Download - KEP penyuluhan

Transcript

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) Definisi KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). 1 Prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) biasanya menyerang anak-anak kurang dari 5 tahun, dimana pada saat itu kebutuhan energi dan protein sangat tinggi. Marasmus sering dijumpai pada anak < 1 tahun, di daerah urban, sedangkan kwasiorkor sering dijumpai pada usia > 2 tahun di daerah yang kumuh dan padat penduduk. Dengan melihat prevalensi tersebut, di Indonesia KEP sudah menjadi masalah gizi pokok yang perlu mendapat perhatian karena akan mempunyai dampak yang sangat luas meliputi gangguan fisik, mental, dan intelegensia, dan akan berpengaruh terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) dari bangsa Indonesia ke depan. 1 Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang mmenderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di semua Kabupaten dan Kota. Pada saat ini masih terdapat 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia yang mempunyai prevalensi di atas 30% (berat badan menurut umur). 1 Menurut WHO keadaan ini masih tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2005, total kasus gizi buruk sebanyak 75.671 balita. Jumlah kasus gizi

1

buruk yang meninggal dunia dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2005 adalah 286 balita Kasus gizi buruk yang meninggal tersebut pada umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti ISPA, diare, TB, campak dan malaria. 1

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara langsung, pertama: anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama, dan kedua: anak menderita penyakit infeksi. anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai dan sanitasi/kesehatan lingkungan kurang baik serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga. Berdasarkan hasil surveilans faktor risiko penyebab gizi buruk di NTB adalah faktor sosial budaya dan ketidak tahuan, rendahnya daya beli dan masih tingginya penyakit infeksi, sedangkan di NTT selain faktor tersebut diperberat dengan adanya terjadinya kekeringan yang panjang. 2 Klasifikasi KEP Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS 1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning 2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM).

2

3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. Timbang setiap pagi sebelum diberi makan. Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi: -

anak

Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari Protein 4-6 gram/kg bb/hari Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar. 1

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi : Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering -

Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari Protein 4-6 g/kgbb/hari Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar. 7 Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

-

Pemantauan fase rehabilitasi: Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan : Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan. Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

14

Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu. Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET FASE STABILISASI FASE TRANSISI : : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI FORMULA WHO 75 FORMULA WHO 100 ATAU PENGGANTI FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI) MAKANAN KELUARGA 8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya. Berikan setiap hari tambahan multivitamin lain dan bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut : 1 Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi UMUR DAN BERAT BADAN 6 sampai 12 bulan TABLET BESI/FOLAT SIRUP BESI

Sulfas ferosus 200 mg + Sulfas ferosus 150 ml 0,25 mg Asam Folat Berikan 3 kali sehari tablet Berikan 3 kali sehari 2,5 ml (1/2 sendok teh)

15

(7 - < 10 Kg) 12 bulan sampai 5 tablet 5 ml (1 sendok teh)

tahun

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN

PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet) (DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-