Download - KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Transcript
Page 1: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

112 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008

Hazwin, dkk.: Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas ...

KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS HUBUNGANNYA DENGANEFEKTIVITAS PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU PADA

ANAK BAWAH DUA TAHUN DENGAN GIZI BURUKDI KABUPATEN KARIMUN, KEPULAUAN RIAU

RELATIONSHIP BETWEEN PERFORMANCE OF HEALTH CENTRE'S NUTRITION STAFF AND THEEFFECTIVENESS OF COMPLEMENTARY BREASTFEEDING PROGRAM AMONG MALNOURISHED

CHILDREN UNDER TWO AT DISTRICT OF KARIMUN, KEPULAUAN RIAU

Hazwin1, Toto Sudargo2

1Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau,Provinsi Kepulauan Riau

2Minat Gizi Kesehatan, FK UGM, Yogyakarta

ABSTRACTBackground: Complementary breastfeeding program is aprogram implemented at health centers which is meant toimprove nutrition status of the community and this is a duty ofnutrition staff at health centers. The prevalence of cases ofcomplementary breastfeeding side effects may be due toinappropriate storage and supply as performance of nutritionstaff of health centers.Objective: To identify the relationship between theperformance of nutrition staff of health centers with theeffectiveness of complementary breastfeeding program amongchildren less than two years from poor families with poornutrition.Method: The study was observational with cohort design,applied to children under two years from poor families withpoor nutrition who got complementary breastfeeding.Qualitative method and descriptive analysis were used toidentify the distribution system of complementary breastfeedingthrough in-depth interview using questionnaires with openquestions. Location of the study was in the District of Karimunand the analysis unit was District Health Office of Karimun.Subject of the study consisted of 9 nutrition staff of healthcenter and 15 malnourished children under two. Data analysisof complementary breastfeeding distribution system was donedescriptively.Result: The program of complementary breastfeeding whichhad been implemented for 3 months to malnourished childrenless than two years did not improve nutrition status frommalnourished to good nutrition status. The performance ofnutrition staff at the health center in the program ofcomplementary breastfeeding was low in the specification oftarget age, the amount of complementary breastfeeding portionand in the preparation of complementary breastfeeding. Thedistribution of complementary breastfeeding at the health officeand health center did not comply to complementarybreastfeeding distribution and management guidelines, suchas in aspects of target specif ication, complementarybreastfeeding preparation information, and monitoring ofcomplementary breastfeeding distribution.Conclusion: The program of complementary breastfeedingwas ineffective in improving nutrition status of children lessthan two years from malnourished to good nutrition status.The performance of nutrition staff at the health center in

complementary breastfeeding program was low.Complementary breastfeeding distribution and managementsystem at the health office and health center at District ofKarimun had not run well.

Keywords: nutrition staff, performance, complementarybreastfeeding, children under two, malnutrition

ABSTRAKLatar Belakang: Program MP-ASI merupakan salah satuprogram yang dilaksanakan di Puskesmas yang bertujuanmemperbaiki gizi masyarakat yang menjadi tugas TPGPuskesmas. Terjadinya kasus efek samping MP-ASI yangdimungkinkan karena cara penyimpanan dan pemberian yangsalah dan kurang baik merupakan kinerja dari TPG Puskesmas.Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yangmempengaruhi kinerja tenaga pelaksana gizi Puskesmas denganefektivitas program MP-ASI pada anak baduta gakin dengangizi buruk.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional denganrancangan penelitian kohort terhadap anak baduta gakindengan gizi buruk yang menerima MP-ASI. Adapun metodekualitatif dan analisis deskriptif untuk mengetahui sistemdistribusi MP-ASI dengan cara wawancara mendalammenggunakan kuesioner jawaban terbuka. Lokasi penelitian diKabupaten Karimun. Unit analisis Dinas Kesehatan KabupatenKarimun. Subjek penelitian 9 orang TPG Puskesmas dan 15Anak Baduta dengan gizi buruk. Analisis data sistem distribusiMP-ASI secara deskriptif.Hasil: Program MP-ASI selama 3 bulan yang diberikan kepadaanak baduta gakin dengan gizi buruk tidak berhasil meningkatkanstatus gizi anak baduta dari gizi buruk ke gizi baik. Kinerjatenaga pelaksana gizi Puskesmas terhadap efektivitas programMP-ASI pada anak baduta gakin dengan gizi buruk adalahrendah, antara lain dalam penentuan usia sasaran, penentuanbesar porsi MP-ASI dan dalam penyiapan MP-ASI. DistribusiMP-ASI di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas belum sesuaidengan pedoman pendistribusian dan pengelolaan MP-ASI,antara lain dalam penetapan sasaran, penjelasan penyiapanMP-ASI dan pemantauan distribusi MP-ASI di lapangan.Kesimpulan: Program MP-ASI tidak efektif meningkatkanstatus gizi anak baduta dari gizi buruk ke gizi baik. Kinerjatenaga pelaksana gizi Puskesmas terhadap efektifitas program

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANVOLUME 11 No. 03 September 2008 Halaman 112 - 121

Artikel Penelitian

Page 2: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008 113

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

MP-ASI adalah rendah. Sistem pendistribusian dan pengelolaanMP-ASI di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas belum berjalandengan baik.

Kata Kunci : tenaga pelaksana gizi Puskesmas, kinerja,efektivitas, program makanan pendamping air susu ibu, anakusia bawah dua tahun, gizi buruk

PENGANTARTenaga Pelaksana Gizi Puskesmas (TPG)

adalah tenaga Puskesmas yang diserahi tugas untukmelaksanakan program gizi di Puskesmas. Merekamelaksanakan sebagian tugas pokok Puskesmasdibidang gizi yang meliputi penentuan prioritasmasalah, merencanakan, melaksanakan danmelaporkan kegiatan-kegiatan dalam rangkamenanggulangi masalah gizi. Selain itu, mereka jugadiharapkan mampu meningkatkan pengetahuanmasyarakat sehingga dapat mengatasi masalah gizi.1

Program pemberian Makanan Pendamping AirSusu Ibu (MP-ASI) merupakan salah satu programyang menjadi tugas tenaga pelaksana giziPuskesmas yaitu memperbaiki status gizimasyarakat. Makanan Pendamping (MP) ASI adalahmakanan tambahan yang diberikan kepada bayisetelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia24 bulan. Anak baduta apabila setelah berusia 4-6bulan berat badannya tidak mengalami peningkatan,menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zatgizinya tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan olehasupan makanan bayi yang hanya mengandalkanASI saja atau pemberian makanan tambahan kurangmemenuhi syarat. Penyakit infeksi pada saluranpencernaan merupakan salah satu faktor yang dapatmempengaruhi asupan zat gizi pada bayi.2

Terjadinya kasus efek samping MP-ASI yangdimungkinkan karena cara penyimpanan danpemberian yang salah dan kurang baik merupakancerminan kinerja dari tenaga pelaksana giziPuskesmas. Hasil rekapitulasi laporan tahunanprogram gizi tahun 2006, diketahui prevalensi badutadengan gizi buruk di Kabupaten Karimun sebesar0,1% atau sebanyak 150 orang, yang terdiri dari usia6-11 bulan sebanyak 43 orang dan usia 12-24 bulansebanyak 107 orang.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan KabupatenKarimun tahun 2007, pada tahun 2006 program MP-ASI sudah dilaksanakan di Kabupaten Karimunnamun kasus gizi buruk dan gizi kurang masih tetapada. Hal ini terlihat dari adanya laporan kasus anakbaduta dengan gizi buruk dan kurang dari TPGPuskesmas setiap bulannya ke Dinas Kesehatan.Berdasarkan laporan bulan Agustus tahun 2007,terdapat anak baduta dengan gizi buruk sebanyak

15 orang yang terdiri dari usia 6-11 bulan sebanyak5 orang dan 12-24 bulan sebanyak 10 orang.3

Berry dan Houston4 menyatakan bahwa kinerjamerupakan kombinasi antara kemampuan dan usahauntuk menghasilkan apa yang dikerjakan. MenurutMcCloy et.al.5 bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor:pengetahuan, keterampilan untuk menjalankantugas, prinsip, serta prosedur kerja dan motivasi.Handoko6 menyatakan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitumotivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisikpekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan,aspek ekonomi, teknis dan perilaku karyawan.

Permasalahan dalam pelaksanaan program MP-ASI di Kabupaten Karimun adalah kondisigeografisnya yang berpulau-pulau dan membutuhkandana distribusi yang besar. Berdasarkanpermasalahan tersebut, dirumuskan bagaimanakinerja tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalamprogram MP-ASI pada anak baduta keluarga miskin(Gakin) dengan gizi buruk. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yangmempengaruhi kinerja dengan kinerja TPGPuskesmas terhadap efektivitas program MP-ASIpada anak baduta Gakin dengan gizi buruk dan sistemdistribusi MP-ASI di Kabupaten Karimun.

BAHAN DAN CARA PENELITIANJenis penelitian ini adalah observasional dengan

rancangan penelitian kohort terhadap anak badutaGakin dengan gizi buruk yang menerima MP-ASI.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif danbersifat deskriptif untuk mengetahui efektivitasprogram MP-ASI dan sistem distribusi MP-ASIkepada anak baduta Gakin dengan gizi buruk yangdiperoleh dengan menggali informasi dari: KepalaSubdin Kesejahteraan Keluarga dan Gizi DinasKesehatan Kabupaten Karimun, Kepala Puskesmasse-Kabupaten Karimun dan Ibu anak baduta Gakindengan gizi buruk. Informasi yang akan diperolehdidapat dengan cara wawancara mendalam (indepthinterview) dengan menggunakan kuesioner jawabanterbuka.

Lokasi penelitian di Kabupaten Karimun PropinsiKepulauan Riau. Unit analisis penelitian adalah DinasKesehatan Kabupaten Karimun. Subjek penelitianadalah tenaga pelaksana gizi Puskesmas yaitusebanyak 9 orang dari 9 Puskesmas dan anakbaduta dengan gizi buruk sebanyak 15 anak. Objekpenelitian adalah kinerja tenaga pelaksana giziPuskesmas dan efektivitas program MP-ASI padaanak baduta dengan gizi buruk. Jenis datanyakuantitafif. Bentuk datanya primer dan sekunder.

Page 3: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

114 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008

Hazwin, dkk.: Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas ...

Cara pengumpulan data melalui kuesioner, observasidokumen dan pemantauan langsung di lapangan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakankuesioner karakteristik tenaga pelaksana giziPuskesmas dan format pemantauan dokumenprogram perbaikan gizi terhadap TPG Puskesmasse-Kabupaten Karimun. Format pemantauan statusgizi anak baduta untuk mengetahui perkembanganstatus gizi anak baduta sejak diberikan MP-ASI padabulan September sampai dengan Desember 2007.Check list pemantauan program MP-ASI untukmengetahui kinerja TPG Puskesmas dalam programMP-ASI di pustu dan polindes dan kuesioner sistempendistribusian MP-ASI untuk mengetahui sistemdistribusi MP-ASI.

Analisis data secara deskripti f yaitumenganalisis data dalam bentuk tabel untukmenggambarkan data yang telah terkumpulsebagaimana adanya tanpa bermaksud membuatkesimpulan yang berlaku untuk umum ataugeneralisasi.7

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKabupaten Karimun merupakan salah satu

kabupaten dari 6 kabupaten/kota di PropinsiKepulauan Riau yang terdiri dari KabupatenKarimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna,

Kabupaten Lingga, Kota Tanjung Pinang dan KotaBatam. Kabupaten Karimun adalah kabupaten yangbaru terbentuk pada awal tahun 2000 yaitu setelahadanya pemisahan dari Propinsi Riau, seperti padaGambar 1.

Gambar 1 memperlihatkan Ibu Kota KabupatenKarimun terletak di Pulau Karimun yang dilingkaridengan warna kuning. Pulau yang paling besar diantara semua pulau yang ada di Kabupaten Karimundan dilingkari dengan warna merah adalah PulauKundur. Pulau yang terletak di depan Pulau Karimunadalah Pulau Buru yang dilingkari dengan warnahitam. Pulau yang dilingkari dengan warna pinkadalah Pulau Moro dan pulau yang letaknya sangatjauh dari Ibu Kota Kabupaten Karimun adalah PulauDurai. Wilayah Kabupaten Karimun terdiri atasdaratan dan perairan dengan luas wilayah mencapai6.984 km2 yang terdiri atas daratan seluas 1.524 km2

dan perairan 4.760 km2. Kabupaten Karimunmempunyai 198 pulau dengan 3 gugusan pulau yaitugugusan Kepulauan Kundur dengan jumlah 58 buahpulau yang berpenghuni sebanyak 17 buah pulau,gugusan Pulau Karimun sebanyak 48 buah pulauyang berpenghuni sebanyak 15 buah pulau dangugusan Pulau Moro sebanyak 92 buah pulau yangberpenghuni sebanyak 35 buah pulau.

Gambar 1. Peta Kabupaten Karimun

Page 4: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008 115

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Pada Gambar 2 diketahui bahwa selamapengamatan 4 bulan berturut-turut denganmenggunakan indeks BB/U, dari 15 anak dengangizi buruk yang diberikan MP-ASI, tidak ada satupunyang berubah status gizinya ke status gizi baik,hanya ada 3 anak (20%) yang berubah statusgizinya ke status gizi kurang pada bulan keempat.Anak baduta dengan gizi buruk yang tidak berubahstatus gizinya (tetap berstatus gizi buruk) sebanyak12 anak (80%).

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahuibahwa terdapat lebih dari separuh anak badutadengan gizi buruk (60%) yang mengalami kenaikanberat badan secara stabil yaitu sebanyak 1 onssampai 1 kg per bulan. Anak baduta dengan giziburuk yang tidak mengalami kenaikan berat badanyang stabil sebanyak 6 orang (40%). Tidakberhasilnya program MP-ASI dalam meningkatkanstatus gizi anak baduta dengan gizi buruk ke statusgizi baik kemungkinan disebabkan oleh beberapafaktor, antara lain:a. Jumlah MP-ASI biskuit yang didistribusikan

kepada anak baduta dengan gizi buruk tidaksesuai dengan standar yang dianjurkan olehDepartemen Kesehatan yaitu kurang dari 28bungkus kecil biskuit per bulan (100%). Sesuaianjuran Departemen Kesehatan bahwa 7bungkus kecil biskuit untuk dikonsumsi selama1 minggu dan 1 bungkus kecil biskuit yang berisi10 buah/keping harus dihabiskan dalam 1 hari,namun waktu/frekuensi pemberiannya jugadisesuaikan dengan kondisi dan kemampuananak, namun untuk MP-ASI bubur susu sudahsesuai anjuran yaitu diberikan 3 kali sehari.

b. Banyaknya jumlah anggota dalam keluargapada anak baduta Gakin dengan gizi burukdapat mempengaruhi asupan MP-ASI. Ibu anakbaduta (77,8%) menyatakan bahwa sebagian

besar MP-ASI biskuit untuk anak baduta ikutdimakan oleh kakak dari anak baduta yangmenderita gizi buruk, sehingga mengurangi jatahMP-ASI yang seharusnya dikonsumsi oleh anakbaduta. Makanan Pendamping (MP) ASI bubursusu tidak ikut dimakan oleh kakaknya karenaberbentuk bubur susu sehingga tidak dapatlangsung dimakan (harus diolah terlebih dahulu).

c. Kurangnya pemahaman orang tua anak badutadalam penyiapan MP-ASI. Sebagian besartingkat pendidikan orang tua anak baduta(86,6%) adalah SD, sehingga walaupun sudahdijelaskan oleh petugas Puskesmas tentangcara penyiapan MP-ASI namun tetap sulit untukdimengerti.

d. Petugas Puskesmas yang memberikanpenjelasan tentang penyiapan MP-ASI kepadaibu anak baduta (33,3%). Petugas Puskesmasdalam melakukan penjelasan tidak melakukanpraktik secara langsung penyiapan MP-ASI didepan orang tua anak baduta namun hanyabersifat penyuluhan sehingga terjadinyakesalahan dalam penyiapan MP-ASI sangatbesar terjadi.Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori

WHO dan pengalaman Studi Multiside MP-ASI yangmenyatakan bahwa pemberian MP-ASI selama 3bulan (90 hari makan) sudah cukup berarti untukmeningkatkan keadaan gizi anak baduta dengancatatan tidak ada faktor penyerta yang dapatmenganggu penyerapan MP-ASI. Menurut teoriWHO dan pengalaman Studi Multiside, idealnya MP-ASI diberikan selama 4 bulan (120 hari makan)namun apabila MP-ASI diberikan dengan dosis yangtepat, serta tepat pula dalam lama pemberiannyamaka dengan waktu makan yang 90 hari makansudah cukup untuk meningkatkan status gizi anakbaduta.8

Gambar 2. Grafik Perubahan Berat Badan Anak Baduta Selama Pemberian MP-ASI

Page 5: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

116 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008

Hazwin, dkk.: Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas ...

Tabel 1. Tenaga Pelaksana Gizi PuskesmasSe-Kabupaten Karimun

(46,7%) diikuti dengan anak pertama 6 orang (40,0%).Anak baduta Gakin yang dilahirkan dengan gizi buruksebagai anak ketiga hanya 1 orang (6,7%) demikianjuga pada anak yang kesebelas 1 orang (6,7%).

Tenaga pelaksana gizi Puskesmas memperolehtotal pendapatan sebulan (gaji dan tunjangankesejahteraan pegawai) rata-rata Rp2.870.700,00.Selain itu, mereka juga mendapatkan uangoperasional program (untuk kegiatan di lapangan)setiap turun ke Posyandu yang besarnya bervariasitergantung di mana tenaga pelaksana giziPuskesmas bertugas. Pada saat kegiatan programgizi di Posyandu ada tenaga pelaksana giziPuskesmas yang mendapatkan uang transportasidan ada juga yang tidak dapat. Pelatihan yangpernah diikuti terkait dengan program gizi diPuskesmas didapatkan, bahwa semua tenagapelaksana gizi Puskesmas sudah pernah mengikutipelatihan gizi, minimal pernah mengikuti satu kalipelatihan selama menjabat sebagai tenagapelaksana gizi Puskesmas.

Beberapa hasil penilaian dalam pelaksanaanprogram MP-ASI yang dilakukan oleh tenagapelaksana gizi Puskesmas dapat diketahui bahwaketidaktahuan dalam menentukan besar porsi, carapenyiapan dan penentuan usia sasaran menunjukkantidak adanya koordinasi yang baik antara tenagapelaksana gizi dengan kepala Puskesmas. Sebelumprogram MP-ASI dilaksanakan di Puskesmas, DinasKesehatan Kabupaten sudah mengirimkan buku“Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian danPengelolaan MP-ASI” ke semua Puskesmas, namunoleh kepala Puskesmas maupun oleh tenagapelaksana gizi Puskesmas masing-masing tidak adasaling koordinasi dalam memahami isi dari bukutersebut. Kepala Puskesmas apabila menerima bukuPedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan PengelolaanMP-ASI, seringkali tidak menginformasikan kembalikepada tenaga pelaksana gizi demikian pulasebaliknya, sehingga yang terjadi adalah salingbekerja sendiri-sendiri dan kepala Puskesmas

Gambar 3. Grafik Distribusi Anak Baduta Gakin dengan Gizi Buruk per Puskesmas

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkanjenis pendidikan, tenaga pelaksana gizi Puskesmasyang berlatar pendidikan gizi hanya 2 orang (22,2%)selebihnya berlatar belakang pendidikan non gizi(77,8%). Tenaga pelaksana gizi Puskesmas yangberlatar belakang pendidikan non gizi terdiri daritenaga keperawatan (44,4%) dan kebidanan (33,4%).

Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwaPuskesmas yang memiliki anak baduta dengan giziburuk terbanyak terdapat di Puskesmas Durai, diikutiPuskesmas Urung dan Puskesmas Sawang.Berdasarkan jumlah anggota dalam keluarga,diketahui bahwa jumlah anggota dalam keluargaterbanyak yaitu 7 orang terdapat pada 2 keluarga(13,3%) dan yang paling sedikit yaitu 3 orang hanya1 keluarga (6,7%). Jumlah anggota dalam keluargasebanyak 4 orang terdapat pada 6 keluarga (40,0%)dan jumlah anggota dalam keluarga sebanyak 5 orangjuga terdapat pada 6 keluarga (40,0%). Berdasarkananak baduta Gakin yang dilahirkan dengan gizi buruk,terbanyak terdapat pada anak kedua yaitu 7 orang

Karakteristik TPG Puskesmas Jumlah (%) Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

1 8

11,1 88,9

Latar belakang pendidikan : Gizi Non gizi

2 7

22,2 77,8

Jenis pendidikan non gizi : AKPER Bidan SPK

3 3 1

42,9 42,9 14,2

Tugas lain selain sebagai TPG : Tidak punya tugas lain (berpendidikan gizi) Punya tugas lain (berpendidikan non gizi)

2

7

22,2

77,8

Jenis tugas rangkap : Perawat Puskesmas Bidan Puskesmas Bendahara Puskesmas Pelaksana program usia lanjut

2 3 1 1

28,6 42,8 14,3 14,3

Page 6: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008 117

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

menganggap program MP-ASI adalah urusan tenagapelaksana gizi. Tenaga pelaksana gizi menganggapprogram MP-ASI adalah tanggung jawab kepalaPuskesmas, apalagi tenaga pelaksana gizi merasatidak mendapatkan dana operasional dalampendistribusian MP-ASI ke Posyandu.

Puskesmas dalam perencanaan distribusi MP-ASI belum sesuai dengan pedoman pendistribusiandan pengelolaan MP-ASI dari DepartemenKesehatan, dimana seharusnya Puskesmas hanyamenerima MP-ASI dari Dinas Kesehatan, bukanmengambil MP-ASI ke Dinas Kesehatan.Puskesmas dalam melakukan pendataan diPosyandu, pustu dan polindes belum tepat padasasarannya karena yang didata adalah anak balita(12-60 bulan) bukan anak baduta (6-24 bulan).Puskesmas dalam melakukan penyimpanan MP-ASI belum sesuai dengan prosedur penerimaan MP-ASI. Puskesmas setelah menerima MP-ASI,menaruhnya di lantai tanpa diberi alas sehinggabersentuhan dengan lantai dan dinding gudang(88,9%). Selain itu, MP-ASI juga disimpan bersama-sama dengan obat Puskesmas (55,6%) sehinggadapat terkontaminasi dengan obat-obatan.

Puskesmas dalam mendistribusikan MP-ASI kePosyandu belum seluruhnya sesuai denganpedoman distribusi MP-ASI. Puskesmas tidakmensosialisasikan program MP-ASI kepada lintassektor terkait di wilayahnya seperti Tim PenggerakPKK Kecamatan sehingga PKK tidak merasadilibatkan dan menganggap bahwa program MP-ASIdi Posyandu merupakan kegiatan kesehatansemata, seperti diketahui bahwa Posyandumerupakan milik masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu anakbaduta dengan gizi buruk didapatkan informasi bahwabeberapa Puskesmas (22,2%) tidak mendistribusikanMP-ASI secara langsung ke sasaran (anak badutadengan gizi buruk) melainkan meminta kepada orangtua anak baduta untuk mengambil sendiri MP-ASIke Posyandu atau ke Puskesmas. Puskesmas yangmembuat kebijakan tersebut menyatakan bahwaapabila pemberian MP-ASI dilakukan di Posyandumaka anak baduta dengan gizi buruk dapat sekalianditimbang namun apabila diberikan di rumah anakbaduta kendalanya adalah sulitnya memobilisasipetugas dan kader Posyandu untuk membawadacin/timbangan dari rumah ke rumah.

Hasil wawancara dengan ibu anak badutadengan gizi buruk diketahui bahwa cara penyiapanMP-ASI (biskuit) bermacam-macam, antara lain adayang langsung diberikan begitu saja namun ada jugayang dikombinasikan dengan dihancurkan (direndamdalam air teh/susu). Pembuatan MP-ASI bubur sususudah sesuai dengan prosedur seperti yang terdapatdalam pedoman pendistribusian dan pengelolaan MP-ASI, serta rata-rata ibu anak baduta sudahmenerapkan frekuensi pemberian MP-ASI bubursusu 3 kali sehari dan rata-rata setiap pembuatanbubur susu menggunakan takaran sebanyak 3

Gambar 4. Mekanisme Distribusi MP-ASI dariDepartemen Kesehatan

Keterangan :

: Distribusi: Koordinasi: Laporan

Gambar 4 menunjukkan bahwa betapapanjangnya rantai distribusi MP-ASI dari pusat sampaike sasaran sehingga memungkinkan banyaknyacelah untuk timbulnya penyalahgunaan dalam danapembuatan dan dana distribusi MP-ASI. Berdasarkanhasil penelitian terhadap sistem distribusi MP-ASIdalam berbagai tingkatan dari Departemen Kesehatan-Dinas Kesehatan Kabupaten-Puskesmas-sasaran,diketahui bahwa sistem distribusinya belumsemuanya berjalan dengan baik seperti yang sudahdigariskan oleh Departemen Kesehatan.

Sistem pendisribusian MP-ASI di KabupatenKarimun berdasarkan hasil wawancara denganKasubdin Kesga dan Gizi Dinas KesehatanKabupaten Karimun diketahui bahwa rencanadistribusi MP-ASI ke Puskesmas sudah sesuaidengan pedoman pendistribusian MP-ASI. DinasKesehatan dalam mensosialisasikan MP-ASIkepada TPG Puskesmas dilakukan denganmengadakan pertemuan dengan TPG Puskesmas,dalam pertemuan tersebut TPG Puskesmasdiberikan pengarahan mengenai distribusi MP-ASIsampai pemantauannya di lapangan.

Page 7: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

118 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008

Hazwin, dkk.: Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas ...

sendok makan (90 gram). Frekuensi pemberian MP-ASI sebanyak 3 kali sehari bukan hasil daripenjelasan yang diberikan oleh petugas Puskesmastentang penyiapan MP-ASI namun merupakankebiasaan sehari-hari. Hal tersebut diketahui dariketerangan ibu anak baduta mengenai penjelasanpenyiapan MP-ASI oleh petugas Puskesmas dimanasebagian besar (66,7%) petugas Puskesmas tidakmenjelaskan tentang penyiapan MP-ASI kepada ibuanak baduta Gakin dengan gizi buruk, seperti padawawancara berikut ini.

“Ibu diajarkan nggak cara mendapatkan, e ...menyiapkan MP-ASI ini dari bu Dewi (ibubidan), misalnya bu bidan gimana cara apa, a,... memberikan biskuit ini, dikasi tau ? IbuDewi nggak pernah ngasi tau ? Enggak.” (Ibuanak baduta-3)

“Ibu tau nggak, atau pernah nggak mendapatpenjelasan dari ibu Eva (Petugas GiziPuskesmas) atau ibu bidan, bagaimana caramemberikan biskuit tadi ke anak ibu ? Aa, ...kemarin dijelaskan. Ada nggak dijelaskan ? Ya,dijelaskan sama bu Eva.” (Ibu anak baduta-6)

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu anakbaduta tentang pemakaian MP-ASI bubur susu,terdapat keluhan pada anak baduta pada saat dansetelah mengkonsumsi MP-ASI seperti mual-mualdan mencret.

Bubur susu yang menyebabkan mual danmencret adalah bubur susu rasa beras merah dankacang hijau, sedangkan bubur susu rasa pisangtidak menimbulkan mual dan mencret. Ibu anakbaduta dalam mengatasi keluhan mual dan mencretpada anaknya akibat mengkonsumsi kedua rasabubur susu tadi dengan menghentikan pemakaianbubur susu rasa beras merah dan kacang hijau danmeminta kepada petugas Puskesmas untukmengganti pemberian MP-ASI kedua rasa tadidengan MP-ASI bubur susu rasa pisang, sepertipada wawancara berikut ini :

“Ada ndak dia (anak baduta) rasa keluhanmual atau muntah setelah makan ini (biskuit)?Ndak ada”. (Ibu anak baduta-1)

“Selama ibu memberikan MP-ASI, ada keluhanseperti mual-mual atau muntah anak ibu ?Yang kacang hijau tu agak mual-mual. Jadiwaktu ibu kasi kacang hijau, anak ibu muntahgitu ya ? Jadi, tindakan ibu ? Itu dulu (pertama-tama) Ibu hentikan ? Hentikan dulu, a ... a. Habisitu, ibu ganti dengan rasa yang lain ? Aa, kasiberas merah. Dikasi beras merah ya, berartimemang ada itunya, dia tak suka yang kacanghijau buk ya ? Aa. Nanti, lain kali, ibu mintadengan ibu bidan Sri, kacang hijau jangandikasi lagi. Minta yang pisang sama berasmerah aja. Aa.” (Ibu anak baduta-4)

PEMBAHASANDinas Kesehatan Kabupaten Karimun sebagai

salah satu komponen yang ikut bertanggung jawabterhadap efektivitas program MP-ASI sebaiknyamembuat rekomendasi kepada DepartemenKesehatan agar pengelolaan MP-ASI dilakukansendiri oleh Dinas Kesehatan untuk meminimalisirtidak efektifnya program MP-ASI pada anak badutaGakin dengan gizi buruk. Program MP-ASI yangselama ini dilakukan secara sentralisasi dariDepartemen Kesehatan ke kabupaten perlu dirubahmenjadi desentralisasi karena kabupaten sendiriyang mengelola dengan berbagai pertimbangansebagai berikut: a) apabila pengadaan MP-ASIdilakukan di tingkat kabupaten, maka kontinuitasMP-ASI di tingkat keluarga dapat terus diterima olehanak baduta Gakin selama anak baduta tersebutmenderita gizi buruk atau gizi kurang; b) apabilapengelolaan MP-ASI dilakukan di tingkat kabupaten,maka dapat diupayakan dengan membuat MP-ASIlokal yang sesuai dengan pola konsumsi di daerahtersebut, sehingga hal-hal seperti tidak disukainyajenis MP-ASI tertentu seperti bubur susu rasa berasmerah dan kacang hijau yang dapat menyebabkanmencret dapat dihindari; c) apabila pengadaan bukuPedoman Pelaksanaan Pendistribusian danPengelolaan MP-ASI dilakukan ditingkat kabupatenmaka hal-hal seperti ketidaktahuan tenagapelaksana gizi dalam menentukan usia sasaran dariprogram MP-ASI, menentukan besar porsi dan carapenyiapan MP-ASI di tingkat keluarga dapatminimalisir. Hal ini dikarenakan buku pedomantersebut dapat segera didistribusikan ke semuaPuskesmas sebelum kegiatan pemberian MP-ASIdilaksanakan.

Beberapa penyebab rendahnya kinerja tenagapelaksana gizi Puskesmas terhadap tidak efektinyaprogram MP-ASI pada anak baduta Gakin dengangizi buruk antara lain tidak adanya koordinasi yangbaik antara kepala Puskesmas dengan tenagapelaksana gizi Puskesmas, untuk mengatasi haltersebut maka Dinas Kesehatan perlu membuatrekomendasi yang ditujukan kepada semua kepalaPuskesmas Se-Kabupaten Karimun untukmelakukan koordinasi pada setiap program ataukegiatan yang ada di Puskesmas. Menurut Suharto9,bahwa mekanisme koordinasi penyesuaian danpengawasan langsung tidak dapat dilakukan karenaadanya leading sektor yang tidak jelas dan adanyaego sektor. Adapun bentuk koordinasi yang harusdilaksanakan oleh kepala Puskesmas, antara lain:a) Kepala Puskesmas harus bisa menciptakansuasana kerja yang sehat sehingga dapatmeningkatkan kinerja staf Puskesmas; b) Kepala

Page 8: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008 119

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Puskesmas harus transparan dengan stafnya dalamsemua kegiatan terutama yang menyangkut danainsentif/operasional program, sehingga tidakmenimbulkan kecurigaan yang dapat menurunkankinerja staf Puskesmas; c) Kepala Puskesmas harusbisa menempatkan posisinya secara fleksibel dandalam hal-hal tertentu harus bisa melepaskankeegoannya sebagai kepala Puskesmas sehinggatercipta suatu tim kerja yang baik tanpa harus adagap/jarak pemisah antara atasan dengan bawahan.

Beberapa penyebab lambatnya program MP-ASI dilaksanakan di Puskesmas karena MP-ASImenumpuk di gudang kabupaten yangmengakibatkan lambatnya MP-ASI diterima olehanak baduta Gakin dengan gizi buruk. Untukmencegah agar jangan sampai penanggulangan danpencegahan anak baduta Gakin dengan gizi burukdan gizi kurang menjadi terlambat penanganannya,Dinas Kesehatan Kabupaten sebaiknyamerekomendasikan kepada Departemen Kesehatanagar program MP-ASI dilaksanakan sendiri olehDinas Kesehatan Kabupaten sehingga kasus-kasusseperti terlambatnya MP-ASI dikonsumsi olehsasaran dapat dihindari. Dalam mengambil alih fungsiDepartemen Kesehatan, maka Dinas KesehatanKabupaten harus berkoordinasi dengan PemerintahKabupaten Karimun mengenai anggaran dalampengadaan MP-ASI lokal maupun pabrikan dan danadistribusinya sampai kesasaran.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yangditemukan di lapangan dalam sistem pendistribusianMP-ASI dari Departemen Kesehatan-DinasKesehatan Kabupaten-Puskesmas-sasaran sepertiterlambatnya distribusi MP-ASI ke sasaran karenalambatnya pencairan dana distribusi MP-ASI dariDinas Kesehatan Propinsi ke Dinas Kabupatensehingga menyebabkan tidak efektifnya program MP-ASI dalam menanggulangi anak baduta Gakin dengangizi buruk. Selain itu, seperti diketahui bahwamahalnya biaya pembuatan MP-ASI ditingkat pusatkarena harus melalui proses tender ditambah lagidengan biaya distribusinya ke kabupaten, makasebaiknya mekanisme dalam distribusi MP-ASI yangdibuat oleh Departemen Kesehatan diubah alurnyaseperti pada Gambar 5 dan 6 mengenai mekanismedistribusi MP-ASI versi-1 dan versi-2.

Gambar 5. Mekanisme Distribusi MP-ASI Versi-1

Gambar 5 menunjukkan bahwa pusat(Departemen Kesehatan) langsung menyalurkandana untuk pembelian MP-ASI kepada DinasKesehatan Kabupaten setelah mengetahui jumlahsasaran anak baduta Gakin di kabupaten. DinasKesehatan Kabupaten setelah menerima dana daripusat kemudian membeli MP-ASI pabrikan yang adadi toko dan selanjutnya mendistribusikan MP-ASIke semua Puskesmas bersama-sama dengan danadistribusi MP-ASI untuk Puskesmas dalampendistribusian MP-ASI ke sasaran melaluiPuskesmas pembantu, polindes dan Posyandu.Diharapkan dengan mekanisme alur seperti versi-1ini, MP-ASI segera dapat dikonsumsi oleh anakbaduta Gakin dengan gizi buruk dan gizi kurangkarena MP-ASI dapat segera didistribusikan kePuskesmas tanpa harus menunggu turunnya danadistribusi MP-ASI dari Dinas Kesehatan Propinsiserta mahalnya biaya dalam pembuatan MP-ASIdapat dikurangi.

Keterangan : : Distribusi : Koordinasi : Laporan

Gambar 6. Mekanisme Distribusi MP-ASI Versi-2

Keterangan :: Distribusi: Koordinasi: Laporan

Page 9: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

120 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008

Hazwin, dkk.: Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas ...

Gambar 6 menunjukkan bahwa pusat(Departemen Kesehatan) langsung menyalurkan danauntuk pembuatan atau pengelolaan MP-ASI Lokal kePuskesmas setelah berkoordinasi dengan DinasKesehatan Kabupaten mengenai jumlah dana yangakan disalurkan berdasarkan banyaknya jumlah anakbaduta dengan gizi buruk di masing-masingPuskesmas. Puskesmas selanjutnya membuat MP-ASI lokal sesuai dengan pola makan penduduksetempat yang selanjutnya mendistribusikannyakepada sasaran setiap minggu di Posyandu. Bagisasaran yang bertempat tinggal di luar pulau danterdapat Puskesmas induk atau walaupun masihdalam satu pulau dengan Puskesmas induk namunletak rumahnya jauh dari Puskesmas induk, makaPuskesmas pembantu dan polindes yang akanmembuatkan MP-ASI Lokal untuk anak baduta Gakintersebut. Diharapkan dengan mekanisme alurdistribusi seperti versi-2 ini, biaya distribusi MP-ASIdari Dinas Kesehatan ke Puskesmas tidak ada lagikarena pembuatan MP-ASI dilakukan di Puskesmasselain itu MP-ASI dapat segera diberikan kepada anakbaduta Gakin dengan gizi buruk dan gizi kurang.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Program MP-ASI selama 3 bulan yang diberikankepada anak baduta Gakin dengan gizi buruk tidakberhasil meningkatkan status gizi anak baduta darigizi buruk ke gizi baik .

Kinerja tenaga pelaksana gizi Puskesmasterhadap efektivitas program MP-ASI pada anakbaduta Gakin dengan gizi buruk adalah rendah, antaralain dalam penentuan usia sasaran, penentuan besarporsi MP-ASI dan dalam penyiapan MP-ASI.

Sistem pendistribusian dan pengelolaan MP-ASIdari Puskesmas pada anak baduta Gakin dengangizi buruk belum sepenuhnya berjalan sesuai denganpedoman pendistribusian dan pengelolaan MP-ASIseperti yang sudah ditetapkan oleh DepartemenKesehatan, antara lain penetapan sasaran,penjelasan penyiapan MP-ASI dan pemantauandistribusi MP-ASI di lapangan.

Sistem pendistribusian dan pengelolaan MP-ASIdi Dinas Kesehatan belum sepenuhnya berjalandengan baik, antara lain Dinas Kesehatan tidakmensosialisasikan MP-ASI kepada LSM dan ormassetempat, tidak mendistribusikan MP-ASI kePuskesmas namun sebaliknya meminta Puskesmasuntuk mengambil sendiri MP-ASI ke DinasKesehatan.

SaranMengusulkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Karimun agar dalam pelaksanaan pro-gram perbaikan gizi di tingkat Puskesmas, kepalaPuskesmas harus selalu berkoordinasi dengan TPGPuskesmas dan menciptakan lingkungan kerja yangsehat sehingga dapat meningkatkan kinerja tenagapelaksana gizi.

Mengusulkan kepada Kepala Dinas KesehatanKabupaten Karimun agar melakukan pertemuanrutin bagi tenaga pelaksana gizi Puskesmas dikabupaten minimal 3 bulan sekali untuk memberikanbimbingan teknis dalam pelaksanaan dan evaluasiprogram perbaikan gizi di Puskesmas.

Mengusulkan kepada Kepala Dinas KesehatanKabupaten Karimun dan Kepala Dinas KesehatanPropinsi Kepulauan Riau agar program MP-ASI dapatdilakukan secara kontinyu sepanjang tahun sehinggakasus-kasus gizi buruk dan gizi kurang dapatdicegah dan ditanggulangi. Bentuk program MP-ASIantara lain pengadaan bubur susu dan biskuit denganmengajukan proyek pengadaan MP-ASI dengan danadari APBD kabupaten dan propinsi serta pengadaanbuku Pedoman Pengelolaan MP-ASI untukPuskesmas dan jajarannya sampai ke Posyandu.

Perlunya sosialisasi program MP-ASI dari DinasKesehatan Kabupaten Karimun kepada kepalaPuskesmas dan TPG Puskesmas dalam bentukPelatihan Manajemen Pendistribusian danPengelolaan MP-ASI tingkat Puskesmas. Materidalam pelatihan meliputi sistem pendistribusian,pengangkutan, penyimpanan, penyiapan danpemberian MP-ASI kepada sasaran.

KEPUSTAKAAN1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja

Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta. 1999.2. Krisnatuti, D. & Yenrina, R., Menyiapkan

Makanan Pendamping ASI. Cetakan Ketujuh.Puspa Swara. Jakarta. 2007.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun. Profil DinasKesehatan Kabupaten Karimun. BidangPeningkatan dan Pemulihan KesehatanMasyarakat (PPKM). Tanjung Balai Karimun. 2006.

4. Berry, L.M. & Houston J.P. Psychology at Work:An Introduction to Industrial and Organizational-Psychology. Wm.C.Brown Communication,Inc., Kerper Boulevard. Dubuque. 1993.

5. McCloy, R.A., Campbell, J.P. & Cudeck, R. A.Confirmatory Test of a Model of PerformanceDeterminants. Journal of Applied Psychology.1994; 79(4): 493-505.

6. Handoko, T.H. Manajemen Personalia dan

Page 10: KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS …

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008 121

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Sumber Daya Manusia. Ed. II. BPFE.Yogyakarta. 2001.

7. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Edisi III. Alfabeta. Bandung. 2007.

8. Departemen Kesehatan RI. PedomanPelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).Jakarta. 2005.

9. Suharto, T. Koordinasi Lintas Sektor pada TimSistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi diKabupaten Sleman, Tesis ProgramPascasarjana IKM, UGM Yogyakarta. 2006.