Download - kedokteran keluarga kasus DM new

Transcript
Page 1: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Diabetes Pada Ibu Rumah Tangga Tanpa Keterlibatan Peran Keluarga

Pelayanan Kedokteran Keluarga

*Elza Tartylah

*Dokter Muda FK UPN “Veteran” Jakarta

Abstrak : Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang memerlukan

penanganan khusus dan terus menerus, salah satunya adalah dengan pengaturan pola makan

sehari-hari. Pelaksanaan pengaturan pola makan membutuhkan kepatuhan dari pasien DM

tipe 2 dan keluarga yang mempunyai peran dalam memberikan dukungan terhadap

kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus, terutama keluarga inti. Tujuan penelitian ini adalah

untuk membuktikan bahwa dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan

komprehensif dapat mengatasi permasalahan penyakit dalam keluarga . Pasien adalah ibu

rumah tangga yang tinggal dalam keluarga besar dengan empat orang dewasa dan dua

anak. Masalah dalam keluarga ini adalah kurangnya pengetahuan baik pasien maupun

keluarga mengenai penyakit yang yang dialami serta kurangnya kemauan untuk berobat

dan kurangnya peran serta keluarga untuk memberi dukungan. Masalah pasien antara lain

yaitu Diabetes melitus. Penatalaksanaan klinis yang dilakukan bersifat asimptomatik.

Dilakukan edukasi penyakit Diabetes melitus yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala,

terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan penjelasan tentang pentingnya usaha untuk

perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi. Diberikan pula penjelasan perilaku hidup

sehat dengan berolahraga dan diet untuk penderita dibetes melitus. Keberhasilan tindakan

dinilai dari data klinis dan indeks koping keluarga. Hasil studi menunjukkan penyebab

penyakit disebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat kurangnya pengetahuan

pasien dan keluarga terhadap perilaku hidup sehat dan pola makan yang tinggi karbohidrat,

serta pelayanan provider kesehatan yang kurang menyeluruh. Penerapan pelayanan

kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif, dan berkesinambungan yang memandang

pasien sebagai bagian dari keluarga, telah dijalankan dan berhasil memotivasi pasien dan

keluarga, sehingga pasien dan keluarga mulai mencoba mengubah perilaku hidup menjadi

perilaku hidup sehat dan pasien juga berjanji untuk meminum obat serta melakukan kontrol

rutin setiap bulannya. Pada akhir studi, diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak

dapat disembuhkan hanya dapat mencegah terjadinya komplikasi dengan meningkatkan

Page 2: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

kesehatan keluarga yang keberhasilannya membutuhkan peran aktif baik pasien sendiri

maupun keluarga dengah berperilaku hidup sehat.

Kata kunci : diabetes mellitus, keluarga besar, pelayanan kedokteran keluarga

Abstract:

Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease that requires special and continous handling ,such as arrangement of meal pattern each day. Implementation of the meal pattern in DM type 2 patients require obedience from patients and families who have a role in providing support for the patient's adherence to the Diabetes Mellitus diet, especially the nuclear family. The aim of this research is proving that comprehensive and holistic family health service can resolve disease problem in family. The patient is household mother who live in a big family with four adults and two children. The problem on this family are the lack of family's and patient's knowledge about the disease, less anxiety to do the treatment, and less family's support. Patient suffers Diabetes Mellitus. Clinical management that had been done was asymptomatic. Health provider gave education about Diabetes Mellitus disease that involving risk factors, causes, symptoms, therapy, and prevention. Then health provider also gives explanations about the importance of health improvement's effort and prevention of complication. Another explanation is about healthy life behavior with exercise and diet for diabetes mellitus patient. The success of this action can be assessed from clinical data and family koping index. The result shows disease caused by high amount of blood glucose that effected by less patient and her family's knowledge about healthy lifestyle, high-carbohydrate meal pattern, and health service provider that less comprehensive. Implementation family health service holistically, comprehensively, and continuously, that see the patient as a part of the family, has been run and has successfully motivated patient and family. So, the patient and her family tried to change the lifestyle into healthy lifestyle. The patient also promises to eat he medicine and do the routine control every month. At the end of study , Diabetes Mellitus is an unhealed disease, but we can prevent the complication with improving family's health which success need active role from patients and their family with healthy lifestyle.Key word: diabetes mellitus, extendeed family , family medicine

Pendahuluan

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Sedangkan menurut WHO, dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak

dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat

dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat

dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi absolut atau relatif dan gangguan fungsi

insulin (Gustaviani, 2006). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang

dewasa ini prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis

diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan

semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka

Page 3: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting.

Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada

pundak dokter dan klinis saja. Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula

darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau

fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. Diabetes

melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek,

diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia (Soegondo,

2005).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami

peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah

penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik,

diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133

juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar

7,2 % (Soegondo, 2006). Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok

didapatkan prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7% (Gustaviani, 2006). Pada tahun 2030

diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia juga sangat

tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5 terbesar di dunia,

diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025. Didapatkan bahwa hanya 50% dari

penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30%

dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur(Soegondo, 2006). Sedangkan dari data

Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati

urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2005).

Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan

yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk food, dan

lain-lain (Wardani et al,2007). Soewondo (2005), menyatakan bahwa stres yang dialami

penderita baik fisik maupun mental berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari

atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu

kesalahan – kesalahan sikap keluarga dan penderita. Lingkungan yang mempengaruhi

perilaku tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis,

Page 4: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat

manusia. Sehingga peran keluarga seperti sikap, perilaku dan partisipasi keluarga dipandang

sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit. Ada semacam hubungan yang

kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya bahwa peran serta keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi

pencegahan sampai fase rehabilitasi (Sundari dan Setyawati, 2006). Mengingat DM adalah

penyakit selama hidup, makapengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada

setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat

sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinissaja. Dalam hal ini partisipasi penderita

DM dan keluarganya sangat diperlukan khususnya dalam orientasinya pada upaya

mengembalikan penderita DM ke dalam situasi sehat atau paling tidak mendekati normal

(Waspadji, 2005). Tujuan pelaksanaan DM meliputi enam hal, yaitu memperpanjang hidup

penderita dan menghilangkan gejala penyakit, mengusahakan penderita DM hidup

bermasyarakat senormal mungkin, mengusahakan dan mempertahankan status metabolisme

yang baik, mencegah komplikasi DM dan menghilangkan faktor resiko lain, dan skrining

adanya komorbid(Asdie, 2000).

Pada penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat

penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan

obat-obat hipoglikemi OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang

kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua

penderita diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio

asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita

diabetes melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet.

Prinsip pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur

konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.

Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan

dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet

yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup

untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar

normal. (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006)

Pelayanan kesehatan primer tidak saja meliputi masalah kematian (mortality), keluhan

sakit (illness), penyakit (disease), ketidakmampuan (disability), kecacaatan (handicap), tetapi

Page 5: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

juga keadaan kesehatan yang positif yaitu upaya peningkatan kesehatan pada individu,

keluarga dan kelompok masyarakat. Peranan dokter keluarga ialah berfungsi sebagai

gatekeeper (penapisan), yaitu membuat keputusan yang tepat untuk tindakan penyelesaian

masalah. Seyogyanya dokter praktik mencari kepastian dalam pencarian informasi untuk

menegakkan diagnosis dengan memperhitungkan multi aspek dari kehidupan seseorang dan

juga keluarganya, yang dikenal dengan istilah diagnosis holistik (Kekalih, 2008).

Dalam mengatasi kasus ini yaitu kasus diabetes melitus yang terjadi pada seorang ibu

rumah tangga, maka sangat diperlukan peran dari anggota keluarga lainnya terutama dengan

kombinasi antara pengaturan diet, olah raga, obat anti diabetik, penilaian kontrol, dan

pendidikan. Keberhasilan penatalaksanaan DM juga ditentukan oleh peranan aktif dari

penderita DM sendiri, keluarganya dan masyarakatnya dalam pengontrolan DM, pencegahan,

komplikasi akut maupun kronik serta pembiayaanya. Oleh karena itu diperlukan penanganan

holistik dan komprehensif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klinis akut yang

terjadi sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut pada pasien (Kekalih, 2008).

Ilustrasi kasus

Dari hasil anamnesis seorang wanita berusia 55 tahun datang untuk kontrol disertai

keluhan pusing, dan merasa kesemutan pada anggota gerak, pasien juga membawa hasil

laboratorium terakhir tanggal 9 februari 2010 pemeriksaan GDS hasilnya 577mg/dL,

didapatkan informasi bahwa 5 tahun yang lalu pasien mengalamai penurunan BB badan yang

drastis, sering merasa lapar dan haus, lalu pasien disarankan oleh tetangganya untuk

melakukan pemeriksaan gula darah di laboratorium, setelah diperiksa didapatkan gula darah

sewaktu (GDS) 221mg/dL, lalu dianjurkan oleh petugas laboratorium untuk konsultasi

dengan dokter, setelah konsultasi pasien diminta cek ulang gula darah tapi pasien diminta

untuk puasa terlebih dahulu sebelum pemeriksaan. Setelah pemeriksaan kedua kalinya

didapatkan hasil gula darah puasa(GDP) 167mg/dL dan gula darah 2 jam postprandial

230mg/dL, setelah itu pasien didiagnosa oleh dokter terkena penyakit gula (diabetes melitus).

Lalu pasien disarankan untuk mengubah pola makan dan gaya hidup, serta selalu cek gula

darah setiap bulannya, tetapi pasien tidak melakukannya, pasien mengatakan hanya akan

berobat jika badannya mulai terasa lemas. Pada riwayat keluarga pasien, diketahui orang tua

pasien juga memiliki penyakit diabetes melitus.

Page 6: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umumnya kompos mentis dan sadar

penuh. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi

72x/menit, laju pernapasan 20x/menit. Berat badan 49Kg, tinggi badan 149cm, sehingga

didapatkan indeks massa tubuh pasien 22,07 yang berati Normal. Pada pemeriksaan status

generalis didapatkan dalam batas normal.

Penilaian struktur dan komposisi keluarga

Keluarga terdiri atas 3 generasi dengan kepala keluarga (KK) berusia 58 tahun yang

merupakan suami pasien H yang mendapat diabetes melitus. Bentuk keluarga adalah keluarga

besar (extended) dengan pimpinan keluarga pasangan usia lansia yang tidak produktif.

Penilaian Terhadap Keluarga

Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta yang aktif dari

seluruh anggota keluarga terutama anak-anak pasien yang sudah dewasa dalam merawat dan

memperhatikan pasien. Peran keluarga saat ini lebih memperhatikan keadaan kesehatan

Ny.H55 thn

Tn.M58 thn

Ny.N33 thn

Ny.N32 thn

Ny.D30 thn

Ny.G25 thn

Tn.M35 thn

Tn.M34 thn

Tn.M33 thn

Tn.F28 thn

An.F23 thn

An.I5 thnAn.A

4 thnAn.N6 thn

An.R5 thn

An.R7 thn

Keterangan

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Tinggal satu rumah

Page 7: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

pasien terutama dalam mengawasi pola makan dan gaya hidup pasien. Karena keduanya akan

sangat membantu dalam menurunkan gula darah pasien. Selain itu keluarga pun dituntut

untuk selalu memberi dukungan dan selalu mengingatkan pasien agar meminum obat teratur

dan rajin kontrol.

Untuk itu, agar tujuan dapat tercapai dalam mengobati pasien dengan melibatkan

keluarga dalam perawatan kesehatan pasien yang berkaitan dengan masalah fisik, psikologik,

sosial dan lingkungan keluarga maka dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 9 ,16 dan 23

februari 2011.

Identifikasi Masalah Keluarga

1. Masalah dalam organisasi keluarga : dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah

suami pasien yang berusia lansia yang sudah pensiun dan seorang ibu rumah tangga.

Dua Anak yang tinggal serumah dengan pasien sibuk dengan urusannya masing-

masing.

2. Masalah dalam fungsi biologis: pasien memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes

melitus. Saat ini pasien menderita penyakit diabetes melitus.

3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien adalah seorang istri yang sibuk dengan

mengurus suaminya yang juga terkena DM dan sedang menunggu operasi katarak.

Pasien juga seorang ibu rumah tangga. Walaupun masih ada anak pasien yang tinggal

satu rumah dengan pasien, tapi anak-anak jarang berkomunikasi sehingga dukungan

keluarga untuk kesembuhan pasien juga dinilai kurang akibat tidak adanya kedekatan

antar keluarga.

4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber penghasilan

utama pada keluarga adalah dari suami pasien sendiri dari uang pensiunan, sedangkan

untuk kebutuhan anak, menantu dan cucunya didapatkan dari gaji bulanan

menantunya. Untuk biaya kesehatan, pasien memiliki kartu ASKES suami pasien.

dari sini pemenuhan kebutuhan pasien sudah terpenuhi dengan baik.

5. Masalah lingkungan : Lingkungan rumah cukup baik. Kebersihan lingkungan terjaga.

6. Masalah perilaku kesehatan : Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan

dan pemeliharaan kesehatan, namun usaha dalam merubah pola makan dan gaya

hidup masih sangat kurang.

Page 8: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Diagnosis Holistik

Aspek Personal : Pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebersihan

dan kesehatan

Aspek Klinis : Diabetes melitus yang tidak terkontrol

Aspek Individual : Pasien sering lupa untuk minum obat dan malas untuk kontrol

Aspek Psikososial : Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal satu rumah.

Aspek Fungsional : Aktivitas menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan dapat

dijalankan sendiri oleh pasien

Diagnosis Keluarga

Keluarga besar (extended) dengan kepala keluarga yang mempunyai penghasilan

yang tetap dari uang pensiunan serta dengan perilaku anggota keluarga yang kurang

memperhatikan kesehatan pasien.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga

Membantu pasien untuk memahami dan menyelesaikan masalah kesehatan dan dapat

terwujudnya keluarga yang sadar akan kebersihan dan kesehatan sehingga dapat mencegah

komplikasi dari penyakitnya.

Indikator Keberhasilan

Pasien telah mengerti dan memahami tentang diabetes melitus, pasien bisa untuk

merubah perilakunya dalam hal kontrol gula darah secara teratur ke Puskesmas dan mengatur

pola makannya.

Setiap anggota keluarga memahami pentingnya peranan keluarga disini dalam

memberi dukungan dari keluarga sangat penting karena dapat meningkatkan semangat pasien

dalam menjalani pengobatan dan mencegah komplikasi diabetes melitus.

Tindak Lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga

Untuk pelaku rawat harus diberikan edukasi yang cukup mengenai penyakit diabetes

melitus yang dialami dan komplikasi yang akan terjadi bila tidak terkontrol. Dalam hal ini

anak pasien yang telah dewasa harus merawat ibunya dengan baik agar pasien mendapatkan

semangat dan mengingatkan pasien untuk minum obat.

Page 9: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Pasien diberikan edukasi untuk cek gula darah secara teratur dan kepatuhan minum

obat serta pentingnya melakukan perilaku hidup sehat untuk penatalaksaan penyakitnya.

Pelaku rawat (anak pasien) juga harus diberikan edukasi tentang diet makanan pada

penderita diabetes melitus dan sehingga pelaku rawat dapat mengingatkan dan mengawasi

pola makan.

Alur Penatalaksanaan Pasien

Tindakan Terhadap Keluarga

Ny H

55 th

Jarang kontrol Lupa untuk minum obat

Kurangnya perilaku hidup sehat

Hampir tidak pernah olahraga

Pola makan pasien makan dan minuman manis

Gula darah meningkat

Motivasi pasien untuk perilaku hidup sehat dengan berolahraga dan diet untuk penderita DM

Edukasi dan motivasi pasien akan pentingnya kontrol dan kepatuhan minum obat

Page 10: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Penatalaksanaan pasien ini memerlukan partisipasi seluruh anggota keluarga dalam

mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga dapat memperbaiki pola hidup dalam

keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera.

Pertama–tama dijelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit Diabetes melitus

yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan

penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi.

Keluarga juga harus mendapat pengetahuan yang sejelas–jelasnya bahwa peran keluarga

sangat besar dalam memberikan perhatian dan dukungan untuk penyembuhan pasien.

Selanjutnya diberikan pula motivasi terhadap keluarga untuk memperhatikan pasien terutama

agar selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat dan cek gula darah secara teratur ke

puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu keluarga juga memotivasi agar

memperbaiki gaya hidup pasien yaitu dengan berolahraga dan mengatur pola makan pasien

sesuai dengan diet pada penderita diabetes melitus.

Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang

dapat dilihat pada Tabel 1. Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan

dan kemampuan adaptasi dengan skala :

5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya

4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari

orang lain / dokter / pelayanan kesehatan

3 : penyelesaian hanya sedikit atas partisipasi keluarga

2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu,

penyelesaian oleh orang lain / dokter / pelayanan kesehatan

1 : tidak ada partisipasi, tidak ada penyelesaian walaupun sarana ada

99 : tidak dapat dinilai.

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 3 yaitu ,

dimana keluarga mampu menyelesaikan masalahnya dengan arahan dari petugas pelayan

kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan

masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 5. Dimana masalah dapat

diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarga.

Pembahasan

Page 11: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Pembinaan dengan pelayanan kedokteran keluarga ini dilakukan pada pasien Ny H

usia 55 tahun dengan keluhan pusing dan sering merasa kesemutan pada seluruh anggota

gerak. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, yang tidak

terkontrol, pasien mengaku merasa malas, jika tidak ada keluhan. Disini terlihat tidak ada nya

kemauan dari diri pasien untuk meningkatkan kesehatannya sehingga kami sebagai petugas

kesehatan memberi tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu untuk mengetahui

kadar gula darah, dan diberitahu bahwa DM itu tidak dapat disembuhkan hanya dapat

dikontrol dengan cara meminum obat dan pola hidup yang sehat. Kami juga memberitahukan

tentang Penyakit DM itu sendiri. Seorang sudah dapat dikatakan DM jika menderita dua dari

tiga gejala dibawah ini:

1. Keluhan “TRIAS”: banyak minum(polidipsia), banyak makan(polifagia), banyak

kencing (poliuria) serta penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL

3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dL (Tjokroprawiro, A.

2006).

Dari anamnesa pasien mengatakan sering lupa untuk meminum obat, pasien ingat

setelah makan, lalu pasien pun tidak langsung meminum obatnya, setelah merasakan lapar

lagi baru pasien meminumnya. Dari sini terlihat bahwa pasien terlihat kurang mengetahui

fungsi obat yang diberikan, sebagai petugas kesehatan kami menanyakan obat apa yang

sering lupa untuk diminum, pasien mengatakan glibenklamid, lalu kami menjelaskan

bagaimana cara kerja obat tersebut dan mengapa obat tersebut seharusnya diminum 30 menit

sebelum makan, kami menjelaskan bahwa obat tersebut berfungsi untuk mengeluarkan zat

insulin yang fungsinya memasukan gula ke dalam sel, maka jika diminum setelah makan obat

ini tidak bekerja sebagaimana mestinya, dan tidak akan meurunkan kadar gula dalam darah.

Dan kami menyarankan agar pasien meminta tolong kepada keluarga untuk mengingatkan.

Dari anamnesa juga didapatkan pasien hampir tidak pernah berolahraga, karena

pasien merasa sibuk untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, dan malas jika hanya

sendiri, pasien mau berolahraga jika ada yang menemani, kami sebagai pembina

memberitahukan bahwa dengan berolahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan  memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani juga akan meningkatkan

Page 12: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

metabolisme. Lalu kami menyarankan agar pasien mengajak keluarga pasien untuk ikut

olahraga selain sehat pasien juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk berkomunikasi

dengan keluarga. Lalu kebiasaan pasien yang lainnya diet yang tidak sesuai untuk DM tipe II,

kami menanyakan pola konsumsi makan penderita, frekuensi makan besar 3 kali perhari tapi

pasien sering merasa lapar untuk itu pasien sedia cemilan biskuit manis, kadang dodol goreng

, susu milo, susu full cream, susu kental manis, permen, atau roti tawar yg diolesi dengan

susu kental manis, dari sini kami melihat yang dikonsumsi pasien sangat tinggi kadar

glukosanya. Kemudian kami menjelaskan bagaimana diet untuk penderita DM tipe II yaitu

diet rendah gula dengan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Pada

penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting. Bila hasil

pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemi

OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang kurus tidak

memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua penderita

diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak

tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita diabetes

melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet. Prinsip

pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur

konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.

Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan

dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet

yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup

untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar

normal (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006).

Sebelumnya telah dikatakan pasien selalu mengatakan malas untuk kontrol dan

berolahraga dan pasien juga mengatakan dirumah jarang berkomunikasi dengan anak dan

menantunya karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Pasien mengatakan anak

pertama sibuk untuk mengurus cucunya menantunya sibuk bekerja dan anak yang terakhir

juga sibuk dengan pekerjaannya selalu pulang malam sehingga sangat sulit untuk

berkomunikasi. Pembina merasa ini salah satu penyebab muncul rasa malas yaitu kurangnya

dukungan dari keluarga, oleh karena itu pembina menyarankan kepada keluarga agar

menyempatkan sedikit waktu untuk berkomunikasi. Pembina telah menerangkan memberi

tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu untuk mengetahui kadar gula darah, dan

Page 13: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

pentingnya dukungan keluarga untuk penatalaksanaan DM sehingga dapat mencegah

komplikasi.

Dengan demikian pembina merasa sangat perlu untuk memberikan pemahaman pada

pasien dan keluarga DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan

dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka

penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan

klinis saja. Dalam hal ini partisipasi penderita DM dan keluarganya sangat diperlukan untuk

memberikan motivasi sehingga dapat mencegah komplikasi.

Tabel 1. Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah (Koping Keluarga)

No. Masalah Koping

Awal

Koping

Akhir

Upaya Penyelesaian dari

Keluarga

1. Kurangnya kepatuhan pasien

untuk kontrol

4 5 Awal : Pasien dengan diabetes tidak

rutin kontrol jika tidak ada keluhan

Akhir : pasien berjanji akan kontrol

setiap bulan

2. Kurangnya kepatuhan pasien

dalam meminum obat

3 5 Awal : Pasien sering lupa untuk

minum obat

Akhir : keluarga bersedia untuk

meningatkan pasien untuk

meminum obat

3. Kurangnya motivasi untuk

perilaku hidup sehat

3 5 Awal : Pasien hampir tidak pernah

olahraga dan tidak mengatur pola

makan yang sesuai untuk penderita

diabetes. Pasien setiap pagi minum

susu kental manis.

Akhir :Keluarga bersedia mengikuti

anjuran pembina, dengan mulai

berolahraga bersama saat hari

minggu dan mengurangi makan dan

minuman yang manis. Pasien sudah

tidak lagi minum susu kental manis.

4. Kurangnya kedekatan pasien 3 5 Awal : keluarga pasien sibuk

Page 14: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

dengan keluarga dengan urusan masing

Akhir : keluarga bersedia mengikuti

anjuran pembinaan

Rata – rata 3,2 5

Hasil Pembinaan

1. Pasien lebih paham tentang penyakit diabetes melitus, memahami pentingnya minum

obat teratur, kontrol gula darah ke puskesmas secara teratur setiap bulannya.

2. Pasien mulai merubah pola makan dengan mengganti menu makan yang sesuai untuk

diet penderita DM tipe II salah satunya dengan tidak lagi mengkonsumsi susu kental

manis.

3. Keluarga mulai melakukan perilaku sehat dengan jalan pagi bersama saat hari minggu

4. Hasil pembinaan keluarga secara keseluruhan menunjukkan peningkatan indeks

koping / penguasaan masalah dari 3 sebelum pembinaan menjadi 5 setelah

pembinaan.

5. Konsep pelayanan kedokteran keluarga telah dijalankan dan perlu ditunjang dengan

kerjasama yang baik antara provider kesehatan serta keluarga.

Saran

Saran bagi kesinambungan pelayanan adalah :

1. Untuk pembina berikutnya

Pembina selanjutnya sebaiknya dapat bekerja sama dengan tim Pembina sebelumnya,

sehingga pembinaan yang diberikan selanjutnya dapat benar-benar melanjutkan

pembinaan sebelumnya. Pembina selanjutnya sebaiknya tetap memotivasi keluarga

pasien untuk ikut berperan serta menjadi pelaku rawat bagi pasien.

2. Untuk pasien dan keluarga

Diperlukan kerja sama antara anggota keluarga dengan provider kesehatan dalam

menyelesaikan semua permasalahan yang ditemukan. Pasien dan keluarganya agar

lebih terbuka kepada pemberi pelayanan kesehatan jika ingin mengetahui tentang

penyakitnya.

3. Pelaksanan pelayanan kesehatan

Page 15: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif, terpadu dan

kesinambungan. Diperlukan suatu rekam medis yang benar dan teratur, serta

terkomputerisasi untuk menunjang pelayanan. Perlunya mengedukasi pasien dengan

diabetes mellitus untuk meminum obat teratur dan kontrol rutin. Pelayanan kesehatan

sebaiknya dalam memberikan obat DM tipe II tidak hanya untuk jangka waktu yang

terlalu singkat perkunjungan pasien sebab hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan

berobat pasien

Penutup

Dalam studi kasus ini diterapkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pelayanan

kedokteran keluarga berupa pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, terpadu, dan

berkesinambungan. Pada kasus ini pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam perilaku

hidup sehat dan dukungan moril keluarga sangat perlu ditingkatkan, oleh karena itu

pendekatan kedokteran keluarga penting dalam penanganan kasus semacam ini.

Daftar Pustaka

Asdie, A.H., 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2, Edisi pertama, Penerbit

Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Jumlah Penderita Diabetes Indonesia

Ranking ke-4 di Dunia, http://www.depkes.go.id/index.php

Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi

B, dkk (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI, 2006: 1879-1885.

Kekalih A. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Departemen Ilmu

Kedokteran Komunitas FKUI, 2008.

Pranadji, D, K. Martianto, D, H. Subandriyo, V, U. Perencanaan Menu Untuk Penderita

Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Swadaya, 2006.

Page 16: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Soegondo S et. al. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia 2006. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. pp: 7-9

Soewondo, P. 2005. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus, dalam Penatalaksanaan

Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Sundari, S.,Setyawati, I., 2006. Peran Keluarga dalam Perawatan Penderita Diabetes Mellitus

secara Mandiri di Rumah, Journal Mutiara Medika, 6:2, 113-121.

Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Wardani, N, K,.Hadi,H.,Huriyati,E.,2007. Pola Makan dan Obesitas Sebagai Faktor Resiko

DM Tipe 2 di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Journal Gizi Klinik Indonesia, 4:1,1-10.

Waspadji, S. 2005. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional , dalam

Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Page 17: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

LAMPIRAN

LEAFLET

DIABETES MELITUS

Page 18: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Page 19: kedokteran keluarga kasus DM new

Laporan kasus kedokteran keluarga 2011

Lampiran Foto