PERHITUNGAN KEJADIAN KEPARAHAN PENYAKITBELANG PADA TANAMAN KACANG TANAH
DENGAN METODE SKORING
Kelompok 3
St Nurlaela Fauziah A34120018
Tri Ayu Puspa Ningrum A34120047
Eski Trisuli Asih A34120080
Akbar Alif Pribadi A34120094
Dosen: Dr.Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Agr
Asisten :Reni Mulyani A34110079
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMANFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di indonesia, di antara tanaman kacang-kacangan, kacang tanah merupakan
komoditas utama kedua setelah kedelai. Sebagian besar kacang tanah dikonsumsi
oleh manusia dan hanya sebagian kecil digunakan sebagai pakan maupun diproses
menjadi minyak. Kendala yang sering dihadapi di lapang dalam peningkatan
produksi kacang tanah antara lain gangguan biotis yaitu gangguan oleh
mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit. Di Indonesia, penyakit
virus belang pada kacang tanah telah lama diketahui. Penyakit belang kacang
tanah di Indonesia sebagian disebabkan oleh PmoV dan sebagian besar lainnya
oleh PStV (Jumanto et al 1987).
Keberadaan dan intensitas serangan penyakit belang di lapang ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain tersedianya sumber inokulum, tingkat kerentanan
tanaman, kelimpahan dan aktivitas serangga penular (vektor) serta faktor
lingkungan terhadap agresivitas virus. Dan juga intensitas serangan penyakit virus
PStV dipengaruhi oleh populasi serangga vektor dan kondisi lingkungan, yang
selanjutnya mempengaruhi aktivitas vektor maupun tanaman.
Kehilangan basil akibat serangan penyakit virus belang berkisar 10 -60%
tergantung dari jenis kacang tanah serta musim dan umur tanaman pada saat
terinfeksi. Gejala yang sering dijumpai di lapang adalah gejala belang berwama
hijau tua dikelilingi daerah yang lebih terang atau hijau kekuning-kuningan. Pada
umumnya gejala awal pada daun muda terluhat adanya bintik- bintik klorotik
yang selanjutnya berkembang menjadi belang-belang melingkar. Pada daun tua
berwarna hijau kekuningan dengan belang-belang berwarna hijau tua.
Pertembuhan tanaman yang terinfeksi menjadi terhambat sehingga tanaman
menjadi pendek dibandingkan tanaman sehat terutama apabila terinfeksi pada saat
tanaman muda.
Tujuan
Menghitung seberapa besar persentase kejadian penyakit belang dan
keparahan penyakit belang pada kacang tanah di kebun percobaan Leuwikopo.
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) awalnya didomestikasi di
wilayah timur pegunungan Andes di barat daya Brazil, Bolivia, Paraguay, atau
Argentina Utara, tempat yang diduga sebagai pusat asal tanaman ini (Rubatzky
&Yamaguchi 1998). Kacang tanah mulai dibudidayakan di Indonesia pada sekitar
abadke-17. Di Indonesia kacang tanah mulai ditanam pada awal abad ke-17.
Masuknya kacang tanah ke wilayah nusantara dibawa oleh pedagang China dan
Portugis. Sentrum produksi kacang tanah terpusat pada pulau Jawa selanjutanya
menyebar ke berbagai daerah, terutama Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan.
Tanaman Kacang Tanah
Tubuh tanaman kacang tanah tersusun atas organ akar, batang, daun,
bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar lembaga
(radikula), akar tunggang (radiks primaria), dan akar cabang (radiks lateralis).
Akar berfungsi sebagai organ penghisap unsur hara dan aiar untuk pertumbuhan
tanaman. Namun fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah beraerasi jelek, kadar
airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn tinggi serta derajat keasaman dan
pH tanah tingggi. Akar bersimbiosis dengan bakteri Rhizobiun radicicola yang
menimbulkan bintil-bintil pada akarnya. Simbiosis ini bersifat saling
menguntungkan(Rukmana1998).
Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan
bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya
berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. Bunga kacang tanah
menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70-
75% yang membentuk bakal polong atau ginofor. Buah kacang tanah berbentuk
polong dan dibentuk di dalam tanah. Tiap polong terdiri satu sampai tiga biji atau
lebih. Ukuran polong bervariasi tergantung jenis atau varietasnya dan tingkat
kesuburam tanah. Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong,
terbungkus kulit biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Biji kacang tanah
berkepimg dua merupakan alat perbanyakan tanaman dan bahan makanan
(Rukmana1998).
Penyakit Belang Kacang Tanah
Penyakit virus belang pada kacang tanah merupakan salah satu masalah
utama dalam pertanan Indonesia karena dapat menurunkan produktivitas hasil.
Pengelolaan tanaman secara agroekosistem yang ramah lingkungan dan dilakukan
secara berkelompok dalam satu hamparan luas, akan lebih mengoptimalkan upaya
pengendalian penyakit belang ini (Saleh 2003). Peanut mottle virus (PeMov)
merupakan virus yang menyerang tanaman kacang tanah dengan gejala belang
pada daun. Pada daun tua barwara hijau kekuningan dengan belang berwarna
hijau tua. Termasuk kedalam famili Potyviridae dan genus Potyvirus.
Semua famili Potyviridae mempunyai bentuk tubuh silindris. Di lapang
PeMov ditularkan oleh vektor salah satunya adalah kutu daun dan bisa juga
melalui benih. Benih kacang tanah yang terinfeksi virus tidak dapat dibedakan
dengan benih yang sehat walaupun ada tendensi bahwa benih kacang tanah yang
kecil dan keriput mengandung virus dari pada benih yang besar. Potivirus
merupakan genus terbesar dalam virus tumbuhan dan beberapa diantaranya adalah
virus penting secara ekonomi seperti PVY, BYMV, PPV, dan PRSV (Hull 2002).
Potyvirus menyebabkan banyak penyakit pada tanaman, gejala primernya
seperti mosaik, belang, klorosis atau kehilangan warna pada daun, bunga, buah,
dan tangkai. Selain kacang tanah, PeMov juga menyerang kacang kapri, kedelai,
buncis dan kacang-kacangan lainnya. Mengendalikan PeMov sangatlah sulit.
Varietas resisten ketika tersedia harus lebih disukai. Menggunakan benih bebas
virus ketika virus menyebar lewat benih seringkali sangat efektif. Mengatur waktu
tanam dan mengendalikan serangga vektor juga dapat mengendalikan serangan
virus. Mengeradikasi tanaman yang terinfeksi atau gulma disekitar area pertanian
sangatlah membantu memutus penyebaran Potyvirus (Agrios 2005).
Bioekologi Patogen
Peanut Mottle Virus (PMoV) termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan
ukuran lebar 12 nm dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang
tersusun atas 9500 nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (mesofil)
terdapat badan inklusi berbentuk cakra (pinwheel inclusion), melingkar,
berkeping-keping dan di dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut(Agrios
1996).
Virus ini mempunyai suhu inaktivasi 52-540 C, titik pengenceran terakhir
1000-10.000 kali, ketahanan terhadap kemasaman antara pH 4-8, ketahanan
terhadap penyimpanan in vitro pada suhu kamar adalah 24-30 jam. Virus
mempunyai hubungan serologi dengan Potato Virus Y. Virus dapat ditularkan
secara mekanik, oleh kutu-kutu daun dan oleh biji tanaman sakit. Penularan secara
mekanik mempunyai efektivitas 22-100%. Penyakit dapat ditularkan oleh kutu
daun Aphis craccivora yang umum terdapat pada kacang tanah dan kacang
panjang (Agrios 1996)..
Partikel virus tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, walaupun
beberapa virus yang mengandung inklusi atau kristal dapat dilihat pada sel
yangterinfeksi virus. Pengujian bagian sel atau sap kasar dari tumbuhan yang
terinfeksi di bawah mikroskop elektron mungkin atau mungkin juga tidak dapat
menghasilkan partikel seperti virus. Partikel virus tidak selalu mudah didapatkan
bahkan jarang diperoleh, untuk membuktikan bahwa partikel tersebut adalah virus
membutuhkan banyak waktu dan pekerja tambahan (Agrios 1996).
Kejadian Penyakit
Penyakit tumbuhan adalah suatu proses fisiologi tumbuhan yang abnormal
dan merugikan yang disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik dan gangguannya
bersifat terus menerus serta akibatnya dinyatakan oleh aktivitas sel/ jaringan yang
abnormal. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan
kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan
gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat
menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang
normal dan lain-lain (Hamdayanti 2010).
Pendugan intesitas penyakit tanaman merupakan cara yang umum untuk
menentukan besar penyakit pada suatu populasi. Sedangkan keterjadian penyakit
pada tanaman merupakan banyaknya sampel unit yang terserang dalam
persentase/proporsi dari jumlah sempling unit atau jumlah keseluruhan terjadinya
penyakit disebabkan apabila penyakit ini bersifat sistemik serta serangan patogen
cepat atau lambat yang akan menyebabkan kematian (Leonard 2001).
Keparahan Penyakit
Keparahan penyakit tumbuhan adalah daerah sub sempling unit yang
terinfeksi penyakit ditulis dalam bentuk persen atau proporsi total daerah
sempling (Leonard 2001). Keparahan penyakit didefinisikan sebagai
proporsidaerahatau jumlah jaringan tanamanyangterkena penyakit. Biasanya
dinyatakan sebagai persentase atau proporsiluas tanamanatau volumebuahyang
hancur oleh patogen (Agrios 2005).
Besarnya penyakit sering dikemukakan dengan istilah serangan ringan,
sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih bersifat
kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat bersifat
subyektif. Dalam arti bahwa data kualitatif demikian tidak dapat dibandingkan
antara ahli yang satu dengan ahli yang lain dan antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain. Data yang bersifat kuantitatif tentang intensitas penyakit sangat
diperlukan untuk berbagai kepentingan, terutama untuk kepentingan
pengelolaan/pengendalian penyakit tanaman (Agrios 1997).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Pengamatan
Pengamatan kejadian dan keparahan penyakit belang kacang tanah
dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Instititut Pertanian
Bogor. Pengamatan ini berlangsung mulai 23April hingga 14 Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah lahan
pertanaman kacang tanah, rafia, gunting, alat tulis dan kamera.
Metode
Metode pengamatan yang dilakukan adalah menentukan tipe pengamatan
petak tetap. Setelah tipe pengamatan ditentukan dua puluh tanaman contoh
ditentukan. Pengambilan tanaman contoh didasarkan pada pola yang akan
ditentukan yaitu diagonal. Pola ini dimulai dari ujug petak depan sampai petak
belakang. Tanaman contoh diberi tanda dengan diikat tali rafia pada salah satu
bagian tanaman. Peta dari masing-masing petak dengan tanaman contoh dibuat
untuk menghindari kesalahan pengamatan tanaman contoh. Hal tersebut dapat
ditentukan dengan menghitung letak tanaman contoh berada pada baris dan kolom
keberapa dalam suatu petak.
Kejadian penyakit ditentukan dengan cara pengamatan apakan tanaman
tersebut terserang penyakit belang atau tidak. Sedangkan keparahan penyakit
ditentukan dengan melihat seberapa parah serangan dari penyakit tersebut dalam
satuan persen. Pengamatan kejadian dan keparahan penyakit pada semua populasi
tanaman kacang tanah pada lahan dengan pola diagonal tersebut diulangi selama
empat kali pengamatan dalam satu bulan dengan selang waktu satu minggu tiap
pengamatan. Gejala dapat diukur dengan persentase perbandingan jumlah
tanaman yang sakit dengan jumlah tanaman total dikali 100%. Sedangkan
keparahan penyakit merupakan proporsi area atau jumlah jaringan tanaman yang
sakit dan dapat diukur dari scoring persentase atau skala.
Kejadian dan keparhan penyakit setiap tanaman contoh difoto, ditentukan
dengan metode skoring yang telah didapat kertas panduannya dari asisten.
Skoring Kejadian dan keparahan penyakit belang kacang tanah :
1 = tidak bergejala
2 = 0-20% infeksi ringan
3 = 21-40% infeksi sedang
4 = 41-60% terinfeksi
5 = infeksi parah >60%
Data yang sudah di dapat kemudian diolah menggunakan rumus kejadian dan
keparahan penyakit.
Kejadian penyakit = Ʃ tanaman terinfeksi x 100%
Ʃ tanaman yang diuji
I = Ʃ (ni x vi) x 100%
N x V
I = keparahan penyakit
ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i
vi = nilai skor penyakit
N = jumlah tanaman yang diamati
V = skor tertinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1 Persentase dan skor pengamatan penyakit belang (Peanut mottel virus) pada tanaman kacang tanah.
Tanaman ke-
Pengamatan minggu ke-
1 2 3 4
% Skor % Skor % Skor % Skor
1 10 2 10 2 13 2 30 3
2 5 2 5 2 3 2 10 2
3 10 2 10 2 15 2 25 3
4 10 2 15 2 30 3 35 3
5 20 2 20 2 30 3 35 3
6 20 2 25 3 20 2 30 3
7 10 2 15 2 15 2 40 3
8 30 3 25 3 25 3 27 3
9 25 3 25 3 27 3 30 3
10 15 2 15 2 30 3 35 3
11 30 3 30 3 15 2 20 2
12 15 2 10 2 20 2 20 2
13 15 2 17 2 15 2 20 2
14 20 2 30 3 32 3 25 3
15 20 2 25 3 30 3 32 3
16 20 2 25 3 25 3 25 3
17 5 2 5 2 7 2 10 2
18 10 2 15 2 15 2 15 2
19 7 2 10 2 20 2 18 2
20 5 2 10 2 20 2 22 2
Kejadian penyakit
100 % 100 % 100 % 100 %
Keparahan penyakit
50 % 57 % 63 % 84 %
I II III IV0
20
40
60
80
100
120
Kejadian penyakit Keparahan penyakit
Pengamatan minggu ke-
Pers
enta
se k
epar
ahan
pen
yaki
t
Grafik 1 Kejadian dan keparahan penyakit belang kacang tanah pada tanaman kacang tanah.
Pembahasan Hasil Pengamatan Langsung
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agrios G.N. 1996. Plant Pathology, Third Edition. Gainesville: University of
Florida.
Agrios G.N. 1997. Plant Pathology Fourth Edition. Academic Press : New
York.
Agrios G.N. 2005. Plant Pathology 5th Edition. USA : Elsevier Academic
Press.
Hamdayanti. 2010. Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit pada
Beberapa Komoditan Tanaman di Leuwikopo.
http://hamdayanty08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/kejadian-penyakit-dan-
keparahan-penyakit-pada-beberapa-komoditan-tanaman-di-leuwikopo/
diakses pada tanggal 18 mei 2014, pukul 08.43 wib.
Hull Roger. 2002. Plant Virology. USA : Academic Press.
Kasno A. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di
Indonesia. Makalah Seminar. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan.
Leonard J. F. 2001. Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press St.
Paul Minnesota.
Pracaya.1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta (ID): PT. Penebar
Swadaya.
Rukmana R. 1998. Kacang Tanah. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Saleh N. 2003. Ekobiologi dan optimalisasi pengendalian penyakit virus belang
pada kacang tanah melalui pengelolaan tanaman secara terpadu. Jurnal
litbang pertanian. 22 (2) : 41.
LAMPIRAN
Top Related