Islam, siapapun tidak akan pernah berhasil menciptakan ketertiban. “Unit militer kami tidak akan pernah bisa menang melawan teror tanpa agama (Islam).” Ujarnya.

Sebenarnya seperti apa reformasi Islam di Rusia? Di Moskow, jika seorang perempuan menutup semua bagian tubuhnya karena ia seorang Muslimah, maka ia akan dicurigai sebagai teroris atau seorang pembom bunuh diri. Polisi memeriksa dokumen para wanita Muslimah itu dan melecehkan mereka.

Ramzan berpikir bahwa saat ini pendidikan di Russia sudah terlalu liberal. Di Russia, anak-anak harus diberi kondom di sekolah. Para mahasiswa di universitas Rusia secara resmi diperbolehkan merokok, sedangkan universitas adalah sebuah rumah pengetahuan, bukan untuk pamer tas Dolce & Gabbana.

Alkoholisme adalah masalah yang mengerikan di Rusia. Tingkat kelahiran juga sangat rendah. Bayangkan, Cina tidak mengijinkan warganya untuk melahirkan lebih dari satu anak, sementara di Rusia, perempuan sebaliknya dibayar untuk memiliki anak lagi.

Sementara, di Chechnya ada yang bernama Pusat Pengembangan Spiritual dan Moral. Di tempat inilah, para pemerintah Checnya mempekerjakan orang dengan pendidikan tinggi. Mereka tidak memukul atau memarahi orang, mereka hanya memperingatkan orang-orang terhadap ekstremisme dan kecanduan narkoba.

Sebaliknya, Ramzan dituduh bahwa ia memerintahkan orang-orangnya untuk menembakkan paintballs pada wanita yang tidak memakai jilbab. “Seseorang ingin menghitamkan saya dengan mengatakan saya berada di belakang serangan paintball,” bantah Ramzan. Faktanya, banyak wanita berjalan di sekitar Grozny hari ini tanpa menutup diri dengan jilbab.

Page 28: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Lalu, apalagi yang dilakukan oleh Ramzan untuk membuat wanita Chechnya mengenakan jilbab? “Saya selalu mengingatkan para perempuan terhadap apa yang telah Allah perintahkan, hal yang sederhana bagi seorang wanita untuk sampai ke surga: dia harus menutupi tubuhnya, rambut dan tangannya, mengenakan rok panjang, shaum, salat, dan setia kepada suaminya. Mimpi saya bahwa semua wanita Chechnya harus memakai jilbab.”

Lantas bagaimana dengan reaksi Moskow? Ternyata, untuk saat ini menjadi merdeka hanya menimbulkan masalah yang banyak. “Saya tidak ingin Chechnya merdeka dari Rusia. Satu-satunya hal yang saya minta dari (Moskow) adalah kebebasan bagi saya untuk memerangi para penjahat. Mereka adalah musuh rakyat dan musuh-musuh Islam,” tegas Ramzan. (sa/newsweek)

Mahalnya Ongkos untuk Merdeka

 

Rusia: Pesawat-pesawat tempur Rusia kembali melancarkan serangan udara. Mereka tidak rela jika wilayah bekas jajahannya memisahkan diri. Ribuan korban menjadi tumbal.

Page 29: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

 

Sungguh tak mudah mewujudkan keinginan Chechnya untuk memisahkan diri dari Rusia. Meski dalam perang saudara--sepanjang tahun 1994 hingga 1996--pejuang Chechen berhasil mempecundangi pasukan Beruang Merah, tetapi hingga kini Moskow belum juga mengakui kemerdekaan Chechnya. Sebalinya, mereka justru bertekad ingin membalas kekalahan tiga tahun silam.

Tentu hal ini tak dapat diterima rakyat Chechnya yang mayoritas memeluk Islam. Pasalnya, selain Moskow dinilai tidak aspiratif, juga dianggap tidak adil dalam hal pembagian keuntungan ekonomi, sehingga Chechnya tertinggal dari bagian Rusia lainnya. Maka, rencana Moskow untuk membalas kekalahan, dan ingin menguasai wilayahnya yang sempat lepas, akan dihadapi oleh pejuang Chechen. “Pasukan Chechen akan mempertahankan Grozny dan tak akan pernah menyerah,” kata Presiden Chechnya Aslan Maskhadov.

Sebaliknya, Rusia berulang-ulang mengisyaratkan bahwa Chechnya masih merupakan bagian dari wilayahnya. Perang mulut ini berlangsung sepanjang Agustus sampai September lalu, hingga meletuslah rangkaian serangan bom pada beberapa apartemem di Moskow. Serangan yang dikomandoi oleh panglima perang Shamil Basayev ini dimaksudkan agar Rusia segera mengakui kemerdekaan Chechnya.

Namun, tuntutan itu tak dipenuhinya. Bahkan, pemerintah Rusia justru mengumumkan hadiah sebesar US$1 juta bagi siapa saja yang bisa membunuh Basayev. Karena, pejuang karismatik itu dianggap telah melakukan teror terhadap penduduk Moskow dan pemerintah Rusia. Tetapi, usaha itu hingga kini tak pernah membuahkan hasil.

Kesal dengan pejuang Chechen yang melakukan taktik perang gerilya, menyusup dan membikin onar dengan meledakkan apartemen, maka sejak pekan lalu Rusia mengumumkan perang terbuka terhadap Chechnya. “Kami ingin mengakhiri pemberontak di Chechnya sekali untuk selamanya sehingga rakyat bisa hidup damai dan tenang,” kata Presiden BorisYeltsin melalui televisi, sesaat sebelum pesawat-pesawat Rusia membombardir Grozny, ibu kota Chechnya, pada Rabu pekan lalu.

Dalam serangan udara yang berlangsung tiga hari berturut-turut, Grozny dihujani puluhan roket. Sedangkan dari darat, pasukan Rusia yang menguasai wilayah perbatasan di kota Mozdok, meluluhlantakkan rumah-rumah penduduk dengan dua rudal penjelajahnya. Akibatnya, 140 orang meninggal dan 260 lainnya luka-luka. Sedangkan pada serangan terakhir, juru bicara militer Chechen, Vakha Ibragimov, melaporkan, tindakan brutal Rusia itu telah mencederai 225 orang dan mengakibatkan tewasanya 112 penduduk sipil tak berdosa.

Lebih dari itu, Rusia yang lebih unggul dalam hal persenjataan terus merangsek mengepung Grozny. Diperkirakan, hingga awal November ini 80% rute yang biasa digunakan untuk keluar dari ibu kota Chechnya telah diblokade oleh serdadu Negeri Tirai Besi. Hal ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Perdana Menteri Rusia Vladimir Alexander Putin.

Page 30: Konspirasi as Dan Rusia Di Chechnya

Itulah sebabnya, Aslan Maskhadov enggan membicarakan penyelesaian damai dengan Putin. Karena, menurut dia, hal itu akan sia-sia mengingat Putin hanya mengenal bahasa kekerasan. “Sia-sia untuk mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Vladimir Putin sebab dia hanya mencoba balas dendam,” kata Maskhadov.

Bahkan, ketika Menlu AS Madeleine Albright mengingatkan bahwa Amerika akan mengambil tindakan atas serangan Rusia terhadap Chechnya, Putin tak ambil peduli. Karena, menurut dia, masalah Chechnya adalah urusan internal Rusia dan Moskow serta akan diselesaikan dengan caranya sendiri.

Menghadapi sikap Putin yang tidak bisa diajak berunding, Maskhadov pun lalu mengirimkan surat kepada Paus Johanes Paulus II agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan serangan Rusia. Karena, jika hal tesebut dibiarkan, maka akan jatuh korban yang semakin banyak. Betapa tidak, dalam kurun waktu dua bulan saja, yakni sejak serangan udara Rusia ke Chechen pada 5 September lalu, sedikitnya telah tewas 3.265 rakyat tak berdosa dan melukai 5.000 lainnya.

Sementara itu, infrastruktur berupa jalan, jembatan, jaringan pipa air minum, banyak yang mengalami rusak berat hingga tak dapat berfungsi lagi. Akibatnya, secara bertahap, penduduk Chechnya pun mulai meninggalkan tanah airnya, menuju lokasi lain di wilayah Kaukasus yang lebih aman. Berdasarkan statistik pemerintah, sedikitnya sudah 190.000 orang mengungsi ke negeri terdekat.

Kenyataan inilah yang membuat negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa perlu mengingatkan Rusia agar menghentikan tindakannya yang keliru itu. Sebagai kumpulan negara yang sangat peduli pada masalah HAM, mereka mengecam serangan Rusia terhadap Chechnya. Dalam pertemuan tingkat tinggi Rusia-Uni Eropa di Helsinki, yang berlangsung pekan lalu, misalnya, delegasi Rusia banyak diserang, dan diminta untuk menghentikan tindakannya yang brutal itu

Masalahnya, maukah Rusia menerima tekanan Amerika, Eropa, atau saran Paus?