Download - KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Transcript
Page 1: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL DENGAN GLOBALISASI

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh

dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas.

Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan

kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu

merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum

masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari

ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan

Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah

pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan perkataan lain,

dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan

kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam

berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta

UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa,

mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan,

baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu dikemukaikan bahwa nilai-nilai

budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah

selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-

cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki

oleh masyarakat pendukungnya.

Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga sesuatu yang terbuka,

dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan

funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.

Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa

pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional kita telah

ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri

negara kita dalam Pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta

penjelasannya, yaitu :

“Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia “

Page 2: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

yang diberi penjelasan :

” Kebudayan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat

Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak

kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa.

Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan

tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan

atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan

bangsa Indonesia “.

Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam Pasal

32

1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan

menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai

budaya.

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan

mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa

dan bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak

kurang dari 166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi

belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition),

sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai

suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh

bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan

kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,

ekonomi dan budaya masyarakat.

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk

Page 3: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang

dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap

berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek

kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini

menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat

dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai

salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan

subsistem dari kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh

dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama.

Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para

penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20

dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak

fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan

komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya

perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu

individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.

4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

Page 4: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

6. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

Munculnya arus globalisme yang dalam hal ini bagi sebuah Negara yang sedang

berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang

masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka dengan globalisasi tetapi kita

tidak bisa menghindarinya. Globalisasi harus kita jalani ibarat kita menaklukan seekor

kuda liar kita yang berhasil menunggangi kuda tersebut atau kuda tersebut yang malah

menunggangi kita. Mampu tidaknya kita menjawab tantangan globalisasi adalah

bagaimana kita bisa memahami dan malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan

bertindak.

Persolan utama Indonesia dalam mengarungi lautan Global ini adalah masih banyaknya

kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Dari beberapa persoalan

diatas apabila kita mampu memaknai kembali Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita

masing-masing untuk bisa menjalankan dalam kehidupan sehari-hari, maka globalisasi

akan dapat kita arungi dan keutuhan NKRI masih bisa terjaga.

REVITALISASI PANCASILA SEBAGAI PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL

Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa

national identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin

membawa. Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada

pentingnya menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas

nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional.

Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa

dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-cita

atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga

seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti "Membela Pancasila Sampai Mati"

atau "Dengan Pancasila Kita Tegakkan Keadilan" menjadikan Pancasila seolah dikepung

ancaman dramatis atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrumen tujuan.

Page 5: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Akibatnya, kekecewaan bisa mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan

realitas kehidupan masyarakat.

Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara

otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita,

seperti kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap.

Dengan demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai

cita-cita itu.

Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang

dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski

dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali

kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita

mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong

Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna

penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan

Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.

KETERKAITAN IDENTITAS NASIONAL DENGAN INTEGRASI

NASIONAL INDONESIA

Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuan dan

kesatuanlah yang membawa negeri Indonesia ini menjadi negeri yang besar. Besarnya

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tidaklah mengalami proses kejayaan yang cukup lama,

karena pada waktu itu persatuan cenderung dipaksakan melalui ekspansi perang dengan

menundukkan Negara- Negara tetangga.

Sangat berbeda dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang sebelum

proklamasi tersebut telah didasari keinginan kuat dari seluruh elemen bangsa Indonesia

untuk bersatu dengan mewujudkan satu cita-cita yaitu bertanah air satu tanah air

Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menggunakan bahasa melayu sebagai

bahasa persatuan (Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928)

Page 6: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dilihat dari banyak ragamnya suku, bangsa, ras, bahasa dan corak budaya yang ada

membuat bangsa ini menjadi rentan pergesekan, oleh karena itu para pendiri Indonesia

telah menciptakan Pancasila sebagai dasar bernegara.

Dilihat dari bentuknya Pancasila merupakan pengalaman sejarah masa lalu untuk menuju

sebuah cita-cita yang luhur. Pancasila dilambangkan seekor burung Garuda yang mana

burung tersebut dalam kisah pewayangan melambangkan anak yang berjuang mencari air

suci untuk ibunya, sedangkan pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika berartikan berbeda

tetapi tetap satu. Kemudian tergantung di dada burung tersebut sebuah perisai yang mana

biasanya perisai adalah alat untuk menahan serangan perang pada jaman dulu, jadi kalau

diartikan untuk menjaga integritas bangsa Indonesia baik itu ancaman dari dalam maupun

dari luar yaitu dengan menggunakan perisai yang didalam nya terkandung lima sila.

Dalam pidato bahasa Inggris di Washington Sukarno telah mendapatkan apresiasi yang

luar biasa dari bangsa Amerika yang mana Sukarno pada waktu itu mengenalkan ideologi

Indonesia yaitu Pancasila. Panca berarti Lima dan sila berarti landasan atau dasar yang

mana dasar pertama Negara Indonesia ini dalah berdasar Ketuhanan, kedua berdasar

Kemanusiaan, ketiga persatuan , dan keempat adalah demokrasi, serta kelima adalah

keadilan social.

Seringkali bangsa kita ini mengalami disintegrasi dan kemudian bersatu kembali konon

kata beberapa tokoh adalah berkat kesaktian Pancasila. Sampai pemerintah juga

menetapkan hari kesaktian pancasila tanggal 1 Oktober. Hal ini menunjukan bahwa

sebenarnya Pancasila hingga saat ini masih kuat relevansinya bagi sebuah ideology Negara

seperti Indonesia ini.

Untuk itu dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita

sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila

yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas,

misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-

nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif

diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.

Page 7: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

oleh : RANGGA ADITYA N (UNPAD)

http://ipdn-artikelgratis.blogspot.com/2008/09/ketrekaitan-identitas-nasional-dengan.html

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONALPOSTED BY EKO BUDI WALUYO ON 9:43 PM2 COMMENTS

Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya budaya 

dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam 

pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air.

Di   era   globalisasi  dan   jaringan   informasi   yang  dapat  di   akses  oleh   siapapun  dan  kapanpun 

mengakibatkan terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta 

penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.

Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan budaya global 

adalah  Indonesia,  karena  Indonesia  adalah Negara berkembang dengan tingkat  populasi  yang selalu 

meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses informasi baik 

itu  dalam bentuk   informasi  data  maupun   informasi  global  yang   termasuk  di  dalamnya  unsur-unsur 

budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan ciri  khas Bangsa 

Indonesia.

Indonesia dan masyarakat dunia memiliki visi yang sama akan kemajuan dan peningkatan taraf 

hidup  serta  kemajuan  dalam system pemerintahan,   tetapi  apakah  kemajuan  dan  peningkatan   taraf 

hidup tersebut harus mengorbankan nilai-nilai  budaya yang begitu berharga.  Dan sudah semestinya 

Page 8: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

sebagai generasi penerus, kita harus melestarikan budaya-budaya Indonesia yang mulai terkontaminasi 

oleh budaya-budaya asing yang negatif dan tidak membangun karateristik masyarakat Indonesia.

Insya Allah penulis akan memberikan sedikit penjelasan tentang apa itu identitas nasional lewat 

semangat   nasionalismenya,   globalisasi   dan   perkembangannya   serta   glokalisasi   yang   merupakan 

gabungan antara globalisasi yang dapat diterima oleh budaya lokal.

Identitas Nasional

Secara harfiah identitas adalah ciri-ciri,  tanda-tanda atau jati diri  yang melekat pada sesuatu 

atau   seseorang   yang   membedakannya   dengan   yang   lain.   Pengertian   Identitas   pada   hakikatnya 

merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu 

bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan 

bangsa lain dalam kehidupannya.

Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri  khas yang dimiliki  suatu bangsa 

yang  membedakannya  dari  bangsa   lainnya.  Namun demikian  proses  pembetukan   Identitas  nasional 

bukan  merupakan   sesuatu  yang   sudah   selesai,   tetapi   sesuatu  yang   terbuka  dan   terus  berkembang 

mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu sendiri apabila identitas 

itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi 

nilai identitas nasional itu sendiri.

Secara  umum terdapat  beberapa  dimensi  yang  menjelaskan  kekhasan suatu  bangsa.  Unsur-

unsur identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.

Beberapa dimensi dalam identitas nasional antara lain:

1. Pola Perilaku

adalah gambaran pola  perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari,  Misalnya  :  adat 

istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan 

Page 9: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

salah   satu   identitas  nasional   yang  bersumber  dari   adat   istiadat  dan  budaya.   Semangat  masyarakat 

tentang   pola   perilaku   ini   sudah   mulai   memudar,   seiring   dengan   waktu   budaya   ramah   tamah 

khas Indonesia serta   semangat   gotong   royong   sudah   beralih   wajah   menjadi   acuh   tak   acuh   dan 

individualistis dan materialistis.

2. Lambang-Lambang

adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara. lambang-lambang ini biasanya 

dinyatakan dalam undang-undang, Misalnya : Bendera, Bahasa, dan lagu Kebangsaan.

3. Alat-alat perlengkapan

adalah Sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan 

yang berupa bangunan, peralatan dan tekhnologi, misalnya : bangunan candi, Masjid, Gereja, Peralatan 

manusia seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok tanam : dan teknologi seperti kapal laut, Pesawat 

terbang, dan lainnya

4. Tujuan yang Ingin dicapai

Identitas   yang  bersumber  dari   tujuan   ini  bersifat  dinamis  dan  tidak   tetap   seperti   :  Budaya 

Unggul,   presentasi   dalam bidang   tertentu.   Sebagai   sebuah  bangsa   yang  mendiami   sebuah  Negara, 

tujuan  bersama  bangsa Indonesia telah   tertuang  dalam pembukaan  UUD  45,   Yakni   kecerdasan  dan 

kesejahteraan   bersama   bangsa Indonesia.   Dan   dalam  usaha   tersebut   pemerintah   seharusnya   lebih 

memperhatikan   dunia   pendidikan,   peningkatan   pendidikan   akan   mempengaruhi   kesejahteraan 

rakyat Indonesia secara tidak langsung.

2.2 Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional

Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. 

Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.

1. Sejarah

Page 10: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Indonesia adalah   Negara   yang   begitu   kaya   akan   nilai   sejarah,   itu   dao=pat   dibuktikan   dari 

berbagai tulisan pakar tentang sejarah perjuangan dan usaha dalam merebut kemerdekaan. Sejarah juga 

mencatat,   sebelum menjadi  sebuah  identitas  negara  bangsa yang Modern,  bangsa Indonesia pernah 

mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah 

menurut   banyak   kalangan   telah  menjadi   ciri   khas   tersendiri   bagi   bangsa Indonesia yang   kemudian 

menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia.

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu : 

akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat dilihat pada sikap 

ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas peradabannya, salah satunya tercermin 

dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa 

Indonesia  yang  majemuk,   sebagai  bangsa  maritim,  kehandalan  bangsa   Indonesia  dalam pembuatan 

kapal pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki oleh 

bangsa lain di dunia.

3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian , lebih dari sekedar 

kemajemukan yang bersifat  alamiah tersebut,  tradisi,   tradisi  bangsa Indonesia untuk hidup bersama 

dalam   kemajemukan   merupakan   hal   lain   yang   harus   terus   dikembangkan   dan   dibudayakan, 

kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari 300 kelompok suku, 

beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan nusantara.

4. Agama

Keanekaragam   Agama   merupakan   identitas   lain   dari   kemajemukan   alamiah   Indonesia. 

Menyukuri  nikmat  kemajemukan pemberian Allah dapat  dilakukan dengan salah satunya,  sikap dan 

Page 11: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas 

atas kelompok lainnya.

5. Bahasa

Bahasa   adalah   salah   satu   atribut   identitas   nasional Indonesia.   Sekalipun Indonesia memiliki 

ribuan   bahasa   daerah,   kedudukan   bahasa   Indonesia   sebagai   bahasa   penghubung   ( lingua

franca ) berbagai   kelompok   etnis   yang  mendiami kepulauan   nusantara  memberikan   nilai   identitas 

tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Globalisasi

Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya 

keterkaitan   antara   masyarakat   dengan   faktor-faktor   yang   terjadi   akibat   transkulturisasi   dan 

perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam berbagai konteks sosial, 

budaya,   ekonomi,   dan   sebagainya   memahami   globalisasi   adalah   suatu   kebutuhan,   mengingat 

majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagai mana dikutip sugeng bahagijo dan darmawan 

triwinowo disatu sisi globalisasi menbawa potensi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak Negara, 

peningkatan   standar   hidup   serta   perluasan   akses   atas   informasi   dan   teknologi,   disisi   lain   telah 

membawa kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan global.

Globalisasi  merupakan fenomena berwajah majemuk,  seperti diuraikan scolte(2000),  sebagai 

mana dikutip Sugeng Bahagijo dan darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering diidentikkan dengan: 

1. internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal; 

2.liberalisasi yaitu   pencabutan  pembatasan-pembatasan   pemeritah   untuk  membuka   ekonomi   tanpa 

pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali 

devisa  dan   ijin  masuk  suatu  Negara   (visa);  3.  Universalisasi yaitu   ragam hidup seoerti  makanan Mc 

Donald, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia; 4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam 

Page 12: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

hidup   dan   budaya   barat   atau   amerika;   5.   De-teroterialisasi,   yaitu   perubahan-perubahan   geografi 

sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan distance menjadi berubah.

Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang dibicarakan oleh setiap orang hingga diskusi 

ilmiah dalam lingkungan akademik.

Beberapa unsur penting yang terkait dengan globalisasi adalah:

1. Global Space ( Dunia maya)

Globalisasi informasi ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik dalam 

mengirim dan menerima informasi, surat kabar, radio dan televisi tidak lagi merupakan sumber utama 

informasi;   kehadiran   internet   telah  memudahkan   informasi  dunia  diterima  oleh  siapapun  dipenjuru 

pelosok dunia.  Jika radio dan televisi  masih dapat di  awasi  dan diatur oleh kekuasan politik sebuah 

Negara, tidak demikian dengan media internet.

Dengan media internet, memungkinkan pengiriman informasi dalam jumlah yang tidak terbatas, 

dalam waktu yang lebih cepat, dan dengan biaya lebih murah. Melalui media internet siapapun dapat 

mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau bukti kompetensi apapun.

Keadaan tersebut membawa beberapa akibat sosial dan budaya :

Pertama, mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang 

atau bagian dunia yang hidup dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di tempat lain atau situasi orang 

lain   dapat  menciptakan   suatu   pengetahuan   umum   yang   lebih   luas   dan   aktual   dari   ada   yang   ada 

sebelumnya,   informasi   ini  pada giliranya dapat  menimbulkan suatu solidaritas  global  yang melintasi 

kelompok etnis, batas teritorial negara, atau kelompok agama. Pada saat yang sama, informasi yang 

serba   canggih   ini   dapat   pula  memberikan   kemudahan  bagi   seseorang   atau   suatu   kelompok  untuk 

bergabung dengan kelompok kejahatan  lintas negara untuk merancang kejahatan  internasional  yang 

terorganisir. jaringan terorisme internasional dapat dimasukan ke dalam kelompok ini.

Page 13: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Kedua, dalam bidang politik, batas-batas teritorial suatu negara menjadi kurang berfungsi. Batas 

negara tidak lagi menjadi batas informasi, karena seorang yang berada di sebuah kampung di Jayapura, 

misalnya, dapat berhubungan langsung lewat internet dengan seseorang di New York atu di kota Roma.

Ketiga, semua kategori dalam social space menjadi tidak relavan lagi. Perbedaan sosial seperti 

umur, jenis kelamin, agama, status sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat, tingkat pendidikan 

menjadi tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui jalur internet.

Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang Globalisasi

Beberapa   yang   menjadi   tantangan   besar   dan   bersama,   mengutip   pendapat   Tilaar,   yang 

diakibatkan gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:

1. Program melawan kemiskinan. Globalisasi bukan hanya memberikan banyak nilai positf tetapi juga dapat 

mengakibatkan   semakin   miskinnya   negara-negara   yang   sumber   daya   manusianya   rendah,   serta 

kurangnya   sumber   daya   alam.   Masalah   kemiskinan   bukan   hanya   milik   suatu   masyarakat   tetapi 

merupakan tanggung jawab intenasional. Kesenjangan antara Negara kaya dan Negara miskin semakin 

melebar di dalam era globalisasi apabila tidak diambil langkah untuk membantu yang lemah.

2. Memperjuangkan dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja mengijak-injak 

hak   asasi   manusia   apabila   motif   yang   mendasari   perubahan   sosial   dan   ekonomi   semata-mata 

berdasarkan   frofit.   Hak   Asasi   Manusia   perlu   dijaga   dan   dikembangkan   oleh   karena   itu   dengan 

menghormati Hak Asasi Manusia maka demokrasi akan semakin berkembang. Oleh sebab itu, hak asasi 

manusia harus menjadi agenda internasional untuk menjadi bentang dari arus globalisasi yang dapat 

bersifat dehomanisasi.

3. Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman.   Perdangangan  bebas,   hak   asasi   tidak   dapat 

dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba untuk menciptakan dunia yang 

lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat diwujudkan di dalam kerja sama internasional yang 

aman. Oleh sebab itu, berbagai upaya untuk meningkatkan kerjasama multilateral haruslah dipacu.

Page 14: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

4. Perlu diwujudkan tatanan ekonomi dankeuangan yang baru. Lembaga-lembaga  ekonomi  dan  keuangan 

lama yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia yang lama, seperti badan-badan IMF, 

World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya lebih sesuai dengan tuntutan hidup internasional yang 

baru.

5. Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama manusia.Oleh 

kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama masyarakat dunia.

6. Kerja sama regional perlu di kembangkan di dalam rangka kerja sama internasional.  Bahkan Alan Rugman di 

dalam   bukunya The end of Globalization menyatakan   bahwa   sebenarnya   kerja   sama   internasional 

tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral atau kerja sama nasional dalam rangka 

kerja sama regional tersebut.

Salah satu konsep yang ikut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi 

dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi “Globalization and Indigenous 

Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian produk global dengan karakter lokal. Ada juga 

yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global bertindak lokal.  Menurut Eko Budiarjo guru besar 

Universitas Diponegoro glokalisasi adalah glokalisasi dengan cita rasa lokal.

Dalam wilayah  budaya   ,   glokalisasi   dimaknai  dengan  munculnya   interpretasi  produk-produk 

global   dalam   konteks   lokal   yang   dilakukan   oleh   masyarakat   didalam   berbagai   wilayah   budaya. 

Interpretasi   lokal  masyarakat   tersebut   kemudian   juga  membuka   kemungkinan   adanya   pergeseran 

makna atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium bahasa juga di pergunakan.

Hal   ini   yang  mengakibatkan  banyak   terjadi  penyimpangan   terhadap  nilai-nilai   yang  dulunya 

sangat   dominan   pada   kalangan  masyarakat   dan   dijalankan   dengan   sepenuh   hati,   sekarang   sudah 

menjadi   barang   yang   aneh   dan   langka.   Pengaruh   globalisasi   terhadap   masyarakat   yang 

ditransformasikan   ke   dalam   budaya   Indonesia   yang   akhirnya   akan  mensinergikan   budaya-budaya 

“Timur”   Indonesia   terhadap   budaya   “Barat”   yang   cenderung   kepada   Liberalisme   dalam   usaha 

Page 15: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

pencapaian  Glokalisasi   yang  meminimalisasi   bahkan  menghilangkan   budaya-budaya   Indonesia   yang 

terkenal dengan keramahtamahan dan kesopanan.

Nasionalisme dan Globalisasi

Salah   satu   isu   penting   yang   mengiringi   gelombang   demokrasi   adalah   munculnya   wacana 

multikulturisme.  Multikulturisme   adalah   kesediaan  menerima   kelompok   lain   secara   sama   sebagai 

kesatuan   tanpa  memedulikan   perbedaan   budaya,   etnik,   gender,   bahasa  maupun   agama. Gerakan 

multicultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia sekitar 1950-an.

Multikultural  menjadi   semacam   respon   kebijakan   baru   dalam   keragaman.dengan   kata   lain, 

adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas tersebut 

diperlukan sama oleh warga Negara maupan Negara.

Menurut Achmad Fedyani Safiudin menyatakan ada tiga cara pandang atau pemahaman orang 

tentang multikulturisme, yaitu; 1. Popular; 2. Akademik; 3. Politis.

Karakter masyarakat multikultur adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peacepul co-

existace, hidup berdampingan secara damai. Dalam perspektif multikulturisme, baik individu maupun 

kelompok hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka.

Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat mengadopsi nilai dan budaya dari luar yang baik bagi   bangsa   ini   serta   adanya   badan   pengawasan   serta   pengembangan   budaya   asli   Indonesia   dari Pemerintah,   jangan sampai  budaya tersebut  menjadi  terkikis  dan hilang dari  masyarakatnya sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu 

Hakikat   kemerdekaan   suatu   negara   akan   tampak   disaat   negara   itu   dapat  menghargai   dan 

menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya sendiri, dan selalu membuka diri terhadap nilai positif dari luar 

baik itu yang berbentuk budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain.

Keberagaman adalah suatu berkah dari Pengatur Alam Semesta ini, dan sebagai suatu bangsa 

yang   beragama   kita   seharusnya   dapat  menghargai   keberagaman   global   serta   dapat  memilih   serta 

memilah   yang   terbaik   untuk   diterpakan   di   Negara   tercinta   Republik Indonesia.   Karena   keberagam 

Page 16: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

merupakan hadiah dari Allah SWT yang harus kita syukuri dan harus menjadi pembelajaran bagi kita 

semua,  Allah  menciptakan  manusia  bersuku-suku  dan  berbangsa-bangsa  adalah  untuk   saling  kenal-

mengenal untuk bersama-sama mendapatkan gelar taqwa. Taqwa dalam konteks universal dan global 

adalah terciptanya masyarakat dunia yang madani dan selaras dengan ajaran dan perintah Allah SWT. 

Hal ini termaktub dalam ayat Suci al-Qur’an yang berbunyi :

Artinya   : “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu

damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang

melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut,

damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berlaku adil”.(QS. Al-Hujuraat : 9)

Semangat  bersatu dalam mencari  Ridha dan Cinta Allah pasti akan dapat  menangkal  segala 

bentuk negative globalisme, karena dengan semangat ridha dan cinta kepada Allah maka kita dapat 

mentransformasikan   segala   kaidah  agama  kedalam budaya  dan  kita  dapat  menyesuaikan  tindakan-

tindakan atau aksi yang terstruktur lewat kacamata agama, Allah pasti menolong dan menyelamatkan 

Bangsa ini dari pengaruh negative arus globalisasi, seperti yang sebutkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim :

Artinya : “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung”. (QS.  Al-Mujaadilah : 22)

http://swarajalanan.blogspot.com/2011/10/pengaruh-globalisasi-terhadap-identitas.html

IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Page 17: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

IDENTITAS NASIONAL

Pengertian Identitas Nasional

Kata identitas secara harfiah mempunyai arti yaitu ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang

melekat pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain, baik fisik

maupun non fisik. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada

kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan baik fisik

seperti budaya, cita-cita, dan tujuan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Identitas Nasional

adalah identitas yang melekat pada kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-

kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa atau yang bersifat non fisik seperti

keinginan, cita-cita, dan tujuan.

Secara teoritis pengertian identitas pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai

budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-

ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan

bangsa lain dalam kehidupannya.

Dengan demikian Identitas Nasional suatu bangsa adalah ciri khas yang dimiliki suatu

bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian proses pembetukan

Identitas Nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang

terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran

nilai dari identitas itu sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan,

sehingga mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu

sendiri.

Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-

unsur identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan

letak geografis. Beberapa dimensi dalam identitas nasional antara lain:

1. Pola Perilaku

2. Lambang-Lambang

3. Alat-alat perlengkapan

4. Tujuan yang ingin dicapai

Page 18: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga sesuatu yang terbuka,

dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan

funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.Dengan sifat identitas

nasional yang relatif, mengharuskan setiap bangsa untuk selalu kritis terhadap identitas

nasionalnya agar selalu paham akan makna jati dirinya.

 

 Unsur Pembentuk Identitas Nasional

1.      Sejarah

Catatan sejarah suatu bangsa akan sangat mempengaruhi terbentuknya Identitas Nasional

bangsa tersebut. Misalnya, semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah

menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang

kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia.

2.      Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur

yaitu : akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat

dilihat pada sikap ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas

peradabannya, salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai

kompromi nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa Indonesia yang majemuk. Sebagai

bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di masa lalu

merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki oleh bangsa lain

di dunia.

3.      Suku bangsa

Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari

sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk

hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan

dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan

lebih dari 300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami

kepulauan nusantara.

4.      Agama

Page 19: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Keanekaragam Agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia.

Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan salah satunya,

sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik

mayoritas maupun minoritas atas kelompok lainnya.

5.      Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia

memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bangsa yang digunakan

bahasa melayu) sebagai bahasa penghubung ( lingua franca ) berbagai kelompok etnis

yang mendiami kepulauan nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa

Indonesia.

GLOBALISASI

Pengertian Globalisasi

Secara umum globalisasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan sosial dalam bentuk

semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi

akibat transkulturisasi dan perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat

diterapkan dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya tergantung

dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial,

atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara

di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau

kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya

masyarakat.

Globalisasi sendiri sering diidentikkan dengan:

1.               Internasionalisasi

yaitu hubungan antar negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal.

2.               Liberalisasi

Page 20: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa

pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata

uang, kendali devisa dan ijin masuk suatu Negara (visa).

3.               Universalisasi

yaitu ragam hidup seperti makanan Mc Donald, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru

dunia.

4.               Westernisasi

yaitu ragam hidup dan budaya barat.

5.               De-teroterialisasi

yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan

distance menjadi berubah.

Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang dibicarakan oleh setiap orang hingga

diskusi ilmiah dalam lingkungan akademik. Menurut Tilaar, bahwa pada dasar proses

globalisasi menampakkan wajahnya dalam:

1.          Keterkaitan seluruh masyarakat;

2.          Perusahaan-perusahaan trans-nasional berperan dalam ekonomi global;

3.          Integrasi ekonomi internasional dalam produksi global;

4.          Sistem media trans-nasional yang membentuk “kampung global“ (global village);

5.          Turisme global dan imperalime media;

6.          Konsumerisme dan budaya global

Page 21: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Unsur-unsur penting yang terkait dengan globalisasi

1. Global Space ( Dunia maya)

Globalisasi informasi ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik

dalam mengirim dan menerima informasi. Surat kabar, radio dan televisi tidak lagi

merupakan sumber utama informasi; kehadiran internet telah memudahkan informasi

dunia diterima oleh siapapun dipenjuru pelosok dunia.

Melalui media internet siapapun dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa

persyaratan lisensi atau bukti kompetensi apapun. Keadaan tersebut membawa beberapa

akibat sosial dan budaya :

a.       Mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang atau

bagian dunia yang hidup dalam isolasi.  

b.      Dalam bidang politik, batas-batas teritorial suatu negara menjadi kurang berfungsi. Batas

negara tidak lagi menjadi batas informasi, karena seorang yang berada di sebuah kampung

di Jayapura, misalnya, dapat berhubungan langsung lewat internet dengan seseorang di

Amerika atau di Inggris.

c.        Semua kategori dalam social space menjadi tidak relavan lagi. Perbedaan sosial seperti

umur, jenis kelamin, agama, status sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat,

tingkat pendidikan menjadi tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui jalur

internet.

2. Beberapa Kecenderungan Gelombang Globalisasi terhadap Nasionalisme

Berbagai gejala globalisasi membawa akibat dalam tata kehidupan manusia, dalam pola

tingkah laku, bahkan dalam sistem nilai yang berlaku. Ada beberapa kecenderungan dari

gelombang globalisasi, yaitu :

Page 22: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

                                 i.            salah satu pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi informasi adalah hilangnya

diferensiasi sosial dan dengan itu hirarki sosial menjadi tidak tepat lagi. Dengan demikian

otoritas yang didasarkan pada hirarki sosial cepat atau lambat akan kehilangan kekuatan

dan aktualitasnya. Pada akhirnya hubungan sosial ditentukan oleh kebebasan dan

kepercayaan (trust).

                               ii.            Dengan adanya arus lalu lintas informasi yang sangat canggih, pengawasaan terhadap

akses informasi oleh lembaga sensor atau negara semakin berkurang. hal serupa juga

berlaku di bidang lainnya, seperti pendidikan dan pemeritahan.

                              iii.            Munculnya cyberspace yang menerobos batas teritorial negara akan berdampak negara

tidak lagi memonopoli semua peraturan. Peralihan ini pada tingkat politik menunjukan

peralihan dari government ke governace, dan peralihan dari sifat pengawasaan nasional

sentralistik ke pengawasan yang bersifat lokal atau otonom. Dengan demikian, sentralisme

negara tidak lagi efektif.

                             iv.            Adanya suatu gelombang perubahan di dalam konstelasi politik global. Di dalam

gelombang globalisasi konsteilasi politik mengarah pada kerangka multipoler.

Perdagangan misalnya tidak lagi bersifat hubungan dua negara tetapi dengan berbagai

Negara.

                               v.            Saling menguatnya hubungan antar negara yang berarti semakin kuatnya saling

ketergantungan.

                             vi.            Globalisasi menonjolkan permainan-permainan baru dalam kehidupan masyarakat, yaitu

aktor-aktor non pemerintahan, atau disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

                            vii.            Lahirnya isu baru dalam agenda hubungan internasional misalnya tentang hak asasi

manusia.

3. Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang Globalisasi

Page 23: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Beberapa yang menjadi tantangan besar dan bersama, mengutip pendapat Tilaar, yang

diakibatkan gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:

                                 i.            Program melawan kemiskinan. Globalisasi bukan hanya memberikan banyak nilai positf

tetapi juga dapat mengakibatkan semakin miskinnya negara-negara yang sumber daya

manusianya rendah, serta kurangnya sumber daya alam.

                               ii.            Memperjuangkan dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat

saja mengijak-injak hak asasi manusia apabila motif yang mendasari perubahan sosial dan

ekonomi semata-mata berdasarkan profit.

                              iii.            Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi

tidak dapat dilakukan di dalam negara yang kacau.

                             iv.            Perlu diwujudkan tatanan ekonomi dan keuangan yang baru. Lembaga-lembaga ekonomi

dan keuangan lama yang dilahirkan pada masa perang dingin serta tatanan dunia yang

lama, seperti badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya lebih sesuai

dengan tuntutan hidup internasional yang baru.

                               v.            Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama

manusia. Oleh kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama

masyarakat dunia.

                             vi.             Kerja sama regional perlu dikembangkan dalam rangka kerja sama internasional.

 

 

Implikasi Globalisasi terhadap Identitas Nasional

Identitas nasional dan globalisasi merupakan kedua hal yang saling bertolak

belakang.Bahkan adanya globalisasi dapat menlunturkan bahkan perlahan-lahan

menghilangkan identitas nasional suatu negara, terutama pada Negara- Negara

berkembang termasuk Indonesia.Munculnya arus globalisme bagi sebuah Negara yang

Page 24: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

sedang berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai sebuah bangsa. Sebagai

bangsa yang masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka dengan globalisasi

tetapi kita tidak bisa menghindarinya.Globalisasi harus kita jalani ibarat kita menaklukan

seekor kuda liar kita yang berhasil menunggangi kuda tersebut atau kuda tersebut yang

malah menunggangi kita.Mampu tidaknya kita menjawab tantangan globalisasi adalah

bagaimana kita bisa memahami dan malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan

bertindak.

Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang globalisasi adalah munculnya wacana

multikulturisme. Multikulturisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama

sebagai kesatuan tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun

agama. Gerakan multicultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia sekitar 1950-

an.

Multikultural menjadi semacam respon kebijakan baru dalam keragaman.dengan kata lain,

adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah

komunitas tersebut diperlukan sama oleh warga Negara maupan Negara.

Karakter masyarakat multikultur adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peacepul

co-existace, hidup berdampingan secara damai. Dalam perspektif multikulturisme, baik

individu maupun kelompok hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik

dan kultur mereka.Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat mengadopsi nilai

dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya badan pengawasan serta

pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah, jangan sampai budaya tersebut

menjadi terkikis dan hilang dari masyarakatnya sendiri, akibat dari arus globalisasi yang

begitu

Hakikat kemerdekaan suatu negara akan tampak disaat negara itu dapat menghargai dan

menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya sendiri, dan selalu membuka diri terhadap nilai

positif dari luar baik itu yang berbentuk budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain.

Keberagaman adalah suatu berkah dari Pengatur Alam Semesta ini, dan sebagai suatu

bangsa yang beragama kita seharusnya dapat menghargai keberagaman global serta dapat

memilih serta memilah yang terbaik untuk diterpakan di Negara tercinta Republik

Indonesia.

Page 25: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

http://daniumar20.blogspot.com/2012/03/identitas-nasional-dan-globalisasi.html

Keterkaitan Identitas Nasional dengan Integrasi Nasional Indonesia

Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya

persatuan dan kesatuanlah yang membawa negeri Indonesia ini menjadi

negeri yang besar. Besarnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tidaklah

mengalami proses kejayaan yang cukup lama, karena pada waktu itu

persatuan cenderung dipaksakan melalui ekspansi perang dengan

menundukkan Negara- Negara tetangga.

Sangat berbeda dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus

1945 yang sebelum proklamasi tersebut telah didasari keinginan kuat dari

seluruh elemen bangsa Indonesia untuk bersatu dengan mewujudkan satu

cita-cita yaitu bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa

Indonesia dan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan

(Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928).

Dilihat dari banyak ragamnya suku, bangsa, ras, bahasa dan corak budaya

yang ada membuat bangsa ini menjadi rentan pergesekan, oleh karena itu

para pendiri Indonesia telah menciptakan Pancasila sebagai dasar bernegara.

Dilihat dari bentuknya Pancasila merupakan pengalaman sejarah masa

lalu untuk menuju sebuah cita-cita yang luhur. Pancasila dilambangkan

seekor burung Garuda yang mana burung tersebut dalam kisah pewayangan

melambangkan anak yang berjuang mencari air suci untuk ibunya,

sedangkan pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika berartikan berbeda tetapi

Page 26: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

tetap satu. Kemudian tergantung di dada burung tersebut sebuah perisai

yang mana biasanya perisai adalah alat untuk menahan serangan perang

pada jaman dulu, jadi kalau diartikan untuk menjaga integritas bangsa

Indonesia baik itu ancaman dari dalam maupun dari luar yaitu dengan

menggunakan perisai yang didalam nya terkandung lima sila.

Dalam pidato bahasa Inggris di Washington Sukarno telah mendapatkan

apresiasi yang luar biasa dari bangsa Amerika yang mana Sukarno pada

waktu itu mengenalkan ideologi Indonesia yaitu Pancasila. Panca berarti

Lima dan sila berarti landasan atau dasar yang mana dasar pertama Negara

Indonesia ini dalah berdasar Ketuhanan, kedua berdasar Kemanusiaan,

ketiga persatuan , dan keempat adalah demokrasi, serta kelima adalah

keadilan social.

Seringkali bangsa kita ini mengalami disintegrasi dan kemudian bersatu

kembali konon kata beberapa tokoh adalah berkat kesaktian Pancasila.

Sampai pemerintah juga menetapkan hari kesaktian pancasila tanggal 1

Oktober. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Pancasila hingga saat ini

masih kuat relevansinya bagi sebuah ideology Negara seperti Indonesia ini.

Untuk itu dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas

asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan

bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai

penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta

UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral,

tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif

diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun

internasional. http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/keterkaitan-identitas-nasional-

dengan.html

Page 27: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional bangsa Indonesia

                 

                 

Kelompok III

Sitti julhaja      (910312906211.015)

Siti karyawati  (910312906211.024)

Isra                        (910312906211. 039)

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) AVICENNA

KENDARI

2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT, pencipta alam semesta yang masih member kesempatan dan

kekuatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini denan semaksimal mngkin.

Page 28: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Salawar dan salam selalu tercurahkan atas junjungan Nabi Muhamad SAW yang menjadi

teladah dalam kehidupan ini.

Tugas dalam hal ini makalah yang berjudul “Identitas Nasional Bangsa Indonesia” dapat

disusun karena atas bimbingan, arahan dan masukan dari semua pihak terutama dosen

pembimbing mata kuliah kewarganegaraan, sehingga tak lupa kami ucapkan banyak terima

kasih.

Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang luput dari kekhilafan. Kami menyadari

bahwa tugas dalam hal ini makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis, maka penulis ingin membutukan saran,

kritik dan masukan dari para pembaca dan pendengar yang sifatnya membangun agar

pembuatan makalah ini selanjutnya mampu mengurangi kesalahan-kesalahan yang penulis

buat sehingga menjadikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

                                    Kendari, februari 2012

                                    penulis

                                                                                                    

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI       

BAB I                PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Page 29: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

1.2  Rumusan Masalah

a.       Pengertian identitas nasional

b.      Hakekat bangsa dan Negara

c.       Unsur-unsur identitas nasional

d.      Keterkaitan globalisasi dengan identitas nasional

e.       Keterkaitan integritas identitas nasional

f.       Revitalisasi pancasila sebagai pemberdayaan identitas nasional

1.3  Tujuan

1.4  Batasan Masalah

BAB II    PEMBAHASAN

2.1  Identitas Nasional

2.2  Hakekat Bangsa dan Negara

2.3  Unsur-unsur Identitas Nasional

2.4  Keterkaitan antara Identitas Nasional dengan Globalisasi

2.5  Keterkaitan antara Identitas Nasional dengan Integrasi

2.6  Revitalisasi Pancasila sebagai Identitas Nasional

BAB III    PENUTUP

3.1  Kesimpulan

3.2  Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Page 30: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

1.1  Latar Belakang

Identitas nasional secara terminologis adalah suatu cirri yang dimiliki oleh suatu bangsa

yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.Berdasarkan

perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas

sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,sifat,cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.

Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas maka

identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau

lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa (Khalis purwanto, 2009).

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan

nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang

kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai

suatu kesatuan nasional (Khalis purwanto, 2009).

Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat

membantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara(Khalis purwanto, 2009).

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah

1.      Pengertian identitas nasional

2.      Hakekat bangsa dan Negara

3.      Unsur-unsur identitas  nasional

4.      Keterkaitan identitas nasional dengan globalisasi

5.      Revitalisasi pancasila sebagai identitas nasional

6.      Keterkaian antara identitas nasionl dengan intergrasi

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian identitas nasional

2.      Mengetahui hakekat bangsa dan Negara

Page 31: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

3.      Mengetahui unsur-unsur identitas nasional

4.       mengetahui kaitan antara identitas nasional dengan globalisasi

5.      Mengetahui kaitan antaraidentitas nasional dengan intergrasi

6.      Mengetahui revitalisasi sebagai identitas nasional

1.4  Batasan masalah

Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang :

1.      Pengertian identitas nasional

2.      Pengertian hakekat bangsa dan Negara

3.      Unsur-unsur identitas nasional

4.      Kaitan identitas nasional dengan globalisasi

5.      Kaitan antara identitas nasional dengan  intergasi

6.      Revitalisasi pancasila sebagai identitas nasional

BAB II

Page 32: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Identitas Nasional

Identity : ciri-ciri, tanda atau jati diri

 Term antropologi : identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan

kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau negara sendiri

(http://blog.unnes.ac.id/karuniayenisusilowaty/2011/10/20/pengertian -identitas-nasional/ :

Karunia Yeni Susilawaty, Oktober 20, 2011).

Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu

bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki

identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa

tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan

selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim

hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan

profesi (Ismaun, 1981: 6).

Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar

yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa

maupun non fisik, seperti keinginan,cita-cita dan tujuan. Jadi adapun pengertian identitas

sendiri adalah ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu

yang bisa membedakannya (Ismaun, 1981: 6).

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh

dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas.

Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan

kehidupannya (Ismaun, 1981: 6).

Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi

nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama

besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan bdari ratusan suku yang

kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan

acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 33: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut

terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional”

sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat

dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian

suatu bangsa (Ismaun, 1981: 6).

Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar

psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh

karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya  senantiasa

memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan

manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian

atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari

faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.

Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada

pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh

karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam

hubungan dengan manusia   lain (Ismaun, 1981: 6).

2.2  Hakekat Bangsa dan Negara

2.1.1     Hakekat Bangsa

Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham

kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-

konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan

Antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain

istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional,

nasionalisme yang diturunkan dari kata asing “nation” yang bersinonim dengan kata

bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah bangsa

secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap aktual hingga saat ini (Khalis Purwanto,

2009).

Page 34: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan “nation”, artinya

masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut :

1. Satu kesatuan bahasa ;

2. Satu kesatuan daerah ;

3. Satu kesatuan ekonomi ;

4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;

5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 dan sering diperdebatkan,

dipertanyakan apakah yang dimaksud dengan bangsa?, salah satu teori tentang bangsa

sebagai berikut :

a.       Teori Ernest Renan

Pembahasan mengenai pengertian bangsa ditemukan pertama kali oleh Renest Renan

tanggal 11 maret 1982, yang dimaksud oleh bangsa adalah jiwa asas kerohanian yang

timbul dari: kemuliaan berssama diwaktu lampau, yang merupakan aspek historis,

keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang

merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan

masa lampau, baik untuk kini dan yang akan datang.

Lebih lanjut Ernest Renan “mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat mutlak

adanya bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama

pada waktu sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan

kesediaan memberikan pengorbanan-pengorbanan”.

Bila warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi eksistensi bangsanya, maka

bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam E. Tamburaka,

1999 : 82). Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada kesadaran moral (conscience

morale), teori ini dapat digolongkan pada Teori Kehendak,

2.1.2     Sifat dan Hakekat Negara

Page 35: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat

menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi

setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut.

Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada

landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara yang

bersifat umum dan dimiliki oleh semua Negara, yaitu: a. Sifat memaksa

Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya,

hal ini bersifat mutlak dan memaksa.

b. Sifat monopoli

Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai

sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.

c. Sifat mencakup semua

Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya.

Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak

hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara

keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.

d. Sifat menentukan

Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas

Negara itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral

dan dapat pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara

(kecuali orang asing) menjadi anggota politik Negara.

Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara berdasarkan pada landasan ideologi

Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan

pancasila, yakni:

1.      Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu

kesesuaian dalam arti sebab dan akibat)(merupakan suatu nilai-nilai agama).

2.      Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia. 

Page 36: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

3.      Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang

berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan negara Indonesia sehingga

terwujud satu kesatuan.

4.      Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat rakyat.

5.      Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil

Pengertian sifat-sifat meliputi empat hal yaitu:

1.      Sifat lahir, yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai dengan

pandangan hidup bangsa bangsa Indonesia.

2.      Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia antara lain berupa unsur-unsur

Negara, yang diantaranya: • Kekuasaan Negara • Pendukung kekuasaan Negara • Rakyat

• Wilayah • Adat istiadat • Agama.

3.      Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia, yaitu bentuk

Negara Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan rakyat.

4.      Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara Indonesia, antara

lain:

Ø  Kekuasaan Negara yang berupa kedaulatan rakyat

Ø   kekuasaan tugas dan tujuan Negara untuk memelihara keselamatan, keamanan dan

perdamaian.

Ø  Kekuasaan Negara untuk membangun, memelihara serta mengembangkan

kesejahteraan dan kebahagiaan.

Ø  Kekuasaan Negara untuk menyusun dan mengadakan peraturan perundang-undangan

dan menjalankan pengadilan.

Ø  Kekuasaan Negara untuk menjalankan pemerintahan.

Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentik perwujudan dari sifat-sifat Negara yang

telah dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:

a. Teori Sosiologis

Page 37: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kebutuhan antar

individu tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang lingkup masyarakat

terdapat banyak kepentingan individu yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak

jarang pula saling bertentangan.

Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan kepentingan-

kepentingannya agar dapat hidup dengan rukun.

b. Teori Yuridis

1. Patriarchaal

Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang bijaksana dan

kuat yang dijadikan sebagai kepala keluarga.

2. Patriamonial

Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap orang yang berada

di wilayah tersebut haru tunduj terhadap raja tersebut.

3. Perjanjian

Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi hak-hak masyarakat

itu, dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka masyarakat dapat meminta pertanggung

jawaban raja.

2.3  Unsur-Unsur Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukan itu

merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,

kebudayaan, dan bahasa:

a.       Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak l

hir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat

banyak sekali suku bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.

b.      Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama

yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai

Page 38: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah

agama resmi negara dihapuskan.

c.       Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah

perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh

pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi

dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan

benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

d.      Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami

sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan

manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagian Identitas

menjadi 3 bagian sebagai berikut

1.      Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar

Negara, dan ldeologi Negara.

2.      Dentitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa

Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

3.      Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme

dalam suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (agama).

2.4  Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan

tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya

teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia

tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa

Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan

menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula

yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai

peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan.

Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin ketat. Batas antarnegara hampir tidak

ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang (Kaelan dan Zubaidi.2007).

Page 39: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Di dalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi,

saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang

perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan tata nilai yang

merupakan jati diri bangsa Indonesia?

Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor, yaitu:

1.      Semakin menonjolnya sikap individualistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi

di atas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan asas gotong-royong; serta.

2.      Semakin menonjolnya sikap materialistis, yang berarti harkat dan martabat

kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh

kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak

dipersoalkan lagi. Apabila hal ini terjadi, berarti etika dan moral telah dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai

asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan

berakibat lebih sering ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa

dan negaranya (Kaelan dan Zubaidi.2007).

Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong nilai-nilai yang telah

ada di dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung, akan mengganggu

ketahanan di segala aspek kehidupan, bahkan akan mengarah pada kredibilitas sebuah

ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras tersebut, harus

diupayakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat terjaga, yaitu dengan

cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada konsep

Identitas Nasional (Kaelan dan Zubaidi.2007).

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan

negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan munculnya

kejahatan yang bersifat transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan

tersebut, antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money laundring),

peredaran dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme. Masalah-masalah tersebut

berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika sehingga

sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

Page 40: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Jika hal tersebut tidak dapat dibendung, akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di

segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai Identitas

Nasional. Identitas Nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan

berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang “dihimpun” dalam

satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh

“Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar dan arah pengembangannya.

Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional adalah Suku bangsa, Agama, Kebudayaan, dan

bahas (Kaelan dan Zubaidi, 2007).

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat

memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional

Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga

menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional

berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas

sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.

Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat

khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di

dunia.Uraiannya mencakup :

1.      Identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal

dan monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus

monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain

dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau

pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara

individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada

dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.

2.      Identitas nasionalIdentitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada

keanekaragaman) baik menyangkut sosiokultural atau religiositas. – Identitas fundamental/

ideal = Pancasila yang merupakan falsafah bangsa.- Identitas instrumental = identitas

sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945,

lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.- Identitas religiusitas =

Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.- Identitas sosiokultural = Indonesia

Page 41: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

pluralistik dalam suku dan budaya.- Identitas alamiah = Indonesia merupakan negara

kepulauan terbesar di dunia.

3.      Nasionalisme Indonesia Nasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan

seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat

efektif sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno

adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya

dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

4.      Integratis Nasional Menurut Mahfud M.D integrai nasional adalah pernyataan

bagian-bagian yang berbeda dari suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih

untuh , secara sederhana memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak

jumlahnya menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan

keadilan, kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membersakan SAR.

Ini perlu dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat

kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.KesimpulanIdentitas Nasional Indonesia adalah

sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di

dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang

dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun

berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam

Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa.

Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada

diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi

kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional

yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa

bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk

mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan

wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan

bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang

berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak

Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199.

kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah

Page 42: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

“puncak-puncak dari kebudayaan daerah”.

Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga

ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara

kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang

diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya:

“yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan

diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk

pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa

menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas

bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”.

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal

32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi

kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat

penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya

kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan

nasional tidak dijelaskan secara gamblang(Kaelan dan Zubaidi, 2007).

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi

kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-

kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh

Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa

yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam

kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar

dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa

dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. 

2.5  Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk

mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah

dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya

mcmbangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya

membangun dan membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan,

Page 43: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam mcncntukan komposisi dan rnckanisme

parlemen. Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu

terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya

pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi

nasional menunjukkan kckuatan persatuan dan kesaluan bangsa yang diinginkan. Pada

akhirnya, persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya

negara yang makmur, aman. dan tentram. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan

Barat, dan Papua merupakan cermin belum terwujudnya integrasi nasional yang

diharapkan. Adapun keterkaitan integrasi nasional dengan Identitas Nasional adalah

bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang

sedang dibangun(Kaelan dan Zubaidi, 2007).

2.6  Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional

Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa

national identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin

membawa. Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada

pentingnya menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas

nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional.

Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi

bangsa dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan

cita-cita atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan

sehingga seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti “Membela Pancasila

Sampai Mati” atau “Dengan Pancasila Kita Tegakkan Keadilan” menjadikan Pancasila

seolah dikepung ancaman dramatis atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas

instrument tujuan. Akibatnya, kekecewaan bisa mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak

menjadi pantulan realitas kehidupan masyarakat.

Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara

otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita,

seperti kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap.

Page 44: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dengan demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai

cita-cita itu.

Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain  yang

dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski

dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali

kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita

mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong

Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna

penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan

Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila

(Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras,2006).

Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti

menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak

salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila,

Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan

guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan

Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila

(Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras,2006).

                                                                                                   

Page 45: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki

wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah system hokum/perundang

– undangan, hak dan kewaiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.

Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam

proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan

hidup bersama serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu “kesatuan nasional”.

Hakekat Negara adalah merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok manusia

melakukan kegiatan pemerintahan.

Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang terkandung

unsur-unsur pembentuk seperti suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Dalam era

globalisasi tatantangan kita dalam mempertahankan identitas kt sangat berat karena mulai

berkurangnya nilai-nilai yang berada di dalam masyarakat.

Diera Globalisasi seperti sekarang ini Identitas Nasional merupakan hal yang harus

diperhatikan, karena Identitas Nasional merupaka hal yang membuat bertahan atau

tidaknya ciri khas dan karakteristik suatu bangsa yang seharusnya menjadi kebanggan

bangsa itu sendiri karena, Identita Nasional merupakan salah satu senjata untuk bersaing

kearah yang lebih positif diera Globalisasi ini.

3.2  Saran

Page 46: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang

pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan negara Indonesia dan diharapkan dapat

diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara

dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ismaun Chaplien77.blospot.com/1981/07/pengertian dan hakikat-bangsa.html

Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:Paradigma, Edisi

pertama.

Page 47: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Karunia Yeni Susilawaty. 2011. http://blog.unnes.ac.id/ karuniayenisusilowaty

/2011/10/20/pengertian -identitas-nasional/

M. Khalis Purwanto , MM. 2009. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.

Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui

Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University Press

Rustam E. Tamburaka, 1999 : 82. http://id.shvoong.com/social-sciences/1747413-identitas-

nasional-indonesia/#ixzz1nAEkeHOF

http://irmairayanti.blogspot.com/2012/02/identitas-nasional.html

IDENTITAS NASIONAL

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia

senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-

kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi

yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai

dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup

dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi

Page 48: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka

membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi

yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah

tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki

pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan

hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri.

Di dunia ini masih ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang

telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya

sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan

bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah

bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara

juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang

disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.

Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai

bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang

aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya

dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik,

moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif

diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu

dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi

bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis,

melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat

menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan

implikasinyaadalahidentitas nasional juga sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis

untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan funsional dalam kondisi

aktual yang berkembang dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang kini sedang melanda

masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk

mengembangkan Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional

sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam Pembukaan, khususnya

dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu : Kebudayan bangsa ialah

kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya.

Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah

seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju

Page 49: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru

dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan

bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “. Kemudian

dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam Pasal 32:

1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan

menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai

budaya.

2. Negara menghormatio dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya

nasional.

Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan

mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa

dan bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak

kurang dari 166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun

1952.

Pengertian Identitas Nasional

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara

etimologis , identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “ nasional”. Kata identitas

berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati

diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan dengan

yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari

bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri

yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Jadi,

pegertian Identitas Nsaional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat

pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi

dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum

yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan

norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule

of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak

asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia.

Page 50: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional Indonesia :

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih

3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya

4. Lambang Negara yaitu Pancasila

5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila

7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

9. Konsepsi Wawasan Nusantara

10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Unsur-Unsur Identitas Nasional

Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:

1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak

lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat

banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.

2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan

tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha

dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama

Page 51: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama

resmi negara dihapuskan.

3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah

perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh

pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi

dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan

benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami

sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia

dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3

bagian sebagai berikut :

• Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara, dan

Ideologi Negara

• Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa

Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

• Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam

suku, bahasa, budaya, dan agama, sertakepercayaan.

Menurut sumber lain ( http://goecities.com/sttintim/jhontitaley.html) disebutkan bahwa:

Satu jati diri dengan dua identitas:

Page 52: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

1. Identitas Primordial

• Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya: jawab, batak, dayak, bugis, bali,

timo, maluku, dsb.

• Orang dengan berbagai latar belakang agama: Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha,

dan sebagainya.

2. Identitas Nasional

• Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya.

• Perlu diruuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis

adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa

tersebut dengan bangsa lain.

Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh

kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era globalisasi

dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah

masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi

sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social,

politik dan kebudayaan. Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan

suatu ideologi, yaitu dari ideologi partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi

seperti ini kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara

nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-

negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan lambat

laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan

tersebut sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee,

cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi pengaruh budaya

asing akan menghadapi Challence dan response. Jika Challence cukup besar sementara

response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada

bangsa Aborigin di Australia dan bangfsa Indian di Amerika. Namun demikian jika

Challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang

Page 53: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam

menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang

merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya

globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi

dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah

kebangkitan kembali kesadaran nasional.

Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

1. Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi:

• Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis

• Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yang dimiliki

bangsa Indonesia (Suryo, 2002)

2. Menurut Robert de Ventos, dikutip Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of

Identity” (Suryo, 2002), munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi

historis ada 4 faktor penting, yaitu:

• Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya.

• Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan

bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupan bernegara.

• Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya

birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional

• Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional

bangsa Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai

kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

Page 54: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Faktor pembentukan Identitas Bersama. Proses pembentukan bangsa- negara

membutuhkan identitas-identitas untuk menyataukan masyarakat bangsa yang

bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa,

yaitu :

• Primordial

• Sakral

• Tokoh

• Bhinneka Tunggal Ika

• Sejarah

• Perkembangan Ekonomi

• Kelembagaan

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia sebagai berikut

1. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan bangsa asing

lebih kurang selama 350 tahun

2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu penjajahan

3. Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang membentang dari

Sabang sampai Merauke

Page 55: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu

bangsa

Cita- Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia.

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan

makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai

dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara Indonesia yang

merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.

Secara rinci sbagai berikut :

1. Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Memajukan kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi,

dan keadilan sosial

Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai ,

demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,

beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan

lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta memiliki etos kerja yang

tinggi serta berdisiplin. Setelah tidak adanya GBHN makan berdasarkan Rencana

Pembangunan Jangka mengenah (RPJM) Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi

pembangunan nasional adalah :

Page 56: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan

damai.

2. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung tinggi hukum,

kesetaraan, dan hak asasi manusia.

3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan

penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang

berkelanjutan.

Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki

sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan

prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan

bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari

filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar

filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada

pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula

bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya

bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan

dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup

panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional. Menurut sumber lain

(http://unisosdem.org.kliping_detail.php/?aid=7329&coid=1&caid=52) Disebutkan bahwa:

kegagalan dalam menjalankan dan medistribusikan output berbagia agenda pembangnan

nasional secaralebih adil akan berdampak negatif pada persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan menjadi slah satu elemen utama dalam

memperkuat eksistensi Negara/Bangsa. Study Robert I Rotberg secara eksplisit

mengidentifikasikan salah satu karakteristik penting Negara gagal (failed states) adalah

ketidakmampuan negara mengelola identitas Negara yang tercermin dalam semangat

Page 57: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai persoalan nasionalnya. Ketidakmampuan ini

dapat memicu intra dan interstatewar secara hamper bersamaan. Penataan, pengelolaan,

bahkan pengembangan nasionalisme dalam identitas nasional, dengan demikian akan

menjadi prasyarat utama bagi upaya menciptakan sebuah Negara kuat (strong state).

Fenomena globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah meluluhkan batas-

batas tradisional antarnegara, menghapus jarak fisik antar negara bahkan nasionalisme

sebuah negara. Alhasil, konflik komunal menjadi fenomena umum yang terjadi diberbagai

belahan dunia, khususnya negara-negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda

Indonesia. Dalam konteks Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik

geografis Indonesia. Berbagai tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen

etnonasionalis yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian

internasional. Nasionalisme bukan saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap

mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional, tetapi

juga bermakna sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap segala aspek

pembangunan nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame membutuhkan sebuah

wisdom dalam mlihat segala kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus mengoreksi

diri demi tercapainya cita-cita nasional. Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang

berbunyi sebagai berikut:

1. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa

dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena tidak sesuai

dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah hak semua

bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.

2. Alinea kedua menyebutkan: “ dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah sampailah

kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia

kepada depan gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan

makmur. Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).

Page 58: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

3. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan

didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat

Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila Negara ingin mencapai

cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridha Allah SWT yang

merupakan dorongan spiritual.

4. Alinea keempat menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, menmcerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan

kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan

rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa

Indonesia melalui wadah Negara kesatuan republik Indonesia.

PENUTUP

Kesimpulan

Sekilas kata-kata diatas memang membuat tanda tanya besar dalam memaknainya. Beribu-

ribu kemungkinan yang terus melintas dibenak pikiran, untuk menjawab sebuah

pertanyaan yang membahas tentang identitas nasional.Kendatipun, dalam hidup

keseharian yang mencakup suatu negara berdaulat, Indonesia sendiri sudah menganggap

bahwa dirinya memiliki identitas nasional. Identitas nasional merupakan pandangan hidup

bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga

mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Unsur-unsur dari identitas nasional adalah Suku Bangsa: gol sosial (askriptif : asal lhr),

golongan,umur. Agama : sistem keyakinan dan kepercayaan. Kebudayaan: pengetahuan

manusia sebagai pedoman nilai,moral, das sein das sollen,dlm kehidupan aktual. Bahasa :

Page 59: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Bahasa Melayu-penghubung (linguafranca). Faktor-faktor kelahiran identitas nasional

adalah Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia

meliputi faktor subjektif dan factor objektif, Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial,

bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi

dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam

kehidupan bernegara. Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang

resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Faktor reaktif,

pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia

yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari

penjajahan bangsa lain.

Saran

Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat

membedakannya dengan bangsa lain. Jadi, untuk dapat mempertahankan keunika-keunikan

dari bangsa Indonesia itu sendiri maka kita harus menanamkan akan cinta tanah air yang

diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap atura-aturan yang telah

ditetapkan serta mengamalkan nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam

pancasila yang dijadikan sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan

keunikan inilah, Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan

bangsa lain dan itu semua tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan

dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.

Identitas Nasional Indonesia

March 27th, 2010 • Related • Filed Under

Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga

menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional

berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas

Page 60: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi

bersama.Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa

Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. dentitas Nasional

Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan

bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau

kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan

keamanan.

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat

memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional

Indonesia. Moto nasional Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal” atau “kesatuan dalam

keragaman”. Hal ini diciptakan oleh para pemimpin Republik yang baru diproklamasikan

pada tahun 1945 dan tantangan politik adalah sebagai benar mencerminkan hari ini seperti

yang lebih dari 50 tahun yang lalu. Karena meskipun setengah abad menjadi bagian dari

Indonesia yang merdeka telah menimbulkan perasaan yang kuat tentang identitas nasional

di lebih dari 13.000 pulau-pulau yang membentuk kepulauan, banyak kekuatan lain yang

masih menarik negara terpisah. Deklarasi kemerdekaan mengikuti proses yang lambat

penjajahan Belanda yang dimulai pada abad ke-17 dengan penciptaan VOC Belanda.

Saat itu rempah-rempah yang menarik para pedagang Eropa untuk koleksi pulau-pulau

kecil di tempat yang sekarang Eastern Indonesia. Belanda memonopoli perdagangan dan

dari sana memperluas pengaruh mereka – terutama melalui pemerintahan tidak langsung –

di koleksi kesultanan dan kerajaan yang independen yang membentuk daerah itu. Kesatuan

politik di bawah Belanda hanya dicapai pada awal abad ini, meninggalkan identitas

regional yang kuat utuh.

Menghadapi identitas nasional

Page 61: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Bangsa Indonesia sendiri masih kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana untuk

menyatukan negara yang mempunyai lebih dari 250 kelompok etnis, yang memiliki

pengalaman dari Belanda bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Sukarno, yang menjadi presiden pertama dari Republik, adalah seorang nasionalis

tertinggi. Dialah yang menciptakan ideologi nasional Indonesia Pancasila dirancang untuk

mempromosikan toleransi di antara berbagai agama dan kelompok-kelompok ideologis.

Penyebaran bahasa nasional – Bahasa Indonesia – juga membantu menyatukan multi-

bahasa penduduk.

GEOGRAFI

Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, sekitar 6.000 yang dihuni. ini tersebar di kedua sisi

dari garis khatulistiwa.Lima pulau terbesar adalah Jawa, Sumatra, Kalimantan (di

Indonesia bagian dari Kalimantan), New Guinea (bagian dari Papua Nugini), dan Sulawesi.

Indonesia berbatasan dengan Malaysia di pulau Kalimantan dan Sebatik, Papua Nugini di

pulau New Guinea, dan Timor Timur di pulau Timor.

Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak di DKI Jakarta.

DEMOGRAFI

pemerintah secara resmi hanya mengakui enam agama: Islam, Protestan, Katolik Roma,

Hindu, Buddha, dan Konghucu. Walaupun bukan merupakan negara Islam, Indonesia

adalah dunia yang paling padat penduduknya mayoritas beragama Islam. Dan agama yang

paling minoritas adalah Hindu dan Budha,meskipun begitu tetap berpengaruh pada

kebudayaan bangsa Indonesia.

Page 62: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

IDEOLOGI

Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik menyangkut

sosiokultural atau religiositas. Identitas fundamental/ ideal adalah Pancasila yang

merupakan falsafah bangsa. Identitas instrumental adalah identitas sebagai alat untuk

menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara,

bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.

POLITIK NEGARA

Indonesia adalah republik dengan sistem presidensiil. Sebagai negara kesatuan, kekuasaan

terkonsentrasi di pemerintah pusat. Semenjak Tahun 1998 amandemen UUD 1945 di

Indonesia telah dirubah eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Presiden Indonesia adalah

kepala negara, komandan-in-chief dari Angkatan Bersenjata Nasional Indonesia, dan

direktur pemerintahan dalam negeri, pembuatan kebijakan, dan luar negeri. Presiden

menunjuk sebuah dewan menteri, yang tidak perlu dipilih anggota legislatif. Pemilihan

presiden tahun 2004 adalah yang pertama di mana orang-orang yang dipilih secara

langsung presiden dan Vice President. Presiden dapat melayani maksimum dua berturut-

turut lima tahun.

Secara administratif, Indonesia terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status

khusus. Setiap provinsi memiliki politik sendiri legislatif dan gubernur. Provinsi-provinsi

tersebut dibagi lagi menjadi kabupaten dan kota, yang kemudian dibagi lagi menjadi

kecamatan, dan kembali ke pengelompokan desa.

IDENTITAS NASIONAL

Special Resume

Page 63: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

A. KOMPETENSI

Mahasiswa diharapkan mampu mengenali karakteristik identitas nasional sehingga dapat

memiliki daya tangkal terhadap berbagai hal yang akan menghilangkan identitas nasional

Indonesia.

B. INDIKATOR

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. mengerti tentang Latar Bclakang dan Pengcrtian Identitas Nasional;

2. menjelaskan Muatan dan Unsur-Unsur Identitas Nasional;

3. menjelaskan keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional;

4. menjelaskan keterkaitan Integrasi Nasional dengan Identitas Nasional;

5. menganalisis tentang Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan sebagai paham yang

mengantarkan pada konsep Identitas Nasional; serta

6. menganalisis tentang Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional;

C. DAFTAR ISTILAH KUNCI

Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh

dan berkembang dalam aspek kehidupan suatii nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan

dengan ciri-ciri yang khas tadi sunlit bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hldup dan

kehidupannya”.(Wibisono Koento: 2005)

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan

tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya

Page 64: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia

tanpa ruang.

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan ketika

kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung pada negara bangsa atas narna

scbuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat selektif” sebagai alat pcrjuangan

bcrsama dalam rangka merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial.

Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang bcrbeda dari suatu masyarakat

menjadi suatu keseluruan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil

yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Intcgrasi nasional tidak lepas dari

pcngcrtian integrasi sosial yang mcmpunyai arti perpaduan dari kelompok-kclornpok

masyarakat yang asalnya berbeda menjadi suatu kclompok besar dengan cara melcnyapkan

perbedaan dan jali diri masing-masing. Dalam arti ini, integrasi sosial sama artinya dengan

asimilasi atau pembauran.

Rcvitalisasi Pancasila adalah pemberdayaan kembali kedudukan, fungsi, dan pcranan

Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup, ideologi, dan sumber nilai-nilai hangsa

Indonesia. (Kocnto W: 2005)

Situasi dan kondisi masyarakat dcwasa ini menjadikan kita prihatin dan sekaligus mcrasa

ikut bertanggung jawab atas tercabik-cabiknya Indonesia serta kerusakan social yang

menimpa masyarakatnya. Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai “hezachsfc volk

tcr aardc ” dalam pergaulan antarbangsa, kini sedang mengalami bukan saja krisis

identitas, melainkan juga krisis dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan

instabilitas yang berkcpanjangan semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998. (Koento

W: 2005)

Krisis moneter yang disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-akarnya tcrtanam dalam

krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan rnasyarakat kita kchilangan

orientasi nilai. Masyarakat Indonesia yang dikenal ramah, hancur porak-poranda,

Page 65: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

kemudian menjadi kasar, serta gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spritual.

“Social terorism” mimcul dan berkcmbang di sana-sini dalam ,fenomena pcrgolakan fisik,

pembakaran, dan penjarahan yang disertasi pembunuhan sebagaimana terjadi di Poso,

Ambon, dan bom bunuh diri di berbagai tempat yang disiarkan sccara luas, baik olch media

massa di dalam maupun di luar ncgcri. Semenjak peristiwa pcrgolakan antaretnis di

Kalimantan Barat, bangsa Indonesia di forum internasional dilecehkan sebagai bangsa

yang tclah kchilangan peradabannya. Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap dan

perbuatan, kerukunan, toleransi, serta solidaritas sosial, idealismc, dan scbagainya telah

hilang hanyut dilanda oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh

paradoks. Berbagai lembaga kocar-kacir semuanya dalam malfungsi dan disfungsi. Trust

atau kepercayaan di antara sesama, baik vertikal maupun horisontal telah lenyap dalam

kehidupan bermasyarakat. Identitas nasional kita dilecehkan dan dipertanyakan

eksistensinya.

Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat menyadarkan kita semua bahwa

pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional telah

ditegaskan sebagai komitmen konstitusional, sebagaimana telah dirumuskan oleh para

pendiri negara dalam Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah memajukan kebudayaan

Indonesia. Dengan demikian, secara konstitusional pengembangan kebudayaan untuk

mernbina dan mengembangkan Identitas Nasional telah diberi dasar dan arahnya.

Identitas Nasional

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah ciri-

ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melckat pada seseorang atau sesuatu yang

membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat

khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan

sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada

pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku pula pada suatu

kelompok. Adapun kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-

Page 66: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti budaya,

agama, dan bahasa, maupun nonllsik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan

kelompok-kelompok inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas

nasional yang pada akhirnya melahirkan lindakan kelompok (colective action) yang

diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-

atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep

nasionalisme.

Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi

nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari

ratusan suku yang “dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia mcnjadi kebudayaan

nasional dengan acuan Pancasila dan roh “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar dan arah

pengembangannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional

kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah

Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti luas.

Misalnya, dalam aturan perundang-undangan atau hukum, sistem pemerintahan yang

diharapkan, scrla dalam nilai-nilai etik dan moral yang secara normatif diterapkan di dalam

pcrgaulan, baik dalam tataran nasional maupun intcrnasional, dan scbagainya. Nilai-nilai

budaya yang tercermin di dalam Identitas Nasional tersebut bukanlah barang jadi yang

sudah sclesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang “terbuka”

yang cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh

masyarakat pcndukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional

adalah sesuatu yang terbuka untuk ditafsirkan dengan diberi makna barn agar tetap

relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang bcrkcmbang dalam masyarakat.

Muatan Identitas Nasional dapat digambarkan sebagai berikut:

Pandangan Hidup Bangsa

Kcpribadlan Bangsa

Filsafat Pancasila

Ideologi Negara

Page 67: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dasar Negara

Norma Pcraturan

Rule of Law

Hak dan Kewajiban WN Demokrasi dan HAM

Etika Politik

Ccopolitik Indonesia Geostrategi Ketahanan Nasional

Dari gambaran tcrsebut, bisa dikatakan bahwa Identitas Nasional adalah merupakan

Pandangan Hidup Bangsa, Kepribadian Bangsa, Filsafat Pancasila, dan juga scbagai

Ideologi Negara. Dengan clemikian, Identitas Nasional mempunyai kedudukan paling

tinggi dalam tatarian kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di sini adalc.h tatanan

hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai dasar negara yang

merupakan norma peraturan (Rule of Law) yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga

negara tanpa terkecuali. Norma peraturan ini mcngatur mengenai hak dan kcwajiban

warga negara, demokrasi, serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di

Indonesia. Hal inilah akhirnya menjadi etika Politik yang kemudian dikembangkan menjadi

konsep geopolitik dan geostrategi Ketahanan Nasional di Indonesia.

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada sualu bangsa yang majcmuk. Ke-majemukan itu

merupakan gabungan dari unsur-unsur pembcntuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,

kebudayaan, dan bahasa.

1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak

lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat

banyak sekali suku bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.

Page 68: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang

tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristcn, Katolik, Hindu,

Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai

agama resmi negara, tctapi sejak pcmerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah

agama resmi negara dihapuskan.

3) Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah

perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolcktit digunakan oleh

pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahanii lingkungan yang dihadapi

dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan

benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

4) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipa! ami

sebagai sistem pcrlambang yang secara arbitrcr dibentuk alas unsur-unsur bunyi ucapan

manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antarmanusia.

Dari imsur-unsur identilas Nasional tersebut dapat diruinuskan pembagiannya menjadi 3

bagian scbagai berikul:

1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara,

dan l.leologi Negara.

2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Pcrundangannya, Bahasa

Indonesia, Lambang Ncgaia, Bcndcra Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

3) Identitas Alamiah yang ineliputi Negara Kepulauan (archipelago} dan pluralismc dalam

suku. bahasa, budaya, seila agama dan kcpercayaan (agama).

Keterkaitan Globalisasi dcngan Identitas Nasional

Page 69: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Adanya lira Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Era Globalisasi tersebut man tidak man, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-

nilai yang telah ada. Nilai-nilai tcrscbul, ada yang bersifat positifada pula yang bcrsifat

negatif. Semua ini merupakan aneaman, tantangan. dan sekaligus sebagai peluang bagi

bangsa Indonesia iinluk bcrkrcasi dan bcrinovasi di scgala aspck kehidupan.

Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin ketat. Batas anlarnegara hampir tidak

ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa

yang semakin kenlal ilu, akan tcrjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling

memcngaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang pcrlu dieermati dari proses

akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan lata nilai yang merupakan jati diri bangsa

Indonesia? Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor, yaitu:

1) semakin menonjolnya sikap individualists, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi di

atas kepentingan umum, hal ini bcrlcnlangan dengan asas golong-royong; serta

2) semakin menonjolnya sikap materialises, yang bcrarti harkat dan martabat kemaivjsiaan

hanya diukur dari hasil atau kcbcrhasilan scseorang dalam mcmperolch kckayaan. Hal ini

bisa berakibat bagaimana cara inemperolehnya menjadi tidak dipcrsoalkan lagi. Apabila

hal ini lerjadi, berarli etika dan moral telah dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mcngakibatkan akses masyarakat terhadap

nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibcndung,

akan berakibat lebih serins ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada

bangsa dan negaranya.

Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong nilai-nilai yang telah

ada di dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung, akan mengganggu

Page 70: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

ketahanan di segala aspek kehidupan, bahkan akan mengarah pad; kredibilitas sebuah

ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras tersebut, harus

diupayakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat terjaga, yaitu dengan

cara merabangun sebuah konsep nasional isme kebangsaan yang mengarah kepada konsep

Identilas Nasional.

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu ncgara dengan

negara yang lain mcnjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan munculnya

kejahatan yang bersilat transnasional semakin scring terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut,

antara lain terkait dengan masalah narkotiLa, pencucian uang (money laundering),

peredaran dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme. Masalah-masalah tersebut

berpengaruh lerhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika sehingga

sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

Jika hal tersebut tidak dapat dibendung, akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di

segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai Identitas

Nasional.

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk

mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah

dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya

mcmbangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya

membangun dan membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan,

seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam mcncntukan komposisi dan rnckanisme

parlemen.

Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus

dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan

dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional

menunjukkan kckuatan persatuan dan kesaluan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya,

persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang

makmur, aman. clan tcntcram. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan

Page 71: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Papua mcrupakan ccrmin belum terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Adapun

kctcrkaitan integrasi nasional dengan Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi

nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang sedang dibangun.

Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi

bentuk yang Icbih komplcks dan rumit. Hal ini dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk

menentukan nasib scndiri. Di kalangan bangsa-bangsa yang tcrtindas kolonialisme, scperti

Indonesia salah satunya, lahir semangat untuk mandiri dan bebas untuk menentukan masa

depannya scndiri. Dalam situasi perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme ini, dibutuhkan

suatu konsep sebagai dasar pernbenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan nasib

sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar

pcmbcnaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan

yang biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sinilah, lahir konsep-konsep turunannya

seperti bangsa (nation), negara (state), dan gabungan keduanya yang menjadi konsep

negara bangsa (nation state) sebagai komponsn-komponen yang membentuk Identitas

Nasional atau Kebangsaan. Dalam konteks ini, dapat dikalakan bahwa Paham Nusionalismc

a fan Paham Kebangsaan adalah sebuah situasi kcjiwaan kctika kcsctiaan scscorang sccara

total diabdikan langsung pada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya

nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama mcrebut

kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat nasionalisme diharapkan secara cfcktif

dapat dipakai sebagai metode perlawanan dan alat idcntifikasi olch para penganutnya

untuk mengetahui siapa lawan dan kawan.

Secara garis bcsar terdapat tiga pemikiran besar tentang nasionalisme di Indonesia yang

terjadi pada masa sebelum kemerdekaan, yaitu paham keislaman, Marxisme, dan

Nasionalisme Indonesia. Seiring dcngan naiknya pamor Soekarno ketika menjadi Presiden

Pertarna RI, kecurigaan di antara para tokoh pergerakan-yang telah tumbuh di saat-saat

menjclang kemerdekaan—berkcmbang menjadi pola ketegangan politik yang lebih

permancn antara negara mclalui figur nasionalis Soekarno di satu sisi, dengan para tokoh

yang nicwakili pemikiran Islam (sebagai agama terbesar pemeluknya di Indonesia) dan

Marxisme di sisi yang lain.

Page 72: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Paham Nasionalisme Kcbangsaan sebagai Paham yang Mengaritarkan pada Konsep

Identitas Nasional

Paham Nasionalisme atau paham Kcbangsaan tcrhukti sangat efektif sebagai alal

perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Scmangat

nasionalismc dipakai sebagai metode perlawanan secara cfektif oleh para penganutnya,

sebagaimana yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F. Plattner bahwa para

penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retorika antikolonialisme

dan antiimperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut berkeyakinan bahwa persamaan

cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik atau

kepentingan bersama dalam bcntuk sebuah wadah yang disebut bangsa (nation). Dengan

demikian, bangsa atau nation mcrupakan sualu wadah yang di dalamnya terhimpun orang-

orang yang mcmpunyai persamaan keyakinan dan persamaan lainnya yang mereka miliki,

seperti ras, etnis, agania, bahasa, dan budaya. Unsur. persamaan tersebut dapat dijadikan

sebagai identitas politik bersama atau untuk menentukan tujuan organisasi politik yang

dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri alas populasi, geografis, dan pemcrintahan

yang pennanen yang disebut negara atau state.

Nation state atau negara bangsa merupakan sebuah bangsa yang mcmiliki bangunan

polilik (polilical building), seperli ketentuan-kelentuan perbatasan teritorial, pemerintahan

yang sah, pcngakuan luar negeri, dan sebagainya. Munculnya paham nasionalisme atau

paham kebangsaan Indonesia lidak bisa dilepaskan dari situasi sosial politik dekade

pertama abad ke-20. Pada waktu itu semangat menenlang kolonialisme Belanda mulai

bermunculan di kalangan pribumi. Cita-cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi

semangat umum di kalangan tokoh-lokoh pergerakan nasioi al. Kemudian, semangat

tersebut diformulasikan dalam bentuk nasionalisme yang sesuai dengan kondisi

masyarakat Indonesia.

Menurut penganutnya, paham nasionalisme di Indonesia yang disampaikan oleh Soekarno

bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit, sekadar meniru dari Barat, atau berwatak

chauvinism. Nasionalisme yang dikembangkan Soekarno bersifat toleran, bercorak

ketimuran, clan tidak agrcsif sebagaimana nasionalisme yang dikembangkan t.i Eropa.

Page 73: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Selain itu, Soekarno mengungkapkan keyakinan watak nasionalisme yang penuh nilai-nilai

kemanusiaan, juga meyakinkan pihak-pihak yang berseberangan pandanga’i bahwa

kelompok nasional dapat bekerja sama dengan kelompok mana pun, baik golongan Islam

maupun Marxis. Sckalipun Soekarno seorang Muslim, tetapi tidak sckadar mcndasarkan

pada pcrjuangan Islam, menurutnya kebijakan ini merupakan pilihan torbaik bagi

kemerdckaan ataupun bagi masa depan seluruh bangsa Indonesia. Semangat nasionalisme

Soekarno tersebut mendapat respon dan dukungan luas dari kalangan intclektual muda

didikan Barat, semisal Syahrir dan Mohammad Hatta. Kemudian, paham ini scmakin

bcrkembang paradigmanya hingga sekarang dengan munculnya konscp Identitas Nasional.

Schubungan dengan ini, bisa dikatakan bahwa Paham Nasionalisme atau Kebangsaan di

sini adalah merupakan refleksi dari Identitas Nasional.

Walaupun demikinan, ada yang perlu diperhatikan di sini, yakni adanya perdebatan

panjang tentang paham nasionalisme kebangsaan ketika para, founding father bangsa ini

mempunyai kesepakatan perlunya paham nasionalisme kebangsaan, tetapi mereka berbeda

pendapat mengenai masalah nilai atau watak nasionalisme Indonesia.

Revitalisasi Pancasila scbagaimana manifestasi Identitas Nasional pada gilirannya harus

diarahkan pula pada pcmbinaan dan pengcmbangan moral. Dengan dccmikian, moralitas

Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah dalam upaya untuk mengatasi krisis dan

disintegrasi yang ccnderung sudali menyentuh ke semua segi dan sendi kehidupan. Pcrlu

disadari bahwa moralitas Pancasila akan menjadi tanpa makna dan hanya menjadi sebuah

“karikatur” apabila tidak disertai dukungan suasana kehidupan di bidang hukum secara

kondusif. Antara moralitas dan hukum memang terdapat kcrelasi yang sangat erat. Artinya,

moralitas yang tidak didukung oleh kchidupan hukum yang kondusif akan menjadi

subjeklivitas yang satu sama lain akan saling berbenturan. Scbaliknya, ketentuan hukum

yang disusun tanpa disertai dasar dan alasan moral, akan melahirkan suatu legalisme yang

represif, kontra produktif, dan bcrtcntangan dengan nilai- nilai Pancasila itu sendiri.

Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional, penyeienggaraan

MPK. hendaknya dikaitkan dengan wawasan:

Page 74: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

1) Spiritual, untuk mcletakkan landasan ctik, moral, religiusiias, sebagai dasar dan arah

pengembangan sesuatu profcsi;

2) Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak kalah

pentingnya, bahkan lebih penting daripada aspek having dalam kerangka penyiapan

sumber daya manusia (SDM) yang bukan sekadar instrumen, melainkan sebagai subjek

pembaharuan dan pencerahan;

3) Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan

antarbangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, serta bangga dan respek pada jati

diri bangsanya yang memiliki ideologi tersendiri; serta

4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap menghadapi

dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”. Selain itu, diharapkan

mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus terjadi dengan

cepat. Di samping itu, juga mampu mencari jalan keluer sendiri dalam mengatasi setiap

tantangan yang dihadapi. Sehubungan dengan kondisi ini, dampak dan pengaruh

perkembangan iptek yang bukan lagi hanya sekadar p?da sarana, melainkan telah menjadi

sesuatu yang substantif, yang dapat menjadi tantangan dan peluang untuk berkarya dalam

kehidupan umat manusia.

Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional, perlu ditempuh dengan melalui

revitalisasi Pancasila. Revitalisasi sebagai manifestasi Identitas Nasional mengandung

makna bahwa Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan, serta

dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:

1) Realitas, dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonsentrasikan

sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

kampus utamanya; suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan das sollen im

sein;

Page 75: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

2) Idealitas, dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekadar

utopis tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja” untuk

membangkitkan gairah dan optimisme warga masyarakat agar melihat masa depan secara

prospektif, serta menuju hari esok yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan melalui seminar

atau gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”;

3) Fleksibilitas, dalam arti Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan

“tertutup”, atau menjadi sesuatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-tatsir barn

untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus-menerus berkembang. Dengan demikian,

tanpa kehilangan nilai hakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, rclevan, serta fungsional

sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan

semangat “Bhinncka Tunggal Ika”, sebagaimana yang telah dikcmbangkan di Pusat Studi

Pancasila (di UGM), Laboratorium Pancasila (di Universitas Ncgeri Malang).

Dengan dcmikian, agar Idcntitas Nasional dapat dipahami oleh masyarakat scbagai

pcncrus tradisi nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang, maka pemberdayaan nilai-

nilai ajarannya harus bermakna, dalam arti relevan dan fungsional bagi kondisi aktual yang

sedang berkembang dalam masyarakat. Perlu disadari bahwa umat manusia masa kini

hidup di abad XXI, yaitu zaman baru yang sarat dengan nilai-nilai baru yang tidak saja

berbeda, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai lama sebagaimana diwariskan oleh

nenck moyang dan dikembangkan para pendiri negara ini. Abad XXI sebagai zaman baru

mengandung arti sebagai zaman ketika umat manusia semakin sadar untuk berpikir dan

bertindak secara baru.

Dengan kcmampuan rcfleksinya, manusia menjadikan rasio scbagai mitos, atau sebagai

sarana yang andal dalam bersikap dan bertindak dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dalam kehidupan. Kesahihan tradisi, juga nilai-nilai spiritual yang dianggap

sakral, kini dikritisi dan dipertanyakan berdasarkan visi dan harapan tentang masa depan

yang lebih baik. Nilai-nilai budaya yang diajarkan oleh nenek moyang tidak hanya diwarisi

sebagai barang sudah “jadi” yang berhenti dalam kebekuan normatif, tetapi harus

Page 76: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

diperjuangkan serta terus-menerus ditumbuhkan dalam dimensi ruang dan waktu yang

terns berkembang dan berubah.

Dalam kondisi kehidupan bcrmasyarakat dan berbangsa yang sedang dilanda krisis dan

disintcgrasi, Pancasila pun tidak tcrhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme, serta

pelecehan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara ataupun sebagai manifestasi

Identitas Nasional. Namun, pcrlu segera disadari bahwa tanpa suatu “platform” dalam

format dasar negara atau ideologi, mustahil suatu bangsa akan dapat survive menghadapi

berbagai tantangan dan ancaman yang menyertai derasnya arus globalisasi yang melanda

seluruh dunia.

Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas Nasional inilah,

Identitas Nasional dalam alur rasional-akadcmik tidak saja diajarkan secara tekstual, tetapi

juga segi konstckstualnya dieksplorasikan scbagai refercnsi kritik sosial terhadap bcrbagai

pcnyimpangan yang melanda masyarakat dewasa ini. Untuk membentuk jati diri, nilai-nilai

yang ada terscbut harus digali dulu, misalnya nilai-nilai againa yang datang dari Tuhan,

serta nilai-nilai lainnya, sepcrti gotong royong, persatuan dan kcsatuan, juga saling

menghargai dan menghormati. Semua nilai ini sangat bcrarti dalam mcmpcrkuat rasa

nasionalisme bangsa. Dengan adanya saling

pengertiari di antara satu dengan yang lain, secara langsung akan memperlihatkan jati diri

bangsa yang pada akhirnya mewujudkan Identitas Nasional.

Sementara itu, untuk mengembangkan jati diri bangsa, harus dimulai dari pengembangan

nilai-nilai, yaitu nilai-nilai kejujuran, kcterbukaan, berani mengambil resiko, bertanggung

jawab, serta adanya kcsepakatan di antara sesama. Untuk itu, perlu perjuangan dan

ketekunan untuk menyatukan nilai, cipta, rasa, dan karsa. (Soemarno, Soedarsono).

Di sinilah, letak arti pentingnya penyelenggaraan MPK dalam kerangka pendidikan tinggi

untuk mengembangkan dialog budaya dan budaya dialog untuk mengantarkan lahirnya

generasi penerus yang sadar dan terdidik dengan wawasan nasional yang rnenjangkau jauh

Page 77: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

ke masa depan. MPK. harus dimanfaatkan untuk mengembalikan Identitas Nasional

bangsa, yang di dalam pergaulan antarbangsa dahulu dikenal sebagai bangsa yang paling

“halus” atau sopan di bumi “het zachste volk ter aarde”.(W\bisor\o Koento: 2005) Dari nilai-

nilai budaya tersebut, lahir asumsi dasar bahwa menjadi bangsa Indonesia tidak sekadar

masalah kelahiran saja, tetapi juga sebuah pilihan yang rasional dan emosional yang

otonom.

DATA DAN FAKTA

Contoh masalah Identitas Nasional adalah:

Keunggulan

Pelaksanaan Unsur-

Unsur Identitas Nasional

Kekurangberhasilan

Pelaksanaan Unsur-Unsur

Identitas Nasional

Alasan Kurang

berhasilnya Pelaksanaan

Identitas Nasional

Identitas Funda¬mental:

-Tetap tercantum dalam UUD 1945 walaupun sudah diamandemen.

Identitas Instru¬mental:

Page 78: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

- Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia

.Identitas Alamiah

- Kekayaan alam yang mclimpah

Baru dihayati pada tataran

kognitif

Implementasinya tidak

konsisten

Bangsa Indonesia belum menggunakan dengan baik dan benar

-Belum bisa mengoptimal-kan kekayaan alam yang ada

- Para pemimpin tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi rakyat

- Primordial yang masih tinggi

- Kualitas SDM yang rendah

KASUS DAN ILUSTRASI

Di bcbcrapa dacrah Indonesia pada masa Orde Lama (ORLA), Orde Baru (ORBA), dan Orde

Rcformasi pernah terjadi kasus tentang perbedaan ras/suku/etnik, agama, bahasa, atau

budaya yang membahayakan inlcgritas nasional dan menyamarkan Identitas Nasional, di

antaranya sebagai berikut:

Alternatif Pemecahan agar

Page 79: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

tidak tcrjadi/terulang

- Meningkatkan kerja sama bilateral dan internasional

- Memperkuat nilai-nilai ideologi

-Konflik dalam negeri jangan diintervensi oleh pihak asing

Nama dan Waktu Kasus

Tokoh/ Pimpinan

Latar Bclakang Kasus

Akibat dari Kasus Terscbut

Masa ORLA

-Konfrontasi dcngan Malaysia

- Ir. Soekarno

- Perebutan wilayah

- Kehilangan sebagian Kalimantan

Page 80: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Utara

Masa ORBA – Pemberontakan PKI

- Aidit

- Pcrubahan idcologi Pancasila

- Gugurnya pahlawan revolusi

menjadi Komunis

Masa Reform as i -Terlepasnya wilayah Timor -Timur

- B.J. Habibie

-Tuntutan Referendum

- Kehilangan wilayah Propivinsi Timor Timur

Identitas Nasional

Page 81: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

I. Identitas Nasional Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal

sehingga menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain

Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan

komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi

bersama. Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa

Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas Nasional

Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan

bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau

kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan

keamanan. Identitas nasional pada hakikatnya juga merupakan manifestasi nilai-nilai

budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa

dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa

lain dalam hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas

Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang

sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek

kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia

menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika

sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. II.

Sumber Identitas Nasional Bangsa Indonesia 1. Dasar-dasar negara Dasar negara yang

merupakan key yang menyatukan bangsa Indonesia yang beragam-ragam merupakan

kesepakatan bersama yang menyatukan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, dasar yang

melandasi negara adalah merupakan identitas nasional. Indonesia sebagai negara yang

berdaulat memiliki landasan fundamental yaitu Pancasila yang merupakan tujuan, dan

pedoman dalam berbangsa dan bertanah air di Indonesia, serta kunci dasar pemersatu

bangsa Indonesia. Landasan fundamental ini merupakan nilai-nilai dasar kehidupan bagi

bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia

merupakan negara demokrasi yang dalam pemerintahannya menganut sistem presidensiil,

dan Pancasila ini merupakan jiwa dari demokrasi. Demokrasi yang didasarkan atas lima

dasar tersebut dinamakan Demokrasi Pancasila. Dasar negara ini, dinyatakan oleh Presiden

Soekarno (Presiden Indonesia yang pertama) dalam Proklamasi Kemerdekaan Negara

Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan, bangsa Indonesia memiliki dasar

instrumental berupa UUD 1945, burung Garuda sebagai lambang negara, bahasa Indonesia

Page 82: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

dan lagu kebangsaan. 2. Wilayah dan Kondisi Geografis Dalam kemerdekaannya bangsa

Indonesia menyatakan bahwa wilayah negara kesatuan ini meliputi segenap wilayah bekas

jajahan Pemerintah Kolonial Belanda. Wilayah yang terbentang antara 6 derajat garis

lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141

derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan

Australia/Oceania diakui kedaulatannya oleh Belanda sendiri dan dunia sebagai Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu. Untuk mencapai

semua itu, bangsa ini mengalami perjalanan yang cukup panjang dan berat hingga

akhirnya saat ini, wilayah Indonesia dapat terlihat seperti pada peta berikut :

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia

menjadi1.9 juta mil persegi dengan lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera

dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau

terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216

km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km persegi. 3. Politik Indonesia Indonesia

adalah negara demokrasi Pancasila. Segala sesuatu di Indonesia diatur dan

dimusyawarahkan secara mufakat, hikmat dan kebijaksanaan. Perpolitikan di Indonesia

berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem

politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan

yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis

Permusyawatan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-

anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya

mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih

langsung oleh rakyat di daerahnya masingmasing. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

adalah lembaga tertinggi negara. Keanggotaan MPR berubah setelah Amandeman UUD

1945 pada periode 19992004. Seluruh anggota MPR adalah anggota DPR ditambah

anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh

anggota DPR ditambah utusan golongan. Anggota MPR saat ini terdiri dari 550 anggota

DPR dan 128 anggota DPD. Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik

dalam masa jabatan lima tahun. Sejak 2004, MPR adalah sebuah parlemen bikameral,

setelah terciptanya DPD sebagai kamar kedua. Lembaga eksekutif berpusat pada presiden,

Page 83: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidenstil sehingga

para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang

ada di parlemen. Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD

1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, termasuk pengaturan administrasi para Hakim.

Politik luar negeri Indonesia seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah poltik

bebas aktif. Yang artinya Indonesia sebagai negara berdaulat memiliki konsep politik luar

negeri yang tidak terikat oleh negara manapun di dunia. Artinya, Indonesia berhak

menentukan sikapnya sendiri dalam perpolitikan di dunia yang bebas aktif dan bertujuan

untuk menjaga keamanan dunia. Serta Indonesia mengatur urusan dalam negerinya tanpa

campur tangan asing. 4. Ideologi dan Agama Seperti yang di atur dalam UUD 1945, bahwa

negara Indonesia menjamin kebebasan beragama di dalam kehidupan warga negara

Indonesia. Masingmasing warga negara Indonesia berhak untuk memeluk agama dan

kepercayaannya masing-masing dan menjalankan peribadatan sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing warga negara Indonesia. Hak dalam hidup beragama di

Indonesia dilindungi oleh negara. Penduduk di Indonesia secara garis besar merupakan

penganut dari lima agama di antara lain islam, budha, hindu, katolik dan protestan serta

penganut kepercayaan lainnya seperti kong fu tsu. Mayoritas penduduk Indonesia adalah

beragama islam dan selebihnya adalah penganut agama budha, hindu, katolik dan

protestan serta aliran kepercayaan. Dalam berideologi, masyarakat Indonesia berhak untuk

memiliki ideologi dan pandangan hidup. Akan tetapi, ideolgi bangsa Indonesia tidak boleh

bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang merupakan kunci pemersatu bangsa

Indonesia.

5. Ekonomi Perekonomian bangsa Indonesia seperti diatur dalam UUD 1945 adalah

ekonomi yang bersifat kerakyatan. Kekayaan alam dan segala hal yang menyangkut hajat

hidup orang banyak diatur oleh negara untuk sebesar-besarnya digunakan demi

mensejahterakan seluruh penduduk Indonesia. Dalam perekonomiannya, dalam negara

Indonesia terdapat tiga bentuk badan usaha yaitu Badan Usaha Miliki Negara (BUMN),

Badan Usaha Miliki Swasta (BUMS) dan Koperasi. Jadi, bangsa Indonesia memiliki azas

perokonomian yang untuk kekayaan alam dan menyangkut hidup orang banyak diatur oleh

negara sedangkan bidang lainnya dijalankan oleh swasta dan koperasi. 6. Pertahanan

Keamanan Ciri khas dari bangsa Indonesia dalam bidang ini adalah bahwa, pertahanan di

Indonesia adalah pertahanan rakyat semesta atau dikenal Hankamrata. Pertahanan di

Indonesia bersifat menyeluruh bagi masyarakat Indonesia. Apabila salah satu wilayah

Page 84: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Indonesia diserang, maka seluruh masyarak di Indonesia lah yang akan mengamankan dan

mempertahankannya. 7. Demografi Indonesia. Penduduk Indonesia dapat dibagi secara

garis besar dalam dua kelompok. Di bagian barat Indonesia penduduknya kebanyakan

adalah suku Melayu, sementara di timur adalah suku Papua, yang mempunyai akar di

kepulauan Melanesia. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai

bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal

daerah, misalnya Jawa, Sunda atau Batak. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali suku

dan budaya dan adat istiadat. Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya

minoritas di antaranya adalah Etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang

ke nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM dan menetap menjadi bagian

dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa. Angka ini

berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan

sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan

keturunannya. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk

Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di

dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%); Katolik (3%); Hindu (1,8%); Buddha (0,8%); dan

lain-lain (0,3%). Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai

bahasa ibu, namun bahasa resmi Indonesia, bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh

sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

III. Kondisi Identitas Bangsa Indonesia Saat Ini 1. Dalam perekonomian, kekayaan alam

saat ini banyak yang dikelola oleh asing. Pengelolaan ini memberikan keuntungan yang

sangat kecil sekali bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya di bidang pertambangan, bahkan

lahan perkebunan pun telah mulai sedikit demi sedikit dikuasai oleh negara lain. Beberapa

bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti air minum tidak lagi

sepenuhnya dikuasai oleh negara. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah,

namun pengelolahannya mayoritas dikuasai oleh asing. Pola hidup masyarakat bangsa

Indonesia saat ini merupakan pola kehidupan yang mengagungkan produk asing.

Masyarakat Indonesia saat ini lebih senang apabila produk yang dikonsumsinya merupakan

buatan luar negeri. 2. Dalam kebudayaan, beberapa budaya, lagu dan tarian telah dicaplok

oleh bangsa lain. Kebudayaan batik, telah dipatenkan oleh Malaysia sebagai produk

budayanya, lagu, tarian, seni musik, serta bahkan makanan khas bangsa Indonesia banyak

yang dicaplok begitu saja oleh bangsa lain. Selain itu, pola kehidupan generasi muda

bangsa Indonesia saat ini telah luntur dan bersifat kebarat-baratan. Tidak ada rasa

Page 85: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

kebanggaan lagi dalam penggunaan bahasa Indonesia, bertata krama Indonesia.

Kehidupan dan kebudayaan yang berbau kebarat-baratan dianggap lebih tinggi statusnya

dan lebih modern. 3. Dalam bidang Geografi Indonesia memiliki banyak pulau.17.508

pulau. Namun, penjagaan kesatuan wilayah ini serta rasa memilikinya terasa sangat begitu

kurang. Masih hangat di telinga bangsa Indonesia, beberapa pulau di Indonesia telah

dicaplok dan diakui sebagai wilayah dari bangsa lainnya. Sedangkan ketegasan untuk

mempertahankannya sangat kurang sekali baik itu dari tingkatan pemerintah maupun

masyarakat Indonesia sendiri. IV. Kesimpulan Bangsa Indonesia saat ini dalam keadaan

rapuh akan sikap dan rasa memiliki jati diri dan identitas bangsa. Kurang kesadaran akan

Identitas Nasional yang akibatnya tidak ada sikap dan rasa bangga menjadi bangsa

Indonesia. Hal yang penting adalah rasa memiliki identitas tersebut sehingga apabila

identitas kita dicaplok begitu saja, kita bangkit dan mempertahankannya. Oleh sebab itu,

Identitas Nasional ini perlu dihidupkan kembali. V. Referensi

1.http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=11

2&Itemid=1722 (dilihat pada tanggal 21 Februari 2009) 2.http://id.shvoong.com/social-

sciences/1747413-identitas-nasional-indonesia/ (dilihat pada tanggal 23 Februari 2009)

3.http://64.203.71.11/kompas-cetak/0608/24/Politikhukum/2901687.htm (dilihat pada

tanggal 25 Februari 2009) 4. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=181233

(dilihat pada tanggal 25 Februari 2009)

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat

memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional

Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga

menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional

berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas

sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.

Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat

khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di

dunia.Uraiannya mencakup :1.identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang

multidimensional, paradoksal dan monopluralistik. Keadaan manusia yang

multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi

eksistensinya. Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi

oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan

identitas manusia baik secara individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-

Page 86: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

keunikan yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.2.identitas

nasionalIdentitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik

menyangkut sosiokultural atau religiositas. – Identitas fundamental/ ideal = Pancasila yang

merupakan falsafah bangsa.- Identitas instrumental = identitas sebagai alat untuk

menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara,

bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.- Identitas religiusitas = Indonesia pluralistik

dalam agama dan kepercayaan.- Identitas sosiokultural = Indonesia pluralistik dalam suku

dan budaya.- Identitas alamiah = Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di

dunia.3.Nasionalisme IndonesiaNasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan

seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat

efektif sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno

adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya

dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.4. Integratis NasionalMenurut Mahfud M.D integrai

nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masayarakat menjadi

suatu keseluruhan yang lebih untuh , secara sederhana memadukan masyarakat-

masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan

integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah

dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu dikembangkan karena pada hakekatnya

integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan

bangsa.KesimpulanIdentitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia

yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai

macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu,

nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian

disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah

yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional

sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia

tidak kehilangan identitas.

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah Dan Kaitannya Dengan Kemerdekaan RI

DASAR PEMIKIRAN.

Perkembangan globalisasi ditandai dengan kuatnya pengaruh lembaga-Iembaga

kemasyarakatan internasional, negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan

perpolitikan, perekonomian, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan global. Kondisi

Page 87: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

ini akan menumbuhkan berbagai konflik kepentingan, baik antar negara maju dengan

negara-negara berkembang maupun antar sesama negara berkembang serta lembaga-

Iembaga internasional. Disamping hal tersebut adanya issu global yang meliputi

demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan

nasional.

Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

khususnya di bidang informasi, komunikasi dan trnasportasi, sehingga dunia menjadi

transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi

yang demikian menciptakan struktur baru yaitu struktur global. Kondisi ini akan

mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di

Indonesia, serta akan mempengaruhi juga daiam berpola pikir, sikap dan tindakan

masyarakat Indonesia sehingga akan mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa

Indonesia.

Dari uraian tersebut di atas, bahwa semangat perjuangan bangsa yang merupakan

kekuatan mental spiritual yang melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa

Perjuangan Fisik. Dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk mengisi

kemerdekaan diperlukan Perjuangan Non Fisik sesuai dengan bidang tugas dan profesi

masing-masing yang dilandasi nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga memiliki

wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air dan

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh

dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rangka Perjuangan Non Fisik sesuai bidang tugas dan profesi masing-¬masing

wawasan atau cara pandang bangsa Indonesia yaitu wawasan kebangsaan atau Wawasan

Nasional yang diberi nama Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa

Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis

dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan

menghormati kebhinekaan dari setiap aspek kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan

nasional. Sedang hakekat Wawasan Nusantara adalah keutuhan Nusantara atau Nasional

dengan pengertian cara Pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup Nusantara

dan demi kepentingan nasional.

Page 88: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Atas dasar pemikiran dari perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang

mengandung nilai-nilai semangat perjuangan yang dilaksanakan dengan perjuangan Fisik

dan wawasan Nusantara yang merupakan pancaran nilai dari ideoiogi Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga dalam mengisi kemerdekaan diperlukan

Perjuangan Non Fisik sesuai bidang tugas dan profesi masing-masing dj dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cila dan tujuan nasional.

Dengan demikian anak-anak bangsa sebagai generasi penerus akan memiliki pola pikir,

pola sikap dan pola tindak yang tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara serta tidak akan mengarah ke disintegrasi bangsa, karena hanya ada satu

Indonesia yaitu NKRI adalah SATU INDONESIA SATU.

Kesukubangsaan, Nasionalisme dan Multikulturalisme[1]

Achmad Fedyani Saifuddin

Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,

Jakarta

I

Pembicaraan mengenai nasionalisme dan multikulturalisme bersifat posteriori karena

beberapa konsep harus dibicarakan lebih dahulu sebelum membahas isyu tersebut.

Menurut pendapat saya–dalam hal ini tentu banyak diwarnai oleh pemikiran antropologi —

konsep-konsep yang harus dibicarakan lebih dahulu setidak-tidaknya adalah sukubangsa,

kesukubangsaan, bangsa, negara-bangsa, dan kebangsaan. Semenjak lama kajian

antropologi mengenai kesukubangsaan memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan

antar kelompok yang kelompok-kelompok tersebut dianggap memiliki “ukuran sedemikian”

sehingga memungkinkan dikaji melalui penelitian lapangan tradisional seperti pengamatan

terlibat, wawancara pribadi, maupun survei dalam pengertian tertentu. Fokus empiris

kajian antropologi nyaris merupakan kajian komunitas lokal. Apabila negara dibicarakan

dalam hal ini, maka negara ditempatkan sebagai bagian dari konteks yang lebih luas,

Page 89: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

misalnya sebagai “agen luar” (external agent) yang mempengaruhi kondisi-kondisi lokal.

Selain itu, antropologi masa lampau kerapkali bias terhadap kajian “the others”. Istilah-

istilah seperti “masyarakat primitif”, “masyarakat belum beradab”, “masyarakat

sederhana” dan lainnya jelas menunjukkan bagaimana para antropolog Barat pada akhir

abad 19 hingga pertengahan abad ke 20 memandang dan menyebut masyarakat asing (“the

others”) yang di hadapinya di lapangan .

Pergeseran peristilahan dari “suku bangsa” menjadi “kelompok etnik” (ethnic groups)

merelatifkan dikotomi “kita”/”mereka”, karena istilah “kelompok etnik”, berbeda dari

“sukubangsa”, berada atau hadir di dalam “kita” (“self”) sekaligus “orang lain/mereka”

(“others”). Mekanisme batas (boundary mechanism) yang menyebabkan kelompok etnik

tetap kurang-lebih distinktif atau diskret memiliki karakteristik formal yang sama di kota-

kota metropolitan seperti Jakarta maupun di daerah pedalaman pegunungan Meratus,

Kalimantan Selatan, dan perkembangan identitas etnik dapat dipelajari dengan peralatan

konseptual yang sama di Indonesia maupun di negeri-negeri lain, meski pun konteks-

konteks empirisnya berbeda-beda atau mungkin unik. Pada masa kini, kalangan

antropologi sosial mengakui bahwa mungkin sebagian besar peneliti kini mempelajari

sistem-sistem kompleks yang “unbounded” daripada komunitas-komunitas yang

“terisolasi”.

Kebangsaan atau nasionalisme adalah topik baru dalam antropologi. Kajian tentang

nasionalisme – ideologi negara-bangsa modern—sejak lama adalah topik pembicaraan ilmu

politik, sosiologi makro dan sejarah. Bangsa (nation) dan ideologi kebangsaan adalah

fenomena modern berskala besar. Meski pun kajian mengenai nasionalisme memunculkan

masalah-masalah metodologi yang baru yang berkaitan dengan skala dan kesukaran

mengisolasi satuan-satuan penelitian, masalah-masalah ini justru mengkait dengan topik-

topik lain. Perubahan sosial telah terjadi di wilayah sentral kajian antropologi, yang

mengintegrasikan jutaan orang ke dalam pasar dan negara. Perhatian antropologi terhadap

nasionalisme justru menempuh jalur yang berbeda dari ilmu politik yang sejak awal

menempatkan negara sebagai pusat kajian. Antropologi, sejalan dengan tradisi teorinya

yang menempatkan evolusi sebagai premis dasar memposisikan negara sebagai bagian dari

Page 90: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

pembicaraan mengenai evolusi masyarakat dari sederhana ke kompleks (modern). Dalam

hal ini negara menjadi bagian dari pembicaraan tentang proses masyarakat mengkota

(urbanizing) sebagai akibat proses evolusi dari masyarakat sederhana (d/h masyarakat

primitif). Dengan kata lain, negara adalah suatu institusi yang merupakan konsekuensi dari

evolusi masyarakat tersebut, suatu pengorganisasian yang tumpang-tindih dengan institusi

kekerabatan pada masyarakat sederhana pada masa lampau. (Cohen 1985). Secara

metodologi, seperti halnya kita yang hidup pada masa kini, dan disini, informan penelitian

antropologi adalah warga negara. Selanjutnya, masyarakat primitif mungkin tak terisolasi

seperti pada masa lampau, sehingga kini tak lagi “lebih asli” atau “lebih murni” daripada

masyarakat kita kini .

Para antropolog sejak lama berupaya mengangkat kasus-kasus pada tingkatan mikro,

sebagaimana tercermin dari masyarakat sederhana (d/h primitif) yang berskala kecil,

populasi kecil, hidup di suatu lingkungan yang relatif terisolasi, dan memiliki kebudayaan

yang relatif homogen, ke tingkatan abstraksi yang bersifat makro, sehingga mampu

menjelaskan gejala yang sama di berbagai tempat di dunia. Meski demikian, upaya ini tidak

mudah diwujudkan terlebih ketika antropolog masa kini semakin cenderung menyukai

keanekaragaman dalam paradigma berfikir konstruktivisme yang kini berkembang, seolah

paradigma relativisme kebudayaan yang berakar pada tradisi antropologi masa lampau

memperoleh tempat baru pada masa kini (Saifuddin 2005)

Dalam terminologi klasik antropologi sosial, konsep “bangsa” (nation) digunakan secara

kurang akurat untuk menggambarkan kategori-kategori besar orang atau masyarakat

dengan kebudayaan yang kurang lebih seragam. I.M. Lewis (1985: 287), misalnya,

mengatakan bahwa :”Istilah bangsa (nation), mengikuti arus pemikiran dominan dalam

antropologi, adalah satuan kebudayaan.” Selanjutnya Lewis memperjelas bahwa tidak perlu

membedakan antara “sukubangsa” (tribes), “kelompok etnik” (ethnic groups), dan

“bangsa” (nation) karena perbedaannya hanya dalam ukuran, bukan komposisi struktural

atau fungsinya. “Apakah segmen-segmen yang lebih kecil ini berbeda secara signifikan?

Jawabannya adalah bahwa segmen-segmen tersebut tidaklah berbeda; karena hanya

Page 91: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

merupakan satuan yang lebih kecil dari satuan yang lebih besar yang memiliki ciri yang

sama….” (Lewis 1985: 358).

Dalam terminologi masa kini, ketika argumentasi homogenitas semakin sukar

dipertahankan, maka pembedaan bangsa dan kategori etnik menjadi semakin penting

karena keterkaitannya dengan negara modern. Lagi pula, suatu negara yang isinya adalah

suatu kategori etnik semakin langka adanya. Dengan kata lain, suatu perspektif antropologi

menjadi esensil bagi pemahaman secara menyeluruh mengenai nasionalisme. Suatu fokus

yang bersifat analitis dan empiris mengenai nasionalisme dalam penelitian modernisasi dan

perubahan sosial, menjadi penting dan sangat relevan dengan lapangan kajian yang lebih

luas dari antropologi politik dan kajian mengenai identitas sosial.

Barangkali penting merujuk pandangan Ernest Gellner (1983) tentang nasionalisme:

“Nasionalisme adalah prinsip politik, yang berarti bahwa satuan nasion harus sejalan

dengan satuan politik. Nasionalisme sebagai sentimen, atau sebagai gerakan, paling tepat

didefinisikan dalam konteks prinsip ini. Sentimen nasionalis adalah rasa marah yang timbul

akibat pelanggaran prinsip ini, atau rasa puas karena prinsip ini dijalankan dengan baik.

Gerakan nasionalis diaktualisasikan oleh sentimen semacam ini” (hal. 1). Pandangan

Gellner tentang nasionalisme ini lebih pas untuk konteks negara-bangsa (nation state). Hal

ini tercermin dari konsep “satuan nasion” yang terkandung dalam kutipan di atas.

Nampaknya Gellner masih memandang “satuan nasion” sama dengan kelompok etnik –

atau setidak-tidaknya suatu kelompok etnik yang diklaim keberadaannya oleh para

nasionalis :” Ringkas kata, nasionalisme adalah suatu teori legitimasi politik, yakni bahwa

batas-batas etnik tidak harus berpotongan dengan batas-batas politik” (Gellner 1983: 1).

Dengan kata lain, nasionalisme, menurut pandangan Gellner, merujuk kepada keterkaitan

antara etnisitas dan negara. Nasionalisme, menurut pandangan ini, adalah ideologi etnik

yang dipelihara sedemikian sehingga kelompok etnik ini mendominasi suatu negara.

Negara-bangsa dengan sendirinya adalah negara yang didominasi oleh suatu kelompok

etnik, yang penanda identitasnya –seperti bahasa atau agama—kerapkali terkandung dalam

simbolisme resmi dan institusi perundang-undangannya.

Page 92: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Tokoh lain yang dikenal dengan gagasan teoretisnya tentang nasionalisme, khususnya

Indonesia, adalah Benedict Anderson (1991[1983]: 6) yang mendefinisikan nasion sebagai

“an imagined political community” – dan dibayangkan baik terbatas secara inheren maupun

berdaulat. Kata “imagined” di sini lebih berarti “orang-orang yang mendefinisikan diri

mereka sebagai anggota suatu nasion, meski mereka “tak pernah mengenal, bertemu, atau

bahkan mendengar tentang warga negara yang lain, namun dalam fikiran mereka hidup

suatu citra (image) mengenai kesatuan komunion bersama” (hal. 6). Jadi, berbeda dari

pendapat Gellner yang lebih memusatkan perhatian pada aspek politik dari nasionalisme,

Anderson lebih suka memahami kekuatan dan persistensi identitas dan sentimen nasional.

Fakta bahwa banyak orang yang rela mati membela bangsa menunjukkan adanya kekuatan

yang luar biasa itu.

Meski Gellner dan Anderson memusatkan perhatian pada tema yang berbeda, prinsip

politik dan sentimen identitas, keduanya sesungguhnya saling mendukung. Keduanya

menekankan bahwa bangsa adalah konstruksi ideologi demi untuk menemukan keterkaitan

antara kelompok kebudayaan (sebagaimana didefinisikan warga masyarakat yang

bersangkutan) dan negara, dan bahwa mereka menciptakan komunitas abstrak (abstract

communities) dari keteraturan yang berbeda dari negara dinasti atau komunitas berbasis

kekerabatan yang menjadi sasaran perhatian antropologi masa lampau.

Anderson sendiri berupaya memberikan penjelasan terhadap apa yang disebut “anomali

nasionalisme”. Menurut pandangan Marxis dan teori-teori sosial liberal tentang

modernisasi, nasionalisme seharusnya tidak lagi relevan di dunia individualis pasca

Pencerahan, karena nasionalisme itu berbau kesetiaan primodial dan solidaritas yang

berbasis asal-usul dan kebudayaan yang sama. Maka, kalau kita kini menyaksikan

“goyahnya” nasionalisme di Indonesia, hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh masuk

dan berkembangnya pemikiran liberal dalam ilmu-ilmu sosial di Indonesia, dan menjadi

bagian dari cara ilmu-ilmu sosial memikirkan negara-bangsa dan nasionalisme kita sendiri.

Page 93: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Kajian antropologi mengenai batas-batas etnik dan proses identitas mungkin dapat

membantu memecahkan problematika Anderson. Penelitian tentang pembentukan identitas

etnik dan dipertahankannya identitas etnik cenderung menjadi paling penting dalam

situasi-situasi tak menentu, perubahan, persaingan memperoleh sumberdaya, dan ancaman

terhadap batas-batas tersebut. Maka tak mengherankan bahwa gerakan-gerakan politik

yang berdasarkan identitas kebudayaan kuat dalam masyarakat yang tengah mengalami

modernisasi, meski pun hal ini tidaklah berarti bahwa gerakan-gerakan tersebut menjadi

gerakan-gerakan nasionalis.

II

Titik temu antara teori-teori nasionalisme dan etnisitas perlu disinggung di sini. Menurut

hemat saya, baik Gellner maupun Anderson tidak berupaya menemukan titik temu

tersebut; kedua pandangan teori mereka dikembangkan sendiri-sendiri. Baik kajian

etnisitas di tingkat komunitas lokal maupun kajian nasionalisme di tingkat negara

menegaskan bahwa identitas etnik maupun nasional adalah konstruksi. Berarti kedua

identitas tersebut bukan alamiah. Selanjutnya, jalinan hubungan antara identitas khusus

dan “kebudayaan” bukanlah hubungan satu per satu. Asumsi-asumsi titik temu yang

tersebar luas antara etnisitas dan “kebudayaan obyektif” adalah kasus yang terpancarkan

dari konstruksi kebudayaan itu sendiri. “Berbicara tentang kebudayaan” dan “kebudayaan”

dapat dibedakan ibarat kita berbicara tentang perbedaan antara menu dan makanan.

Keduanya adalah fakta sosial dengan keteraturan yang berbeda.

Tatkala kita menyoroti nasionalisme, jalinan hubungan antara organisasi etnik dan

identitas etnik sebagaimana didiskusikan sebelumnya menjadi lebih jelas. Menurut

nasionalisme, organisasi politik seharusnya bersifat etnik karena organisasi ini

merepresentasikan kepentingan-kepentingan kelompok etnik tertentu. Sebaliknya, negara-

bangsa mengandung aspek penting dari legitimasi politik yakni dukungan massa yang

sebenarnya merepresentasikan sebagai suatu satuan kebudayaan.

Page 94: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Di dalam antropologi dapat kita temukan juga teori-teori tentang simbol-simbol ritual yang

dalam konteks pembicaraan ini juga menggambarkan dualitas antara makna dan politik,

yang umum kita temukan baik dalam kajian etnisitas maupun kajian nasionalisme. Menyitir

Victor Turner (1969 : 108) :”simbol-simbol itu multivokal karena memiliki kutub

instrumental dan sensoris (makna)”. Itulah sebabnya, pendapat Turner ini relevan dengan

apa yang dikemukakan Anderson (1991) bahwa nasionalisme memperoleh kekuatannya

dari kombinasi legitimasi politik dan kekuatan emosional. Sejalan dengan hal di atas,

seorang ahli antropologi lain, Abner Cohen (1974) mengemukakan bahwa politik tidak

dapat sepenuhnya instrumental, melainkan harus selalu melibatkan simbol-simbol yang

mengandung kekuatan untuk menciptakan loyalitas dan rasa memiliki. Para antropolog

yang mengkaji nasionalisme umumnya memandang isyu ini sebagai varian dari etnisitas.

Tentu saja dapat muncul pertanyaan bahwa kalau nasionalisme dibicarakan dalam atau

sebagai bagian dari etnisitas, dan nasionalisme yang berbasis etnisitas itu imaginable –

kalau kita mengikuti pandangan Anderson – maka bagaimana dengan nasionalisme yang

dibangun tidak berdasarkan etnik ? Apakah untuk kasus ini juga imaginable ?

Para pengkaji nasionalisme menekankan aspek-aspek modern dan abstrak. Perspektif

antropologis khususnya penting di sini karena para antropolog lebih suka mengetengahkan

karakter nasionalsme dan negara-bangsa yang khusus dan unik melalui pembandingan-

pembandingan dengan, atau pemikiran yang berakar pada masyarakat yang berskala kecil.

Dalam perspektif ini, bangsa (nation) dan ideologi nasionalis setidak-tidaknya nampak

sebagai “peralatan” simbolik bagi kelas-kelas yang berkuasa dalam masyarakat, yang tanpa

peralatan simbolik itu bangsa rentan terancam perpecahan. Sebagian ahli berpendapat

bahwa nasionalisme dan komunitas nasional dapat memiliki akar yang kuat dalam

komunitas etnik sebelumnya atau ethnies (A.D. Smith 1986), tetapi niscaya kurang tepat

untuk mengklaim bahwa kesinambungan masyarakat komunitas pra-modern atau

“kebudayaan etnik” menjadi nasional terjaga dengan baik. Contoh Norwegia menunjukkan

bahwa tradisi dan simbol-simbol nasional lainnya memiliki makna yang sangat berbeda

dalam konteks modern dibandingkan makna pada masa lampau (A.D.Smith 1986).

III

Page 95: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Multikulturalisme: Penguatan Politik dan Sentimen Kebangsaan Negara-Bangsa

Seperti telah dikemukakan di atas, konsep negara dalam antropologi adalah perluasan dari

konsep-konsep sukubangsa, kelompok etnik, etnisitas, yang pada setiap konsep tersebut

konsep nasionalisme menyelimuti sekaligus memberikan roh. Dalam konteks ini negara

merupakan suatu bentuk pengorganisasian warga masyarakat yang secara intrinsik berasal

dari sukubangsa atau kelompok etnik tersebut. Konsep negara-bangsa (nation-state),

misalnya, jelas sekali menunjukkan orientasi pemikiran antropologi ini.

Dipandang dari perspektif ini, nasionalisme yang sukses ditentukan oleh keterjalinan

ideologi etnik dengan aparatus negara. Negara-bangsa, seperti halnya banyak sistem

politik lain, memandang pentingnya ideologi bahwa batas-batas politik harus saling

mendukung dengan batas-batas kebudayaan. Selanjutnya, negara-bangsaa memiliki

monopoli atas keabsahan untuk memungut pajak, dan bahwa tindakan kekerasan terhadap

warga yang dianggap menyimpang dari kehendak negara. Monopoli ini adalah sumber

kekuasaan yang paling penting. Negara bangsa memiliki administrasi birokrasi dan

undang-undang tertulis yang meliputi semua warga negara, dan memiliki sistem

pendidikan yang seragam di seluruh negeri, dan pasar tenaga kerja yang sama bagi semua

warga negara. Hampir semua negara-bangsa di dunia memiliki bahasa nasional yang

digunakan untuk komunikasi resmi. Suatu ciri yang khas dari negara bangsa adalah

konsentrasi kekuasaan yang luarbiasa. Cukup jelas bahwa Indonesia adalah salah satu

contoh negara-bangsa.

Negara Bangsa dan Multikulturalime

Dari pembicaraan kita tentang perspektif antropologi mengenai nasionalisme dan negara di

atas, dapatlah dikemukakan bahwa negara-bangsa Indonesia kini menghadapi tantangan-

tantangan besar, yang apabila kita tak berhasil menghadapi dan menaklukkan tantangan

tersebut, dapat diprediksi bahwa negara kesatuan Republik Indonesia ini akan berakhir.

Page 96: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Akan tetapi kalau kita memiliki kesepakatan dan komitemen bahwa negara kesatuan ini

adalah final, maka kita perlu memperhatikan secara seksama tantangan-tantangan yang

kita hadapi, dan tugas-tugas yang harus kita laksanakan untuk menghadapinya. Banyak

orang berpendapat bahwa multikulturalisme merupakan alternatif yang paling tepat untuk

membangun kembali integrasi bangsa tersebut, meski belum ditemukan model

multikulturalisme seperti apa yang paling tepat untuk Indonesia. Pendapat tersebut benar,

karena pendekatan proses dalam multikulturalisme lebih relevan untuk menjawab isyu

kebangsaan dan integrasi nasional yang kini dituntut mampu menjawab tantangan

perubahan.

Buku Sdr Mashudi Noorsalim (ed.) yang kini sedang kita bahas – menurut hemat saya –

mengandung empat persoalan besar (penulis menyebutnya “dilematis”) berkaitan dengan

isyu hak-hak minoritas dalam kaitannya dengan multikulturalisme dan dilema negara

bangsa.

1. Fakta keanekaragaman sukubangsa, ras, agama, dan golongan sosial-ekonomi, semakin

diperumit oleh faktor geografi Indonesia yang kepulauan, penduduk yang tinggal terpisah-

pisah satu sama lain, mendorong potensi disintegrasi meningkat.

2. Premis antropologi bahwa nasionalisme dan negara seyogyanya dibicarakan mulai dari

akarnya, yakni mulai dari konsep-konsep “sukubangsa”, “kelompok etnik”, dan “etnisitas”,

jelas menunjukkan bahwa apabila semangat nasionalisme luntur karena berbagai sebab,

maka yang tertinggal adalah semangat kesukubangsaan yang menguat. Dengan kata lain,

meningkatnya semangat primordial ( antara lain kesuku-bangsaan) di tanah air akhir-akhir

adalah indikasi melunturnya nasionalisme.

3. Hak-hak minoritas senantiasa melekat pada fakta pengaturan keanekaragaman yang

ada. Apabila pengaturan nasional berorientasi pada kebijakan kebudayaan seragam dan

sentralistis maka fakta pluralisme, diferensiasi, dan hirarki masyarakat dan kebudayaan

akan meningkat. Dalam kondisi ini hak-hak minoritas akan terabaikan karena tertutup oleh

kebijakan negara yang terkonsentrasi pada kekuasaan sentralistis. Namun, apabila

pengaturan tersebut adalah demokratis dan/atau multikuluralistis maka hak-hak minoritas

akan semakin dihargai. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa upaya membangun bangsa

yang multikultural itu berhadapan dengan tantangan berat, yaitu fakta keenekaragaman

Page 97: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

yang luas dalam konteks geografi, populasi, sukubangsa, agama, dan lainnya. Oleh karena

itu membangun negara-bangsa yang multikultural nampaknya harus dibarengi oleh politik

pengaturan dan sentimen kebangsaan yang kuat.

4. Perekat integrasi nasional yang selama ini terjadi seperti politik penyeragaman nasional

dan konsentrasi kekuasaan yang besar sesungguhnya adalah hal yang lumrah dalam politik

pemeliharaan negara bangsa. Namun, mekanisme pengaturan nasional ini terganggu

ketika seleksi global – pernyataan saya ini dipengaruhi oleh prinsip alamiah proses seleksi

alam dalam evolusionisme – “tidak lagi menghendaki” (not favour) bentuk negara-bangsa

sebagai bentuk pengaturan nasional pada abad yang baru ini. Kondisi negeri kita yang

serba lemah di berbagai sektor mempermudah kita menjadi rentan untuk “tidak lagi

dikehendaki” dalam proses seleksi global.

Identitas Nasional

Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi,

golongan sendiri, kelompok sendiri, atau negara sendiri.

Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar

yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa

maupun non fisik, seperti keinginan,cita-cita dan tujuan. Jadi adapun pengertian identitas

sendiri adalah ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu

yang bisa membedakannya.

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh

dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas.

Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan

kehidupannya.

Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi

nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama

besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan bdari ratusan suku yang

kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan

Page 98: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat

memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional

Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga

menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain.

Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan

komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi

bersama. Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau

sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di

dunia. Uraiannya mencakup :

1. Identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan

monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus

monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain

dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau

pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara

individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada

dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.

2. Identitas nasionalIdentitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman)

baik menyangkut sosiokultural atau religiositas. – Identitas fundamental/ ideal = Pancasila

yang merupakan falsafah bangsa.- Identitas instrumental = identitas sebagai alat untuk

menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara,

bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.- Identitas religiusitas = Indonesia pluralistik

dalam agama dan kepercayaan.- Identitas sosiokultural = Indonesia pluralistik dalam suku

dan budaya.- Identitas alamiah = Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di

dunia.

3. Nasionalisme IndonesiaNasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan

seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat

efektif sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno

adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya

dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Page 99: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

4. Integritas Nasional Menurut Mahfud M.D integrai nasional adalah pernyataan bagian-

bagian yang berbeda dari suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh

secara sederhana memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya

menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan,

kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu

dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya

kesatuan dan persatuan bangsa.

Kesimpulan Identitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang

membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai

macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu,

nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian

disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah

yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional

sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia

tidak kehilangan identitas.

Unsur-unsur pembentuk identitas nasional berdasarkan ukuran parameter sosiologis,

yaitu :

1.suku bangsa

2.kebudayaan

3.bahasa

4.kondisi georafis.

Unsur-unsur pembentuk identitas nasional indonesia, yaitu :

1. Sejarah

2. Kebudayaan :

-Akal budi

-Peradaban

-Pengetahuan

Page 100: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

3. Budaya Unggul

4. Suku Bangsa : keragaman/majemuk

5. Agama: multiagama

6. Bahasa http://elasgary.wordpress.com/2012/02/07/identitas-nasional/

Makalah Identitas NasionalBAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat memahaminya, 

pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, 

sifat-sifat   khas   yang   melekat   pada suatu hal   sehingga   menunjukkan   suatu   keunikkannya   serta 

membedakannya  dengan  hal-hal   lain.  Nasional   berasal   dari   kata   nasion   yang  memiliki   arti bangsa, 

menunjukkan  kesatuan  komunitas   sosio-kultural   tertentu  yang  memiliki   semangat,   cita-cita,   tujuan 

serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau 

sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya 

mencakup   :

1.  Identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik. 

Keadaan  manusia   yang  multidimensional,   paradoksal   dan   sekaligus  monopluralistik   tersebut   akan 

mempengaruhi eksistensinya.

2.    Identitas   nasionalIdentitas   nasional   Indonesia   bersifat   pluralistik   (ada   keanekaragaman)   baik 

menyangkut sosiokultural atau religiositas. - Identitas fundamental/ ideal = Pancasila yang merupakan 

falsafah  bangsa.-   Identitas   instrumental  =   identitas   sebagai  alat  untuk  menciptakan   Indonesia  yang 

dicita-citakan.

3. Nasionalisme IndonesiaNasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total 

diabdikan   langsung   kepada   negara   bangsa.   Nasionalisme   sangat   efektif   sebagai   alat   merebut 

kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno adalah bukan yang berwatak chauvinisme, 

bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Page 101: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

4.   Integratis   NasionalMenurut   Mahfud  M.D   integrai   nasional   adalah   pernyataan   bagian-bagian   yang 

berbeda   dari   suatu  masayarakat  menjadi   suatu   keseluruhan   yang   lebih   untuh   ,   secara   sederhana 

memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.

  

A.  Tujuan Penulisan

Adapun  yang  menjadi   tujuan  penulisan  makalah   ini   adalah  untuk  mengetahui   sejauh  mana 

perkembangan  identitas Nasional di Indonesia khususnya di UNIMA.

B.     Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pengetahuan dan penghayatan bagi kita 

untuk memahami perkembangan identitas nasional. Dan hendaknya makalah ini bermanfaat bagi para 

pembaca dan mahasiswa dalam memahami identitas nasional.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Manifestasi Nilai-Nilai Budaya Yg Tumbuh Dan Berkembang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa (Nation State) , Yg Dimulai Dari Kesepahaman : Antar Individu,Individu – Kelompok Dan AtauAntar Kelompok.

Term antropologi   :   identitas adalah sifat  khas yang menerangkan dan sesuai  dengan kesadaran diri 

pribadi,  golongan sendiri,  kelompok sendiri,  atau negara sendiri. Nasional  merupakan  identitas  yang 

melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik 

seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik, seperti keinginan,cita-cita dan tujuan. Jadi adapun 

pengertian  identitas  sendiri  adalah ciri-ciri,   tanda-tanda,   jati diri  yang melekat  pada seseorang atau 

sesuatu yang bisa membedakannya.

Page 102: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional pada   hakikatnya   merupakan   manifestasi   nilai-nilai   budaya   yang   tumbuh   dan 

berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas 

tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.

Diletakkan   dalam   konteks   Indonesia,  maka   Identitas  Nasional   itu  merupakan  manifestasi   nilai-nilai 

budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara 

ini dalam berbagai aspek kehidupan bdari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan 

Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai 

dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam 

hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam 

berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem 

pemerintahan   yang   diterapkan,   nilai-nilai   etik,   moral,   tradisi,   bahasa,   mitos,   ideologi,   dan   lain 

sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun 

internasional.

Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian budaya 

sebagai   upaya   untuk  mengembangkan   Identitas   Nasional   kita   telah   ditegaskan   sebagai   komitmen 

konstitusional  sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri  negara kita dalam Pembukaan, khususnya 

dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu :

“Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia “

yang diberi penjelasan :

”  Kebudayan   bangsa   ialah   kebudayaan   yang   timbul   sebagai   buah   usaha   budaya   rakyat   Indonesia 

seluruhnya.  Kebudayaan  lama dan asli   terdapat  ebagi  puncak-puncak  kebudayaan di  daerah-daerah 

seluruh  Indonesia,   terhitung sebagai  kebudayaan bangsa.  Usaha kebudayaan harus  menuju  ke  arah 

kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing 

yang  dapat  memperkembangkan  atau  memperkaya  kebudayaan  bangsa   sendiri   serta  mempertinggi 

derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “.

Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam Pasal 32

1. Negara   memajukan   kebudayan   Nasional   Indonesia   di   tengah   peradaban   dunia   dengan 

menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

2. Negara menghormatio dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Page 103: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Dengan   demikian   secara   konstitusional,   pengembangan   kebudayan   untuk   membina   dan 

mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa dan bagaimana 

kebudayaan   itu   dipahami   yang   dalam   khasanah   ilmiah   terdapat   tidak   kurang   dari 166   definisi 

sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952.

B.     SEJARAH PAHAM KELAHIRAN NASIONALISME INDONESIA YG

BER-WAWASAN PAROKHIAL:

1.      1908 Budi Oetomo Berbasis Sub Kultur Jawa

2.      1911 Sarikat Dagang Islam Kaum Entrepeneur Islam Bersifat Ekstrovert Dan Politis

3.      1912. Muhammadiya Dari Subkultur Islam Modernis Bersifat Introvert Dan Sosial

4.      1912. Indische Party Dari Sub Kultur Campuran, Yg Memncerminkan Elemin Politis Na-Sionalisme Non 

rasial dg selogan

“ TEMPAT YANG MEMBERI NAFKAH YANG MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI TANAH AIRNYA”

5.      1913. Indische Social Democratiche Vereniging Mengejawantahkan Nasionalisme Politik Radikal Dan 

Berorientasi Marxist.

6.      1915. Trikoro Dharmo Sebagai Emberio Yong Java

7.       1918 Yong Java

8.       1925. Manifisto Politik

9.       1926. Nahdatoel Oelama (Nu)Dari Sub Kultur Santri Dan Ulama Serta Pergerakan Lain Seperti Sub Ethnis 

Jong Ambon, Jong Sumatwera, Jong Selebes Yang Melahiorkan Pergerakan Nasionalisme Yg Berjati Diri 

Indonmesianess

10.  1928 . Soempah Pemoeda 28 Okt 1928

11. 1931. Indonesia Muda

C.    KARAKTERISTIK INDENTITAS NASIONAL

a. Unsur Identitas Pancasila dengan Rohnya Bhineka Tunggal Ika

Page 104: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Nilai-Nilai Yg Hidup Dalam Berbagai Masyarakat.

Menyangkut Sopan Santun, Tata pergaulan

Termasuk Bidang Agama Serta Moral

Adat Istiadat

Budaya

b. Pelaksanaan Unsur Identitas Nasional

Menjelang th 1997 indonesia terjadi krisis nilai, moral disusul krisis ekonomi dan politik sehingga indonesia kehilangan orientasi nilai. Dari sisni timbul suatu pergerakan semacam social terorisme. Lalu 1998 puncak krisis sehingga timbul penjarahan massal.

Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yg diaktualisasikan dalam bergagai kehidupan dan berbangsa. AKTUALISASI ini untuk menegakkan pancasila dan uud 45 sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan uud 45 terutama alinea ke 4.

D.    PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

1 TANTANGAN GLOBALISASI

Bersifat centrifugal bersumber pada faktor

Eksternal dan internalEksternal

Berkembangnya  proses  globalisasi   yang  melahirkan  neolibralisme  dan  kapitalisme.  Hal   ini 

dimulai berbagai kesepakatan melalui konfrensi internasional : WTO APEC. AFTA dan bentuk 

kesepakatan yang lain yang berhubungan dengan perekonomian, sosial dan politik yg dapat 

menindas masyarakat lemah baik dari segi ekonomi, sosial, politik.

INTERNAL

Terjadinya KKN kebebasan demokrasi tidak ditunjang oleh infra struktur mental yang 

kondusif.

Page 105: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

ERNEST RENAN dalam bukunya qu’est ceqy’une nation menyatakan bahwa hakikat nasionalisme itu le desire vivre ensemble (keinginan untuk hidup bersama) bertumpu pada kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual ‘une ame,un prinsipe spirituel’ yang berakar pada kepahlawanan masa lalu yang tumbuh karena ada kesamaan penderitaan dan kemuliaan dimasa lalu.

REVITALISASI PANCASILA SEBAGAI PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL

Upaya pemberdayaan identitas nasional indonesia melalui revitalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam 

pancasila. Pembukaan UUD 45 sebagai staatfondamentalnorm , di eksplorasikan pada dimensi :

Realitas : nilai – nilai diaplikasikan secara konkrit dalam kehidupan secara objektif yang bersifat :

Sein im sollen dan sollen im sein

Idealitas : secara prospektif mempertahankan dan mengembangkan identitas nasional melalui berbagai 

pergerakan baik dari kalangan akademik, masyarakat ataupun pemerintahan.

E.     REVITALISASI PANCASILA SEBAGAI MANIFESTASI IDENTITAS NASIONAL

Wawasan:Spiritual ( berlandaskan etik, estetika, dan regiusitas;(sebagai dasar dan arah pengembangan 

profesi) Akademis, menyiapkan sdm utk pembangunan nasional Kebangsaan, menumbuhkan kesadaran 

nasionalisme utk mendirikan jatidiri bangsa

Mondial, sadar dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang dibawa globalisasi dan mampu 

mengatasi, menangkap tantangan dan memanfaatkan peluang untuk berbangsa dan bernegara

F.     HILANGNYA IDENTITAS NASIONAL YANG TIDAK PERNAH ADA

Dua orang penguasa Indonesia yang paling kuat, Sukarno (1945-1966) dan Suharto (1966-1998) berupaya keras merumuskan identitas Indonesia dari segi kebudayaan. Keduanya secara sederhana memformula hal itu dalam Pancasila. Penguasa-penguasa Indonesia berikutnya, Habibie (1998-2000), Abdurrahman Wahid (2000-2001), Megawati (2001-kini) tidak sempat memformula identitas bangsa karena

Page 106: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

periiode kekuasaannya yang singkat, lagipula mereka didera oleh masalah krisis kekuasaan. Sebagai penguasa seumur jagung sungguh tak banyak yang mereka dapat lakukan. Jika bangsa Irak sekarang dapat mengidentifikasi dirinya pada peradaban Babylonia, tidaklah demikian halnya dengan kita karena subjek identifikasi itu yang tidak pernah ada. Mr. Muhammad Yamin tergila-gila pada Majapahit, Sukarno menfavoritkan Sriwijaya dan Majapahit, Suharto terobsesi pada Mataram pasca Giyanti 1755. Namun sesungguhnya kerajaan-kerajaan yang mereka jadikan acuan itu, apalagi Mataram, tidak pernah mengendalikan Nusantara.

     Di zaman Menpora Abdul Gafur siswa-siswa sekolah “disuruh” menangis tersedu sedan seraya membaca teks Sumpah Pemuda, tetapi di Kongres Pemuda II sumpah itu disusun dalam suasana biasa-biasa saja, dan tidaklah pula dapat dikatakan itu adalah saat kelahiran jabang bayi Indonesia. Penyatuan teritori Hindia Belanda sendiri baru tercapai setelah korte verklarieng van Hentz tahun 1904. Proses penyatuan teritori lewat kekerasan. Tentu saja Indonesia sebagai suatu entitas kebudayaan di luar jangkauan korte verklarieng van Hentz.

Mencari “puncak” Ki Hajar

Identitas Nasional sulit dikenali, apakah pada gedung-gedung di Jakarta, ataukah pada cara berpakaian kaum elit, atau pada lagu-lagu pop Indonesia. Mungkin pada koreografi Inul kita dapatkan asli pesisir, tapi itu Jawa, bukan pula Indonesia. Formula ini verbalistik belaka, tak dapat lagi diperjelas, apalagi dirinci. Tingallah formula ini sebagai mantra yang dituliskan di pelbagai makalah kebudayaan, dan dibaca-baca dalam setiap pidato kebudayaan. Syahdan, budayawan pun terstratifikasi menjadi budayawan Nasional dan budayawan daerah. Budayawan daerah terpromosi sebagai budayawan Nasional bila secara phisik pindah ke Jakarta atau banyak menulis, atau diwawancara, oleh media Jakarta. Biasa pusat-daerah mestinya tak layak mengemuka lagi dalam era reformasi. Jauh mendaki namun “puncak” Ki Hajar tak kunjung bersua. Karena tidaklah begitu mudah mengidentifikasi gunung kebudayaan “daerah”, mana yang puncak, mana yang tebing, dan mana pula kakinya bukan sesuatu yang sederhana untuk ditentukan, lagi pula apa keperluannya. ornamen politik (dan kebudayaan) Manipol-Usdek, tinggallah yang tersisa sampai sekarang sebuah nama gang di Kampung Duri, Jakarta-Barat, yaitu Gg. Usdek. 

  

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Page 107: KETREKAITAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas   adalah   sifat   khas   yang  menerangkan  dan   sesuai  dengan  kesadaran  diri   pribadi,   golongan 

sendiri,   kelompok   sendiri,   atau   negara   sendiri. Identitas   nasional   pada   hakikatnya   merupakan 

manifestasi  nilai-nilai  budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai  aspek kehidupan suatu 

bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain 

dalam hidup dan kehidupannya. Frederick  de Houtman de Couda,  adik  Cornelis  de Houtman,  dalam 

kitab lexioografi Spraeckende word-boeck in de Malaysche en de Madagaskarsche Talen mengatakan 

bahwa bahasa Melayu telah digunakan secara luas di Oost Indie . Bahasa Melayu sebagai lingua franca 

telah dikenal penduduk Nusantara ratusan tahun yang lalu. Inilah titik temu penduduk Nusantara yang 

didasarkan oleh keperluan praktis berkomunikasi. Yang “mengikat” penduduk Nusantara sampai dengan 

diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia adalah bahasa Melayu.

Penyatuan teritori Hindia Belanda sendiri baru tercapai setelah korte verklarieng van Hentz tahun 1904. 

Proses penyatuan teritori lewat kekerasan. Tentu saja Indonesia sebagai suatu entitas kebudayaan di 

luar jangkauan korte verklarieng van Hentz. 

DAFTAR PUSTAKA

  WWW.wikipedia_pengantar ekonomi.com-1

  WWW.wikipediapengantar ekonomi.com-2

  Bahan ajar ekonomi makro

http://gioakram13.blogspot.com/2013/01/identitas-nasiona.html