Download - Koas Bedah

Transcript

Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran UKRIDARumah Sakit Umum Daerah KojaPeriode 17 Agustus 2015 24 Oktober 2015Stephanie Yohanna Tania11.2013.315

1. Regio pada tubuh

REGIO capitis 1. Frontalis2. Orbitalis3. Nasalis4. Infraorbital5. oralis6. Mentalis7. Buccalis8. Zygomatical9. Temporalis 10. Parietalis 11. Occipitalis

REGIO Colli (leher) 1. Sternocleiodomastoideus2. Trigonum submentale3. Trigonum Musculare4. Trigonum Submandibulare5. Trigonum Caroticum6. Cervicalis Lateralis

REGIO Thorax (dada) 1. Pectoralis2. Praesternalis3. Clavipectoale4. Axillaris (ketiak)

REGIO Abdominal (perut)1. Epigastrica2. Hipochondriaca3. Umbilica4. Lumbal5. Hipogastric6. Inguinalis

REGIO Extremitas Superior

1. Deltoidea (bahu)2. Brachialis (lengan atas)3. Cubitalis (siku)4. Antebrachialis (lengan bawah)5. Carpalis (pergelangan tangan)6. Carpalis (pergelangan tangan)7. Dorsum manus (punggung tangan)8. Digiti (jari)REGIO Extremitas inferiorAnterior (depan)

1. Femoralis anterior (paha depan)2. Trigonum femorale3. Patella / genus anterior (lutut depan)4. Cruralis anterior (tungkai depan)5. Dorsum pedis (punggung kaki)6. Digiti (jari)

Posterior (belakang)

1. Gluteus2. Femoralis posterior (paha belakang)3. Patella genus posterior (lutut belakang)4. Crurallis posterior ( tungkai belakang)5. Calcamea ( lutut)6. Pedis ( telapak kaki)

2. Pemeriksaan tes undulasi & tes balotemenTes undulasiTujuan : Tes untuk mengetahuiny adanya acites atau tidak didalam rongga abdomen.Normal : negatifCara pemeriksaan :Tangan kiri pasien menekan perut pada garis midline. Tangan pemeriksan diletakan di sisi kiri dan kanan perut. Gerakan tangan kiri pemeriksan dan rasakan adanya getaran atau tidak di sisi kontralateral (tangan kanan). Jika terasa adanya getaran pada sisi kontralateral, maka tes undulasi positif. Begitu juga dengan arah sebaliknya.

Tes BalotemenTujuan : mengetahui adanya pembesaran ukuran ginjal atau tidak.Normal : negatifCara pemeriksaanGinjal kiri & kananLetakan tangan kiri di pinggang belakang, paralel pada kosta ke 12 dengan ujung jaru pemeriksa menyentukh sudut kostovertebrae. Angakt & dorong ginjal kanan kedepan. Letakaan tangan kanan di kuadran kanan atas sebelah lateral sejajar dengan otot rektus. Anjurkan pasien untuk inspirasi dalam. Disaat pasien inspirasi dalam, tangan kanan pemeriksa menekan kearah dalam kuadran kanan atas (dibawah arcus costae dan cobalah untuk merasakan ginjal pada kedua tangan). Lalu rasakan perubahan posisi ginjal saat ekspirasi. Jika ginjal teraba, tentukan ukurannya dan ada atau tidak nyeri tekan (tes balotemen positif)

3. Pemeriksaan penunjang HEMATOLOGIPemeriksaan blood cell count dan pemeriksaan laju endap darah (ESR). Pemeriksaan blood cell count meliputi pemeriksaan pemeriksaan konsentrasi hemoglobin, Periksaan Sel Darah Putih (WBC), Platelet time, white blood cell differential count, red blood cell count dan hitunghematokrit. Padapenyakit anemia kronik, ditemukan penurunan kadar Hb.

HB (HEMOGLOBIN)Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.Nilai normal Hb :Wanita : 12-16 gr/dLPria: 14-18 gr/dL

Penurunan Hb terjadi pada penderita anemia, penyakit ginjal,pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan.Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang). Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi,penyakit paru obstruktif menahun (COPD),gagal jantung kongestif, dan luka bakar.Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit

Trombosit ( platelet)Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan. Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan permbekuan darah.Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.000/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.

HEMATOKRIT (Ht)Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase Ht, konsentrasi darah semakin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan keluar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat sehingga darah menjadi lebih kental. Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20%.

Nilai normal Ht : Anak : 33 -38%Pria dewasa: 40 48 %Wanita dewasa : 37 43 %

Penurunan Ht terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung). Peningkatan Ht terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Nilai normal :Bayi baru lahir : 9000 - 30.000 /mm3Bayi/anak : 9000 12.000 /mm3Dewasa : 4000 - 10.000 /mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).

HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFERENTIAL COUNT)Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah.

NeutrofilNeutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain. Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain. Nilai normal : 50-70 %.

EusinofilEusinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 12% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh adalah 14%. Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.

BasofilBasofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh adalah o -1%. Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan

LimfositSalah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal adalah 20 35% dari seluruh leukosit. Peningkatan limfosit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain. Penurunan limfosit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.

MonositMonosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh adalah 2 8% dari jumlah seluruh leukosit. Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

EritrositSel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebihbanyak.

Nilai normal eritrosit :Pria : 4,6 6,2 jt/mm3Wanita: 4,2 5,4 jt/mm3

MASA PERDARAHANPemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.

Nilai normal :dengan Metode Ivy 3-7 menitdengan Metode Duke 1-3 menit

Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.

MASA PEMBEKUANMerupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 8 menit (Metode Lee White). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan). Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.

LAJU ENDAP DARAH (LED) / ESRLaju Endap Darah (LED) atau Juga biasa disebutErithrocyte Sedimentation Rate (ESR)adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, meggambarkan komposisi plasma serta perbandinganeritrositdan plasma. LEDdipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC. Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.Proses pengendapan darah terjadi dalam tiga tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 20 mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 15 mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnyajika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergren daribada metode Wintrobe. Selain itu,International Commitee for Standardization in Hematology(ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.Nilai Normal Lau Endap Darah : Pria : < 15 mm/ 1 Jam Wanita : < 20 mm / 1 Jam

CRP (Chain reaction Protein)C-Reactive Protein (CRP) merupakan suatu protein fase akut yang dihasilkan oleh hati, yakni protein yang konsentrasinya akan meningkat bila terjadi cedera akut, peradangan/inflamasi atau infeksi. CRP merupakan penanda inflamasi yang sudah dikenal secara luas dan memiliki peran penting dalam proses Aterosklerosis. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan CRP (walaupun masih dalam batas normal) merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya penyakit kardiovaskular.Mendeteksi Pelvic Inflammatory Disease (PID), apendidtis akut, dan sepsis (pada pasien kritis); menentukan faktor risiko penyakit vaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK); dan memantau kondisi post-operasi.

Saat ini telah tersedia pemeriksaan High Sensitive CRP (Hs-CRP) yaitu pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP yang lebih sensitif dan akurat dengan menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry Immunoassay), dengan range pengukuran : 0.3 300 mg/L. Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk pemeriksaan LED.

ASTOAntistreptolysin O (ASTO) merupakan antibodi yang terbentuk untuk melawan antigen yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus. Antibodi ini dapat bereaksi silang dengan antigen manusia (terutama kolagen) dan dengan demikian menyerang berbagai matriks selular berbagai organ terutama jantung, sendi, kulit, otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit jaringan sendi, seperti demam rematik akut.ASTO kualitatif Meneteskan diatas slide 50 ul serum ditambah 50 ul reagen latex yang sudah dihomogenkanpada slide plastik Mencampur dengan stick / pengaduk tetapkan slide di atas rotator, goyang dan putar pada kecepatan 70 rpm secara berlahan selama 2 menit dengan menggunakan tangan atau angular rotator. Amati terjadinya aglutinasi tepat 2 menit dibawah cahaya lampu yang terang.

Jika hasil positif dilakukan pemeriksaan kuantitatif, jika hasil negative tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut.

2. ASTO semi kuantitatif Melakukan pengenceran serum dengan NaCl 0,9% dari pengenceran yaitu , , 1/8, 1/16, 1/32, 1/64 dan seterusnya cara pengenceran :Contoh :o 1:2 ambil 1 bagian serum + 1 bagian NaCl 0,9%o 1:4 ambil 1 bagian serum + 3 bagian NaCl 0,9%

Ulangi langkah kerja 1 s/d 5 diatas untuk setiap pengenceran dan campur dengan menggunakan mikropipet. Ambil 50 ul serum pada masing masing pengenceran dalam slide. Tambahkan reagen latex 50 ul Lebarkan dengan menggunakan stick / pengaduk sampai bundaran slide hitam penuh. Goyangkan, dan lakukan pengamatan aglutinasi di depan cahaya dalam waktu 2 menit dengan menyalakan stopwatch.

Penilaian :1. Kualitatifa. ASTO (+) : terjadi aglutinasi (kadar 200 IU /ml)b. ASTO (-) : tidak terjadi aglutinasi

2. Semi kuantitatifTiter : pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi.

ANAANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun, seperti SLE (penyebab tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS), sindrom Sjrgen, sindrom CREST, rheumatoid arthritis, skleroderma, mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis Hashimoto, juvenile diabetes mellitus, penyakit Addison, vitiligo, anemia pernisiosa, glomerulonefritis, dan fibrosis paru. ANA juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi yang tidak dianggap sebagai penyakit autoimun klasik, seperti infeksi kronis (virus, bakteri), penyakit paru (fibrosis paru primer, hipertensi paru), penyakit gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit Crohn, sirosis bilier primer, penyakit hati alkoholik), kanker (melanoma, payudara, paru-paru, ginjal, ovarium dan lain-lain), penyakit darah (idiopatik trombositopenik purpura, anemia hemolitik), penyakit kulit (psoriasis, pemphigus), serta orang tua dan orang-orang dengan keluarga dengan riwayat penyakit reumatik.

Banyak obat yang bisa merangsang produksi ANA, seperti prokainamid (Procan SR), antihipertensi (hidralazin), dilantin, antibiotik (penisilin, streptomisin, tetrasiklin), metildopa, anti-TB (asam p-aminosalisilat, isoniazid), diuretik (asetazolamid, tiazid), kontrasepsi oral, trimetadion, fenitoin. ANA yang dipicu oleh obat-obatan disebut sebagai drug-induced ANA. Nilai RujukanHASIL NORMAL:Negatif( kurang dari 20 Units)HASIL ABNORMAL:Equivocal: 20 60 Units,Positif: lebih dari 60 Units atau titer 1/160 atau lebih.Nilai rujukan untuk tiap laboratorium mungkin bisa berbeda.

Rh FactorRF positif ditemukan pada 80% penderitarematikartritis. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis yang buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. RF sering dijumpai pada penyakit autoimun lain, seperti LE, scleroderma, dermatomiositis, tetapi kadarnya biasanya lebih rendah dibanding kadar RF pada rematik arthritis. Kadar RF yang rendah juga dijumpai pada penyakit non-imunologis dan orang tua (di atas 65 tahun). Uji RF tidak digunakan untuk pemantauan pengobatan karena hasil tes sering dijumpai tetap positif, walaupun telah terjadi pemulihan klinis. Selain itu, diperlukan waktu sekitar 6 bulan untuk peningkatan titer yang signifikan. Untuk diagnosis dan evaluasi RA sering digunakan tes CRP dan ANA. Uji RF untuk serum penderita diperiksa dengan menggunakan metode latex aglutinasi atau nephelometry.

Nilai Rujukan DEWASA:penyakit inflamasi kronis; 1/20-1/80positif untuk keadaan rheumatoid arthritis dan penyakit lain: > 1/80positif untuk rheumatoid arthritis.

Albumin & globulinPenetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen.Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma. Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan refraktometer (dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis. Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna. Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur. Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema. Rasio A/g merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein yang penting, yaitu albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai rasio yang tinggi dinyatakan tidak signifikan, sedangkan rasio yang rendah ditemukan pada penyakit hati dan ginjal. Perhitungan elektroforesis merupakan perhitungan yang lebih akurat dan sudah menggantikan cara perhitungan rasio A/G.

NilaiRujukan DEWASA:protein total: 6.0 - 8.0 g/dl;albumin: 3.5 - 5.0 g/dl ANAK:protein total: 6.2 - 8.0 g/dl;albumin: 4.0 - 5.8 g/dl

MasalahKlinisProtein total PENURUNAN KADAR: malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air. PENINGKATAN KADAR: dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.

Albumin PENURUNAN KADAR: sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif, enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat. PENINGKATAN KADAR: dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin. ALKALI FOSFATASE (ALP)Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan). Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim -enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5nukleotidase (5NT), leusine aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.

Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat (mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.

Nilai Rujukan DEWASA: 42 136 U/L,ALP1: 20 130 U/L,ALP2: 20 120 U/L,Lansia: agak lebih tinggi dari dewasa

Penanda Tumor1. AFP Alpha Fetoprotein (AFP)Alpha Fetoprotein (AFP) merupakan yang pertama diantara protein-protein ini yang diteliti secara luas. AFP diisolasi pada tahun 1956 dan dikaitkan dengan keganasan pada 1963. AFP merupakansuatu plasmaprotein yang predominan pada fetus dan dibuat dalam kuning telur, hati, dan traktus gastrointestinalis. Kadar AFP yang beredar sangat rendah pada orang dewasa, kecuali pada kehamilan, dimana didapatdari sirkulasi fetus yang menyebabkan peningkatan yang signifikan. Selama kehamilan, kadar AFP dalam cairan amnion lebih tinggi dari kadar normal apabila janin yang dikandung mengalami defekneural tube. AFP merupakan cairan amnion yang dapat masuksirkulasi ibu. Dengan demikian kadar AFP dalam serum ibu secararutin dapat digunakan sebagai penyaring untuk mengetahui defekneural tubesebelum lahir.Jumlah AFP dalam darah yang dapat membantu wanita hamil melihat apakah bayi memiliki masalah sepertispina bifidadananencephaly.AFP tes yang dapat juga dilakukan sebagai bagian dari skrining tes lainnya untuk menemukan masalahkelainan kromosom sepertiDown syndrome (trisomy 21)atausindrom Edwards (trisomy 18)danomphalocele. Pada orang dewasa, apabila terjadimultiplikasi hepatosit secara cepat pada kehidupan(pemulihan pertumbuhan hati setelah kerusakan, reseksi lobulus, transplantasi hatidsb) kadar AFP serum juga meningkat, walaupun tidak pernah mendekati kadar pada masa janin. Aktivitas regenerasi yang lebih rendah , seperti pada sirosis aktif, hepatitis aktifkronis , fase pemulihan pada hepatitis virus atau toksik, menyebabkan peningkatankadar AFP sampai sekitar 500 ng / ml. Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat besar sebagai indeks kekambuhan penyakit.Pada pasien karsinoma hepatoselular yang diterapi, hilangnya AFP mengisyaratkan eliminasi sel-sel ganas, dan peningkatan kadar mencerminkan rekurensi kanker. Menetapnya AFP setelah interval tersebut mengisyaratkan sintesis yangberkelanjutan oleh tumor , karena kadar AFP serum proporsional dengan massa tumor. Penderita dengan sirosis atau hepatitis B kronis, sebaiknya dimonitor AFP secarareguler karena mempunyai resikomenjadikankerhati. Jika penderita sudah terdiagnosa sebagai kanker hepatoseluler, AFP harus diperiksa secara periodik untuk membantu mengetahui respon terapinya.

Peningkatan kadar serum AFPmaternal dijumpaipada :Neural tube defects( omphalocele)KehamilanmultipelFetal distresFetal death

Kadar AFP maternal yang rendahTrisomy 21 (Down syndrome)

Peningkatan kadar AFPnon maternal dijumpai pada : Kankerhepatoselular primer ( hepatoma )Adanya metastase kanker di hatiKanker sel germinal atauyolk sacdari ovariumTumor sel embrional atau sel germinal dari testisKanker lain seperti: stomach, colon, lung, breast dan lymphomaNekrosis sel hati ( sirhosis, hepatitis).

Dewasa ini, AFP diketahui tidak memiliki manfaat pada orang dewasa yang sehat. Jadi, kadar yang meningkat dapat menunjukkan kelainan. Kadar normal dari AFP adalah di bawah 10 ng/ml. Kenaikan sedang sampai 500 ng/ml dapat terjadi pada penderita hepatitis kronik. Sedangkan kadar di atas 500 ng/ml hanya terdapat pada penderitakanker hati, kanker testis dan ovarium, danproses penyebaran kanker yang telah mencapai hati. Untuk mengetahui kadar AFP dalam tubuh maka harus dilakukan tes AFP yang menggunakan darah sebagai medianya.

2. CEA (Carcinoembryonic Antigen)Carcinoembryonic antigen (CEA) pertamakali diidentifikasi oleh Phil Emas dan Samuel O Freedman pada tahun 1965 pada kanker usus besar. Secara normal protein CEA diproduksi oleh oleh sel usus, hati, dan pankreas fetus selama masa perkembangan janin terutama 6 bulan pertama. Produksi CEA berhenti sebelum kelahiran sehingga kadarnya menurun setelah kelahiran dan pada orang dewasa protein ini tedapat hanya dalam konsentrasi rendah. Penyebab tersering kenaikan CEA adalah kanker kolorektal. Beberapa kanker lain dapat meningkatkan kadar carcinoembryonic antigen misalnya kanker pankreas, mamae, ovarium, paru-paru, prostat dan beberapa jenis kanker thyroid. Peningkatan CEA juga didapatkan pada perokok, infeksi paru, penyakit usus, pancreatitis, dan sirosis hati. Tidak semua kanker memproduksi CEA, dan hasil CEA positif tidak selalu akibat kanker. Pengukuran CEA terutama untuk mengidentifikasi rekurensi setelah tindakan bedah reseksi. Tingkat CEA harus kembali normal setelah reseksi. Tingginya CEA yang menetap setelah reseksi mengindikasikan rekurensi tumor. CEA paling sering diperiksa dalam darah (serum), namun dapat juga diperiksa dalam cairan tubuh misalnya ascites, cairan pleura, peritoneal, serebrospinal dan biopsi jaringan. Kadar normal CEA dalam darah orang dewasa dan tidak merokok yaitu 100 ng/ml dihubungkan dengan metastase jauh.Keterbatasan pemeriksaan CEA yaitu tidak efektip untuk skrining kanker stadium dini, karena umumnya kadar CEA dapat normal atau rendah. Banyak tumor tidak memproduksi kadar CEA yang tinggi, walaupun penyakitnya berlanjut. Kadar CEA yang normal juga bukan berarti tidak terdapat kanker. Banyak kondisi dapat mengubah kadar CEA. Hasil abnormal yang signifikan harus didiskusikan dengan klinisi dalam kaitan dengan gejala dan riwayat medikal.

3. CA 72-4CA 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse.

3. CA 19-9Antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 75% kanker pankreas dan 60 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar. Peningkatan kadar CA 19-9 lebih dari 500 U/ml terjadi pada 50% pasien dengan malignansi. Interval kadar CA 19-9 pada malignansi yaitu 40 10.000 U/ml. Pada kaadaan benigna kadar CA 19-9 jarang meningkat lebih dari 200 U/ml. Pada 69,7% keadaan benigna ditemukan kadar CA 19-9 meningkat kurang dari 100 U/ml. Interval kadar CA 19-9 pada keadaan benigna yaitu 40 - 331 U/ml. Kadar normal CA 19-9 adalah 10 ng/mL menandakan risiko tinggi terjadi kanker.

7. Neuron Specific Enolase(NSE)Untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasansmall cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak.

8. SCCSquamous cell carcinoma(SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher.

4. Cara membaca MRI (Magnetic Resonance Imaging)1. Identifikasi posisi foto cross section(horizontal), sagital, coronal (vertikal dari arah depan). Cross sectional Sagital Coronal

2. Identifikasi lokasi foto ( kemungkinan ditulis di paling atas foto MRI atau dapat mencari tahu dengan mengidentifikasi struktur anatomi).

3. Identifikasi apakah dalam foto tersebut menggunakan zat kontras atau tidak. Pemberian zat kontras untuk organ tertentu seperti hepar dan jantung. Hal tersebut membuat pewarnaan jaringan pada organ yang diberikan zat kontras terlihat lebih tajam dan seharusnya diberikan hasil pemeriksaannya.

Contoh : Defek pada sawar darah otak setelah stroke

Kiri : Tanpa pemakaian zat kontras

Kanan : dengan pemberian zat kontras

4. Bandingkan foto MRI yang difoto saat ini dengan foto MRI dengan hasil yang normal. Hal tersebut dapat membantu kita untuk lebih mudah mengenali adanya kelainan-kelainan yang tampak pada foto MRI sehingga kita dapat memilah apa yang harus kita perhatikan lebih utama.