KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENERAPAN
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA
DARUL ULUM RASAU
KAB. BATANG HARI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Oleh
BAGUS AHMAD NUGROHO
NIM TK 161276
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA
PENERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA
DARUL ULUM RASAU
KAB. BATANG HARI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Oleh
BAGUS AHMAD NUGROHO
NIM TK 161276
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Alamat :Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi. Jl. Jambi-Ma.Bulian
Km.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul: “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Swasta
Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari ” yang diujiankan
oleh Sidang Munaqasah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN STS
Jambi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 26 November 2020
Jam : 09:00 -11:00 WIB
Tempat : (Rumah Masing-masing)
Nama : Bagus Ahmad Nugroho
NIM : TK161276
Judul : Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama Swasta Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau
Kab. Batang Hari
Telah diperbaiki sebagai mana hasil sidang diatas dan telah diterima
oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
No Nama Tanda tangan Tanggal
1 Dr. H. Syamsul Huda,
M.Pd.
(Ketua Sidang)
27 November
2020
2 Drs. Joko Purnomo.
(Sekretaris Sidang)
26 November
2020
3 Samsu, S.Ag, M.Pd.I,
Ph.D
(Pembimbing I )
26 November
2020
4 Bawaihi, S.Ag, M.Pd.I
(Pembimbing II )
27 November
2020
5 Dr. Hj. Hindun,
M.Pd.I
(Penguji I )
27 November
2020
6 Dian Nisa Istofa,
M.Pd.I
(Penguji II )
27 November
2020
iv
Jambi, 27 November 2020 Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi
Dr. Hj. Fadlillah, M.Pd NIP. 196707111992032004
v
vi
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikan kekuatan dan membekali dengan ilmu
Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah
SAW
Saya persembahkan skripsi ini kepada orang tua saya
Ayahanda Purwanto dan Ibunda Endang Triswati
yang telah memberikan do’a, kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang
tiada terhingga.
Yang selalu memberikan motivasi, menyirami kasih sayang dan selalu
menasehati. Sahabat-sahabat seperjuangan MPI 16 terkhusus MPI A16, Darul
‘Ulum dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu saya.
vii
MOTTO
نَ وَ نَ مَ ؤَ يَ َمَ وَ قَ لَ َةَ مَ حَ رَ ىَوَ دَ هَ َمَ لَ ىَعَ لَ عَ َهَ نَ لَ صَ فَ َبَ تَ كَ بَ َمَ هَ نَ ئَ جَ َدَ قَ لَ وَ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-
Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar
pengetahuan Kami. Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. Al-A’Raaf: 52)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Penerapan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Swasta Pondok
Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari”.
Penyusunan proposal ini sebagai salah satu syarat untuk mengajukan Dosen
Pembimbing dalam proses penyusunan ini tidak lepas dari berbagai pihak untuk
itu pada kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan ribuan terima kasih
untuk semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan proposal ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak
yang telah memberikan motivasi baik moril maupun meteril, untuk itu melalui
kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Romo Kyai Muzakki dan Ustadz/Ustadzah selaku pembimbing serta guru
spritual.
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asr’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Dr. Hj. Fadhilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Mahmud MY, S.Ag, M.Pd selaku Ketua Prodi Manajemen
Pendidikan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D selaku Dosen Pembimbing 1 dan Bapak
Bawaihi, S.Ag, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran demi mengarahkan peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Mujib Yasin (Gus Mujib) selaku kepala sekolah SMPS Darul
‘Ulum yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
memperoleh data di lapangan.
7. Sahabat-sahabat seangkatan, seperjuangan yang telah memberikan support
selama ini.
ix
8. Feby Hartika Putri (eneng) selaku perempuan setelah ibu yang selalu
membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan umumnya. Amin ya Robbal ‘Alamin.
Jambi, November 2020
Bagus Ahmad Nugroho
TK. 161276
x
ABSTRAK
Nama : Bagus Ahmad Nugroho
Program Studi : Manajamen Pendidikan Islam
Judul : Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Penerapan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama Swasta Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab.
Batang Hari
Skripsi ini membahas tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
menerapkan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPS Darul ‘Ulum. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif., sedangkan pengumpulan datanya
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kepala sekolah menerapkan
kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP yang berbasis pondok pesantren.
Penelitian ini menjelaskan bahwa kepala sekolah berperan penting dalam
pengembangan kurikulum PAI yang berlaku di sekolah. Kesimpulan penelitian
menemukan bahwa kepala sekolah telah menjalankan fungsi, tugas dan kewajiban
dalam memberikan layanan dan pengembangan kurikulum. Dari hasil penelitian ini,
peneliti memberikan saran bahwa kepala sekolah dapat meningkatkan proses
penerapan dan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Kata kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam
xi
ABSTRACT
Name : Bagus Ahmad Nugroho
Study Program : Islamic Education Management
Title : Principal Leadership in the Effort to Implement the Islamic
Education Curriculum at the Private Junior High School of
Islamic Boarding School Darul ‘Ulum Rasau Batang Hari
Regency
This thesis discusses the leadership od the principal in applying the Islamic
Education Curriculum at the Private Junior High School Darul ‘Ulum. This
research is a qualitative research, while the data collection uses observation
methods, interviews, and documentation. The subject matter in this study is abaout
how the principal applies the Islamic Education Curriculum in the Junior High
School based on Islamic Boarding School. The study explained that the principal
played a key role in the development of the school’s current Islamic education
curriculum. The result of this study suggest that the principal can enhance the
process of applying and developing the Islamic religious education curriculum.
Key word : leadership of headmaster, Islamic education curriculum
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
NOTA DINAS ............................................................................................ i
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
ABSTRAK .................................................................................................. x
ABSTRACT ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Fokus Masalah ............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
1. Kepemimpinan .................................................................... 6
a. Pengertian Kepemimpnan ............................................... 6
b. Unsur-Unsur Kepemimpinan ........................................... 8
c. Tipe-Tipe Kepemimpinan ............................................... 10
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................... 14
xiii
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah .................... 14
b. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah ....................... 15
c. Kewajiban Kepala Sekolah .............................................. 16
3. Kurikulum ........................................................................... 17
a. Pengertian Kurikulum ..................................................... 17
b. Komponen Utama Kurikulum ......................................... 19
4. Pondok Pesantren ................................................................ 19
a. Pengertian Pondok Pesantren .......................................... 19
b. Tipologi Pesantren ........................................................... 20
5. Pendidikan Agama Islam ..................................................... 22
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................... 22
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................... 22
6. Sekolah Berbasis Pesantren .................................................. 23
a. Pengertian Sekolah Berbasis Pesantren ........................... 23
b. Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Berbasis Pesantren .......... 24
c. Kurikulum Berbasis Pesantren ........................................ 24
B. Studi Relevan .............................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...............................................
A. Pendekatan dan Desain Penelitian .............................................. 27
B. Setting dan Subjek Penelitian ..................................................... 28
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 30
E. Tehnik Analisis Data ................................................................... 31
F. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................... 32
G. Jadwal Penelitian ......................................................................... 33
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..............................................
A. Temuan Umum ............................................................................ 35
1. Lokasi/Setting Penelitian ........................................................ 35
B. Temuan Khusus ........................................................................... 48
1. Proses Penerapan Kurikulum PAI oleh Kepala Sekolah
SMPs Darul ‘Ulum ................................................................. 48
2. Faktor Pendorong dan penghambat dalam Pelaksanaan
Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum ................................... 57
xiv
3. Dampak Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Implementasi Penerapan Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum 59
BAB V PENUTUPAN ................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian.......................................................................
Tabel 2.1 Profil Sekolah ..........................................................................
Tabel 2.2 Daftar Nama Guru ...................................................................
Tabel 2.3 Keadaan Siswa ........................................................................
Tabel 2.4 Prasarana .................................................................................
Tabel 2.5 Sarana ......................................................................................
Tabel 2.6 Jadwal Pembelajaran PAI .......................................................
Tabel 2.7 Jadwal Ma’had ........................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi SMPS Darul ‘Ulum Rasu
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data ......................................
Lampiran 2. Dokumen ..........................................................................
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) ..................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dewasa ini dipahami sebagai sebuah upaya sadar dan terncana
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Pengembangan potensi ini
meliputi sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Mengingat pentingnya pendidikan sebagai investasi mensyaratkan
pengelolaan pendidikan yang cermat melalui prosedur manajemen yang baik.
Prinsip-prinsip manajemen, seperti planning, organizing, actuating, budgeting, dan
controlling seharusnya mendapatkan perhatian. Tanpa itu semua, pengelolaan
pendidikan akan berkualitas rendah dan pemborosan(watages) atau yang dikenal
dengan ekonomi biaya tinggi yang merugikan dan mengakibatkan rendahnya
produktivitas (kurniadin, 2016: hlm 7-8).
Pendidikan dan kurikulum adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, ini karena
kurikulum dengan pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lain. Tujuan dari
pendidikan ialah isi, bahan, metode, serta evaluasi dari hasil belajar yang dirancang
menajdi suatu program kegiatan pendidikan yang disebut kurikulum.
Kurikulum berperan penting dalam seluruh proses pendidikan , terutama
dalam hal mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dalam kurikulum, ada rencana yang
berpedoman tentang jenis, dan isi serta proses atau tindakan yang akan dilakukan
dalam pendidikan. Peranan kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan
dengan masa kini. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu
siswa dalam belajar (Tadrib, 2018).
Kepala sekolah sangat berperan penting dalam pengambilan kebijakan
kurikulum. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat suatu
pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang
dipimpinnya. Tidak jarang kepala sekolah menerima ancaman, jika dia tidak dapat
memajukan sekolahnya maka akan dimutasikan atau diberhentikan dari jabatannya.
2
Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki berbagai
kemampuan, baik berkaitan dengan masalah manajemen mauoun kepemimpinan,
agar dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya secara efektif, efisien,
mandiri, produktif, dan akuntabel. Kondisi tersebut menuntut berbagai tugas yang
harus dikerjakan para tenaga kependidikan sesuai dengan peran dan fungsinya
masing-masing, mulai dari level makro sampai pada level mikro, yakni tenaga
kependidikan tingkat sekolah (Mulyasa, 2013: hlm v-vii).
Di zaman modern ini sangat penting nilai akhlak dalam menjaga
keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan serta kemajuan bangsa, maka
nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan kepada setiap manusia
terutama peserta didik. Salah satu penanaman nilai tersebut adalah nilai
pendidikan. Pendidikan didesain sebaik mungkin agar peserta didik mampu
memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan.
Untuk itulah Pendidikan Agama Islam harus mampu membangun karakter
siswa menjadi lebih baik, yang mencerminkan karakter Islam rahmatan lil’alamin,
yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, toleransi, kejujuran sosial serta
tanggung jawab. Banyaknya persoalan yang terjadi di negara ini antara lain
disebabkan oleh semakin menipisnya nilai-nilai akhlak. Maka dari itu peberdayaan
masyarakat untuk tetap memegang teguh pada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu
perkara yang mudah, tetapi harus dilakukan. Sebab, tanpa memahami nilai-nilai
itu, maka mustahil seseorang mampu mempraktekkan dalam kehidupannya.
Disadari betul bahwa cara satu-satunya yang paling tapat adalah melalui jalur
pendidikan (Mulyasa, 2003: hlm 11).
Sekolah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai
agen perubahan, bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya
pula dapat mengantisipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi
dalam kurun waktu tertentu.
Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan
bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah Kepemimpinan Kepala
3
Sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai pemikiran baru
di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan atau
penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur, input, proses atau output dari
suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan (Wahyosumidjo, 2005: hlm
vii-viii).
Pesantren modern merupakan salah satu agenda yang sangat penting dalam
sejarah pendidikan Indonesia. Isu ini muncul pada abad ke 20 seiring dengan
modernisasi dan perubahan sosial dimasyarakat muslim Indonesia. Pondok
pesantren yang ada sekarang pada umumnya telah mengalami perubahan dari
dampak modernisasi. Dengan semakin beranekaragaman sumber-sumber belajar
baru, dan semakin tingginya dinamika komunikasi antara sistem pendidikan
pondok pesantren dan sistem lain, maka santri dapat belajar dari banyak sumber.
Hal itu pula yang melahirkan aneka ragam model pondok pesantren. Model-model
itu merupakan jawaban masing-masing pondok pesantren terhadap tuntutan era
modern yang tidak mungkin dihindari.
Salah satu bentuk perubahan pengelolaan pondok pesantren adalah
munculnya pondok pesantren modern, yang menggabungkan antara unsur-unsur
pendidikan Islam tradisional yang identic dengan kitab-kitab klasik dengan
pendidikan Islam modern yang menggunakan sistem dan metode yang modern.
Dengan demikian, pondok pesantren yang semula memfokuksan pada
pendidikan salaf, dengan masuknya materi-materi pelajaran umum yang juga
memperhatikan kepentingan keduniaan. Hal ini didasari bahwa era modern
manusia tidak cukup hanya berbekal dengan moral yang baik saja, tetapi perlu
dilengkapi dengan keahlian atau keterampilan yang relevan dengan kebutuhan
kerja. Begitu pula terdapat kecenderungan yang kuat bahwa santri membutuhkan
ijazah dan penguasaan bidang keahlian, atau keterampilan yang jelas, yang dapat
mengantarkannya untuk menguasai lapangan kehidupan tertentu (Zamroji, 2017).
Pesantren biasanya menaungi Madrasah seperti Tsanawiyah dan Aliyah.,
sangat jarang dijumpai pesantren yang menaungi SMP dan SMA. Dan Pondok
4
Pesantren Darul ‘Ulum Rasau adalah salah satu pesantren yang memiliki sistem
pendidikan SMP dan SMA yang dinaungi oleh KemenAg dan KemenDikBud. Dan
hal ini pula yang menjadi latar belakang peneliti untuk meneliti di sekolah tersebut.
SMP S Darul ‘Ulum adalah sekolah yang didirikan oleh yayasan Pondok
Pesantren Darul ‘Ulum, umur sekolah ini baru menginjak 4 tahun. Peneliti
menemukan berbagai kendala yang terjadi di SMPs Darul ‘Ulum Rasau, bahwa
masih terdapat beberapa perbedaan di dalam kurikulum PAI yang ada di SMPs
Darul Ulum dengan SMP umum yang berbasis sekolah, baik dari segi muatan
pelajarannya ataupun kebijakan dari kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan ini peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Upaya Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama Swasta Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Implementasi mata pelajaran PAI di SMPs Darul ‘Ulum berbeda dengan
implementasi mata pelajaran PAI di SMP pada umumnya.
2. SMPs Darul ‘Ulum adalah SMP yang dinaungi oleh pondok pesantren Darul
‘Ulum dan memiliki implementasi PAI berbeda daripada SMP pada
umumnya.
3. SMPs Darul ‘Ulum adalah SMP berbasis pesantren, hal ini jarang ditemukan.
C. Fokus Masalah
Penelitian ini perlu dibatasi agar tidak terlalu luas dan lebih spesifik. Pada
identiifikasi masalah, dalam penelitian ini peneliti berfokus kepada;
Kepemimpinan Sekolah dalam implementasi kurikulum PAI di SMPs Darul
‘Ulum.
5
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kepala sekolah dalam menerapkan kurikulum PAI di SMPs
Darul ‘Ulum?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat kepala sekolah
dalam implementasi kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum?
3. Bagaimana dampak kepemimpinan kepala sekolah terhadap penerapan
kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses kepala sekolah dalam penerapan kurikulum PAI di
SMPs Darul ‘Ulum Rasau.
2. Untuk mengetahui pendorong dan penghambat kepala sekolah dalam
implementasi mata pelajaran PAI di SMPs Darul ‘Ulum.
3. Untuk mengetahui dampak kepemimpinan kepala sekolah terhadap penerapan
kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini berarti kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
mengikuti keinginan seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain
dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Menurut Overton (2002: 3), kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memperoleh tindakan pekerjaan dengan penuh kepercayaan dan kerjasama. Dalam
menjalankan kepemimpinannya seorang pemimpin memiliki gaya-gaya sendiri.
Pendapat Overton menekankan focus kepemimpinan terhadap kemampuan
seseorang memperoleh tindakan dari orang lain. Harsey dan Blanchard (1996:
1000), berpendapat bahwa: “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Pendapat
Harsey dan Blanchard menekankan makna pimpinan sebagai proses
mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam suatu situasi. Kepemimpinan
juga dapat berlangsung di mana saja.
Menurut Syarifuddin (2010: 47), pemimpin dipercaya oleh yang dipimpin
karena otoritas dan kemampuannya untuk memberikan pengaruh kepada anggota
untuk melakukan sesuatu. Orang yang menjalankan proses kepemimpinan disebut
pemimpin. Sedangkan orang yang dipimpin disebut anggota atau pengikut
(followers). Dalam berbagai tindakannya seorang pemimpin mempengaruhi
anggota, karena itu, peran para pemimpin sangat signifikan dalam menentukan
arah dan kualitas kehidupan manusia, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa,
serta negara (Nasution, 2015).
7
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan
dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Sebagaimana dikemukakan
oleh Nurkolis (2005:152) setidaknya ada empat alasan mengapa diperlukan figure
pemimpin, yaitu; 1) banyak orang memerlukan figure pemimpin, 2) dalam
beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, 3)
sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya,
4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
Kepemimpinan atau leadership berarti being a leader power of leading atau
the qualities od leader (Hornby, 1990: 481). Secara bahasa, makna kepemimpinan
itu adalah kekuatan atau kualitas seorang pemimpin dalam mengerahkan apa yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen. Kepemimpinan
atau leadership telah didefinisikan pleh banyak para ahli di antaranya adalah
Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan dengan tugasnya.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dam evaluasi.
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu
suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku,
perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada di bawah pengawasannya.
Allah berfirman dalam Surah Al-Maaidah ayat 57:
الذين امنوالاتتجذوادينكم هزواولعبامن الذين اوتواالكتاب من قبلكم هالياائ
كفاراولياءواتقوالله ان كنتم مؤمنين وال
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang tellah diberi kitab sebelummu,
dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik), dan bertakwalah kepada
Allah jika kamu betul-betul orang-orang beriman” (QS. Al Maaidah 57).
8
Kepemimpinan dapat di maknai dengan sifat yang dimiliki oleh seseorang
yang oleh karena tugas yang diembannya berusaha untuk memberikan pengaruh
kepada pengikutnya (follower) dengan mematuhi terhadap apa yang menjadi
instruksi dari orang yang memimpinnya. Hal ini juga seperti dikemukakan dalam
Rivai dan Murni (2009: 284) bahwa organisasi yang memiliki kepemimpinan yang
baik akan mudah dalam meletakkan dasar kepercayaan terhadap anggotanya,
sedangkan organisasi yang tidak memiliki kepemimpinan yang baik akan sulit
mendapatkan kepercayaan dari para anggotanya (Hermino, 2014: hal 125-127).
b. Unsur-Unsur Kepemimpinan
Kepemimpinan berlangsung di dalam sebuah organisasi yang dalam arti
statis merupakan wadah dalam bentuk suatu struktur organisasi. Di dalam struktur
itu terdapat unit-unit kerja sebagai hasil kegiatan pengorganisasian berupa
pembidangan dan pembagian pekerjaan sejenis atau serumpun ke dalam satu unit
kerja. Hasil kegiatan pengorganisasian berupa unit-unit kerja ditempatkan pada
pada posisi beringkat sesuai dengan berat ringannya beban kerja dan
tanggungjawabnya. Dengan demikian tersusun unit kerja secara berjenjang atau
bersifat vertical yang setiap unitnya dipimpin seorang pemimpin. Sedangkan
secara keseluruhan dipimpin seorang pemimpin puncak yang posisinya berada
paling atas.
Proses kepemimpinan mengandung lima unsur mencakup; 1) pemimpin
adalah orang yang mengarahkan pengikut, melahirkan kinerja/aktivitas, 2)
pengikut adalah orang yang bekerja dibawah pengaruh pemimpin, 3) konteks
adalah situasi (formal atau tidak formall, social atau kerja, dinamis atau statis,
darurat atau rutin, rumit atau sederhana sesuai hubungan pemimpin dan pengikut,
4) proses adalah tindakan kepemimpinan, perpaduan memimpin, mengikuti,
bimbingan, menuju pencapaian tujuan, pertukaran, membangun hubungan dan, 5)
hasil adalah yang muncul dari hubungan pemimpin, pengikut dan situasi (rasa
hormat, kepuasan dan kualitas produk).
9
Menurut Wahab (2008: 83), unsur-unsur utama sebagai esensi
kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1) Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi.
2) Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi.
3) Unsur interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses mempengaruhi.
4) Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi.
5) Unsur perilaku/kagiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.
Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang tau suatu kelompok
untuk mencapai tujuan tersebut ada unsur kekuasaan. Kekuasaan tak lain adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan oleh pihak lainnya. Praktik kepemimpinan berkaitan dengan
mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual
maupun kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan meruju
pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau idenya.
Menurut Rivai (2003: 8-9) ada tujuh unsur atau komponen dalam
kepemimpinan, yaitu:
1) Adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin atau pengikutnya.
2) Adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang
lain melalui berbagai kekuatan.
3) Adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan adanya
kepemimpinan itu.
4) Kepemimpinan bisa timbul dalam suatu organisasi atau tanpa adanya
organisasi tertentu.
5) Pemimpin dapat diangkat secara formal atau dipilih oleh pengikutnya.
6) Kepemimpinan berada dalam situasi tertentu baik situasi pengikut
maupun lingkungan eksternal.
7) Kepemimpinan Islam merupakan kegiatan menuntun, membimbing,
memandu, dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah.
10
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung
dalam proses kepemimpinan organisasi adalah ada unsur pemimpin yang memiliki
fungsi untuk memberikan pengaruh, ada anggota atau kelompok orang yang
menerima pengaruh sehingga melakukan kegiatan dan ada situasi lingkungan yang
mengitari orang untuk melakukan kegiatan. (Nasution, 2015)
c. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Menurut Samsu (2014) secara umum, ada tiga tiga kepemimpinan dalam
kehidupan suatu organisasi, yaitut tipe kepemimpinan yang otoriter, laissez faire,
dan demokratis.
1) Tipe Otoriter
Yaitu suatu bentuk kepemimpinan yang mempunyai hak dan
kekuasaan penuh untuk bertindak dan memerintah. Tipe seperti ini suka
memaksakan kehendaknya tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan
yang lain dan sulit menerima pendapat orang lain. Namun untuk sebuah
organisasi yang para anggotanya bersifat menunggu perintah, maka tipe
ini cukup dibutuhkan.
Dalam tipe kepemimpinan otoriter ini, seseorang pemimpin
bersifat ingin berkuasa, dan akibatnya suasana perguruan tinggi terlalu
tegang. Pemimpin sama sekali tidak memebri kebebasan kepada
anggotanya untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu
persoalan, dan keputusan hanya dibuat sendiri oleh pemimpin. Dalam
hal ini, pemimpin selalu mendikte tentang apa yang harus dikerjakan
oleh anggotanya.
Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga mereka
tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka.
Pemimpin memberi suatu peraturan tersendiri yang harus ditaati dan
diikuti oleh seluruh bawahannya. Dan bila dievaluasi tipe
kepemimpinan seperti ini tidak sesuai dengan semangat demokrasi yang
seharusnya tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi tersebut.
2) Tipe Laissez-faire
11
Sifat kepemimpinan tipe ini seolah-olah tidak muncul, karena
pemimpin memberikan kebebasan yang penuh kepada para anggotanya
dalam melaksanakan tugasnya, dan bawahan dalam hal ini mempunyai
peluang besar untuk membuat keputusan.
Dengan demikian, gaya kepemimpinan laissez faire ini
merupakan tipe seorang pemimpin yang tidak banyak berusaha untuk
menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok,
dan pusat kekuasaan lebih banyak bertumpu pada anggota organisasi.
Para anggota kelompok biasanya akan bekerja menurut kehendaknya
masing-masing tanpa prosedur dan pedoman kerja yang jelas. Dalam hal
ini, tipe kepemimpinan seperti ini tentunya juga tidak sesuai dengan
semangat yang seharusnya tumbuh dalam suatu organisasi.
3) Tipe Demokratis
Dalam tipe ini, golongan pelaksana berpartisipasi penuh dalam
mencapai tujuan organisasi tanpa ada rasa paksaan. Di samping itu, juga
turut mengembangkan pemikiran-pemikiran dalam menentukan atau me
utuskan metode-metode yang terbaik dalam melaksanakan pekerjaan.
Dan selalu mendengarkan pendapat bawahan dalam memutuskan suatu
kebijakan.
Dapat dikatakan bahwa tipe kepemimpinan demokratis ini adalah
tipe kepemimpinan yang diharapkan dalam suatu organisasi. Mengingat
bahwa dalam tipe kepemimpinan ini, seorang pemimpin selalu
mengikutsertakan seluruh anggota dalam proses pengambilan
keputusan. Pemimpin akan menghargai pendapat dari para anggota,
sehingga mereka pun akan turut serta bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program dalam pelaksanaan program dalam organisasi
tersebut.
Dengan konsep kepemimpinan yang demokratis ini, pemimpin
bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan seluruh
anggota, membangun hubungan kerja vertikal dan horizontal yang
saling mendukung dan menciptakan iklim organisasi yang bergairah,
12
sehingga kreativitas anggota dapat dipacu sedemikian rupa, dan pada
gilirannya, akan menjamin berlangsungnya inovasi yang terus menerus.
Sementara dalam hubungan ke luar, pemimpin bertanggung jawab
dalam membina dan memelihara hubungan dengan organisasi lainnya,
serta lingkungan masyarakat di sekitarnya (Samsu, 2014, hal: 68-70)
Selain itu, ada beberapa tipe kepemimpinan yang dapat penulis
kemukakan, yaitu sebagai berikut:
1) Tipe Kepemimpinan Pribadi
Pemimpin yang tergolong falam tipe ini mempunyai hubungan
langsung dengan para pegawainya. Tipe ini biasanya sengat efektif
dalam usaha apapun, namun pemimpin cenderung tidak mendapat
fungsi karena tidak ada kejelasan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing pemimpin yang setingkat di bawahnya, akibatnya
mudah melemparkan tanggung jawab.
2) Tipe Kepemimpinan Non-Pribadi
Tipe ini terlihat kurang mengindahkan hubungan dengan
bawahannya, karena perintah-perintah banyak dilakukan secara tertulis.
Dilihat dar segi prakeknya, terjadi pemisah antara hubungan atasan
dengan bawahan. Namun, tiap pimpinan mengetahui dengan jelas batas-
batas wewenangnya dan pembagian kerja pun terlihat lebih merata.
3) Tipe Kepemimpinan Paternalitas
Tipe ini seperti bapak, yaitu pendidik, pengasuh, pembimbing
penasehat, tukang memerintah, dan juga kurang mau menerima
pendapat bawahannya. Hal itu desebabkan karena pemimpin
menganggap para bawahannya adalah orang yang belum dewasa dan
belum mampu memecahkan persoalan. Akibatnya, para pengikutnya
selalu merasa ketergantungan terhadap pemimpin, dan merasa kurang
gairah dalam organisasi itu.
4) Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe ini adalah ciri dari kepemimpinan yang kaku, karena dalam
mengarahkan bawahannya selalu bergantung pada pangkat dan
13
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebihan dan tidak mau
dikritik, juga menggemari penghormatan yang berlebihan pula.
5) Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Suatu tipe kepemimpinan yang mempunyai daya tarik yang amat
besar terhadap para pengikutnya, seakan-akan dalam diri pemimpin itu
ada sesuatu yang luar biasa. Kelemahannya adalah bawahan tidak ada
yang dapat mengusulkan pendapat, saran, dan pemikirannya.
6) Tipe Kepemimpinan yang Terbuka
Dalam pengambilan keputusan, keputusan tetap berada di tangan
pemimpin. Sebelum mengambil keputusan, hal itu terlebih dahulu
dimusyawarahkan agar persoalan tersebut turut dirasakan dan diketahui,
dan para bawahannya dapat memberikan saran dan pendapat untuk
kemajuan organisasi.
7) Tipe Kepemimpinan Partisan
Merupakan corak kepemimpinan yang suka memihak, akan selalu
ada pro dan kontra terhadap persoalan. Sifatnya selalu suka berdebat,
banyak bicara, propagandis, dan selalu mempertahankan pendapatnya.
8) Tipe Kepemimpinan Marketing
Tipe kepemimpinan yang selalu berorientasi ke masa depan
organisasi dengan selalu meningkatkan kemampuan. Tipe ini
menganggap organisasi layaknya sebuah barang dagangan, di mana
mutu harus senantiasa dikembangkan dengan baik.
9) Tipe Kepemimpinan Produktif
Segala kecakapan, kecerdasan, dan kekuatannya diberikan pada
organisasi yang dipimpinnya sehingga menjadi suatu kenyataan. Salah
satu kenyataan tersebut adalah perkaderan, dengan mendidik dan
mengembangkan bawahannya sehingga di antara bawahan tersebut ada
yang tumbuh menjadi pemimpin pengganti nantinya yang lebih baik
pula (Samsu, 2014)
14
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan
sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik serta mampu melaksanakan
peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk
mempimpin sekolah. Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah memiliki peran
yang sangat besar. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas.
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan kemampuan untuk
menggerakkan tenaga kependidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan Kepala
Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk
mewujudkna visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program
yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Dalam mengarahkan visi dan
misi pemimpin harus menetapkan tujuan ke arah kegiatan yang tepat dan
memerintahkan untuk bergerak.
Kepala sekolah merupakan orang atau personil kependidikan yang memiliki
peran besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan suatu sekolah, sedangkan
guru berada di posisi lain yang berperan besar dalam keberhasilan proses belajar
mengajar di dalam kelas disamping peran siswa, karyawan sekolah dan juga orang
tua siswa. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah yang didalamnya terdapat juga
kepribadiam, keterampilan dalam mengelola sekolah termasuk dalam menangani
masalah yang timbul disekolah, gaya kepemimpinan serta kemampuan menjalin
hubungan antar manusia sangat menentukan atau memiliki pengaruh yang besar
terhadap kualitas proses belajar dan mengajar disekolah.
Dalam hal ini keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah akan
tampak dari apa yang dikerjakannya. Hal ini penting untuk dikedepankan karena
apa yang telah dikerjakan kepala sekolah melalui kebijakan yang telah ditetapkan
akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis para guru, seiswa dan karyawan
sekolah. Guru akan dapat melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab
apabila ia merasa puas terhadap kepemimpinan kapala sekolah. Oleh sebab itu,
15
seorang kepala sekolah dalam memimpin agar tujua yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan baik ia juga harus memperhatikan secara kultural, baik bagi guru,
siswa, karyawan sekolah, orang tua siswa serta lingkungan masyarakat.
Menurut Mulyasa dalam Deni Koswara (2008; 57) kepemimpinan seseorang
sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian kepala sekolah sebagai
pemimpin akan tercemin dalam sifat-sifat yang jujur, percaya diri, tanggung
jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar,emosi yang stabil
dan teladan. (Iskandar, 2015).
b. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang efektif setidaknya harus mengetahui, menyadari, dan
memahami tiga hal: (1) mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di
sekolah; (2) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas
sekolah; dan (3) bagaimana mengelola ekolah secara efektif untuk mencapai
prestasi yang tinggi. Kemampua menjawab ketiga pertanyaan tersebut dapat
dijadikan tolak ukur sebagai standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi
kepala sekolah yang efektif atau tidak.
Proses kepemimpinan sekolah berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang
digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah gaya
kepemimpinan situasional cenderung lebih fleksibel dalam kondisi operasional
sekolah. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berangkat dari anggapan bahwa tidak
ada gaya kepemimpian kepala sekolah yang terbaik, melainkan bergantung dengan
situasi dan kondisi sekolah. Situasi dan kondisi tersebut antara lain meliputi tingkat
kematangan guru dan staf, yang dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi
kemampuan (kesadaran dan pemahaman) dan dimensi kemauan (tanggung jawab,
kepedulian, dan komitmen).
Selain pendekatan situasional, terdapat indikator-indikator kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif menurut Martin and Millower (2001); serta Willower
dan Kmetz (2007), sebagai berikut:
a) Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan mampu
mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkannya.
16
b) Memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja
seluruh warga sekolah.
c) Senantiasa memprogramkan dan menyempatkan diri untuk mengadakan
pengamatan terhadap berbagai aktivitas guru dan pembelajaran di kelas
serta memberikan empan balik (feedback) yang positif dan konstruktif
dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran.
d) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang prosedur
untuk meminimalisasi stress dan konflik negatif.
e) Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan seluruh
warga sekolah serta kreatif, ptoduktif, dan akuntabel.
f) Memantau kemajuan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok, serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan
perencanaan pembelajaran.
g) Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan (Mulyasa,
2013: hlm 20-22).
c. Kewajiban Kepala Sekolah
Ada beberapa ketentuan/kewajiban kepala sekolah yang diatur oleh
pemerintah, secara garis besar meliputi proses seperti:
1) Pengelolaan
Suatu proses yang pada dasarnya meliputi pengadaan, pendayagunaan
dan pengembangan tenaga kependidikan, tanah dan gedung serta
pemiliknya.
2) Penilaian
a) Penilaian pendidikan dasar diselenggarakan untuk memperoleh
keterangan tentang proses belajar mengajar dan upaya pencapaian
tujuan pendidikan dasar dalam rangka pembinaan dan
pengembangan, serta untuk penentu akreditas pendidikan dasar
yang bersangkutan.
b) Penilaian sekolah menengah dilaksanakan secara bertahap
berkesinambungan dan bersifat terbuka.
17
3) Bimbingan
Yaitu bantuan yang diberikan oleh para guru pembimbing dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan pendidikan.
4) Pembiayaan
a. Gaji guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga administrasi;
b. Biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
c. Penyelenggaraan pendidikan;
d. Biaya perluasan dan pengembangan.
5) Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan dalam rangka pembinaan
pengembangan, pelayanan dan peningkatan mutu, serta perlindungan
sekolah yang bersangkutan. Pengawasan meliputi segi teknis pendidikan
dan administrasi sekolah yang bersangkutan.
6) Pengembangan
Pengembangan meliputi upaya perbaikan, perluasan, pendalaman
dan penyesuaian pendidikan melalui peningkatan mutu baik
penyelenggaraan kegiatan pendidikan maupun peralatannya.
Kegiatan pengembangan dilaksanakan dengan tidak mengurangi
kelangsungan penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang
bersangkutan (Wahjosumidjo, 2005: hlm 204-206).
3. Kurikulum
a. Pengertian kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa latin currere, yang berarti lapangan
perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a
running course, dan dalam bahasa Perancis dikenal dengan courier berarti to tun
(berlari). Istilsh itu kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu gelar penghargaan dalam dunia pendidikan yang
dikenal dengan ijazah (Abdullah, 1999: hlm 3).
Abu Dinata mengartikan kurikulum sebagai sebuah rancangan program
pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada peserta
18
didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian
pengalaman belajar. Kedua aspek tersebut, tujuan dan pengalaman belajar dalam
sebuah kurikulum ditentukan oleh keinginan, keyakinan, atau pengetahuan serta
kemampuan anggota masyarakat yang menyelenggarakan program pendidikan
tersebut (Dinata, 1999: hlm 124)
Definisi kurikulum memang dapat berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli
pendidikan lainnya. Namun demikian, definisi yang populer adalah the curriculum
of the school (yakni segala pengalaman anak di sekolah dibawah bimbingan
sekolah). Suatu definisi yang mirip seperti itu yang dilontarkan oleh Harold
Alberty & John Kerr (Nasution, 1989: hlm 39).
Menurut Mujtahid, untuk mencapai hasil yang maksimal peran kurikulum
dapat dapat diterapkan dengan dua model, yaitu pendekatan makro dan pendekatan
mikro, kedua pendekatan tersebut digunakan untuk mengefektifkan penerapan
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang memiliki jangkauan visi yang luas dan
terpadu (integral) berdasarkan kebutuhan dan orientasi pembelajaran PAI yang
memiliki nuansa futuristik dan penuh dengan harapan dari semua pihak.
a) Pendekatan Makro
Model pendidikan makro berupaya menghadirkan proses
pembelajaran PAI dapat memberikan nuansa yang berbeda dan harapan
kolektif dari semua pihak. Langkah-langkah yang yang harus ditempuh
adalah:
1) Merangsang pembelajaran yang unggul.
2) Merumuskan kembali tujuan kurikulum PAI.
3) Menciptakan sumber belajar unggul.
4) Mengukur kemampuan awal siswa.
5) Pembentukan performasi perilaku.
6) Menyusun evaluasi.
b) Pendekatan Mikro
Model pendekatan mikro dalam reformasi penerapan kurikulum
PAI yaitu suatu tahapan secara praktis dan sistematis yang
memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya dukung lembaga
19
pendidikan. Melalui pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuan
penerapan kurikulum PAI di sekolah atau madrasah dapat tercapai
secara terukur, dan dapat berhasil secara maksimal.
Pendekatan mikro lebih dihadapkan pada hal-hal yang bernilai
fungsional, khususnya pengembangan materi, peran guru dan siswa
dalam interaksi pembelajaran. Ketiga komponen tersebut merupakan
suatu sistem dalam pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian oleh
para pelaku pendidikan. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh
lembaga pendidikan untuk menerapkan kurikulum PAI melalui model
pendidikan mikro ini sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan materi
2) Mengukur kemampuan awal siswa dan solusinya
3) Pembentukan peformasi (perilaku)
4) Menyusun evaluasi
b. Komponen Utama Kurikulum
Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yang
menjadi alat mencapai tujuan pendidikan, maka sebagai alat pendidikan,
kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling
mendukung satu sama lain.
Subandijah membagi komponen kurikulum menjadi lima komponen,
yaitu: 1) Tujuan; 2) Isi atau maateri; 3) Organisasi atau strategi; 4) Media;
5) Proses belajar mengajar. Sedangkan yang dikatakan komponen
penunjang kurikulum mencakup: 1) Sistem atau administrasi dan supervisi;
2) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 3) Sistem evaluasi (Subandijah,
1993: hlm 4).
4. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah Lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia, setelah rumah tangga. Istilah podok secara bahasa, pondok
pesantren berasal dari dua kata pondok dan pesantren. Pondok berarti
20
asrama-asrama para santri yang dibuat dari bamboo, atau berasal dari bahasa
Arab fundiq, yang berarti rumah penginapan, hotel atau asrama. Sementara
itu, pesantren berakar pada kata santri yang berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti melek huruf, yaitu orang yang berusaha mendalami kitab-kitab
yang ditulis dalam bahasa Arab.
Secara terminology, pondok pesantren merupakan institusi sosial
keagamaan yang menjadi wahana pendidikan bagi umat Islam yang ingin
mendalami ilmu-ilmu keagamaan. Pondok pesantren secara terminologi
keagamaan merupakan institusi pendidikan Islam, namun demikian
pesantren mempunyai ikon sosial yang memiliki pranata sosial di
masyarakat. Hal ini karena pondok pesantren memiliki modalitas sosial yang
khas, yaitu: (a) ketokohan Kyai; (b) santri; (c) independent dan mendiri; dan
(d) jaringan sosial yang kuat antar alumni pondok pesantren (Zamroji; 2017).
b. Tipologi pesantren
Sebagian besar pesantren berkembang dari adanya dukungan
masyarakat, dan secara sederhana muncul atau berdirinya pesantren
merupakan inisiatif masyarakat baik secara individu maupun kolektif.
Begitu pula sebaliknya perubahan sosial dalam masyarakat merupakan
dinamika kegiatan pondok pesantren dalam dunia pendidikan dan
kemasyarakatan. Dengan kondisi pesantren yang dedemikian rupa, maka
konsep pesantren menjadi cerminan pemikiran masyarakat dalam mendidik
dan melakukan perubahan sosial terhadap masyarakat. Dampak yang jelas
adalah terjadi perubahan orientasi kegiatan pesantren sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Dengan demikian pondok pesantren berubah
tampil sebagai Lembaga pendidikan yang bergerak di bidang pendidikan dan
sosial.
Secara factual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang
dalam masyarakat, meliputi:
1) Pondok pesantren tradisional
Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bantuk aslinya
dengan semata-mata mengerjakan kitab yang ditulis oleh ulama abad
21
ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannya
menggunakan ”halaqah” yang dilaksanakan di masjid atau surau.
Hakikat dari sistem pengajaran halaqah adalah penghafalan yang titik
akhirnya darri segi metodologi cenderung kepada terciptanya santri
yang menerima dan memiliki ilmu.
2) Pondok pesantren modern
Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren
karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi sistem belajar klasik
dan meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar
modern ini pertama Nampak pada penggunaan kelas-kelas belajar baik
dalam bentuk madrasah atau sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah
kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara tradisional.
Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu.
Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses belajar
mengajar da sebagai pengajar langsung dikelas. Perbedaannya dengan
sekolah dan madrasah terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa
Arab lebih menonjol dari kurikulum local.
3) Pondok pesantren komprehensif
Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena menerapkan
sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan
yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan
pengajaran kitab kuning dengan metode sorokan, bondongan dan
wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus berkembang.
Bahkan pendidikan keterampilan pun diaplikasikan sehingga
menjadikannya berbeda dari tipologi kesatu dan kedua. Lebih jauh dari
pada itu pendidikan masyarakat pun menjadi garapannya. Dalam arti
sedemikian rupa dapat dikatakan bahwa pondok pesantren telah
berkiprah dalam pembangunan esensi kemasyarakatan (Shulhan, 2013:
hlm. 155-157).
22
5. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam atau At-Tarbiyah
Al-Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pegangan hidup
(Daradjat, 1996: hlm 86)
Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran,
bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta
menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan
masyarakat.
Dari definisi di atas maka Pendidikan Agama Islam dapat diartikan
adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agam Islam (Agama, 2001: hlm 15).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum PAI adalah
mata pelajaran yang disusun dan dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok
(dasar yang terdapat dalam agama Islam sehingga PAI merupakan bagian
yang diajarkan dari kuriulum yang disusun di unit pendidikan tertentu). Di
tinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran
pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan
mata pelajaran lain yang bertujuan untuk membentuk moral dan
kepribadian peserta didik yang baik (Depdiknas, 2004: hlm 2).
Dengan demikian dapat disimpulkan kurikulum PAI dalam arti
sempit adalah kumpulan mata pelajaran agama Islam, seperangkat rencana
dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Zakiah Daradjat membagi tujuan PAI menjadi 4 macam, yaitu:
23
1) Tujuan umum. Tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
2) Tujuan akhir. Tercapainya wujud kamil, yaitu orang yang telah
mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaan.
3) Tujuan sementara. Tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
4) Tujuan operasional. Tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu (Daradjat, 1994: hlm. 80-83).
6. Sekolah Berbasis Pesantren
a. Pengertian Sekolah Berbabis Pesantren
Pengembangan model pendekatan Sekolah Menengah Pertama
berbasis pondok pesantren sesungguhnya merupakan “ijtihad” dalam
memadukan keunggulan pelaksanaan sistem di sekolah dan keunggulan
pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren. SMP berbasis pesantren
menuntut adanya keterpaduan 2 (dua) keunggulan model pendidikan dalam
satu lingkungan pendidikan yang di kelola secara terpadu, saling mengisi
dan bersama-sama mengembangkan potensi peserta didik, menjadi sumber
daya manusia Indonesia yang handal, memiliki integrasi intelektual,
spiritual, dan emosional serta berwatak plural dan multikultural,
menghargai hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara menuju terbentuknya masyarakat madani
(Indonesia, 2010: hlm 8).
Di dalam Kesepakatan Nomor: 815/C3/LL/2008 dan Nomor:
Dt.I/III/83/2008 tentang Pengembangan Sekolah Menengah Pertama
Berbasis Pesantren yang ditanda tangani oleh Direktur Pembinaan SMP
dan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren pada pasal 2
disebutkan bahwa “Kesepakatan Bersama ini bertujuan untuk
mengintegrasikan sistem pendidikan sekolah dan pesantren dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan”.
24
b. Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Berbasis Pesantren
Prinsip dasar pengembangan SMP berbasis pesantren, meliputi:
1) Pengintegrasian kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan
kecerdasaan emosional
2) Pengembangan konsep totalitas
3) Berwatak plural dan multikultural
4) Tidak diskriminatif
5) Berwawasan keunggulan lokal, regional maupun internasional
6) Kesadaran atas Hak Asasi Manusia
7) Penguasaan kitab kuning
8) Pengembangan pendidikan kecapakan hidup (life Skill).
9) Sekolah sebagai pendekatan masyarakat sekolah
10) Proses pembelajaran terpadu (integratif)
11) Sistem pengasuhan
12) Sistem pembelajaran yang memberikan perlakuan khusus terhadap
peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (Indonesia,
2010: hlm 13-14).
c. Kurikulum Berbasis Pesantren
Kurikulum pada sekolah berbasis pesantren dikembangkan
berdasarkan ketentuan standar nasional pendidikan (SNP) dan kebutuhan
lokal. Pencapaian standar nasional dalam sekolah berbasis pesantren juga
mengacu kepada Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang
standar isi. Adapu Kurikulum yang dikembangkan atas dasar kebutuhan
lokal dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal ini disusun oleh pihak
sekolah/pesantren dan disesuaikan dengan kekhasan dan kebutuhan pada
masing-masing sekolah berbasis pesantren (Indonesia, 2010: hlm 19-20).
25
B. Studi Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh “Tirta Yogi Aulia” tahun 2016 dalam tesis yang
berjudul “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di SMP Berbasis
Pesantren”. Yang membahas tentang penerapan kurikulum PAI di SMP yang
berbasis pesantren. Dalam tesis ini dijelaskan bagaimana pihak Pondok
Pesantren mencoba mengambil langkah baru dalam bidang pendidikan formal,
yang wajarnya pondok pesantren umumnya menerapkan Madrasah, akan tetapi
diubah menjadi berbasis Sekolah. Lalu bagaimana pihak pondok pesantren dan
sekolah menerapkan Kurikulum PAI di sekolah, dengan kegiatan pesantren.
Kurikulum PAI yang diterapkan di SMP berbasis pesantren berbeda dengan
sekolah umum, atau bisa dikatakan lebih mndalam. Peneliti mengambil tesis ini
sebagai relevan karena isi pembahasan dan penelitian yang sedang dilakukan
relevan, yaitu penerapan Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum Rasau Kab.
Batang Hari. Salah satu pondok pesantren di Jambi yang menerapkan sistem
Sekolah di dalam pesantrennya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh “Muhammad Zamroji” tahun 2017 dalam jurnal
yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren”. Yang
membahas tentang bagaimana Sistem Pendidikan Pondok Pesantren tradisional
mengadaptasi perkembangan zaman dengan cara menggabungkan unsur
pendidikan tradisonal dengan pendidikan umum. Penelitiian diatas relevan
dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan. Peneliti melakukan penelitian
di Pondok Pesantren yang menerapkan sistem pendidikan yang sedang
berkembang dengan mengambil Langkah menerapkan sistem pendidikan
berbasis sekolah di pesantrennya, bukan dengan sistem madrasah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh “Umi Fajriyyatul Munawaroh” tahun 2019
dalam skripsi berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren
Dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti Kelas VII DI SMP Al Musyaiffa’
Kendal Tahun Ajaran 2018/2019”. Penelitian ini menjelaskan tentang
bagaimana penerapan pembelajaran PAI yang dilakukan oleh pihak pesantren
di dalam pendidikan formalnya. Penelitian ini membahas tentang isi pelajaran,
bagaimana langkah-langkah dalam proses pembelajaran, manajemen waktu
26
antara pendidikan formal dengan kegiatan pesantren. Dan dalam hal ini peneliti
mengambil skripsi ini sebagai relevan karena sama hal nya dengan penelitian
yang sedang peneliti lakukan, adalah bagaimana pondok pesantren Darul ‘Ulum
Rasau ini menerapkan kurikulum PAI ini kepada anak-anak didiknya, yang
mereka juga harus menjalani kegiatan pesantren nya.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan ini berbentuk deskritif kualitatif yang di lihat melalui sudut
pandangan pendidikan dengan mengkai tentang persepsi Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Upaya Penerapan Mata Pelajaran Umum di Sekolah Menengah
Pertama Swasta Darul ‘Ulum Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau.
Jenis pendekatan yang digunakan peneliti adalah jenis pendekatan kualitatif.
Menurut Samsu (2017; hal, 85). Parsudi Suparlan berpendapat bahwa pendekatan
kualitatif sering juga dinamakan sebagai pendekatan humanistik, karena di dalam
pendekatan ini cara pandang, cara hidup, selera ataupun ungkapan emosi dan
keyakinan dari warga masyarakat yang diteliti sesuai dengan masalah yang diteliti,
juga termasuk data yang perlu dikumpulkan. Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa
istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertantangkan dengan pengamatan kuantitatif.
Pengamatan kuantitaif melibatkan pengukuran tingkatan suatu cici tertentu,
sedangkan kualitas menunjukkan segi alamiah yang dipertentangkan dengan
kuantum atau jumlah. Atas dasar pengertian seperti ini sering penelitian kualitatif
diartikan sebagai penelitian yang tidak mengandalkan perhitungan.
Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya
mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang
shohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi
partisipasi, studi dokumen, dan dengan melakukan triangulasi yang dirancang
untuk memperoleh informasi tentang bagaimana “Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dalam Upaya Penerapan Mata Pelajaran Umum di Sekolah
Menengah Pertama Swasta Darul ‘Ulum Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau
Kab. Batang Hari.”
28
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Tempat penelitian ini akan di laksanakan di Pondok Pesantren Darul
‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari, yang melatar belakangi penilis memilih
Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari adalah karena pondok
pesantren tersebut adalah pondok pesantren yang masih tergolong baru dan
perbedaan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dipakai di
karenakan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum menggunakan sistem SMP. Maka
dari itu dalam proses pembelajaran PAI nya berbeda dengan SMP umum.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan memberikan informasi
dan data yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang memberi informasi dalam
penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, guru PAI, dan staf TU
di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari. Pada penelitian ini
penulis menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Djam’an (2017: hal
47), purpose sampling adalah menentukan subjek/objek sesuai tujuan.
C. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Pada dasarnya suatu penelitian bertujuan untuk mencari pemecahan
masalah. Setiap masalah dapat dipecahkan apabila didukung oleh data yang
akurat dan relevan. Tanpa data yang akurat dan relevan tersebut, maka tujuan
penelitian yang akan dicapai tidak akan mungkin terwujud. Data yang
dibutuhkan adalah data yang bersumber dari setting dan subjek penelitian
sekaligus mencerminkan objek penelitian (topik, judul). Dalam hal ini, data
yang baik mencerminkan ciri objektivitasnya, berhubungan dengan masalah
yang aka dipecahkan, data benar-benar mewakili (repesentative) bagi setting
yang hendak dijelaskan atau digambarkan, dan data yang dipergunakan masih
berlaku pada saat penelitian ini dilakukan (up to date).
Pada umumnya, jenis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah
berupa data primer dan data sekunder.
29
a. Data Primer
Data yang langsung dan segera diperoleh dari data oleh peneliti untuk
tujuan yang khusus penelitian (Samsu, 2017, hlm: 94). Dengan kata lain,
data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, baik
melalui observasi maupun wawancara kepada responden dan informan
(Samsu, 2017, hlm: 95). Data primer disini adalah data yang berupa
informasi, peristiwa, atau tindakan yang berkaitan dengan sekolah atau
madrasah, data primer ini diperoleh dari Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,
guru, dan staf TU. Khususnya yang berkenaan dengan persepsi
kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap mata pelajaran umum di Pondok
Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab Batang Hari.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang lain di luar peneliti sendiri, walupun yang
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Dengan kata lain, data
sekunder adalah data yang diperoleh dari dumber kedua, selain dari yang
diteliti yang bertujuan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Artinya
data primer yang diperoleh tidak diragukan karena juga didukung oleh data
sekunder (Samsu, 2017, hlm: 95). Adapun data sekunder yang diperoleh
peneliti melalui hasil pengamatan atau observasi melalui hasil pengamatan
atau observasi melalui dokumentasi dari Lembaga Pondok Pesantren Daul
‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari.
2. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data
dalam penelitian ini dapat dari beberapa orang yang akan diminta keterangan
melalui wawancara mengenai persepsi kepemimpinan pesantren terhadap mata
pelajaran umum di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari
yang meliputi:
a. Kepala sekolah
b. Waka Kurikulum
30
c. Waka Kesiswaan
d. Guru PAI
e. Siswa
f. Kejadian dan peristiwa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan taknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Obervasi
Obervasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau
melalui media pengamatan. Dalam melakukan observasi ini, peneliti
menggunakan sarana utama indra penglihatan. Kemudian mencatat dalam nota
lapangan atau merekam dengan alat perekam (tape cocarde), sebagai materi
utama untuk dianalisis (Sukardi, 2013: hal. 50).
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati
dan mencatat serta merekam secara langsung objek yang diselidiki.
2. Wawancara
Teknik wawancara yaitu pertemuan langsung yang direncanakan antara
pewawancara dan yang diwawancarai untuk saling bertukar pikiran guna
memberikan atau menerima informasi tertentu yang diperlukan dalam
penelitian (Sukardi, 2013: hal. 49).
Penggunaan metode ini adalah wawancara langsung yang diajukan
kepada informan yang ada dilokasi penelitian yaitu Kepala Sekolah, waka
kurikulum, Waka Kesiswaan, dan guru PAI ponpes Darul ‘Ulum Rasau Kab.
Batang Hari.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya, monumental dari seseorang (Sugiyono,
2007: hal. 82).
Penelitian akan mengumpulkan dokumen yang ada di pondok pesantren
Darul ‘Ulum Rasau Kab. Batang Hari.
31
E. Taknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau focus
kajian menjadi bagian-bagian (docomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk
sesuatu yang urai itu tampak dengan jelas dan karena bisa secara lebih terang di
tengkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Djam’an, dkk,
2017: hal. 200).
1. Reduksi data (reduction)
Dalam memulai melakukan penelitian tentu saja akan mendapatkan data
yang banyak dan relative beragam dan bahkan sangat rumit. Itu sebabnya, perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Data yang diperoleh ditulis dalam
bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan
data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, di fokuskan
pada hal-hal yang penting.
Tujuan utama dalam penelitian kualitatif adalah pada temuan. Pleh karena
itu, kalua peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang
di pandang asing, tidak dikenal, balum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
2. Penyajian Data (Display Data)
Teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk seperti tebel, grafik dan sejenisnya. Lebih dari itu, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Adapun fungsi display data disamping untuk
memudahkan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Djam’an, dkk, 2017:
hal. 220).
3. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi ataugambaran suatu objek
yang sebenarnya masih belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
32
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori
(Djam’an, dkk, 2017: hal. 220).
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk pengecakan atau sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2007: hal 330). Triangulasi pada penelitian ini,
peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam
pelaksanaannya peneliti melakukuan pengecekan data yang berasal dari
wawancara dengan kepala sekolah, waka kurikulum, dan dewan Guru SMPs Darul
‘Ulum Rasau.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas merupakan internal dalam penelitian kualitatif. Uji
kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitaif dilakukan
dengan enam teknik yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negative, menggunakan bahan referensi dan member check (Sugiyono, 2013:
hal. 270).
a. Peningkatan ketekunan
Dalam penelitian peningkatan ketekunan dilakukan secara lebih
cermat dan berkesinambungan agar kepastian data dan urutan peristiwa
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dilain itu dengan meningkatkan
ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data
yang ditemukan itu salah atau tidak dan juga peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang yang diamati.
b. Trianggulasi
Trianggulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan trianggulasi teknik. Trianggulasi teknik untuk menguji
kredibiltas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
33
dengan wawancara dari sumber data yang di cek kembali dengan teknik
observasi dan dokumentasi.
c. Menggunakan bahan referensi
Penggunaan bahan referensi dalam penelitian ini adalah sebagai
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti
(Sugiyono, 2013: hal. 275). Adapun bahan referensi yang digunakan
peneliti berupa wawancara, observasi atau pengamatan melalui indera
penglihatan dan pendengar, serta catatan hasil wawancara dan lain
sebagainya.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Penelitian
Desember
2019
Januari
2020
Februari
2020
Maret
2020
Juli
2020
September
2020
Oktober
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
X
2 Penyusuna
n proposal
x x x x x x x x x
3 Bimbingan
proposal
x x x x X
4 Pengurusan
Izin
Seminar
x x
5 Seminar
proposal
x
6 Perbaikan
proposal
x
7 Pengajuan
izin riset
x X
8 Riset
lapangan
x x X
9 Pengumpul
an data
x x x
10 Penyusuna
n skripsi
x x x x x x
34
11 Perbaikan
skripsi
x x x x
12 Pengganda
an skripsi
dan
penyampai
an kepada
tim penguji
dan
fakultas
35
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Lokasi/Setting Penelitian
a. Sejarah
Pondok Pesantren Darul Ulum II Batang Hari Jambi adalah cabang
dari Pondok Pesatren Darul Ulum yang terletak di Muaro Pijoan. Di bawah
naungan Yayasan Perguruan Islam Darul Ulum, PPDU II mulai dibangun
pada tahun 2014 dan diresmikan pada tanggal 2 Rajab 1436 Hijriyah.
Terletak di lorong Sejahtera, Rt. 18 Rw. 04, Dusun Rasau. Kelurahan
Jembatan Mas, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari, Pondok
Pesantren Darul Ulum II memiliki dua sistem pembelajaran, Formal dan
Ma’had.
Untuk program formal terdapat jenjang pendidikan SMP dan SMA di
bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Memiliki sertifikat
akreditas untuk jenjang SMP dan proses akreditas untung jenjang SMA.
Pembangunan Sekolah serentak dengan pembangunan Pondok Darul Ulum
II.
Mengacu pada tuntutan zaman, Pondok Pesantren Darul Ulum II
menerapkan dua kurikulum, Formal dan Ma’had. Untuk Ma’had merujuk
pada program salafi yang mengkaji kitab-kitab klasik dan metode salafiyah
yang masih kental dan kentara di dalamnya.
Berikut ini adalah jenjang pendidikan yang terdapat di Pondok
Pesantren Darul Ulum II:
1) Pendidikan Formal
a) SMPs Darul Ulum, Terakreditas
b) SMAs Darul Ulum
2) Pendidikan Ma’had
a) DTA Darul Ulum
b) Wustho
36
c) Ulya
3) Program Ekstrakulikuler
a) Gerakan Pramuka, Gugus Depan 04.799-04.800
b) PMR
c) Pertanian
d) Peternakan
e) Pertukangan
Dalam Kepemimpinannya, SMPs Darul Ulum dipimpin oleh Bapak
Mujib Yasin, S.H.I, atau yang lebih dikenal dengan Gus Mujib, beliau adalah
Kepala Sekolah yang saat ini masih menjabat dari awal. Akreditas sementara
yang dimiliki adalah C (Arsip SMPs Darul’ Ulum, 2 Oktober 2020).
Berikut ini ditampilkan data profil SMPS Darul ‘Ulum, sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Profil Sekolah
37
1 Nama Sekolah :
2 NPSN :
3 Jenjang Pendidikan :
4 Status Sekolah :
5 Alamat Sekolah :
RT / RW : 18 / 4
Kode Pos :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Negara :
6 Posisi Geografis : Lintang
Bujur
2. Data Pelengkap
7 SK Pendirian Sekolah :
8 Tanggal SK Pendirian :
9 Status Kepemilikan :
10 SK Izin Operasional :
11 Tgl SK Izin Operasional :
12 Kebutuhan Khusus Dilayani :
13 Nomor Rekening :
14 Nama Bank :
15 Cabang KCP/Unit :
16 Rekening Atas Nama :
17 MBS :
18 Memungut Iuran :
19 Nominal/siswa :
20 Nama Wajib Pajak :
21 NPWP :
20 Nomor Telepon :
21 Nomor Fax :
22 Email :
23 Website :
24 Waktu Penyelenggaraan :
25 Bersedia Menerima Bos? :
26 Sertifikasi ISO :
27 Sumber Listrik :
28 Daya Listrik (watt) :
29 Akses Internet :
30 Akses Internet Alternatif :
31 Sumber air :
32 Sumber air minum :
33 Kecukupan air bersih :
34
Sekolah menyediakan jamban yang
dilengkapi dengan fasilitas
pendukung untuk digunakan oleh
siswa berkebutuhan khusus
:
35 Tipe jamban :
36Sekolah menyediakan pembalut
cadangan:
37
Jumlah hari dalam seminggu siswa
mengikuti kegiatan cuci tangan
berkelompok
:
38 Jumlah tempat cuci tangan :
39 Jumlah tempat cuci tangan rusak :
40Apakah sabun dan air mengalir
pada tempat cuci tangan:
41
Sekolah memiiki saluran
pembuangan air limbah dari
jamban
:
42
Sekolah pernah menguras tangki
septik dalam 3 hingga 5 tahun
terakhir dengan truk/motor sedot
tinja
:
:
43Sekolah memiliki selokan untuk
menghindari genangan air:
44
Sekolah menyediakan tempat
sampah di setiap ruang kelas
(Sesuai permendikbud tentang
standar sarpras)
:
45Sekolah menyediakan tempat
sampah tertutup di setiap unit
jamban perempuan
:
46Sekolah menyediakan cermin di
setiap unit jamban perempuan:
47
Sekolah memiliki tempat
pembuangan sampah sementara
(TPS) yang tertutup:
48
Sampah dari tempat pembuangan
sampah sementara diangkut secara
rutin:
49
Ada perencanaan dan
penganggaran untuk kegiatan
pemeliharaan dan perawatan
sanitasi sekolah
:
50
Ada kegiatan rutin untuk
melibatkan siswa untuk
memelihara dan merawat fasilitas
sanitasi di sekolah
:
: ✓Ada, dengan pemerintah daerah
Ada, dengan perusahaan swasta
✓ Ada, dengan puskesmas
✓ Ada, dengan lembaga non-pemerintah
52 Jumlah jamban dapat digunakan : Jamban laki-laki Jamban perempuan Jamban bersama
7 14 0
53
Jumlah jamban tidak dapat
digunakan : Jamban laki-laki Jamban perempuan Jamban bersama
0 0 0
Sekolah memiliki kegiatan dan media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang sanitasi sekolah
Guru Ruang Kelas Toilet Selasar Ruang UKS Kantin
53 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
54 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
55 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
56 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
57 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Ya
Ya
PLN & Diesel
2200
Telkomsel Flash
Tidak Ada
5. Sanitasi
http://www.darululumrasau.wordpress.com
4. Data Periodik
Pagi/6 hari
Ya
9001:2008
3. Kontak Sekolah
085273397543
103,383298
Kec. Pemayung
Kab. Batang Hari
Prov. Jambi
Indonesia
-1,649371
Swasta
Lorong Sejahtra RT 18 RW 04 Dusun Rasau
36657
Jembatan Mas
Profil Sekolah
1. Identitas Sekolah
SMPS DARUL ULUM
69953585
SMP
Sustainable Development Goals (SDG)
Stratifikasi UKS
Disediakan oleh siswa
Leher angsa (toilet duduk/jongkok)
12
Ada saluran pembuangan air limbah ke tangki septik atau IPAL
Tidak ada
Sumur terlindungi
Cukup sepanjang waktu
Tidak
5 hari
0
Ya
Tidak/Tidak tahu
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
51Ada kemitraan dengan pihak luar
untuk sanitasi sekolah
Kegiatan dan Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)Variabel
Cuci tangan pakai sabun
Kebersihan dan kesehatan
Pemeliharaan dan perawatan toilet
Keamanan pangan
Ayo minum air
38
b. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi SMPS Darul Ulum:
“BERFIKIR CERDAS, BERPERILAKU SANTUN DAN BERKETERAMPILAN”
Misi SMPs Darul Ulum:
1) Melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM)
2) Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran Agama sehingga
menjadi dasar dalam bertindak dan bertingkah laku.
3) Mendorong, membantu, dan mendukung siswa dalam memngenali potensi
dan jati dirinya secara optimal berdasarkan bakat dan kemampuannya.
4) Membudayakan pengembangan lingkungan sekolah yang bersih, indah,
nyaman, dan asri sehingga menciptakan suasanan pembelajaran terasa
menyenangkan dan tidak membosankan.
Untuk mencapai misi tersebut, disiapkan langkah strategis sebagai berikut
1) Melaksanakan program peningkatan kompetensi personil sesuai tugas
dan fungsinya.
2) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai kebutuhan.
3) Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan,
metode, teknik, dan pemilihan media serta alat belajar yang sesuai.
4) Melaksanakan program pengembangan diri melalui bimbingan,kegiatan
ekskul, serta pembiasaan yang dilandasi nilai budaya dan karakter bangsa.
5) Mengembangkan budaya sekolah yang mencerminkan budaya dan karakter
bangsa serta cita lingkungan hidup menuju sekolah sehat.
6) Membangun Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
7) Menjalin hubungan kemitraan dengan orang tua, steakholder dan masyarakat
dalam mengembangkan program sekolah.
39
TUJUAN SMPS Darul Ulum:
1) Terlaksananya Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing
komponen sekolah ( Kepala Sekolah, Guru, Staf, dan Siswa)
2) Terlaksananya pengembangan kurikulum, antara lain:
a) Pengembangan Kurikulum pada tahun 2016/2017
b) Mengembangkan pemetaan K1, KD, dan indikator untuk kelas VII, VIII
tahun 2016/2017 dan pemetaan SK, KD, dan indikator untuk kelas IX.
c) Mengembangkan RPP untuk kelas VII, VIII, dan IX pada semua mata
pelajaran.
d) Mengembangkan sistem penilaian berbasis kompetensi.
3) Sekolah mencapai Standar Isi ( Kurikulum ) pada tahun 2016
4) Melaksanakan Standar Proses pembelajaran, antara lain;
a) Melaksanakan pembelajaran dengan strategi CTL,
b) Melaksanakan pendekatan belajar tuntas,
c) Melaksanakan Pembelajaran inovatif.
5) Terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional
sekolah.
6) Prestasi siswa setiap tahunnya mengalami peningkatan minimal 20%.
7) 40% Output memiliki life skill sehingga siswa yang tidak sempat
melanjutkan Pendidikan je tingkat yang lebih tinggi makan akan diarahkan
melalui pengembangan diri pada Pendidikan dan Pelatihan untuk dilatih
lebih mandiri.
8) Kelompok keagamaan akan dibina oleh guru dan mubalig yang kompeten.
9) Pembinaan yang merata pada setiap mata pelajaran untuk mencapai
kompetisi yang diharapkan.
10) Melakukan pembinaan-pembinaan secara professional terhadap kelompok
/ tim olahraga , kesenian melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler.
11) Memiliki kelompok siswa yang peduli lingkungan alam dan social melalui
pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
12) Manjadikan lingkungan sekolah sebagai sekolah yang asri, bersih, elok,
rapi, aman, tekun, dan unggul dibanding dengan sekolah-sekolah yang ada
40
di kabupaten Batang Hari melalui program muatan local (Arsip SMPs
Darul ‘Ulum, 2 Oktober 2020).
c. Kurikulum
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat perbedaan di dalam
pembelajaran dalam kurikulum PAI yang terdapat di dalam Sekolah
Berbasis Umum dengan Sekolah Berbasis Pesantren. Sekolah Berbasis
Pesantren lebih menekankan dalam pembelajaran keagamaan, karena basic
dan tujuan mereka lebih cenderung dalam keagamaan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk mengambangkan mata pelajaran umum lainnya.
Berikut ini adalah mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum
formal SMPs Darul ‘Ulum (Arsip SMPs Darul ‘Ulum, 2 Oktober 2020):
1) Bahasa Indonesia
2) Bahasa Inggris
3) Matematika
4) IPA
5) IPS
6) PJOK
7) PKN
8) SBK
9) TIK
10) PAI
Hampir di seluruh lembaga pendidikan umum baik Negeri maupun
Swasta, telah menerapkan Kurikulum PAI. Tetapi terdapat perbedaan
diantara Sekolah berbasis umum dengan Sekolah berbasis Pondok
Pesantren. Sebagai contohnya SMPs Darul ‘Ulum, jika biasanya pondok
pesantren menarapkan sistem madrasah dalam pendidikan formalnya, akan
tetapi Pondok Pesantren mengambil langkah yang berbeda, yaitu dengan
mengambil sistem sekolah dalam pendidikan formalnya.
Hal ini juga berpengaruh terhadap kurikulum PAI yang
dijalankannya. Bisa dikatakan kurikulum PAI yang dijalankan berbeda
41
dengan SMP umum biasanya. Kurikulum PAI SMPs Darul ‘Ulum bisa
dikatakan lebih mendalam lagi, karena mereka berbasis pondok pesantren.
Biasanya di SMP umum hanya dijelaskan/diajarkan ilmu agama khususnya
tentang Islam, bisa dibilang hanya pada umumnya, kurang dalam mendalami
materi-materi.
d. Struktur SMPs Darul ‘Ulum
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Lembaga
Pendidikan, SMPs Darul ‘Ulum memiliki Struktur Kepengurusan sebagai
berikut:
1) Kepala Sekolah : Mujib Yassin, S.HI
2) Waka Bidang Kurikulum dan Pengajaran : Nur Khasanah, S.Pd.i
3) Waka Bidang Kesiswaan : Budi Heriyanto, S.Pd
4) Waka Bidang Humas : Sudarsono, A.Md
5) TU dan operator : Apriyanto
(Arsip SMPs Darul ‘Ulum, 4 Oktober 2020)
e. Program Kegiatan
Sebagai lembaga pendidikan Islam, SMPs Darul ‘Ulum telah
memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan siswa dan
siswi yang berkualitas dalam keilmuan, berprestasi dan terampil.
Diantara kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana (Arsip SMPs Darul
‘Ulum, 4 Oktober 2020):
1) Upacara Bendera
2) Majalah dinding SMP
3) Pramuka
4) PMR
5) Lomba Cerdas Cermat
6) Perayaan Hari Santri
7) Latihan Nasyid/Hadroh
8) Debat calon OSIS
42
9) Pidato Tiga Bahasa
10) MOS
11) Latihan Baris Berbaris
12) Program literasi sekolah
f. Rencana dan Konsep Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki visi kedepan
Menjadi Lembaga Pendidikan Terkemuka yang menghasilkan insan yang
bertaqwa dan terampil serta berwawasan Iptek dan olahraga, maka SMPs
Darul ‘Ulum telah menyusun rencana-rencana dan kosnep-konsep dalam
meningkatkan kegiatan belajar mengajar siswa yaitu:
1) Meningkatkan SDM Guru dengan mengadakan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP)
2) Meningkatkan siswa dengan media pembelajaran
3) Pengadaan media pembelajaran visual (in focus)
4) Pengadaan buku-buku pendukung
5) Meningkatkan kualitas bahasa arab dan inggris siswa melalui kegiatan
tasyji’ dan islah lughot.
6) Mendalami maupun memperbaiki bahasa inggris dan arab
43
g. Struktur Organisasi SMPs Darul ‘Ulum
(Arsip SMPs Darul ‘Ulum, 4 Okt 2020)
Gambar 1.1
KEPALA SEKOLAH
MUJIB YASIN, S.HI
WAKA KURIKULUM
NUR KHASANAH, S.Pd.i BUDI HERIYANTO, S.Pd
WAKA KESISWAAN
WAKIL PRASARANA
WAKA HUMAS
SUDARSONO, A.Md
JABATAN
WALI KELAS 7A & 7B
WALI KELAS 8A & 8B
WALI KELAS 9
KETUA OSIS
PAI
Dra. ASMA
LENI LESTARI
PKN
B. INDONESIA
RITA FAISAH
B. INGGRIS
M. RIDHO, S.Hum
MTK
BUDI H, S.Pd
PUTRI HIDAYATI, S.Kep
IPA
MULOK
MUSONIP S, S.Pd
EKA YULIANI, S.Ip
TIK
APRIANTO
TU&OPERATOR
SUDARSONO, Amd
PJOK
WARSINAH, S.E
IPS
NUR KHASANAH, S.PD.I
SBK
GURU
h. Daftar Nama Guru SMPs Darul ‘Ulum
Tabel 2.2
Daftar Nama Guru
No Nama Guru Jabatan Pendidikan Mata Pelajaran
1 Mujib Yasin, S.H.I Kepala Sekolah S1/ UIN STS JAMBI Kepala Sekolah
2 Nur Khasanah, S.Pd.I
Waka Kurikulum S1/ UIN STS JAMBI SBK
3 Budi Heriyanto, S.Pd
Waka Kesiswaan S1/UNJA MTK
4 Sudarsono, Amd Waka Humas PJOK
5 Dra. Asma Guru PAI
6 Rita Faisah Guru Bahasa Indonesia
7 Leni Lestari Guru PKN
8 M. Ridho, S.Hum Guru S1/UIN STS JAMBI Bahasa Inggris
9 Putri Hidayati, S.Kep Guru IPA
10 Nursinah, S.E Guru S1/UIN STS JAMBI IPS
11 Purnamasari Guru Prakarya
12 Eka Yuliani, S.IPT Guru TIK
13 Muhammad Nur, S.Sos Guru S1/UIN STS JAMBI IPS
14 Musonip Saputra, S.Pd Guru S1/UIN STS JAMBI Bahasa Inggris
15 Ari Kurniawan, S.H Guru S1/UIN STS JAMBI IPS
16 Aprianto
TU dan Operator
(Arsip SMPs Darul ‘Ulum, 4 Oktober 2020)
i. Keadaan Siswa Siswi
Seiring berjalannya waktu, seiring semakin menambahnya umur
pondok pesantren Darul ‘Ulum II, SMPs Darul ‘Ulum telah mengalami
kenaikan dalam jumlah murid, hal itu dikarenakan sudah mulai dikenalnya:
1) Siapa pendiri pondok pesantren Darul ‘Ulum, 2) Dimana itu pondok
pesantren Darul ‘Ulum, dan 3) Bagaimana kualitas dari pondok pesantren
Darul ‘Ulum. Penambahan jumlah ini juga terpengaruhi oleh kepercayaan
masyarakat, dan para Santri Walid (Santri Kalong).
Jumlah keseluruhan murid yang ada di SMPs Darul ‘Ulum yaitu
116 murid. Berikut ini data jumlah murid yang ada di SMPs Darul ‘Ulum
Rasau:
4. Jumlah Siswa Berdasarkan Penghasilan Orang Tua/Wali
Penghasilan L P Total
Tidak di isi 8 5 13
Kurang dari Rp. 500,000 1 2 3
Rp. 500,000 - Rp. 999,999 13 13 26
Rp. 1,000,000 - Rp. 1,999,999 19 23 42
Rp. 2,000,000 - Rp. 4,999,999 9 16 25
Rp. 5,000,000 - Rp. 20,000,000 2 0 2
Lebih dari Rp. 20,000,000 0 0 0
Total 52 59 111
5. Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan L P Total
Tingkat 8 22 22 44
Tingkat 7 25 23 48
Tingkat 9 5 14 19
Total 52 59 111
(Arsip SMPs Darul ‘Ulum, 9 Oktober 2020)
Tabel 2.3
Keadaan Siswa
1. Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total 52 59 111
2. Jumlah peserta Didik Berdasarkan Usia
Usia L P Total
< 6 tahun 0 0 0
6 - 12 tahun 26 26 52
13 - 15 tahun 26 33 59
16 - 20 tahun 0 0 0
> 20 tahun 0 0 0
Total 52 59 111
3. Jumlah Siswa Berdasarkan Agama Agama L P Total
Islam 52 59 111
Kristen 0 0 0
Katholik 0 0 0
Hindu 0 0 0
Budha 0 0 0
Konghucu 0 0 0
Lainnya 0 0 0
Total 52 59 111
j. Sarana Prasarana
Dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, pihak yayasan atau
sekolah selalu berusaha melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran,
baik secara mandiri atupun melalui anggaran bantuan pemerintah (Arsip
SMPs Darul ‘Ulum, 10 Oktober 2020).
1) Prasarana
Tabel 2.4
Prasarana
1 Asrama Putra 007/0102/SMPSDU 30 6
2 Asrama Putri 006/0102/SMPSDU 18 4
3 Gudang 017/0102/SMPSDU 4 3
4 Kantor 003/0102/SMPSDU 10 3
5 Kelas VIIA 024/0102/SMPSDU 10,5 10
6 Kopontren 014/0102/SMPSDU 3,5 3
7 Laboratorium IPA 009/0102/SMPSDU 4 3
8 Laboratorium Komputer 010/0102/SMPSDU 4 3
9 Musholla 001/0102/SMPSDU 12 12
10 Parkir 008/0102/SMPSDU 3 4
11 Perpustakaan 011/0102/SMPSDU 4 3
12 Ruang Guru 003/0102/SMPSDU 10 3
13 Ruang Kelas IX 022/0102/SMPSDU 8 7
14 Ruang Kelas VII A 019/0102/SMPSDU/ 8 8
15 Ruang Kelas VII B 020/0102/SMPSDU 8 7
16 Ruang Kelas VIII A 021/0102/SMPSDU 8 7
17 Ruang Kelas VIII B 023/0102/SMPSDU 8 8
18 Ruang Kepala Sekolah 002/0102/SMPSDU 6 3
19 Ruang Konseling 004/0102/SMPSDU 5 4
20 Ruang Olahraga 018/0102/SMPSDU 4 3
21 Ruang OSIS 013/0102/SMPSDU 4 3
22 Ruang TU 005/0102/SMPSDU 4 3
23 Ruang UKS 012/0102/SMPSDU 4 3
24 WC Putra 015/0102/SMPSDU 6 3
25 WC Putri 016/0102/SMPS 6 2
PanjangNama PrasaranaNo Keterangan Lebar
2) Sarana
Tabel 2.5
Sarana
B. Temuan Khusus
Setelah melakukan interview/wawancara, obeservasi dan studi
dokumentasi di SMPs Darul ‘Ulum maka berbagai temuan dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Proses Penerapan Kurikulum PAI oleh Kepala Sekolahh SMPs Darul
‘Ulum
a. Kurikulum (Intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakulikuler dan hidden
curriculum) Pendidikan Agama Islam di SMPs Darul ‘Ulum
Menurut Abdullah Idi, kurikulum formal terdiri dari intrakulikuler
sedangkan kurikulum non-formal terdiri dari ko-kurikuler dan
ekstrakulikuler, selain kurikulum formal dan non formal, terdapat juga
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) (Idi, 1999, hlm: 6).
No Jenis Sarana Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
1 Papan Tulis Ruang OSIS Milik 1 Tidak Laik
2 Lemari Ruang OSIS Milik 1 Tidak Laik
3 Jam Dinding Ruang OSIS Milik 1 Laik
4 Meja UKS Ruang OSIS Milik 1 Tidak Laik
5 Kursi UKS Ruang OSIS Milik 1 Tidak Laik
6 Lemari Ruang Guru Milik 0 -
7 Tempat Sampah Ruang Guru Milik 0 -
8 Tempat cuci tangan Ruang Guru Milik 0 -
9 Jam Dinding Ruang Guru Milik 1 Laik
10 Kursi Kerja Ruang Guru Milik 0 -
11 Meja Kerja / sirkulasi Ruang Guru Milik 0 -
12 Papan pengumuman Ruang Guru Milik 0 -
13 Kursi dan Meja Tamu Ruang Guru Milik 0 -
14 Penanda Waktu (Bell Sekolah)Ruang Guru Milik 0 -
15 Papan Statistik Ruang Guru Milik 0 -
16 Meja Siswa Ruang Kelas IX Milik Kurang Jumlah dan Kondisi Rusak Ringan 12 Laik
17 Kursi Siswa Ruang Kelas IX Milik Kurang Jumlah dan Kondisi Rusak Ringan 12 Laik
18 Meja Guru Ruang Kelas IX Milik Laiak 1 Laik
19 Kursi Guru Ruang Kelas IX Milik Ada dan Laiak 1 Laik
20 Papan Tulis Ruang Kelas IX Milik Laiak 1 Laik
Kurikulum sebagai salah satu komponen pembelajaran merupakan
konsepsi awal rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh
seluruh guru di sekolah. SMPs Darul ‘Ulum memiliki tujuan untuk
menghasilkan siswa/i yang berkualitas dalam keilmuan, berprestasi dan
terampil. Berkaitan dengan paparan di atas, pemerintah telah mencanangkan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada Pasal 38 ayat
1 yang berbunyi “Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan
didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasioanl dan kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan
pendidikan” (Mulyasa, 2005, hlm: 40).
Dengan kata lain dalam pelaksanaan pendidikannya, pemerintah
memberikan kewenangan kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk
mengembangkan kurikulumnya yang disesuaikan dengan keadaan,
kebutuhan dan lingkungannya.
Kegiatan intrakulikuler merupakan kegiatan pengembangan diri
yang dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas. Kegiatan intrakuliuler ini
tidakterlepas dari proses belajar mengajar yang merupakan proses inti yang
terjadi di sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal (Kunandar,
2007, hlm: 17).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kegiatan intrakulikuler
adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang sudah teratur dan
terjadwal dengan sistematik yang merupakan program utama dalam
mendidik siswa.
Implementasi kurikulum PAI ditinjau dari Intrakulikuler di SMPs
Darul ‘Ulum sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan
dokumen yang didapati dari pihak sekolah bila dilihat dari susuna materi,
emnggunakan jenis kurikulum mata pelajaran terpisah (Separated Subject
Curriculum), berikut data daftar pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diperoleh dari pihak sekolah SMPs Darul ‘Ulum:
Tabel 2.6
Jadwal Belajar PAI
No Kelas Program
1 VII
1. Tajwid
2. Nahwu Sharaf
3. Fiqh
4. Akhlak
5. Al Quran
6. Tarikh dan Kebudayaan Islam
7. Aqidah
2 VIII
1. Al Quran
2. Fiqh
3. Akhlak
4. Tarikh dan Kebudayaan Islam
3 IX
1. Al Quran Dan Hadits
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqh
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam
Berikut ini adalah data pembelajaran tambahan pelajaran PAI di SMPs Darul
‘Ulum:
Tabel 2.7
Jadwal Ma’had
No Pelajaran Kitab
1 Nahwu
1. Nahwu Wadeh
2. Jurumiyah
3. Imriti
4. Alfiyah Ibn Malik
2 Sharaf
1. Amtsilatut Tasrifiyah
2. Qowaidul I'lal
3 Tajwid 1. Hidayatus Sibyan
2. Tuhfatul Athfal
3. Jazariyah
4 Fiqh
1. Safinatunnajah
2. Al-Qhoyatu Wataqrib
5 Tauhid
1. Aqidatul Awam
2. Kifayatul Awam
6 Hadits
1. Hadits Pilihan
2. Bulughul Marom
7 Akhlak
1. Akhlakul Banat
2. Akhlakul Banin
3. Ta'limul Muta'alim
8
Tarekh
1. Khuslashoh Nurilyaqin Jilid 1.2
9 Tafsir 1. Tafsir Al-Ibriz
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah
Bapak Mujib Yasin S.H.I:
”Pelajaran yang termasuk dalam Pendidikan Agama Islam
yang diterapkan di SMPs Darul ‘Ulum adalah pelajaran tentang
pondok, yaitu tauhid, fiqh, Akhlak, Hadits, Tafsir, dll. Pelajaran PAI
yang diberikan kepada siswa/i tidak berfokus dengan jam pelajaran
ketika di kelas formal, akan tetapi ditambahkan lagi ketika belajar sore
sampai malam, atau yang biasa disebut dengan kelas Ma’had. Ini
adalah program penunjang untuk para siswa. Penerapan pembelajaran
PAI juga disampaikan/diajarkan melalui media komunikasi dan
interaksi antara masyarakat pondok, baik antara siswa ke siswa, siswa
ke guru, siswa ke warga setempat, dan kepada siapapun. Inilah yang
membedakan SMP di Pondok Pesantren dengan SMP Umum” (Hasil
Wawancara tanggal 7 Oktober 2020).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Nur Khasanah,
S.Pd.I selaku Wakil Kepala bidang Kurikulum:
”Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum tidak hanya berfokus
dalam pembelajaran di kelas formal, tetapi ditambahkan lagi dengan
kelas Ma’had, untuk mengasah wawasan siswa agar lebih memahami
tentang Islam, poin ini yang membedakan antara Sekolah berbasis
Pondok Pesantren dengan Sekolah Umum” (Hasil Wawancara, 7
Oktober 2020).
Begitu juga pendapat dari Ibu Dra. Asma selaku Guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam:
“Anak-anak ditempa untuk memahami lebih dalam lagi tentang
Islam. Pengembangan dan pemfokusan pada pelajaran PAI ditujukan
untuk para siswa, karena gelar mereka bukan hanya siswa, tetapi juga
menjadi santri. Pembelajaran PAI tidak hanya diberikan secara teori,
akan tetapi juga diberikan secara lisan ketika belajar dan ketika
kegiatan sehari-hari mereka” (Hasil Wawancara, 9 Oktober).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa para siswa tidak
hanya mendapatkan pelajaran tentang agama di saat jam belajar pagi, akan
tetapi terdapat penunjang dalam pembelajaran Pendidika Agama
Islam,yaitu kelas Ma’had, program PAI yang ditujukan untuk
mengembangkan ilmu agama para murid/santri. Dan inilah yang menjadi
tolak ukur perbedaan kurikulum PAI SMP umum dengan SMP berbasis
pesantren.
Dapat dilihat bahwa kurikulum PAI ditinjau dari intrakulikuler di
SMPs Darul ‘Ulum sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti
dan dokumen yang didapati dari pihak sekolah bila dilihat dari sususan
materi, menggunakan jenis kurikulum mata pelajaran terpisah (Separated
Subject Curriculum) dan kurikulum yang dihubungkan (Correlated
Curriculum).
Implementasi kurikulum PAI ditinjau dari kokuriluler di SMPs
Darul ‘Ulum. Seperti diketahui kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di
luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilakukan di sekolah
ataupun di luar sekolah dengan tujuan menunjang pelaksanaan program
intrakulikuler agar siswa dapat lebih menghayati bahan yang telah
diajarkan serta melatih siswa untuk melaksanakan tugas secara
bertanggung jawab (Seno, 1990, hlm:5).
Salah satunya dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan seperti kegiatan
minat bakat, kegiatan wajib, dll. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Budi
Heriyanto, S.Pd selaku Waka bidang Kesiswaan:
“Kegiatan yang mendukung dan menunjang pelaksanaan
kurikulum PAI yaitu dengan diadakan kegiatan seperti minat bakat,
contohnya: kegiatan hadroh, tahfidz, perayaan Hari Santri, belajar
ceramah, belajar imam, dan masih banyak yang lain. Program ini
bertujuan agar para siswa dapat mengimplementasikan pelajaran yang
telah di dapatkan” (Hasil Wawancara, 9 Oktober).
Adapaun kegiatan ekstrakulikuler di SMPs Darul ‘Ulum yang
didapati dari data dokumentasi SMPs Darul ‘Ulum adalah: menjahit,
pramuka, nasyid, hadroh.
Selanjutnya adalah hidden curriculum. Kurikulum tersembunyi
dapat diartikan yaitu kurikulum yang tidak tertulis, terprogram tidak
direncanakan tapi keberadaanya berpengaruh pada perubahan tingkah laku
peserta didik. Salah satu contoh adalah ketika para murid makan, mereka
harus mengantri, ketika Kyai rawoh (datang) mereka tidak berani berjalan
mendahului, kadang terdiam sebentar menunggu Kyai lewat. Seperti yang
di sampaikan oleh Waka Kurikulum Ibu Nur Khasanah, S.Pd.I:
“Pembelajaran kurikulum PAI secara tidak langsung yaitu
seperti anak-anak diajari untuk selalu mengantri ketika mengambil
jatah makan, hal ini ditujukan untuk melatih disiplin dan patuh
aturan. Para santri bergantian setelah seluruh santriyah selesai
mengambil jatah makanan. Anak-anak juga diajarkan untuk selalu
takdzim kepada Kyai atau yang lebih dikenal dengan Mbah Kyai.
Seperti ketika beliau hadir, anak-anak akan menyalami dan tidak
berani untuk berjalan mendahului” (Hasil Wawancara, 7 Oktober
2020).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa di SMPs Darul ‘Ulum
terdapat program pengembangan para murid/santri yang melatih
kemampuan dan mengembangkan minat bakat mereka, serta terdapat
pembelajaran secara tidak langsung yang bertujuan untuk memberikan
edukasi tentang ajaran Islam dengan di kehidupan sehari-hari.
b. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerapan dan Pengembangan
Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum
Kurikulum di SMPs Darul ‘Ulum terus dikembangkanoleh tim
pengembang kurikulum, hal ini dilakukan agar menjadi lebih baik serta
menyesuaikan dengan keadaan zaman.
Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum disusun oleh tim yang
beranggotakan Ketua Yayasan, Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka
Kesiswaan, Guru PAI, Staf TU, dan wali murid. Hal ini dijelaskan oleh
Kepala Sekolah SMPS Darul ‘Ulum Bapak Mujib Yasin, S.H.I, yaitu:
“Dalam penyusunan dan pengambangan kurikulum khusunya
kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPs Darul ‘Ulum melibatkan
berbagai kalangan. Dimulai dari Ketua Yayasan untuk memberikan
kebijakan dalam pelancaran kegiatan, saya sebagai sekolah bertugas
untuk mengontrol dan mengevaluasi kegiatah, kemudian Waka
Kurikulum yang bertugas menyiapkan bahan-bahan kurikulum,
memantau pelaksanaan kurikulum” (Hasil Wawancara, 7 oktober
2020).
Ibu Nur Khasanah, S.Pd.I selaku Waka Kurikulum juga menyampaikan:
“Kami juga melibatkan Wali Santri yang nantinya akan dibantu
oleh Waka Kesiswaan untuk mendapatkan masukan tentang sikap
anak-anak. Kami menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Setelah persetujuan dari semua pihak, maka
kurikulum akan ditetapkan dan guru pengampu mata pelajaran PAI
akan menerapkan dan mengembangkan kurikulum di kelas” (Hasil
Wawancara, 7 Oktober 2020).
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui siapa-siapa saja
yang terlibat dalam penyusunan kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum, dan
mereka merupakan penanggung jawab pada setiap bagiannya masing-
masing. Pihak sekolah dan pondok pesantren juga selalu mengarahkan
kepada para wali santri agar senantiasa membina dan membantu pihak
pengajar dan pengurus dalam mengembangkan pembelajaran, baik secara
langsung maupun tidak.
Berikut ini dokumentasi pihak-pihak yang terlibat dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum PAI (Arsip SMPs Darul ‘Ulum,
7 Oktober 2020).
Tabel 2.8
No Jabatan Nama Jabatan Pokok
1 Pengarah KH. Much Muzakki, MT
Ketua Yayasan
2 Penanggung Jawab
Mujib Yasin, S.H.I Kepala Sekolah
3 Ketua Nur Khasanah, S.Pd.I Waka Kurikulum
4 Bidang Kegiatan Budi Heriyanto, S.Pd Waka Kesiswaan
5 Staff Dra. Asma Guru
6 Apriyanto Operator dan TU
c. Pelaksanaan Supervisi dan Evaluasi Kurikulum PAI di SMPs Darul
‘Ulum
Salah satu tugas dari Kepala Sekolah adalah menjadi supervisor.
Melaksanakan supervisi pada setiap bidang kegiatan, termasuk juga dalam
kegiatan kurikulum yang berjalan. Telah dijelaskan diatas tadi, bahwa kepala
sekolah berperan sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaan Kurikulum
PAI di SMPs Darul ‘Ulum. Seperti yang disampaikan oleh beliau.
“Pelaksanaan supervisi yang saya lakukan adalah dengan cara
mengecek langsung proses pembelajaran PAI ke kelas, ikut serta
memberikan bimbingan kepada para siswa untuk lebih meningkatkan
ke ilmuan dan pemahaman tentang ke Islaman. Proses supervisi juga
saya lakukan terhadap kinerja para guru yang terkait dalam kurikulum
PAI” (Hasil Wawancara, 7 Oktober 2020).
Selain menjadi supervisor, Kepala Sekolah juga bertanggung jawab
mengevaluasi program PAI. Bapak Mujib Yasin, S.H.I mengatakan.
“Proses evaluasi kurikulum dilakukan sebulan sekali. Target
evaluasi adalah tingkat keberhasilan dan dalam proses belajar
mengajar mata pelajaran PAI, baik ketika kelas formal maupun
Ma’had. Saya juga mengarahkan kepada Waka Kurikulum untuk
membantu mengawasi jalannya pembelajaran, serta mengarahkan
Guru pengampu PAI untuk mengevaluasi keadaan siswa dalam proses
belajar mengajar” (Hasil Wawancara, 7 Oktober 2020).
Hal ini juga disampaikan oleh Waka Kurikulum.
“Evaluasi dilakukan sebulan sekali, dan evaluasi lanjutan
disepakati ketika rapat evaluasi sebelumnya. Target evaluasi yaitu
mengarah kepada Waka Kurikulum, Guru PAI, dan siswa/i.
Diharapkan dengan evaluasi ini, proses pembelajaran PAI bisa
berlangsung dengan baik” (Hasil Wawancara, 7 Oktober 2020).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas dari kepala
sekolah bukan hanya memerintah, tetapi turun langsung mengamati jalannya
kegiatan belajar mengajar dan keadaan siswa-siswa. Dengan cara menjadi
seorang supervisor dan evaluator. Hal ini dilakukan karena Kepala Sekolah
ingin turun langsung mengetahui perkembangan dan ikut serta dalam
pengembangan kemampuan serta keilmuan para siswa.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Kurikulum PAI
di SMPs Darul ‘Ulum
a. Faktor Pendukung
Dalam pelaksanaan suatu program tidak terlepas dari faktor
pendukung dalam pelaksanaan kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum,
berikut ini beberapa faktor pendukung berjalannya kurikulum PAI, antara
lain:
1) Fasilitas yang sudah cukup mendukung, seperti masjid, perpustakaan,
ruang audio visual.
2) Para siswa/i bermukim di satu kawasan, sehingga mudah untuk
mengontrolnya.
3) Terdapat guru dan pengurus pondok yang selalu mengawasi kegiatan
siswa/i.
4) Banyak kegiatan yang mengusung tema tentang keilmuan dan
keIslaman.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Mujib Yasin, S.H.I selaku Kepala
Sekolah, yaitu.
“Banyak faktor pendukung terjalannya pelaksanaan Kurikulum
PAI, antara lain fasilitas yang diberikan sudah cukup, walaupun dapat
dikatakan bahwa umur sekolah dan pondok pesantren masih dalam
hitungan baru. Bermukimnya siswa juga memudahkan dalam
pengawasan, anak-anak juga dapat mudah bertanya langsung ke guru
dan pengasuh tentang hal yang kurang dimengerti karena beberapa
guru juga bermukim di pondok, pelaksanaan kegiatan yang bertema
tentang keIslaman dilakukan untuk menunjang kemampuan para
siswa, contohnya ketika Hari Santri dan Haul” (Hasil Wawancara, 10
Oktober 2020).
Hal yang selaras juga disampaikan oleh Bapak Budi Heriyanto, S.Pd
selaku Waka Kesiswaan.
“Program belajar mengajar PAI dapat berjalan dengan bagus,
dan mendapatkan respon baik dari para siswa. Terutama ketika
kegiatan yang ber temakan tentang ke Islaman, seperti latihan Hadroh,
Muhadharah, lomba-lomba ketika peringatan Hari Santri, dan masih
banyak yang lain. Anak-anak banyak termotivasi dan lebih dapat
memahami tentang Islam” (Hasil Wawancara, 10 Oktober 2020).
Ada beberapa faktor penunjang kegiatan kurikulum PAI di SMPs
Darul ‘Ulum, misalkan adanya guru yang bermukim di pondok, efektif nya
kegiatan tambahan yang bertemakan keIslaman, dll. Kegiatan-kegiatan ini
dapat menunjang minat dan potensi dari siswa/i, sehingga mereka tidak
gampang jenuh ketika mempelajari ilmu tentang keIslaman.
b. Faktor Penghambat
Berdasarkan pada temuan peniliti, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya faktor penghambat implementasi kurikulum PAI di SMPs Darul
‘Ulum yaitu (Hasil Observasi, 2-12 Oktober 2020):
1) Adanya perbedaan daya serap peserta didik antara yang satu dengan
yang lain
2) Perbedaan latar belakang pendidikan sebelumnya
3) Perbedaan latar belakang lingkungan atau adat istiadat di daerah
masing-masing
4) Jumlah guru PAI yang masih kurang
5) Padatnya jadwal belajar anak ketika diluar kelas, seperti kegiatan
pondok yang berupa kegiatan sosial maupun belajar mengajar.
3. Dampak Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Implementasi/
Penarapan Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum Rasau
a. Gaya/ Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sesuai dengan teori yang telah peneliti cantumkan pada bagian
pembahasan, tipe kepemimpinan menurut Samsu (2014), tipe kepemimpinan
dalam kehidupan suatu organisasi, yaitu tipe kepemimpinan yang otoriter,
laissez faire, dan demokratis. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa
kepala sekolah menggunakan tipe kepemimpinan otoriter, hal ini sesuai
dengan apa yang di sampaikan oleh Bapak Mujib Yasin, S.H.I selaku Kepala
Sekolah SMPs Darul ‘Ulum:
“Disini saya menggunakan tipe kepemimpinan otoriter. Alasan
saya adalah karena disini anak-anak di didik untuk patuh dan tidak
membangkang dengan dawuh atau omongan dari para guru maupun
pengurus. Ini adalah bentuk dari pembelajaran PAI secara Hidden
(tersembunyi), agar anak-anak dapat memahami betul apa artinya
sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. Karena mereka tidak hanya
menyandang gelar sebagai siswa, tetapi juga sebagai santri. Santri
harus bisa lebih unggul dari lulusan-lulusan di sekolah umum. Jadi
penekanan terhadap aturan-aturan di sekolah dan pondok harus di
terapkan dengan tegas, dan saya sebagai Kepala Sekolah harus dapat
menjadi patokan dalam penerapan aturan-aturan ini setelah Romo
Kyai Muzakki selaku pengasuh pondok pesantren” (Hasil Wawancara,
10 Oktober 2020).
Akan tetapi bukan hanya tipe kepemimpinan otoriter saja yang
digunakan oleh kepala sekolah, berikut adalah jawaban dari Kepala Sekolah:
“Akan tetapi, bukan hanya otoriter yang saya pakai, disini saya
harus bisa menjadi seorang pendidik, pengasuh, pembimbing, seorang
pemimpin yang berkarismatik agar anak-anak dapat termotivasi dan
menurunkan kenakalan para siswa. Hal ini saya terapkan pada bagian
aturan sekolah dan pondok. Untuk bagian seperti pengembangan minat
bakat, OSIS, pramuka, acara di hari-hari besar, saya selalu
mengutamakan sistem demokrasi, yaitu dengan cara mengikutsertakan
para siswa dalam kepengurusannya. Dan saya berharap terutama pada
diri saya dan untuk seluruh keluarga besar Ponpes Darul ‘Ulum agar
dapat mendidikasikan diri untuk pondok” (Hasil Wawancara, 10
Oktober 2020).
Dilihat dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah menggunakan tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan
demokratis, tipe kepemimpinan paternalitas, tipe kepemimpinan
kharismatik, dan tipe kepemimpinan produktif. Tipe kepemimpinan otoriter
sangatlah bermanfaat dalam tugas menjadi seorang pemimpin di pondok
pesantren, dikarenakan mereka bukan hanya seorang siswa, akan tetapi juga
sebagai santri, orang yang dikenal dengan sopan santun, budi pekerti,
keilmuan yang terjaga. Peran otoriter berfungsi untuk membuat para murid
merasa bahwa hidup di pondok pesantren bukan seenak ketika dirumah,
semua ada aturannya, dan aturan itu harus diikuti.
b. Dampak Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Implementasi
Kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum
Sesuai dengan garis besar dari penelitian ini, yaitu tentang bagaimana
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kurikulum PAI di SMPs Darul
‘Ulum, maka terdapat dampak yang ditimbulkan. Baik dampak pada
program kurikulum itu sendiri, guru pengampu, maupun terhadap
siswa/siswi. Disini kepala sekolah memiliki peran yang besar dalam
implementasi kurikulim PAI yang berlaku. Selain mengesahkan kurikulum,
kepala sekolah juga berperan untuk mengevaluasi dan menjalankan
supervisi.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Dra. Asma selaku
Guru pengampu bidang Pendidikan Agama Islam:
“Jika berbicara tentang dampak yang ditimbulkan oleh Gus
Mujib (Bapak Mujib Yasin, S.HI), dampaknya sangat banyak,
terutama karena sekolah juga terbilang masih muda, beliau aktif dalam
perencanaan, pembuatan, perancangan, pengevaluasian program
kurikulum PAI. Beliau terjun langsung dalam setiap kegiatan yang
menyangkut tentang Pendidikan Agama Islam” (Hasil wawancara, 9
Oktober 2020).
Ibu Nur Khasanah, S.Pd.I juga berpendapat senada dengan Ibu Dra.
Asma:
“Saya sebagai Waka Kurikulum sangat terbantu dalam
perencanaan dan pelaksanaan kurikulum PAI, karena umur sekolah
masih terbilang baru, sehingga kurikulum yang disusun juga sedang
berkembang. Beliau selalu memonitoring dan memberikan sikap
terhadap berjalannya pembelajaran PAI, baik pelajaran formal maupun
yang berbentuk kegiatan sosial. Beliau juga rutin mengadakan rapat
evaluasi setiap bulannya, dan mendiskusikan langsung dengan kami”
(Hasil Wawancara, 10 Oktober 2020).
Peneliti juga mewawancari ketua OSIS SMPs (Dimas Warsidi) Darul
‘Ulum:
“Selama 2 tahun saya mondok disini, sudah banyak ilmu agama
dan ilmu pelajaran umum yang saya dapatkan. Ketika belajar PAI di
kelas, saya sering melihat Gus Mujib (Bapak Mujib Yasin, S. H.I)
mengecek proses belajar kami. Ketika belajar Ma’had, beliau juga
sering mengecek, siapa saja yang tidak masuk, dibantu dengan guru
dan pengasuh. Saya sering kena tegur ketika minum atau makan
berdiri, ngomong kotor, dan masih banyak lagi” (Hasil Wawancara, 10
Oktober 2020).
Dari pernyataan di atas, dapat diambil keterangan bahwa dampak
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam pelaksaan Kurikulum PAI sudah
berjalan bagus dan mendapatkan respon positif. Kepala Sekolah sudah cukup
aktif berperan, bukan hanya sebagai pemimpin, melainkan juga sebagai
supervisor, motivator, dan evaluator. Kepala sekolah harus bisa
mendapatkan hati dan kepercayaan dari setiap aspek di sekolah, hal ini
diperlukan agar dapat menciptakan efektifitas dan efisiensi dari program dan
tujuan sekolah tersebut
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan sistem/program pelaksanaan pembelajaran PAI di
Sekolah berbasis Pondok Pesantren dengan Sekolah umum.
2. Kegiatan Intrakulikuler kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum yaitu proses
belajar mengajar di kelas dan tambahan kelas Ma’had yang berfokus pada
Pendidikan Agama Islam. Kegiatan Kokulikuler adalah kegiatan diluar jam
kelas yang menambah wawasan ke Islaman para siswa, yaitu berupa Hadroh,
minat bakat, peringatan Hari Santri, Haul, dll. Adapun Ekstrakulikuler SMPs
Darul ‘Ulum yaitu Pramuka, PMR, menjahit, dll.
3. Hidden Curriculum adalah kurikulum yang tersembunyi, yaitu pembalajan
PAI yang dilakukan bukan dengan belajar di kelas, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari. Menyelipkan pesan dan pembelajaran ke Islaman. Contoh:
mengantri ketika mengambil makan, menegur ketika berbuat salah, takdzim
kepada guru, pengurus dan orang lebih sepuh, dll.
4. Tim penyusun dan pengembang kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum terdiri
dari pengarah, penanggung jawab, ketua, bidang kegiatan, dan staff.
5. Terdapat faktor pendukung pelaksanaan kurikulum PAI, yaitu:
a. Fasilitas yang sudah cukup mendukung, seperti masjid, perpustakaan,
ruang audio visual.
b. Para siswa/i bermukim di satu kawasan, sehingga mudah untuk
mengontrolnya.
c. Terdapat guru dan pengurus pondok yang selalu mengawasi kegiatan
siswa/i.
d. Banyak kegiatan yang mengusung tema tentang keilmuan dan keIslaman.
64
6. Sedangkan faktor penghambat terlaksananya kurikulum PAI yaitu:
a. Adanya perbedaan daya serap peserta didik antara yang satu dengan yang
lain
b. Perbedaan latar belakang pendidikan sebelumnya
c. Perbedaan latar belakang lingkungan atau adat istiadat di daerah masing-
masing
d. Jumlah guru PAI yang masih kurang
e. Padatnya jadwal belajar anak ketika diluar kelas, seperti kegiatan pondok
yang berupa kegiatan sosial maupun belajar mengajar.
7. Kepala sekolah menggunakan berbagai tipe kepemimpinan, yaitu tipe
kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan
paternalitas, tipe kepemimpinan kharismatik, dan tipe kepemimpinan
produktif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kiranya dapat menjadi
masukan, sekaligus sebagai evaluasi dan intropeksi untuk menatap kedepan agar
penerapan kurikulum PAI di SMPs Darul ‘Ulum semakin berkembang.
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Agar selalu mengecek RPP yang di buat guru, apakah metode, media
pembelajaran, serta evaluasi telah berjalan dengan sesuai.
b. Agar selalu memperhatikan dukungan dari semua pihak agar dapat tercapai
keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum PAI
c. Lebih meningkatkan pemantauan kegiatan di luar sekolah
2. Bagi Guru
a. Agar guru semakin meningkatkan kreatif dalam metode belajar mengajar,
karena terdapat perbedaan di setiap siswa.
b. Selalu menjadi teladan bagi anak-anak.
c. Hendaknya selalu berkontribusi dan berkonsultasi dengan kepala sekolah
maupun Waka Kurikulum
3. Bagi Siswa
a. Selalu takdzim kepada guru dan pengurus, menjaga nama baik dan
menjunjung tinggi pondok pesantren
b. Selalu menjaga kesehatan di dalam kegiaan pondok dan sekolah yang padat.
66
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Departemen Agama RI, (2002), MUSHAF AL-QUR’AN
TERJEMAH. Jakarta: Penerbit Al-Huda
Abdullah Idi, (1999), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jakarta:
Gaya Media Pratama
Abu Dinata, (1999), Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, Wacana Ilmu.
Agustinus Hermino, (2014), Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Agama, (2001), Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Depag
Depdiknas, (2004), Permendiknas. Jakarta: Depdiknas
Didin Kurniadin & Imam Machali, (2016), Manajemen Pendidikan: Konsep
& Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direkorat Jenderal
Pendidikan Islam dan Kementrian Agama Republik Indonesia, (2010),
Penyelenggaraan Program Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Melalui
Program Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok Pesantren
(SBP). Jakarta: Kementrian Agama
Djam’an, dkk, (2017), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
E. Mulyasa, (2013), Manajamen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasil Wawancara, Arsip, dan Dokumentasi (2-12 Oktober 2020).
J. Iskandar, (2017), Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah, vol. 1 no. 1
Kunandar, (2007), Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lexy J. Moleong (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bsndung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muhammad Zamroji, (2017), Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren, vol 1, no 1.
Muwahid Shulhan & Soim, (2013), Manajemen Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Teras.
67
Mulyasa, (2005), Manajemen Berbasih Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nasution, (1987), Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara
PD Sukardi, (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Samsu, (2014), Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jambi: Pusaka
Jambi
Samsu, (2017), Metode Penelitian: (Teori Aplikasi Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development). Jambi:
Pusaka Jambi
Subandijah, (1993), Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tadrib, (2018), INOVASI PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI SMP
NURUL JADID.
Wahyosumidjo, (2005), Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Wahyudin Nur Nasution, (2015), Kepemimpinan Pendidikan Di Sekolah:
Jurnal Tarbiyah, vol 22, no. 1.
Winarno Hami Seno, (1990), Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar, Jakarta: Depdikbud RI
Zakiyah Daradjat, (1996), Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN
INTRUMEN PENGUMPULAN DATA
NO DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN
1 KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH
1. Supervisi (Subari, 1994) *Supervisi Pendidikan
1. Bagaimana proses supervisi yang dilakukan?
2. Berapa kali supervisi dilakukan dalam sebulan?
3. Apa saja yang di target supervisor?
2. Gaya Kepemimpinan (Samsu, 2014)
*Manajemen dan Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan apa yang digunakan?
2. Apa alasan kepala sekolah mengguanakan gaya kepemimpinan tersebut?
3. Evaluasi (Arifin, 2017) *Evaluasi Pendidikan
1. Bagaimana perencanaan evaluasi yang dilakukan?
2. Begaimana pelaksanaan evaluasi?
3. Siapa saja target evaluasi?
4. Berapa kali dilaksanakannya evaluasi?
2 KURIKULUM
1. Perencanaan (Hermino, 2014)
*Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter
1. Bagaimana proses perencanaan Kurikulum PAI?
2. Tujuan dari perencanaan kurikulum PAI?
3. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan kurikulum PAI?
2. Pelaksanaan
1. Bagaimana proses pelaksanaan kurikulum PAI?
2. Apa saja kendala yang dialami?
3. Apa saja pendorong pelaksaan kurikulum PAI?
4. Berapa persentasi keberhasilan pelaksanaan kurikulum PAI?
3. Evaluasi
1. Bagaimana proses eveluasi kurikulum PAI?
2. Apa tindak lanjut dari evaluasi tersebut?
3. Apa saja yang ditarget dari proses evaluasi?
4. Siapa saja yang terlibat dalam proses evaluasi?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Bagus Ahmad Nugroho
Tempat & Tanggal Lahir : Magelang, 05 Mei 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Muaro Tebo
Alamat Email : [email protected]
No. Kontak : 0821-8277-9101
Riwayat Pendidikan
1. SMK : SMKN 4 Kab. Tebo
2. SMP : SMPN 12 Magelang
3. SD : SDN Tidar 3 Magelang
DOKUMENTASI
Gambar 1
Foto bersama Ibu Dra. Asma selaku Guru Pengampu Mata Pelajaran PAI
Gambar 2
Foto bersama Ibu Nur Khasanah, S.Pd.I selaku Waka Kurikulum
Gambar 3
Ruang Kepala Sekolah
Gambar 4
Situasi kelas
Top Related