KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN
PARA GURU DI MTS AL-FITROH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD FAHRUDDIN
103018227354
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN
PARA GURU DI MTS AL- FITROH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
AHMAD FAHRUDIN
NIM: 103018227354
Dibawah Bimbingan
DRS. HASYIM ASY’ARI, M.Pd
NIP: 19661009 199303 1 004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
ABSTRAK
Ahmad Fahruddin, Nim: 103018227354, Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh, Cipondoh-Tangerang, Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dengan kepala sekolah dan sepuluh sampel guru dari 34 orang. Pengawasan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dikatakan cukup, hal ini dapat dilihat dari data pengawasan kepala sekolah dengan nilai rata-rata 30 %. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru berkategori sedang. Dengan demikian pelaksanaan komunikasi yang dilaksanakan kepala sekolah sudah cukup baik, namun belum terlaksana secara maksimal.
Proses komunikasi kepala sekolah dengan para guru dipandang cukup, artinya kondisi guru dan kepala sekolah terbina degan harmonis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.. Kegiatan komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh dinilai baik dengan alasan miss yang terjadi lebih kecil daripada nilai positifnya. Ubtuk itu, penelitian ini difokuskan dengan pola komunikasi yag dilakukan kepala sekolah terhadap para guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kepala sekolah dengan para guru akan dapat meningkatkan harmonisasi guru dengan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Tiada kata indah yang terucap dari lisan ini melainkan puji syukur
terhadap Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada Tuhan melainkan Dia,
Dzat yang Maha Tinggi, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya
kepada penulis, selama penulis menempuh studi sampai akhirnya penulis
menyelesaikan Skripsi ini untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad saw.
yang telah banyak melahirkan inspirasi bagi banyak manusia, terutama penulis
dalam menjalankan roda kehidupan ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan ummatnya yang saleh dan salehah, amin.
Proses penyelesaian skripsi S1 yang berjudul “Komunikasi Antar Kepala
Sekolah dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh” ini telah memakan waktu yang
cukup lama dan berbagai macam rintangan telah penulis hadapi dengan penuh
semangat dan kerja keras. Oleh karena itu, keharuan penulis tidak bisa diukir
dalam bentuk kata-kata indah melainkan hanya dengan sejuta harapan agar skripsi
ini dapat bermanfaat bagi civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, juga secara umum bagi seluruh
lapisan masyarakat. Untuk itu, penulis ingin berucap terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil selaku Ketua Jurusan KI-
Manajemen Pendidiikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Ibu Drs, Mu’arif SAM, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan KI-Manajemen
Pendidikan, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan
motivasi, saran, nasihat selama penulis menempuh studi S1 di Jurusan KI-
MP
4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah turut berperan aktif dalam proses
penyelesaian skripsi penulis, baik berupa saran, bimbingan dan nasihatnya
kepada penulis,
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis
selama masa studi di Jurusan KI-MP. Semoga amal baik mereka mendapat
balasan dari Allah SWT, amin
6. Seluruh staff/pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah banyak
menyediakan buku referensi selama penulis menyelesaikan skripsi
7. Bapak Syaiful Husni Mubarak, Lc yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan keterangan-keterangan seputar judul skripsi ini di tengah
kesibukan beliau yang sungguh luar biasa sampai penulis harus bekerja
keras untuk dapat mewawancarainya,
iv
8. Ayahanda Bapak Nahrawi dan Ibunda Titi Faridawati, yang selalu
memberikan motivasi, bimbingan, doa yang tulus kepada penulis untuk
terus mengejar cita-cita yang dibanggakan. Semoga segala bentuk
kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, amin
9. Sahabat-sahabat HIMATA Jakarta Raya (Opik, Maksis, Chandra, Oji, St.
Badi’ah, Romli, dll.) dan PB HIMATA, semoga kalian terus semangat
menjalani aktivitas kesehariannya, terima kasih atas keakraban dan
kekeluargaan yang diberikan selama penulis menempuh studi di UIN
Jakarta.
10. Untuk sang kekasih yang selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan
skripsi, yaitu Rini Febriani. Semoga termotivasi, agar segera
menyelesaikan studinya.
11. Seluruh teman-teman civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
wabil khusus Jurusan KI-MP (Pribadi Muslim, Defri Hamdani, Dzul Fadli
Agus Mulyania, Abd. Aziz, Asih Sumiasih, Ade Faizah, Nining), Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka berikan
mendapat imbalan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa, serta skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua, amin.
Ciputat, 22 Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………..………...
KATA PENGANTAR ………………………………………………..………
DAFTAR ISI …………………………………………………………...……..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..…...
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..….
B. Masalah Penelitian ………………………………………....
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………..
BAB II LANDASAN TEORITIS ………………………………….....
A. Pengertian Komunikasi ……………………………………
B. Tujuan Komunikasi ………………………………………..
C. Unsur- unsure Komunikasi…………………………………
D. Jenis-Jenis Komunikasi
E. Faktor Pendukung Komunikasi…………………………….
F. Faktor Penghambat Komunikasi …………………………..
G. Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru …..
H. Kerangka Berfikir ………………………………………….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………..………
A. Tujuan Penelitian ………………………………………….
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
C. Metode Penelitian..………………………………………...
D. Populasi Dan Sampel ……………………………………...
E. Variabel Penelitian ………………………………………..
i
ii
v
1
1
5
6
8
8
10
12
12
13
14
32
33
33
34
34
34
34
v
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
G. Instrumen Penelitian ………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………..
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh .........................................
B. Latar Belakang Guru ……………...……………………….
C. Latar Belakang Kepala Sekolah …………………………...
D. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru ………..…
E. Pengolahan Data …………………………………………...
BAB V PENUTUP ………………………………………..…………...
A. Kesimpulan ……………………………………………..….
B. Saran-saran ………………………………………..……….
35
35
36
36
38
41
42
48
50
51
52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah komunikasi sudah sedimikian lazim di kalangan kita,
meskipun masing-masing orang mengartikan istilah itu secara bebeda-
beda. Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan kata komunikasi,
misalnya: “hewan pun berkomunikasi dengan caranya masing-masing,”
ada miskomunikasi antara kita, “saya sebel sama orang itu,” karena
orangnya tidak komunikatif, “computer adalah saraa komunikasi yang
tercanggih”, “kami sedang meneima komunikasi lanjutan dari pihak
pemeintah,” dan sebagainya. Komunikasi dari organisasi pada umumnya
bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupasehingga khalayak
merasa memiliki keterlibatan, setidak- tidaknya ada hubungan
batin.kegiatan ini sangat penting dalam usaha pemecahan suatu masalah
jika terjadi tampa diduga. Sebagai contoh ialah masalah yang timbul
akibat berita yang salah yang dimuat dalam surat kabar. Dengan adanya
hubungan baik sebagai akibat kegiatan komunikasi yang dilakukan
organisasi, masalah yang dijumpai kemungkinan besar tidak akan terlalu
sulit diatasi. Bukan tidak mungkin pula sebelum berita itu dimuat, si
2
wartawan terlebih dulu bertanya mengenai kebenaran kejadian yang akan
diberitakan itu.1
Komunikasi dalam bidang pendidikan merupakan hal yang
mendukung terciptanya hubungan antar penyelenggara pendidikan yang
baik agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang terumus dalam
tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia
tanpa terkecuali. Begitu pun dalam dunia pendidikan, komunikasi
dipandang perlu karena akan mengantarkan proses pendidikan menjadi
lancar dan baik.
Di dalam sekolah, terdapat organisasi sekolah yang terdiri
dari Kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua murid.
Kesemuanya harus memiliki sinergitas dan bentuk komunikasi yang baik
demi kelancaran proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada
penelitian ini, arti penting komunikasi akan diangkat kedalam permukaan
kajian pendidikan yang memiliki turunan dengan sistem dan manajemen
pendidikan di sekolah melalui hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah
dan guru. Karena kita semua menyadari bahwa hubungan kepala sekolah
dan guru adalah bagaikan gerbong kereta yang harus selalu tersambung
dengan kepala kereta agar dapat mengantarkan para penumpang ke suatu
tujuan.
Di dalam lembaga pendidikan, atau sekolah, kita mengenal
adanya Kepala Sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru merupakan dua
elemen penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan mengatur, menjamin,
dan mengarahkan guru-guru agar dapat sesuai menjalankan tugasnya
sebagai guru yaitu mendidik para siswa agar terarah dan terbimbing.
Namun, kita juga menyadari bahwa hubungan komunikasi
antar Kepala Sekolah dan guru tidak selamanya terjadi secara harmonis,
tetapi juga adakalanya terdapat suatu konflik atau gap yang bisa
1 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h.129
3
menyebabkan pecahnya keharmonisan hubungan keduanya baik secara
lembaga maupun secara personal. Tentu saja ini diakibatkan adanya
kesalahan dalam bercakap dan manajemen komunikasi diantara keduanya.
Penelitian ini akan berusaha mencari faktor penentu dan juga penghambat
hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Dalam banyak hal komunikasi dapat disamakan dengan
plogistonnya masyarakat. Coba saja pikirkan, dai waktu ke waktu!;
problema sosial apa yang tidak melibatkan problema komunikasi? Oleh
aena itu, dari waktu ke waktu manusia dihadapkan denga problema sosial
yang penyelesaiannya menyangkut jkomunikasi yang lebih banyak
ataupun lebih baik. Setidak-tidaknya seorang ahli politik telah melukiskan
terjadinya peperangan antar bangsa sebagai akibat adanya problema
kesalahpahaman cultural, yang sebenarnya kesalahpahaman itu dapat
dihndari melalui komunikasi politik internasional. Salah satu dasar
pemikiran yang sering diulang-ulang, yang mendasari perserikatan
bangsa-bangsa dimulai kira-kira sebagai berikut: “jika saja bangsa-bangsa
dapat berukmpul dan berbicara antara yang satu dengan yang lain…” bagi
saya sendiri, salah satu dari baris-baris dapat diingat dari Hollywood
adalah apa yang diucapkan oleh sipir penjara yang terus menerus member
tahu kepada Cole Hand Luke,: apa yang ada disini adalah kegagalan
berkomunikasi!
Guru merupakan sebuah profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jenis
pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan. Oleh sebab itu, jenis profesi guru paling mudah
terkena pencemaran.
Akhir-akhir ini seringkali terdengar orang berbicara tentang
merosotnya mutu pendidikan dan mereka cenderung beranggapan bahwa
masalah tersebut disebabkan oleh kesalahan guru semata. Guru kurang
memiliki kompetensi dalam mengajar, kurang mampu mengajar dan
sebagainya. Akibatnya guru adalah tidak mampu menjalankan tugas-
4
tugasnya secara memadai. Anggapan semacam ini dapat dipahami, oleh
karena guru-gurulah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata.
Anggapan semacam ini dapat dipahami, tetapi apabila diamati masih ada
faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi timbulnya masalah ini. Salah
satunya faktor efektivitas komunikasi kepala sekolah yang menjadi faktor
merosotnya mutu pendidikan, komunikasi kepala sekolah terhadap guru
pun ikut berperan dalan keefektivan kegiatan belajar mengajar, lebih lagi
apabila komunikasi kepala sekolah langsung kesiswa (anak didik).
Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek
kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Komunikasi
meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila
komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya
adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target
dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah
membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta
adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja
yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun
atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama
dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah
kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi
dalam kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa
lebih sulit. Suranto AW berpendapat, perkantoran yang berfungsi baik,
ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai
komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan
terdapat system pembagian tugas antar komponen tersebut. Suatu
perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya,
ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan
secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja
perkantoran akan meningkat.
Keberhasilan komunikasi kepala sekolah yang ada di sekolah,
diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja
5
guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu
dengan yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja
guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru
akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap
individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan
prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi
sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan
mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. keberhasilan
komunikasi kepala sekolah dapatlah diartikan sebagai keefektifan
komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru).
Oleh karena itu, komunikasi menjadi topik penting dalam upaya
memperbaiki manajemen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah. MTs Al-Fithroh merupakan salah satu sekolah yang memiliki
sistem manajemen yang tergolong fluktuatif. Berdasarkan hasil pra-
penelitian penulis, MTs Al-Fithroh tergolong kepada jenis sekolah yang
memiliki pola komunikasi personal antara kepala sekolah dan para guru,
sehingga kemungkinan konflik akan terjadi secara personal pula. Untuk
itu, hal-hal yang bisa memungkinkan terjadinya ketidakstabilan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang diakibatkan oleh ketidakefektifan
komunikasi kepala sekolah dan guru menjadi bagian kajian penting dalam
studi manajemen pendidikan.
Komunikasi seorang kepala Sekolah terhadap para guru memang
menjadi topik penting dalam kajian manajemen pendidikan. Oleh
karenanya, penulis akan mengangkat judul skripsi “Komunikasi Antara
Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang” sebagai tugas akhir studi KI-Manajemen Pendidikan di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Agar terciptanya prosedur penelitian yang efektif dan ilmiah, maka
penulis terlebih dahulu memberikan identifikasi permasalahan penelitian ini.
Berikut permasalahan yang penulis identifikasi di lapangan :
6
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang
kurang jelas.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas untuk lebih memperjelas dan memberi
arah yang tepat dalam pembatasan penelitian ini, penulis memberikan
batasan sebagai berikut :
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang
kurang jelas.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkam pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas
agar permasalahan yang dibatasi bisa dikaji dan diperoleh kejelasan serta
jawaban yang tepat, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah
7
a. “Bagaimana bentuk komunikasi Kepala Sekolah dengan para
guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang ?”
b. “Bagaimana hambatan komunikasi atara kepala sekolah dengan
para guru?”
c. “Faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang?”
d. “Bagaimana proses komunikasi antara kepala sekolah dengan
para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang
kurang maksimal.
e. Bagaimana tujuan komunikasi Kepala Sekolah dengan para
guru yang kurang jelas.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Pengaruh Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru
yang kurang jelas.
2. Manfaat Penelitian
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu :
a. Manfaat Akademis
1) Memperkaya khazanah dan referensi kajian
manajemen pendidikan
2) Menambah wawasan kajian komunikasi di bidang
pendidikan
3) Mendapatkan pengetahuan tentang manajemen dan
komunikasi organisasi di lingkungan pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1) Mengetahui pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah
MTs Al-Fithroh terhadap para gurunya
2) Sebagai bahan rujukan dalam melakukan pengembangan mutu
pendidikan melalui komunikasi kepala sekolah dengan para
guru
3) Upaya membentuk komunikasi yang efektif sesama
penyelenggara pendidikan di sekolah
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. HAKIKAT KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris “Communication” berasal dari
bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian,
pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban
dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata kerjanya Communicare,
artinya berdialog, berunding, atau bermusyawarah. Kata Communication, ini
berasal dari kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti
kata sama maka mengenai suatu hal. Komunikasi dapat berlangsung apabila
antara orang- orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “ komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami”. Menurut Gerald R. Miller yang dikutip oleh
10
Deddy Mulyana menjelaskan pengertian komunikasi sebagai berikut
“komunikasi terjadi jika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengab niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.1
Hafied Cangara mendefinisikan “komuniksi adalah semua perilaku
yang membawa pesan dan yang diterima orang lain, perilaku tersebut bias
verbal dan non verbal.
Everet M. Rogers menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih
dengan maksud mengubah tingkah laku mereka”. James G Robbin dan
Barbara S. Jones mendefinisikan “komunikasi sebagai suatu tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing- lambing
yang mendukung arti makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan
suatu informasi dari seseorang terhadap orang lain.”. Atau lebih jelasnya
komunikasi adalah suatu pemindahan atau informasi mengenai pikiran dan
perasaan. Sedangkan menururt Anwar Arifin komunikasi berarti suatu upaya
bersama-sama orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain
dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini, D. Lawrence Kincaid
dan Wilbur Schramm menyebut komunikasi sebagai proses saling membagi
atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta
dalam proses informasi.2
H.A.W Widjaya mengartikan “ komunikasi sebagai hubungan atau
kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula
sebagai saling saling tukar menukar pendapat”. Komunikasi juga dapat
diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.
Menurut Dance “ komunikasi adalah proses penyampaian gagasan atau
kerangka kerja perilaku psikologi manusia, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti yang dilakukan oleh
penyampai pesan ditukan kepada penerima pesan”3.
1 Nana Mulyana, Ilmu Komunikas, Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya h.
62 2 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984, hal. 14
3 B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986, hal. 10
11
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian informasi dan penertian dari seseorang kepada
orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui symbol- symbol ataupun
isyarat- isyarat asalkan kominikasi itu dapat dipahami dan dimengerti oleh
kedua belah pihak. Dalam keaadaan seperti inilah baru dapat dikatakan
komunikasi telah berhasil baik (komunikatif). Jadi, komunikasi adalah
pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan
kata- kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan
isyarat- isyarat atau simbol- simbol.
2. Tujuan Komunikasi
Dalam kehidupan sehari- hari, setiap orang selalu berinteraksi dengan
masyarakat. Interaksi ini kepada masyarakat, agar apa yang kitaa sampaikan
atau kita minta dapat dimengerti, sehingga komunikasi yang kita laksanakan
dapat tercapai.
Menurut H.A.W. Widjaya pada umumnya komunikasi mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :
a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sehingga komunikator
kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-
baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa
yang kita maksudkan.
b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan mereka.
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha agar
gagasan kitadapat diterima orang lain dengan pendekatanyang
persuasive bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.
e. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan.
Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak
mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana
cara yang baik untuk melakukannya.
12
Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu
bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.
Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu
meneliti apa yang menjadi tujuan kita. Selain dari pada itu, komunikasi
juga menyertakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, manasuka, ujar, manusiawi
dan komunikatif.4
Selain dari pada itu, bahwa tujuan komunikasi juga membentuk
sikap. Karena sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan
atau keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu.5
3. Unsur-unsur Komunikasi
Di dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a. Komunikator; yaitu orang yang menyampaikan pesan
b. Pesan; yaitu isi pesan berupa kata-kata, simbol, lambang yang
disampaikan
c. Komunikan; yaitu orang yang diajak bekomunikasi
d. Media; yaitu alat bantu dalam penyampaian pesan, seperti telepon,
surat kabar, televisi, dan lain-lain6
4. Jenis-jenis Komunikasi
Menurut H.A.W. Widjaya jenis- jenis komunikasi dapat dikelompokan
menjadi empat macam7, yaitu:
1) Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis antara lain adalah bahwa
4 Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta, Universitas terbuka,
2007. Hal. 1.2 5 Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, UT,
2007, hal. 10.22 6 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h.6
7 ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari
2011
13
komunikasi itu dapat dipersiapan terlebih dahulu dengan baik, dapat
dibaca berulang- ulang,menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya.
2) Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau
tatap muka dan dapat pula melalui telepon.
3) Komunikasi non verbal, adalah komunikasi dengan menggunakan
mimic, pantomime dan bahasa isyarat.
4) Komunikasi satu arah, adalah komunikasi yang bersipat koresif dapat
berbentuk perintah, intruksi dan bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi- sanksi.
5) Komunikasi dua arah atau lebih bersifat informative dan persuasive
dan memerlukan hasil (feedback)
5. Faktor Pendukung Komunikasi
Di dalam komunikasi, terdapat faktor pendukung, diantaranya:
a. Kesesuaian pesan yang disampaikan sehingga minim terjadinya
distorsi, yaitu pengalihan makna pesan yang pertama ke penerima
selanjutnya.
b. Adanya Feedback langsung. Hal ini akan dapat mempermudah proses
komunikasi yang berlangsung karena mendapatkan respon yang cepat
sehingga terjadi dialog yang matang
c. Evaluasi pesan. Pada tahap ini seorang penerima dan pengirim pesan
akan bersama-sama mengevaluasi dari hasil percakapan yang
dilangsungkan. Oleh karena itu, jika evaluasi ini terjalin dengan
sinkron maka akan menimbulkan kesamaan pemahaman dalam
mengartikan pesan.
d. Media pengantar; yaitu sebagai bagian dari proses komunikasi yang
sedang berlangsung. Dengan media, komunikasi akan dapat efektif jika
14
terdapat media pengantar seperti surat kabar, televise, telepon dan lain-
lain8
6. Faktor Penghambat Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan
gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada
dasarnya, hambatan itu dapat terjadi karena adanya distorsi, yaitu pergeseran
makna pesan yang dimunculkan oleh si penerima pesan.
Menurut Onong Uchyana, ada dua jenis hambatan komunikasi,
diantaranya adalah:
1. Hambatan Sosiologis; yaitu hambatan yang dapat mempengaruhi iklim
sosial. Menurut salah seorang sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnes,
kehidupan manusia diklasifikasikan dalam dua jenis pergaulan yaitu
Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup
yang bersifat pribadi sedangkan Gesellschaft adalah cara pergaulan yang
dinamis, rasional, dan bukan pribadi. Seperti pada pergaulan di kantor atau
dalam organisasi.
2. Hambatan Psikologis; faktor psikologi sering kali menjadi hambatan
dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum
melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikasi. Komunikasi
sulit untuk berhasil apabila komunikasi sedang sedih, bingung, marah,
merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya.
Dalam praktek berkomunikasi, kita akan mengalami berbagai macam
hambatan-hambatan sehingga tujuan atau pesan dari maksud informasi
yang di komunikasikan itu tidak dapat diterima degan baik oleh orang
yang menerima informasi tersebut.
8 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h. 18
15
Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam suatu komunikasi
antara lain:
a. Berkomunikasi sesuai dengan bahasa para pendengarnya
Seseorang yang hanya lulusan SD tentunya akan sulit mengerti
pembicaraan seorang sarjana psikologi yang berbicara menggunakan
bahasa-bahasa psikologinya. Seperti perkembangan berbagai aspek
pada anak usia SD (perkembangan fisik/jasmani)9, tentu berbeda
dengan anak usia SMP.
b. Gangguan
Gangguan ini dapat berupa suara yang bising pada saat komunikasi
berlangsung.
c. Pengaruh Emosi
Pada saat marah seseorang akan kesulitan menerima informasi.
d. Mengerti keinginan arah pembicaraan para pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada
pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan
mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga.
e. Mengerti kelas sosial para pendengarnya.
Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik
pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham.
f. Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan
merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu
apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi
menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti
dan alasan yang kuat dan benar".
9 Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, UT, 2007. Hal. 4.3
16
Menurut Abuddin Nata, faktor suara merupakan faktor utama yang
dapat mendukung terjadinya komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar, oleh karena itu setiap calon guru harusndi tes suaranya.10
Oleh karena itu kita harus mengetahui apa yang akan kita
komunikasikan dan dengan siapa kita berkomunikasi tersebut sehingga
tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dan tidak mengalami miss
communication yang menyebabkan orang salah mengambil kesimpulan
tentang apa yang kita komunikasikan. Menurut Asosianisme, gagasan atau
isi jiwa terbentuk karena adanya pertautan unsure-unsur yang berupa
tanggapan atau kesan dari pengamatan.11
B. Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para Guru
1. Proses komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs
Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, kepala sekolah perlu
memiliki kemampuan berbahasa yang baik, ia perlu memiliki kekayaan
bahasa dan kosakata yang cukup banyak sebab dengan menggunakan kata-
kata tertentu saja guru belum dapat memahami maknanya, mereka
membutuhkan kata- kata atau istilah lain. Kepala sekolah perlu menguasai
struktur kalimat dan ejaan yang benar. Selain kemampuan berbahasa hal
yang juga penting dalam interaksi pendidikan.
Peranan penting kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan
sekolahan menjadikan ia harus tampil komunikatif dan mampu mengatur
gaya bahasa dalam setiap berkomunikasi dengan bawahannya, baik guru
ataupun pegawai sekolah. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam aktivitasnya sebagai pimpinan di lingkungan sekolah memiliki
aspek penting dalam rangka meningkatkan kredibilitas pegawai, guru dan
suasana atau kondisi kegiatan belajar mengajar.
10
Prof. Dr. H. Abiddin Nata, MA. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta, Kencana. h. 288
11 Din Wahyuddin, Pengantar Pendidikan, Jakarta, UT, 2007, Hal. 5.18
17
Dilihat dari jenis komunikasi yang terdapat di setiap hampir kepala
sekolah lakukan, ada bentuk komunikasi organisasi yang menjadi dasar
pengkarakteran seorang pimpinan di sekolah, yaitu komunikasi satu arah.
Atinya, dalam aktivitas koomunikasi ini seorang komunikan mengirim
pesan kepada komunikator dengan tidak mementingkan timbal balik itu
terjadi. Seperti, seorang kepala sekolah mengeluarkan Surat Edaran
tentang kebijakan-kebijakan sekolah. Dalam konteks Kepala Sekolah
sebagai pemimpin perlu diawali oleh prinsip “Bagaimana menyatukan
komponen sekolah?“. Prinsip kedua, “Bagaimana memfungsikan?”,
prinsip ketiga, “Bagaimana menggerakkan?“
Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan,
memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan
karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup
bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan
seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk
menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf
tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah
sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru,
tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen
tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi
subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana
memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha
memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen
sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha.
Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah
dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut
takaran masing-masing melalui pembekalan kemampuan dan
pengetahuan.
Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang
dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu
memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
18
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan
diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan
adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.12
Selain itu juga,
Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic
yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada,
penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, program dukungan.13
Bagaimana menggerakkan komponen yang ada di sekolah
merupakan bagian dari pola kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah.
Rumus apapun yang dipergunakan bila komponen sekolah belum
disatukan, pasti mendapat hambatan. Benar tidak ada usaha yang tidak
memiliki hambatan dan yang namanya kehidupan pasti ada gangguan dan
ganjalan. Kepala sekolah profesional, hambatan, cobaan dalam
menghadapi sejumlah persoalan dijadikan sebagai acuan untuk
memajukan sekolah yang dipimpinnya. Seorang pemimpin jangan hanya
berteman dengan “mengapa“, tetapi juga dengan “bagaimana“. Kalau
sudah mengetahui guru malas atau tidak mampu mengajar, bukan lagi
kenapa, tetapi harus bagaimana?. Sebab itu percikan api kegagalan kepala
sekolah dalam memimpin. Idealnya, permasalahan yang dijumpai perlu
upaya melalui trik-trik khusus.
Antara profesionalisme tugas dan keberhasilan adalah dua sisi yang
saling mendukung. Seorang Kepala sekolah profesional jarang mengalami
kegagalan, kalau manajemennya dikerjakan secara profesional.
Sebaliknya, apapun profesional Kepala sekolah, tanpa didukung oleh staf
yang profesional dan penuh tanggung jawab pasti mengalami hambatan.
Sekolah dikatakan berhasil bukan hanya sekolah yang
bersangkutan menggaet sejumlah prestasi. KBM lancar, guru disiplin, staf
tata usaha disiplin. Lingkungan sekolah dirawat dan ditata dengan baik.
12
Suprayekti, Pembaharuan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007. Hal. 2.15
13 R. Edward Freeman, Manajemen Strategik, Jakarta, Binaman Pressindo, 2001, hal. 145
19
Guru memiliki kepedulian terhadap tugas, demikian juga tata usaha. Siswa
termotivasi untuk belajar dan memiliki minat yang tinggi untuk meraih
prestasi.
Untuk merealisasikan harapan tersebut ada tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh Kepala sekolah. Pertama, kemampuan berkomunikasi.
Kedua, kemampuan memotivasi. Ketiga, kemampuan dalam mengambil
keputusan. Komunikasi dalam bentuk formal maupun informal perlu
dilakukan oleh kepala sekolah. Kedua bentuk komunikasi tersebut saling
mengisi. Artinya, melakukan komunikasi dari hati ke hati dalam momen
dan tempat tertentu, di samping melakukan pertemuan mingguan,
membuka diri, selalu belajar, bertanya terhadap perubahan dan
perkembangan. Pertemuan mingguan yang dilakukan kepala sekolah
merupakan langkah yang cukup strategis. Fungsinya mengevaluasi
kegiatan selama seminggu, di samping menerima input dan memotivasi
guru. Apabila kepala sekolah tidak atau jarang melakukan pertemuan
dengan guru dan tata usaha, berarti ada hal yang ditutupi atau kurang
mampu berkomunikasi dengan staf.
Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi dengan staf bagi
kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas,
menghimpun dan menampung berbagai pendapat dan keluhan, saling
memberi dan menerima serta silaturahmi dan kekeluargaan semakin baik.
Motivasi jangan hanya dipandang sebagai dorongan untuk bekerja
dengan baik, tetapi juga untuk berbuat yang baik. Sebelum kepala sekolah
memotivasi staf, terlebih dahulu memotivasi diri, sebab dalam diri ada
kemenangan. Dasar yang paling pokok memberikan motivasi guru, tata
usaha dan siswa adalah memahami keinginan mereka, memahami
kemampuan dan kebutuhan.
Tidak ada hidup yang tidak ingin sukses, tidak ada hidup yang
tidak membutuhkan. Pupuk dan sirami hubungan baik dengan mereka,
menghadapi staf tunjukkan sikap ramah, tidak pilih kasih, bimbinglah
mereka seperti membimbing keluarga di rumah.
20
Disamping kemampuan berkomunikasi dan motivasi juga
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. Mengapa kepala
sekolah selalu diharap kan memiliki kemampuan dalam meng ambil
keputusan. Jawabannya, sekolah merupakan masyarakat kecil yang tidak
pernah sepi dari masalah. Apakah dari guru, dari tata usaha, dari siswa
atau dari masyarakat ?
Dalam istilah umum komunikasi dapat digeneralkan menjadi suatu
cara seseorang berhubungan dengan orang lain. Di sini, komunikasi diukur
dari bentuk efektivitasnya. Jika seseorang melakukan komunikasi yang
baik maka hasilnya adalah komunikasi yang berhasil dan sebaliknya, jika
seseorang mengalami kegagalan dalam komunikasi maka komunikasi
tersebut buruk. Oleh karena itu, pembahasan ini akan membuka
pengetahuan tentang efektivitas komunikasi.
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu manusia membutuhkan
sarana untuk bisa berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai
tujuannya, salah satunya adalah komunikasi. Williams (1984),
sebagaimana yang dikutip oleh Yuhana dkk.1 (2006), mengidentifikasi
lima alasan mengapa kita perlu memahami komunikasi sebagai berikut:
1. Komunikasi penting bagi kehidupan manusia secara personal
2. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi
3. Komunikasi adalah dasar bagi pengembangan dan pemantapan
hubungan interpersonal
4. Manusia adalah konsumen komunikasi
5. Komunikasi meningkat secara tajam dalam penyelenggaraan
organisasi modern.
Dalam proses komunikasi, hal yang mutlak diperhatikan adalah
tingkat keefektifan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila
makna yang ada pada sumber pesan sama dengan makna yang ditangkap
oleh penerima pesan. Makna pesan sangat tergantung pada lingkungan di
mana pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tinggal dan dibesarkan.
21
Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan
informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver).
Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan
mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau
beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut dimana penerima
mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal.
Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran
informasi yang dikenal dengan noise.
Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-
unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan
yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan
gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan,
pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan.
Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses
komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide
atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik
oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding.
Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan
setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis
22
yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam
organisasi diperlukan dalam setiap kondisi misalnya pada saat
mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau
gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun
sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat
pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan
sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang (Griffith, 2002).
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
syarat utama komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas
pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk
membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu
usaha untuk benar-benar mengerti orang lain, kemampuan untuk
memenuhi komitmen, kemampuan untuk menjelaskan harapan, kemauan
untuk meminta maaf secara tulus jika melakukan kesaahan, dan
kemampuan memperlihatkan integritas.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator
harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima pesan,
menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media,
memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik. Dalam
mengidentifikasi sasaran atau penerima pesan perlu diperhatikan beberapa
hal diantaranya adalah (Xie et al.,2008). Menentukan, mengenali dan
mempelajari siapa yang akan dijadikan sasaran, dalam hal ini siapa
target/segmen konsumennya. Siapa sasaran yang dijadikan target adalah
calon konsumen potensial, pengguna produk/jasa, orang-orang yang
membuat keputusan membeli, dan orang yang mempengaruhi pembelian,
apakah individu perorangan, kelompok, publik khusus atau publik umum.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa efektivitas
komunikiasi mempengaruhi terhadap indikasi untuk mencapai
23
keberhasilan komunikasi. Di sekolah, seorang kepala sekolah dituntut
untuk memberikan keseimbangan dan kepibadian serta integritas yang
tinggi dalam mempengaruhi komunikasi oang lain.
2. pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap proses komunikasi
dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang.
Dalam pendidikan tetunya tidak akan terealisasi dengan baik tanpa
adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Antara komponen
tersebut harus bekerja secara sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang
dicita-citakan. Diantara komponen-komponennya adalah manajemen dan
guru.
Selain kegiatan manajemen. Pelaksanaan pendidikan tentunya
tidak terlepas juga dari beberapa komponen pendukung. Adapun
pendukung terpenting dalam sebuah institusi pendidikan adalah guru,
dimana guru juga dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan
manajemen disekolah.
Fungsi guru sebagai proses meliputi mendidik, mengajar melatih ,
mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Fungsi guru akan berjalan
dengan baik jika didukung pula oleh manjemen yang baik pula, artinya
apabila fungsi manjemen berjalan baik maka akan menghasilkan
kedisiplinan yang maksimal.
Komunikasi merupakan hal penting dalam rangka menunjang
kinerja disiplin penyelenggaraan pendidikan. Kepala sekolah dan guru
adalah dua elemen yang memiliki realitas komunikasi padat di dalam
penyelenggaraan pendidikan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah
adalah komunikasi sebagai pimpinan, dan guru adalah sebagai bawahan
dari kepala sekolah. Oleh karena itu, komunikasi antara kepala sekolah
dan guru merupakan perangkat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sifatnya yang terbuka (open) sangat menentukan keterbukaan
24
diantara keduanya, komunikasi tersebut sangat erat kaitannya dengan
perihal kinerja disiplin guru dalam kegiatan mengajar peserta didik.
Berbicara soal pendidikan, peranan guru dan kepala sekolah
merupakan identitsa penting di dalam institusi. Ia merupakan penggerak
penyelenggaraan sekolah. Komunikasi diantara keduanya dapat
memberikan efek yang realistis di dalam lingkungan kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Dalam bukunya “Dasar-dasar teori komunikasi”,
Onong Uchyana mengemukakan bahwa “bahwa proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan).”14 Oleh karena itu, proses komunikasi di sekolah yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru merupakan posisi penting dalam
peranannya mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Dampak dan
pengaruhnya tidak saja berimplikasi terhadpa para murid tetapi juga para
orang tua murid, apakah mereka nyaman atau tidak menempatkan putera-
puterinya di sekolah tersebut.
Dalam kajian manajemen pendidikan, strategi untuk mencapai
hasil komunikasi yang baik di lingkungan sekolah harus dibutuhkan
pemahaman yang sepadan antar guru dan kepala sekolah. Seperti, dalam
proses penerimaan siswa baru, penerimaan tunjangan guru serta hal
keuangan lainnya. Maka dengan demikian, hal tersebut akan membantu
sikap saling percaya diantara kedua komponen ini. Sehingga komunikasi
diantara keduanya akan tercipta dengan harmonis. Karena ini akan
menghilangkan sifat kecurigaan dan ketidaktransparanan.
Di sini, juga ditegaskan bahwa kepala sekolah merupakan
pimpinan di lingkungan sekolah. Tugasnya adalah mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Treffinger salah
seorang tokoh pendidikan menambahkan bahwa proses belajar adalah
proses menjadi peka atau sadar akan masalah.15 Sehingga para guru harus
juga bisa mentaati perintah-perintah dari pimpinannya.
14
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi, Bulan bintang, Jakarta 2003 hal. 11 15
JRE. Kaligis, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008, hal. 9.3
25
Stogdill mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki
sepuluh dimensi. Pertama, kepemimpinan adalah seni untuk
menciptakan kesesuaian paham dalam suatu kelompok. Upaya
dilakukan melalui kerja sama dan pemberian dorongan sehingga
orang lain dapat mengikuti serangkaian tindakan dlam mencapai
tujuan. Kedua, kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau
himbauan, bukan paksaan. Ketiga, kepemimpinan adalah
kepribadian yang tercermin dalam sifat dan watak yang unggul
sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap pihak
yang dipimpin. Keempat, kepemimpinan adalah tindakan atau
peilaku untuk mengarahkan kegiatan bersama dalam mencapai
kepentingan dan tujuan bersama. Kelima, kepemimpinan
merupakan fokus dari proses kegiatan kelompok sehingga
kepemimpinan itu dapat melahirkan gagasan baru, perubahan
baru, dan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan aktifitas
kelompok. Keenam, kepemimpinan itu adalah hubungan
kekuasaan. Dalam arti bahwa pihak yang memimpin lebih
banyak mempengaruhi orang lain daripada dipengaruhi orang
lain. Ketujuh, kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, pemimpin merupakan kekuatan dinamik
yang dapat mendorong, mengarahkan dan mengkoordinasikan
sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kedelapan, kepemimipnan terjadi sebagai hasil
interaksi antara seseoang dengan orang lain atau kelompok.
Kepemimpinan terwujud dalam proses sosial dan merupakan
akibat dari perilaku kelompok yang mengakui dan mendukung
kepemimpinan tersebut. Kesembilan, kepemimipnan adalah
peran yang berbeda. Seorang pemimpin mempunyai peran yang
berbeda dengan peran orang-orang yang dipimpin. Perbedaan itu
terjadi karena berbagai kelebihan dan keunggulan yang diakui
oleh orang lain. Kesepuluh, kepemimipnan merupakan inisiasi
yang berstruktur. Artinya, kepemimpinan bukan jabatan pasif
melainkan jabatan aktif dan berinisiatif di dalamsuatu struktur
kegiatan pencapaian tujuan.16
Oleh karena itu, proses komunikasi antar kepala sekolah dengan guru
sama denga proses komunikasi antar pimpinan dan bawahan. Keduanya
memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peranan dan fungsi tersebut
akan berdampak pada hasil komunikasi diantara keduanya. MTs Al-Fithroh
adalah lembaga pendidikan yang tidak lepas dari aktivitas komunikasi kepala
16
HD. Sudjana, Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000, hal.
11
26
sekolah dan guru. Di sana, guru dan kepala sekolah memiliki hubungan
komunikasi yang akan mempengaruhi keadaan para murid dalam belajar.
Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar
yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan
baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala
sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini
guru.
Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas
pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam
melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas
sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan
sikap yang negatif dari seorang guruterhadap pekerjaannya di sekolah,
sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di
sekolah.
Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di
sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru
agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan
kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-
guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang
kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap
pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya
Jika kepala sekolah dikatakan sebagai pimpinan, maka secara otomatis
guru adalah bawahan atau orang yag dipimpin oleh kepala sekolah.
Kebijakan-kebijakan kepala sekolah harus ditaati dan dilaksanakan oleh para
guru. Misalnya, dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler, guru yang
membidangi bagian ekstra kurikuler haruslah menyusun pogram kegiatan
untuk siswanya, tetapi sebelum diputuskan maka ia haruslah terlebih dahulu
beinterkasi dengan kepala sekolah untuk mencapai putusan besama. Namun,
27
sebagai pimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh kuat untuk memutuskan
disepakati atau tidak dai rencana pogam kegiatan siswa tersebut. Maka dengan
demikian, seorang guru haruslah mampu berkomunikasi dengan baik dengan
kepala sekolahnya sebagai bagian dari upaya mempersuasi agar segala
sesuatunya bisa tercapai dengan baik. Begitu pun sebaliknya, kepala sekolah
harus bisa memposisikan kepentingan bersama didalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Agar semuanya bisa teratur dan dapat berjalan
dengan sepadan antara kepala sekolah dengan para guru.
Keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya
sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang
bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada
bawahan. Pendekatan ini menekankan proses saling mempengaruhi, sifat
timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para
pemimpin dengan bawahan. French dan Raven dalam mengemukakan
berdasarkan hasil penelitian terdapat pengelompokan sumber dari mana
kewibawaan tersebut berasal, yaitu:
1. Legitimate power : bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin
memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai
kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya,
2. Coersive power : bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari
hukuman yang dimiliki oleh pemimpin,
3. Reward power : bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh
penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin,
4. Referent power : bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa
kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan
untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti
pemimpin, dan
5. Expert power : bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya
pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui
apa yang diperlukan.
28
Selanjutnya adalah kewibawaan, kewibawaan merupakan keunggulan,
kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah . Kewibawaan
kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan,
memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah
sesuai dengan keinginan kepala sekolah .
Sementara itu dengan reward power memungkinkan kepala sekolah
memberdayakan guru secara optimal, sebab penghargaan yang layak dari
kepala sekolah merupakan motivasi berharga bagi guru untuk menampilkan
performan terbaiknya. Selanjutnya dengan referent dan expert power ,
keahlian dan perilaku kepala sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk
rutinitas kerja, diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja para guru
Dalam literatur-literatur kepemimpinan, mengajukan pengertian
tersendiri tentang konsep kepemimpinan. Locke mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses “membujuk” (inducing) orang-orang lain
menuju sasaran bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen yakni bahwa:
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept).
Kepemimpinanhanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para
pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Dalam
definisi ini juga tersirat suatu premis bahwa para pemimpin yang efektif
harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan ber-relasi
dengan para pengikut mereka.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin,
pemimpin harus melakukan sesuatu. John Gardner yang telah
mengobservasi selama dalam kurun waktu dua tahun (1986-1988),
menemukan bahwa kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu
otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat
mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu
tidak merupakan tanda seseorang untuk menjadi pemimpin.
3. Kepemimpinan harus “membujuk” orang lain untuk mengambil
tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara seperi
menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi
29
teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman,
restrukturisasi organisasi dan mengkomunikasikan misi dan
visinya.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian pemimpin yang
efektif dalam hubungannya dengan pengikut (bawahannya) adalah
pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi
dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa
mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.
Selanjutnya, menurut fungsinya, kepemimpinan dilaksanakan oleh dua
jenis pemimpin yang saling berbeda, yaitu manager dan leader. Manager
adalah pemimpin yang mengusahakan agar proses-proses rutin dalam lembaga
berjalan lancar. Leader adalah pemimpin yang mengusahakan agar lembaga
dan orang-orang yang ada di dalamnya memperbarui dirinya secara terus
menerus, agar tidak ketinggalan jaman. Manager lebih banyak berperan
sebagai stabilisator dalam suatu lembaga atau masyarakat, sedangkan leader
lebih banyak berperan sebagai dinamisator dan inovator. Birokrat pada
dasarnya manager, sedangkan teknokrat pada dasarnya leader. Kepemimpinan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Dalam konteks kepemimpinan transformasional, kepemimpinan ini
dapat ditemukan dalam lingkungan sosial, dimana seorang pemimpin dalam
skala kecil berusaha membimbing bawahan-bawahannya melalui keteladanan
(contoh yang baik). Dengan demikian, sepanjang sejarah kehidupan manusia
selalu akan ditemukan tiran besar dan tiran kecil, pemimpin manipulator besar
dan manipulator kecil, dan akhirnya terdapat pula pemimpin transformasional
besar kelas dunia, negara dan transformasional kecil kelas kepala sekolah,
bahkan pada tataran keluarga, bahkan perorangan.
Kepemiminan merupakan proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat
mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara
yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana
30
kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah
dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan
dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta
penghargaan terhadap para bawahan.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional,
yang dikenal sebutan 4 I, yaitu :
1. idealized influence, inspirational motivation, intellectual
stimulation, dan individual consideration.
2. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang
dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya,
dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan sekolah.
3. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh
guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi
organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-
tujuan pendidikan di sekolah.
4. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan
kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan
mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik.
5. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai
pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya.
Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse
menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan
transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin
yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan
hal yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan
kepemimpinan transformasional di sekolahnya.
Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang
yang luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi
seorang pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses
31
dan memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan.
Northouse memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan
transformasional, yakni sebagai berikut:
1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk
organisasi
2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang
tinggi
3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat
kerja sama
4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi
5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan
contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan
6. Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain untuk
berkontribusi terhadap organisasi
MTs Al-Fithroh tentu saja memiliki keragaman persoalan dalam
membina kehamonisan komunikasi antara kepala sekolah denga guru-
gurunya. Kepala sekolah cendeung berpeluang otoriter dai apa-apa yang
seharusnya menjadi keputusan bersama. Dan ini akan menjadi bagian penting
dari studi manajemen pendidikan melalui pendekatan pola komunikasi kepala
sekolah dengan para gurunya.
Dengan demikian, proses komunikasi yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Baik dengan guru dan juga dengan para murid.
Berikut ini adalah skema komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Kepala Sekolah/ Pengirim Pesan
Umpan Balik
Pesan
Guru/ Penerima Pesan
Respon
32
C. Kerangka Berfikir
Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan,
memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan
karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup
bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan
seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk
menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf
tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah
sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru,
tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen
tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi
subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana
memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha
memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen
sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha.
Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah
dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut
takaran masing-masing melalui pembekalan kemampuan dan
pengetahuan.
Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang
dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu
memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan
diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan
adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Selain itu juga,
Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic
yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada,
penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, dan program dukungan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
Penelitian ini memiliki dua kerangka tujuan, yaitu tujuan praksis dan
tujuan akademis, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Praksis
a. Dapat mengaplikasikan hasil penelitian ini untuk
berkomunikasi di lingkungan sekolah
b. Menerapkan disiplin komunikasi antar kepala sekolah dan guru
di sekolah
c. Menciptakan harmonisasi dalam bekomunikasi di sekolah
2. Tujuan Akademis
a. Mengukur intensitas komunikasi kepala sekolah dengan para
guru di sekolah
b. Menjadikan rujukan ilmiah bagi kalangan akademisi
pendidikan
34
c. Mencari pola tepat komunikasi efektif kepala sekolah dengan
para guru
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
penelitian ini berlokasi di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang
2. Waktu
Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Juli s/d 30 Agustus 2010
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan grounded theory, yakni teoritisasi data. Sejumlah data teori yang
terambil dari teori komunikasi akan diambil sebagai bahan teoritisasi data
selanjutnya.
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang melakukan
komunikasi dengan kepala sekolah di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang. Sekaligus para guru tersebut akan menjadi sampel dari
penelitian ini, guna mencapai maksud dan tujuan penelitian ini.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel efektivitas komunikasi
organisasi, sebagai independent variable (variabel bebas). Dalam variabel
ini, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru di
sekolah akan ditentukan dalam pengaruh tindakannya. Misalnya, pada saat
rapat terbuka dengan para guru atau pada saat menginstruksikan tugas
kepada guru. Ini harus pula berada dalam observasi terfokus, yaitu khusus
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu.
35
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Studi Pustaka
Yaitu, penulis meneliti dari berbagai sumber buku yang berkaitan
dengan judul penelitian. Kemudian, penulis membandingkan antara satu
buku dengan buku lainnya
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah MTs Al-Fithroh
Cipondoh Kota Tangerang dan Guru di sekolah yang sama.
Wawancara ini merupakan suatu cara dengan mengumpulkan data
dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan.1
Tabel I
KISI-KISI KUESIONER
No Pertanyaan Pokok Penelitian Subjek Pokok Pertanyaan Jumlah
Item
1
Komunikasi Kepala Sekolah
1.1 Proses Komunikasi
1.2 Jenis-jenis komunikasi
1.3 Faktor penghambat komunikasi
1.4 Dampak komunikasi
1.5 Tujuan komunikasi
1 - 7
8 - 9
10 - 16
17
18 - 20
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah pedoman yang sengaja disimpan dalam
bentuk yang dikehendaki untuk dipakai secara serempak dalam waktu yang
ditentukan. Adapun instrument penelitian yang akan digunakan untuk
memperoleh data mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah ini dibuat
dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat
1 Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989, hal. 161
36
dalam bentuk kuisoener yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui.
Kemudian instrument non test dalam bentuk wawancara yang
diperuntukkan kepada kepala sekolah dan guru yang juga dipergunakan untuk
mendapat informasi mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrument
dikatakan valid apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa
yang hendak diukur. Skala efektivitas komunikasi organisasi, yang
diujicobakan kepada kepala sekolah adalah:
1) “Bagaimana Efektivitas komunikasi kepala sekolah di MTs Al-
Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?”
2) “Bagaimana Pola komunikasi atara kepala sekolah dengan para
guru?”
3) “Bagaimana pola komunikasi kepala sekolah dengan para guru
di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?”
b. Variabel Data Deskriftip
Penelitian ini juga bersandar pada variabel data deskriptif yang
akan menjelaskan detail bagaimana proses-proses terjadinya
komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru di MTs Al Fithroh
Cipondoh Kota Tangerang. Dan yang harus diingat adalah bahwa
deskripsi sebagai sebuah bentuk penuturan gagasan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh
1. Latar Belakang Sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fithroh terletak di Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang dengan memiliki keadaan bangunan fisik
seluas 1.700 m2. Sekolah ini dibangun pada tahun 1992 melalui Yayasan
Al-Mubarok dengan pendiri KH. Muhammad Yassin Mubarok (1954-
1999). Beliau merupakan tokoh masyarakat di Kecamatan Cipondoh.
Melalui kerja sama dengan para tokoh masyarakat lainnya, akhirnya
Yayasan Al-Mubarok mendirikan Madrasah tersebut.1
1 Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September
2010
37
Dari tahun ke tahun MTs Al-Fithroh terus mengalami peningkatan
dan kemajuan, baik dalam jumlah siswa maupun kemajuan dalam bidang
prestasi. Pada tahun 2005-2007, MTs Al-Fithroh memiliki jumlah siswa
sebanyak 430 siswa dan pada tahun 2008-2010, MTs Al-Fithroh memiliki
siswa sebanyak 520 siswa2. Ini adalah pertumbuhan yang sangat prestisius.
Sekolah ini dikhususkan untuk masyarakat yang tergolong kedalam
masyarakat kelas menengah kebawah secara ekonomi. Karena, sejak
pendiriannya, MTs Al-Fithroh memiliki komitmen untuk mencerdaskan
masyarakat dan bangsa untuk meneruskan masa yang akan datang. Oleh
karena itu, MTs Al-Fithroh sangat membantu masyarakat tidak mampu
agar tetap bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Perkembangan dari jumlah siswa bukanlah tujuan dari segalanya,
MTs Al-Fithroh juga mengalami perkembangan dalam prestasi yang
diraihnya. Tercatat, dari tahun 2008 silam, sekolah ini mengutus tim
Pramukanya untuk mengikuti Jambore Internasional di Bangkok bersama
sekolah unggulan lainnya seperti Insan Cendekia, Pondok Modern Gontor,
dan lain-lain. Berbagai situasi dan kondisi yang dialami MTs Al-Fithroh
ini tentu saja tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sekolah ini juga pernah mengalami persoalan sengketa tanah wakaf yang
hamper saja mengakibatkan digusurnya lahan sekolah ini. Berbagai
macam persoalan pun pernah menghampiri di sekolah ini. Untuk itu,
kemajuan dan prestasi yang dicapainya selama ini menunjukan bahwa
sekolah ini memang benar-benar mengutamakan kemajuan masyarakat.
Kini, sekolah MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34
guru dan 8 orang karyawan, masing masing 3 orang sebagai petugas, 2
orang sebagai TU dan 3 orang sebagai penjaga sekolah. MTs Al-Fithroh
kini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, yaitu putera pendiri
yayasan ini. Ia dikenal sebagai sosok yang cukup mapan untuk memimpin
2 Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
38
dan meneruskan perjuagan ayahnya dulu. Selain itu, ia juga dipercaya oleh
masyaakat untuk memimpin sekolah tersebut.
Dalam bidang pendidikan, MTs Al-Fitroh memiliki prestasi yang
cemerlang yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya. Tercatat,
MTs Al-Fitroh selalu menjadi juara cerdas cermat di setiap perlombaan
perayaan HUT kemerdekaan RI di tingkat kecamatan dan di tingkat Kota
Tangerang. MTs Al-Fithroh juga menjadi 5 besar sekolah dengan nilai UN
tertinggi di Kota Tangerang.
Dari masa ke masa, sekolah ini terus mengalami berbagai
perkembangan dan juga persoalan. Kini, sekolah tersebut mengalami
kerusakan bangunan fisik yang sampai saat ini tak kunjung diperbaiki
degan alas an biaya. Sekolah ini pernah mengajukan permohonan batuan
pembangunan fisik sekolah kepada Pemerintah Kota Tangerang, namun
tidak ada balasan yang sesuai harapan pihak sekolah Namun semangat
kerja sama orang-orang yayasan dengan masyarakat setempat tak surut
begitu saja, mereka saling mengumpulkan dana suka rela untuk
membangun seadanya bangunan fisik sekolah untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di MTs Al-Fithroh.3
2. Latar Belakang Guru
MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 orang. Hanya
dua orang diantara mereka yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di lingkungan Kementerian Agama Kota Tangerang. Para guru
selalu mengeluhkan akan tunjangan dan gaji yang diberikan sekolah.
Mereka merasa kurang cukup menerima tunjangan yang diberikan selama
ini, namun mereka tidak menuntut banyak dari pihak sekolah karena
mereka sadar pihak sekolah masih memerlukan biaya buat pembangunan
sekolahnya. Mereka para guru lebih menuntut kepada pemerintah kota
3. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
39
Tangerang untuk lebih memperhatikan kondisi guru-guru di Madrasah
pada umumnya dan di MTs Al-Fithroh secara khusus. Menurut, Sudjai, S.
Pd salah seorang guru Matematika megaku tidak cukup menerima gaji
sebesar Rp. 30.000,- /bulan. namun dirinya menyadari tidak akan
menuntut kepada pihak sekolah, karena dirinya memaklumi keadaan
sekolahnya.
Para guru juga mengaku senang dengan keberadaannya di MTs Al-
Fithroh karena dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tidak terikat
dengan pihak apapun. Menurut Neni Nur Hasanah, S. Sud sekolah tersebut
menjadi tempat pengabdiannya yang nyaman dan tidak memiliki gangguan
sosial. Ia juga merasa betah dengan para guru lainnya dan juga kepala
sekolahnya4.
Neni Nur Hasanah adalah salah seorang yang mengaku bangga
berada di MTs tersebut dengan memiliki pimpinan seperti kepala
sekolahnay yang sekarang, yaitu Drs. Syaiful Mubarok Husni.
Menurutnya, Syaiful adalah sosok yang sederhana dan bisa memimpin
bawahannya dengan baik. Untuk melihat data guru di sekolah ini
terlampir.
Tabel 15
Data Guru
No Kualifikasi Bidang
Studi Jumlah
Jenis
Kelamin
Latarbelakang
Pendidikan
L P S1 S2 Non
S1/S2
1 Guru Sosial/Umum 13 Orang 10 3 8 2 3
2 Guru MIPA 4 Orang 1 3 4 - -
3 Guru Agama 10 Orang 6 4 7 - 3
4 Wawancara pribadi dengan Sudjai, S. Pd, di MTs Al-Fitroh, 15 September 2010
5. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
40
4 Guru Bahasa 7 Orang 4 3 5 2 -
Jumlah 34 Orang 19 15 24 4 6
MTs Al-Fitroh ini semakin dipandang oleh para guru di sekolah
tersebut kian masa kian baik lantaran prioritas sekolah ini selalu
memfokuskan kepada arah perjuangan yayasan Al-Fithroh itu sendiri,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Para keluarga miskin di
lingkungan kecamatan Cipondoh tertampung anak didiknya di sekolah ini.
Itulah yang membuat para guru bisa memahami keadaan sekolah ini
meskipun jika dilihat dari upah atau gaji mereka yang kurang memadai.
Beberapa guru di sekolah ini juga telah mengikuti standarisasi
sebagai profesi guru, yaitu sertifikasi. Mereka adalah Suryanti. SE sebagai
guru ekonomi, Mahmud Jalaluddin S. Pd, I sebagai guru Fiqih, Nina
Nurhasanah. S. Pd sebagai guru Matematika dan Neni Nurhasanah sebagai
guru Bahasa Inggris. Keempat guru tersebut telah diujikan keprofesiannya
sebagai guru professional melalui sertifikasi.
Dalam kesehariannya, para guru di MTs Al-Fithroh mengaku
gembira telah mengajar di sekolah ini. Disamping sebagai bentuk
pengabdiannya terhadap yayasan, mereka juga mengaku telah turut serta
meringankan beban biaya sekolah siswa/i yang berasal dari keluarga
miskin untuk terus megenyam pendidikan setinggi-tingginya. Neni
Nurhasanah mengaku dirinya telah sepuluh tahun mengajar di sekolah ini
dan telah merasakan suka duka yang mendalam, ia juga mengaku berat
rasanya jika dirinya harus lepas dari tugasnya di sekolah ini.6
6. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
41
3. Latar Belakang Kepala Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Al-Fithroh ini dipimpin oleh Drs. Syaiful
Mubarok Husni, Lc. Ia adalah sosok pemimpin yang disegani oleh
bawahannya lantaran wibawanya sebagai seorang pemimpin. Ia mampu
memimpin bawahannya dengan komunikasi yang lembut dan sopan
santun, serta mengedepankan profesionalitas sebagai seorang pemimpin
dan sebagai personal teman biasa.
Sebelum ia memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai guru
bidang studi bahasa Arab. Disamping karena kemahirannya berbahasa
Arab, laki-laki beranak empat ini juga lulusan Universitas Al-Azhar,
Kairo-Mesir. Selama masa kuliahnya di Kairo, ia menjadi penerjemah duta
besar RI untuk Mesir. Ia juga aktif di keorganisasian mahasiswa Indonesia
di Kairo, yaitu Persatua Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.
Sepulangnya ia dari Kairo, ia langsung terjun di masyarakat
dengan mengabdikan dirinya di yayasan Al-Mubarok, yakni yayasan yang
didirikan oleh ayahnya. Tiga tahun ia mengabdi sebagai guru bahasa Arab
dan kemudian kini menjadi kepala sekolah MTs Al-Fithroh. Ia
menggantikan KH. Wahab Afif yang memimpin madrasah tersebut lebih
kurang lima tahun.
Selama memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai pemimpin yang
disegani oleh para bawahannya, baik itu guru, komite dan penjaga
sekolah/karyawan-nya. Disegani bukan berarti ditakuti, ia kerap
berpenampilan sopan dan berwibawa tinggi. Maka dari itu, para guru
selalu bertindak sopan dan taat kepada pimpinannya. 7
Kewibawaannya juga dihasilkan dari profesionalitas yang ia
bangun di antara para guru di sekolah. Drs. Syaiful Mubarok Husni ini
7. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
42
juga telah mengukir prestasi selama ia memimpin madrasah ini,
diantaranya adalah ia sebagai guru madrasah teladan di Kementerian
Agama kota Tangerang pada tahun 2009. Ia juga membawa nama baik
MTs Al-Fithroh di ajang pemilihan guru kreatif tingkat propinsi Banten
pada tahun 2009.
Komunikasi yang dibangun oleh pak syaiful, begitu sapaan akrab
kepala madrasah ini adalah komunikasi personal. Jadi, ia lebih
menganggap bawahannya (para guru) sebagai teman sejawat dibanding
menganggapnya sebagai bawahan. Jadi, menurutnya jarak antara kepala
sekolah dan guru itu bisa menjadi satu sejajar asalkan memahami
profesionalitasnya sebagai tugas seoang guru dan kepala sekolah.8
B. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru
Beberapa pendapat tokoh komunikasi di Indonesia seperti Prof.
Burhan Bungin, Gun gun Heryanto, Ade Armando, Effendi Gozali
menegaskan bahwa komunikasi dilakukan guna mencapai hasil hubungan
yang baik. Di sini, peranan kepala sekolah adalah perihal penting dalam
manajemen sekolah/madrasah. Di MTs Al-Fithroh kepala sekolah mempunyai
kedudukan yang paling tinggi. Disamping tugasnya sebagai pengatur sekolah,
ia juga merupakan pucuk pimpinan sekolah. Oleh karena itu, peanannya harus
menunjukkan kepandaiannya dalam mengurus sekolah.
Sedangkan guru merupakan pasukan pendidik yang kepemimpinannya
dibawah komando kepala sekolah. Disamping tugasnya mengajar ia juga harus
turut serta berperan memajukan dan mengembangkan sekolah tersebut. Maka
dengan demikian, partisipasi guru sangatlah dibutuhkan untuk bekerja sama
dengan seluruh pihak sekolah termasuk kepala sekolah sendiri untuk
memajukan dan mengembangkan sekolahnya.
8. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
43
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kepala sekolah MTs Al-Fithroh
memiliki karakter yang baik dalam mengelola komunikasi/hubungannya
dengan para gurunya. Sedikitnya berikut ini adalah hal-hal yang senantiasa
dilakukan oleh kepala sekolah guna menjaga hubungan komunikasinya
dengan para guru, yaitu:
1. Kepala sekolah selalu memberikan ruang aspirasi kepada guru-guru
2. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk menunjukkan
kemampuannya mendidik peserta didik dengan berbagai kreatifitas
seorang guru
3. Diluar jam kerja, kepala sekolah sering berkumpul santai dengan para guru
untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Artinya, secara personal keduanya
selalu menjaga hubungan kekeluargaan dengan baik
4. Kepala sekolah berusaha untuk selalu transparan dalam mengelola
sekolah, dan juga dalam hal urusan informasi dan kesempatan bagi guru
5. Kepala sekolah selalu mengajak berdialog dan musyawarahjika didapati
permasalahan yang melibatkan sekolah dan guru
Dari beberapa uraian di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah MTs Al- Fithroh memang tidak membatasi diri dalam hal waktu dan
tempat untuk saling berinteraksi dengan para guru di MTs Al- Fithroh
tersebut. Selain pada jam kerja/di sekolah, kepala sekolah juga selalu menjaga
hubungan komunikasinya dengan guru diluar jam kerja. Mereka sering
berkumpul untuk hal-hal yang bersifat musyawarah ataupun yang bersifat
santai.
Dalam arti luas, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh ini adalah bentuk komunikasi
organisasi. Yakni komunikasi yang terjadi melalui institusi. Di sekolah telah
diatur struktur organisasinya, seperti Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah,
44
Sie. Kesiswaan, Sie. Kurikulum, Sie. Kesekretariatan dan guru/wali kelas.
Semuanya memiliki fungsi dan peanannya masing-masing.
Akan tetapi, diluar institusi tersebut, kepala sekolah MTs Al- Fithroh
juga membangun komunikasi yang sifatnya personal atau dalam bahasa ilmu
komunikasi disebut dengan komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang
dilakukan secara person to person dengan saling mengetahui latar belakang
masing-masing individu dan samapai kearah yang lebih dalam lagi. Maka
disinilah, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah tersebut membuat para
guru menjadi se-ide di lingkungan institusinya.
1. Pola Linear
Bahwa komunikasi yang dibangun diantara kepala sekolah dan
guru-guru di MTs Al- Fithroh berbentuk linear, yaitu komunikasi yang
memiliki arah timbale balik dan saling mengupayakan pesan lisan yang
langsung saling memberikan pemahaman. Konteks ini mengarah kepada
kepribadian yang selalu menjaga komunikasi antarpersonal.
Sejauh dalam penelitian ini ditemukan pola linear ini karena kepala
sekolah selalu mengupayakan dengan memberikan pemahama yang saling
berpangkal kepada pengertian sesama. Artinya, kepala sekolah tidak
memandang rendah para guru dan tidak pula memandang paling berkuasa
sebagai kepala sekolah. Ia menempatkan posisi demikian sebatas
memaksimalkan kineja, akan tetapi dalam keseharrian di sekolah lebih
banyak melakukan komunikasi linear atau sejajar. Model linear ini akan
mengidentifikasi elemen-elemen utama proses komunikasi.9 Oleh karena
itu, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linear
Menurut salah seorang guru, Wasilah. Kepala sekolah MTs Al-
Fithroh mampu memberikan efektifitas komunikasi kepada para guru
9 Drs. Elvinaro Ardianto, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007, h. 27
45
ataupun bawahannya dengan sikap yang mensejajarkan semuanya dalam
upaya memaksimalkan komunikasi yang baik. Tidak bebuntut kepada
atasan dan bawahan. Kepala sekolah MTs Al- Fithroh selalu berupaya
untuk menghilangkan sentiment jabatan. Ia lebih memilih cara pendekatan
linear tersebut.
Beberapa pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah
MTs Al- Fithroh ini pada dasarnya memiliki beragam cara/pola. Namun,
pada penelitian ini dibatasi pada wilayah organisasi saja, karena hendak
mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi kepala sekolah dengan guru
di MTs Al- Fithroh. Jadi, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala
sekolah MTs Al- Fithroh adalah pola komunikasi antar pribadi.10
2. Interaksi Simbolik
Beberapa disclaimer yang terjadi di lingkungan guru MTs Al-
Fitroh, komunikasi kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al- Fitroh
ini dipandang baik dan mampu menjadikan para guru disekolah
tersebut menjadi baik dalam komunikasinya. Artinya adalah bahwa
kepala sekolah MTs Al- Fitroh mampu membuat komunikasinya
efektif dengan guru-guru yang bertugas di MTs Al- Fitroh.
Dalam wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs Al-
Fitroh, ditemukan tujuh kualitas dalam komunikasi efektif kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, yaitu:
a. Komunikasi dilakukan secara terus-menerus
b. Komunikasi dilakukan tanpa jarak dan tanpa batas
c. Komunikasi dilakukan dengan halus/sopan santun
d. Komunikasi dilakukan dengan proporsional
e. Komunikasi dilakukan berdasarkan kebutuhan
10. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
46
f. Komunikasi dilakukan dengan bersahaja
Ketujuh rumus yang digambarkan oleh kepala sekolah tersebut
menjadi sebuah gagasan baru bagi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh
dalam membina hubungan komunikasi dengan para guru di sekolah
yang dipimpinnya.
Jika kita berkaca kepada sekolah-sekolah yang lainnya,
masih banyak terdapat ketidakharmonisan hubungan guru dengan
kepala sekolahnya lantaran tidak terciptanya efektifitas komunikasi
diantara mereka. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala
sekolah, sudah semestinya menjadi contoh dan suritauladan bagi
bawahannya yang dalam hal ini adalah guru, agar bisa tercipta
keakraban dalam berhubungan sehari-hari. Apalagi, jika keadaannya di
kantor dan dengan urusan kantor pula. Maka, proporsionalitas itu
diperlukan oleh kedua belah pihak.
Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat juga mempercayai akan
komunikasi yang efektif juga ditentukan oleh kesiapan komunikator
(yang member pesan) kepada komunikan (yang diberi pesan) dengan
sikap proporsional dan kematangan berdialog. Ini adalah salah satu
bentuk pelajaran penting bagi lingkungan pendidikan yang sudah
barang tentu dalam keseariannya terdapat komunikasi antara semua
pihak di sekolah, tidak hanya guru dan kepala sekolah.
3. Misunderstanding Communication
Selain didapati persoalan-persoalan hubungan komunikasi Kepala
Sekolah MTs Al- Fitroh dengan para gurunya yang baik dan menunjukkan
nilai positifnya, disini juga didapati persoalan dari sisi negatifnya, yaitu:
Dalam mekanisme komunikasi yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, beberapa persoalan pernah
dialami dalam lingkungan sekolah ini, seperti persoalan keuangan.
47
Menurut salah seorang guru, Nuraeni. S. Ag menuturkan dalam petikan
wawancara penulis, bahwa para guru terkadang mengalami depresi atau
missunderstanding communication dengan Kepala Sekolah dalam hal
manajemen keuangan.
Sebagian besar guru menuturkan akan adanya ketidakjelasan dalam
mengurus keuangan sekolah. Pasalnya, dari data yang penulis himpun
dalam penelitian ini didapati bahwa manajemen keuangan di MTs Al-
Fitroh cenderung tidak tansparan. Padahal, yayasan yang mendirikan
sekolah ini terkenal dengan santun dan kesederhanaannya. Kendati
demikian, para guru masih menaruh kepercayaan besa terhadap sekolah ini
lantaran sekolah ini adalah yayasan yang mengabdikan diri kepada
masyarakat dari semua unsure.
Dalam studi komunikasi, Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat
menambahkan bahwa dengan adanya self controlling maka seseorang yang
melakukan komunikasi (komunikan) dapat mengendalikan dirinya dalam
berkomunikasi. Jadi, dalam studi lapangan sampai ditemukannya data
penelitian ini, Kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih ada yang
menganggap bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih kurang
transparan dalam hal manajemen keuangan.
Ini kemudian akan menjadi titik tolak ukur dari keberhasilannya
membawa MTs ini tidak kalah mutu dengan sekolah-sekolah lainnya di
Kota Tangerang. Menurut Husni Mubarok, Kepala Sekolah inni bahwa
dirinya pernah mendapatkan teguran dari salah seorang pegurus yayasan
yang menjadi induk sekolah ini lantaran dirinya dianggap kurang
komunikatif dalam hal manajemen keuangan sekolah. Namun ia mengelak
bahwa tudinga tersebut tidak benar. Dalam hal manajemen keuangan, MTs
Al- Fithroh selalu memberikan ruang aspirasi untuk bertanya para guru
soal perihal tersebut. Sehingga Kepala sekolah ini masih dianggap
48
komunikatif oleh sebagian besar guru MTs Al- Fithroh, hanya sebagian
kecil saja yang mengatakan kurang komunikatif.
C. Pengolahan Data dan Analisis Data
Dari hasil penelitian ini, telah dihimpun data-data berikut sebagai hasil
akhir dalam penelitian, dan kemudian diolah menjadi data penelitian
akurat.
1. Proses Komunikasi Kepala Sekolah dengan Para Guru
Informal adalah proses komunikasi Kepala Sekolah Dengan para
Guru Diluar Waktu kegiatan belajar mengajar secara kekeluargaan.
Dan sebaliknya Formal di;akukan diwaktu jam kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan himpunan data tersebut di atas, maka komunikasi
kepala sekolah dengan guru lebih besar dilakukan secara informal
dari pada secara formal.
2. Berdasarkan Jenis Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Kepala
Sekolah
Interaksi Simbolik adalah Menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan
disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang
penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
Linear adalah suatu jenis atau pola dengan cara natural atau bias
disebut apa adanya.
Berdasarkan hasil data di atas, maka jenis komunikasi kepala
sekolah lebih banyak dilakukan secara Interaksi simbolik (40%),
Interpersonal (30%), Linear (20%).
49
3. Hambatan-hambatan komunikasi kepala sekolah dengan guru
Berdasarkan hasil analisa yang sudah saya dapat, bahwa yang
paling dominan menjadi hambatan komunikasi kepala sekolah
adalah soal transparansi pengelolaan keuangan, indisipliner, rapat
tertutup yayasan, dan selebihnya adalah hal-hal lain.
4. Dampak/pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan para
guru
Dari hasil data tersebut di atas, dikatakan bahwa pengaruh
komunikasi kepala sekolah dengan guru yaitu pada Disiplin kerja
guru, supervisi, tata kelola administrasi, dan kesalahan
(missunderstanding), yang masih adanya keluhan- keluhan para
guru agar bisa lebih ditingkatkan kembali soal komunikasi.
5. Komunikasi kepala sekolah memiliki tujuan
Berdasarkan data di atas, tujuan komunikasi kepala sekolah dengan
guru adalah: bersifat struktural (35%), bersifat fungsional (45%),
Lain-lain (20%).
Tinjauan penulis dari hasil pengamatan penelitian ini, yaitu:
a. Bahwa pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs Al-
Fithroh sudah mencukupi nilai efektifitas yang memuaskan, denga
keterbukaannya berdialog dengan para guru
b. Bahwa dalam proses komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fithroh
masih dianggap oleh sebagian kecil guru yang berbeda pandangan
menganggapnya kurang komunikatif.
c. Bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh berpandangan dengan
komunikasi linear dirinya bisa menyeimbangkan hubungan
komunikasinya dengan para guru.
50
STRUKTUR ORGANISASI MTs AL-FITROH, CIPONDOH
Kepala Madrasah
Sekretaris Bendahara
Staff Tata Usaha Dewan Guru
Komite Madrasah
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bahwa Komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru
merupakan suatu tindakan yang harus dijaga dengan baik demi
meningkatkan kualitas hubungan kepala sekolah dengan guru. Meminjam
istilah Jalaludin Rachmat, komunikasi adalah alat untuk membina
kehamonisan hubungan. Kemudian, dalam skripsi ini penulis telah
memperhatikan secara seksama tentang bagaimana komunikasi kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh. Secara garis besar hubungan
keduanya baik dan perlu mendapatkan penjagaan agar tetap harmonis dan
tercipta suasana bersahaja.
Oleh karena itu, sedikitnya ada lima pointer yang penulis
simpulkan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepala sekolah MTs Al-Fithroh cukup baik dalam membina
keharmonisan hubungan dengan para guru
52
2. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
bentuk komunikasi interpersonal, linear dan komunikasi
organisasi
3. Kepala sekolah mengalami hambatan dalam berkomunikasi
dengan para guru ketika sedang berada dalam rapat-rapat
4. Kepala sekolah tidak dapat megontrol dengan baik hambatan-
hambatan komunikasi yang dimilikiya
5. Para guru secara profesioal menempatkan dirinya sebagai
bawahan sehingga komunikasi organisasi cenderung dipakai
B. Saran
Untuk menciptakan peningkatan kualitas harmonisasi hubungan
komunikasi kepala sekolah dan guru di MTs Al-Fithroh, saya sebagai
penulis menyarankan kepada pihak sekolah khususnya, dan kepada
pembaca umumnya untuk :
1. Agar dapat memahami komunikasi yang terjadi secara langsung dan
segera menghasilkan timbal-balik
2. Sebagai pimpinan, kepala sekolah hendaknya dapat mengontrol dan
membina hubungan komunikasi dengan bawahannya (para guru)
3. Hambatan komunikasi yang terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman
antara komunikan dengan komunikator
4. Agar lebih intens melakukan kontak langsung
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis ringkas,
semoga segala sesuatunya bisa bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984
Ardianto, Elvinaro, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta 1998
Fisher, B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986
ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15
Januari 2011
Kaligis, JRE., Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008
Keraf, Gorys, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar, Bandung: Rosdakarya,
2002
Nata, Abiddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Subagyo, P. Joko , Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta;PT
Renika CIpta, 2004), cet. IV
Sudjana, HD., Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000
Suranto AW, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran,
(http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&I=3&k=23), 9 Febuari 2007
Uchyana, Onong, Dasar-dasar teori komunikasi Jakarta: Bulan bintang, 2005
Uchyana, Onong, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Karya
Wardani, I.G.A.K, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: UT Press, 2006
TRANSKRIP WAWANCARA
Tanggal : 11 Agustus 2010
Tempat : MTs Al-Fitroh
• Apa yang anda rasakan selama mengajar di sekolah ini (baca; MTs Al-Fitroh) ?
Ya, Alhamdulillah cukup senang dan tentunya ada suka dan dukanya juga. Selama saya
mengajar di sekolahan ini terkadang saya menemukan permasalahan-permasalahan yang
baru dan biasa saya jadikan sebagai pengalaman saja
• Pengalaman-pengalaman baru yang anda maksud seperti apa?
Contohnya, pada saat terjadi kesalahpahaman dengan guru-guru lain soal panitia ujian,
juga ketika rapat dengan pihak jajaran sekolah semuanya, itu kan tentunya ada ya
berbagai permasalahan yg demikian.
• Lalu, bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan kepala sekolah di
madrasah ini?
Apa ya, ya paling tidak saya bisa mengatakan kalau semua jajaran sekolah di sini, baik
itu dari guru, kepala sekolah dan yayasan semuanya membina asas kekeluargaan dengan
baik dan disiplin. Karena memang hampir 60% nya adalah keluaga besar al-mubarok.
• Bisa ibu jelaskan lagi tentang keluarga Al-Fitroh yang dimaksud?
Iya artinya jajaran guru dan yayasan disini adalah sebagian besarnya keluarga besar al-
mubarok, yaitu yayasan al-mubarok yang didirikan atas prakarsa masyarakat cipondoh.
Tapi, disii saya memiliki kebanggaan tersendiri soal kinerja guru-guru di sekolah ini.
Banyak sekali guru-guru yang menganggap dan merasa bahwa sekolah ini adalah miliki
semuanya. Hal ini kan tidak mudah didapat di sekolah-sekolah lain. Artinya, kegiatan
guru-guru dio sini selain mengajar juga saling menjaga silaturahmi antar sesamanya.
• Lalu, bagaimana anda berkomunikasi dengan kepala sekolah?
Komunikasi saya cukup baik dengan siapapun yang ada di sekolah ini, apalagi kepala
sekolah sebagai pimpinan. Tentunya saya sangat menjaga keharmonisan hubungan
komuikasi dengan kepala sekolah saya. Pada beberapa kesempatan seperti pelatihan mutu
guru, juga kepala sekolah kami secara terbuka mengajarkan kami akan kedisiplinan dan
rasa tanggung jawab sebagai pengabdi.
• Pernahkah ibu sewaktu-waktu mendapatkan teguan dari kepala sekolah?
Pernah. Tapi bukan teguran seperti anak kecil yang sedang marah dengan temannya atau
orang tuanya ya, teguran ini lebih bersifat tertulis. Misalnya, saya perah tidak masuk
kelas tanpa ijin dari kepala sekolah, besoknya saya mendapat surat teguran yang isinya ya
kalau mau tidak masuk mesti ijin dulu dari kepala sekolah. Begitu aja sih, mas.
• Sebagai pendidik, tentunya Ibu merasa memiliki tanggung jawab besar kepada
murid-murid ibu. Apa yang ibu harapkan untuk anak didik ibu?
Saya sangat berharap sekali kelak dewasa nanti murid-murid saya bias menjadi oang
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya dan juga bagi oang lain. Juga
pesan saya kepada para murid saya ya, jangna peah meninggalkan sholat lima waktu. Itu
saja, mas.
• Terus, berkenaan dengan kepala sekolah lagi nih bu. Apa kelebihan kepala sekolah
menurut ibu?
Pak husni itu orangnya baik, jujur, dan rajin dalam bekerja. Bahkan beliau terkadang
dating ke sekolah lebih dulu dari paa guru nya. Ini yang saya banggakan dai seorang
kepala sekolah pak husni ini. Saya sangat bangga punya kepala sekolah sepeti pak husni
ini.
• Dalam membina komunikasi dengan guru. Apakah kepala sekolah ibu tergolong
orang yang pandai berkomunikasi?
Jangan ditanya soal itu mah, mas. Pak husni itu orangnya dekat dengan siapa aja,
makanya beliau menjadi kepala sekolah sudah dua periode kalau tidak salah. Semua guru
dan yayasan juga senang dengan dipimpinnya sekolah ini oleh pak husni sebagai kepala
sekolah.
• Ok, terakhir ya bu. Pesan ibu untuk kepala sekolah?
Yang terhormat bapak Husni. Terus maju memimpin sekolah ini. Jangan pernah merasa
puas dengan apa yang dihasilkan kita bersama sama selama ini, tapi lebih ditingkatkan
lagi kualitas dan mutu nya di sekolah ini. Maju terus bapak.
SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB STUDI KASUS PADA MADRASAH
TSANAWIYAH AL-MUAWANAH CURUG TANGERANG
Ahmad Khoirul Rijal – 103091029592 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK: Pada saat era globalisasi teknologi saat ini, kebutuhan informasi dalam dunia pendidikan
menjadi sangat dalam menentukan kemajuan suatu lembaga. Dengan pemanfaatan dan penerapan
teknologi informasi, kumpulan data yang saling berhubungan satu sama lain dapat diorganisasikan
menjadi sebuah file basis data, dimana data-data diorganisasikan kemudian disimpan kedalam komputer
untuk memudahkan pemakai dalam mengakses data. Namun pemanfaatan teknologi informasi belum
dimanfaatkan seefektif mungkin pada Mts Al-Muawanah. Mts Al-Muawanah Curug Tangerang masih
ada yang menggunakan sistem manual untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Baik dalam
penilaian, absensi, maupun kegiatan administrasi, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan hasilnya pun belum tentu akurat. Dari sinilah muncul
keinginan dari penulis untuk membuat suatu Aplikasi Sistem Informasi Akademik Sekolah Berbasis
Web untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari pada sekolah tersebut. Dengan adanya aplikasi
berbasis web ini akan menciptakan pengolahan data yang terorganisir, sehingga kegiatan-kegiatan
proses belajar mengajar di sekolah menjadi lebih terkomputerisasi secara terstruktur, memudahkan
dalam pengaksesan data, dan penyampaian informasi yang tersedia. Aplikasi ini dibuat menggunakan
bahasa pemrograman PHP (Personal Home Page), database MySQL, Xampp Web Server dan didukung
oleh program lainnya seperti Notepad++, PhotoshopCS. Peneliti menggunakan metode Rapid
Application Development (RAD) dalam pengembangan sistemnya, yang terdiri dari fase perencanaan
syarat-syarat, fase perancangan, fase konstruksi dan fase pelaksanaan. Dalam pelaksanaanya, apikasi
sistem informasi akademik ini menggunakan stand alone atau digunakan pada PC masing-masing user,
di mana user bisa login untuk masuk ke halaman masing-masing yang sudah didaftarkan oleh seorang
admin.Tujuan dari penulis Tugas Akhir ini adalah menganalisis masalah yang terjadi pada proses
pengolahan data akademik pada madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama (Mts Al-
Muawanah), yang kemudian membuat prototype aplikasi sistem informasi akademik pada Mts Al-
Muawanah tangerang agar menjadi salah satu solusi dari masalah yang ada.
Kata kunci: Analisis, Perancangan, UML, Sistem Informasi Akademik, Madrasah Tsanawiyah Al-
Muawanah Curug.
1. PENDAHULUAN
Teknologi informasi pada saat ini telah
berkembang pesat tidak terkecuali di indonesia,
hampir semua perusahaan besar dan menengah
menerapkan teknologi informasi untuk membantu
operasi bisnis mereka. Teknologi informasi telah
mendukung berbagai kehidupan contohnya bidang
ekonomi, bidang pendidikan, bidang hiburan dan
bidang lainnya (Bunafit Nugroho : 2008). Para
pengguna teknologi informasi pada saat ini telah
mencakup hampir segala umur, dari anak kecil
sampai dewasa.
Pengguna teknologi informasi terus
meningkat dengan adanya internet. Teknologi
internet dapat mendukung penggunaan teknologi
informasi sebagai sarana pembelajaran. Sebagai
contohnya internet dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi pembelajaran (Pandia, Henry
: 2007).
Dengan menggunakan sistem dan
perancangan aplikasi yang terkomputerisasi, maka
semua data dapat tersimpan dengan rapi, integrity
terjamin, pengolahan data atau informasi dapat
dilakukan secara cepat, tepat dan akurat dibandingkan
cara yang belum menggunakan sistem dan aplikasi
yang belum terkomputerisasi.
Namun pemanfaatan Teknologi Informasi
belum dimanfaatkan seefektif mungkin pada Mts Al-
Muawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang
dan masih ada yang menggunakan sistem manual
untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari,
baik dalam administrasi, absensi, maupun penilaian,
dan proses backup data sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut. Kegiatan guru-guru dalam
melakukan penilaian terhadap siswa-siswa Mts Al-
Muawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang
masih menghasilkan data yang kurang akurat karena
masih terdapat data yang berulang, tidak tercatat,
kurang teliti, salah perhitungan dalam penilaian.
Selain itu, Sistem yang sedang berjalan pada Mts Al-
Muawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang
ini menggunakan media kertas yang kurang
menunjang untuk jangka waktu yang panjang karena
jumlah data guru dan siswa yang banyak maka data
yang ditampung akan semakin besar, sehingga akan
memperlambat kinerja sistem untuk menyajikan
informasi secara cepat dan tepat. Masalah lain yang
timbul adalah pencarian data berdasarkan nilai yang
tertinggi untuk menentukan prestasi siswa yang
apabila dilakukan secara tertulis maupun sistem
manual akan memakan waktu yang cukup lama.
Melalui skripsi yang berjudul ”SISTEM
INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB PADA
MTS AL-MUAWANAH KECAMATAN CURUG
KABUPATEN TANGERANG”. Dengan adanya
aplikasi berbasis web ini, maka akan tercipta
pengolahan data yang terorganisir, sehingga
memudahkan dalam pengaksesan data, dan
penyampaian informasi yang tersedia.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Internet
Menurut Moore et al.(2001:7), internet
mengacu pada system internasional yang
menghubungkan komputer – computer yang
dimana menggunakan TCP/IP (Transmision
Control Protocol / Internet Protocol).
Menurut koller dan Amstrong (2004:24),
internet adalah jaringan global dan jaringan –
jaringan computer yang luas dan berkembang
tanpa ada manajemen atau kepemilikan
terpusat.
2.2 Perancangan system dan akademik
Menurut McLeod (2004:161) analisis sitem
adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan
tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui.
Menurut Mulyadi ( 2001:51 ) perancangan system
adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai
informasi ke dalam alternatif rancangan system yang
di ajukan kepada pemakai informasi untuk
dipertimbangkan
Kata akademik berasal dari bahasa yunani yakni
academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di
sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos
adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada
saat perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof
Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan
tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat
Plato melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-
pikiran filosofinya kepada orang-orang yang datang.
Sesudah itu, kata academos berubah menjadi
akademik, yaitu semacam tempat perguruan. Para
pengikut perguruan tersebut disebut academist,
sedangkan perguruan semacam itu disebut academia.
Berdasarkan hal ini, inti dari pengertian akademik
adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan
menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan
sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan
leluasa (www.unp.ac.id).
2.2.1 Konsep Dasar SIK
Sistem informasi didefinisikan sebagai suatu
sistem didalam suatu organisasi yang merupakan
kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,
media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang
ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi
penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu,
membari sinyal kepada manajemen dan yang lainnya
terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal
yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi
untuk pengambilan keputusan yang baik.
2.3 Rekayasa Piranti Lunak
Perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Instruksi-instruksi (program komputer) yang
bias dijalankan akan memberikan fungsi dan
unjuk kerja yang diharapkan.
2. Struktur data yang memungkinkan program
untuk memanipulasi informasu yang
memadai.
3. Dokumen- Dokumen yang menjelaskan
operasi dan penggunaan program-program.
2.4 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Hermawan (2004) Unified Modelling
Language (UML) adalah bahasa standar yang
digunakan untuk menjelaskan dan memvisualisasikan
artifak dari proses analisis dan desain sistem
berorientasi objek.
Adapun diagram UML yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Use Case Diagram, Sequence
Diagram, dan Class Diagram.
2.5 Rapid Application Development (RAD)
Menurut Pressman (2002), RAD adalah
sebuah model proses perkembangan perangkat lunak
sekuensial linier yang menekankan siklus
perkembangan yang sangat pendek.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Observasi (Pengamatan)
Observasi dilakukan dengan melakukan
pengamatan atau peninjauan langsung di Sekolah
MTs Al Muawanah Curug dan menelaah informasi
mengenai proses terjadinya ujian semester yang
dilakukan oleh sekolah tersebut.
3.1.2 Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) merupakan proses
tanya jawab secara langsung dengan guru mata
pelajaran TIK. Teknik wawancara ini peneliti
gunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan sistem ujian yang dilakukan
sekolah.
3.1.3 Studi Pustaka
Pengumpulan data yang bersumber dari
berbagai buku yang menjadi referensi dan pencarian
dengan media internet untuk memperoleh data-data
tambahan dalam rangka melengkapi penulisan
skripsi.
3.1.4 Studi Penelitian Sejenis
Merupakan pengembangan instrumen atau
penelitian yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini
dilakukan dengan melihat hasil riset yang sudah ada
kemudian mengembangkannya dengan melihat
kekurangan yang ada pada riset tersebut.
3.2 Metode Pengembangan Sistem Pengembangan sistem yang peneliti lakukan
menggunakan empat tahap siklus pengembangan
model RAD (Rapid Application Development), yaitu
fase perencanaan syarat dan tujuan informasi, fase
perancangan, fase konstruksi, dan fase pelaksanaan.
3.2.1 Fase Perencanaan Syarat-Syarat Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian
tujuan aplikasi serta mengidentifikasi syarat-syarat
informasi yang ditimbulkan dari tujuan tersebut.
3.2.2 Fase Perancangan Pada tahap ini dilakukan beberapa tahapan
yaitu:
a) Perancangan Proses
b) Perancangan Basis Data
c) Perancangan Antar Muka Pemakai (User
Interface)
3.2.3 Fase Konstruksi
Pada tahapan ini dilakukan pembuatan
program terhadap rancangan-rancangan yang telah
didefinisikan.
3.2.4 Fase Pelaksanaan
a) Pengujian
b) Tanggapan User
3.3 Kerangka Berfikir
4. PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI
4.1 Gambaran Umum MTs Al Muawanah
4.1.1 Sejarah MTs Al Muawanah
Madrasah Tsanawiyah Al Muawanah
merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan
Yayasan Pendidikan Islam Haji Nasim
(YAPIHANA), didirikan pada tanggal 10 Juli 1992
dan diakta notariskan pada tanggal 20 Agustus 1992
dengan akta no.383 tanggal 20 Agustus 1992 Ny.
Nanni Wahyudi.
Yayasan ini berlokasi di Kampung Sempur
Rt.12 Rw.03, Desa Kadu, Kecamatan Curug,
Kabupaten Tangerang, Banten dan dibangun di atas
tanah seluas 600 m2. Tanah tersebut diperoleh pada
mulanya berasal dari wakaf yang diberikan oleh
seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama
Haji Nasim, dengan luas tanah 900 m2. Kemudian di
atas tanah tersebut dibangun sebuah masjid dan
sebuah madrasah untuk kepentingan peribadatan dan
pendidikan masyarakat setempat.
4.1.2 Visi dan Misi
A. Visi
Unggul dalam prestasi, terdepan dalam
teknologi dan berakhlakul karimah.
B. Misi
1. Mewujudkan kepribadian anak yang berbudi
luhur, mandiri dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Menciptakan generasi yang bertaqwa dan
berakhlakul karimah.
3. Ikut serta mensukseskan program pemerintah
dalam meningkatkan SDM dan Wajar Dikdas
9 tahun.
4. Menyiapkan siswa agar mampu bersaing dan
mengembangkan diri sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.1.3 Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi sekolah MTs Al-
Muawanah adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah MTs : H. Muhammad Bais
Wakil KepSek : Drs. H. Syakhroni
Bendahara : Dra. Siti Maryam
Tata Usaha : Usman Efendi, A.Ma
Anggota : Dewan Guru
4.2 Analisis Kebutuhan
4.2.1 Analisis Kebutuhan Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan pada tahap sebelumnya, maka peneliti dapat
menganalisis bahwa belum efektifnya pemanfaatan
teknologi informasi pada MTs Al Muawanah ini,
salah satu contoh yaitu kurangnya pemanfaatan
komputerisasi dan jaringan lokal yang telah tersedia.
4.2.2 Tujuan Berdasarkan pada analisis kebutuhan di atas,
maka penulis membuat suatu sisem informasi akademik
berbasis web dengan memanfaatkan internet. Dengan
demikian para siswa dan guru dapat lebih mudah
untuk mendapatkan informasi akademik sekolah.
4.2.3 Syarat-Syarat Adapun untuk mewujudkan tujuan tersebut maka
dibutuhkan beberapa syarat dalam pengembangan
informasi akademik berbasis web ini yaitu meliputi
bahasa pemograman, database, dan web server.
Spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang
digunakan peneliti dalam pengembangan aplikasi ini
adalah sebagai berikut:
a. Perangkat Lunak
1) Web Server Apache versi 2.2.12
2) PHP versi 5.3.0
3) MySQL versi 5.0.20
4) Notepad ++ 4.0.1
5) Macromedia Dreamweaver 8
6) Adobe Photoshop CS
7) Mozilla Firefox 3.5.3
8) Windows XP SP 2
b. Perangkat Keras
1) Processor Intel ® Pentium ® Dual CPU
E2180 @ 2.00 GHz (2CPUs)
2) Harddisk 80 GB
3) Memory 1 GB
4) Mouse
5) Keyboard
6) Monitor dengan resolusi 1024 x 768
pixel
4.3 Fase Perancangan
4.3.1 Perancangan Proses
Dalam merancang proses pada sistem
informasi akademik ini peneliti menggunakan notasi
UML sebagai case tool dalam merancang proses yang
akan terjadi di dalam aplikasi, yakni dengan membuat
use case diagram, class diagram, sequence diagram
dan activity diagram.
4.3.1.1 Use Case Diagram Pada aplikasi ini, terdapat dua aktor yaitu
administrator dan siswa. Adapun untuk use case
diagram terdiri dari beberapa use case.
Gambar 4.1 Use Case Diagram
4.3.1.2 Class Diagram
Pada aplikasi ujian madrasah ini
terdapatbeberapa kelas. Berikut adalah class diagram
sistem informasi akademik madrasah yang dibangun
oleh peneliti.
Gambar 4.3 Class Diagram
4.3.1.3 Sequence Diagram
Adapun skenario yang dijalankan atau dibuat
berdasarkan use case yang telah dirancang
sebelumnya pada use case diagram. Berikut ini
adalah sequence diagram yang telah peneliti buat:
a. Sequence Diagram home
Gambar 4.4 Sequence Diagram home
b. Sequence Diagram admin
Gambar 4.5 Sequence Diagram admin
c. Sequence Diagram guru
Gambar 4.6 Sequence Diagram guru
d. Sequence Diagram siswa
Gambar 4.7 Sequence Diagram siswa
4.3.2 Perancangan Basis Data
Pada tahap perancangan database ini dibuat
relasi antar entitas dan perancangan tabel sebagai
penunjang sistem informasi akademik madrasah ini.
4.3.2.1 Entity Relationship Diagram (ERD)
4.3.2.2 Perancangan Tabel Perancangan Tabel login
Nama
Field
Tipe Data Ukuran Keterangan
idadmin char 3 NotNull
username varchar 8 NotNull
pass varchar 16 NotNull
ket varchar 255 Null
akses char 1 NotNull
tingkatan char 20 Null
Perancangan Tabel guru
Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan
Kode_gr int 5 NotNull
nip int 20 NotNull
kode_mapel smallint 5 NotNull
nama_gr string 50 NotNull
date_lahir date Null
tpt_lahir string 40 Null
sex tinyint
alamat string 255
agama tinyint 1
telp varchar 20 Null
foto_peg tinyint
status tinyint
Perancangan Tabel siswa
Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan
ids int 11 NotNull
nis varchar 20 NotNull
idk int 11 NotNull
username string 50 NotNull
date_lahir date Null
tpt_lahir varchar 40 Null
sex tinyint
alamat string 255
agama tinyint 1
foto tinyint
status tinyint
4.3.3 Perancangan Antarmuka
A. Rancangan Layar Home
Gambar Rancangan Layar Home
B. Rancangan Layar Login
Gambar Rancangan Layar Login
C. Rancangan Layar Profil Sekolah
Gambar Rancangan Layar Profil Sekolah
D. Rancangan Layar Profil Siswa
Gambar Rancangan Layar Profil Siswa
E. Rancangan Layar Download
Gambar 4.17 Rancangan Layar Download
F. Rancangan Layar Kuis
Gambar Rancangan Layar Kuis
G. Rancangan Layar halaman Guru
Gambar Rancangan Layar Halaman Guru
H. Rancangan Layar Halaman Siswa
Gambar Rancangan Layar Halaman Siswa
I. Rancangan Layar Admin Data Kelas
Gambar Rancangan Layar Admin Data
Kelas
J. Rancangan Layar Admin Data Siswa
Gambar Rancangan Layar Admin Data
Siswa K. Rancangan Layar Admin Data Guru
Gambar Rancangan Layar Admin Data
Guru
L. Rancangan Layar Login Admin
Gambar Rancangan Layar Login Admin
4.4 Fase Konstruksi Pada tahap ini, peneliti melakukan tahap
pengkodean terhadap hasil rancangan yang sudah
didefinisikan sebelumnya untuk dijadikan sebuah
program aplikasi. Hasil rancangan sistem dan
program tersebut diterjemahkan ke dalam kode-kode
dengan menggunakan bahasa pemrograman yang
sudah ditentukan. Dalam aplikasi ini, bahasa
pemrograman yang digunakan adalah PHP. Kode
program dapat dilihat pada Lampiran.
4.5 Fase Pelaksanaan
4.5.1 Pengujian aplikasi system informasi
akademik sekolah berbasis web
5 Pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi
sistem informasi akademik ini adalah pengujian
dengan metode Blackbox. Pengujian dilakukan
dengan menjalankan semua fungsi dan fitur
yang ada dari aplikasi ini dan kemudian dilihat
apakah hasil dari fungsi-fungsi tersebut sesuai
dengan yang diharapkan. Aplikasi dijalankan
melalui suatu web browser dan mencoba
mengakses sistem informasi akademik berbasis
web. Berikut hasil dari pengujian terhadap
aplikasi sistem administrasi dapat dilihat pada
tabel
Hasil Pegujian Sistem Administrasi Admin
Test
Case
Prosedur yang
dijalankan
Hasil yang
diharapka
n
Hasil
Login
User
memasukkan
username dan
password
User masuk
ke halaman
admin
Berhasil
Input
data
guru
Pilih menu data
guru,
masukkan data,
tekan tambah
Data guru
bertambah Berhasil
Ubah
Data
guru
Pilih menu data
guru, lihat/cari,
edit
Data guru
berubah Berhasil
Hapus
Data
guru
Pilih menu data
guru, lihat/cari,
edit
Data guru
terhapus Berhasil
Input
data
siswa
Pilih menu data
siswa, masukkan
data, tekan
tambah
Data siswa
bertambah Berhasil
Ubah
Data
siswa
Pilih menu data
siswa, lihat/cari,
edit
Data siswa
berubah Berhasil
Hapus
Data
siswa
Pilih menu data
siswa, lihat/cari,
edit
Data siswa
terhapus Berhasil
Input
data
kelas
Pilih menu data
kelas, masukkan
data, tekan
tambah
Data kelas
bertambah Berhasil
Ubah
Data
kelas
Pilih menu data
kelas, lihat/cari,
edit
Data kelas
berubah Berhasil
Hapus
Data
kelas
Pilih menu data
kelas, lihat/cari,
edit
Data kelas
terhapus Berhasil
Input
data
jadwal
Pilih menu data
jadwal,
masukkan data,
tekan tambah
Data jadwal
bertambah Berhasil
Ubah
Data
jadwal
Pilih menu data
jadwal, lihat/cari,
edit
Data jadwal
berubah Berhasil
Hapus
Data
jadwal
Pilih menu data
jadwal, lihat/cari,
edit
Data jadwal
terhapus Berhasil
Ganti
Password
Pilih menu ganti
password,
Password
berubah Berhasil
masukkan
password lama,
masukkan
password baru
Keluar
Pilih menu
kelua
r
Masuk ke
halaman
utama
Berhasil
Hasil Pegujian Sistem Administrasi Siswa
Test
Case
Prosedur
yang
dijalankan
Hasil yang
diharapkan Hasil
Login
User
memilih
kelas dan
nama
User masuk
sesuai
berdasarkan
nama dan
kelas
Berhasil
lihat
absensi
Pilih menu
lihat
absensi
Menampilkan
absensi siswa Berhasil
lihat
nilai
Pilih menu
lihat nilai
Manmpilkan
nilai siswa Berhasil
Ganti
Password
Pilih menu
ganti
password,
masukkan
password
lama,
masukkan
password
baru
Password
berubah Berhasil
Keluar Pilih menu
keluar
Masuk ke
halaman
utama
Berhasil
Hasil Pegujian Sistem Administrasi Guru
Test Case
Prosedur
yang
dijalankan
Hasil yang
diharapka
n
Hasil
Login
User
memasukkan
nama
User masuk
ke halaman
utama guru
Berhasil
Lihat data
kelas
Pilih kelas
berdasarkan
nama kelas
User masuk
ke halaman
data siswa
yang sedang
di ajar sesuai
kelas yang
dipilih
Berhasil
Periksa
absensi
Pilih menu
absensi
User masuk
ke halaman
data absensi
siswa
Berhasil
Masuk
data absen
sesuai
pertemuan
Pilih menu
daftar
pertemuan
Masuk ke
halaman
absen sesuai
pertemuan
Berhasil
Kirim
absen
Input data
“masuk atau
tidak
masuk”
Data
terkirim Berhasil
Perikasa
nilai
Pilih kelas,
pilih nilai
Masuk ke
halaman
nilai siswa
berdasarkan
kelas yang
dipilih
Berhasil
Input nilai
Pilih kelas,
pilih nilai,
pilih daftar
nilai yang
akan diinput
Masuk ke
halaman
input nilai
Berhasil
Kirim
nilai
Pilih kelas,
pilih nilai,
pilih daftar
nilai yang
akan diinput,
kirim nilai
Nilai
terkirim Berhasil
Ganti
Password
Pilih menu
ganti
password,
masukkan
password
lama,
masukkan
password
baru
Password
berubah Berhasil
Keluar Pilih menu
keluar
Masuk ke
halaman
utama
Berhasil
5.3.1 Tanggapan User pada Aplikasi sistem
informasi akademik
Peneliti juga melakukan suatu pengujian
berupa User Acceptance Test (UAT) untuk
mengetahui sejauh mana aplikasi ini mencukupi
kebutuhan dari user, pada tahap ini peneliti meminta
tanggapan user tentang aplikasi sistem informasi
akademik sekolah ini sebagai bahan evaluasi.
Berikut ini adalah hasil persentase dari
kuesioner yang telah dibagikan pada 30 orang
responden yang terdiri dari 20 orang siswa, 10 orang
guru.
Hasil Persentase dari Tanggapan User
N
o Pertanyaan
Jumlah
Persentase
(%)
1. Apakah aplikasi sistem
informasi akademik sekolah
ini mudah digunakan atau
dioperasikan ?
a. mudah
b. sedang
c. sulit
• 10 %
• 90 %
• 0 %
2. Apakah anda setuju jika
sistem informasi akademik
sekolah yang manual ini
diganti dengan sistem yang
terkomputerisasi ?
a. setuju
b. tidak setuju
c. ragu-ragu
• 90 %
• 5 %
• 5 %
3. Apakah program sistem
informasi akademik ini
merupakan visi & misi
sekolah untuk
mencerdaskan para siswa &
guru dalam hal teknologi
informasi ?
a. setuju
b. tidak setuju
c. ragu-ragu
• 100 %
• 0
%
• 0
%
4. Bagaimana tanggapan Anda
tentang tampilan aplikasi
sistem informasi akademik
sekolah ini ?
a. bagus
b. cukup
c. kurang
• 100
%
• 0 %
• 0 %
5. Bagaimana tanggapan Anda
terhadap keseluruhan
aplikasi sistem informasi
akademik sekolah ini ?
a. bagus
b. cukup
c. kurang
• 100
%
• 0
%
• 0
%
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa aplikasi sistem
informasi akademik ini telah sesuai dengan
kebutuhan user.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis
paparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya aplikasi ini, siswa dapat lebih
mudah memperoleh informasi mengenai
absensi, mata pelajaran dan nilai.
2. Dengan adanya aplikasi ini, siswa dapat
melakukan bimbingan konseling kepada guru
secara online mengenai semua yang
berhubungan dengan aktivitas di sekolah.
3. Dengan adanya aplikasi ini, guru dapat
memperoleh informasi mengenai absensi,
jadwal mengajar dan memberikan nilai serta
tugas sekolah secara online.
5.2 Saran
Adapun saran untuk pengembangan aplikasi
lebih lanjut, yaitu:
Aplikasi ini bersifat untuk mencatat kegiatan
prestasi siswa (nilai) pada pelajaran tertentu yang
meliputi nilai harian, nilai tugas, nilai UTS, serta nilai
UAS. Dan untuk kedepannya diharapkan bisa
sekaligus menjadi web yang bersifat e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Booch, Grady, James Rumbaugh, Ivar Jacobson. The
Unified Modelling Language Reference
Manual, Addison Wesley, 1998.
Fathansyah, Ir. Basis Data, Bandung: Informatika,
2002.
Fowler, Martin. UML Distilled Edisi 3: Panduan
Singkat Bahasa Pemodelan Objek Standar.
Yogyakarta: Andi, 2005.
Hakim, Lukmanul dan Musalini, Uus. Buku Sakti
Menjadi Programmer Sejati PHP. cet.I.
Pengantar Dr.Onno W. Purbo, Ph.D.
Yogyakarta: Solusi Media, 2006.
Hermawan, Julius. Analisa Desain & Pemrograman
berorientasi obyek dengan UML dan Visual
basic.Net, Edisi 1, Andi, Yogyakarta, 2004.
Jovan, FN. Panduan Praktis Membuat Web dengan
PHP untuk Pemula. cet I. Penyunting,,
Sudarma, S. Jakarta: Mediakita, 2007.
Kenneth E.Kendall., Jullie E. Kendall. Systems
Analysis and Design, fifth Edition.
Dialihbahasakan oleh Thamir Abdul Hafed
Al-Hamdany, B.Sc,M.Sc dalam buku
analisis dan perancangan sistem. Jakarta: PT
Prenhallindo, 2003.
Kuswayanto, Lia. Mahir Berkomputer TIK untuk
SMP. Jakarta: Grafindo Media Pratama,
2005.
Francis, Taylor. Elearning. Dialihbahasakan oleh
Teguh Wahyu Utomo, Robin Mason dan
Frank Rennie dalam buku Elearning
Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital
dan Internet. Yogyakarta: Baca, 2010.
Misky, Dudi. Kamus Informasi dan Teknologi.
Jakarta: Edsa Mahkota, 2005.
Nasuhi, Hamid, Ropi Ismatu, dkk. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Jakarta: CeQDA, 2007.
Nugroho, Adi. Rational Rose untuk Pemodelan
Berorientasi Objek, Informatika, Bandung,
2005.
Pandia, Henry. Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jilid I, II dan III. Jakarta: Erlangga, 2007.
Peranginangin, Kasiman. Aplikasi dengan PHP dan
MySQL. Yogyakarta: Andi, 2006.
Prakorso, Samuel. Jaringan Komputer LINUX, Ed I.
Yogyakarta: ANDI, 2005.
Pressman, Roger.S. Rekayasa Perangkat Lunak.
McGrawHill Book Co, Buku I Yogyakarta:
Andi, 2002.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2008.
Sopandi, Dede. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan
Komputer. Bandung: Informatika, 2008.
Sugeng, Winarno. Jaringan Komputer dengan
TCP/IP, Bandung: Informatika, 2006.
Sukarno, Mohamad. Membangun Website Dinamis
Interaktif dengan PHP-MySQL (Windows &
Linux). cet I. Jakarta: ESKA Media, 2006.
Suprianto, Dodit. Buku Pintar Pemograman PHP. cet
I. Bandung: OASE Media, 2008.
Tim Penyusun. Teknik Mudah Membangun Website
dengan HTML, PHP dan MySQL.
Yogyakarta: Andi, Madiun: Madcoms, t.t.
Wijaya, Gita Surya. Bedah Total Server. Jakarta: Info
Komputer, 2007.
Yakub. Sistem Basis Data Tutorial Konseptual.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Yani, Ahmad. Panduan Menjadi Teknisi Jaringan
Komputer. Jakarta: Kawan Pustaka, 2008.
Yuhefizard. Database Management menggunakan
Microsoft Access 2003, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2008.
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN
PARA GURU DI MTS AL-FITROH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD FAHRUDDIN
103018227354
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN
PARA GURU DI MTS AL- FITROH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
AHMAD FAHRUDIN
NIM: 103018227354
Dibawah Bimbingan
DRS. HASYIM ASY’ARI, M.Pd
NIP: 19661009 199303 1 004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2011
Ahmad Fahrudin
i
ABSTRAK
Ahmad Fahruddin, Nim: 103018227354, Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh, Cipondoh-Tangerang, Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dengan kepala sekolah dan sepuluh sampel guru dari 34 orang. Pengawasan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dikatakan cukup, hal ini dapat dilihat dari data pengawasan kepala sekolah dengan nilai rata-rata 30 %. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru berkategori sedang. Dengan demikian pelaksanaan komunikasi yang dilaksanakan kepala sekolah sudah cukup baik, namun belum terlaksana secara maksimal.
Proses komunikasi kepala sekolah dengan para guru dipandang cukup, artinya kondisi guru dan kepala sekolah terbina degan harmonis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.. Kegiatan komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh dinilai baik dengan alasan miss yang terjadi lebih kecil daripada nilai positifnya. Ubtuk itu, penelitian ini difokuskan dengan pola komunikasi yag dilakukan kepala sekolah terhadap para guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kepala sekolah dengan para guru akan dapat meningkatkan harmonisasi guru dengan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Tiada kata indah yang terucap dari lisan ini melainkan puji syukur
terhadap Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada Tuhan melainkan Dia,
Dzat yang Maha Tinggi, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya
kepada penulis, selama penulis menempuh studi sampai akhirnya penulis
menyelesaikan Skripsi ini untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad saw.
yang telah banyak melahirkan inspirasi bagi banyak manusia, terutama penulis
dalam menjalankan roda kehidupan ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan ummatnya yang saleh dan salehah, amin.
Proses penyelesaian skripsi S1 yang berjudul “Komunikasi Antar Kepala
Sekolah dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh” ini telah memakan waktu yang
cukup lama dan berbagai macam rintangan telah penulis hadapi dengan penuh
semangat dan kerja keras. Oleh karena itu, keharuan penulis tidak bisa diukir
dalam bentuk kata-kata indah melainkan hanya dengan sejuta harapan agar skripsi
ini dapat bermanfaat bagi civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, juga secara umum bagi seluruh
lapisan masyarakat. Untuk itu, penulis ingin berucap terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil selaku Ketua Jurusan KI-
Manajemen Pendidiikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Ibu Drs, Mu’arif SAM, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan KI-Manajemen
Pendidikan, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan
motivasi, saran, nasihat selama penulis menempuh studi S1 di Jurusan KI-
MP
4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah turut berperan aktif dalam proses
penyelesaian skripsi penulis, baik berupa saran, bimbingan dan nasihatnya
kepada penulis,
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis
selama masa studi di Jurusan KI-MP. Semoga amal baik mereka mendapat
balasan dari Allah SWT, amin
6. Seluruh staff/pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah banyak
menyediakan buku referensi selama penulis menyelesaikan skripsi
7. Bapak Syaiful Husni Mubarak, Lc yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan keterangan-keterangan seputar judul skripsi ini di tengah
kesibukan beliau yang sungguh luar biasa sampai penulis harus bekerja
keras untuk dapat mewawancarainya,
iv
8. Ayahanda Bapak Nahrawi dan Ibunda Titi Faridawati, yang selalu
memberikan motivasi, bimbingan, doa yang tulus kepada penulis untuk
terus mengejar cita-cita yang dibanggakan. Semoga segala bentuk
kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, amin
9. Sahabat-sahabat HIMATA Jakarta Raya (Opik, Maksis, Chandra, Oji, St.
Badi’ah, Romli, dll.) dan PB HIMATA, semoga kalian terus semangat
menjalani aktivitas kesehariannya, terima kasih atas keakraban dan
kekeluargaan yang diberikan selama penulis menempuh studi di UIN
Jakarta.
10. Untuk sang kekasih yang selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan
skripsi, yaitu Rini Febriani. Semoga termotivasi, agar segera
menyelesaikan studinya.
11. Seluruh teman-teman civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
wabil khusus Jurusan KI-MP (Pribadi Muslim, Defri Hamdani, Dzul Fadli
Agus Mulyania, Abd. Aziz, Asih Sumiasih, Ade Faizah, Nining), Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka berikan
mendapat imbalan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa, serta skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua, amin.
Ciputat, 22 Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………..………...
KATA PENGANTAR ………………………………………………..………
DAFTAR ISI …………………………………………………………...……..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..…...
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..….
B. Masalah Penelitian ………………………………………....
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………..
BAB II LANDASAN TEORITIS ………………………………….....
A. Pengertian Komunikasi ……………………………………
B. Tujuan Komunikasi ………………………………………..
C. Unsur- unsure Komunikasi…………………………………
D. Jenis-Jenis Komunikasi
E. Faktor Pendukung Komunikasi…………………………….
F. Faktor Penghambat Komunikasi …………………………..
G. Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru …..
H. Kerangka Berfikir ………………………………………….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………..………
A. Tujuan Penelitian ………………………………………….
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
C. Metode Penelitian..………………………………………...
D. Populasi Dan Sampel ……………………………………...
E. Variabel Penelitian ………………………………………..
i
ii
v
1
1
5
6
8
8
10
12
12
13
14
32
33
33
34
34
34
34
v
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
G. Instrumen Penelitian ………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………..
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh .........................................
B. Latar Belakang Guru ……………...……………………….
C. Latar Belakang Kepala Sekolah …………………………...
D. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru ………..…
E. Pengolahan Data …………………………………………...
BAB V PENUTUP ………………………………………..…………...
A. Kesimpulan ……………………………………………..….
B. Saran-saran ………………………………………..……….
35
35
36
36
38
41
42
48
50
51
52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah komunikasi sudah sedimikian lazim di kalangan kita,
meskipun masing-masing orang mengartikan istilah itu secara bebeda-
beda. Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan kata komunikasi,
misalnya: “hewan pun berkomunikasi dengan caranya masing-masing,”
ada miskomunikasi antara kita, “saya sebel sama orang itu,” karena
orangnya tidak komunikatif, “computer adalah saraa komunikasi yang
tercanggih”, “kami sedang meneima komunikasi lanjutan dari pihak
pemeintah,” dan sebagainya. Komunikasi dari organisasi pada umumnya
bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupasehingga khalayak
merasa memiliki keterlibatan, setidak- tidaknya ada hubungan
batin.kegiatan ini sangat penting dalam usaha pemecahan suatu masalah
jika terjadi tampa diduga. Sebagai contoh ialah masalah yang timbul
akibat berita yang salah yang dimuat dalam surat kabar. Dengan adanya
hubungan baik sebagai akibat kegiatan komunikasi yang dilakukan
organisasi, masalah yang dijumpai kemungkinan besar tidak akan terlalu
sulit diatasi. Bukan tidak mungkin pula sebelum berita itu dimuat, si
2
wartawan terlebih dulu bertanya mengenai kebenaran kejadian yang akan
diberitakan itu.1
Komunikasi dalam bidang pendidikan merupakan hal yang
mendukung terciptanya hubungan antar penyelenggara pendidikan yang
baik agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang terumus dalam
tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia
tanpa terkecuali. Begitu pun dalam dunia pendidikan, komunikasi
dipandang perlu karena akan mengantarkan proses pendidikan menjadi
lancar dan baik.
Di dalam sekolah, terdapat organisasi sekolah yang terdiri
dari Kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua murid.
Kesemuanya harus memiliki sinergitas dan bentuk komunikasi yang baik
demi kelancaran proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada
penelitian ini, arti penting komunikasi akan diangkat kedalam permukaan
kajian pendidikan yang memiliki turunan dengan sistem dan manajemen
pendidikan di sekolah melalui hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah
dan guru. Karena kita semua menyadari bahwa hubungan kepala sekolah
dan guru adalah bagaikan gerbong kereta yang harus selalu tersambung
dengan kepala kereta agar dapat mengantarkan para penumpang ke suatu
tujuan.
Di dalam lembaga pendidikan, atau sekolah, kita mengenal
adanya Kepala Sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru merupakan dua
elemen penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan mengatur, menjamin,
dan mengarahkan guru-guru agar dapat sesuai menjalankan tugasnya
sebagai guru yaitu mendidik para siswa agar terarah dan terbimbing.
Namun, kita juga menyadari bahwa hubungan komunikasi
antar Kepala Sekolah dan guru tidak selamanya terjadi secara harmonis,
tetapi juga adakalanya terdapat suatu konflik atau gap yang bisa
1 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h.129
3
menyebabkan pecahnya keharmonisan hubungan keduanya baik secara
lembaga maupun secara personal. Tentu saja ini diakibatkan adanya
kesalahan dalam bercakap dan manajemen komunikasi diantara keduanya.
Penelitian ini akan berusaha mencari faktor penentu dan juga penghambat
hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Dalam banyak hal komunikasi dapat disamakan dengan
plogistonnya masyarakat. Coba saja pikirkan, dai waktu ke waktu!;
problema sosial apa yang tidak melibatkan problema komunikasi? Oleh
aena itu, dari waktu ke waktu manusia dihadapkan denga problema sosial
yang penyelesaiannya menyangkut jkomunikasi yang lebih banyak
ataupun lebih baik. Setidak-tidaknya seorang ahli politik telah melukiskan
terjadinya peperangan antar bangsa sebagai akibat adanya problema
kesalahpahaman cultural, yang sebenarnya kesalahpahaman itu dapat
dihndari melalui komunikasi politik internasional. Salah satu dasar
pemikiran yang sering diulang-ulang, yang mendasari perserikatan
bangsa-bangsa dimulai kira-kira sebagai berikut: “jika saja bangsa-bangsa
dapat berukmpul dan berbicara antara yang satu dengan yang lain…” bagi
saya sendiri, salah satu dari baris-baris dapat diingat dari Hollywood
adalah apa yang diucapkan oleh sipir penjara yang terus menerus member
tahu kepada Cole Hand Luke,: apa yang ada disini adalah kegagalan
berkomunikasi!
Guru merupakan sebuah profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jenis
pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan. Oleh sebab itu, jenis profesi guru paling mudah
terkena pencemaran.
Akhir-akhir ini seringkali terdengar orang berbicara tentang
merosotnya mutu pendidikan dan mereka cenderung beranggapan bahwa
masalah tersebut disebabkan oleh kesalahan guru semata. Guru kurang
memiliki kompetensi dalam mengajar, kurang mampu mengajar dan
sebagainya. Akibatnya guru adalah tidak mampu menjalankan tugas-
4
tugasnya secara memadai. Anggapan semacam ini dapat dipahami, oleh
karena guru-gurulah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata.
Anggapan semacam ini dapat dipahami, tetapi apabila diamati masih ada
faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi timbulnya masalah ini. Salah
satunya faktor efektivitas komunikasi kepala sekolah yang menjadi faktor
merosotnya mutu pendidikan, komunikasi kepala sekolah terhadap guru
pun ikut berperan dalan keefektivan kegiatan belajar mengajar, lebih lagi
apabila komunikasi kepala sekolah langsung kesiswa (anak didik).
Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek
kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Komunikasi
meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila
komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya
adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target
dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah
membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta
adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja
yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun
atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama
dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah
kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi
dalam kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa
lebih sulit. Suranto AW berpendapat, perkantoran yang berfungsi baik,
ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai
komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan
terdapat system pembagian tugas antar komponen tersebut. Suatu
perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya,
ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan
secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja
perkantoran akan meningkat.
Keberhasilan komunikasi kepala sekolah yang ada di sekolah,
diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja
5
guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu
dengan yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja
guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru
akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap
individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan
prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi
sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan
mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. keberhasilan
komunikasi kepala sekolah dapatlah diartikan sebagai keefektifan
komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru).
Oleh karena itu, komunikasi menjadi topik penting dalam upaya
memperbaiki manajemen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah. MTs Al-Fithroh merupakan salah satu sekolah yang memiliki
sistem manajemen yang tergolong fluktuatif. Berdasarkan hasil pra-
penelitian penulis, MTs Al-Fithroh tergolong kepada jenis sekolah yang
memiliki pola komunikasi personal antara kepala sekolah dan para guru,
sehingga kemungkinan konflik akan terjadi secara personal pula. Untuk
itu, hal-hal yang bisa memungkinkan terjadinya ketidakstabilan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang diakibatkan oleh ketidakefektifan
komunikasi kepala sekolah dan guru menjadi bagian kajian penting dalam
studi manajemen pendidikan.
Komunikasi seorang kepala Sekolah terhadap para guru memang
menjadi topik penting dalam kajian manajemen pendidikan. Oleh
karenanya, penulis akan mengangkat judul skripsi “Komunikasi Antara
Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang” sebagai tugas akhir studi KI-Manajemen Pendidikan di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Agar terciptanya prosedur penelitian yang efektif dan ilmiah, maka
penulis terlebih dahulu memberikan identifikasi permasalahan penelitian ini.
Berikut permasalahan yang penulis identifikasi di lapangan :
6
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang
kurang jelas.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas untuk lebih memperjelas dan memberi
arah yang tepat dalam pembatasan penelitian ini, penulis memberikan
batasan sebagai berikut :
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang
kurang jelas.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkam pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas
agar permasalahan yang dibatasi bisa dikaji dan diperoleh kejelasan serta
jawaban yang tepat, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah
7
a. “Bagaimana bentuk komunikasi Kepala Sekolah dengan para
guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang ?”
b. “Bagaimana hambatan komunikasi atara kepala sekolah dengan
para guru?”
c. “Faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang?”
d. “Bagaimana proses komunikasi antara kepala sekolah dengan
para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang
kurang maksimal.
e. Bagaimana tujuan komunikasi Kepala Sekolah dengan para
guru yang kurang jelas.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs
Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di
MTs Al-Fithroh.
c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di
MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang
maksimal.
d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru
terhadap kinerja guru
e. Pengaruh Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru
yang kurang jelas.
2. Manfaat Penelitian
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu :
a. Manfaat Akademis
1) Memperkaya khazanah dan referensi kajian
manajemen pendidikan
2) Menambah wawasan kajian komunikasi di bidang
pendidikan
3) Mendapatkan pengetahuan tentang manajemen dan
komunikasi organisasi di lingkungan pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1) Mengetahui pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah
MTs Al-Fithroh terhadap para gurunya
2) Sebagai bahan rujukan dalam melakukan pengembangan mutu
pendidikan melalui komunikasi kepala sekolah dengan para
guru
3) Upaya membentuk komunikasi yang efektif sesama
penyelenggara pendidikan di sekolah
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. HAKIKAT KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris “Communication” berasal dari
bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian,
pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban
dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata kerjanya Communicare,
artinya berdialog, berunding, atau bermusyawarah. Kata Communication, ini
berasal dari kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti
kata sama maka mengenai suatu hal. Komunikasi dapat berlangsung apabila
antara orang- orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “ komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami”. Menurut Gerald R. Miller yang dikutip oleh
10
Deddy Mulyana menjelaskan pengertian komunikasi sebagai berikut
“komunikasi terjadi jika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengab niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.1
Hafied Cangara mendefinisikan “komuniksi adalah semua perilaku
yang membawa pesan dan yang diterima orang lain, perilaku tersebut bias
verbal dan non verbal.
Everet M. Rogers menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih
dengan maksud mengubah tingkah laku mereka”. James G Robbin dan
Barbara S. Jones mendefinisikan “komunikasi sebagai suatu tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing- lambing
yang mendukung arti makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan
suatu informasi dari seseorang terhadap orang lain.”. Atau lebih jelasnya
komunikasi adalah suatu pemindahan atau informasi mengenai pikiran dan
perasaan. Sedangkan menururt Anwar Arifin komunikasi berarti suatu upaya
bersama-sama orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain
dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini, D. Lawrence Kincaid
dan Wilbur Schramm menyebut komunikasi sebagai proses saling membagi
atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta
dalam proses informasi.2
H.A.W Widjaya mengartikan “ komunikasi sebagai hubungan atau
kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula
sebagai saling saling tukar menukar pendapat”. Komunikasi juga dapat
diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.
Menurut Dance “ komunikasi adalah proses penyampaian gagasan atau
kerangka kerja perilaku psikologi manusia, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti yang dilakukan oleh
penyampai pesan ditukan kepada penerima pesan”3.
1 Nana Mulyana, Ilmu Komunikas, Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya h.
62 2 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984, hal. 14
3 B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986, hal. 10
11
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian informasi dan penertian dari seseorang kepada
orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui symbol- symbol ataupun
isyarat- isyarat asalkan kominikasi itu dapat dipahami dan dimengerti oleh
kedua belah pihak. Dalam keaadaan seperti inilah baru dapat dikatakan
komunikasi telah berhasil baik (komunikatif). Jadi, komunikasi adalah
pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan
kata- kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan
isyarat- isyarat atau simbol- simbol.
2. Tujuan Komunikasi
Dalam kehidupan sehari- hari, setiap orang selalu berinteraksi dengan
masyarakat. Interaksi ini kepada masyarakat, agar apa yang kitaa sampaikan
atau kita minta dapat dimengerti, sehingga komunikasi yang kita laksanakan
dapat tercapai.
Menurut H.A.W. Widjaya pada umumnya komunikasi mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :
a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sehingga komunikator
kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-
baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa
yang kita maksudkan.
b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan mereka.
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha agar
gagasan kitadapat diterima orang lain dengan pendekatanyang
persuasive bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.
e. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan.
Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak
mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana
cara yang baik untuk melakukannya.
12
Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu
bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.
Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu
meneliti apa yang menjadi tujuan kita. Selain dari pada itu, komunikasi
juga menyertakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, manasuka, ujar, manusiawi
dan komunikatif.4
Selain dari pada itu, bahwa tujuan komunikasi juga membentuk
sikap. Karena sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan
atau keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu.5
3. Unsur-unsur Komunikasi
Di dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a. Komunikator; yaitu orang yang menyampaikan pesan
b. Pesan; yaitu isi pesan berupa kata-kata, simbol, lambang yang
disampaikan
c. Komunikan; yaitu orang yang diajak bekomunikasi
d. Media; yaitu alat bantu dalam penyampaian pesan, seperti telepon,
surat kabar, televisi, dan lain-lain6
4. Jenis-jenis Komunikasi
Menurut H.A.W. Widjaya jenis- jenis komunikasi dapat dikelompokan
menjadi empat macam7, yaitu:
1) Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis antara lain adalah bahwa
4 Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta, Universitas terbuka,
2007. Hal. 1.2 5 Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, UT,
2007, hal. 10.22 6 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h.6
7 ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari
2011
13
komunikasi itu dapat dipersiapan terlebih dahulu dengan baik, dapat
dibaca berulang- ulang,menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya.
2) Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau
tatap muka dan dapat pula melalui telepon.
3) Komunikasi non verbal, adalah komunikasi dengan menggunakan
mimic, pantomime dan bahasa isyarat.
4) Komunikasi satu arah, adalah komunikasi yang bersipat koresif dapat
berbentuk perintah, intruksi dan bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi- sanksi.
5) Komunikasi dua arah atau lebih bersifat informative dan persuasive
dan memerlukan hasil (feedback)
5. Faktor Pendukung Komunikasi
Di dalam komunikasi, terdapat faktor pendukung, diantaranya:
a. Kesesuaian pesan yang disampaikan sehingga minim terjadinya
distorsi, yaitu pengalihan makna pesan yang pertama ke penerima
selanjutnya.
b. Adanya Feedback langsung. Hal ini akan dapat mempermudah proses
komunikasi yang berlangsung karena mendapatkan respon yang cepat
sehingga terjadi dialog yang matang
c. Evaluasi pesan. Pada tahap ini seorang penerima dan pengirim pesan
akan bersama-sama mengevaluasi dari hasil percakapan yang
dilangsungkan. Oleh karena itu, jika evaluasi ini terjalin dengan
sinkron maka akan menimbulkan kesamaan pemahaman dalam
mengartikan pesan.
d. Media pengantar; yaitu sebagai bagian dari proses komunikasi yang
sedang berlangsung. Dengan media, komunikasi akan dapat efektif jika
14
terdapat media pengantar seperti surat kabar, televise, telepon dan lain-
lain8
6. Faktor Penghambat Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan
gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada
dasarnya, hambatan itu dapat terjadi karena adanya distorsi, yaitu pergeseran
makna pesan yang dimunculkan oleh si penerima pesan.
Menurut Onong Uchyana, ada dua jenis hambatan komunikasi,
diantaranya adalah:
1. Hambatan Sosiologis; yaitu hambatan yang dapat mempengaruhi iklim
sosial. Menurut salah seorang sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnes,
kehidupan manusia diklasifikasikan dalam dua jenis pergaulan yaitu
Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup
yang bersifat pribadi sedangkan Gesellschaft adalah cara pergaulan yang
dinamis, rasional, dan bukan pribadi. Seperti pada pergaulan di kantor atau
dalam organisasi.
2. Hambatan Psikologis; faktor psikologi sering kali menjadi hambatan
dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum
melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikasi. Komunikasi
sulit untuk berhasil apabila komunikasi sedang sedih, bingung, marah,
merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya.
Dalam praktek berkomunikasi, kita akan mengalami berbagai macam
hambatan-hambatan sehingga tujuan atau pesan dari maksud informasi
yang di komunikasikan itu tidak dapat diterima degan baik oleh orang
yang menerima informasi tersebut.
8 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya,
2003, h. 18
15
Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam suatu komunikasi
antara lain:
a. Berkomunikasi sesuai dengan bahasa para pendengarnya
Seseorang yang hanya lulusan SD tentunya akan sulit mengerti
pembicaraan seorang sarjana psikologi yang berbicara menggunakan
bahasa-bahasa psikologinya. Seperti perkembangan berbagai aspek
pada anak usia SD (perkembangan fisik/jasmani)9, tentu berbeda
dengan anak usia SMP.
b. Gangguan
Gangguan ini dapat berupa suara yang bising pada saat komunikasi
berlangsung.
c. Pengaruh Emosi
Pada saat marah seseorang akan kesulitan menerima informasi.
d. Mengerti keinginan arah pembicaraan para pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada
pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan
mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga.
e. Mengerti kelas sosial para pendengarnya.
Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik
pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham.
f. Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan
merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu
apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi
menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti
dan alasan yang kuat dan benar".
9 Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, UT, 2007. Hal. 4.3
16
Menurut Abuddin Nata, faktor suara merupakan faktor utama yang
dapat mendukung terjadinya komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar, oleh karena itu setiap calon guru harusndi tes suaranya.10
Oleh karena itu kita harus mengetahui apa yang akan kita
komunikasikan dan dengan siapa kita berkomunikasi tersebut sehingga
tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dan tidak mengalami miss
communication yang menyebabkan orang salah mengambil kesimpulan
tentang apa yang kita komunikasikan. Menurut Asosianisme, gagasan atau
isi jiwa terbentuk karena adanya pertautan unsure-unsur yang berupa
tanggapan atau kesan dari pengamatan.11
B. Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para Guru
1. Proses komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs
Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, kepala sekolah perlu
memiliki kemampuan berbahasa yang baik, ia perlu memiliki kekayaan
bahasa dan kosakata yang cukup banyak sebab dengan menggunakan kata-
kata tertentu saja guru belum dapat memahami maknanya, mereka
membutuhkan kata- kata atau istilah lain. Kepala sekolah perlu menguasai
struktur kalimat dan ejaan yang benar. Selain kemampuan berbahasa hal
yang juga penting dalam interaksi pendidikan.
Peranan penting kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan
sekolahan menjadikan ia harus tampil komunikatif dan mampu mengatur
gaya bahasa dalam setiap berkomunikasi dengan bawahannya, baik guru
ataupun pegawai sekolah. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam aktivitasnya sebagai pimpinan di lingkungan sekolah memiliki
aspek penting dalam rangka meningkatkan kredibilitas pegawai, guru dan
suasana atau kondisi kegiatan belajar mengajar.
10
Prof. Dr. H. Abiddin Nata, MA. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta, Kencana. h. 288
11 Din Wahyuddin, Pengantar Pendidikan, Jakarta, UT, 2007, Hal. 5.18
17
Dilihat dari jenis komunikasi yang terdapat di setiap hampir kepala
sekolah lakukan, ada bentuk komunikasi organisasi yang menjadi dasar
pengkarakteran seorang pimpinan di sekolah, yaitu komunikasi satu arah.
Atinya, dalam aktivitas koomunikasi ini seorang komunikan mengirim
pesan kepada komunikator dengan tidak mementingkan timbal balik itu
terjadi. Seperti, seorang kepala sekolah mengeluarkan Surat Edaran
tentang kebijakan-kebijakan sekolah. Dalam konteks Kepala Sekolah
sebagai pemimpin perlu diawali oleh prinsip “Bagaimana menyatukan
komponen sekolah?“. Prinsip kedua, “Bagaimana memfungsikan?”,
prinsip ketiga, “Bagaimana menggerakkan?“
Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan,
memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan
karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup
bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan
seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk
menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf
tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah
sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru,
tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen
tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi
subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana
memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha
memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen
sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha.
Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah
dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut
takaran masing-masing melalui pembekalan kemampuan dan
pengetahuan.
Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang
dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu
memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
18
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan
diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan
adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.12
Selain itu juga,
Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic
yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada,
penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, program dukungan.13
Bagaimana menggerakkan komponen yang ada di sekolah
merupakan bagian dari pola kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah.
Rumus apapun yang dipergunakan bila komponen sekolah belum
disatukan, pasti mendapat hambatan. Benar tidak ada usaha yang tidak
memiliki hambatan dan yang namanya kehidupan pasti ada gangguan dan
ganjalan. Kepala sekolah profesional, hambatan, cobaan dalam
menghadapi sejumlah persoalan dijadikan sebagai acuan untuk
memajukan sekolah yang dipimpinnya. Seorang pemimpin jangan hanya
berteman dengan “mengapa“, tetapi juga dengan “bagaimana“. Kalau
sudah mengetahui guru malas atau tidak mampu mengajar, bukan lagi
kenapa, tetapi harus bagaimana?. Sebab itu percikan api kegagalan kepala
sekolah dalam memimpin. Idealnya, permasalahan yang dijumpai perlu
upaya melalui trik-trik khusus.
Antara profesionalisme tugas dan keberhasilan adalah dua sisi yang
saling mendukung. Seorang Kepala sekolah profesional jarang mengalami
kegagalan, kalau manajemennya dikerjakan secara profesional.
Sebaliknya, apapun profesional Kepala sekolah, tanpa didukung oleh staf
yang profesional dan penuh tanggung jawab pasti mengalami hambatan.
Sekolah dikatakan berhasil bukan hanya sekolah yang
bersangkutan menggaet sejumlah prestasi. KBM lancar, guru disiplin, staf
tata usaha disiplin. Lingkungan sekolah dirawat dan ditata dengan baik.
12
Suprayekti, Pembaharuan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007. Hal. 2.15
13 R. Edward Freeman, Manajemen Strategik, Jakarta, Binaman Pressindo, 2001, hal. 145
19
Guru memiliki kepedulian terhadap tugas, demikian juga tata usaha. Siswa
termotivasi untuk belajar dan memiliki minat yang tinggi untuk meraih
prestasi.
Untuk merealisasikan harapan tersebut ada tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh Kepala sekolah. Pertama, kemampuan berkomunikasi.
Kedua, kemampuan memotivasi. Ketiga, kemampuan dalam mengambil
keputusan. Komunikasi dalam bentuk formal maupun informal perlu
dilakukan oleh kepala sekolah. Kedua bentuk komunikasi tersebut saling
mengisi. Artinya, melakukan komunikasi dari hati ke hati dalam momen
dan tempat tertentu, di samping melakukan pertemuan mingguan,
membuka diri, selalu belajar, bertanya terhadap perubahan dan
perkembangan. Pertemuan mingguan yang dilakukan kepala sekolah
merupakan langkah yang cukup strategis. Fungsinya mengevaluasi
kegiatan selama seminggu, di samping menerima input dan memotivasi
guru. Apabila kepala sekolah tidak atau jarang melakukan pertemuan
dengan guru dan tata usaha, berarti ada hal yang ditutupi atau kurang
mampu berkomunikasi dengan staf.
Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi dengan staf bagi
kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas,
menghimpun dan menampung berbagai pendapat dan keluhan, saling
memberi dan menerima serta silaturahmi dan kekeluargaan semakin baik.
Motivasi jangan hanya dipandang sebagai dorongan untuk bekerja
dengan baik, tetapi juga untuk berbuat yang baik. Sebelum kepala sekolah
memotivasi staf, terlebih dahulu memotivasi diri, sebab dalam diri ada
kemenangan. Dasar yang paling pokok memberikan motivasi guru, tata
usaha dan siswa adalah memahami keinginan mereka, memahami
kemampuan dan kebutuhan.
Tidak ada hidup yang tidak ingin sukses, tidak ada hidup yang
tidak membutuhkan. Pupuk dan sirami hubungan baik dengan mereka,
menghadapi staf tunjukkan sikap ramah, tidak pilih kasih, bimbinglah
mereka seperti membimbing keluarga di rumah.
20
Disamping kemampuan berkomunikasi dan motivasi juga
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. Mengapa kepala
sekolah selalu diharap kan memiliki kemampuan dalam meng ambil
keputusan. Jawabannya, sekolah merupakan masyarakat kecil yang tidak
pernah sepi dari masalah. Apakah dari guru, dari tata usaha, dari siswa
atau dari masyarakat ?
Dalam istilah umum komunikasi dapat digeneralkan menjadi suatu
cara seseorang berhubungan dengan orang lain. Di sini, komunikasi diukur
dari bentuk efektivitasnya. Jika seseorang melakukan komunikasi yang
baik maka hasilnya adalah komunikasi yang berhasil dan sebaliknya, jika
seseorang mengalami kegagalan dalam komunikasi maka komunikasi
tersebut buruk. Oleh karena itu, pembahasan ini akan membuka
pengetahuan tentang efektivitas komunikasi.
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu manusia membutuhkan
sarana untuk bisa berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai
tujuannya, salah satunya adalah komunikasi. Williams (1984),
sebagaimana yang dikutip oleh Yuhana dkk.1 (2006), mengidentifikasi
lima alasan mengapa kita perlu memahami komunikasi sebagai berikut:
1. Komunikasi penting bagi kehidupan manusia secara personal
2. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi
3. Komunikasi adalah dasar bagi pengembangan dan pemantapan
hubungan interpersonal
4. Manusia adalah konsumen komunikasi
5. Komunikasi meningkat secara tajam dalam penyelenggaraan
organisasi modern.
Dalam proses komunikasi, hal yang mutlak diperhatikan adalah
tingkat keefektifan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila
makna yang ada pada sumber pesan sama dengan makna yang ditangkap
oleh penerima pesan. Makna pesan sangat tergantung pada lingkungan di
mana pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tinggal dan dibesarkan.
21
Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan
informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver).
Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan
mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau
beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut dimana penerima
mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal.
Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran
informasi yang dikenal dengan noise.
Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-
unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan
yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan
gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan,
pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan.
Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses
komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide
atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik
oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding.
Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan
setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis
22
yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam
organisasi diperlukan dalam setiap kondisi misalnya pada saat
mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau
gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun
sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat
pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan
sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang (Griffith, 2002).
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
syarat utama komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas
pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk
membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu
usaha untuk benar-benar mengerti orang lain, kemampuan untuk
memenuhi komitmen, kemampuan untuk menjelaskan harapan, kemauan
untuk meminta maaf secara tulus jika melakukan kesaahan, dan
kemampuan memperlihatkan integritas.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator
harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima pesan,
menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media,
memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik. Dalam
mengidentifikasi sasaran atau penerima pesan perlu diperhatikan beberapa
hal diantaranya adalah (Xie et al.,2008). Menentukan, mengenali dan
mempelajari siapa yang akan dijadikan sasaran, dalam hal ini siapa
target/segmen konsumennya. Siapa sasaran yang dijadikan target adalah
calon konsumen potensial, pengguna produk/jasa, orang-orang yang
membuat keputusan membeli, dan orang yang mempengaruhi pembelian,
apakah individu perorangan, kelompok, publik khusus atau publik umum.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa efektivitas
komunikiasi mempengaruhi terhadap indikasi untuk mencapai
23
keberhasilan komunikasi. Di sekolah, seorang kepala sekolah dituntut
untuk memberikan keseimbangan dan kepibadian serta integritas yang
tinggi dalam mempengaruhi komunikasi oang lain.
2. pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap proses komunikasi
dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang.
Dalam pendidikan tetunya tidak akan terealisasi dengan baik tanpa
adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Antara komponen
tersebut harus bekerja secara sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang
dicita-citakan. Diantara komponen-komponennya adalah manajemen dan
guru.
Selain kegiatan manajemen. Pelaksanaan pendidikan tentunya
tidak terlepas juga dari beberapa komponen pendukung. Adapun
pendukung terpenting dalam sebuah institusi pendidikan adalah guru,
dimana guru juga dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan
manajemen disekolah.
Fungsi guru sebagai proses meliputi mendidik, mengajar melatih ,
mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Fungsi guru akan berjalan
dengan baik jika didukung pula oleh manjemen yang baik pula, artinya
apabila fungsi manjemen berjalan baik maka akan menghasilkan
kedisiplinan yang maksimal.
Komunikasi merupakan hal penting dalam rangka menunjang
kinerja disiplin penyelenggaraan pendidikan. Kepala sekolah dan guru
adalah dua elemen yang memiliki realitas komunikasi padat di dalam
penyelenggaraan pendidikan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah
adalah komunikasi sebagai pimpinan, dan guru adalah sebagai bawahan
dari kepala sekolah. Oleh karena itu, komunikasi antara kepala sekolah
dan guru merupakan perangkat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sifatnya yang terbuka (open) sangat menentukan keterbukaan
24
diantara keduanya, komunikasi tersebut sangat erat kaitannya dengan
perihal kinerja disiplin guru dalam kegiatan mengajar peserta didik.
Berbicara soal pendidikan, peranan guru dan kepala sekolah
merupakan identitsa penting di dalam institusi. Ia merupakan penggerak
penyelenggaraan sekolah. Komunikasi diantara keduanya dapat
memberikan efek yang realistis di dalam lingkungan kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Dalam bukunya “Dasar-dasar teori komunikasi”,
Onong Uchyana mengemukakan bahwa “bahwa proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan).”14 Oleh karena itu, proses komunikasi di sekolah yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru merupakan posisi penting dalam
peranannya mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Dampak dan
pengaruhnya tidak saja berimplikasi terhadpa para murid tetapi juga para
orang tua murid, apakah mereka nyaman atau tidak menempatkan putera-
puterinya di sekolah tersebut.
Dalam kajian manajemen pendidikan, strategi untuk mencapai
hasil komunikasi yang baik di lingkungan sekolah harus dibutuhkan
pemahaman yang sepadan antar guru dan kepala sekolah. Seperti, dalam
proses penerimaan siswa baru, penerimaan tunjangan guru serta hal
keuangan lainnya. Maka dengan demikian, hal tersebut akan membantu
sikap saling percaya diantara kedua komponen ini. Sehingga komunikasi
diantara keduanya akan tercipta dengan harmonis. Karena ini akan
menghilangkan sifat kecurigaan dan ketidaktransparanan.
Di sini, juga ditegaskan bahwa kepala sekolah merupakan
pimpinan di lingkungan sekolah. Tugasnya adalah mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Treffinger salah
seorang tokoh pendidikan menambahkan bahwa proses belajar adalah
proses menjadi peka atau sadar akan masalah.15 Sehingga para guru harus
juga bisa mentaati perintah-perintah dari pimpinannya.
14
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi, Bulan bintang, Jakarta 2003 hal. 11 15
JRE. Kaligis, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008, hal. 9.3
25
Stogdill mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki
sepuluh dimensi. Pertama, kepemimpinan adalah seni untuk
menciptakan kesesuaian paham dalam suatu kelompok. Upaya
dilakukan melalui kerja sama dan pemberian dorongan sehingga
orang lain dapat mengikuti serangkaian tindakan dlam mencapai
tujuan. Kedua, kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau
himbauan, bukan paksaan. Ketiga, kepemimpinan adalah
kepribadian yang tercermin dalam sifat dan watak yang unggul
sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap pihak
yang dipimpin. Keempat, kepemimpinan adalah tindakan atau
peilaku untuk mengarahkan kegiatan bersama dalam mencapai
kepentingan dan tujuan bersama. Kelima, kepemimpinan
merupakan fokus dari proses kegiatan kelompok sehingga
kepemimpinan itu dapat melahirkan gagasan baru, perubahan
baru, dan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan aktifitas
kelompok. Keenam, kepemimpinan itu adalah hubungan
kekuasaan. Dalam arti bahwa pihak yang memimpin lebih
banyak mempengaruhi orang lain daripada dipengaruhi orang
lain. Ketujuh, kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, pemimpin merupakan kekuatan dinamik
yang dapat mendorong, mengarahkan dan mengkoordinasikan
sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kedelapan, kepemimipnan terjadi sebagai hasil
interaksi antara seseoang dengan orang lain atau kelompok.
Kepemimpinan terwujud dalam proses sosial dan merupakan
akibat dari perilaku kelompok yang mengakui dan mendukung
kepemimpinan tersebut. Kesembilan, kepemimipnan adalah
peran yang berbeda. Seorang pemimpin mempunyai peran yang
berbeda dengan peran orang-orang yang dipimpin. Perbedaan itu
terjadi karena berbagai kelebihan dan keunggulan yang diakui
oleh orang lain. Kesepuluh, kepemimipnan merupakan inisiasi
yang berstruktur. Artinya, kepemimpinan bukan jabatan pasif
melainkan jabatan aktif dan berinisiatif di dalamsuatu struktur
kegiatan pencapaian tujuan.16
Oleh karena itu, proses komunikasi antar kepala sekolah dengan guru
sama denga proses komunikasi antar pimpinan dan bawahan. Keduanya
memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peranan dan fungsi tersebut
akan berdampak pada hasil komunikasi diantara keduanya. MTs Al-Fithroh
adalah lembaga pendidikan yang tidak lepas dari aktivitas komunikasi kepala
16
HD. Sudjana, Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000, hal.
11
26
sekolah dan guru. Di sana, guru dan kepala sekolah memiliki hubungan
komunikasi yang akan mempengaruhi keadaan para murid dalam belajar.
Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar
yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan
baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala
sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini
guru.
Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas
pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam
melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas
sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan
sikap yang negatif dari seorang guruterhadap pekerjaannya di sekolah,
sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di
sekolah.
Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di
sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru
agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan
kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-
guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang
kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap
pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya
Jika kepala sekolah dikatakan sebagai pimpinan, maka secara otomatis
guru adalah bawahan atau orang yag dipimpin oleh kepala sekolah.
Kebijakan-kebijakan kepala sekolah harus ditaati dan dilaksanakan oleh para
guru. Misalnya, dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler, guru yang
membidangi bagian ekstra kurikuler haruslah menyusun pogram kegiatan
untuk siswanya, tetapi sebelum diputuskan maka ia haruslah terlebih dahulu
beinterkasi dengan kepala sekolah untuk mencapai putusan besama. Namun,
27
sebagai pimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh kuat untuk memutuskan
disepakati atau tidak dai rencana pogam kegiatan siswa tersebut. Maka dengan
demikian, seorang guru haruslah mampu berkomunikasi dengan baik dengan
kepala sekolahnya sebagai bagian dari upaya mempersuasi agar segala
sesuatunya bisa tercapai dengan baik. Begitu pun sebaliknya, kepala sekolah
harus bisa memposisikan kepentingan bersama didalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Agar semuanya bisa teratur dan dapat berjalan
dengan sepadan antara kepala sekolah dengan para guru.
Keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya
sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang
bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada
bawahan. Pendekatan ini menekankan proses saling mempengaruhi, sifat
timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para
pemimpin dengan bawahan. French dan Raven dalam mengemukakan
berdasarkan hasil penelitian terdapat pengelompokan sumber dari mana
kewibawaan tersebut berasal, yaitu:
1. Legitimate power : bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin
memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai
kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya,
2. Coersive power : bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari
hukuman yang dimiliki oleh pemimpin,
3. Reward power : bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh
penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin,
4. Referent power : bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa
kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan
untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti
pemimpin, dan
5. Expert power : bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya
pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui
apa yang diperlukan.
28
Selanjutnya adalah kewibawaan, kewibawaan merupakan keunggulan,
kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah . Kewibawaan
kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan,
memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah
sesuai dengan keinginan kepala sekolah .
Sementara itu dengan reward power memungkinkan kepala sekolah
memberdayakan guru secara optimal, sebab penghargaan yang layak dari
kepala sekolah merupakan motivasi berharga bagi guru untuk menampilkan
performan terbaiknya. Selanjutnya dengan referent dan expert power ,
keahlian dan perilaku kepala sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk
rutinitas kerja, diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja para guru
Dalam literatur-literatur kepemimpinan, mengajukan pengertian
tersendiri tentang konsep kepemimpinan. Locke mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses “membujuk” (inducing) orang-orang lain
menuju sasaran bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen yakni bahwa:
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept).
Kepemimpinanhanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para
pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Dalam
definisi ini juga tersirat suatu premis bahwa para pemimpin yang efektif
harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan ber-relasi
dengan para pengikut mereka.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin,
pemimpin harus melakukan sesuatu. John Gardner yang telah
mengobservasi selama dalam kurun waktu dua tahun (1986-1988),
menemukan bahwa kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu
otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat
mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu
tidak merupakan tanda seseorang untuk menjadi pemimpin.
3. Kepemimpinan harus “membujuk” orang lain untuk mengambil
tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara seperi
menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi
29
teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman,
restrukturisasi organisasi dan mengkomunikasikan misi dan
visinya.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian pemimpin yang
efektif dalam hubungannya dengan pengikut (bawahannya) adalah
pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi
dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa
mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.
Selanjutnya, menurut fungsinya, kepemimpinan dilaksanakan oleh dua
jenis pemimpin yang saling berbeda, yaitu manager dan leader. Manager
adalah pemimpin yang mengusahakan agar proses-proses rutin dalam lembaga
berjalan lancar. Leader adalah pemimpin yang mengusahakan agar lembaga
dan orang-orang yang ada di dalamnya memperbarui dirinya secara terus
menerus, agar tidak ketinggalan jaman. Manager lebih banyak berperan
sebagai stabilisator dalam suatu lembaga atau masyarakat, sedangkan leader
lebih banyak berperan sebagai dinamisator dan inovator. Birokrat pada
dasarnya manager, sedangkan teknokrat pada dasarnya leader. Kepemimpinan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Dalam konteks kepemimpinan transformasional, kepemimpinan ini
dapat ditemukan dalam lingkungan sosial, dimana seorang pemimpin dalam
skala kecil berusaha membimbing bawahan-bawahannya melalui keteladanan
(contoh yang baik). Dengan demikian, sepanjang sejarah kehidupan manusia
selalu akan ditemukan tiran besar dan tiran kecil, pemimpin manipulator besar
dan manipulator kecil, dan akhirnya terdapat pula pemimpin transformasional
besar kelas dunia, negara dan transformasional kecil kelas kepala sekolah,
bahkan pada tataran keluarga, bahkan perorangan.
Kepemiminan merupakan proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat
mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara
yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana
30
kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah
dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan
dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta
penghargaan terhadap para bawahan.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional,
yang dikenal sebutan 4 I, yaitu :
1. idealized influence, inspirational motivation, intellectual
stimulation, dan individual consideration.
2. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang
dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya,
dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan sekolah.
3. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh
guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi
organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-
tujuan pendidikan di sekolah.
4. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan
kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan
mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik.
5. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai
pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya.
Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse
menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan
transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin
yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan
hal yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan
kepemimpinan transformasional di sekolahnya.
Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang
yang luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi
seorang pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses
31
dan memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan.
Northouse memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan
transformasional, yakni sebagai berikut:
1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk
organisasi
2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang
tinggi
3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat
kerja sama
4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi
5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan
contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan
6. Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain untuk
berkontribusi terhadap organisasi
MTs Al-Fithroh tentu saja memiliki keragaman persoalan dalam
membina kehamonisan komunikasi antara kepala sekolah denga guru-
gurunya. Kepala sekolah cendeung berpeluang otoriter dai apa-apa yang
seharusnya menjadi keputusan bersama. Dan ini akan menjadi bagian penting
dari studi manajemen pendidikan melalui pendekatan pola komunikasi kepala
sekolah dengan para gurunya.
Dengan demikian, proses komunikasi yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Baik dengan guru dan juga dengan para murid.
Berikut ini adalah skema komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Kepala Sekolah/ Pengirim Pesan
Umpan Balik
Pesan
Guru/ Penerima Pesan
Respon
32
C. Kerangka Berfikir
Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan,
memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan
karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup
bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan
seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk
menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf
tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah
sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru,
tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen
tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi
subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana
memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha
memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen
sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha.
Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah
dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut
takaran masing-masing melalui pembekalan kemampuan dan
pengetahuan.
Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang
dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu
memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan
diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan
adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Selain itu juga,
Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic
yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada,
penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, dan program dukungan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
Penelitian ini memiliki dua kerangka tujuan, yaitu tujuan praksis dan
tujuan akademis, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Praksis
a. Dapat mengaplikasikan hasil penelitian ini untuk
berkomunikasi di lingkungan sekolah
b. Menerapkan disiplin komunikasi antar kepala sekolah dan guru
di sekolah
c. Menciptakan harmonisasi dalam bekomunikasi di sekolah
2. Tujuan Akademis
a. Mengukur intensitas komunikasi kepala sekolah dengan para
guru di sekolah
b. Menjadikan rujukan ilmiah bagi kalangan akademisi
pendidikan
34
c. Mencari pola tepat komunikasi efektif kepala sekolah dengan
para guru
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
penelitian ini berlokasi di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang
2. Waktu
Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Juli s/d 30 Agustus 2010
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan grounded theory, yakni teoritisasi data. Sejumlah data teori yang
terambil dari teori komunikasi akan diambil sebagai bahan teoritisasi data
selanjutnya.
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang melakukan
komunikasi dengan kepala sekolah di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota
Tangerang. Sekaligus para guru tersebut akan menjadi sampel dari
penelitian ini, guna mencapai maksud dan tujuan penelitian ini.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel efektivitas komunikasi
organisasi, sebagai independent variable (variabel bebas). Dalam variabel
ini, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru di
sekolah akan ditentukan dalam pengaruh tindakannya. Misalnya, pada saat
rapat terbuka dengan para guru atau pada saat menginstruksikan tugas
kepada guru. Ini harus pula berada dalam observasi terfokus, yaitu khusus
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu.
35
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Studi Pustaka
Yaitu, penulis meneliti dari berbagai sumber buku yang berkaitan
dengan judul penelitian. Kemudian, penulis membandingkan antara satu
buku dengan buku lainnya
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah MTs Al-Fithroh
Cipondoh Kota Tangerang dan Guru di sekolah yang sama.
Wawancara ini merupakan suatu cara dengan mengumpulkan data
dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan.1
Tabel I
KISI-KISI KUESIONER
No Pertanyaan Pokok Penelitian Subjek Pokok Pertanyaan Jumlah
Item
1
Komunikasi Kepala Sekolah
1.1 Proses Komunikasi
1.2 Jenis-jenis komunikasi
1.3 Faktor penghambat komunikasi
1.4 Dampak komunikasi
1.5 Tujuan komunikasi
1 - 7
8 - 9
10 - 16
17
18 - 20
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah pedoman yang sengaja disimpan dalam
bentuk yang dikehendaki untuk dipakai secara serempak dalam waktu yang
ditentukan. Adapun instrument penelitian yang akan digunakan untuk
memperoleh data mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah ini dibuat
dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat
1 Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989, hal. 161
36
dalam bentuk kuisoener yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui.
Kemudian instrument non test dalam bentuk wawancara yang
diperuntukkan kepada kepala sekolah dan guru yang juga dipergunakan untuk
mendapat informasi mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrument
dikatakan valid apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa
yang hendak diukur. Skala efektivitas komunikasi organisasi, yang
diujicobakan kepada kepala sekolah adalah:
1) “Bagaimana Efektivitas komunikasi kepala sekolah di MTs Al-
Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?”
2) “Bagaimana Pola komunikasi atara kepala sekolah dengan para
guru?”
3) “Bagaimana pola komunikasi kepala sekolah dengan para guru
di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?”
b. Variabel Data Deskriftip
Penelitian ini juga bersandar pada variabel data deskriptif yang
akan menjelaskan detail bagaimana proses-proses terjadinya
komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru di MTs Al Fithroh
Cipondoh Kota Tangerang. Dan yang harus diingat adalah bahwa
deskripsi sebagai sebuah bentuk penuturan gagasan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh
1. Latar Belakang Sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fithroh terletak di Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang dengan memiliki keadaan bangunan fisik
seluas 1.700 m2. Sekolah ini dibangun pada tahun 1992 melalui Yayasan
Al-Mubarok dengan pendiri KH. Muhammad Yassin Mubarok (1954-
1999). Beliau merupakan tokoh masyarakat di Kecamatan Cipondoh.
Melalui kerja sama dengan para tokoh masyarakat lainnya, akhirnya
Yayasan Al-Mubarok mendirikan Madrasah tersebut.1
1 Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September
2010
37
Dari tahun ke tahun MTs Al-Fithroh terus mengalami peningkatan
dan kemajuan, baik dalam jumlah siswa maupun kemajuan dalam bidang
prestasi. Pada tahun 2005-2007, MTs Al-Fithroh memiliki jumlah siswa
sebanyak 430 siswa dan pada tahun 2008-2010, MTs Al-Fithroh memiliki
siswa sebanyak 520 siswa2. Ini adalah pertumbuhan yang sangat prestisius.
Sekolah ini dikhususkan untuk masyarakat yang tergolong kedalam
masyarakat kelas menengah kebawah secara ekonomi. Karena, sejak
pendiriannya, MTs Al-Fithroh memiliki komitmen untuk mencerdaskan
masyarakat dan bangsa untuk meneruskan masa yang akan datang. Oleh
karena itu, MTs Al-Fithroh sangat membantu masyarakat tidak mampu
agar tetap bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Perkembangan dari jumlah siswa bukanlah tujuan dari segalanya,
MTs Al-Fithroh juga mengalami perkembangan dalam prestasi yang
diraihnya. Tercatat, dari tahun 2008 silam, sekolah ini mengutus tim
Pramukanya untuk mengikuti Jambore Internasional di Bangkok bersama
sekolah unggulan lainnya seperti Insan Cendekia, Pondok Modern Gontor,
dan lain-lain. Berbagai situasi dan kondisi yang dialami MTs Al-Fithroh
ini tentu saja tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sekolah ini juga pernah mengalami persoalan sengketa tanah wakaf yang
hamper saja mengakibatkan digusurnya lahan sekolah ini. Berbagai
macam persoalan pun pernah menghampiri di sekolah ini. Untuk itu,
kemajuan dan prestasi yang dicapainya selama ini menunjukan bahwa
sekolah ini memang benar-benar mengutamakan kemajuan masyarakat.
Kini, sekolah MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34
guru dan 8 orang karyawan, masing masing 3 orang sebagai petugas, 2
orang sebagai TU dan 3 orang sebagai penjaga sekolah. MTs Al-Fithroh
kini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, yaitu putera pendiri
yayasan ini. Ia dikenal sebagai sosok yang cukup mapan untuk memimpin
2 Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
38
dan meneruskan perjuagan ayahnya dulu. Selain itu, ia juga dipercaya oleh
masyaakat untuk memimpin sekolah tersebut.
Dalam bidang pendidikan, MTs Al-Fitroh memiliki prestasi yang
cemerlang yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya. Tercatat,
MTs Al-Fitroh selalu menjadi juara cerdas cermat di setiap perlombaan
perayaan HUT kemerdekaan RI di tingkat kecamatan dan di tingkat Kota
Tangerang. MTs Al-Fithroh juga menjadi 5 besar sekolah dengan nilai UN
tertinggi di Kota Tangerang.
Dari masa ke masa, sekolah ini terus mengalami berbagai
perkembangan dan juga persoalan. Kini, sekolah tersebut mengalami
kerusakan bangunan fisik yang sampai saat ini tak kunjung diperbaiki
degan alas an biaya. Sekolah ini pernah mengajukan permohonan batuan
pembangunan fisik sekolah kepada Pemerintah Kota Tangerang, namun
tidak ada balasan yang sesuai harapan pihak sekolah Namun semangat
kerja sama orang-orang yayasan dengan masyarakat setempat tak surut
begitu saja, mereka saling mengumpulkan dana suka rela untuk
membangun seadanya bangunan fisik sekolah untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di MTs Al-Fithroh.3
2. Latar Belakang Guru
MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 orang. Hanya
dua orang diantara mereka yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di lingkungan Kementerian Agama Kota Tangerang. Para guru
selalu mengeluhkan akan tunjangan dan gaji yang diberikan sekolah.
Mereka merasa kurang cukup menerima tunjangan yang diberikan selama
ini, namun mereka tidak menuntut banyak dari pihak sekolah karena
mereka sadar pihak sekolah masih memerlukan biaya buat pembangunan
sekolahnya. Mereka para guru lebih menuntut kepada pemerintah kota
3. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
39
Tangerang untuk lebih memperhatikan kondisi guru-guru di Madrasah
pada umumnya dan di MTs Al-Fithroh secara khusus. Menurut, Sudjai, S.
Pd salah seorang guru Matematika megaku tidak cukup menerima gaji
sebesar Rp. 30.000,- /bulan. namun dirinya menyadari tidak akan
menuntut kepada pihak sekolah, karena dirinya memaklumi keadaan
sekolahnya.
Para guru juga mengaku senang dengan keberadaannya di MTs Al-
Fithroh karena dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tidak terikat
dengan pihak apapun. Menurut Neni Nur Hasanah, S. Sud sekolah tersebut
menjadi tempat pengabdiannya yang nyaman dan tidak memiliki gangguan
sosial. Ia juga merasa betah dengan para guru lainnya dan juga kepala
sekolahnya4.
Neni Nur Hasanah adalah salah seorang yang mengaku bangga
berada di MTs tersebut dengan memiliki pimpinan seperti kepala
sekolahnay yang sekarang, yaitu Drs. Syaiful Mubarok Husni.
Menurutnya, Syaiful adalah sosok yang sederhana dan bisa memimpin
bawahannya dengan baik. Untuk melihat data guru di sekolah ini
terlampir.
Tabel 15
Data Guru
No Kualifikasi Bidang
Studi Jumlah
Jenis
Kelamin
Latarbelakang
Pendidikan
L P S1 S2 Non
S1/S2
1 Guru Sosial/Umum 13 Orang 10 3 8 2 3
2 Guru MIPA 4 Orang 1 3 4 - -
3 Guru Agama 10 Orang 6 4 7 - 3
4 Wawancara pribadi dengan Sudjai, S. Pd, di MTs Al-Fitroh, 15 September 2010
5. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
40
4 Guru Bahasa 7 Orang 4 3 5 2 -
Jumlah 34 Orang 19 15 24 4 6
MTs Al-Fitroh ini semakin dipandang oleh para guru di sekolah
tersebut kian masa kian baik lantaran prioritas sekolah ini selalu
memfokuskan kepada arah perjuangan yayasan Al-Fithroh itu sendiri,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Para keluarga miskin di
lingkungan kecamatan Cipondoh tertampung anak didiknya di sekolah ini.
Itulah yang membuat para guru bisa memahami keadaan sekolah ini
meskipun jika dilihat dari upah atau gaji mereka yang kurang memadai.
Beberapa guru di sekolah ini juga telah mengikuti standarisasi
sebagai profesi guru, yaitu sertifikasi. Mereka adalah Suryanti. SE sebagai
guru ekonomi, Mahmud Jalaluddin S. Pd, I sebagai guru Fiqih, Nina
Nurhasanah. S. Pd sebagai guru Matematika dan Neni Nurhasanah sebagai
guru Bahasa Inggris. Keempat guru tersebut telah diujikan keprofesiannya
sebagai guru professional melalui sertifikasi.
Dalam kesehariannya, para guru di MTs Al-Fithroh mengaku
gembira telah mengajar di sekolah ini. Disamping sebagai bentuk
pengabdiannya terhadap yayasan, mereka juga mengaku telah turut serta
meringankan beban biaya sekolah siswa/i yang berasal dari keluarga
miskin untuk terus megenyam pendidikan setinggi-tingginya. Neni
Nurhasanah mengaku dirinya telah sepuluh tahun mengajar di sekolah ini
dan telah merasakan suka duka yang mendalam, ia juga mengaku berat
rasanya jika dirinya harus lepas dari tugasnya di sekolah ini.6
6. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
41
3. Latar Belakang Kepala Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Al-Fithroh ini dipimpin oleh Drs. Syaiful
Mubarok Husni, Lc. Ia adalah sosok pemimpin yang disegani oleh
bawahannya lantaran wibawanya sebagai seorang pemimpin. Ia mampu
memimpin bawahannya dengan komunikasi yang lembut dan sopan
santun, serta mengedepankan profesionalitas sebagai seorang pemimpin
dan sebagai personal teman biasa.
Sebelum ia memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai guru
bidang studi bahasa Arab. Disamping karena kemahirannya berbahasa
Arab, laki-laki beranak empat ini juga lulusan Universitas Al-Azhar,
Kairo-Mesir. Selama masa kuliahnya di Kairo, ia menjadi penerjemah duta
besar RI untuk Mesir. Ia juga aktif di keorganisasian mahasiswa Indonesia
di Kairo, yaitu Persatua Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.
Sepulangnya ia dari Kairo, ia langsung terjun di masyarakat
dengan mengabdikan dirinya di yayasan Al-Mubarok, yakni yayasan yang
didirikan oleh ayahnya. Tiga tahun ia mengabdi sebagai guru bahasa Arab
dan kemudian kini menjadi kepala sekolah MTs Al-Fithroh. Ia
menggantikan KH. Wahab Afif yang memimpin madrasah tersebut lebih
kurang lima tahun.
Selama memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai pemimpin yang
disegani oleh para bawahannya, baik itu guru, komite dan penjaga
sekolah/karyawan-nya. Disegani bukan berarti ditakuti, ia kerap
berpenampilan sopan dan berwibawa tinggi. Maka dari itu, para guru
selalu bertindak sopan dan taat kepada pimpinannya. 7
Kewibawaannya juga dihasilkan dari profesionalitas yang ia
bangun di antara para guru di sekolah. Drs. Syaiful Mubarok Husni ini
7. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
42
juga telah mengukir prestasi selama ia memimpin madrasah ini,
diantaranya adalah ia sebagai guru madrasah teladan di Kementerian
Agama kota Tangerang pada tahun 2009. Ia juga membawa nama baik
MTs Al-Fithroh di ajang pemilihan guru kreatif tingkat propinsi Banten
pada tahun 2009.
Komunikasi yang dibangun oleh pak syaiful, begitu sapaan akrab
kepala madrasah ini adalah komunikasi personal. Jadi, ia lebih
menganggap bawahannya (para guru) sebagai teman sejawat dibanding
menganggapnya sebagai bawahan. Jadi, menurutnya jarak antara kepala
sekolah dan guru itu bisa menjadi satu sejajar asalkan memahami
profesionalitasnya sebagai tugas seoang guru dan kepala sekolah.8
B. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru
Beberapa pendapat tokoh komunikasi di Indonesia seperti Prof.
Burhan Bungin, Gun gun Heryanto, Ade Armando, Effendi Gozali
menegaskan bahwa komunikasi dilakukan guna mencapai hasil hubungan
yang baik. Di sini, peranan kepala sekolah adalah perihal penting dalam
manajemen sekolah/madrasah. Di MTs Al-Fithroh kepala sekolah mempunyai
kedudukan yang paling tinggi. Disamping tugasnya sebagai pengatur sekolah,
ia juga merupakan pucuk pimpinan sekolah. Oleh karena itu, peanannya harus
menunjukkan kepandaiannya dalam mengurus sekolah.
Sedangkan guru merupakan pasukan pendidik yang kepemimpinannya
dibawah komando kepala sekolah. Disamping tugasnya mengajar ia juga harus
turut serta berperan memajukan dan mengembangkan sekolah tersebut. Maka
dengan demikian, partisipasi guru sangatlah dibutuhkan untuk bekerja sama
dengan seluruh pihak sekolah termasuk kepala sekolah sendiri untuk
memajukan dan mengembangkan sekolahnya.
8. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
43
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kepala sekolah MTs Al-Fithroh
memiliki karakter yang baik dalam mengelola komunikasi/hubungannya
dengan para gurunya. Sedikitnya berikut ini adalah hal-hal yang senantiasa
dilakukan oleh kepala sekolah guna menjaga hubungan komunikasinya
dengan para guru, yaitu:
1. Kepala sekolah selalu memberikan ruang aspirasi kepada guru-guru
2. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk menunjukkan
kemampuannya mendidik peserta didik dengan berbagai kreatifitas
seorang guru
3. Diluar jam kerja, kepala sekolah sering berkumpul santai dengan para guru
untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Artinya, secara personal keduanya
selalu menjaga hubungan kekeluargaan dengan baik
4. Kepala sekolah berusaha untuk selalu transparan dalam mengelola
sekolah, dan juga dalam hal urusan informasi dan kesempatan bagi guru
5. Kepala sekolah selalu mengajak berdialog dan musyawarahjika didapati
permasalahan yang melibatkan sekolah dan guru
Dari beberapa uraian di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah MTs Al- Fithroh memang tidak membatasi diri dalam hal waktu dan
tempat untuk saling berinteraksi dengan para guru di MTs Al- Fithroh
tersebut. Selain pada jam kerja/di sekolah, kepala sekolah juga selalu menjaga
hubungan komunikasinya dengan guru diluar jam kerja. Mereka sering
berkumpul untuk hal-hal yang bersifat musyawarah ataupun yang bersifat
santai.
Dalam arti luas, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh ini adalah bentuk komunikasi
organisasi. Yakni komunikasi yang terjadi melalui institusi. Di sekolah telah
diatur struktur organisasinya, seperti Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah,
44
Sie. Kesiswaan, Sie. Kurikulum, Sie. Kesekretariatan dan guru/wali kelas.
Semuanya memiliki fungsi dan peanannya masing-masing.
Akan tetapi, diluar institusi tersebut, kepala sekolah MTs Al- Fithroh
juga membangun komunikasi yang sifatnya personal atau dalam bahasa ilmu
komunikasi disebut dengan komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang
dilakukan secara person to person dengan saling mengetahui latar belakang
masing-masing individu dan samapai kearah yang lebih dalam lagi. Maka
disinilah, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah tersebut membuat para
guru menjadi se-ide di lingkungan institusinya.
1. Pola Linear
Bahwa komunikasi yang dibangun diantara kepala sekolah dan
guru-guru di MTs Al- Fithroh berbentuk linear, yaitu komunikasi yang
memiliki arah timbale balik dan saling mengupayakan pesan lisan yang
langsung saling memberikan pemahaman. Konteks ini mengarah kepada
kepribadian yang selalu menjaga komunikasi antarpersonal.
Sejauh dalam penelitian ini ditemukan pola linear ini karena kepala
sekolah selalu mengupayakan dengan memberikan pemahama yang saling
berpangkal kepada pengertian sesama. Artinya, kepala sekolah tidak
memandang rendah para guru dan tidak pula memandang paling berkuasa
sebagai kepala sekolah. Ia menempatkan posisi demikian sebatas
memaksimalkan kineja, akan tetapi dalam keseharrian di sekolah lebih
banyak melakukan komunikasi linear atau sejajar. Model linear ini akan
mengidentifikasi elemen-elemen utama proses komunikasi.9 Oleh karena
itu, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linear
Menurut salah seorang guru, Wasilah. Kepala sekolah MTs Al-
Fithroh mampu memberikan efektifitas komunikasi kepada para guru
9 Drs. Elvinaro Ardianto, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007, h. 27
45
ataupun bawahannya dengan sikap yang mensejajarkan semuanya dalam
upaya memaksimalkan komunikasi yang baik. Tidak bebuntut kepada
atasan dan bawahan. Kepala sekolah MTs Al- Fithroh selalu berupaya
untuk menghilangkan sentiment jabatan. Ia lebih memilih cara pendekatan
linear tersebut.
Beberapa pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah
MTs Al- Fithroh ini pada dasarnya memiliki beragam cara/pola. Namun,
pada penelitian ini dibatasi pada wilayah organisasi saja, karena hendak
mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi kepala sekolah dengan guru
di MTs Al- Fithroh. Jadi, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala
sekolah MTs Al- Fithroh adalah pola komunikasi antar pribadi.10
2. Interaksi Simbolik
Beberapa disclaimer yang terjadi di lingkungan guru MTs Al-
Fitroh, komunikasi kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al- Fitroh
ini dipandang baik dan mampu menjadikan para guru disekolah
tersebut menjadi baik dalam komunikasinya. Artinya adalah bahwa
kepala sekolah MTs Al- Fitroh mampu membuat komunikasinya
efektif dengan guru-guru yang bertugas di MTs Al- Fitroh.
Dalam wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs Al-
Fitroh, ditemukan tujuh kualitas dalam komunikasi efektif kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, yaitu:
a. Komunikasi dilakukan secara terus-menerus
b. Komunikasi dilakukan tanpa jarak dan tanpa batas
c. Komunikasi dilakukan dengan halus/sopan santun
d. Komunikasi dilakukan dengan proporsional
e. Komunikasi dilakukan berdasarkan kebutuhan
10. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22
September 2010
46
f. Komunikasi dilakukan dengan bersahaja
Ketujuh rumus yang digambarkan oleh kepala sekolah tersebut
menjadi sebuah gagasan baru bagi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh
dalam membina hubungan komunikasi dengan para guru di sekolah
yang dipimpinnya.
Jika kita berkaca kepada sekolah-sekolah yang lainnya,
masih banyak terdapat ketidakharmonisan hubungan guru dengan
kepala sekolahnya lantaran tidak terciptanya efektifitas komunikasi
diantara mereka. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala
sekolah, sudah semestinya menjadi contoh dan suritauladan bagi
bawahannya yang dalam hal ini adalah guru, agar bisa tercipta
keakraban dalam berhubungan sehari-hari. Apalagi, jika keadaannya di
kantor dan dengan urusan kantor pula. Maka, proporsionalitas itu
diperlukan oleh kedua belah pihak.
Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat juga mempercayai akan
komunikasi yang efektif juga ditentukan oleh kesiapan komunikator
(yang member pesan) kepada komunikan (yang diberi pesan) dengan
sikap proporsional dan kematangan berdialog. Ini adalah salah satu
bentuk pelajaran penting bagi lingkungan pendidikan yang sudah
barang tentu dalam keseariannya terdapat komunikasi antara semua
pihak di sekolah, tidak hanya guru dan kepala sekolah.
3. Misunderstanding Communication
Selain didapati persoalan-persoalan hubungan komunikasi Kepala
Sekolah MTs Al- Fitroh dengan para gurunya yang baik dan menunjukkan
nilai positifnya, disini juga didapati persoalan dari sisi negatifnya, yaitu:
Dalam mekanisme komunikasi yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, beberapa persoalan pernah
dialami dalam lingkungan sekolah ini, seperti persoalan keuangan.
47
Menurut salah seorang guru, Nuraeni. S. Ag menuturkan dalam petikan
wawancara penulis, bahwa para guru terkadang mengalami depresi atau
missunderstanding communication dengan Kepala Sekolah dalam hal
manajemen keuangan.
Sebagian besar guru menuturkan akan adanya ketidakjelasan dalam
mengurus keuangan sekolah. Pasalnya, dari data yang penulis himpun
dalam penelitian ini didapati bahwa manajemen keuangan di MTs Al-
Fitroh cenderung tidak tansparan. Padahal, yayasan yang mendirikan
sekolah ini terkenal dengan santun dan kesederhanaannya. Kendati
demikian, para guru masih menaruh kepercayaan besa terhadap sekolah ini
lantaran sekolah ini adalah yayasan yang mengabdikan diri kepada
masyarakat dari semua unsure.
Dalam studi komunikasi, Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat
menambahkan bahwa dengan adanya self controlling maka seseorang yang
melakukan komunikasi (komunikan) dapat mengendalikan dirinya dalam
berkomunikasi. Jadi, dalam studi lapangan sampai ditemukannya data
penelitian ini, Kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih ada yang
menganggap bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih kurang
transparan dalam hal manajemen keuangan.
Ini kemudian akan menjadi titik tolak ukur dari keberhasilannya
membawa MTs ini tidak kalah mutu dengan sekolah-sekolah lainnya di
Kota Tangerang. Menurut Husni Mubarok, Kepala Sekolah inni bahwa
dirinya pernah mendapatkan teguran dari salah seorang pegurus yayasan
yang menjadi induk sekolah ini lantaran dirinya dianggap kurang
komunikatif dalam hal manajemen keuangan sekolah. Namun ia mengelak
bahwa tudinga tersebut tidak benar. Dalam hal manajemen keuangan, MTs
Al- Fithroh selalu memberikan ruang aspirasi untuk bertanya para guru
soal perihal tersebut. Sehingga Kepala sekolah ini masih dianggap
48
komunikatif oleh sebagian besar guru MTs Al- Fithroh, hanya sebagian
kecil saja yang mengatakan kurang komunikatif.
C. Pengolahan Data dan Analisis Data
Dari hasil penelitian ini, telah dihimpun data-data berikut sebagai hasil
akhir dalam penelitian, dan kemudian diolah menjadi data penelitian
akurat.
1. Proses Komunikasi Kepala Sekolah dengan Para Guru
Informal adalah proses komunikasi Kepala Sekolah Dengan para
Guru Diluar Waktu kegiatan belajar mengajar secara kekeluargaan.
Dan sebaliknya Formal di;akukan diwaktu jam kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan himpunan data tersebut di atas, maka komunikasi
kepala sekolah dengan guru lebih besar dilakukan secara informal
dari pada secara formal.
2. Berdasarkan Jenis Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Kepala
Sekolah
Interaksi Simbolik adalah Menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan
disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang
penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
Linear adalah suatu jenis atau pola dengan cara natural atau bias
disebut apa adanya.
Berdasarkan hasil data di atas, maka jenis komunikasi kepala
sekolah lebih banyak dilakukan secara Interaksi simbolik (40%),
Interpersonal (30%), Linear (20%).
49
3. Hambatan-hambatan komunikasi kepala sekolah dengan guru
Berdasarkan hasil analisa yang sudah saya dapat, bahwa yang
paling dominan menjadi hambatan komunikasi kepala sekolah
adalah soal transparansi pengelolaan keuangan, indisipliner, rapat
tertutup yayasan, dan selebihnya adalah hal-hal lain.
4. Dampak/pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan para
guru
Dari hasil data tersebut di atas, dikatakan bahwa pengaruh
komunikasi kepala sekolah dengan guru yaitu pada Disiplin kerja
guru, supervisi, tata kelola administrasi, dan kesalahan
(missunderstanding), yang masih adanya keluhan- keluhan para
guru agar bisa lebih ditingkatkan kembali soal komunikasi.
5. Komunikasi kepala sekolah memiliki tujuan
Berdasarkan data di atas, tujuan komunikasi kepala sekolah dengan
guru adalah: bersifat struktural (35%), bersifat fungsional (45%),
Lain-lain (20%).
Tinjauan penulis dari hasil pengamatan penelitian ini, yaitu:
a. Bahwa pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs Al-
Fithroh sudah mencukupi nilai efektifitas yang memuaskan, denga
keterbukaannya berdialog dengan para guru
b. Bahwa dalam proses komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fithroh
masih dianggap oleh sebagian kecil guru yang berbeda pandangan
menganggapnya kurang komunikatif.
c. Bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh berpandangan dengan
komunikasi linear dirinya bisa menyeimbangkan hubungan
komunikasinya dengan para guru.
50
STRUKTUR ORGANISASI MTs AL-FITROH, CIPONDOH
Kepala Madrasah
Sekretaris Bendahara
Staff Tata Usaha Dewan Guru
Komite Madrasah
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bahwa Komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru
merupakan suatu tindakan yang harus dijaga dengan baik demi
meningkatkan kualitas hubungan kepala sekolah dengan guru. Meminjam
istilah Jalaludin Rachmat, komunikasi adalah alat untuk membina
kehamonisan hubungan. Kemudian, dalam skripsi ini penulis telah
memperhatikan secara seksama tentang bagaimana komunikasi kepala
sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh. Secara garis besar hubungan
keduanya baik dan perlu mendapatkan penjagaan agar tetap harmonis dan
tercipta suasana bersahaja.
Oleh karena itu, sedikitnya ada lima pointer yang penulis
simpulkan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepala sekolah MTs Al-Fithroh cukup baik dalam membina
keharmonisan hubungan dengan para guru
52
2. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
bentuk komunikasi interpersonal, linear dan komunikasi
organisasi
3. Kepala sekolah mengalami hambatan dalam berkomunikasi
dengan para guru ketika sedang berada dalam rapat-rapat
4. Kepala sekolah tidak dapat megontrol dengan baik hambatan-
hambatan komunikasi yang dimilikiya
5. Para guru secara profesioal menempatkan dirinya sebagai
bawahan sehingga komunikasi organisasi cenderung dipakai
B. Saran
Untuk menciptakan peningkatan kualitas harmonisasi hubungan
komunikasi kepala sekolah dan guru di MTs Al-Fithroh, saya sebagai
penulis menyarankan kepada pihak sekolah khususnya, dan kepada
pembaca umumnya untuk :
1. Agar dapat memahami komunikasi yang terjadi secara langsung dan
segera menghasilkan timbal-balik
2. Sebagai pimpinan, kepala sekolah hendaknya dapat mengontrol dan
membina hubungan komunikasi dengan bawahannya (para guru)
3. Hambatan komunikasi yang terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman
antara komunikan dengan komunikator
4. Agar lebih intens melakukan kontak langsung
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis ringkas,
semoga segala sesuatunya bisa bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984
Ardianto, Elvinaro, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta 1998
Fisher, B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986
ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15
Januari 2011
Kaligis, JRE., Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008
Keraf, Gorys, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar, Bandung: Rosdakarya,
2002
Nata, Abiddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Subagyo, P. Joko , Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta;PT
Renika CIpta, 2004), cet. IV
Sudjana, HD., Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000
Suranto AW, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran,
(http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&I=3&k=23), 9 Febuari 2007
Uchyana, Onong, Dasar-dasar teori komunikasi Jakarta: Bulan bintang, 2005
Uchyana, Onong, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Karya
Wardani, I.G.A.K, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: UT Press, 2006
TRANSKRIP WAWANCARA
Tanggal : 11 Agustus 2010Tempat : MTs Al-Fitroh
• Apa yang anda rasakan selama mengajar di sekolah ini (baca; MTs Al-Fitroh) ?
Ya, Alhamdulillah cukup senang dan tentunya ada suka dan dukanya juga. Selama sayamengajar di sekolahan ini terkadang saya menemukan permasalahan-permasalahan yangbaru dan biasa saya jadikan sebagai pengalaman saja
• Pengalaman-pengalaman baru yang anda maksud seperti apa?
Contohnya, pada saat terjadi kesalahpahaman dengan guru-guru lain soal panitia ujian,juga ketika rapat dengan pihak jajaran sekolah semuanya, itu kan tentunya ada yaberbagai permasalahan yg demikian.
• Lalu, bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan kepala sekolah dimadrasah ini?
Apa ya, ya paling tidak saya bisa mengatakan kalau semua jajaran sekolah di sini, baikitu dari guru, kepala sekolah dan yayasan semuanya membina asas kekeluargaan denganbaik dan disiplin. Karena memang hampir 60% nya adalah keluaga besar al-mubarok.
• Bisa ibu jelaskan lagi tentang keluarga Al-Fitroh yang dimaksud?
Iya artinya jajaran guru dan yayasan disini adalah sebagian besarnya keluarga besar al-mubarok, yaitu yayasan al-mubarok yang didirikan atas prakarsa masyarakat cipondoh.Tapi, disii saya memiliki kebanggaan tersendiri soal kinerja guru-guru di sekolah ini.Banyak sekali guru-guru yang menganggap dan merasa bahwa sekolah ini adalah miliki
semuanya. Hal ini kan tidak mudah didapat di sekolah-sekolah lain. Artinya, kegiatanguru-guru dio sini selain mengajar juga saling menjaga silaturahmi antar sesamanya.
• Lalu, bagaimana anda berkomunikasi dengan kepala sekolah?
Komunikasi saya cukup baik dengan siapapun yang ada di sekolah ini, apalagi kepalasekolah sebagai pimpinan. Tentunya saya sangat menjaga keharmonisan hubungankomuikasi dengan kepala sekolah saya. Pada beberapa kesempatan seperti pelatihan mutuguru, juga kepala sekolah kami secara terbuka mengajarkan kami akan kedisiplinan danrasa tanggung jawab sebagai pengabdi.
• Pernahkah ibu sewaktu-waktu mendapatkan teguan dari kepala sekolah?
Pernah. Tapi bukan teguran seperti anak kecil yang sedang marah dengan temannya atauorang tuanya ya, teguran ini lebih bersifat tertulis. Misalnya, saya perah tidak masukkelas tanpa ijin dari kepala sekolah, besoknya saya mendapat surat teguran yang isinya yakalau mau tidak masuk mesti ijin dulu dari kepala sekolah. Begitu aja sih, mas.
• Sebagai pendidik, tentunya Ibu merasa memiliki tanggung jawab besar kepadamurid-murid ibu. Apa yang ibu harapkan untuk anak didik ibu?
Saya sangat berharap sekali kelak dewasa nanti murid-murid saya bias menjadi oangyang bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya dan juga bagi oang lain. Jugapesan saya kepada para murid saya ya, jangna peah meninggalkan sholat lima waktu. Itusaja, mas.
• Terus, berkenaan dengan kepala sekolah lagi nih bu. Apa kelebihan kepala sekolahmenurut ibu?
Pak husni itu orangnya baik, jujur, dan rajin dalam bekerja. Bahkan beliau terkadangdating ke sekolah lebih dulu dari paa guru nya. Ini yang saya banggakan dai seorang
kepala sekolah pak husni ini. Saya sangat bangga punya kepala sekolah sepeti pak husniini.
• Dalam membina komunikasi dengan guru. Apakah kepala sekolah ibu tergolongorang yang pandai berkomunikasi?
Jangan ditanya soal itu mah, mas. Pak husni itu orangnya dekat dengan siapa aja,makanya beliau menjadi kepala sekolah sudah dua periode kalau tidak salah. Semua gurudan yayasan juga senang dengan dipimpinnya sekolah ini oleh pak husni sebagai kepalasekolah.
• Ok, terakhir ya bu. Pesan ibu untuk kepala sekolah?
Yang terhormat bapak Husni. Terus maju memimpin sekolah ini. Jangan pernah merasapuas dengan apa yang dihasilkan kita bersama sama selama ini, tapi lebih ditingkatkanlagi kualitas dan mutu nya di sekolah ini. Maju terus bapak.
Tabel II
No Nama Guru Lulusan/Jurusan/Tahun Bidang Studi
1 Drs. Husni Mubarok, MA S2/Agama Islam/1995 BK/BP
2 Alan Saipul Anwar, S. Pd, I S1/PAI/2003 Agama Islam
3 Dina Oktavianti, SH, I S1/Syariah/2003 Ekonomi
4 Drs. Suparman S1/Sejarah/1978 Sejarah
5 Nina Nurhasanah, S. Ag S1/Pend. Islam/1991 SKI
6 Nenih Nurhasanih S1/Sejarah/1999 SKI
7 Ismayanti Irawan, S. Pd S1/Matematika/1997 Matematika
8 Luluk Sumiarsa, S. Pd S1/Bahasa Indonesia/2001 B.Indonesia
9 Umar Thalib, S. Ag S1/Bahasa Arab/1993 B.Arab
10 Hendriawan, S Si S1/Dirosah/2002 Fiqih
11 KH. Maman Abdurahman, M. Pd S2/M. Pendidikan/2004 B.Inggris
12 Sugeng Rahardian, S. Sos, I S1/KPI/2003 IPS
13 Muhammad Wahyu - Olahraga
14 Sunarti, S. Pd, I S1/Tarbiyah/2002 IPA
15 Jaja Mulyana, S. Kom S1/Komunikasi/2000 TIK
16 M. Ridwan. S S1/PPKn/2004 PPKn
17 Duta Panji L, S. Pd S1/IPA/1999 IPA
18 Dra.Hj. Arianti S1/B. Inggris/1988 B.Inggris
19 HM. Saepuddin PP Gontor/1972 Insya’
20 Mulyono, M. Hum S2/Sastra Inggris/1995 B.Inggris
21 Neni Nurhasanih PP Al-Mubarok/1970 Tarikh
22 Wawan Fauzi, S. Pd S1/Pendidikan/1997 Geografi
23 H. Kamaludin - Penjaskes I
24 Nuryati Amelia, SH, I S1/Hukum/1999 Fiqih
25 Dianti Jasmaniar, S. Pd S1/Matematika/2000 Matematika
26 Hendi PGSD/2001 Senbud
27 Jajat Sudrajat, S. I. Kom S1/computer/2000 TIK 2
28 Maemunah - Tata Boga
29 H. Ghafur Abdul Hamid - Faroidh
30 Sulistyo, S. Pd S1/Bahasa Indonesia/2000 B.Indonesia
31 Drs. H. Arif Mustofa S1/Agama Islam/1970 Aqidah Akhlak
32 Drs. H. Sumardi S1/Sejarah/1968 SKI
33 Dra. Hj. Lilis Halimah S1/B. Inggris/1972 A. Inggris
34 Mulyati, M. Pd S2/Geografi/1988 Geografi
Tabel II
No Nama Guru Lulusan/Jurusan/Tahun Bidang Studi
1 Drs. Husni Mubarok, MA S2/Agama Islam/1995 BK/BP
2 Alan Saipul Anwar, S. Pd, I S1/PAI/2003 Agama Islam
3 Dina Oktavianti, SH, I S1/Syariah/2003 Ekonomi
4 Drs. Suparman S1/Sejarah/1978 Sejarah
5 Nina Nurhasanah, S. Ag S1/Pend. Islam/1991 SKI
6 Nenih Nurhasanih S1/Sejarah/1999 SKI
7 Ismayanti Irawan, S. Pd S1/Matematika/1997 Matematika
8 Luluk Sumiarsa, S. Pd S1/Bahasa Indonesia/2001 B.Indonesia
9 Umar Thalib, S. Ag S1/Bahasa Arab/1993 B.Arab
10 Hendriawan, S Si S1/Dirosah/2002 Fiqih
11 KH. Maman Abdurahman, M. Pd S2/M. Pendidikan/2004 B.Inggris
12 Sugeng Rahardian, S. Sos, I S1/KPI/2003 IPS
13 Muhammad Wahyu - Olahraga
14 Sunarti, S. Pd, I S1/Tarbiyah/2002 IPA
15 Jaja Mulyana, S. Kom S1/Komunikasi/2000 TIK
16 M. Ridwan. S S1/PPKn/2004 PPKn
17 Duta Panji L, S. Pd S1/IPA/1999 IPA
18 Dra.Hj. Arianti S1/B. Inggris/1988 B.Inggris
19 HM. Saepuddin PP Gontor/1972 Insya’
20 Mulyono, M. Hum S2/Sastra Inggris/1995 B.Inggris
21 Neni Nurhasanih PP Al-Mubarok/1970 Tarikh
22 Wawan Fauzi, S. Pd S1/Pendidikan/1997 Geografi
23 H. Kamaludin - Penjaskes I
24 Nuryati Amelia, SH, I S1/Hukum/1999 Fiqih
25 Dianti Jasmaniar, S. Pd S1/Matematika/2000 Matematika
26 Hendi PGSD/2001 Senbud
27 Jajat Sudrajat, S. I. Kom S1/computer/2000 TIK 2
28 Maemunah - Tata Boga
29 H. Ghafur Abdul Hamid - Faroidh
30 Sulistyo, S. Pd S1/Bahasa Indonesia/2000 B.Indonesia
31 Drs. H. Arif Mustofa S1/Agama Islam/1970 Aqidah Akhlak
32 Drs. H. Sumardi S1/Sejarah/1968 SKI
33 Dra. Hj. Lilis Halimah S1/B. Inggris/1972 A. Inggris
34 Mulyati, M. Pd S2/Geografi/1988 Geografi
Top Related