LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA
HIPERTENSI
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
TRI UJI RAHAYU 22010113210006
DESKANITA AMITRI 22010112210155
FAJAR HERBOWO NIANTIARNO 22010112210101
PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dimana lebih dari satu
dari empat orang dewasa di dunia mengalami hipertensi. Pada tahun 2025,
diperkirakan prevalensinya akan meningkat menjadi 60%, dengan 2/3
penderitanya tinggal di negara berkembang.1 Di Indonesia, hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor ketiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.2,3
Keadaan hipertensi yang berlangsung kronis dapat menyebabkan
kerusakan organ yang bersifat serius dan merupakan faktor risiko mortalitas yang
disebabkan gangguan serebrovaskular, kardiovaskular ataupun gagal ginjal
terminal. Pada penelitian klinis, terapi pengendalian hipertensi menunjukkan
pengurangan insiden stroke sebesar 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal
jantung sebesar lebih dari 50%.4
Dari keseluruhan kasus hipertensi, diketahui bahwa 70 % penderita
menderita hipertensi ringan, 20% hipertensi sedang dan 10 % hipertensi berat.5
Ketiga jenis hipertensi ini membutuhkan penanganan yang berbeda. Hipertensi
ringan, sedang dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup dan
pemberian obat-obatan per oral. Sementara pada hipertensi berat yang tergolong
sebagai kasus gawat darurat diperlukan penanganan segera dimana tekanan darah
harus diturunkan dalam waktu hitungan jam atau maksimal 24 jam.4
Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi klinis
penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan pembinaan pada
penderita hipertensi dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan yang baik
pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan tinjauan
kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan
dalam laporan kasus ini.
2
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini dibahas seorang laki-laki 53 tahun dengan hipertensi
grade II. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan dan pembinaan penderita hipertensi melalui pendekatan keluarga.
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPERTENSI
3
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah di atas 140/90,
dimana pemeriksaan dan terapi untuk menurunkannya akan berefek lebih baik.
Keadaan ini dapat merusak pembuluh darah dan organ serta meningkatkan
mortalitas. Tingginya tekanan sistolik dan diastolik berhubungan dengan risiko
penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit ginjal.
JNC 7 melaporkan klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Sistolik
mmHg
Tekanan Diastolik
mmHg
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
Adanya hubungan antara berbagai tingkat tekanan darah dan risiko PKV
menyebabkan berbagai macam klasifikasi hipertensi. WHO/ISH tetap
mempertahankan klasifikasi tahun 1999 (tabel 2) dengan menekankan bahwa level
dimana disebut hipertensi tidaklah suatu titik yang kaku. Level tersebut dapat
lebih tinggi atau lebih rendah dari level tersebut sesuai dengan risiko PKV dari
masing-masing individu. Sebagai contoh, tekanan normal tinggi dapat dianggap
hipertensi pada penderita dengan risiko tinggi dan sebaliknya dianggap normal
pada penderita dengan risiko rendah.
Tabel 2. Stratifikasi dan klasifikasi Hipertensi
Faktor risiko
dan riwayat
penyakit
Normal
Sistolik 120-129
Diastolik 80-84
Normal tinggi
Sistolik 130-139
Diastolik 85-89
Grade 1
Sistolik 140-159
Diastolik 100-109
Grade 2
Sistolik 160-179
Diastolik 100-109
Grade 3
Sistolik ≥180
Diastolik ≥ 110
4
Tanpa Faktor
risikoRisiko rata-rata Risiko rata-rata Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
Faktor risiko
1-2Risiko rendah Risiko rendah Risiko sedang Risiko sedang
Risiko sangat
tinggi
Faktor Risiko
≥3 atau TOD
arau diabetesRisiko sedang Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko tinggi
Risiko sangat
tinggi
Penyakit
penyertaRisiko tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
NB : TOD: kerusakan target organ
Hipertensi merupakan suatu penyakit multifaktorial yang timbul karena
interaksi faktor risiko tertentu antara lain; 1. Life style (diet, stress, merokok); 2.
Sistem saraf simpatis (tonus simpatis, variasi diurnal); 3.Keseimbangan modulator
vasokonstriksi dan vasodilatasi; 4.Sistem otokrin yang berperan pada sistem RAA.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penderita hipertensi
adalah:
a. Pemeriksaan rutin meliputi :
Darah rutin, urinalisis, gula darah, profil lipid, asam urat, ureum
kreatinin serum, kalium serum, dan elektrokardiogram.
b. Pemeriksaan yang direkomendasikan :
Proteinuria kuantitatif, funduskopi, ekokardiografi, USG karotis, C-
Reactive Protein, mikroalbuminuria.
c. Pemeriksaan lebih lanjut :
- Hipertensi komplikasi: pemeriksaan fungsi otak, jantung dan ginjal.
- Pemeriksaan hipertensi sekunder : pemeriksaan renin, aldosterone,
kortikosteroid, katekolamin, arteriografi, USG ginjal dan adrenal, MRI
otak.
Obat hipertensi oral yang sering dipakai di Indonesia antara lain:
Tabel 2. Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek Lama kerja
5
Nifedipin
5-10 mg
Diulang 15 menit 5-15 menit 4-6 jam
Captopril
12,5-25 mg
Diulang/ ½ jam 15-30 menit 6-8 jam
Clonidin
75-150 μg
Diulang/ jam 30-60 menit 8-16 jam
Propanolol
10-40 mg
Diulang/ ½ jam 15-30 menit 3-6 jam
2.2 Alogaritma penanganan hipertensi (JNC VII)
2.3 Modifikasi Gaya Hidup
Perubahan Gaya Hidup
Target tekanan darah tidak tercapai (<140/90 mmHg)(<130/80mmHg untuk pasien diabetes atau penyakit ginjal kronis)
Pilihan Obat
Tanpa Indikasi lain Dengan Indikasi lain
Hipertensi Stage I
Diuretik (thiazide), ACEI, ARB, BB, CCB,atau
kombinasi
Hipertensi Stage II
Kombinasi 2 obat (diuretik thiazide, ACEI, ARB, BB,
CCB)
Disesuaikan indikasi lain
Target tekanan darah tidak tercapai
Tingkatkan dosis atau kombinasikan obat lain sampai target tekanan darah tercapai.Pertimbangkan untuk konsultasi dengan spesialis hipertensi
6
Modifikasi gaya hidup cukup efektif untuk menurunkan risiko kardiovaskuler.
selain itu, modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan efektifitas obat
antihipertensi.
Tabel 3. Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan penurunan
tekanan darah sistolik
- Penurunan BB Pertahankan BMI 18,5-24,9 5-20 mmHg/ 10 kg
- Perencanaan pola
makan
Konsumsi kaya buah, sayur dan
rendah lemak
8-14 mmHg
- Diet rendah Natrium Diet Natrium tidak lebih dari 2,4
g Na atau 6 g NaCl
2-8 mmHg
- Aktivitas Fisik Aktifitas aerobik minimal 30
menit sehari
4-9 mmHg
- Pembatasan konsumsi
alkohol
Konsumsi alkohol tidak lebih
dari 2 gelas sehari.
2-4 mmHg
2.4 Pengobatan7
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/ 80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan sehingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta
penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologis terdiri dari:
- Berhenti merokok
- Menurunkan berat badan berlebih
- Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
- Latihan fisik
7
- Menurunkan asupan garam
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis yang dianjurkan oleh
JNC 7
- Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosteron Antagonist (Aldo
Ant)
- Beta Blocker (BB)
- Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
- Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
- Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan
dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihiprtensi juga dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu:7
- Faktor sosio ekonomi
- Profil faktor risiko kardiovaskular
- Ada tidaknya kerusakan organ target
- Ada tidaknya penyakit penyerta
- Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
- Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
penyakit lain
- Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan risiko kardiovaskular
2.5 Komplikasi 6,7
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum dijumpai pada
pasien hipertensi adalah:
- Jantung: Hipertrofi ventrikel kiri, angina/infark miokardium, gagal jantung
- Otak: Stroke atau transient ischemic attack
- Penyakit ginjal kronis
- Penyakit arteri perifer, retinopati
2.6 Kedokteran Keluarga8
8
2.6.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus
memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk
sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,
ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga
sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga
dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai
lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia
kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang
berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga
lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan
keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas
hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola
perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak.
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan
penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
9
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
2.6.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar
dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan
ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal
masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu
ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga.
Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan
terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.
10
BAB 3
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
11
I. IDENTITAS PENDERITA DAN KELUARGA
A. Identitas Penderita
Nama :Tn. T
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Dusun Rejosari RT.1 RW.1, Desa Tanjung Anom,
Kecamatan Salaman, Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
B. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. T
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Dusun Rejosari RT.1 RW.1, Desa Tanjung Anom,
Kecamatan Salaman, Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
II. PROFIL KELUARGA
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
No Nama Kedudukan
dalamKeluarga
Sex Umur
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
12
1. Tugeno Bapak L 53 TamatSD Petani Hipertensi
2. Siti A Ibu P 52 TamatSD Tidak bekerja Sehat
3. Purnomo Anak I L 39 Tamat SMP Petani Sehat
4. Riska Anak II P 37 Tamat SMP Tidakbekerja Sehat
Diagram 1. Genogram Keluarga Kandung Penderita
Keterangan :1. Ayah Penderita hipertensi
2. Ibu Penderita sehat
3. Anak 1 sehat
4. Anak II sehat
III. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
A. Keluhan Utama
Sakit kepala
B. Riwayat Penyakit Sekarang
ANAMNESIS (alloanamnesis dengan istri penderita pada Senin 18 Agusuts
2014 pukul 15.30 WIB di rumah penderita)
± 5 hari sebelum datangberobat ke Puskesmas Salaman II penderita
mengeluhkan sakit kepala. Sakit terasa seperti berdenyut dirasakan di kepala
bagian belakang dan disertai rasa pegal,leher pasien terasa kencang (+),
1 2
3 4
13
pandangan kabur (-), pandangan berkunang-kunang (-), pusing berputar (-),
dada berdebar-debar (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK kualitas dan
kuantitas dalam batas normal. Tidak ada riwayat kepala terbentur.Kemudian
penderita datang ke Puskesmas Salaman II, diberi obat Captopril.
Dikarenakan keluhan penderita yang membaik penderita tidak minum obat
secara teratur. Penderita hanya minum obat untuk mengurangi keluhannya,
jika keluhan mulai berkurang penderita malas minum obat lagi. Hingga saat
ini keluhan yang dirasakan penderita sering hilang timbul.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat darah tinggi (+) sejak 5 tahun yang lalu, tidak rutin kontrol dan
tidak teratur minum obat
- Riwayat merokok (+) selama ± 25 tahun, dalam sehari pasien biasa
menghabiskan 6 batang rokok
- Riwayat sakit kencing manis disangkal
- Riwayat sakit ginjal sebelumnya (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat darah tinggi pada ayah penderita (+)
E. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita bekerja sebagai petani dengan pendapatan±Rp. 550.000/bulan.
Penderita memiliki 2 orang anak yang sudah mandiri. Pengobatan
menggunakan BPJS.
Kesan : sosial ekonomi kurang
F. Hasil Pemeriksaan Fisik I, tanggal 18 Agustus 2014 pukul 16.00 WIB
Seorang laki-laki, umur 53 tahun, BB = 62 kg, TB = 170 cm, BMI = 21,45
Keadaan umum : Sadar
Tanda Vital : RR : 24x / menit
Nadi : 88x / menit
14
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Suhu : afebris
Mata : Conjunctiva palpebra anemis -/-
sklera ikterik -/-
Hidung : nafas cuping (-), discharge (-)
Telinga : Discharge -/-
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-), pembesaran thyroid (-)
Dada : Paru : I : simetris statis dinamis, retaksi suprasternal (-),
retraksi epigastrial (-)
P : stem fremitus kanan=kiri, tidak ada bagian yang
tertinggal saat bernapas
P : sonor seluruh lapangan paru
A : suara dasar vesikuler
Suara tambahan : Hantaran -/-
Ronki basah halus nyaring -/-
Eksperium diperpanjang -/-
Wheezing -/-
Jantung : I : iktus kordis tidak nampak
P : iktus kordis teraba di spatium intercostal V 2 cm
lateral linea medioclavikularis sinistra, tidak
kuat angkat, tidak melebar
P : Batas kiri : sesuai iktus kordis
Batas atas : sulit dinilai
Batas kanan : sulit dinilai
A : suara jantung I, II normal, bising (-), Gallop (-)
M1>M2, A1<A2, P1<P2, P2>A2
Abdomen : I : datar, venektasi (-)
Au : bising usus (+) normal
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Pe : timpani
15
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2” <2”
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-
G. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade II
H. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang
I. Rencana Penatalaksanaan
Terapi edukasi penderita:
Menyarankanuntuk minum obat yang diberikan oleh dokter
puskesmas dengan teratur dan sesuai petunjuk dokter dalam
meminum obat
Menyarankanuntukmelakukan perubahan pola makan dengan
mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak
hewani, dan diet rendah garam
Menyarankanuntukmenghentikankebiasaanmerokok
Menyarankanuntuk meningkatkan aktivitas fisik, misalnya
seperti olah raga ringan atau berjalan selama ± 30 menit
Menyarankan untuk melakukan istirahat cukup
Anjuran untuk kontrol rutin untukmengevaluasiefeksamping
yang bisaditimbulkansertaagar menghindari komplikasi lebih
lanjut
Terapi edukasi keluarga:
16
Menyarankan kepada istri penderita untuk mengawasi dan
mendampingi penderita dalam hal minum obat dan kontrol
teratur
Menganjurkan kepada istri penderita untuk memasakkan
makanan yang sesuai dengan pola diet bagi penderita darah
tinggi
Menyarankankepadaistriuntukselalumemotivasisuaminyauntuk
menjalankanpolahidupsehatsepertimenghentikankebiasaanmero
kok, makanmakanantinggilemakdanistirahatcukup.
J. Hasil Penatalaksanaan Medis
Keluhan nyeri kepala dirasakan berkurang setelah minum obat secara teratur
dan mengikuti saran yang diberikan, 3 hari keluhan berkurang. Saat
kunjungan rumah (tanggal 18 Agustus 2014) keadaan kesehatan sudah
membaik. Tidak ada keluhan lagi.
Faktor Pendukung : - Penderita mengikuti saran untuk minum obat
secara rutin dan teratur
- Tekanan darah penderita turun
- Penderita beristirahat cukup
- Penderita memulai pola makan sesuai saran yang
dianjurkan
- Istri penderita bersedia menjadi pendamping
minum obat dan penyedia makanan yang sesuai
dengan diet bagi penderita hipertensi
Faktor Penghambat : -
Pasienbelumdapatmenghentikankebiasaanmerokoknya
Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum
obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola
makan sesuai saran yang dianjurkan.
IV. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Biologis
17
Dari hasil wawancara dengan istri penderita diperoleh informasi bahwa
penderita 5 hari yang lalu mengalami sakit kepala terasa seperti berdenyut
dirasakan di kepala bagian belakang dan disertai rasa pegal. Penderita
memiliki riwayat hipertensisejak 5 tahun yang lalu, namun tidak rutin kontrol
dan tidak teratur minum obat. Pola hidup penderita menunjang faktor risiko
untuk terjadinya penyakit hipertensi diantarnya kebiasaan makan sehari-hari
penderita yang banyak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak dan
kebiasaan merokok ± 6 batang per hari.
B. Fungsi Psikologis
Penderita merupakan kepala keluarga.Penderita tinggal di rumah bersama istri.
Hubungan penderita dengan keluarga baik.Hubungan dengan tetangga di
sekitar rumah baik.Penderita sering berkomunikasi dengan tetangga di sekitar
rumah.
C. FungsiEkonomi
Penderita bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan Rp. 550.000/bulan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
D. FungsiPendidikan
Tingkat pendidikan terakhir penderita dan istri penderita adalah tamat SD,
sehingga dimungkinkan penderita belum begitu mengetahui bahaya dari
hipertensi dan komplikasinya.
E. FungsiReligius
Penderitaberagama Islam.Tidak tersedia ruangan khusus di rumah untuk
beribadah. Penderita dan istri rajin melakukan ibadah di rumah.
F. Fungsi Sosial Budaya
Penderita bersosialisai dengan lingkungan di sekitar rumah. Hubungan dengan
tetangganya terjalin cukup baik.
G. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
18
Penderita dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan istrinya.
V. POLA KONSUMSI PENDERITA
Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari tidak tetap. Menu
makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan lauk pauk seperti ikan asin,
telor, sayur-sayuran, sedangkan untuk daging dan ayam penderita jarang
mengkonsumsinya. Penderita sering mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang
dan pepaya. Dalam seminggu pasien mengkonsumsi buah-buahan tersebut dengan
frekuensi minimal 2 kali.
VI. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah dilakukanpadasenin 18 Agustus 2014 pukul 15.30
Keadaan Rumah
Ukuran : 6 m x 7 m
Penghuni : 2 orang (penderita dan istri)
Halaman rumah : tanah
Pekarangan rumah : latar tanah
Dinding rumah : bambu
Lantai rumah : tanah
Atap : genting
Ruangan : 1 ruang untuk ruang tamu,2 kamar tidur, dapur, dan
keluarga menggunakan kamar mandi sendiri namun
terpisah 2 meter dari belakang rumah.
Ventilasi : jendela 2 buah di bagian depan, ukuran 50cm x 50cm
Pencahayaan : kurang
Kebersihan : kurang
Sumber air : untuk minum, masak, mandi, dan cuci menggunakan air
sumur, jumlah cukup
Tempat sampah : sampah dikumpulkan di bak sampah di depan rumah
lalu dibakar di pekarangan rumah
VII. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
19
A. Faktor Perilaku
Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan cenderung tinggi garam
dan berlemak dengan frekuensi makan 2-3x sehari. Penderita tidak pernah
berolahraga karena kondisi fisik penderita yang sudah tua. Selain itu, penderita
juga tidak rutin kontrol ke dokter dan tidak teratur minum obat.Penderita
memiliki kebiasaan merokok sejak 25 tahun yang lalu.Dalam satu hari
penderita biasa menghabiskan ± 6 batang rokok.
B. Faktor Non Perilaku
Dilihat dari usia Tn. T (53 tahun) yang merupakan kelompok lanjut usia, dapat
menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Rumah penderita terletak di
perkampungan, jarak antar rumah 1 meter, dan keadaan sekitar rumah kurang
bersih. Rumah penderita berdinding kayu, ada 2 jendela. Ruangan terdiri dari
1 ruang untuk ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan 1 kamar mandi di luar
rumah. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas cukup jauh jaraknya. Hal ini
cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
jika ada anggota keluarga yang sakit. Penderita menggunakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) untuk pembiayaan biaya kesehatan.
VIII. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Biologis
Penderita pernah memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
Ayah dari penderita juga menderita hipertensi
B. Fungsi Psikologis
Hubungan penderita dengan keluarga baik.
Hubungan penderita dengan tetangga di sekitar rumahnya terjalin baik.
C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Ekonomi kurang
D. Fungsi Pendidikan
20
Pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD, sehingga belum begitu
mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.
E. Fungsi Sosial
Dapat bersosialisasi dengantetanggasekitar
F. FungsiPenguasanMasalah dan KemampuanBeradaptasi
Tidak ada masalah
G. Faktor Perilaku
Pola makan tidak teratur dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah
makanan tinggi garam dan berlemak
Penderita adalah seorang perokok. Dalam satu hari penderita biasa
menghisap ± 6 batang rokok
Penderita tidak pernah berolah raga
Istri penderita sering memasak makanan tinggi garam
Penderita tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat
H. Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan cukup jauh
IX. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Yan.Kes Status Kesehatan
Genetik
Perilaku
Lingkungan
Pelayanan kesehatan :jarak rumah dengan Puskesmas cukup jauh
Kebersihan kurang, ventilasi dan penerangan kurang, tempat sampah tidak tertutup dan dibakar
Kebiasaan makan tidak teratur dan tinggi garamTidak pernah berolah ragaTidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obatKebiasaan merokok ± 6 batang per hari
HIPERTENSI
21
X. TABEL PERMASALAHAN PADA PENDERITA DAN KELUARGANYA
No Risiko dan Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan
1 Hipertensi Menyarankan untuk mengontrol tekanan
darah secara rutin, minum obat teratur,
olahraga, dan merubah pola makan
XI. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
Terdapat riwayat keluarga (ayah penderita) dengan hipertensi
22
yang Terlibat
19-08-2014 Memberi penjelasan kepada
penderita tentang hipertensi,
meliputi penyebab, bahaya
hipertensi, usaha mengatasi
hipertensi, dan pencegahan
komplikasi hipertensi
Memberi penjelasan bahaya
merokok dan hubungannya
dengan hipertensi
Penderita dan
istri
Penderita dan istri
memahami penjelasan
tentang penyakit hipertensi
yang diberikan
Pasien belum mau untuk
berhenti merokok
19-08-2014 Memberi penjelasan dan
lembar panduan tentang diet
bagi penderita hipertensi
Istri penderita Istri penderita menerima
lembar panduan tentang diet
bagi penderita hipertensi
XII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan
cukup baik
2. Faktor pendukung : penderita dan istri dapat memahami dan
menangkap penjelasan yang diberikan
sikap penderita dan istri kooperatif dan
menangkap penjelasan yang diberikan
3. Faktor penyulit : Pasien belum memiliki motivasi untuk berhenti
merokok
4. Indikator keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum
obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola
makan sesuai saran yang dianjurkan dan berhenti
merokok
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Riaz K. Hypertension. 2012 [cited : Nov 18, 2012]. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview
2. Departemen Kesehatan. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. [cited : Nov
18, 2012]. Available at: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-
hipertensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.htmL
3. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksekutif Penanggulangan
Hipertensi. 2007. Jakarta: InaSH
4. Chobanian AV, et al. The seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004
5. Calhoun D.A, Oparil . S ; 1990 : Treatment of Hypertensive Crisis, New Engl J
Med, 323 : 1177-83.
6. RWM Kaligis, Kalim Harmani. Diagnosis dan tatalaksana Hipertensi, Sindrom
Koroner Akut, dan Gagal Jantung. 2001: 1-28. Jakarta: Balai Penerbit Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita.
7 . Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial. In: Ilmu Penyakit Dalam: 599-
603. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
8. Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip
Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK UNDIP
LAMPIRAN 1. DENAH JALAN
24
LAMPIRAN 2. DENAH RUMAH
Kamar Mandi
25
TERAS
Dapur
Ruang Tamu
Ruang Makan
Kamar Tidur
Kamar Tidur