KETERKAITAN FAKTOR FISIKA KIMIA PERAIRAN TERHADAP
KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PANTAI PENDARATAN
DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT PROVINSI
SUMATERA UTARA
MUHAMMAD BAYU PRASTAMA MANURUNG
150302019
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
KETERKAITAN FAKTOR FISIKA KIMIA PERAIRAN TERHADAP
KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PANTAI PENDARATAN
DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT PROVINSI
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
MUHAMMAD BAYU PRASTAMA MANURUNG
150302019
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
KETERKAITAN FAKTOR FISIKA KIMIA PERAIRAN TERHADAP
KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PANTAI PENDARATAN
DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT PROVINSI
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
MUHAMMAD BAYU PRASTAMA MANURUNG
150302019
Skripsi Ini sebagai Salah Satu Diantara Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
MUHAMMAD BAYU PRASTAMA MANURUNG. Keterkaitan Faktor Fisika
Kimia Perairan Terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa
Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara. Dibawah bimbingan IPANNA ENGGAR SUSETYA, S.Kel, M.Si.
Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir yang terletak di
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Pada lokasi ini terdapat ekosistem
mangrove yang berada dekat dan berbatasan dengan pemukiman warga dan laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan Fitoplankton di perairan
Pendaratan Desa Jaring Halus, mengetahui hubungan parameter lingkungan
dengan kelimpahan Fitoplankton serta mengetahui kondisi perairan Pendaratan
Desa Jaring Halus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2019. Penentuan
lokasi pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling pada 3
stasiun pengamatan. Pengambilan Fitolankton menggunakan plankton net dengan
ukuran 45 µm, lalu ditarik tali 10 meter. Hasil penelitian yang didapatkan terdapat
10 spesies yaitu Melosira octogona, Hemiaulus hauckii, Melosira sulcata,
Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus ehrenbergi, Coscinodiscus wailesi,
Tintinnopsis lohmanni, Tintinnopsis gracilis, Cerataulina smithii dan Euglena
agilis. Total Kelimpahan Fitoplankton pada stasiun 1 sebanyak 1464,97 ind/L
yang terdiri dari 9 spesies, pada stasiun 2 sebanyak 2077,7 ind/L terdiri dari 9
spesies, dan pada stasiun 3 sebanyak 2870,7 ind/L terdiri dari 10 spesies. PCA
(Principal Component Analysis) menunjukan N-total, posfat, salinitas, kecerahan
dan kedalaman tergolong negatif dengan kelimpahan fitoplankton sedangkan pH,
DO, Klorofil-α, suhu dan kecepatan arus berkorelasi positif dengan kelimpahan
fitoplankton.
Kata Kunci: Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus, Kelimpahan Fitoplankton,
Parameter Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
MUHAMMAD BAYU PRASTAMA MANURUNG. The Correlation Between
Water Chemistry and Physical Factors To Phytoplankton Abundance at
Pandaratan Beach, Jaring Halus Village, Secanggang District, Langkat Regency,
North Sumatra Province. Under the guidance of IPANNA ENGGAR SUSETYA,
S.Kel, M.Si.
Pandaratan Beach Jaring Halus Village is a coastal vilage located in Secanggang
District, Langkat Regency. In this village there are mangrove ecosystems that are
close to settlements and the sea. This study was to determine the abundance of
Phytoplankton in the Pandaratan waters of the Jaring Halus Village, to know the
relationship of the parameters of the waters with the abundance of Phytoplankton
and to know the water conditions in the Pandaratan Beach. This research was
conducted in June - July 2019. Determining the location of sampling using the
purposive sampling method at by specifying 3 locations. Intake of phytoplankton
using plankton net with a size of 45 µm, and pulled using a rope along the 10
meters. The results obtained were 10 species, namely Melosira octogona,
Hemiaulus hauckii, Melosira sulcata, Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus
ehrenbergi ,Coscinodiscus wailesi, Tintinnopsis lohmanni, Tintinnopsis gracilis,
Cerataulina smithii dan Euglena agilis. The total abundance of phytoplankton at
Station 1 was 1464.97 ind / L consisting of 9 species, at Station 2 there were
2077.7 ind / L consisting of 9 species, and at Station 3 there were 2870.7 ind / L
consisting of 10 species. PCA (Principal Component Analysis) shows that N-total,
phosphate, salinity, brightness and depth are negative with phytoplankton
abundance while pH, DO, Chlorophyll-α, temperature and current speed,
positively correlated with phytoplankton abundance.
Keywords: Pandaratan Beach , Jaring Halus Village , Phytoplankton
Abundance Environmental Parameters
Universitas Sumatera Utara
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Suka Rakyat pada tanggal 27
April 1997 dari Ayahanda Ismail Manurung dan
Ibunda Sri widawati. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD
Negeri 101887 Bangun Sari pada tahun 2003–2009
dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2009–2012 di MTS
Swasta Pondok Pesantren Ulumul Qur’an Stabat Langkat. Penulis menyelesaikan
pendidikan menengah atas di MAN Pematang Siantar dengan jurusan IPA pada
tahun 2012– 2015.
Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2015.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di, UPT. Pusat Pembenihan
Ikan (Puspik) Kerasaan Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara.
Selain mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi asisten Laboratorium
Biologi Perikanan pada tahun 2016-2017 dan asisten Laboratorium Teknologi
Pembenihan Ikan pada tahun 2016-2017. Penulis juga masuk organisasi
mahasiswa IMASPERA pada tahun 2016. Penulis mengikuti program magang di
PT. AMAL (Anugrah Maritim Lestari) pada tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Keterkaitan Faktor Fisika Kimia Perairan Terhadap Kelimpahan
Fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ismail Manurung dan Ibunda
Sri Widawati yang telah membesarkan dan merawat penulis.
2. Adinda terkasih Intan Nurqomariah yang selalu memberikan do’a, motivasi
serta membantu dan memberi dukungan kepada penulis.
3. Ibu Ipanna Enggar Susetya S.Kel, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan dan Dosen penguji I saya, serta Ibu Astrid Fauzia
Dewinta, S.St.Pi., M.Si selaku dosen penguji II saya yang telah memberikan
saran dan masukan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
5. Bapak/ibu dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Staf
Fakultas Pertanian khususnya Staf Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan.
Universitas Sumatera Utara
v
6. Seluruh teman-teman MSP angkatan 2015 terutama kepada Ronald Prayogo,
Satria Hasibuan, Febri Hermawan, Dayun Ifanda, Tia Anggraini, Nathania
Sitompul, Nina Puspita Sari, Dwiki Utama Nazar, Loventia dan Azizah
Fadlin
7. Seluruh sahabat-sahabat terutama kepada Irsan Chaniago, Arbi Sabtono,
Harry Prasetio, Fuad Husein, Gusvita Amalia Nisa, Siti Sundari, M. Syahfitra
Lubis, Nisfa Fitri Pratiwi dan Ratna Sagita Suciana yang telah memberikan
semangat dan dukungan keras dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Nelayan Di Desa Jaring Halus. Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara, serta kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan kontribusi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai informasi
dan perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya dibidang pengelolaan
sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Medan, 09 Oktober 2019
Penulis
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR TABEL................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 2
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3
Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove ........................................................................ 6
Limbah Pada Perairan ....................................................................... 7
Kondisi Umum Pantai Pandaratan Desa Jaring Halus ....................... 7
Karakteristik Sumberdaya Dan Lingkungan Pesisir .......................... 8
Fitoplankton ..................................................................................... 10
Faktor Fisika Kimia Air .................................................................... 12
Suhu ....................................................................................... 12
Kecerahan ................................................................................ 13
pH ........................................................................................... 14
DO........................................................................................... 14
Salinitas ................................................................................... 15
N-Total .................................................................................... 16
Fosfat....................................................................................... 17
Klorofil-α ................................................................................ 17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 18
Alat dan Bahan Penelitian................................................................. 18
Metode Penentuan Stasiun .. ............................................................. 19
Deskripsi Stasiun Pengamatan.. ........................................................ 19
Stasiun I ..................................................................................... 19
Universitas Sumatera Utara
vii
Stasiun II .......................................................................................... 20
Stasiun III ................................................................................... 20
Parameter fisika dan kimia................................................................ 21
Suhu .................................................................................... 21
Kecerahan ........................................................................... 21
Kecepatan arus ..................................................................... 22
Kedalaman ........................................................................... 22
Parameter Kimia ............................................................................... 22
N-Total ................................................................................ 22
Fospat .................................................................................. 22
pH ........................................................................................ 23
DO ....................................................................................... 23
Klorofil-α ............................................................................. 23
Pengambilan Sampel Air .................................................................. 24
Pengambilan Sampel Plankton.......................................................... 24
Analisis Data .................................................................................... 24
Analisis Kelimpahan ............................................................ 25
Analisis Keanekaragaman .................................................... 25
Analisis Keseragaman .......................................................... 26
Analisis Dominansi .............................................................. 27
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelimpahan......................................................................... 30
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E)
dan Indeks Dominansi (C) ................................................... 31
Parameter lingkungan perairan ............................................ 31
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)
Kelimpahan Fitoplankton .................................................... 33
Pembahasan
Kelimpahan Fitoplankton .................................................... 34
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E)
dan Indeks Dominansi (C) pada setiap stasiun ..................... 37
kualitas air .......................................................................... 41
suhu .................................................................................... 41
kecerahan ............................................................................ 41
kecepatan arus..................................................................... 42
pH ....................................................................................... 42
DO ...................................................................................... 43
Salinitas .............................................................................. 44
Posfat dan Nitrat ................................................................. 45
Klorofil-α ............................................................................ 46
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) 48
Rekomendasi Pengelolaan ................................................... 52
Universitas Sumatera Utara
viii
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................... 54
Saran ............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 4
2. Lokasi Penelitian ............................................................................. 17
3. Lokasi Stasiun I .............................................................................. 18
4. Lokasi Stasiun II ............................................................................. 19
5. Lokasi Stasiun III ............................................................................ 19
6. Grafik Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) 32
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Pengukuran Parameter Kualitas Air ................................................. 20
2. Koefisien Korelasi Dan Interprettasi ................................................ 27
3. Jenis Fitoplankton dan Jumlah Individu yang di Temukan pada
Setiap Stasiun Penelitian ................................................................. 28
4. Kelimpahan Fitoplankton Yang Di Peroleh ..................................... 29
5. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E)
dan Indeks Dominansi (C) .............................................................. 30
6. Pengamatan Nilai Rata-Rata Nilai Parameter Fisika Dan Kimia Air 31
7. Nilai Korelasi PCA ......................................................................... 32
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Alat dan Bahan................................................................................ 58
2. Pengambilan sampel........................................................................ 62
3. Foto Fitoplankton ............................................................................ 64
4. Data Kelimpahan Fitoplankton ........................................................ 66
5. Data Keanekaragaman Fitoplankton dan Data Keseragaman ........... 67
6. Data Corelation matrix (Pearson (n) ................................................ 68
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir yang terletak
di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Lokasi ini terdapat ekosistem
mangrove yang berada dekat dan berbatasan dengan pemukiman warga dan laut.
Desa ini merupakan sebuah perkampungan yang letaknya jauh dari pusat kota.
Pemukiman di Desa Jaring Halus merupakan salah satu penyumbang limbah di
perairan Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus.
Limbah yang masuk ke perairan akan mengganggu kualitas air baik faktor
fisika, kimia dan biologi. Salah satu cara untuk menganalisis kualitas perairan
dapat dilakukan penelitian secara biologi menggunakan indikator fitoplankton.
Fitoplankton dijadikan sebagai indikator kualitas perairan karena siklus
hidupnya pendek, respon yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan
dan merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta
oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan cara fotosintesis.
Pengaruh cahaya matahari dalam proses fotosintesis juga menyebabkan
fitoplankton berdistribusi secara horizontal.
Keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi kehidupan di perairan
karena memegang peranan penting sebagai makanan bagi berbagai organisme
laut. Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh adanya perubahan
struktur dan nilai kuantitatif fitoplankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia seperti adanya
peningkatan konsentrasi unsur hara secara sporadis sehingga dapat menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
2
peningkatan nilai kuantitatif fitoplankton melampaui batas normal yang dapat
ditolerir organisme hidup lainnya. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif
berupa kematian massal organisme perairan akibat persaingan penggunaan
oksigen terlarut seperti yang terjadi di berbagai perairan di dunia dan beberapa
perairan Indonesia (Djokosetiyanto dan Rahardjo, 2006).
Aktivitas yang dilakukan di Desa Jaring Halus akan mempengaruhi
kelimpahan fitoplankton dan kualitas air, unuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang kelimpahan fitoplankton dan kualitas air yang terdapat di perairan
tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perairan
kita terutama kelimpahan fitoplankton dan kualitas air di Pantai Pendaratan Desa
Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Rumusan Masalah
Pemukiman, aktivitas nelayan serta daerah vegetasi mangrove mempengaruhi
parameter fisika dan kimia di perairan. Kurangnya pengelolaan dan pengawasan
lingkungan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus dapat merubah kondisi
lingkungan baik secara fisika maupun kimia.
Perubahan lingkungan perairan tersebut dapat mempengaruhi kelimpahan
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Perubahan lingkungan diikuti dengan
pertumbuhan organisme yang merespon perubahan lingkungan tersebut.
Fitoplankton adalah satu organisme yang mampu memberikan respon terhadap
perubahan kondisi lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas maka beberapa masalah pokok yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
3
1. Seberapa besar kelimpahan fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa Jaring
Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
2. Seberapa besar pengaruh parameter fisika dan kimia di Pantai Pendaratan
Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
3. Seberapa besar dampak hubungan parameter fisika dan kimia terhadap
kelimpahan fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
Kerangka Pemikiran
Kurangnya pengelolaan dan pengawasan terhadap limbah telah
mempengaruhi fungsi dari Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus, dan
nantinya akan berimbas pada kehidupan ekosistem yang ada di perairan tersebut.
Limbah yang masuk ke dalam perairan akan merubah karakteristik fisika dan
kimia perairan. Perubahan karakteristik fisika dan kimia tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan kelimpahan fitoplankton di Pantai Pendaratan
Desa Jaring Halus yang mana perubahan lingkungan tersebut dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan fitoplankton yang akan
mengakibatkan penurunan kualitas air semakin menurun. Maka diperlukan
pengelolaan yang baik untuk mencegah atau dapat memperbaki kondisi perairan
Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
4
Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
Aktivitas
Nelayan
Zonasi
Mangrove
Rekomendasi Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Pemukiman
Perubahan Fisika
Kimia Perairan
Kelimpahan Fitoplankton
Universitas Sumatera Utara
5
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelimpahan fitoplanton di Pantai Pendaratan Desa Jaring
Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
2. Menganalisis parameter fisika dan kimia di Pantai Pendaratan Desa
Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat
3. Mengetahui keterkaitan hubungan parameter fisika dan kimia terhadap
kelimpahan fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data/informasi dalam
menjaga dan melestarikan fungsi ekologis dari Pantai Pendaratan Desa Jaring
Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dapat kembali seimbang.
Universitas Sumatera Utara
6
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem mangrove
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif,
unikdan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan pesisir
memilki sejumlah fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya,penyedia jasa
kenyamanan, penyedia kebutuhan pokok hidup dan penerima limbah. Wilayah
pesisir atau coastal adalah salah satu sistem Iingkungan, didalamnya terdapat zona
intertidal atau zona pasang surut yang merupakan daerah yang terkecil dari semua
daerah disamudera dunia (Nugroho, 2012).
Ekosistem mangrove mempunyai beberapa fungsi ekologis penting : (1)
sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan; (2) Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang
berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari
detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan
detritus, dan sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral
hara yang berperan dalam penyuburan perairan; dan (3) Sebagai daerah asuhan
(nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground) dan daerah
pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan (ikan, udang dan
kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai
(Asyiawati, 2010).
Universitas Sumatera Utara
7
Limbah Pada Perairan
Salah satu persoalan lingkungan adalah adanya potensi pencemaran pada
perairan pesisir yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang.
Masalah pencemaran ini disebabkan aktivitas manusia seperti pembukaan
lahan untuk pertanian, pengembangan perkotaan dan industri, penebangan kayu
dan penambangan di daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS)
serta limbah rumah tangga yang tinggal di daerah pesisir. Pembukaan lahan
pertanian telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang
masuk ke perairan melalui aliran sungai. Pesatnya pengembangan perkotaan
dan industri telah meningkatkan jumlah limbah terutama limbah cair yang sulit
dikontrol (Fransisca, 2011).
Peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air menyebutkan bahwa pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat. Enegi atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia sehingga menyebabkan kualitas air menurun ke
tingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
Untuk mencegah adanya penyakit yang timbul oleh pencemaran air maka
kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi tau komponen yang ada atau harus ada dan atau
unsur pencemar yang di tenggang keberadaannya dalam air.
Kondisi Umum Pantai Pandaratan Desa Jaring Halus
Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir yang terletak di Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat. Perjalanan ke Desa Jaring Halus dari pusat Kota
Universitas Sumatera Utara
8
Medan memakan waktu sekitar 4 jam. Setelah memasuki Desa Jaring Halus kita
akan berhadapan dengan lokasi desa dengan rumah penduduk yang modelnya
seperti rumah panggung (kebanyakan), sarana yang menghubungkan antara rumah
yang satu dengan rumah yang lain yaitu titi-titi yang terbuat dari kayu yang cukup
kuat (Dora, 2002).
Desa Jaring Halus telah ditetapkan sebagai kawasan ekosistem esensial
dimana hutan mangrovenya dikelola secara bersama dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh masyarakat setempat untuk berbagai keperluan termasuk aktivitas
perikanan. Kawasan perairan mangrove Desa Jaring Halus memiliki potensi
sumberdaya ikan (Puteri et al., 2017)
Bersamaan dengan di tetapkannya Desa Jarin Halus sebagaai kawasan
ekosistem esensial. Kondisi Desa Jaring Halus yang kumuh dan terlihat sangat
kotor hasil dari limbah rumah tangga yang belum memiliki TPA dari desa
tersebut. Mencerminkan wajah Desa Jaring Halus yang sangat memiliki pengaruh
buruk terhadap lingkungan perairan di sekitarnya, baik itu laut dan juga ekosistem
mangrovenya.
Karakteristik Sumberdaya Dan Lingkungan Pesisir
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut,
denganbatas kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam
air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut,
dan perembesan air laut / intrusi, serta dicirikan oleh vegetasi yang khas,
sedangkan batas kearah laut mencakup bagian atau batas terluar dari pada daerah
paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi
oleh proses alami yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
Universitas Sumatera Utara
9
maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti
pengundulan hutan dan pencemaran. Umumnya kegiatan pembangunan secara
langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem
perairan pesisir (Purwantara et al., 2013).
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik dengan karakter yang
spesifik. Artinya bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis
dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi dan geologis yang sangat cepat.
Ekosistem Wilayah pesisir terdiri dari terumbu karang, hutan bakau, pantai
dan pasir, estuari, lamun yang merupakan pelindung alam dari erosi, banjir
dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi dampak polusi dari
daratan ke laut. Disamping itu wilayah pesisir juga menyediakan sebagai jasa
lingkungan dan sebagai tempat tinggal manusia, dan untuk sarana
transportasi, tempat berlibur atau rekreasi (Rudianto, 2014).
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan
penting di wilayah pesisir dan kelautan. Hutan mangrove mempunyai fungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan (nursery ground) berbagai macam biota, penahan abrasi pantai, amukan
angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah interusi air laut.
Keberadaan hutan mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat
perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat pantai. Dari segi ekonomis,
hutan mangrove merupakan sumber hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi,
seperti kayu, sumber pangan, bahan kosmetika, bahanpewarna, dan penyamak
kulit, serta sumber pakan ternak dan lebah (Sodikin, 2011).
Universitas Sumatera Utara
10
Fitoplankton
Istilah plankton adalah suatu istilah yang umum. Plankton meliputi biota
yang hidup terapung atau terhanyut di daerah pelagik. Istilah plankton berasal dari
kata Yunani yang berarti pengembara. Organisme ini biasanya berukuran relative
kecil atau mikroskopis, hidupnya selalu terapung atau melayang dan daya
geraknya tergantung pada arus atau pergerakan air. Plankton dapat dibagi ke
dalam dua golongan besar yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan/nabati) dan
zooplankton (plankton hewani) (Arinardi et al., 1997).
Fitoplankton merupakan organisme mikroskopik yang hidup melayang di
dalam air, berperan sebagai produser primer dalam rantai makanan pada semua
perairan alami. Fitoplankton memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.
Bahan organik hasil fotosintesis inilah yang menjadi makanan dan sumber
energi yang menghidupkan seluruh fungsi ekosistem di perairan, sehingga
fitoplankton memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem perairan.
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah mahluk hidup
mikroskopik berpigmen yang hidupnya mengapung atau melayang di perairan,
baik tawar ataupun air asin. Yang termasuk kedalam fitoplankton adalah golongan
Protista mirip tumbuhan atau banyak yang menyebutnya alga serta golongan
Cyanophyta. Ukurannya sangat kecil sehingga hanya jenis fitoplankton tertentu
yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200
µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal,
tetapi juga ada yang berbentuk rantai (Hutabarat dan Evans. 1986).
Dilihat dari segi ukurannya, fitoplankton yang paling umum adalah yang
tergolong mikroplankton (20-200 μm; 1 μm = 0.001 mm), kemudian disusul oleh
Universitas Sumatera Utara
11
nanoplankton (2-20 μm), pikoplankton (0,2-2 μm) dan femtoplankton (< 0,2 μm).
Karena ukurannya yang sangat halus itu maka pengambilan sampel fitoplankton
bisa dilaksanakan dengan berbagai cara misalnya dengan menyaring air
menggunakan jaring plankton dengan mata jaring yang halus, atau dengan filter
khusus misalnya filter Millipore yang mempunyai ukuran pori yang spesifik dan
sangat halus sekitar 0,45 μm atau lebih kecil (Falkowski. 2002).
Alga yang masuk kategori plankton dapat berupa Alga uniseluler (contoh
Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), serta benang (filamen) (contoh Spyrogyra
sp). Alga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini
dinamakan talus. Itulah sebabnya alga tidak dapat digolongkan sebagai tumbuhan
(plantae).Selain itu, fitoplankton memiliki ciri khusus yang dapat digunakan
untuk membedakan antara zooplankton dan fitoplankton, yaitu pigmen warna. Di
dalam sel alga terdapat berbagai plastida yaitu organel sel yang mengandung zat
warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada alga terutama kloroplas mengandung
pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Sehingga alga
bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri makanannya berupa zat organik
dan zat-zat anorganik (Hutabarat. 2000)
Fitoplankton merupakan produsen pertama di semua perairan alami serta
terlibat langsung dalam rantai makanan ke produksi ikan, sehingga menyebabkan
fitoplankton dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memonitor kualitas
suatu perairan dengan melihat komposisi dan kelimpahan fitoplankton pada
perairan yang di amati. Selanjutnya penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
komunitas fitoplankton menyatakanbahwa perubahan kualitas perairan erat
kaitannya dengan potensi perairan dan dapat ditinjau dari kelimpahan dan
Universitas Sumatera Utara
12
komposisi fitoplankton. Kualitas perairan tersebut dapat ditentukan dengan
melihat gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup
disuatu perairan dan jenis fitoplankton yang mendominasi yang dapat memberikan
informasi bahwa ada zat-zat tertentu yang sedang berlebih yang dapat
memberikan gambaran keadaan perairan yang sesungguhnya
(Rashidy et al., 2013).
Kondisi perairan yang komplek dapat mempengaruhi keadaan
hidrooseanografi. Akibat perubahan kondisi kualitas air akan menyebabkan
terjadinya perubahan ekosistem dan komposisi komunitas organisme. Salah
satu organisme yang merasakan langsung pengaruh tersebut adalah fitoplankton.
Keseragaman adalah penyebaran individu antar spesies atau genus yang
berbeda dan diperoleh dari hubungan antara keanekaragaman (H’) dengan
keanekaragaman maksimalnya. Indeks Dominansi digunakan untuk mengetahui
sejauh mana suatu spesies atau genus mendominasi kelompok lain. Metode
perhitungan yang digunakan adalah rumus indeks dominansi Simpson
(Wiyarsih et al., 2019).
Faktor Fisika Kimia Air
Suhu
Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola
kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan
mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme
perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat.Suhu dapat
membatasi sebaran hewan secara geografik dan suhu yang baik untuk
Universitas Sumatera Utara
13
pertumbuhan berkisar antara 25 - 31°C. Apabila melampaui batas tersebut akan
mengakibatkan berkurang aktivitas kehidupannya (Septiana, 2017).
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara,
penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kecepatan
metabolisme dan respirasi organisme air juga memperlihatkan peningkatan
dengan naiknya suhu yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen (Effendi, 2003).
Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual
dengan menggunakan Secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan
meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran. Kecerahan juga mempengaruhi pertumbuhan beberapa organisme
atau biota perairan.
Kecerahan perairan merupakan kemampuan dari cahaya dapat menembus
masuk ke dalam perairan.Kecerahan perairan dipengaruhi oleh adanya penetrasi
cahaya matahari yang memasuki perairan. Dalam kegiatan wisata bahari, tingkat
kecerahan perairan sangat menentukan daya tarik dari wisatawan yang
berkunjung. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat kecerahan suatu perairan
maka akan semakin jernih perairan tersebut. (Saraswati et al., 2017).
Universitas Sumatera Utara
14
pH
Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negative dari konsentrasi
ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indicator baik
buruknya suatu perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia
yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan Variasi nilai pH perairan
sangat mempengaruhi biota di suatu perairan. Selain itu, tingginya nilai pH sangat
menentukan dominasi fitoplankton yang mempengaruhi tingkat produktivitas
primer suatu perairan dimana keberadaan fitoplankton didukung oleh
ketersediaanya nutrien diperairan laut (Hamuna et al., 2018).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan.
Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basah lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5.
Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi
bagi kelangsungan hidup organisme.
DO
Menurut Effendi (2003), menyatakan bahwa oksigen terlarut (DO) adalah
konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal dari hasil fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan air serta hasil difusi dari udara. Oksigen terlarut dalam
perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh
organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Selain pengukuran konsentrasi
oksigen juga perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen
dalam air. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8 mg/L
Universitas Sumatera Utara
15
Salinitas
Salah satu besaran dasar dalam bidang ilmu kelautan adalah salinitas air
laut. Salinitas seringkali diartikan sebagai kadar garam dari air laut, walaupun hal
tersebut tidak tepat karena sebenarnya ada perbeda-an antara keduanya. Salinitas
didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang terlarut dalam 1
kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digan-tikan dengan khlor dalam
jumlah yang setara; semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua zat
organik dioksida-sikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya
dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand. salinitas air
laut kira-kira 0,14 ‰ lebih kecil di-bandingkan dengan kadar garam sesungguh-
nya yang ada diair laut. Yang dimaksud dengan garam di sini ialah istilah garam
da-lam pengertian kimia, yaitu semua senyawa-an yang terbentuk akibat reaksi
asam dan basa. Jadi bukannya garam dalam arti garam dapur saja (Arief, 1984).
Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut
dalam 1 Liter air, biasanya dalam satuan permil (‰).umumnya salinitas
disebabkan oleh tujuh ion utama yaitu natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas di
perairan penting untuk mempertahankan tekanan osmotik antara tubuh organisme
dengan perairan, karena itu salinitas dapat mempengaruhi kelimpahan dan
distribusi fitoplankton. Salinitas merupakan salah satu parameter yang
menentukan jenis-jenis fitoplankton yang terdapat dalam suatu perairan,
tergantung dari sifat fitoplankton tersebut apakah eurihaline atau stenohaline.
Meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas fitoplankton, namun umumnya
peranannya tidak begitu besar karena salinitas bersama-sama dengan suhu
Universitas Sumatera Utara
16
menentukan densitas air maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengembangan
atau penenggelaman fitoplankton (Widigdo, 2001).
N-total
Kandungan posfat dan N-total secara alamiah berasal dari perairan itu
sendiri yaitu melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi
tumbuh-tumbuhan dan sisasisa organisme mati. Selain itu juga tergantung
pada keadaan sekeliling diantaranya sumbangan dari daratan melalui sungai
yang bermuara ke perairan, seperti buangan limbah ataupun pakan yang dengan
adanya bakteri terurai menjadi zat hara dan dalam proses penguraiannya
banyak membutuhkan oksigen. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah
dari udara melalui proses difusi dari hasil proses fotosintesis fitoplankton.
Posfat dan N-total dibutuhkan dalam proses dan perkembangan hidup
organisme seperti fitoplankton, sedangkan oksigen terlarut digunakan oleh
organisme perairan dalam proses respirasi (Patty, 2014).
Konsentrasi N-total di lapisan permukaan yang lebih rendah dibandingkan
di lapisan dekat dasar disebabkan karena N-total di lapisan permukaan lebih
banyak dimanfaatkan atau dikomsumsi oleh fitoplankton. Selain itu konsentrasi
N-total yang sedikit leboh tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh
sedimen. Didalam sedimen N-total diproduksi oleh biodegradasi bahan-bahan
organik menjadiamonia yang selanjutnya menjadi dioksidasi menjadi N-total.
Menurut KEPMENLHNo 51 (2004) disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi N-
total air laut yanglayak untuk kehidupan biota air laut adalah 0,008 mg/l.
Universitas Sumatera Utara
17
Posfat
Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh
terhadap proses dan perkembangan hidup organisme. Zat hara yang umum
menjadi fokus perhatian di lingkungan perairan adalah N-total dan posfat.Kedua
unsur inimemiliki peran vital bagi pertumbuhanfitoplankton atau alga yang biasa
digunakansebagai indikator kualitas air dan tingkatkesuburan suatu perairan
(Utami et al., 2016). Menurut KEPMEN-LH No 51 (2004), dapat dilihat bahwa
baku mutu kandungan posfat dalam air laut untuk kebutuhan biota laut adalah
0,015 mg/l.
Klorofil-α
Klorofil-α adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang
mempunyai peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di
perairan yang dapat digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di
suatu wilayah dari gambaran siklus rantai makanan yang terjadi di lautan.
Konsentrasi Klorofil-α pada suatu perairan sangat tergantung pada
ketersediaan nutrien dan intensitass cahaya matahari. Bila nutrien dan
intensitas matahari cukup tersedia, maka konsentrasi Klorofil-α akan tinggi
dan sebaliknya (Effendi et al., 2012)
Universitas Sumatera Utara
18
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2019 di Perairan Pantai
Pendaratan Desa Jaring Halus Kecamatan Sicanggang Kabupaten Langkat
Sumatera Utara. Desa Jaring Halus terletak pada 3º51'30" - 3º59'45" LU dan
98º30'- 98º42' BT dengan ketinggian ± 1 m dpl (Gambar 2). Analisis sampel
kualitas air dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan Laboratorium
Lingkungan Perairan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pengukuran parameter fisika dan kimia
perairan dilakukan langsung di lapangan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan untuk pengambilan sampel fitoplankton adalah
botol sampel, fitoplankton net, lakban hitam, mikroskop, SRC (Sedgwick
rafter counter cell) pH meter, bola duga, Thermometer, secchi disk, GPS
Universitas Sumatera Utara
19
(Global Positioning System), Sterofoam, alat tulis dan buku identifikasi
fitoplankton (lampiran 1).
Bahan yang digunakan adalah sampel air, lakban, Lugol sebagai
pengawet sampel plankton.
Metode Penentuan Stasiun
Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi/stasiun penelitian
adalah Purpossive Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 (tiga) stasiun
penelitian berdasarkan rona lingkungan/aktivitas masyarakat yang dianggap sesuai
dengan tujuan penelitian dengan jarak minimal 50 meter antar stasiun
(Rahmawati et al., 2014).
Parameter fisika dan kimia dilakukan melalui cara in situ yaitu
pengukuran secara langsung data di lokasi penelitian dan cara ex-situ yaitu
hasil sampel merupakan data hasil laboratorium.
Deskripsi Stasiun Pengamatan
Stasiun I
Lokasi ini merupakan daerah yang banyak didapati pemukiman
masyarakat dan langsung berbatasan dengan laut. Stasiun ini berada pada titik
koordinat 098°34"11' BT dan 03°56"53' LU Dapat dilihat pada Gambar (3)
Gambar 3. Lokasi Stasiun I
Universitas Sumatera Utara
20
Stasiun II
Stasiun ini tidak ditemukan adanya kegiatan masyarakat. Lokasi ini
berjarak 200 meter antara stasiun 1 dan 3 dan berada pada koordinat 098°34"15'
BT dan 03°56"55' LU. Dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Stasiun II
Stasiun III
Stasiun ini terjadi pemanfaatan ekosistem mangrove dan merupakan
daerah nelayan meletakkan bubu untuk menangkap kepiting bakau dan mencari
kerang-kerangan. Stasiun ini berada pada titik koordinat 098°34"17' BT dan
03°56"51' LU dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Lokasi Stasiun III
Universitas Sumatera Utara
21
Parameter Fisika dan Kimia
Tabel 1. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter Satuan Alat Tempat Analisis
FISIKA
Suhu °C Termometer In Situ
Kecerahan Cm Secchi disk In Situ
Kecepatan Arus m/s bola duga In Situ
Kedalaman Cm tongkat skala In Situ
KIMIA
pH pH indikator In Situ
Do mg/L DO Meter In Situ
Salinitas PPT Refrakto Meter In Situ
Posfat mg/L - Ex Situ
N-Total mg/L - Ex Situ
Klorofil-α mg/L - Ex Situ
Prosedur Pengambilan Sampel Air
Suhu
Suhu diukur menggunakan termometer yang dimasukkan ke dalam
air, kemudian mencatat skala pada termometer tersebut.
Kecerahan
Kecerahan diukur menggunakan Secchi disk (lampiran 2), yaitu dengan
menurunkan secchi disk kedalam air secara perlahan-lahan dengan tegak lurus
permukaan air sampai bagian secchi disk yang berwarna putih tidak tampak
lagi dan dicatat kedalamannya (d1). Kemudian turunkan secchi disk yang
sedikit lagi, dan perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat bagian
secchidisk berwarna hitam untuk pertama kalinya catat ke dalamannya (d2).
Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman tersebut yang merupakan
nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter (m). Berdasarkan Suin (2002),
menyatakan nilai kecerahan diperoleh dengan menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
22
Kecerahan (m)(d1 d2)
2
Keterangan,
d1= Skala saat bagian secchi disk berwarna putih mulai tidak tampak lagi (m)
d2 = Skala saat secchi disk berwarna hitam pertama kali tampak (m)
Kecepatan Arus
Kecepatan arus di ukur dengan menggunakan bola duga. Dengan cara
lepakan bola duga dengan tali terikan sepanjang 10 meter. Hitung dengan
stopwatch hingga tali yang di gunakan lurus sempurna. Menyatakan Sudarto
(1993) yang menyatakan dengan rumus:
Keterangan:
L = jarak tempuh bola duga, dalam satuan meter
T = waktu yang ditempuh oleh bola duga dalam satuan detik
Kedalaman
Kedalaman di ukur dengan menggunakan tongkat skala. Dengan skala cm.
Parameter Kimia
N-total
Pengukuran N-total diukur dengan mengambil sampel air laut sebanyak 1
liter kedalam botol sampel. Setelah itu, analisis dilakukan di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) untuk dianalisis dengan metode spektrofotometri.
Posfat
Pengukuran Posfat diukur dengan mengambil sampel air laut sebanyak 1
liter kedalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan pendinginan
Universitas Sumatera Utara
23
menggunakan es. dan analisis dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
untuk dianalisis dengan metode spektrofotometri.
pH
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel
air diambil menggunakan ember lalu bagian elektroda dimasukkan kedalam
sampel air hingga nilai pada display konstan. Pengukuran pH dilakukan
setiap pengamatan lapangan.
DO
DO (Dissolved Oxygen) diukur langsung di lapangan dengan
menggunakan DO Meter.
Klorofil-α
Pengukuran Klorofil-α dilakukan di laboratorium FMIPA Universitas
Sumatera Utara, dengan cara sampel air di saring sebanyak 100 ml menggunakan
kertas sarinng whatman GF/C 42 µm, lalu kertas saring di gerus dan di tambahkan
aseton 70% sebanyak 10 ml. larutan didiamkan di lemari pendingin kurang lebih 1
jam. Larutan di ambil 1 ml dan dimasukkan kuvet kedalam spektrofotometer.
Kemudian catat nilai optical density (Parsons et al., 1984). Lalu hitung
menggunakan rumus.
Klorofil-α=
Keterangan:
Ca = (11,6 x A665)-(1,31 x A645)-(0,14 x A630)
A = Absorbansi pada panjang gelombang yang berbeda
Va = volume aseton 10 ml
V = Volume air yang di saring 100 ml
Universitas Sumatera Utara
24
d = diameter kuvet 1cm
Pengambilan Sampel Air
Sampel air diambil dengan cara memasukkan air permukaan dengan
kedalaman 30-40 cm ke dalam botol 1,5 liter yang sudah di sterilisasi dengan
aquadest terlebih dahulu. Sampel air ditutup rapat dimasukkan kedalam sterofoam
guna menjaga sampel air agar tidak berubah parameter fisika kimia air sampel
tersebut.
Pengambilan Sampel Plankton
Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air lapisan permukaan
dengan kedalaman 30-40 cm. Sampel tersebut disaring menggunakan plankton net
dengan ukuran 45 µm, dengan cara ditarik sejauh 10 meter. Air sampel hasil
penyaringan yang tertampung di bucket (botol penampung fitoplankton
planktonet) dimasukan ke dalam botol sampel volume 30 ml dan diawetkan
dengan menggunakan lugol sebanyak 4 tetes (APPA. 2005). Selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk diidentifikasi menggunakan buku identifikasi Ilustrations
Of The Marine Plankton Of Japan
Analisis Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan, berupa data primer, yaitu
data yang diperoleh secara langsung diperoleh dari pengukuran di lokasi
penelitian dan hasil analisis di laboratorium.
Data yang diperoleh dianalisis dan dilakukan pembandingan dengan
standart baku mutu air berdasarkan Kep MENLH No.51 tahun 2004 untuk
melihat kondisi perairan secara umum. Hasil pembandingan tersebut selanjutnya
digunakan untuk penarikan kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
25
Analisis Kelimpahan
Kelimpahan plankton didefinisikan sebagai jumlah individu atau sel
persatuan volume (dalam m3). Untuk fitoplankton dinyatakan dalam sel/m
3,
sedangkan zooplankton dinyatakan dalam ind/m3. Jumlah individu atau sel
plankton dalam 1 m3 air dihitung dengan menggunakan metode penyapuan
sebanyak 2 kali ulangan yaitu sebagai berikut (Basmi, 2000):
Dengan ketentuan:
Ni = Kelimpahan plankton ke-I (individu/L)
Xi = Jumlah sel plankton ke-i yang teramati (individu)
Vt = Volume air tersaring (ml)
Vs = Volume sampel di bawah gelas penutup (ml)
Acg = Luas penampang permukaan SRC (mm2)
Aa = Luas amatan (mm2)
As = Volume konsentrasi dalam Sedgwick Rafter Counting Cell (ml)
Analisis Keanekaragaman
Menurut Nugroho (2006), analisis ini digunakan untuk mengetahui
keragaman jenis biota perairan. Jika keragamannya tinggi, berarti komunitas
Fitoplankton diperairan makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau dua
jenis individu Fitoplankton. Persamaan yang digunakan menghitung indeks
ini adalah persamaan Shannon-Wiener, dengan rumus
∑
Universitas Sumatera Utara
26
H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total Individu
S = Jumlah genus
Dimana:
a. H’ < 1 = Komunitas biota tidak stabil (keanekaragaman rendah).
b. 1 < H’ < 3 = Stabilitas komunitas biota bersifat moderat
(keanekaragaman sedang).
c. H’ > 3 = Stabilitas komunitas biota berada pada kondisi prima
(keanekaragaman tinggi).
Analisis Keseragaman
Menurut Nugroho (2006), indeks keseragaman ini bertujuan untuk
mengetahui penyebaran jenis tersebut merata atau tidak. Indeks keseragaman
dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan,
E = Indeks keseraagaman
H = Indeks Keanekaragaman
H’maks = Ln S
S = Jumlah Genus
Dimana,
a. Jika indeks keseragaman (E) mendekati 0, maka keseragaman antara
spesies rendah, hal ini mencerminkan bahwa kekayaan individu masing-
masing spesies sangat jauh berbeda
Universitas Sumatera Utara
27
b. Jika indeks keseragaman (E) mendekati 1, maka keseragaman antara
spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu menyolok.
Analisis Dominansi
Indeks dominansi digunakan untuk melihat ada tidaknya suatu jenis
tertentu yang mendominasi dalam suatu jenis populasi. Perhitungan indeks
dominansi untuk fitoplankton menggunakan rumus indeks dominansi sebagai
berikut
∑[ ⁄ ]
Keterangan :
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu ke-i
N = Jumlah total individu
s = Jumlah jenis
Nilai C berkisar antara 0 dan 1, apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir
tidak ada individu yang mendominasi, sedangkan bila C mendekati 1 berarti ada
individu yang mendominasi populasi (Odum, 1993).
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)
Pada dasarnya PCA (Principal Component Analysis) suatu metode jika
seorang peneliti memiliki sejumlah besar variabel, maka dengan analisis ini
peneliti tersebut dapat melakukan orientasi kembali terhadap data yang
dikumpulkan sedemikian rupa sehingga bisa diperoleh dimensi yang lebih sedikit
namun memberikan informasi sebesar-besarnya dari data aslinya
(Soedibjo, 2008).
Universitas Sumatera Utara
28
Principal Component Analysis (PCA) merupakan metode analisis
multivariat yang bertujuan memperkecil dimensi variabel asal sehingga diperoleh
variabel baru (komponen utama) yang tidak saling berkorelasi tetapi menyimpan
sebagian besar informasi yang terkandung pada variabel asal
(Yordani et al., 2011).
Dalam membahas Analisi Komponen Utama, ada baiknya untuk
menjelaskan istilah multivariat dalam analisis ekologi kuantitatif. Penelitian
ekologi umumnya akan melibatkan data biotis maupun abiotis. Data biotis yang
dikumpulkan biasanya disajikan dalam bentuk matriks data Analisis hubungan
antar spesies dalam suatu ekosistem adalah salah satu kajian yang kerapkali
dilakukan dalam bidang biologi laut. Analisis tersebut dilakukan dengan
mengambil sampel (stasiun) yang mewakili suatu wilayah dalam satuan luas atau
satuan volume tertentu (Soedibjo, 2008).
Interpretasi dari besarnya nilai hubungan antara kelimpahan Fitoplankton,
dengan parameter lingkungan pada Perairan Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
Kecamatan Sicanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat diklasifikasikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien Korelasi dan Interpretasi
Nilai Korelasi Interpretasi
0,00 - 0,199 Hubungan Sangat Tidak Kuat
0,20 - 0,399 Hubungan Tidak kuat
0,40 - 0,599 Hubungan Cukup Kuat
0,60 - 0,799 Hubungan Kuat
0,80 - 1,000 Hubungan Sangat Kuat
Sumber : Walpole (1982)
Universitas Sumatera Utara
29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diperoleh sebanyak 10069 individu
terdiri dari 10 spesies. Jenis Fitoplankton dan jumlah individu yang di
temukankan pada setiap stasiun penelitian dihitung dengan cara menghitung
langsung setiap individu yang di temukan pada saat identifikasi di SRC pada
mikroskop dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis fitoplankton dan jumlah individu yang ditemukan pada
setiap stasiun penelitian
No Kelas fitoplankton Jenis Fitoplankton Stasiun Jumlah
Individu I II III
1 Bacillariophyceae Melosira octogona + + + 5004
2 Bacillariophyceae Hemiaulus hauckii + + + 678
3 Bacillariophyceae Melosira sulcata + + + 698
4 Coscinodiscophyceae Coscinodiscus subconcavum + + + 542
5 Coscinodiscophyceae Actinocyclus ehrenbergi + + + 437
6 Coscinodiscophyceae Coscinodiscus wailesi + + + 382
7 Oligotrichea Tintinnopsis lohmanni + + + 539
8 Oligotrichea Tintinnopsis gracilis + + + 1128
9 Mediophyceae Cerataulina smithii + + + 424
10 Euglenophyceae Euglena agilis - - + 237
Jumlah 5
9 9 10 10069
Keterangan : (+) ditemukan; (-) tidak ditemukan
Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 5 kelas yaitu Bacillariophyceae,
Coscinodiscophyceae, Oligotrichea, Mediophyceae dan Euglenophyceae. Spesies
fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat yaitu Melosira octogona, Hemiaulus hauckii,
Melosira sulcata, Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus ehrenbergi,
Universitas Sumatera Utara
30
Coscinodiscus wailesi, Tintinnopsis lohmanni, Tintinnopsis gracilis, Cerataulina
smithii dan Euglena agilis (lampiran 3).
Spesies yang ditemukan pada stasiun 1 dan 2 sebanyak 9 spesies dan pada
stasiun 3 sebanyak 10 spesies. Jumlah individu fitoplankon yang ditemukan
terbanyak yaitu jenis Melosira octogona sebanyak 5004 individu dan jumlah
individu fitoplankton yang ditemukan paling sedikit yaitu jenis Euglena agilis
sebanyak 237 individu.
Kelimpahan
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kelimpahan
fitoplankton tertinggi pada stasiun 3 dengan nilai kelimpahan 2870,7 individu/liter
dan nilai kelimpahan terendah yaitu pada stasiun 1 dengan nilai kelimpahan
1464,97 individu/liter. Nilai kelimpahan yang ditemukankan pada setiap stasiun
penelitian dapat di lihat pada tabel 4 dan laampiran 4
Tabel 4. Kelimpahan fitoplankton yang diperoleh
No Spesies Kelimpahan (ind/L)
1 2 3
1 Melosira octogona 985.4 1022.9 1179.0
2 Coscinodiscus subconcavum 103.18 96.8 145.2
3 Actinocyclus ehrenbergi 22.93 119.7 135.7
4 Hemiaulus hauckii 109.55 175.8 146.5
5 Coscinodiscus wailesi 29.30 62.4 151.6
6 Cerataulina smithii 30.57 73.2 166.2
7 Tintinnopsis lohmanni 40.13 96.8 206.4
8 Tintinnopsis gracilis 3.82 292.4 422.3
9 Euglena agilis 0 0 150.96
10 Melosira sulcata 140.1 137.6 166.9
Jumlah Total Kelimpahan 1464.97 2077.7 2870.7
Universitas Sumatera Utara
31
Total kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 sebanyak 1464,97
individu/liter, yang terdiri dari 9 spesies. Nilai total kelimpahan pada stasiun 2
sebanyak 2077,7 individu/liter yang terdiri dari 9 spesies dan stasiun 3 sebanyak
2870,7 individu/liter yang terdiri dari 10 spesies.
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks
Dominansi (C)
Berdasarkan analisis data, nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks
Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) fitoplankton pada tiap stasiun dapat
dilihat pada tabel 5 dan lampiran 5.
Tabel 5. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan
Indeks Dominansi (C)
Indeks Stasiun
1 2 3
H' 1.20 1.68 1.92
E 0.57 0.76 0.83
C 0.48 0.29 0.22
Pada tabel 5 diketahui indeks keanekaragaman stasiun memiliki nilai
stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman sedang). Hasil
analisis data yang didapat memiliki nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka
keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu
menonjol. Hasil analisis data yang didapat memilliki indeks dominansi mendekati
nilai 0 maka tidak ada jenis fitoplankton yang mendominansi.
Parameter Lingkungan Perairan
Berdasarkan hasil pengamatan nilai rata-rata parameter fisika dan kimia air
pada Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten
Langkat dapat dilihat pada tabel 6. Parameter yang mendukung kehidupan
fitoplankton meliputi suhu perairan. Dikarnakan suhu di setiap stasiun masih
Universitas Sumatera Utara
32
dalam suhu yang baik untuk kehidupan fitoplankton yaitu 26-27°C. Kecerahan
merupakan hal yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk kelangsungan hidupnya.
Nilai dari posfat yang sangat tinggi dapat memberi pengaruh buruk terhadap
kelangsungan hidup fitoplankton. Nilai posfat yang melebihi batas wajar pada
stasiun 1 dan 2 menyebabkan nilai kelimpahan, keseragaman dan
keanekaragaman lebih rendah dari stasiun 3 yang memiliki kandungan posfat
dalam batas wajar. Nilai N-total hasil penelitian pada stasiun 3 memiliki nilai
yang lebih rendah dari stasiun 1 dan 2, namun nilai N-total dari stasiun 1 dan 2
memiliki nilai yang sangat tinggi dan tidak dapat ditoleransi oleh fitoplankton.
Hal ini dapat dilihat dari nilai kelimpahan, nilai keseragaman dan
keanekaragaman paling rendah dari stasiun 3. Adapun nilai yang dapat menunjang
kehidupan fitoplankton yaitu 0,9-3,5 mg/l. Nilai klorofil-α di Desa Jaring Halus
masih sangat baik dikarnakan nilai yang didapati pada setiap stasiun <15 mg/l.
Tabel 6. Pengamatan nilai rata-rata parameter fisika dan kimia air
Parameter Satuan
Baku Mutu
(perairan
zonasi
mangrove)
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Fisika
Suhu °C 20-30°C 27 26 27
Kecerahan Cm - 27.33 33.16 22
Kecepatan Arus m/s
0.34 0.43 0.34
Kedalaman Cm 56.33 76.66 48
Kimia
pH 7-8,5 7.33 7.33 7.33
DO mg/L >5 6.43 6.8 6.8
Salinitas PPT s/d 34
27 28 25
Posfat mg/L 0.015 0.35 0.16 0.07
N-Total mg/L 0.008 42.26 4.79 3.95
Klorofil-α mg/L < 15 0.06 0.09 0.08
Sumber baku mutu : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
33
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Kelimpahan
Fitoplankton
Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan
dihubungkan menggunakan Principal Component Analysis dengan kelimpahan
fitoplankton. Hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap N-total, posfat,
salinitas, kecerahan dan kedalaman tergolong negatif dengan membentuk sudut
>900
artinya berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton namun tidak searah.
Sementara hubungan pH, DO, Klorofil-α, suhu dan kecepatan arus terhadap
kelimpahan fitoplankton tergolong positif dengan membentuk sudut <900
sehingga parameter tersebut berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dan
juga searah dengan kelimpahan fitoplankton, hal ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)
Dari hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang telah
dilakukan dihubungkan menggunakan (Principal Component Analysis) dengan
NITROGEN TOTAL
POSFAT
pH
DO
KLOROFIL-α
SALINITAS
SUHU
KECERAHAN
KEDALAMAN
KECEPATAN ARUS KELIMPAHAN
KEANEKARAGAMAN
-1
-0.75
-0.5
-0.25
0
0.25
0.5
0.75
1
-1 -0.75 -0.5 -0.25 0 0.25 0.5 0.75 1
F2 (
24.3
5 %
)
F1 (31.51 %)
Variables (axes F1 and F2: 55.86 %)
Active variables
Universitas Sumatera Utara
34
kelimpahan fitoplankton, didapatkan nilai korelasi antar parameter (lampiran 6)
sebagai berikut:
Tabel 7. Nilai korelasi person pada Principal Component Analysis
Parameter Nilai Korelasi Interpretasi
FISIKA
Suhu 0.070 sangat tidak kuat
Kecerahan -0.353 tidak kuat
Kecepatan Arus 0.002 sangat tidak kuat
Kedalaman -0.322 tidak kuat
KIMIA
pH 0.001 sangat tidak kuat
DO 0.549 cukup kuat
Salinitas -0.673 Kuat
Posfat -0.410 cukup kuat
N-Total -0.429 cukup kuat
Klorofil-α 0.166 sangat tidak kuat
Pembahasan
Kelimpahan Fitoplankton
Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus
kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diperoleh sebanyak 10069 individu/
liter terdiri dari 10 spesies. Fitoplankton di perairan Pantai Pendaratan Desa Jaring
Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat sangat banyak. Perairan di
Desa Jaring Halus memiliki kualitas air yang dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh fitoplankton. Sehingga fitoplankton berkembang dengan baik di Pantai
Pandaratan Desa Jaring Halus. Hal ini sesuai dengan Basmi (1995), menunjukkan
bahwa lingkungan perairan tersebut mendukung kehidupan tersebut. Sebagaimana
organisme lainnya, eksistensi dan kesuburan fitoplankton di dalam suatu
ekosistem sangat ditentukan oleh interaksinya terhadap faktor-faktor fisika, kimia,
dan biologi. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan adalah akibat
Universitas Sumatera Utara
35
pemanfaatan nutrien, dan radiasi sinar matahari, disamping suhu, dan pemangsaan
oleh zooplankton.
Spesies fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring
Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yaitu Melosira octogona,
Hemiaulus hauckii, Melosira sulcata, Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus
ehrenbergi ,Coscinodiscus wailesi ,Tintinnopsis lohmanni ,Tintinnopsis gracilis,
Cerataulina smithii dan Euglena agilis. Pada stasiun 1 dan 2 tidak didapati jenis
Euglena agilis. Fitoplankton yang ditemukan pada penelitian ini memiliki spesies
yang berbeda pada setiap staiun. Perbedaan komposisi fitoplankton pada setiap
stasiun dipengaruhi oleh perbedaan faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk
kehidupan fitoplankton di perairan oleh setiap spesies yang berbeda. Hal ini sesuai
Fitriya dan Lukman (2015) yang menyatakan fitoplankton ada yang hidup di air
tawar, payau dan laut. Namun demikian kehidupan fitoplankton dapat hidup di
perairan dangkal maupun perairan dalam.
Pada hasil penelitian didapati spesies fitoplankton Euglena tidak di
temukan pada stasiun 1 dan 2 di karenakan. Fitoplankton jenis ini sangat rentan
terhadap kodisi perairan yang melebihi batas normal fitoplankton. Nilai posfat dan
N-total pada stasiun 1 dan 2 sangat tinggi yaitu dengan nilai posfat pada stasiun 1
sebesar 0.35 mg/l dan stasiun 2 sebesar 0.16. nilai N-total pada stasiun 1 sebesar
42.26 mg/l dan stasiun 2 sebesar 4.79 mg/l. Euglena tidak dapat tumbuh dengan
keadaan kondisi tersebut. Hal ini sesuai dengan Kumar et al., (2015) Euglena
adalah waterunicellular segar microalgadistributed di tubuh kebanyakan air
dengan nutrisi yang kaya menonjol mekar alga musiman dan merupakan salah
satu yang paling awal berasal protista eukariotik dengan baik tanaman dan hewan
Universitas Sumatera Utara
36
seperti fitur. Euglena membutuhkan H, C, N, O, Mg, P, S, Cl, K, Ca, Mn, Co, Zn
dan beberapa elemen Euglena membutuhkan H, C, N, O, Mg, P, S, Cl, K, Ca,
Mn, Co, Zn dan beberapa elemen lainnya pada tingkat yang sangat rendah.
Total kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 sebanyak 1464,97
individu/liter, yang terdiri dari 9 spesies. Nilai total kelimpahan pada stasiun 2
sebanyak 2077,7 individu/liter yang terdiri dari 9 spesies dan stasiun 3 sebanyak
2870,7 individu/liter yang terdiri dari 10 spesies. Kelimpahaan tertinggi pada
stasiun 3. Kelimpahan terendah pada stasiun 1. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan nutrien seperti N-total dan posfat yang mempengaruhi pertumbuhan
plankton pada stasiun tersebut. Banyaknya hara disebabkan stasiun 3 merupakan
stasiun yang kontrol yang masih memiliki banyak mangrove sehingga konsentrasi
posfat dan N-total yang mengakibatkan suburnya pertumbuhan fitoplankton. Hal
ini sesuai dengan Nybakken (1992). Fitoplankton dapat menghasilkan energi dari
molekul yang kompleks jika tersedia bahan dan nutrisi. Nutrisi yang paling
penting adalah N-total dan posfat.
Kelimpahan fitoplankton yang tertinggi ditemukan pada stasiun 3 dengan
nilai 2870,7 individu/liter sedangkan kelimpahan fitoplankton dengan kelimpahan
terendah ditemukan pada stasiun 1 sebanyak 1464,97 individu/liter. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh faktor fisika-kimia dan aktifitas masyarakat yang
berpengaruh langsung terhadap penghasil energi yang ada di perairan. Adanya
aktifitas masyarakat menjadi pendukung kebutuhan nutrisi untuk fitoplankton
pada stasiun 1. Hal ini sesuai dengan Pugesehan (2010) seperti halnya nitrogen,
kandungan posfat merupakan unsur yang penting dalam ekosistem perairan. Zat-
zat organik seperti protein mengandung N-total dan posfat yang terdapat dalam sel
Universitas Sumatera Utara
37
makhluk hidup dan berperan penting dalam penyedia energi. Keberadaan
senyawa posfat dan N-total dalam ekosistem perairan adalah sangat penting
terutama berfungsi dalam proses pembentukan senyawa protein dan metabolisme
bagi organisme. Fluktuasi dari populasi plankton dipengaruhi oleh perubahan
berbagai kondisi lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di perairan.
Untuk nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan
akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi plankton.
Indeks Keanekaragaman (H´), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) pada
setiap Stasiun Penelitian
Dari hasil yang diperoleh diketahui indeks keanekaragaman setiap stasiun
memiliki nilai stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman
sedang). Sebaran individu memiliki kategori sedang serta memiliki komunitas
yang sedang dan merata. Hal ini sesuai dengan Odum (1996), Kisaran 1-3
menunjukan indeks keanekaragaman yang sedang dengan sebaran individu
sedang dan kestabilan komunitas sedang, nilai keanekaragaman >3
menunjukan keadaan suatu daerah yang mengalami tekanan ekologi rendah
dan indeks keanekaragaman spesiesnya tinggi dengan sebaran individu tinggi
dan kestabilan komunitas tinggi.
Nilai keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 1.92.
hal ini disebabkan pada stasiun 3 terdapat jumlah jenis spesies fitoplankton lebih
banyak ditemukan dibandingkan spesies fitoplankton yang ditemukan di stasiun 1
dan stasiun 2, disebabkan kualitas air yaitu nilai N-total dan posfat pada stasiun 3
mendukung kehidupan dari fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Langus (2004)
suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
38
apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies
relative merata.
Fitoplankton merupakan organisme melayang di perairan sehingga
penyebarannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan tersebut. Suhu yang
berbeda pada perairan dapat mempengaruhi sebaran fitoplankton. Kadar oksigen
terlarut di perairan sangat mempengaruhi hidup plankton pada setiap stasiun
memiliki DO yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Suin (2002), pola penyebaran
plankton dalam badan air disebabkan oleh adanya perbedaan suhu, kadar oksigen,
intensitas cahaya dan fator-faktor lainnya.
Dari hasil yang di peroleh diketahui indeks keanekaragaman setiap stasiun
memiliki nilai stabilitas komunitas biota 1<H’<3 maka dapat dimasukkan dalam
kategori moderat (keanekaragaman sedang) . Sehingga komuitas fitoplankton
yang ada di perairan desa Jaring Halus. Dapat dikatakan sedang di lihat dari
spesies fitoplankton yang di temukan tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan
Langus (2004), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies
yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-
masing spesies relatif merata.
Dari hasil yang di peroleh indeks keseragaman setiap stasiun memiliki
nilai stabilitas nilai E mendekati 1 maka keseragaman antar spesies relatif merata .
Pada stasiun 1 dengan hasil 0.57 pada stasiun 2 dengan hasil 0.76 dan pada stasiun
3 dengan hasil 0.83. Nilai dari keseragaman mendekati 1 maka populasi
fitoplankton memiliki keseragaman jumlah individunya merata. Hal ini sesuai
dengan Krebs (1985), apabila Indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin
kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus tidak
Universitas Sumatera Utara
39
sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut.
Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi plankton menunjukkan
keseragaman jumlah individunya merata.
Nilai indeks keseragaman pada stasiun 1 sebesar 0,57, stasiun 2 sebesar
0,76 dan pada stasiun 3 sebesar 0,83. Hasil analisis data yang didapat memiliki
nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka keseragaman antara spesies relative
merata dan perbedaannya tidak begitu menonjol. Hal ini sesuaai dengan Basmi
(2000), bahwa nilai keseragaman (E) mendekati 1, maka keseragaman antara
spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu menyolok. Nilai
keseragaman (E) berkisar antara 0-1, semakin kecil nilai E artinya semakin kecil
keseragaman suatu populasi dan ada kecenderungan bahwa satu jenis
mendominansi populasi tersebut.
Indeks dominansi (C) pada stasiun 1 sebesar 0.48 , pada stasiun 2 sebesar
0.29 dan pada stasiun 3 sebesar 0.22 menunjukan bahwa di setiap stasiun tidak
terjadi dominansi karena nilai pada masing-masing stasiun mendekati 0. Hal ini
menandakan bahwa tidak ada fitoplankton yang mendominansi di badan air.
Masson (1981) nilai indeks dominansi memiliki nilai indeks dominansi rendah
yang menggambarkan bahwa tidak ada spesies yang mendominansi pada
komunitas tersebut. Hal ini menunjukan bahwa komunitas tersebut berada dalam
keadaan stabil. Setiap stasiun memiliki dominasi rendah, karena kurangnya
plankton yang dijumpai selama penelitian, sehingga mempengaruhi indeks
dominansi spesies. Nilai indeks dominansi yang diperoleh menunjukkan bahwa
pada lokasi penelitian tidak terdapat jenis fitoplankton yang dominan. Walaupun
Universitas Sumatera Utara
40
ada jenis tertentu yang selalu muncul pada setiap pengamatan namun
kelimpahannya tidak menujukkan adanya dominansi.
Hasil analisis data yang didapat memilliki indeks dominansi mendekati
nilai 0 maka tidak ada jenis fitoplankton yang mendominansi. Nilai pada stasiun 1
dominansi 0.48, pada stasiun 2 dominansi 0.29 dan pada stasiun 3 dominansi 0.22.
Hal ini sesuai dengan Odum (1971), nilai dominansi 1 menunjukkan dominansi
oleh satu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun),
indeks 0 menunjukkan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang
mendominansi.
Nilai indeks dominansi yang diperoleh menunjukkan bahwa pada lokasi
penelitian tidak terdapat jenis fitoplankton yang dominan. Walaupun ada jenis
tertentu yang selalu muncul pada setiap pengamatan namun kelimpahannya tidak
menujukkan adanya dominansi. Indeks dominansi juga di pengaruhi oleh kondisi
perairan yang tidak stabil pada setiap stasiun nilai dari fisika dan kimia air. Nilai
fisika dan kimia air masih di dalam baku mutu seperti suhu, pH, DO, salinitas, dan
klorofil-α. N-total dan posfat memiliki nilai melebihi baku mutu sehingga
mempengaruhi dari indekss dominansi yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan
(Novia et al., 2016). Nilai C masih mendekati 0, dimana tidak ada plankton yang
mendominasi di perairan. Kondisi perairan yang kurang stabil yaitu adanya
pengaruh dari beberapa faktor lingkungan yang berbeda atau ada fenomena yang
terjadi di perairan.
Universitas Sumatera Utara
41
Kualitas air
Suhu
Dari hasil yang diperoleh suhu pada setiap stasiun berkisar antara 26-27°C
yaitu stasiun 1 dengan suhu 27°C, pada stasiun 2 dengan suhu 26°C dan stasiun 3
dengan suhu 27°C. Suhu perairan yang ada di Desa Jaring Halus sangat
mendukung bagi kehidupan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Anshorullah et al.,
(2008). Kelimpahan diatom diperairan dipengaruhi oleh faktor fisika kimia
perairan,diantaranya adalah suhu. Suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton
berkisar antara 20-30˚C.
Dari hasil yang di peroleh suhu pada setiap stasiun berkisar antara 26-
27°C. Suhu pada perairan dapat mempengaruhi kehidupan fitoplankton tersebut
jika suhu sangat tinggi maka fitoplankton akan sulit untuk bertahan. Hal ini sesuai
dengan Rahmawati et al., (2014), yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang
optimal bagi kehidupan plankton adalah 22-30˚C. Suhu suatu perairan dapat
mempengaruhi kelulusan hidup organisme yang berada di dalamnya termasuk
plankton.
Kecerahan
Dari hasil yang di peroleh nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun
2 sebesar 33,16 cm dan nilai kecerahan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar
22 cm, nilai kecerahan tertinggi disebabkan rendahnya bahan terlarut yang
masuk ke badan perairan akibat tidak banyak aktivitas di kawasan ini sehingga
matahari dapat menembus kebadan dan kecerahan yang paling rendah di sebabkan
tingginya bahan terlarut di dalamnya. Hal ini sesuai dengan Odum (1993)
penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air sehingga
Universitas Sumatera Utara
42
membatasi zona fotosintesis. Apabila kecerahan pada suatu perairan rendah,
berarti perairan itu keruh. Kekeruhan terjadi karena adanya plankton, lumpur dan
zat terlarut dalam air. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan
oleh jasad-jasad renik atau plankton.
Kecepatan arus
Dari hasil yang diperoleh kelimpahan plankton tidak berbeda terlalu jauh
dikarnakan penyebaran plankton sangat di pengaruhi oleh arus. Fitoplankton
merupakan organism yang sangat di pengaruhi oleh arus. Hal ini sesuai dengan
Sudarto (1993), Arus air di air laut merupakan suatu fenomena dinamika air laut
yang terjadi setiap hari dan merupkan pencerminan gerakan massa air laut dari
suatu tempat ke tempat lain. Proses ini sangat penting dalam proses perpindahan
zat pencemar serta biota yang ada di dalam.
Dari hasil yang diperoleh DO pada setiap stasiun memiliki nilai relatif
seragam yaitu 6,43-6,8 mg/L. Gas terlarut sangat dipengaruhi oleh arus. Dengan
adanya arus penyebaran dari oksigen terlarut sangat merata pada setiap stasiun.
Hal ini sesuai dengan Barus (2004), arus air mempunyai peran penting dalam
penyebaran organisma, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air
pH
Dari hasil yang diperoleh nilai pH pada setiap stasiun sama yaaitu 7,33
mengindikasi pH pada setiaap stasiun yaitu stabil yang member pengaruh baaik
bagi organism terutama fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), yang
menyatakan bahwa Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada
umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi
metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisme.
Universitas Sumatera Utara
43
Keterkaitan pH dengan kelimpahan fitoplankton sangat terlihat, dengan pH
yang stabil yaitu 7,33 sehingga fitoplankton memiliki metabolism yang sangat
baik. Hal ini sesuai dengan Hamuna (2018), kondisi perairan yang sangat asam
ataupun yang sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme
karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
Dari hasil yang diperoleh indeks keanekaragaman stasiun memiliki nilai
stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman sedang). Hal ini
dikarnakan nilai pH tidak terlalu rendah atau masih netral, sehingga
keanekaragaman sedang. Hal ini sesuai dengan Sutanto dan Purwasih (2012),
Semakin kecil pH maka sedikit pengaruh terhadap keanekaragaman organisme
dengan kata lain semakin kecil pH yang didapat maka kemungkinan akan
meningkatkan keanekaragaman organisme dan mikroorganisme yang mendiami
tempat tersebut.
DO
Berdasarkan hasil penelitian di perairan Belawan diperoleh oksigen
terlarut dari masing-masing stasiun berkisar 6,43 mg/l sampai dengan 6,8 mg/l.
oksigen terlarut yang baik akan memberikan dampak baik pada perairan Hal ini
sesuai dengan Barus (2004), Nilai Oksigen terlarut di perairan sebaiknya
berkisar antara 6-8 mg/l.
Berdasarkan hasil penelitian di perairan Jaring Halus diperoleh oksigen
terlarut dari masing-masing stasiun berkisar 6,43 mg/l sampai dengan 6,8 mg/l.
nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 6,43 mg/l dan nilai
oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan 3 sebesar 6,8 mg/l
rendahnya oksigen terlarut pada stasiun 1 disebabkan adanya aktifitas masyarakat
Universitas Sumatera Utara
44
di sekitar stasiun tersebut. Tingginya nilai oksigen terlarut pada stasiun 2 dan 3
disebabkan didaerah ini merupakan daerah yang minim aktifitas atau daerah
kontrol dan juga pada stasiun 3 terdapat vegetasi mangrove yang masih baik
sehingga beban masukan dari luar untuk pengurairan zat organik sangat sedikit
dan adanya vegetasi yang melakukan fotosintesis disekitar daerah ini menyuplai
oksigen sehingga kadar oksigen terlarut didaerah ini tinggi Hal ini sesuai dengan
Menurut Michael (1994) oksigen yang hilang dari air secara alami oleh adanya
pernafasan biota, penguraian bahan organik, aliran masuk air bawah tanah yang
miskin oksigen dan kenaikan suhu. Biota air sangat bergantung terhadaap oksigen
terlarut yang ada di perairan. Oksigen terlarut merupakan komponen utama biota
untuk kehidupan di perairan.
Salinitas
Nilai salinitas yang terukur di pada saat penelitian dilakukan berkisar 25
ppt sampai dengan 28 ppt. nilai salinitas terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar
25 ppt dan nilai salinitas tertinggi pada stasiuin 2 sebesar 28 ppt . rendahnya
salinitas pada stasiun 3 dikarenakan stasiun ini berada di dua muara sungai yang
mengalir kearah perairan ini mendapat pengaruh dari massa air yang mengalir dari
muara sungai. Sedangkan nilai salinitas tertinggi di stasiun 2 dikarenakan perairan
ini sudah mengarah ke laut lepas dan tidak ada aliran sungai. Hal ini sesuai
dengan Hartono (1998) yang menyatakan distribusi suhu di perairan estuari
sebagian besar dipengaruhi oleh kedalaman yang merupakan efek masukan dari
sungai dan pengaruh perubahan pasang surut. Pola gradien salinitas bergantung
pada musim, topografis, pasang surut dan jumlah air tawar yang masuk.
Universitas Sumatera Utara
45
Posfat dan N-total
Nilai posfat pada setiap stasiun yang ditemukan pada penelitian memiliki
nilai yang berbeda antara tiap stasiunnya tergantung dari aktivitas yang berada
pada lokasi penelitian, nilai posfat tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,35 mg/l
dan nilai terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0.07. Nilai posfat tertinggi pada
stasiun 1 dikarnakan pada stasiun tersebut berhubungan langsung dengan limbah
rumah tangga. Hal ini sesuai dengan Novia et al., (2016). Kandungan posfat
yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L. Kecuali
bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu,
serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan posfat. Oleh karena itu,
perairan yang mengandung kadar posfat melebihi kadar normal kebutuhan
organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi.
Berdasarkan hasil penelitian di perairan Jaring Halus diperoleh nilai posfat
dan N-total tinggi melebihi batas baku mutu. Hal ini dikarnakan masuknya limbah
baik dari limbah rumah tangga dan juga dari daerah mangrove sehingga posfat
dan N-total yang berada di butuhkan oleh fitoplankton di terpenuhi dengan baik.
Hal ini sesuai dengan Yuliana dan Asriyana (2012), zat-zat hara anorganik
utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak
ialah nitrogen (sebagai N-total) dan fosfor (sebagai posfat). Zat-zat hara lain
baik anorganik maupun organik mungkin diperlukan dalam jumlah kecil atau
sangat kecil, namun pengaruhnya terhedap produktivitas tidak sebesar nitrogen
dan fosfor.
Kadar N-total setiap stasiun adalah 3,95 mg/l sampai dengan 42,24 mg/l
yang artinya N-total yang dibutuhkan untuk fitoplankton sudah optimal. Menurut
Universitas Sumatera Utara
46
Ardiansyah (2017), fitoplankton memerlukan kadar optimal N-total berkisar
0.9mg/l -3.5 mg/l. N-total merupakan sumber nitrogen yang penting untuk
pertumbuhan fitoplankton, sedangkan nitrit merupakan hasil reduksi dari N-total
yang selalu terdapat dalam jumlah sedikit dalam perairan. Nitrogen dalam bentuk
ikatan N-total sangat penting untuk membantu proses asimilasi fitoplankton.
Kadar N-total yang lebih dari 5 mg/l menggambarkan telah terjadinya eutrofikasi
perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus pemicu bagi
pesatnya pertumbuhan.
Nilai N-total dari masing-masing stasiun di perairan Jaring Halus Provinsi
Sumatera Utara berkisar 3,95 mg/l sampai dengan 42,26 mg/l. Nilai N-total
terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 3,95 mg/l dan nilai N-total tertinggi
terdapat pada stasiun 1 sebesar 42,26 mg/l. Nilai N-total pada stasiun 3 rendah
disebabkan beban masukan dari luar sedikit sehingga proses penguraian nitrit
menjadi N-total sehingga N-total pada daerah ini rendah. N-total pada stasiun 1
tinggi dikarenakan banyaknya limbah masyarakat masuk ke dalam badan perairan
ini. Hal ini sesuai dengan (Widdyastuti, 2011) fitoplankton memerlukan kadar
optimalN-total berkisar 0,9-3,5 mg/L. N-total merupakan sumber nitrogen yang
penting untukpertumbuhan fitoplankton, sedangkan nitrit merupakan hasil
reduksi dari N-total yang selalu terdapat dalam jumlah sedikit dalam perairan.
Nitrogen dalam bentuk ikatan N-total sangat penting untuk membantu proses
asimilasi fitoplankton.
Klorofil-α
Berdasarkan hasil penelitian di perairan Jaring Halus memiliki intensitas
cahaya yang tinggi sehingga menyebabkan klorofil-α juga tinggi. Hasil dari foto
Universitas Sumatera Utara
47
sintesis yang sangat baik berasal dari kelimpahan yang tinggi pula. Hal ini sesuai
dengan Aryawati (2007) kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-α yang kuat,
hal ini kemungkinan disebabkan karena di laut memiliki kecerahan tinggi
sehingga fitoplankton dapat lebih optimal melakukan proses fotosintesis.Cahaya
merupakan faktor terutama dan terpenting dalam pertumbuhan fitoplankton,
terutama dalam kelancaran proses fotosintesis. Kesempurnaan proses ini
tergantung besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan.
Sedangkan besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke air dipengaruhi
kecerahan maupun kekeruhan perairan itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian di perairan Jaring Halus memiliki nilai
klorofil-α yang sangat tinggi pada stasiun 1 sebesar 0,06 mg/L, stasiun 2 sebesar
0,09 mg/L dan stasiun 3 sebesar 0,08 mg/L. Perairan Pantai Pandaratan Desa
Jaring Halus memiliki kedalaman yang rendah sehingga cahaya yang masuk
keperairan dan pertukaran oksigen keperairan akan semakin baik, maka hal
tersebut akan membantu proses foto sintesis terjadi sangat baik. Hal ini sesuai
dengan Simanjuntak (2007), Adanya penambahan oksigen melalui proses
fotosintetis dan pertukaran gas antara air dan udara menyebabkan kadar oksigen
terlarut relatif lebih tinggi di lapisan permukaan. Dengan bertambahnya
kedalaman, proses fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi
penurunan kadar oksigen terlarut sampai pada suatu kedalaman.
Nilai klorofil-α yang berubah-ubah di sebabkan oleh adanya proses fisik
massa air yang berubah-ubah. Sehingga nilai dari klorofil-α berubah-ubah.
Sebaran klorofil-α di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan
kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya
Universitas Sumatera Utara
48
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Secara
umum di laut, sebaran klorofil-α lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai
dan pesisir, serta rendah di perairan lepas pantai. Hal ini sesuai dengan Pugesehan
(2010). Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-α di perairan pantai dan pesisir
disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar, sedangkan
rendahnya konsentrasi klorofil-α di perairan lepas pantai karena tidak adanya
suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di
perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-α dalam jumlah yang cukup
tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan
melalui proses fisik massa air, dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari
lapisan dalam ke lapisan permukaan
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)
Parameter fisika dan kimia perairan terhadap kelimpahan fitoplankton di
perairan Jaring Halus Sumatera Utara menunjukkan keterkaitan satu sama lain dan
berbanding lurus terhadap parameter fisika kimia air, sehingga memberi pengaruh
terhadap jumlah kelimpahan fitoplankton tersebut. Salah satu diantaranya dengan
hubungan Suhu, kecepatan arus, pH, DO, dan klorofil-α membentuk <900
tergolong positif artinya ada pengaruh dan juga searah terhadap jumlah
kelimpahan fitoplankton. parameter tersebut merupakan parameter faktor
pembatas yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup serta proses pertumbuhan
fitoplankton di perairan, jika paramater tersebut tidak memenuhi batas toleransi
perairan maka akan terjadi penurunan ftoplankton di perairan tersebut dan begitu
pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Islami (2013), menyatakan bahwa
fitoplankton umumnya memiliki batas toleransi terhadap kondisi lingkungan
Universitas Sumatera Utara
49
abiotik yang ada. Apabila kondisinya telah melewati ambang batas toleransi maka
akan terganggu perkembangannya bahkan terkadang berefek letal atau kematian.
Sementara pada posfat, N-total, kecerahan, kedalaman, salinitas, dan N-
total membentuk sudut >900 (negatif) artinya tidak terlalu berpengaruh terhadap
kelimpahan fitoplankton hanya saja parameter tersebut sebagai faktor pendukung
kehidupan fitoplankton. Nilai kelimpahan akan tinggi apabila nilai posfat dan
N-total stabil. Sebab nilai posfat dan N-total yang tinggi akan menyebabkan
organisme terganggu dan organisme menjadi blooming. Nybakken (1992),
menyatakan pengaruh posfat dan N-total dapat terjadi pada distribusi dan
kelimpahan beberapa jenis, sedangkan secara tidak langsung terjadi pada proses
kematian organisme. Posfat dan N-total merupakan faktor pembatas dalam
menentukan kehadiran makhluk hidup dalam suatu perairan.
Hasil analisis PCA menunjukkan hubungan positif dan searah dengan
kelimpahan fitoplankton yang artinya suhu pada setiap stasiun memiliki nilai yang
tidak jauh berbeda yaitu antara 26-27°C dengan suhu tersebut dapat
mempengaruhi penyebaran, komposisi, serta kelimpahan fitoplankton diperairan.
Hal ini sesuai dengan Pratiwi et al (2015) suhu air merupakan salah satu faktor
fisika penting yang banyak mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan air
salah satunya adalah plankton. Pada perairan dangkal lapisann suhu air bersifat
homogen berlanjut sampai ke dasar, sedangkan pada perairan laut yang lebih
dalam terjadi perbedaan suhu antar kedalaman perairan sehingga mempengaruhi
kelimpahan serta komposisinya di perairan.
Hasil analisis PCA menunjukkan salinitas dengan kelimpahan memiliki
hubungan yang sangat kuat namun tidak searah. Hal ini dapat di lihat dari hasi
Universitas Sumatera Utara
50
pengukuran salinitas dari setiap stasiun. Semakin tinggi nilai salinitas maka
semakin rendah nilai kelimpahan pada stasiun tersebut. Pada stasiun 3 memiliki
nilai salinitas terendah yang terletak di daerah muara, namun nilai kelimpahan
pada stasiun 3 di peroleh paling tinggi di antara stasiun 1 dan 2. Sementara pada
stasiun 2 memiliki nilai salinitas paling tinggi dan nilai kelimpahan rendah. Hal
ini sesuai dengan Pratiwi et al., (2015) kelimpahan fitoplankton akan mengalami
kenaikan jika salinitas turun mencirikan bahwa salinitas sudah terlalu tinggi untuk
kehidupan beberapa jenis fitoplankton.
Pada analisis PCA didapati hasil >90° nilai posfat yang sangat tinggi
berbanding terbalik atau tidak searah dengan kelimpahan. Hal ini sesuai dengan
Effendi (2003), Posfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuh tumbuhan. Fosfor berperan penting dalam transfer energi di dalam sel,
misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine Triphosphate) dan ADP
(Adenosine Diphosphate).
Hasil analisis PCA menunjukkan kecerahan dengan kelimpahan memiliki
hubungan yang tidak kuat namun tidak searah. Hal ini dapat di lihat dari hasi
pengukuran kecerahan dari setiap stasiun. Semakin tinggi nilai kecerahan di
perairan maka semakin rendah nilai kelimpahan pada stasiun tersebut. Pada
stasiun 3 memiliki nilai kecerahan terendah yang terletak di daerah muara, namun
nilai kelimpahan pada stasiun 3 di peroleh paling tinggi di antara stasiun 1 dan 2.
Sementara pada stasiun 1dan 2 memiliki nilai kecerahan tinggi dan nilai
kelimpahan rendah. Hal ini sesuai dengan Pratiwi et al., (2015) setiap kenaikan
satu satuan kecerahan perairan, kelimpahan fitoplankton akan mengalami
penurunan.
Universitas Sumatera Utara
51
Hubungan kelimpahan fitoplankton dengan N-total dan posfat. Memiliki
hubungan yang kuat namun dengan adanya N-total dan posfat di perairan maka
perairan tersebut akan semakin baik dan jika nilai N-total dan posfat melebihi
batas normal maka kelimpahan fitoplankton akan semakin menurun. Hal ini sesuai
dengan Mujiyanto et al., (2011) N-total dan posfat merupakan faktor penting
untuk pertumbuhan fitoplankton dan organisme lainnya. Posfat sangat diperlukan
sebagai transfer energi dari luar ke dalam sel organism, karena itu N-total dan
posfat dalam jumlah kecil.
Hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap oksigen terlarut
menggambarkan hungungan positif yang artinya jika oksigen terlarut tinggi maka
nilai kelimpahan juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Pratiwi et al., (2015)
untuk Oksigen Terlarut setiap peningkatannya sebesar satu satuan akan
meningkatkan kelimpahan fitoplankton. Oksigen Terlarut memiliki hubungan
positif terhadap kelimpahan fitoplankton.
Nilai pH yang didapati memiliki nilai yang seragam yaitu 7.33 pada setiap
stasiun. Hal ini menunjukkan hal yang sama dengan hasil analisis PCA kenaikan
dan penurunan sangat tidak kuat terhadap kelimpahan fitoplankton. Hal ini sesuai
dengan Pratiwi et al., (2015) peningkatan nilai pH tidak terlalu berpengaruh
terhadap peningkatan kelimpahan fitoplankton dan menjelaskan bahwa perubahan
pH kurang begitu mempengaruhi kondisi lingkungan perairan.
Dari hasil pengukuran nilai kualitas air di perairan jaring halus didapati
nilai N-total dan posfat memiliki nilai yang sangat tinggi. Melihat dari kondisi
lingkungan yang berada di sekitaran pemukiman. Limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat langsung masuk kedalam air, sehingga meningkaatkan nilai dari N-
Universitas Sumatera Utara
52
total yang ada di perairan sehingga dapat mengganggu dari setiap biota khususnya
fitoplankton di perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan Hamuna (2018) tingginya
konsentrasi ammonia total di perairan sebagian besar berasal dari limbah
pemukiman dan pembuangan manusia dan hewan dalambentuk urin,pemukiman
penduduk sebagian besar berada di wilayah pesisir dan laut. Selain itu, secara
alami senyawa ammonia diperairan juga dapat berasal dari hasil metabolism
hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Kadar ammonia
yang tinggi dapat diindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang berasal
dari limbah domestik, limbah industri, maupun limpasan pupuk pertanian.
Rekomendasi Pengelolaan
Berdasarkan hasil penelitian kondisi fisika dan kimia perairan yang penulis
lakukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat memiliki nilai N-total dan posfat melebihi baku mutu, Hal
tersebut menggambarkan aktivitas yang dilakukan masyarakat memberikan
pengaruh yang buruk bagi perairan tersebut. Maka perlu adanya pengelolaan yang
baik agar tidak menurunkan kondisi perairan serta terganggunya organisme
fitoplankton.
Kondisi lingkungan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat sangat perlu di perhatikan. Limbah yang
dihasilkan memberikan dampak buruk bagi perairan. Nilai N-total dan posfat yang
tinggi melampaui baku mutu pada stasiun 1 di sebabkan oleh limbah rumah
tangga. Pengadaan TPS dan TPA di Desa Jaring Halus tersebut diharapkan dapat
meminimalisir dari masuknya limbah rumahtangga yang masuk ke badan air. Hal
ini perlu dilakukan kerjasama baik dari pemerintah dan juga masyarakat. Untuk
Universitas Sumatera Utara
53
menjaga dan memfasilitasi hal yang penting untuk kebaikan desa jaring halus dan
perairannya.
Melakukan kegiatan pemantauan secara berkala perlu dilakukan, seperti
kondisi fisika dan kimia perairan yang mungkin dapat terjadi perubahan akibat
adanya aktivitas yang dilakukan di perairan tersebut sehingga dapat dipertahankan
kondisi alamiah. Selain itu, masyarakat dan nelayan harus tetap menjaga kondisi
lingkungan perairan dengan baik dengan cara memberi sosialisasi tentang
pentingnya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.
Universitas Sumatera Utara
54
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kelimpahan Fitoplankton di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat tertinggi terdapat di stasiun 3 dengan nilai
2870.7 dan nilai Kelimpahan Fitoplankton terendah terdapat di stasiun I
dengan nilai 1464.97.
2. Hasil pengukuran kualitas air pada setiap stasiun yaitu suhu 26-27°C,
kecerahan 22-27,33 cm, kecepataan arus 0,34-0,43 m/s, kedalaman 48-76,66
cm, pH 7,33, DO 6,43-6,8 mg/l, salinitas 25-28 ppt, posfat 0,07-0,35 mg/l,
N-total 3,95-42,26 mg/l dan klorofil-α 0,06-0,09 mg/l.
3. Hubungan Suhu, kecepatan arus, pH, DO, dan klorofil-α merupakan
hubungan positif artinya ada pengaruh dan juga searah terhadap jumlah
kelimpahan fitoplankton. Sementara pada posfat, N-total, kecerahan,
kedalaman, salinitas, dan N-total memiliki hubungan negatif artinya
berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton namun tidak searah.
Saran
Saran dari hasil penelitian ini sebaiknya ada penelitian lanjutan mengenai
kelimpahan fitoplankton pada saat air laut pasang dan surut sehingga dapat di lihat
perbedaaan kelimpahan fitoplankton pada saat pasang dan surut.
Universitas Sumatera Utara
55
DAFTAR PUSTAKA
Anshorullah, A., E. Widyastuti dan A. S. Siregar. 2008. Distribusi Diatomae
Planktonik Pada Musim yang Berbeda di Perairan Waduk Wadaslintang
Wonoboso. [Prosiding] Seminar Nasional Limnologi IV.
Ardiansyah, K. 2017. Hubungan N-total Dan Posfat Terhadap Kelimpahan
Fitoplankton di Perairan Pulau Anak Krakatau. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Arief, D. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu
Kelautan. 9 (1) : 3-10.
Arinardi, 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
Perairan Kawasan Tengah Indonesia. LIPI. Bogor.
Aryawati, R. 2007. Kelimpahan dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau
Kalimantan Timur.Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asyiawati, Y. 2010 Pengaruh Pemanfaatan Lahan terhadap Ekosistem Pesisir di
Kawasan Teluk Ambon. 10 (2) : 1-5.
Barus, T.A. 2004.Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air
Daratan.USU PRESS. Medan.
Basmi, J. 1995. Planktonologi : Produksi Primer. Institut Pertanian Bogor.
Basmi, J. 2000. Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan.Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Djokosetiyanto, D dan S. Rahardjo. 2006.Kelimpahan dan Keanekaragaman
Fitoplankton di Perairan Pantai Dadap Teluk Jakarta. 13 (2) : 135-141.
Dora, N. 2006.Deskripsi tentang Desa Jaring Halus. 1 (1) : 26-37.
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Effendi.R., P. Palloan dan N. Ihsan. 2012. Analisis Konsentrasi Klorofil-A di
Perairan Sekitar Kota Makassar Menggunakan Data Satelit
Topex/Poseidon. BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Paotere
Makassar.Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika.Jilid 8 (3). 279 – 285.
Universitas Sumatera Utara
56
Falkowski, P. G. 2002. The ocean’s invisible forest. Marine phytoplankton play a
critical rolein regulating the earth's climate. Could they also be used to
combat global warming? Scientific American, August 2002: 54-61.
Fitriya.N dan M. Lukman. 2015. Phytoplankton Commuunities in The Lamalera
Sea , East Nusa Tenggara.
Fransisca. A. 2011. Tingkat Pencemaran Perairan Ditinjau Dari Pemanfaatan
Ruang Di Wilayah Pesisir Kota Cilegon. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota . 22 (2): 145 – 160.
Hamuna, B., R.H.R. Tanjung., Suwito., H.K. Maury dan Alianto. 2018. Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. 16 (1) : 35-43.
Hartono. 1998. Kelimpahan zooplankton sebagai indikator kualitas perairan di
Teluk Hurun , Lampung Selatan. Universitas Lampung.
Hutabarat dan Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. Jakarta. UI
Hutabarat, S. 2000. Produktivitas Perairan dan Plankton. Semarang . Universitas
Diponegoro.
Islami, M. M. 2013. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Fitoplankton.UPT
Balai Konservasi Biota Laut-LIPI, Ambon.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2003. [Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup] Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Jakarta.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Laut. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abundance.Third
Edition. New York : Haper & Row Publisher.
Kumar. R., K Toppo., S.K. Mandotra., M.R. Suseela., M.K. Seth., U. Minhas., R.
Kasherwani dan S.P. Gupta. 2015. Quantitative Analysis and First Report
of Euglena tubafrom Himachal Pradesh, India. International Journal of
Science and Research (IJSR).
Langus, A. 2004. Spesies Differences in phyyoplankton Responses to N and
P Enrichment and the N-P Ration in the Archipelago sea. Northern
Baltic Sea. 2 (2) : 67-71.
Masson, C.F. 1981. Biology Of Fresh Water Pollution. Longman. Inc, New
York.250 P.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
57
Mujiyanto, D. W. Hendro dan Y Sugiati. 2011. Hubungan antara kelimpahan
fitoplankton dengan konsentrasi N-P pada daerah Keramba jaring
apung.18 (1) : 15-25
Novia, R., Adnan dan Ritonga, R. 2016. Hubungan parameter fisika-kimia
perairan dengan kelimpahan plankton di Samudera Hindia bagian
Barat Daya. Depik, 5(2): 67-76.
Novonty, V& Olem, H, 1994, Water Quality, Prevention, Identification and
Management of Diffuse Pollution, Van Nostrans Reinhold, New York.
Nugroho, A. 2006.Bioindikator Kualitas Air.Universitas Trisakti Jakarta.
Nugroho, S.H. 2012. Morfologi Pantai, Zonasi dan Adaptasi Komunitas Biota
Laut di Kawasan Intertidal. 37 (3) : 11-21.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Penerjemah: M.
Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. PT.
Gramedia. Jakarta. 459 hal.
Odum, E. P, 1996. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Samingan, T. Dan
Sri Gandono,B. Cet-3.Gajah Mada Press. IKAPI.Yogyakarta.571 p.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of
Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition, W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, 1-574.
Parsons, T. R., M. Takahashi., dan B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographyc
Processes. Pergamon Press. 3rd Edition.New York-Toronto. Vol 277,
Number 1. Perkins, E.J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal
Water. Academi Press Co. New York.
Patty, S.I. 2014.Karakteristik Posfat, N-total dan Oksigen Terlarut di Perairan
Pulau Gangga dan Pulau Siladen, Sulawesi Utara. 2 (2) : 74-84.
Pratiwi E.D., C.J. Koenawan dan A. Zulfikar. 2015. Hubungan kelimpahan
plankton terhadap kualitas air diperairan malang rapat kabupaten bintan
provinsi kepulauan riau. Fakultas ilmu kelautan, FIKP Umrah. 1 (3) : 09 –
17.
Pugesehan. D. J. 2010. Analisis klorofil-a fitoplankton produktifitas primer di
perairan pantai natsepa kabupaten Maluku tengah. Jurnal Agroforestri.
5(4) : 273-276.
Purwantara, S., Sugiharyanto dan N. Khotimah. 2013. Karakteristik Spasial
Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
Konteks Uuk DIY. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
58
Puteri, D., H. Sitorus dan A. Muhtadi. 2017. Keragaman Ikan di Perairan
Ekosistem Mangrove Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara. 6 (2) : 145-152.
Rahmawati. I. I., B. Hendrarto dan W . Purnomo. 2014. Fluktuasi bahan organik
dan sebaran nutrient serta kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a di muara
sungai saying demak. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (1) : 27-36
Rashidy, E.A., M. Litaay., M.A. Salam dan M.R. Umar. 2013. Komposisi dan
Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pantai Kelurahan Tekolabbua,
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. 4
(7) : 12-16.
Rudianto. 2014. Analisis Restorasi Ekosistem Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis
Co-Management: Studi Kasus di Kecamatan Ujung Pangkah dan
Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. 1 (1) : 54-67.
Saraswati, N.L.G.R.A., Yulius., A. Rustam., H.L. Salim., A. Heriati dan E.
Mustikasari. 2017. Kajian Kualitas Air untuk Wisata Bahari di Pesisir
Kecamatan Moyo Hilir dan Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa. 13 (1)
: 37-47.
Septiana. N. D. 2017. Keanekaragaman di Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung
Selatan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung.
Simanjuntak, M. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di
Perairan Teluk Klabat Pulau Bangka. Jurnal Kelautan. Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI, Jakarta.
Sodikin. 2011. Karakteristik dan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Laut di
Kawasan Pantai Kabupaten Indramayu. 11 (2) : 200-208.
Soedibjo, 2008.Analisis Komponen Utama dalam Kajian Ekologi. Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
Sudarto. 1993. Pembuatan Alat Pengukur Arus Secara Sederhana. 18 (1).35-44.
Oseana.
Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Penerbit Universitas Erlangga. Jakarta.
Surbakti, Y. B. 2009. Studi Keanekaragaman Plankton di Lau Sitelu Desa
Namorambe Kabupaten Deli Serdang.Skripsi USU. Medan.
Utami. T. M. R., L. Maluskah., M. Yusuf. 2016. Sebaran N-total (NO3) dan
Posfat (PO4) Di Perairan Karangsong Kabupaten Indramayu. Bulletin
Oseanografi Marina. 5 (1) : 31 – 37.
Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistika Edisi Ke-3 Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
59
Widigdo, B. 2001. Manajemen Sumberdaya Perairan. Bahan Kuliah. FPIK IPB.
Bogor.
Wiyarsih.B., H. Endrawati dan S. Sedjati. 2019. Komposisi dan Kelimpahan
Fitoplankton di Laguna Segara Anakan, Cilacap. Buletin Oseanografi
Marina 8 (1) :1–8
Yordani, R., Suwanda dan I. G. N. Mindra Jaya. 2011. Analisis Komponen Utama
Data tidak Lengkap dengan Metode Variational Bayesian Principal
Component Analysis (VBPCA). Universitas Padjajaran, Bandung.
Yuliana dan Asriyana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
60
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 1. Alat dan Bahan
a. Sechi Disk b. Plankton
c. Sterofoam d. Botol Sampel
e. Lugol f. pipet tetes
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran. Lanjutan
g. Buku Identifikasi h. SRC
i . Do Meter j. Refraktometer
k. pH Meter l. GPS
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran. Lanjutan
m. Termometer n. Mikroskop
o. Bola duga
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 2. Pengambilan sampel
a. Pengukuran kecerahan b. pengukuran salinitas
c. pengukuran kecepatan arus d. pengukuran DO
e. pengambilan plankton f. pengawetan plankton
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran. Lanjutan
g. pengambilan sampel air h.pengukuran pH
i. pengukuran kedalaman
Universitas Sumatera Utara
66
Lampiran 3. Foto Fitoplankton
a. Melosira actogona b. Cerataulina smithii
c. Coscinodiscus wailesi d. Hemiaulus hauckii
e. Actinocyclus ehrenbergi f. Melosira sulcata
Universitas Sumatera Utara
67
Lampiran Lanjutan
g. Tintinnopsis lohmanni h. Coscinodiscus subconcavum
i. Euglena agilis j. Tintinnopsis gracilis
Universitas Sumatera Utara
68
Lampiran 4. Data Kelimpahan Fitoplankton
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 5. Data Keanekaragaman Fitoplankton dan Data Keseragaman
Universitas Sumatera Utara
70
Lampiran. Lanjutan Data Dominansi Fitoplankton
Universitas Sumatera Utara
71
Lampiran 6. Data Correlation matrix (Pearson (n)):
Universitas Sumatera Utara
Top Related