KEPEDULIAN SOSIAL ANAK
DI LINGKUNGAN MASYARAKAT MARGOSARI
STUDI DESKRIPTIF ANAK-ANAK SANGGAR BELAJAR
MARGOSARI, SIDOREJO, SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
NUR IKHWANI
NIM 111-13-192
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
v
MOTTO HIDUP
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia lainnya”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di
dalam Shahihul Jami‟ no:3289)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak Ibuku yang tercinta Bapak Sukarmin (alm) dan Ibu Suparti yang selalu
memberiku nasihat, kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus
untuk anak-anaknya.
2. Kakak-kakakku yang tersayang mbak Sulis, mas Mahbub, mas Hamid, mbak
Karti, mas Syarif, dan mbak Prapti yang selalu memberikan dorongan
motivasi dan nasehat yang membangun.
3. Keponakan-keponakan ku yang selalu memberikan semangat.
vi
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul Kepedulian Sosial
Anak di Lingkungan Masyarakat (Studi Kasus Anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga) ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad
SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa’atnya
di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istikomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses
penulisan skripsi ini.
vii
5. Bapak Drs. Nasafi, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Mas Indra Apriyanto Selaku pimpinan Sanggar Belajar Margosari yang telah
memberikan ijin dalam penelitian ini.
8. Anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
9. Sahabat perjuangan di masjid Baiturrahman Margosari yang telah
membersamai dalam setiap waktu.
10. Sahabat perjuangan di GEMAS (Generasi Masjid) Margosari. Tetaplah dalam
semangat nafas perjuangan.
11. Sahabat perjuangan di IMADISA. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
12. Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2013. Terima kasih kawan dan
tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
13. Teman inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima
kasih atas dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya.
Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut do’a
semoga Allah Swt meridloi setiap langkah dan mencatatnya sebagai amal sholeh.
Jazakumullahu bi ahsanil jaza‟.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun teknis. Oleh
karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar bisa
viii
menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga skripsi ini bisa
memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada pribadi penulis.
Salatiga, 11 September 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
Ikhwan, Nur. 2017. Kepedulian Sosial Anak di Lingkungan Masyarakat Margosari
Studi Deskriptif Anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo,
Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri. Dosen
Pembimbing; Imam Mas Arum M.Pd.
Kata Kunci: Kepedulian Sosial, Dukungan masyarakat.
Latar belakang penelitian ini yaitu Kehidupan masyarakat sekarang bergeser
menjadi individualis, kebersamaan dan tolong menolong yang dulu menjadi ciri khas
masyarakat kita semakin menghilang. Kepedulian kepada sesamapun semakin
menipis, pergeseran kehidupan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya
adalah faktor arus moderenitas menjadi faktor pendukung utama perubahan sosial.
Kepedulian sosial perlu diajarkan sejak kecil karena kepedulian seseorang tidak
tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa pendidikan ataupun
pembiasaan. Salah satu upaya dalam mengajarkan anak-anak pentingnya mempunyai
kepedulian sosial dalam berteman dan bermasyarakat yang baik, seperti yang
dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Objek penelitian
ini yaitu anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Pertanyaan utama
yang ingin peneliti jawab adalah: (1) Bagaimana kepedulian sosial anak-anak
Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat? (2)
Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga? dan (3) Bagaimana problematika kepedulian sosial anak-anak
Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan
datanya antara lain: wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan teknik analisis
data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Temuan ini menunjukkan bahwa (1) Kepedulian sosial anak-anak Sanggar
Belajar Margasari Sidorejo, Salatiga yaitu: Tolong menolong, Tanggung jawab dan
gotong royong. (2) Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga yaitu: dukungan yang berupa material yang bisa
berbentuk barang atau uang dan motivasi yang membangun. (3) Problematika
kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di
lingkungan masyarakat yaitu: masih ada anak yang sesuka dirinya sendiri dan tidak
hadir dalam acara kegiatan dan faktor material yang menghambat.
x
DAFTAR ISI
Sampul i
Persetujuan Pembimbing ii
Pengesahan Naskah Skripsi iii
Pernyataan Keaslian Tulisan iv
Motto dan Persembahan v
Kata Pengantar vi
Abstrak ix
Daftar Isi x
Daftar Tabel xii
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Kegunaan Penelitian 5
E. Batasan operasional 6
F. Metode Penelitian 7
G. Sistematika Penulisan 14
BAB II KAJIAN TEORI 17
A. Kajian Yang terdahulu 16
B. Kajian pustaka 29
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN 38
xi
A. Paparan Data 38
B. Temuan Penelitian 46
BAB IV PEMBAHASAN 61
A. Kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat 61
B. Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga 71
C. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatigadi lingkungan masyarakat 73
BAB V PENUTUP 76
A. Kesimpulan 76
B. Saran 77
Daftar Pustaka 78
Lampiran-lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 - Struktur Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga 43
Tabel 3.2 - Acara Kegiatan Sanggar 44
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
3. Daftar SKK(Satuan Kredit Kegiatan)
4. Lembar Konsultasi
5. Pedoman Wawancara
6. Hasil Wawancara
7. Triangulasi Data
8. Dokumentasi
9. Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut sosial.
Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang
memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran,
tolong-menolong. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan
sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri. Meskipun pandangan Islam sudah demikian benar, namun
kenyataannya masih banyak orang yang kurang peka terhadap permasalahan
sosial sekarang ini. Sehingga tatanan sosial menjadi kurang seimbang yang
akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian, perampokan,
pembunuhan, yang mungkin saja hal ini terjadi yang disebabkan salah satunya
karena faktor kurang peduli terhadap permasalahan sosial. Hal tersebut dapat
dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti saling menolong, memberi,
mengasihi akan tetapi dalam kenyataanya masih banyak muslim yang apatis
terhadap tanggung jawab sosial tersebut.
Kehidupan masyarakat sekarang bergeser menjadi individualis,
kebersamaan dan tolong menolong yang dulu menjadi ciri khas masyarakat
kita semakin menghilang. Kepedulian kepada sesamapun semakin menipis.
Pergeseran kehidupan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya
2
adalah faktor arus moderenitas menjadi faktor pendukung utama perubahan
sosial. interaksi antara satu orang dengan yang lainnya didasari atas
kepentingan, baik itu kepentingan karir, politik, bisnis, ekonomi dan
kepentingan lainnya. Setiap manusia dengan hati nuraninya sesungguhnya
memiliki kepekaan sosial, manusia memiliki perasaan dan emosi yang mudah
trenyuh, terharu, prihatin dan sebagainya, bila melihat sekelilingnya
membutuhkan bantuan atau pertolongan.
Persoalannya, tidak semua perasaan trenyuh melihat penderitaan atau
kekurangan di sekitar kita. Empati itu lebih banyak dilokalisasi pada
partisipasi pribadi. Kita mengetahui penderitaan orang lain maupun merasa
prihatin terhadap sebuah masalah sosial yang kita ketahui langsung maupun
lewat media, namun keprihatinan hanya tersimpan dalam hati karena berbagai
alasan ketidak mampuan, jarak dan waktu atau alasan situasi lainnya.
Kepedulian sosial perlu diajarkan sejak kecil karena kepedulian
seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa
pendidikan ataupun pembiasaan. Seseorang akan peka terhadap kondisi sosial
yang ada pada lingkungan sekitarnya apabila ketika seseorang itu sudah
menanamkan jiwa sosialnya dan seseorang tersebut akan lebih mudah dalam
bersosialisasi serta akan lebih dihargai di masyarakat. Dimulai dengan hal
yang kecil seperti membantu teman sebayanya untuk belajar bersama semisal
mengerjaka PR(pekerjaan rumah) atau membantu temannya ketika temannya
mendapatkan kesuliatan memahami materi pelajaran yang sudah diajarkan
oleh guru, memberikan buku bacaan yang sudah tidak dipakai diberikan pada
3
temannya atau di sumbangkan ke tempat yang menampung buku bacaan
semisal perpustakaan, menjenguk temannya yang sakit, aktif dalam kegiatan
yang ada di masyarakat semisal kegiatan gotong royong membersihkan
lingkungan, meramaikan masjid dan suka berinfaq.
Salah satu upaya untuk melatih anak supaya bisa bersosialisasi dalam
masyarakat dengan baik sebagaimana yang ada di Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga. Setiap hari anak-anak datang melakukan berbagai aktifitas
kegiatan. Sanggar ini mengajarkan anak-anak pentingnya mempunyai rasa
kepedulian dalam berteman dan bermasyarakat seperti perilaku anak-anak di
Sanggar tersebut perilakunya waktu memperlakukan teman seumuran atau
lebih muda darinya tersebut saling menghormati, berbicara sopan, tanggung
jawab, dan saling membantu meringankan kesusahan temannya.
Anak-anak di Sanggar juga aktif dalam kegiatan di masyarakat seperti
kegiatan infaq mandiri, kerja bakti, dan di Sanggar tersebut ada sebuah
kegiatan yang sampai sekarang masih aktif berjalan yaitu santunan warga
muslim yang kurang mampu, pengajian akbar satu tahun dua kali, pengajian
satu bulan dua kali pada hari minggu pagi, pengajian remaja di hari Jum’at
selepas maghrib setiap minggunya dan infaq keluarga mandiri. Dalam semua
program tersebut, anak-anak Sanggar bertugas untuk menghendel semua.
Keadan anak yang ada di Sanggar tersebut ada yang masih dalam taraf
belajar dan ada juga yang sudah berwirausaha. Anak yang sudah dewasa atau
remaja memiliki peran untuk selalu membimbing anak-anak yang masih muda
yaitu anak-anak yang masih dalam taraf pendidikan umum. Peran anak remaja
4
tersebut sangat berpengaruh dalam kontribusinya di Sanggar terutama dalam
memberikan contoh dan menuntun anak-anak yang masih muda dalam
menjalankan kegiatan atau program-program yang sudah di sepakati bersama.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk mengadakan
penelitian kualitatif dengan judul kepedulian sosial anak di lingkungan
masyarakat Margosari studi deskriptif anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga Tahun 2017.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
2. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga?
3. Bagaimana problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian dan rumusan masalah di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Untuk mengetahui kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
2. Untuk mengetahui dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar
Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga.
3. Untuk mengetahui problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar
Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritik
Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan
pengembangan khazanah terkait dalam pelaksanaan kepedulian sosial
anak, khususnya bagi anak-anak Sanggar Belajar Margosari Sidorejo
Salatiga supaya lebih bisa meningkatkan kepedulian sosialnya.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Sanggar bahwa
kepedulian sosial sangat diperlukan untuk dipertahankan dan
dikembangkan untuk anak-anak dan masyarakat.
b. Bagi pimpinan Sanggar Belajar bisa dijadikan sebagai bahan acuan
untuk terus berkarya dalam meningkatkan kepedulian sosial.
E. Batasan operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul di atas,
maka perlu adanya batasan pada beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi
yaitu:
6
1. Kepedulian Sosial
Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain
dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang
lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah
berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain (Samani, 2013:56)
2. Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh
suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.
Sanggar Belajar Margosari adalah suatu tempat berkumpul anak-anak
Margosari, letaknya berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman
masyarakat Margosari, Sidorejo, Salatiga. Sanggar ini berdiri dari gagasan
beberapa pemuda setempat yang awalnya melihat konsep kehidupan sosial
di Jogokaryan letaknya di daerah kota Jogjakarta yang membuatnya
termotivasi dan ingin menciptakan suasana di lingkungannya seperti apa
yang sudah di lihat dan dirasakan selama berada di Jogokaryan. Kemudian
konsep tersebut di bawa ke kampungnya dengan melibatkan bantuan dan
dukungan berbagai pihak untuk membentuk suatu Sanggar. Sanggar
tersebut terbentuk pada tanggal 5 Muharam 1434H/ 19 November 2012.
Sanggar Belajar Margosari ini dapat naungan dari Yayasan Nururl Iman
letaknya yang berada di Jl. Margosari II No.26 RT 05/01 Salatiga tepatnya
di kelurahan Margosari, Sidorejo, Salatiga.
7
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang mempunyai maksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, sikap,
motivasi, dll dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (moelong, 2009:6).
Menurut bogdan dan Biklen (1992, 22) teori pendekatan kulaitatif
ada 5 yaitu: pendekatan fenomenologis, interaksi simbolis, kebudayaan
dan etnometodologi. Dari 5 teori pendekatan tersebut, maka jenis
penelitian ini termasuk pendekatan etnometodologi, yaitu berupaya
memahai bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan
menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha
memahami bagaimana orang-orang mulaimelihat, menerangkan, dan
menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup.
2. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Hal ini dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2009:168) mengemukakan
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
8
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian atau tempat dimisalkan seperti penelitian di suatu
perusahaan, lembaga, organisasi, program studi. Peneliti tidak sulit
mencari, menetapkan dan mengidentifikasikan responden yang memenuhi
kriteria (Hamidi, 2010:78). Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan data adalah di Sanggar Belajar Anak-anak di
Margosari Sidorejo Salatiga. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data
mengenai kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat.
4. Sumber Data
a. Data utama atau data primer
Data primer atau utama adalah data yang diperoleh langsung
dari tempat penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong,
2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan. Sumber data utama di catat melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video/audio recorder. Sumber data utama
dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan
data dari ketua Yayasan Nururl Iman yang menaungi Sanggar Belajar
anak-anak Margosari Sidorejo Salatiga, pimpinan Sanggar Belajar
Margosari Sidorejo Salatiga, anak-anak Sanggar yang aktif, dan warga
masyarakat sekitar Sanggar.
9
b. Data kedua atau data sekunder
Data kedua atau data sekunder adalah data tambahan yang
berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang
berkaitan dengan kepedulian sosial anak dalam masyarakat di Sanggar
Belajar anak-anak Margosari Sidorejo Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Sugiyono (2011:309) mengatakan bahwa data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Pada
penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dengan natural setting
(kondisi alamiah), dan sumber data primer. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Penjelasan dan penggunaan dari macam-macam teknik
pengumpulan data tersebut dipaparkan dalam uraian berikut ini.
a. Teknik observasi
Nasution (Sugiyono, 2011:310) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Lalu Moleong, lexy (2002:126)
menyatakan bahwa pengamatan atau observasi mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi kepercayaan, perhatian, perilaku
taksadar, kebiasaan sehingga memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian. Dan Suharsimi
Arikunto (2013:199) menjelaskan metode pengumpulan data yang
10
dilakukan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Maka dalam penelitian ini data dikumpulkan berdasarkan fakta
kenyataan dengan mengoptimalkan dari segi kepercayaan, perilaku,
perhatian, terhadap sesuatau objek dengan seluruh alat panca indra.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu”
(Moleong, 2009:186). Deddy Mulyana (2010:180) mengemukakan
wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperolech informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu. Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data yang didapat
baik dari sumber data primer maupun data sekunder. Penulis dalam
penelitian ini akan melakukan wawancara dengan pimpinan Sanggar,
Ketua Yayasan Nururl Iman, anak-anak Sanggar dan masyarakat
setempat.
c. Teknik dokumentasi.
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa benda-
benda yang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian (Arikunto, 2013:201)
sedangkan menurut (Hasan, 2002:87) dokumentasi merupakan teknik
11
pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek
penelitian, namun melalui dokumen-dokumen. Teknik dokumentasi ini
peneliti mencari dokumen-dokumen penting atau arsip-arsip yang
mendukung data yang berkaitan dengan penelitian dan untuk
memperkuat data-data yang didapat.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)
mendenifisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain.
Analisis data penelitian ini dijabarkan sebagaimana uraian berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:240). Hal ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk
dikaji dan diteliti serta diketahui keasliannya.
12
b. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polannya
(Sugiyono, 2012:247). Reduksi data ini berguna untuk meninjau
kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak
perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak
dicantumkan dalam penulisan penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi yang
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya.
Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat memahami isi
dalam penelitian ini.
d. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya
(Sugiyono, 2012:252). Penarikan kesimpulan ini digunakan peneliti
untuk menarik suatu masalah yang ada.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini peneliti berusaha
memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji
keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan
13
dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul,
agar tidak terjadi salah memasukkan data yang terkumpul.
Teknik triangulasi Menurut Lexy J. Moleong (2009:330-331)
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data. Sama seperti pendapat Sugiyono (2012:273)
bahwa triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulangi yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
a. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data berarti, untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan mengecek data yang teleh diperoleh melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274). Triangulasi sumber data
berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu
dengan informan yang lainnya dan juga mengecek kebenaran dan
kepercayaan suatu informasi.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,
2012:274). Metode ini digunakan untuk pengecekan keabsahan data
untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri
tidak hasil penelitian orang lain.
14
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada
pembimbing dalam penyusunan surat ataupun proposal penelitian,
dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan
wawanacara, observasi, dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini
penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut
dilakukan.
c. Tahap analisis data
Penulis melakukan analisis data yang diperoleh melalui
wawancara mendalam dan dokumentasi dengan anak anak Sanggar
dan masyarakat sekitar Margosari.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh maka penulis membuat
sistematika yang terbagi dalam beberapa bab:
Bab I Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan operasional,
metode penelitian, dan sistemtikan penulisan skripsi.
15
Bab II landasan teori yaitu berisi : kajian terdahulu dan kajian pustaka
yang berupa pengertian kepedulian sosial faktor-faktor dan bentuk-bentuk
kepedulian sosial
Bab III paparan data dan temuan penelitian yang berisi tentang :
Gambaran Lokasi Penelitian,Sejarah Singkat tentang Sanggar Belajar,
Keadaan Geografis Sanggar Belajar, Keadaan Masyarakat di sekitar Sanggar
Belajar, Sarana dan Prasarana, Visi dan Misi, Struktur Sanggar, Gambaran
Informan dan temuan
Bab IV pembahasan yaitu berisi tentang : bentuk-bentuk kepedulian
sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga dilingkungan
masyarakat, dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga, dan problematika anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan Masyarakat
Bab V penutup yang merupakan bab terakhir yang berupa : Kesimpulan
dan saran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian yang terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai penelitian yang telah
ada, ditemukan berbagai penelitian karya ilmiah (skripsi) terdahulu yang
sealur dengan tema kajian ini. Berikut hasil penelusuran tentang skripsi
yang berkaitan dengan tema penelitian ini, diantaranya:
Pertama: Lita Ayu Sofiana, Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul: “Implementasi
Karakter Kepedulian Sosial Melalui Kegiatan Gotong Royong (Studi
Kasus Pembangunan Jalan Di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren
Kabupaten Ngawi)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan
gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten
Ngawi, mendeskripsikan hambatan-hambatan yang mempengaruhi
implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong royong
di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi,
mendeskripsikan solusi untuk mengatasi implementasi karakter kepedulian
sosial melalui kegiatan gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan
Widodaren Kabupaten Ngawi. Hasil dari penelitian ini yaitu: Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) warga masyarakat di Desa
17
Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi memiliki karakter
kepedulian sosial yaitu mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan
masyarakat, dan cinta damai dalam menghadapi persoalan. (2) hambatan
yang mempengaruhi adalah kurangnya semangat warga dalam melakukan
pembangunan jalan, rendahnya sarana prasarana, dan ada warga yang tidak
mengikuti kegiatan. (3) solusi untuk mengatasi hambatan adalah tidak ada
warga yang marah karena ada yang tidak mengikuti kegiatan, memberikan
denda berupa uang atau makanan, dan membangun semangat gotong
royong dalam pembangunan jalan (http://eprints.ums.ac.id 18.38, 20-07-
2017).
Kedua: Skripsi Cahyo Waskito Adi, Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan, Program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, yang berjudul:
“Penanaman Kepedulian Sosial Di Mts Satu Atap Hidayatul Mubtadi‟in
Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses penanaman kepedulian
sosial di MTs Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen, Kecamatan
Purwojati Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penanaman nilai kepedulian sosial di MTs Satu Atap Hidayatul
Mubtadi’in Kalitapen terdapat beberapa tahapan sebagai berikut: Tahap
Transformasi, tahap transaksi nilai dan tahap traninternalisasi. untuk
menunjang dalam menanamkan kepedulian sosial pada siswa guru
menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, hukuman dan
18
pengkondisian lingkungan (http://repository.iainpurwokerto.ac.id 18.38,
20-07-2017).
Ketiga: Galing Faizar Rahman, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta, yang berjudul: “Pendidikan Nilai
Kepedulian Sosial Pada Siswa Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar Negeri
Muarareja 2 Kota Tegal Tahun Ajaran 2013/2014”. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pendidikan nilai kepedulian sosial pada siswa
kelas tinggi di Sekolah Dasar Negeri Muarareja 2 Kota Tegal. Hasil
penelitian tersebut yaitu guru sudah menanamkan nilai kepedulian sosial
di SD N Muarareja 2 Kota Tegal. Penanaman tersebut meliputi; (1) cara
verbal melalui motivasi, nasihat, cerita, teguran, hukuman, pujian, dan cara
non verbal melalui pembiasaan perilaku, teladan; (2) strategi keteladanan,
kegiatan spontan teguran, pengondisian lingkungan, dan kegiatan rutin
belum dilaksanakan dengan baik dan maksimal; (3) guru menggunakan
model gabungan dengan mengintegerasikan penanaman nilai melalui
pelajaran dan luar pelajaran (http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14410 18.38,
20-07-2017).
Dari ketiga karya ilmiah di atas memiliki kesamaan yaitu sama-
sama membahas mengenai kepedulian sosial, akan tetapi dari tiga karya
ilmiah di atas memiliki perbedaan dengan karya ilmiah yang saya teliti
sekarang ini.
Perbedaan dari skripsi yang pertama dari saudari Lita Ayu Sofiana
skripsi dari saudari Lita Ayu Sofiana ini mencakup tentang karakter dalam
19
kepedulian sosial, sedangkan skripsi yang kedua dari saudara Cahyo
Waskito Adi skripsi tersebut membahas tentang tahapan penanaman nilai
kepedulian sosial, dan skripsi yang terakhir atau ketiga dari saudara Galing
Faizar Rahman skripsinya tersebut juga membahas tentang penanaman
pendidikan nilia kepedulian sosial.
Dari tiga kajian karya Ilmiah yang relevan di atas tersebut dengan
penelitian yang sekarang saya teliti, tidak memiliki kesamaan sama sekali,
karena yang saya teliti adalah kepedulian sosial dan dukungan masyarakat
yang berjudul kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat Margosari
studi deskriptif anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
tahun 2017.
B. Kajian pustaka
1. Dukungan sosial
Dukungan sosial yaitu suatu kenyamanan perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang
atau kelompok lain (maslihah 2011, 106)
2. Problematika
pengertian problematika istilah problema atau problematika
berasal dari bahasa inggris yaitu Problematic yang artinya persoalan
atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti
hal yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan
(Diknas, 2008, 276)
20
3. Kepedulian Sosial
Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain
dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan
orang lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
tidak pernah berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain
(Samani, 2013:56). Darmiyati Zuchdi (2011: 170) menjelaskan
bahwa, kepedulian sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa, kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu
orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial
Abu Ahmadi (1999: 172) mengemukakan pendapat dalam
bukunya Psikologi Sosial bahwa faktor yang mempengaruhi sikap
sosial ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Sama apa yang
di kemukakan oleh Sarwono (1997: 89 ) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap sosial seseorang ada dua; pertama faktor
intern yaitu faktor pada diri anak itu sendiri, adapun faktor intern
ini seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan yang
kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor faktor yang berasal dari
luar, adapun faktor ini seperti faktor lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah.
21
Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah
sebagai berikut; pertama faktor intern yaitu faktor yang muncul
dari dirinya sendiri seperti faktor sugesti, identifikasi, dan imitasi.
Selanjutnya yang kedua adalah faktor ekstern faktor ini berasal dari
luar seperti lingkunga keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing faktor
yang mempengaruhi sikap sosial trsebut.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi sikap
sosial anak yang datang dari dalam dirinya sendiri. faktor ini
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: faktor sugesti, faktor
imitasi dan faktor identifikasi.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor
tersebut.
a) Faktor Sugesti
Sugesti adalah suatu proses mempengaruhi dari
individu terhadap individu lain, sehingga ia dapat menerima
norma atau pedoman tingkah laku tertentu
(http://choirul_umam.02 Mei 17. 22.30WIB. Hal 21).
22
Sehubungan dengan hal ini pula dalam buku
Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Baik tidaknya sikap
sosial anak dipengaruhi oleh sugestinya, artinya apakah
individu tersebut mau menerima tingkah laku maupun
perilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama”
(Sarwono, 1997 : 65).
Dari pendapat ahli tersebut di atas, dapat dikatakan
sugesti dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang
sedangkan anak yang tidak mampu bersugesti cenderung
untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak
merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama
dengan orang lain dan sebagainya.
b) Faktor Imitasi
Imitasi berasal dari bahasa latin Imitari yang artinya
meniru atau mencontoh. Imitasi yaitu setiap individu
memiliki sifat kecendrungan untuk melakukan seperti yang
dilakukan oleh orang lain (http://choirul_umam.02 Mei 17.
22.30WIB. Hal 21).
Purwanto menjelaskan dalam buku Psikologi
Pendidikan karyanya bahwa, Sikap seseorang yang
berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan
orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang
merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya, hal ini
23
penting di dalam membentuk rasa kepedulian sosial
seseorang (Purwanto, 1999 : 65).
Dari pengertian tersebut di atas sudah jelas bahwa
imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang, di mana
seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang
lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain,
apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang
ataupun gembira.
c) Faktor Identifikasi.
Identifikasi adalah suatu kecendrungan yang tanpa
disadari untuk menyamakan diri atau bertingkah laku yang
sama seperti yang dilakukan pihak lain
(http://choirul_umam. 02 Mei 17. 22.30WIB. Hal 22).
Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan
bahwa; anak yang menggangap keadaan dirinya seperti
persoalan orang lain ataupun keadaan orang lain seperti
keadaan dirinya akan menunjukkan perilaku sikap sosial
yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang
di sekitarnya, sedangkan anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya lebih cenderung menarik diri
dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan
keadaan orang lain” (Sarwono, 1997 : 88).
24
Menurut pendapat para ahli di atas sudah jelas
bahwa seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri
dengan keadaan orang lain akan lebih mampu merasakan
keadaan orang lain, dari pada seorang anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang
cenderung mampu merasakan keadaan orang lain.
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang yang terdapat di luar
pribadi anak. Dalam pembentukan dan perubahan sikap ini
lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari
banyak memiliki peranan. Lingkungan yang dimaksud
merupakan lingkungan di mana seseorang hidup dan
berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut lingkungan
sosial. Menurut Elly M. Setiadi, dkk (2012: 66), lingkungan
sosial merujuk pada lingkungan di mana seseorang melakukan
interaksi sosial, baik dengan anggota keluarga, teman, dan
kelompok sosial lain yang lebih besar. Buchari Alma, dkk
(2010: 205-208) membagi faktor yang mepengaruhi sikap
kepedulian sosial berdasarkan lingkungan ada tiga yaitu:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Dari tiga lingkungan di atas akan di jelaskan sebagai berikut.
a) Faktor Lingkungan Keluarga
25
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak,
keluarga merupakan lingkungan yang pertama dari anak
dan dari keluarga anak menerima pendidikan, maka dari itu
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan
sosial terkecil yang dialami oleh seorang manusia,
lingkungan inilah yang pertama kali mengajarkan manusia
bagaimana berinteraksi.
Abu Ahmadi (1991: 278) menjelaskan bahwa
interaksi tersebut dapat diwujudkan dengan air muka,
gerak-gerik dan suara lalu anak akan belajar memahami
gerak-gerik dan air muka orang lain tersebut. Hal ini
penting sekali untuk perkembangan anak, dengan belajar
memahami gerak-gerik dan air muka seseorang anak
tersebut telah belajar memahami keadaan orang lain.
Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap perkembangan anak demikian pula
sebaliknya, “Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang,
perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak
memanjakan anak-anaknya dapat mem-pengaruhi sikap
sosial bagi anak-anaknya” (Purwanto, 1999 : 89).
Sedangkan pandangan Abuddin nata dalam bukunya
ilmu pendidikan Islam mengatakan bahwa tanggung jawab
26
orang tua pada anak tidak hanya bersifat duniawi,
melainkan ukhrawi dan teologis untuk itu lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh
pada pembentukan kepribadian anak (2010:299).
Sama seperti pendapat Sarwono (1997 : 66) bahwa
Keluarga adalah bagian dari keperibadian anak sejak saat
dilahirkan, pengaruh orangtua sangatlah besar, didikan
orangtua yang terlallu keras, terlalu memberikan kebebasan
akan mempengaruhi timbulnya permasalahan pada anak
dan anak lebih mudah merasakan keadaan orang lain.
Dari pendapat para tokoh tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa keharmonisan dalam lingkungan
keluarga, sebab tanggung jawab otang tua ke anak sangat
besar dan anak yang mendapatkan kasih sayang serta
keluarga yang selalu memberikan perhatian yang lebih
kepada anak-anaknya merupakan sebuah peluang yang
cukup besar di dalam mempengaruhi dan membentuk
timbulnya sikap kepedulian sosial anak, karena anak-anak
akan mempelajari mimik muka dari lingkungan
keluarganya.
Sudah jelas bahwa lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya di dalam membentuk sikap kepedulian sosial
seorang anak, apalagi dengan didikan orangtua yang penuh
27
dengan kasih sayang, akan lebih mudah dalam membentuk
sikap sosial pada anak.
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar
meningkatkan kemampuan intelektual akan tetapi juga
membantu anak untuk dapat mengembangkan emosi,
berbudaya, bermoral, bermasyarakat, dan kemampuan
fisiknya.
Menurut Abuddin nata lingkungan sekolah adalah
tempat seorang anak mendapatkan berbagai informasi
tentang ilmu pengetahuan serta keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupannya (2010:300).
Berbeda dengan pandangan Ahmadi bahwa ketika
lingkungan sekolah cara penyajian materi yang kurang
tepat serta antara guru dengan murid mempunyai hubungan
yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang
kurang baik bagi anak yang akhirnya mempengaruhi sikap
sosial seorang anak (1996 : 65).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka faktor
lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial
anak adalah cara penyajian materi, perilaku maupun sikap
dari para gurunya, serta fasilitas atau peraturan-peraturan
28
sekolah yang didapat oleh anak itu juga dapat
mempengaruhi sikap kepedulian sosial anak.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak
para remaja sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat.
Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga
sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya
itu baik maka akan membantu di dalam pembentukkan
kepribadian dan mental seorang anak, begitu pula
sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik maka
akan berpengaruh kurang baik pula terhadap sikap sosial
seorang anak, seperti tidak mau merasakan keadaan orang
lain.
Menurut Sarwono lingkungan masyarakat sangat
berpengaruh pada anak-anak karena “Lingkungan
masyarakat yang dapat mempengaruhi timbulnya berbagai
sikap sosial pada anak seperti cara berperilaku yang baik
atau sebaliknya berperilaku yang kurang baik” (1997 : 59).
Sedangkan menurut Abuddin nata (2010:301) dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa
kalo di dalam masyarakat tersebut terdapat berbagai
29
peluang bagi manusia untuk memperoleh pengalaman yang
kelak akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.
Uraian pendapat para tokoh tersebut di atas dapat di
simpulkan bahwa lingkungan masyarakat sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukkan sikap sosial seorang
anak, begitu pula sebaliknya lingkungan masyarakat yang
kurang baik akan menimbulkan sikap sosial yang kurang
baik pula terhadap anak, karena lingkungan masyarakat
menjadi faktor memperoleh pengalaman yang akan
digunakan di masa depan.
b. Bentuk-bentuk kepedulian sosial
Dalam bukunya Zubaedi (2006:13) yang berjudul
pendidikan bebasis masyarakat, kepedulian sosial terdiri atas
beberapa hal di antaranya yaitu:
1) Loves (kasih sayang)
Kasih sayang ini terdiri atas; pengabdian, kekeluargaan,
tolong menolong, dan kesetiaan di bawah ini penjelasannya.
a) Pengabdian
Memilih diantara dua alternatife yaitu merefleksikan
sifat-sifat Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain
(Ar-rahman dan Ar-rahim) atau pengabdi diri sendiri.
Pengabdi pihak lain bukan berarti tidak ada perhatian sama
sekali terhadap diri sendiri, sehingga semisalnya tidak makan
30
sama arti bunuh diri. Tapi senantiasa berusaha mencintai
orang lain sepert mencintai diri sendiri. Perhatiannya sama
besar baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain. Apa yang
tidak patut diperlakukan terhadap dirinya tidak patut pula
diperlakukan terhadap pihak lain.
Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa pamrih
dan membalas kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik
hanya karena kecintaan.
b) Kekeluargaan
Kekeluargaan kalau di dalam anggota keluarga sendiri
memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan sebab
dalam kekeluargaan “saling memberi jaminan yang
menimbulkan rasa aman tidak ada rasa kekhawatiran dan
kecemasan dalam menghadapi hidup karena ada jaminan dari
sesama saudara” (Ilyas, 2007: 224). Tetapi ketika sudah
berada di luar lingkup keluarga sendri rasanya akan sedikit
sulit untuk mendapatkannya. Kekeluargaan sangat
dibutuhkan bagi setiap indvidu, dengan adanya kekeluargaan
kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.
c) Tolong Menolong
Menurut Yunahar ilyas dalam bukunya yang berjudul
kuliah akhlak menerangkan tolong menolong dalam bahasa
arabnya adalah ta’awun, sedangkan menurut istilah
31
pengertian ta’awun adalah sifat tolong menolong diantara
sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran
Islam tolong menolong merupakan kewajiban setiap muslim,
sudah semestinya konsep tolong menolong ini dikemas sesuai
dengan syariat Islam, dalam artian tolong-menolong yang
kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan
menolong yang kekurangan (Ilyas, 2007:224).
Firman Allah swt dalam potongan dalam Q.S. Al-
Maidah ayat 2, sebaagai berikut:
قوى ول تعاونوا على الثم والعدوان وتعاونوا على البر والت
إن للا قوا للا ددد العقا وات
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhya Allah ama
berat siksa-Nya (Kemenag RI, 2013:106).
Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh
manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan
dan takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang
lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan saling
member semangat terhadap apa yang Allah perintahkan serta
32
beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran (Ilyas,
2007:224).
d) Kesetiaan
Firman Allah SWT dalam Q.S Al an’am ayat 162-
163:
اي وممات لل ر العالمن قل إن صالت ونسك ومح
ن)٢٦١) ل المسلم (٢٦١( ل درك له وبذلك أمرت وأنا أو
Artinya: Katakanlah sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah Allah, Tuhan
semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama kali mnyerahkan diri kepada Allah(Kemenag RI,
2013:150).
Rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan
langsug kepada Allah dalam setiap shalat kita. Sebagai bukti
kesetiaan dan kepasrahan diri kita seutuhnya kepada Allah
SWT. Setia dan rela hanya Allah lah Tuhan kita. Dengan
begitu kita sudah menyatakan segalanya untuk Allah, shalat,
ibadah, hidup, bahkan mati pun hanya untuk Allah semata.
Betapa setianya kita setiap kali itu diucapkan dalam shalat.
Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada
Allah, hanya Allah lah yang berhak mengatur kita, hanya
33
Allah lah yang berhak dan wajib disembah dan ditaati segala
perintah dan larangan-Nya.
Sebagai seorang muslim yang berusaha untuk taat dan
bertakwa, kita senantiasa dituntut untuk berbuat yang benar
dan baik dalam hidup ini. Jangan sampai ucapan kesetiaan
dan kepasrahan kita kepada Allah dalam setiap shalat hanya
sebagai lipstick alias penghias bibir saja. sementara hati kita
dan perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari bertolak
belakang dengan apa yang kita ucapkan dalam sholat.
2) Responsibility (tanggung jawab)
Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas
hingga tuntas dan berkualitas (Sumarna, 2014:70). Jadi individu
yang bertanggung jawab itu akan melaksanakan kewajibannya
dengan sungguh-sungguh, bila melakukan kesalahan berani
mengakuinya dan ketika mengalami kegagalan tidak mencari
kambing hitam.
Tanggung jawab ini ter bagi atas; niilai rasa memiliki,
empati, disiplin. Berikut pemaparannya:
a) Nilai Rasa Memiliki
Pendidika nilai membuat anak tumbuh menjadi
pribadi yang tahu sopan santun, memiliki cita rasa, dan
mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap
34
hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita
rasa oral dan rohani.
b) Empati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata empati
adalah keadaan yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan pikiran
yang sama dengan orang atau kelompok (2008:369). Sama
seperti apa yang di kemukakan oleh Saleem Harja Sumarna
(2014:43) dalam bukunya yang berjudul Kepribadian Yang
Super mengatakan bahwa Empati yaitu suatu sikap atau
kepribadian yang memposisikan diri kita dalam keadaan
yang sama dengan yang dialami orang lain.
Dari pengertian di atas dapat saya tangkap makna
empati adalah seperti kemampuan kita dalam meyelami
perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya,
kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain
tanpa harus larut, dan kemampuan kita dalam merespon
keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini
dapat dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan
kedalaman hubungan kita dengan orang lain.
c) Disiplin
Disiplin disini dimaksud yaitu cara kita mengajarkan
kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima
35
kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan
menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku
mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk
mendorognya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar
ini. Alam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum
atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian,
sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan
hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.
3) Life Harmony (keserasian hidup)
Life Harmony ini terdiri dari; Toleransi, kerjasama,
keadilan. Berikut penjelasannya:
a) Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang
terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda.
Sikap toleransi ini di dalam masyarakat dipergunakan
untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan
dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam
bentuk kesalahpahaman dapat dihindari (Ilyas, 2007:223).
Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang
dibiarka itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi.
36
b) Kerja sama
Semangat kerja sama ini haruslah diajarkan secara
berkesinambungan. Jangan melakukan aktifitas-aktifias yang
mendorong adanya semangat kompetisi. Tapi gunakan
bentuk-bentuk aktifitas dan permainan yang bersifat saling
membantu. Tunjukkan bahwa usaha-usaha setiap individu fit
dalam kehidupan ini.
c) Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata „adl (dalam bahasa
arab), yang mempunyai arti antara lain sama dan seimbang.
Keadilan dapat di artikan menjadi dua bagian (Ilyas,
2007:235) yaitu;
(1) Pertama keadialan adalah membagi sama banyak, atau
memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau
kelompok dengan status yang sama.
(2) Yang kedua keadilan dapat diartikan memberikan hak
seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang
sesuai dengan kebutuhannya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-a’raf ayat 29
sebagai berikut:
قل أمر رب بالقسط
Artinya: Katakanlah Tuhanku menyuruh
menjalankan keadilan(Kemenag RI, 2013:153).
37
Dan ada ayat lagi yang menjelaskan mengenai keadilan
yaitu dalam Surat An- nahl ayat 90 berikut ini:
نهى أمر بالعدل والحسان وإتاء ذي القربى و إن للا
عظكم لعلكم رون عن الفحداء والمنكر والبغ تذك
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran (Kemenag RI, 2013: 277).
38
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data,
peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti
secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang
obyek penelitian yang peneliti maksud.
a. Sejarah Singkat Berdirinya Sanggar
Berdirinya Sanggar Belajar Margosari berawal dari
beberapa rombongan pemuda remaja Masjid Baitul Rahman
Margosari yang sedang berkunjung di suatu tempat yang bernama
kampung Jogokariyan yang berada di daerah Jogjakarta pada
tanggal 1 Muharam 1434 H/ 15 November 2012 dalam acara study
banding.
Sesampainya di kampung tersebut para pemuda merasakan
perbedaan di dalam suatu kehidupan sosial yang telah diterapkan di
kampung tersebut dan dari beberapa pemuda tersebut mengamati
dan bertanya-tanya mengenai bagaimana cara menerapkan dan
39
membentuk suatu tatanan kehidupan sosial yang baik yang sudah
berjalan di kampung Jogokariyan tersebut.
Kemudian dari salah satu pemuda itu terinspirasi pada
sistem pengelolaan tatanan kehidupan sosial di kampung
jogokariyan yang bisa membuat masyarakatnya kompak dan rajin-
rajin ke masjid, serta kedamaian di dalam masyarakat sangat tinggi
dalam menjunjung tali persaudaran yang saling toleransi,tolong
menolong, dan ramah tamah.
Setelah usai berkunjung dari kampung Jogokariyan salah
satu pemuda yang bernama Indra Apriyanto memiliki gagasan lalu
merundingkannya bersama-sama dengan beberapa temenya di
dalam bus mengenai pengalaman yang sudah didapatkan dari
kampung jogokariyan tersebut, supaya sesampainya di kampung
halaman ilmu dan pengalaman yang sudah didapatkan bisa di
terapkan dan dikembangkan di kampungnya yaitu Margosari.
Setelah sampai di rumah, satu hari kemudian pemuda yang
bernama Indra Apriyanto tersebut mengumpulkan beberapa
pemuda-pemudi yang ada di kampung Margosari untuk
merundingkan inspirasi pengalaman yang didapatkan dari kampung
Jogokariyan, agar dapat terkonsep dengan baik, dapat di terapkan
dan dapat diterima oleh warga dengan mudah.
Adapun sistem tatanan pengelolaan yang ada di Margosari
dengan di kampung Jogokariyan tidak sama persis karena sudah
40
sedikit di modifikasi tujuannya memodifikasi adalah agar warga
mudah menyesuaikan, mudah menerimanya dan bisa merasakan
manfaatnya. Karena di masyarakat Margosari masih mengalami
kendala dalam bersosialisasi antar sesama yang mana kepedulian
sosial di situ masih minim di miliki oleh masyarakat terutama di
kalangan pemuda-pemudi dan anak-anak.
Pemuda tersebut memulai merintis Sanggar pada tanggal 6
Muharam 1434H/ 20 November 2012 berawal mengajak
keluarganya terlebih dahulu, lanjut dia menarik anak-anak dan
pemuda untuk megarahkan dan membimbing supaya bisa terwujud
sesuai dengan cita-citanya yang dia rujuk dari pengalaman yang
sudah dia lihat di jogokariyan bersama beberapa pemuda-pemudi.
Adapun awal cara untuk menarik para anak-anak supaya
tertarik ke dalam Sanggar pemuda tersebut menggunakan berbagai
cara, dengan cara memberikan alat tulis pada anak-anak yang
datang ke Sanggar, sering ngadakan jalan santai kepada anak-anak,
dan ada juga cara semisal mengiming-imingi hadiah kepada anak-
anak yang rajin ke Sanggar serta berjama’ah di masjid setiap hari
dengan menggunakan absensi kehadiran yang menjadi tolak ukur
keaktifan anak-anak maka di puncaknya yaitu di setiap akhir bulan
anak-anak yang rajin akan mendapatkan doorprize.
Berjalanya waktu berputar akhirnya Sanggar tersebut dapat
respon positif dari masyarakat dan mendapatkan suatu fasilitas
41
yaitu berupa tempat gedung dari suatu yayasan yang berada di
Margosari yang bernama Yayasan Nururl Iman yang dipimpin oleh
Bapak H. Drs. Ismail Djuenaidi yang telah memberikan wewenang
untuk dapat memanfaatkan fasilitas gedung atau tempat untuk
berkumpul, berinteraksi dan belajar, letaknya berada di bawah
gedung Masjid Baitul Rahman. Anak-anak yang ada di dalam
Sanggar tersebut berbagai jenjang usia pendidikan ada yang masih
SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi dan ada juga remaja yang
sudah berwirausaha yang masih tetap andil dalam Sanggar tersebut.
b. Keadaan Geografis Sanggar Belajar
Keberadaan tata letak gedung Sanggar Belajar ini terletak
di Jl. Margosari II No 26 Salatiga. Tepatnya berada di antara
tengah-tengah pemukiman warga masyarakat Margosari Rt 05 Rw
01. Gedung Sanggar ini masih satu gedung dengan Masjid Baitul
Rahman Margosari letaknya di bawah masjid atau lebih tepatnya di
lantai satu menghadap ke utara yang berdampingan dengan gedung
Islamic Center Margosari.
c. Keadaan Masyarakat di sekitar Sanggar Belajar
Keadaan masyarakat yang ada di dekat Sanggar rata-rata
muslim walaupun ada juga warga yang nonmuslim, akan tetapi
ketika dalam menjalani kehidupan bermasyarakat warga disini
cukup baik, bertoleransi dan saling membantu satu sama lain dalam
menjalin kerukunan bermasyarakat dan beragama.
42
Masyarakat di sini juga sangat antusias mendukung
program-program yang berjalan di Sanggar, baik dukungan fisik
maupun material.
d. Visi dan Misi Sanggar Belajar Margosari
1) Visi
Sanggar Belajar merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan kreativitas generasi muda yang berkelanjutan
untuk menjalin persaudaraan dan rasa kebersamaan dalam
pengembangan kreatifitas.
Kemampuan dibidang religi dan kesejahteraan sosial
baik untuk masyarakat dilingkungan sekitar ataupun diwilayah
lain.
2) Misi
(a) Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam giat
berjama’ah dan membaca Al-Qur’an.
(b) Meningkatkan SDM demi masa depan yang lebih baik
melalui bidang masyarakat dan menjalin kerjasama dengan
instansi pemerintah ataupun pihak lain.
(c) Terwujudnya pemuda dan pemudi yang bertakwa kepada
Allah SWT penuh perhatian dan peka terhadap masalah
43
dengan daya fisik dan mental yang kuat, tegas dan teguh
pendirian serta mampu berkreasi, berkarya dan jujur
sebagai acuan dimasyarakat.
(d) Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semkain meningkat
bagi warga desa pada umumnya dan khususnya generasi
muda yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya
sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi
masalah sosial dilingkungannya.
e. Struktur Sanggar
Tabel 3.1
Struktur Sanggar Belajar Margosari Sidorejo Salatiga
Ketua Indra Apriyanto
Wakil Ketua Adib Bintang Samudra
Sekertaris 1. Wahyu Safitri
2. Adimas Bramantya
Bendahara 1. Nany Nur Cahyani
2. Sabrina Putri Fajarani
Seksi Dakwah & Si’ar 1. Dwi Sarwanto
2. Ahmad Muhlisin
Seksi Seni Kreatif & Budaya 1. Setyawan cristianto
2. Aulia Fitria Ningrum
Seksi Olahraga 1. Feri Rusadi Saputra
2. Altika Pardiana
Seksi Kegiatan Kreatif 1. Ari Probowati
2. Sabila Wahyu Sagita
Seksi Komunikasi & 1. Fajar Rusadi Saputro
44
Informatika 2. Ahmad Jauhari.M
Seksi Pendidikan 1. Ria Endri Nur Handayani
2. Hida Maftukhatul
3. Dinda Ayu Octaviana
f. Program-program acara Sanggar
Tabel 3.2
Acara kegiatan Sanggar
No Kegiatan
1 Santunan warga muslim kurang mampu
2 Infaq mandiri
3 Pasar murah
4 Kajian Ahad pagi
5 Kajian pengajian paramida(para pemudi dan pemuda)
6 Santunan untuk anak yang rajin di Sanggar
2. Gambaran Informan
45
Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti masing-
masing subjek terdiri dari anak-anak Sanggar, Masyarakat, pimpinan
Sanggar dan ketua Yayasan Nururl Iman. Berikut ini penjelasan
mengenai profil masing-masing anak-anak yang di jadikan responden
oleh peneliti, sebagai berikut :
a. Anak-anak Sanggar
1) Isnadila Wahyu sagita lahir di Salatiga, usia 14 tahun, sekarang
masih dalam taraf pendidikan sekolah menengah pertama
(SMP), mulai aktif dalam Sanggar Belajar Margosari sejak
tahun 2015.
2) Claudia Indah Mawarni lahir di Salatiga, usia 20 tahun,
sekarang masih dalam proses kuliah di salah satu kampus
suwasta yang ada di Salatiga, aktif andil di Sanggar Belajar
Margosari sejak 2014 di bulan-bulan akhir.
3) Sabila Wahyu Sagita lahir di salatiga, usia 16 tahun, tempat
tinggal di Rt 02 Rw 01, sekarang masih dalam taraf pendidikan
sekolah menengah kejuruan (SMK), andil dalam Sanggar sejak
pertengahan tahun 2014.
4) Wahid Palguna Bayu Sena lahir di Grobogan, usia 18 tahun,
tempat tinggal di Rt 05 Rw 01, pendidikan terakhir MAN, andil
di Sanggar sejak tahun 2015.
46
5) Moh Minan Sadzali lahir di Pati, Usia 18 tahun, tempat tinggal
di Rt 05 Rw 01, Pendidikan terakhir SMA, andil di Sanggar
pada tahun 2015.
b. Masyarakat
1) Ibu Siswaningsih lahir di Salatiga, usia beliau 56 tahun,
pekerjaan sebagai pedagang klontong di rumah, pendidikan
terakhir SMP, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.
2) Dwi Sarwanto lahir di Kab. Sragen, usia beliau 37 tahun,
pekerjaan sebagai Guru, pendidikan terakhir S1 pendidikan
Agama Islam, berdomisili di Margosari Rt 05 Rw 01.
3) Paidi Murwanto lahir di salatiga, usia beliau 70 tahun, beliau
pensiunan PNS, pendidikan terakhir SMA, berdomisili di
Margosari Rt 04 Rw 12.
4) Ibu Tri Wahyuni lahir di salatiga, usia 37 tahun, pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMK.
c. Pimpinan Sanggar dan Ketua Yayasan Nururl Iman
1) Indra Apriyanto (Pimpinan Sanggar) lahir di Salatiga, Usia 37
tahun, pendidikan terakhir D3, pekerjaan wirausaha.
2) Drs. K.H. Ismail Djoenaidi (Ketua Yayasan Nururl Iman) lahir
di Kab. Semarang, usia 62 Tahun, pensiunan dari PNS,
pendidikan terakhir S1(strata satu)
3)
47
B. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi
penelitian yaitu di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Peneliti
mendapatkan beberapa hal di antaranya :
1. Bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat.
Kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu
orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran.
Kegiatan yang ada di Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama manusia, sebab
di Sanggar tersebut anak-anak diajarkan supaya memiliki rasa
kepedulian kepada orang lain, merasakan kesusahan orang lain, dan
bertanggung jawab.
Berdasarakan wawancara yang dilakukan peneliti kepada
pimpinan Sanggar Belajar, Margosari, Salatiga bahwa anak-anak di
Sanggar diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti yang diungkapkan oleh Mas Indra selaku pimpinan Sanggar
sebagai berikut:
“Iya mas, saya mengajarkan anak Sanggar untuk peduli pada
lingkungan di sekitarnya. Seperti, membantu teman ketika ada teman
yang mengalami kesusahan Belajar, berinfaq dari sisa uang saku, dan
tidak lupa mengajarkan sopan santun selalu menghormati orang
lain”(20 Juli 2017).
Diperkuat dengan jawaban dari anak-anak Sanggar bahwa di
Sanggar anak-anak diajarkan untuk saling membantu seperti hasil
48
wawancara peneliti ketika menanyakan apakah di Sanggar diajarkan
untuk saling membantu atau peduli terhadap teman atau kepada
masyarakat, inilah data jawaban dari anak-anak Sanggar:
Menurut anak Sanggar yang bernama Isnadilla waktu peneliti
wawancara mengatakan tentang apakah di Sanggar anak-anak
diajarkan untuk peduli atau saling membantu terhadap teman atau
kepada masyarakat, seperti ini jawabanya:
“Iya mas, di beberapa acara di Sanggar semisal bantu belajar
teman ketika kesulitan belajar” (24 Juli 2017).
Hal yang sama peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
anak Sanggar yang bernama Bayu, dia mengatakan:
“Pernah. Seperti dicontohkan waktu di Sanggar, semisal
berinfak hasil sisa uang saku jajan” (21 Juli 2017).
Sedangkan menurut Claudia bahwa kegiatan yang diajarkan di
Sanggar yaitu:
“Di saat membantu mempersiapkan jamuan makan pada saat
acara pengajian atau acara yang diselenggarakan oleh Sanggar”( 24
Juli 2017).
Hampir sama yang dikatakana anak Sanggar yang bernama
Minan dan kaffa, dia mengatakan:
“Pernah mas, di ajak gotong royong bantu-bantu
membersihkan masjid bersama-sama teman” (21-24 Juli 2017).
Agak berbeda dengan yang dikatakan anak Sanggar bernama
Sabila, dia mengatakan:
49
“Pernah, salah satu contohnya adalah pembagian sembako
gratis dan penjualan sembako murah untuk warga Margosari
khususnya”(24 Juli 2017).
Berdasarkan beberapa pendapat anak-anak tentang apakah di
Sanggar anak-anak diajarkan tentang kepedulian atau saling
membantu kepada sesama teman atau masyarakat, penulis dapat
menyimpulkan bahwa di Sanggar telah diajarkan tentang kepedulian
atau saling membantu kepada sesama teman atau masyarakat, ini di
cerminkan dari berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak
beserta pimpinan Sanggar yang langsung andil di masyarakat yang di
wujudkan dalam berbagai kegiatan seperti, membantu teman,
berinfaq, gotong royong membersihkan masjid, pembagian sembako
gratis, membantu mensukseskan acara pengajian.
Adapun bentuk-bentuk kepedulian sosial yang dilakukan
anak-anak dan pimpinan Sanggar di lingkungan masyarakat yaitu
sebagai berikut:
Menurut pimpinan Sanggar yaitu mas Indra, beliau
mengatakan bahwa kegiatan yang dia lakukan dengan anak-anak di
lingkungan masyarakat seperti berikut:
“Kegiatan yang sampai saat ini masih jalan seperti,
menghendel acara kegiatan pengajian warga, santunan sembako
buwat warga yang kurang mampu, ikut gotong royong di kampung,
berinfaq”(20 juli 2107).
Sedangkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara
terhadap anak Sanggar yang bernama Claudia tentang bentuk-bentuk
50
kepedulian sosial yang dilakukan di lingkungan masyarakat, dia
mengatakan sebagai berikut:
“Kegiatan yang pernah saya lakukan di masyarakat yaitu
kerja bakti membersihkan lingkungan rumah”( 24 Juli 2017).
Hal yang sama peneliti dapat dari wawancara dengan anak
yang bernama Minan, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di
lingkungan masyarakat yaitu:
“gotong royong membersihkan kampung Margosari dan
membersihkan masjid baiturrahman”( 21 Juli 2017).
Data tersebut diperkuat dari peneliti dapatkan dari hasil
wawancara dengan masyarakat yang bernama Ibu siswaningsih bahwa
dia merasakan bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak di
lingkungan masyarakat seperti berikut ini kata beliau:
“ikut gotong royong di lingkungan”(28 Juli 2017).
Ungkapan yang sama diungkapkan oleh Bapak Dwi Sarwanto
seperti ini:
“kegiatan anak-anak membersihkan masjid” (28 Juli 2017).
Dari data di atas tersebut sama dengan yang dikatakan oleh
Bapak H. Ismail Djoenaidi seperti yang beliau katakana pada peneliti
sebagi berikut:
“Mendidik anak-anak kecil seperti Belajar, ketika masyarakat
mengadakan gotong royong anak-anak ikut membantu. Jadi kegiatan
anak-anak dapat meringankan beban masyarakat”(8 Agustus 2017).
51
Sedangkan wawancara peneliti dengan anak Sanggar yang
bernama Bayu, dia mengatakan seperti ini:
“Kalo saya pribadi yang sering saya lakukan itu mas,
membantu mempersiapkan dan menghendel acara pengajian rutinan
di Islamic Center buat warga Margosari”(21 Juli 2017).
Hal yang sama diungkapkan oleh kaffa, dia mengatakan:
“sebagai penggerak dalam kegiatan di masyarakat seperti
pengajian”(24 Juli 2017)
Jawaban di atas tersebut diperkuat dari hasil wawancara
peneliti dengan Bapak Paidi Murwanto yang mengatakan tentang
kegiatan yang dilakukan anak-anak di lingkungan masyarakat seperti
ini, kata beliau:
”Kegiatan dalam meramaikan masjid” (28 Juli 2017).
Sedikit berbeda dengan ungkapan dari Isnadilla anak Sanggar
ini mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di lingkungan
masyarakat yaitu:
“Acara ramadhan berbagi dan acara sembako murah, sembako
gratis” (24 Juli 2017)
Sama seperti data yang peneliti dapatkan dari anak Sanggar
yang bernama sabila dia mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan
di lingkungan masyarakat yaitu:
“Beberapa diantaranya adalah ramadhan berbagi yaitu
membagi makanan berbuka untuk orang-orang yang bekerja yang
tidak sempat berbuka di rumah, seperti tukang becak, pedagang-
pedagang di pasar, contoh lain adalah pemberian sembako gratis di
saat kajian ahad pagi di setiap dua bulan sekali, masih banyak contoh-
contoh kegiatan di Sanggar Belajar”(24 Juli 2017).
52
Argument tersebut di atas diperkuat dari warga masyarakat
yang bernama Ibu Tri Wahyuni, bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan anak-anak di lingkungan masyarakat seperti:
“Anak-anak mengikuti kegiatan bakti sosial”(8 Agustus 2017).
Jadi dari uraian data di atas tersebut yang peneliti dapat dari
hasil wawancara dengan anak-anak dan pimpinan Sanggar serta
warga masyarakat mengenai bagaimana bentuk-bentuk kegiatan
kepedulian sosial anak-anak Sanggar di lingkungan masyarakat,
peneliti dapat simpulkan bahwa anak-anak Sanggar menjalankannya
dengan bentuk-bentuk kegiatan sosial seperti membersihkan
lingkungan kampunng dan masjid, meramaikan masjid seperti
kegiatan pengajian, dan bakti sosial membagikan sembako pada
masyarakat secara gratis.
Dari bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar
tersebut, peneliti akan mencari apakah masyarakat juga merasakan
manfaatnya dari semua kegiatan-kegiatan yang dilakuka anak-anak
Sanggar tersebut.
Peneliti akan menanyakan kepada warga yang peneliti
tanyakan kepada Bapak H. Ismail Djoenaidi selaku ketua Yayasan
Nururl Iman di masjid baiturrahman yang peneliti tanyakan tentang
apakah Bapak merasakn manfaat dari bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan anak-anak Sanggar, beliau berkata sebagai berikut:
53
“Terus terang saya bisa merasakan dari pengaruh anak-anak di
sini, pertama anak-anak yang kecil sekarang sudah pandai membaca
Al-Qur’an, kedua adap sopan santun anak-anak makin baik, ketiga
ketika masyarakat mengadakan kerja bakti anak-anak ikut, ikut andil
meramaikan dalam kegiatan takmir masjid baiturrahman seperti
mengisi kultum, dan ketika ada warga yang sakit anak-anak bergegas
menjenguknya”(8 Agustus 2017).
Data yang sama saya dapat peneliti dapat dari Ibu
siswaningsih beliau mengatakan manfaat dari kegiatan-kegiatan anak
Sanggar yang beliau rasakan:
”Merasa terbantu dan meringankan beban saya mas,
menguntungkan” (28 Juli 2017).
Hampir sama seperti yang dikatakan oleh Bapak Dwi
Sarwanto bahwa manfaat yang beliau rasakan adalah:
“Manfaatnya lingkungan tidak sepi, kegiatan-kegiatannya
positif” (28 Juli 2017).
Sedangkan menurut Ibu Tri Wahyuni mengenai manfaat yang
beliau rasakan dari bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan ank-anak
yaitu:
“Anak-anak jadi tau bagaimana cara bersosialisasi di
masyarakat”(8 Agustus 2017).
Hal yang berbeda peneliti dapat dari wawancara Bapak Paidi
Murwanto, beliau mengatakan:
“Kegiatan anak-anak Sanggar disini menurut saya belum
optimal, karena belum bisa melibatkan peran orang tua”(28 Juli
2017).
54
Jadi dari semua data di atas tersebut dari hasil wawancara
peneliti dengan warga tersebut tentang apakah manfaat yang Bapak
atau Ibu rasakan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak san
ggar di lingkungan masyarakat tersebut dapat peneliti simpulkan
bahwa warga sudah merasakan manfaatnya, ada yang merasa terbantu
meringankan masyarakat, lingkungan tidak sepi karena kegiatannya
positif, sopan santun anak lebih baik, anak juga dapat merasakan
bagaimana bersosialisasi di masyarakat, walaupun ada yang
mengatakan kalo kegiatannya anak-anak tersebut belum optimal,
karena belum bisa melibatkan peran orang tua.
2. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar,
Margosari, Sidorejo, Salatiga.
Kontribusi adalah sumbangsih atau peran yang dilakukan untuk
membantu menghasilkan atau pencapaian seseorang dalam suatu
kegiatan tertentu. Individu atau kelompok bisa menyumbangkan
pikirannya, tenaganya dan materinya demi mengsukseskan kegiatan
yang direncanakan demi untuk mencapai tujuan bersama.
Bentuk kontribusi yang bisa diberikan oleh masyarakat harus
sesuai dengan kapasitas atau kemampuan masing-masing orang
tersebut. Dari hal tersebut peneliti akan mencari data dengan
wawancara kepada warga Margosari dan anak-anak Sanggar.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Paidi Murwanto dari
hasil wawancara peneliti di rumahnya mengenai tentang apakah Bapak
55
mendukung kegiatan anak-anak Sanggar dan seperti apa dukungan
yang bapak lakukan, beliau mengatakan sebagai berikut:
“Kalo mendukung pasti mendukung mas, saya selalu
memberikan arahan atau saran ke anak-anak, dan kalo itu yang di
butuhkan berupa material atau uang maka saya bantu, hampir setiap
bulan pasti saya bantu, walaupun wujudnya tidak seberapa mas,
langsung saya kasihkan kepada mas indra(pimpinan Sanggar) sendiri
mas”(28 Juli 2017).
Hal yang sama peneliti dapatkan dari Bapak H. Ismail
Djoenaidi ketua Yayasan Nururl Iman, mengatakan:
“Memberi fasilitas, membiyayai kegiatan yang direncanakan,
ikut membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi anak-anak,
kemudian memberikan pengarahan atau pengajaran ke anak-anak
mas”(8 Agustus 2017).
Ungkapan di atas diperkuat dari pernyataan anak Sanggar yang
peneliti dapat dari anak yang bernama Sabila, Bayu, dan Minan bahwa
masyarakat sangat berkontribusi terhadap anak-anak, sebagai berikut
pernyataanya:
“Respon masyarakat sangat baik, beberapa warga ikut
mensuport acara-acara kami baik tenaga maupun uang atau
barang”(21-14 Juli 2017).
Respon yang sama dirasakan oleh pimpinan Sanggar yaitu mas
Indra yang mengatakan:
“Masyarakat berantusias mendukung kegiatan kami,
dukungannya seperti memberikan bantuan berupa barang dan
uang”(20 Juli 2017).
56
Sedangkan menurut Bapak Dwi Sarwanto dan Ibu
siswaningsih, tentang apakah Bapak atau Ibu mendukung kegiatan
anak-anak Sanggar dan seperti apa dukungan yang bapak lakukan,
beliau mengatakan sebagai berikut:
“Saya berikan motivasi kepada anak-anak dan kegiatan yang
lain saya mengikuti alurnya”(28 Juli 2017).
Sama seperti yang diungkapkan oleh anak yang bernama
Isnadilla, Kaffa dan Claudia sebagai berikut:
“Respon masyarakat sangat baik, beberapa warga ikut
mensuport acara-acara kami dengan saran dan kritik yang
membangun”(24 Juli 2017).
Adapun menurut Ibu Tri wahyuni yang peneliti dapat dari
wawancara mengenai apakah Ibu mendukung kegiatan anak-anak
Sanggar dan seperti apa dukungannya, beliau berkata seperti ini:
“Memberikan mereka kesempatan untuk datang dikegiatan
yang telah ditentukan, mengingatkan belajar tanggung jawab dengan
semua tugas yang telah diberikan(amanat)”(8 Agustus 2017).
Dari berbagai data hasil wawancara peneliti tersebut di atas
tentang bagaimana kontribusi masyarakat terhadap anak-anak Sanggar,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa, masyarakat sangat mendukung
atau berkontribusi di kegiatan-kegiatan anak-anak Sanggar. Adapun
bentuk-bentuk kontribusinya itu berupa motivasi, memberikan arahan
ke anak-anak dan meberikan bantuan material atau uang.
57
Sehingga tujuan dalam menjalankan semua kegiatan-kegiatan tersebuti
berjalan bersama-sama.
3. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat
Problematika adalah suatu persoalan masalah atau kendala
dalam pencapaian tujuan yang dijalankan oleh individu atau kelompok.
Problematika dapat di atasi dengan baik apabila individu atau
kelompok tersebut menemukan titik permasalahannya, karena suatu
masalah tidak akan mudah dipecahkan apabila letak permasalahannya
belum ditemukan, dengan menemukan permasalahan tersebut individu
atau kelompok baru mencari solusi bagaimana solusi mengatasi
permasalahan yang terbaik, dengan suatu cara atau solusi problematika
dapat dihadapi dengan baik. Cara atau solusi yang mudah dalam
menghadapi problematika adalah menenangkan pikiran, berpikir
positif, berpikir kreatif untuk menemukan solusi, jangan pernah putus
asa dan tidak lupa meminta tolong pada Allah. Dari hal tersebut,
peneliti akan mencari tau bagaimana problematika kepedulian sosial
anak di lingkungan masyarakat yang dihadapi anak-anak Sanggar dan
pimpinan Sanggar.
Hasil wawancara peneliti kepada anak-anak dan pimpinan
Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Memperoleh data
Sebagai berikut:
58
Berdasarkan wawancara dengan pimpinan Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga yaitu mas Indra Apriyanto, beliau
mengatakan:
“Sedikit kendala mas seperti ada anak yang tidak bisa datang
ke acara, dan masih molor di waktu ketika datang ke acra“(20 Juli
2017).
Menurut Bayu salah satu anak Sanggar Belajar mengatan
bahwa problematika yang dihadapinya adalah:
“kadang-kadang ada teman yang tidak bisa hadir dalam
kegiatan atau kadang itu datang tapi sesuka sendiri gitu mas”(27 Juli
2017).
Sedangkan menurut anak Sanggar bernama Sabila mengatakan
sebagai berikut:
“Pasti ada, adanya anak yang ketika datang di acara tapi diam
aja gak bantuin”(24 Juli 2017).
Menurut Isnadilla kendala yang dihadapinya di masyarakat
yaitu:
“Kendala pasti ada, ada segelintir warga yang belum bisa
menghormati kegiatan kami”(24 Juli 2014).
Kendala yang berbeda yang dialami oleh Kaffa, dia mengalami
kendala seperti:
“ketika mengelola waktu yang masih kurang disiplin”(24 Juli
2017).
59
Berbeda dengan hasil wawancara peneliti tentang bagaimana
problematika kepedulian sosial anak di lingkungan masyarakat yang
didapat dari data anak Sanggar yang bernama Claudia dan Minan dia
mengatakan:
“Tidak ada kendala yang saya ikuti”(21-24 Juli 2017).
Dari semua data argument di atas tersebut tentang problematika
kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo,
Salatiga di lingkungan masyarakat yang dihadapi pimpinan serta anak-
anak Sanggar Belajar Margosari, dapat saya simpulkan bahwa anak-
anak dan pimpinan memiliki problem atau kendala sedikit yaitu,
kurang disiplin di waktu, ke egoisan individu seseorang ada juga anak
yang kadang-kadang tidak hadir di kegiatan sosial dan ada respon yang
kurang baik dari warga.
Dari kendala-kendala yang dialami anak-anak dan pimpinan
Sanggar peneliti akan mencari data bagaimana solusi yang digunakan
dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan anak Sanggar yang bernama
Bayu mengenai solusi yang digunakan dalam menghadapi kendala
yang dia alami, dia mengatakan:
“berpikir positif aja. kendala itu buat aku pribadi tidak
menjadi kendala mas, soalnya selama ini kegiatan yang saya ikuti
berjalan dengan baik kog mas, sesuai dengan yang di inginkan”(21
Juli 2017).
60
Sedangkan menurut anak yang bernama isnadilla dalam
menghadapi permasalahan yang dirasakan ketika dalam kegiatan,
yaitu:
“Diam menenangkan diri dan minta solusi pada pimpinan
Sanggar”(24 Juli 2017).
Menurut Sabila, cara menghadapi permasalahan yang dia alami
yaitu:
“Adanya kerja sama dan dukungan satu sama lain membuat
acara atau kegiatan tetap berjalan sesuai harapan”(24 Juli 2017).
Sesuatu yang berbeda diungkapkan oleh anak Sanggar yang
bernama kaffa, dia mengatakan:
“Menegur untuk bisa lebih ditingkatkan lagi kedisiplinan
waktunya”(21 Juli 2017).
Hal tersebut sama dengan yang dikatan oleh pimpinan Sanggar
dalam menyikapi kendala yang dialaminya yaitu:
“Kami tegur, lalu kami beri arahan yang baik supaya anak
tidak sakit hati”(20 Juli 2017).
Dari data-data yang berbeda di atas tersebut dapat peneliti
simpulkan bahwa solusi dalam menyikapi problematika yang dialami
anak-anak Sanggar dan pimpinan adalah dengan cara berpikir positif
dan menegur ke anak untuk dapat kerjasama saling mendukung satu
sama lainnya.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo,
Salatiga di lingkungan masyarakat.
Kepedulian Sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain
dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang
lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah
berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain.
Kepedulian sosial itu perlu diajarkan sejak kecil, karena kepedulian
seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu
berupa pendidikan ataupun pembiasaan. Setiap manusia dengan hati
nuraninya sesungguhnya memiliki kepekaan sosial, manusia memiliki
perasaan dan emosi yang mudah trenyuh, terharu, prihatin dan sebagainya,
bila melihat sekelilingnya membutuhkan bantuan atau pertolongan.
Persoalannya, tidak semua perasaan trenyuh melihat penderitaan
atau kekurangan di sekitarnya. Seseorang mengetahui penderitaan orang
lain maupun merasa prihatin terhadap sebuah masalah sosial yang orang
ketahui langsung maupun lewat media, namun keprihatinan hanya
tersimpan dalam hati karena berbagai alasan ketidak mampuan, jarak dan
waktu atau alasan situasi lainnya.
62
Seseorang akan peka terhadap kondisi sosial yang ada pada
lingkungan sekitarnya apabila ketika seseorang itu sudah menanamkan
jiwa sosialnya dan seseorang tersebut akan lebih mudah dalam
bersosialisasi serta akan lebih dihargai di masyarakat. Bentuk-bentuk
kepedulian sosial itu dapat dimulai dengan hal yang kecil semisal
membantu mengerjakan PR teman, membantu tetangga ketika kesusaha
mencari air bersih dengan cara mengasihkan air bersih kepada tetangga
tersebut. Mengenai hal tersebut peneliti melakukan wawancara di Sanggar
Belajar Margosari untuk mengetahui bagaimana kepedulian sosial anak di
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan pimpinan dan 6
anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga penulis dapat
menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kepedulian sosial anak-anak Sanggar
di lingkungan masyarakat ada 3 point yaitu sebagai berikut:
1. Tolong menolong
Tolong menolong dalam bahasa arabnya adalah ta‟awun,
sedangkan menurut istilah pengertian ta‟awun adalah sifat tolong
menolong diantara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa.
Dalam ajaran Islam tolong menolong merupakan kewajiban setiap
muslim, sudah semestinya konsep tolong menolong ini dikemas sesuai
dengan syariat Islam, dalam artian tolong-menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang
kekurangan.
63
Dalam artian tolong menolong hanya diperbolehkan tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa, dan tidak diperbolehkan tolong
menolong dalam hal dosa atau permusuhan.
Sikap ta‟awun atau tolong menolong ini terdapat pada firman
Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah ayat ke 2 sebagai berikut:
قوى ول تع اونوا على الثم والعدوان وتعاونوا على البر والت
ددد العقا إن للا قوا للا وات
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhya
Allah amat berat siksa-Nya (Kemenag RI, 2013:106).
Ayat tersebut sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-menolong
dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Tolong menolong perlu diajarkan kepada anak-anak sejak
masih kecil sebab kita hidup bermasyarakat itu tidak bisa lepas dari
bantuan orang lain, untuk itu sikap tolong menolong atau ta‟awun
perlu dimiliki oleh seseorang, karena suatu apapun yang kita kerjakan
tentu membutuhkan pertolongan dari orang lain.
Kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari
dalam kegiatan tolong menolong tersebut sangat baik karena sudah
sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat ke 2 dan
64
pendapat Yunahar ilyas dalam pemaparannya di buku Kuliah Akhlak
yang menerangkan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
jangan tolong menolong dalam kejahatan, tolong-menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang
kekurangan.
Bentuk kegiatan tersebut sangat baik karena sudah sesuai
ajaran Islam akan tetapi realita di lapangan saya menemukan sisi
buruknya yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari waktu
menjalankan tolong menolong di lingkungan masyarakat. Seperti
contohnya waktu pembagian sembako gratis buat warga muslim
margosari disitu saya melihat kalo pembagian sembakonya masih
belum merata ke warga. Kondisi tersebut dikarenakan anggaran yang
ada untuk pembagian sembako tidak memenuhi semua warga, jadi
anak-anak sanggar tersebut meroling atau bergilir dalam pembagian
sembako kepada warga agar warga akhirnya merasakan semua.
Berdasarkan wawancara peneliti terhadap anak-anak Sanggar
yang ikut berpartisipasi langsung di lingkungan masyarakat yang
tergolong dalam bentuk tolong menolong, anak tersebut mengatakan
bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan di lingkungan
masyarakat Margosari yaitu pemberian sembako gratis buat warga dan
membagikan makanan berbuka untuk orang-orang yang bekerja yang
tidak sempat berbuka di rumah, seperti tukang becak, pedagang-
pedagang di pasar pada waktu bulan ramadhon. Hal yang serupa
65
peneliti dapatkan dari salah satu warga yang peneliti wawancarai
beliau mengatakan bahwa kegiatan anak-anak di lingkungan
masyarakat berupa kegiatan bakti sosial.
Dari data tersebut dapat saya simpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari sudah cukup baik
walaupun ada sedikit kendala yang dialami anak-anak, meskipun
mengalami kendala kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar
tersebut tetap berjalan dengan sukses.
2. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas hingga
tuntas dan berkualitas. Jadi individu yang bertanggung jawab itu akan
melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, bila
melakukan kesalahan berani mengakuinya dan ketika mengalami
kegagalan tidak mencari kambing hitam. Tanggung jawab ini terbagi
atas; niilai rasa memiliki, empati, disiplin. Berikut pemaparannya:
a. Nilai Rasa Memiliki
Pendidika nilai membuat anak tumbuh menjadi pribadi
yang tahu sopan santun, memiliki cita rasa, dan mampu
menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap
keluhuran martabat manusia.
Dalam hal ini anak-anak Sanggar Belajar Margosari sudah
dapat menjalankan dengan baik, contohnya sikap anak-anak
66
sanggar di saat mendapatkan tanggung jawab untuk menghendel
acara kegiatan pengajian ahad pagi.
Saya melihat ketika waktu pengamatan bahwa perilaku
yang mereka tunjukan sudah mencerminkan sopan santun yang
baik dalam menghormati tamu yang datang tanpa pilih kasih
siapapun yang datang anak-anak berjabat tangan dan mengucapkan
salam terlebih dahulu setelah itu tamu yang datang dipersilahkan
dan di arahkan menuju tempat duduk yang kosong yang sudah di
persediakan, dari perilaku tersebut dapat dinilai kalo anak-anak
sanggar sudah dapat memposisikan dirinya, bisa menghormati
orang lain, dan bertanggung jawab sesuai posisi yang di jalankan.
b. Empati
Kata empati adalah keadaan yang membuat seseorang
merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan
pikiran yang sama dengan orang atau kelompok. Sama seperti apa
yang di kemukakan oleh Saleem Harja Sumarna dalam bukunya
yang berjudul Kepribadian Yang Super mengatakan bahwa Empati
adalah suatu sikap atau kepribadian yang memposisikan diri kita
dalam keadaan yang sama dengan yang dialami orang lain.
Adapun sikap empati yang dilakukan anak-anak Sanggar
yang saya ketahui saat melakukan penelitian yaitu ketika anak-
anak Sanggar mendengar ada teman atau warga masyarakat
Margosari yang kena musibah atau sakit anak-anak segera
67
menjenguk kerumahnya atau ketika di rumah sakit anak-anak
Sanggar langsung bergegas berangkat bersama-sama.
Perilaku yang seperti itu termasuk perilaku yang terpuji
menurut kaidah Islam, karena dalam Islam senantiasa mengajarkan
kita untuk berempati, baik kepada sesama manusia, dan kepada
semua makhluk ciptaan Allah. Sikap empati yang sudah tertanam
dalam diri anak-anak Sanggar tersebut merupakan bentuk-bentuk
kepedulian sosial terhadap sesama manusia yang dia rasakan
melalui kemampuannya dalam mengenali, mempersepsi, dan
merasakan keadaan yang sedang dirasakan oleh orang lain.
c. Disiplin
Disiplin disini dimaksud yaitu cara kita mengajarkan
kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok.
Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan
pengertian dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan
mana yang buruk, dan untuk mendorognya memiliki perilaku yang
sesuai dengan standar ini. Alam disiplin, ada tiga unsur yang
penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai
pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran
peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.
Dalam ranah disiplin ini yang tertanam dalam diri anak-
anak Sanggar Belajar Margosari sudah berjalan sesuai dengan
keterangan di atas tersebut contohnya seperti kegiatan meramaikan
68
masjid anak-anak Sanggar diajarkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang positif.
Berdasarkan wawancara dengan 2 anak Sanggar yang ikut
andil terjun langsung di masyarakat mengatakan bahwa bentuk-
bentuk kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat
Margosari yaitu menjadi penggerak, mempersiapkan dan
menghendel acara pengajian rutinan di Islamic Center buat warga
Margosari. Salah satu warga juga mengatakan hal yang hampir
sama bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang anak-anak lakukan di
lingkungan adalah kegiatan dalam meramaikan masjid.
Dalam pertanggung jawaban yang dilakukan anak-anak
Sanggar Margosari tersebut memang cukup baik, karena anak-anak
tersebut masih muda dan sudah berani berperan di lingkungan
dalam menghendel acara di lingkungan kampung, sikap seperti
yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar Margosari tersebut
perlu di contoh dan di kembangkan.
Akan tetapi keadaan yang ada di lapangan saya melihat
masih ada kekurangan yang perlu di perbaiki, kekurangan yang
peneliti temukan di lapangan yaitu masih ada beberapa anak-anak
Sanggar Belajar Margosari yang masih menggantungkan tanggung
jawabnya kepada temannya.
Contohnya waktu acara pengajian ahad pagi, satu hari
sebelum acara dilaksanakan anak-anak di briefing untuk diberi
69
tanggung jawab sesuai porsi masing-masing, waktu itu penugasan
kegiatan di berikan kepada 3 anak dalam satu tugas akan tetapi
saya melihat waktu pelaksanaan ada tugas yang di kerjakan oleh
dua anak saja, kemudian saya mencari tahu alasan kenapa hanya
dikerjakan oleh dua orang saja kepada kedua anak tersebut dan
saya mendapatkan jawabannya bahwa anak yang tidak hadir
tersebut sering menggantungkan tanggung jawabnya kepada
kelompok. Seperti itu salah satu kekurangan dari beberapa anak
Sanggar Belajar Margosari yang terdapat dalam hal tanggung
jawab.
Meskipun memiliki kekurangan tetapi anak-anak yang lain
bisa menutupi kendala yang ada sehingga kegiatan yang dilakukan
anak-anak Sanggar Belajar Margosari di lingkungan masyarakat
tetap berjalan dengan lancar.
3. Gotong royong
Gotong royong adalah suatu sikap atau kegiatan yang
dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerja sama dan tolong
menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan
suka rela tanpa adanya imbalan.
Gotong royong memiliki manfaat dan maksud tujuan untuk diri
sendiri, masyarakat, bangsa, dan Negara yaitu: pertama meringankan
beban, waktu dan biaya, kedua meningkatkan solidaritas dan ras
kekeluargaan dengan sesama, ketiga menambah kokohnya rasa
70
persatuan dan kesatuan, dan ke empat mempertinggi ketahanan
bersama.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan 2 anak Sanggar yang
mengatakan bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan di
lingkungan masyarakat Margosari termasuk gotong royong yaitu
kerjabakti membersihkan lingkungan rumah dan Masjid di kampung
Margosari.
Mengenai hal tersebut 2 warga dan ketua Yayasan Nururl Iman
juga mengatakan hal yang sama tentang bentuk kegiatan yang
dilakukan anak-anak Sanggar di masyarakat yaitu ikut gotong royong
di kampung dan membersihkan masjid.
Kegiatan gotong royong memang perlu dikembangkan melihat
realita jaman sekarang kebudayaan atau tradisi dalam hal gotong
royong sulit sekali ditemukan di masyarakat perkotaan khususnya,
sebab di kehidupan sekarang ini cukup banyak orang yang
mementingkan dirinya sendiri tanpa menghiraukan keadaan di
lingkungan sekitarnya karena dia merasa mampu.
Seperti kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar Belajar
Margasari tersebut sanggat baik karena mereka hidup di daerah sekitar
perkotaan yang masih menjunjung tinggi kebudayaan atau tradisi
gotong royong. Kegiatan seperti itu sangat baik dan perlu dilestarikan
mengingat jaman sekarang banyak sekali anak-anak yang tidak perduli
terhadap kondisi lingkungannya.
71
Tetapi di sisi lain tidak semua anak-anak Sanggar memiliki
peran yang baik, karena ada celah sedikit yang kurang baik dari anak-
anak Sanggar tersebut ketika di lapangan yaitu ada anak yang tidak
hadir dan ada yang datang terlambat.
Dari ketiga point data di atas tersebut peneliti dapat menyimpulkan
bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang anak-anak Sanggar Belajar Margosari
lakukan di lingkungan masyarakat adalah tolong menolong, tanggung
jawab dan gotong royong, kegiatan tersebut sudah sesuai dalam ranah
bentuk-bentuk kepedulian sosial.
Meskipun mengalami berbagai kendala, anak-anak Sanggar
tersebut dapat mengatasi dan menjalankan kegiatan tersebut dengan solusi
yang mereka gunakan dalam menutupi kendala-kendala yang ada.
Sehingga kegiatan tersebut dapat dijalankan dengan baik tanpa ada beban
pada diri anak-anak sanggar tersebut.
B. Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatiga
Dukungan adalah sumbangsih atau peran yang dilakukan untuk
membantu menghasilkan atau pencapaian seseorang dalam suatu kegiatan
tertentu. Individu atau kelompok bisa menyumbangkan pikirannya,
tenaganya dan materi demi mensukseskan kegiatan yang direncanakan
demi untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk dukungan yang bisa
72
diberikan oleh masyarakat harus sesuai dengan kapasitas atau kemampuan
masing-masing orang tersebut.
Dari keterangan tersebut di atas saya dapat melihat bahwa
dukungan masyarakat dalam menyuport kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga
sangat baik.
Dukungan yang datang dari warga bermacam-macam untuk
membantu mendorong mensukseskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
anak-anak Sanggar Belajar Margosari diantaranya:
1. Dalam kegiatan tolong menolong yang dilakukan anak-anak Sanggar
Belajar Margosari beberapa warga juga andil berpartisipasi untuk
mendukung kegiatan tersebut, adapun dukungan yang diberikan oleh
warga berbentuk barang atau materi.
Contohnya waktu kegiatan pembagian sembako gratis untuk warga ada
beberapa warga ikut menyumbang beberapa barang seperti beras,
minyak, uang dll.
2. Dalam kegiatan tanggung jawab yang dilakukan anak-anak Sanggar di
lingkungan masyarakat, warga ikut berpartisipasi mendukung kegiatan
tersebut dengan memberikan motivasi atau pengarahan yang
membangun.
Contohnya di saat anak-anak menghendel acara pengajian ahad pagi
ketika ada anak yang berperilaku kurang baik dari warga memberi
saran dan pengarahan atau motivasi yang membangun.
73
3. Dalam kegiatan gotong royong warga mendukung kegiatan tersebut
dengan dukungan yang berbentuk barang. Contohnya waktu gotong
royong membersihkan masjid warga menyiapkan makanan tujuannya
supaya anak-anak lebih semangat dalam membersihkan masjid dan
lingkungan.
Berdasarkan data hasil wawancara peneliti dengan warga,
ketua Yayasan Nururl Iman dan anak Sanggar serta pimpinan Sanggar
Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga. Saya dapat menyimpulkan
bahwa dukungan yang diberikan masyarakat terhadap anak-anak
Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga tersebut sangat baik dan
dukungan yang diberikan warga tersebut baik sekali. Dukungan yang
diberikanpun berfariasi ada yang berbentuk barang, uang serta
pengarahan atau motivasi yang dapat mendukung memajukan
kegiatan-kegiatan anak-anak Sanggar Belajar Margosari Salatiga.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukunga yang di berikan oleh
masyarakat kepada anak-anak Sanggar Belajar Margosari adalah
dukungan yang berbentuk motivasi dan material.
C. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar
Margosari, Sidorejo, Salatigadi lingkungan masyarakat.
Problematika adalah suatu persoalan masalah atau kendala dalam
pencapaian tujuan yang dijalankan oleh individu atau kelompok.
Problematika dapat di atasi dengan baik apabila individu atau kelompok
74
tersebut menemukan titik permasalahannya, karena suatu masalah atau
kendala tidak akan mudah dipecahkan apabila letak permasalahannya
belum ditemukan, dengan menemukan permasalahan tersebut individu
atau kelompok dapat mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah.
Permasalahan yang di hadapai anak-anak sanggar yaitu:
1. Dalam menjalankan bentuk kepedulian sosiala yang dilakukan di
lingkungna masyarakat dalam hal tolong menolong anak sanggar
mengalami kendala seperti kurangnya kuota sembako yang akan anak
berikan kepada warga dalam acara pembagian sembako gratis buat
warga.
2. Dalam menjalankan kegiatan tanggung jawab di lingkungan
masyarakat anak-anak mengalami kendala seperti masih ada anak yang
seenaknya sendiri di dalam kegiatan.
3. Dalam kegiatan Gotong royong anak-anak sanggar mengalami kendala
seperti masih ada anak yang tidak berangkat.
Jadi dari data di atas tersebut dapat saya simpulkan bahwa
problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga yang dihadapi adalah faktor adanya anak yang masih
sesuka dirinya sendiri dalam kegiatan dan faktor material yang
menghambat di dalam kegiatan.
Akan tetapi dalam realitanya di lapangan adanya kendala tersebut
tidak menjadikan kegiatan tersebut berhenti atau tidak berjalan, anak-anak
dan pimpinan sanggar telah memiliki solusi tersendiri untuk menutupi
75
kendala-kendala tersebut dengan cara menegur menasehati anak-anak yang
masih sesuka dirinya sendiri tersebut dengan teguran atau nasehat yang
membangun pada diri anak tersebut, kemudian untuk kendala masalah
material dari pihak sanggar dan anak-anak mengatasinya dengan cara
mencari bantuan atau donator dari luar.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di Sanggar Belajar Margosari telah di
jelaskan pada bab-bab sebelumya, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kepedulian sosial anak-anak di lingkungan masyarakat Margosari,
Sidorejo, Salatiga yaitu: (a) tolong menolong dalam kegiatan bakti
sosial dengan memberikan sembako gratis buat warga dan meberikan
makanan berbuka kepada orang-orang yang tidak sempat berbuka di
rumah. (b) Tanggung jawab dalam kegiatan mempersiapkan dan
menghandle acara pengajian. (c) gotong royongdalam kegiatan
membersihkan kampung dan masjid.
2. Dukungan masyarakat terhadap anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga.
dukungan yang dilakukan atau diberikan oleh masyarakat
terhadap anak-anak Sanggar tersebut berupa material yang bisa
berbentuk barang atau uang dan motivasi yang membangun.
3. Problematika kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margasari,
Sidorejo, Salatiga di lingkungan masyarakat
77
Kendala-kendala yang dialami adalah adanya anak yang masih
sesuka dirinya sendiri dan tidak hadir dalam acara kegiatan, dan faktor
material yang menghambat.
B. Saran
Demi memperbaiki dan kesempurnaan dalam penelitian ini, maka bagi
pembaca maupun anak didik yaitu anak-anak Sanggar Belajar Margosari,
Sidorejo, Salatiga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi anak didik yaitu anak-anak yang ada di Sanggar lebih di
kompakan lagi dalam menjalankan bentuk kepedulian sosialnya di
lingkungan masyarakat.
2. Bagi pimpinan yaitu ketua Sanggar untuk lebih ditingkatkan dalam
kreativitasnya dalam menciptakan bentuk-bentuk kepedulian sosial dan
lebih diperhatikan lagi anak-anaknya ketika dalam menjalankan
kegiatan di masyarakat.
3. Bagi masyarakat yaitu warga yang ada di sekitar Sanggar Belajar
Margosari lebih ditingkatkan kembali dalam mendukung kegiatan-
kegiatan yang dilakukan anak-anak Sanggar
4. Bagi pemerintah yaitu lebih diperhatikan kegiatan-kegiatan seperti
yang dilakukan anak-anak tersebut dan mendukung atau memfasilitasi
kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu.1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bogdan, Robert. 1992. PengantarMetodePenelitianKualitatif. Surabaya: Usaha
Nasional.
Buchari Alma, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.
Darmiyati Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan
Praktek. Yogyakarta: UNY Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia pustaka Utama.
Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana.
Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Cet. ke-5.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.
Hamidi, Jazim. 2010. Metode Penelitioan Kualitatif. Malang: UMM press.
Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indah.
Kemenag RI. 2013. Al-Qur‟an danterjemahan.Jakarta: Pustaka Al mubin.
Maslihah, S. 2011. StudiHubunganDukunganSosial, PenyesuaianSosial di
Lingkungan. Forum Penelitian.vol 10, no 2: 106.
Moleong, Lexy J. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
2
Mulyana, Deddy. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Nata, abuddin. 2010. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta:Kencana.
Nawawi, Hadari. 1996.Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University
press.
Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: PT
Remaja Posdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sumarna, Saleem Harja. 2014. Kepribadian Super. Klaten: Galmas publisher.
Yunahar dan Ilyas. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam.
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyaraka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://choirul_umam.staff.gunadarma.ac.id. Proses-proses sosial dan interaksi
sosial. 02 Mei 17. 22.30WIB.
http://repository.iainpurwokerto.ac.id. Penanaman Kepedulian Sosial Di Mts
Satu Atap Hidayatul Mubtadi‟in Kalitapen Kecamatan Purwojati
Kabupaten Banyumas
http://eprints.ums.ac.id/29804/1/03.Implementasi Karakter Kepedulian Sosial
Melalui Kegiatan Gotong Royong (Studi Kasus Pembangunan Jalan Di
Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi). Surakarta
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14410. Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial
Pada Siswa Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar Negeri Muarareja 2 Kota
Tegal Tahun Ajaran 2013/2014. Yogyakarta:UNY
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Nur Ikhwani Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
NIM : 111-13-192 Dosen PA : Nasafi,. M.Pd
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK)
STAIN Salatiga
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2 OPAK Tarbiyah STAIN Salatiga 29 Agustus 2013 peserta 3
3 Partisipasi dalam kegiatan Jalan sehat
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar dan Masyarakat Desa Bener, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
10 September 2013 Peserta
2
4 Musabahaqah Tilawatil Quran (MTQ)
Mahasiswa V
23 Oktober 2013 Peserta 2
5 Penerimaan anggota (PAB) JQH 2013
“Kristalisasi Nilai Qur‟ani Menuju Insan
yang Penuh Hikmah” JQH STAIN
Salatiga
23-24 November
2013
Panitia
3
6 Temu Pemuda dan Pemudi REMAS se-
Salatiga yang di selenggarakan oleh
GEMAS (Generasi Masjid) Margosari
28 Februari 2014 Panitia
3
7 Partisipasi dalam kegiatan lomba pidato
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar Bener Kec. Tengaran, Kab.
Semarang
11-13 Juni 2014 Peserta
2
8 Mensukseskan Kampung Ramadhan
Margosari yang di selenggarakan oleh
Gemas Margosari
29 Juni 2014 Panitia
3
9 Kilatan Ramadhan yang diselenggarakan
oleh PON-PES Al-Manar Bener Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
17 Juni- 09 Juli 2014 Peserta
2
10 Lomba Qiroatul qutub yang 17 juni- 09 juli 2014 Peserta 2
diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar Bener Kec. Tengaran, Kab.
Semarang
11 Partisipasi dalam kegiatan jalan sehat
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar dan masyarakat desa Bener Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
13 Agustus 214 Peserta
2
12 Bimbingan Pembelajaran Penguasaan
Corel Draw yang diselenggarakan oleh
GEMAS(Generasi Masjid)
12-26 Oktober 2014 Peserta
2
13 “SIBA-SIBI” Training UAS Semester
Ganjil tahun 2014 oleh CEC dan
ITTAQO
19-20 Oktober 2014 Peserta
2
14 Workshop “Pengusaha muda yang kreatif
dan religius” dilaksanakan di aula
Islamic center oleh GEMAS Margosari
15 Februari 2015 Panitia
3
15 Festival Anak-anak Sholeh yang di
selenggarakan oleh GEMAS Margosari
13 April 2015 Panitia 3
16 Mensukseskan Pengajian Akbar
Menyambut Bulan Ramadhan dalam
agenda program GEMAS Margosari
20 Mei 2015 Panitia
3
17 Partisipasi dalam kegiatan Kilatan
Ramadhan yang diselenggarakan oleh
PON-PES Al-Manar Bener Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
17 Juni- 09 Juli 2015 Peserta
2
18 Mensukseskan Program Kampung
Ramadhan Margosari ke-2
18 juni- 17 juli 2015 Panitia
3
19 Mensukseskan Program Festival Anak
Santri yang di selenggarakan oleh
GEMAS Margosari
18 Juni 2015 Panitia
3
20 Partisipasi dalam kegiatan Qiroatul kutub
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar Bener Kec. Tengaran, Kab.
Semarang
18 Juni- 10 Juli 2015 Peserta
2
21 Program Kampung Ramdhan “One Day
One Jus Remas Margosari” oleh
GEMAS Margosari
19 Juni-15 Juli 2015 Panitia
3
22 Partisipasi dalam kegiatan lomba pidato
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar Bener Kec. Tengaran, Kab.
Semarang
25 Juni- 09 Juli 2015 Peserta
2
23 Partisipasi dalam kegiatan jalan sehat
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar dan masyarakat desa Bener Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
20 Agustus 2015 Peserta
2
24 Mensukseskan Pesta Korban Yang Di
Selenggarakan Oleh Takmir Masjid
Baiturrahman Bekerjasama Dengan
GEMAS Margosari
29 September 2015 Panitia
3
25 “Pembinaan Tilawatil Qur’an” Oleh
Jam’iyatul Qura’ MAJT
27 Maret 2016 Peserta 2
26 Partisipasi dalam kegiatan jalan sehat
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar dan masyarakat desa Bener Kec.
Tengaran, Kab. Semarang
21 Mei 2016 Peserta
2
27 Partisipasi dalam kegiatan lomba pucang
yang diselenggarakan oleh PON-PES Al-
Manar
29 mei 2016 Panitia
3
28 Program Kampung Ramadhan “One
Day One Juz Remas Margosari”
8 Juni-4 Juli 2016 Panitia 3
29 Mensukseskan Program Kampung
Ramadhan Margosari ke-3 yang
diselenggarakan oleh GEMAS Margosari
7 Juni-6 Juli 2016 Panitia
3
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Bapak/Ibu warga margosari:
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Tempat tinggal :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
6. Hari/tanggal Wawancara :
7. Tempat Wawancara :
B. Butir-butir Pertanyaan :
1. Apakah anak-anak selalu berperan dalam kegiatan di lingkungan
masyarakat?
2. Kegiatan seperti apakah yang anak-anak lakukan di lingkungan
masyarakat?
3. Bagaimana manfaat yang Bapak/Ibu rasakan ketika anak-anakberperan
serta dalam kegiatan di masyarakat?
4. Apakah Bapak/Ibu mendukung kegiatan anak-anak Sanggar?
5. Seperti apakah dukungan Bapak/Ibu?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk anak-anak yang ada di Sanggar :
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Hari/tanggal Wawancara :
5. Tempat Wawancara :
B. Butir-butir Pertanyaan :
1. Apakah kamu pernah diajarkan/ diberi contoh oleh pimpinan Sanggar
untuk saling membantu teman/ warga?
2. Apakah kamu pernah terjun membantu kegiatan di masyarakat?
3. Seperti apakah kegiatan yang pernah kamu lakukan?
4. Bagaimana respon masyarakat?
5. Ada kendala atau tidak saat kamu melaksanakan, seperti apa?
6. Bagaimana solusi menghadapi kendala tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
Pimpinan Sanggar Belajar margosari:
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Tempat tinggal :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
6. Hari/tanggal Wawancara :
7. Tempat Wawancara :
B. Butir-butir pertanyaan
1. Apakah Bapak mengajarkan/ memberikan contoh tentang kepedulian
kepada anak?
2. Kegiatan seperti apa yang Bapak ajarkan dan lakukan beserta anak-anak
di masyarakat?
3. Bagaimana respon dan dukungan dari masyarakat?
4. Apakah ada kendala dalam pelaksanaa yang bapak lakukan dengan anak-
anak di lingkungan masyarakat, seperti apa?
5. Bagaimana solusi untuk mengatasi?
Transkrip wawancara
Anak-anak sanggar
Nama : Isnadilla Wahyu Sagita
Usia : 16 Tahun
Pendidikan : SMP
Hari/ tanggal wawancara : senin, 24 juli 2014
Tempat wawancara : Islamic Center Margosari
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Iya mas, di beberapa acara di sanggar
semisal bantu belajar teman ketika kesulitan
belajar.
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Ya pernah, karena kita di tuntut untuk saling
tolong menolong sesama.
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Dalam acara ramadhan berbagi dan acara
sembako murah/ sembako gratis.
4 Bagaimana respon masyarakat Respon masyarakat kepada anak sanggar
cukup baik, terkadang warga memberikan
saran dan kritik yang membangun
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Kendala pasti ada, ada segelintir warga yang
belum bisa menghormati kegiatan kami
6 Bagaimana cara mengatasinya? Diam menenangkan diri dan minta solusi
pada pimpinan sanggar
Nama : Claudia Indah Mawarni
Usia : 20 Tahun
Pendidikan : Proses Berkuliah
Hari/ tanggal wawancara : Senin, 24 juli 2017
Tempat wawancara : Sanggar
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Ya pernah, contohnya memprsiapkan
jamuan makan pada saat acara pengajian
atau acara yang diselenggarakan oleh
sanggar.
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Ya pernah.
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Kegiatan yang pernah saya lakukan di
masyarakat yaitu kerjabakti membersihkan
lingkungan rumah.
4 Bagaimana respon masyarakat Respon masyarakat sangat positif,
terkadang kami di beri motivasi yang baik
oleh masyarakat
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Tidak ada kendala yang saya ikuti.
6 Bagaimana cara mengatasinya? -
Nama : Sabila Wahyu Sagita
Usia : 16 Tahun
Pendidikan : SMK
Hari/ tanggal wawancara : Senin, 24 juli 2014
Tempat wawancara : Masjid Baiturrahman
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Pernah, salah satu contohnya adalah
pembagian sembako gratis dan penjualan
sembako murah untuk warga margosari
khususnya.
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Pernah, saat membersihkan kampong
margosari dan masjid baiturrahman.
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Beberapa diantaranya adalah ramadhan
berbagi yaitu membagikan makanan
berbuka untuk orang-orang yang bekerja
yang tidak sempat berbuka di rumah,
seperti tukang becak, pedagang-pedagang
di pasar, contoh lain adalah pemberian
sembako gratis di saat kajian ahad pagi di
setiap dua bulan sekali, masih banyak
contoh-contoh kegiatan di sanggar belajar.
4 Bagaimana respon masyarakat Respon masyarakat sanggat baik, beberapa
warga yang mampu mensuport acara-acara
kami baik tenaga maupun uang atau
barang.
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Pasti ada, ada anak yang datang di acara
tapi diam aja gak bantuin
6 Bagaimana cara mengatasinya? Adanya kerja sama dan dukungan satu
sama lain membuat acara atau kegiatan
tetap berjalan sesuai harapan
Nama : Wahid Palguna Bayu Sena
Usia : 18 Tahun
Pendidikan : SMA
Hari/ tanggal wawancara : jum’at, 21 Juli 2017
Tempat wawancara : Sanggar
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Pernah. Seperti di contohkan waktu di
Sanggar, semisal berinfaq hasil sisa uang
saku jajan.
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Pernah mas
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Kalo saya pribadi yang sering saya lakukan
itu mas, membantu mempersiapkan dan
menghendel acara pengajian rutinan di
Islamic Center buat warga margosari.
4 Bagaimana respon masyarakat Menurut saya masyarakat mendukung mas,
karena ada masyarakat yang mau
membantu kegiatan sanggar, seperti
bantuan yang berupa barang atau material
mas
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Ada mas, ya kadang-kadang ada teman
yang tidak bisa hadir dalam kegiatan atau
kadang itu datang tapi sesuka sendiri gitu
mas
6 Bagaimana cara mengatasinya? Berpikir positif aja. Kendala itu buat aku
pribadi tidak menjadi kendala yang berarti
mas, soalnya selama ini kegiatan yang saya
ikuti berjalan dengan baik kog mas sesuai
dengan yang di inginkan.
Nama : Moh Minan Sadzali
Usia : 18 Tahun
Pendidikan : SMA
Hari/ tanggal wawancara : jum’at, 21 Juli 2017
Tempat wawancara : Islamic Center Margosari
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Pernah mas, di ajak bantu-bantu
membersihkan masjid bersama-sama teman
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Pernah mas
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Gotong royong membersihkan kampung,
membersihkan lingkungan masjid, dan
bulan ramadhan kemarin ikut memberikan
takjilan gratis buat warga yang lewat di
sanggar mas
4 Bagaimana respon masyarakat Sampai sekarang baik mas, karna warga
juga ikut mensuport kami mas, seperti
dukungan material
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Tidak ada mas
6 Bagaimana cara mengatasinya? -
Nama : Kaffa Fahrin
Usia : 21 tahun
Pendidikan : SMA
Hari/ tanggal wawancara : jum’at, 21 Juli 2017
Tempat wawancara : Masjid Baiturrahman
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu pernah diajarkan/
diberi contoh oleh pimpinan
sanggar untuk saling membantu
teman/ warga?
Pernah, Yaitu pada saat kegiatan gotong
royong di masyarakat untuk saling
membantu
2 Apakah kamu pernah terjun
membantu kegiatan di
masyarakat?
Pernah, yaitu waktu saya menjadi
penggerak kegiatan di masyarakat
3 Seperti apakah kegiatan yang
pernah kamu lakukan?
Seperti kegiatan pengajian, saya menjadi
penggerak
4 Bagaimana respon masyarakat Respon masyarakat bagus, dan masyarakat
mendukung untuk memajukan kegiatan
kami
5 Apakah ada kendala atau tidak
saat kamu melaksanakan
kegiatan, seperti apa?
Pastinya ada, ketika mengelola waktu yang
masih kurang disiplin
6 Bagaimana cara mengatasinya? Menegur untuk bisa lebih di tingkatkan lagi
kedisiplinan waktunya
Transkrip wawancara
Masyarakat
Nama : Dwi Sarwanto
Usia : 37 Tahun
Pendidikan terakhir : S1 (Pendidikan Agama Islam)
Pekerjaan : Guru
Tempat tinggal : Margosari Rt 05/01
Hari/ tanggal wawancara : Jum’at, 28 juli 2017
Tempat wawancara : Di Rumah
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anak-anak selalu
berperan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat?
Ada kontribusi dari anak-anak.
2 Kegiatan seperti apakah yang
anak-anak lakukan di lingkungan
masyarakat?
Kegiatan anak-anak seperti belajar dan
membersihkan masjid.
3 Bagaimana manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan ketika anak-
anak berperan serta dalam
kegiatan di masyarakat?
Manfaatnya yang saya rasakan adalah
lingkungan tidak sepi, kegiatan-
kegiatannya positif.
4 Apakah Bapak/Ibu mendukung
kegiatan anak-anak?
Sangat mendukung.
5 Seperti apakah dukungan
Bapak/Ibu?
Untuk anak-anak saya motifasi, untuk
kegiatan yang lain saya mengikuti.
Nama : Siswaningsih
Usia : 56 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Pedagang Klontong di Rumah
Tempat tinggal : Margosari Rt 05/01
Hari/ tanggal wawancara : Jum’at, 28 juli 2017
Tempat wawancara : Di Rumah
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anak-anak selalu
berperan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat?
Iya aktif mas.
2 Kegiatan seperti apakah yang
anak-anak lakukan di
lingkungan masyarakat?
Anak-anak Ikut gotong royong.
3 Bagaimana manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan ketika anak-
anak berperan serta dalam
kegiatan di masyarakat?
Merasa terbantu dan meringankan beban
saya mas, menguntungkan.
4 Apakah Bapak/Ibu mendukung
kegiatan anak-anak?
Iya mas
5 Seperti apakah dukungan
Bapak/Ibu?
Dengan cara memberi semangat, ramah
kepada anak-anak supaya anak-anak lebih
semangat.
Nama : H. Paidi Murwanto
Usia : 70 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Tempat tinggal : Margosari Rt 04/12
Hari/ tanggal wawancara : Jum’at, 28 juli 2017
Tempat wawancara : Di Rumah
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anak-anak selalu
berperan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat?
Iya ada peran dari anak-anak
2 Kegiatan seperti apakah yang
anak-anak lakukan di lingkungan
masyarakat?
kegiatan dalam meramaikan masjid
3 Bagaimana manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan ketika anak-
anak berperan serta dalam
kegiatan di masyarakat?
Kegiatan anak-anak sanggar disini menurut
saya belum optimal, sebab belum bisa
mlibatkan peran orang tua.
4 Apakah Bapak/Ibu mendukung
kegiatan anak-anak?
Kalo mendukung pasti mendukung mas,
saya selalu memberikan arahan atau saran
ke anak-anak, dan kalo itu yang di
butuhkan berupa material atau uang maka
saya bantu, hampir setiap bulan pasti saya
bantu, walaupun wujudnya tidak seberapa
mas, langsung saya kasihkan kepada mas
indra(pimpinan sanggar) sendiri mas
5 Seperti apakah dukungan
Bapak/Ibu?
Dukungan saya berupa material dan ide
saya mas
Nama : Tri Wahyuni
Usia : 37 Tahun
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat tinggal : Margosari Rt 02/01
Hari/ tanggal wawancara : Selasa, 8 Agustus 2017
Tempat wawancara : Di Rumah
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anak-anak selalu
berperan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat?
Anak-anak tidak selalu berperan dalam
kegiatan di lingkungan masyarakat
dikarenakan, mereka juga memilih
kegiatan yang sesuai dengan umur mereka
dan menyesuaikan jam kegiatan yang tidak
mengganggu jam sekolah mereka
2 Kegiatan seperti apakah yang
anak-anak lakukan di lingkungan
masyarakat?
Anak-anak Mengikuti kegiatan bakti sosial
3 Bagaimana manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan ketika anak-
anak berperan serta dalam
kegiatan di masyarakat?
Anak-anak jadi tau bagaimana cara
bersosialisasi di masyarakat
4 Apakah Bapak/Ibu mendukung
kegiatan anak-anak?
Sangat mendukung kalau kegiatannya yang
benar-benar positif dan tidak mengganggu
sekolah
5 Seperti apakah dukungan
Bapak/Ibu?
Memberikan mereka kesempatan untuk
datang di kegiatan yang telah ditentukan,
mengingatkan tepat waktu disetiap
kumpulan di masyarakat
Ketua Yayasan Nurul Iman
Nama : Drs. H. Ismail Djoenaidi
Usia : 62 Tahun
Pendidikan terakhir : S1Pendidikan
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Tempat tinggal : Margosari Rt 03/12
Hari/ tanggal wawancara : Selasa, 8 Agustus 2017
Tempat wawancara : Di Masjid Baiturrahman
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anak-anak selalu
berperan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat?
Anak-anak selalu berperan, perannya
dalam masyarakat seperti mendidik anak-
anak kecil, membantu meringankan
masyarakat seperti ikut gotong royong.
2 Kegiatan seperti apakah yang
anak-anak lakukan di lingkungan
masyarakat?
Mendidik anak-anak kecil seperti belajar,
ketika masyarakat mengadakan gotong
royong anak-anak ikut membantu. Jadi
kegiatan anak-anak dapat meringankan
beban masyarakat.
3 Bagaimana manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan ketika anak-
anak berperan serta dalam
kegiatan di masyarakat?
Terusterang saya bisa merasakan dari
pengaruh anak-anak di sini, pertama anak-
anak yang kecil sekarang sudah pandai
membaca Al-Qur’an, kedua adap sopan
santun anak-anak makin baik, ketiga ketika
masyarakat mengadakan kerja bakti anak-
anak ikut, ikut andil meramaikan dalam
kegiatan takmir masjid baiturrahman
seperti mengisi kultum, dan ketika ada
warga yang sakit anak-anak bergegas
menjenguknya.
4 Apakah Bapak/Ibu mendukung
kegiatan anak-anak?
Pasti saya dukung mas.
5 Seperti apakah dukungan
Bapak/Ibu?
Memberi fasilitas, membiyayai kegiatan
yang direncanakan, ikut membantu
memecahkan permasalahan yg di hadapi
anak-anak, kemudian memberikan
pengarahan atau pengajaran ke anak-anak
mas
Pimpinan Sanggar
Nama : Indra Apriyanto
Usia : 38 Tahun
Pendidikan terakhir : D3 Perbankan sosial
Pekerjaan : wirausaha
Tempat tinggal : Margosari Rt 05/01
Hari/ tanggal wawancara : Kamis, 20 juli 2017
Tempat wawancara : Sanggar
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Bapak mengajarkan/
memberikan contoh tentang
kepedulian kepada anak?
Iya mas, saya mengajarkan anak untuk
peduli pada lingkungan di sekitarnya.
Seperti, membantu teman ketika ada
teman yang mengalami kesusahan belajar,
berinfaq dari sisa uang saku, dan tidak
lupa mengajarkan sopan santun selalu
menghormati orang lain
2 Kegiatan seperti apakah yang
Bapak ajarkan dan lakukan dengan
anak-anak di masyarakat?
Kegiatan yang sampai saat ini masih jalan
seperti, menghendel acara kegiatan
pengajian warga, santunan sembako
buwat warga yang kurang mampu, ikut
gotong royong di kampung, berinfaq
3 Bagaimana respon dan kontribusi
masyarakat?
Masyarakat berantusias mendukung
kegiatan kami, dukungannya seperti
memberikan bantuan berupa barang dan
uang
4 Apakah ada kendala dalam
pelaksanaa yang bapak lakukan
dengan anak-anak di lingkungan
masyarakat, seperti apa?
Sedikit kendala mas seperti ada anak yang
tidak bisa datang ke acara, dan masih
molor di waktu ketika datang ke cara
5 Bagaimana solusi untuk
mengatasinya?
Kami tegur, lalu kami beri arahan yang
baik supaya anak tidak sakit hati
Kategori Data Proposisi Kesimpulan
Apakah di
sanggar
diajarkan
kepedulian/
saling membantu
sesama teman
atau kepada
masyarakat,
seperti apa?
Iya, seperti bantu belajar
teman ketika kesulitan
belajar di sanggar(anak
IWS).
Membantu
teman belajar di
sanggar
Di sanggar anak-
anak diajarkan
bentuk kepedulian
sosial yang di
contohkan dalam
berbagai kegiatan
seperti membantu
teman, acara
pengajian,
memberikan
sembako pada
warga, berinfaq,
dan gotong royong
Iya, seperti
memprsiapkan jamuan
makan pada saat acara
pengajian atau acara
yang diselenggarakan
oleh sanggar(anak CIM)
Acara pengajian
Iya, seperti pembagian
sembako gratis dan
penjualan sembako
murah untuk warga
margosari
khususnya(anak SWS)
kegiatan
pembagian
sembako
Pernah, seperti di
contohkan waktu di
Sanggar, semisal
berinfaq hasil sisa uang
saku jajan(anak WPBS).
Berinfaq
Pernah mas, di ajak
bantu-bantu
membersihkan masjid
bersama-sama
teman(anak MMS)
Gotong royong
Pernah, Yaitu pada saat
kegiatan gotong royong
di masyarakat untuk
saling membantu(anak
KF)
Gotong royong
Seperti apa
kegiatan
(kepedulian
sosial) yang
dilakukan di
lingkungan
masyarakat?
Membagikan makanan
berbuka pada warga saat
bulan ramadhan dan
sembako gratis buwat
warga di saat kajian
ahad pagi di setiap dua
bulan sekali(anak SWS)
Tolong
Menolong
(bakti sosial)
Bentuk kegiatan di
lingkungan
masyarakat berupa
tolong menolong
(bakti sosial)
membagikan
sembako gratis,
Gotong royong
mebersihkan
kampung dan
masjid, Tanggung
jawab dalam
mempersiapkan
serta menghendel
Kerjabakti
membersihkan
lingkungan rumah(anak
CIM)
Gotong royong
Dalam acara ramadhan
berbagi dan acara
sembako murah/
Tolong
menolong (bakti
sosial)
sembako gratis (anak
IWS)
acara pengajian
warga
Mempersiapkan dan
menghendel acara
pengajian rutinan di
Islamic Center buat
warga margosari.(anak
WPBS)
Tanggung
Jawab
Gotong royong
membersihkan kampung
dan membersihkan
lingkungan masjid( anak
MMS)
Gotong royong
kegiatan pengajian, saya
menjadi penggerak(anak
KF)
Tanggung
Jawab
Bagaimana
kontribusi
masyarakat
terhadap anak
sanggar?
warga ikut mensuport
kami, seperti dukungan
material(anak MMS )
Berupa material
Kontribusi yang
dilakukan
masyarakat ke anak
sanggar berupa
material dan
motivasi
warga memberikan
saran dan kritik yang
membangun(anak IWS)
Motivasi
beberapa warga yang
mampu mensuport
acara-acara kami baik
tenaga maupun uang
atau barang
Berupa material
terkadang kami di beri
motivasi yang baik oleh
masyarakat
Motivasi
masyarakat membantu
kegiatan sanggar, seperti
bantuan yang berupa
barang(anak WPBS)
Berupa material
masyarakat mendukung
untuk memajukan
kegiatan kami(anak KF)
Ada dukungan
Bagaimana
kendala
(kepedulian
sosial) saat
menjalankan di
lingkungan
masyarakat?
Tidak ada( anak MMS) - Anak sanggar
mengalami kendala
berupa ketidak
hadiran anak, sikap
dari warga yang
kurang baik, dan
ada juga anak yang
datang hanya diam
Adanya anak yang tidak
bisa hadir saat
acara(WPBS)
Ketidak hadiran
anak
Tidak ada(anak CIM) -
Ada warga yang belum
bisa menghormati
kegiatan kami(anak
IWS)
Ada sikap dari
warga yang
kurang baik
Ada anak yang datang di
acara tapi diam aja gak
bantuin (anak SWA)
Ada seorang
anak yang
hanya diam
ketika mengelola waktu
yang masih kurang
disiplin
Managemen
waktu kurang
baik
Solusi untuk
menutupi
kendala
tersebut?
Diam menenangkan diri
dan minta solusi pada
pimpinan sanggar(anak
IWS)
Menenangkan
diri
Solusinya yang
dilakukan anak
menenangkan diri
untuk berpikir
positif dan
menegur untuk
saling kerja sama
saling mendukung
Berpikir positif aja.
Kendala itu buat aku
pribadi tidak menjadi
kendala yang
berarti(anak WPBS)
Berpikir positif
Adanya kerja sama dan
dukungan satu sama lain
membuat acara atau
kegiatan tetap berjalan
sesuai harapan(anak
SWS)
Kerja sama
saling
mendukung
Tidak ada Tidak ada
Menegur untuk bisa
lebih di tingkatkan lagi
kedisiplinan waktunya
Menegur
Tidak ada Tidak ada
Suasana sehabis pengajian yang dilakukan anak-anak Sanggar di Masjid
Kegiatan santunan ke warga kurang mampu
Wawancara dengan Bapak Paidi Murwanto
Wawancara dengan Bapak K.H. Drs Ismail
Djoenaidi (ketuaYayasan Nurul Iman)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Nur Ikhwani
2. Tempat dan Tanggal lahir : Grobogan, 12 Agustus 1993
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : DusunNgambak Rt 04 Rw 02, Desa
Ngambak rejo, Kec. Tanggung harjo,
Kab. Grobogan
7. Riwayat Pendidikan
a. TK Dharma Wanita I : Lulus tahun 1999
b. SD N 01 Ngambakrejo : Lulus tahun 2005
c. MTS Mir’atul Muslimien : Lulus tahun 2008
d. MA Mir’atul Muslimien : Lulus tahun 2011
e. S1 IAIN Salatiga : Lulus tahun 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 11 September 2017
Penulis
NUR IKHWANI
NIM : 111-13-192
Top Related