KEJANG DEMAM ATAU FEBRIS KONVULSIF
DEFINISI
Adalah bangkitan kejang yang terjadi kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380 C yang
di sebab proses ekstrakranium). Sering terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron sangat tinggi
dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial
membrane dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui mambran tersebut dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam lebih sering terjadi
pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulannya perlu
memperhatiakan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang yang singkat
tidak berbahaya dan tidak meninggalkan sisa tetapi kejang yang lama (lebih dari 15
menit) biasanya terjadi apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh meabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkab makin meningkanya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah factor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama. Factor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik. Resiko yang akan
dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
GAMBARAN KLINIK
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf
pusat, misalnya ; tonsillitis dan OMA.
Livingstnoe membuat criteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion )
2. Epilepsy yang diprovokasi oleh demam (epiepsi trigged off fever)
Di subbagian anak FKUI-RSCM Jakarta, criteria livingstone tersebut setelah dimodifikasi
diapakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh criteria
tersebut digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok
kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang,
sedangkan demam hanya merupakan factor pencetus saja.
PENATALAKSAAAN MEDIS
Medik
Dalam penggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Membrantas kejang secepat mungkin
Berikan diazepam secara IV. Setelah suntikan pertama secara IV ditunggu
15menit, bila masih kejang ulangi disuntikan kedua dengan dosis sama IV setelah 15
menit suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga tetapi secara IM,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum berhenti dapat diberikan fenobarbital
atau paraldehyde 4% IV.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum membrantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan
penunjang :
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Vital sign diawasi secara ketat. Cairan IV sebaiknya diberikan dengan
monitoring untuk kelainan metabolic dan elektrolit. Bila terdapat tekanan
intracranial meningkat jangan berikan cairan dengan kadar natrium tinggi. Jika
suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan seka air hangat.
Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2 – 4 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3
dosis; prometazon 4 – 6 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis secara injeksi.
Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dengan dosis 20 – 30
mg/KGBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya
deksametason 0.5 – 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Memberikan pengobatan rumatan
Setelah kejang dapat diatasi, harus disusul pengobatan rumatan. Daya kerja
diazepam sangat singkat, berkisar antara 45 – 60 menit sesudah disuntikkan; oleh
karena itu harus diberikan obat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama, misalnya
fenobarbital atau defenilhidantoin. Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang
berhenti dengan diazepam.
Lanjutan pengobatan rumat tergantung dari pada keadaan pasien. Pengobatan ini
dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, pasien
yang menderita kejang demam sederhana diberikan obat campuran antikonvulsan
dan antipiretika, yang harus diberikan kepada anak bila menderita demam lagi.
b. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis
terapuetik yang stabil dan cukup didalam darah pasien untuk mencegah
terulangnya kejang dikemudian hari. Ini dapat diberikan pada keadaan :
1). Epilepsy yang diprovokasi oleh kejang
2). Yang di sepakati pada consensus bersama (1980) ialah pada semua kejang
demam yang mempunyai ciri :
a) Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti cerebral palsi retardasi
perkembangan dan mikrosefali.
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap.
c) Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orang
tua atau saudara kandung.
d) Pada kasus tertentu yang dianggap perlu yaitu bila kadang – kadang
terdapat kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur dibawah
usia 12 bulan.
Obat yang dipergunakan untuk profilaksis jangka panjang ialah :
a) Fenobarbital
b) Sodium valproat / asam valproat
c) Fenitoin (Dilantin)
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi oleh demam
biasanya adalah infeksirespiratorius bagian atas dan otitis media akut.
KEPERAWATAN
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam adalah:
1. Risiko Terjadi Lerusakan Sel Otak Akibat Kejang
Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak
lancar dan mengakibatkan peredaran O2 juga terganggu. Kekurangan O2 (anoksia)
pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan
sampai retardasi mental bila kerusakannya berat.
2. Suhu Yang Meningkat Diatas Normal
Masing-masing pasien mempunyai ambang kejang yang berbeda, tidak selalu
dalam keadaan hiperpireksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu
didahului kenaikan suhu sebelum bangkitan kejang terjadi. Pada anak dengan ambang
kejang rendah, bila suhu naik menjadi 38 oC atau lebih sedikit saja sudah timbul
kejang.
3. Risiko Terjadi Bahaya/Komplikasi
Seperti pasien lain yang kejang, akibatnya dapat terjadi perlukaan misalnya lidah
tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, akibat terkena benda tajam atau keras yang
ada disekitar anak, serta dapat juga terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat
serangan kejang harus ada yang mendampinginya.
4. Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman
5. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua Mengenai Penyakit
Jika pasien telah didiagnosis kejang demam, orangtuanya perlu dijelaskan
mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan denga kenaikan suhu tubuh.
Yang perlu dijelaskan ialah:
a. Harus selalu tersedia obat penurun panas
b. Agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orang tua mengetahui anak mulai
demam
c. Jika terjadi kejang, anak harus di baringkan di tempat yang rata, kepalanya
dimiringkan. Buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah dibungkus
kain / sapu tangan yang bersih dalam mulutnya (sudip lidah)
d. Apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama segera bawa pasien
tersebut ke RS.
Top Related