KLAIM KONSTRUKSI PENGENALAN, TEKNIK & KIAT
MEMANFAATKAN PELUANG KLAIMoleh :
Ir. H. Nazarkhan Yasin
1. PENGANTAR
Di negara-negara Barat dimana industri jasa konstruksi sudah berkembang dengan
pesat dan menggunakan teknologi yang serba canggih, masalah klaim sudah lama
dikenal dan sudah merupakan suatu masalah biasa yang terjadi antara pengguna jasa
dan penyedia jasa.
Para penyedia jasa di negara-negara tersebut bersaing sangat ketat satu sama lain
dalam usaha memenangkan tender untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Hampir
semua penyedia jasa menguasai teknologi dan seluk beluk jasa konstruksi sehingga
perbedaan harga penawaran pada waktu tender tidak lagi karena perbedaan harga
suatu pekerjaan tetapi karena persaingan dalam efisiensi mengerjakan pekerjaan
tersebut.
Dengan kata lain, perusahaan jasa konstruksi yang paling efisienlah yang dapat
menekan harga suatu pekerjaan sehingga menjadi murah yang memungkinkannya
memenangkan tender, bukan karena perbedaan mutu pekerjaan itu sendiri.
Akhir-akhir ini persaingan harga karena efisiensi inipun sudah semakin ketat
sehingga harga penawaran yang masuk hampir-hampir sama nilainya.
Oleh karena itu beberapa perusahaan jasa konstruksi mencari keuntungan bukan dari
efisiensi tapi dari kejeliannya melihat peluang klaim yang besar pada waktu tender.
Setelah dia yakin bahwa peluang klaim tersebut cukup besar memberikan keuntungan
maka harga penawarannya pada waktu tender ditekan sehingga jauh dibawah
penawaran lain, sehingga dia menang. Setelah menang tender dia menyusun struktur
klaim yang memang sudah direncanakan.
Di Perancis ada 2 perusahaan besar yang demikian jelinya menyusun klaim, sampai-
sampai dijuliki “Claim Artist”.
Salah satu perusahaan tersebut memenangkan tender pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Air di Indonesia dengan harga yang jauh di bawah perusahaan lain.
1 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Kabarnya klaim yang diajukan dan diterima nilainya setelah ditambah dengan nilai
kontraknya lebih tinggi dari nilai Penawar lain yang kalah.
Bagaimana masalah klaim di Indonesia ?
Orang Indonesia terlanjur banyak yang mengartikan klaim sebagai suatu tuntutan.
Oleh karena itu klaim menjadi sesuatu yang “tabu”.
Banyak pengguna jasa (Pemerintah) yang kurang senang apabila penyedia jasa
mengajukan klaim. Tidak jarang terjadi penyedia jasa tersebut pada kesempatan
berikut tidak disertakan lagi dalam tender karena sering mengajukan klaim. Inilah
sebabnya di Indonesia sampai ditahun-tahun delapan puluhan sampai awal tahun
sembilan puluhan penyedia jasa “takut” mengajukan klaim.
Padahal sebagaimana akan kita lihat dalam uraian selanjutnya arti sesungguhnya dari
klaim tak lebih dari suatu permintaan.
Dalam uraian selanjutnya akan kita bahas pertama-tama mengenai perkembangan
klaim di tanah air kita, kemudian dilanjutkan dengan cara pengelolaan klaim,
pengertian klaim, kategori klaim dan sebab-sebab timbulnya klaim. Juga akan
diuraikan cara-cara menyelesaikan sengketa konstruksi melalui arbitrase.
2. PERKEMBANGAN KLAIM DI INDONESIA
Berbicara mengenai perkembangan klaim di Indonesia, kita perlu menengok secara
singkat perkembangan industri jasa konstruksi itu sendiri .
Sejak kita merdeka, perkembangan jasa konstruksi dapat kita bagi dalam 5 periode,
yaitu :
2.1 Periode 1945 - 1950
2.2 Periode 1951 - 1959
2.3 Periode 1960 - 1966
2.4 Periode 1967 - 1996
2.5 Periode 1997 - 2002
2 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
2.1 Periode 1945 - 1950
Dalam periode ini yang merupakan periode awal kemerdekaan, industri jasa
konstruksi belum lahir. Indonesia di sibukkan dengan pergolakan fisik melawan
Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Pelbagai hasil perundingan
yang dicapai seperti Linggarjati, Renville, Rum-Royen tidak membuahkan hasil
yang diharapkan. Barulah setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) Indonesia
bebas dari gangguan pihak Belanda. Praktis pada periode ini Indonesia belum
ada pembangunan.
2.2 Periode 1951 - 1959
Dalam periode inipun Indonesia praktis belum mulai membangun karena sistim
ketatanegaraan yang dipakai menyebabkan pemerintahan tidak pernah stabil
(Kabinet berganti-ganti dalam hitungan bulan) disamping adanya gangguan dari
golongan separatis seperti DI, TII, PRRI, Permesta. Pemerintah belum
mempunyai rencana pembangunan yang definitif.
2.3 Periode 1960 - 1966
Dalam periode ini sistim ketatanegaraan Indonesia melalui Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959 kembali ke UUD 1945. Presiden Soekarno mulai melakukan
pembangunan yang dikomandoi sendiri. Dicatat beberapa pembangunan Hotel
megah (Indonesia, Samudera Beach, Ambarukmo, Bali Beach), Jembatan
Semanggi, Wisma Nusantara, Gelora Bung Karno, Proyek Ganefo (sekarang
Komplek MPR/DPR). Sayangnya proyek-proyek tersebut tidak banyak
bermanfaat untuk rakyat banyak kecuali Bendungan Jatiluhur, Karangkates,
Asahan. Industri Jasa Konstruksi mulai bangkit namun terbatas pada
perusahaan-perusahaan Belanda yang di nasionalisasikan.
Persaingan belum ada karena Proyek langsung ditunjuk Presiden. Klaim
konstruksi tidak pernah ada. Sektor swasta baru mulai satu dua perusahaan.
3 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
2.4 Periode 1967 - 1996
Dalam periode ini Indonesia untuk pertama kali Pemerintah mempunyai
program pembangunan yang terarah dan berkesinambungan yang dikenal
dengan istilah Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dimulai tahun
1969.
REPELITA I : 1969 - 1974
REPELITA II : 1974 - 1979
REPELITA IIII : 1979 - 1984
REPELITA IV : 1984 - 1989
REPELITA V : 1989 - 1994
Dapat dikatakan dalam periode inilah mulai tumbuh industri jasa konstruksi
secara definitif. Perusahan-perusahan Belanda yang diambil alih pada tahun
1959 dan berstatus Perusahaan Negara (PN) diubah statusnya menjadi Persero.
Pekerjaan tidak lagi dibagi tapi ditenderkan. Mulailah persaingan antar BUMN.
Kemudian swastapun mulai bangkit, termasuk swasta asing. Proyek-proyek
banyak yang menggunakan dana dari luar negeri.
Teknologi sudah semakin maju. Jenis kontrak beragam namun klaim konstruksi
masih jarang terjadi, baru dari pihak swasta asing.
2.5 Periode 1997 – 2002.
Dalam periode ini industri jasa konstruksi benar-benar lumpuh. Akibat krisis
moneter pertengahan 1997 banyak proyek terbengkalai. Pengguna jasa tak
mampu membayar penyedia jasa. Klaim-klaim konstruksi mendadak banyak
bermunculan terutama karena penyedia jasa tidak dibayar.
Industri jasa konstruksi yang telah tumbuh dan berkembang demikian pesatnya
selama kurun waktu 32 tahun berhenti secara mendadak. Banyak penyedia jasa
yang ambruk/bangkrut. PHK terjadi dimana-mana.
4 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Ditengah-tengah kelumpuhan industri jasa konstruksi, Pemerintah membuat
Undang-Undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi beserta 3 peraturan
pelaksanaannya ; PP No. 28/ 2000, PP No. 29/ 2000 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Ini suatu ironi. Dahulu selama 32 tahun
industri jasa konstruksi berkembang tanpa ada peraturan-peraturan yang baku.
Sekarang pada saat industri jasa konstruksi berhenti justru dibuat peraturan
perundangan sebagai rujukan.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa walaupun industri jasa
konstruksi di Indonesia telah berkembang selama + 32 tahun klaim konstruksi
baru mulai muncul beberapa tahun terakhir (awal tahun 1997).
3. PEMBAHASAN KLAIM KONSTRUKSI
3.1 Umum.
3.1.1 Klaim konstruksi dapat terjadi antar para pihak yang berkontrak.
Tegasnya klaim mungkin saja datang dari pihak penyedia jasa kepada
pengguna jasa atau sebaliknya. Jadi tidak benar bila klaim hanya datang
dari pihak pengguna jasa atau sebaliknya hanya pengguna jasa yang
boleh mengajukan klaim.
3.1.2 Disamping itu klaim dapat juga terjadi dari pihak lain diluar kontrak
seperti konsultan pengawas/perencana, para sub penyedia jasa terhadap
pengguna jasa atau penyedia jasa.
3.1.3 Arti klaim sesungguhnya adalah permintaan/permohonan mengenai
biaya, waktu dan atau kompensasi pelaksanaan diluar ketentuan
tercantum dalam kontrak konstruksi. Jadi adalah suatu kekeliruan/salah
pengertian yang menganggap klaim adalah suatu tuntutan. Memang
benar klaim adakalanya berakhir dengan suatu tuntutan baik melalui
5 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
suatu badan peradilan atau lembaga arbitrase apabila permintaan
tersebut tidak dikabulkan atau tidak dilayani.
3.1.4 Pengajuan klaim dapat dilakukan dengan berbagai cara dan yang paling
sederhana berupa permintaan lisan sampai dengan permintaan yang
disusun secara tertulis lengkap dengan data pendukungnya.
3.1.5 Para pihak didalam suatu kontrak konstruksi lebih menyukai pemecahan
secara damai tanpa melalui badan peradilan. Mereka menginginkan
terdapat keputusan yang cepat, karena penyelesaian melalui pengadilan
disamping memakan waktu dan biaya, permasalahannya semakin
terbuka untuk umum. Penyelesaian melalui arbitrase lebih disukai
karena disamping waktu lebih pendek, para arbiter dapat dipilih yang
profesional dan keputusannya adalah final dan mengikat para pihak.
Upaya hukum dalam bentuk apapun bila telah keluar keputusan arbitrase
tidak diperkenankan (berbeda dengan pengadilan yang memungkinkan
banding, kasasi atau peninjauan kembali).
3.1.6 “KLAIM-KLAIM
Dalam konteks suatu kontrak konstruksi, kedua belah pihak dapat
mengajukan klaim satu sama lain.
1. Penyedia jasa boleh mengajukan tambahan waktu pelaksanaan atau
tambahan kompensasi dari pengguna jasa, atau beberapa konsesi
seperti pengurangan dari persyaratan teknis atau spesifikasi bahan.
2. Pengguna jasa boleh klaim pembebasan dalam pengertian
pengurangan nilai kontrak dan atau percepatan atau penundaan
dari pelaksanaan penyedia jasa.
6 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Tentu saja, banyak pihak lain baik secara terikat kontrak atau lainnya
boleh mengajukan klaim satu sama lain baik kepada pengguna jasa atau
penyedia jasa, termasuk para sub-penyedia jasa konstruksi perencana
atau konsultan hukum.
Pembicaraan kita dititik beratkan pada klaim-klaim yang paling biasa
selama masa pelaksanaan - dari penyedia jasa kepada pengguna jasa
atau sebaliknya. Prinsip-prinsip yang sama dari pembelaan atau
pengajuan klaim yang disajikan disini juga digunakan pada mayoritas
dari keadaan klaim-klaim lainnya.
Klaim tidak lebih dari suatu permintaan atau pemohonan mengenai
biaya, waktu atau kompensasi pelaksanaan atas sesuatu yang telah
diberikan atau dimaksud dari salah satu pihak dalam kontrak kepada
pihak lain.
Klaim-klaim dapat disajikan dalam setiap macam bentuk, mulai dari
yang tidak resmi atau bahkan permintaan lisan sampai kepada paket
dokumen klaim yang disusun secara rapi.
Kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah klaim itu secara alamiah
adalah berupa tuntutan hukum dengan pengertian salah satu pihak
menggugat pihak lain atas suatu kerusakan dalam rasa hukum.
Sebetulnya bukan ini kasusnya.
Walaupun beberapa klaim memburuk sampai suatu titik dimana
permintaan membutuhkan tindakan hukum atau arbitrase, kebanyakan
diselesaikan jauh sebelum hal ini terjadi.
Kebanyakan mayoritas klaim yang diprakarsai oleh pengguna/ penyedia
jJasa diselesaikan melalui perundingan mematuhi ketentuan-ketentuan
atau pendekatan yang disetujui bersama mengenai waktu dan biaya
pelaksanaan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Dalam wilayah hukum dan ancaman hukum, kebanyakan pengguna jasa
dan penyedia jasa menyadari penyelesaian tanpa melalui jalur hukum
7 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
sangat lebih dikehendaki. Kedua belah pihak biasanya menderita jika
klaim berlangsung atau dialihkan kedalam tuntutan hukum.
Tujuan setiap orang yang bersangkutan haruslah mengerti situasi klaim
secepatnya dan menyelesaikannya selekas mungkin.
Bagi para pengguna jasa tuntutannya mungkin lebih sederhana :
Apakah anda lebih suka mendapatkan penyelesaian proyek atau
memaksakan klaim lewat pengadilan ?.
Kebanyakan para pengguna jasa yang baik akan memilih yang tersebut
pertama. (Gilbreath, 1992)
3.2. Kategori Klaim.
Sebagaimana telah disinggung dalam butir 3.1, klaim dapat terjadi dari
pengguna jasa terhadap penyedia jasa atau sebaliknya. Berdasarkan hal
ini klaim dapat dikategorikan dalam 2 hal yaitu :
3.2.1 Dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa berupa :
a. Pengurangan nilai kontrak
b. Percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
c. Kompensasi atas kelalaian penyedia jasa
3.2.2 Dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa berupa :
a. Tambahan waktu pelaksanaan pekerjaan
b. Tambahan kompensasi
c. Tambahan konsesi atas pengurangan spesifikasi teknis
atau bahan.
3.3 Sebab-sebab timbulnya Klaim.
Sesungguhnya dalam industri jasa konstruksi, klaim adalah suatu hal
yang sangat wajar terjadi. Di negara Barat yang industri jasa
konstruksinya sudah berkembang dan para pelaku industri jasa
8 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
konstruksi menyadari betul arti sebuah klaim, maka hal ini menjadi
biasa.
Sebagai ilustrasi, sewaktu bertugas di Saudi Arabia terasa asing
dikuping sewaktu pengguna jasa menanyakan : “Do you have any claim
to us ?”
Di Indonesia hampir tak pernah ada pengguna jasa yang bertanya seperti
kejadian di Saudi Arabia tersebut.
Hal ini tak lain karena salah pengertian mengenai arti sesungguhnya dari
klaim sehingga dianggap sesuatu yang “tabu”.
Jadi sebagaimana dengan perubahan pekerjaan, klaim dapat berasal dari
mana saja. Walaupun ada beberapa sebab timbulnya klaim, tetapi hampir
semuanya memiliki dasar dalam tindakan atau pengurangan dari salah
satu pihak dalam kontrak namun dapat juga yang kurang sering terjadi
seperti sebab-sebab dari pihak ketiga, tindakan/keinginan Tuhan atau hal
lain yang menyebabkan pihak yang mengajukan klaim pihak yang
mengajukan klaim menderita rugi.
Dalam pelatihan ini kita batasi sebab-sebab timbulnya klaim antara para
pihak dalam suatu kontrak konstruksi yaitu antara pengguna jasa dan
penyedia jasa.
3.3.1 Dari pihak pengguna jasa
a. Pekerjaan yang dilaksanakan penyedia jasa cacat atau
kurang sempurna.
b. Penyedia jasa terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai
kontrak
c. Pemutusan kontrak
3.3.2 Dari pihak penyedia jasa
a. Kelambatan atau cacat informasi yang harus diserahkan
pengguna jasa seperti gambar-gambar atau spesifikasi.
9 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
b. Kelambatan atau cacat dari bahan atau peralatan yang
harus disediakan pengguna jasa.
c. Perubahan ketentuan-ketentuan, gambar-gambar atau
spesifikasi teknis.
d. Perubahan atau keadaan lapangan yang tidak diketahui
e. Reaksi dari pengaruh pekerjaan yang berturutan.
f. Larangan metode kerja tertentu termasuk kelambatan atau
percepatan dari pelaksanaan proyek.
g. Kontrak yang kurang jelas/perbedaan penafsiran.
“SEBAB-SEBAB TERJADI KLAIM
Sebagaimana halnya dengan perubahan-perubahan pekerjaan, klaim-
klaim berasal dari mana saja. Ada banyak sebab-sebab klaim, tetapi
hampir seluruhnya mempunyai dasar dengan dugaan bahwa tindakan-
tindakan, pengurangan-pengurangan, oleh salah satu pihak dalam
kontrak atau – yang kurang sering terjadi oleh pihak ketiga, tindakan-
tindakan Tuhan atau lainnya – menyebabkan pihak yang mengajukan
klaim menderita kerugian. Dalam suatu lingkungan proyek konstruksi
yang sangat kompleks memberikan tekanan waktu dan biaya pada
semua pihak dan menyadari banyak sekali hubungan, tanggung jawab,
kewajiban dan saling ketergantungan sehingga mudah terlihat mengapa
klaim-klaim adalah sama biasanya dengan menggambarkan suatu
pemandangan konstruksi seperti beton dan penulangannya.
Pertama-tama mari kita bahas kasus di mana pengguna jasa melakukan
klaim kepada penyedia jasa, karena hal ini sangat kurang biasa
dibandingkan situasi klaim yang di bicarakan sebelumnya.
Biasanya pengguna jasa mengajukan klaim-klaim terhadap para
penyedia jasanya (dan dalam hal tersebut biro teknik atau konsultan
lain) salah satu atau lebih sebab-sebab berikut :
10 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
1. Pekerjaan yang cacat.
Para pengguna jasa yang tidak puas dengan apa yang dihasilkan
penyedia jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk
biaya perubahan, penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang
cacat. Dalam banyak kejadian pekerjaan tidak sesuai spesifikasi
tersebut dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan
maksud yang di tetapkan. Kadang-kadang barang-barang atau jasa
yang diminta tidak sesuai garansi/jaminan dari penyedia jasa atau
pemasoknya.
2. Kelambatan yang disebabkan penyedia jasa.
Jika penyedia jasa telah berjanji untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dalam kontrak secara keselurqhan atau sebagian, dalam
waktu yang telah di tetapk!n, pengguna jasa dapat mengajukan
klaim atas kerugian bila kelambatan tersebut di sebabkan penyedia
jasa atau dalam kejadia. lain, bahkan jika kelambatan tersebut di
luar kendAli dari penyedia jasa.
Jenis-jenis klaim kerugian dalam hal ini adalah kehilangan
penggunaan dari fasilitas tersebut, pengaruh reaksi pada penyedia
jasa lain dan kenaikan biaya dari pekerjaan lain yang terlambat.
3. Sebagai pembelaan klaim.
Para pengguna jasa yang menghadapi klaim-klaim para penyedia
jasa dapat membalas dengan klaim tandingan. Klaim tandingan ini
biasanya menyerang atau berusaha memojokkan/mendiskreditkan
unsur-unsur asli dari klaim penyedia jasa – dengan membuka hal-
hal yang tumpang tindih atau perangkapan kerugian biaya, atau
menyebutkan perubahan-perubahan atau pasal-pasal klaim dalam
kontrak yang melarang atau modifikasi dari tindakan-tindakan
penyedia jasa dalam hal terjadi sengketa umpamanya.
11 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Klaim jenis lain, walaupun jarang terjadi, timbul karena pemutusan
kontrak.
Hal ini biasanya terjadi bila penyedia jasa gagal menyelesaikan
pekerjaan atau karena suatu sebab meninggalkan lapangan
pekerjaan.
Dalam hal ini biasanya pengguna jasa meminta konpensasi untuk
kenaikan biaya di luar yang telah di bayarkan kepada penyedia jasa
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara lain. Para penyedia
jasa juga mengajukan klaim kerugian bila merasa mereka secara
tidak sah di keluarkan dari proyek atau hal lain yang menghalangi
mereka untuk menyelesaikan pekerjaan.
Kedua situasi ini muncul bila kontrak secara nyata telah di putuskan
salah satu pihak. Titik berat pembicaraan tidak akan sampai pada
contoh yang ekstrim ini karena perhatian dipusatkan pada situasi-
situasi klaim yang lebih biasa terjadi – yaitu yang muncul selama
masa pelaksanaan pekerjaan dan bila kelanjutan pelaksanaan
kewajiban-kewajiban kontrak oleh kedua belah pihak di pikirkan.
Dalam hal ini, kebanyakan klaim yang di temukan dalam proyek
konstruksi datang dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa
karena satu dan lain sebab – kasus-kasusnya serupa bila tidak sama,
seperti perubahan-perubahan tidak resmi yang dapat di ringkas
sebagai berikut :
1. Kelambatan atau cacat informasi dari pengguna jasa, biasanya
dalam bentuk gambar-gambar atau spesifikasi teknis.
2. Kelambatan atau cacat dari bahan-bahan atau peralatan yang di
serahkan pengguna jasa
3. Perubahan-perubahan permintaan, gambar-gambar atau
spesifikasi.
4. Perubahan kondisi lapangan atau kondisi lapangan yang tidak
di ketahui
12 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
5. Pengaruh reaksi dari pekerjaan yang bersamaan
6. Larangan-larangan metoda kerja tertentu termasuk kelambatan
atau percepatan pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa.
7. Kontrak yang memiliki arti mendua atau perbedaan penafsiran.
Dalam setiap situasi ini, penyedia jasa akan klaim bahwa sesuatu telah
terjadi (atau gagal terjadi), yang menyebabkan tambahan biaya atau
penambahan waktu di luar yang tersebut dalam kontrak, atau yang
dapat secara wajar di harapkan pada waktu penawaran atau penanda
tanganan kontrak (Gilbreath, 1992):
3.4. Unsur-Unsur Klaim Konstruksi.
Klaim-klaim konstruksi yang biasa muncul dan paling sering terjadi
adalah mengenai waktu dan biaya sebagai akibat perubahan pekerjaan.
Bila pekerjaan di ubah ketakanlah volume pekerjaan bertambah atau
sifat dan jenisnya berubah maka tidak terlalu sulit untuk menghitung
berapa tambahan biaya yang di minta penyedia jasa beserta tambahan
waktu.
Namun terkadang penyedia jasa, di samping klaim yang di sebutkan tadi
juga klaim sebagai dampak terhadap pekerjaan yang tidak berubah.
Menghitung klaim biaya untuk hal ini tidaklah mudah.
Hal ini dapat di terangkan sebagai berikut : suatu pekerjaan yang tidak di
rubah terpaksa (karena alasan teknis pelaksanaannya) di tunda
pelaksanaannya karena ada pekerjaan lain yang berubah. Pekerjaan yang
tidak berubah tadi seharusnya di kerjakan pada musim kemarau. Oleh
karena terjadi penundaan maka pekerjaan ini terpaksa di laksanakan
dalam musin hujan yang mengakibatkan menurunnya produktivitas dan
perlu tambahan biaya untuk melindungi pekerjaan tersebut dari
pengaruh cuaca (hujan).
Belum lagi kemungkinan terjadi kenaikan upah buruh karena musim
hujan tambahan tenaga pengamanan, biaya administrasi dan overhead.
13 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
“UNSUR-UNSUR KLAIM KONSTRUKSI.
Jika suatu keadaan rangsangan klaim yang telah di terangkan
sebelumnya terjadi, penyedia jasa segera memberitahukan pengguna
jasa mengenai hal itu dan pengaruh dari masing-masing.
Bila pemberitahuan ini di lakukan dengan menekankan klaim,
kebanyakan para penyedia jasa meminta tambahan waktu dan/atau
konpensasi untuk (1) kenaikan biaya untuk melaksanakan perubahan
pekerjaan dan (2) “dampak biaya” pada pekerjaan yang tidak berubah.
Dalam banyak kasus di mana situasi klaim yang bonafide telah terjadi,
penyedia jasa telah menderita beberapa kenaikan biaya-biaya (dalam
arti waktu, biaya atau keduanya dalam masing-masing kategori).
Pengguna jasa boleh menerima atau menolak biaya-biaya langsung
untuk melaksanakan pekerjaan yang di rubah. Akan tetapi, dampak
biaya – biaya pada pekerjaan yang tidak di rubah – tidak mudah untuk
di tentukan atau di hitung biayanya. Mari kita bicarakan dulu biaya-
biaya untuk melaksanakan perubahan pekerjaan. Beberapa biaya yang
paling biasa terjadi adalah :
- kenaikan upah tenaga kerja/tambahan atau upah lebih tinggi
- tambahan material dan peralatan yang di perlukan
- tambahan pengawasan, administrasi dan overhead
- kenaikan waktu yang perlu untuk pelaksanaan
- membuka/mengerjakan kembali pekerjaan
- penurunan produktivitas atau efisiensi
- pengaruh cuaca
- catatan mengenai hambatan-hambatan dan kelambatan-kelambatan
- demobilisasi dan remobilisasi
- penanganan material yang berlebihan
- biaya-biaya lembur dan waktu kerja
- lembur yang berlebihan, yang mengarah pada penurunan
produktivitas
- salah penempatan peralatan
- kehilangan nilai ekonomi dari material
- penumpukan pada tempat kerja
- de-efisiensi dari jenis pekerjaan.
14 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Untuk dampak biaya-biaya, seluruh hal tersebut di atas dapat diklaim.
Bedanya adalah lebih sulit menetapkan dasar dari dampak dan
menghitung kenaikan biaya. Pertanyaan mengenai apakah dampak biaya
dapat dikurangi dengan mudah dapat dikatakan, tapi sulit dijawab:
Berapa kenaikan biaya untuk melaksanakan pekerjaan B dan C setelah
pekerjaan A dirubah. Untuk menjawab pertanyaan ini baik penyedia jasa
maupun pengguna jasa harus menetapkan apa yang seharusnya menjadi
biaya untuk pekerjaan B dan C dan A tidak berubah.
Hal ini membutuhkan analisis kualitatif yang lebih dan seringkali
merupakan masalah yang paling sulit sehubungan dengan dampak biaya.
Cara terbaik untuk melukiskan dampak biaya adalah melalui sebuah
contoh. Misalkan pengguna jasa karena satu dan lain hal memperlambat
pekerjaan penyedia jasa dan menyebabkan penundaan pekerjaan tersebut
yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dalam musim panas menjadi
musim dingin. Pekerjaan itu sendiri adalah sama, tetap, toh penyedia jasa
harus menanggung biaya sehubungan dengan pekerjaan musim dingin
yang seharusnya dilakukan pada musim panas.
Dampak-dampak biaya dapat termasuk hal-hal berikut:
- Biaya untuk melindungi pekerjaan terhadap cuaca dingin.
- Inefisiensi dalam produksi disebabkan karena para pekerja bekerja
dalam cuaca dingin, dengan perlindungan peralatan yang tidak
praktis, dipermukaan yang licin, dan selama waktu siang yang lebih
pendek.
- Biaya-biaya alat pemanas dan bahan bakar untuk melindungi orang
dan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti pemanasan untuk beton.
- Kenaikan biaya perawatan peralatan.
- Kerusakan material dan peralatan karena cuaca.
- Ketidakmampuan untuk menjaga angkatan kerja.
- Kehilangan waktu karena suhu yang ekstrim atau kondisi iklim.
- Kenaikan biaya pemondokan dan transpor.
- Kelambatan karena libur Natal.
15 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
- Perpanjangan premi asuransi atau pembayaran garansi.
- Kenaikan upah buruh, harga material, peralatan dan biaya
overhead karena inflasi dan eskalasi harga.
(Gilbreath, 1992)
3.5. Bentuk/Format Pengajuan Klaim.
Klaim konstruksi dapat beragam dalam bentuk dan isinya.
Walaupun klaim dan perubahan pekerjaan sasarannya sama yaitu meminta
kompensasi atas biaya dan waktu namun sesungguhnya berbeda sifatnya.
Kompensasi atas perubahan pekerjaan diajukan sebelum pekerjaan
tersebut dilaksanakan. Bila tidak/belum disetujui pekerjaan tersebut belum
dilaksanakan. Sedangkan klaim, diajukan pada saat pekerjaan sudah atau
sedang dikerjakan. Biasanya cara pengajuan klaim dimulai dengan
penyampaian fakta mengenai suatu pekerjaan yang ditanyakan,
diantaranya mengenai lokasi pekerjaan, dan analisis biaya.
Kemudian dilengkapi dengan keterangan yang mendukung klaim tersebut
dan disusun berurutan biasanya berdasarkan surat-menyurat antara
pengguna jasa dan penyedia jasa.
“STRUKTUR KLAIM PENYEDIA JASA”.
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, klaim-klaim penyedia jasa dapat
bervariasi dalam bentuk dan isinya. Akan tetapi jenis klaim biasanya
mengikuti struktur sebagai berikut :
1. Keterangan mengenai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat kontrak
seperti lingkup pekerjaan, struktur pembiayaan yang meliputi bagian
pekerjaan yang ditanyakan.
16 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
2. Keterangan mengenai fakta peristiwa yang telah terjadi (atau tidak
terjadi) biasanya disajikan secara kronologis dan merupakan surat-
menyurat, perintah-perintah perubahan, rapat-rapat, dan sebagainya.
3. Akibat dari keadaan rangsangan klaim, biasanya disajikan sebagai
cerita mengenai kenaikan/tambahan usaha yang diperlukan penyedia
jasa.
4. Analisa biaya, yang mungkin termasuk rincian daftar kenaikan biaya
yang disebabkan perubahan atau suatu perbandingan antara biaya
sesungguhnya dan biaya yang diperkirakan – perbedaan antara
keduanya menunjukkan jumlah klaim.
Perlu diingat bahwa klaim berbeda dengan perhitungan penyedia jasa
akibat pemberitahuan perubahan pekerjaan. Dalam arti yang sangat kaku
mungkin sama, dengan pertimbangan bahwa dalam kedua hal tersebut
penyedia jasa menyajikan informasi mengenai tambahan biaya kepada
pengguna jasa. Akan tetapi, pengajuan biaya terjadi sebelum pekerjaan
dilaksanakan, dan sebuah klaim biasanya diajukan setelah atau selama
pelaksanaan pekerjaan bersangkutan.
Begitu kenaikan kompensasi atau tambahan waktu disetujui maka klaim
harus berubah menjadi perubahan pekerjaan.
(Gilbreath, 1992)
“Prosedur Klaim”
Penyedia jasa harus menyiapkan klaimnya secara tertulis untuk
kompensasi tambahan bagi perubahan yang harganya tidak ditetapkan
dalam rincian yang mencukupi untuk mengajukan secara jelas fakta-fakta
yang diperlukan untuk menunjukkan biaya dan posisinya dimana dia
berhak mendapatkan kenaikan harga kontrak karena perubahan
pekerjaan. Tak ada format tertentu yang diperlukan untuk pengajuan
17 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
klaim. Akan tetapi klaim tersebut haruslah ditata/diatur secara logis dan
berisi fakta pernyataan klaim dalam sebanyak mungkin rincian yang
diperlukan untuk menyajikan pandangan penyedia jasa, juga harus berisi
atau merujuk pada dokumen-dokumen pokok dan pasal-pasal kontrak,
laporan-laporan dari saksi ahli dan foto-foto dan juga harus berisi dasar
hukum dan kontrak dari klaim tersebut untuk menunjukkan bahwa
penyedia jasa berhak mendapatkan kenaikan nilai kontrak.
Banyak penyedia jasa dan sub-penyedia jasa mengatakan keprihatinannya
pada pemberitahuan tentang klaim mengakibatkan hubungan jelek dengan
pengguna jasa. Sesungguhnya klaim tak perlu menyebabkan perselisihan
jika ditangani dengan benar dan taktis dan jika pihak lain dapat dibuat
mengerti bahwa pemberitahuan tersebut diperlukan sesuai kontrak.
Sebagai tambahan untuk memperkuat klaim mengenai kompensasi
tambahan penyedia jasa atau sub penyedia jasa harus mengajukan klaim
tambahan waktu yang diperlukan untuk perubahan pekerjaan dalam batas
penyelesaian tersebut dalam kontrak. Jika penyedia jasa atau sub-
penyedia jasa melampaui batas ini, kemungkinan dia akan dikenakan
ganti rugi kelambatan. Penyedia jasa atau sub penyedia jasa mudah
dikenakan ganti rugi kelambatan karena uangnya dapat dipotong dari
pembayaran termijn atau uang retensi.
Kebanyakan penyedia jasa dan sub-penyedia jasa diminta berdasarkan
kontrak untuk mengajukan klaim perpanjangan waktu jika proyek
terlambat karena suatu sebab untuk menghindari ganti rugi kelambatan.
Sebagai contoh, jika pengguna jasa secara lisan memberitahukan kerja
tambah kepada penyedia jasa yang akan menyebabkan penyelesaian
pekerjaan terlambat, penyedia jasa harus mengajukan klaim
perpanjangan waktu dalam batas waktu tertentu setelah menerima
perintah.
Penyedia jasa dapat melindungi dirinya mengenai hal ini dengan
mengirim satu surat kepada pengguna jasa yang berisi dua pernyataan :
18 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
1. Penyedia jasa telah diperintahkan untuk melaksanakan pekerjaan
tambah (jelaskan disini pekerjaan apa) yang menyebabkan dia
menanggung biaya tambahan. Klaim untuk tambahan biaya akan
diajukan kemudian (atau diajukan sekarang bila dketahui).
2. Pekerjaan tambah tersebut akan memperlambat penyelesaian
pekerjaan, dan penyedia jasa mengajukan klaim perpanjangan waktu
untuk melaksanakna pekerjaan tambah.
Jadi, bila proyek terlambat, diperlukan 2 macam klaim - perpanjangan
waktu dan tambahan biaya. Kesalahan yang biasa terjadi dari penyedia
jasa yang melaksanakan pekerjaan tambah hanya mengajukan klaim
tambahan biaya dan melalaikan klaim perpanjangan waktu.
Jika perubahan pekerjaan menyebabkan penyedia jasa terlambat dan dia
lupa minta perpanjangan waktu maka dia terpaksa mempercepat
pekerjaan dengan biayanya sendiri untuk menghindari ganti rugi atas
keterlambatan.
Para penyedia jasa pemerintah harus mematuhi dengan sejujur-jujurnya
ketentuan-ketentuan perundingan yang diatur dalam Armed Services
Procurement Act bila mereka mengajukan klaim-klaim. Menurut
peraturan ini, penyedia jasa harus mengajukan biaya atau data harga,
menyatakan bahwa data tersebut akurat/benar, lengkap dan up to date
(mutakhir) dan setuju untuk penyesuaian bila data yang disampaikan
tidak akurat.
Beberapa instansi pemerintah memiliki format rinci untuk menghimpun
keterangan-keterangan klaim yang diperlukan dalam perudingan.
Pengajuan perubahan-perubahan sesuai waktu dapat mencegah kelebihan
biaya, kelambatan dan sakit hati pada proyek.
Untuk menghindari perubahan-perubahan yang terlambat dalam
perencanaan konstruksi, para pengguna jasa dapat tertolong dengan
secara terus menerus meninjau kembali perencanaan dan spesifikasi.
19 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Perencana dan penyedia jasa dapat juga secara terus menerus meninjau
pekerjaan sebelum dilaksanakan untuk mengurangi sengketa dan
perubahan-perubahan pada saat-saat terakhir.
Makin cepat perubahan dilakukan, makin berkurang biaya.
(Stokes, 1977)
Sebagai suatu ilustrasi, dalam pelatihan ini disajikan cara perusahaan
Perancis yang memenangkan tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) yang telah disinggung sebelumnya.
Salah satu klaim perusahaan tersebut, menyangkut pekerjaan pemboran
untuk membuat terowongan pengelak yang panjangnya beberapa ribu
meter. Pada waktu tender, rupanya perusahaan ini telah mengetahui jenis
batuan di lokasi yang akan dibuat terowongan tersebut jauh lebih keras
dari yang tersebut dalam dokumen tender. Hal ini tidak ditanyakan dalam
rapat sebelum pemasukan penawaran (prebid meeting) karena perusahaan
tersebut melihat hal ini suatu peluang besar untuk mengajukan klaim.
Oleh karena itu dia mengajukan penawaran yang harganya di bawah
penawaran lain sehingga dia memenangkan tender tersebut.
Pada waktu melaksanakan pekerjaan terowongan tersebut terbukti dugaan
perusahaan tersebut tidak salah. Mata bor yang dipakai ternyata tidak
mampu menembus batu-batuan dan patah. Pekerjaan segera dihentikan,
mata bor yang patah dan contoh batu-batuan setelah difoto, dikirim
kelaboratorium independen di Perancis. Hasil Laboratorium menyebutkan
dengan pasti kekerasan batuan tersebut menurut Skala Mohs yang ternyata
lebih keras dari kekerasan batu yang tercantum dalam dokumen tender.
Hal inilah yang ditunggu perusahaan tersebut. Selain itu laporan
laboratorium juga merekomendasikan agar dipakai mesin bor khusus
dengan menggunakan mata bor dengan memakai intan. Hasil penelitian
sebab-sebab mata bor itu patah juga membuktikan bahwa jenis mata bor
tersebut patah karena dipakai untuk jenis batuan yang lebih keras.
20 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas perusahaan itu menyusun klaim
tambahan waktu dan tambahan biaya sebagai berikut :
1. Klaim perpanjangan waktu
a) Waktu demobilisasi mesin bor yang lama
b) Waktu mobilisasi mesin bor yang baru (didatangkan dari Brasilia)
c) Tambahan waktu untuk pekerjaan lain akibat tertundanya
pekerjaan terowongan.
2. Klaim biaya
a) Biaya mobilisasi mesin bor yang baru
b) Tambahan biaya untuk pengeboran batuan yang lebih keras
c) Biaya tambahan untuk ahli mesin bor yang baru
d) Tambahan biaya overhead karena waktu pelaksanaan bertambah
e) Sewa tambahan untuk sewa peralatan yang idle karena menunggu
mesin bor yang baru
Oleh karena klaim-klaim tersebut didukung data yang akurat, hampir
seluruhnya diterima dan dibayar oleh pengguna jasa.
Ditambah dengan klaim-klaim lain maka seluruh klaim (menurut
keterangan) sudah hampir sama dengan nilai kontrak asli
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa klaim yang berdasarkan data
yang akurat (bukan karangan atau mengada-ada) seharusnya diterima.
Terlihat pula disini bahwa sesungguhnya pengguna jasa ikut memberikan
sumbangan pada klaim ini yaitu kekurang telitian menyampaikan data
lapangan sewaktu tender dan ini memang hal yang sering terjadi.
Berdasarkan hal tersebut diatas perusahaan tersebut dijuluki “Claim
Artist”.
21 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
3.6. Analisis Klaim.
Bila suatu klaim muncul, misalkan dari penyedia jasa kepada pengguna
jasa (ini yang sering terjadi) maka klaim tersebut harus dianalisis dengan
cermat.
Pertama-tama pengguna jasa harus meneliti apakah klaim tersebut
berdasarkan fakta yang dapat dibuktikan. Kemudian dianalisis dasar
hukumnya seperti kesesuaian dengan kontrak atau peraturan perundang-
undangan dan akhirnya tentu saja meng-analisis biaya yang diminta.
Membuktikan apakah klaim tersebut berdasarkan fakta serta sesuai
kontrak tidaklah terlalu sukar karena rujukannya jelas.
Akan tetapi analisis biaya tidaklah mudah dan dapat bervariasi sesuai
kecerdikan penyedia jasa seperti memasukkan tambahan biaya untuk
pekerjaan yang sesungguhnya tidak berubah tapi terpengaruh
pelaksanaannya karena ada pekerjaan yang berubah. Kemudian penyedia
jasa juga klaim biaya sewa alat yang menganggur/idle, biaya overhead,
tambahan biaya uang karena ada perpanjangan waktu dan lain sebagainya.
“Analisis klaim-klaim.
Untuk mempertimbangkan manfaat-manfaat dari klaim dan menentukan
tambahan kompensasi apa yang diizinkan (bilamana ada), pengguna jasa
harus menganalisis secara seksama klaim tersebut dalam 3 tahapan yaitu:
(1) analisis secara faktual (apa sesungguhnya yang terjadi)
(2) analisis secara hukum atau berdasarkan kontrak (apakah benar
penyedia jasa berhak mengajukan klaim)
(3) analisis biaya (berupa biaya tambahan uang atau waktu harus
diberikan kepada penyedia jasa).
Analisis klaim secara faktual dan hukum lebih mudah jika anda
mempunyai bentuk pengawasan yang cocok, rincian data, pengawasan
22 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
perubahan yang tersusun, penetapan kemajuan pekerjaan dan
pembayaran yang obyektif dan sebagainya.
Akan tetapi, sungguh mengejutkan berapa luas analisa biaya dapat
bervariasi dari keadaan fakta dan hukum yang sama.
Inilah daerah pembelaan klaim – analisa biaya – yang mengandung
resiko tertinggi dan menuntut perhatian terbesar dari pengguna jasa.
Ada dua metoda yang nyata untuk menghitung biaya-biaya klaim :
1. metoda biaya total
2. metoda kenaikan biaya.
Dengan metoda biaya total, penyedia jasa secara sederhana
membandingkan biaya sebenarnya dari pelaksanaan suatu pekerjaan atau
bagian pekerjaan dengan biaya yang diharapkan (atau biaya pada waktu
penawaran atau harga kontrak). Perkiraan atau asumsinya adalah bahwa
semua kenaikan biaya yang diderita penyedia jasa merupakan klaim.
Tidak perlu disebut, kebanyakan pengguna jasa menanggapi secara
negatif pendekatan metoda biaya total ini. Masalah utama adalah
penyedia jasa harus membuktikan bahwa pekerjaan yang di rubah di
laksanakan seefisien mungkin. Ini sukar dilaksanakan.
Walaupun pendekatan ini dapat menyakinkan “batas atas” dari biaya
klaim yang diperlukan, hal ini biasanya tidak berdaya guna dalam
mencari penyelesaian.
Metoda kenaikan biaya lebih dianjurkan dibandingkan dengan metode
biaya total karena beberapa alasan. Pertama-tama, metode ini mensahkan
kenaikan-kenaikan biaya yang timbul dari kondisi-kondisi lain dari yang
terhutang pada fakta-fakta klaim (in-efisiensi penyedia jasa, nasib buruh,
faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan klaim itu sendiri).
Kedua, pendekatan ini memungkinkan biaya-biaya diperkirakan untuk
unsur-unsur pekerjaan yang berlainan dibawah penetapan parameter
biaya yang adil.
23 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Seringkali dengan filosofi biaya total, suatu unsur kenaikan biaya yang
tidak pada tempatnya, bila dimasukkan kedalam klaim, mengaburkan atau
menodai unsur-unsur yang bermanfaat, sehingga mengurangi efektifitas
klaim. Selain itu metode kenaikan biaya menitik beratkan pada penyebab
dan pengaruh dalam satu nada. Dengan metode kenaikan biaya, para
penyedia jasa mengaitkan setiap tambahan biaya dengan setiap fakta
penyebab, misalnya : Pengarahan anda adalah pemadatan tanah
dilakukan dengan alat pemadat tangan yang seharusnya menggunakan
mesin giling menyebabkan kami menanggung kenaikan biaya.
Yang paling penting, metode kenaikan biaya memungkinkan peningkatan
pemecahan dengan mudah, unsur-unsur pemecahan dapat dipisahkan dan
ditangani dengan cepat, sementara lebih banyak sengketa tertunda.
(Gilbreath, 1992)
3.7. Jenis-Jenis Klaim.
Di antara beberapa jenis klaim, akan ditinjau 2 (dua) jenis klaim yang
paling sering terjadi yaitu klaim yang timbul akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan. Klaim jenis ini biasanya mengenai permintaan
tambahan biaya dan tambahan waktu.
Selain itu terdapat pula jenis klaim lain sebagai akibat kelambatan tadi
yaitu klaim atas biaya tak langsung (overhead). Penyedia jasa yang
terlambat menyelesaikan suatu pekerjaan karena sebab-sebab dari
pengguna jasa, meminta penggantian tambahan biaya overhead dengan
alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.
Walaupun klaim kelambatan kelihatannya sederhana saja, namun dalam
kenyataannya tidak demikian. Misalnya penyedia jasa hanya diberikan
tambahan waktu pelaksanaan tanpa tambahan biaya karena alasan-alasan
tertentu.
Di lain kejadian penyedia jasa selain mendapat tambahan waktu
mendapatkan pula konpensi lain.
24 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Kemungkinan lain, penyedia jasa tidak mendapatkan seluruh klaim
kelambatan yang diminta karena tidak seluruh kelambatan tersebut
kesalahan pengguna jasa. Penyedia jasa juga mempunyai andil dalam
kelambatan tersebut yang terjadi secara tumpang tindih.
“Klaim-klaim kelambatan.
Salah satu jenis klaim yang paling sering terjadi adalah pengguna jasa,
penyedia jasa lain atas kondisi-kondisi lapangan menyebabkan penyedia
jasa terlambat. Dalam banyak kasus klaim tersebut berupa tambahan
waktu dan biaya.
Kebanyakan Pengadilan menjumpai tiga macam klaim yang jelas, dan
cara penyelesaian tergantung pada macam yang terkait.
Ketiga macam klaim tersebut adalah :
1. Kelambatan yang dapat diterima (execusable delay).
Untuk hal ini, penyedia jasa hanya diberikan perpanjangan waktu,
tapi tidak tambahan biaya atau pembebasan lainnya.
2. Kelambatan-kelambatan dengan konpensasi (ganti kerugian).
Disini penyedia jasa tidak saja diberikan perpanjangan waktu (jika
hal itu dapat ditunjukkan bahwa perpanjangan waktu tersebut perlu)
tapi juga tambahan ganti rugi/konpensasi.
3. Kelambatan-kelambatan yang berbenturan.
Disini maksudnya adalah kelambatan tersebut sebagian karena
kesalahan pengguna jasa dan sebagian lagi karena kesalahan
penyedia jasa dan periode kelambatannya tumpang tindih atau
berbenturan. Sebagai contoh : pengguna jasa mungkin terlambat
menyerahkan peralatan kepada penyedia jasa untuk dipasang atau
terlambat mendapatkan izin bangunan (IMB) atau otorisasi daerah
sehingga penyedia jasa tidak dapat mulai kerja. Misalkan kelambatan
ini menunda mulainya pekerjaan dari 1 Januari sampai 1 Juli (6 bulan
25 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
keterlambatan pengguna jasa). Disamping itu penyedia jasa tidak
dapat menyelesaikan gambar-gambar kerja atau jaminan pelaksanaan
(atau beberapa kewajiban lain) dalam periode 1 April sampai dengan
1 Juli (3 bulan keterlambatan penyedia jasa). Dengan kata lain,
penyedia jasa terlambat 3 bulan karena masalah mereka sendiri,
terlepas apakah pengguna jasa terlambat atau tidak. Masa dari 1
April sampai 1 Juli adalah masa tumpang tindih – berbenturan. Jika
semua dapat dibuktikan, penyedia jasa hanya diberikan perpanjangan
waktu selama 3 bulan yaitu periode Januari – April – 3 bulan
kelambatan semata-mata masalah pengguna jasa. Bila kedua pihak
bersalah, kelambatan diistilahkan sebagai berbenturan, dan tidak ada
satu pihak pun mendapat pembebasan. Kelambatan-kelambatan yang
tumpang tindih ini sungguh menjadi rumit bila kelambatan dari satu
penyedia jasa menyebabkan kelambatan penyedia jasa lain, sub
penyedia jasa dan seterusnya. Menguraikannya adalah suatu
tantangan besar dan biasanya memerlukan analisis dari ahli secara
sungguh-sungguh seperti menyusun program jadual cpm dan
sebagainya. Klaim-klaim kelambatan hampir selalu mengarah pada
permintaan waktu dan uang. Beberapa unsur biaya yang biasa yang
meningkat sebagai akibat dari waktu (biaya-biaya waktu peka)
adalah:
1. bunga bank (interst)
2. asuransi
3. overhead kantor pusat
4. biaya umum
5. penyewaan
6. pemeliharaan alat
7. pemasokan materal
8. dukungan teknik
9. administrasi kontrak
10. mutu program administrasi
26 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
11. pengamanan
12. pengawasan
13. perpanjangan atau kehilangan masa jaminan
14. ganti rugi
15. penyimpanan dan perlindungan material.
Berhutang kepada semua hal tersebut diatas dan lebih lagi mudah
dilihat mengapa kelambatan yang diizinkan sangat jarang – jika
waktu diberikan, uang biasanya diberikan juga (klaim ganti rugi).
Penggunaan paling biasa dari keterlambatan yang diizinkan adalah
bila diberikan dimuka – pengguna jasa dan penyedia jasa setuju
mengenai penundaan untuk kebaikan salah satu pihak atau keduanya.
(Gilbreath, 1992)
“Biaya-biaya umum dalam klaim.
Dapatkah penyedia jasa menagih biaya-biaya umum kepada pengguna
jasa, hanya karena kelambatan ?.
Dengan kata lain, jika pengguna jasa memperlambat penyedia jasa
selama dua bulan, dan disamping biaya-biaya langsung dan terkait
seperti tersebut diatas penyedia jasa managih overhead kantor pusat –
apakah harus dibayar ?. Kebanyakan orang menolak dugaan ini
segera, tetapi hal ini mempunyai manfaat – dan telah dibenarkan
dalam kasus per kasus.
Apa yang menyebabkan biaya overhead naik ?. Sebagai contoh
pertimbangkan gaji seorang direktur utama penyedia jasa,
pengeluaran-pengeluaran perusahaan staf perusahaan, tagihan-
tagihan umum pada kantor pusat, pengeluaran gedung, pajak real
estate, biaya iklan dan seterusnya. Biaya-biaya ini tidak khusus
dibebankan pada salah satu kontrak, tapi diperhitungkan dengan
menyebarkannya kepada semua kontrak dan termasuk secara tidak
langsung dalam harga penawaran penyedia jasa.
27 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Jika kontrak yang terlambat dari satu tahun menjadi dua tahun
pelaksanaan, biaya-biaya ini berjalan terus tidak pandang apakah ia
proporsional terhadap jumlah pekerjaan sesungguhnya ada atau
tagihan yang terjadi.
Pengadilan telah mengizinkan biaya overhead dalam situasi
kelambatan. Rationya beraneka, tetapi biasanya berkisar :
1. dokumen kontrak (apa yang disebutkan tentang unsur biaya ini)
2. apakah biaya-biaya klaim ini diizinkan (apakah sudah
dimasukkan dalam biaya kontrak lain)
3. unsur-unsur apa saja yang dimasukkan (keanggotaan golf
direktur utama).
4. Bagaimana biaya-biaya perusahaan ini dialokasikan keseluruh
kontrak.
Isu final ini menjadi prinsip pembukuan yang hanya diketahui beberapa
orang saja sehubungan dengan pengumpulan biaya, metoda
pengalokasian beban yang dipakai dan disebar.
Mencukupi untuk menyatakan bahwa biaya-biaya kelambatan sering lebih
tinggi dari yang disadari pengguna jasa dan harus dipertimbangkan
dengan sangat hati-hati sebelum kelambatan dibuktikan atau diizinkan
terjadi.
Sebuah butir penting lain muncul disini. Tidak ada maaf untuk
kekurangan pelatihan atau kesadaran pada isu ini – untuk klaim-klaim
yang tidak peka.
Jika anda terlibat dalam konstruksi, dalam hal apa saja, anda harus tahu
bagaimana keputusan anda mengenai kepekaan waktu dan biaya dan
harus siap untuk menikmati atau menanggung konsekwensi sebelum hal
tersebut diambil.
Hal ini berarti bahwa semua orang harus mengetahui dasar-dasar
pengajuan dan pembelaan klaim, macam-macam biaya yang dapat
28 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
terlibat dan pengelolaan kontrak yang kritis. Bahwa sistim biaya dan
jadual adalah penting bukan saja untuk pengawasan kontrak tapi juga
untuk perlindungan klaim.
Hal yang sama juga benar untuk dokumentasi, pelaporan kontrak, catatan
pembukuan yang sangat teliti. Klaim yang berkembang menjadi tuntutan
hukum sering terjadi beberapa tahun-tahun sesudah semua orang yang
bertanggung jawab telah pindah atau melupakan apa yang terjadi.
Hal itu mengenai seseorang dari mereka untuk membuat anda seorang
yang percaya pada sistim pengelolaan kontrak dan pengawasan kontrak.
(Gilbreath, 1992)
4. Perkembangan Kejadian Suatu Klaim.
Dalam paragrap ini akan diuraikan bagaimana proses klaim yang terjadi sebagai
akibat perubahan yang diperintahkan atau diminta.
Hal ini dijelaskan oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya : “MANAGING
CONSTRUCTION CONTRACTS” halaman 213 secara grafis sebagaimana tertera
dalam halaman 33.
Penjelasan dari diagram tersebut adalah sebagai berikut :
4.1. Perubahan Pekerjaan.
Klaim berawal dari terjadinya suatu perubahan pekerjaan.
Perubahan pekerjaan ini terdiri dari 2 (dua) kemungkinan :
Diketahui sebelumnya
Tidak diketahui sebelumnya.
4.2. Pemberitahuan.
Bila perubahan pekerjaan diketahui sebelumnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pemberitahuan kepada pengguna jasa.
29 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
4.3. Permintaan Perubahan.
Bila perubahan pekerjaan tidak diketahui sebelumnya maka perubahan
pekerjaan tersebut dinamakan perubahan tidak resmi.
Untuk ini penyedia jasa mengajukan permintaan perubahan kepada pengguna
jasa.
4.4. Penerbitan Perintah Perubahan.
Apabila pemberitahuan dan atau permintaan perubahan disetujui maka
pengguna jasa wajib menerbitkan perintah perubahan pekerjaan.
4.5. Klaim.
Apabila pemberitahuan dan atau permintaan perubahan tidak disetujui pengguna
jasa maka penyedia jasa mengajukan klaim.
Bila klaim disetujui diterbitkan perintah perubahan pekerjaan.
4.6. Arbitrase/Pengadilan.
Apabila klaim tidak disetujui, penyedia jasa dapat mengajukan penyelesaian
sengketa lewat arbitrase atau pengadilan (sesuai kesepakatan dalam kontrak).
4.7. Amandemen Kontrak.
Setelah terbit perintah perubahan harus diikuti dengan penerbitan amandemen
kontrak.
30 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
PERKEMBANGAN KEJADIAN SUATU KLAIM.
31 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
5. PROSEDUR PENANGANAN KLAIM.
5.1.Administrasi Kontrak.
Dalam menangani klaim, administrasi kontrak memegang peranan yang sangat
penting, bahkan dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya penyelesaian suatu
klaim sangat tergantung dari kerapihan dan kecermatan memelihara dan
mengelola Administrasi kontrak sejak saat kontrak ditanda tangani.
Kelalaian, kecerobohan serta kurang terpeliharanya arsip-arsip dan data-data
kontrak lainnya termasuk surat menyurat antara pengguna jasa dan penyedia jasa
akan sangat melemahkan perjuangan dalam penanganan masalah klaim. Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa sasaran pertama dari pengelolaan kontrak
adalah menghilangkan atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya
suatu klaim.
5.2.Manajer Kontrak/Administrator Kontrak.
Seperti proses dalam perubahan pekerjaan, manajer kontrak/administrator
kontrak biasanya bertugas menangani klaim, mulai sejak klaim muncul sampai
dengan penyelesaiannya.
Tentu saja dengan otoritas dari pengguna jasa/penyedia jasa jika suatu klaim
terjadi, manajer kontrak/administrator kontrak melakukan hal-hal berikut :
a. Harus yakin hal tersebut secara manajerial benar
b. Menganalisis klaim dengan teliti
c. Mencatat dan mengarsipkan dengan cermat
d. Menyelesaikannya sesegera mungkin.
Semua diskusi, surat-menyurat dokumen-dokumen pendukung dan sebangsanya
yang berhubungan dengan klaim harus diperoleh dan dihimpun untuk dievaluasi
apakah klaim tersebut dapat diterima atau ditolak.
32 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
5.3.Evaluasi.
Manajer kontrak/administrator kontrak kemudian memimpin suatu usaha
penelitian secara mendetail termasuk didalamnya :
a. Mewawancarai orang-orang yang bersangkutan dari pihak pengguna jasa.
b. Mempelajari dokumen kontrak, arsip proyek, laporan-laporan yang mungkin
diperlukan untuk menganalisis klaim.
5.4.Bahan-Bahan Evaluasi.
Untuk melaksanakan evaluasi dengan baik diperlukan dokumen-dokumen yang
mencakup hal-hal berikut :
a. Dokumen kontrak
b. Perubahan-perubahan pekerjaan
c. Ringkasan pekerjaan tambah/kurang yang telah disetujui.
d. Risalah rapat
e. Korespondensi dengan penyedia jasa
f. Jadual pelaksanaan
g. Photo-photo dokumentasi proyek
h. Laporan harian dan sebagainya.
5.5.Analisis.
Apabila seluruh arsip-arsip klaim sudah lengkap maka manajer
kontrak/administrator kontrak meminta bantuan orang-orang proyek lainnya
untuk menganalisis dan menyiapkan tanggapan atas klaim tersebut.
5.6.Perintah Perubahan.
Sekali klaim tersebut telah diselesaikan maka perintah perubahan pekerjaan
harus diterbitkan. Dalam hal ini semua perubahan terhadap kontrak harus
diawasi dan didokumentasikan dengan baik.
33 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
5.7.Penyelesaian Klaim.
Apabila cara penanganan klaim seperti diatas tidak mencapai persetujuan, maka
dapat ditempuh melalui pengadilan atau arbitrasi.
Catatan :
Seluruh prosedur tersebut diatas yaitu butir 5.1 hingga butir 5.7 dapat pula
dilakukan oleh penyedia jasa apabila inisiatip klaim datang dari pihak penyedia
jasa.
Seperti proses perubahan pekerjaan, manajer kontrak biasanya bertugas
menangani klaim sejak permohonan sampai penyelesaian.
Dan seperti beberapa proses lain yang diuraikan disini, dia bertindak lebih
sebagai koordinator daripada sebagai kuasa pengguna jasa.
Sasaran pertama dari pengelolaan kontrak adalah menghilangkan atau
mengurangi timbulnya kondisi rangsangan klaim dan klaim itu sendiri. Akan
tetapi bila sebuah klaim disajikan, administrator kontrak harus meyakini bahwa
hal tersebut memberikan pandangan pengelolaan yang tepat, dengan hati-hati
dianalisis dan didokumentasikan, dan secara wajar diperbaiki selekas mungkin.
Beberapa hal adalah seperti perusakan moral pegawai pengguna jasa dan
penyedia jasa sebagai hal yang pahit seperti klaim yang tidak terselesaikan.
Semua percakapan, korespondensi, dokumen pendukung dan sebangsanya,
mengenai klaim harus diperoleh dan dihimpun. Arsip terpisah harus dipelihara
untuk setiap klaim dan harus termasuk rekaman dari bagian kontrak yang
menyangkut klaim, hasil dari analisis faktual, hukum dan biaya dan dokumen-
dokumen lain yang mungkin dapat membantu penolakan atau penyelesaian klaim.
Setiap klaim yang diterima pengguna jasa harus diteruskan ke manajer kontrak.
Dia harus membuat arsip klaim dan mencatat klaim tersebut dalam suatu usulan
atau buku daftar klaim untuk maksud penelusuran.
Jika tambahan informasi diperlukan dari penyedia jasa, hal ini harus dicatat
dalam buku daftar klaim dan penyedia jasa diminta untuk menyediakannya.
34 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Kemudian manajer kontrak menyelenggarakan usaha penelitian rinci termasuk
diantara tugas-tugas lain, wawancara dengan personalia pengguna jasa yang
terkait, manajer kontrak, arsip proyek dan laporan-laporan dan himpunan
dokumentasi yang akan diperlukan untuk menganalisis klaim.
Dokumentasi termasuk kontrak itu sendiri, perubahan-perubahan pekerjaan,
ikhtisar pekerjaan tambah dan persetujuan-persetujuan, risalah-risalah rapat,
korespondensi dengan penyedia jasa, jadual yang dibuat penyedia jasa, foto-foto
proyek, aktivitas harian atau laporan kemajuan pekerjaan, catatan waktu,
perkiraan progres dan penagihan dan catatan telepon.
Sekali arsip klaim telah lengkap, manajer kontrak menyusun daftar bantuan dari
personal proyek dalam menganalisis klaim dan menyiapkan tanggapan kepada
penyedia jasa. Orang-orang yang dilibatkan termasuk manajer konstruksi,
insinyur-insinyur perencana, insinyur biaya, pembuat jadual proyek dan
sebagainya.
Usaha mereka seharusnya menyusun dan mengkoordinasikan tugas dari analisis
yang objektif dan tanggapan yang wajar.
Manajer kontrak tidak pernah harus menyetujui kenaikan biaya dengan penyedia
jasa atau pembebasan lain tanpa otoritas yang tepat dan dianjurkan bahwa
proyek manajer atau kepala perwakilan pengguna jasa memimpin semua
perundingan dengan penyedia jasa. Sekali lagi, peranan manajer kontrak adalah
penasehat mengenai otoritas kontrak pengguna jasa, tidak perlu sebagai
penyelenggara kontrak, walaupun hal ini diizinkan jika pengguna jasa
menginginkannya.
Sekali klaim telah terselesaikan, perubahan pekerjaan harus diterbitkan untuk
mendukung keputusan klaim.
Dalam hal ini semua perubahan kontrak apakah atas inisiatip pengguna jasa
(pembentukan dan mengakibatkan perubahan pekerjaan) atas dasar inisiatip
penyedia jasa (pengajuan klaim dan berakibat perubahan pekerjaan) diawasi dan
didokumentasikan dengan cara yang sama.
35 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Jika keputusan mengenai klaim tidak mungkin tanpa melibatkan manajemen
pengguna jasa yang lebih tinggi, manajer kontrak menyiapkan dan mengajukan
unsur-unsur klaim dan analisnya dan membantu proses sesuai kebutuhan.
Walaupun kecenderungan adalah kuat, manajer kontrak tidak harus secara
emosional terlibat dalam sengketa, tetapi ketimbang menerima tantangan
untuk menangani setiap klaim berdasarkan usahanya sendiri lebih lama,
melibatkan dan meng-koordinasikan usahanya dengan personel proyek yang
berkaitan, bertanggung jawab, menyusun dan merekomendasikan proses.
(Gilbreath, 1992)
6. CONTOH-CONTOH KASUS KLAIM YANG BAIK.
6.1 Kasus 1.
Pengguna jasa dari suatu komplek industri yang sedang dibangun, baru-baru ini
mengirimkan seorang insinyur mesin mengikuti seminar 3 hari mengenai teknik
pemeriksaan pengelasan. Ketika pulang, dengan penuh antusias mengenai
inspeksi radiografi untuk mengetahui cacat pengelasan, dia merubah spesifikasi
untuk proses penanaman pipa uap tepat setelah penyedia jasa melaksanakan
pekerjaan tersebut.
Karena pemeriksaan dilakukan oleh perusahaan lain yang disewa pengguna jasa
tidak ada perubahan pekerjaan. Setelah beberapa bulan bekerja, penyedia jasa
yang memasang pipa mengajukan klaim sebesar Rp.2.000.000.000,- sebagai
tambahan kompensasi karena inefisiensi dan campur tangan disebabkan kenaikan
proses pengawasan.
Singkatnya klaim tersebut sebagai berikut :
Spek asli hanya minta pemeriksaan pengelasan secara visual namun inspeksi
periodik dengan X-Ray menyebabkan pengelasan pipa terhenti pada saluran
terbuka karena tukang las takut kena radiasi.
Banyak pengelasan ditolak dan harus diulang dan jadual bertambah hingga
musim dingin yang mengakibatkan inefisiensi dalam pengelasan.
36 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Tambahan pengelasan karena ditolak membutuhkan tambahan empat tukang las.
Karena tukang las yang berkualitas sangat sulit di lokasi pekerjaan, perlu biaya
tambahan untuk mendatangkan dari luar, melatih atau mengganti tukang las
lainnya. (Gilbreath, 1992)
6.2 Kasus 2.
Sebuah kontrak unit price dimenangkan oleh penyedia jasa listrik untuk
pembangunan pusat listrik.
Gambar berubah mengenai saluran kabel bawah tanah dan rute/jalannya kabel
yang ditetapkan secara tiba-tiba ketika tarikan kabel dimulai dalam pabrik.
Perubahan berdampak pada penambahan panjang kabel yang ditanam hanya
sebanyak 10% dari perkiraan asli dan penyedia jasa dibayar berdasarkan unit
price untuk penambahan ini.
Akan tetapi penyedia jasa tetap mengajukan klaim sebagai kompensasi diatas
jumlah tersebut diatas untuk memperhitungkan :
- in-efisiensi dalam operasi. Jika kabel diukur, dipotong, ditarik dan
kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang karena revisi gambar perubahan
ukuran kabel dan rute.
- In-efisiensi dalam pembelian dan pemotongan kabel, karena penyedia
jasa tidak dapat merencanakan penggunaan kabel sampai kepada panjang
potongan kabel maksimum dari standar gulungan kabel yang dibeli.
- Demobilisasi, waktu tunggu, dan remobilisasi dan angkatan kerja dari
satu tempat ketempat lain dari pabrik karena perubahan gambar
kenyataan.
(Gilbreath, 1992)
6.3 Kasus 3.
Kontrak lump sum untuk memasang genarator turbin untuk pusat listrik nuklir
diberikan kepada Penyedia Jasa A – Mekanikal.
37 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Peralatan akan dipasok oleh kapal tongkang 2 minggu setelah Penyedia Jasa –A
melakukan mobilisasi lapangan. Cuaca yang membeku menyebabkan es
memblokir sungai yang bersebelahan dengan pusat listrik, dengan keterlambatan
2 bulan dalam penerimaan turbine generator milik pengguna jasa. Untuk
mengejar kehilangan waktu, proyek manajer memerintahkan Penyedia Jasa –B
untuk memulai instalasi sirkulasi pipa air dari bangunan turbine ke menara
pendingin.
Pada waktu generator turbine akhirnya tiba, Penyedia Jasa-A tidak dapat
memindahkan komponen-komponen berat dari dermaga tongkang ketujuan
penempatannya dibangunan turbin karena lubang galian pipa sedalam 7 meter
terisi sebagian pipa air sirkulasi yang menghalangi jalan masuk.
Penyedia Jasa -A mengajukan klaim sebagai tambahan kompensasi karena :
- Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bulan karena es dan tambahan 2
bulan untuk kelambatan lubang pipa.
- Gudang sementara untuk generator turbin di lapangan
- Percepatan kerja segera lubang pipa ditutup untuk mengatasi kehilangan
waktu
- Kehilangan keuntungan karena tidak dapat menggunakan tenaga kerja
dan peralatan untuk pekerjaan lain.
(Gilbreath, 1992)
38 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
TEKNIK DAN KIAT MEMANFAATKAN PELUANG KLAIM
1. PENGANTAR
Didunia Barat dimana industri jasa konstruksi sudah sangat maju, persaingan dalam
efisiensi untuk memenangkan tender sudah sedemikian ketatnya, sehingga orang
mulai mencari peluang lain dalam bersaing untuk memenangkan tender atau
memperoleh pekerjaan.
Peluang yang dimaksud adalah kejelian atau kepiawaian dalam melihat dan
memanfaatkan klaim, kemudian kecerdikan dan kemahiran dalam menyusun dan
menyajikan klaim tersebut sehingga dapat diterima dan disetujui.
Tidak semua orang/perusahaan dapat memanfaatkan peluang klaim ini karena perlu
menguasai teknik dan kiat tertentu. Untuk mencapai hal tersebut perlu dipelajari.
Pemanfaatan peluang klaim bukanlah suatu manipulasi, tipu muslihat atau hasil dari
suatu kolusi antara pengguna jasa dan penyedia jasa
Baik penyedia jasa maupun pengguna jasa sama-sama memiliki peluang klaim.
Peluang ini baru dapat dimanfaatkan jika administrasi proyek konstruksi dikelola
dengan baik, tertib dan akurat.
Tanpa melakukan hal ini maka peluang klaim tinggallah suatu peluang yang sia-sia
karena tidak dimanfaatkan
2. PAKAR KLAIM (CLAIM ARTIST)
Seperti telah disinggung dalam pelatihan sebelumnya di Perancis ada 2 perusahaan
yang konon diberi gelar “Claim Artist” atau pakar hukum klaim.
Sesungguhnya untuk menjadi pakar klaim dapat dipelajari dengan cara-cara sebagai
berikut:
39 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
2.1 Pelajari dengan teliti dan seksama seluruh dokumen tender baik yang
menyangkut masalah hukum, keuangan, perbankan, manajemen, maupun
teknis dan lain-lain.
2.2 Bilamana perlu (karena sifat proyek sangat kompleks) menyewa jasa konsultan
hukum konstruksi yang profesional
2.3 Pelihara administrasi kontrak sejak waktu tender sampai kontrak berakhir.
2.4 Lakukan apa yang lazim disebut “Bussines Intelligence”
3. PELUANG KLAIM PENYEDIA JASA
3.1 Daya dukung tanah
Segera setelah penyedia jasa yang bertekad mencari peluang klaim menebus
dokumen tender proyek pembangunan sebuah superblock, dia segera
membentuk tim khusus untuk mempelajari dokumen tersebut dari segala segi
(teknik, hukum, manajemen, keuangan, dsb)
Oleh karena pekerjaan cukup kompleks dan menggunakan teknologi tinggi, dia
menyewa konsultan hukum yang bukan saja terkenal reputasinya dalam bidang
hukum, tapi juga sangat profesional dan berpengalaman dibidang teknik.
Setelah dokumen kontrak diteliti ternyata jumlah tiang pancang beton yang akan
dipancang berjumlah 800 buah dengan panjang masing-masing 15.00 m.
Penyedia jasa tersebut mengetahui bahwa panjang tiang pancang yang
direncanakan tersebut, kurang panjang karena dia sudah tahu persis, tanah keras
didaerah tersebut terdapat pada kedalaman yang cukup dalam karena dia sudah
berpengalaman bekerja didaerah tersebut dan telah melakukan penyelidikan
tanah.
Setelah dilakukan beberapa kali pemancangan percobaan (test pile) dibeberapa
titik yang berbeda ternyata tiang pancang belum mencapai lapisan tanah keras
(kalendering tidak tercapai).
40 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Apabila hal ini diteruskan maka dapat di pastikan bangunan superblock tersebut
akan mengalami penurunan (settlement).
Oleh karena itu pemancangan distop dan mohon izin kepada pengguna jasa
untuk melakukan penyelidikan tanah ulang. Hasil penyelidikan tanah
menunjukkan bahwa lapisan tanah keras berada pada kedalaman 18.00 m dan
merekomendasikan tiang pancang yang panjangnya 5,00 m lebih panjang dari
tiang pancang yang direncanakan semula.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah ulang ini, pengguna jasa menyetujui
pekerjaan tambah untuk tambahan panjang tiang pancang beton dari semula
15.00 m menjadi 20.00 m dan biaya tambahan untuk upah pemancangan dari
semula 15.00 m menjadi 20.000 m.
Namun demikian penyedia jasa mengajukan klaim berupa :
a. demobilisasi alat pancang lama (kapasitasnya tidak cukup untuk
memancang tiang pancang 20 m)
b. remobilisasi alat pancang baru (kapasitas lebih besar)
c. ganti rugi sewa alat pancang lama
d. tambahan sewa alat pancang baru
e. ganti rugi peralatan lain yang idle menunggu penyelidikan tanah ulang
f. biaya overhead lapangan
3.2 Kekerasan Batuan Setempat
Suatu mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) membutuhkan suatu
terowongan pengelak. Sebuah perusahaan Perancis yang ahli klaim,
memenangkan tender proyek ini dengan harga sangat rendah
Oleh karena sudah mempunyai pengalaman dilokasi yang berdekatan, peserta
tender tersebut mengetahui bahwa kekerasan batuan yang tercantum dalam
dokumen tender, lebih lunak dari kekerasan batuan yang sesungguhnya. Untuk
meyakini dirinya dia mohon izin meyelidiki kekerasan batuan dilokasi proyek
tersebut atas biaya sendiri. Ternyata dugaannya tepat karena hasil penelitian
41 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
kekerasan batuan menyebutkan batuan dilokasi tersebut lebih keras dari yang
tercantum dalam dokumen tender.
Informasi ini dia simpan untuk dirinya sendiri sehingga dia memenangkan
tender dengan cara menekan harga penawaran.
Dia yakin nantinya akan mendapat perintah perubahan pekerjaan pengeboran
yang cukup besar setelah memenangkan tender tanpa ada pesaing dari penyedia
jasa lain. Mulai dari membongkar mesin bor yang lama (yang kapasitasnya
tidak mampu untuk mem-bor batuan yang lebih keras), mendatangkan dan
menyetel mesin bor jenis lain yang lebih besar dan lebih kuat dari tempat yang
jauh diluar Negeri.
Selain biaya untuk mengganti mesin bor yang harus didatangkan dari tempat
lain, penyedia jasa tadi juga mengajukan biaya-biaya lain untuk pekerjaan yang
tertunda atau terhalang termasuk sewa alat, biaya lain, dan lain-lain.
Secara garis besar klaim yang diajukan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Klaim perpanjangan waktu:
a. Waktu demobilisasi mesin bor lama
b. Waktu remobilisasi mesin bor baru
c. Waktu pekerjaan lain yang tertunda
3.2.2 Klaim biaya:
a. remobilisasi mesin bor baru
b. ahli mesin bor baru
c. sewa peralatan yang idle
d. tambahan biaya mesin bir baru
3.3 Re-optimasi dana
Salah satu peluang klaim adalah kemungkinan terjadinya pekerjaan kurang,
karena kekurangan dana.
42 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Pada waktu tender sebuah penyedia jasa mencari informasi sebanyak mungkin
mengenai suatu rencana mega proyek pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap.
Penyedia jasa tersebut mendapat informasi bahwa dana untuk membangun
proyek tersebut kurang. Oleh karena tender sudah dilaksanakan sesuai rencana
alokasi dana yang direncanakan tak mungkin dibatalkan.
Setelah penyedia jasa tersebut memenangkan tender ternyata lingkup pekerjaan
memang dikurangi karena kekurangan dana, diantaranya mengakibatkan jumlah
tiang pancang yang semula sebanyak 800 buah turun menjadi 500 buah
(pengurangan sebanyak 300 buah) dan tentunya pengurangan bagian bangunan
diatasnya. Dalam bentuk nilai rupiah terjadi pengurangan biaya sebesar ± Rp. 3
milyar termasuk 10 % keuntungan penyedia jasa sebesar Rp. 300 Juta yang akan
ikut dipotong pengguna jasa dari nilai kontrak.
Tentu saja hal ini merisaukan penyedia jasa tersebut karena dengan
pengurangan pekerjaan ini dia akan kehilangan laba yang cukup besar dan
sudah diproyeksikan sebelumnya.
Oleh karena itu dia mencari peluang klaim sebagai kompensasi kehilangan
keuntungan tersebut antara lain dengan cara menginventarisasi pekerjaan-
pekerjaan lain yang mungkin terhalang atau tertunda pelaksanaannya karena
pengurangan pekerjaan tadi, antara lain pembatalan pembuatan tiang pancang,
pengurangan masa sewa alat pancang, peralatan lain yang terpaksa, idle,
pembatasan jalan masuk, pengamanan-pengamanan khusus, dsb.
Selain itu dia mempelajari lagi ketentuan yang tercantum dalam kontrak dengan
menyewa konsultan hukum konstruksi yang profesional.
Ternyata setelah kontrak dipelajari dengan seksama ada ketentuan yang
menyatakan bahwa:
“Sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak
ini, berlaku ketentuan AV 41 kata demi kata”.
43 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Nah inilah peluang klaim yang sangat ideal karena hal berikut:
AV 41 pasal 51 menyatakan bahwa apabila terjadi pekerjaan kurang, (setelah
diperhitungkan dengan pekerjaan tambah) maka nilai kontrak dipotong sebesar
pekerjaan yang dikurangi tadi, tetapi keuntungan penyedia jasa sebesar 10%
tidak boleh dipotong.
Ternyata setelah pekerjaan tambah/kurang dihitung, maka terjadi pengurangan
pekerjaan senilai Rp. 3,5 milyar, termasuk keuntungan penyedia jasa sebesar
10% atau sebesar Rp. 350 Juta yang menurut AV 41 tadi, tidak boleh
dipotong.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penyedia jasa tadi mengajukan klaim
sebagai berikut:
a.Keuntungan dari pekerjaan yang dikurangkan
b. Ganti rugi pekerjaan lain yang tertunda
c.Pembatalan sewa alat pancang
d. Ganti rugi tiang pancang yang terlanjur dibuat, namun tidak jadi di
pancang.
3.4 Perubahan kondisi lapangan / Site
Klaim terjadi karena perubahan jalan masuk (access road) kesuatu lokasi
rencana pembangunan suatu mega mall yang cukup besar.
Pada waktu proses tender pengguna jasa menunjukkan jalan masuk kelokasi
proyek dari tepi jalan raya yang terdapat didepan rencana mall tersebut.
Penyerahan lahan diberikan tepat pada waktunya.
Penyedia jasa yang memenangkan tender membuat rencana kerja sesuai jalan
masuk yang telah ditetapkan dan telah pula mendapatkan persetujuan pengguna
jasa. Ternyata pada waktu penyedia jasa memulai pekerjaan mobilisasi baik
peralatan, bahan bangunan maupun tenaga kerja, Pemerintah Daerah setempat
44 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
melarang penggunaan jalan raya untuk keperluan tersebut karena mengganggu
kelancaran lalu lintas yang memang merupakan jalan utama.
Pengguna jasa lalu memerintahkan penyedia jasa merubah jalan masuk melalui
jalan lain dari arah belakang lokasi proyek.
Dengan terjadinya perubahan jalan masuk ini, penyedia jasa yang piawai akan
segera melihat suatu peluang klaim yang cukup besar antara lain :
a. Daya dukung jalan yang kelasnya lebih rendah sangat membatasi
kapasitas kendaraan yang mengangkut peralatan dan bahan sehingga
ongkos angkut naik dan waktu bertambah.
b. Ternyata jalan tersebut harus melintasi jalan kereta api yang setiap hari
dipakai untuk langsir tak kurang dari 6 kali sehingga menghambat arus
barang dan alat.
c. Akibat pelintasan jalan kereta api tadi terjadi penumpukan barang-
barang/alat sebelum menyeberang jalan kereta api sehingga perlu
tambahan biaya perlindungan dan keselamatan serta tambahan biaya
angkut dan tempat penampungan darurat.
d. Rencana kerja yang tadinya sudah dibuat harus dirubah total yang
mengakibatkan beberapa pekerjaan lain terpaksa tertunda pelaksanaannya
termasuk beberapa peralatan yang telah disewa terpaksa menganggur.
Apabila penyedia jasanya cukup cerdik dan memelihara administrasi kontrak
dengan baik dia akan mendapatkan klaim yang cukup besar baik dari segi
tambahan waktu, biaya, dan mungkin pula biaya umum sehingga dia terhindar
dari ancaman ganti rugi kelambatan dan kerugian biaya secara keseluruhan.
Memang kelihatannya secara sepintas perubahan jalan masuk ini merupakan hal
yang sepele bila kurang jeli melihatnya.
3.5 Perubahan bahan
Peluang klaim dapat pula muncul dari perubahan spesifikasi bahan. Andaikan
penyedia jasa mempunyai sisa bahan misalnya granit yang sesungguhnya
45 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
harganya lebih tinggi dari marmer yang sesuai spesifikasi teknis harus dipasang.
Dia lalu mengusulkan kepada pengguna jasa mengganti bahan tersebut dengan
granit tanpa minta kenaikan harga.
Rasanya tidak sulit dipahami bahwa penawaran ini akan diterima pengguna jasa
karena akan mendapatkan bahan yang lebih baik mutunya tanpa harus
menambah biaya. Bagi penyedia jasa hal ini juga menguntungkan karena
pertama tak perlu lagi membeli barang baru. Selain itu barang (granit) tersebut
barang kali nilai sisanya sudah sama dengan harga marmer atau bahkan lebih
murah.
3.6 Kondisi Lingkungan
Pada waktu tender, penyedia jasa tersebut melihat bahwa proyek yang akan
dibangun akan terdiri dari 6 lantai bawah tanah (basement floor).
Bersebelahan dengan proyek ini ada bangunan bertingkat pula dengan lantai
bawah tanah hanya 1 lantai.
Setelah mempelajari gambar-gambar struktur lantai bawah tanah , dia
berkeyakinan bahwa rencana struktur dinding beton penahan yang
bersebelahan dengan bangunan samping tidak cukup kuat untuk menahan
tekanan tanah samping sehingga bagian ini harus diperkuat strukturnya untuk
menjaga kestabilan bangunan yang disebelah.
Setelah dia yakin hal ini harga penawaran diturunkan agar dia menang tender;
Setelah menang dia mengajukan klaim untuk pekerjaan ini ditambah dampak
atas pekerjaan lain yang terpengaruh / tertunda sebagian. Mungkin sekali
seluruh urut-urutan pekerjaan lantai bawah tanah harus dirubah untuk
mengamankan konstruksi bangunan disebelah yang telah ada.
3.7 Kondisi budaya / keagamaan
Pada waktu bertugas di Saudi Arabia mengerjakan proyek Pemerintah Saudi
diperoleh suatu pengalaman menarik sebagai berikut :
46 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Salah satu bagian yang akan dibangun adalah asrama tentara dimana antara lain
akan dibuat 50 buah WC/Toilet. Secara kebetulan posisi toilet ini bila orang
sedang menggunakannya tepat menghadap kiblat di Mekah dan hal ini menurut
hukum di Saudi Arabia menodai kesucian dan simbol keagungan Islam (Ka’bah),
sehingga letaknya harus diubah.
Hal ini baru diketahui setelah pekerjaan hampir selesai karena pemberitahuan dari
seseorang staf yang sudah lama bekerja di Saudi Arabia.
Setelah pekerjaan selesai klaim diajukan.
Selain itu hal tersebut menambah pengetahuan tentang bagaimana Pemerintah
Saudi Arabia sangat menghormati, menjaga dan menghargai tempat suci umat
Islam (Ka’bah) yang terletak didalam negaranya, walaupun kejadian tersebut
terletak ribuan kilometer jauhnya dari Mekah (Ka’bah).
Bagi kita di Indonesia, kemungkinan ada bagian bangunan yang dibangun akan
melanggar ketentuan salah satu kegiatan umat beragama disekitar itu
(Masjid/Pesanteren, Gereja, Klenteng, Pura, dan sebagainya)
Selain itu ternyata bahwa peluang klaim ini sebagian besar disebabkan oleh
kekurang- siapan atau kelalaian pengguna jasa sendiri dalam membuat perencanaan.
Mungkin hal ini disebabkan faktor waktu yang harus disesuaikan dengan kesediaan
dana atau hambatan iklim.
Namun demikian peluang ini hanya tinggal peluang apabila penyedia jasa tidak jeli
melihatnya dan tidak memelihara dokumentasi administrasi kontrak yang sangat
diperlukan untuk mendukung klaim tersebut sehingga dapat dimanfaatkan.
4. KIAT-KIAT BILA PELUANG KLAIM TAK ADA
Bagaimana bila peluang klaim tersebut tidak ada ?
Bagi penyedia jasa yang pandai dia dapat memilih kiat-kiat sebagai berikut:
47 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
4.1 Pertama, berusaha menghitung biaya seefisien mungkin diantaranya dengan
menggunakan metode kerja yang tepat dan penggunaan bahan sehemat
mungkin tanpa mengorbankan mutu.
4.2 Kedua, melaksanakan apa yang biasa dikenal dengan istilah “bussines
intelligence”. Dia pelajari dengan seksama para pesaing dalam tender,
kebiasaan dan perilaku pengguna jasa termasuk bonafiditas pendanaannya.
Selain itu dia mencari informasi mengenai rencana kemungkinan ada bagian
pekerjaan yang nilainya cukup signifikan misalnya pembuatan kolam renang
yang nantinya akan dibatalkan. Setelah dia tahu informasi ini maka khusus
untuk kolam renang ini diberi harga sangat rendah supaya secara keseluruhan
harga penawaran menjadi rendah. Tentu saja informasi ini hanya untuk dirinya
sendiri.
4.3 Ketiga, bila dia yakin peluang klaim hampir tak ada, para pesaing kebanyakan
sama bonafide dan jelinya dengan dia sendiri, maka harga penawaran dia
tinggikan agar tidak menang. Kalau toh dia menang, resiko rugi telah
diantisipasinya.
4.4 Keempat, apabila dokumen tender mengizinkan usulan lain/usulan alternatif
tanpa mengurangi manfaat fasilitas yang direncanakan, dia akan mengusulkan
penawaran alternatif tersebut dengan harga lebih rendah namun dia sangat
menguasai dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan tersebut.
4.5 Sebagai contoh suatu perusahaan Jepang memenangkan tender
Penjernihan Air Minum dari Air Laut (Deselanitation Water Treatment Plant)
di Saudi Arabia dengan harga sangat rendah dibandingkan penawar lain
dengan menggunakan usulan alternatif inovasi mereka sendiri. Setelah proyek
berjalan baik dalam waktu 3 bulan, turbinnya harus diganti baru dan ini
merupakan hak paten perusahaan tersebut. Demikianlah turbin tersebut
selanjutnya harus diganti setiap 3 (tiga) bulan. Nilai tender yang sangat murah
akhirnya menjadi mahal dan terikat seumur hidup pada perusahaan Jepang
tersebut.
48 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
5. PELUANG PENGGUNA JASA MENGAJUKAN KLAIM
Disamping hal-hal tersebut diatas yang menguraikan peluang-peluang klaim yang
dapat dilakukan oleh penyedia jasa, kiranya perlu pula di tinjau peluang klaim dari
pihak pengguna jasa dalam rangka menghemat waktu dan atau biaya tanpa harus
mengorbankan mutu.
Peluang-peluang tersebut sebagai berikut :
5.1 Pada waktu tender
Pengguna jasa sudah menyiapkan beberapa kemungkinan perubahan
spesifikasi teknis dan bahan tanpa mengurangi mutu dan tanpa memberi tahu
peserta tender.
Dengan demikian pengguna jasa dapat mengunakan klaim perpendekan waktu
penyelesaian dan atau pengurangan nilai kontrak karena perubahan bahan.
Hal ini tentunya dilakukan setelah penetapan pemenang tender.
5.2 Pada waktu pelaksanaan
5.2.1 Pengguna jasa dapat saja meminta penggunaan rencana / metode
kerja yang mereka miliki, sehingga lebih efisien dan dapat klaim
perpendekan waktu. Pekerjaan yang kurang penting dibatalkan atau
ditunda dulu untuk mengurangi biaya.
5.2.2 Usaha lain adalah pengguna jasa menyewakan peralatan yang
dimilikinya dengan sewa yang lebih murah dari harga pasaran
sehingga dapat klaim pengurangan biaya kontrak dan menghemat
waktu pula.
5.2.3 Dapat juga dengan meminta penyedia jasa melakukan “Value
Engineering” untuk menekan biaya. Tentunya hal ini sudah
direncanakan semasa tender.
49 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Dalam pengertian value engineering ini termasuk orientasi untuk
menentukan dan menghilangkan biaya tak perlu, orientasi fungsi
suatu bagian pekerjaan yang dikaitkan antara nilai yang diperoleh
dan biaya yang dikeluarkan.
Penelitian atas biaya untuk mendapatkan dan mengoperasikan
fasilitas yang diperlukan. Tujuannya adalah penghematan biaya dan
waktu.
6 KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Peluang klaim kebanyakan terjadi karena kelalaian, kekurang siapan
pengguna jasa sebelum melakukan tender. Data lapangan kurang
akurat, banyak berupa asumsi atau perkiraan.
6.1.2 Peluang klaim tidak selalu ada. Andaipun peluang itu ada tidak
selalu ada yang dapat memanfaatkannya.
6.1.3 Pemanfaatan peluang klaim dapat dipelajari dan peluang klaim
bukanlah sesuatu manipulasi atau tipu muslihat.
6.1.4 Peluang memanfaatkan klaim harus ditunjang oleh pengelolaan
administrasi proyek konstruksi yang baik.
50 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
6.2 Saran-Saran
6.2.1 Pengguna jasa harus waspada terhadap peserta tender yang terkenal
pandai mencari peluang klaim (Claim Artist).
6.2.2 Pengguna jasa harus benar-benar siap dengan data proyek.
6.2.3 Pengguna jasa harus hati-hati terhadap usulan alternatif, jangan
terpesona dengan harga yang murah pada waktu pembangunan tapi
biaya perawatan seterusnya akan menjadi sangat mahal dan terikat
pada perusahaan tertentu
6.2.4 Penyedia jasa harus mulai meningkatkan kemampuan memanfaatkan
peluang klaim terutama bagi para penyedia jasa di Indonesia
Daftar Pustaka :1. UU RI No. 30/1999 Tentang Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa2. Buku Managing Construction Contracts, 1992 Edisi kedua oleh Robert. D.
Gilbreath3. Buku Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa Konstruksi oleh H.
Nazarkhan Yasin, Ir.
51 Copyright NY-SS/ KK-PTKMPK/IV/10
Top Related