Download - KONSEP TERMOREGULASI

Transcript
Page 1: KONSEP TERMOREGULASI

KONSEP TERMOREGULASI

I. DEFINISI

Termoregulasi diartikan sebagai regulasi panas. Termoregulasi

membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Panas diproduksi di dalam

tubuh melalui metabolisme yang merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh.

Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Bila

metabolisme meningkat, panas tamabahan akan diproduksi. Ketika metabolisme

menurun, panas yang diproduksi lebih sedikit.

II. MEKANISME TERMOREGULASI

Organ Pengatur Suhu Tubuh

Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal

sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Hypothalamus terdiri dari :

a. Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas

b. Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas

Mekanisme pengaturan suhu

Kulit –> Reseptor perifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –> Preoptika

hypotalamus –> Nervus eferent –> kehilangan/pembentukan panas

SUMBER PANAS

1. Metabolisme

Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan pembentukan/pemberian

panas tubuh. Pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR)

+ 70 kcal/jam sedang pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%.

2. Bila dalam keadaan dingin seseorang menggigil maka produksi panas akan

bertambah 5 kalinya.

PELEPASAN PANAS

1. Penguapan (evaporasi)

1

Page 2: KONSEP TERMOREGULASI

Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan melepaskan panas. Walau tidak

berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan dari

permukaan tubuh kita selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat

tidak terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss).

2. Radiasi

Permukaan tubuh : Bila suhu di sekitar lebih panas dari badan akan menerima

panas, bila di sekitar dingin akan melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam

bentuk gelombang elektromagnetik dengan kecepatan seperti cahaya radiasi.

3. Konduksi

Perpindahan panas dari atom ke atom/molekul ke molekul dengan jalan

pemindahan berturut turut dari energi kinetik. Pertukaran panas dari jalan ini dari

tubuh terjadi sedikit sekali (kecuali menyiram dengan air).

4. Konveksi

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.

Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

PENGATURAN SUHU TUBUH PADA KEADAAN DINGIN

Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu :

1. Secara fisik (prinsip-prinsi ilmu alam), yaitu pengaturan atau reaksi yang terdiri dari

perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion) –> erector villi

2. Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme.

Pengaturan secara fisik dilakukan dengan dua cara :

1. Vasokontriksi pembuluh darah (cutaneus vasocontriction)

Pada reaksi dingin aliran darah pada jari-jari ini bisa berkurang + 1% dari pada

dalam keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme vasokontriksi maka panas

yang keluar dikurangi atau penambahan isolator yang sama dengan memakai 1

rangkap pakaian lagi.

2. Limit blood flow slufts (Perubahan aliran darah)

Pada prinsifnya yaitu panas/temperature inti tubuh terutama akan lebih dihemat

(dipertahankan) bila seluruh anggota badan didinginkan

Pengaturan secara kimia

Pada keadaan dingin, penambahan panas dengan metabolisme akan terjadi baik

secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan cara menggigil. 2

Page 3: KONSEP TERMOREGULASI

Menggigil adalah kontraksi otot secara kuat dan lalu lemah bergantian, secara sinkron

terjadi kontraksi pada kelompok-kelompok kecil motor unit alau seluruh otot. Pada

menggigil kadang terjadi kontraksi secara simultan sehingga seluruh badan kaku dan

terjadi spasme. Menggigil efektif untuk pembentukan panas, dengan menggigil pada

suhu 5 derajat Celcius selama 60 menit produksi panas meningkat 2 kali dari basal,

dengan batas maksimal 5 kali.

PENGATURAN SUHU TUBUH DALAM KEADAAN PANAS

1. Fisik

• Penambahan aliran darah permukaan tubuh

• Terjadi aliran darah maksimum pada anggota badan

• Perubahan (shift) dari venous return ke vena permukaan

Proses ini terutama efektif pada keadaan temperatur kurang/dibawah 34 derajat

Celcius.

2. Keringat

• Pada temperatur diatas 340 C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan

radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme

panas yang dipakai dalam keadaan ini dengan cara penguapan (evaporasi).

• Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara periodik memompa

tetesan cairan keringat dari lumen permukaan kulit merupakan mekanisme

pendingin yang paling efektif.

FISIOLOGI TERKAIT DENGAN MEKANISME PENGATURAN SUHU

Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah

hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)

berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.

Hipotalamus posterior (PH/POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,

menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,

meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine

serta meningkatkan basal metabolisme rate.

Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme

homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back

negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).

Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke area preoptic 3

Page 4: KONSEP TERMOREGULASI

dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretori hipotalamus yang

menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.

Hipotalamus menyalurkan impuls saraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya

merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid

stimulating hormon). Impuls syaraf di hipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan

beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan

suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :

Impuls saraf dari pusat peningkatan panas merangsang saraf simpatis yang

menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi

menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal

ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh

internal meningkatkan reaksi metabolik melanjutkan untuk produksi panas.

Impuls saraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang

pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,

menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi

panas.

Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot

dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-

ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh

dapat meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit.

Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon

tiroid ke dalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan

meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.

Jika suhu tubuh meningkat di atas normal maka putaran mekanisme feed back

negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah

merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls saraf ke area preoptic, dimana

sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan

panas. Impuls saraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah

di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi

dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih

hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate

berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar

keringat kulit melalui aktivasi saraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui

permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas

dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.4

Page 5: KONSEP TERMOREGULASI

Menurut Myers, 2006, mengatakan keseimbangan termoregulasi dicapai

dengan diikuti oleh mekanisme di dalam regio anterior hipotalamus/preoptic area yang

termosensitif. Neuron-neuron yang sensitif terhadap dingin terlebih dahulu kembali ke

homeostasis ketika suhu tubuh kembali normal mengintegrasikan input sensori.

Kemudian memicu efektor untuk memproduksi metabolisme panas, vasokonstriksi,

menggigil dan respon lainnya. Di sisi lain, untuk mengaktifkan kehilangan panas,

neuron-neuron yang sensitif terhadap panas merangsang efektor untuk mengalami

dilatasi, bernapas pendek dan cepat, berkurangnya metabolisme rate, dan mengambat

efektor untuk penghasil panas. Walaupun temperatur sirkulasi darah dalam

hipotalamus berpartisipasi dalam mekanisme kontrol umpan balik terhadap sistem

sensor-efektor, reseptor di kulit memberikan tanda kritis termal melalui serabut afferent

ke AP/POA.

Skema Mekanisme Feedback Negatif

Stimulus yang mengganggu homeostasis

menurun

Suhu tubuh

Reseptor :

Kulit, membran mukosa dan Hipotalamus

Pusat pengaturan:

Preoptic area, pusat peningkatan suhu tubuh,

Sel neurosekretory di hiptalamus dan

Thyrotrope di anterior kelenjar pituitary

Efektor:5

Kembali ke homeostasis ketika suhu tubuh kembali normal

Page 6: KONSEP TERMOREGULASI

- Vasokonstriksi pembuluh darah menurunkan

kehilangan panas melalui kulit

- Medulla adrenal melepaskan hormon yang

dapat meningkatkan metabolisme sel

- Kontraksi otot skeletal: menimbulkan menggigil

- Kelenjar thyroid melepaskan hormon tiroid yang

meningkatkan metabolisme rate

Meningkatnya suhu tubuh

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERMOREGULASI

a. Usia

Pada bayi, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat

berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Regulasi suhu

tidak stabil sampai anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun

secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia

mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Namun,

rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 C. lansia terutama sensitive

terhadap suhu yang ekstrem karena kemuduran mekanisme kontrol, terutama

pada kontrol vasomotor (kontrol vasokontriksi dan vasodilatasi), penurunan

jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan penurunan

metabolisme.

b. Olahraga/aktivitas

Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan

karbohidat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan

produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas

akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Aktivitas selain merangsang peningkatan

laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang

menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu

tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

c. Jenis kelamin

Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar

dibandingkan pria. Hal ini berkaitan dengan variasi hormonal pada siklus

menstruasi dan masa subur dimana melibatkan hormon progesteron.6

Page 7: KONSEP TERMOREGULASI

d. Irama sirkadian

Suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Pola suhu tidak secara

otomatis berubah pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang

hari.

e. Stress

Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal

dan persarafan. Peruban fisiologi tersebut yang kemudian akan meningkatkan

suhu tubuh.

f. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap suhu tubuh seseorang. Hal ini berkaitan

dengan regulasi suhu tubuh melalui pelepasan panas sehingga suhu tubuh

dapat meningkat atau menurun. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran

dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat

lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat

mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan

lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

g. Kerusakan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat

menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.

Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat

merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar

keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu

tubuh terganggu.

h. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi

dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.

Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju

metabolisme.

i. Hormon pertumbuhan

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan

kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh

juga meningkat.

j. Hormon tiroid

7

Page 8: KONSEP TERMOREGULASI

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia

dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju

metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

k. Hormon kelamin

Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-

kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.

Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena

pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu

tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

l. Demam (peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan

metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

m. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 –

30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang

dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang

mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).

Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah

mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,

dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan

jaringan yang lain.

IV. GANGGUAN TERMOREGULASI : HIPERTEMI DAN HIPOTERMI

Gangguan termoregulasi adalah terganggunya fungsi pengaturan suhu tubuh

yang akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan suhu tubuh. Manifestasi dari

gangguan suhu tubuh dapat berupa hipertermi (demam) dan hipotermi.

HIPERTERMIA

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan

produksi panas. Hal ini merupakan respon tubuh terhadap lingkungan yang panas

dengan cara meningkatkan pengeluaran panas melalui peningkatan produksi keringat.

Terjadi peningkatan kecepatan metabolik dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh,

8

Page 9: KONSEP TERMOREGULASI

dan sebaliknya (Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

kecepatan metabolik).

DEMAM

Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh

normal. Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan

adalah pireksia atau febris. Apabila suhu tubuh sangat tinggi (mencapai sekitar 40°C),

demam disebut hipertermi. Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat

bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat

menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga

menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan

protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik atau

pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam

selama keadaan sakit.

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada

fase demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-

tanda ini muncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme

pengaturan suhu tubuh.

MEKANISME DEMAM

Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak

mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas,

yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal (Potter dan Perry, 2005).

Demam adalah peningkatan titik patokan (set-point) suhu di hipotalamus.

Dengan meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk

mningkatkan suhu tubuh. Tubuh berespons dengan menggigil dan meningkatkan

metabolisme basal.

Demam timbul sebagai respons terhadap pembentukan interleukin-1, yang

disebut pirogen endogen.

Interleukin-1 dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag, dan sel-sel yang

mengalami cedera.

Interlekin-1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan

prostaglandin yang merangsang hipotalamus.

Fase-fase Terjadinya Demam9

Page 10: KONSEP TERMOREGULASI

Fase I : Awal (awitan dingin atau menggigil)

Peningkatan denyut jantung

Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

Merasakan sensasi dingin

Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

Rambut kulit berdiri

Pengeluaran keringat berlebihan

Peningkatan suhu tubuh

Fase II : Proses demam

Proses menggigil lenyap

Kulit terasa hangat / panas

Merasa tidak panas atau dingin

Peningkatan nadi dan laju pernafasan

Peningkatan rasa haus

Dehidrasi ringan hingga berat

Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

Lesi mulut herpetik

Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )

Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme

protein

Fase III : Pemulihan

Kulit tampak merah dan hangat

Berkeringat

Menggigil ringan

Kemungkinan mengalami dehidrasi

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia

bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang

akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan

(kerja) sel T dan B terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secara

umum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahan

anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan

10

Page 11: KONSEP TERMOREGULASI

keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa

metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.

Pola demam

Terus menerus Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1 C sampai 2 C

Intermitten Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal paling sedikit sekali dalam 24 jam

Remitten Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal

Relaps Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam

HIPOTERMIA

Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap

dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. Hal ini merupakan

respon tubuh terhadap lingkungan yang dingin dengan adanya mekanisme yang bertujuan

mencegah terjadinya kehilangan panas dan meningkatkan produksi panas dengan cara:

- Kontraksi otot

- Vasikonstriksi perifer

- Peningkatan frekuensi jantung

- Dilatasi pembuluh darah di bagian otot

- Menggigil dan vasodilatasi

- Pengeluaran hormone tiroksin dan kortikosteroid

Hipotermia berat dapat menyebabkan terjadinya disritmia jantung yang mengancam

kehidupan dan harus dirujuk kepada dokter. Hipotermia (suhu inti < 350C) pada periode

pasca operasi memiliki beberapa efek negatif yang ditemukan ( penurunan fungsi

miokardial dan serebral, asidosis respiratorik, gangguan hematologis, dan gangguan

imunologis, dan dieresis dingin) tanpa adanya penghangatan kembali yang aman dan

efektif. Hipotermia juga dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan berkontribusi

pada terjadinya syok.

11

Page 12: KONSEP TERMOREGULASI

Klasifikasi hipotermia

Klasifikasi Celcius Fahrenheit

Ringan 33 – 360 91,4 – 96,80

Sedang 30 – 330 86,0 – 91,40

Berat 27 – 300 80,6 – 86,00

Sangat berat < 300 < 80,60

PERTIMBANGAN PEDIATRIK

Hampir setiap anak kadang-kadang mengalami demam( 37,80C - 400C). Anak yang

normal tidak akan mengalami gangguan dengan adanya demam; hanya kira-kira 4%

anak febril mudah terkena kejang. Anak di bawah usia 18 tahun dengan demam

yang disertai gejala flu jangan pernah diberikan aspirin karena aka beresiko

menimbulkan sindrom reye yang berpotensi fatal.

Bayi baru lahir sangat rentan mengalami kehilangan panas karena :

- Luas permukaan tubuh yang relative lebih besar dari massa tubuh

- Peningkatan kecepatan metabolism basal.

- Kurangnya jaringan adipose sebagai pelindung.

- Berbagai kondisi lingkungan (ruang pelahiran,ruang perawatan bayi).

Termogenesis non memnggigil merupakan mekanisme produksi panas yang terletak

di lemak cokelat (jaringan adipose yang kaya pembuluh darah), yang hanya

ditemukan pada bayi. Pada saat suhu kulit mulai mengalami penurunan, beberapa

reseptor suhu mentransmisikan impuls pada susunan saraf pusat. Berikut

merupakan rangkaian yang menggambarkan mekanisme tersebut : susunan saraf

pusat → menstimulasi susunan saraf simpatis → pelepasan norepinefrin dari

kelenjar adrenal dan pada ujung saraf daerah lemak cokelat → produksi panas

Pertolongan pertama untuk mengatasi demam

Pertolongan pertama untuk demam yang sering dilakukan adalah dengan cara melakukan

kompres. Kompres demam bisa menggunakan air dingin ataupun air hangat.

12

Page 13: KONSEP TERMOREGULASI

a. Kompres air hangat dilakukan dengan cara membasahi sapu tangan kecil dengan

air hangat bersuhu sekitar 30ºC. Biasanya dilakukan di dahi, tapi bisa juga

dilakukan di seluruh bagian tubuh. Ketika kita melakukan kompres hangat,

pendinginan terjadi saat air menguap melalui permukaan kulit, karena efek

pelebaran pelmbuluh darah dari air hangat meningkatkan kecepatan pemindahan

panas ke kulit, sehingga suhu tubuh akan lebih cepat turun. Selain itu, tubuh anak

akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otaknya, supaya suhu

tubuhnya tidak terlalu panas. Kompres air hangat dilakukan jika suhu tubuh

mencapai > 38,5 derajat Celsius.

b. Kompres dingin dilakukan dengan membasahi handuk kecil atau sapu tangan

dengan air dingin dan biasanya diusapkan di dahi dan semua bagian tubuh.

Walaupun tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh, tetapi efeknya dari air dingin

tidak signifikan, karena air dingin tidak bisa melebarkan pembuluh darah untuk

mengeluarkan panas jika tubuh dikompres

es atau air dingin, suhunya tidak menurun, malahan akan semakin tinggi. Hal Ini

terjadi karena mekanisme tubuh yang sedemikian rupa, di mana jika kondisi di luar

dingin, maka tubuh akan menginterpretasikan kalau

dirinya kurang panas. Hal ini akan berakibat pada peningkatan suhu tubuh. Selain

itu, efek dingin dapat membuat pembuluh darah di permukaan kulit menjadi

mengecil. Akibatnya panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit

terhalang karena jalannya terhambat. Kompres dingin juga

bisa membuat pusat pengaturan panas dalam tubuh menjadi kacau.

Saraf-saraf yang digunakan untuk melihat atau memantau suasana di luar

tubuh menangkap kesan bahwa suhu lingkungan dingin sehingga tubuh pun akan

bertambah panas.

Menurut beberapa penelitian, dengan kompres saja tidak efektif untuk

menurunkan demam karena lama kerja kompres hanya sekitar 15 – 30 menit dan

mekanisme kompres hanya bersifat lokal dan sementara, sedangkan set – point

hipothalamus tetap sama. Kompres dianjurkan hanya sebagai pelengkap obat penurun

panas.

V. MEKANISME GANGGUAN TERMOREGULASI13

Page 14: KONSEP TERMOREGULASI

PATOFISIOLOGI BERKAITAN DENGAN MEKANISME PENGATURAN SUHU

Mekanisme pengaturan suhu juga dapat terpengaruh bila ada pirogen yang

mempengaruhi hipotalamus, sehingga mempengaruhi set point temperature. Set point

temperature tubuh manusia akan meningkat, maka tubuh akan melakukan

mekanisme peningkatan suhu. Adanya pirogen seperti infeksi, toksin atau mediator

inflamasi merangsang keluarnya monosit, makrofag atau sel endothelial yang akan

melepaskan pirogen cytokines-IL –1, TNF, IL-6 dan IFN. Komponen tersebut

merangsang hipotalamus anterior yang akan mengakibatkan peningkatan

termoregulator dari set point. Gejala yang ditimbulkan berupa produksi panas atau

mempertahankan panas yang menyebabkan demam. Mekanisme demam dimulai

dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau

pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan

limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil

pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang

disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika sampai di

hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature

tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan

prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang

selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Berikut

dibawah ini merupakan mekanisme terjadinya demam.

Patofisiologi Demam

Agen infeksius/Toksin/Mediator inflamasi (Pyrogens)

merangsang14

Page 15: KONSEP TERMOREGULASI

Monosit/ Makrofag/Sel Endothelial/tipe sel lain

melepas

Pyrogenic cytokines-IL - 1, TNF, IL - 6, IFNs

merangsang

Anterior hypothalamus (Mediated by PGE2)

(Antipyretics/ NSAIDs act here)

menghasilkan

Elevated thermoregulatory set point

menyebabkan

peningkatan konservasi panas

(Vasokonstriksi/perubahan perilaku)

Peningkatan produksi panas

(kontraksi otot involunter)

menghasilkan

Demam

VI. PROSES KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TERMOREGULASI

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Kaji riwayat kesehatan klien terhadap penyakit dahulu seperti adanya

penyakit infeksi

2. Kaji tingkat aktivitas harian klien

3. Pantau status nutrisi klien apakah dalam kondisi malnutrisi dan kaji pula

intake nutrisi klien.

4. Kaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan suhu klien; usia,

jenis kelamin, suhu lingkungan.

5. Kaji status neurology klien

6. Kaji tanda-tanda vital terkait dengan peningkatan suhu: pernapasan dan nadi

7. Kaji status keseimbangan cairan dan elektrolit klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan pakaian tidak

sesuai, cedera sistem saraf pusat,paparan terhadap lingkungan (panas atau

dingin), kerusakan sistem termoregulasi.

2. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas, perubahan

fisiologis penuaan, cidera SSP, suhu lingkungan.

15

Page 16: KONSEP TERMOREGULASI

3. Hipotermia yang berhubungan dengan penurunan kecepatan metabolik,

pakaian tidak adekuat, paparan terhadap lingkungan dingin, ketidakmampuan

untuk menggigil, konsumsi obat atau alkohol, inaktivitas, penuaan.

4. Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolik, pakaian

tidak sesuai, paparan terhadap lingkungan yang panas, tidak dapat

berkeringat, medikasi, akitivitas banyak dan berat, proses infeksi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Monitor tanda-tanda vital : suhu, nadi dan pernapasan pada interval yang

teratur

2. Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit klien

3. Kaji penyebab timbulnya perubahan suhu pada klien

4. Berikan intake cairan adekuat 2000-3000 cc/ 24 jam

5. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

6. Ciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadi pertukaran udara yang

adekuat

7. Kolaborasi medik untuk pemberian terapi antipiretika

8. Beri kompres pada klien dengan suhu diatas 380C

9. Atasi faktor penyebab timbulnya perubahan suhu klien

KONSEP DASAR TERMOREGULASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Program Profesi Ners Bagian Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Novie Puspitasari 22011209005116

Page 17: KONSEP TERMOREGULASI

Erlena 220112090030

Tismawati 220112090000

Apriani Purnama Alam 220112090041

Vera Agustina R.S. 220112090037

Meilina Clara T. 220112090028

Lia Nurliani 220112090036

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII

BIDANG KEPERAWATAN ANAK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2009

17