TUGAS ILMU SOSIAL
DAN PERILAKU DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN : Dra. Sumarni, M.si
NAMA : KURNIATI DWI UTAMI
NIM : 11/322667/PKU/12332
Minat Gizi dan Kesehatan
Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012
PENTINGNYA KOMUNIKASI BAGI AHLI GIZI
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain
dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesama dalam kelompok dan masyarakat. Dalam kelompok dan masyarakat inilah manusia
dituntut untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Istilah
komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Jika kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar
apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut dapat dipahami. Beberapa definisi komunikasi
adalah :
1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi
2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi
tentang pikiran atau perasaan
3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain
4. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain
5. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai
berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut :
Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan
Sebagai seorang ahli gizi yang bergerak di bidang manajemen. Semua fungsi manajer melibatkan
proses komunikasi dibawah ini :
Diagram 1 : Proses Komunikasi
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang
dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir
secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
Gangguan Gangguan Balikan
Pengirim
Pesan
Penerima
Pesan
Simbol/Isyarat Mengartikan
Kode/Pesan
Media
(Saluran)
( Saluran )
2. Simbol (isyarat)
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk
kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau
menunjukkan arah tertentu.
3. Media (penghubung)
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode (isyarat)
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti
dan dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun
dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampak pesannya terhadap penerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim
pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan
tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima
pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan
langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan
apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku
penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk
menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat
memperjelas persepsi.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang
mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya. Pada dasarnya komunikasi
digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau
kelompok
Pada tataran teoritis, terdapat manfaat komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif
kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan
makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu
(fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan
kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat,
receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu
tindak komunikasi telah terjadi.
2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang
komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan
satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Komunikasi adalah adanya satu respons
melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai
stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi tersebut, mengacu
pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
A. Komunikasi Ahli Gizi sebagai Konsultan
Sebagai seorang ahli gizi yang bekerja dalam ranah klinis yaitu sebagai konsultan,
penting sekiranya mengetahui komunikasi interpersonal yang baik agar dapat menggali data
yang dibutuhkan dan memberikan konsultasi yang mudah dipahami oleh pasien sehingga
hasil konsultasi dapat efektif dan mudah dilaksanakan.
Jenis komunikasi yang penting dilakukan oleh ahli gizi sebagai konsultan adalah:
1. Komunikasi verbal dengan kata-kata
2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa
mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan
satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Komunikasi non verbal mencangkup:
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain
untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-
sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi,
konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan
tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau
sebagai upaya untuk menghilangkan stress
Komunikasi Konseling sebagai Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
orang lain atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui umpan baliknya.
(Muhammad, 2005,p.158-159). Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera. Menurut Effendi (2003), pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling
efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator
mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya.
Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya
(Sunarto, 2003, p. 13).
Menurut Muhammad (2004) tujuan komunikasi interpersonal, antara lain :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila
kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali
tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah
laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan
sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang
diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita
ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang
datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya
dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang
lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan
pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu,
misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis
membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu
adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita
semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.
Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997)
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin
orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan
cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”
perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda
dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
„mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati
baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan
empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi
wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur
tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack
Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif,
bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya
dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang
menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang
lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati
interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan
yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
B. Komunikasi Ahli Gizi sebagai Penyuluh
Sebagai seorang penyuluh gizi merupakan hal yang penting untuk dapat menguasai
komunikasi massa dan metode public speaking yang baik. Komunikasi massa yaitu
komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak
dikenal. Komunikasi masa yang baik harus :
a. Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele
b. Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami
c. Bentuk gambar yang baik (presentasi atau media yang mendukung)
d. Ada timbal balik antara komunikator dan komunikan
Beberapa Hambatan yang Perlu Diperhatikan dari Proses Komunikasi :
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai
arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak
sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi,
misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa
adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
C. Peran Komunikasi bagi Ahli Gizi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi menempati urutan vital. Sasaran komunikasi dalam
organisasi dapat diterapkan baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun
organisasi perusahaan. Tujuan utama komunikasi dalam organisasi adalah untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam
Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator
memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap
ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua
arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu
saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami
dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak
dapat dikomunikasikan.
Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari
batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu
dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff
pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang
komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang
telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi
secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi
dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi
organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya
saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent
relationships). Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan
komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan
fungsi yang sangat tegas. Adapun masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi
dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and
practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak
dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini
adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Dalam komunikasi organisasi merupakan hal penting bagi seorang pemimpin dan stafnya
untuk saling berkoordinasi sehingga tujuan organisasi dapat berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Menurut Jerry W. Koehler, komunikasi dalam suatu organisasi lebih bersifat untuk
mempengaruhi perspektif perilaku secara praktis karena komunikasi dalam organisasi
bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh
pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan
mempunyai efek yang dikehendaki (mengharapkan seseorang melakukan sesuatu) ,walaupun
bukan merupakan tindak berbagi informasi.
Proses komunikasi organisasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun
kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, diantaranya:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan
atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan
landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber
menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau
lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan
mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana
sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun
perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi dalam organisasi adalah penyampaian pesan
yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara
berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah
ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan
suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan
telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis
ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset,
video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk membebaskan saluran
komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada
penerima seperti yang dikehendaki.
4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat
lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima
tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan
decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan
kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding
dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan
menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons
terhadap pesan tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi organisasi adalah feedback atau umpan balik
yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah
disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap
pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan
tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan
balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
D. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Lingkungan Kerja
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam
organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-
processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih
pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi
tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak
bergantung pada:
1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah dan kekuatan pimpinan dalam
memberi sanksi.
2. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai
pribadi.
3. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas
ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style adalah seperangkat perilaku antarpribadi yang
terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi memberikan
pengetahuan tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka
melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi,
kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran
manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organisasi, mendefinisikan tujuan sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana
memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana memilih saluran yang efektif
untuk melaksanakan tugas tersebut. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan
perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi diantaranya :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ditandai dengan adanya satu kehendak
atau bermaksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan
orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan
perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-
pandangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha „menjual‟
gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain
apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya
dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana
yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah
orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di
antara para anggota dalam suatu organisasi.
c. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur
Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini
cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
e. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim
pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender
sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
f. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi
dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan
diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style
of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi
lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk
menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya
interaksi yang bermanfaat
E. Peran Komunikasi Media Massa bagi Ahli Gizi
Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan
media massa ,baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise) yang dikelola
oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan ,yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesanya bersifat
umum,disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik ).
Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung
juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini. Proses
komunikasi massa adalah proses masyarakat menanggapi perspektif suatu peristiwa dan
informasi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Media massa memiliki peran diantaranya :
1. Konstruktif : bersifat pengetahuan yang bisa membangun peradaban artinya ada
pembangunan yang mengarah positif yang akhirnya meningkatkan proses pembangunan
maju ke depan.
2. Mengarah pada perubahan sosial : komunikasi selalu membuat perubahan ke arah
sesuatu yang baru misalnya gaya hidup dan perubahan perspektif sosial.
3. Melayani artinya komunikasi massa akan menjadi sesuatu yang baik atau positif apabila
menengahi dan mengarahkan tindakan manusia terhadap proses sosial masyarakat. Dalam
hal ini media massa menjadi suatu sarana yang menyediakan manusia dapat berinteraksi
dengan manusia lain di dalam proses sosialnya. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan publik
opini.
Ciri-ciri Komunikasi Massa :
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah, Komunikator pada komunikasi massa adalah
lembaga, Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media komunikasi massa
menimbulkan keserempakan, komunikasi massa bersifat heterogen. Empat komponen
komunikasi dasar dari komunikasi massa yang harus dipahami secra baik yaitu mass
message, mass media, mass communication and mass audiences.
b. Fungsi komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick :
- Surveilence : Fungsi ini menunjuk pada kemampuan media untuk melakukan
pengawasan lingkungan,jenis pengawasan tersebut ada dua yaitu beware surveilence dan
instrumental surveilense.
- Interpretasi : bagian yang paling dekat dengan fungsi pengawasan adalah fungsi
interpretasi, media hanya memberikan fakta dan data.
- Correlation : Media massa mampu menghubungkan antara elemen dalam masyarakat
yang tidak berhubungan sama sekali.
Komunikasi media massa bagi seorang ahli gizi yaitu melalui media massa ahli gizi dapat
mempersuasi masyarakat untuk menerapkan pola makan dan hidup yang lebih sehat
melalui media sehingga dapat berdampak positif bagi kesehatan masyarakat secara luas
KESIMPULAN
1. Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi diantara
beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan seorang pengirim, pesan/informasi
saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada pengirim
untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima. Dalam proses komunikasi kita juga harus
ingat bahwa ada hambatan yaitu baik dari pengirim, saluran, penerima dan umpan balik serta
hambatan fisik dan psikologis.
2. Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti
apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan
dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non
verbal, komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan atau tertulis, sedangkan
komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh. Menurut bentuk komunikasi, ada yang disebut
komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah berarti sebuah pesan
dikirim dari pengirim ke penerima tanpa ada umpan balik. Komunikasi dua arah terjadi bila
pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik. Komunikasi berdasarkan
besarnya sasaran terdiri dari komunikasi massa, komunikasi kelompok, dan komunikasi
perorangan. Sedangkan komunikasi berdasarkan arah pesan terbagi atas; komunikasi satu
arah dan komunikasi timbal balik.
3. Peranan komunikasi bagi ahli gizi meliputi peranan dalam lingkup interpersonal (konseling),
media massa, penyuluhan, dalam organisasi dan lingkungan kerja
DAFTAR PUSTAKA
Ann Marriner,Tomey, Guide to Nursing management and Leadership, Mosby year book Inc
1996
Elaine.L.Monica, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan
pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC 1998
Mulyana, Teori Komunikasi-modul 10, 2008
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, 2001
Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 1997
Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy, Interpersonal communication in Nursing
Theory and Practice, Churcill Livingstone, 1995
Top Related