KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI:
STUDI KASUS KEPEMIMPINAN PADA LEMBAGA BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Abdul Yasir Baasith
NIM: 108032200032
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI:
STUDI KASUS KEPEMIMPINAN PADA LEMBAGA BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 November 2014
Abdul Yasir Baasith
iii
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI:
STUDI KASUS KEPEMIMPINAN PADA LEMBAGA BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Abdul Yasir Baasith
NIM: 108032200032
Pembimbing:
Mohammad Hasan Ansori, Ph.D
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI:
STUDI KASUS KEPEMIMPINAN PADA LEMBAGA BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
Oleh
Abdul Yasir Baasith
108032200032
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
13 November 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Prof.Dr. Zulkifli, MA Husnul Khitam, M.Si
NIP.196608131991031004 NIP.
Penguji I, Penguji II,
Nur Kafid, MA Cucu Nurhayati, M.Si
NIP. NIP. 197609182003122003
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 November 2014
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Prof.Dr. Zulkifli, MA
NIP.196608131991031004
v
ABSTRAK
Skripsi ini mengenai masalah kepemimpinan dalam organisasi dengan
mengambil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai
studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan pola kepemimpinan yang diterapkan lembaga BPJS Kesehatan dan
faktor yang melatarbelakangi terbentuknya. Peneliti menemukan, bahwa
persoalan kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan sangat efektif dalam
menjalankan organisasi kelembagaan tersebut. Hal ini, dapat kita lihat dengan
berbagai macam latarbelakang yang mempengaruhi terbentuknya
kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan seperti adanya kepercayaan,
saling membatu, adanya norma dan nilai sebagai perekat kinerja antara atasan
dan bawahan. Dari faktor ini, menjadi jelas, bahwa kepercayaan, adanya
hubungan sosial yang baik dengan karakter kepemimpinan yang peduli, dan
sistem kekeluargaan yang menjadi kontrol sosial serta nilai sebagai pemimpin
yang mampu membawa visi dan misi pada keberhasilan organisasi lembaga
BPJS Kesehatan. Hal ini, tidak terlepas dengan adanya peran dan gaya
kepemimpinan tersendiri yang dimiliki manajerial organisasi lembaga BPJS
Kesehatan.
Dalam menjelaskan peran dan gaya kepemimpinan yang diterapkan
lembaga BPJS kesehatan dengan menggunakan kerangka teori. Kerangka teori
yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori kepemimpinan situasional,
kepemimpinan arah-tujuan, dan kepemimpinan members-exchanges. Dari hasil
menghubungkan antara ketiga teori dengan kepemimpinan pada lembaga BPJS
Kesehatan dapat digambarkan dengan 3 dimensi, yaitu kepemimpinan BPJS
Kesehatan dengan berfokus pada para pengikut dimana pemimpin melihat
kemampuan dan motivasi pengikut, perilaku kepemimpinan yang selalu
memberikan arahan, dukungan, partisipasi serta orientasi prestasi kepada
bawahanya, dan para pemimpin mampu membangun hubungan sosial yang baik
dengan bawahanya dalam kelompok (in-group) unit kerja maupun diluar
kelompok (out-group) dalam menciptakan efektifitas kepemimpinan, sehingga
tujuan organisasi yang ditentukan dapat tercapai.
vi
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kepemimpinan dalam
Organisasi: Studi Kasus Kepemimpinan Pada Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa peneliti
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga nantinya di akhirat
kelak kita diberi syafaatnya.
Banyak kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Prosesnya
yang cukup sulit menguji fisik serta mental peneliti. Alhamdulillah dengan bantuan
banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat rampung, peneliti ingin berterima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Prof.Dr.Bachtiar Effendi (Selaku Dekan FISIP),
Prof.Dr.Yusron Razak (Selaku Pembimbing Akademik), Prof.Dr.Zulkifli (Selaku Ketua
Prodi Sosiologi), Husnul Khitam, M.Si (Selaku Sekretaris Prodi Sosiologi), Mohammad
Hasan Ansori, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa selalu
memberikan arahan dan seluruh dosen Sosiologi yang tak dapat disebutkan satu persatu.
Kemudian, terima kasih peneliti haturkan kepada Bapak Jajang (Staff Jurusan) yang
membantu hal administratif. Segenap manajerial BPJS Kesehatan, khususnya Kepala
Departemen Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan Bapak Irfan Humaidi dan juga
tentunya kepada seluruh informan yang telah memberikan waktu dan informasi yang
peneliti butuhkan. Selanjutnya, peneliti berterima kasih kepada Bapak H. Aan Tarnaedi
dan Ibu Hj. Ropunih selaku orang tua tercinta yang senantiasa ikhlas berdoa untuk
menyegarkan hati peneliti dalam proses skripsi ini. Kemudian, kepada teman-teman UIN
yang tak dapat disebutkan satu persatu. Terakhir, peneliti untaikan terima kasih kepada
kekasih tercinta Ayu Pertiwi yang menjadi motivasi dan inspirasi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat peneliti harapkan guna perbaikan di kemudian hari.
Peneliti berharap nantinya hasil dari penelitian ini berguna baik dalam segi akademis
maupun kapada lembaga BPJS Kesehatan.
Jakarta, 20 November 2014
Abdul Yasir Baasith
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah …………………………………………….... 1
B. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………… 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………. 10
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………... 11
E. Kerangka Teoritis
1. Konsep Kepemimpinan ………………………………………... 15
2. Pendekatan Teori Kepemimpinan
a) Kepemimpinan Situasional …………………………….. 17
b) Kepemimpinan Arah-Tujuan …………………………... 19
c) Kepemimpinan Member-Exchange ……………………. 20
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ………………………………………….. 21
2. Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 22
3. Subjek Penelitian ………………………………………………. 23
4. Lokasi Penelitian dan Waktu …………………………………... 24
5. Analisis Data ………………………………………………….... 24
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………… 25
BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA BPJS KESEHATAN
A. Sejarah Terbentuknya ……………………………………………… 26
B. Visi dan Misi ………………………………………………………. 29
C. Fungsi, Tugas dan Wewenang ……………………………………... 30
D. Manfaat Jaminan Kesehatan, Iuran dan Kepesertaan
Lembaga BPJS Kesehatan
1. Manfaan Jaminan Kesehatan ………...………………………… 32
2. Iuran ……………………………………………………………. 33
3. Kepesertaan …………………………………………………….. 34
E. Struktur Organisasi ………………………………………………… 36
F. Pengambilan Keputusan dan Rekrutment Manajerial ……………… 38
BAB III KEPEMIMPINAN DALAM LEMBAGA BPJS KESEHATAN
A. Kepemimpinan Yang Diterapkan BPJS Kesehatan
1. Kepemimpinan Situasional …………………………………….. 42
2. Kepemimpinan Arah-Tujuan …………………………………... 44
3. Kepemimpinan Members-Exchenge ………………………….... 50
B. Faktor Terbentuknya Kepemimpinan Pada Lembaga BPJS Kesehatan
viii
1. Kepercayaan (trust) …………………………….…………….... 52
2. Resiprocity and Groups ……………………………………….. 54
3. Norms and Value ……………………………………………… 55
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….……... 58
B. Saran ……………………………………………………….………. 60
Daftar Pustaka ………………………………………………………….……... x
Lampiran-Lampiran
Lampiran I : Lembar Surat Pernyataan Kesediaan Pembimbing Skripsi
Lampiran II : Presensi Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran III : Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi
Lampiran IV : Lembar Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data
Lampiran V : Lembar Surat Pernyataan
Lampiran VI : Foto-Foto Lokasi Objek Penelitian
Lampiran VII : Pertanyaan dan Hasil Wawancara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Undang-Undang dan Keputusan Pemerintah
Tentang BPJS Kesehatan ……………………………………………… 3
Tabel I.F.4 Teknik Pengumpulan Data ……………..……………………… 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah pola kepemimpinan dalam organisasi
dengan mengambil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai
studi kasus. Secara lebih spesifik, skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan berbagai
bentuk kepemimpinan yang diterapkan dalam lembaga BPJS Kesehatan dan faktor yang
melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan pada lembaga tersebut.
Terkait dengan permasalahan kepemimpinan dalam sebuah organisasi, Suharman
menjelaskan bahwa pada dasarnya kepemimpinan merupakan elemen penting dalam
organisasi dan kegagalan atau keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh
bagaimana kepemimpinan dalam organisasi itu dapat dijalankan secara efektif
(Suharman, 2004:8:22). Jadi salah satu elemen penting dalam penentuan keberhasilan
suatu organisasi mewujudkan tujuannya adalah efektifitas kepemimpinan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan yang signifikan
terhadap kinerja pegawai dalam budaya organisasi untuk meningkatkan kualitas sebuah
perusahaan atau institusi (Sembroso Suroso 2013; Ida Ayu Brahmasari dan Agus
Suprayetno 2008;Rani Mariam 2010; Christina Yuliana 2010).
Dalam menunjukkan dan menentukan sesuatu kepemimpinan itu efektif atau tidak
merupakan suatu permasalahan yang tidak mudah. “Berbagai faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan tidak terlepas dari posisi organisasi itu sendiri, situasi khusus yang
dihadapi, karakteristik dari individu yang terlibat dalam kepemimpinan dan beberapa
faktor lainnya” (Suharman, 2004:8:25). Dengan demikian, tidaklah mudah mendapatkan
suatu ukuran yang secara tepat dapat menunjukkan suatu kepemimpinan itu efektif atau
2
tidak. Meskipun terdapat beberapa kesulitan, akan tetapi hal ini bukan berarti tidak
terdapat cara menjelaskan masalah efektifitas kepemimpinan, meskipun setiap cara yang
dipakai sangat disadari memiliki kelemahan atau kekurangan tertentu.
Salah satu cara yang dipakai untuk menjelaskan efektifitas kepemimpinan adalah
dengan kembali memahami esensi dari organisasi. Setiap organisasi senantiasa memiliki
tujuan tertentu yang hendak dicapai. Dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi
Organisasi” Suharman menyatakan bahwa Kepemimpinan dikatakan efektif jika
kepemimpinan itu dapat semua potensi dan sumber-sumber yang ada dalam dan di luar
organisasi ke-arah pencapaian tujuan tersebut (Suharman, 2004:8:23). Lebih lanjut lagi,
Fiedler menyatakan efektifitas kepemimpinan dengan melihat kemampuan pemimpin
melakukan kepemimpinannya (Suharman, 2004:8:23).
Zelznick melihat efektifitas kepemimpinan dalam empat fungsi yaitu; memberikan
batasan dan definisi mengenai peran dan misi organisasi, mewujudkan tujuan
institusional atau organisasional, mempertahankan keutuhan organisasi, menata kembali
dan meredakan konflik yang muncul dalam organisasi (Suharman, 2004:8:21).
“Pendapat lain melihat efektifitas kepemimpinan dikaitkan dengan bagaimana pemimpin
membangun hubungan sosial dan emosional dengan bawahanya” (Suharman,
2004:8:24). Ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengukur efektifitas
kepemimpinan adalah “seberapa jauh unit organisasi pemimpin tersebut berhasil
menunaikan tugas pencapaian sasaranya” (Gary Yukl. 2005:10).
Jadi, efektifitas kepemimpinan adalah pemimpin tersebut berhasil menunaikan tugas
pencapaian sasaranya. Dalam hal, administrasi publik lebih memerlukan the effective
leader yang mengajarkan kepada organisasinya untuk menjadi efektif dari pada the great
man dalam mencapai visi dan misinya. Administrasi publik yang efektif akan mampu
menghasilkan administrasi yang berkualitas baik. Karena pada saat ini dan di masa
3
mendatang hanya administrasi publik yang efektif yang mampu menghasilkan kebijakan
publik yang efektif dalam membangun iklim the effective culture bagi organisasi publik
itu sendiri maupun organisasi bisnis dan nirlaba.
Hal ini yang menjadi sebuah prioritas penting bagi pemerintah khusunya organisasi
publik dalam membangun iklim the effective culture di Indonesia. Untuk itu, sebagai
pemangku kekuasaan tertinggi yang memiliki kebijakan publik agar dapat membangun
administrasi publik yang efektif. Pemerintah membangun sebuah kebijakan dengan
berkerjasama berbagai unsur baik organisasi publik, organisasi bisnis dan nirlaba dalam
mengatasi permasalahan yang ada khususnya permasalahan kesehatan di Indonesia.
Sebagai bentuk pengamalan Undang-Undang dasar nomor 40 tahun 2004 dan
Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, maka pada tanggal 1
Januari 2014 pemerintah resmi mendirikan layanan BPJS Kesehatan sebagai bentuk
langkah penting bagi pemerintah untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih layak
dan lebih baik, terutama untuk masyarakat lapisan bawah "Melalui BPJS kesehatan”.
Tabel I.A.1
Peraturan Undang-Undang dan Pemerintah Tentang BPJS Kesehatan
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun
2012
Keputusan Pemerintah Undang-Undang
Peraturan Presiden Nomor
44 Tahun 2008
Peraturan Menteri Nomor
36 Tahun 2008
Keputusan MK Nomor
007 PUU III 2005
Keputusan MK Nomor
050 PUU VII 2010
Keputusan MK Nomor
008 PUU IX 2011
Keputusan Presiden
Nomor 110 m 2008
Undang-Undang
Nomor 40 Tahun
2004
Undang-Undang
Nomor 24 Tahun
2011
4
Melalui program BPJS Kesehatan ini pemerintah akan menanggung biaya asuransi
untuk penduduk yang tidak mampu dan rentan yang jumlahnya sekitar 86,4 juta dan
mengalokasikan dana Rp 19,93 triliun pada APBN 2014. Diharapkan, lembaga BPJS
kesehatan ini nantinya mampu memenuhi hak sehat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan begitu diharapkan peserta lembaga BPJS Kesehatan mendapat pelayanan yang
baik sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan.
Sebagai lembaga negara, lembaga BPJS Kesehatan bertugas untuk menyatukan
berbagai bentuk jaminan sosial kesehatan yang sudah ada sebelumnya seperti Asuransi
Kesehatan (ASKES), Asuransi Kesehatan ABRI (ASABRI), dan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) dalam satu lembaga dengan tujuan terpenuhinya jaminan
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia (Universal Health Coverage).
Urgensi kepemimpinan sangat diperlukan karena bentuk organisasi BPJS Kesehatan
yang pertama, sebagai lembaga National Health Care bersifat menjadi payung dari
semua lembaga yang ada sebelumnya. Sesuai dengan pergeseran paradigma di bidang
kesehatan dan sejalan dengan penerapan sentralisasi sekaligus untuk menghadapi
berbagai tantangan yang terkait dengan era globalisasi dan informasi yang menuntut
transparansi dan akuntabilitas.
Lembaga BPJS Kesehatan ideal dibangun sebagai “salah satu terobosan” di bidang
pengembangan fungsi dan institusi yang mempunyai tujuan akhir pada keterjangkauan
pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Karena lembaga yang
sudah ada dinilai kurang berhasil dalam memberikan manfaat kesehatan yang berarti
kepada para penggunanya. Kualitas pelayanan kesehatan diharapkan bermutu serta
berorientasi kepada kepuasan pelanggan atau masyarakat.
Kedua, hal yang menjadi urgensi kepemimpinan adalah pengelolaan lembaga BPJS
Kesehatan merupakan proses yang tidak mudah, hal ini karena membutuhkan kordinasi
5
dari berbagai stackeholder seperti rumah sakit, pemahaman dokter akan program BPJS
Kesehatan, puskesmas, apoteker, dan kesiapan fasilitas kesehatan. Pada prinsipnya,
untuk mencapai keberhasilan mengenai asuransi kesehatan nasional (National Health
Insurance) diperlukan upaya pengorganisasian yang baik terutama manajerial pada
setiap elemen yang memiliki kepentingan dalam hal ini.
WHO, sebagai lembaga tinggi kesehatan dunia menyatakan bahwa asuransi
kesehatan "sosial" (SHI) di negara berkembang bertujuan melindungi semua kelompok
masyarakat terhadap resiko keuangan karena sakit. Namun ada kesulitan besar dalam
pelaksanaan dikarenakan kurangnya konsensus dan perhatian tentang tingkat solidaritas
keuangan, masalah dengan pelayanan kesehatan, dan kemampuan manajerial yang
memadai (Guy Carrin, 2002:1).
Seperti halnya kasus yang terjadi di Meksiko kurangnya perlindungan finansial
adalah hambatan utama dalam penerapan National Health Insurance. Walaupun
Meksiko telah melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan kinerja sistem
kesehatan dengan mendirikan Sistem Perlindungan Sosial di Kesehatan (SSPH), yang
telah memperkenalkan aturan keuangan baru dan insentif (Julio Frenk et.al, 2006:1524).
Program Asuransi Kesehatan Nasional Taiwan hanya berjalan sebentar dan
mengalami masalah. Untuk menyelesaikan permasalah itu, akhirnya pemerintah Taiwan
memperkenalkan peraturan pensiun baru Taiwan dan strategi terpadu untuk memecahkan
masalah NHI Taiwan dengan menggabungkan NHI pensiun individual (Tsung-Mei
Cheng, 2003; Chiu-Cheng Chang, 2006:172-173). Problem kesehatan sosial tidak hanya
dialami oleh Negara berkembang. Negara barat yang maju seperti Amerika juga
mengalami permasalahan dalam menciptakan asuransi kesehatan nasional.
Seperti yang diungkapkan oleh Jill Quadagno dalam jurnal yang berjudul Health
and Social Behavior Tahun 2004, menyatakan bahwa “Amerika Serikat adalah satu-
6
satunya negara industri barat yang gagal untuk menyediakan cakupan kesehatan
universal. Perawatan kesehatan dan mobilisasi pemangku kepentingan menjadi faktor
kendala utama untuk asuransi kesehatan nasional dikarenakan kepentingan politik dan
kapitalis” (Jill Quadagno, 2004:25-44). Untuk itu, dalam menerapkan National Health
Insurance sebagai sebuah langkah awal untuk tujuan terpenuhinya jaminan kesehatan
bagi seluruh masyarakat Indonesia (Universal Health Coverage), diperlukan adanya
transparansi manajemen, pengelolaan organisasi yang baik, pemimpin yang mampu
memiliki orientasi masa depan dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan
yang ada atau yang nantinya akan menjadi penghambat dalam membangun sebuah
organisasi lembaga kesehatan yang baik.
Subsidi kesehatan yang diberikan pemerintah berupa Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dapat berperan secara efektif apabila didukung dengan
pengorganisasian yang baik dari setiap pemimpin yang memiliki kendali dan kekuasaan
dalam menjalankan roda kelembagaan tersebut. Hal ini, yang menuntut lembaga BPJS
Kesehatan untuk memiliki organisasi dan pengelolaan (manajemen dan/atau
administrasi) yang efektif dalam istitusional building guna menciptakan good corporate
governance.
Untuk itu, diperlukan kepemimpinan yang efektif dalam menjalankan
pengorganisasian kelembagaan tersebut. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M
Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT
Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014. PT Askes
selaku Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan lembaga asuransi kesehatan yang
7
dibentuk oleh pemerintah maupun perusahaan yang dikelola swasta yang ada di
Indonesia dalam hal kepemimpinan dalam organisasi.
Dimana manajerial (seorang pemimpin) dalam lembaga BPJS Kesehatan memiliki
karakter kepemimpinan membuat konsep akan masa depan dengan melihat kebutuhan
layanan masyarakat dari aspek kesehatan yang semakin tinggi dengan menekankan pada
tingkat solidaritas keuangan dengan biaya yang rendah. Seperti yang diungkapkan oleh
informan yang berinisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat yang
menyatakan, lembaga BPJS Kesehatan menekankan pada aspek budaya gotong-royong
dalam menanggulangi biaya kesehatan. (IH 2014).
Selain hal itu, BPJS Kesehatan memberikan keyakinan dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat dalam menghapuskan memori kelam ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah selama ini, dikarenakan
peserta masih dipungut biaya untuk obat jenis tertentu ditambahkan dengan persoalan
mengenai data yang belum valid tentang jumlah orang miskin dan tidak mampu. Untuk
itu, dalam menyelesaikan permasalahan ini, BPJS Kesehatan bersikap transparan dan
akuntabilitas dengan selalu mengembangkan sarana pelayanan informasi mengenai
pelayanan, iuran, kepesertaan, dan pengelolaan dana kepada masyarakat. (DHK 2014).
Kesemua itu dimiliki kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan
yang selalu mengedepankan visi dan misi dalam menjalankan organisasi lembaga
tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang bernisial IH selalu membangun
visi yang sama untuk mencapai tujuan organisasi. (IH 2014). Visi dan misi lembaga
BPJS Kesehatan tidak akan berjalan tanpa adanya kepemimpinan yang efektif.
Kepemimpinan menjadi faktor pertama keberhasilan dalam membangun sebuah
organisasi atau lembaga. Karena “pada setiap organisasi, pemimpin mempunyai tugas
8
mengkreasikan nilai kepada organisasi disepanjang ia memimpin” (Riant Nugroho.
2003:297).
Sesuai dengan pandangan peneliti, pada dasarnya kepemimpinan lembaga BPJS
memiliki kemampuan membuat konsep akan masa depan dan kekuatan jaringan
hubungan yang dimiliki, adanya keberanian, kemauan untuk bertanggung jawab atas
keyakinanya sesuai dengan apa yang dikemukakan salah satu Guru Besar Universitas
Gadjah Mada oleh Gunawan Sumodiningrat bahwa “kunci keunggulan kepemimpinan
terdiri dari lima elemen dalam keberhasilan membangun organisasi yaitu karakter,
kredibilitas, nilai, keteladanan, dan harapan” (Riant Nugroho. 2003:297). Keunggulan
itulah yang mendasari peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai kepemimpinan
dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
Kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS lebih terstruktur. Hal tersebut dapat
kita lihat dari pembagian kewenangan di setiap kepengurusannya. Organisasi lembaga
BPJS terdiri dari DP (Dewan Pengawas) yang memiliki wewenang untuk mengawasi
jalanya roda organisasi lembaga dan DU (Direksi Utama) yang mempunyai kewenangan
tertinggi, dan divisi regional yang mempunyai kewenangan di tingkatan yang paling
bawah (setingkat RT). Struktur itulah yang memudahkan lembaga BPJS Kesehatan
dalam menjalankan organisasi yang dilakukannya karena mengikuti jalur formal atau
legal.
Alasan lain yang membuat peneliti tertarik ialah dengan mengacu pada yang
diungkapkan John Kotter dari Harvard Business School bahwa Kepemimpinan, adalah
tentang mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan
suatu visi masa depan; maka mereka menyelaraskan orang dengan mengkomunikasikan
visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan (Robbins, 2001:313). Hal ini,
yang selalu menjadi prioritas BPJS Kesehatan dalam mengedepan visi organisasi sebagai
9
lembaga jaminan kesehatan nasional seperti yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat yang menyatakan, selalu
mengedepankan visi organisasi lembaga BPJS Kesehatan, dalam memberikan manfaat
pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
secara transparan dan handal. (IH 2014).
Keberhasilan yang dicapai lembaga BPJS Kesehatan dalam membangun institusi
dalam menciptakan good corporate governance tidak terlepas adanya sistem
pengorganisasian yang baik dalam lembaga tersebut. Adanya pengendalian manajerial
(seorang pemimpin) dalam lembaga BPJS Kesehatan menjadi faktor penting dalam
membangun lembaga ini. Karena manajerial (seorang pemimpin) memiliki peran sentral
dan gaya kepemimpinan tersendiri dalam memimpin sebuah lembaga atau institusi
(Suharman, 2004:8:1).
Dari hal ini, diharapkan agar nantinya BPJS Kesehatan menjadi sebuah lembaga
subsidi kesehatan yang diberikan oleh pemerintah atau organisasi publik yang
berkerjasama dengan organisasi bisnis, sebagai salah satu lembaga organisasi nirlaba
yang dapat menumbuhkan perekonomian dan memberikan subsidi layanan kesehatan
bagi masyarakat Indonesia. Serta untuk mengiringi pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi global dalam membangun iklim the effective culture.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran secara jelas dan lengkap. Khususnya
tentang kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan, peneliti memandang
perlu untuk dilakukan penelitian tersendiri secara lebih seksama dan mendalam.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi awal untuk melakukan
studi secara lebih luas baik oleh kelompok, maupun perorangan.
10
Dari latar belakang masalah di atas, untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan
mengambil judul: “Kepemimpinan Dalam Organisasi: Studi Kasus Kepemimpinan
Pada Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.”
B. Pertanyaan Penelitian
Berangkat dari pokok permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, yaitu:
a. Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan pada lembaga BPJS Kesehatan?
b. Faktor apa yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, tentunya memiliki dasar tujuan dan manfaat yang ingin
didapatkan.
1. Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kepemimpinan yang diterapkan
pada lembaga BPJS Kesehatan.
b. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan faktor yang melatarbelakangi
terbentuknya kepemimpinan tersebut.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
Sosiologi terutama dalam hal mengetahui permasalahan-permasalahan
sosial-organisasi, khususnya mengenai kepemimpinan dalam organisasi.
11
b. Manfaat secara praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
segala bentuk kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi lembaga
BPJS Kesehatan.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan ini, peneliti telah melakukan tinjauan
pustaka terlebih dahulu. Peneliti telah membaca jurnal dan thesis yang berhubungan
dengan penelitian kepemimpinan dalam organisasi. Pada awal pencarian literature
review terkait penelitian ini, peneliti mengutip dari suatu jurnal penelitian yang
dilakukan Avin Fadilla Helmi dan Iman Arisudana (2009) dalam jurnal Psikologi UGM
dengan judul “Kepemimpinan Transformasional, Kepercayaan dan Berbagi
Pengetahuan dalam Organisasi”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi berbagi
pengetahuan karyawan dalam suatu organisasi dengan menggabungkan kepemimpinan
transformasional dan kepercayaan sebagai prediktor pengetahuan berbagi perilaku
(Fadilla Helmi& Iman Arisudana. 2009:97). Penelitian ini menemukan bahwa
kepemimpinan transformasional, kepercayaan organisasional,manajemen percaya dan
rekan kerja kepercayaan bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku berbagi pengetahuan denganr = 0.264. Koefisien regresi juga menunjukkan
hanya ada kepercayaan rekan kerja yang memilikiyang paling berpengaruh signifikan
terhadap perilaku berbagi pengetahuan (2009:105).
Meringkas sebuah jurnal yang ditulis oleh Jarot Sembodo Suroso (2013) yang
berjudul “Competitive Intelligence: Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan
dan Kepercayaan Terhadap Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kualitas
Perguruan Tinggi”. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
12
setiap perubahan atau variasi dari Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Trust
dapat berpengaruh kepada Komitmen Organisasi.Komitmen Organisasi dari dosen pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas perguruan tinggi (Jarot Sembodo. 2013:ix).
Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno (2008) dalam jurnal yang berjudul
“Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei
Hai International Wiratama Indonesia)”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
motivasi kerja, kepemimpinan, dan budaya organisasi secara signifikan berhubungan
dengan kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan, bagaimanapun, adalah negatif terkait
dengan kepuasan kerja karyawan.
Motivasi kerja tidak signifikan terkait dengan kinerja perusahaan dipengaruhi oleh
variabel intervening adalah kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan dan budaya
organisasi secara signifikan berhubungan dengan kinerja perusahaan Dari hasil ini, ada
dua conclutions utama yang dapat ditarik dalam penelitian ini. Pertama, motivasi kerja
tidak dapat berhubungan langsung dengan kinerja perusahaan jika tidak terhubung
dengan pekerjaan variabel kepuasan karyawan. Dan kesimpulan kedua adalah bahwa
leaderhip tersebut berhubungan negatif dengan kepuasan kerja karyawan (Ida Ayu&
Agus Suprayetno. 2008:ix).
Rani Mariam (2010) dalam thesis memperoleh gelar Magister
ManajemenUniversitas Diponegoro dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Karyawan
Sebagai Variabel Intervening Studi Pada Kantor Pusat PT.Asuransi Jasa Indonesia
(PERSERO)”. Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan. Pengaruh
dari gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja adalah signifikan dan positif, pengaruh
13
dari budaya organisasi terhadap kepuasan kerja adalah signifikan dan positif; pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif; pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif; dan pengaruh
kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif (Rani Mariam.
2010:ix).
Christina Yuliana (2010) dalam jurnal yang berjudul Peran Kepemimpinan Dalam
Pencapaian Kinerja Organisasi Melalui Budaya, Strategi, Dan Sistem Akuntansi
Manajemen Organisasi.Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
seberapa jauh kesesuaian (fit) antara gaya kepemimpinan (transformasional dan
transaksional) dan variabel kontekstual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Secara
khusus, bertujuan untuk: Pertama, mempelajari pengaruh langsung gaya kepemimpinan
(transformasional dan kepemimpinan transaksional) terhadap kinerja organisasi.
Kedua, Mempelajari pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan
(transformasional dan transaksional) terhadap kinerja organisasi melalui: (i) budaya
organisasi; (ii) strategi organisasi; (iii) sistem akuntansi manajemen; (iv) budaya dan
sistem akuntansi manajemen organisasi; (v) strategi dan sistem akuntansi manajemen
organisasi; (vi) budaya, strategi dan sistem akuntansi manajemen organisasi (Christina
Yuliana. 2004:4).
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: gaya kepemimpinan
berpengaruh signifikan terhadap budaya organisasi, budaya organisasi berpengaruh
terhadap strategi organisasi, strategi organisasi berpengaruh terhadap sistem akuntansi
manajemen 24 organisasi, dan sistem akuntansi manajemen organisasi berpengaruh
terhadap kinerja organisasi. Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh langsung terhadap
sistem akuntansi manajemen, tetapi sistem akuntansi manajemen berpengaruh langsung
dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Tidak terciptanya kesesuaian (fit) antara gaya
14
kepemimpinan dan sistem akuntansi manajemen disebabkan oleh adanya variabel lain
sebagai variabel mediasi, yaitu strategi organisasi (2004:23-24)
Terkait dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai kepemimpinan
dalam organisasi sesuai dengan apa yang terdeskripsikan diatas, dapat disimpulkan
sebagai berikut;
1. Kepemimpinan transformasional, kepercayaan organisasional, manajemen
percaya dan rekan kerja kepercayaan bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku berbagi pengetahuan.
2. Setiap perubahan atau variasi dari Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan
dan Trust dapat berpengaruh kepada Komitmen Organisasi. Komitmen
Organisasi dari dosen pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas perguruan
tinggi.
3. Kepemimpinan dan budaya organisasi secara signifikan berhubungan
dengan kinerja perusahaan.
4. Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan.
5. Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap budaya organisasi,
budaya organisasi berpengaruh terhadap strategi organisasi.
Dari apa yang sudah disimpulkan terkait hasil riset penelitian yang dilakukan
sebelumnya mengenai kepemimpinan dalam organisasi. Dalam justifikasi studi peneliti
tentang kepemimpinan dalam orgnanisasi. Maka ditemukan adanya kesamaan dalam
riset penelitian ini yaitu terkait kepemimpinan memiliki pengaruh dan nilai yang
signifikan dalam organisasi atau kinerja sebuah lembaga. Disini dapat kita lihat adanya
pengaruh dan nilai signifikan kepemimpinan dalam organisasi atau lembaga dalam
membangun institusi guna menciptkan good corporate gorvernance.
15
Adapun perbedaan riset terdahulu dengan penulis terkait kepemimpinan dalam
organisasi. Dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada kepemimpinan dalam
organisasi lembaga BPJS Kesehatan dengan melihat dari aspek sosiologis. Dengan unit
analisisnya yaitu manajerial (pemimpin kepala bagian) dan followers (anggota atau
pegawai) lembaga BPJS Kesehatan dalam struktur organisasi. Penelitian ini juga
menggunakan analisis pendekatan teori kepemimpinan situasional, teori kepemimpinan
arah-tujuan dan teori kepemimpinan members-exchange. Dengan didasari justifikasi
perbedaan penelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian akan hal ini
guna menambah khazanah ilmiah sosiologi-organisasi tentang kepemimpinan dalam
organisasi.
E. Kerangka Teoritis
1. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan elemen penting dalam organisasi. Kegagalan atau
keberhasilan suatu organisasi terletak pada kepemimpinan dari organisasi itu. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak contoh yang dapat dilihat. “Ketika suatu perusahaan atau
organisasi bisnis mengalami keberhasilan, dimana perkembangan usahanya
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, maka yang pertama-tama mendapatkan
sanjungan adalah para pemegang kendali dari perusahaan itu, yaitu para manajer yang
menjalankan fungsi kepemimpinan” (Suharman, 2004:8:1).
Sebaliknya, jika suatu “usaha bisnis mengalami kebangkrutan, misalnya salah urus
dalam manajemen sehingga mengalami kerugian besar dan terjadi kebocoran anggaran
serta penyimpangan lainnya yang menyebabkan kekacauan dalam keuangan dan
macetnya kegiatan usaha itu, maka yang pertama akan dituding dan bahkan akan diganti
16
adalah para pengambil keputusan dalam usaha itu, yaitu para manajer yang menjalankan
kepemimpinan dalam organisasi bisnis itu” (Suharman, 2004:8:1).
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan sebuah “kondisi sebagai pelaksana
panutan atau penganutan orang banyak kepada seseorang atau kelompok tertentu karena
berbagai kelebihanya pada bidang pengetahuan, kekuasaan dan status lainnya, sehingga
pihak tersebut mempengaruhi tindakan sejumlah orang yang mengikutinya. Suatu
tindakan pengkoordinasian dan mengarahkan kegiatan serta kepentingan sekelompok
orang lain” (Kartasoeputra & Hartini. 2010:230).
Menurut Ir. Gatot Iswantoro dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan dengan
hati nurani menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah seni mengelola dan memberdaya
sekelompok orang atas dasar kekuatan kepribadian untuk mendapatkan sesuatu kinerja
dan kinerja yang optimal dan memiliki nilai tambah bagi kelompok tersebut” (Gatot
Iswantoro. 2003:24). Masih dalam bukunya Ir. Gatot Iswantoro mengutip dari Humphill
(1945) terkait permasalahan definisi kepemimpinan bahwa “Kepemimpinan adalah
langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan
bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan” (2003:24).
Berbeda dengan definisi sebelumnya mengenai kepemimpinan, menurut George R
Terry merumuskan kepemimpinan itu adalah “aktivitas untuk mempengaruhi orang-
orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi” (Miftah Thoha, 2008:259). Menurut
Paul Hersey dan Ken Blanchard, “pemimpin adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi” (Asplazain, 2010:3).
Oleh karena itu kepemimpinan secara umum menunjuk pada kemampuan atau
kecakapan, kualitas dan tingkah laku yang berkaitan dengan peran pemimpin kelompok.
Peran ini dapat dimiliki seseorang berdasarkan pada pengalaman dan karakteristik
17
seseorang, atau dimiliki berdasarkan tradisi dan atau posisi yang diduduki. Secara
eksplisit pendapat Theodorson mengenai “kepemimpinan menunjuk pada pelaksanaan
pengaruh atau wewenang dalam suatu hubungan sosial atau dalam suatu kelompok sosial
yang dilakukan oleh satu atau beberapa anggota kelompok sosial tersebut” (Suharman,
2004:8:2-3).
Dengan mengacu pandangan Etzioni mengenai kepemimpinan menunjuk pada
“kemampuan atau kecakapan, yang bersumber dari kualitas personal yang dimiliki
seorang pemimpin, untuk mendapatkan ketaatan sukarela dari para pengikut dalam
beberapa hal” (Suharman, 2004:8:3). Kepemimpinan juga dapat dipandang sebagai
proses dipengaruhinya berbagai aktifitas dari seseorang atau sekelompok orang dalam
upaya untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.
Berkaitan dengan pandangan Etzioni mengenai kepemimpinan yang dipengaruhi
oleh berbagai aktifitas dalam upaya mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.
Untuk itu, Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mengembangkan sebuah model
kepemimpinan dalam pengembangan manajemen yaitu teori kepemimpinan situasional
yang dikutip oleh Stephen P Robbins dalam bukunya yang berjudul Organizational
Behavior (Robbins, 2001:322).
2. Pendekatan Teori Kepemimpinan
a) Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership Theory [SLT])
Stephan P Robbins dalam bukunya menjelaskan bahwa teori kepemimpinan
situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard merupakan teori kontingensi
yang berfokus pada para pengikut. “Penekanan para pengikut dalam efektifitas
kepemimpinan mencerminkan kenyataan bahwa itu adalah pengikut yang menerima atau
menolak pemimpin. Terlepas dari apa yang pemimpin lakukan, Efektifitas tergantung
pada tindakan pengikutnya” (Robbins, 2001:322).
18
Ini merupakan dimensi penting yang telah diabaikan atau underemphasized di
sebagian besar teori-teori kepemimpinan. Kesiapan jangka panjang, seperti yang
didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard, mengacu pada sejauh mana orang-orang
memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
SLT dasarnya memandang hubungan pemimpin-pengikut sebagai analog dengan antara
orangtua dan anak. Sama seperti orangtua perlu melepaskan kontrol sebagai seorang
anak menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab, demikian pula seharusnya para
pemimpin.
Lebih lanjut lagi, Paul Hersey dan Ken Blanchard yang dikutip oleh Stephen P
Robbins dalam bukunya Organizational Behavior mengidentifikasi empat perilaku
kepemimpinan yang spesifik tergantung pada kemampuan dan motivasi pengikut,
sebagai berikut;
Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku pemimpin yang spesifik
tergantung pada kemampuan dan motivasi pengikut. Jadi SLT mengatakan jika
pengikut tidak mampu dan tidak mau melakukan tugas, pemimpin perlu
memberikan arah yang jelas dan spesifik, jika pengikut tidak mampu dan
bersedia, pemimpin perlu untuk menampilkan orientasi tugas yang tinggi untuk
mengkompensasi kurangnya pengikut dalam kemampuan dan hubungan
orientasi tinggi untuk mendapatkan pengikutnya untuk mengikuti keinginan
pemimpin. Jika pengikut mampu dan mau, pemimpin perlu untuk menggunakan
gaya yang mendukung dan partisipasi, dan jika karyawan keduanya mampu dan
mau, pemimpin tidak perlu berbuat banyak. (Robbins, 2001:322)
SLT memiliki daya tarik intuitif. Ini mengakui pentingnya pengikut dan dibangun di
atas logika bahwa para pemimpin dapat mengimbangi kemampuan dan keterbatasan
motivasi dalam pengikutnya. Hal ini terlihat dengan adanya gaya kepemimpinan yang
mendukung dan partisipasi terhadap pengikutnya. Gaya kepemimpinan yang mendukung
dan partisipasi juga dikemukakan oleh Victor Vroom dan Philip Yetton (1973) yang
mengembangkan “model pemimpin-partisipasi yang terkait perilaku kepemimpinan dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan” (Robbins, 2001: 325-326).
19
b) Teori Kepemimpinan Arah-Tujuan (path-goals)
Salah satu pendekatan untuk kepemimpinan adalah teori arah-tujuan (parth-goals)
yang dikembangkan oleh Robert House. Istilah path-tujuan ini berasal dari keyakinan
bahwa pemimpin yang efektif memperjelas jalur untuk membantu pengikut mereka dari
mana mereka dapatkan terhadap pencapaian tujuan pekerjaan mereka dan melakukan
perjalanan sepanjang jalan lebih mudah dengan mengurangi hambatan.
Inti dari teori arah-tujuan adalah bahwa pemimpin bertugas untuk membantu
pengikut dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberikan arah yang diperlukan
dan atau dukungan untuk memastikan bahwa goals mereka sesuai dengan tujuan
keseluruhan dari kelompok atau organisasi (Robbins, 2001:323). Robert House
mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yaitu:
a) Pemimpin direktif
Memungkinkan pengikut tahu apa yang diharapkan dari mereka, jadwal
pekerjaan yang harus dilakukan, dan memberikan bimbingan khusus tentang
bagaimana untuk menyelesaikan tugas.
b) Pemimpin mendukung
Pemimpin yang memiliki perilaku gaya yang ramah dan menunjukkan
kepedulian terhadap kebutuhan pengikut.
c) Pemimpin partisipasi
Pemimpin berkonsultasi dengan pengikut dan menggunakan saran-saran mereka
sebelum membuat keputusan.
d) Pemimpin yang berorientasi prestasi
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan pengikutnya
untuk melakukan tingkat tertinggi.
20
Robert House berasumsi pemimpin adalah fleksibel bahwa pemimpin yang sama
bisa menampilkan setiap atau semua perilaku tersebut tergantung pada situasi. Pada
prinsipnya teori arah-tujuan yang dikembangkan House ini memiliki kesamaan dengan
yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard dengan penekanan pada situasi
pengikutnya. Lebih lanjut lagi, teori ini menyatakan bahwa perilaku seorang pemimpin
dapat diterima oleh bawahan sejauh mereka melihatnya sebagai sumber kepuasan baik
langsung atau masa depan.
c) Teori Kepemimpin Member-Exchange
Berbeda dengan pendekatan teori situasional dan teori arah-tujuan.Teori pertukaran
pemimpin-anggota (members-exchange) berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para
pemimpin membangun hubungan khusus dengan sekelompok kecil pengikut mereka
(Robbins, 2001:324). Orang-orang ini membentuk kepercayaan dalam kelompok
mereka, mendapatkan jumlah yang tidak proporsional perhatian pemimpin, dan lebih
mungkin untuk menerima hak-hak istimewa. Pengikut lainnya jatuh ke dalam out-group,
pemimpin membuat kedalam kelompok dan diluar kelompok, dan bawahan dengan
status dalam kelompok akan memiliki peringkat yang lebih tinggi kinerja, keinginan
berpindah yang lebih rendah, dan kepuasan yang lebih besar dengan atasan mereka serta
kepuasan secara keseluruhan akan lebih tinggi dari out-group.
Untuk itu dalam hal mengenai analisis kepemimpinan dalam organisasi
menggunakan tiga pendekatan teori kepemimpinan yaitu teori kepemimpinan
situasional, teori kepemimpinan arah-tujuan, dan teori kepemimpinan pertukaran
pemimpin-anggota sebagai landasan penelitian guna mempermudah dalam menjelaskan
pola kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
Itulah paparan teori yang dimaksudkan guna memberikan kemudahan dalam
menjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian yang terkait akan fokus penelitian,
21
tentang bagaimana kepemimpinan yang diterapkan pada lembaga BPJS Kesehatan dan
faktor apa yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan tersebut.
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ialah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ilmiah yang berguna untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
1) Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
penelitian ini dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian yang dapat
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah
laku yang dapat diamati secara mendalam dari orang-orang yang diteliti (Lexy J.
Moleong 2009:3). Disamping itu, pendekatan penelitian ini juga menekankan pada
persoalan kedalaman data bukan banyaknya data tersebut. Karena data yang didapat
akan relevan apabila dalam penelitian data yang didapat dari informan merupakan
suatu hal yang memang menjadi problem permasalah tanpa dibuat-buat atau
direkayasa oleh informan. Penelitian ini juga berusaha menerangkan suatu
fenomena sosial-organisasi mengenai kepemimpinan dalam organisasi. Fenomena
sosial-organisasi menjadi salah satu akar pokok permasalah yang sangat menarik
untuk dilakukan penelitian yang dalam guna mendapatkan hasil saintifik yang lebih
konkret dan menambah khazanah dalam disiplin ilmu sosiologi organisasi.
Sedangkan dalam penelitiannya menggunakan metode studi kasus. Metode studi
kasus digunakan karena peneliti ingin menerangkan suatu peristiwa yang sedang
terjadi di dalam pengorganisasian lembaga BPJS Kesehatan khususnya para
manajerial dan kepala bagian lembaga tersebut. Walaupun secara garis besar pokok-
pokok problem sosial yang terjadi secara umumnya memiliki kecenderungan yang
22
sama. Namun perlu diingat setiap objek yang diteliti memiliki problem tersendiri.
Karena penelitian ini bersifat mendalam, dikarenakan untuk mendapatkan data yang
akurat, maka akan membutuhkan waktu yang relatif lama (Burhan Bungin.
2008:69).
2) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ;
a. Dengan wawancara mendalam atau bertatap muka secara langsung antara
penanya dengan informan yang dilengkapi dengan pedoman wawancara yang
sesuai agar mempermudah dalam mengajukan pertanyaan serta eksplorasi.
Teknik ini merupakan yang terbaik dalam mendapatkan data pribadi dan dapat
dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data (Husnainy Usman dan Purnomo
Setiadi Akbar 2008:57). Wawancara dilakukan terhadap 15 orang informan
yakni: IH, MD, HD, BP, DHK, AD, DI, US, SMW, IS, LH, AM, CD, SA, DS
yang terlibat langsung dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
b. Observasi, merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (2008:52). Hal tersebut dilakukan guna memperkuat
jawaban yang didapatkan dari informan agar lebih akurat. Peneliti
mengobservasi akan kegiatan-kegiatan para manajerial dan pegawai dalam
menjalin hubungan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan seperti
kegiatan senam pagi yang memang rutin dilakukan setiap hari jum’at dan selepas
itu diadakanya pengarahan yang diberikan oleh pimpinan BPJS kesehatan di
ruang aula gedung Dr. IGM Brataranuh MPH. Kemudian peneliti juga melihat
adanya hubungan sosial yang baik para atasan dan bawahan dengan saling
berinteraksi didalam maupun di luar aula selepas mengikuti pelaksanaan
23
pengarahan. Peneliti juga melihat kerja para manajerial dan pegawai di
sekretariatnya yang berlokasi di daerah Cempaka Putih Jakarta Pusat.
c. Dokumentasi, yaitu pengabadian melalui gambar, rekaman dan surat-surat resmi
lain yang dianggap perlu untuk mendukung hasil penelitian yang dilakukan.
Sumber data pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yaitu : data primer dan data
sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti.
Sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari ormas, lembaga atau institusi
tertentu (Lexy J. Moleong, 2009:156). Data primer diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan narasumber dalam hal ini para manajerial dan pegawai BPJS
kesehatan. Data sekunder diperoleh dari kesekretariatan BPJS Kesehatan yang berupa
data-data organisasi.
Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive sampling yang
bertujuan untuk memperluas informasi sebanyak-banyaknya dan dapat dipilih untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh terlebih dahulu, sehingga dimulai dari satu
menjadi makin lama semakin banyak dan sample ini tidak dapat ditentukan dengan
berapa jumlahnya seorang responden (Lexy J. Moleong 2009:186).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yang
merupakan model dari penelitian yang penelaahannya difokuskan kepada satu kasus
dan dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komperhensif. Sehingga
nantinya akan diperoleh pemahaman yang lebih tentang mengapa suatu permasalahan
terjadi dan dalam penelitian ini merujuk pada tulisan-tulisan yang berkaitan langsung
dengan masalah penelitian seperti: buku, artikel, jurnal, dan internet.
3) Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah kepala bagian atau manajerial dan pengawai
(followers) lembaga BPJS Kesehatan, informan yang akan diwawancarai sebanyak 15
24
orang yakni: IH, MD, HD, BP, DHK, AD, DI, US, SMW, IS, LH, AM, CD, SA, DS
yang memiliki kriteria sebagai berikut: lima orang yang merupakan manajerial BPJS
Kesehatan yaitu IH, MD, HD, BP, DHK dan sepuluh yang menjadi pegawai BPJS
Kesehatan sebagai bentuk komparasi dari data para manajerial yaitu; AD, DI, US,
SMW, IS, LH, AM, CD, SA, DS.
4) Lokasi Penelitian dan waktu
Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Letjen. Suprapto, Kav II No. 14, Cempaka
Putih, PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat yang merupakan kantor pusat dari lembaga
BPJS Kesehatan tersebut. Dan waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 2014
sampai dengan bulan September 2014. Adapun waktu penelitian ini dilakukan 30 hari
(terhitung dari 13 Agustus 2014 sampai dengan 5 September 2014), sehingga teknik
pengupulan data dapat diuraikan dalam table berikut;
Tabel I.F.4
Teknik Pengumpulan Data
5) Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan
No Informan Jenis Kelamin Jabatan Tanggal
1 IH Laki-Laki Kepala 13 Agustus 2014
2 AD Laki-Laki Staff 14 Agustus 2014
3 DI Wanita Staff 15 Agustus 2014
4 MD Laki-Laki Kepala 18 Agustus 2014
5 US Wanita Staff 19 Agustus 2014
6 SMW Wanita Staff 19 Agustus 2014
7 HD Laki-Laki Kepala 21 Agustus 2014
8 IS Wanita Staff 22 Agustus 2014
9 LH Laki-Laki Staff 26 Agustus 2014
10 BP Laki-Laki Kepala 28 Agustus 2014
11 CD Wanita Staff 29 Agustus 2014
12 AM Laki-Laki Staff 01 September 2014
13 DHK Laki-Laki Kepala 02 September 2014
14 SA Laki-Laki Staff 04 September 2014
15 DS Wanita Staff 05 September 2014
25
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara
melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi
informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah
dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian (Lexy J. Moleong, 2009:102).
Penganalisaan data dilakukan setelah hasil penelitian data diperoleh dan
kemudian diolah. Hal ini berguna untuk memahami kesesuaian hasil dengan masalah
yang diteliti agar mempermudah dalam penyusunan data dan pelaporan dikemudian
hari. Penyusunan tersebut disusun berdasarkan pembuatan kategorisasi agar urutan
data dapat terpola kemudian dilakukan pengecekan keabsahan data.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yang meliputi: Bab I yang
membahas pernyataan masalah, pertanyan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
Tinjauan Pustaka, Kerangka teoritis, metodologi Penelitian dan sistematika penulisan.
Selanjutnya pada bab II menjelaskan sejarah terbentuknya, visi dan misi, fungsi, tugas
dan wewenang lembaga BPJS Kesehatan, Manfaat Jaminan Kesehatan, Iuran dan Peserta
lembaga BPJS Kesehatan, struktur organisasi dan mekanisme pengambilan keputusan
dan rekrutment manajerial.
Kemudian pada bab III peneliti memaparkan temuan penelitian dengan menganalisis
hasil penelitian dan temuan-temuan dilapangan, mengenai kepemimpinan dalam
organisasi lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Terakhir
pada bab IV, yaitu bab penutup, peneliti menyimpulkan beberapa hal terkait dengan bab-
bab sebelumnya yaitu bab I-III, serta memberikan saran terkait permasalahan yang
dibahas.
26
BAB II
GAMBARAN UMUM LEMBAGA BPJS KESEHATAN
A. Sejarah Terbentuknya
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan lembaga
organisasi nirlaba yang berlandasan hukum Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang salah
satu tujuanya terpenuhinya jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia
(Universal Health Coverage). Sebagai sebuah langkah penting bagi pemerintah untuk
memberikan layanan kesehatan yang lebih layak dan lebih baik, terutama untuk
masyarakat lapisan bawah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Negara
Republik Indonesia.
Maka pada tanggal 1 Januari 2014 pemerintah resmi memberlakukan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Pemberlakuan BPJS Kesehatan merupakan tonggak sejarah bagi
pembangunan di Indonesia. Pemberlakuan BPJS tersebut akan menjadikan
pembangunan lebih adil, terutama bagi masyarakat yang belum mampu. Dengan BPJS
Kesehatan, maka masyarakat kurang mampu juga dapat meperoleh perlindungan dari
asuransi kesehatan.
Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi
tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau
biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan
seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan
dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran
27
ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”,
sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan
dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang
dideritanya. Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian.
Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja
dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun
kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang
semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
adalah 270 juta orang.70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia.
Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat
menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya.
Apabila tidak ada yang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat
menjadi masalah yang besar Seperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati
mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19
Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan Indonesia sebagai ”negara tanpa jaminan
sosial” akan segera luntur dan menjawab permasalahan di atas. Munculnya UU SJSN ini
juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat
(1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat
(2) mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga
disahkan dan diundangkan UU SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000
hingga tanggal 19 Oktober 2004.
28
Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, dimana Presiden
Abdurrahman Wahid menyatakan tentang Pengembangan Konsep SJSN.Pernyataan
Presiden tersebut direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-
Undang Jaminan Sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep.Menko Kesra dan
Taskin No. 25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang
Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional). Sejalan dengan
pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000, tanggal
11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
Dalam Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada
Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 (Ketetapan MPR RI No.X/ MPR-RI Tahun 2001
butir 5.E.2) dihasilkan Putusan Pembahasan MPR RI yang menugaskan Presiden RI
“Membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan
sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu”. Pada tahun 2001, Wakil Presiden RI
Megawati Soekarnoputri mengarahkan Sekretaris Wakil Presiden RI membentuk
Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pokja SJSN). Sejumlah fraksi di DPR
dan pemerintah menginginkan agar BPJS II (BPJS Ketenagakerjaan) bisa beroperasi
selambat-lambatnya dilakukan 2016.
Sebagian menginginkan 2014.Akhirnya disepakati jalan tengah, BPJS II berlaku
mulai Juli 2015. Rancangan Undang-undang tentang BPJS pun akhirnya disahkan di
DPR pada 28 Oktober 2011. Menteri Keuangan (saat itu) Agus
Martowardojo mengatakan, pengelolaan dana sosial pada kedua BPJS tetap perlu
memerhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, pemerintah mengusulkan dibuat katup
pengaman jika terjadi krisis keuangan maupun kondisi tertentu yang memberatkan
kondisi perekonomian.
29
B. Visi dan Misi
Sebagai sebuah lembaga yang berada dalam naungan pemerintah tentu saja Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mempunyai visi dan misi. Namun
berbeda dengan organisasi lainnya, BPJS Kesehatan ini dituntut memiliki visi dan misi
yang dapat memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar penduduk Indonesia khususnya masyarakat yang kurang
mampu. Daripada itu, perlu adanya konsensus dan perhatian tentang tingkat solidaritas
keuangan, masalah dengan pelayanan kesehatan dan kemampuan manejerial yang
memadai. Kesemuanya itu, nantinya diharapakan dapat membangun BPJS Kesehatan
yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik.
Untuk itu, dalam menjawab semua tantangan tersebut. BPJS Kesehatan memiliki
sebuah visi “cakupan semesta 2019” yaitu; paling lambat 1 Januari 2019, seluruh
penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan
terpercaya.
Dan Adapun Misi yang dijalankan oleh BPJS kesehatan diantaranya ialah (Pusat
Komunikasi dan Hal BPJS Kesehatan 2014):
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan
fasilitas kesehatan.
30
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung
kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai
kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,
kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS
Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
C. Fungsi, Tugas dan Wewenang lembaga BPJS Kesehatan
Fungsi dari berdirinya Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
dengan berdasarkan UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas,
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Adapun tugas dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
Kesehatan bertugas untuk (Pusat Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014):
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
31
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program
jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat
dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti
mendaftarkan peserta.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas BPJS berwenang
(Pusat Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014):
1) Menagih pembayaran Iuran;
2) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian,
keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
4) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
5) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program
jaminan sosial.
32
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada
BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
D. Manfaat Jaminan Kesehatan, Iuran dan Kepesertaan lembaga BPJS
Kesehatan
1. Manfaat Jaminan Kesehatan (JKN) BPJS Kesehatan meliputi (Pusat
Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014):
a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan
mencakup:
1) Rawat jalan, meliputi:
o Administrasi pelayanan
o Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan sub spesialis
o Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
33
o Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
o Pelayanan alat kesehatan implant
o Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis
o Rehabilitasi medis
o Pelayanan darah
o Pelayanan kedokteran forensic
o Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2) Rawat Inap yang meliputi:
o Perawatan inap non intensif
o Perawatan inap di ruang intensif
o Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
2. Iuran o Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar
oleh Pemerintah.
o Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri,
pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima
persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen)
dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
o Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan
Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5%
(nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
o Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke
4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu
34
persen) dari dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja
penerima upah.
o Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah
serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
o Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda,
atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya
ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji
pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat
belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
o Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan (Pusat
Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014).
3. Kepesertaan Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi (Pusat
Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014):
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang tidak
mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :
35
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
o Pegawai Negeri Sipil;
o Anggota TNI;
o Anggota Polri;
o Pejabat Negara;
o Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
o Pegawai Swasta; dan
o Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
o Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
o Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
o Investor;
o Pemberi Kerja;
o Penerima Pensiun, terdiri dari :
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
4) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun;
5) Penerima pensiun lain; dan
36
6) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pensiun.
o Veteran;
o Perintis Kemerdekaan;
o Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan;
o Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar
iuran.
E. Struktur Organisasi BPJS Kesehatan
Struktur Organisasi BPJS Kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor
15 Tahun 2015 sebagai berikut (Pusat Komunikasi dan HAL BPJS Kesehatan 2014):
1. Dewan Pengawas
a) Dewan Pengawas, terdiri dari satu ketua dan enam anggota Dewan Komisaris
PT. Askes (Persero) yang menjadi Dewan Pengawas Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, berdasarkan Keputusan Presiden nomor 160/M
Tahun 2013 tanggal 13 Desember 2013 terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014
b) Para Dewan Pengawas BPJS Kesehatan mempunyai hak dan kewajibanya
yaitu mengawasi jalanya roda organisasi agar lembaga tersebut berjalan sesuai
dengan visi dan misi organisasi.
2. Dewan Direksi
a) Dewan Direksi, terdiri dari satu Direktur Utama dan tujuh anggota Direktur
PT. Askes (Persero) yang meliputi; Direktur Hukum dan Hubungan Antar
Lembaga, Direktur Perencanaan dan Pengembangan, Direkrut Pelayanan,
Direktur Kepersertaan, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, Direktur
37
teknologi informasi dan Direktur Keuangan dan Investasi menjadi Dewan
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, berdasarkan
Keputusan Presiden nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 13 Desember 2013
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014.
b) Para Dewan Direksi BPJS Kesehatan mempunyai hak dan kewajibanya yaitu
menjalankan amanat dan ketetapan organisasi serta menetapkan kebijakan
organisasi baik pedoman maupun keputusan-keputusan lainya, serta
memberikan laporan pertanggung jawaban atas segala amanat yang
dilaksanakan pada dewan pengawas dan Pemerintah.
3. Group atau Kepala Departement
a) Kelompok atau kepala bagian, terdiri dari ketua dan asisten serta staff.
b) Para kepala bagian BPJS Kesehatan mempunyai hak dan kewajibanya yaitu
menjalankan amanat dan ketetapan yang berlaku dalam organisasi BPJS
Kesehatan serta melaporkan pertanggung jawaban dalam menjalankan amanat
organisasi kepada anggota Dewan Direksi menurut bidangnya.
4. Division Regional
a) Division Regional, dipimpin oleh kepala manajerial tingkat regional yang
memiliki dewan pegawas tingkat regional dan sekretaris. Dan membawahi
beberapa kepala bagian dan kepala divisi.
b) Division Regional mempunyai hak dan kewajibannya yaitu menjalankan
sistem roda organisasi di tingkatan regional BPJS Kesehatan serta
memberikan laporan pertanggung jawaban atas segala kegiatan pelaksanaan
dalam menjalankan roda organisasi di tingkatan regional pada general
manager pengelolaan organisasi tingkat pusat.
38
c) Pimpinan Organisasi BPJS Kesehatan pada tiap tingkatan Regional dilengkapi
dengan :
1) Kepala Tingkat Regional.
2) Kepala bagian.
3) Kepala divisi.
F. Pengambilan Keputusan dan Rekrutment Manajerial
Pada lembaga BPJS Kesehatan secara umum dalam masalah pengambilan keputusan
bersifat keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. Keputusan terprogram
merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya. Mengikuti aturan
dan prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami
organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat menyatakan, para
pimpinan lembaga BPJS Kesehatan tidak begitu saja dalam mengambil keputusan, harus
mengikuti aturan dan mekanisme yang sudah ada dalam lembaga. (IH 2014).
Sedangkan keputusan tak terprogram yang dipakai lembaga BPJS Kesehatan pada
umumnya merupakan keputusan yang belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan
tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika para pimpinan organisasi lembaga BPJS
Kesehatan menemui masalah yang belum pernah alami sebelumnya. Seperti yang
diungkapkan oleh informan yang berinisial IH yang menyatakan, jika itu masalah baru,
biasanya kita diskusikan dulu dengan pimpinan atau rekan kerja sesama manajerial atau
menerima saran-saran dari bawahan, ya supaya keputusan yang kita ambil dapat diterima
dengan baik dan dapat memecahkan permasalahan itu. (IH 2014)
39
Yang menjadi catatan pada organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Pemimpin lembaga
BPJS Kesehatan melakukan pengawasan umum pada tingkat keseluruhan saja,
Sedangkan pada bagian-bagian tertentu diserahkan kepada tiap bagian itu sendiri-sendiri.
Pemimpin mendelegasikan otoritas kepada para bawahan sehingga bawahan pada tingkat
tertentu memiliki otoritas untuk melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai dengan bentuk
efektifitas kepemimpinan dengan membangun hubungan sosial dan emosional dengan
bawahan (Suharman, 2004:8:24).
Seperti pada umumnya organisasi-organisasi lain atau lembaga yang ada baik
bersifat organisasi nirlaba, bisnis maupun publik. Memiliki aturan tersendiri dalam
mekanisme rekrutmen manajerial/kepala bagian atau pimpinan suatu lembaga dan
organisasi. Adapun penerapan rektrutmen yang dilakukan oleh organisasi lembaga BPJS
Kesehatan secara umum yaitu;
1. Memiliki jenjang pendidikan yang tinggi dan pernah mengikuti pelatihan
yang dilaksanakan dalam lembaga.
2. Pernah aktif dan mengikuti berbagai kegiatan keorganisasian.
3. Memiliki kemampuan dalam pengorganisasian, kecakapan, kapabilitas, skill,
bersikap professional dan mampu berfikir visioner.
4. Mendapatkan rekomendasi dan siap mengikuti aturan sistem yang sudah
ada.
40
BAB III
KEPEMIMPINAN DALAM LEMBAGA BPJS KESEHATAN
1. Kepemimpinan yang Diterapkan BPJS Kesehatan
Sebagai sebuah organisasi nirlaba, lembaga BPJS Kesehatan memiliki tanggung
jawab yang sangat berat dalam menjalankan sebuah institusi guna memberikan manfaat
secara menyeluruh bagi masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan
penduduk Indonesia. Untuk itu, diperlukan kemampuan kepemimpinan yang memadai
secara efektif dalam menjalankan roda organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Pada
dasarnya, kepemimpinan merupakan elemen penting dalam membangun sebuah institusi
atau organisasi (Suharman, 2004:8:1).
Kepemimpinan yang diterapkan organisasi dilembaga BPJS Kesehatan dengan
mengikuti aturan formal yang sudah ditetapkan dalam organisasi. Selanjutnya, para
manajerial (kepala bagian) di lembaga BPJS Kesehatan selalu menekankan kepada visi
dan misi yang menjadi sebuah orientasi kinerja dalam mencapai tujuan organisasi. Hal
ini, ditunjukkan dalam menjalin hubungan yang baik antara kepala bagian dengan
pimpinan maupun antara atasan atau kepala bagian dengan bawahan yang dijalankan
dalam organisasi lembaga tersebut. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
informan yang benisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat BPJS
Kesehatan yang menyatakan:
…Ya pada prinsipnya, saya dan teman-teman kepala departemen yang lain maupun
dengan atasan dan bawahan selalu menekankan visi yang sama untuk mencapai visi
organisasi, sebagai penghubungan di antara kami satu sama lain. (Hasil Wawancara
Tanggal 13 Agustus 2014)
Dengan selalu menekankan pada visi yang sama untuk mencapai visi organisasi,
menjadikan hal tersebut sebagai bentuk kepemimpinan lembaga BPJS kesehatan
41
membangun hubungan sosial dan emosional dengan bawahan maupun dengan atasan dan
sesama kepala bagian. Selain itu, hubungan yang baik antara atasan dan bawahan
maupun dengan pimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan juga terlihat dalam
kehidupan sosial seperti; kegiatan rutin senam pagi yang dilakukan setiap hari jum’at
sebagai bentuk hubungan sosial dan emosional dalam menciptakan suasana kinerja yang
harmonis. Seperti yang diungkapakan oleh informan yang bernisial IH selaku Kepala
Departemen Hubungan Masyarakat, menyatakan:
… Ya memang kita rutin mengadakan senam pagi setiap hari jum’at, mulai dari
pukul 06:00 sampai dengan pukul 08:00 yang diikuti oleh semua elemen
kelembagaan BPJS kesehatan, selain untuk menyegarkan badan, hal ini dimaksudkan
sebagai bentuk kekeluargaan dan menciptakan nuasa yang berbeda dalam sebuah
kelembagaan. Setelah senam kita memang juga diberikan pengarahan oleh pimpinan
tepatnya di aula gedung Dr. IGM Brataranuh MPH. (Hasil Wawancara Tanggal 13
Agustus 2014)
Adanya pengarahan yang rutin dilakukan setiap seminggu sekali tepatnya setelah
selesai melaksanakan senam bersama yang dipimpin langsung oleh pimpinan
kelembagaan BPJS Kesehatan. Menunjukkan adanya bentuk optimalisasi dalam
menciptakan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dalam meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh George R Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah
“aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi”
(Miftah Thoha. 2008:259).
Keberhasilan yang diterapkan lembaga BPJS Kesehatan dalam menciptakan
kepemimpinan yang efektif, tidak terlepas adanya pengendalian manajerial (seorang
pemimpin) yang tepat pada lembaga tersebut. Karena pada dasarnya, “manajerial
memiliki peran sentral dan gaya kepemimpinan tersendiri dalam memimpin sebuah
perusahaan atau lembaga” (Suharman, 2004:8:1). Kepemimpinan yang berhasil dicapai
42
dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, yang Paul Hersey dan Ken Blanchard
berpendapat bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut (Robbins, 2001:322).
Untuk itu, Paul Hersey dan Ken Blanchard mengembangkan sebuah model
kepemimpinan dalam pengembangan manajemen yaitu teori kepemimpinan situasional.
1. Kepemimpinan Situasional (Situasional Leadership Theory)
Teori kepemimpinan situasional merupakan teori kontingensi yang berfokus pada
pengikut. Penekanan pada pengikut dalam efektifitas kepemimpinan mencerminkan
kenyataan bahwa itu adalah pengikut yang menerima atau menolak pemimpin. Hersey
dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku pemimpin yang spesifik tergantung pada
kemampuan dan motivasi pengikut.
Pertama, dalam efektifitas kepemimpinan dicerminkan penekanannya pada pengikut
tidak mampu dan tidak mau menjalankan tugas, pemimpin perlu memberikan arahan
yang jelas dan spesifik. Hal ini, terlihat pada kepemimpinan lembaga BPJS Kesehatan,
seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial MD selaku Kepala Departemen
Sumber Daya Manusia:
… Saya selalu memberikan arahan sejelas-jelasnya dan bimbingan kepada bawahan
saya melalui pendekatan personal jika bawahan saya tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas. (Hasil Wawancara Tanggal 18 Agustus 2014)
Hal ini, senada dengan pernyataan informan yang berinisial SMW selaku bawahan
MD yang menyatakan:
… Saya selalu mendapatkan arahan sejelas-jelasnya dan bimbingan dari atasan saya,
jika saya tidak mampu dan tidak mau menjalankan tugas. (Hasil Wawancara Tanggal
19 Agustus 2014)
Kedua, jika pengikut tidak mampu dan bersedia, pemimpin perlu untuk menampilkan
orientasi tugas yang tinggi untuk mengkompensasi kurangnya pengikut dalam
kemampuan dan hubungan orientasi tinggi untuk mendapatkan pengikutnya untuk
43
mengikuti keinginan pemimpin. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial
IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat, menyatakan:
… Ya jika bawahan saya tidak mampu dan bersedia menjalankan tugas, saya
memberikan contoh keterlibatan langsung (directing style) dalam suatu tugas yang
tinggi dalam memberikan pengajaran (gaya melatih atau coaching style) kepada
bawahan agar meraka mampu melaksanakan tugas tersebut. Sehingga nantinya
mereka mampu dan bersedia menyelesaikan tugas tersebut. (Hasil Wawancara
Tanggal 13 Agustus 2014)
Contoh dan pengajaran sebagai bentuk pemimpin menampilkan orientasi tugas yang
tinggi untuk mengkompensasi kurangnya pengikut dalam kemampuan menjalankan
tugas yang tinggi. Hal ini, senada dengan yang diungkapakan oleh informan yang
berinisial AD selaku bawahan IH, yang menyatakan:
…Ya, Saya selalu diberikan contoh keterlibatan langsung atasan saya dengan
memberikan tugas yang tinggi sebagai bentuk pengajaran yang diberikan kepada
saya atas ketidak-mampuan saya dalam menjalankan tugas. (Hasil Wawancara
Tanggal 14 Agustus 2014)
Ketiga, Jika pengikut mampu dan mau, pemimpin perlu untuk menggunakan gaya
yang mendukung dan partisipasi. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial HD selaku Kepala Departemen Pengelolaan Organisasi, menyatakan:
…Saya, selalu memberikan dukungan kepada bawahan saya dalam menjalankan
tugas yang tinggi dan membantu dengan memberikan arahan dan masukan dalam
menyelesaikan tugas tersebut. (Hasil Wawancara Tanggal 21 Agustus 2014)
Hal ini, senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh informan yang berinisial
IS, selaku bawahan HD yang menyatakan:
… Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan serta masukan dalam
menjalankan tugas tersebut. (Hasil Wawancara Tanggal 22 Agustus 2014)
44
Adanya gaya pemimpin lembaga BPJS Kesehatan yang mendukung terhadap staffnya
dalam membantu menyelesaikan tugas, serta arahan sebagai bentuk gaya pemimpin
lembaga BPJS Kesehatan yang berpartisipasi terhadap kebutuhan staffnya.
BPJS Kesehatan memiliki gaya kepemimpinan yang tidak perlu berbuat banyak, jika
karyawanya atau bawahanya keduanya mampu dan mau menjalankan tugas. Seperti yang
diungkapkan oleh informan yang berinisial DHK selaku Kepala Departemen
Kepesertaan, menyatakan:
… Saya tidak perlu melakukan apa-apa jika bawahan saya mampu dan mau
menjalankan tugas… Bagus itu… ok. (DHK et.al 2014)
Hal ini, senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh informan yang berinisial
DS selaku bawahan DHK yang menyatakan:
… Pimpinan tidak berbuat banyak kepada saya … hanya sebatas berbicara, bagus itu
… ok … jika kita mampu dan mau menjalankan tugas. (DS et.al 2014)
Adanya gaya pemimpin lembaga BPJS Kesehatan yang mengapresiasi atas kemampuan
dan kesediaan staffnya dalam menjalankan tugas dalam bentuk lisan “ok” atau “bagus
itu”, menjadi elemen terakhir perilaku pemimpin yang dimiliki lembaga BPJS
Kesehatan, dalam identifikasi teori situasional yang dikembangkan Hersey dan
Blanchard.
Dengan empat elemen gaya kepemimpinan yang dimiliki lembaga BPJS Kesehatan
ini. Merupakan bukti efektifitas kepemimpinan yang berhasil yang dicapai lembaga
BPJS Kesehatan dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat. Sesuai dengan apa
yang Paul Hersey dan Ken Blanchard berpendapat bahwa kepemimpinan yang berhasil
dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, bergantung pada tingkat
kesiapan para pengikut (Robbins, 2001:322).
45
Selanjutnya, perilaku kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan juga dituntut
harus memiliki directive (arahan), supportive (dukungan), participate (partisipasi), dan
achievement (orientasi prestasi). Karena pada dasarnya, menurut Robert House dengan
empat perilaku pimpinan tersebut. Jika diterapkan dalam memberikan motivasi kepada
bawahan, agar produktivitas tujuan dapat tercapai (Robbins, 2001:324). Untuk itu,
Robert House telah mengembangkan salah satu model pengembangan perilaku
kepemimpinan arah-tujuan.
2. Kepemimpinan Arah-Tujuan (Path-Goals)
Menekankan pada pemimpin bertugas untuk membantu pengikut dalam mencapai
tujuan mereka dan untuk memberikan jalan yang diperlukan dan atau dukungan untuk
memastikan bahwa goals mereka sesuai dengan tujuan keseluruhan kelompok atau
organisasi (Robbins, 2001:324). Robert House mengidentifikasikan empat perilaku
kepemimpinan yaitu;
a) Pemimpin Direktif
Memungkinkan pengingkut tahu apa yang diharapkan dari mereka, jadwal
pekerjaan yang harus dilakukan, dan memberikan bimbingan khusus tentang
bagaimana untuk menyelesaikan tugas. Seperti yang diungkapkan oleh informan
yang berinisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat BPJS
Kesehatan, menyatakan:
… Ya saya berharap kepada bawahan saya untuk melakukan kinerja yang
baik secara optimal dan tepat waktu. Dan saya selalu memberikan bimbingan
atau arahan kepada bawahan saya apabila mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas dan dibantu alternatif solusi tentang kesulitan tersebut.
(Hasil Wawancara Tanggal 13 Agustus 2014)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan empat kepala departemen
lainnya yang masing-masing berinisial MD, HD, BP dan DHK yang
menyatakan:
46
… Kita berharap bawahan dapat mampu mengerjakan tugas sesuai dengan
apa diberikan atasan dan dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-
baiknya sesuai aturan yang berlaku dan tepat pada waktunya. … Dan kita
selalu memberikan bimbingan apabila mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas tersebut. (MD et.al. 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh staff IH, yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial AD, menyatakan:
… Ya memang atasan saya mengharapkan saya untuk dapat mampu dan mau
melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu. Atasan
saya juga membantu apabila saya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas tersebut dengan memberikan arahan dan memberikan solusi sebagai
alternatif pemecahan permasalahan tugas tersebut. (Hasil Wawancara
Tanggal 14 Agustus 2014)
Hal senada yang diungkapkan oleh informan yang berinisial US selaku staff
MD dan semua staff dari masing-masing Kepala Departemen:
… Saya dan teman-teman lain tahu apa yang diharapkan dari atasan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan, harus mengikuti aturan dan jadwal yang
sudah ditentukan. Selagi kita mampu mengerjakan sendiri atasan kita tidak
terlalu berbuat banyak, namun jika kita mengalami kesulitan pastinya atasan
kita memberikan arahan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
(US et.al 2014)
Dengan adanya pengarahan yang diberikan kepala departemen lembaga BPJS
Kesehatan kepada staffnya dalam mengalami kesulitan menyelesaikan tugas.
Menunjukkan sikap pemimpin yang mampu melihat keadaan bawahanya.
Sehingga, membuat para staff BPJS Kesehatan mampu menjalankan tugas sesuai
dengan apa yang diharapkan dan waktu yang ditentukan oleh pimpinanya. Hal ini
sesuai dengan apa yang diidentifikasi Robert House mengenai perilaku pemimpin
direktif.
b) Pemimpin Mendukung
Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang ramah dan menunjukkan
sikap kepedulian terhadap kebutuhan pengikut. Hal tersebut dapat dicontohkan
berdasarkan perhatian kerjasama, hubungan sesama karyawan dan suasana kerja.
47
Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial IH selaku Kepala
Departemen Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan, menyatakan:
… Ya pada prinsipnya saya sebagai seorang pemimpin harus mampu
membangun sebuah etos kerja atas prinsip kebersamaan, dengan saling
menjalin kerjasama yang baik antara atasan dengan staff maupun staff dengan
atasan. Dan semaksimal mungkin saya buat nuasa kerja seperti dalam sebuah
keluarga yang memiliki satu sama lain, namun menekankan pada sikap
profesional dan peran masing-masing dalam tanggung jawab pekerjaan.
(Hasil Wawancara Tanggal 13 Agustus 2014)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan empat kepala departemen yang
masing-masing berinisial MD, HD, BP, dan DHK yang menyatakan:
… Kita sebagai seorang pemimpin harus bisa membangun kerjasama diantara
satu sama lain. menjalin hubungan yang baik antara atasan maupun bawahan
dengan sikap saling peduli satu sama lain dan membangun sistem
kekeluargaan dalam lembaga tanpa menghilangkan aturan dan sistem yang
berlaku. (MD et.al 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan IH, yang diungkapkan oleh informan
yang berinisial DI, menyatakan:
… Ya memang disini pimpinan kita selalu menekankan pada prinsip
kekeluargaan. Membangun hubungan kerjasama yang baik sesama pegawai.
Menjalin komunikasi yang baik serta menimbulkan rasa kekeluargaan yang
tinggi dalam nuasa kerja. Namun kita tetap pada aturan dan sistem yang ada
dalam kinerja. (Hasil Wawancara Tanggal 15 Agustus 2014)
Hal senanda juga diungkapkan oleh informan yang berinisial CD, DS dan
rekan-rekan staff yang lain dalam masing-masing departemen:
… Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan kerjasamanya
juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat kita semua merasa
nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap harinya karena nuasa kerja yang
dibangun berdasarkan prinsip kekeluargaan. (CD et.al 2014)
Walaupun setiap elemen dalam kelembagaan BPJS Kesehatan baik para
kepala departemen maupun staffnya dituntut adanya sikap profesional dalam
pekerjaan. Namun dari apa yang terlihat jelas, bahwa disini para kepala
departemen lembaga BPJS Kesehatan mampu membangun sebuah hubungan
sosial yang baik dengan bawahanya maupun antar bawahan dalam menciptakan
nuasa kerja yang dibangun berdasarkan prinsip kekeluargaan. Hal ini,
48
menunjukkan bahwa kepala departemen lembaga BPJS Kesehatan memiliki gaya
kepemimpinan yang ramah dan mendukung dengan menunjukkan sikap
kepedulian terhadap kebutuhan staffnya.
c) Pemimpin Partisipasi
Seorang pemimpin selalu menghargai pengikutnya dengan berkonsultasi dan
menggunakan saran-saran mereka sebelum membuat keputusan. Seperti yang
diungkapkan oleh informan yang berinisial IH, MD dan empat kepala
departemen lainya yang menyatakan:
… Saran dari berbagai pihak perlu dipertimbangkan untuk menambah
masukan sebelum mengambil keputusan. (Hasil Wawancara dengan IH,
Tanggal 13 Agustus 2014)
… Ya, saya mendiskusikan terlebih dahulu, lalu mengambil saran-saran yang
memang jika itu merupakan solusi yang tepat dalam menyelesaikan kesulitan
dalam mengambil keputusan. (Hasil Wawancara dengan MD, Tanggal 18
Agustus 2014)
… Ya, saya menggunakan saran-saran mereka dalam mengambil keputusan
jika saya mengalami kesulitan terkait hal itu. (HD, BP, dan DHK 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh informan yang berinisial DI staff dari IH dan
senada dengan apa yang diungkapkan dari masing-masing staff kepala
departemen lainnya oleh informan yang berinisial US, LH, CD dan DS:
… Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita sebagai
bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil keputusan. (DI et.al
2014)
Adanya perilaku gaya kepala departemen lembaga BPJS Kesehatan yang
menerima masukan dan saran-saran dari staff mereka sebelum membuat
keputusan dalam menyelesaikan permasalahan dalam mengambil keputusan.
Menunjukkan adanya perilaku gaya kepemimpinan pada lembaga BPJS
Kesehatan yang mendukung dan partisipasi. Model gaya kepemimpinan yang
mendukung dan partisipasi juga dikemukakan oleh Victor Vroom dan Philip
49
Yetton (1973) yang terkait kepemimpinan dan partisipasi dalam pengambilan
keputusan (Robbins, 2001: 325-326).
d) Pemimpin yang Berorientasi Prestasi
Seorang pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
pengikutnya untuk melakukan tingkat tertinggi. Seperti yang diungkapkan oleh
informan yang berinisial HD selaku Kepala Departemen Pengelolaan Organisasi,
menyatakan:
… Saya selalu memberikan suatu tugas yang menantang dan terbaru diluar
standar terbaik mereka, dengan harapan mereka mampu dan memberikan
prestasi yang terbaik pada lembaga ini secara terus menerus. (Hasil
Wawancara Tanggal 21 Agustus 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan HD, yang diungkapkan oleh informan
yang berinisial LH, menyatakan:
… Ya, saya selalu diberikan tantangan atau tugas yang tinggi diluar dari
kemampuan saya, dengan harapan pimpinan saya mau saya untuk selalu
memberikan yang terbaik bagi lembaga ini terus-menerus. (Hasil Wawancara
Tanggal 26 Agustus 2014)
Dengan cara ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi para manajerial BPJS
Kesehatan kepada kemampuan staffnya dalam menyelesaikan tantangan tugas
tersebut. Hal ini, merupakan bagian dari pada empat prilaku kepemimpinan arah-
tujuan yang diterapkan lembaga BPJS Kesehatan. Para kepala departemen
lembaga BPJS Kesehatan mengetahui tentang bagaimana karakteristik staffnya,
dan karakteristik tugas, dalam memberikan motivasi agar menghasilkan tujuan
lembaga BPJS Kesehatan dapat tercapai.
Disatu sisi, dengan adanya kepercayaan yang tinggi dalam proses interaksi
antara kepala departemen dan staff lembaga BPJS Kesehatan. Menunjukkan
terjadinya hubungan (dyadic) pertukaran pimpinan-bawahan. Dimana pertukaran
yang dimaksudkan meliputi in-group akan menerima kesempatan berkerjasama
50
untuk mencapai tujuan, penghargaan, dan manfaat lainnya, sedangkan out-group
akan memperoleh standar manfaat kerja (Robbins, 2001:323). Adanya nilai
pertukan sosial antara atasan dan staff dalam membangun lembaga BPJS
Kesehatan memberikan sebuah jalan kerjasama yang baik antara pemimpin dan
anggotanya.
3. Kepemimpinan Members-Exchange
Merupakan konsep proses kepemimpinan di mana pusat pendekatanya adalah
interaksi antara bawahan dan atasan, dengan menunjukkan hubungan (dyadic)
pertukaran pimpinan-bawahan. Pertukaran yang dimaksudkan meliputi in-group akan
menerima kesempatan berkerjasama untuk mencapai tujuan, penghargaan, dan manfaat
lainnya, sedangkan out-group akan memperoleh standar manfaat kerja. Pertukaran ini
dapat dilakukan di dalam kelompok (in-group), maupun kontrak dilakukan di luar
kelompok (out-group). Dalam organisasi pekerjaan unit, bawahan menjadi bagian dalam
kelompok (in-group), atau di luar kelompok (out-group) harus memperlihatkan
bagaimana baiknya mereka bekerjasama dengan pimpinan, dan bagaimana pimpinan
dapat berkerjasama dengan mereka (Robbins, 2001:232).
Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial IH selaku Kepala
Departemen Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan, menyatakan:
… Ya saya bentuk set target secara objektif dan menantang. Serta kerjasama tim
yang baik dengan memberikan motivasi dan reward. Komunikasi yang intensif
dengan tim serta iklim kerja yang baik dalam tim. Diluar dari pada tim saya
menjalankan hubungan yang baik dengan anggota atau atasan yang lain. (Hasil
Wawancara Tanggal 13 Agustus 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan IH, yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial DI, menyatakan:
…Ya memang atasan saya membuat suatu tim kerja guna memberikan hasil yang
tebaik dengan bentuk kerjasama yang baik dalam tim dengan memberikan motivasi
dan reward. Hubungan kami dengan rekan kerja berbeda unit kerja baik-baik saja
maupun dengan atasan yang berbeda unit kerja. (Hasil Wawancara Tanggal 15
Agustus 2014)
51
Hal senada juga diungkapkan oleh informan yang berinisial MD selaku Kepala
Departemen Sumber Daya Manusia BPJS Kesehatan, menyatakan:
… Ya dalam sebuah langkah kerja dalam satu set sebisa mungkin menjalankanya
dengan bentuk kerjasama yang baik, adanya komunikasi yang intensif serta
memberikan motivasi kepada tim dan reward guna mendapatkan sebuah hasil kerja
yang terbaik. Diluar daripada tim kami membangun hubungan komunikasi yang baik
guna menciptkan nuansa kerja yang baik dan professional sesuai dengan masing-
masing peran dan tugas. (Hasil Wawancara Tanggal 18 Agustus 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan MD, yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial US, menyatakan:
… Atasan saya selalu memberikan motivasi kepada saya dalam satu tim kerja unit
kerja, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan membangun kerjasama yang
baik dan diberikan reward dari apa yang dihasilkan dalam satu tim. Hubungan saya
dengan teman staff lain dari unit lain baik, komunikasi lancar maupun dengan atasan
unit kerja lain. (Hasil Wawancara Tanggal 19 Agustus 2014)
Terlihat bahwa terjadi hubungan yang baik yang diterapkan kepemimpinan BPJS
Kesehatan. Bagaimana seorang pemimpin dalam unit kerja di lembaga BPJS Kesehatan
mampu membangun hubungan kerjasama yang baik dalam kelompok maupun diluar
kelompok unit kerja. Terlihat juga bahwa adanya Hubungan dalam kelompok (in-group)
lembaga BPJS Kesehatan memiliki indikator saling percaya, saling menyukai, saling
berinteraksi, atau di luar kelompok para pimpinan membangun hubungan berbentuk
komunikasi formal berdasarkan uraian tugas.
Dari apa yang telah terdeskripsikan mengenai kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan. Terlihat, kepemimpinan BPJS Kesehatan efektif dengan kemampuan
kepemimpinan yang mampu memanfaatkan semua potensi yang ada dalam suatu situasi
untuk melaksanakan kepemimpinan. Hal ini didukung adanya kemampuan
kepemimpinan lembaga BPJS Kesehatan yang memiliki perilaku kepemimpinan yang
selalu memberikan arahan, dukungan, partisipasi dan orientasi prestasi kepada bawahnya
serta mampu membangun hubungan sosial yang baik dalam kelompok maupun diluar
52
kelompok dalam menciptakan efektifitas kepemimpinan, sehingga tujuan organisasi
yang ditentukkan dapat tercapai.
B. Faktor Terbentuknya Kepemimpinan Pada Lembaga BPJS Kesehatan
1. Kepercayaan (trust)
Dengan melihat kembali indikator terjalinya hubungan saling percaya antara
pimpinan dan pegawai pada organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Menunjukkan, adanya
bentuk kepercayaan yang tampak yang menjadi atribut utama terkait dengan faktor
terbentuknya kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS kesehatan. Jika kita melihat
kembali tentang perilaku atau gaya yang diterapkan pada organisasi lembaga BPJS
Kesehatan yang ditemukan secara konsisten terkait dengan kepemimpinan. Tampaknya
semakin jelas bahwa tidak mungkin seorang pimpinan pada organisasi lembaga BPJS
Kesehatan untuk memimpin bawahanya yang tidak mempercayai atasanya.
Penekanannya disini, dilihat dari apakah para pemimpin BPJS Kesehatan
mendapatkan akses ke pengetahuan dan pemikiran kreatif yang mereka butuhkan untuk
memecahkan masalah, tergantung pada seberapa banyak bawahan percaya mereka.
Kepercayaan sebagai bentuk kelayakan memodulasi akses pemimpin untuk pengetahuan
dan kerjasama. Terkait akan hal ini, Robbins (2001) menganggap bahwa percaya sebagai
dasar kepemimpinan. Lebih lanjut lagi, dia menyatakan kepercayaan tampaknya menjadi
atribut utama yang terkait dengan kepemimpinan (2001:337).
Maka dari pada itu, kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan
membangun bentuk kerjasama antara atasan dan bawahan yang didasarkan saling percaya
satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial IH selaku Kepala
Departemen Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan, menyatakan:
53
…Ya saya membangun hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan saya,
dengan didasarkan pada saling percaya. Saya mempercayai kemampuan bawahan
saya dalam menyelesaikan tugas yang saya berikan. (Hasil Wawancara Tanggal 13
Agustus 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh staff IH, yang diungkapkan oleh informan yang berinisial
AD yang menyatakan:
… Saling komunikasi, dan membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
atasan saya. Saya percaya dengan kemampuan yang dimilki atasan saya dalam
memimpin. Apalagi saya, tau betul bagaiman karakter atasan saya yang selalu
menekankan keakraban yang baik terhadap saya dan teman-teman bawahan yang
lain. (Hasil Wawancara Tanggal 14 Agustus 2014)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan empat kepala departemen lainnya yang
berinisial MD, HD, BP dan DHK yang menyatakan:
… Ya kita membangun hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan. Dengan
selalu mempercayai kemampuan kinerja bawahan dalam menyelesaikan tugas yang
kita berikan. (MD at.al. 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh staff MD, HD, BP, dan DHK yang diungkapkan oleh
informan masing-masing staff kepala departemen yang berinisial SMW, LH, AM,
dan SA yang menyatakan:
… Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara intens. Kami
percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami dalam memimpin kami. (SMW
et.al. 2014)
Adanya bentuk hubungan kerjasama yang baik dengan menjalin hubungan saling
percaya (relation of trust) antara atasan dan staff lembaga BPJS Kesehatan. Ditunjukkan
pada kejujuran dan kebenaran yang diungkapkan atasan dan staff lembaga BPJS
Kesehatan. Dengan saling mempercayai atas dasar kemampuan masing-masing mengenai
suatu penilaian yang baik dalam situasi penanganan. kepercayaan disini, sebagai bentuk
kelayakan memodulasi akses pemimpin untuk pengetahuan kerjasama. Hal ini, diperkuat
dengan adanya bentuk komunikasi secara konsisten dalam membangun keakraban dan
menghindari resiko.
Dengan adanya bentuk komunikasi secara konsisten sebagai bentuk kelayakan
memodulasi akses manajerial lembaga BPJS kesehatan untuk pengetahuan kerjasama
dengan staffnya. Sehingga, bentuk komunikasi dalam aktivitas rutin menciptakan nuansa
54
“keakraban” dalam membangun hubungan kerjasama antara kepala manajerial lembaga
BPJS kesehatan dengan staffnya, sehingga dalam jangka tertentu aktifitas tersebut
mendorong meningkatkan efektifitas kerja. Hal ini, Menunjukkan bahwa kepercayaan
menjadi atribut utama terkait dengan kepemimpinan (Robbins, 2001:337).
2. Resiprocity and Groups
Dengan adanya kecenderungan saling tukar kebaikan antara staff dan pimpinan yang
terjadi pada lembaga BPJS Kesehatan dikuatkan dalam bentuk komunikasi yang
konsisten. Sehingga muncul semangat membantu antara atasan dan staff tanpa
mengharapkan imbalan seketika. Hal ini juga, merupakan sebagai salah satu faktor
terbentuknya kepemimpinan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Seperti yang
diungkapkan oleh informan yang berinisial BP selaku Kepala Departmen Managemen
Pengoperasian Teknologi dan Informasi, menyatakan:
… Ya bentuk kepedulian sosial saya terhadap bawahan saya, dengan cara membantu
dia apabila sedang mengalami kesulitan dalam materil dikarenakan sakit atau yang
lain-lainya. Bawahan saya juga peduli sebaliknya terhadap saya, jika mengalami hal
yang sama. (Hasil Wawancara Tanggal 28 Agustus 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh staff BP, yang diungkapkan oleh informan yang berinisial
CD, menyatakan:
… Atasan saya berempati dengan membantu saya apabila saya mengalami kesulitan
seperti saya sakit dan lain-lain. Sebaliknya juga begitu. (Hasil Wawancara Tanggal
29 Agustus 2014)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan empat kepala departemen lainnya yang
berinisial MD, HD, BP dan DHK yang menyatakan:
… Ya membantunya dengan cara memberikan bantuan baik bersifat materil maupun
non-materil. Staff saya juga berempati terhadap permasalahn sosial yang saya alami.
(MD et.al. 2014)
Hal ini diperkuat pula oleh staff MD, HD, BP, dan DHK yang diungkapkan oleh
informan masing-masing staff kepala departemen yang berinisial US, IS, DI, dan DS
yang menyatakan:
55
… Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita sebagai staff mereka, sebaliknya
juga seperti itu, kita berempati dengan atasan kita. (US et.al.2014)
Namun, dalam konsep pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara
resiprokal seketika seperti dalam proses jual-beli, melainkan suatu kombinasi jangka
pendek dan jangka panjang dalam nuansa altrium (semangat untuk membantu dan
mementingkan kepentingan orang lain). Dengan adanya tingkat kepedulian sosial yang
tinggi, saling membantu, dan memperhatikan dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan,
memperlihatkan bahwa bagaimana seorang kepala departemen lembaga BPJS Kesehatan
mampu membangun hubungan sosial dan emosional dengan para staffnya. Sehingga,
dengan adanya gaya kepemimpinan seperti ini, tercipta efektifitas kepemimpinan yang
memiliki tingkat modal sosial yang tinggi dalam menjadikan efektifitas kerja para
staffnya pada lembaga BPJS Kesehatan, hal ini bisa dilihat dari hubungan saling bantu
sama lain antar staff maupun dengan manajerial, baik dalam urusan pekerjaan kantor
maupun dalam urusan pribadi dan sosial.
3. Norma (norms) dan Nilai (value)
Namun disatu sisi, adanya saling percaya dan hubungan baik saling membantu yang
terjalin dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Hal tersebut sangat sulit menjadi
tolak ukur penentuan efektifitas kepemimpinan tanpa adanya norma sosial dalam
mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam organisasi lembaga BPJS
Kesehatan. Secara analogi negatif, bisa saja seorang pemimpin melakukan intervensi
terhadap bawahanya atau sebaliknya, seorang bawahan tidak mengikuti aturan atau
perintah pemimpin yang memang sudah menjadi tugas dalam pekerjaaan.
Untuk itu, norma sosial disini merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan
dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu (G.
56
Kartasapoetra & Hartini, 2007:279). Aturan ini yang menjadi dasar sebagai suatu aturan
yang berlaku dan baku, yang terdapat pada sistem organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
Yang dijadikan sebagai kontrol perilaku sosial para pimpinan dan staff dalam organisasi
BPJS Kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh kelima informan selaku kepala
departemen lembaga BPJS Kesehatan masing-masing yang berinisial IH, MD, HD, BP,
dan DHK, menyatakan:
… Sistem kekeluargaan dalam lembaga tanpa menghilangkan aturan dan sistem yang
berlaku. (MD et.al 2014)
Adanya pernyataan yang diungkapkan oleh para manajerial dalam menekankan
“sistem kekeluargaan” sebagai kontrol sosial merupakan nilai khusus (particularistic
values) yang berfungsi sebagai media integrasi dan solidaritas. Nilai ini membantu para
manajerial lembaga BPJS Kesehatan dalam menjalin hubungan sosial dengan pimpinan,
rekan sesama manajerial maupun dengan staff (followers) dalam membangun kualitas
efektifitas kerja lembaga BPJS kesehatan.
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan IH, yang diungkapkan oleh informan yang
berinisal DI, menyatakan:
… Namun kita tetap pada aturan dan sistem yang ada dalam kinerja. (Hasil
Wawancara Tanggal 15 Agustus 2014)
Selain itu, Tugas dari kepemimpinan pada organisasi lembaga BPJS Kesehatan
adalah memberikan value atau nilai bagi organisasi yang dipimpinya. Karena “pada
dasarnya, setiap organisasi, pemimpin mempunyai tugas mengkreasikan nilai kepada
organisasi di sepanjang ia memimpin” (Riant Nugroho. 2003:297). Seperti yang
diungkapkan oleh informan yang berinisial IH selaku Kepala Departemen Hubungan
Masyarakat dan kepala departmen lainya, menyatakan:
… Ya pada prinsipnya, saya dan teman-teman kepala departemen yang lain maupun
dengan atasan dan bawahan selalu menekankan visi yang sama untuk mencapai visi
organisasi sebagai penghubung di antara kami satu sama lain. (IH. et.al 2014)
57
Hal ini diperkuat pula oleh bawahan IH, yang diungkapkan oleh informan yang
berinisial AD dan seluruh staff manajerial BPJS Kesehatan yang menyatakan:
… Menekankan pada visi yang sama dalam visi organisasi. (AD. et.al 2014)
Dengan adanya suatu cakupan visi dan misi masa depan yang dimiliki kepemimpinan
pada organisasi lembaga BPJS Kesehatan. Menjadi sebuah untaian yang mengikatnya
dalam bentuk proses berkesinambungan dan terus-menerus guna memberikan suatu
perbaikan yang berkelanjutan pada pengelolaan organisasi yang baik.
Karena nilai disini adalah bagaimana seorang pemimpin mampu memiliki
kemampuan membuat visi masa depan yang benar dan akurat, kemampuan menata misi
yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi, menatanya dalam strategi, dan mampu
menjabarkan serta menjalankan secara operasional (Riant Nugroho. 2003:298). Dari
semua faktor ini, menjadi jelas, bahwa kepercayaan, adanya hubungan sosial dan
emosional yang baik dengan karakter kepemimpinan yang peduli, dan aturan yang
menjadi kontrol sosial, serta nilai sebagai pemimpin yang mampu membawa visi dan misi
pada keberhasilan organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
Untuk itu, tanpa adanya efektifitas kepemimpinan yang dimiliki lembaga BPJS
Kesehatan. Organisasi lembaga tersebut, tidak akan dapat mewujudkan semua tujuannya
secara sempurna. Karena, kemampuan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi
menjadi salah satu tolak ukur dalam mewujudkan tujuan organisasi secara relatif.
“Artinya, setiap organisasi pada dasarnya tidak akan dapat mewujudkan semua tujuannya
secara sempurna sehingga pada tingkat tertentu suatu tujuan dapat dicapai di bawah suatu
kepemimpinan” (Suharman, 2004:8:24).
58
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan
organisasi nirlaba. Penelitian ini membuktikan bahwa lembaga BPJS Kesehatan
memiliki tujuan organisasi yang jelas. Didukung dengan kepemimpinan yang efektif
dalam menjalankan pengorganisasi kelembagaan tersebut. Hal ini terlihat,
kepemimpinan lembaga BPJS memiliki kemampuan membuat konsep akan masa depan
dan kekuatan jaringan hubungan yang dimiliki, adanya keberanian, kemauan untuk
bertanggung jawab atas keyakinannya kepada masyarakat dalam menjamin pemeliharaan
dan perawatan kesehatan secara universal dalam menghapus memori kelam
ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga kesehatan pada masa lalu yang dibentuk
pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kepemimpinan yang
terbentuk dalam organisasi lembaga BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:
Terbentuknya kepemimpinan pada lembaga BPJS Kesehatan dapat disimpulkan
karena adanya 3 gaya atau perilaku kepemimpinan yaitu pertama, kepemimpinan
situasional, adanya kemampuan pemimpin lembaga BPJS Kesehatan yang melihat
tingkat kesiapan staffnya. Dengan selalu memberikan arahan sejelas-jelasnya dan
spesifik jika staffnya tidak mampu dan tidak mau melakukan tugas. Memberikan
orientasi tugas tinggi kepada bawahnya sebagai bentuk kurangnya kemampuan staff-nya,
jika pengikut tidak mampu dan bersedia. Dan adanya, gaya partisipasi dengan selalu
memberikan arahan dan dukungan kepada staffnya, jika staffnya mampu dan mau
59
menjalankan tugas serta pemimpin lembaga BPJS kesehatan tidak perlu berbuat banyak,
jika staff kedua-nya mampu dan mau menjalankan tugas.
Kedua, sesuai dengan teori kepemimpinan arah-tujuan yang dikembangkan oleh
Robert House. Kepemimpinan pada lembaga BPJS Kesehatan memiliki perilaku yang
selalu memberikan arahan (pemimpin direktif), dukungan (supportive), partisipasi
(partisipasif) serta pemimpin yang berorientasi prestasi. Sebagai bentuk pemimpin
membantu pengikut dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberikan arah yang
diperlukan atau dukungan untuk memastikan bahwa goals mereka sesuai dengan tujuan
keseluruhan dari organisasi lembaga BPJS Kesehatan.
Selanjutnya, dalam teori member-exchange terlihat bahwa terjadi hubungan yang
baik yang diterapkan kepemimpinan BPJS Kesehatan. Bagaimana seorang pemimpin
dalam unit kerja di lembaga BPJS Kesehatan mampu membangun hubungan kerjasama
yang baik dalam kelompok maupun diluar kelompok unit kerja. Terlihat juga bahwa
adanya Hubungan dalam kelompok (in-group) lembaga BPJS Kesehatan memiliki
indikator saling percaya, saling menyukai, saling berinteraksi, atau di luar kelompok
para pimpinan membangun hubungan berbentuk komunikasi formal berdasarkan uraian
tugas.
Adanya bentuk hubungan kerjasama yang baik dengan menjalin hubungan saling
percaya (relation of trust) antara atasan dan staff lembaga BPJS Kesehatan. Ditunjukkan
pada kejujuran dan kebenaran yang diungkapkan atasan dan staff lembaga BPJS
Kesehatan. Dengan saling mempercayai atas dasar kemampuan masing-masing
mengenai suatu penilaian yang baik dalam situasi penanganan. Hal ini yang menjadi
faktor utama dalam terbentuknya kepemimpinan dalam orgaisasi lembaga BPJS
Kesehatan.
60
Hal lain, yang menjadi faktor terbentuknya kepemimpinan adalah adanya
kecenderungan saling tukar kebaikan antara staff dan pimpinan yang terjadi pada
lembaga BPJS Kesehatan dikuatkan dalam bentuk komunikasi yang konsisten. Sehingga,
terbentuknya suatu kombinasi jangka pendek dan panjang dalam nuansa altrium atau
semangat membantu antara atasan dan staff tanpa mengharapkan imbalan seketika. Lalu
adanya norma (sistem kekeluargaan) sebagai sebuah alat kontrol sosial pada lembaga
sesuai dengan aturan dan sistem yang berlaku dan baku. Dan terkahir, nilai yang menjadi
suatu cakupan visi dan misi masa depan yang dimiliki kepemimpinan pada organisasi
lembaga BPJS Kesehatan. Menjadi sebuah untaian yang mengikatnya dalam bentuk
proses berkesinambungan dan terus-menerus guna memberikan suatu perbaikan yang
berkelanjutan pada pengelolaan organisasi yang baik.
B. Saran
Penelitian lapangan mengenai Kepemimpinan dalam organisasi Lembaga Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mempunyai beberapa saran sebagai
berikut:
Pertama, kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan harus senantiasa
berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetisi pegawai dalam menciptakan pegawai yang handal. Karena, Organisasi
membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat untuk efektifitas
optimal. Dalam dunia yang dinamis saat ini, kita perlu pemimpin untuk menantang status
quo, untuk menciptakan visi masa depan, dan untuk menginspirasi anggota organisasi
ingin mencapai visi. Kita juga perlu manajer untuk merumuskan rencana rinci,
menciptakan struktur organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari.
Selanjutnya dalam sisi pengelolaan anggotanya agar dapat lebih meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya untuk para staffnya. Harus adanya hubungan
61
sosial yang lebih baik lagi, seperti dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial langsung
kepada masyarakat yang diikuti oleh semua elemen yang ada dalam organisasi lembaga
BPJS Kesehatan. Sehingga, nantinya akan menimbulkan suatu stigma positif di mata
bawahan yang berimplikasi pada suatu penilai yang baik dalam meningkatkan kualitas
dan kinerja bawahan.
Kedua, untuk stockholder seperti rumah sakit, pemahaman dokter akan program
BPJS Kesehatan, apoteker, dan puskesmas dapat terjalin hubungan yang terintegrasi baik
dengan BPJS kesehatan. Dan pemerintah selaku yang memiliki tanggung jawab
pemangku kekuasaan tertinggi negara harus senantiasa mengawasi lembaga BPJS
kesehatan agar dapat terciptanya tata kelola organisasi yang baik sehingga program-
program yang ada dapat terencana dan terealisasi. Terkait hal ini, walaupun organisasi
lembaga BPJS Kesehatan memiliki efektifitas kepemimpinan yang baik dalam
mengelola organisasi kelembaga tersebut, namun akan sulit berkembang dan maju tanpa
didukung oleh stockholder yang memiliki kepentingan dalam hal ini.
x
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta :Kencana Prenada Group.
Chaniago, Asplzain. 2010. Kepemimpinan Dan Pengambilan keputusan. Jakarta: Lentera
Ilmu Cendekia: 1-11.
Daito, Apollo.Prof.Dr. 2011. Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan; Ontologi,
Epistimologi, Aksiologi. -Ed. 1—Jakarta: Mitra Wacana Media: 142-155.
Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2003. Reinventing Pembangunan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo: 139-153.
Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial.Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada: 91-111.
Hicks, Herbert G & C. Ray Gullett. 1975. Organizations: Theory And Behaviour.
International Student Edition-- Tokyo: Mcgraw-Hill, Inc.300-314.
Iswantoro, Gatot. 2003. Kepemimpinan Dengan Hati Nurani.,Cet.1.--Jakarta: PT. Suka
Buku: 23-25.
Kartasoeputra, G.dan Dra. Hartini. 2007. Kamus Sosiologi Dan Kependudukan.
Ed.1,Cet.2--Jakarta: Bumi Aksara: 224-237.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. Prof. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet.12,--Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2007. “Teori Sosiologi Modern”,.terj:
Alimandan..-Ed.6-- Cet.4-- Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 356-391.
Rivai, Veithzal & Deddy Mulyadi. 2012.Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi., Ed.3--
Jakarta: Rajawali Press:1-6.
Robbins, Stephen P. (2001).Organizational Behavior. Ed.9--New Jersey: Prentice Hall
Internasional, Inc: 351-374.
Soehartono, Irawan DR. 1995. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainya, Cet.8--Bandung: PT Remaja
Rosdakarya: 57-62.
Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Ed.1.--
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 260-322.
Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Eli Tanya (ed.),terj: Budi
Supriyanto..-Ed.5.-- Jakarta: PT. Indeks.
xi
INTERNET
Brahmasari, Ida Ayu., AgusSuprayetno. 2008.”Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan
dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada
Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama
Indonesia).”Journal volume 10 ,2. Diunduh 30 Maret 2014
(http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewArticle/17039)
Helmi, Avin Fadilla.,Imam Arisudana. 2009. “Kepemimpinan Transformasional,
Kepercayaan dan Berbagi Pengetahuan dalam Organisasi.”Jurnal Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Volume 36,2: 95-105. Diunduh 30 Maret 2014
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCUQFj
AA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.psikologi.ugm.ac.id%2Findex.php%2Ffpsi%2Farticle%2
Fview%2F44%2F34&ei=FOk3U9e5NsyhiQf3hYCQAw&usg=AFQjCNGcD6paCHowC4
C2FcrytJCp8GAplw&bvm=bv.63808443,d.aGc).
Mariam, Rani. 2010.“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Karyawan Sebagai Variabel Intervening
Studi Pada Kantor Pusat PT.Asuransi Jasa Indonesia (PERSERO).”Tesis.Diunduh
30 Maret 2014
(http://eprints.undip.ac.id/18830/1/RANI_MARIAM.pdf)
Suharman, Drs. 2004.”Kepemimpinan Dalam Organisasi.” Buku Sosiologi Organisasi
BAB 8. Diunduh 06 Mei 2014
(http://elisa.ugm.ac.id/pdf)
Suroso, JarotSembodo. 2013.”Competitive Intelligence: Pengaruh Budaya Organisasi,
Gaya Kepemimpinandan Kepercayaan Terhadap Komitmen Organisasi Untuk
Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi.” ISQAE UNJ. Diunduh 30 Maret 2014
(http://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/41.pdf)
Yuliana, Christina. 2010.” Peran Kepemimpinan Dalam Pencapaian Kinerja Organisasi
Melalui Budaya, Strategi, Dan Sistem Akuntansi Manajemen Organisasi.”Jurnal
sna13Puwokerto.Diunduh 06 Mei 2014
(http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/AKMEN_31.pdf)
Jurnal
Guy Carrin. 2002. “Social health insurance in developing countries: A continuing
challenge.”International Social Security Review, Vol. 55, 2.
Jill Quadagno. 2004. “Florida State University Journal of Health and Social Behavior
.Vol 45 (Extra Issue): 25-44
Julio Fren, Julio. et.al. 2006. “Comprehensive reform to improve health system
performance in Mexico.” This is the first in a Series of. Vol368 , 28.
Olesen, Jeep Dorup. 2009. “Policymaking without Policy Choice: The Rise of
Private Health Insurance in Denmark.” Journal Publication,.Pol., 29, 3;263-285
Cambridge University Press.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : IH
Jabatan : Ka. Dept. Hubungan Masyarakat (HUMAS)
Tanggal : 13 Agustus 2014
1. Kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
a. Langkah Apa yang anda ambil sebagai pemimpin dalam memberikan keyakinan
kepada masyarakat tentang kesehatan, padahal selama ini lembaga kesehatan yang
diberikan pemerintah dirasa kurang efektif ?
Dengan memberikan keyakinan penuh dalam hal memberikan manfaat
pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat secara transparan dan handal.
b. Langkah apa yang diambil lembaga BPJS Kesehatan dalam melihat akan kebutuhan
masa depan masyarakat dari aspek kesehatan dengan biaya yang semakin tinggi ?
Ya pada prinsipnya lembaga BPJS Kesehatan ini menekankan pada
aspek budaya gotong-royong dengan sistem menanggulangi, saling
membantu satu sama lain dalam menanggulangi biaya kesehatan sesuai
dengan misi yang kita bangun.
c. Apa yang menjadi andalan lembaga BPJS Kesehatan, dalam menjalankan lembaga
kesehatan yang baik terhadap masyarakat ?
Ya sesuai dengan visi organisasi lembaga BPJS Kesehatan ini, kita
berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam
hal memberikan manfaat pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat secara transparan dan handal.
A. kepemimpinan situasional dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas ?
Diberikan arahan sejelas-jelasnya dan bimbing; Coaching and
Counseling.
2) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan bersedia
menjalankan tugas ?
Ya jika bawahan saya tidak mampu dan bersedia menjalankan tugas,
saya memberikan contoh keterlibatan langsung (directing style) dalam
suatu tugas yang tinggi dalam memberikan pengajaran (gaya melatih
atau coaching style) kepada bawahan agar mereka mampu
melaksanakan tugas tersebut. Sehingga nantinya mereka mampu dan
bersedia menyelesaikan tugas tersebut.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
3) Apakah respon yang anda berikan jika pengikut/ bawahan mampu dan mau
menjalankan tugas ?
Mempermudah dan memperapat penjelasan pekerjaan dan
meningkatkan kinerja kolektif.
4) Lalu, bagaimana jika pengikut/ bawahan keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Saya tidak perlu melakukan apa-apa. Mempermudah dan
memperapat penjelasn pekerjaan dan meningkatkan kinerja kolektif.
B. kepemimpinan arah-tujuan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah harapan anda, terhadap bawahan anda dalam menyelesaikan tugas, serta
apakah anda memberikan bimbingan khusus tentang bagaimana untuk
menyelesaikan tugas?
Ya saya berharap kepada bawahan saya untuk melakukan kinerja
yang baik secara optimal dan tepat waktu. Dan saya selalu
memberikan bimbingan atau arahan kepada bawahan saya apabila
mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan dibantu
alternatif solusi tentang kesulitan tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama anda dengan bawahan anda, hubungan sesama
karyawan dan suasana kerja yang anda bangun ?
Ya pada prinsipnya saya sebagai seorang pemimpin harus mampu
membangun sebuah etos kerja atas prinsip kebersamaan, dengan
saling menjalin kerjasama yang baik antara atasan dengan staff
maupun staff dengan atasan. Dan semaksimal mungkin saya buat
nuasa kerja seperti dalam sebuah keluarga yang memiliki satu sama
lain, namun menekankan pada sikap profesionalisme dan peran
masing-masing dalam tanggung jawab pekerjaan.
3) Jika anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, apakah anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan bawahan anda dan menggunakan saran mereka ?
Saran dari berbagai pihak perlu dipertimbangkan untuk menambah
masukan sebelum mengambil keputusan.
4) Apakah yang anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
anda harapkan dari bawahan anda akan hal itu ?
Ya saya pernah memberikan tugas yang baru diluar daripada
kemampuan bawahan saya. Saya berharap agar bawahan saya dapat
memberikan prestasi yang terbaik bagi lembaga ini.
C. kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam organisasi.
1) Bagaimana cara anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah tim
kerja, serta bagaimana anda membangun hubungan dengan pegawai lain diluar
dari pada unit kerja anda ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya saya bentuk set target secara objektif dan menantang. Serta
kerjasama tim yang baik dengan memberikan motivasi dan reward.
Komunikasi yang intensif dengan tim serta iklim kerja yang baik
dalam tim. Diluar dari pada tim saya menjalankan hubungan yang
baik dengan anggota atau atasan yang lain.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang anda terapkan dengan bawahan anda ?
Ya saya membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan saya, dengan didasarkan pada saling percaya. Saya
mempercayai kemampuan bawahan saya dalam menyelsaikan tugas
yang saya berikan.
b. Bagaimana bentuk kepedulian sosial yang anda bangun dengan bawahan anda?
Ya bentuk kepedulian social saya terhadap bawahan saya, dengan
cara membantu dia apabila sedang mengalami kesulitan dalam
materil dikarenakan sakit atau yang lain-lainya. Bawahan saya juga
peduli sebaliknya terhadap saya, jika mengalami hal yang sama.
c. Apa yang menjadi penghubung anda dengan bawahan anda maupun dengan atasan
anda ?
Ya pada prinsipnya, saya dan teman-teman kepala department yang
lain maupun dengan atasan dan bawahan selalu menekankan visi
yang sama untuk mencapai visi organisasi sebagai penghubungan di
antara kami satu sama lain.
3. Pertanyaan tambahan
a. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika tidak ada dalam aturan sistem organisasi ?
Ya jika emang itu masalahan yang baru dan belum ada pada aturan atau
prosedur baku. Maka kita juga lantas tidak langsung memutuskan begitu
saja secara terburu-buru. Biasanya kita diskusikan dulu dengan
pimpinan atau rekan kerja sesama manejerial atau menerima saran-
saran dari bawahan, ya supaya keputusan yang kita ambil dapat diterima
dengan baik dan dapat memecahkan permasalahan itu.
b. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika sudah ada dalam aturan sistem organisasi ?
Ya, dalam pengambilan keputusan kita menyesuaikan dengan prosedur
perusahaan dalam pengambilan keputusan jika suatu masalah itu
memang sudah ada dan baku. Artinya kita tidak seenaknya saja dalam
mengambil keputusan, harus mengikuti aturan dan mekanisme yang
sudah ada.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
c. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin mengadakan senam pagi setiap hari jum’at, mulai
dari pukul 06:00 sampai dengan pukul 08:00 yang diikuti oleh semua
elemen kelembagaan BPJS kesehatan, selain untuk menyegarkan badan,
hal ini dimaksudkan sebagai bentuk kekeluargaan dan menciptakan
nuasa yang berbeda dalam sebuah kelembagaan. Setelah senam kita
memang juga diberikan pengarahan oleh pimpin tepatnya di aula gedung
Dr. IGM Brataranuh MPH.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : AD
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 14 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memanggil, menjelaskan secara rinci output yang diinginkan.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan contoh keterlibatan langsung atasan saya
dengan memberikan tugas yang tinggi sebagai bntuk pengajaran yang
diberikan kepada saya atas ketidak-mampuan saya dalam
menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Memberikan motivasi dan dukungan.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Hanya sebatas bilang bagus itu.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Ya memang atasan saya mengharapkan saya untuk dapat mampu dan
mau melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat
waktu. Atasan saya juga membantu apabila saya mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan memberikan arahan dan
memberikan solusi sebagai alternative pemecahan permasalahan
tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Membina dan memberi arahan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya pernah, memberikan yang terbaik bagi lembaga ini, dan untuk
meningkatkan kinerja saya.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Koordinasi dan saling memahami; Menciptakan suasana yang
harmonis.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Saling komunikasi, dan membangun hubungan kerjasama yang baik
dengan atasan saya. Saya percaya dengan kemampuan yang dimilki
atasan saya dalam memimpin. Apalagi saya, tau betul bagaiman
karakter atasan saya yang selalu menekankan keakraban yang baik
terhadap saya dan temen-teman bawahan yang lain.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Membantu dan peduli terhadap bawahanya.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : DI
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 15 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Mengarahkan sejelas-jelasnya dan membimbing pelan-pelan sampai
mampu dan mau.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan contoh keterlibatan langsung atasan saya
dengan memberikan tugas yang tinggi sebagai bentuk pengajaran
yang diberikan kepada saya atas ketidak-mampuan saya dalam
menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Selalu mendapatkan dukungan motivasi dalam menyelesaikan tugas.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Apresiasi dalam bentuk lisan.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Ya memang atasan saya mengharapkan saya untuk dapat mampu dan
mau melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat
waktu. Atasan saya juga membantu apabila saya mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan memberikan arahan dan
memberikan solusi sebagai alternative pemecahan permasalahan
tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya memang disini pimpinan kita selalu menekankan pada prinsip
kekeluargaan. Membangun hubungan kerjasama yang baik sesama
pegawai. Menjalin komunikasi yang baik serta menimbulkan rasa
kekeluargaan yang tinggi dalam nuasa kerja. Namun kita tetap pada
aturan dan sistem yang ada dalam kinerja.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, agar saya mampu memberikan yang terbaik bagi lembaga
ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Ya memang atasan saya membuat suatu tim kerja guna memberikan
hasil yang tebaik dengan bentuk kerjasama yang baik dalam tim
dengan memberikan motivasi dan reward. Hubungan kami dengan
rekan kerja berbeda unit kerja baik-baik saja maupun dengan atasan
yang berbeda unit kerja.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Saling komunikasi dalam membangun hubungan kerjasama yang
baik dengan atasan saya.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Menkanakan pada visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita sebagai staff mereka,
sebaliknya juga seperti itu, kita berempati dengan atasan kita.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : MD
Jabatan : Ka. Dept. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tanggal : 18 Agustus 2014
1. Kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
a. Langkah Apa yang anda ambil sebagai pemimpin dalam memberikan keyakinan
kepada masyarakat tentang kesehatan, padahal selama ini lembaga kesehatan yang
diberikan pemerintah dirasa kurang efektif ?
Dengan memberikan keyakinan akan manfaat pemeliharaan dan
perawatan kesehatan kepada masyarakat melalui program BPJS ini.
b. Langkah apa yang diambil lembaga BPJS Kesehatan dalam melihat akan
kebutuhan masa depan masyarakat dari aspek kesehatan dengan biaya yang
semakin tinggi ?
Dengan menekankan aspek budaya gotong-royong dalam
menanggulaingi biaya kesehatan sesuai dengan misi lembaga ini.
c. Apa yang menjadi andalan lembaga BPJS Kesehatan, dalam menjalankan lembaga
kesehatan yang baik terhadap masyarakat ?
Dengan selalu mengedepankan visi dan misi organisasi, serta
menciptakan tata kelola organisasi yang baik, handal dan terpercaya
masyarakat.
A. kepemimpinan situasional dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas ?
Saya selalu memberikan arahan sejelas-jelasnya dan bimbingan
kepada bawahan saya melalui pendekatan personal jika bawahan
saya tidak mampu dan tidak mau menjalankan tugas.
2) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan bersedia
menjalankan tugas ?
Dengan memberikan keteladanan yang baik, bagaimana cara
menyelesaikan tugas tersebut.
3) Apakah respon yang anda berikan jika pengikut/ bawahan mampu dan mau
menjalankan tugas ?
Dengan memberikan motivasi dan dukungan kepada bawahan saya,
serta memberikan arahan agar dalam menyelsaikan tugas dengan
baik.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
4) Lalu, bagaimana jika pengikut/ bawahan keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Dengan memberikan apresiasi berupa ucapan lisan. Seperti. Bagus
itu, dengan apa yang sudah anda kerjakan.
B. kepemimpinan arah-tujuan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah harapan anda, terhadap bawahan anda dalam menyelesaikan tugas, serta
apakah anda memberikan bimbingan khusus tentang bagaimana untuk
menyelesaikan tugas?
Kita berharap bawahan dapat mampu mengerjakan tugas sesuai
dengan apa diberikan atasan dan dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang berlaku dan tepat pada
waktunya. … Dan kita selalu memberikan bimbingan apabila mereka
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama anda dengan bawahan anda, hubungan sesama
karyawan dan suasana kerja yang anda bangun ?
Kita sebagai seorang pemimpin harus bisa membangun kerjasama
diantara satu sama lain. menjalin hubungan yang baik antara atasan
maupun bawahan dengan sikap saling peduli satu sama lain dan
membangun sistem kekeluargaan dalam lembaga tanpa
menghilangkan aturan dan sistem yang berlaku.
3) Jika anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, apakah anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan bawahan anda dan menggunakan saran mereka ?
Ya, saya mendiskusikan terlebih dahulu, lalu mengambil saran-saran
yang memang jika itu merupakan solusi yang tepat dalam
menyelesaikan kesulitan dalam mengambil keputusan.
4) Apakah yang anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
anda harapkan dari bawahan anda akan hal itu ?
Ya pernah, Saya berharap agar bawahan saya dapat memberikan
prestasi yang terbaik bagi lembaga ini.
C. kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam organisasi.
1) Bagaimana cara anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah tim
kerja, serta bagaimana anda membangun hubungan dengan pegawai lain diluar
dari pada unit kerja anda ?
Ya dalam sebuah langkah kerja dalam satu set sebisa mungkin
menjalankanya dengan bentuk kerjasama yang baik, adanya
komunikasi yang intensif serta memberikan motivasi kepada tim dan
reward guna medapatkan sebuah hasil kerja yang terbaik. Diluar
daripada tim kami membangun hubungan komunikasi yang baik
guna menciptkan nuansa kerja yang baik dan professional sesuai
dengan masing-masing peran dan tugas.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang anda terapkan dengan bawahan anda ?
Ya kita membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Dengan selalu mempercayai kemampuan kinerja bawahan
dalam menyelsaikan tugas yang kita berikan.
b. Bagaimana bentuk kepedulian sosial yang anda bangun dengan bawahan anda?
Ya membantunya dengan cara memberikan bantuan baik bersifat
materil maupun non-materil. Staff saya juga berempati terhadap
permasalahn sosial yang saya alami.
c. Apa yang menjadi penghubung anda dengan bawahan anda maupun dengan atasan
anda ?
Menekankan visi yang sama untuk mencapai visi organisasi.
3. Pertanyaan tambahan
a. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika tidak ada dalam aturan sistem organisasi ?
Ya diskusikan dulu dengan atasan saya, dengan rekan-rekan sesama
manejerial atau menerima saran-saran dari bawahan, ya supaya
keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat
memecahkan permasalahan itu.
b. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin mengadakan senam pagi setiap hari jum’at,
Setelah senam kita memang juga diberikan pengarahan oleh pimpin
tepatnya di aula gedung Dr. IGM Brataranuh MPH.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : US
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 19 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Dengan selalu diberikan arahan yang sejelas-jelasnya dan terinci.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan keteladanan dengan gaya mencontohkan
keterlibatan langsung sebagai bentuk pengajaran yang diberikan
kepada saya dalam menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Selalu mendapatkan dukungan motivasi dalam menyelesaikan tugas.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Apresiasi dalam bentuk lisan.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Saya dan teman-teman lain tahu apa yang diharapkan dari atasan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, harus mengikuti aturan
dan jadwal yang sudah ditentukan. Selagi kita mampu mengerjakan
sendiri atasan kita tidak terlalu berbuat banyak, namun jika kita
mengalami kesulitan pastinya atasan kita memberikan arahan yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat
kita semua merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap
harinya karena nuasa kerja yang dibangun perdasarkan prinsip
kekeluargaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, sebagai bentuk meningkatkan kinerja pegawai dan untuk
memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga BPJS kesehatan ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja unit kerja, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan
membangun kerjasama yang baik dan diberikan reward dari apa yang
dihasilkan dalam satu tim. Hubungan dengan staff lain dari unit lain
baik, komunikasi lancaran maupun dengan staff unit kerja tim.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Saling komunikasi dalam membangun hubungan kerjasama yang
baik dengan atasan saya.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita sebagai staff mereka,
sebaliknya juga seperti itu, kita berempati dengan atasan kita.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin. Dengan adanya kegiatan ini juga, membantu saya
dan teman-teman lain untuk lebih dekat dan kenal satu sama lain
diantara pimpinan maupun bawahan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : SMW
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 19 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Saya selalu mendapatkan arahan sejelas-jelasnya dan bimbingan dari
atasan saya, jika saya tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan keteladanan dengan gaya mencontohkan
keterlibatan langsung sebagai bentuk pengajaran yang diberikan
kepada saya dalam menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Mendapatkan dukungan dan motivasi.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Bagus itu.ok.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan dalam
menyelesaikan tugas. Ya, disaat kita mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Peduli terhadap karyawanya sehingga hubungan kerjasamanya juga
baik satu sama lain dalam pekerjaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, sebagai bentuk meningkatkan kinerja pegawai dan untuk
memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga BPJS kesehatan ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja. Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik, komunikasi
lancaran maupun dengan unit kerja lain sendiri.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara
intens. Kami percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami
dalam memimpin kami.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama bawahanya
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : HD
Jabatan : Ka. Dept. Pengelolaan Organisasi (DPO)
Tanggal : 21 Agustus 2014
1. Kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
a. Langkah Apa yang anda ambil sebagai pemimpin dalam memberikan keyakinan
kepada masyarakat tentang kesehatan, padahal selama ini lembaga kesehatan yang
diberikan pemerintah dirasa kurang efektif ?
Dengan memberikan keyakinan penuh dalam hal memberikan manfaat
pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat secara transparan dan handal.
b. Langkah apa yang diambil lembaga BPJS Kesehatan dalam melihat akan
kebutuhan masa depan masyarakat dari aspek kesehatan dengan biaya yang
semakin tinggi ?
Ya pada prinsipnya lembaga BPJS Kesehatan ini menekankan pada
aspek budaya gotong-royong dengan sistem menanggulangi, saling
membantu satu sama lain dalam menanggulaingi biaya kesehatan sesuai
dengan misi yang kita bangun.
c. Apa yang menjadi andalan lembaga BPJS Kesehatan, dalam menjalankan lembaga
kesehatan yang baik terhadap masyarakat ?
Dengan selalu menekankan pada prinsip organisasi lembaga BPJS
Kesehatan yaitu dengan selalu menjalankan organisasi ini dengan baik
sesuai dengan tata kelola organisasi yang baik, guna menjadi lembaga ini
sebagai suatu lembaga yang dapat dibanggakan masyarakat Indonesia.
A. kepemimpinan situasional dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas ?
Memberikan arahan sejelas-jelasnya dan memberikan kejelasan
mengenai bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut secara rinci.
2) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan bersedia
menjalankan tugas ?
Memberikan contoh keterlibatan langsung, sehingga nantinya mereka
mampu dan bersedia menyelesaikan tugas tersebut.
3) Apakah respon yang anda berikan jika pengikut/ bawahan mampu dan mau
menjalankan tugas ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Saya, selalu memberikan dukungan kepada bawahan saya dalam
menjalankan tugas yang tinggi dan membantu dengan memberikan
arahan dan masukan dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Lalu, bagaimana jika pengikut/ bawahan keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Saya tidak perlu melakukan apa-apa.
B. kepemimpinan arah-tujuan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah harapan anda, terhadap bawahan anda dalam menyelesaikan tugas, serta
apakah anda memberikan bimbingan khusus tentang bagaimana untuk
menyelesaikan tugas?
Kita berharap bawahan dapat mampu mengerjakan tugas sesuai
dengan apa diberikan atasan dan dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang berlaku dan tepat pada
waktunya. … Dan kita selalu memberikan bimbingan apabila mereka
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama anda dengan bawahan anda, hubungan sesama
karyawan dan suasana kerja yang anda bangun ?
Kita sebagai seorang pemimpin harus bisa membangun kerjasama
diantara satu sama lain. menjalin hubungan yang baik antara atasan
maupun bawahan dengan sikap saling peduli satu sama lain dan
membangun sistem kekeluargaan dalam lembaga tanpa
menghilangkan aturan dan sistem yang berlaku.
3) Jika anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, apakah anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan bawahan anda dan menggunakan saran mereka ?
Ya, saya menggunakan saran-saran mereka dalam mengambil
keputusan jika saya mengalami kesulitan terkait hal itu.
4) Apakah yang anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
anda harapkan dari bawahan anda akan hal itu ?
Saya selalu memberikan suatu tugas yang menantang dan terbaru
diluar standar terbaik mereka, dengan harapan mereka mampu dan
memberikan prestasi yang terbaik pada lembaga ini secara terus
menerus.
C. kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam organisasi.
2) Bagaimana cara anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah tim
kerja, serta bagaimana anda membangun hubungan dengan pegawai lain diluar
dari pada unit kerja anda ?
Ya saya bentuk set target secara objektif dan menantang. Serta
kerjasama tim yang baik dengan memberikan motivasi dan reward.
Komunikasi yang intensif dengan tim serta iklim kerja yang baik
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
dalam tim. Diluar dari pada tim saya menjalankan hubungan yang
baik dengan anggota atau atasan yang lain.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang anda terapkan dengan bawahan anda ?
Ya kita membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Dengan selalu mempercayai kemampuan kinerja bawahan
dalam menyelsaikan tugas yang kita berikan.
b. Bagaimana bentuk kepedulian sosial yang anda bangun dengan bawahan anda?
Ya membantunya dengan cara memberikan bantuan baik bersifat
materil maupun non-materil. Staff saya juga berempati terhadap
permasalahn sosial yang saya alami.
c. Apa yang menjadi penghubung anda dengan bawahan anda maupun dengan atasan
anda ?
Visi yang sama untuk mencapai visi organisasi.
3. Pertanyaan tambahan
a. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika tidak ada dalam aturan sistem organisasi ?
Biasanya kita diskusikan dulu dengan pimpinan atau rekan kerja sesama
manejerial atau menerima saran-saran dari bawahan, ya supaya
keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat
memecahkan permasalahan itu.
b. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin mengadakan senam pagi setiap hari jum’at, dalam
sebuah kelembagaan, apalagi ini kan lembaga kesehatan, jadi kita harus
selalu memberikan contoh yang baik dalam menjaga kesehatan kepada
masyarakat. Setelah senam kita memang juga diberikan pengarahan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : IS
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 22 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan dan bimbing serta pelatihan
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalankan
tugas ?
Ya, Saya selalu dicontohkan atasan saya dalam menjalankan tugas
yang tinggi.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan serta
masukan dalam menjalankan tugas tersebut.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Senang.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harapkan dari atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan. Selagi
kita mampu mengerjakan sendiri atasan kita tidak terlalu berbuat
banyak, namun jika kita mengalami kesulitan pastinya atasan kita
memberikan arahan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas
tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya atasan saya menggunakan saran-saran kita sebagai bawahan
mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil keputusan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, sebagai bentuk meningkatkan kinerja pegawai dan untuk
memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga BPJS kesehatan ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja unit kerja, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan
membangun kerjasama yang baik dan diberikan reward dari apa yang
dihasilkan dalam satu tim. Hubungan dengan staff lain dari unit lain
baik, komunikasi lancaran maupun dengan staff unit kerja tim.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Saling komunikasi dalam membangun hubungan kerjasama yang
baik dengan atasan saya.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita sebagai staff mereka,
sebaliknya juga seperti itu, kita berempati dengan atasan kita.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : LH
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 26 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan dan bimbing serta pelatihan.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan keteladanan dengan gaya mencontohkan
keterlibatan langsung sebagai bentuk pengajaran yang diberikan
kepada saya dalam menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan serta
masukan dalam menjalankan tugas tersebut.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Senang.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harapan dari atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan. Jika kita
mengalami kesulitan pastinya atasan kita memberikan arahan yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat
kita semua merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap
harinya karena nuasa kerja yang dibangun perdasarkan prinsip
kekeluargaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya saya selalu diberikan tantangan atau tugas yang tinggi diluar dari
kemampuan saya, dengan harapan pimpinan saya mau saya untuk
selalu memberikan yang terbaik bagi lembaga ini terus-menerus.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja. Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik, komunikasi
lancaran maupun dengan unit kerja lain sendiri.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara
intens. Kami percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami
dalam memimpin kami.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama bawahanya
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : BP
Jabatan : Ka. Dept. Manegement Pengoperasian Teknologi dan Informasi (MP)
Tanggal : 28 Agustus 2014
1. Kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
a. Langkah Apa yang anda ambil sebagai pemimpin dalam memberikan keyakinan
kepada masyarakat tentang kesehatan, padahal selama ini lembaga kesehatan yang
diberikan pemerintah dirasa kurang efektif ?
Dengan memberikan keyakinan penuh dalam hal memberikan manfaat
pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat secara transparan dan handal.
b. Langkah apa yang diambil lembaga BPJS Kesehatan dalam melihat akan
kebutuhan masa depan masyarakat dari aspek kesehatan dengan biaya yang
semakin tinggi ?
Ya pada prinsipnya lembaga BPJS Kesehatan ini menekankan pada
aspek budaya gotong-royong dengan sistem menanggulangi, saling
membantu satu sama lain dalam menanggulaingi biaya kesehatan sesuai
dengan misi yang kita bangun.
c. Apa yang menjadi andalan lembaga BPJS Kesehatan, dalam menjalankan lembaga
kesehatan yang baik terhadap masyarakat ?
Ya sesuai dengan visi organisasi lembaga BPJS Kesehatan ini, kita
berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam
hal memberikan manfaat pemeliharaan dan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat secara transparan dan handal.
A. kepemimpinan situasional dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas ?
Dengan selalu memberikan arahan yang jelas dan membimbingnya,
agar nantinya, bawahan saya dapat menyelsaikan tugas dengan baik.
2) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan bersedia
menjalankan tugas ?
Memberikan pengajaran dengan memberikan gaya keteladanan
kepada bawahan agar mereka mampu melaksanakan tugas tersebut.
3) Apakah respon yang anda berikan jika pengikut/ bawahan mampu dan mau
menjalankan tugas ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun
materiil jika diperlukan.
4) Lalu, bagaimana jika pengikut/ bawahan keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Bagus itu… ok.
B. kepemimpinan arah-tujuan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah harapan anda, terhadap bawahan anda dalam menyelesaikan tugas, serta
apakah anda memberikan bimbingan khusus tentang bagaimana untuk
menyelesaikan tugas?
Kita berharap bawahan dapat mampu mengerjakan tugas sesuai
dengan apa diberikan atasan dan dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang berlaku dan tepat pada
waktunya. … Dan kita selalu memberikan bimbingan apabila mereka
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama anda dengan bawahan anda, hubungan sesama
karyawan dan suasana kerja yang anda bangun ?
Kita sebagai seorang pemimpin harus bisa membangun kerjasama
diantara satu sama lain. menjalin hubungan yang baik antara atasan
maupun bawahan dengan sikap saling peduli satu sama lain dan
membangun sistem kekeluargaan dalam lembaga tanpa
menghilangkan aturan dan sistem yang berlaku.
3) Jika anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, apakah anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan bawahan anda dan menggunakan saran mereka ?
Ya, saya menggunakan saran-saran mereka dalam mengambil
keputusan jika saya mengalami kesulitan terkait hal itu.
4) Apakah yang anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
anda harapkan dari bawahan anda akan hal itu ?
Ya saya pernah. Saya berharap agar bawahan saya dapat
memberikan prestasi yang terbaik bagi lembaga ini.
C. kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam organisasi.
1) Bagaimana cara anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah tim
kerja, serta bagaimana anda membangun hubungan dengan pegawai lain diluar
dari pada unit kerja anda ?
Ya dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap tim saya,
selalu mengandalkan komunikasi yang konsisten sesame tim.
Hubungan saya diluar dari pada tim amupun dalam tim baik. Tidak
ada masalah. menjalankanya secara professional sesuai tugas masing-
masing.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang anda terapkan dengan bawahan anda ?
Ya kita membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Dengan selalu mempercayai kemampuan kinerja bawahan
dalam menyelsaikan tugas yang kita berikan.
b. Bagaimana bentuk kepedulian sosial yang anda bangun dengan bawahan anda?
Ya bentuk kepedulian social saya terhadap bawahan saya, dengan
cara membantu dia apabila sedang mengalami kesulitan dalam
materil dikarenakan sakit atau yang lain-lainya. Bawahan saya juga
peduli sebaliknya terhadap saya, jika mengalami hal yang sama.
c. Apa yang menjadi penghubung anda dengan bawahan anda maupun dengan atasan
anda ?
Menekankan visi yang sama untuk mencapai visi organisasi sebagai
penghubungan di antara kami satu sama lain.
3. Pertanyaan tambahan
a. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika tidak ada dalam aturan sistem organisasi ?
Biasanya kita diskusikan dulu dengan pimpinan atau rekan kerja sesama
manejerial atau menerima saran-saran dari bawahan, ya supaya
keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat
memecahkan permasalahan itu.
b. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin mengadakan hal itu.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : CD
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 29 Agustus 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan sejelas-jelasnya secara spesifik.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalankan
tugas ?
Ya, Saya selalu dicontohkan atasan saya dalam menjalankan tugas
yang tinggi. Sebagai bentuk pengajaran atas apan yang menjadi
kekurangan saya dalam menyelesaikan tugas tersebut.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan serta
masukan dalam menjalankan tugas tersebut.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Ya atasan saya memuji saya.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harapkan dari atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan. Selagi
kita mampu mengerjakan sendiri atasan kita tidak terlalu berbuat
banyak, namun jika kita mengalami kesulitan pastinya atasan kita
memberikan arahan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas
tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Hubungan kerjasamanya dengan saya baik begitu juga sama lain
dalam pekerjaan. Membangun nuasa kerja dalam prinsip
kekeluargaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, untuk memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja unit kerja, Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik,
komunikasi lancaran maupun dengan staff unit kerja tim.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Saling komunikasi dalam membangun hubungan kerjasama yang
baik dengan atasan saya.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Atasan saya berempati dengan membantu saya apabila saya
mengalami kesulitan seperti saya sakit dan lain-lain. Sebaliknya juga
begitu.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya kita rutin melakukan hal itu.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : AM
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 01 September 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan sejelas-jelasnya secara spesifik.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan keteladanan dengan gaya mencontohkan
keterlibatan langsung sebagai bentuk pengajaran yang diberikan
kepada saya dalam menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan serta
masukan dalam menjalankan tugas tersebut.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Ya atasan saya memuji saya.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harapan dari atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan. Jika kita
mengalami kesulitan pastinya atasan kita memberikan arahan yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat
kita semua merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap
harinya karena nuasa kerja yang dibangun berdasarkan prinsip
kekeluargaan.
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, untuk memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja. Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik, komunikasi
lancar maupun dengan unit kerja lain sendiri.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara
intens. Kami percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami
dalam memimpin kami.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita selaku bawahanya.
4. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : DHK
Jabatan : Ka. Dept. Kepersertaan (KEPRA)
Tanggal : 02 September 2014
1. Kepemimpinan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
a. Langkah Apa yang anda ambil sebagai pemimpin dalam memberikan keyakinan
kepada masyarakat tentang kesehatan, padahal selama ini lembaga kesehatan yang
diberikan pemerintah dirasa kurang efektif ?
Bersikap transparan dan akuntabilitas dengan selalu berusaha
mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana
pelayanan informasi mengenai pelayanan, iuran, kepersertaan, dan
pengelolaan dana kepada masyarakat.
b. Langkah apa yang diambil lembaga BPJS Kesehatan dalam melihat akan
kebutuhan masa depan masyarakat dari aspek kesehatan dengan biaya yang
semakin tinggi ?
Ya dengan menekankan pada aspek budaya gotong-royong dalam
menanggulaingi biaya kesehatan.
c. Apa yang menjadi andalan lembaga BPJS Kesehatan, dalam menjalankan lembaga
kesehatan yang baik terhadap masyarakat ?
BPJS Kesehatan bersikap transparan dan akuntabilitas dengan selalu
berusaha mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
sarana pelayanan informasi mengenai pelayanan, iuran, kepersertaan,
dan pengelolaan dana kepada masyarakat. Dan kami berharap
pemerintah juga membantu dan mengawal dalam menyiapkan sarana
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan data pasti mengenai
penduduk yang rentan dan kurang mampu.
A. kepemimpinan situasional dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan tidak mau
menjalankan tugas ?
Dengan memberikan arahan sejelas-jelasnya dan spesifik.
2) Apakah yang anda lakukan jika pengikut / bawahan tidak mampu dan bersedia
menjalankan tugas ?
Saya memberikan contoh keterlibatan langsung dalam memberikan
pengajaran kepada bawahan agar meraka mampu melaksanakan
tugas tersebut.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
3) Apakah respon yang anda berikan jika pengikut/ bawahan mampu dan mau
menjalankan tugas ?
Mempermudah dan memberikan motivasi dalam bentuk lisan
maupun tindakan.
4) Lalu, bagaimana jika pengikut/ bawahan keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Bagus itu.ok
B. kepemimpinan arah-tujuan dalam lembaga BPJS Kesehatan.
1) Apakah harapan anda, terhadap bawahan anda dalam menyelesaikan tugas, serta
apakah anda memberikan bimbingan khusus tentang bagaimana untuk
menyelesaikan tugas?
Kita berharap bawahan dapat mampu mengerjakan tugas sesuai
dengan apa diberikan atasan dan dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang berlaku dan tepat pada
waktunya. … Dan kita selalu memberikan bimbingan apabila mereka
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama anda dengan bawahan anda, hubungan sesama
karyawan dan suasana kerja yang anda bangun ?
Kita sebagai seorang pemimpin harus bisa membangun kerjasama
diantara satu sama lain. menjalin hubungan yang baik antara atasan
maupun bawahan dengan sikap saling peduli satu sama lain dan
membangun sistem kekeluargaan dalam lembaga tanpa
menghilangkan aturan dan sistem yang berlaku.
3) Jika anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, apakah anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan bawahan anda dan menggunakan saran mereka ?
Ya, saya menggunakan saran-saran mereka dalam mengambil
keputusan jika saya mengalami kesulitan terkait hal itu.
4) Apakah yang anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
anda harapkan dari bawahan anda akan hal itu ?
Ya saya pernah memberikan tugas yang baru diluar daripada
kemampuan bawahan saya. Saya berharap agar bawahan saya dapat
memberikan prestasi yang terbaik bagi lembaga ini.
C. kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam organisasi.
1) Bagaimana cara anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah tim
kerja, serta bagaimana anda membangun hubungan dengan pegawai lain diluar
dari pada unit kerja anda ?
Ya saya bentuk set target secara objektif dan menantang. Serta
kerjasama tim yang baik dengan memberikan motivasi dan reward.
Komunikasi yang intensif dengan tim serta iklim kerja yang baik
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
dalam tim. Diluar dari pada tim saya menjalankan hubungan yang
baik dengan anggota atau atasan yang lain.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang anda terapkan dengan bawahan anda ?
Ya kita membangun hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Dengan selalu mempercayai kemampuan kinerja bawahan
dalam menyelsaikan tugas yang kita berikan.
b. Bagaimana bentuk kepedulian sosial yang anda bangun dengan bawahan anda?
Ya membantunya dengan cara memberikan bantuan baik bersifat
materil maupun non-materil. Staff saya juga berempati terhadap
permasalahn sosial yang saya alami.
c. Apa yang menjadi penghubung anda dengan bawahan anda maupun dengan atasan
anda ?
Menekankan visi yang sama untuk mencapai visi organisasi sebagai
penghubungan di antara kami satu sama lain.
3. Pertanyaan tambahan
a. Bagaimana sikap anda dalam mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan,
jika tidak ada dalam aturan sistem organisasi ?
Biasanya kita diskusikan dulu dengan pimpinan atau rekan kerja sesama
manejerial atau menerima saran-saran dari bawahan, ya supaya
keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat
memecahkan permasalahan itu.
b. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : SA
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 04 September 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan secara rinci dan bimbingan.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalankan
tugas ?
Ya, Saya selalu dicontohkan atasan saya dalam menjalankan tugas
yang tinggi. Sebagai bentuk pengajaran atas apan yang menjadi
kekurangan saya dalam menyelesaikan tugas tersebut.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Pimpinan tidak berbuat banyak kepada saya … hanya sebatas
berbicara, bagus itu.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Harapkan dari atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah ditentukan. Selagi
kita mampu mengerjakan sendiri atasan kita tidak terlalu berbuat
banyak, namun jika kita mengalami kesulitan pastinya atasan kita
memberikan arahan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas
tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat
kita semua merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap
harinya karena nuasa kerja yang dibangun perdasarkan prinsip
kekeluargaan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, untuk memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja unit kerja, Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik,
komunikasi lancaran maupun dengan staff unit kerja tim.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara intens.
Kami percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami dalam
memimpin kami.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Atasan saya berempati dengan membantu saya apabila saya
mengalami kesulitan seperti saya sakit dan lain-lain. Sebaliknya juga
begitu.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya rutin melakukan agenda itu setiap seminggu sekali.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
Identitas Diri
Nama : DS
Jabatan : Pegawai/Staff
Tanggal : 05 September 2014
1. Bagaimana Kepemimpinan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
A. Kepemimpinan situasional dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan tidak mau menjalankan
tugas ?
Memberikan arahan secara rinci dan bimbingan.
2) Bagaimana sikap atasan anda, jika anda tidak mampu dan bersedia menjalakan
tugas ?
Ya, Saya selalu diberikan keteladanan dengan gaya mencontohkan
keterlibatan langsung sebagai bentuk pengajaran yang diberikan
kepada saya dalam menjalankan tugas.
3) Bagaimana respon atasan anda, jika anda mampu dan mau menjalankan tugas ?
Ya, saya selalu diberikan dukungan dan arahan dari atasan.
4) Lalu, bagaimana sikap atasan anda, jika anda keduanya mampu dan mau dalam
menjalankan tugas ?
Pimpinan tidak berbuat banyak kepada saya … hanya sebatas
berbicara, bagus itu … ok … jika kita mampu dan mau menjalankan
tugas.
B. Kepemimpinan arah-tujuan dalam Lembaga BPJS Kesehatan.
1) Bagaimana harapan atasan anda terhadap anda dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan, serta apakah anda diberikan bimbingan khusus tentang bagaimana
untuk menyelesaikan tugas tersebut?
Saya dan teman-teman lain tahu apa yang diharapkan dari atasan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, harus mengikuti aturan
dan jadwal yang sudah ditentukan. Selagi kita mampu mengerjakan
sendiri atasan kita tidak terlalu berbuat banyak, namun jika kita
mengalami kesulitan pastinya atasan kita memberikan arahan yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas tersebut.
2) Bagaimana bentuk kerjasama yang diabngun atasan anda dengan anda, serta
hubungan sesama karyawan dan suasana kerja yang atasan anda bangun ?
Ya atasan saya baik, peduli terhadap karyawanya, hubungan
kerjasamanya juga baik satu sama lain dalam pekerjaan. Membuat
kita semua merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan setiap
harinya karena nuasa kerja yang dibangun perdasarkan prinsip
kekeluargaan.
PERTANYAAN DAN
HASIL WAWANCARA
3) Apakah atasan anda terlebih dahulu berkonsultasi atau menggunakan saran-saran
anda jika atasan anda mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ?
Ya atasan saya menggunakan atau mendiskusikan saran-saran kita
sebagai bawahan mereka jika mereka kesulitan dalam mengambil
keputusan.
4) Apakah atasan anda pernah memberikan tugas yang menantang, serta apa yang
atasan anda harapkan dari akan hal itu ?
Ya pernah, untuk memberikan hasil yang terbaik bagi lembaga ini.
C. Kepemimpinan pertukaran members-exchange dalam Lembaga BPJS.
1) Bagaimana cara atasan anda membangun sebuah kinerja yang baik dalam sebuah
tim kerja, serta bagaimana atasan anda membangun hubungan dengan pegawai
lain diluar dari pada unit kerja ?
Atasan saya selalu memberikan motivasi dan bagi saya dalam satu
tim kerja. Hubungan dengan staff lain dari unit lain baik, komunikasi
lancar maupun dengan unit kerja lain sendiri.
2. Faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kepemimpinan lembaga BPJS
Kesehatan.
a. Bagaimana bentuk hubungan kerjasama yang diterapkan atasan anda dengan anda ?
Hubungan kerjasama yang baik dengan saling komunikasi secara
intens. Kami percaya dengan kelebihan yang dimiliki atasan kami
dalam memimpin kami.
b. Apa yang menjadi penghubung anda dengan atasan anda maupun dengan teman
sesama staff lain ?
Visi yang sama dalam visi organisasi.
c. Bagaimana bentuk kepudulian social yang atasan anda bangun dengan anda ?
Ya pimpinan berempati dan peduli sama kita sebagai staff mereka,
sebaliknya juga seperti itu, kita berempati dengan atasan kita.
3. Pertanyaan tambahan
a. Saya melihat setiap hari jum’at pagi anda dan pegawai lainya melakukan senam pagi
terlebih dahulu, lalu setelah itu anda berkumpul di gedung Dr.IGM Brataranuh,
apakah memang sudah menjadi kegiatan rutinitas kelembagaan ini?
Ya memang kita rutin.
Top Related