1
KEBIJAKAN PERTANIAN
UNTUK MENSEJAHTERAKAN PETANI
OLEH :
I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terlaksana-
Nya penyusunan paper “Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani”,
hanya dengan karunia-Nya penyusunan paper ini bisa terwujud.
Penyusunan paper ini bertujuan untuk membantu Mahasiswa Strata-1 memahami
mata kuliah Politik Pertanian di Program Studi Agribisinis Fakutlas Pertanian
Universitas Udayana. Paper ini dikembangkan dari berbagai bahan kuliah yang
dipakai oleh penulis pada Mahasiswa Strata-1.
Akhirnya penulis menyadari bahwa isi paper ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, saran yang konstruktif dari pembaca, demi penyempurnaan paper ini
sangat dinantikan.
Denpasar, 1 Juli 2016
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ................................................................................................. 6
II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
2.1. Gambaran Umum Kebijakan Pertanian .................................................. 7
2.2. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani .............................. 13
2.2.1. Kebijakan Pertanian Dalam Bidang Lahan .......................................... 13
2.2.2. Kebijakan Pertanian di Bidang Perangkutan ....................................... 15
2.2.3. Kebijakan Pertanian di Bidang Informasi dan Teknologi .................... 17
2.2.4. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan SDM
Serta Kelembagaan Usaha di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian ............................................................................................ 22
2.2.5. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Inovasi dan Diseminasi Teknologi
Pasca Panen dan Pengolahan ............................................................... 23
2.2.6. Kebijakan Pertanian Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan
dan Pemasaran Hasil ........................................................................... 24
ii
4
2.2.7. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Pangsa Pasar Baik diPasar Domestik
Maupun Internasional .......................................................................... 25
III. PENUTUP ............................................................................................. 27
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 27
3.2. Saran ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
5
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian di Indonesia merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja,
namun sektor pertanian belum cukup mampu menjadikan petani itu sendiri
sejahtera, mengingat sebagian besar petani di Indonesia bersifat subsisten yang
hanya mencukupi keluarganya saja belum dapat berkembang
Ironisnya lagi perkembangan fungsi dan peran sektor ini tidak berdampak
nyata terhadap mayoritas masyarakat yang bergantung didalamnya. Kondisi ini
berjalan sedemikian rupa, sehingga tanpa terasa telah terjadi ketimpangan yang
cukup mencolok yang menimbulkan masalah baru dalam proses pembangunan
nasional.
Di samping kepincangan ekonomi, yang paling meresahkan saat ini adalah
lambannya pertumbuhan atau peningkatan produktivitas komoditas-komoditas
unggulan baik nasional, regional maupun daerah. Kelambanan tidak hanya dalam
peningkatan kuantiitas produksi saja tetapi juga dalam peningkatan kualitas dan
kontinuitas. Ketiga hal ini merupakan faktor kunci untuk dapat bersaing dalam
pasar global. Saat ini, jangankan untuk bersaing di pasar global, untuk memenuhi
kebutuhan nasional saja negara kita masih tertatih-tatih, sehingga dijadikan
sebagai pasar yang sangat empuk dan potensial bagi negara-negara maju.
Ada 3 faktor dominan yang berpengaruh terhadap lambannya
pertumbuhan sektor pertanian khususnya dan sektor ekonomi umumnya, sehingga
menimbulkan "kepincangan".
Ketiga faktor tersebut adalah :
6
1) Lemahnya posisi tawar petani;
2) Kurangnya SDM aparat yang melayani masyarakat dan
3) Kurang tepatnya sistem yang diterapkan.
Ketiga faktor tersebut bisa disebut sebagai "tiga pilar" atau tiga dasar
utama dalam proses pembangunan pertanian. Didalamnya terkandung unsur
"kualitas sumberdaya petani". Bagaimana upaya yang harus dilakukan, agar
kualitas sumber daya petani bisa ditingkatkan sehingga mempunyai wawasan
yang luas dan terbuka serta mudah menerima pembaharuan.
Berdasarkan pengalaman diatas, nampaknya tugas pembinaan dan
pembimbingan serta pengawasan secara serius dan berkelanjutan ini tidak bisa
dilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu Tenaga atau badan ini akan
berada antara petani dan pemerintah, akan menjadi jembatan antara petani dan pe-
merintah. Tenaga atau badan ini harus bertanggung jawab atas keberhasilan petani
sebagai binaannya dan juga harus bertanggung jawab kepada pemerintah yang
membiayainya.
Penguatan lembaga petani dan perubahan sistem pemberdayaan ini
diyakini akan mampu merubah keadaan, dan akan mampu menggali dan mem-
bangkit potensi petani dan wilayahnya untuk menggapai "keluarga petani yang
sejahtera".
Pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengolah dan
memanfaatkan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
idealnya memadukan perimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam
pengambilan keputusan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
7
development) yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memiliki kebutuhan mereka
sendiri (WCED, 1987), keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan
lingkungan menjadikan kunci yang harus diperhatikan dalam merumuskan
kebijakan pembangunan.
Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan diperhatikan
sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi
pembangunan. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti, lingkungan dapat
mendukung pembangunan dengan terus menerus karena tidak habisnya
sumberdaya yang menjadi modal pembangunan (Soemarwoto, 2001).
Pembangunan berwawasan lingkungan maknanya setara dengan pembangunan
berkelanjutan, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
secara optimal dengan menyelaraskan dan menyerasikan aktivitas manusia
terhadap daya dukung lingkungan. Dengan semakin terbatasnya sumber daya
alam baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka pemanfaatan sumber daya
alam tersebut harus dilakukan secara bijaksana dan terencana dengan baik
sehingga dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan yang
ramah lingkungan atau bisa disebut pembangunan berwawasan lingkungan sudah
sepatutnya dipikirkan lebih lanjut oleh setiap komponen bangsa. Pembangunan
berwawasan lingkungan merapakan upaya sadar dan berencana dalam
pembangunan sekaligus pengelolaan sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan.
8
Setiap warga negara berhak atas kecukupan pangan, hak atas rasa aman, hak atas
penghidupan dan pekerjaan, hak atas hidup yang sehat, hak atas kebebasan
berpendapat serta hak-hak lainnya sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Hak
Asasi Manusia Tahun 1948. Kesemuanya tersebut tidak hanya merupakan tugas
pemerintah saja tetapi juga selurah warga negara untuk memastikan bahwa hak
tersebut dapat dipenuhi secara konsisten dan berkesinambungan.
Di dalam pasal 27 UUD 1945 menyatakan bahwa Indonesia menjamin setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, sedangkan pasal
33 UUD 1945, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi,
meskipun kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan sangat besar terhadap
perekonomian nasional, namun kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
Sekitar 50-60 persen penduduk atau masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan.
Selanjutnya, sekitar 70-80 persen kelompok masyarakat ini termasuk golongan
miskin dengan usaha pertanian, perikanan dan kehutanan, yang masih tradisional
dan bersifat subsisten. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber
permodalan, menyebabkan masyarakat petani tidak dapat mengembangkan
usahanya secara layak ekonomi.
Maka dari itu, kebijakan pertanian sangat penting adanya untuk
mensejahterakan petani di Indonesia sehingga pertanian di Indonesiapun ikut maju
9
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum kebijakan pertanian ?
2. Kebijakan apa yang mampu mensejahterakan petani ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permalahan pokok diatas, maka penulisan paper ini adalah untuk
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran umum kebijakan pertanian.
2. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang mampu mensejahterakan
1.4. Manfaat
Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan tentang kebijakan
pertanian dan mengetahui apa saja kebijakan yang mampu mensejahterakan
petani.
10
I. PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Kebijakan Pertanian
Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian hukum terkait pertanian domestik
dan impor hasil pertanian. Pemerintah pada umumnya mengimplementasikan
kebijakan pertanian dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam pasar
produk pertanian domestik. Tujuan tersebut bisa mdibatkan jaminan tingkat
suplai, kestabilan harga, kualitas produk, seleksi produk, penggunaan lahan,
hingga tenaga kerja.
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan
umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar
pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan
akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani rneningkat. Untuk
mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat maupun di daerah
mengeluarkan peraturan-peraruran tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang,
Peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-
lain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang b-ersifat
pengatur (regulating policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil merata
(distributive policies). Kebijakan yang bersifat pengaturan misalnya peraturan
rayoneering dalam perdagangan/distribusi pupuk sedangkan contoh peraruran
yang sifatnya mengatur pembagian pendapatan adalah penentuan harga kopra
minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di daerah-daerah kopra di Sulawesi.
11
Campur tangan pemerintah inilah disebut sebagai "politik pertanian" (agricultural
policy) atau "kebijakan pertanian". Campur tangan pemerintah ini diperlukan
untuk memutus rantai lingkaran kemiskinan yang tak berujung pangkal,
merupakan gambaran hubungan keterkaitan timbal-balik dari beberapa
karakteristik negara berkembang (seperti Indonesia) berupa sumber daya yang ada
belum dikelola sebagaimana mestinya, mata pencaharian penduduk yang
mayoritas pertanian berlngsung dalam kondisi yang kurang produktif, adanya
dualisme ekonomi ekonomi antara sektor modern yang mengikuti ekonomi pasar
dan sektor tradisional yang mengikuti ekonomi subsistem, serta tingkat
pertumbuhan yang tinggi dengan kualitas sumber daya manusianya yang masih
relative rendah.
Politik pertanian pada dasarnya adalah bagaimana melindungi petani dari
ketidakadilan pasar (input, lahan, modal, output, dan lainnya). Politik tersebut
sebagai bagian penting untuk memberdayakan petani, yang pada dasarnya dapat
diimplementasikan melalui berbagai strategi pengelolaan pasar sebagai upaya
"menjamin' kesejahteraan petani dari ketidakadilan dan resiko, kebijakan harga
input pertanian, kebijakan penyediaan lahan pertanian, permodalan, pengendalian
hama dan penyakit, dan kebijakan penanganan dampak bencana alam.
Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian >ebagai usaha
pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan
yang lebih tinggi secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan Komoditi yang
diprogramkan, produksi bahan makanan dan serat, pemasaran, perbaikan
structural, politik luar negeri, pemberian fasilitas dan pendidikan. Widodo (1983)
12
mengemukakan bahwa politik pertanian adalah bagian dari politik ekonomi di
sektor pertanian, sebagai salah satu sektor dalam kehidupan ekonomi suaru
masyarakat.
Menurut penjelasan ini, politik pertanian merupakan sikap dan tindakan
pemerintah atau kebijaksanaan pemerintah dalam kehidupan pertanian.
Kebijaksanaan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang, dan
akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu, seperti
memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif,
produksi dan efesien produksi naik, tingkat hidup petani lebih tinggi, dan
kesejahteraan menjadi merata. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sarma
(1985). Selanjutnya dikemukakan bahwa tujuan umum politik pertanian di
Indonesia adalah untuk memajukan sektor pertanian, yang dalam pengertian lebih
lanjut meliputi:
1. Peningkatan produktivitas dan efesiensi sektor pertanian
2. Peningkatan produksi pertanian
3. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani, serta pemerataan tingkat
pendapatan.
Ruang lingkup politik pertanian meliputi:
1. Kebijakan produksi (production policy)
2. Kebijakan subsidi (subsidy policy)
3. Kebijakan investasi (investment policy)
4. Kebijakan harga (price policy)
5. Kebijakan pemasaran (marketing policy)
13
6. Kebijakan konsumsi (consumption policy)
Untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan tersebut, pemerintah mengeluarkan
serangkaian peraturan-peraturan.
Menurut Monke dan Pearson (1989), politik pertanian dalah campur tangan
pemerintah di sektor pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi yang
menyangkut alokasi sumber daya untuk dapat menghasilkan output nasional yang
maksimal dan memeratakan pendapatan, yaitu mengalokasikan keunrungan
pertanian antargolongan dan antardaerah, keamanan persediaan jangka panjang.
Dalam hal ini, kebijakan pertanian dibagi menjadi 3 kebijakan dasar, antara lain:
1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi
harga komoditi, subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor.
2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum, pajak
dan subsidi faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan perbaikan
kualiatas faktor produksi.
3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran
belanja, kebijakan fiscal, dan perbaikan nilai tukar.
Mubyarto (1987) menyebutkan bahawa politik pertanian pada dasarnya
merupakan kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan mempercepat laju
pembangunan pertanian, yang tidak saja menyangkut kegiatan petani, tetapi juga
perusahaan-perusahaan pengangkutan, perkapalan, perbankan, asuransi, serta
lembaga-lembaga pemerintah dan semi pemerintah yang terkait dengan kegiatan
sektor pertanian. Politik pertanian mempunyai kaitan sangat erat
14
denganrer.gembangan sumber daya manusia, peningkatan efesiensi, serta
pembangunan r*ecesaan yang menyangkut seluruh aspek-aspek ekonomi, sosial,
politik, dan ?«jdaya dari penduduk pedesaan. Sejalan dengan pendapat Schuh
(1975). Mubyarto menyebutkan bahwa lingkup politik pertanian meliputi:
1. Politik stabilitas jangka pendek
2. Peningkatan pertumbuhan pertanian
3. Pengaturan dan pengarahan perdagangan
4. Pengarahan dan peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi pertanian
5. Politik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanian.
Dalam garis besarnya, politik ini minimum berurusan dengan pendapatan,
stabilitas, dan kesempatan yang merupakan unsur utama dalam masalah-masalah
usaha tani. Oleh karena itu, memungkinkan adanya pengertian yang lebih
mendalam tentang masalah-masalah ketidakstabilan dan kompensasi, serta
kemiskinan, pengangguran, dan pendapat yang sangat rendah di pedesaan. Dalam
mencapai tujuan tersebut, perlu adanya perlakuan dan pandangan bahwa
masyarakat di pedesaan atau pertanian tidak kurang pentingnya dari masyarakat
keseluruhan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menempati priotitas penting.
Sebagai komoditas pertaman, pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia
yang sangat mendasar, dianggap strategis, serta sering mencakup hal-hal yang
bersifat emosional dan bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan
15
kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan
manusia Indonesia seluruhnya dalam jangka panjang.
2.2. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani
Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat petani di
Indonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian yang
tidak stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian diantaranya adalah:
2.2.1. Kebijakan Pertanian dalam Bidang Lahan
Konversi lahan sangat sulit dihindari karena faktor faktor ekonomi yang tercermin
dari rendahnya land rent lahan untuk pertanian dibandingkan dengan kegiatan
sektor lain . rasio land rent adalah 1:500 untuk kawasan industri dan 1:600 untuk
kawasan perumahan (Nasoetion dan Winoto).
Di jaman sekarang ini terlalu banyak orang yang memikirkan kepentingan pribadi
dibanding dengan kepentingan bersama , seperti hal nya mereka yang seenaknya
mengambil lahan pertanian yang menggantinya dengan tempat tempat industri dan
perumahan . padahal secara tidak langsung dengan cara seperti itu mereka akan
perlahan merusak alam .
Dengan banyaknya alih fungsi lahan ini menyebabkan merosotnya ketahanan
pangan di Indonesia, sehingga Indonesia mengimpor bahan pangan untuk
mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan petani
dalam negeri semakin terjepit, selain itu Indonesia lebih banyak mengimpor
daripada mengekspor dalam segi pangan. Sehingga menyebabkan devisa negara
menjadi menurun, maka dari itu kebijakan pertanian di bidang lahan pertanian
sangat penting adanya.
16
Kebijakan pertanian yang dapat dilakukan yakni:
1. Kebijakan untuk mengatur alih fungsi lahan yang sembarangan dengan
bebasnya mengalih fungsikan dari lahan pertanian ke sektor lain seperti ke sektor
industri, pariwisata maupun perumahan. Kebijakan ini harus di tindak tegas, kalau
tidak lahan pertanian di Indonesia akan semakin terdesak karena tidak adanya
kebijakan yang tegas dalam alih fungsi lahan ini. Terlebih lagi para investor yang
kerap kali mendesak dan membodohi para petani untuk alih fungsi lahan demi
kepentingan pribadinya. Yang menyebabkan lahan pertanian yang semakin sempit
dan juga petani semakin terhimpit yang lama-kelamaan akan beralih ke profesi
yang lain.
2. Kebijakan untuk menghapuskan pajak lahan bagi sektor pertanian.
Kebijakan ini tentu sangat efektif untuk mengatasi alih fungsi lahan yang
dilakukan petani pada zaman sekarang, yang menyebabkan berhektar-hektar lahan
pertanian beralih kesektor lain sehingga negara sangat banyak kehilangan sektor
pertanian. Petani kerap kali tercekik dengan pajak lahan yang disamakan dengan
sektor lainnya seperti pariwisata, industri yang penghasilan sektor tersebut tidak
sebanding dengan sektor pertanian. Sehingga menyebabkan kebanyakan petani
menjual lahan mereka karena tidak bisa membayar pajak yang tinggi yang tidak
sebanding dengan produktivitas pertanian itu sendiri. Sehingga kalau pajak untuk
lahan disektor pertanian dihapuskan, para petani tidak akan menjual lahan mereka
dan mereka akan meningkatkan produktivitas usahataninya.
3. Kebijakan untuk melindungi lahan pertanian serta memberikan
penghargaan bagi petani yang mampu mempertahankan lahan mereka. Mengingat
17
banyaknya alih fungsi lahan membuat lahan pertanian setiap tahunnya menyempit
yang menyebabkan tidak mencukupinya kebutuhan pangan serta petani di
Indonesia tetap miskin. Kebijakan ini dibuat untuk tidak adanya alih fungsi lahan
lagi dan petani tidak akan beralih ke profesi lainnya. Dengan diberikan
penghargaan, tentu petani akan merasa dihormati sehingga akan meningkatkan
produktivitasnya.
2.2.2. Kebijakan Pertanian di Bidang Perangkutan
Tujuan kebijakan perangkutan adalah untuk memperlancar usahatani para petani
dan mampu memberikan input yang murah bagi petani karena biaya angkut yang
murah. Pentingnya perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar
meluas, sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk
membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha
tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota kecil.
Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi petani,
harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya angkut ke
usaha taninya. Uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian adalah harga
di pasar pusat dikurangi dengan biaya angkut hasil pertanian tersebut dari usaha
tani ke pasar. Jika biaya angkut terlalu tinggi, maka pupuk akan menjadi terlalu
mahal bagi petani dan uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian
tersebut akan menjadi terlalu sedikit. Sebaliknya, jika biaya angkut rendah, maka
uang yang diterima oleh petani akan menjadi tinggi.
Berbagai sarana perangkutan dan jarak jauh bersama-sama haras membentuk
sistem perangkuan yang merupakan satu kesatuan yang harmonis. Tidak hanya
18
jalan raya yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah, saluran air, jalan raya, sungai
dan jalan kereta api semuanya ikut memperlancar perangkutan.
Beberapa diantaranya dapat dibuat dan dipelihara oleh usaha setempat, termasuk
pemerintah setempat. Beberapa lagi perlu dibangun dan dipelihara oleh
pemerintah propinsi dan pusat. Kesemuanya harus dihubungkan dan
diintegrasikan satu dengan yang lainnya, sehingga hasil pertanian dapat diangkut
dengan lancar dari usaha tani ke pasar-pasar pusat. Demikian pula sarana dan alat
produksi serta berbagai jasa tidak hanya perlu sampai ke kota kecil dan desa,
melainkan juga sampai ke usaha tani iru sendiri. Sehingga dengan diperlancar
segala akses nya semua yang dibutuh kan para petani didesa desa kecil dapat
terpenuhi dengan cepat dan produksi pertanian pun niakin maksimal.
2.2.3. Kebijakan Pertanian di Bidang Informasi dan Teknologi
Pembangunan pertanian haras diarahkan pada terciptanya tenaga petani yang
terampil dalam mengelola usaha taninya. Juga terbentuknya masyarakat petani
yang maju, bersemangat profesional sehingga mampu menghadapi tantangan dan
permasalahan dalam melaksanakan usaha taninya.
Langkah yang menyebabkan pertanian di Jepang jauh meninggalkan Indonesia
dalam jangka waktu yang sama adalah produktivitas pekerja. Yang utama dalam
produktivitas pekerja (petani) Jepang adalah terjadinya perbaikan yang esensial
dalam praktik pertanian Jepang sesuai dengan produksi kecil yang efisien. Selain
itu di Jepang produktivitas pekerja (petani) bukan hanya diperhitungkan per ha
sawah, tetapi penggunaan tenaga kerja dimanfaatkan seefisien mungkin dengan
menggunakan perhitungan yang baik.
19
Sehingga perlunya kebijakan dibidang informasi dan teknologi kepada petani,
untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani. Misalnya tiap bulan
atau pertahun diadakan sosialisasi kedesa-desa dengan memperkenalkan teknologi
dan inovasi baru. Sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petani itu sendiri.
Hambatan pembangunan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah lambatnya
kemajuan teknologi. Kontras teknologi selalu dipersoalkan. Tingkat teknologi
yang rendah menyebabkan petani sulit memperoleh hasil dalam proses produksi
yang maksimal. Kehilangan hasil dalam proses produksi sangat besar, sementara
biaya yang diperlukan sangat tinggi. Contoh paling sederhana adalah dalam
memanen padi. Untuk 9 kg gabah haras dibayar 1 kg gabah. Jika total hasil panen
padi (dalam satu musim tanam) dalam 1 ha adalah 9 ton gabah, maka biaya
pemanenan yang dikeluarkan sebesar 1 ton gabah.
Efisiensi teknologi yang memperkecil tingkat kejerihan kerja dengan
produktivitas tinggi masih dicemburui. Harapan memperkenalkan teknologi yang
efisien selalu dihantui oleh pembengkakan pengangguran terutama di wilayah
perdesaan. Akibatnya jumlah tenaga pengangguran semu dalam sektor pertanian
di Indonesia sangat besar. Tidak jelas lahirnya tenaga kerja semu ini karena
efektivitas kerja rendah yang menyerap banyak tenaga manusia atau memang
karena distribusi kerja yang tidak merata.
Dalam arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan sektor pertanian
diarahkan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan, daya beli, taraf hidup,
kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat pertanian dalam proses
20
pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta distribusi
dan keanekaragaman hasil pertanian.
Pembangunan pertanian diarahkan pada pengembangan sistem pertanian yang
berkelanjutan yang berbudaya industri, maju dan efisien ditingkatkan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembangunan pertanian memang sudah saatnya menganut pendekatan industri
bukan lagi agraris, artinya menangani pertanian secara industri bukan lagi
tergantung sepenuhnya kepada faktor alam. Pengertian industri dalam hal ini
bukan semata-mata mendirikan pabrik, tetapi yang lebih mendasar adalah
mentransformasikan budaya (pola pikir, sikap mental dan perilaku) masyarakat
industri di kalangan para petani.
Kebudayaan industri tersebut antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut,
pertama pengetahuan merupakan landasan utama dalam menentukan langkah atau
tindakan dalam pengambilan keputusan (bukan berdasarkan kebiasaan
semata).Kedua, perekayasan harus menggantikan ketergantungan pada faktor
alam. Ketiga, kemajuan teknologi merupakan sarana utama dalam pemanfaatan
sumber daya. Keempat, efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam
alokasi sumber daya agar penggunaan sumber daya tersebut hemat. Kelima,
mekanisme pasar merupakan media utama transaksi barang dan jasa. Keenam,
profesionalisme merupakan karakter yang menonjol.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, alternatif inovasi yang sampai sekarang
tampaknya.relevan walaupun tidak terlalu baru adalah penerapan mekanisasi
pertanian (penggunaan alat dan mesin pertanian). Sudah saatnya dimulai
21
penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem pertanian nasional meskipun tetap
dilakukan secara selektif.
Upaya menuju pertanian industri antara lain dapat dikembangkan dengan
peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam pengolahan tanah dan
penanganan pasca panen. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah terjadinya
peningkatan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan sumber daya alam.
Penggunaan alat dan mesin pertanian saat ini memang sudah merupakan suatu
kebutuhan. Efisiensi tinggi saat ini harus mulai diperkenalkan kepada petani. Hal
ini tentu beralasan karena tenaga kerja yang digunakan saat ini tidak mempunyai
kesinambungan (kontinuitas).
Seorang buruh tani hanya akan dibutuhkan pada saat pengolahan tanah dan panen.
Pada proses lain mereka kurang dibutuhkan, akhirnya terjadi pengangguran yang
tidak kentara (disguised unemployment). Pembuangan waktu yang lama dan sia-
sia ini menyebabkan efisiensi menjadi lebih rendah.
Berdasarkan data dalam mvolusi Pertanian, pada saat pengolahan tanah,
traktorisasi di Indonesia sangat rendah dibanding negara lain. Pada hakikatnya
Indonesia masih sangat ketinggalan pada pengembangan traktor.
Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005 Kw/ha. Amerika Serikat 1,7 Kw/ha,
Belanda 3,6 Kw/ha dan Jepang 5,6 Kw/ha. Rendannya pemakaian traktor ini
disebabkan oleh rendahnya perkembangan mekanisasi di Indonesia.
Akibatnya, untuk menggarap tanah seluas 1 ha diperlukan waktu berhari-hari dan
melibatkan banyak tenaga manusia. Tenaga manusia akhirnya tidak mendapat
harga yang layak sehingga produktivitas juga semakin rendah. Tenaga manusia
22
adalah tenaga riskan, hanya digunakan paling cepat 4 bulan sekali menjadi buruh
tani.
2.2.4. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan
SDM serta Kelembagaan Usaha di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian.
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha pertanian di
tanah air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan
kelembagaan usaha dalam hal penanganan pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil.
Hal tersebut disebabkan oleh karena pembinaan SDM pertanian selama ini lebih
difokuskan kepada upaya peningkatan produksi (budidaya) pertanian, sedangkan
produktivitas dan daya saing usaha agribisnis sangat ditentukan oleh kemampuan
pelaku usaha yang bersangkutan dalam mengelola produk yang dihasilkan (pasca
panen dan pengolahan hasil) serta pemasarannya. Adapun beberapa kebijakan
operasional terkait dengan strategi tersebut adalah:
1. Meningkatkan penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan di
bidang pasca panen, pengolahan serta pemasaran hasil pertanian;
2. Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pascapanen, pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian yang langsung dikelola oleh petani/kelompok tani.
2.2.5. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Inovasi Dan Diseminasi
Teknologi Pasca Panen Dan Pengolahan .
23
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan kepada
usaha produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya upaya-upaya
inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan serta diseminasinya.
Hal tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing dan kecilnya nilai tambah yang
dapat dinikmati oleh petani, sehingga kesejahteraan tidak meningkat dari tahun ke
tahun. Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian maka
perlu ditingkatkan upaya-upaya inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian serta diseminasinya.
Dalam hubungan tersebut, beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi
teknologi seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel swasta
dalam rangka pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna.
2. Mengembangkan bengkel alsin pascapanen dan pengolahan hasil
3. Mengembangkan sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan) terhadap
inovasi teknologi yang dilakukan oleh masyarakat.
4. Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil pertanian.
5. Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala usaha,
tampilan terhadap produk olahan yang dihasilkan oleh para pelaku usaha.
2.2.6. Kebijakan Pertanian Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil
24
Kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian baik
produk segar maupun olahan hasil pertanian adalah mutu produk yang baik dan
efisiensi dalam proses produksi maupun pada tahap pemasarannya.
Mutu produk dan efisiensi akan berpengaruh langsung terhadap harga dari setiap
produk bersangkutan. Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi
produksi dan pemasaran hasil pertanian di antaranya adalah:
1. Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;
2. Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;
3. Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GAP, GHP dan
GMP;
4. Mengembangkan kelembagaan pemasaran yang dikelola oleh kelompok
tani di sentra produksi;
5. Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.
6. Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada
bidang pemasaran hasil pertanian
2.2.7. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Pangsa Pasar Baik Di Pasar
Domestik Maupun Internasional.
Pasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha agribisnis; oleh
karena itu maka pengembangan pemasaran haras selalu dilakukan sejalan dengan
pengembangan usaha produksi.
Seperti usaha industri pada umumnya, sistem usaha produksi pertanian atau
agribisnis dimulai dengan salah satu kegiatan pemasaran yaitu Riset Pasar. Dari
25
kegiatan riset pasar dihasilkan informasi pasar yaitu antara lain berapa potensi
pasar dan harga.
Sub sistem selanjutnya adalah perencanaan produksi, termasuk penentuan desain
produk, volume dan waktu. Dalam sistem budidaya pertanian, perencanaan
tersebut lazim disebut sebagai penentuan pola tanam atau penentuan luas tanam
untuk tanaman semusim.
Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga produk yang
bersangkutan tetap berada pada tingkat harga yang wajar berdasarkan
keseimbangan kebutuhan dan pasokan atas produk yang bersangkutan.
Sub sistem selanjutnya adalah kegiatan pemasaran yang meliputi: promosi,
penjualan dan diakhiri dengan distribusi (delivery). Dalam hubungan tersebut
maka beberapa kebijakan dalam pengembangan pasar ialah:
1. Mengembangkan kegiatan riset pasar
2. Meningkatkan pelayanan informasi pasar;
3. Meningkatkan promosi dan diplomasi pertanian;
4. Mengembangkan infrastruktur dan sistem pemasaran yang efektif dan adil.
5. Rasionalisasi impor produk pertanian.
6. Memfasilitasi pengembangan investasi dalam pengembangan
infrastruktur pemasaran.
26
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan
umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar
pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan
akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat.
Politik pertanian pada dasarnya adalah bagaimana melindungi petani dari
ketidakadilan pasar (input, lahan, modal, output, dan lainnya). Politik tersebut
sebagai bagian penting untuk memberdayakan petani, yang pada dasarnya dapat
diimplementasikan melalui berbagai strategi pengelolaan pasar sebagai upaya
'menjamin' kesejahteraan petani dari ketidakadilan dan resiko, kebijakan harga
input pertanian, kebijakan penyediaan lahan pertanian, permodalan, pengendalian
hama dan penyakit, dan kebijakan penanganan dampak bencana alam.
Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat petani di
Indonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian yang
tidak stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian diantaranya adalah: Kebijakan
dibidang lahan, perangkutan, teknologi dan invormasi, dan usaha pasca panen dan
pemasaran.
2.2 Saran
Diharapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa lebih
dimengerti dan memahami lebih dalam tentang kebijakan pertanian seperti yang
telah di jelaskan dalam makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. "Ruang Lingkup Kebijakan Pembangunan".
http://blogamsalocmt.blogspot.com/2012/ll/ruang-lingkup-kebiiakan-
pembangunan.html. Diakses tanggal 29 Mei 2015
Anonim. "Kebijakan Pertanian". http://anakekp.blogspot.com/2013/10/makalah-
kebijakan-pertanian.html. diakses tanggal 29 Mei 2015
28
Top Related