HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
47
KOMUNIKASI ISLAM:
Konsep Dasar Dan Pinsip-Prinsipnya
Hanifah Muyasarah
Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap
Abstrak Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Komunikasi
tidak sekedar menyampaikan pesan dengan menggunakan saluran atau media tertentu dan diterima
dengan baik oleh komunikan. Lebih dari itu komunikasi seharusnya merupakan interaksi yang
dilatarbelakangi niat yang baik dan tidak hanya beroreintasi pada kepentingan dunia semata, tetapi
juga untuk kehidupan akhirat. Dalam ilmu komunikasi barangkali tidak dibicarakan tentang
kehidupan akherat sebagai bagian dari aktivitas komunikasi sehingga pada realisasinya aktivitas
komunikasi tersebut berimplikasi pada maraknya berita atau pesan-pesan hoax yang bertebaran baik
di media massa maupun media social. Hal itu tentu meresahkan dan mengakibatkan kegaduhan
pada masyarakat,sehingga masyarakat yang membutuhkan ketenangan akan mengabaikan dan tidak
mengkonsumsi berita-berita tersebut. Dengan demikian masyarakat kehilangan hak untuk
mendapatkan pesan-pesan atau berita terkini, akurat dan terpercaya dari isu-isu yang tengah hangat.
Pada situasi krisis ini, perlu kita mengingat kembali bagaimana etika dan prinsip-prinsip
komunikasi yang diajarkan oleh Al Qur’an dan As Sunah sebagai referensi dasar hidup masyarakat
muslim. Seperti bagaimana sikap seorang muslim ketika menerima sebuah berita, yang hal itu
terlihat jelas dalam QS,49: 6 yang tentunya harus mengindahkan proses seleksi terhadap berita baik
komunikator maupun kontens pesannya, sehingga sebagai seorang muslim tidak terjebak pada
berita-berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.Tulisan ini membahas komunikasi Islam
yang meliputi konsep dasar dan prinsip-prinsipnya.
Kata Kunci: Komunikasi Islam, Konsep Dasar dan Prinsip-prinsipnya
A. Pendahuluan
Komunikasi merupakan merupakan aktivitas yang niscaya dilakukan oleh manuisa sejak
dia dilahirkan. Sejak kapan kegiatan komunikasi itu ada, yaitu sejak manusia itu diciptakan,
karena itu usia komunikasi adalah sama dengan usia manusia itu sendiri (Mulyana, 2009: 3).
Dalam kehidupan sehari-hari, sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia
melakukan kegiatan komunikasi. Tidak ada satupun kegiatan yang lakukan seseorang di dalam
masyarakat tanpa komunikasi. Karena komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk social, hampir seluruh kegiatan manusia
berhubungan dengan manusia lain, baik kegiatan individu maupun kelompok, kegiatan di dalam
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
48
keluarga maupun kegiatan kemasyarakatan. Dengan berkomunikasi atau melakukan interkasi
dengan orang lain maksud dan tujuan sesorang bisa tercapai.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi; pesan, ide dan gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Sedangkan Onong Uchjana (2001:9) menggambarkan komunikasi
sebagai suatu kegiatan menyampaikan informasi dengan cara persuasive agar orang lain
mengerti. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Dalam banyak peristiwa komunikasi berlangsung menggunakan
lambang-lambang non verbal yaitu menggunakan isyarat; gerak-gerik badan seperti
mengangguk, mengedipkan mata, menggelengkan kepala, menggunakan isyarat tangan dan lain-
lain. Walaupun dalam konteks tertentu komunikasi tertentu justru menggunakan lambang verbal
dan juga non verbal. Hal itu karena lambang atau bahasa verbal dan non verbal memiliki sifat
holistic yang tidak dapat saling dipisahkan (Daryanto, 2002: 157).
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisiknya seperti sandang, pangan dan papan, akan tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan rasa ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi.Menurut
Mulyana (Mulyana, 2009: 77) bahwa manusia akan terus melakukan komunikasi dengan orang
lain sepanjang hidupnya dan komunikasi juga akan terus berlangsung selama masih ada
kehidupan manusia.
Bila melihat prosesnya secara makro, komunikasi merupakan kegaiatan yang dinamis
sejalan dengan dinamika untuk mencapai suatu perubahan. Latar belakang Komunikator dan
komunikan dapat mempengaruhi proses komunikasi yang tengah berlangsung seperti budaya,
pendidikan, lingkungan, motivasi, keyakinan dan lainnya (Taufik, 2012: 32). Menurut Zakiyah
Daradjat (dalam Jalaluddin, 2007: 60-61), bahwa manusia memiliki enam kebutuhan dasar jiwa,
yaitu kebutuhan rasa kasih sayang,kebutuhan rasa aman, kebutuhan harga diri, kebutuhan rasa
bebas, kebutuhan rasa sukses dan kebutuhan rasa ingin tahu. Nah, kebutuhan rasa ingin tahu
tersebut realisasinya adalah bagaimana manusia berinteraksi dengan orang lain dan berbagi
pengetahuan dan pengalaman hidupnya karena dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman
hidup membuat jiwa sesorang akan semakin sehat dan termotivasi untuk terus mengembangkan
diri mencari pengatahuan dan pengalaman-pengalaman yang baru yang bermanfaat.
Jadi inti dari komunikasi ialah menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada
seorang lain (komunikan atau audien) baik menyampaikannya secara langsung (direct
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
49
communication) maupun tidak langsung (undirect communiation). Bila komunikasi dilakukan
secara langsung maka kita juga akan mendapatkan timbal balik (feedback) yang langsung dari
komunikan, begitu pula sebaliknya, apabila melakukan komunikas tidak langsung maka
mendapat feedbacknya pun tidak langsung.
Islam juga mengajarkan kepada kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan
siapapun. Sebagaimana dalam firman-Nya dalam QS Al Hujurat (49:13)
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al-Hujurat/49:13).
Dari ayat tesebut jelaslah bahwa tujuan Allah SWT menciptakan manusia berbagai suku,
bangsa, ras dan agama adalah untuk saling mengenal. Untuk dapat mengenal satu sama lain,
tentu manusia harus melakukan interaksi dan komunikasi baik berinteraksi secara indivdu
maupun kelompok.
Jadi jelaslah bahwa komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia dan oleh
karenanya hingga hari ini manusia terus berproses melakukan pengembangan-pengembangan
terhadap metode, media maupun strategi komunikasi agar nilai dan kualitas komunikasi
semakin efektif dalam berbagai situasi. Hal itu ternyata sesuai dengan fitrah diciptakannya
manusia oleh Allah SWT untuk saling mengenal satu sama lain tanpa memandang suku, bangsa,
ras dan agama.
Tetapi motivasi untuk melakukan komunikasi, apakah hanya sekedar mentasharufkan
(mengekspresikan) kebutuhan-kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk social seperti di atas?
Apa pula motif dan tujuan komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan (public) ?
Apakah pesan atau massage yang disampaikan benar-benar merupakan suatu kebenaran atau
suatu informasi yang dibutuhkan oleh komunikan? Apa dampak dari pesan tersebut dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara?
Mengingat bahwa pada era globalisasi dan internet sekarang ini, untuk mengirimkan
atau menyampaikan pesan dengan dampak yang luas dalam arti dapat menjangkau khlayak luas
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
50
tidak lagi harus menggunakan media massa seperti koran, radio dan TV,tetapi dengan
menggunakan media baru (new media), setiap individu dapat menyampaikan pesan dengan
mudah dan murah dengan efek yang lebih luas dibandingkan efek yang ditimbulkan oleh media-
media masa meintream. Oleh karena itu agar pesan atau informasi yang disampaikan bukan
informasi hoax dan bersifat liar yang berimplikasi pada konflik-konflik horizontal seperti
keretakan antar keluarga, tetangga dekat dan sahabat, maka dalam penyampaian pesan harus
berpegang pada etika dan prinsip-prinsip yang bersifat universal seperti prinsip ikhlas, prinsip
pahala dan dosa, kejujuran, selektivitas dan validitas, keseimbangan berita dan prinsip privacy.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip dasar komunikasi yang terdapat dalam Al Qur’an
dan Hadits.
B. Pembahasan
1. Konsep Komunikasi dan Komunikasi Islam
a. Konsep Komunikasi
Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common) (Mulyana,2009:46). Apabila ada dua
orang atau lebih yang tengah terlibat komunikasi,maka komunikasi itu dapat dikatakan
sebagai komunikasi yang efektif apabila ada kesamaan makna atau arti mengenai pesan
yang dikomunikasikan. Sebaliknya bila pemberi pesan (komunikator) dan penerima
pesan (komunikan) tidak memaknai sama terhadap pesan yang disampaikan, maka
komunikasi tersebut tidak berjalan efektif atau tidak komunikatif (Roudhonah,2019:22).
Konsep komunikasi menurut Harold D. Lasswell yang dikemukakan oleh Onong
Uchjana (2001:10) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi
adalah menjawab pertanyaan who says (siapa yang berbicara), what (apa yang
dibicarakan), in what channel (media apa yang dipakai), to whom (kepada siapa lawan
bicara), dan what effect (efek yang ditimbulkan). Jadi berdasarkan konsep Laswell
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sementara Scott M Cutlip
(2007:226) mendefinisikan komunikasi yaitu:
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
51
“Proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi,
membujuk,atau memberi perintah,berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan kontek sosialnya”.
Everett M. Rogers (dalam Cangara,2016:22) seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi
mendifinisikan bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada seorang penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka. Definisi tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Hovlan,Janis and
Kelley (dalam Roudhonah,2019:23) bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah atau
membentuk perilaku orang lain (masyarakat).
Masih banyak lagi definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli ilmu
komunikasi tetapi dari definisi di atas sudah bisa diperoleh gambaran bahwa komunikasi
merupakan bentuk interaksi antara manusia untuk saling memberikan informasi dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya.
b. Konsep Komunikasi Islam
Definisi komunikasi telah dijelaskan di atas yaitu proses seseorang (komunikator)
menyampaikan pesan dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku-perilaku orang
lain (khlayak). Proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian
(mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
Sedangkan dalam bahasa Arab, komunikasi sering menggunakan istilah tawashul
dan ittishal. Kata tawashul digunakan oleh DR Halah Abdul ‘Al al Jamal ketika menulis
tentang seni komunikasi dalam Islam beliau memberi judul bukunya Fann al tawashul fi
al Islam (Seni Komunikasi Dalam Islam). Sementara kata ittishal digunakan oleh Awadh
Al Qarni dalam bukunya yang berjudul Hatta la takuna Kallan (Supaya Anda Tidak
Menjadi Beban Orang Lain). Awadh Al Qarni (dalam Hefni,2015:3) mendefinikan bahwa
komunikasi (ittishal) adalah melakukan cara yang terbaik dan menggunakan sarana yang
terbaik untuk memindahkan informasi, makna, rasa dan pendapat kepada pihak lain dan
mempengaruhi pendapat mereka serta meyakinkan mereka dengan apa yang kita inginkan
apakah dengan menggunakan bahasa atau lainnya.
Tawashul berasal dari kata Washala yang artinya sampai. Tawashul adalah proses
yang dilakukan oleh dua pihak untuk saling bertukar informasi sehingga pesan yang
disampaikkan dapat dipahami dan sampai kepada dua pihak yang berkomunikasi
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
52
(Hefni,2015:3). Apabila komunikasi hanya terjadi satu arah, maka tidak dinamakan
tawashul karena tawashul mensyaratkan terjadinya mubadalah atau ‘saling’ dalam proses
komunikasinya; saling bertukar informasi, saling memahami pesan yang disampaikan
dan saling menyepakati media yang digunakan. Dengan demikian tawashul merupakan
komunikasi dua arah. Adapun kata ittishal secara bahasa lebih menekankan aspek
ketersambungan pesan, tidak harus terjadi komunikasi dua arah. Dalam ittishal, apabila
seseorang menyampaikan pesan dan pesan tersebut sampai kepada pihak yang dimaksud
dan saat itu terjadi komuikasi, maka itu yang dinamakan ittishal (Hefni,2015:3-4).
Sedangkan arti Islam secara etimologi adalah tunduk, patuh dan damai. Menurut
Al Jurjani (dalam Hefni,2017:7) bahwa Islam adalah kerendahan dan ketundukan
terhadap apa yang dikabarkan oleh Rasulallah SAW. Sedangkan menurut Yatimin
Abdullah (2006:7), Islam mengacu pada agama yang bersumber pada wahyu yang datang
dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia.
Islam secara terminology, Amin Syukur (2004:93) mendefinisikan bahwa Islam
adalah ad Din yaitu titah Tuhan yang diturunkan melalui para nabiNya untuk
memberikan petunjuk kepada seluruh manusia yang mempunyai akal sehat untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat. Harjani Hefni (2015:10) mendefinikan
Islam sebagai kumpulan seluruh nilai yang diturunkan Allah Nabi Muhammad SAW
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia baik hukum akidah, akhlak, ibadah,
muamalah serta berita-berita yang disebutkan Al Qur’an dan As Sunah.
Dari penjelasan singkat tentang Islam tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah ketundukan terhadap keseluruhan nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan As
Sunah baik berupa hukum, akidah, akhlak, muamalah maupun berita atau kisah-kisah
masa lampau.
Dari pengertian komunikasi dan Islam di atas, komunikasi Islam didefinisikan
sebagai suatu proses menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan prinsip dan kaidah komunikasi yang terdapat dalam Al-
Quran dan Hadis, baik secara langsung atau tidak langsung, melalui perantaraan media
atau tidak, yang bertujuan untuk membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan
hakikat kebenaran agama. Proses penyampaian pesan dengan berpegang teguh pada
prisnsi-prinsip Al Quran dan Hadits berarti komunikator dalam menyampaiakn pesan
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
53
harus berprinsip pada keikhlasan, kejujuran, kebenaran, selektif dan valid dan
mengedepankan keseimbangan berita.
Dengan demikian bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh seorang
komunikator kepada komunikan (khalayak) tidak hanya dinilai sebagai aktivitas
muamalah, hubungan antara manusia belaka, tetapi juga dengan Tuhannya. Konsep inilah
menjadi landasan pokok komunikasi Islam dan hal itulah yang membedakan antara
konsep komunikasi secara umum dengan konsep komunikasi Islam.
Konsep komunikasi Islam tersebut diperkuat oleh perspektif bahwa Islam
merupakan agama yang bersifat mission (dakwah) yang mendesak penganutnya agar
menyebarkan pesan-pesan Islam kepada seluruh umat manusia. Setiap individu muslim
dianggap sebagai komunikator agama dimana mereka diwajibkan menyampaikan pesan-
pesan Islam berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing. Tanggung jawab ini
membuat tugas komunikasi menjadi penting, bahkan diperlihatkan oleh Nabi Muhammad
SAW yang memerintahkan agar setiap muslim menyampaikan pesan dari beliau
walaupun hanya satu ayat. Simbolis satu ayat tersebut menunjukkan betapa pentingnya
kebenaran ajaran agama untuk disampaikan dengan efektif berdasarkan prinsip-prinsip
komunikasi yang digariskan oleh Al-Quran dan Hadits.
Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa komunikasi Islam merupakan komunikasi
yang dibangun atas dasar prinsi-prinsip Islam yang memandang proses komunikasi bukan
hanya sebatas hubungan antara manusia tetapi lebih juga hubungan antara manusia
dengan Tuhan yang bernilai ibadah.
2. Prinsip-prinsip Komunikasi Islam
Prinsip-prinsip Islam bersumber pada Al Quran dan as Sunah. Prinsip-prinsip Islam
tersebut menjadi dasar pada prinsip-prinsip komunikasi Islam. Telah dijelaskan di atas
bahwa ruh komunikasi Islam berbeda dengan komunikasi pada umumnya, karena dalam ruh
komunikasi Islam adalah komunikasi dan interkasi yang bangun didasarkan pada ketaatan
dan kepatuhan terhadap Allah SWT. Dalam konteks ini, seseorang yang
menyampaikan/mengirimkan pesan kepada orang lain itu niat dan tujuannya adalah untuk
menjalankan perintah Allah yaitu menyampaikan kebenaran dan informasi yang dibutuhkan
oleh publik. Disamping itu dalam menyampaikan kebenaran tentu juga dengan
menggunakan cara-cara yang benar dengan harapan bahwa pesan tersebut dapat diterima
dan dipahami dengan baik oleh public.
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
54
Ketika seorang komunikator menyampaikan pesan yang contentnya adalah
kebenaran, berasal dari sumber yang jelas, menggunakan symbol-symbol dan media yang
dapat terjangkau oleh komunikan, maka sangat mungkin pesan-peasn tersebut akan diterima
dan dipahami oleh komunikan sebagaimana harapan komikator. Nah,proses komunikasi
tersebut merupakan komunikasi yang mengggunakan prinsip-prinsip komunikasi Islam.
Menurut Harjani Hefni (2015:225) bahwa prinsip-prinsip komunikasi Islam
berdasarkan al Qur’an dan as sunah, ada dua belas yaitu; prinsip ikhlas, prinsip pahala dan
dosa, prinsip kejujuran, prinsip kebersihan, prinsip berkata positif, prinsip paket, prinsip dua
telinga satu mulut, prinsip pengawasan, prinsip selektivitas dan validitas,prinsip saling
mempengaruhi, prinsip keseimbangan berita dan prinsisp privacy.
Menurut penulis, prinsip-prinsip yang paling urgent saat ini terkait dengan upaya
meminimalisir berita-berita hoax yang sering beredar melalui media social mapun whatshap,
yaitu: a).Ikhlas, b).Prinsip kejujuran, c) Prinsip pengawasan, d) Prinsip selektifitas dan
validitas, dan e) Prinsip saling mempengaruhi.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi sangat urgent apabila diaplikasikan pada era digital
seperti sekarang ini, dimana dengan mudahan mengakses media baru (media online) setiap
orang dapat mengirimkan pesan dengan mudah, cepat, murah dan berdampak luas. Aspek
kemudahan akses tersebut sering kali melupakan atau tidak mengindahkan hal-hal yang
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk saling menghormati dan
menghargai sesama warga negara dengan tidak meneliti dan mengklarifikasi kebenaran
content pesan. Sehingga banyak yang muncul bertebaran pesan-pesan yang tidak dapat
dipertanggunjawabkan (hoax) yang meresahkan masyarakat secara umum. Tentu hal itu
tidak sesuai dengan prinpi-prinsip komunikasi Islam dan melanggar hak masyarakat untuk
mendapatkan berita dan informasi yang benar.
a) Prinsip Ikhlas.
Menurut HAMKA (1990:126-127) kata ikhlas berarti bersih, tidak ada
campuran,tulen tidak bercampur apapun. Ikhlas berarti tulus, lurus, dan benar niat dan
sengaja hanya karena karena Allah semata.Bila dilihat dari perspektif kebahasaan
tersebut,ikhlas dimaknai sebagai sebuah perbuatan yang dilakukan dengan tulus tanpa
diwarnai dengan tendensi-tendensi tertentu.
Abuddin Nata (2000:7) mendefinisikan ikhlas adalah perbuatan yang bukan
bertujuan mendapat pujian dari manusia, tetapi murni semata-mata karena Allah.
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
55
Dengan demikian, bila melakukan atau mengatakan sesuatu didasari karena ikhlas, maka
apa yang dilakukan tidak hanya bersifat horizontal antar manusia saja, tetapi juga
bersifat vertical dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karenannya,
seseorang akan berhati-hati untuk bertindak dan berperilaku yang tidak sesuai dengan
kebenaran.
Dalam komunikasi, prinsip ikhlas ini sangat urgent, karena ketika seorang
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan disertai rasa ikhlas, maka
komunikator tertuntut untuk menyeleksi kebenaran dari pesan yang akan disampaikan,
sehingga pesan tersebut benar-benar merupakan kebenaran dan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Di pihak lain, komunikan akan menerima dan
memahami pesan tersebut secara positif sesuai tujuan pesan itu disampaikan.
Apabila tidak ada ketulusan dalam menyampaikan dan menerima pesan, maka
pesan akan diterima dan ditafsirkan secara beragam oleh komunikan (publik) sesuai
kepentingan masing-masing. Sebagai contoh, dalam sebuah tatap muka perkuliahan,
seorang dosen memuji Ali, salah seorang mahasiswa Program Studi Komunikasi dan
Penyaran Islam, yang tidak dapat mengikuti kuliah, karena karya ilmiahnya tentang
Stategi pencegahan berita hoax mendapat apresiasi dan penghargaan dari Menteri
Komunikasi dan Informatika. Saat ini dia harus ke Jakarta untuk menerima penghargaan
tersebut. Dosen tersebut memuji Ali yang cerdas, ulet dan responsive terhadap
persoalan-persoalan social yang sedang akutual. Tujuan dosen menyampaiakn informasi
tersebut adalah agar mahasiswa memiliki semangat untuk membuat karya ilmiah yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Informasi yang disampaikan oleh dosen tersebut tentu ditanggapi secara beragam
oleh mahasiswa sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Ada sebagian
mahasiswa merasa bangga, tetapi ada yang menanggapi biasa-biasa saja, ada pula yang
tidak suka dengan informasi tersebut. Mahasiswa yang tidak suka mendengar informasi
tersebut karena egonya menolak untuk menerima kelebihan dan prestasi yang diperoleh
oleh orang lain atau dirinya tidak suka disaingi oleh orang lain.
Nah, ilustrasi di atas menggambarkan apabila komunikasi tidak didasari
keikhlasan maka tujuan dari komunikasi tersebut tidak akan tercapai. Oleh karena itu
prinsip ikhlas menjadi prinsip yang paling mendasar dalam komunikasi Islam. Tanpa
prinsip ini, komunikator dan komunikan akan kehilangan tujuan utama berkomunikasi
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
56
yaitu ibadah, sementara kekuatan pesan menjadi kabur dan proses komunikasipun
menjadi terhambat (Hefni, 2015: 227-228).
Begitu urgentnya pentingnya prinsip ikhlas bagi diri seorang muslim dalam
menjalani kehidupan, hal itu tersurat dalam firman Allah QS Al An’am [6];162-163:
Artinya: Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah,Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya, dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah) (Al An’aam/6:216).
Dengan dasar ayat tersebut, proses komunikasi tidak hanya aktivitas muamalah
semata, tetapi ada aspek transedental yang kental, dimana ketika seorang komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan disertai rasa ikhlas, maka komunikator akan
menyeleksi secara cermat kebenaran dari pesan yang akan disampaikan. Dengan
demikian pesan yang akan disampaikan telah teruji kebenarannya dan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Tanggung jawab untuk menyampaikan pesan
yang ditumbulkan oleh sebuah keiklasan akan membuat seorang komunikator terhindar
dari hasrat untuk menyebarkan berita-berita yang hoax yang dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan sesaat. Di pihak lain, komunikan akan menerima dan
memahami informasi/pesan yang telah terseleksi kebenaran dan keakuratanya dengan
positif sesuai tujuan pesan itu disampaikan.
b) Prinsip Kejujuran
Jujur atau kejujuran merupakan karakter penting dalam Islam. Manusia sebagai
makhluk social akan selalu melakukan aktivitas kekhasanya yaitu berkomunikasi dan
berinteaksi dengan orang lain. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai
macam ras, suku, bangsa dan agama tujuannya untuk saling mengenal (Ah-
Hujurat/49:847). Menurut Shihab (2012:615-616) bahwa ayat ini membicarakan tentang
prinsip dasar hubungan dan relasi antar manusia. Allah menciptakan semua manusia
dengan derajat kemanusiaan yang sama disisi Allah, tidak ada perbedaan antara laki-
laki-perempuan dan antara satu suku dengan suku-suku lainnya.
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
57
Untuk dapat saling mengenal dan hidup bersama dalam sebuah masyarakat,tentu
ada proses saling berinterkasi dan berkomunikasi antar sesama anggota
masyarakatnya.Karena berinterkasi dan berkomunikasi adalah fitrah manusia sesuai
tujuan Allah menciptakannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling
mengenal, maka dalam proses interaksinya harus mengedepankan sikap saling
menghormati dan menghargai harkat dan martabat manusia sebagaimana Allah Sang
Pencipta manusia telah memuliakan manusia, yang tertuang dalam QS Al Israa’ [17]:70
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan (Al-Isra/70:435).
Terhadap ayat ini, Quraish Shihab (2012:150) memberikan penfsiran bahwa
kemuliaan manusia itu kerena manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak
dianugrahkanNya kepada makhluk lain. Anugerah tersebut untuk semua manusia dan
lahir bersama dengan kelahirannya sebagai manusia. Karena itu manusia harus dihormati
dalam kedudukannya sebagai manusia, tanpa membedakan latar belakang ras, suku
bangsa maupun agama dan kepercayanya. Menurut Qurash Shihab, Nabi menghormati
jenazah seorang Yahudi dan ketika ditanya oleh sahbat-sahbatnya beliau menjawab
bahwa orang Yahudi itu adalah juga manusia.
Ayat tersebut menjadi konsep dasar hubungan interaksi antar manusia termasuk
dalamnya adalah komunikasi yang tentunya senantiasa dilandasi saling menghomati dan
menghargai sesama manusia. Nah, ketika sesorang menyampaikan pesan kepada orang
lain (public) dengan dilandasi oleh penghormatan dan penghargaan terhadap sesama
manusia, maka tentunya dia akan menyampaikannya dengan ketulusan dan kejujuran.
Prinsip kejujuran dalam komunikasi sangat mendasar karena kejujuran akan
berimplikasi pada kebenaran dari content pesan yang disampaikan. Begitu mendasarnya
prinsip kejujuran ini, maka para nabi dan rasul dipastikan memiliki sifat yang berkaitan
dengan prinsip ini yaitu sifat siddiq (benar-jujur). Sifat ini memastikan bahwa para nabi
menyampaikan informasi dengan kejujuran sehingga dapat dipercaya bahwa content
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
58
pesannya juga merupakan kebenaran.Prinsip kejujuran ini akan mendorong seorang
komunikator untuk dapat bertanggungjawab atas informasi yang disampaikan. Bentuk
dari kejujuran dalam komunikasi adalah tidak berdusta (berbohong) dan tidak
memutarbalikkan fakta (Hefni,2015:240).
Informasi yang tidak benar (hoax) tentu sangat meresahkan dan mengganggu
ketenangan masyarakat. Karena itu ketika seorang komunikator menyampaikan berita
bohong (hoax) maka dia akan mendapat pengadilan dari masyarakat, selamanya dia akan
dianggap sebagai pembohong dan tidak akan lagi mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Kita bangsa Indonesia banyak memiliki pengalaman mengenai berita
bohong (hoax) tersebut, sebut saja berita tentang Pengeroyokan Ratna Sarumpaet
(Siddiq, 2018), Pekerja Asing Serbu Indonesia (Warsudi,2019), dan lain-lain.
Sedemikian dasyatnya implikasi berita hoax, maka dalam komunikasi Islam
sangat ditekankan agar seorang komunikator dan komunikan memiliki kejujuran dalam
aktivitas komunikasnya agar apa yang terinfomasikan benar-benar menghasilkan
kebaikan tidak hanya di dunia tetapi juga di akherat.
c) Prinsip pengawasan
Seorang mukmin tentu percaya kepada Allah dengan semua sifat-sifatNya dan
juga mempercayai akan adanya hari pembalasan. Kepercayaan tersebut membuat
seorang mukmin tidak gegabah/sembrono untuk berkata, bersikap dan berbuat yang
tidak benar, terutama melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah karena dia merasa
bahwa setiap perbuatannya diawasi oleh Allah dan akan mendapat ganjaran sesuai
perbuatan yang dilakukannya. Bahwa Allah mengawasi setiap perbuatan manusia
tertuang jelas dalam QS Qaf [50]:16-18
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengatahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya,(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanannya dan yang lain duduk di sebalah kiri.Tiada
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
59
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir. (Qof/50:853).
Sedangkan pada setiap perkataan dan perbuatan manusia akan mendapat balasan
dari Allah dapat terlihat jelas dalam QS Surat Zalzalah [99]:7-8,
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-
Zalzalah/ 99: 1087).
Mengenai QS Az-Zalzalah ayat 7-8 di atas, Quraish Shibab (2012:531)
mengatakan bahwa di hari kebangkitan semua orang akan diperlakukan secara adil,
kapanpun di manapun seseorang yang melakukan kebaikan sebesar dzarrah akan ia
mendapat balasannya, begitu juga sebaliknya ketika seseorang melakukan kejahatan
maka dia juga akan balasannya pula.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, seorang komunikator seharusnya berhati-hati dan
menyeleksi kebenaran dari setiap pesan yang akan disampaikan kepada publik karena
segala aktivitasnya termasuk aktivitas komunikasinya diawasi dan dipantau oleh Allah
serta akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak.
d) Prinsip selektivitas dan validitas
Satu prinsip dasar yang sangat urgent dalam komunikasi Islam adalah selektivitas
dan validitas. Ketika berita atau pesan tidak diseleksi tentang kebenaran dan akurasinya
maka sangat mungkin berita itu akan menimbulkan keresahan dan membahayakan
masyarakat. Begitu mendasarnya prinsip ini, Allah telah memperingatkan Nabi agar
berhati-hati dalam menerima berita dan melakukan klarifikasi terhadap berita-berita
yang belum jelas kebenaran sebelum mengambil sebuah kebijakan. Hal itu tertuang jelas
dalam QS Al Hujurat [49]:6
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,jika datang kepadamu seorang fasik membawa
suatu berita, periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
60
musiabah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan
kau menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujurat/ 49: 846).
Terkait dengan ayat di atas, DR Quraish Shihab (2012:589) mengatakan bahwa
kata naba’ digunakan dalam arti berita yang penting, berbeda dengan kata khabar yang
berarti kabar secara umum baik kabar penting atau tidak. Karena itu menurut belaiu,
sangat penting bagi seorang muslim yang mendapatkan informasi tertentu, untuk
menyeleksi kebenaran dari informasi tersebut dan menguji integritas dari
komunikatornya apakah dapat dipercaya atau tidak. Dan ketika informasi disampaikan
merupakan berita yang tidak penting dan tidak sewajarnya, maka seorang muslim tidak
perlu menyia-nyiakan waktunya untuk dengan menyelediki kebenarannya.
Nah, di sini jelaslah bahwa ketika seseorang muslim mendapatkan berita terutama
berita yang penting, yang menyangkut nasib banyak orang, semestinya dia tidak
langsung menelan mentah-mentah berita tersebut, tetapi sebaliknya dia terlebih dahulu
menyeleksi kebenaran berita tersebut dan menguji validitasnya dengan melihat integritas
dan rekam jejak si pembawa berita. Pengalaman memberikan pelajaran, bahwa tingginya
jumlah orang yang memberitakan tentang sesuatu tidak serta merta memberikan jaminan
bahwa berita tersebut adalah benar. Oleh karena itu meneliti integritas dan rekam jejak
seorang pembawa berita (komunikator) sangat urgent dilakukan sebab akan sangat
mempengaruhi kualitas dan validitas dari berita yang dibawanya. Terkait hal ini juga
dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat [49]:6 sebagaimana yang telah dituliskan
di atas.
e) Prinsip saling mempengaruhi
Komunikasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia sehari-hari baik
yang dilakukan langsung ataupun tidak langsung. Salah satu tujuan komunikasi adalah
untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2001:5). Pada saat berkomunikasi tersebut,
seseorang komunikator tidak hanya sekedar menyampaikan pesan secara verbal maupun
non verbal saja, tetapi juga bertujuan untuk mengubah pendapat atau tingkah laku
komunikan.
Ketika seorang ayah berinterkasi dengan anaknya di rumah atau interaksi seorang
guru di sekolah dengan siswanya dalam proses belajar mengajar, pada proses tersebut,
terjadi komunikasi timbal balik, pertukaran symbol untuk memberi informasi,
membujuk dan saling mempengaruhi satu sama lain berdasarkan makna yang sama.
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
61
Seperti yang dikatakan oleh Cutlip (Cutlip,2006:226), pada saat sesorang menyampaikan
pesan kepada orang lain, pada saat itulah mulai terjadi proses saling mempengarui dan
dipengaruhi, memberi informasi dan diberi informasi, mengajar dan diajar, menghibur
dan dihibur dengan menggunakan sinyal-sinyal tertentu.
Keniscayaan saling mempengaruhi pada orang-orang yang melakukan komunikasi
memotivasi seorang komunikator untuk menciptakan komunikasi yang santun, mendidik
dan berorientasi pada kehidupan yang kekal sehingga pesan disampikan akan
memberikan perubahan pada pola pikir,sikap dan perilaku komunikan ke arah yang lebih
baik sepanjang hidupnya. Wahab Bin Munabbih (dalam Hefni, 2015: 256-257)
mengatakan:
هم يجس ة لجعجل أجحجدج مجع الكجلمجةج ف جي جنتجفع بجا سجنجة أجو مجلس ي ت جنجازجع فيه العلم أجحجب إلج من قجدره صجلج مجا بجقيج من عمره
Artinya: Majelis yang membincang masalah keilmuan lebih saya cintai daripada shalat
dengan kadar waktu yang sama yang dihabiskan untuk kajian ilmu. Barangkali
ada diantara mereka yang mendengar satu kata, lalu jata tersebut bermanfaat
untuk dirinya selama setahun atau seumur hidupnya.
Selanjutnya pengaruh yang strategis dari komunikasi adalah:
1) Merubah pendapat orang lain.
Pada dasarnya, komunikasi merupakan seni penyampaian informasi baik
berupa pesan, ide, sikap, atau gagasan dari seorang komunikator kepada komunikan
untuk mengubah serta membentuk pola, sikap, pandangan, dan pemahaman
komunikan sesuai yang dikehendaki oleh komunikator. Seorang pakar komunikasi,
Onong Uchyana (2000:5), mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain yang tujuannya adalah
untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara
lisan, langsung maupun tak langsung melalui media.
Tujuan komunikasi untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang
lain atau public ini, sering digunakan oleh kalangan tertentu pada moment-moment
tertentu pada saat pilpres,pilkada dan atau untuk membangun opini pada issue-isue
yang mengaitkan emosi public seperti penodaan agama atau SARA. Pada era media
baru (new media) ini, komunikator dapat menyampaikan pesan-pesan yang agitatif
ini dengan menggunakan hampir semua jenis media baru seperti; twitter, facebook,
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
62
youtube, whatsapp, Intagram, dan lainnya yang tujuannya adalah untuk
mempengaruhi pikiran,pendapat dan sikap publik. Ternyata memang dalam beberapa
kasus, pesan yang disampaikan melalui media naru atau media social tersebut
mampu mempengaruhi public secara signifikan seperti kasus penodaan agama yang
menyeret Ahok (Basuki Cahya Poernama) dan lain-lain.
Terkait dengan kekuatan pesan yang mampu menghipnotis lawan bicara,
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Umar RA bahwa ketika datang dua orang dari Masyriq yang berpidato yang
membuat orang-orang terkagum-kagum atas penjelasnya, kemudian Rasulullah
berkata:”Sesungguhnya di antara pesan yang terucap itu adalah bius”. Hal itu
disampaikan Rasulullah, betapa kata-kata dan bahasa yang disampaikan oleh
seseorang sangat berpotensi memberikan pengaruh terhadap pikiran, pendapat dan
sikap orang lain. Sedemikian dasyatnya pengaruh sebuah pesan, sehingga Rasulullah
dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah (Hefni,2015;258) mengingatkan
umatnya agar berhati-hati dalam menyampaikan pesan dan mempelajari seni
menyampaikan pesan (public speaking) karena seseorang yang mempelajari seni
menyampaikan pesan hanya untuk bertujuan menghipnotis hati manusia, maka Allah
akan menolak semua tebusannya di akherat.
2) Pengaruh komunikasi bisa menjadi faktor baik dan buruknya manusia
Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social, berinteraksi dengan
sesamanya merupakan keniscayaan. Hal itu karena antara manusia yang satu dengan
yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbal balik. Setiap
manusia mempunyai kecenderungan ke arah baik dan buruk. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah SWT dalam QS As Syam ayat 8:
Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. (Asy Syam/91:8)
Kecenderungan ke arah yang baik seperti contoh, bahawa umumnya orang
ingin selalu meningkatkan prestasi. Untuk itu dia akan melalukan hal-hal yang untuk
yang bisa menjadi jembatan meningkatnya prestasi tersebut termasuk melalukan
interaksi dengan orang-orang yang mampu memotivasimya ke arah peningkatan
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
63
prestasi tersebut.Sebaliknya manusia juga punya kecenderungan negatif seperti
melanggar aturan-aturan atau norma-norma agama; berghibah, memaki-maki orang
ketika marah, memakan makanan yang tidak halal dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan sesorang baik
kecenderungan ke arah yang baik ataupun yang buruknya adalah teman dekat atau
sahabatnya. Interaksi yang terbangun lama dan akrab akan membangun hubungan
yang saling imitatif. Hal ini pula yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (dalam Hefni,2015:260)
ليله ف جلي جنظر : قجالج رجسول الل ه صجلى الل ه عجلجيهج وجسجلمج : أجب هرجي رجةج قجالج عجن الرجل عجلجى دين خج أجحجدكم مجن يجال ل
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Seseorang itu tergantung
kepada agama teman dekatnya.Hendaklah seseorang memperhatikan
dengan siapa ia berteman.
Dari hadits tersebut bahwa komunikasi yang intensif sesama teman atau
sahabat sangat berpotensi untuk menentukan arah kecenderungan sesorang. Ketika
sahabatnya adalah orang yang baik, maka dia bisa dikatagorikan sebagai orang baik
sebagaimana sahabatnya, begitupun sebaliknya.
C. Kesimpulan
Konsep komunikasi yang yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi sangat beragam
dan memiliki perspektif sendiri-sendiri, tetapi ada persamaan bahasan dari semua pakar tersebut
terkait dengan pelaku komunikasi yaitu manusia baik komunikator maupun komunikannya.
Sementara, hampir semua pakar komunikasi yang menganut agama atau kepercayaan terhadap
Tuhan, mereka mengakui bahwa aktivitas komunikasi itu tidak hanya dilakukan oleh sesama
manusia, terlebih bahwa aktivitas komunikasi manusia pertama yaitu Adam adalah dengan
Allah SWT. Obyek kajian tersebut yang membedakan antara ilmu komunikasi dengan
komunikasi Islam.
Daftra Pustaka
Abdullah, M. Yatimin, 2006, Studi Islam Komtemporer, Jakarta: AMZAH.
Cutlip, Scott M.,Center,Allen H., Broom, Glen M, 2009, Effective Public Relations, Edisi Sembilan,
terjemahan, Jakarta: Prenada Media Group
Cangara, Hafied, 2016, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: 2580-7811
Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:
KOMUNIKASI ISLAM: . . .
Hanifah Muyasarah
64
Daryanto, 2002, Teori Komunikasi, Yogyakarta: PT Penerbit Gava Media.
HAMKA,1990, Tasawuf Modern,Jakarta: PT Pustaka Panjimas
Hefni, Herjani, 2015, Komunikasi Islam, Jakarta, Prenadamedia Group
Uchjana Efendi, Onong, 2001, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
_____, 2000, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy, 2009, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Nata, Abudin, 2007, Akhlak Tasawuf, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada.
Roudhonah, 2019, Ilmu Komunikasi, Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Shihab, Quraish, 2012, Tafsir Al Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al Qur’an. Voleme 7,
Jakarta: Penertbit Lentera Hati
Shihab, Quraish, 2012, Tafsir Al Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al Qur’an. volume 12
Jakarta: Penertbit Lentera Hati
Shihab, Quraish, 2012, Tafsir Al Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al Qur’an. volume 15
Jakarta:Penertbit Lentera Hati
Syukur, Amin, 2004, Tasawuf social,Yogjakarta; Pustaka Pelajar.
Tufik, Tata, 2012, Etika Komunikasi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Al Qur’an dan Terjemahnya, 1411,Kerajaan Arab Saudi,Mujama al Malik Fahd li-Thiba-at al
Mudhad al Syarif Al Madinah al Munawwarah.
Siddiq,Taufik,2018, https://nasional.tempo.co/read/1132568/kata-polri-soal-pengeroyokan-ratna-
sarumpaet-hoax/full&view=ok
Warsudi, 2019, 2Fkaprolri-tegaskan-pekerja-asing-serbu-indonesia-hoax
http://jabarsindonews.com.cdn.amproject.org/vs/jabar.sindonews.com/news... 2990% -
1550235734.
Top Related