ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
714 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
KEANEKARAGAMAN BUDAYA BERBUSANA ARAB : MAKNA SOSIAL
DAN HISTORISNYA
M. Alfin Khoirun Na’im dan Badriyah Widi Andari
Universitas Negeri Malang
ABSTRAK : Budaya berpakaian di wilayah Arab sangatlah beragam. Warna,
kain serta model pakaiannya yang beragam mengindikasikan kelas sosial
penggunanya. Dari segi historisnya, pakaian-pakaian Arab memiliki keterikatan
dengan tradisi-tradisi yang berkembang disetiap periode. Periodesasi yang
tergambarkan dalam sejarah berpakaian orang-orang Arab diantaranya sejarah
berpakaian Islam di wilayah Timur Tengah dari masa pemerintahan Umayyah
dan Abbasiyah, masa Kesultanan Mamluk, Kekaisaran Ottoman, serta masa awal
Kekaisaran Ottoman dan Iran. Sejarah tersebut menjadi sebuah cikal dimana
berkembangnya pakaian-pakaian tradisional Arab yang kemudian berkembang
baik dari segi istilah maupun coraknya di seluruh bagian negara Arab.
KATA KUNCI : budaya pakaian Arab, keanekaragaman busana, makna sosial,
makna historis.
Keberadaan sebuah budaya tidak terlepas dari sejarah kemunculannya.
Begitu pula dengan budaya berpakaian, yang memiliki keterkaitan dnegan tradisi-
tradisi sebelumnya. Kedatangan Islam di dunia Arab juga tidak lantas merubah
keseluruhan tradisi budaya yang sudah ada, termasuk pakaian. Hanya saja ada
beberapa perbedaan yang mendasari berpakaian di masa Islam dengan masa pra-
Islam.
Model-model pakaian dalam sebuah masyarakat tentu berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Jika dalam ajaran Islam pakaian termasuk ajaran
syari‘ah, maka dalam budaya barat mungkin berbeda. Dalam budaya barat
pakaian merupakan salah satu lambang status sosial, produk seni dan merupakan
bagian dari ideologi sekulerisme. Bahkan fungsi pakaian pun telah berubah, bukan
lagi untuk menutup aurat (menurut Islam). Perbedaan ini merupakan realitas yang
mungkin dapat bersinggungan atau bahkan dianggap bertentangan idealitas
ideologi tertentu baik ideologi agama, bangsa dan negara. Pakaian laki-laki dan
perempuan berbeda, meski berfungsi sama namun pakaian keduanya tidak bisa
dibalik. Atau model yang satu kurang tepat jika diaplikasikan terhadap lawan
jenisnya. Model pakaian masyarakat Arab, Eropa, Asia dan sebagainya akan
berbeda satu sama lain. Hal ini bisa jadi disebabkan karena cuaca, budaya, dan
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
715
kebutuhan pakaian berbeda. Di sisi lain ideologi masyarakat juga seringkali turut
andil dalam terciptanya mode pakaian (Maknuna, 2015).
Dalam tulisan ini dibahas mengenai keanekaragaman busana Arab dari
berbagai negara di dunia Arab dengan keunikan-keunikan pada setiap negaranya.
Selain itu, busana memiliki peran penting dalam pembentukan makna social
dimana pengguna nya dapat menjadi simbol social tertentu, baik ditilik dari segi
pemakaian dan segi historisnya.
BUDAYA BERBUSANA ARAB
Dalam fungsi yang lebih luas, pakaian memberikan fungsi perlindungan,
kesopanan, hiasan, dan penampilan (Eicher, 2005). Karenanya, pakaian juga dapat
menjadi suatu representamen, yang pada gilirannya dapat mengandung ikon,
indeks, dan simbol (Ulfa, 2016). Busana di Arab sangat bermacam-mavam,
namun secara umum bentuk busana budaya Arab adalah jubah panjang, baik
untuk laki-laki atau perempuan yang membedakan adalah variasi warna dimana
laki-laki memiliki warna monoton sedangkan perempuan lebih banyak variasi.
(Guindi, 2005). Juga untuk penutup kepala, bagi laki-laki seperti surban yang
dililitkan kepala dan bagi perempuan adalah jilbab sebagai penutupnya (Ulfa,
2016). Menjadi berbeda adala penyebutannya diantara negara-negara arab disertai
ciri khusus dan unik untuk setiap negara. Berikut ini merupakan gambaran
pakaian tradisional Arab yang umum dipakai (Wienhold, 2015):
Pakaian laki-laki :
1. Thawb ثوب Pakaian panjang sampai pergelangan kaki, biasanya dengan lengan
panjang, mirip dengan jubah. Mengenakan thawb mengekspresikan kesetaraan
dan itu juga sangat cocok untuk iklim panas. Biasanya berwarna putih tetapi
dapat ditemukan dalam warna lain, terutama di musim dingin.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
716 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Gambar 1.1 Thawb
2. Bisht بشت Jubah putih, coklat atau hitam panjang yang dilapisi dengan emas
yang dikenakan di atas thawb. Ia juga dikenal sebagai mishlah. Sering dipakai
oleh pemimpin negara atau pemimpin agama.
Gambar 1.2 Bisht
3. Keffiyeh كوفية hiasan kepala tradisional dari Timur Tengah, terbuat dari
kain persegi, dilipat dan dibungkus dengan berbagai gaya di sekitar kepala.
Beberapa pemakai membungkus keffiyeh menjadi serban, sementara yang lain
memakainya dengan longgar menutupi punggung dan bahu. Biasanya terbuat
dari katun putih (populer di Negaranegara Teluk). Keffiyeh umumnya
ditemukan di iklim kering guna memberikan perlindungan dari matahari,
serta untuk penggunaan melindungi mulut dan mata dari debu dan pasir.
Gambar 1.3 Keffiyeh
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
717
4. Tagiyah sebuah penutup kepala tipis kadangkadang dikenakan di bawah
keffiyeh agar tidak tergelincir.
Gambar 1.4 Tagiyah
5. Agal عقال tali hitam tebal, dua ikatan yang menahan keffiyeh di tempatnya.
Beberapa pria mungkin pilih untuk tidak memakai agal.
Gambar 1.5 Agal
Sedangkan untuk pakaian perempuan:
1. Thawb ثوب longgar, lengan panjang, pakaian panjang pergelangan kaki
seperti pakaian pria. Namun, untuk perempuan, leher dan depan dapat
disulam dan dihias dengan manikmanik. Juga warna yang lebih bervariasi.
Gambar 1.6 Thawb
2. Salwar شلوار celana katun atau sutra yang dikenakan di bawah thawb.
Dikenakan wanita terutama di anak benua India, sepasang celana panjang
longgar yang dikenakan dengan tunik panjang.
Gambar 1.7 Salwar
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
718 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
3. Abaya عباءة jubah hitam besar yang dikenakan di atas thawb longgar menutupi
seluruh tubuh. Terkadang memakai thawb di bawah abaya mereka. Berpakaian
di Timur Tengah mencerminkan lingkungan, tradisi, warisan, kepercayaan
religius, dan kepribadian wanita masyarakatnya, bersama dengan selera pribadi
dan tren faishonnya sendiri. Ketika dirumah dengan anggota
keluarga, sebagian besar wanita tidak memakai abaya.
Gambar 1.8 Abaya
4. Hijab بحجا jilbab khas yang terikat erat di sekitar kepala dan diselipkan di
belakang untuk menyembunyikan rambut sementara juga menutupi bagian
dahi, tetapi meninggalkan wajah yang masih tampak. Ada banyak versi dari
hijab yang ada dipakai dalam berbagai cara. Hijab telah lama menjadi simbol
kesopanan dan telah digunakan sebagai penutup kepala. Arti Islam dari kata
hijab sebenarnya berarti "kesopanan" dan mengacu pada tanggung jawab pria
dan wanita harus mempertahankan kesederhanaan mereka dengan mencegah
daya tarik dari lawan jenis.
Gambar 1.9 Hijab
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
719
5. Niqab نقاب Hijab yang menutupi wajah. Disebut juga dengan cadar di
Indonesia. Beberapa wanita di Timur Tengah mengenakan cadar sebagai
bagian dari hijab mereka, sementara yang lainnya tidak. Ini populer di negara-
negara Arab di Teluk Persia tetapi juga dapat ditemukan di Afrika Utara, Asia
Tenggara, dan anak benua India. Ada banyak gaya niqab. Biasanya ada dua
jenis niqab. Yang pertama adalah kain panjang yang dikenakan di sekitar
kepala yang meninggalkan mata, dan kadangkadang dahi, terlihat (setengah
niqab). Yang kedua adalah penutup wajah total yang terdiri dari pita atas
yangdiikatkan di dahi bersama dengan bagian panjang lebar yang menutupi
wajah, meninggalkan celah untuk mata (penuh atau niqab teluk). Di Arab
Saudi, wanita dibutuhkan untuk mengenakan abaya dan hijab, sedangkan
niqab adalah diperlukan untuk wanita muslim tetapi opsional untuk wanita
yang lain.
Gambar 1.10 Niqab
6. Burqa adalah gaya niqāb yang kurang umum. Burqa terdiri dari bahan ringan
lebar lipit sekitar topi yang pas di atas kepala. Ada kisi-kisi terawang
bersulam tempat untuk melihat. Pakaian luar yang membungkus menyelimuti
seluruh tubuh. Itu dikenakan di atas pakaian seharihari yang biasa (seringkali
gaun panjang atau jubah dan celana) dan dilepas ketika wanita kembali ke
rumah. Burqa hampir sepenuhnya ditemukan di Afghanistan dan daerah -
daerah tertentu di Pakistan dan India.
Gambar 1.11 Burqa
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
720 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
KEANEKARAGAMAN BUSANA ARAB
Telah disebutkan bahwasanya budaya berbusana yang umum di dunia arab
adalah busana dengan bentuk dan model seperti diatas. Namun, terdapat
keunikan-keunikan yang membuat busana satu negara-dengan negara lain
berbeda. Muncul perbedaan penyebutan, warna hingga pengembangan bentuk dan
fungsi menjadikan ciri khusus untuk suatu budaya berbusana di negara tersebut.
(Riva, 2016).
Mulai dari aksesori busana orang Arab dari penutup kepala. Dari aksesori
untuk pria secara umum ada Keffiyah dan Tagiyah (Wienhold, 2015). Muncul di
Tunisia Chachia, topi merah datar yang terbuat dari wol dan masih dipakai
beberapa pria yang tua disana. Ini adalah simbol dari tradisi Tunisia; Disebutkan
juga ada Taqiya, tudung kepala ini biasanya dipakai di bawah Ghutra (surban
laki-laki) yang umum di Mesir. Kekhususan Mesir adalah bahwa beberapa pria
mengenakan topi ini sendiri tidak memakai surban. Selain Mesir, Sudan juga
populer dengan Taqiya (Riva, 2016); Penutup kepala dari Yordania yang disebut
Shemagh Mhadab. Keffieh berwarna merah. Merah adalah warna yang khas dari
Jordan karena berdiri untuk nilai-nilai budaya Badui. Dalam pemakaian Shemagh
Mhadab Yordania memiliki arti sosial semakin besar jumbai, semakin tinggi
pentingnya pemakainya (Barlett, 1973). Shumagh adalah nama Saudi untuk
Keffiah khas Yordania yang dipakai oleh banyak orang Saudi di musim dingin
untuk menggantikan ghuthra. Shumagh juga popular di UEA. Shumagh Qatar
biasanya putih dan memiliki kesan seperti Afrika dengan juntaian dua ekor di
belakang, kaku di bagian depan. Juga dengan Kuwait Shumagh-nya berwarna
putih dengan ada motif khusus jika dilihat dari depan (Riva, 2016); di Palestina
disebut dengan Keffieh yang memiliki ciri hitam dan putih. Pola warna ini
menjadi simbol Palestina dalam mendukung palestina dari Israel (Mudde, 2005).
Sedangkan di Yaman disebut Shawl (Riva, 2016); Ghutra adalah kain katun
berbentuk persegi khas dari Saudi Arabia. Ini dilipat secara diagonal untuk
membentuk bentuk segitiga. Pria mengenakan Gutrah di atas Taqiyya. Beberapa
pria mengenakan Ghutra langsung di atas kepala tanpa Taqiya. Warna khas
Ghutra berwarna putih (Sakina, 2008); Kumma popular di Oman sebagai ganti
dari Ghutrah yang kurang popular. Topi tradisional yang memiliki warna berbeda
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
721
dan memiliki lubang untuk menjaga kepala tetap dingin. Muzzar, sebuah sorban
yang melilit kepala, dengan atau tanpa kumma di bawahan (Barlett, 1973).
Untuk aksesori penutup kepala perempuan, terdapat Hijab, Niqab dan Burqa
sebagai jenis busana dasarnya. Adapun terdapat pengembangan seperti di Oman
Hijab disebut Lahaf. Ada juga Sefsari dari Tunisa. meski jarang dipakai, tetapi
masih ada beberapa wanita tua yang masih menggunakan kerudung putih panjang
ini. Banyak ditemukan di kota-kota tua Tunisia (Bouzaien, 2012); Haik cadar
hampir terlupakan di Aljazair, namun masih dikenakan oleh beberapa wanita
Berber Libya, serta Maroko. Ini adalah kain putih panjang yang menutupi seluruh
tubuh (Riva, 2016); Lithma adalah versi Yaman dari niqab da nada Sitara juga
dari Yaman. Secara harfiah bermakna "tirai", adalah pakaian tradisional ibukota
Sana'a. Saat ini, hanya wanita lansia yang memakai kain berwarna-warni ini yang
menutupi mereka dari kepala hingga ujung kaki (Apogheephoto, 2016).
Pakaian pria pun juga beragam dari bentuk awalnya Thowb. Maroko
menyebutnya Jellaba , jubah berkerudung yang lebar dan nyaman dengan lengan
panjang yang dapat dianggap sebagai bagian dari warisan nasional. Sedangkan di
mesir disebut Gallabiya dan Jalabiya di Sudan; Hampir sama seperti Jellaba,
disebut dengan Gandora, yaitu jubah lengan pendek dan lebih ringan dari Jellaba.
Terbuat dari kain wol coklat dan putih. Popular di negara Maroko dan Aljazair
(Riva, 2016); di Arab Saudi dikenal juga dengan Dishdasha, thowb Saudi yang
khas menyerupai kemeja panjang. Memiliki dua kancing leher, sangat ketat dan
dibuat untuk memiliki manset; Terdapat jubah unik dari Libya yang disebut Holi,
jubah putih melilit tubuh bagi pria Libya, biasanya dipakai dengan Tagiyah (Riva,
2016); Berasal dari Yaman, merupakan Aksesoris khusus yang disebut Jambiyya
adalah pisau melengkung yang diselipkan di balik sabuk hias yang lebar. Setiap
suku Yaman memiliki setidaknya satu dan sering memakainya. Meskipun
Jambiya melayani banyak tujuan, itu terutama belati seremonial. Pada acara-acara
seperti pernikahan, mereka digunakan saat menari (Apogheephoto, 2016).
Sedangkan beragam pakaian wanita muncul, bukan hanya nama tapi punya
keunikan tersendiri, seperti Abaya, jubah hitam dengan beberapa detail berwarna-
warni adalah yang paling umum di ibukota Masqat, Oman. Model yang sama
seperti abaya, orang Aljazair menyebutnya Karakou, memiliki model sulaman di
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
722 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
bagian dadanya dan banyak warna karena wanita Aljazair suka berwarna. Jaket
bordir tradisional ini telah membuat trend baru di panggung mode Aljazair dan
sekarang digunakan pada acara-acara penting dan pernikahan. Abaya hitam versi
Qatar disebut Al Darra dan Dara'a, nama yang sama dengan gaun Qatar, tetapi
datang dalam versi yang lebih berwarna dan model yang berbeda. Biasanya
digunakan untuk pernikahan, tarian tradisional dan sebagainya. Balto adalah versi
Yaman dari Abaya yang tersebar luas di daerah perkotaan.;Kaftan, sebuah
overdress yang mirip dengan jellaba tetapi tanpa kerudung. Biasanya dipakai
dalam acara-acara perayaan atau pernikahan, itu tidak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh orang Maroko; Berbentuk celana yang diebut Sherwal, celana
longgar dan nyaman ini juga sering terlihat di negara-negara Teluk dikenakan di
bawah Thowb. Mereka adalah salah satu dari beberapa pakaian tradisional yang
masih dipakai oleh beberapa warga negara Lebanon yang digunakan tersendiri
tanpa mengenakan Thowb. Selain di Lebanon juga digunakan di Syiria dengan
sebutan Sirwal, celana panjang ini tidak boleh dilewatkan dari pakaian tradisional
Syiria. Memiliki bentuk panjang, longgar dan biasanya terdapat dalam warna
hitam atau netral (Riva, 2016).
Selain pakaian, terdapat juga aksesori untuk alas kaki yang berasal dari
Maroko yaitu Balgha, yang sebagian besar berwarna kuning, tetapi warna lain
juga digunakan. Orang Maroko menemani Jellaba dengan sandal tradisional
Balgha ini (Lachlan, 1997).
MAKNA SOSIAL PAKAIAN ARAB
Menurut awal kekhalifahan Islam, para khalifah Islam awal memang
memberlakukan peraturan ketat agar orang-orang Arab tetap menjaga kemurnian
identitas mereka. Kekhalifahan yang menaklukkan kota-kota untuk selalu
melakukan ekspansi ke daerah-daerah terluar, membuat budaya kearaban semakin
berbaur, maka kemudian kemurnian kearaban tetap diharapkan tetap terjaga,
termasuk dalam hal pakaian (Maftuhin, 2011). Masudi (2008) mengatakan
bahwasanya bagi orang Arab, menggunakan gaun putih dan panjang
menggambarkan pentingnya pakaian tradisional Arab. Pakaian merupakan simbol
yang terlihat yang dapat mengintegrasikan dengan budaya yang berbeda dan
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
723
menjaga keseimbangan dengan yang lalu. Karena menggunakan pakaian
tradisional arab memperkenalkan budaya pahlawan mereka dengan berbagai
macam gaya dan item dan dapat dibanggakan.
Sebagai produk budaya yang bersifat kebendaan (material culture), pakaian
memiliki banyak dimensi yang bisa mengundang berbagai disiplin ilmu untuk
mengerjakannya: dimensi fisik dan dimensi simbolik, dimensi struktural dan
interpretif. Aspek fisik pakaian dapat menjadi fokus ilmu-ilmu teknik untuk
menemukan bahan pakaian yang nyaman dikenakan atau yang sehat bagi kulit,
dan yang mempunyai nilai estetika tinggi. Sejarah seni, terkait dengan nilai estetis
itu, juga sudah lama menjadikan fisik pakaian sebagai objek kajiannya. Sementara
dari segi simboliknya, yang mencakup makna sosial, ekonomi, dan kultural dari
suatu pakaian, meskipun agak terlambat juga sudah dikaji oleh ilmu-ilmu sosial
dan ilmu budaya (Maftuhin, 2011).
PERIODESASI PERKEMBANGAN PAKAIAN ARAB ISLAM DI
WILAYAH TIMUR TENGAH
Pakaian Pada Masa Dinasti Ummayyah Dan Abbasiyah
Baker (2005) mengatakan bahwa Pada Abad ke-9 di masa pemerintahan
Umayyah telah terjadi penolakan terhadap pakaian yang dikenakan oleh Khalifah
Umayyah Walid ke-II (berkuasa pada tahun 734-744) yaitu Jubah Sutera yang
diberi wewangian kuning terhadap pakaian kebesaran Hisham (berkuasa pada
tahun 724-743) sebagai bentuk pendemonstrasian gaya hidup yang bermoral.
Pada masa awal keberadaannya negara Islam, tidak ada pengaruh yang amat
kuat yang dapat merubah budaya berpakaian dari mereka. Mayoritas dari mereka
(non-Muslim) masih melestarikan budaya seperti membayar upeti pakaian
terhadap gereja Koptik yang dilakukan oleh masyarakat Mesir, dan bahkan
mereka enggan menggunakan pakaian yang serupa dengan orang Arab Muslim.
Pakaian yang dikenakan masyarakat Pra-Islam pada waktu itu berupa izar dan
thawb, sedangkan pakaian yang dikenakan sebagai penanda muslim adalah qamis
(baju) yang berlengan pendek yang dikenakan oleh Muslim laki-laki maupun
perempuan, yang diatasnya diberi mantel (caba). Pada Abad ke-8, surban
(turban/imamah) menjadi penanda bagi seorang Muslim laki-laki.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
724 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Gambar 1.12 izar Gambar 1.13 Turban
Laki-laki Muslim dianjurkan untuk tidak mengenakan pakian berwarna
merah ataupun hijau, sedangkan perempuan tidak dianjurkan mengenakan
perhiasan yang mencolok, melainkan menutupi kepala dan wajahnya dengan
jilbab, dan diperkenankan menggunakan sirwal (celana). Ketika musim haji
kebanyakan dari Muslim mengenakan sandal (naqlun) yaitu sandal dari kulit unta
yang biasa dipakai oleh Nabi Muhammad SAW.
Gambar 1.14 naqlun
Penetapan tradisi Khilca sejak tahun 661 hingga 749 pada periode
Umayyah, yaitu sebuah tradisi pemberian pakaian pribadi atau kain panjang yang
terinspirasi oleh kebiasaan Nabi Muhammad memberikan pakaian pribadi atau
kain miliknya terhadap orang-orang tertentu sebagai tanda penghormatan.
Terdapat juga tiraz (sulaman pita permadani) yang memuat nama Khalifah, dan
detail lainnya, berupa anyaman pada bahu (dalam mantel/caba, serta jubba) yang
posisi anyamannya menjuntai kebawah yang juga menjasi sebuah bentuk
penghormatan.
Gambar 1.15 Tiraz
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
725
Pakaian warna putih pada masa Umayyah biasa digunakan untuk shalat
jum’at yang dipadu dengan pemakaian surban, seperti yang digambarkan pada
koin, "mahkota" itu mirip dengan mahkota Sasanid (taj) atau topi gula-roti tinggi
(qalansuwa). Pada masa ini penggambaran pakaian perempuan hanya sebatas pada
perempuan penghibur dan pembantu, dengan sedikit pengecualian. Sebagaimana
dulu sirwal sering digunakan dengan qamis. Lukisan Qusayr Amra di awal abad
ke-8 menunjukkan perempuan penghibur dengan setengah telanjang dalam
balutan rok kotak-kotak, tetapi para perempuan yang sedang dalam penobatan
menggunakan pakaian panjang dengan kerah leher yang lebar dan memakai
kerudung.
Pada masa pemerintahan Raja Sulayman (memerintah 715-717) dan
khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid (memerintah 786-809), memiliki kain
pakaian favorit yaitu washi dari Mesir, Irak, dan Yaman. Seperti yang dijelaskan
Ibn Khaldun, warna dinasti Abbasiyah berwarna hitam, sebagai peringatan atas
kematian cucu Muhammad. Pada upacara seremonial, khalifah biasanya
mengenakan pakaian hitam, dengan mantel Nabi di atas bahunya (yang
menandakan berkatnya) dan membawa relik lain yang terkait dengan Muhammad,
atau dia kadang-kadang mengenakan pakaian dalam monokrom yang disulam
dengan wol putih atau sutera. Qalansuwa masih dianggap sebagai "mahkota",
tetapi khalifah individual lebih menyukai satu model daripada yang lain.
Pakaian wazir (menteri) pada masa Abbasiyah yaitu sabuk rangkap,
sedangkan rekan-rekannya (ashab al-dararic) mengenakan jubah wol panjang,
kancing leher ke dada, dan lengan panjang. Perwira tentara (ashab al-aqbiyya)
mengenakan qaba yang lebih pendek dan pas, yang diperkenalkan dari Iran oleh
Khalifah al-Mansur (memerintah 754-775), dengan celana panjang atau legging.
Pangkat tertinggi memakai warna hitam, dan tidak diperkenankan warna tersebut
digunakan oleh pangkat yang rendah. Teolog menggunakan jubah luarnya yang
tebal dari katun hitam, linen, atau wol, dihiasi dengan band tiras emas-bordir,
ketika khotbah jum’at ia menggunakan mengenakan serban hitam, sedangkan
pada acara-acara tidak resmi dia mengenakan serban putih, ditutupi oleh tudung
taylasan hitam sebahu.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
726 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
1. Pakaian Kesultanan Mamluk
Sharbush dan sarajuq, adalah tutup kepala militer kebanggaan yang
digunakan sampai akhir abad ke-13, kemudian digantikan oleh kalawta atau topi
kain kecil yang digunakan dengan ataupun tanpa serban. Sebagaimana pada masa
pemerintahan Abbasiyah, orang-orang Sunni masih mengenakan jubah hitam dan
penutup kepala yang sudah dianggap sebagai pakaian teologi “resmi”, kemudian
penggunaan pakaian tersebut dilarang oleh Sultan Barquq pada tahun 1396 dan
1397 yang kemudian beralih pada pemakaian pakaian luar kain wol berwarna.
Para kadi (hakim) mengenakan dilq, sementara hakim lain mengenakan farajiyya,
istilah garmen yang digunakan sejak 1031.
Gambar 1.16 Farajiyya
Pada masa Kesultanan Mamluk, terdapat sebuah khilca atau system
pemberian pakaian kehormatan, yang disajikan untuk menandai penunjukan baru,
kedatangan dan keberangkatan seseorang dari pengadilan, kesimpulan yang
sukses dari proyek arsitektur atau perawatan medis, dan kesempatan serupa.
Beberapa diantara khilca tersebut ialah: yang di berikan kepada komandan
tertinggi berupa pakaian dari satin Rumi yang berwarna merah dan kuning, yang
dilapisi dengan hiasan berbentuk tupai serta dipangkas oleh berang-berang, dan
dirajut dengan benang emas dan kalawta jepit. Kepala wazir diberi sebuah jubah
sutra putih fawqani, yang dirajut dengan benang emas dan dihiasi sulaman sutra,
tupai, dan berang-berang. Sedangkan birokrat tingkat rendah hanya diberi kain
yang tidak terlalu mahal dari warna lainnya. Pada tahun 1371 dan 1372, Sultan
pada masa itu memerintahkan anggota keluarga nabi Muhammad, baik laki-laki
ataupun perempuan untuk mengenakan sepotong kain hijau di depan umum untuk
memberikan rasa hormat terhadap mereka.
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
727
2. Pakaian Pada Masa Kekaisaran Ottoman
Dalam koleksi Topkapi Saray Museum (Istanbul), ada lebih dari dua ribu
item pakaian yang terkait dengan sultan Ottoman dan rumah tangga mereka;
hanya sedikit yang terkait dengan perempuan dan anak-anak kerajaan. Sumber ini
ditambah dengan banyak manuskrip dan lukisan album, dan barang-barang
lainnya. (Baker, 2005)
Pakaian upacara yang khas, yang modis dari pertengahan abad ke-15 hingga
pertengahan abad ke-16, adalah kaftan lengan panjang selutut yang dipakai di atas
garmen lengan lainnya, baju tanpa kerah, dan celana panjang; versi betis juga
tersedia. Pada Abad ke-17, terdapat gaya Jubah yang memiliki lengan lebar
meruncing tajam ke pergelangan tangan kancing yang disebut dolaman. Para
sultan dan pejabat-pejabat tingkat tinggi mengenakan mantel panjang yang
disebut kapaniche dengan penutup kerah persegi yang lebar menutupi bahu ;
untuk mantel penahanan sultan, bulunya adalah rubah hitam, sementara patih
agung, kasim kepala, dan bostanci bashi (komandan penjaga pribadi) biasanya
memiliki pohon musang.
Tidak ada perbedaan mencolok antara pakaian upacara Ottoman dari kepala
birokrat dan komandan tentara, tetapi ada berbagai seragam resimen yang berbeda
selama berabad-abad. Bostanci dapat dikenali dengan pakaian luarnya yang
merah, setinggi betis, dan lengan panjang yang dikenakan dengan topi merah, di
atas telinga kanan, atau topi kerucut cokelat tinggi (yang menunjukkan
peringkatnya). Korps pemanah seremonial pemanah mengenakan shalvar ketat
(celana panjang) selang dengan sepatu bot sampai pergelangan kaki, di atasnya
dikenakan underskirt filmy dan pakaian luar berlengan yang sangat berpola rumit;
hiasan kepala berbentuk kerucut asimetris dengan ikat kepala lebar emas
dilengkapi ensemble. Pasukan Peyk dari utusan pengadilan memiliki "helm"
tembaga berlapis emas, sementara resimen Janissary lainnya memakai keche ,
"tube" putih yang meninggi sekitar dua belas inci dari kaku.
Para teolog Muslim kebanyakan memakai jubah luar (cube) atau dalam
bahasa Arab disebut, yang pemakaiannya menyapu lantai dan mengancing dari
pinggang, dengan lengan yang sangat lebar. Teolog-teolog penting mengenakan
urf , sebuah gulungan turban berbentuk bulat besar, berwarna putih, sementara
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
728 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
dari tahun 1590-an sang nakib ul-eshraf (dalam bahasa Arab, naqib al-ashraf),
pemimpin keturunan Nabi Muhammad, memiliki turban berwarna hijau seperti
jubah luarnya. Pakaian jalanan akhir abad ke-16 adalah sebuah baju besi panjang
lengan panjang (dalam bahasa Arab, farajiyya ) dengan kerah panjang punggung
yaka dan tutup wajah mahrama dua potong, dikenakan dengan peche bulu kuda
hitam di atas mata.
3. Pakaian Awal Kekaisaran Ottoman Dan Iran
Dekrit Gulhane tahun 1839 menghapus perbedaan hukum dan sosial antara
Muslim Utsmani dan subyek non-Muslim, termasuk undang-undang mewah yang
berkaitan dengan non-Muslim. Tiga belas tahun sebelumnya, semua pria dewasa,
kecuali teolog, telah diperintahkan untuk mengenakan pakaian berdasarkan gaya
Eropa: celana panjang lurus, kaos berkerah, cravat, dan fez, bukan jubah sutra
panjang panjang longgar dan turban. pada abad ke-19, wanita Ottoman banyak
yang mulai memesan salinan busana yang dikenakan oleh wanita Eropa yang
berkunjung. Setelah Perang Dunia I Mustafa Kemal "Ataturk" memerintahkan
pemakaian topi bertepi dan pakaian bergaya Barat untuk pria, dengan hukuman
keras untuk ketidakpatuhan. pakaian wanita tidak termasuk; namun, gaji tidak
akan dibayarkan kepada pemerintah wanita dan pegawai publik (misalnya, guru,
perawat, pengacara, dan juru tulis) kecuali mereka mengenakan gaya Eropa dan
meninggalkan wajah atau kerudung.
PENUTUP
Berbudaya tidak lepas dari busana dimana busana dapat menjadi dimbol
social tertentu pemakainya. Dalam budaya busana Arab terdapat berbagai macam
bentuk yang memiliki keunikan dan fungsi masing-masing. Namun, walau
terdapat perbedaan, terdapat budaya busana arab secara umum yakni model gamis
pangjang untuk semua kalangan. Selain hal tersebut, berkembanglah pula bentuk
busana arab dengan berbagai penyebutan dan ciri khas masing tiap negara Arab.
Budaya busana Arab sangat mengindikasikan adanya kelas social yang
terlihat dari setiap pemakainya. Kedatangan Islam tidak lantas merubah seluruh
tradisi kebudayan bangsa Arab, termasuk berpakaian. Dalam segi historisnya,
pakaian yang digunakan setiap periode dari masa Umayyah dan Abbasiyah hingga
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
729
kekaisaran Ottoman memiliki keterikatan antara satu dengan yang lain, dimana
dalam satu periode tersebut masih melestarikan penggunaan pakaian periode
sebelumnya. Meski demikian terdapat beberapa perbedaan diantaranya seperti dari
tradisi Khilca terhadap profesi masyarakatnya.
DAFTAR RUJUKAN
Apogeephoto. 2016. Yemeni Dress: Photographing the Yemen Culture and
Customs. (online). dimuat dalam http://www.apogeephoto.com/yemeni-
dress-photographing-the-culture-and-customs/. Diakses pada 25 Maret
2018.
Baker, L. Patricia. 2005. Middle East: History of Islamic Dress. (online). dimuat
dalam http://fashion-history.lovetoknow.com/clothing-around-
world/middle-east-history-islamic-dress. diakses pada 21 Maret 2018.
Bartlett , J. R. 1973. The First and Second Books of the Maccabees : Traditional
Jewish Head-Dress Was Either Something Like the Arab's Keffiyeh (a
Cotton Square Folded and Wound Around a Head) or Like a Turban or
Stocking Cap. London: Cambridge University Press.
Bouzaien, Chiraz. 2012. Le Sefseri, Une Tradition Qui Disparaît. dimuat
https://www.baya.tn/rubriques/home/famille/le-sefseri-une-tradition-qui-
disparait/. Diakses pada 25 Maret 2018.
Eicher, J.B. 2005. Clothing, Costume, and Dress. Dalam Steele. V edition
Encyclopedia of Clothing and Fashion, Thomson-Gale.
Guindi, F.E. (2005) Djellaba. Dalam Steele, V (Ed), Encyclopedia of Clothing
and Fashion. Thomson-Gale.
Lachlan, Anne Mc. 1997. Morocco Hand Book and Mauritania. Morocco:
Footprint Handbooks.
Maftuhin, Arif. 2011. Menyingkap Struktur Makna Pakaian Arab. Jurnal. dimuat
dalam Jurnal Musawa Vol. 10 No. 1.
Maknuna, AA. 2015. Konsep Pakaian dan Teori Semantik. Online. Dimuat dalam
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3229/2/BAB%20II.pdf . diakses pada
tanggal 06 April 2018.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
730 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Masudi, Faisal. 2008. The Arab dress code : A Symbol of Identity. online. dimuat
dalam http://gulfnews.com/news/uae/general/the-arab-dress-code-a-
symbol-of-identity-1.458449. Diakses tanggal 20 Maret 2018.
Mudde, Cas. 2005. Racist Extremism in Central and Eastern Europe. London:
Routledge.
Riva, Beatrice. 2016. Arab Clothing the Ultimate Guide. (online). dimuat dalam
http://istizada.com/arab-clothing-the-ultimate-guide/. Diakses pada 25
Maret 2018.
Sakina & Sara. 2008. Clothing in Arabia-Thobes and Abayas. (online). dimuat
dalam https://islamzpeace.wordpress.com/tag/ghutra/. Diakses pada 28
Maret 2018.
Ulfa, Ruzqiyah. 2016. Analisis Semiotika Pierce Jenis Gamis Sebagai
Representasi Budaya Arab. Dalam Jurnal Semiotika: Jurnal Komunikasi.
Wienhold. 2015. Middle Eastern Dress Vocabulary. Illinois: Center for Southeast
Asian & Middle Eastern Studies University of Illinois.
SUMBER GAMBAR
Gambar 1.1 Thawb: https://www.amazon.com/MyBatua-Aarish-Galabiyya-
Jubbah-Dishdash/dp/B00LX8HMI6.
Gambar 1.2 Bisht: https://www.ebay.co.uk/itm/BROWN-BISHT-CLOAK-
ARAB-DRESS-THOBE-SAUDI-MENS-ROBE-EID-LUXURY-
AUTHENTIC-GIFT-EID-/260296031387.
Gambar 1.3 Keffiyeh:
https://en.wikipedia.org/wiki/Keffiyeh#/media/File:Bedouin_Riyadh,_Saudi
_Arabia,_1964.jpg.
Gambar 1.4 Tagiyah: http://www.ebay.co.uk/bhp/muslim-hat.
Gambar 1.5 Agal : https://www.islamicplace.com/products/thin-agal-cord-for-
men-scarf-kifaya-9.
Gambar 1.6 Thawb: https://www.ebay.co.uk/p/Islamic-Muslim-Women-Maxi-
Dress-Abaya-Kaftan-Moslem-Long-Robes-THAWB-Arab-Thoubs-1734-
black-XL/11011335268.
Gambar 1.7 Salwar: https://id.pinterest.com/pin/256142297533058374/.
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
731
Gambar 1.8 Abaya:
https://en.wikipedia.org/wiki/Abaya#/media/File:Islamic_Clothing_Abaya
.jpg.
Gambar 1.9 Hijab: http://fashionoid.net/tag/tutorial-hijab/.
Gambar 1.10 Niqab: https://www.amazon.in/Justkartit-Womens-Layeres-Islamic-
Nosepiece/dp/B079LRNX4H.
Gambar 1.11 Burqa : https://edition.cnn.com/2017/08/17/asia/australia-pauline-
hanson-burqa/index.html.
Gambar 1.12 Izar : https://www.custom-qamis.com/en/tailored-serwel-izar/93-
izar-pagne.html.
Gambar 1.13 Turban : http://www.turbandiva.com/Mans-Turban-Dark-Gray-
Dreads-Wrap-Motorcycle-Scarf-Tactical-Scarf-_p_788.html.
Gambar 1.14 Naqlun : http://www.sarkub.com/faedah-gambar-sandal-nabi-
muhammad-saw/.
Gambar 1.15Tiraz : https://www.metmuseum.org/toah/hd/tira/hd_tira.htm.
Gambar 1.16 Farajiyya : http://idlelion.blogspot.co.id/2013/11/urban-middle-
eastern-clothing-layers-in.html.
Top Related