i
KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB
RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID
ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ATIK ZAKIYAH
NIM: 111 11 116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1437 H/2017 M
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan,
belajar dengan penuh keikhlasan,
istiqomah dalam menghadapi cobaan
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang
lain karena hidup hanya sekali. Ingat
hanya pada Allah apapun dan dimanapun
kita berada, kepada Dialah tempat
meminta dan memohon
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb,
maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:
Allah SWT dan Rasullah SAW, sebagai sedikit bukti pengabdian hamba
kepada agama-Mu yakni al Din al Islam.
Mamak dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat,
nasehat, dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
Adek-adekku (dek Rani, dek Nova, dek Aziz, dek Ririn, dek Azzam) yang
telah dan selalu memberi semangat, motivasi sampai penulis menyusun
skripsi ini.
Syaikh Murobbi Rukhina Romo Kyai As‟ad Haris Nasution Fatkurrohman,
Ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi dan Ibunda Nyai Chusnul Chalimah
beserta seluruh ahlul bait beliau yang senantiasa dengan tulus ikhlas mendidik
kerohanianku dan motivasi spiritual hingga sekarang.
Teman-temanku pondok pesantren putri Al-Manar (Mbk khoir, Mbk Umi,
Mbk Nur, Mbk Rif‟a, Mbk Dita, Mbk Latifah, Mbk Wiwik, Mbk Ummah,
Mbk Navisah ) yang tidak pernah henti-hentinya mendukung aku sampai
skripsi ini terselesaikan.
Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih
Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca
viii
skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi
penulis.
Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah
ku dari SD, MTS, hingga MA yang telah memberiku lahan ilmu dan
wawasan.
Teruntuk calon imamku, terima kasih telah mendukung dan menunggu
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرمحن الرحيماحلمد هلل الذي أوضح الطريق للطالبني، وسهل منهج السعادة للمتقني، وبصر بصائر ادلصدقني بسائر احلكم واألحكام يف الدين، ومنحهم أسرار اإلميان وأنوار اإلحسان واليقني، وأشهد أن آل إلو إل هللا وحده ل شريك لو ادللك احلق ادلبني، وأشهد أن
را ي فقهو يف سيدان حممدا عبده ورسولو الصادق الوعد المني، القائل من يرد هللا بو خي . الدين، ل هللا عليو وعل لو وأ حابو والتابعني، ذلم حسان إإ يوم الدين
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah
„Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari
sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan
kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para
umatnya (nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan
membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Rovi‟in M.Ag. Selaku pembimbing yang telah membimbing
dalam penulisan skripsi ini.
x
xi
ABSTRAK
Atik Zakiyah. 2016. Konsep Menuntut Ilmu Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah
Karya Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad.Skripsi. JurusanPendidikan
Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.
Kata kunci: Konsep Menuntut Ilmu
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang
terkenal. Salah satu kitabnya adalah Risalatul Mu’awanah, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahuibagaimanapendidikan menuntut ilmub menurut
Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah
pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul
Mu’awanah? (2) Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab
Risalatul Mu’awanah? (3) Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab
Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber
sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-
kitabdanbuku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun
teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis, content analysis dan
reflektif thinking.
Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep menuntut ilmu yang
ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk
merubah para pelajar yang saat ini masih menuntut ilmu menjadi pribadi yang
mempunyai ilmu yang baik dan manfaat. Model menuntut ilmu dalam kitab
Risalatul Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh
dengan Al-Qur‟an dan Hadis. Di setiap babnya terdapat uraian-uraian tentang
kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang
cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap uraiannya disertakan dasar-
dasar (dalil-dalilnya). Dengan demikian, bagi siapa saja yang mempelajarinya
pasti akan menjadi lebih yakin, mantap dan termotivasi untuk melaksanakannya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LOGO IAIN .................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN .................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ................................................................ 1
B. RumusanMasalah ........................................................................ 5
C. TujuanPenelitian ......................................................................... 5
D. KegunaanPenelitian..................................................................... 5
E. PenegasanIstilah .......................................................................... 6
F. MetodePenelitian......................................................................... 8
G. SistematikaPenulisan................................................................... 9
BAB II BIOGRAFI SAYYID ABDULLAH BIN ALWI
AL-HADDAD
A. RiwayatHidupSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ................ 11
B. Pemerintah Masa Kehidupan Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad
..................................................................................................... 18
C. Madzhab Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ....................... 19
D. Guru-Guru Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad .................... 20
xiii
E. Karya-karyaSayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ................... 24
F. Bidang Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah ................................. 30
G. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ...................... 32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-
HADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU
A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad Tentang Konsep
Menuntut Ilmu di Dalam Kitab Risalatul Mua’wanah ............... 48
1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 49
2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 51
3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 55
B. PengertianKonsep Dalam Menuntut Ilmu ................................... 59
C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu ...................................... 60
D. Pengertian Menuntut Ilmu........................................................... 62
E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu ................................................. 63
F. Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................. 67
G. Tujuan Menuntut Ilmu ............................................................... 68
BAB IV ANALISIS RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB
RISALATUL MU’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah .............. 70
B. Metode yang Digunakan Dalam Menuntut Ilmu ........................ 73
C. Konsep Menuntut Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah Dalam Kontek
Kehidupan Sehari-Hari................................................................ 76
1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 77
2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 79
3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 88
B. Saran ............................................................................................ 90
C. Implikasi Penelitian ..................................................................... 91
D. Kata Penutup ............................................................................... 93
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbekal dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib,
sunnah dan haram.Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara
melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana
cara menjahui keharamaan. Karena begitu besar peran ilmu, maka diwajibkan
menurut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat
memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ilmu yang wajib dituntut oleh
setiap muslim, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ketentuan yang
diwajibkan oleh Allah SWT. dan keharaman yang diharamkan-Nya. (Al-
Haddad, 2007:83).
Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk di bangku
sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti oleh mereka.
Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku orang-orang
yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan. Kemerosotan ilmu pada
anak-anak saat ini dapat dilihat dengan banyaknya tawuran, mabuk,
membolos, berani dan durhaka kepada orang tua, bahkan sampai membunuh.
(Jawa Pos, 2014: 1). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada
cara untuk membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang
buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang
2
buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk
melakukan perbuatan yang buruk.
Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak-kanak,
remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa,
menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk
menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun
secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan
perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga
agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).
Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya
dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang menuntut ilmu. Supaya
mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk
seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi
pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki ilmu yang baik dan berguna,
menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.
Menuntut ilmu merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam,
posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur‟an sebagai referensi paling penting
tentang ilmu bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat.
Ilmu merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan
serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Ilmu merupakan alat
kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa ilmu,
masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier,
2008: 89).
3
Dengan bekal menuntut ilmu, seseorang dapat mengetahui batas mana
yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai
dengan tempatnya. Orang yang berilmu dapat memperoleh irsyad, taufik, dan
hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup
oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup
bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan
selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).
Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan ilmu secara
mendalam adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Dia adalah seorang
guru besar dalam bidang menuntut ilmu, baik ilmudhahir (lahir) maupun
bathin (batin).
Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur
di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu
adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh
Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja.
Rasulullah SAW bersabda:
(رواه البيهق ). ل العلم ري عل ل مسلم Artinya :“Menuntutilmuituwajibatassemua orang Islam”. (HR. BaihaqidariAnas).
Sayyid Abdullah Al-Haddadberkata: "Kami telah melaksanakan
segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”.
Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, Syyaid AbdullahAl-Haddadpada
akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahu, karena rambut
Rasulullah SAW adalah demikian.
4
(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-
alwi-al.html).
Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik ilmu, Sayyid
Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif
dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karya dari Sayyid Abdullah
bin Alwi Al-Haddad banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di
Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab
Risalatul Mu’awanah. Kitab ini tergolong sangat praktis, di dalamnya
terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan akhlak yang disertai dengan dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang
bisa dijadikan sebagai acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa
(pelajar).
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali konsep
menuntut ilmu yang terdapat dalam kitabRisalatul Mu’awanah,yang memuat
ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tentang
tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju
kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis
memberi judul: KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB
RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI
AL-HADDAD. Penulis akan berusaha mengulas konsep menuntut ilmu yang
ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan
referensi dalam pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat
umum.
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddaddalam
kitab Risalatul mu’awanah?
2. Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab
Risalatul Mu’awanah?
3. Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul
Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab
Risalatul Mu’awanah.
2. Mengetahui bagaimanakah Konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam
kitab Risalatul Mu’awanah.
3. Mengetahui relevansi Konsep Menuntut Ilmu dalam kitab Risalatul
Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
D. KegunaanPenelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitianini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis
bagi dunia pendidikan dalam menuntut ilmu.
6
2. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
E. PenegasanIstilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Konsep Menuntut Ilmu
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang
ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memehami hal-
hal lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2007:588). Selain pengertian
tersebut ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah pokok pertama
yang mendasari keseluruhan pemikiran. (Ensiklopedi indonesia,
1991:1856). Dengan demikian sebuah konsep akan membingkai atau
menyusun sebuah penjelasan tentang suatu hal atau perkara yang di teliti.
Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan
supaya dipenuhi).(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:589).
Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya
tidak tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada
sebelum perkataan dan perbuatan karena ilmu merupakan pembenar niat,
7
sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar. (Al-
Jaza‟iri, tt: 223).
Dengan demikian menuntut ilmu adalah sesuatu yang dianggap
baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang
supaya mencapai ilmu yang baik dan benar, serta menjadikannya sebagai
suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Risalatul Mu’awanah
Ini adalah kitab yang ditulis oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad pada abad ke-12 Hijriyah. Ketika ia masih berumur 26 tahun.
Arti kitab ini mempunyaipengertian ringkasan pertolongan bagi orang-
orang mukmin yang cinta bersikap menuju jalan akhirat. Sebagaimana
judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai mau’idloh (nasehat)
tentang tata cara dan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh setiap
orang mukmin yang mengharapkan kebahagian di dunia dan akhirat.
Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap
pengarang (ta’rif al-muallif), kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan
bab satu, dua, tiga sampai 38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat
al-rohaniah (wasiat yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. yang
diturunkan melalui beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang
shahih, yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,dan fahrasat (daftar isi).
8
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif
Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
angka secara langsung.Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam Kitab Risalatul Mu’awanah dan relevansinya
dengan kehidupan kontemporer.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian
kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari
perpustakaan dan dokumentasi dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-
buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga
sumber:
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu: kitab Risalatul Mu’awanah.
b. Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung
untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan kitab Risalatul
Mu’awanah, buku-buku dan media elektronik seperti internet, yang
mendukung objek penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua
metode yaitu:
9
a. Metode Content Analysis
Metode Content Analysis (analisis isi)menurutWeber
sebagaimana yang dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang
berjudul:Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:
“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis
akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung
dalam ulasan-ulsan kitab Risalatul Mu’awanah dan kaiatanya
dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b. Metode Reflektif Thinking
Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya
mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi
yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak
yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama
dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru
yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67). Metode ini digunakan
untuk melihat relevansi antara kitab Risalatul Mu’awanah dan nilai-
nilai pendidikan akhlak kontemporer.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika
penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.Hal ini bertujuan agar
10
tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi
ini.Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Penegasan Penelitian, Metode Penelitian, dan sistematika Penulisan sebagai
gambaran awal dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Syaiid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad dalam kitab Risalatul Al mua’wanah menguraikan tentang: Biografi
Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat
kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanankarirnya. Selain itu dalam bab
ini juga membahas perkembangan intelektualdan karya-karyanya serta
pemikiran-pemikirannya dalam kitab Risalatul Almu’awanah.
Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad tentang konsep menuntut ilmu.
Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran,
relevansi pemikiran, dan implikasi.
Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi
penelitian, dan kata penutup.
11
BAB II
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-
HADDAD
A. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
1. Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada malam
senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair
(sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman).
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid
Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang
shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-Arifin (ma‟rifat) dengan
Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang
juga dikenal sebagai seorang wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994:
39-40).
Nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersambung kepada
kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui jalur
Sayyiduna Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali
bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari
Rasulullah SAW.
Urutan nasabSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang hingga
sampai kepada Nabi Muhammad SAW dapat dilihat pada bagan sebagai
berikut:
12
Sayyiduna Muhammad
SAW
Sayyidatuna Khatijah Al-
Kubro RA
Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA
Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA
Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir
Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib
Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy
Ubaidillah Alwi Ba‟lawi Shohib Saml
Alwi Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath
Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam
Ahmad Al-Faqih Abdullah
Ahmad Muhammad
Abu Bakar Ahmad Al-Haddad
Muhammad Alwi
Abdullah Ahmad
Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad
Syarifah Salma binti Idrus
Al-Imam Al-„Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, Al-
Hadlromiy, Asy-Syafi‟i, Al-Asy‟ari.
13
Demikianlah runtunan nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur
Sayyiduna Al-Husain RA.(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-
alwi-al-haddad/).
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tinggal disebuah tempat
bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan
dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid
Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut)
berkata: ”Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-
Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya
dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada
pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan
tempat yang strategis untuk mendapatkan segala yang baik daripada
Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari
tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat
lagi dihormati.
Sayyid Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi
pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099
H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan
mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan
senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam Jum‟at selepas salat
isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan
kepada para ulama‟, dan orang-orang shaleh, serta tempat perlindungan
14
bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan
tenteram.
2. Ketekunan Ibadah Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad
Pada tahun 1079 H, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah
berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah,
ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia
tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Sayyid Abdullah Al-Haddad
menceritakan keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Sayyid
Abdullah berkata:“Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku
mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang
pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang
kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan
Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”.
(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).
Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai
penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya.Ketika Sayyid
Abdullah Al-Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia didatangi
oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a kepadanya agar
permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa memberitahu apakah
hajatnya itu), maka Sayyid Abdullah Al-Haddad mendo‟akan untuknya.
Ketika Syarif Barakaat pergi, Sayyid Abdullah Al-Haddad bertanya:
Siapakah dia itu? ia diberitahu kalau dia adalah salah seorang yang besar
di Makkah. Lalu Sayyid Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi
15
raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”.
Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H.
(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).
Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan
masuknya waktu salat fajar, Sayyid Abdullah Al-Haddad telah di pelawa
untuk menjadi imam pada shalat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia
membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.
Sayyid Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya
menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia
tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit
sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia
mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:
دلا خالل األرواا من خال احل * يلذ لنا أن ل يلذ لنا الكرى Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak
meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu
dengan ruh”.
Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah,
ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang
bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:
مشمنا شذى يزري بعرف العنرب * لما بلغ نا ي ب ورب وعه ا ولا السنا من خري ل ادلقابر * وأشرقت األنوار من ل جان
باا علينا ابلسعادة سا ر* مع الفجر و لنا وا ينا ادلدين اب من Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau
sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar.Cahaya menyinari
segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik
16
manusia.Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah,
sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.
Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak
tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang
demikian itu adalah untuk meneladani amalan RasulullahSAW yang
diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali
sedikit saja. Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk
shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al-
Muzammil:1-2). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan
malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika
waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S. Adz-
Dzariyat: 17). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: "Kami telah
melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah pun yang
kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau
pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya sehingga sampai pada
bahunya, Karena rambut Rasulullah SAW adalah
demikian.(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-
abdullah-bin-alwi-al.html)
17
3. Peristiwa Wafat Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk
menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam
kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat
asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan
orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut
mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah
dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at.
Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai
akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul-qo‟dah 1132 H / 10 September 1712
M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya,
Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid,
karya dan nama harum di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia
dimakamkan. (Al-Badawi, 1994: 171-172).
Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit.
Sayyid Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-
Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam
Shahih Al-Bukhari, yaitu:
ثقيلتان يف الميزان، حبيب تان إإ الرمحن، ها لمتان خفيفتان عل اللسان، .سبحان اا و مده، سبحان اا الع يم
Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh
Yang maha Pengasih yaitu: سبحان اا الع يم , سبحان اا و مده .
Sayyid Abdullah Al-Haddad meninggal dunia pada 1/3 malam
yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita kewafatannya
18
kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai
pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri
pemakamannya.
Sayyid Hasan (putranya) dan Sayyid Umar bin Hamid adalah
orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah diimamkan oleh
Sayyid Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu
(20.000) orang. Sayyid Abdullah Al-Haddad dimakamkan bersamaan
dengan terbenamnya matahari, oleh karena terlalu ramai manusia yang
mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi, 1994: 173).
B. Pemerintahan Masa Kehidupan Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
(1044-1132 H/ 1634-1720 M)
Sayyid Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki Usmani,
yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman yang pada
waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Sayyid Abdullah Al-Haddad
melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan, mereka adalah:
1. Sultan Murad IV (1623-1640 M).
2. Sultan Ibrahim (1640-1648 M).
3. Sultan Muhammad IV (1648-1678 M).
4. Sultan Sulaiman II (1678-1691 M).
5. Sultan Ahmad II (1691-1695 M).
6. Sultan Musthofa II (1695-1703 M).
7. Sultan Ahmad III (1703-1730 M).
19
Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini,
menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode kemunduran,
keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami masa stagnan. Pada
masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman, sedang Portugis telah
menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai. Ekspansi Islam pun sudah
berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut mengalami periode kehancuran.
Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan
oleh kelompok Qasimi Zaydiyah dari Yaman Utara. Kaum Hadrami
mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1715 Hijriyyah, saat
Sayyid Abdullah berusia 81 tahun. (http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-
turki -usmani.html).
C. Madzhab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai
salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut aqidah Sunni
Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Sayyid Abdullah sangat
memahami kitab-kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai-sampai yang dahulu
adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh
Bajubair, dimana Sayyid Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada
Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab
Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair.
Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama
berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah berada di
Hadlramaut ia belajar kitab Ihya ‘Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali kepada
20
Sayyid Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu
Sayyid Abdullah yang diberikan oleh Allah SWT. kepadanya.
D. Guru-guru Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan
keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Sayyid Alwi
bin Muhammad Al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin
Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri
untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga
berjaya mendahului rekan-rekannya.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu.
Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling
ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin (orang-orang yang
saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah
dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Sayyid Abdullah melebihi 140
guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru-gurunya itu. Di
antara guru-guru dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah sebagai
berikut:
1. Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin „Aqil bin
Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman
Asseqaf (wafat: 1072 H),
2. Al-„Allamah Sayyid Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid Ba'Alawy
(wafat: 1068 H),
3. Al-„Allamah Sayyid Sahl bin Ahmad BaHasan Al-Hudaily Ba'Alawy,
21
4. Al-„Allamah Sayyid „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin
„Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman
Asseqaf,
5. Al-Mukarromah Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad
bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah
(1002–1071 H).
6. Syaikh Sayyid Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar
bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,
7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
8. Sayyid Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh
Abu Bakar bin Salim,
9. Sayyidi Syaikh Sayyid Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin
Muhammad bin Syaikh Al-‟Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob
Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al-
Idrus (1035-1112 H),
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo,
11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat
1071 H).
12. Al-„Arifbillah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki
Dari guru-gurunya itulah Sayyid Abdullah Al-Haddad menerima
banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut
dengan kajiannya yang mendalam di berbagai ilmu keislaman menjadikannya
benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk-beluk syari`at dan
22
hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf,
sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan
harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia. Hingga diakhiri
memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi yang bisa menjadi
wasilah pertolongan). (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-
haddad/).
Sanad keilmuan Sayyid Abdullah Al-Haddad dengan guru-gurunya di
atas, bersambung sampai Rasulullah SAW, dan Rasul sendiri menerimanya
dari Allah SWT. Di sini penulis akan menerakan salah satu mata rantai
keilmuan Sayyid Abdullah yang hingga sampai kepada Allah SWT. Penulis
akan menerakan urutan keilmuannya, yang melalui Al-Quthb Anfas Sayyid
Umar bin Abdurrahman Al-„Athos. Mata rantai keilmuannya adalah sebagai
berikut:
23
Allah ‘Azza wa Jalla
Sayyiduna Muhammad SAW
Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA
Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir
Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib
Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy
Ubaidillah Alwi Shohib Saml
Alwi Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath
Muhammad al Faqih al Muqaddam Ali
Alwi al Ghoyur Ali
Syeikh Abdurrahman As-Seggaf Muhammad Maulah Dawilah
Abdullah Abdurrahman
Salim Ubaidullah
Aqil Abdurrahman
Al-Quthb Anfas Sayyid Umar Al-„Athos
Al-Imam Al-„Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, Al-
Hadlromiy Asy-Syafi‟i Al-Asy‟ari
24
Sayyid Abdullah Al-Haddad adalah seorang da‟i yang menyampaikan
ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis
yang produktif, yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini.
Banyak dari para penuntut ilmu yang datang untuk berguru kepadanya.
Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal
Irsyad( Wali Tertinggi yang memimpin dakwah).
Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Sayyid Abdullah Al-
Haddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah SWT
dan guru-gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di seluruh
penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para murid yang
berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari
Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka datang dengan
tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarrukan
(mencari berkah), memohon do‟a darinya. (http://darulmurtadza.com/imam-
abdullah-bin-alwi-al-haddad/).
E. Karya-karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam berdakwah, Sayyid
Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai salah seorang penulis yang
produktif. Ia mulai menulis ketika berumur 25 tahun dan karya terakhirnya
ditulis pada ketika usianya 86 tahun. Keindahan susunan bahasa serta
mutiara-mutiara nasehat yang terdapat dalam karya-karyanya, menunjukkan
akan keahliannya dalam berbagai ilmu agama. Bukan hanya kaum awam saja
25
yang membaca dan menggemarinya, akan tetapi sebagian ulama‟ pun
menjadikannya sebagai pegangan dalam berdakwah. (Al-Badawi, 1994: 163).
Keistimewaan dari karya-karya Sayyid Abdullah adalah mudah
difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing.
Sehingga buku-bukunya telah dicetak beberapa kali dan sudah diterjemahkan
kedalam beberapa bahasa.
Adapun karya-karya Sayyid Abdullah Al-Haddad diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Risalah Al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Al-Muhibbin Min Ahl Al-
Khair Wa Ad-Din ( ( أهو اىخز واىرساىح اىذامزج ع اإلخىا واىحث
Berisi tentang definisi takwa, cinta menuju jalan akhirat, zuhud
dari dunia, kitab ini sangat cocok untuk menerangkan hati. Kitab ini
selesai ditulis oleh Sayyid Abdullah pada hari ahad sebelum waktu
dhuhur, akhir bulan Jumadil Awwal tahun 1069 H. (Al-Badawi, 1994:
163).
2. Risalah al-Mu’aawanah wa al-Mudzaaharah wa al-Mu`aazirah li ar-
Raghibin minal Mu’minin fi Suluki Thoriqil Akhirah ( رساىح اىعاوح
( واىؤسرج ىيزاغث اىؤ فى سيل طزق األخزجواىظاهزج واىؤاسرج
Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Sayyid
Abdullah berusia 26 tahun. Dan ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin
Hasyim Al-Habsyi. (Al-Badawi, 1994: 165-166).
3. Risalah AadabSuluk al-Murid ( آداب سيىك اىزذرساىح )
26
Tentang kewajiban bagi seorang murid (orang yang mencari
Allah dan kehidupan akhirat) meliputi adab dan amal lahir dan batin.
Kitab ini selesai penulisannya pada tanggal 7 atau 8 Ramadhan, tahun
1071 H. (Al-Badawi, 1994: 164).
4. Ithaf as-Saail bi Jawaab al-Masaail (اذحاف اىسائو تأجىتح اىسائو)
Kitab ini selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H,
Ketika ituSayyid Abdullah berumur 28 tahun. Kitab ini adalah
merupakan kumpulan jawaban atas berbagai persoalan yang diajukan
kepadanya oleh Syaikh „Abdurrahman Ba‟Abbad Asy-Syibaami. Kitab
itu ditulis sewaktu ia berkunjung ke Dau‟an pada tahun 1072 H. Kitab ini
mengandung 15 pertanyaan dengan jawaban dan ulasan yang mendalam
darinya. Selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H. (Al-
Badawi, 1994: 165).
5. An-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah ( اىصائح اىذح واىىصاا
(اإلاح
Kitab ini Sayyid Abdullah tulis pada usia 45 tahun. Selesai ditulis
pada hari Ahad, 22 Sya‟ban tahun 1089 H. Kitab ini mendapat pujian
dari para ulama‟ karena isinya merupakan suatu ringkasan daripada kitab
Ihya‟. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas,
pembahasannya sederhana dan disertai dengan dalil yang kukuh. Sesuai
dibaca oleh orang awam dan juga khawas (khusus). (Al-Badawi, 1994:
165).
27
6. Sabil al-Iddikar wa al-I’tibaar bima Yamurru bi al-Insan wa Yanqadhi
lahu min al-’A’maar (سثو االدمار واالعرثار تا ز تاإلسا األعار)
Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Imam Al-Haddad
pada saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan pada ketika ia berusia
67 tahun (1110 H). dan ada yang mengatakan kitab ini diselesaikan pada
hari Ahad 29 Sya‟ban 1110 H. Kitab ini membahaskan mengenai fasa-
fasa hidup manusia. (Al-Badawi, 1994: 166).
7. Ad-Da’wah at-Tammah wa at-Tadzkirah al-‘Ammah ( اىذعىج اىراح واىرذمزج
(اىعاح
Kitab ini diselesaikan oleh Sayyid Abdullah pada saat usianya 70
tahun. Selesai ditulis pada jum‟at pagi 27 atau 28 Muharram tahun 1114
H. (Al-Badawi, 1994: 166).
8. An-Nafais al-‘Uluwiyyah fi al-Masaail as-Shufiyyah ( اىفائس اىعيىح ف
(اىسائو اىصىفح
Kitab ini selesai ditulis pada hari kamis, bulan Dzulqo‟dah tahun
1125 H. Usia Sayyid Abdullah pada waktu itu adalah 81 tahun. Kitab ini
membahaskan masalah yang berkaitan dengan sufi.
9. Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyah ( اىفصىه اىعيح واألصىه
(اىحنح
Terdiri dari 40 fasal. Kitab ini selesai ditulis pada 12 Shafar tahun
1130 H, ketika Sayyid Abdullah berusia 86 tahun, yaitu 2 tahun sebelum
kewafatannya. (Al-Badawi, 1994: 167).
28
Selain itu, terdapat pula ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran yang sempat
dicatat oleh murid-muridnya dan para pecintanya, diantaranya adalah :
1. Kitab al-Hikam ( اىحنمراب )
2. Al-Mukhatabat wa Washoya ( ( ووصاااىناذثاخ
3. Wasilah al-‘Ibaad ila Zaad al-Ma’aad (وسيح اىعثاد إىى ساد اىعاد)
Kitab ini dikumpulkan oleh As-Sayyid Alwi bin Muhammad bin
Thohir Al-Haddad.
4. Ad-Durr al-Mundzum li Dzaawil ‘Uqul wa al-Fuhuum ( اىذر اىظى ىذوي
(اىعقىه واىفهى
Kitab ini dikumpulkan oleh muridnya Alwi bin Ahmad bin Hasan
bin Abdillah Al-Haddad.
5. Tastbit al- Fuad bi adz-Dzikri Majaalisi al-Quthbi Abdillah Al-Haddad
(ذثثد اىفؤاد تذمز جاىس اىقطة عثذ هللا اىحذاد)
Dikumpul oleh muridnya Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-
Hasawi asy-Syajjar tahun 1981 M. (Al-Badawi, 1994: 169).
6. Ghoyahal-Qosod wa al-Murod (غاح اىقصذ واىزاد)
Diakui oleh para sufi, bahwa ada ketinggian dan keindahan
spiritualitas yang tinggi pada kesufian Sayyid Abdullah. Dapat dilihat dari
karya-karyanya tersebut betapa sejuk dan indahnya bertasawwuf. Tasawwuf
bagi Sayyid Abdullah adalah ibadah, zuhud, akhlak, dan dzikir, suatu jalan
membina dan memperkuat kemandirian menuju kepada Allah SWT.
Selain karya tulis, Sayyid Abdullah juga meninggalkan banyak do‟a-
do‟a serta dzkir-dzikir susunannya. Diantara do‟a dan dzikir-dzikir yang
29
disusun, Ratib Al-Haddad inilah yang paling masyhur di kalangan ummat
Islam, khususnya di Indonesia. Ratib ini disusun oleh Sayyid Abdullah pada
salah satu malam di bulan Ramadhan tahun 1071 H, untuk memenuhi
permintaan salah seorang muridnya yang bernama `Amir dari keluarga Bani
Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadlramaut).
Tujuan `Amir meminta Sayyid Abdullah untuk menyusun ratib ini adalah,
agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, supaya mereka dapat
mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu
sedang melanda Hadlramaut. Mulanya ratib ini hanya dibaca di kampung
`Amir sendiri, yaitu kota Syibam. Setelah mendapat izin dan ijazah dari
Sayyid Abdullah Al-Haddad, ratib ini pun kemudian mulai dibaca di masjid-
masjid di kota Tarim.
Pada kebiasaannya, ratib ini dibaca secara berjama‟ah setelah salat
Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum salat Isya` untuk
mengisi kesempitan waktu menunaikan salat tarawih, dan ini adalah waktu
yang telah ditartibkan Sayyid Abdullah untuk kawasan-kawasan yang
mengamalkan ratib ini. Dengan izin Allah SWT, kawasan-kawasanyang
mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak terpengaruh dari ajaran sesat
tersebut.
Setelah Sayyid Abdullah Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah
haji, Ratib Al-Haddad pun mulai dibaca, diamalkan di Makkah dan Madinah.
Sayyid Ahmad bin Zain Al-Habsyi berkata, “Barangsiapa yang membaca
30
Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, niscaya dia akan
mendapatkan sesuatu yang diluar dugaannya”.
(http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html)
Ketahuilah bahwa setiap ayat, do‟a, dan nama Allah SWT yang
disebutkan dalam ratib ini dipetik dari Al-Qur`an dan Hadis Nabi SAW.
Bilangan bacaan disetiap do‟a dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah
bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk Sayyid Abdullah Al-
Haddad sendiri. Ia menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan dibaca berulang
kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek ini jika selalu
dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir yang panjang
namun tidak dibaca secara istiqamah.
(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-
alwi-al.html).
F. Bidang Ilmuyang Ada dalam Kitab Risalatul Mu’awanah
Kitab ini berisi tentang kewajiban bagi seorang muslim, untuk
memenuhi semua kewajiban, kesunahaan, melakukan amalan-amalan yang
memiliki keutamaan, berakhlak, menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusak
ibadah dan keharmonisan dalam bermasyarakat. Serta berisi tentang hal-hal
yang ada di akhirat. (Al-Badawi, 1994: 166).
SayyidAbdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini, lebih
menekankan pada ke-Tasawuf-an. Segala amal perbuatan yang dilakukan
ditujukan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepadaNya. Agar
semakin dekat kepada Allah SWT. Lebih utamanya, beliau membahas tentang
peribadatan yang ditujukan untuk menggapai esensi ma’rifatullah.
31
Pokok isi kitab Risalatul Mu‟awanah terdiri dari 38 pembahasan
diantaranya yaitu:
1. Yakin.
2. Niat.
3. Muroqobah (mawas diri).
4. Memanfaatkan Waktu.
5. Zikir.
6. Tafakur.
7. Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama.
8. Pelurusan Akidah.
9. Ibadah Fardhu dan Sunnah.
10. Menuntut Ilmu.
11. Kebersihan.
12. Aktivitas Sehari-hari.
13. I‟tikaf.
14. Azan,Iqomah dan Salat.
15. Zakat.
16. Puasa.
17. Haji.
18. Salat Istikharah, Nazar, Sumpah dan Saksi.
19. Wara‟.
20. Amar Makruf Nahi Mungkar.
21. Adil.
32
22. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.
23. Silaturohmi.
24. Cinta dan Benci Karena Allah.
25. Ketulusan Hati.
26. Tobat.
27. Sabar.
28. Bersyukur.
29. Zuhud.
30. Tawakal.
31. Rela Dengan Ketentuan Allah.
32. Wasiat-Wasiat Allah.
Ke-32 bab di atas adalah pokok isi yang ada di dalam kitab Risalatul
Mu’awanah Karya Sayyid Abdullah Al-Haddad. Dilihat dari isin-isinya di
atas dapat disimpulkan bahwa bidang ilmu yang ada dalam kitab Risalatul
Mu’awanah adalah bidang ilmu tasawwuf. Karena dari ke-38 bab di atas
semuanya berhubungan dengan amaliah yang bersifat lahir dan diatur dengan
kekuatan batin.
G. Pemikiran-pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab
Risalatul mua’awanah
1. Keyakinan
Keyakinan adalah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan
iman yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana
sebuah gunung yang menjulang tinggi. Karena itu, segala bentuk
33
keraguan dan praduga tak akan mampu menghampaskannya, hingga
akhirnya keduanya hilang tanpa bekas.
Jika keraguan dan praduga itu datangnya dari luar, kedua
telinganya tidak mau mendengarkannya sedangkan hatipun tidak
mempedulikannya. Setan pun tak kuasa mendekati dan menggoda orang
yang memiliki keyakinan seperti ini, bahkan ia lari ketakutan
menyelamatkan diri darinya. Manusia yang memiliki ciri-ciri diatas ialah
Umar bin Khattab. (Al-Haddad, 2007 : 13).
2. Niat
Wahai saudaraku, hendaklah anda selalu memperbaiki dan
menuluskan niat mu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi segala
amal. Baik buruknya amal, selalu tergantung pada niatnya.Oleh karena
itu janganlah anda sekalian berbicara, bekerja dan berkehendak tanpa di
dasari dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah serta senantiasa
mengharap pahala-Nya. Dengan demikian Allah SWT pasti memberikan
anugerah dan kemuliaan padamu. (Al-Haddad, 2007 : 17).
3. Muraqabah
Hendaknya anda selalu mawas diri kepada Allah SWT, dalam
setiap aktivitasmu dan hendaklah anda sadar bahwa allah selalu berada di
dekatmu. Ia selalu mengetahui dan mengawasi gerak-gerikmu, bagi-Nya
tak ada sesuatu yang rahasia dan samar. Makhluk sekecil apapun yang
ada dibumi dan langit tak akan pernah akan lepas dari pengawasan-Nya.
Ingatlah bahwa Dia senantiasa mengetahui apa yang engkau
34
bicarakan baik engkau bersuara keras maupun pelan. Dimana saja engkau
berada Dia selalu bersamamu, dan Dialah Yang Maha Kuasa. Hendaklah
engkau malu kepada-Nya kerjakanlah perintah-perintah-Nya dan jahui
segalalarangan-Nya serta beribadahlah kepada-Nya seakan-akan engkau
melihat-Nya. Dan apabila engkau tidak melihat-Nya ketahuilah bahwa
Dia selalu melihatmu. (Al-Haddad, 2007 : 23).
4. Mengisi Waktu
Hendaklah engkau mengisi waktumu dengan segala aktivitas
ibadah hingga tak ada waktu sedikit pun, baik siang maupun malam
kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Dengan demikian tampaklah
bagimu keberkahan waktu memeperoleh faedah umur dan senantiasa
menghadap diri kepada-Nya. Demikian pula sediakan waktu khusus
untuk mengerjakan kebiasan sehari-hari seperti makan, minum dan
mencari nafkah. Ketahuilah bahwa setiap wirid mempunyai pengaruh
dalam menyinari hati dan menguasai anggota lahiriahnya. Namun
pengaruh ini hanya bisa di rasakan oleh orang yang selalu bersungguh-
sungguh, mengulang-ngulang dan tepat waktu dalam berwirid. (Al-
Haddad, 2007 : 29)
5. Zikir
Hendaklah engkau jadikan zdikrullah sebagai wirid dengan waktu
dan jumlah yang telah ditentukan dan tak ada salahnya kita gunakan
tasbih untuk menentukannya.Sebagai orang arif berkata: “Zikir
35
adalahrukun tariqat, kunci hakikat, senjata murid dan pancaran sinar
kewalia”.(Al-Haddad, 2007: 55).
6. Tafakur
Hendaklah engkau selalu bertafakur (merenungkan kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT) setiap siang dan malam sesuai dengan waktu
yang sudah kau tentukan baik satu jam atau beberapa jam. Waktu yang
terbaik untuk bertafakur ialah ditengah malam karena saat itulah saat
yang kosong dan bebas dari aktivitas dan mampu membawa dampak
positif pada hati kita.Kebaikan hidup di dunia dan keutuhan agama
tergantung pada kesempurnaan tafakur. Barang siapa melaksanakannya
dengan baik maka akan memperoleh kebaikan yang berlimpah. (Al-
Haddad, 2007: 61).
7. Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama.
a. Al-Qur‟an dan Hadis
Hendaklah engkau selalu berpegang teguh pada Al-Qur‟an
dan Hadis karena keduanya adalah inti agama dan petunjuk jalan
yang lurus. Oleh karena itu barang siapa berpegang teguh pada
keduanya maka ia akan beruntung dan selamat serta mendapatkan
hidayah dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Sebaliknya,
barang siapa berpaling dari keduanya maka ia akan tersesat,
menyesal, dan menemui kehancuran.
36
b. Bid‟ah
Janganlah engkau menciptakan sesuatu yang baru yang tidak
terjadi dizaman Rasululllah dan janganlah engkau ikuti jalan hidup
orang-orang diluar islam yang akan memberimu kerugian yang nyata
didunia dan di akhirat. Hati-hatilah engkau pada sesuatu yang baru
dan tidak sesuai dengan akal.
c. Ulama‟
Ketahuilah bahwa tak seorang pun mampu menyelesaikan
segala persoalannya sendiri baik lahir maupun batin sesuai dengan
Al-Qur‟an dan hadis, karena kemampuan tersebut hanya dimiliki
oleh ulama yang ilmunya sudah mendalam.Jika engkau menghadapi
suatu masalah yang tak mampu engkau selesaikan sendiri maka
kembalikanlah permasalahannya itu pada orang-orang yang dipilih
Allah sebagai tempat kembali (ulama). (Al-Haddad, 2007: 73).
8. Pelurusan Akidah
Hendaknya engkau selalu memperbaiki dan memperkuat
akidahmu yang sesuai dengan golongan yang selamat yang disebut ahlu
sunnah wal jama‟ah. Karena golongan ini selalu berpegang teguh dan
mengikuti jejak Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Wajib bagi orang yang beriman menjaga akidahnya dan
mengikuti para ulama yang agung dan berpegang teguh dalam ilmunya,
akidah yang jelas terhindar dari syubhat atau keraguan. Hal ini sesuai
dengan Akidah Imam Al-Ghozali yang telah dijelaskan pada bab
37
Qawaidil „Aqaid pasal pertama dan ketiga dalam kitah Ihya‟ Ulumuddin.
(Al-Haddad, 2007: 79).
9. Ibadah Fardhu dan Sunnah
Hendaknya engkau selalu menjalankan segala kewajiban, menjahui
setiap larangan serta mwmperbanyak ibadah sunnah karena Allah semata.
Jika itu semua sudah engkau laksanakan, maka engkau akan mencapai
tempat yang paling dekat disisi Allah dan engkau pun akan diselimuti
dengan selubung mashabah oleh-Nya. Dengan demikian, setiap diam dan
gerakmu hanya karena-Nya, inilah selimut para Waliyullah dan
Khalifatullah (perwakilan Allah). (Al-Haddad, 2007: 81)
10. Menuntut Ilmu
Ketahuilah bahwa engkau tak dapat menjalankan ketentuan yang
difardhukan Allah menjahui kemaksiatan yang diharamkan Allah apalagi
ibadah sunnah yang berfungsi mendekatkan diri kepada Allah kecuali
dengan Ilmu. Karena itu tuntutlah ilmu.Dengan ilmu engkau dapat
mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram.
Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan
kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara
menjahui keharaman. Karena begitu besar peranan ilmu, maka
diwajibkan menuntut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu
engkau dapat memeperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. (Al-Haddad,
2007: 83).
38
11. Kebersihan
Hendaklah engkau selalu menjaga kebersihan lahir batin,
sesungguhnya orang yang sempurna kebersihan jiwa dan hatinya laksna
malikat yang berbentuk manusia. (Al-Haddad 2007: 87)
12. Aktivitas Sehari-Hari
Hendaklah dalam mengerjakan aktivitas yang lahir dan batin, adat
kebiasaan atau ibadah engkau selalu mengikuti sunnah Rasul, agar
menjadi pengikutnya yang sejati. Jika ingin masuk dalam golongan ash
Shadiqin, yaitu orang-orang yang tulus ikhlas pada Allah, maka
janganlah engkau mengerjakan aktivitas yang bergubungan dengan adat
kebiasan dan lebih-lebih ibadah sebelum engkau mengetahui terlebih
dahulu. Apakah Rasulullah dan para sahabatnya telah mengerjakannya.
Jika tak seorng pun di antara mereka mengerjakannya maka janganlah
engkau kerjakan amalan itu, karena mereka para sahabat tak akan
meninggalkan suatu pekerjaan kecuali ia telah mengetahui adanya
manfaat yang lebih besar dalam meninggalkan amalan tersebut. (Al-
Haddad, 2007: 93).
13. I‟tikaf
Hendaklah engkau selalu duduk didalam masjid dengan niat
i‟tikaf, karena masjid adalah rumah Allah dan tempat yang paling
dicintai-Nya. Dan Rasulalullah menjanjikan dengan memasukkannya
kedalam tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah di bawah
Arsy-Nya pada hari yang tidak dinaungan kecuali naungan-Nya, jika
39
engkau berada didalam masjid, maka biasakanlah duduk dengan sopan
muliakan masjid dan jangan berbicara yang tak berfaedah apalagi yang
diharamkan. Bila engkau ingin membicarakan urusan dunia, keluarlah
dari masjid. Janganlah mengerjakan sesuatu didalam masjid selain
ibadah. Karena tujuan dibangunya masjid ialah untuk beribadah kepada
Allah ta‟ala. (Al-Haddad, 2007: 109).
14. Azan, Iqomqh dan Salat
a. Azan dan Iqamah
Ketika engkau mendengarkan adzan jawablah adzan itu sama
yang diucapkan muadzin, kecuali pada kalimat Hayya alash shalah
dan Hayya alla falah, maka jawablah :
لحول ولق وةإلاب هلل “ Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”.
Pada shalat subuh, ketika muazin menyeru Ash-shalatu
khairumminannaum, maka jawablah dengan :
د قت وب ررت وأان عل ذ لك من الشا ىدين “Benar dan baguslah ucapanmu dan dalam hal ini aku pun termasuk
orang yang menjadi saksi.”
Perbanyaklah do‟a antara adzan dan iqomah, karena do‟a
diantara dua waktu tak akan tertolak.
b. Shalat
Hendaklah engkau selalu bergegas shalat diawal waktu,
sehingga ketika muazin menyerukan azannya engkau sudah berada
didalam masjid dan dalam keadaan berwudhu. Apabila engkau tak
40
mampu melakukan hal itu minimal ketika azan diserukan hendaklah
sudah siap untuk shalat. (Al-Haddad, 2007: 113).
15. Zakat
Hendaklah engkau bergegas memisahkan harta zakat yang wajib
engkau keluarkan dari harta pokok, ketika telah tiba waktunya tanpa ada
penundaan. Jika kewajiban ini engkau kerjakan dengan hati yang tulus
semata-mata mengharapkan keridhaan Allah maka turunlah keberkahan
dan kebaikan yang berlimpah kepadamu dan terhindarlah hartamu dari
segala bencana dan mala petaka. (Al-Haddad, 2007: 123).
16. Puasa
Hendaklah engkau selalu memperbanyak amal kebajikan,
khususnya dibulan ramandhan. Karena pahala ibadah sunnah dibulan itu
sejajar dengan ibadah fardhu di bulan yang lain. Dan dalam bulan
ramadhan itu akan diperoleh juga kemudahan dan semangat untuk
melakukan amal-amal kebajikan yang jarang ditemukan pada bulan-
bulan yang lain. (Al-Haddad, 2007: 127).
15. Haji
Hendaknya engkau segera menunaikan ibadah haji disaat engkau
mampu. Janganlah engkau tunda kesempatan baik itu, sebab bisa saja
engkau kehilangan kemampuan dan kesempatan itu dikarenakan
meninggal dunia, maka kewajiban haji dan umrah itu tetap menjadi
tanggunganmu hingga engkau dimasukkan dalam golongan orang-orang
yang ceroboh. (Al-Haddad, 2007: 131) .
41
16. Salat Istikharah,Nazar,Sumpah dan Saksi
a. Salat Istikharah
Hendaklah engkau selalu bermusyawaroh dengan orang yang
dapat dipercaya dan seagama denganmu, ketika akan melaksanakan
hal-hal yang penting seperti pergi jauh dan menikah dan jika
isyaratnya sesuai dengan pikiran dan hatimu, maka shalatlah sunnah
dua rekaat dengan niat salat istikharah lalu berdo‟alah dengan do‟a
yang sudah lazim dilakukan pada salat istikharah.
b. Nadzar
Hendaklah engkau bernadzar karena Allah seperti shalat,
sedekah, dan lain sebagainya. Jika waktu nadzar telah tiba
bergegaslah untuk melaksanakannya. Janganlah membiasakan diri
untuk bernazar karena kadang-kadang setan menipumu untuk
melanggarnya.
c. Sumpah dan Saksi
Apabila engkau mengerjakan sesuatu dengan sumpah
kemudian terlihat adanya kebaikan untuk digagalkan atau engkau
bersumpah untuk tidak melakukan sesuatu tetapi kemudian terlihat
adanya kebaikan apabila ia dilakukan, maka engkau boleh melanggar
sumpah itu, tetapi wajib atasmu membayar kafarah. Jangan
bersumpah atau menjadi saksi semata-mata karena dugaan walaupun
ternyata benar apalagi yang didasarkan pada keraguan. (Al-Haddad,
2007: 133).
42
17. Wara‟
Hendaklah engkau selalu wara‟ yaitu menjauhkan diri dari dosa,
maksiat dan syubhat (perkara yang tidak diketahui halal dan haramnya).
Wara‟ merupakan senjata sakti penjunjung agama. Wara‟ inilah yang
menjadi ciri ulama yang mengamalkan ilmunya. Ketehuilah orang yang
memperoleh sesuatu yang haram atau syubhat, maka sedikitlah ia
mendapatkan tufiq, pertolongan Allah untuk beramal shaleh. Jika ia
beramal saleh maka ia tak akan terlepas dari penyakit batin dalam setiap
amaliyah seperti ujub dan riya‟. (Al-Haddad, 2007: 135).
18. Amar Makruf Nahi Mungkar
Hendaklah engkau selalu beramar makruf nahi mungkar yaitu
memerintah kearah kebaikan dan mencegah diri dari kemungkaran.
Karena hal itu merupakan sandi pokok agama dan karena itu pula Allah
menurunkan Al-Qur‟an dan mengutus para Rasul-Nya. Para ulama
memutuskan bahwa amar makruf nahi munkar hukumnya wajib. (Al-
Haddad, 2007: 143).
19. Adil
Hendaklah engkau berlaku adil kepada rakyatmu yang terkhusus
dan umum. Plihara dan jaga mereka dengan seksama. Karena Allah akan
meminta pertanggungjawabanmu dan setiap pengembala akan ditanya
tentang pengembalanya. (Al-Haddad, 2007: 149).
43
20. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hendaklah engkau selalu berbakti kepada kedua orang tuamu
karena hukumnya wajib dan durhaka kepada keduanya tergolong dosa
besar. Renungkanlah bagaimana Allah menertakan perintah berbakti
kepada kedua orang tua dan bertauhid kepada-Nya, serta bersyukur
kepada mereka berdua dengan bersyukur kepada-Nya.
Salah satu sifat kedurhakaan ialah menyakiti keduanya dan tidak
memberikan sesuatu yang pada hakikatnya dan engkau kerjakan. Apalagi
jika engkau bermuka masam dan membentak mereka. (Al-Haddad, 2007:
153).
21. Silaturahmi
Hendaklah engkau selalu bersilaturahmi kepada keluarga yang
paling dekat, kemudian yang lainnya, juga pada tetangga yang paling
dekat dengan pintu rumahmu, kemudian kepada yang lainnya.
Silaturahmi dan berbuat baik kepada tetangga tidak akan mencapai
kesempurnaan, kecuali denngan menahan gangguan terhadap mereka,
sabar menerima gangguan mereka dan berbuat baik sekuat tenaga
terhadap mereka. (Al-Haddad, 2007: 157).
22. Cinta dan Benci Karena Allah
Hendaklah engkau selalu cinta dan benci karena Allah karena
sikap inilah yang menjadi tali pengikat keimanan. Apabila engkau
mencintai seorang hamba yang taat disebabkan oleh kepatuhan yang ia
kerjakan dan membenci kepada pelaku kemaksiatan dikarenakan oleh
44
kemaksiatan yang ia jalani tanpa ada tujuan lain, maka engkau benar-
benar termasuk dalam golongan orang yang cinta karena Allah dan benci
karena Allah. Sebaliknya, jika di dalam hatimu tidak ada rasa cinta
kepada ahli kebajikan karena kebaikan yang mereka kerjakan dan tidak
membenci pelaku kemungkaran karena kemungkaran mereka, maka
ketahuilah bahwa tingkat keimananmu masih lemah. (Al-Haddad, 2007:
161).
23. Ketulusan Hati
Hendaklah engkau selalu bertulus hati terhadap setiap muslim
dengan maksud agar engkau tidak menyembunyikan sesuatu darinya
yang dapat menunujukkan jalan kebaikan dan menjauhkannya dari
kejelekan. Bersikap tuluslah kamu pada sesama muslim dalam setiap
kehadirannya maupun dalam ketidak hadirannya. Janganlah melebihkan
rasa tulusmu yang ada pada ucapanmu dengan perasaan sebenarnya yang
ada pada hatimu. Jika engkau sedang bermusyawarah dengan sesama
saudaramu muslim, kemudian engkau mengetahui bahwa pendapatnya
salah, maka katakan kepadanya segala sesuatu yang benar menurut
anggapanmu. (Al-Haddad, 2007: 179).
24. Tobat
Hendaklah engkau selalu bertobat dari sebuah dosa kecil atau
besar, nyata atau tersembunyi. Karena tobat merupakan langkah awal
seorang hamba menuju jalan Allah SWT. Dan tobatpun merupakan dasar
dari setiap maqam di sisi Allah. Serta ia pun mencintai orang-orang yang
45
bertobat. Ketahilah bahwa suatu tobat tak akan sah jika tidak diikuti
dengan meninggalkan dosa itu, menyesalinya dan membulatkan tekad
untuk tidak mengulangi perbuatan itu selama hidupnya. (Al-Haddad,
2007: 193)
25. Sabar
Hendaklah engkau bersabar, karena sabar adalah sendi dasar yang
harus kau miliki selama kamu hidup di dunia ini. Ia pun termasuk akhlak
yang mulia dan keutamaan-keutamaan yang agung. Ketahuilah, cita-cita
dapat diraih dengan sukses bila ia sering mendekatkan diri kepada Allah.
Realisasi pendekatan dapat dilaksanakan dengan mengikuti yang hak dan
menjauhi kebatilan selama-lamanya. (Al-Haddad, 2007: 203).
26. Bersyukur
Hendaklah engkau selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat
yang diberikan kepadamu secara lahir dan batin serta yang berhubungan
dengan agama dan duniamu. Ingatlah semua nikmat adalah dari Allah
SWT. Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu tak akan mampu
kau jumlah dan kau hitung, apalagi kau sukuri dengan sempurna. Orang
yang fakir atau yang sakit parah seumpamanya mau berfikir, niscaya ia
bersyukur dengan menjalani kesabaran bagaimanapun beratnya. (Al-
Haddad, 2007: 211).
27. Zuhud
Hendaklah engkau selalu zuhud, tidak tergiur akan keduniaan.
Karena hal itu merupakan kebahagiaan sejati, penerang inayah dan
46
sebagai tanda kewalian. Sebagaimana cinta keduniaan merupakan
sumber kesalahan, maka sebaliknya, kebenci kepadanya adalah sumber
ketaatan dan kebaikan. Allah SWT, pun telah menegaskan di dalam
beberapa ayat Al-Quran bahwa dunia adalah suatu perhiasan yang
menipu. Allah menerangkan bahwa dunia ibarat senda gurau dan main-
main. Bagi mereka yang mampu menggunakan akal sehatnya tentu
mereka tak akan terbuai kecuali orang-oarang yang bodoh dan dungu
yang akan terjerumus ke dalamnya. (Al-Haddad, 2007: 215).
28. Tawakal
Hendaklah engkau selalu bertawakal kepada Allah SWT. Karena
barang siapa tawakal dan pasrah kepada Allah, maka ia kan akan
dicukupi, ditolong dan selalu dikasihaniNya. Tawakal tumbuh dari buah
tauhid yang mantap dan sudah mendarah daging dalam hati dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tak ada alasan
bagi setiap makhluk untuk tidak selalu bertawakal, bahkan Allah pun
selalu memerintahkan mereka untuk itu karena Ia sangat mencintai
orang-orang yang bertawakal. (Al-Haddad, 2007: 221).
29. Rela dengan Ketentuan Allah
Hendaknya engkau pun selalu rela dengan ketentuan Allah
Ta‟ala, karena kerelaan merupakan hasil dari mahabah dan makrifat yang
paling mulia. Orang yang cinta sudah sewajarnya rela dengan tindakan
kekasihnya manis atau pahit baginya sama saja.
47
Oleh karena itu wajib bagi dirimu wahai orang yang beriman
untuk mengetahui dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya
Allah yang memberi petunjuk dan kesesatan, kesusahan, kebahagiaan,
mendekatkan dan menjauhkan, memberi dan menahan, merendah dan
meninggikan, memberi madharat dan manfaat. Bila kesemuanya telah
engkau ketahui dan engkau beriman kepadanya maka wajib bagimu
untuk tidak menantang Allah secara lahir dan batin atau dengan
perkataan yang bersifat memprotes Allah SWT. (Al-Haddad, 2007: 227).
30. Wasiat-wasiat Allah
Allah ta‟ala memberi wahyu kepada Nabi Adam as: empat
perkara yang dapat mengumpulkan kebaikan bagimu dan anak cucumu,
yaitu pertama, yang bersangkutan denganKu. Kedua, bersangkutan
denganmu. Ketiga, berkaitan antara engkau denganKu. Keempat antara
engkau dengan hamba-hambaKu. Adapun perkara yang bersangkutan
denganKu, hendaknya engkau bersikap tulus kepadaKu dan jangan kau
sekutukan Aku dengan sesuatu pun. Perkara yang bersangkutan
denganmu ialah amal-amalmu, maka Aku akan membalasnya. Perkara
yang berkaitan antara engkau dan Aku, hendaklah engkau selalu berdoa
dan sudah menjadi kewajibanKu untuk mengabulkannya. Perkara yang
berurusan antara engkau dan hamba-hambaKu, maka bergaullah dengan
mereka, seperti mereka juga ingin bergaul denganmu. (Al-Haddad, 2007:
235).
48
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN AWI AL-HADDAD
TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU DI DALAM KITAB RISALATUL
AL-MU’AWANAH
A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddadtentang Konsep
Menuntut Ilmudalam Kitab Risalatul Al-Mu’awanah
Salah satu karya monumental Sayyid Abdullah Al-Haddad yang
berbicara tentang menuntut ilmu secara mendalam adalahkitab Risalatul
Mu’awanah. Karakteristik pemikiran menuntut ilmu Sayyid Abdullah dalam
kitab tersebut dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang
teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis.
Kecenderungan pemikiran yang menonjol dari Sayyid Abdullah dalam
kitab Risalatul Mu’awanah adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang
bernafaskan sufistik. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam gagasan-
gagasannya, misalnya keutamaan menguatkan keyakinan. Menurut Sayyid
Abdullah, menguatkan keyakinan hukumnya adalah wajib, karena ilmu yang
mulia dapat terwujud jika seseorang itu keyakinannya kuat. Pendapatnya ini
juga senada dengan pendapat seorang tokoh akhlak yang dibicarakan di
dalam Al-Qur‟an, yaitu Luqman AS. Luqman AS, berkata:
ل يستطاع العمل إل ابليقني، ول يعمل العبد إل بقدر يقينو، ول يقصر عملو .حت ينق يقينو
Artinya: ”Suatu amal tidak mampu diwujudkan, kecuali dengan yaqin.
Tidaklah seorang hamba mampu mengerjakan apapun, kecuali sesuai dengan
49
kadar yakinnya dan tidaklah amalnya terkurangi hingga keyakinannya
berkurang”. (Al-Haddad, 2010: 18).
Pemikiran Sayyid Abdullah tentang menuntut ilmu di dalam kitab
Risalatul Mu’awanah memang sangat luas. Di dalam kitab ini terdapat
banyak sekali nilai-nilai pendidikan menuntut ilmu yang bisa ditanamkan
dan diterapkan kepada para pelajar, agar mereka mengetahui dan bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Dan dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib,
sunnah dan haram. Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara
melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana
cara menjahui yang haram.
Karena begitu besar peran ilmu maka di wajibkan menuntut ilmu dan
mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh
kesuksesan dunia dan akhirat. Ketahuilah orang yang beribadah tanpa ilmu
akan menimbulkan bermacam-macam bahaya yang akan menimpa dirinya
sendiri dan bahayanya jauh lebih besar dari manfaatnya.
Menuntut ilmu yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah dapat
penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: Menutut Ilmu karena
Allah SWT. Kedua: Ilmuterhadap diri sendiri. Ketiga: Ilmu terhadap
lingkungan.
1. Ilmu terhadap Allah SWT
Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq
(makhluk). Sebagai makhluk tentu saja manusia sangat tergantung
kepadaNya. Sebagaimana firmanNya:
50
Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang
wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia
hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).
(http//www.Al-Quran-digital.com).
Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para
pelajar tentang ilmu kepada Allah SWT, sikap yang harus ditanamkan
antara lain:
a. Cinta kepada Allah SWT
Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip yang
harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus dibiasakan
untuk mencintai AllahSWT dengan diwujudkan dalam bentuk sikap
selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-
laranganNya.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابحل ف هللا حت يصري سبحانو أح إليك مما سواه، بل حت ل يصري لك حمبوب إل إإه
Artinya: “Dan wajib bagimu cinta kepada Allah, sehingga Allah
SWT menjadi lebih kamu cintai daripada yang lain. Bahkan kamu
51
tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (Al-
Haddad, 2010: 146).
b. Rela dengan keputusan Allah SWT
Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap apa
saja yang menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan
Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan ma‟rifat
kepadaNya.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلرضا بق اء هللا، الرضا ابلق اء من أشرف مثرات احملب وادلعر ، ومن شأن احمل أن يرض لفعل حمبوبو حلوا ان أو مرا
Artinya: “Dan wajib bagimu rela dengan ketetapan Allah, karena
rela dengan keputusan Allah merupakan buah rasa cinta dan
ma‟rifat. Sedangkan diantara sikap orang yang cinta itu sendiri
adalah rela terhadap perilaku yang ia cintai (Allah)”. (Al-Haddad,
2010: 148).
c. Berharap dan takut kepada Allah SWT
Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut
kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan buah
yakin yang paling mulia.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابإل ثار من الرجاء واخلوف، إنما من أشراف مثرت اليقني Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut
(kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin
yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129).
2. Ilmu terhadap diri sendiri
Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, ia
diberi akal dan juga nafsu. Apabila dia mampu menggunakan akalnya
52
dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang tidak
pernah membangkang atau bermaksiat padaNya yaitu malikat.
Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya
bisa turun di bawah hewan. Oleh sebab itu, setiap individu harus dibekali
dengan ilmu yang berhubungan dengan dirinya, meliputi hal-hal yang
harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmupada para
pelajar tentang ilmu kepada diri sendiri, sikap yang harus ditanamkan
antara lain:
a. Selalu memperkuat keyakinan
Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan
merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta
memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan
ridlaNya.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك أي ها األخ احلبي بتقوي يقينك وحتسينو، إن اليقني إذا متكن من القل واستوإ عليو ار الغي أنو شهادة
Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk
menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan
telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib
menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16).
b. Selalu bersikap mawas diri
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan
selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT.
53
sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang
dinamakan maqom(derajad) ihsan.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
إ أخي مبراقب هللا تعاإ يف حر اتك وسكناتك وحل اتك و ر اتك وعليك وخطراتكوإراداتك وسائر حالتك، واستشعر قربو منك
Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri
kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam
serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa
hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa
merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”. (Al-Haddad, 2010:
22).
c. Selalu bersikap wira‟i.
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan
para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap
langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari
agama.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلورع عن احملرمات والشبهات، إن الورع مالك الدين والذي عليو .ادلدار عند العلماء العاملني
Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang
haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orang-
orang yang berada di kawasan itu, adalah orang yang di antara
bimbingan ulama‟”.(Al-Haddad, 2010: 90).
d. Selalu bertobat atas segala dosa.
Para pelajar harus diajari untuk selalu bertobat dari segala
dosa baik besar maupun kecil. Dengan selalu bertobat dari segala
54
dosa walaupun itu dosa yang kecil, maka orang itu kelak akan
menjadi orang yang baik. Karena inti dari taubat adalah
memperbaiki diri.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلتوب من ل ذن ، سواء ان غريا أو بريا، ظاىرا أو اب نا، إن التوب أول قدم ي عها العبد ف ريق هللا، وىي أساس مجيع ادلقامات،
.وهللا الت وابني Artinya: “Dan wajib bagimu bertaubat dari semua dosa, yaitu bertaubat baik dari dosa kecil maupun besar, baik dhohir ataupun
bathin, karena taubat merupakan langkah pertama seorang hamba
yang hendak menapakkan kakinya di jalan Allah. Taubat pun
merupakan pondasi dari seluruh maqom (tingkatan) karena Allah
mencintai orang-orang yang bertaubat”. (Al-Haddad, 2010: 127).
e. Selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah
Para pelajar harus ditekankan untuk selalu bersabar dalam
menghadapi segala masalah. Karena dengan itu mereka akan
mendapatkan ilmu yang banyak, dan pengetahuan yang memadai.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلصرب، إنو مالك األمر، ولبد لك منو مادمت ف ىذه الدار، .وىو من األخالق الكرمي والف ائل الع يم
Artinya: “Dan wajib bagimu bersabar, karena sabar itu merupakan
pusat penentu segala permasalahan, dan hal itu harus kamu lakukan
sepanjang hidup di dunia ini, ia pun termasuk dari akhlakul karimah
serta terdapat beberapa keutamaan”. (Al-Haddad, 2010: 133).
f. Selalu bertawakkal kepada Allah SWT
Sikap selalu bertawakal kepada Allah SWT adalah obat dari
segala masalah. Karena ia sadar bahwa semua itu adalah dariNya,
55
baik hal itu yang ia rasa enak maupun yang tidak enak untuknya.
Sikap seperti ini adalah menunjukkan eksistensi dari seorang hamba
kepada Tuhannya.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلتو ل عل هللا تعاإ، إن من تو ل عل هللا فاه وأعانو وتوله .وأوله
Artinya: “Dan wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah SWT,
karena sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah, maka
ia akan diberi kecukupan, ditolong , dilindungi serta diutamakan oleh
Allah”. (Al-Haddad, 2010: 143).
3. Ilmu terhadap lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat
hidup dan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Di
lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam
lingkungan ini ada berbagai macam kalangan. Di sini penulis akan
membahas tentang kalangan keluarga, kalangan sekolah dan kalangan
masyarakat. Adapun dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut
ilmu pada para pelajar tentang ilmuterhadap lingkungannya, sikap yang
harus ditanamkan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ilmu terhadap lingkungan keluarga
Sikap utama yang harus dikembangkan pada anak atau para
pelajar dalam lingkungan keluarga, yang utama yaitu:
1) Berbakti kepada kedua orangtua
Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah
payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang,
56
adalah termasuk suatu kewajiban bagi setiap anak. Jangan
sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu
termasuk dosa yang sangat besar.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك برب الوالدين، إنو من أوج الواجبات؛ وإإك وعقوقهم، إنو من أ رب الكبائر
Artinya: “Dan wajib bagimu berbakti kepada kedua orang tua,
karena hal itu merupakan yang paling wajib diantara perkara
wajib yang lain, takutlah kamu durhaka kepada keduannya,
karena hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara dosa-
dosa besar yang lainnya”. (Al-Haddad, 2010: 103).
Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya dan berlaku lemah lembut kepada
keduanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan
kepadaNya, dan menjalin hubungan dengan keduanya, bahkan
sekalipun keduanya kafir. (Al-Ghomidi, 2011: 138).
2) Menyayangi saudara
Pendidikan untuk selalu berbicara baik dengan anggota
keluarga. Para pelajar harus diajari untuk selalu berbicara baik
dengan anggota keluarga. Karena hal itu yang akan menjadikan
suasana rumah menjadi damai dan tentram.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
أن ل تنطق إل خبري، و ل الم ل ل النطق بو رم عليك وعليك اإلستماع إليو، وإذا تكلمت رتل المك ورتبو،
Artinya: “Dan wajib bagimu, agar tidak mengucapkan sesuatu
apapun, kecuali dengan baik, jangan pula mengucapkan
57
perkataan yang tidak dihalalkan (dilarang) serta mendengarkan
perkataan yang haram didengarkan. Jika kamu ingin
mengucapkan suatu perkataan, maka hendaklah ditata terlebih
dahulu dan susunlah dengan kalimat yang benar”. (Al-Haddad,
2010: 63).
b. Ilmu terhadap lingkungan sekolah
Untuk terciptanya suasana yang khidmat di lingkungan
sekolah, para pelajar harus di tanamkan sikap-sikap seperti:
1) Adil pada dirinya dan dan pada orang lain
Bersikap adil pada diri sendiri dan pada orang lain ini,
harus ditanamkan pada para pelajar. Supaya mereka tidak
mudah berbuat curang, dan semena-mena pada temannya yang
lain.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلعدل ف رعيتك اخلا والعام و مل احلفظ والتفقد ذلا، إن هللا سائلك عنها، و ل راع مسسل عن رعيتو
Artinya: “Dan wajib bagimu berbuat adil di dalam
pengembalaanmu, baik yang khusus maupun yang umum, di
samping tetap dengan sempurna menjaga dan mengawasinya,
Karena Allahakan meminta pertanggung jawaban kepada kamu
atasnya. sebab setiap pengembala pasti akan dimintai
pertanggung jawaban atas gembalaannya”.(Al-Haddad, 2010:
101).
2) Amar ma‟ruf nahi munkar
Penanaman Amarma‟ruf nahi munkar ini harus ada pada
para pelajar. Supaya mereka dapat mengingatkan antara satu
sama lainnya dalam menjalani aktifitas di sekolah.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
58
وعليك ابألمر ابدلعروف والنهي عن ادلنكر، إنو القط الذي عليو مدار أمر الدين، وألجلو أنزل هللا الكت وأرسل ادلرسلني
Artinya: “Dan wajib bagimu menyerukan kebaikan dan
mencegah kemungkaran, karena ini merupakan pusat perputaran
sendi-sendi agama. Karena itu pula Allah menurunkan Al-
Qur‟an dan mengutus para Rasul”.(Al-Haddad, 2010: 97).
c. Ilmu terhadap lingkungan masyarakat
1) Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga
Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga adalah
termasuk hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan hal yang
menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan harmonis.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك بصل األرحام، األقرب األقرب؛ وابإلحسان إإ اجلريان، األدن اباب األدن
Artinya: “Dan wajib bagimu menyambung tali silaturrahhim,
dengan handai taulan yang paling dekat, berbuat baik kepada
tetangga, khususnya pintu tetangga yang paling dekat”. (Al-
Haddad, 2010: 104).
Selain itu diperintahkan oleh Allah mengikat tali
persaudaraan juga sebagai tanda bagi orang yang beriman
kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
(رواه البخاري).يصل رمحو ل من ان ي سمن ابهلل والي وم األخري ف Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka sebaiknya dia menyambung tali persaudaraannya”.
(H.R. Bukhori). (Al-Haddad, 2010: 105).
59
2) Selalu bersikap tawadlu‟
Tawadlu‟ adalah termasuk perilaku seorang mukmin
yang sejati, dan seseorang yang tidak memiliki perilaku ini
sangatlah dibenci oleh Allah SWT.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلتواضع، إنو من أخالق ادلسمنني، وإإك والتكرب، إن هللا .ل ادلتكربين؛ ومن تواضع ر عو هللا، ومن تكب ر وضعو هللا
Artinya: “Dan wajib bagimu bersikap tawadlu‟, karena sikap ini
adalah perilaku orang-orang mukmin, dan takutlah kamu
berbuat takabbur (sombong), karena sesungguhnya Allah SWT
tidak menyukai orang-orang yang sombong. Sebab, barangsiapa
bersikap merendahkan diri, Allah SWT akan mengangkatnya,
barangsiapa bersikap sombong, Allah akan merendahkannya”.
(Al-Haddad, 2010: 122).
B. Pengertian Konsep Dalam Menuntut Ilmu
Konsep adalah pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran.
(Ensiklopedi Indonesia, 1991:1856). Selain itu, ada juga yang mengartikan
bahwa konsep adalah Gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang
ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:588).
Penerimaan konsep oleh manusia tidak dilakukan secara pasif
melainkan secara aktif dan kreatif. Dalam proses penerimaan konsep oleh
manusia ini, terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan roh
subjektif. Artinya roh objektif akan berkembang manakala roh didukung oleh
roh subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan
60
berpedoman pada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus
dicapai. (Asrori, 2008:153).
Dengan demikian, konsep merupakan sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Konsep
merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk
membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai sesuatu
yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan
secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta
diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknnya. Konsep merupakan
standar konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta
aktivitas dalam memenuhi kebutuhan psikologisnnya. (Asrori, 2008: 153).
C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu
Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk konsep. Pertama,
konsep dipandang sebagai nilai, dalam arti memberi nilai atau timbangan (to
value). Kedua, konsep dipandang sebagai proses penetapan hukum atau
penilaian (to evaluate). Bentuk-bentuk konsep menuntut ilmu dapat juga
dibedakan dengan mendefinisikan apa “yang diingini” dan apa “yang
disukai”. Artinya, tidak setiap yang diingini seseorang mesti disukai atau
diterima olehnya. Sebagaimana diketahui, keinginan merupakan ungkapan
tentang kebutuhan biologis atau diri atau tuntutan fisik. Keinginan tidak mesti
selalu berada pada taraf hal yang diterima atau diingini secara sosial. Untuk
mencapai taraf tersebut, keinginan harus diukur dengan norma-norma lain
61
yang lebih tinggi daripada sekedar kesenangan fisik. Artinya, nilai pendidikan
dalam hubungannya dengan keinginan bisa berbentuk “apa yang diingini”
pada taraf individu dan “apa yang disukai” atau “apa yang dicintai” pada taraf
sosial. Keduanya mengekspresikan keinginan yang didasarkan atas indra dan
emosi pada satu sisi dan keinginan yang didasarkan atas akal pada sisi yang
lain. (Munzier, 2008: 137).
Pembahasan tentang perbandingan konsep berdasarkan keinginan
membawa dua pembagian lain tentang konsep ilmu, yaitu nilai instrumental
(instrumental value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai yang pertama
ada ketika seseorang mengutamakannya karena kebaikan yang ada padanya.
Dengan kata lain, sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau
bermanfaat untuk tujuan tertentu. Umpamanya, seseorang menetapkan isi
program latihan atau kurikulum sekolah bagi sekelompok guru karena ia
memandangnya berguna untuk mencapai tujuan langsung yang mereka
dipersiapkan untuk itu. Yang kedua, sesuatu itu baik bukan hanya karena
sesuatu itu baikuntuk mencapai tujuan tertentu, melainkan karena sesuatu itu
sendiri baik. Dengan kata lain, nilai baik sesuatu itu tidak tergantung pada
selainnya, tetapi lahir dari karakteristik asli yang ada di dalam dirinya. Nilai
intrinsik ini dapat dirumuskan dalam perspektiftabiat dan fungsi asli.
Ambillah contoh bangku dan laci siswa di dalam kelas. Nilai laci itu lahir dari
fungsi aslinya bagi siswa, yang tidak dapat diganti oleh sesuatu yang lain.
Dengan kata lain, nilai laci itu berada pada taraf objektif, bukan penghargaan
subjektif. (Munzier, 2008: 138).
62
Sebagian pendidik memandang konsep ilmu dapat diperoleh dengan
menghimpun dua bentuk nilai di atas secara simultan; artinya, nilai intrinsik
bisa sekaligus merupakan nilai instrumental pada waktu yang bersamaan
sesuai dengan taraf keinginan dan jenis situasi. Akan tetapi, sekelompok
kaum pragmatis, terutama pendukung mazhab instrumentalisme, menolak
sama sekali dualisme tersebut, karena dua bentuk nilai tersebut benar-benar
kontradiktif. (Munzier, 2008: 138).
Implikasinya, konsep-konsep yang didasarkan atas keinginan yang
berhubungan dengan akal menempati kedudukan lebih tinggi dibanding nilai
yang didasarkan atas keinginan yang berhubungan dengan indra atau emosi.
Demikian pula nilai yang memiliki banyak aspek dan berlangsung terus-
menerus lebih utama ketimbang nilai yang memiliki aspek terbatas dan
berlangsung sementara. (Munzier, 2008: 138).
D. Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat
benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali
dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena
ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali
dengan niat yang benar”.
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan
apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan
kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia.
63
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat
disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan
manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara lisan (perkataan),
maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah
ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti
kebutuhan setiap manusia akan oksigen untuk dapat
bernapas.(https://idauniq.wordpress.com/2012/07/12/pengertian-ilmu/).
Ternyata orang yang berilmu itu muliya dan dilahirkan oleh orang tua
yang bernama. Ilmu itu senantiasa mengangkat seseorang menjadi besar di
mata masyarakat. Mereka dijadikan panutan dalam segala ha, bagikan
pengembala selalu di ikuti oleh binatang pliharannya. Tanpa ilmu seseorang
tak mungkin memperoleh kebahagian dan tak mungkin mengetahui yang
halal dan yang haram.
Adapun menuntut ilmu itu mempunyai beberapa langkah. Dalam
langkah-langkah tersebut yaitu Etika atau tata cara dalam menuntut ilmu,
manfaat ilmu tersebut dan tujuan menuntut ilmu. Dan penulis ingin
menguraikan Etika atau cara menuntut ilmu.
E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu
Dalam hubungannya dengan cara atau etika menuntut ilmupada para
pelajar tentang menuntut ilmu, sikap yang harus ditanamkan antara lain:
1. Selalu memperkuat keyakinan
64
Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan merasa
tenang, dan selalu bercita-cita untuk bisa selalu taat kepadaNya, serta
memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ridlaNya.
2. Selalu bersikap mawas diri
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan
selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT.
sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang dinamakan
maqom (derajad) ihsan.
3. Selalu bersikap wira‟i.
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan para
ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Karena
wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari agama.
4. Selalu bersikap Sabar
Sikap ini harus di tanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap sabar karena kegagalan mencari ilmu terletak pada
ketidak sungguhan menghadapi hal itu. Barang siapa yang tidak pernah
merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat maka ia akan terjerumus
dalam kebodohan yang hina selama hayat.
5. Selalu bersikap Taqwa
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap taqwa segala perintah Allah yang Maha Tinggi dan Maha
Besar serta menjauhi larangaNya secara tersembunyi dan terang-
65
terangan,maka tidak sempurna Taqwa kecuali dengan mengosongkan
semua keburukan dan menghiasi kebaikan-kebaikan.Taqwa ialah suatu
jalan seseorang yang menempuhnya akan terpetunjuk dan tali yang kuat
siapa saja yang memegangnya akan selamat.
6. Selalu bersikap amanah
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap amanah untuk menjaga(memelihara) hak-hak Allah dan
hamba-Nya.
Dengan amanah sempurnalah Agamamu,terpelihara kehormatan
dan harta benda,sebab menjaga hak Allah berarti melakukan perintah dan
menjauhi larangan.memelihara hak-hak hamba berarti mengembalikan
barang titipan,tidak mengurangi sukatan dan timbangan atau
ukuran(hasta),tidak menyebarkan rahasia-rahasia dan aib-aib,memilih
yang paling baik pada Agama,dunia dan dirinya.
7. Selalu bersikap kharisma (murah)
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap kharisma (murah) ialah sifat yang mendorong seseorang
memegang kemulian Akhlaq dan kebiasaan baik.
Sebab-sebabnya: Cita-cita tinggi,berjiwa mulia,sesungguhnya
cita-cita tinggi akan menghasilkan menjaga ketinggian,mendapatkan
semua kebaikan,membangun kemulian,murah hati,mencegah
bahaya.Muru‟ah adalah tanda „iffah(memelihara diri),suci dari yang tidak
baik,terpelihara,karena itu tidak terlihat pada orang yang memiliki
66
murah(kharisma) kecuali ketaqwaan,jauh dari tamak dan ridha dengan
apa yang dibagi Allah,tiada melihat apa yang ada di tangan manusia.
8. Selalu bersikap bijaksana
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap bijaksana akan membawa pemiliknya tidak membalas
orang yang membuatnya marah padahal dia mampu untuk membalasnya.
Sebab-sebab bijaksana: Menyayangi orang-orang bodoh,tidak
mencaci maki,malu memberi jawaban,ramah pada orang yang berbuat
jahat,menjaga nikmat yang lalu, diplomatis, menanti peluang,tidak
mencaci maki sebagian dari berjiwa mulia dan tinggi cita-cita.Malu
sebagian dari memelihara jiwa dan sempurna kharisma.Memelihara
nikmat yang lalu sebagian dari menyempurnakan janji. Diplomatis dan
melihat peluang sebagian dari kecerdikan sebab seseorang yang
menampakkan kemarahan sedikit caranya.
9. Selalu bersikap tawadhu‟
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu
bersikap tawadhu‟ Merendahkan diri dan berhati lembut tanpamenghina.
Tujuan Tawaddu‟ ialah memberikan tiap-tiap yang punya hak akan
haknya,tidak mengangkat derajat orang hina dan tidak menurunkan yang
mulia, tawadlu‟ sebagian dari sebab-sebab bermartabat tinggi dan
mengantarkan ketempat kemulian.
67
10. Selalu bersikap berjiwa besar
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap berjiwa besar agar sifat yang menempatkan manusia pada
tempat tinggi dan mulia,sebab berjiwa besar adalah manusia mengenal
ukuran dirinya,hasil dari berjiwa besar adalah melakukan kebaikan,sabar
pada masa susah,tidak melahirklan hajat(tidak menampakkan kebutuhan
kepada orang lain),manusia memuliakannya, mendapat balasan kebaikan
dari Allah.
11. Selalu bersikap adil
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap adil agar seimbang pada semua urusan dan sesuai dengan
syariat.Adil ada 2 macam yaitu adil pada dirinya sendiri dan berjalan
dijalur yang istiqomah dan adil kepada orang lain. Adapun adil kepada
orang lain dibagi menjadi tiga yaitu: adil raja kepada rakyaat lewat
memberi kemudahan dan memberikan setiap orang yang mempunyai hak
akan haknya, adil rakyat pada sultan (pemimpin), murid pada guru, anak
pada ayah yaitu dengan taat secara ikhlas dan tulus, adil manusia sesama
sebaya (sederajatnya) dengan tidak takabur dan tidak menyakiti mereka.
F. Manfaat Menuntut Ilmu
1. Berada di jalan Allah
2. Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
3. Agar tidak di murkai Allah
4. Di tinggikan derajatnya
68
5. Dimudahkan jalan menuju surga
6. Menjadi pandai
7. Pengetahuannya luas
8. Mendapatkan gelar
9. Tidak canggung apabila bersosialisasi
10. Dihormati orang jika jadi orang pandai.
G. Tujuan menuntut ilmu
1. Betulkan niat untuk menuntut ilmu maksutnya adalah Niat sangat penting
dalam melakukan sesuatu perkara dan ia akan menentukan sama ada
amalan itu diterima atau tidak oleh Allah SWT.
2. Untuk beramal tujuan kedua kita menuntut ilmu adalah tak lain dan tak
bukan adalah untuk beramal sehingga ramai dikalangan ulama
memukaddimahkan ilmu itu dari amalan. Ilmu dan amal itu memang
tidak dapat dipisahkan diibaratkan aur dengan tebing, Isi dengan kuku
dan sebagainya.
3. Untuk keluar daripada kejahilan dan memperbaiki diri demi mencari
kebenaran.Kejahilan atau dalam bahasa mudahnya ialah kebodohan. Ilmu
akan memimpin manusia keluar daripada kebodohan dan ini akan
menyukarkan orang yang berkepentingan untuk menipu dan mengambil
kesempatan terhadap kita. Di samping itu, akidah kita terhadap Allah
dapat dipelihara serta menambahkan lagi kecintaan kita kepada Allah.
Dengan mendalami ilmu, kita dapat memperbaiki diri supaya menjadi
lebih baik. Sebagai contoh, dengan ilmu, solat kita bertambah khusyuk,
69
setiap ibadah yang dilaksanakan bertambah sempurna, kemajuan negara
bertambah sistematik, dan sebagainya.
4. Mensyukuri karunia dan nikmat-nikmat Allah kepada kita.
5. Memperjuangkan agama islam.
6. Akal fikiran mampu berfikir dengan adil.
7. Sebagai kesinambungan generasi akan datang.
70
BAB IV
RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB RISALATUL
MUA’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah
Sayyid Abdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini memiliki
berbagai alasan, tujuan, dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa alasan yang
mendorongnya untuk menulis risalah ini adalah untuk melaksanakan perintah
agung, perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, dan berusaha meraih janji yang
mulia yaitu untuk memperoleh janji yang benar (al Wa’ddu al Shaadiqu)
yang dijanjikan bagi mereka yang menyeru kepada jalan kebaikan dan
menyebarkan ilmu, disamping juga permintaan dari Sayyid Ahmad bin
Hasyim al-Habsyi. (Al-Haddad, 2010: 13).
Selain dengan alasan itu semua, memang juga karena masyarakat yang
hidup pada masa itu, sedang dalam kondisi minus akhlak, banyak kerajaan
kerajaan yang melancarkan peperangan, berebut kekuasaan, dan
masyarakatnya kurang mendapat perhatian dari penguasanya, yang
menyebabkan satu sama lain dari mereka berbuat hal-hal yang diluar tuntunan
syari‟at islam. Akibat kurangnya tuntunan dari pemimpinnya.
(http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki-usmani.html).
Sayyid Abdullah Al-Haddad juga memohon ampun kepada Allah
SWT, karena sebenarnya dia tidak hendak mengatakan bahwa yang
mendorongnya menyusun risalah ini semata-mata karena tujuan-tujuan
71
keagamaan yang baik. Sebab ia mengetahui, masih adanya keinginan-
keinginan tersembunyi, nafsu yang merajalela, dan cinta dunia di dalam
hatinya, dan ia tidak membebaskan diri dari kesalahan, karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al-Haddad, 2010: 13).
Dengan kearifannya, ia mengatakan pula bahwa hamba yang fakir,
hamba yang mengaku akan kekurangan dan kelalaian, yang berharap akan
ampunan Tuhannya Yang Kuasa. (Al-Haddad, 2010: 13).
Menuntut ilmu merupakan suatu proses tuntutan, memelihara,
membentuk, dan memberikan latihan mengenai ilmu dan kecerdasan berfikir
baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran
ajaran islam. Pada sistem pendidikan Islam ini khusus memberikan
pendidikan tentang ilmu dan moral yang bagaimana yang seharusnya dimiliki
oleh seorang muslim agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim.
(FIP-UPI, 2007: 39).
Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila menuntut ilmu
ditanamkan pada anak antara lain: Pertama, menuntut ilmu mewujudkan
kemajuan rohani. Kedua, menuntut ilmu menuntun kebaikan. Ketiga,
menuntut ilmu mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, menuntut ilmu
memberikan keutamaan hidup di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian.
Kelima, menuntut ilmu akan mebawa kepada kerukunan rumah tangga,
pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.
72
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai
akhlakul karimah pada anak, tentunya dengan konsep pembelajaran yang
tepat dan penanaman yang sesuai. keterangan dalam kitab Risalatul
Mu’awanah memberikan beberapa pendidikan menuntut ilmu yang dapat
dijadikan pedoman bagi orang tua, sekolah dan masyarakat dalam
menanamkan nilai-nilai menuntut ilmu. Karena pada dasarnya materi yang
terkandung dalam kitab Risalatul Mu’awanah memang membahas tentang
berbagai macam persoalan yang ada pada kehidupan yang berhubungan
dengan akhlak-akhlak dan ilmu seorang yang tinggi derajatnya di sisi Sang
Penciptanya.
Dalam mendidik ilmu yang luhur setiap mursyid (guru) mempunyai
berbagai ragam model yang berbeda-beda. Model dasar yang digunakan oleh
Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah dalam
menuntut ilmu meliputi dua aspek. Pertama: Aspek perbuatan yang dilakukan
oleh bathin. Kedua: Aspek perbuatan yang dilakukan oleh dhohir.
Adapun dalam kaitannya dengan ilmu, bahwa yang dimaksud tujuan
menuntut ilmu dalam pembahasan ini adalah tujuan yang ingin dicapai
dengan diadakannya suatu pendidikan, pembinaan dan penanaman ilmu yang
bagus. Apa yang akan dicapai dalam menuntut ilmu tidak berbeda dengan
tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan ilmu ialah
menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akhirat), kesempurnaan
jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan
keteguhan bagi masyarakat.
73
Tujuan dari menuntut ilmu dalam Islam adalah untuk mewujudkan
orang-orang yang baik ilmunya, keras kemauannya, sopan dalam berbicara
dan perbuatan, mulia dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas
dan suci, dan yang paling inti sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Abdullah
Al-Haddad muqoddimah (pembukaan) kitab Risalatul Mu’awanah adalah
bersikap menuju jalan akhirat, yaitu taat kepada Allah SWT atas segala apa
yang diperintahkan olehNya. (Al-Haddad, 2010: 15).
Dengan gambaran uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menuntut ilmu adalah untuk terbinanya ilmu yang manfaat dan mulia
sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dan karenanya dapat tercapai
keselamatan dunia dan akhirat.
B. Metode yang Digunakan dalam Menuntut Ilmu
Metode yang digunakan dalam kitab Risalatul Mu’awanah untuk
menuntut ilmu seseorang supaya terbiasa berbuat baik, adalah dengan
metode motivasi, pemberian pengetahuan cara dan sebuah pelatihan.
Pelatihan ini berupa usaha-usaha yang dilakukan oleh bathin (jiwa)agar
tercipta suatu kondisi yang kuat yang tertanam dalam bathin, untuk selalu
cenderung/condong kepada hal-hal yang baik dan mulia dimata manusia dan
Tuhan. Selain itu juga dengan melalui amalan-amalan yang yang dilakukan
oleh dhohiriyyah (jasad).
74
Diantara contoh pelatihan-pelatihan yang diajarkan atau diberikan
oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dalam kitab
Risalatul Mu’awanah antara lain:
:ويقوى اليقني و سن سباب وىو األ ل والذي عليو ادلدار، أن يصغي العبد بقلبو وأذنو إإ استماع : منها
ال عل جالل هللا تعاإ و مالو وع متو و ربإئو وانفراده ابخللق اآلإت واألخبار الدواألمر، والسلطان والقهر وعل دق الرسل و ماذلم وما أيدوا بو من ادلعجزات وما حل مبعانديهم من أنواع العقوابت وما ورد يف اليوم اآلخر من إاثب احملسنني ومعاقب
ادلسيئني؛ وإإ ون ىذا األمر ا يا يف إ ادة اليقني اإلشارة بقولو ):تعاإ ) اآلي.
السب الثاين أن ين ر بعني العتبار يف ملكوت السماوات واألرض، وما بث هللا يهما من عجائ ادلصنوعات، وبدائع ادلكوانت؛ وإإ إ ادتو اليقني اإلشارة بقولو
): تعاإ ). السب الثالث أن يعمل عل مقت ما من بو ظاىرا واب نا ويشمر يف ذلك
: ويبذل الستطاع يما ىنالك؛ وإإ إ ادتو اإلشارة بقولو تعاإ( ).
Artinya: “Dan yakin akan menjadi kuat dengan beberapa sebab diantaranya:
1) Hendaknya hamba Allah mencurahkan segala perhatiannya dan hatinya
dan memperhatikan dengan telinganya untuk mendengarkan ayat dan
hadis yang menunjukkan kebesaran Allah „Azza wa Jalla dan
kesempurnaanNya, dan keagunganNya, dan kekuasaanNya dan
kesendirianNyadalam mengatur urusan semua makhluk,dan
kekuasanNya, serta memperhatikan akan kebenaran para Rasul As. Dan
kesempurnaan mereka, dan terhadap apa-apa yang menguatakan risalah
mereka dari beberpapa mukjizat, demikian juga memperhatikan mereka
yang mendustakan Rasul hingga mereka mendapat siksa dari Allah,dan
memperhatikan dengan segenap hatinya apa yang akan datang kelak di
hari akhirat berupa pahala yang bagus dari Allah yang dijanjikan bagi
hambanya yang beriman dan berbuat kebajikan, demikian juga siksa
75
yang akan dihadapi orang-orang yang berbuat maksiat. Firman Allah:
“Apakah belum cukup sesungguhnya Kami turunkan kepada kamu Al-
Kitab yang dibacakan kepada mereka”.
2) Hendaklah engkau melihat dengan i‟tibar pada kerajaan langit dan bumi
dan apa yang diciptakan Allah dari ciptan-ciptaan yang sangat ajaib. Dan
memperhatikan permulaan adanya segala yang diciptakan. Firman Allah:
“Dan akan Aku perlihatkan kepada mereka ayat-ayatKu di alam raya dan
juga pada diri mereka hingga tampak jelas bahwasanya Allah Maha
Benar”.
3) Hendaklah mengamalkan apa saja yang sesuai dengan keimanannya lahir
bathin dan memperlihatkan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Firman
Allah: “Dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mencariKu
niscaya akan Aku tunjukkan jalanKu”. (Al-Haddad, 2010: 16-17).
Pendidikan ke arah pemilik ilmu yang luhur untuk para siswa
(pelajar) adalah merupakan tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu,
pembinaannya pun harus oleh semua guru. Dengan demikian, kurang tepat
kalau dikatakan bahwa mendidik para siswa agar memiliki ilmu luhur hanya
tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu, misalnya guru PPKn atau guru
pendidikan agama. Walaupun dapat dimengerti bahwa porsi yang dominan
untuk mengajarkan (pelajaran akhlak) adalah para guru yang relevan dengan
pelajaran tersebut. (Rahmat, tt: 3). (TPIP, FIP-UPI, 2007: 35).
Guru sangat berperan penting dalam menuntut ilmu para pelajar,
karena mereka menganggap guru adalah sumber dari segala ilmu, mereka
beranggapan bahwa guru itu mengetahui segalanya tentang ilmu, mereka juga
selalu mempercayai apa saja yang dikatakan oleh seorang guru. Dan mereka
menjadikan guru sebagai panutan dan teladan untuk mereka.
Peran guru dalam menuntut ilmu, yang terdapat pada uraian kitab
Risalatul Mu’awanah adalah:
76
1. Memotivasi mereka supaya mereka mau melakukan suatu kegiatan yang
menjadikan mereka beranggapan bahwa menuntut ilmu itu sangat
penting bagi mereka karena ilmu yang baik itu merupakan pusat dari
segala aktivitas yang ada di dunia ini
2. Memberikan pengetahuan kepada mereka bahwa orang yang berilmu,
hidupnya akan bahagia, baik itu kehidupan dunia maupun kehidupan di
akhirat. Dengan cara menunjukkan dalil-dalil naqli(dalil yang diambil
dari Al-Qur‟an ataupun dari Al-Hadits) dan ‘aqli(dalil dari keadaan yang
bisa diterima oleh akal), yang berisi tuntutan, hikmah dan balasan bagi
orang yang berilmu. Supaya mereka merasa mantap dan antusias dalam
menjalankannya.
3. Mengarahkan dan memberikan contoh kepada mereka (para pelajar) di
dalam menjalankan segala aktivitas yang ada pada kehidupan sehari-hari,
berupa kewajiban-kewajiban, kesunahan-kesunahan, anjuran-anjuran,
dan segala sesuatu yang dituntut oleh syara‟, yang meliputi tentang
ibadah dan muamalah.
C. Konsep Menuntut Ilmu Kitab Risalatul Mu’awanah dalam Konteks
Kehidupan Pelajar Sekarang
Dari keterangan diatas begitu banyak konsep-konsep ilmu yang dapat
kita ambil dari kitab Risalatul Mu’awanah dan dapat diterapkan kepada para
pelajar sekarang, untuk menata kehidupan mereka yang saat ini sedang dalam
kemerosotan moral.
77
Menuntut ilmu yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah sangatlah
relevan jika di terapkan untuk pelajar sekarang, karena dalam pembahasannya
tentang menuntut ilmu sangat komplit disertai dengan contoh dan dalil-
dalilnya. Di dalam kitab tersebut dijelaskan bagaimana menuntun dan
mengarahkan diri kepada bersikap yang sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan.Sehingga apabila diterapkan pada para pelajar, mereka akan
menjadi orang yang cerdas hati dan fikirannya serta menjadi lebih kuatdalam
mengarungi dan menghadapi tantangan kehidupan yang akan datang.
Diantara konsep-konsep yang dapat diambil dan diterapkan terhadap
para pelajar daridalam Kitab Risalatul Mu’awanah yang berhubungan dengan
tiga subtansi besar yaitu ilmu terhadap Allah SWT, ilmuterhadap diri sendiri
dan ilmu terhadap lingkungan, antara lain dapat penulis uraikan sebagai
berikut:
1. Ilmu terhadap Allah SWT
Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq
(makhluk). Sebagai makhluk tentu saja manusia sangat tergantung
kepadaNya. Sebagaimana firmanNya:
Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang
wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia
hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT:
78
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).
(http//www.Al-Quran-digital.com).
Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para
pelajar tentang ilmu kepada Allah SWT, sikap yang harus ditanamkan
antara lain:
a. Cinta kepada Allah SWT
Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip yang
harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus dibiasakan
untuk mencintai AllahSWT dengan diwujudkan dalam bentuk sikap
selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-
laranganNya.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابحل ف هللا حت يصري سبحانو أح إليك مما سواه، بل حت ل يصري لك حمبوب إل إإه
Artinya: “Dan wajib bagimu cinta kepada Allah, sehingga Allah
SWT menjadi lebih kamu cintai daripada yang lain. Bahkan kamu
tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (Al-
Haddad, 2010: 146).
b. Rela dengan keputusan Allah SWT
Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap apa
saja yang menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan
Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan ma‟rifat
kepadaNya.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
79
وعليك ابلرضا بق اء هللا، الرضا ابلق اء من أشرف مثرات احملب وادلعر ، ومن شأن احمل أن يرض لفعل حمبوبو حلوا ان أو مرا
Artinya: “Dan wajib bagimu rela dengan ketetapan Allah, karena
rela dengan keputusan Allah merupakan buah rasa cinta dan
ma‟rifat. Sedangkan diantara sikap orang yang cinta itu sendiri
adalah rela terhadap perilaku yang ia cintai (Allah)”. (Al-Haddad,
2010: 148).
c. Berharap dan takut kepada Allah SWT
Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut
kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan buah
yakin yang paling mulia.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابإل ثار من الرجاء واخلوف، إنما من أشراف مثرت اليقني Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut
(kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin
yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129).
2. Ilmu terhadap diri sendiri
Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, ia
diberi akal dan juga nafsu. Apabila dia mampu menggunakan akalnya
dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang tidak
pernah membangkang atau bermaksiat padaNya yaitu malikat.
Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya
bisa turun di bawah hewan. Oleh sebab itu, setiap individu harus dibekali
dengan ilmu yang berhubungan dengan dirinya, meliputi hal-hal yang
harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
80
Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmupada para
pelajar tentang ilmu kepada diri sendiri, sikap yang harus ditanamkan
antara lain:
a. Selalu memperkuat keyakinan
Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan
merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta
memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan
ridlaNya.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك أي ها األخ احلبي بتقوي يقينك وحتسينو، إن اليقني إذا متكن من القل واستوإ عليو ار الغي أنو شهادة
Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk
menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan
telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib
menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16).
b. Selalu bersikap mawas diri
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan
selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT.
sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang
dinamakan maqom(derajad) ihsan.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
إ أخي مبراقب هللا تعاإ يف حر اتك وسكناتك وحل اتك و ر اتك وعليك وخطراتكوإراداتك وسائر حالتك، واستشعر قربو منك
Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri
kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam
serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa
81
hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa
merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”.(Al-Haddad, 2010:
22).
c. Selalu bersikap wira‟i.
Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan
selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan
para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap
langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari
agama.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلورع عن احملرمات والشبهات، إن الورع مالك الدين والذي عليو .ادلدار عند العلماء العاملني
Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang
haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orang-
orang yang berada di kawasan itu, adalah orang yang di antara
bimbingan ulama‟”.(Al-Haddad, 2010: 90).
d. Selalu bertobat atas segala dosa.
Para pelajar harus diajari untuk selalu bertobat dari segala
dosa baik besar maupun kecil. Dengan selalu bertobat dari segala
dosa walaupun itu dosa yang kecil, maka orang itu kelak akan
menjadi orang yang baik. Karena inti dari taubat adalah
memperbaiki diri.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
82
وعليك ابلتوب من ل ذن ، سواء ان غريا أو بريا، ظاىرا أو اب نا، إن التوب أول قدم ي عها العبد ف ريق هللا، وىي أساس مجيع ادلقامات،
.وهللا الت وابني Artinya: “Dan wajib bagimu bertaubat dari semua dosa, yaitu
bertaubat baik dari dosa kecil maupun besar, baik dhohir ataupun
bathin, karena taubat merupakan langkah pertama seorang hamba
yang hendak menapakkan kakinya di jalan Allah. Taubat pun
merupakan pondasi dari seluruh maqom (tingkatan) karena Allah
mencintai orang-orang yang bertaubat”. (Al-Haddad, 2010: 127).
e. Selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah
Para pelajar harus ditekankan untuk selalu bersabar dalam
menghadapi segala masalah. Karena dengan itu mereka akan
mendapatkan ilmu yang banyak, dan pengetahuan yang memadai.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلصرب، إنو مالك األمر، ولبد لك منو مادمت ف ىذه الدار، .وىو من األخالق الكرمي والف ائل الع يم
Artinya: “Dan wajib bagimu bersabar, karena sabar itu merupakan
pusat penentu segala permasalahan, dan hal itu harus kamu lakukan
sepanjang hidup di dunia ini, ia pun termasuk dari akhlakul karimah
serta terdapat beberapa keutamaan”. (Al-Haddad, 2010: 133).
f. Selalu bertawakkal kepada Allah SWT
Sikap selalu bertawakal kepada Allah SWT adalah obat dari
segala masalah. Karena ia sadar bahwa semua itu adalah dariNya,
baik hal itu yang ia rasa enak maupun yang tidak enak untuknya.
Sikap seperti ini adalah menunjukkan eksistensi dari seorang hamba
kepada Tuhannya.
Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
83
وعليك ابلتو ل عل هللا تعاإ، إن من تو ل عل هللا فاه وأعانو وتوله .وأوله
Artinya: “Dan wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah SWT,
karena sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah, maka
ia akan diberi kecukupan, ditolong , dilindungi serta diutamakan oleh
Allah”. (Al-Haddad, 2010: 143).
3. Ilmu terhadap lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat
hidup dan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Di
lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam
lingkungan ini ada berbagai macam kalangan. Di sini penulis akan
membahas tentang kalangan keluarga, kalangan sekolah dan kalangan
masyarakat. Adapun dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut
ilmu pada para pelajar tentang ilmuterhadap lingkungannya, sikap yang
harus ditanamkan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ilmu terhadap lingkungan keluarga
Sikap utama yang harus dikembangkan pada anak atau para
pelajar dalam lingkungan keluarga, yang utama yaitu:
1) Berbakti kepada kedua orangtua
Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah
payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang,
adalah termasuk suatu kewajiban bagi setiap anak. Jangan
sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu
termasuk dosa yang sangat besar.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
84
وعليك برب الوالدين، إنو من أوج الواجبات؛ وإإك وعقوقهم، إنو من أ رب الكبائر
Artinya: “Dan wajib bagimu berbakti kepada kedua orang tua,
karena hal itu merupakan yang paling wajib diantara perkara
wajib yang lain, takutlah kamu durhaka kepada keduannya,
karena hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara dosa-
dosa besar yang lainnya”. (Al-Haddad, 2010: 103).
Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya dan berlaku lemah lembut kepada
keduanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan
kepadaNya, dan menjalin hubungan dengan keduanya, bahkan
sekalipun keduanya kafir. (Al-Ghomidi, 2011: 138).
2) Menyayangi saudara
Pendidikan untuk selalu berbicara baik dengan anggota
keluarga. Para pelajar harus diajari untuk selalu berbicara baik
dengan anggota keluarga. Karena hal itu yang akan menjadikan
suasana rumah menjadi damai dan tentram.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
أن ل تنطق إل خبري، و ل الم ل ل النطق بو رم عليك وعليك اإلستماع إليو، وإذا تكلمت رتل المك ورتبو،
Artinya: “Dan wajib bagimu, agar tidak mengucapkan sesuatu
apapun, kecuali dengan baik, jangan pula mengucapkan
perkataan yang tidak dihalalkan (dilarang) serta mendengarkan
perkataan yang haram didengarkan. Jika kamu ingin
mengucapkan suatu perkataan, maka hendaklah ditata terlebih
dahulu dan susunlah dengan kalimat yang benar”. (Al-Haddad,
2010: 63).
85
b. Ilmu terhadap lingkungan sekolah
Untuk terciptanya suasana yang khidmat di lingkungan
sekolah, para pelajar harus di tanamkan sikap-sikap seperti:
a. Adil pada dirinya dan dan pada orang lain
Bersikap adil pada diri sendiri dan pada orang lain
ini, harus ditanamkan pada para pelajar. Supaya mereka
tidak mudah berbuat curang, dan semena-mena pada
temannya yang lain.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلعدل ف رعيتك اخلا والعام و مل احلفظ والتفقد ذلا، إن هللا سائلك عنها، و ل راع مسسل عن رعيتو
Artinya: “Dan wajib bagimu berbuat adil di dalam
pengembalaanmu, baik yang khusus maupun yang umum,
di samping tetap dengan sempurna menjaga dan
mengawasinya, Karena Allahakan meminta pertanggung
jawaban kepada kamu atasnya. sebab setiap pengembala
pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas
gembalaannya”.(Al-Haddad, 2010: 101).
b. Amar ma‟ruf nahi munkar
Penanaman Amarma‟ruf nahi munkar ini harus ada
pada para pelajar. Supaya mereka dapat mengingatkan
antara satu sama lainnya dalam menjalani aktifitas di
sekolah.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابألمر ابدلعروف والنهي عن ادلنكر، إنو القط الذي عليو مدار أمر الدين، وألجلو أنزل هللا الكت وأرسل ادلرسلني
86
Artinya: “Dan wajib bagimu menyerukan kebaikan dan
mencegah kemungkaran, karena ini merupakan pusat
perputaran sendi-sendi agama. Karena itu pula Allah
menurunkan Al-Qur‟an dan mengutus para Rasul”.(Al-
Haddad, 2010: 97).
c. Ilmu terhadap lingkungan masyarakat
a. Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga
Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga adalah
termasuk hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan hal
yang menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan
harmonis.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك بصل األرحام، األقرب األقرب؛ وابإلحسان إإ اجلريان، األدن اباب األدن
Artinya: “Dan wajib bagimu menyambung tali
silaturrahhim, dengan handai taulan yang paling dekat,
berbuat baik kepada tetangga, khususnya pintu tetangga
yang paling dekat”. (Al-Haddad, 2010: 104).
Selain itu diperintahkan oleh Allah mengikat tali
persaudaraan juga sebagai tanda bagi orang yang beriman
kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
(رواه البخاري).يصل رمحو ل من ان ي سمن ابهلل والي وم األخري ف Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka sebaiknya dia menyambung tali
persaudaraannya”. (H.R. Bukhori). (Al-Haddad, 2010: 105).
87
b. Selalu bersikap tawadlu‟
Tawadlu‟ adalah termasuk perilaku seorang mukmin
yang sejati, dan seseorang yang tidak memiliki perilaku ini
sangatlah dibenci oleh Allah SWT.
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وعليك ابلتواضع، إنو من أخالق ادلسمنني، وإإك والتكرب، إن هللا .ل ادلتكربين؛ ومن تواضع ر عو هللا، ومن تكب ر وضعو هللا
Artinya: “Dan wajib bagimu bersikap tawadlu‟, karena sikap
ini adalah perilaku orang-orang mukmin, dan takutlah kamu
berbuat takabbur (sombong), karena sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong. Sebab,
barangsiapa bersikap merendahkan diri, Allah SWT akan
mengangkatnya, barangsiapa bersikap sombong, Allah akan
merendahkannya”. (Al-Haddad, 2010: 122).
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelasakan penulis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Alwi Al-haddad dalam kitab
Risalatul Mu’awanah adalah beliau menyampaikan bahwa keyakinan
adalah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan iman yang sudah
mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana sebuah gunung yang
menjulang tinggi.Wahai saudaraku, hendaklah anda selalu memperbaiki
dan menuluskan niat mu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi
segala amal. Baik buruknya amal, selalu tergantung pada
niatnya.Hendaknya anda selalu mawas diri kepada Allah SWT, dalam
setiap aktivitasmu dan hendaklah anda sadar bahwa allah selalu berada di
dekatmu.
2. Konsep dasar yang digunakan oleh Sayyid Abdullah Al-Haddad pada
kitab Risalatul Mu’awanah dalam menuntut ilmu adalahpenerimaan
konsep oleh manusia tidak dilakukan secara pasif melainkan secara aktif
dan kreatif. Dalam proses penerimaan konsep oleh manusia ini, terjadi
hubungan dialektis antara roh objektif dengan roh subjektif. Artinya roh
objektif akan berkembang manakala roh didukung oleh roh subjektif,
sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman
89
pada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai.
(Asrori, 2008:153).
Dengan demikian, konsep merupakan sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Konsep
merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial
untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk
sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam
dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknnya.
Konsep merupakan standar konseptual yang relatif stabil yang secara
eksplisit atau implisit membimbing individu dalam menentukan tujuan
yang ingin dicapai serta aktivitas dalam memenuhi kebutuhan
psikologisnnya.
3. Menuntut ilmu yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah dengan
konteks kehidupan pelajar sekarang sangatlah relevan dan sesuai.
Pendidikan-pendidikan menuntut ilmu yang dapat diambil dan diterapkan
pada para pelajar sekarang dari kitab ini antara lain:
a. Ilmu terhadap Allah SWT
Ilmu terhadap Allah SWT, meliputi penanaman rasa cinta
padaNya, rela dengan segala keputusanNya dan pendidikan untuk
selalu berharap dan takut kepadaNya.
90
b. Ilmu terhadap diri sendiri
Ilmu terhadap diri sendiri, meliputi pendidikan untuk selalu
memperkuat keyakinan, mawas diri, wira‟i, bertobat dari segala
dosa, bersabar dalam menghadapi segala masalah, danpendidikan
untuk selalu bertawakkal kepada Allah SWT.
c. Ilmu terhadap lingkungan
Ilmu terhadap lingkungan ini, penulis kelompokkan menjadi
tiga. Pertama: lingkungan keluarga, kedua: lingkungan sekolah, dan
ketiga: lingkungan masyarakat. Pendidikan di lingkungan keluarga,
meliputi penanaman sikap berbakti kepada kedua orang tua, dan
ilmu untuk selalu berinteraksi dengan baik antara anggota keluarga
satu dengan yang lainnya. Di lingkungan sekolah, meliputi
penanamanagar selalu adil pada dirinya juga pada orang lain
(temannya), dan pendidikan untuk selaluAmar ma’ruf nahi munkar.
Di lingkungan masyarakat, meliputi penanamanuntuk selalu
mengikat tali persaudaraan dengan tetangga, dan pendidikan untuk
selalubersikap tawadlu‟.
B. Saran
Perlu diketahui bahwa di Indonesia nama Sayyid Abdullah Al-Haddad
sudah lama populer dikalangan Muslimin, dengan karya-karyanya yang
monumental.Salah satunya yaitu kitab Risalatul Mu’awanah. Nilai yang
terkandung di dalam kitab-kitab karyanya menunjukkan hal yang mulia,
bahwa bagi kaum akademisi sudah tentu menjadi sebuah khazanah keislaman
91
yang perlu direspons secara positif melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, salah
satunya yakni meneliti aspek motivasi para pengikutnya dalam mengamalkan
ajaran ataupun kegiatan spiritual keagamaan.
Untuk itu, ada beberapa hal dari hasil penelitian ini yang patut untuk
dijadikan saran-saran sebagai berikut:
1. Penyajian bahasa dalam Kitab Risalatul Mu’awanah yang banyak
mengandung majaz (perumpamaan) yang kadangkala sulit untuk diakses
langsung oleh masyarakat awam. Karenanya, perlu disederhanakan
melalui dua cara, yaitu ringkasan-ringkasan tematik (bentuk tulisan)
dalam bahasa yang lugas dan singkat serta suguhan contoh yang rill
sesuai dengan kodisi masyarakat.
2. Mengembangkan pola menuntut ilmu bagi peserta didik dan masyarakat
umum secara terpadu, sehingga terwujud suatu kondisi di mana tradisi
"pengajaran" dan "pendidikan" yang integral bisa diterapkan secara
nyata.
C. Implikasi Penelitian
Pada taraf yang lebih operasional, kesimpulan di atas membawa
beberapa implikasi ke luar dari pokok pembahasan penelitian. Dari
pembahasan tentang konsep menuntut ilmu dalam kitab Risalatul
Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad di
atas, penulis menemukan beberapa implikasi positif dan implikasi negatif
terutama untuk menjawab relevensi dengan kebutuhan pelajar sekarang dan
masyarakat:
92
1. Menuntut ilmu yang berfungsi untuk memperkokoh daya-daya positif
yang natural di dalam diri manusia mengharuskan ada sistem menuntut
ilmu yang didasarkan pada perkembangan jiwa manusia secara integral.
2. Secara implisit diketemukan semangat penanaman konsep menuntut ilmu
yang berkiblat kepada satu arah yakni Al-Qur'an dan Rasulullah sendiri
sebagai kiblat akhlakul karimah.
3. Usaha mentransformasikan konsep-konsep dan membina kepribadian
umat Islam ditinjau dari sudut menuntut ilmu walaupun relatif sukses,
namun memerlukan tindak lanjut atau kontribusi dari berbagai kalangan,
khususnya para pencinta ilmu. Penjelasan yang lebih dalam tentang
konsep-konsep yang terkandung dalam kitab Risalatul Mu’awanah perlu
diungkapkan sehingga para pengkajit kitab tersebut tidak hanya faham
dalam dataran teknisi namun juga secara esensial konsep kitab Risalatul
Mu’awanah.
4. Dalam proses pembelajaran, aspek yang dikedepankan adalah bagaimana
audiensnya dapat lebih menambah wawasan dan pemahaman terhadap
ajaran agama Islam dan menambah ketaatan beragama dengan tidak
mengabaikan disiplin ilmu lain.
Sehubungan dengan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa
implikasi dari konsep menuntut ilmu dalam kitab Risalatul Mu’awanah tidak
hanya memberikan kepuasan jiwa dalam menendangkan kata-kata yang
indah, tetapi memiliki kemampuan "meneladankan" nilai-nilai positif kepada
peserta didik.
93
D. Kata Penutup
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis dalam
menyusun skripsi yang sangat sederhana dengan segala keterbatasannya.
Akhirnya, semoga walaupun penuh dengan kekurangan dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Dan
hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga Allah memberikan
manfaat dengan skripsi ini, serta memberikan segala hal yang diangan-
angankan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Haddad, Abdullah bin Alwi. 2010. Risalatul Mu’awanah wa Al-
Mudhaharah wa Al-Muwazarah li Ar-Rhaghibin min Al-Mu’minin fi
Suluk Thariq Al-Akhirah, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah.
......................................................... Tt. Risalah Al-Mu’awanah wa Al-
Muwazhaharah wa Al-Muwazarah Li Ar-Rhaghibin min Al-Mu’minin
fi Suluk Thariq Al-Akhirah. Terjemah oleh Ihsan, H. Ainul Ghoerry
Suchaimi. Tt. Surabaya: Al-Hidayah.
Al-Badawi, Mustofa Hasan. 1994. Al-Imam Al-Haddad Mujaddid Al-Qur’an
Atsani ‘Asyaro Sirotuhu wa Manhajuhu. Dar Al-Hawi.
Al-Ghalayaini, Musthafa. „Idhatun Nasyi’in. Terjemah oleh Abdai Rathomy.
2000. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Al-Ghazali, Muhammad. Tt. Ihya’ Ulumudin. Indonesia: Al-Haromain.
......................................... Khulukul Qur’an. Terjemah oleh Anwar, Masy‟ari.
2008. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
....................................... Tt. Al-‘Ilm. Terjemah oleh Al-Baqir, Muhammad.
1996. Bandung: Karisma.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tt. Minhajul Muslim. Terjemah oleh Mustofa aini,
Amir Hamzah Fachrudin, Kholif Mutaqin. Malang: PT. Megatama
Sofwa Pressindo.
Al-Nawawi, Yahya bin Syarifudin. Tt. Al-Arba’in Nawawi. Semarang: Pustaka
Aalawiyah.
Al-Ghamidi, Abdullah. 2011. Cara Mengajar (Anak/ Murid) Ala Luqman Al-
Hakim. Terjemah oleh Imam Khoiri. Jakarta Selatan: Sabil.
Al-Qasimi, Muhammad Jamaludin. 2005. Mauidzatul Mu’minin. Jakarta: Dar
Al-Kutub Al-Islamiyah.
Al-Hasan, Yusuf Muhammad. Al-Wajiz fi at-Tarbiyah. Terjemah oleh
Muhammad Yusuf Harun. 2014. Jakarta: Darul Haq.
Asrori, Mohammad. 2008. PsikologiPembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Az-Zarnuji. 2010. Ta’limul muta’allim. Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah.
..................................... Tanbihul Ghafilin. Terjemah oleh Abu Imam
Taqiyuddin. 2009. Surabaya: Mutiara Ilmu.
Darajat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1990. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Ando Offset.
Mardalis. 1995. METODE PENELITIAN Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Munzier dan Ali, Heri Noer. 2008. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara:
Friska Agung Insani.
Muhadjir, Noeng. 1991. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Nata, Abuddin. (Ed). 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung:
Angkasa.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikana Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Samarqandi, Abu Laits. Tanbihul Ghafilin. 2010. Lebanon: Dar Al-Ghad Al-
Jadid.
Sulaiman, Abu Amr Ahmad. Minhaj ath-Thifl al-Muslim fi Dhau’ al-Kitab wa
as-Sunnah. Terjemah oleh Luqman Hakim. 2014. Jakarta: Darul Haq.
Siroj, Zaenuri dan Al-Arif, Adib. 2009. Hebatnya Akhlak di atas Ilmu dan
Tahta Jilid 1 . Surabaya: Bintang Books.
...................................................... 2009. Hebatnya Akhlak di atas Ilmu dan
Tahta Jilid 2 . Surabaya: Bintang Books.
Sadly, Hasan. 1991. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van
Hoeve.
Suharso dan Ana Retroningsih. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
Semarang: Widya Karya.
Soejono dan Abdurrahman. 2005. METODE PENELITIAN Suatu Pemikiran
dan Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiaksara. PT. Rineka Cipta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu Dan Aplikasi
Pendidikan bagian I. Bandung. PT. Imperial Bhakti Utama.
.............................................................................. 2007. Ilmu Dan Aplikasi
Pendidikkan bagian III. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.
http//www.al-quran-digital.com
http//www.maktabahsamilah.com
http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki-usmani.html
http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html
http://www.alhawi.net/riwayat.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad
http://nurulmusthofabintaro.blogspot.com/2011/03/manaqib-al-habib abdullah
bin-alwi-bin.html
Top Related