1111
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan pelaksanaan
prinsip-prinsip Good Governance di suatu institusi, tidak terkecuali di Bank Indonesia. Harus kita sadari
bahwa stakeholder menuntut Bank Indonesia agar lebih transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan
tugas, khususnya di bidang pengedaran uang. Melalui laporan tahunan pengedaran uang ini, Bank
Indonesia ingin menunjukkan kepada publik mengenai komitmen dalam menerapkan prinsip-prinsip
Good Governance.
Dalam kaitannya dengan pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada upaya
pencapaian misi-nya, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal yang berkualitas dalam
arti layak edar, jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan tepat waktu serta
menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu di masyarakat.
Selama kurun waktu 2006, seiring dengan pesatnya perkembangan sistem pembayaran global dan
meningkatnya tuntutan stakeholder akan layanan yang lebih baik di bidang pengedaran uang, berbagai
perbaikan dan penyempurnaan infrastuktur telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dari segi regulasi
dan kebijakan, teknologi maupun kompetensi sumber daya manusianya.
Terlepas dari berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur pengedaran uang yang telah ada
akan terus dilakukan, masih terdapat beberapa isu yang berkaitan dengan pengedaran uang. Isu-isu
tersebut antara lain perbaikan manajemen mutu layanan kas kepada perbankan, kasus pemalsuan uang,
manajemen kas dalam sistem perbankan dan keterbatasan jangkauan peredaran uang di daerah
terpencil dan perbatasan. Bank Indonesia telah mengambil berbagai langkah terobosan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang pengedaran uang.
Berkaitan dengan layanan kas kepada perbankan, Bank Indonesia telah mencanangkan strategi layanan kas prima, Bank Indonesia berupaya menerapkan Sistem Manajemen Mutu sesuai dengan standar
internasional, dan akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2006 layanan kas di Kantor Pusat Bank Indonesia
memperoleh ISO 9001:2000.
Pada kasus pemalsuan uang, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya preventif dan represif.
Salah satunya adalah merintis pembentukan unit khusus penanggulangan uang palsu yang diharapkan
mampu berperan sebagai pusat database dan informasi temuan uang palsu di Indonesia.
2222
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Dalam rangka mendorong perbankan dalam mengembangkan manajemen kas yang efektif, maka Bank
Indonesia menerapkan kebijakan setoran bayaran. Uji coba setoran bayaran antara lain berupa
keharusan untuk menyetorkan uang dalam kondisi tidak layak edar untuk seluruh pecahan,
diberlakukan pada bulan Mei di Kantor Pusat (KP) dan pada bulan Desember di seluruh Kantor Bank
Indonesia (KBI).
Berkaitan dengan keterbatasan jangkauan peredaran uang, Bank Indonesia mengimplementasikan
kerjasama dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) khususnya untuk melayani penukaran uang layak edar
di wilayah terpencil dan perbatasan. Kerjasama ini didasari bahwa Posindo merupakan lembaga yang
memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia, memiliki sumber daya yang memadai dan
khazanah yang cukup.
Akhirnya kami berharap bahwa Laporan Tahunan Pengedaran Uang 2006 ini dapat menjadi sumber
data dan informasi serta sarana edukasi yang strategis bagi stakeholder khususnya dalam memberikan
gambaran menyeluruh mengenai pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengedaran uang. Laporan ini juga dapat dijadikan sebagai sumber dalam menganalisis perkembangan kegiatan
perekonomian dan pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan pengedaran uang.
Semoga memberi bermanfaat.
Jakarta, 2007 Direktorat Pengedaran Uang
Direktur
3333
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR ............................................................................................................................................... 1 DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ 3 DAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABEL...................................................................................................................................................... 5 DAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIK ................................................................................................................................................... 6 BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG................................................................................. 7
1.1 Pelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah............................................ 7 Pengadaan Uang dan Bahan Uang ............................................................................................................. 8 Distribusi Uang........................................................................................................................................... 8 Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Masyarakat.................................................................... 9 Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan..................................................................................... 9 Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat...................................................................................... 9 Strategi Clean Money Policy ..................................................................................................................... 11 Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah .................................................................................................. 12
1.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang Rupiah ................... 13 Peningkatan Waktu Layanan Kas .............................................................................................................. 13 Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000 ........................................................... 14 Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan............................................................................... 14
1.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Penanggulangan Peredaran Uang Palsu..................................................... 16 Mempersiapkan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang Palsu ................................................ 17 Sosialisasi dan Publikasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ........................................................................... 17 Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang Palsu..................................................................... 18
1.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pengembangan Operasional Pengedaran Uang.......................................... 18 Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata Uang .......................................................................................... 18 Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Uang ...... 19
Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi Uang dan Bahan Uang (SA-UBU) ......................... 19 Penyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) ....................... 19 Pengembangan Sistem Informasi Database Uang Palsu ....................................................................... 20 Pengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang Kartal ...................................................................... 20
Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan Uang ................................................................ 20 Melakukan Kajian dan Penelitian.............................................................................................................. 21
4444
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Kajian Sinkronisasi Database Nomor Seri Uang Rupiah ...................................................................... 21 Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas ................................................................................ 21 Kajian Strategi Implementasi Cash Centre............................................................................................ 21 Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah ............................................................................................ 22 Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil................................................................................................. 23 Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar (ULE) ........................................................................ 24
Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia......................................................................................... 24 BAB II BAB II BAB II BAB II PENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANG . 26
Survei Ketersediaan Uang Rupiah ............................................................................................................. 26 Survei Kepuasan Layanan Kas................................................................................................................... 26 Survei terhadap Pengenalan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ..................................................................... 27
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT .................................................................... 29 Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri ...................................................................................... 29 Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri .......................................................................................... 30
BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ---- 2007 2007 2007 2007 .... 33 Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun 2007 ............................................................................. 33 Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) .......................................................................................................................... 33 Pembentukan Titipan Kas Besar di KBI...................................................................................................... 33 Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Mengenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah....................... 33
Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Bank .......................................................................... 34 Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Indonesia ................................................................ 34 Kajian tentang efektifitas pelaksanaan Pilot Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang dengan PT.
Posindo ............................................................................................................................................... 34
BOKS BOKS BOKS BOKS ---- BOK BOK BOK BOKSSSS
1. Pemenuhan Uang Rupiah Layak Edar di Wilayah Perbatasan dan Terpencil ............................................ 25
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN----LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN ....................................................................................................................................... 35
5555
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
DAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABEL
Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo ............................................................................................... 10 Tabel 2 Aspek-aspek Penilaian Survei Layanan Kas di KPBI .................................................................................. 27 Tabel 3 Persentase Perkembangan Temuan Uang Palsu Tahun 2006 .................................................................... 44
6666
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
DAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIK Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar) ............................................................................................. 8 Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal) ........................................................................................... 8 Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI........................................................................................ 12 Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI .......................................................................................................................... 14 Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP ......................................................................................................... 16 Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI...................................................................................................... 16 Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP ...................................................................................................... 16 Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI................................................................................................... 16 Grafik 9 Indeks Hasi Survei : Ketersediaan Uang 2005-2006................................................................................. 26 Grafik 10 Indeks Hasil Survei : Kemampuan Mengenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah........................................ 28 Grafik 11 Perkembangan UYD Tahun 2005-2006 ................................................................................................. 37 Grafik 12 Perkembangan Rasio Uang Kartal terhadap Uang Giral ......................................................................... 37 Grafik 13 Pangsa Uang Kertas yang Diedarkan Berdasarkan Nominal................................................................... 38 Grafik 14 Pangsa Uang Logam yang Diedarkan Berdasarkan Nominal.................................................................. 38 Grafik 15 Pangsa pecahan UYD Berdasarkan Nominal ......................................................................................... 38 Grafik 16 Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar/Keping................................................................................ 38 Grafik 17 Perkembangan Outflow dan Inflow 2002 – 2006 .................................................................................. 39 Grafik 18 Perkembangan Outflow dan Inflow Bulanan.......................................................................................... 39 Grafik 19 Perkembangan Jumlah Outflow dan Inflow............................................................................................ 39 Grafik 20 Perkembangan Jumlah Outflow KP dan KBI........................................................................................... 40 Grafik 21 Perkembangan Jumlah Inflow KP dan KBI.............................................................................................. 40 Grafik 22 Pangsa Inflow Berdasarkan Wilayah Kerja ............................................................................................. 40 Grafik 23 Pangsa outfllow Berdasarkan Wilayah Kerja .......................................................................................... 40 Grafik 24 Pangsa Setoran Bank Berdasarkan Pecahan ........................................................................................... 41 Grafik 25 Pangsa Bayaran Bank Berdasarkan Pecahan .......................................................................................... 41 Grafik 26 Pangsa Penukaran Masuk Berdasarkan Pecahan .................................................................................... 41 Grafik 27 Pangsa Penukaran Keluar Berdasarkan Pecahan .................................................................................... 42 Grafik 28 Perkembangan Persediaan Kas BI .......................................................................................................... 42 Grafik 29 Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal............................................................................... 42 Grafik 30 Perkembangan Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping ............................................................ 43 Grafik 31 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasakan Wilayah............................................................................... 43 Grafik 32 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal ............................................................................. 43 Grafik 33 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Jumlah Lembar/Keping ....................................................... 44
7777
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
BAB IBAB IBAB IBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG
BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGGGG
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.3 tahun 2004, salah satu
tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Dalam
melaksanakan tugas tersebut di bidang pengedaran
uang, BI memiliki kewenangan untuk mengeluarkan,
mengedarkan, mencabut dan menarik, serta
memusnahkan uang rupiah.
Dalam rangka melaksanakan kewenangan tunggal di
bidang pembayaran tunai, BI telah menetapkan misi
yang merupakan arah dari setiap kebijakan
pengedaran uang, yaitu memenuhi kebutuhan uang
Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan
dalam kondisi yang layak edar. Misi tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
1. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan agar
dapat mempermudah kelancaran transaksi
pembayaran tunai, dapat diterima, dan dipercaya oleh masyarakat. Berkaitan dengan
hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa
karakteristik yaitu mudah digunakan dan
nyaman (user friendly), tahan lama (durable),
mudah dikenali (easily recognized) dan sulit
dipalsukan (secure against counterfeiting).
2. BI mengupayakan tersedianya jumlah uang
rupiah di masyarakat secara cukup, dengan
memperhatikan kesesuaian jenis pecahannya.
Untuk itu diperlukan perencanaan yang
komprehensif terutama dalam melakukan
perencanaan pengadaan uang dan distribusinya.
3. Mengupayakan tersedianya kelembagaan
pendukung untuk mewujudkan terciptanya
kelancaran arus uang kartal yang layak edar,
baik secara regional maupun nasional.
Guna mencapai misi di bidang pengedaran uang
tersebut, pada tahun 2006 BI telah merumuskan dan
melaksanakan berbagai kebijakan yang terfokus paa:
1. Pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai
wilayah di Indonesia.
2. Optimalisasi layanan kas dan pengelolaan uang
rupiah BI.
3. Penanggulangan peredaran uang palsu.
4. Pengembangan operasional pengedaran uang.
1.11.11.11.1 Pelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang Rupiah
Beberapa pelaksanaan kebijakan BI untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai
wilayah di Indonesia dalam jumlah yang cukup dan
layak edar, antara lain:
1. Menyusun rencana pengadaan uang dan bahan
uang serta melaksanakan pengadaan uang dan
bahan uang.
2. Melaksanakan distribusi uang yang efektif untuk
menjamin tersedianya uang yang cukup, lancar,
dan tepat waktu di seluruh wilayah Kantor Bank
Indonesia (KBI).
3. Memenuhi kebutuhan uang rupiah melalui
perbankan dan kerjasama dengan pihak ketiga.
4. Melaksanakan clean money policy melalui
pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE).
5. Melakukan penarikan dan pencabutan uang
rupiah.
Berlandaskan berbagai kebijakan yang ditempuh
tersebut, BI mampu memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat yang cenderung meningkat
selama tahun 2006, dengan tetap mampu
memelihara kecukupan persediaan kas pada tingkat
yang aman.
8888
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di
masyarakat selama tahun 2006, BI merencanakan
pengadaan uang kertas sebesar 5,6 miliar lembar
atau naik 5,7% dari pengadaan tahun sebelumnya
yang mencapai sebesar 5,3 miliar lembar.
Sedangkan secara nominal, nilainya meningkat
sebesar 16,7%. Adapun uang logam (UL) tidak
dilakukan pengadaan karena persediaan UL yang
ada di BI dinilai masih mencukupi untuk kebutuhan
UL masyarakat. Realisasi pengadaan uang kertas
tahun 2006 yang merupakan uang hasil cetak
sempurna (HCS) tercapai sebesar 99,6% dari rencana pengadaan.
Berdasarkan komposisinya, pengadaan uang rupiah
selama tahun 2006 didominasi oleh pecahan
Rp1.000 dan Rp50.000 yang mencapai masing-
masing sebesar 38,1% dan 20,9% dari total lembar
pengadaan uang kertas rupiah. Sedangkan secara
nominal, pangsa pecahan terbesar adalah pecahan
Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar
47,3% dan 34,2% dari total nominal pengadaan
uang kertas selama tahun 2006. Komposisi
pengadaan uang pecahan tersebut didasarkan pada
proyeksi rencana distribusi uang dengan
memperhitungkan faktor-faktor seperti struktur
perekonomian daerah dan nasional, volume
transaksi masing-masing pecahan antara perbankan
dengan BI serta mempertimbangkan tingkat
kelusuhan uang dan persediaan kas BI.
Selain melakukan pengadaan uang, pada tahun 2006
Bank Indonesia juga melaksanakan pengadaan
bahan uang kertas dengan memperhitungkan
persediaan bahan uang minimum yang aman.
Sedangkan untuk bahan uang logam, pada tahun
2006 Bank Indonesia tidak melakukan pengadaan,
karena persediaan bahan uang yang ada masih mencukupi. Dalam rangka pengadaan bahan uang
tersebut, BI sudah memperhatikan penerapan unsur
pengaman uang yang handal untuk mengantisipasi
upaya pemalsuan uang.
7 . 5 %
7 . 0 %
2 0 .9 %
18 .0 %
9 .0 %
10 .1%
12 .6 %
9 .4 %
11.8 %
15.2 %
3 8 .1%
4 0 .3 %
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000
Rp5.000 Rp1.000
Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar)
3 4 . 2 %
3 4 . 9 %
4 7.5%
4 4 .7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000
Rp5.000 Rp1.000
Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal)
DistribusDistribusDistribusDistribusi Uang i Uang i Uang i Uang Dalam rangka melaksanakan kegiatan distribusi uang
ke berbagai wilayah di Indonesia, selama tahun
2006 BI menempuh strategi pengiriman uang ke
satuan kerja kas/KBI sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan serta menerima pengiriman uang
dari KBI yang mengalami net inflow dan atau kelebihan posisi kas serta menyalurkan kepada
satuan kerja/KBI yang membutuhkan (retur). Untuk
melaksanakan strategi distribusi uang tersebut, BI
menyusun rencana distribusi uang yang akan
dilaksanakan selama satu tahun berjalan. Rencana
pengiriman uang selama tahun 2006 sebesar
Rp125,1 triliun dan rencana retur sebesar Rp15,4
triliun. Adapun realisasi yang dicapai untuk
pengiriman uang adalah Rp129,9 triliun atau
9999
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
mencapai 103,8% dari rencana, dan realisasi retur
uang sebesar Rp13,8 triliun atau tercapai sebesar
89,4% dari rencana.
Jumlah distribusi uang rupiah di seluruh wilayah di
Indonesia yang dicerminkan melalui selisih dari
pengiriman dan retur uang selama tahun 2006
mencapai sebesar Rp116,1 triliun atau tercapai
105,9% dari rencana sebesar Rp109,7 triliun.
Pencapaian realisasi tersebut lebih dari 100%,
sejalan dengan meningkatnya rata-rata laju
pertumbuhan uang kartal yang diedarkan (UYD)
selama tahun 2006 sebesar 14,6% atau lebih tinggi
dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 13,2%. Berdasarkan pecahannya,
sebagian besar besar realisasi distribusi uang adalah
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 yang mencapai
masing-masing 45,2% dan 36,2%.
Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di tahun
2007, BI mulai melakukan berbagai persiapan
penyusunan rencana distribusi uang sejak triwulan
II-2006. Berbagai langkah yang dilakukan masih
sejalan dengan tahapan tahun sebelumnya, yaitu
melakukan perhitungan proyeksi dengan
menggunakan metode Error Corection Model (ECM),
serta pembahasan dengan seluruh satuan kerja kas.
Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan MasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat Pemenuhan uang rupiah untuk perbankan dan
masyarakat dilakukan secara langsung, maupun
melalui kerjasama baik dengan perbankan dan pihak
ketiga. Pemenuhan uang rupiah kepada perbankan
meliputi pelaksanaan penarikan uang layak edar dan
penyetoran dari bank terutama uang yang tidak layak
edar. Selain itu, BI juga melaksanakan kegiatan kas
titipan di 11 KBI untuk memenuhi kebutuhan uang
kartal perbankan di wilayah tertentu. Adapun
pemenuhan uang kartal kepada masyarakat meliputi penukaran melalui loket di seluruh satuan kerja kas
BI dan kas keliling, serta melalui pihak ketiga yang
bekerjasama dengan perusahaan penukaran uang
pecahan kecil (PPUPK) dan PT. Pos Indonesia (PT.
Posindo).
Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan
Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah, perbankan
melaksanakan penarikan uang kartal secara langsung
dari BI di seluruh wilayah. Volume penarikan uang
oleh perbankan mendominasi aliran uang keluar dari
BI (outflow), yaitu mencapai sekitar 96,7% dari total
outflow. Sebagian besar penarikan uang perbankan
dilakukan oleh kelompok bank pemerintah yang
mencapai sebesar 41,5% dari total penarikan uang
oleh perbankan, selanjutnya adalah kelompok Bank Pembangunan Daerah dan Bank Umum Swasta
Nasional yang mencapai sebesar 32,2% dan 23,8%.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah
khususnya bagi perbankan di wilayah-wilayah
tertentu yang sulit dijangkau oleh BI, dilaksanakan
layanan kas titipan di perbankan. Jumlah kas titipan
BI di perbankan pada tahun 2006 terdapat di 12 KBI
yang meliputi KBI Jambi, Banjarmasin, Palu, Sibolga,
Surabaya, Medan, Manado, Jayapura, Palangkaraya,
Palembang, Kupang, dan Makassar. Volume
pengaliran uang melalui kas titipan di perbankan
sebesar 1,5% dari total outflow. Frekuensi
pengiriman uang dari BI untuk dititipkan di bank
tersebut setiap bulan bervariasi, dengan rata-rata 2
sampai 3 kali. Dari 12 KBI yang memiliki kas titipan,
volume kas titipan terbesar tercatat di wilayah KBI
Medan dan KBI Palembang masing-masing
mencapai 46,7% dan 24,8% dari total volume
layanan kas titipan.
Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah bagi
masyarakat, BI melaksanakan layanan penukaran
uang secara langsung melalui loket di seluruh kantor
BI dan melalui kas keliling. Selain melakukan penukaran kepada masyarakat secara langsung, BI
juga melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu
10101010
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
dengan perusahaan penukaran pecahan uang kecil
(PPUPK) yang melayani penukaran uang pecahan
kecil dan dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) untuk
melayani kebutuhan uang layak edar di wilayah
perbatasan dan terpencil. Layanan penukaran uang
kepada masyarakat meliputi penukaran uang yang
masih layak edar (ULE) dengan uang yang masih
layak edar dalam pecahan yang sama atau pecahan
lainnya, atau penukaran UTLE dengan uang layak
edar dalam pecahan yang sama atau pecahan lainny.
Volume layanan penukaran tersebut selama tahun
2006 mencapai sekitar 1,8% dari total outflow.
Layanan penukaran uang layak edar melalui PT. Posindo dimaksudkan untuk meningkatkan dan
memperluas wilayah layanan BI untuk memenuhi
kebutuhan uang rupiah ke masyarakat, khususnya di
daerah perbatasan dan terpencil. Pada pelaksanaan
kerjasama tersebut, PT. Posindo berperan dalam
penukaran uang ke masyarakat dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan
atau dimiliki. Adapun BI berperan memberikan
pelatihan dan konsultasi kepada PT.Posindo
khususnya terkait dengan teknik atau cara mengenali
ciri-ciri keaslian uang rupiah dan penetapan
besarnya penggantian atas uang rusak. Melalui
kerjasama tersebut diharapkan masyarakat yang
berada di wilayah terpencil dan perbatasan yang
seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh
uang yang layak edar untuk keperluan transaksi akan
berkurang secara bertahap, karena masyarakat dapat
secara langsung menukarkan uang tidak layak edar
kepada PT. Posindo terdekat.
Pemilihan PT. Posindo dalam kegiatan penukaran
uang tersebut, karena merupakan salah satu institusi
yang layak dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan fungsi pengedaran uang karena
didukung oleh jaringan kantor yang tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia, memiliki sumber
daya manusia dan armada yang memadai, memiliki
khazanah yang memadai, serta biaya investasi yang
dibutuhkan relatif tidak terlalu besar. Pada tahun
2006 telah direalisasikan kerjasama BI dengan
PT.Posindo yang meliputi 9 wilayah propinsi.
Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo PT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDO
No.No.No.No. WilayahWilayahWilayahWilayah KPRKKPRKKPRKKPRK KPCKPCKPCKPC
Singkawang
Singkawang, Bengkayang, Tujuhbelas, Sungaiduri, Samalantan, Ledo, Sanggauledo, Seluas, Sambas, Selakau, Pemangkat, Jawai, Tebas, Sekura, dan Paloh. 1. Pontianak
Sanggau
Sanggau, Balai Karangan, Balai Sebut, Batang Tarang, Kedukul, Kembayan, Melinau, Pusat Damai, Sekadau, Sosok, Tayan, Sedayak, Beduai, dan Bonti
2. Kupang Atambua Atapupu, Besikama, Betun, Boas, dan Weluli.
3. Samarinda Tarakan
Tanjung Selor, Long Bawang, Nunukan, Sungai Nyamuk, Malinau, Sebuku, dan Mansalong
Tenggarong
Kotabangun, Barong Tongkok, Melak, dan Long Iram.
4. Palu Palu
Tentena, Beteleme, Kolonedale, Bungku, dan Tomata.
5. Ambon Ambon Leksula, Bula, Pasahari,Geser, Wahai, dan Mako.
Tual
Dobo, Elat, Larat, Saumlaki, Tepa, Serwaru, dan Wonreli.
6. Papua Jayapura
Arso, Waris, Wamena, Abepura, Sentani, Sarni, Genyem.
Merauke
Tanah Merah, Agats, Kurik, Kimaam, Mindiptama, Bade, Kepi, dan Asiki.
11111111
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
PT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDO No.No.No.No. WilayahWilayahWilayahWilayah
KPRKKPRKKPRKKPRK KPCKPCKPCKPC
7. Kendari Kendari
Lambuya, Rate-Rate, Mowewe, Anaiwoi, Kesipute, Tinanggea, Palangga, Punggaluku
Palangkaraya
Tamiang layang, Ampah, Bunto, Muarateweh, Puruk Cahu 8. Palangkaraya
Sampit Samuda, Kuala Pumbuang, Pembuang Hulu
9. Ternate Ternate Payahe, Weda, Sidangoli, Jailolo, Kao, Tobelo
KPRK : Kantor Pos Pemeriksa KPC : Kantor Pos Cabang
Selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan uang
khususnya pecahan kecil (Rp10.000 ke bawah) bagi
masyarakat, BI tetap melaksanakan program
kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Perusahaan
Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang
dilakukan sejak tahun 2001. Strategi kerjasama
tersebut selama tahun 2006 meliputi:
1. Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan layanan penukaran Uang Pecahan
Kecil (UPK) kepada masyarakat, antara lain
dengan menyusun Pedoman Pengawasan
PPUPK dalam melaksanakan fungsi tersebut.
Pedoman tersebut telah disosialisasikan kepada
12 (dua belas) KBI penyelenggara PPUPK.
2. Peningkatan peran layanan PPUPK pada periode
peningkatan kebutuhan uang rupiah yaitu
menjelang liburan hari raya keagamaan. Pada
periode tersebut, BI menerapkan peningkatan
modal penukaran bagi setiap PPUPK sekitar 50%
atau 100%, dengan frekwensi penukaran
sebanyak 2 kali seminggu. Konsentrasi layanan PPUPK terutama di stasiun kereta api, terminal
bus, pasar, dan pelabuhan.
Sebagaimana tahun sebelumnya, BI melaksanakan
survei terhadap kegiatan layanan penukaran uang
pecahan kecil. Berdasarkan survei tersebut, indeks
kepuasan masyarakat atas ketersediaan uang
pecahan kecil pada tahun 2006 mencapai 4,74
(skala 1-6), atau lebih rendah dari tahun lalu yang
mencapai 4,99. Meskipun mengalami penurunan
nilai indeks, namun kegiatan layanan penukaran
uang pecahan kecil tersebut masih dinilai cukup
membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
uang pecahan kecil.
Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Dalam melaksanakan strategi clean money policy, BI
melaksanakan kegiatan pemusnahan uang terhadap
uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dan mengganti dengan uang baru. Proses pemusnahan
tersebut dilakukan melalui suatu prosedur dan
pengawasan pelaksanaan pemusnahan uang yang
ketat serta menetapkan tingkat kelusuhan uang yang
dapat dimusnahkan.
Pemusnahan uang kertas oleh Bank Indonesia
menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan
mesin racik uang kertas (MRUK), sedangkan
pemusnahan uang logam dilakukan melalui
peleburan yang berada di bawah pengawasan penuh
BI. Pada saat ini jumlah mesin sortasi yang dapat
digunakan sekaligus untuk meracik uang memiliki
kapasitas 4.073.000 lembar uang kertas per jam atau
terdapat kenaikan kapasitas sebesar 7,1% dari tahun
sebelumnya yang mencapai 3.803.000 lembar uang
kertas. Adapun mesin racik yang dimiliki BI
berkapasitas memusnahkan 6.314.462 lembar uang
kertas per jam.
Pelaksanaan pemusnahan uang di BI dilakukan oleh
suatu tim yang terdiri dari pengawas serta pelaksana
pemusnahan dalam suatu ruangan yang khusus dan
steril dari kegiatan kas lainnya. Sebelum dilakukan
pemusnahan oleh MRUK, dilakukan uji petik
terhadap uang yang akan dimusnahkan yang diakhiri dengan pemeriksaan hasil racikan uang. Uji petik
tersebut perlu dilakukan, meskipun sebelumnya
12121212
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
telah melalui proses sortasi dan perhitungan yang
dilakukan minimal sebanyak 2 kali baik melalui
mesin hitung manual maupun dengan menggunakan
mesin khusus sortasi. Adapun penggunaan MSUK,
dilakukan secara langsung yang digunakan untuk
keperluan sortasi dan meracik uang kertas. Seluruh
hasil pelaksanaan pemusnahan uang tersebut
dituangkan dalam suatu Berita Acara Pemusnahan
dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Racikan. Selain
melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat
pada pelaksanaan pemusnahan uang, BI juga
menetapkan strategi kelayakan uang rupiah yang
tidak layak edar (UTLE). Penetapan UTLE tersebut melalui setting mesin sortasi berupa penentuan soil
level (tingkat kelusuhan) dan secara manual melalui
standarisasi visual uang layak edar.
Jumlah uang yang dimusnahkan selama tahun 2006
sebanyak 4,8 miliar lembar uang kertas, dan 243,5
juta uang logam. Adapun rasio pemusnahan uang
rupiah terhadap aliran uang yang masuk ke BI
(inflow) secara triwulanan cenderung meningkat.
Kisaran rasio pemusnahan tersebut antara 16,9%
sampai dengan 37,0%. Rasio pemusnahan uang di
KP meningkat secara signifikan pada triwulan-2 dan
triwulan-3 yang mencapai masing-masing sebesar
57,9% dan 94,5%. Peningkatan rasio pemusnahan
uang rupiah terhadap inflow tersebut terutama
berkaitan dengan penerapan kebijakan kepada
perbankan untuk menyetorkan uang ke BI dalam
kondisi yang tidak layak edar pada bulan Mei 2006
atau pada pertengahan triwulan-2. Namun demikian,
pada triwulan-4 terjadi penurunan rasio pemusnahan
di KP terutama disebabkan kebijakan diskresi berupa
kelonggaran penyetoran uang layak edar selama 5
hari kerja di bulan November 2006 untuk
mengakomodasi kelebihan uang di perbankan paska
hari raya lebaran. Penerapan kebijakan penyetoran UTLE di KBI pada bulan Desember 2006, berdampak
pula terhadap peningkatan rasio pemusnahan uang
terhadap inflow secara signifikan.
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Tw-12005
Tw-22005
Tw-32005
Tw-42005
Tw-12006
Tw-22006
Tw-32006
Tw-42006
KP KKBI Nasional
Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI
Budaya dan perilaku masyarakat terhadap cara
memperlakukan uang di Indonesia selama ini cukup
mempengaruhi kondisi uang rupiah yang beredar di
masyarakat. Untuk itu, pada tahun 2006 secara
intensif menyampaikan sosialisasi melalui berbagai
penyuluhan dan iklan layanan masyarakat mengenai
”Cara Mempelakukan Uang dengan Baik dan
Benar”. Tujuan dari penyampaian materi Cara
Memperlakukan Uang tersebut adalah menghimbau
dan mengajak masyarakat agar dapat berperanserta
dalam memperlakukan uang dengan baik dan benar
sehingga fisik uang tidak cepat lusuh dan rusak.
Dengan kondisi fisik uang yang masih baik maka
masyarakat akan lebih mudah mengenali ciri-ciri
keasliannya.
Penarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang Rupiah Guna memenuhi kebutuhan uang yang layak edar di
masyarakat, BI secara berkala melakukan penarikan
dan pencabutan uang yang dinilai telah memiliki
masa edar yang cukup lama. Penarikan dan
pencabutan uang Rupiah juga merupakan salah satu
upaya untuk memutus mata rantai pemalsuan uang
terhadap pecahan tertentu yang dinilai cukup
banyak beredar. Pada tahun 2006, BI melakukan penarikan terhadap 4 pecahan uang kertas yang
terdiri dari pecahan Rp100, Rp500, Rp1.000, dan
Rp5.000 masing-masing tahun emisi 1992, serta
uang logam pecahan Rp5 tahun emisi 1979, Rp50
dan Rp100 masing-masing tahun emisi 1991.
13131313
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
1.21.21.21.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang Rupiah
Setiap satuan kerja kas di KP dan KBI melakukan
layanan kas kepada perbankan, dan pihak lain
seperti pemerintah dan masyarakat. BI senantiasa
melaksanakan layanan kas dengan cepat, akurat,
serta aman sesuai dengan fasilitas yang tersedia di
KP dan masing-masing KBI. Upaya yang dilakukan
dalam mengotimalkan layanan kas khususnya di KP
adalah dengan mempercepat waktu layanan
berdasarkan target maksimum tertentu, serta
mencapai sertifikasi ISO di bidang layanan kas.
Melalui strategi tersebut diharapkan dapat
memperlancar aliran uang rupiah dari dan ke BI baik
kepada/dari perbankan maupun pihak lain sehingga
kebutuhan uang rupiah bagi masyarakat dapat
terpenuhi dengan cepat.
Selain itu, dalam rangka mengoptimalkan
pengelolaan uang kartal di BI yang mengarah pada
layanan kas dari perbankan dari retail menjadi
wholesale, BI menerapkan kebijakan uji coba
setoran bayaran kepada perbankan berupa
keharusan penyetoran UTLE ke BI. Melalui kebijkan
tersebut diharapkan dapat memacu perbankan untuk
mengoptimalkan pengelolaan uang kartalnya serta
memperlancar penyediaan kebutuhan uang bagi masyarakat.
Penilaian terhadap upaya optimalisasi layanan kas BI
pada tahun 2006 menunjukkan kondisi yang
memuaskan. Hal tersebut tercermin dari hasil survei
layanan kas yang mencapai angka 5,10 (skala 1-6) di
semester I yang meningkat menjadi 5,13 (skala 1-6)
di semester II atau sedikit lebih tinggi dari angka
indeks tahun sebelumnya yang mencapai angka
5,12.
Peningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan Kas BI menetapkan target waktu layanan kas rata-rata
sebagai salah satu indikator kinerja layanan kas BI
kepada stakeholders, yaitu 27 menit untuk layanan
kas kepada perbankan, baik untuk layanan
penarikan maupun pembayaran uang rupiah.
Realisasi rata-rata waktu layanan kas KPBI kepada
perbankan selama tahun 2006 masih lebih cepat dari
target selama 27 menit tersebut.
Rata-rata waktu layanan pembayaran uang rupiah ke
perbankan selama tahun 2006 adalah sebesar 19
menit 55 detik, sedangkan rata-rata waktu layanan
penyetoran uang rupiah dari perbankan ke BI selama
tahun 2006 sebesar 16 menit 22 detik. Pencapaian
rata-rata layanan pembayaran dan penyetoran uang
tersebut lebih baik dari rata-rata waktu layanan yang dicapai tahun sebelumnya, masing-masing 22 menit
dan 26 menit 30 detik.
Secara triwulanan, target rata-rata waktu layanan kas
berupa pembayaran kepada perbankan masing-
masing dengan rata-rata waktu layanan pada
triwulan I mencapai 21 menit 48 detik, triwulan II
mencapai 16 menit 55 detik, triwulan III mencapai
18 menit 45 detik dan triwulan IV mencapai 22
menit. Adapun rata-rata waktu layanan penyetoran
uang rupiah dari perbankan selama triwulan I
sampai triwulan IV 2006, masing-masing sebesar 18
menit, 16 menit 04 detik, 14 menit 22 detik, dan 15
menit 35 detik.
Rata-rata waktu layanan pembayaran kas pada
triwulan III dan IV mengalami kenaikan
dibandingkan dengan triwulan II, disebabkan
peningkatan volume penarikan oleh perbankan
terkait dengan periode masa liburan anak sekolah
dan liburan hari raya keagamaan yang terjadi di
triwulan III dan IV. Meskipun demikian, waktu
layanan kas tersebut masih di bawah target yang
ditetapkan selama 27 menit. Adapun waktu layanan
penyetoran uang rupiah di KPBI yang relatif
meningkat di triwulan IV-2006 juga disebabkan peningkatan volume uang masuk dari perbankan
paska berlangsungnya hari raya lebaran.
14141414
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
0:00:00
0:05:46
0:11:31
0:17:17
0:23:02
0:28:48
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
Bayaran Setoran Target
Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI
Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000ISO 9001:2000ISO 9001:2000ISO 9001:2000 BI telah mencanangkan strategi layanan kas prima
sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pengguna
sejak tahun 2004. Untuk mewujudkannya, BI
berupaya untuk menerapkan Sistem Manajemen
Mutu yang sesuai dengan satuan kerja kas
berdasarkan prinsip-prinsip dasar (persyaratan)
standar ISO 9001:2000 serta perlunya peningkatan
(improvement) terhadap layanan kas dan sistem
manajemen mutu satuan kerja kas.
Rangkaian kegiatan untuk mencapai layanan kas
sesuai dengan standar internasional tersebut diawali
dengan penyusunan kajian mengenai penerapan
standar ISO 9001:2000 yang telah dilaksanakan
pada tahun 2005 serta pendampingan oleh
konsultan yang kompeten. Berdasarkan kajian dan
rekomendasi yang dilaksanakan di tahun 2005,
menyatakan bahwa BI telah siap melaksanakan implementasi Sistem Manajemen Mutu sebagai
langkah lanjutan untuk memperoleh sertifikat ISO
9001:2000. Proses selanjutnya adalah melaksanakan
Audit Mutu Internal (AMI) terhadap pelaksanaan
layanan kas kepada perbankan, yang akan menjadi
dasar penunjukkan Badan Sertifikasi, yaitu PT. Lloyd
Register Indonesia. Finalisasi audit yang dilakukan
oleh Badan Sertifikasi pada bulan Juni 2006
mendapatkan hasil yang positif atau tidak ada
temuan yang bersifat major.
Berdasarkan berbagai langkah dan strategi
peningkatan layanan kas BI tersebut, pada tanggal 23
Agustus 2006 BI secara resmi memperoleh sertifikat
ISO 9001:2000 dari United Kingdom Accreditation
Service (UKAS) yang berkedudukan di London-
Inggris. Dengan tercapainya sertifikasi ISO
9001:2000 bagi layanan kas di KPBI tersebut, bukan
berarti strategi optimalisasi layanan kas BI telah
selesai. Langkah selanjutnya yang dinilai lebih berat
adalah menjaga dan mengupayakan pelaksanaan
layanan kas yang sesuai dengan standar mutu yang
telah ditetapkan.
Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan Perbankan Perbankan Perbankan Salah satu kebijakan BI kedepan adalah melayani
kebutuhan uang dalam jumlah besar (wholesale),
serta mendorong perbankan untuk mengembangkan
manajemen kas yang lebih efektif. Untuk tujuan
tersebut, sebagai langkah awal BI telah menerapkan
uji coba setoran dan bayaran kepada perbankan
sejak 2005 berupa penyetoran bank-bank ke BI
hanya diperkenankan uang dalam kondisi tidak
layak edar (UTLE) dan penarikan layak edar (ULE)
dari BI hanya dapat dilakukan setelah jumlah dan
pecahan tertentu ULE di perbankan sudah tidak
tersedia. Dengan diberlakukannya uji coa tersebut,
akan memberikan manfaat terhadap efisiensi
pengelolaan uang di BI sehingga diharapkan
pelayanan bagi perbankan menjadi lebih cepat
sehingga selanjutnya dapat memperlancar layanan
kas dari perbankan ke masyarakat. Selain itu,
penerapan uji coba tersebut juga akan memacu
perbankan untuk mengelola manajemen uang
kartalnya secara lebih baik.
Penerapan uji coba setoran dan bayaran perbankan
dibagi dalam 4 tahap, yaitu tahap I untuk penyetoran
UTLE pecahan Rp10.000 ke bawah yang diberlakukan pada triwulan IV-2005 kepada bank-
bank wilayah kerja Kantor Pusat BI. Penerapan uji
coba tahap II diberlakukan untuk penyetoran UTLE
15151515
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
pecahan Rp10.000 ke bawah di wilayah KBI yang
dilaksanakan sejak triwulan II-2006. Adapun uji
coba tahap III dan IV diberlakukan berupa
penyetoran UTLE dari bank ke BI untuk seluruh
pecahan, masing-masing diberlakukan di KP pada
triwulan II-2006 dan di seluruh wilayah KBI pada
triwulan IV-2006. Untuk mendukung dan
optimalisasi pelaksanaan uji coba setoran dan
bayaran tersebut, berbagai kegiatan yang telah
dilakukan BI sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi kepada perbankan di
berbagai wilayah di Indonesia mengenai
pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran 2. Menyusun pedoman uji coba setoran dan
bayaran yang dijadikan dasar dalam
pelaksanaan kegiatan uji coba tersebut, antara
lain yang mencakup asumsi-asumsi efektivitas
dan efisiensi dari layanan kas BI dengan
mengutamakan keamanan dan kenyamanan
perbankan. Adapun ruang lingkup pedoman
tersebut antara lain meliputi prinsip umum,
pelaksanaan uji coba, monitoring pelaksanaan
uji coba, dan sanksi.
3. Membentuk fokus grup yang beranggotakan
perbankan dan BI sebagai fasilitator guna
mengkomunikasikan materi pedoman dan
kendala pelaksanaan uji coba dimaksud. Hasil
dan peran yang diharapkan dari pembentukan
fokus grup tersebut antara lain:
a. Memperoleh masukan dari bank-bank agar
penerapan pengaturan kegiatan penyetoran
dan pengambilan uang di BI dapat berjalan
efektif.
b. Menjadi partner BI dalam melakukan
sosialisasi, sehingga bank-bank dapat
memperoleh pemahaman yang baik dan
seragam terhadap penerapan kebijakan tersebut.
4. Memfasilitasi untuk dilakukannya transaksi uang
kartal antar bank melalui penyusunan Bye Laws
Transaksi Uang Kartal Antar Bank, perubahan
mekanisme pengambilan uang di BI, penyediaan
media komunikasi dan informasi dalam bentuk
mailing list, serta pembentukan help desk uji
coba setoran dan bayaran bank.
5. Melaksanakan kegiatan evening & morning call
guna memantau hambatan dan kendala yang
ditemui pada pelaksanaan uji coba setoran dan
bayaran secara periodik.
6. Meningkatkan aspek pengawasan seperti
melakukan pemeriksaan berkala, serta
pengawasan dan pembinaan kepada bank secara
individual.
7. Pembukaan Transaction Reference Number (TRN) pada aplikasi BI-RTGS sebagai salah satu
sarana pengawasan dan monitoring transaksi
uang kartal antar bank.
8. Menetapkan standarisasi UTLE secara visual
seluruh pecahan dari Rp1.000 sampai dengan
Rp100.000 untuk masing-masing tingkat
kelusuhan.
Selama pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran
perbankan tersebut, tercatat satu kali BI menempuh
kebijakan diskresi untuk memperkenankan bank-
bank melakukan penyetoran ULE. Kebijakan diskresi
tersebut diberlakukan selama 5 (lima) hari kerja,
dengan pertimbangan terjadi kelebihan uang rupiah
di perbankan paska liburan hari raya keagamaan
(lebaran).
Berdasarkan pemantauan terhadap pelaksanaan uji
coba sertoran bayaran tersebut, jumlah aliran uang
yang masuk ke BI menunjukkan penurunan yang
cukup signifikan. Jumlah inflow uang kartal ke BI di
wilayah KP sejak diberlakukannya uji coba setoran
dan bayaran bank pada bulan Mei menunjukkan
penurunan. Apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, periode Mei sampai dengan Desember
2006 juga menunjukkan jumlah yang lebih rendah dari periode yang sama tahun 2005. Inflow di
wilayah KKBI juga menunjukkan penurunan yang
signifikan sejak diberlakukan uji coba setoran dan
16161616
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
bayaran untuk seluruh pecahan pada bulan
Desember 2006.
Sebagaimana inflow, jumlah outflow selama periode
setelah diberlakukannya uji coba setoran dan
bayaran bank untuk seluruh pecahan di KP dan
wilayah KKBI juga menunjukkan penurunan di
bandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi BI, kondisi tersebut berdampak terhadap
efisiensi pengelolaan uang rupiah, sedangkan bagi
perbankan menunjukkan adanya upaya optimalisasi
manajemen kas dan pengelolaan uang kartal.
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
J AN FEB M AR A P R M EI J U NI J ULI AGT S EP T OK T NOV D ES
Triliun Rp
2005 2006
Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
J AN FE B M AR AP R M E I JUNI JULI AGT SE P T OKT NOV DE S
Triliun Rp
2005 2006
Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI
-
4.0
8.0
12.0
16.0
J A N FEB M A R AP R M EI J U N I J U LI AGT S EP T OKT N OV D ES
Triliun Rp
2005 2006
Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP
-
10.0
20.0
30.0
40.0
JAN FE B M AR AP R M E I JUNI JULI AGT SE P T OKT NOV DE S
Triliun Rp2005 2006
Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI
1.31.31.31.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Penanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang Palsu
Rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang
diedarkan pada tahun 2006 menunjukkan
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya,
namun masih berada pada nilai yang cukup rendah.
Rata-rata rasio uang palsu terhadap UYD per bulan
pada tahun 2005 sebesar 0,0000009 atau terdapat 9 lembar temuan uang palsu pada setiap 10 juta
lembar uang kertas yang diedarkan, sedangkan pada
2006 rata-rata rasio temuan uang palsu terhadap
UYD per bulan menjadi 0,0000014 atau terdapat 14
lembar pada setiap 10 juta lembar uang kertas yang
diedarkan.
BI menempuh strategi penanggulangan meluasnya
pemalsuan uang Rupiah melalui upaya preventif dan
represif. Upaya preventif yang dilakukan selama
tahun 2006 meliputi peningkatan pengenalan dan
17171717
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian
uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi dan
publikasi, serta merintis pembentukan unit khusus
penanggulangan uang palsu. Adapun secara represif
dilakukan melalui kerjasama dengan pihak penegak
hukum khususnya dalam menangani kasus kejahatan
pemalsuan uang.
MempersiapMempersiapMempersiapMempersiapkan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang Palsu Dalam rangka memenuhi konvensi Perserikatan
Bangsa Bangsa dan guna mengantisipasi amanat
Rancangan Undang-undang (RUU) Mata Uang serta
memenuhi standar internasional di bidang penanggulangan uang palsu, BI telah merintis
pembentukan unit khusus penanggulangan uang
palsu (Bank Indonesia Counterfeit Analisys Center/BI
CAC) sejak tahun 2005. Pembentukan BI CAC
tersebut memiliki fungsi antara lain sebagai pusat
database uang palsu, mengadministrasikan dan
menyimpan contoh uang palsu, serta sebagai pusat
kajian dan studi tentang uang palsu.
Pada tahun 2006 BI telah mengimplementasikan
sistem informasi database uang palsu, antara lain
mencakup informasi mengenai data kasus dan lokasi
temuan uang palsu, jenis pemalsuan uang, serta
sindikat/pelaku pemalsu uang. Untuk lebih
mendukung pencapaian pembentukan BI CAC tidak
hanya didukung oleh database dan informasi saja,
namun diperlukan berbagai faktor lain yang
mencakup sumber daya manusia, prosedur serta
sistem analisis uang palsu.
Dalam rangka pengembangan BI CAC, pada tahun
2006 BI menjalin kerjasama dengan bank sentral
Jerman (The Deutsche Bundesbank). Sebagaimana
negara lainnya yang tergabung dalam Europe Union,
Bundesbank memiliki pusat analisis uang palsu yang
dikenal dengan nama The National Analysis Centre Deutsche Bundesbank (NAC-DB). Pemilihan
Bundesbank dalam rangka kerjasama untuk
pembentukan BI CAC karena Bundesbank dinilai
memiliki sumber daya manusia yang mampu dan
berpengalaman dalam menangani penanggulangan
uang palsu, serta memiliki sistem dan prosedur
penanganan yang komprehensif, sistem informasi
dan pelaporan, serta dukungan peralatan yang
canggih dalam pendeteksian uang palsu.
Cakupan kerjasama BI dengan Bundesbank meliputi
pemberian bantuan teknis dari aspek teknologi
informasi, hukum, dan analisis uang. Sebagai
langkah awal kerjasama BI dengan Bundesbank,
telah dilakukan workshop mengenai ’how to
eliminate counterfeit currency’, dengan peserta dari BI, Bareskrim POLRI, Pusat Laboratorium dan
Forensik POLRI, Botasupal, dan Perusahaan Umum
Pencetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).
Berdasarkan hasil workshop tersebut dapat diperoleh
informasi mengenai :
1. Organisasi dan penyebaran pusat analisis uang
palsu di negara-negara Eropa.
2. Aspek hukum yang mendasari kasus-kasus
temuan uang palsu
3. Prosedur penatausahaan uang palsu
4. Sistem informasi database uang palsu
5. Peralatan untuk meneliti uang palsu
6. Peran dan tugas Bundesbank dalam kerjasama
dengan pihak terkait seperti European Central
Bank (ECB), Europol, European Commision, dan
National Police dalam menangani
penanggulangan uang palsu.
Sosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi Ciri----ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang RupiahRupiahRupiahRupiah Kegiatan sosialisasi dan publikasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah bertujuan agar masyarakat dapat dengan
mudah mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah
sehingga apabila menemukan uang yang diragukan
keasliannya dapat segera melaporkan kepada Bank
18181818
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Indonesia atau kantor Kepolisian terdekat. Materi
yang disampaikan pada sosialisasi yang dilakukan
pada tahun 2006, meliputi pengenalan terhadap ciri-
ciri keaslian yang bersifat kasat mata maupun kasat
raba. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai ciri-
ciri keaslian uang rupiah secara garis besar ditempuh
melalui dua cara, yaitu:
1. Sosialisasi secara langsung melalui tatap muka
dan penyuluhan kepada berbagai lapisan
masyarakat. Kegiatan sosialisasi selama tahun
2006 sebanyak 233 kali atau meningkat sebesar
32,4% dari dibandingkan tahun 2005 yang
mencapai sebanyak 176 kali kegiatan. Demikian pula dengan jumlah peserta terjadi peningkatan
sebesar 46,6% dari sekitar 42.000 peserta di
tahun 2005 menjadi sekitar 61.585 orang
peserta. Peserta sosialisasi berasal dari berbagai
kalangan masyarakat, seperti perbankan,
pedagang pasar tradisional, murid-murid
sekolah, mahasiswa, serta aparat penegak
hukum. Selain itu, upaya penyuluhan ciri-ciri
keaslian uang rupiah dilakukan melalui kegiatan
pameran di berbagai daerah, antara lain Pekan
Raya Jakarta (PRJ), Manado Expo, dan Sriwijaya
Expo.
2. Sosialisasi secara tidak langsung, melalui
penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di
berbagai media elektronik dan media cetak,
melalui istilah ”3D”. Selain itu, BI juga
menyediakan sarana informasi yang lebih
lengkap dan jelas pada menu sistem
pembayaran pada situs bi.go.id, yang diresmikan
pada 28 Desember 2006. Materi pada situs
tersebut meliputi edukasi tentang data dan
keaslian uang rupiah, serta data dan penyebaran
uang palsu di Indonesia.
Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang PalsuUang PalsuUang PalsuUang Palsu Penanggulangan uang palsu secara represif
dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait dalam hal koordinasi
penangkapan dan pemrosesan ke pengadilan
terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pemalsuan
uang Rupiah. Pada tahun 2006, kerjasama dan
koordinasi BI dengan pihak Mabes Polri diperluas
cakupannya tidak hanya meliputi wilayah Jakarta,
namun meliputi wilayah Kepolisian Daerah terutama
untuk melengkapi database kasus uang palsu.
Selain itu, upaya penanggulangan uang palsu perlu
juga ditempuh dengan menegakkan hukum melalui
pengenaan sanksi hukum yang maksimal terhadap
pelaku tindak pidana pemalsuan uang. Terkait
dengan hal ini, Bank Indonesia secara intensif memberikan sosialisasi kepada aparat penegak
hukum guna meningkatkan pemahaman kejahatan
uang palsu dan bahayanya bagi masyakarat.
1.41.41.41.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Uang Uang Uang Uang
BI senantiasa melakukan pengembangan operasional
pengedaran uang guna mencapai sistem pembayaran
yang aman, efisien, dan handal. Fokus
pengembangan operasional di bidang pengedaran
uang yang dilaksanakan selama tahun 2006 meliputi
peran serta BI secara aktif dalam penyusunan RUU
Mata Uang, pengembangan peralatan/laboratorium
dan sistem informasi di bidang pengedaran uang, serta peningkatan kajian dan penelitian.
Peran BI dalam Peran BI dalam Peran BI dalam Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata Uang Penyusunan RUU Mata Uang merupakan amanat
konstitusi pasal 23B Undang-undang Dasar Tahun
1945, sehingga BI bersama dengan berbagai pihak
terkait secara intensif dan berkesinambungan. Untuk
pelaksanaannya, telah dibentuk tim kerjasama
pembahasan RUU tentang Mata Uang didasarkan
pada Surat Keputusan bersama (SKB) Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober
2005.
19191919
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Pada tahun 2006, penyusunan RUU Mata Uang
dimasukkan dalam program legislasi nasional
(prolegnas) yang merupakan salah satu RUU yang
diprioritaskan pembahasannya di DPR RI serta
ditetapkan sebagai inisiatif DPR RI. Terhadap
penyusunana RUU tersebut, BI berupaya untuk
berperan aktif sesuai dengan kebutuhan dan
memberikan beberapa masukan terutama terkait
dengan perlakuan terhadap pemalsu uang Rupiah.
Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran UangUangUangUang Pengembangan dan penyempurnaan berbagai sistem aplikasi pengedaran uang senantiasa
mempertimbangkan faktor integrasi ke dalam
enterprise data warehouse (EDW) system yang telah
dimiliki yaitu EDW Sistem Informasi Pengedaran
Uang. Beberapa pengembangan sistem aplikasi di
bidang pengedaran uang yang dilaksanakan selama
tahun 2006 meliputi pengembangan sistem
administrasi dan informasi uang dan bahan uang
(SA-UBU), rewrite dan pengembangan Bank
Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas,
pengembangan awal sistem informasi transaksi uang
kartal.
Pengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan Informasi asi asi asi
Uang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SA----UBU)UBU)UBU)UBU)
Pengembangan SA-UBU yang telah dirintis sejak
tahun 2005, dilakukan dengan memanfaatkan sistem
teknologi informasi yang bertujuan untuk dapat
menyajikan informasi/data mengenai uang dan
bahan uang yang akurat dan reliable. Selain itu
mencakup otomasi laporan-laporan yang masih
bersifat manual yang terkait dengan kegiatan
pengadaan uang seperti perencanaan uang dan
bahan uang, pengadaan uang dan bahan uang,
pengelolaan bahan uang, penerimaan uang dan pengelolaan hasil uang salah cetak, serta monitoring
pelaksanaan kegiatan pengadaan uang secara
keseluruhan.
Prototipe SA-UBU disusun secara multi years yang
dimaksudkan agar SA-UBU dapat disusun secara
cermat dan komprehensif meliputi seluruh kegiatan
pengadaan uang dan bahan uang yang saling
berkaitan. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan
implementasi SA-UBU Tahap I, dan pada tahun
2007 juga akan dilakukan pengembangan SA-UBU
sebagai sarana pemantauan penggunaan nomor seri
uang. Sistem ini dikembangkan dalam bentuk
Database Nomor Seri Uang (DNSU) yang bertujuan
untuk melakukan administasi dan pemantauan
realisasi penggunaan nomor seri uang rupiah. DNSU
ini diharapkan dapat memudahkan tugas Bank Indonesia dalam mencocokkan rencana nomor seri
yang akan digunakan (blocking) nomor seri, dengan
realisasi nomor seri uang yang digunakan pada hasil
cetak uang. Selain itu, DNSU diharapkan juga dapat
menciptakan sinkronisasi antara administrasi
pemantauan nomor seri uang di Bank Indonesia dan
di Perusahaan Percetakan Uang.
Penyempurnaan SisPenyempurnaan SisPenyempurnaan SisPenyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia
Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK)
Penyempurnaan BISAK yang mulai dikembangkan
pada tahun 2006 merupakan re-write terhadap
sistem aplikasi yang telah ada sebelumnya yaitu
sistem palikasi Otomasi Administrasi Perkasan
(OAP). Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek perkembangan teknologi
dengan tujuan untuk sentralisasi sistem dan
mempermudah proses integrasi dengan sistem
aplikasi dan informasi lainnya. Penyempurnaan OAP
menjadi BISAK meliputi penambahan menu data
kegiatan kas yang sebelumnya tidak tersedia,
penambahan menu koreksi untuk setiap kegiatan
dan proses dual entry pada kegiatan pengiriman
uang.
Proses pengembangan BISAK dilakukan selama tahun 2006, sedangkan implementasinya akan
dilakukan secara bertahap di tahun 2007 yaitu
Kantor Pusat pada triwulan I yang dilanjutkan
20202020
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
dengan 20 KBI pada triwulan-triwulan selanjutnya.
Adapun langkah-langkah dalam rangka
pengembangan BISAK yang telah dilakukan selama
tahun 2006 meliputi penyusunan mapping setiap
kegiatan kas di seluruh satuan kerja kas, desain
flowchart kegiatan kas, penyusunan dan
pembahasan materi term of reference (TOR) dan user
requirement, pengembangan sistem aplikasi serta
pengadaan sarana/teknologi pendukung.
Pengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem Informasi Database Uang Database Uang Database Uang Database Uang
PalsuPalsuPalsuPalsu
Terbentuknya peran BI sebagai pusat data
pencegahan uang palsu (counterfeit analisys centre) merupakan salah satu sasaran jangka menengah
panjang Bank Indonesia guna menanggulangi
meluasnya peredaran uang palsu. Guna menunjang
peran BI tersebut, diperlukan adanya system
informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan
komprehensif mengenai uang palsu di Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2006, BI
telah mengimplementasikan sistem informasi
database uang palsu.
Pada tahap awal, sistem informasi tersebut
diimplementasikan secara terbatas untuk internal di
Kantor Pusat BI meliputi data uang palsu, wilayah
pemalsuan uang, info kasus pemalsuan uang, serta
laporan kasus uang palsu dan kegiatan dalam rangka
menanggulangi uang palsu. jenis pemalsuan, nama
sindikat/pelaku pemalsu uang rupiah, serta
wilayah/lokasi pemalsuan. Berbagai data dan
informasi tersebut bersumber dari internal yaitu
satuan kerja kas BI dan ekternal yaitu dari kepolisian
dan laporan masyarakat/perbankan. Pengembangan
sistem informasi database uang palsu masih akan
dilakukan pada tahun 2007 antara lain dapat diakses
oleh pihak internal di satuan kerja kas di KP dan KBI,
serta kepolisian dan pihak lainnya yang terkait dalam Botasupal. Adapun penyempurnaan informasi
meliputi penyebaran lokasi pemalsuan hingga
wilayah Kabupaten/Kota serta penambahan laporan
yang lebih lengkap mencakup bahan uang dan
teknik cetak yang digunakan dalam pemalsuan uang
melalui integrasi dengan tim laboratorium uang dan
bahan uang di BI.
PePePePengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang
Kartal Kartal Kartal Kartal
Pengembangan sistem informasi transaksi uang kartal
dimaksudkan untuk dapat mengakomodasi
kebutuhan BI dan perbankan mengenai posisi long
dan short pecahan uang rupiah serta laporan yang
terkait dengan rencana penarikan/penyetoran uang
dari/ke BI. Pengembangan sistem informasi transaksi
uang kartal semakin dibutuhkan terutama sejak diimplementasikannya ujicoba setoran dan bayaran
kepada perbankan.
Pada saat ini, data dan informasi mengenai posisi
long dan short uang rupiah di perbankan
menggunakan sarana mailing list pada server
eksternal. Namun demikian terdapat beberapa
kendala antara lain masih adanya proses dan
prosedur entry ulang manual yang dilakukan oleh
Bank Indonesia, serta belum adanya quality of
service dari data yang bersifat rahasia. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2006 dalam
pengembangan system informasi tersebut meliputi
mapping kebutuhan serta penyusunan alur bisnis
dan user requirement yang akan menjadi dasar
pengembangan sistem informasi tersebut.
Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan UangBahan UangBahan UangBahan Uang Dalam rangka meningkatkan kualitas uang dan
bahan uang serta analisis terhadap uang Rupiah
palsu, BI memiliki laboratorium uang dan bahan
uang. Selain melakukan penelitian terhadap uang
dan bahan uang, pada waktu-waktu tertentu
laboratorium tersebut juga melakukan analisis dan
penelitian terhadap surat berharga dari satuan kerja lain di BI.
21212121
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Kegiatan laboratorium uang dan bahan uang BI
selama tahun 2006 meliputi:
1. Pengujian bahan uang kertas sebagai proses
quality control bahan uang kertas untuk
menunjang kelancaran proses pencetakan kertas
uang.
2. Pengujian uang palsu untuk memastikan
keaslian uang serta berguna sebagai evaluasi
terhadap unsur pengaman yang dipalsukan.
3. Pengujian uang hasil cetak sempurna (HCS)
terhadap hasil cetak dari perusahaan pencetak
uang untuk mengetahui kesesuaian antara hasil
cetak dengan spesifikasi uang yang telah ditetapkan.
4. Pengujian uang rusak hasil temuan masyarakat
atau bank-bank untuk menilai jumlah nominal
penggantian.
5. Menunjang proses rencana penerbitan uang
baru, meliputi:
a. Pengembangan uji kelusuhan (soil test),
sebagai simulasi perlakuan uang di
masyarakat untuk menentukan usia edar
uang.
b. Pengujian tanda air pada uang (water mark).
c. Pengujian contoh bahan uang kertas jenis
durable paper.
Melakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan Penelitian Guna memberikan masukan dalam penyempurnaan
dan pengembangan kebijakan, serta mendukung
penyempurnaan pelaksanaan operasional dan
ketentuan, serta efisiensi di bidang pengedaran uang,
BI senantiasa melakukan berbagai kajian dan
penelitian. Selama tahun 2006, terdapat beberapa
kajian yang telah dilaksanakan sebagai berikut:
Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi DatabaseDatabaseDatabaseDatabase Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang
Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah
Kajian sinkronisasi database nomor seri uang rupiah bertujuan untuk mengetahui tahapan/prosedur dan
pemilihan sistem teknologi yang diharapkan dapat
memenuhi fungsi administrasi dan pemantauan
nomor seri uang yang efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil kajian itu BI telah melakukan
beberapa langkah penyempurnaan, terkait dengan
rencana nomor seri uang yang akan digunakan
(blocking nomor seri), serta pembahasan bersama
dengan perusahaan pencetakan uang untuk
pengembangan database nomor seri uang.
Terkait dengan berbagai langkah penyempurnaan
yang telah dilakukan dalam rangka sinkronisasi
nomor seri uang, serta mempertimbangkan posisi
dan teknik cetak nomor seri pada uang,
direkomendasikan perlunya pengembangan sistem
aplikasi dalam proses administrasi dan pemantauan nomor seri uang dengan memanfaatkan teknologi
terkini.
Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas
Kajian ini bertujuan untuk menyusun indikator
kinerja mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan mesin
racik uang kertas (MRUK) serta mekanisme baku
pengukurannya dengan mengacu best practises
internasional. Beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari kajian tersebut, antara lain:
a. Identifikasi pengembangan sistem aplikasi yang
tepat untuk mendukung
pengukuran/pemantauan kinerja MSUK dan
MRUK secara cepat, handal dan akurat.
b. Memaksimalkan kinerja mesin dan
meminimalkan pengolahan uang secara manual.
c. Memberikan masukan terhadap analisis bersifat
jangka panjang dalam penerapan teknologi pada
kegiatan pengelolaan uang di Bank Indonesia.
Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Cash CentreCash CentreCash CentreCash Centre
Salah satu strategi pengelolaan uang rupiah yang
dilakukan oleh Bank Indonesia di masa mendatang
adalah melayani kebutuhan uang kepada bank
dalam jumlah besar (wholesale) dan mendorong
perbankan untuk mengimplementasikan manajemen kas yang lebih efisien dan efektif; termasuk
22222222
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
peningkatan peran aktif perbankan untuk mengelola
uang yang masih layak edar.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam proses
penyusunan kajian tersebut meliputi:
a. Melakukan sosialisasi mengenai konsep cash
centre (CC) Indonesia kepada instansi/lembaga
yang dinilai sebagai embrio pengelola CC.
b. Pembahasan dengan perbankan di wilayah
Kantor Pusat BI mengenai penjajakan
pelaksanaan kas titipan di bank.
c. Pembahasan konsep dan aspek teknis praktek-
praktek CC di negara lain pada saat seminar
tahunan asosiasi para pelaku bisnis dan institusi yang berkaitan dengan pengedaran uang.
d. Melaksanakan penjajakan teknis bersama salah
satu bank sentral di Asia Tenggara yaitu Bank
Negara Malaysia terkait dengan proses
pembentukan cash centre di Malaysia,
kelembagaan dan sistem pengawasan CC,
prosedur dan teknik pencatatan, serta sistem
informasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut dan sesuai dengan hasil
perbandingan dan pendalaman terhadap model
penerapan CC di beberapa negara, telah disusun
suatu kajian strategi implementasi CC dengan hasil
kajian dan rekomendasi sebagai berikut:
a. Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara
yang telah menerapkan CC, proses implementasi
CC dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni secara
revolusi dan secara evolusi. Proses revolusi
dilakukan melalui pendekatan langsung
membentuk CC tanpa melakukan tahapan
persiapan yang dapat mengakomodasikan
penyesuaian-penyesuaian bagi pihak terkait.
Sedangkan implementasi CC melalui proses
evolusi dilakukan berdasarkan serangkaian
persiapan dan tahapan guna mencapai efektifitas keberhasilan implementasinya. Dalam hal ini,
diperlukan manajemen kas perbankan yang
lebih efisien dan efektif terutama menyangkut
potensi idle fund akibat kesalahan mengelola
likuiditas uang kartal (mismatch liquidity).
b. Beberapa faktor pokok yang perlu diperhatikan
dalam rangka implementasi CC di Indonesia,
terkait dengan persiapan dan kesiapan Bank
Indonesia, serta lembaga/instansi yang saat ini
dinilai telah menjadi embrio CC. Persiapan
tersebut meliputi sumber daya manusia, investasi
dan infrastruktur yang mencakup peralatan,
gedung dan sistem informasi. Faktor lainnya
yang perlu diperhatikan adalah perencanaan
strategi implementasi yang efektif dan efisien,
serta implikasi yang timbul terkait dengan pembentukan CC.
c. Implementasi atas strategi dan kebijakan di atas
dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
- Implementasi jangka pendek untuk
menciptakan mekanisme penyempurnaan kegiatan pengelolan uang yang mengarah
kepada fungsi CC, dengan periode waktu
sampai dengan berakhirnya uji coba
ketentuan setoran dan bayaran bank.
- Implementasi strategi lanjutan, yakni dilakukannya landscaping perbankan dan
mapping terhadap jumlah embrio CC yang
sudah berdiri agar layanan kepada bank
dapat efektif dan efisien, pada suatu regional
tertentu.
- BI memfasilitasi pengaturan secara formal kelembagaan CC di Indonesia.
Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah
Survei kebutuhan pecahan uang rupiah dilaksanakan
oleh BI bekerjasama dengan konsultan pihak ketiga
pada tahun 2006. Perlunya dilakukan survey tersebut
antara lain karena kecenderungan penggunaan uang
kartal dalam kegiatan transaksi ekonomi masyarakat
dalam 10 tahun terakhir masih cukup tinggi yang
tercermin dari jumlah UYD yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Di sisi lain, dengan semakin
beragamnya jenis dan pecahan serta ukuran uang
23232323
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
yang beredar di masyarakat lebih memungkinkan
untuk menggunakan sesuai dengan yang dibutuhkan
dan diminati. Secara nominal, Bank Indonesia
mampu memenuhi peningkatan kebutuhan uang
kartal, namun disadari bahwa jenis pecahan dan
bahan uang yang sesuai dengan kebutuhan dan
minat masyarakat serta tanggapan mengenai desain
dan kemudahan mengenali uang rupiah belum
diketahui sepenuhnya.
Tujuan dilakukannya survei kebutuhan pecahan
uang rupiah adalah untuk memperoleh informasi
dari masyarakat baik secara keseluruhan (nasional)
maupun parsial (wilayah), mengenai:
- Indikasi komposisi pecahan yang diperlukan
masyarakat.
- Indikasi jenis bahan uang untuk pecahan kecil yang diminati masyarakat.
- Pendapat masyarakat mengenai uang kertas dan uang logam (lama dan baru) yang dikeluarkan
Bank Indonesia ditinjau dari ukuran, jenis bahan
(kertas, polymer, logam), desain, warna, security feature.
- Kemudahan masyarakat dalam mengenali security feature yang bersifat kasat mata.
- Pendapat masyarakat mengenai kondisi uang Rupiah yang beredar.
Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, daerah
yang menjadi wilayah survei meliputi Jakarta,
Medan, Batam, Solo, Malang, Denpasar, Samarinda,
Makassar, dan Jayapura. Adapun responden survei
adalah masyarakat, berbagai institusi/perusahaan,
perbankan, serta satuan kerja kas di BI.
Survei dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
November 2006, dan pada akhir tahun 2006 telah
diselesaikan draft awal laporan hasil survei
berdasarkan jenis responden, meliputi:
a. Secara umum kebutuhan uang untuk masyarakat
dan institusi relatif sama yaitu pecahan Rp1.000 sampai dengan Rp20.000, sedangkan perbankan
lebih membutuhkan pecahan besar yaitu Rp
50.000 – Rp100.000.
b. Tingkat pemenuhan uang pecahan besar relatif
lebih baik, sedangkan pecahan Rp1.000 dan
Rp5.000 masih perlu diperbaiki. Hal ini antara
lain disebabkan tingkat kebutuhan pecahan
Rp1.000 dan Rp5.000 yang tinggi,
penggunaannya yang tinggi di masyarakat serta
memiliki peranan ganda untuk keperluan
pembayaran dan pengembalian.
c. Mayoritas responden menyarankan pencabutan
uang pecahan Rp50 dan Rp25. Selanjutnya
untuk pengeluaran pecahan baru, masyarakat menyetujui pengeluaran pecahan Rp2.000
sementara untuk Rp200.000, relatif berimbang
yang menyatakan setuju dan tidak setuju
dikeluarkannya pecahan tersebut.
d. Secara umum, responden lebih menyukai desain
uang emisi baru dibandingkan emisi lama dan
menyarankan untuk pengeluaran uang ke
depannya dengan karakteristik yang mirip
dengan uang edisi baru. Secara umum, pecahan
uang yang paling banyak diterima dalam kondisi
lusuh dan rusak adalah pecahan Rp5.000,
Rp1.000 dan Rp500. Responden mengusulkan
pecahan 100.000 s.d 1.000 menggunakan bahan
kertas, sementara 500 s.d 25 menggunakan
logam.
e. Ciri-ciri keaslian uang rupiah yang mudah
dikenali dan diingat menurut responden adalah
tanda air, benang pengaman, angka nominal,
dan gambar pahlawan. Sedangkan yang paling
tidak dikenal terutama untuk responden
masyrakat dan institusi adalah OVI, irisafe, dan
mikroteks.
Penelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan Kecil
Penelitian mengenai bahan uang pecahan kecil merupakan lanjutan dari penelitian yang telah
dilakukan pada tahun sebelumnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh spesifikasi
24242424
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
bahan uang pecahan kecil. Berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi:
a. Menyusun draft metode pengujian ketahanan
uang terhadap kelusuhan serta draft spesifikasi
kertas uang durable dan penyempurnaan
spesifikasi uang yang beredar saat ini.
b. Pembahasan secara intensif antara Bank
Indonesia dengan Balai Besar Pulp dan Kertas
(BBPK) serta Balai Besar Tekstil mengenai materi
penyusunan draft. Selain itu juga dilakukan
pembahasan dengan salah satu bank sentral di
Asia mengenai metode pengujian ketahanan
uang terhadap kelusuhan serta spesifikasi kertas uang durable dan penyempurnaan spesifikasi
yang yang beredar saat ini.
c. Menyusun katalog hasil serangkaian percobaan
laboratorium dalam rangka penyusunan metode
pengujian ketahanan terhadap kelusuhan untuk
pendokumentasian proses dan hasil percobaan.
Berdasarkan berbagai rangkaian kegiatan tersebut,
telah dapat disusun hasil penelitian mengenai
spesifikasi kertas uang durable dan telah
diimplementasikan dalam pelaksanaan pengadaan
bahan uang pecahan kecil.
Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar
(ULE)(ULE)(ULE)(ULE)
Sehubungan dengan telah ditetapkannya uji coba
setoran dan bayaran bank sejak bulan Oktober 2005,
diperlukan adanya keseragaman kriteria ULE. Kajian
terhadap standar ULE telah diselesaikan pada tahun
2005, dan berdasarkan hasil kajian tersebut
direkomendasikan mengenai standar ULE
berdasarkan defect level dan soil level.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, pada tahun 2006
dilakukan kajian mengenai penetapan standar ULE
melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun sampel uang untuk pecahan uang kertas Rp1.000 sampai dengan Rp100.000 untuk
masing-masing soil level (dari level 1 sampai
dengan level 10).
2. Menyusun standar ULE untuk seluruh pecahan
dan menyampaikannya kepada seluruh satuan
kerja kas di Bank Indonesia. Sampel standar ULE
tersebut akan digunakan sebagai panduan dalam
melakukan pemilahan ULE maupun UTLE di BI.
Kegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia Dalam rangka memperkenalkan dan
memasyarakatkan koleksi benda-benda bersejarah
khususnya di bidang pengedaran uang berupa mata
uang, sarana pembuatan uang dan alat-alat
pembayaran lain yang pernah beredar di Indonesia, Bank Indonesia telah mengadakan pameran uang
yang merupakan koleksi Museum Artha Suaka di
Banjarmasin pada tanggal 15 Juni hingga 19 Juni
2006. Tema dari pameran tersebut adalah Peranan
Mata Uang sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Berbagai
koleksi mata uang yang dipamerkan meliputi uang
logam dan uang kertas sejak zaman peradaban
kerajaan-kerajaan kuno seperti kerajaan di Aceh,
Majapahit, Jenggala, Madura, dan Banten serta
peredaran uang zaman kolonialisme Belanda dan
Jepang, zaman kemerdekaan hingga peredaran uang
terkini.
Pelaksanaan pameran merupakan kegiatan rutin
yang dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2003.
Pameran dilakukan secara bergantian di beberapa
kota di wilayah Indonesia. Pameran ini bertujuan
untuk lebih memperkenalkan kepada masyarakat
berbagai ragam uang yang pernah digunakan oleh
bangsa Indonesia. Selain menerima kunjungan
secara rutin dari berbagai kalangan, Museum Artha
Suaka juga mengikuti pameran Java Auction ke-2
pada bulan Agustus 2006 di Jakarta.
25252525
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
BOKS BOKS BOKS BOKS 1111 PEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCIL
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, kebutuhan dan perputaran uang kartal umumnya cenderung meningkat. Disamping itu, faktor pertumbuhan penduduk dan budaya memegang fisik uang yang masih kental di kalangan masyarakat dalam bertransaksi merupakan faktor lain yang mempengaruhi kenaikan uang yang beredar dan kelusuhan uang.
Jangkauan pelayanan uang kepada masyarakat relatif terbatas, beberapa wilayah tertentu seperti di daerah terpencil dan perbatasan belum dapat dilayani secara optimal karena keterbatasan transportasi dan infrastruktur distribusi uang yang dimiliki BI. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang layak edar di wilayah tersebut, serta sekaligus meningkatkan eksistensi uang rupiah sebagai simbol kedaulatan negara di daerah perbatasan, di tahun 2006 BI melakukan kerjasama dengan PT. Pos Indonesia (PT. Posindo) untuk melayani penukaran uang rupiah yang layak edar.
Kerjasama BI dengan PT. Posindo tersebut didasari pada suatu penilaian bahwa PT. Posindo merupakan salah satu institusi yang layak dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan misi tersebut karena memiliki jaringan kantor yang tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia, memiliki sumber daya manusia dan armada yang memadai, khazanah yang cukup, dan biaya investasi yang dibutuhkan relatif tidak terlalu besar.
KerjasamaBI dengan PT. Posindo diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman pada hari kamis, 24 November 2005 di Bandung. Ruang lingkup kerjasama meliputi pelayanan penukaran uang rupiah kepada masyarakat di wilayah terpencil dan perbatasan oleh PT. Posindo, sedangkan BI berperan untuk memberikan pelatihan dan konsultasi khususnya terkait dengan teknik dan cara mengenali ciri-ciri keasllian uang rupiah, serta penetapan besarnya penggantian uang rusak.
Pemenuhan uang rupiah melalui PT. Posindo merupakan pilot project yang pelaksanaannya melibatkan Kantor Bank Indonesia. Sebelum dilaksanakan implementasi layanan penukaran uang oleh PT. Posindo, BI melakukan survei di beberapa lokasi guna mengetahui kondisi geografis, kesiapan
kantor pos setempat, serta kondisi uang rupiah yang beredar di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil survei dan kajian, ditetapkan 9 wilayah propinsi yang dinilai layak untuk menjalankan misi penukaran uang melalui PT. Posindo.
Pelaksanaan kegiatan penukaran uang di wilayah terpencil dan perbatasan pada 9 propinsi dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan dari masing-masing Kantor Bank Indonesia dan PT. Posindo. Implementasi kerjasama ditandai dengan penandatanganan perjanjian masing-masing:
Tanggal 12 Juni 2006 bertempat di KBI Pontianak, antara KBI Pontianak dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.
• Tanggal 27 Juli 2006 bertempat di KBI Kupang, antara KBI Kupang dengan Kanwil Pos VIII Bali – Nusa Tenggara.
• Tanggal 11 September 2006 bertempat di KBI Samarinda, antara KBI Samarinda dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.
• Tanggal 15 September 2006 bertempat di KBI Ambon, antara KBI Ambon dan KBI Jayapura dengan kanwil Pos XI Jayapuran dan KBI Palu dengan Kanwil Pos X Makassar.
• Tanggal 1 Desember 2006 bertempat di KBI Ternate, antara KBI Ternate dengan Kanwil Pos XI Jayapura, KBI Kendari dengan Kanwil Pos X Makassar, dan KBI Palangkaraya dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.
Guna menjamin pelaksanaan memenuhi kebutuhan uang kartal sesuai dengan yang diperjanjikan, BI senantiasa melakukan pemantauan dan pengawasan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada Kantor Pusat PT. Posindo.
26262626
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
BAB IBAB IBAB IBAB IIIII PENINGKATAN KINERJA BI DI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PENGEDARAN UANG
BBBBAB II PENINAB II PENINAB II PENINAB II PENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGGGG
Sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang
untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank
Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang
rupiah. Untuk mengetahui penilaian masyarakat
terhadap kinerja BI khususnya di bidang pengedaran
uang, selama tahun 2006 telah dilakukan berbagai
survei kepada stakeholders eksternal. Berbagai survei
penilaian kinerja BI yang dilaksanakan pada tahun
2006 meliputi survei ketersediaan uang Rupiah,
survei layanan kas BI, dan survei terhadap
pengenalan ciri-ciri keaslian uang Rupiah.
Hasil survei tersebut selain untuk menilai kinerja BI,
juga digunakan sebagai masukan bagi BI untuk
melaksanakan evalusi kebijakan dan strategi
pengedaran uang untuk dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan.
Survei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang Rupiah Survei tersebut dilakukan untuk menilai kinerja BI
dalam mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah dalam jumlah yang cukup dan pecahan
yang sesuai serta dalam kondisi yang layak edar.
Responden yang dipilih dalam survei tersebut
meliputi masyarakat dari berbagai kalangan yaitu
eksekutif, legislatif, yudikatif, media massa,
pakar/pengamat dan akademisi, perbankan, dunia
usaha dan profesi, serta masyarakat umum.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun
2006, tingkat kepuasan stakeholders eksternal
terhadap ketersediaan uang Rupiah, baik secara
kuantitas dan kualitas, meskipun menunjukkan
sedikit penurunan dari hasil survei tahun
sebelumnya namun masih menyatakan cukup puas.
Angka indeks hasil survei tahun 2006 mencapai
sebesar 4,74 sedangkan tahun 2005 sebesar 4,99.
Dari sisi ketersediaan uang, secara umum
stakeholders menilai puas, hanya untuk ketersediaan
uang logam (Rp50 – Rp500), relatif masih harus
ditingkatkan ketersediaannya. Terkait dengan
kualitas uang rupiah, 22% responden menyatakan
sering menerima uang lusuh, sedangkan masing-
masing 39% responden menyatakan kadang-kadang
dan jarang menerima uang lusuh.
Berdasarkan kelompok responden stakeholder
eksternal, tingkat kepuasan tertinggi diberikan oleh
eksekutif, legislatif, dan perbankan. Adapun nilai
terendah diperoleh dari kelompok yudikatif yang
mencapai angka indeks 4,63. Angka indeks tersebut
menunjukkan angka yang lebih rendah dari angka
indeks terendah tahun sebelumnya yang mencapai
4,77.
4.68 4.27 4.31 4.35 4.21 4.30 4.41 4.31
5.90 5.07 5.00 5.00 4.95 4.94 4.86 4.77
2004
2005
Pakar/pengamat &akademisiYudikatif
M edia massa
M asyarakat umum
Legislatif
Eksekutif
Perbankan
Asosiasi duniausaha dan profesi
Grafik 9 Indeks Hasi Survei : Ketersediaan Uang 2005-2006
Survei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan Kas Guna memenuhi kebutuhan uang Rupiah, BI
menyelenggarakan layanan kas di setiap satuan kerja
kas berupa penerimaan setoran dan bayaran bank-
bank dan bendaharawan proyek pemerintah yang
memiliki rekening di BI, serta layanan penukaran
uang kepada masyarakat dan perbankan. Selain itu
BI memberikan layanan kas di luar kantor berupa kas
27272727
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
keliling, kas titipan dan kerjasama penukaran dengan
pihak ketiga.
Survei kepuasan layanan kas di KPBI dilaksanakan
pada dua tahap yaitu Semester I dan Semester II,
dengan responden yang menilai terdiri dari
perbankan dan masyarakat. Berdasarkan aspek-
aspek yang dinilai dari survei tersebut, tingkat
kepuasan keseluruhan terhadap layanan kas di KP BI
pada tahun 2006 cukup baik, tercermin dari angka
indeks kepuasan yang mencapai angka indeks di atas
5 (dari skala 1-6). Pada semester I-2006, angka
indeks penilaian responden terhadap layanan kas BI
semakin membaik, tercermin dari pencapaian angka indeks pada semester I-2005 yang mencapai 5,03,
meningkat menjadi 5,11 di semester II.
Berdasarkan aspek-aspek penilaian tersebut, angka
indeks tertinggi pada semester II dicapai oleh aspek
penilaian terhadap keamanan proses perkasan dan
pengaturan proses antrian, sedangkan aspek layanan
yang perlu menjadi perhatian antara lain terkait
dengan keakuratan proses penghitungan jumlah
setoran uang dan kesesuaian jumlah pecahan uang
yang diminta bank.
Tabel 2 Aspek-aspek Penilaian Survei Layanan Kas di KPBI Indeks Indeks Indeks Indeks
KepuasanKepuasanKepuasanKepuasan AspekAspekAspekAspek----aspek yang dinilaiaspek yang dinilaiaspek yang dinilaiaspek yang dinilai Sm. ISm. ISm. ISm. I Sm. IISm. IISm. IISm. II
Keakuratan proses penghitungan jumlah uang (selisih lebih atau kurang)
4,80 5,02
Spesifikasi jenis pecahan yang diberikan pada saat penarikan
4,95 5,17
Kecepatan waktu proses layanan 5,19 5,14 Keramahan petugas 5,38 5,21 Pengaturan proses antrian 5,20 5,22 Keamanan selama proses perkasan 5,39 5,24 Ketentuan/regulasi mengenai perkasan yang harus dipenuhi
4,91 5,01
Kepuasan Keseluruhan Terhadap Layanan Perkasan di KP BI
5,03 5,11
Survei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan Ciri----ciri Keaslian ciri Keaslian ciri Keaslian ciri Keaslian Uang RupiahUang RupiahUang RupiahUang Rupiah Dalam rangka meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah,
sejak tahun 2004 Bank Indonesia telah melakukan
sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat (ILM) di
berbagai media massa dengan istilah ”3D” (Dilihat,
Diraba, Diterawang). Selain itu BI juga melakukan
berbagai kegiatan sosialisasi dan penyuluhan
mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah di berbagai
daerah di Indonesia. Guna mengetahui tingkat
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian
uang Rupiah, BI melakukan survei yang sudah
dilakukan sejak tahun 2005 terhadap responden dari
kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif, media massa,
pakar/pengamat dan akademisi, perbankan, asosiasi
dunia usaha dan profesi, serta masyarakat umum.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada
responden, secara umum (97%) stakeholders
eksternal menyatakan mampu mengenali ciri-ciri
keaslian uang rupiah, dengan angka indeks
mencapai 4,79 (skala 1-6). Dari hasil survei tersebut
juga diketahui bahwa, 99% responden menyatakan
pernah mendengar/melihat atau membaca ILM
tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah yang
menggunakan cara ”3D”.
Kelompok responden yang memiliki pemahaman
yang cukup tinggi terhadap ciri-ciri keaslian uang
rupiah adalah kelompok masyarakat umum, legislatif
dan perbankan, sedangkan pemahaman terendah
dinyatakan oleh kelompok media massa dan asosiasi
dunia usaha/profesi. Kondisi tersebut memberikan
tantangan bagi Bank Indonesia untuk lebih
menggalakkan upaya sosialisasi dan publikasi
pengenalan uang rupiah.
28282828
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
4.66 4.93 4.84 4.9 4.9 4.95 4.75 4.88
4.8 4.82 4.74 4.69 4.77 4.81 4.73 4.82
2005
2006
Eksekutif
Legislatif
Yudikatif
M edia M assa
Pakar/Pengamat &AkdemisiPerbankan
Asosiasi duniausaha & pro fesiM asyarakat umum
Grafik 10 Indeks Hasil Survei : Kemampuan Mengenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah
29292929
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT
BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III
BAB III BAB III BAB III BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT
Dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas dan
kebijakan di bidang pengedaran uang, BI senantiasa
menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga di
dalam dan di luar negeri, serta dengan berbagai
bank sentral di dunia. Kerjasama tersebut sejalan
dengan fungsi dan pelaksanaan tugas BI di bidang
pengedaran uang meliputi upaya pemenuhan uang
layak edar, distribusi uang, penanggulangan uang
palsu, serta penyempurnaan pelaksanaan
operasional kas.
Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri Dalam rangka memenuhi kebutuhan uang rupiah
dalam jumlah yang cukup dan layak edar khususnya di wilayah terpencil dan perbatasan, Bank Indonesia
telah menandatangani kerjasama dengan PT. Pos
Indonesia (PT. Posindo). Kerjasama tersebut
merupakan perwujudan dari misi Bank Indonesia di
bidang pengedaran uang, sekaligus meningkatkan
eksistensi uang rupiah sebagai simbol kedaulatan
negara di daerah perbatasan. Melalui kerjasama
tersebut diharapkan masyarakat yang berada di
wilayah terpencil dan atau perbatasan yang
seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh
uang yang layak edar untuk keperluan transaksi akan
berkurang secara bertahap. Pada tahun 2006 telah
diimplementasikan kerjasama penukaran uang
melalui PT.Posindo yang meliputi wilayah terpencil
dan perbatasan di 9 KBI.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam
rangka pengadaan uang tahun 2006, BI melakukan
kerjasama dengan Perusahaan Umum Pencetakan
Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) untuk
melakukan pencetakan uang rupiah. Pelaksanaan
pengadaan dilakukan secara penunjukan langsung
untuk seluruh pesanan cetak uang rupiah tahun
2006.
Selain kegiatan pencetakan uang, BI juga melakukan
kerjasama dengan Perum Peruri dalam hal
pembuatan desain uang baru serta pemilihan tanda
pengaman pada uang Rupiah. Disamping kegiatan
yang terkait dengan pencetakan dan pembuatan
desain uang, BI juga melibatkan Perum Peruri dalam
melakukan pengujian mutu bahan uang. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan uang
yang dibeli dari pemasok apakah telah sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, apabila ditemukan bahan uang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi dapat segera dimintakan
penggantian dari pemasok bahan uang. Dalam hal penetapan spesifikasi kertas uang, BI juga selalu
melibatkan Perum Peruri untuk memberikan
masukan yang terkait dengan proses pencetakan di
Perum Peruri. Dengan adanya kerjasama dengan
Perum Peruri, diharapkan kendala-kendala yang
dihadapi dalam proses pencetakan uang maupun
pengadaan bahan uang dapat diminimalisir.
Guna memperlancar dan mengamankan kegiatan
pendistribusian uang ke berbagai wilayah di
Indonesia telah dilakukan kerjasama dengan pihak
ketiga baik untuk moda transportasinya maupun
tenaga pengawalannya antara lain dengan PT. Kereta
Api Indonesia (PT. KAI) dan PT. Pelayaran Nasional
Indonesia (PT. PELNI).
Salah satu alat transportasi yang digunakan dalam
rangka pengiriman uang adalah kereta api. Sarana
transportasi tersebut digunakan untuk melayani
kebutuhan kas Kantor Bank Indonesia khususnya di
wilayah Pulau Jawa. Ruang lingkup kerjasama
tersebut adalah penyediaan jasa transportasi kereta
api untuk pengiriman barang berharga milik BI
dengan cakupan antara lain penyediaan gerbong
khusus, sarana dan prasarana bongkar muat di
30303030
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
stasiun, penyediaan tiket untuk tim pengawalan, dan
posisi pengawasan gerbong.
Kapal laut juga merupakan salah satu alat
transportasi lain yang digunakan untuk pengiriman
uang terutama untuk melayani kebutuhan kas Kantor
Bank Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa.
Bentuk kerja sama yang selama ini terbina antara
kedua belah pihak adalah bentuk kerja sama yang
mengikat yang dituangkan dalam suatu Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Transportasi Pengiriman
Barang yang disusun setiap tahun. Dalam Perjanjian
tersebut, PT. PELNI memiliki kewajiban untuk
menyediakan sarana angkutan laut berupa kapal penumpang, sarana angkutan darat berupa truk peti
kemas beserta peti kemasnya atau ruang
simpan/angkut untuk uang yang akan dikirimkan ke
Kantor Bank Indonesia dengan tarif yang telah
disepakati. Selain itu, untuk memperlancar dan
menjamin tersedianya sarana angkutan laut, BI juga
menjalin kerjasama dengan pihak ketiga (perusahaan
ekspedisi muatan kapal laut/EMKL) yang
menyediakan alat transportasi laut alternatif apabila
tidak tersedia jadwal keberangkatan kapal milik
PT.PELNI.
Pengamanan merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam setiap pengiriman uang ke
berbagai daerah di Indonesia. Dalam rangka
pengamanan tersebut, BI melaksanakan kerjasama
dengan Kepolisian Republik Indonesia khsusnya
dengan Kesatuan BRIMOB.
Peningkatan upaya penanggulangan uang palsu
senantiasa dilakukan melalui kerjasama dengan
anggota yang tergabung dalam Badan Koordinasi
Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal). Lembaga
tersebut berfungsi untuk menyelenggarakan
koordinasi tingkat pimpinan, merumuskan
kebijakan-kebijakan pelaksanaan di dalam pengumpulan data dan pelaksanaan penindakan
terhadap kasus uang palsu. Botasupal berada di
bawah Badan Intelejen Negara dan dipimpin oleh
Kepala Staf Harian, beranggotakan Kepolisian,
Kejaksaan Agung, Departemen Kehakiman, Bank
Indonesia, Perum Peruri, Ditjen Bea dan Cukai,
Ditjen Imigrasi dan Departemen Penerangan.
Adapun tugas dan wewenang instansi dilaksanakan
sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing
instansi yang telah ditetapkan dengan
peraturan/perundang-undangan yang berlaku. Secara
represif, BI bersama-sama Botasupal dan POLRI
berupaya mengungkap dan menyelidiki kasus tindak
pidana uang palsu. Selain itu, upaya preventif
dilakukan melalui pemberian informasi dan pengetahuan tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah
secara berkelanjutan, di antaranya adalah :
- Melakukan pendidikan dan pelatihan
penanggulangan uang palsu dalam rangka
membentuk jaringan dan kerjasama yang lebih harmonis dalam penanggulangan uang palsu
yaitu antara Bank Indonesia dan Polri di wilayah
kerja masing-masing.
- Memberikan pengetahuan ciri-ciri keaslian uang
Rupiah kepada peserta pendidikan, kepada reserse dan intel Polri seluruh Indonesia,
maupun aparat hukum lain yang merupakan
anggota Botasupal.
- Memberikan dukungan dalam kasus tindak
pidana uang palsu kepada Kepolisian dan Kejaksaan sampai ke Sidang Pengadilan sebagai
Saksi Ahli.
- Berdasarkan data laporan penemuan uang palsu
dari perbankan, memberikan informasi kepada
Botasupal dan Polri terhadap orang yang melakukan penyetoran uang palsu dalam jumlah
besar.
Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri BI menjadi salah satu anggota The South East Asia
Central Banks (SEACEN) dan secara rutin berperan
serta dalam berbagai pertemuan, penelitian, dan
pelatihan mengenai operasional dan perkembangan
31313131
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
pembayaran tunai. Dalam rangka kerjasama
tersebut, pada tahun 2006 BI berperan serta dalam
kegiatan Conference & Meeting of Directors yang
berlangsung di Thailand.
Selanjutnya dalam rangka pemberantasan dan
penanggulangan uang palsu atau uang yang
dimanipulasikan, Bank Indonesia juga telah menjalin
kerjasama internasional sebagai anggota
International Criminal Police Organization (ICPO)
yang telah dikenal dengan nama Interpol. Organisasi
ini mempunyai sebuah biro yang bekerja dalam
masalah penanggulangan uang palsu dan yang
berhubungan dengan semua informasi tentang uang yang sah beredar dan uang palsu serta
dokumen/surat berharga lainnya.
Sehubungan dengan upaya untuk menanggulangi
penyebaran pemalsuan uang Rupiah, pada tahun
2006 BI menjalin kerjasama dengan Bundesbank
dalam rangka bantuan teknis pembentukan Bank
Indonesia Counterfeit Analysis Centre (BI-CAC).
Cakupan kerjasama BI dengan Bundesbank meliputi
pemberian bantuan teknis dari aspek teknologi
informasi, hukum, dan analisis uang. Untuk
memudahkan koordinasi dan kesibambungan
kerjasama, BI dan Bundesbank telah membentuk tim
yang bertanggungjawab terhadap program
pemberian bantuan teknis tersebut. Sebagai langkah
awal kerjasama BI dengan Bundesbank, pada bulan
November 2006 telah dilakukan seminar mengenai
penanggulangan uang palsu, yang akan dilanjutkan
dengan training workshop pada awal tahun 2007.
Terkait dengan pengembangan dan penyempurnaan
operasional kas, pada tahun 2006 BI bekerjasama
dengan bank sentral di Asia Tenggara, yaitu Bank
Negara Malaysia dan Bank of Thailand. Kerjasama BI
dengan Bank Negara Malaysia yang dilaksanakan
pada tahun 2006 dimaksudkan untuk melakukan sharing informasi terkait dengan strategi
implementasi cash centre di Indonesia yang
mengacu pada best practice internasional.
Kerjasama BI dengan BNM tersebut didasarkan pada
pertimbangan BNM telah mengaplikasikan cash
centre secara bertahap dan merupakan salah satu
bank sentral yang akan menjadi acuan dalam
penyusunan kajian mengenai cash centre di
Indonesia.
Cakupan kerjasama BI dengan BNM tersebut
meliputi 7 aspek pengembangan cash centre yaitu
(1) model, mekanisme, dan pengaturan, (2) tahapan
dan strategi implementasi, (3) pengaturan mengenai
keanggotaan, (4) sistem akuntansi dan administrasi,
(5) pengawasan, (6) sistem Informasi, dan (7) manajemen resiko pembentukan cash centre.
Adapun kerjasama BI dengan Bank of Thailand
terkait dengan melakukan sharing informasi
mengenai pencetakan dan pengujian kertas uang
durable. Pengujian kertas durable oleh BI baru
dilakukan pertama kali di tahun 2006, sehingga BI
belum memiliki persyaratan standar ketahanan kertas
uang durable tersebut serta belum memiliki
peralatan laboratorium yang memadai. Mengingat
adanya keterbatasan peralatan dan pengalaman
tersebut, maka BI melaksanakan kerjasama dengan
Bank of Thailand yang telah memiliki pengalaman di
bidang tersebut selama sekitar 8 tahun. Adapun
informasi yang diperoleh dari kerjasama tersebut,
selain dapat melakukan pengujian untuk memastikan
ketahanan kualitas cetak di atas kertas durable, BI
juga berkesempatan untuk mempelajari sistem
pengendalian mutu bahan uang dan uang, proses
cetak, serta proses pengeluaran baru yang dilakukan
oleh BOT.
Di bidang pengembangan peralatan kas, Bank
Indonesia secara aktif berperan dalam keanggotaan
BPS International Users Group (BPS IUG) yang setiap
tahunnya mengadakan technical advisory group meeting dan IUG meeting. BPS IUG merupakan
organisasi internasional yang terdiri dari bank sentral
32323232
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
dan perusahaan pencetakan uang yang
menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK)
tertentu. BPS IUG diprakarsai oleh Federal Reserve
Bank (Amerika Serikat) sebagai pengguna mesin BPS
terbanyak di dunia. Berdasarkan berbagai pertemuan
tersebut, BI secara rutin memperoleh informasi dan
pengalaman bank sentral lain terkait dengan
perkembangan teknologi peralatan mesin dan
pengelolaan uang. Pada bulan April 2006, BI
mengikuti Technical Advisory Group (TAG) Meeting
yang membahas mengenai konsep dan peningkatan
desain serta pengembangan mesin pengolah uang,
permasalahan dan alternatif penyelesaian terhadap operasional mesin pengolah uang tersebut. Pada
pembahasan tersebut juga diperoleh informasi
mengenai kebijakan standar uang layak edar yang
dilakukan oleh European Central Bank (ECB),
pengujian yang dilakukan oleh bank sentral lain
terhadap mesin pengolah uang tidak layak edar,
serta permasalahan teknik terkait dengan
pengoperasian mesin pengolah uang. Selanjutnya
pada bulan Juni 2006, BI juga mengikuti BPS IUG
Meeting Juni yang membahas mengenai pengelolaan
uang yang dilaksanakan oleh 3 bank sentral.
33333333
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV
ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN
UANG-2007
BABBABBABBAB IVIVIVIV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ---- 2007 2007 2007 2007
Kebijakan dan strategi BI di bidang pengedaran uang
tahun 2007 masih akan diarahkan pada upaya untuk
memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat baik
dari secara nominal maupun pecahan, optimalisasi
layanan kas dan pengelolaan uang rupiah BI,
penanggulangan peredaran uang palsu, dan
pengembangan operasionalnya.
Untuk mendukung arah kebijakan tersebut,
pelaksanaan dan rencana pengembangan system
pembayaran tunai 2006 sebagai berikut:
Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun 2007200720072007 Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal, Bank Indonesia tetap
melakukan kebijakan pengadaan uang berdasarkan
hasil perhitungan rencana distribusi uang selama 1
(satu) tahun kedepan.
Pada tahun 2007, jumlah kebutuhan uang rupiah di
masyarakat diperkirakan masih akan meningkat.
Proyeksi rencana distribusi uang tahun 2007 juga
memperhitungkan tingkat kelusuhan uang yang
dimusnahkan serta mempertimbangkan terjadinya
optimalisasi persediaan uang rupiah yang mengalami
kecenderungan inflow serta semakin efektifnya
pengelolaan uang layak oleh perbankan. Terkait
dengan berbagai pertimbangan tersebut, rencana
distribusi uang yang layak edar ke seluruh wilayah
Indonesia di tahun 2007 tersebut diperkirakan
mencapai 80,4% dari realisasi distribusi uang tahun
2006.
Adapun mengenai jumlah rencana pengadaan uang,
pada tahun 2007 Bank Indonesia merencanakan
melakukan pengadaan uang dengan jumlah 6,6
miliar lembar uang kertas dan 640,24 juta keping
uang logam atau secara nominal meningkat sebesar
11,4% dibandingkan nilai nominal pesanan cetak
tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan adanya
perubahan kebijakan BI dalam menentukan jumlah
persediaan uang yang cukup aman sesuai dengan
best practices.
Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Counterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BI----CAC)CAC)CAC)CAC) Untuk menunjang terbentuknya peran BI sebagai
pusat data pencegahan uang palsu (counterfeit
analysis center), pada tahun 2007 ini akan
dikembangkan sistem data base uang palsu yang
terintegrasi antara data base temuan uang palsu yang bersumber dari perbankan dan masyarakat dengan
data base temuan uang palsu yang bersumber dari
Kepolisian. Selanjutnya pengembangan data base
uang palsu ini akan menghasilkan informasi yang
berguna bagi upaya penanggulangan peredaran uang
palsu terkait dengan perkembangan temuan uang
palsu, pemetaan wilayah penyebaran dan jaringan,
serta analisis dan kualitas pemalsuan.
Pembentukan Titipan KasPembentukan Titipan KasPembentukan Titipan KasPembentukan Titipan Kas Besar di KBI Besar di KBI Besar di KBI Besar di KBI Terkait dengan kebijakan pemenuhan uang kartal
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan best
practices bank sentral di dunia, dan guna memenuhi
Manajemen Penanggulangan Bencana Bank
Indonesia (MPBBI) di bidang pengedaran uang, akan
dibentuk titipan kas besar di beberapa KBI. Selain
itu, pembentukan kas besar titipan tersebut
dimaksudkan untuk untuk penyebaran wilayah
penyediaan uang rupiah, serta efisiensi pengiriman
uang.
Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Mengenai CiriMengenai CiriMengenai CiriMengenai Ciri----ciri Keasliaciri Keasliaciri Keasliaciri Keaslian Uang Rupiahn Uang Rupiahn Uang Rupiahn Uang Rupiah Pada tahun 2007, Bank Indonesia tetap melakukan
upaya-upaya penanggulangan uang palsu melalui
34343434
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah sebagaimana
yang telah dilaksanakan pada tahun 2006. Sosialisasi
akan dilaksanakan secara tatap muka langsung
maupun melalui penayangan ILM atau publikasi
melalui artikel (advertorial) di media massa. Selain
itu pengetahuan mengenai keaslian uang rupiah juga
diupayakan masuk sebagai bagian kurikulum
pendidikan di Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah
serta penggunaan media berjalan (seperti mobil)
untuk penunjang kegiatan publikasi.
Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran
Bank Bank Bank Bank Sehubungan dengan penerapan uji coba setoran dan
bayaran bank telah berlangsung sejak tahun 2005,
akan dilakukan kajian mengenai dampak penerapan
kebijakan tersebut ditinjau dari aspek sumber daya
manusia dan peralatan kas. Untuk mencapai tujuan
dari penelitian, kajian akan meliputi evaluasi
terhadap pola aliran penyetoran dan pembayaran
paska penerapan kebijakan tersebut. Berdasarkan
kajian tersebut diharapkan dapat memberikan materi
usulan dalam penyusunan ketentuan setoran dan
bayaran serta tindak lanjut perbaikan/
penyempurnaannya.
Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Guna mencapai penerapan cash centre di Indonesia,
perlu didukung dengan berbagai persiapan. Terkait
dengan hal tersebut, pada tahun 2007 direncanakan
untuk dilakukan penelitian pembentukan model cash
centre di Indonesia termasuk perangkat yang
dibutuhkan.
Tujuan dilakukannya kajian ini antara lain:
- Menganalisis persiapan yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan tahapan implementasi
pembentukan dan CC.
- Menganalisis perangkat pendukung yang dibutuhkan dalam pembentukan CC, meliputi
dasar hukum pendirian lembaga, pengaturan
dan ketentuan CC; pola layanan termasuk
pembentukan model skema layanan dan
operasional serta pengaturan mekanisme kerja
CC; hubungan kerja dengan perbankan serta
pengawasan dan pemeriksaan CC; dan tatacara
pencatatan maupun penyelesaian transaksi
melalui CC.
KajiKajiKajiKajian tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot
Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang
dengan PT. Posindodengan PT. Posindodengan PT. Posindodengan PT. Posindo
Kajian mengenai efektivitas pelaksanaan kerjasama
layanan penukaran uang dengan PT. Posindo akan diarahkan kepada efektifitas mekanisme kerjasama
layanan penukaran uang dengan PT Pos Indonesia
serta manfaatnya terhadap masyarakat khususnya di
daerah perbatasan dan terpencil. Adapun tujuan
penelitian antara lain mengukur efektifitas dan
mekanisme kerjasama dengan PT.Posindo, serta
mengetahui manfaat dan kepuasan masyarakat
terhadap layanan penukaran dan ketersediaan uang
rupiah di wilayah terpencil dan perbatasan.
35353535
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN
36363636
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
LAMPLAMPLAMPLAMPIRAN 1IRAN 1IRAN 1IRAN 1
PERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG
PALSU
PERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSU
Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang kartkebutuhan uang kartkebutuhan uang kartkebutuhan uang kartal di masyarakat dalam al di masyarakat dalam al di masyarakat dalam al di masyarakat dalam jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kecenderungan menkecenderungan menkecenderungan menkecenderungan meningkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara signifikan signifikan signifikan signifikan terhadap perekonomian. terhadap perekonomian. terhadap perekonomian. terhadap perekonomian.
Kegiatan perekonomian Indonesia sepanjang tahun
2006 tumbuh sebesar 5,5%, serta kenaikan harga-
harga umum sebesar 6,6% yang dibarengi dengan
dorongan kebijakan fiskal berdampak terhadap
meningkatnya kebutuhan uang kartal (UYD) di
masyarakat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
rata-rata UYD selama tahun 2006 sebesar 14,6% atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang
mencapai 13,2%. Sejalan dengan peningkatan
perekonomian Indonesia di tahun 2006 tersebut,
kebutuhan uang kartal di berbagai wilayah naik
sebesar 11,9%, atau lebih tinggi dari peningkatan
tahun sebelumnya yang mencapai 7,5%. Masih
cukup tingginya kebutuhan masyarakat terhadap
uang kartal berpengaruh terhadap realisasi distribusi
uang kartal yang mencapai sebesar 105,9% dari
rencana. Adapun proporsinya selama tahun 2006
masing-masing sebesar 75,4% di wilayah Indonesia
Barat, sebesar 15,7% di wilayah Indonesia Tengah,
dan 8,9% di wilayah Indonesia Timur.
Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) (UYD) (UYD) (UYD) Sejalan dengan perkembangan perekonomian,
lonjakan kenaikan kebutuhan uang kartal selama
tahun 2006 masih dipengaruhi oleh faktor-faktor
musiman seperti hari raya keagamaan dan tahun
baru, serta liburan anak sekolah. Selain itu, faktor
kebijakan fiskal seperti percepatan realisasi
anggaran, masih berlangsungnya bantuan langsung
tunai (BLT), dan kenaikan gaji PNS, serta kenaikan
harga-harga secara umum di 2006 yang mencapai
6,6% (yoy) memicu kenaikan uang kartal yang
diedarkan (UYD) secara keseluruhan.
Jumlah UYD rata-rata harian selama tahun 2006
sebesar Rp144,5 triliun, sedangkan rata-rata di tahun
sebelumnya sebesar Rp126,1 triliun atau terjadi
kenaikan sebesar 14,6%. Berdasarkan pola
pergerakannya, UYD selama tahun 2006 tidak
berubah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
yaitu terjadi penurunan di triwulan-1 yang diikuti
dengan trend meningkat pada awal triwulan-2 serta kenaikan yang signifikan pada periode hari raya
keagamaan dan tahun baru (grafik 12). UYD tertinggi
pada tahun 2006 dicapai pada tanggal 28 Desember
yang berdekatan dengan periode liburan panjang
hari raya keagamaan (natal) dan tahun baru serta
liburan anak sekolah, sedangkan UYD tertinggi pada
tahun-tahun sebelumnya dicapai pada periode
menjelang hari raya idul fitri. Kondisi tersebut antara
lain terkait dengan kebijakan Bank Indonesia untuk
tetap melayani transaksi kas pada periode libur idul
fitri, sehingga berdampak terhadap penyesuaian
perbankan dalam memelihara kecukupan uang
kartalnya.
Sebagaimana tahun sebelumnya, sebagian besar
UYD selama tahun 2006 berada di masyarakat yang
37373737
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
mencapai kisaran berkisar antara 81,5% pada
minggu IV bulan Oktober 2006 sampai 88,2% yang
terjadi di akhir minggu I Juni 2006. Adapun kisaran
UYD yang berada di bank sebesar 11,8% sampai
18,5% dengan rata-rata selama tahun 2006 sebesar
13,9%.
Rasio uang kartal di masyarakat terhadap uang giral
rata-rata selama tahun 2006 sebesar 65,4% atau
terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang
mencapai rata-rata 70,7% (Grafik 13). Hal tersebut
menunjukkan bahwa peran uang kartal dalam
transaksi ekonomi pada tahun 2006 mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
100
120
140
160
180
1-Jan
31-Jan
1-M ar
31-M ar
30-Apr
30-M ay
29-Jun
29-Jul
28-Aug
27-Sep
27-Oct
26-Nov
26-Dec
Bulan
Triliun Rp
2005 2006
Grafik 11 Perkembangan UYD Tahun 2005-2006
0.0%
15.0%
30.0%
45.0%
60.0%
75.0%
90.0%
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2005 2006
Grafik 12 Perkembangan Rasio Uang Kartal terhadap Uang Giral
Secara nominal, sebagian besar uang kertas (UK)
yang diedarkan adalah pecahan Rp100.000 dan
Rp50.000 masing-masing sebesar 44,9% dan 41,8%.
Selama 3 tahun terakhir menunjukkan pangsa uang
kertas (UK) yang diedarkan untuk pecahan
Rp100.000 semakin meningkat. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan uang kertas
pecahan besar semakin dibutuhkan dalam kegiatan
transaksi ekonomi. Sedangkan pangsa uang logam
(UL) yang diedarkan, masih didominasi oleh
pecahan Rp500 dan Rp100 masing-masing sebesar
52,6% dan 27,7% dari total UL yang diedarkan.
Komposisi UL di masyarakat tersebut cenderung
tidak mengalami perubahan, kecuali untuk pecahan
Rp200 yang mulai memperlihatkan kenaikan serta pangsa UL Rp100 yang cenderung menurun. Hal ini
mengindikasikan fungsi substitusi pengeluaran uang
pecahan Rp200 mulai efektif (grafik 14 dan 15).
Berdasarkan keseluruhan uang kartal (UK dan UL)
yang diedarkan, jumlah nominal pecahan uang yang
paling banyak beredar adalah pecahan besar yaitu
Rp20.000 ke atas yang mencapai 90,6% dari total
UYD, sedangkan pecahan kecil Rp10.000 ke bawah
hanya mencapai 9,4%. Pangsa pecahan Rp10.000
ke bawah tersebut menunjukkan kecenderungan
yang semakin menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2004 dan 2005.
Meskipun secara nominal, pecahan yang banyak
beredar di masyarakat adalah pecahan besar, namun
berdasarkan jumlah lembar/keping uang,
menunjukkan pecahan Rp10.000 ke bawah masih
mendominasi yaitu mencapai 60,9% dari total
jumlah/lembar uang yang diedarkan.
38383838
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
44.9%
38.6%
26.4%
41.8%
45.7%
55.6%
5.3 %
7.1%
8 .1%
8 .0 %
8 .6 %
9 .9 %
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
2004
100,000 50,000 20,000 < 10.000
Grafik 13 Pangsa Uang Kertas yang Diedarkan Berdasarkan Nominal
6.0%
6.1%
6.6%
52.6%
52.5%
51.2%
5.5%
4.8%
2.7%
27.7%
28.3%
30.7%
8.1%
8.3%
8.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
2004
1,000 500 200 100 < 100
Grafik 14 Pangsa Uang Logam yang Diedarkan Berdasarkan Nominal
44.2%
37.9%
25.9%
41.1%
44.9%
54.5%
5.3%
7.0%
8.0%
9.4%
10.3%
11.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
2004
100,000 50,000 20,000 < 10.000
Grafik 15 Pangsa pecahan UYD Berdasarkan Nominal
11.8%
12.0%
11.5%
60.9%
62.5%
63.3%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2006
2005
2004
>=10.000 5,000 1,000 500 <= 200
Grafik 16 Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar/Keping
Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Kartal Melalui BIKartal Melalui BIKartal Melalui BIKartal Melalui BI Penerapan kebijakan uji coba setoran dan bayaran
kepada perbankan berupa penyetoran uang ke BI
oleh perbankan dalam kondisi yang tidak layak edar
untuk seluruh pecahan, secara jangka pendek
berdampak terhadap penurunan volume aliran uang kartal melalui BI. Kondisi tersebut berdampak
terhadap efisiensi pengelolaan uang di BI serta
mengindikasikan membaiknya manajemen
pengelolaan uang oleh perbankan.
Perkembangan aliran uang keluar dari BI
menunjukkan kecenderungan meningkat, namun
terjadi perlambatan pada 2006, sedangkan aliran
uang masuk ke BI yang cenderung meningkat selama
4 tahun terakhir, menunjukkan sedikit penurunan di
tahun 2006. Jumlah outflow pada tahun 2006
sebesar Rp338,1 triliun atau naik 2,4% dari tahun
sebelumnya yang mencapai sebesar Rp330,8 triliun.
Pertumbuhan outflow selama tahun 2006 tersebut
lebih rendah dari laju pertumbuhan outflow tahun
sebelumnya yang mencapai 14,7%. Jumlah inflow di
2006 menunjukkan penurunan sebesar 3,0% dari
sebesar Rp314,6 triliun menjadi Rp305,1 triliun
(Grafik 18). Perlambatan kenaikan ouflow dan
penurunan inflow di 2006 tersebut terutama
dipengaruhi penerapan kebijakan setoran dan
39393939
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
bayaran yang diberlakukan untuk seluruh pecahan
mulai Mei 2006 di KP dan Desember 2007 di KBI.
Secara nasional, pola outflow dan inflow uang kartal
melalui BI selama tahun 2006 masih menunjukkan
pola yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu
terjadi peningkatan outflow secara signifikan pada
periode menjelang hari raya keagamaan dan tahun
baru, yang dilanjutkan dengan peningkatan inflow
setelah periode tersebut. Jumlah outflow tertinggi di
tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober atau
bersamaan dengan periode libur hari raya
keagamaan (lebaran) yang mencapai sebesar Rp41,6
triliun, sedangkan jumlah outflow terendah dicapai pada bulan November 2006 yaitu sebesar Rp19,3
triliun. Adapun jumlah inflow selama tahun 2006
berkisar antara Rp9,7 triliun pada Desember dan
tertinggi di bulan November sebesar Rp33,0 triliun
(grafik 19).
0.0
75.0
150.0
225.0
300.0
2002 2003 2004 2005 2006
Triliun Rp
Outflow Inflow
Grafik 17 Perkembangan Outflow dan Inflow 2002 – 2006
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Jan Feb M ar Ap r Mei Jun J ul Ag t Sep Okt No v DesBulan
Triliun
Out-2005 Out-2006
In-2005 In-2006
Grafik 18 Perkembangan Outflow dan Inflow Bulanan
Jumlah uang kartal yang diserap oleh masyarakat
selama tahun 2006 meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya, tercermin dari kenaikan jumlah net
outflow dari sebesar Rp15,5 triliun menjadi Rp33,0
triliun atau naik 112,6%. Pertumbuhan net outflow
tersebut lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan
tahun sebelumnya yang mencapai 21,8%.
Secara triwulanan, jumlah net outflow pada
triwulan-3 dan triwulan-4 menunjukkan
kecenderungan meningkat dan sejalan dengan pola
tahun 2004. Pola kenaikan net flow tersebut berbeda
dengan tahun 2005, yaitu kenaikan net flow yang
lebih tinggi di triwulan-3 dibandingkan dengan triwulan-4. Perubahan pola net outflow yang terjadi
pada tahun 2005 tersebut terkait dengan adanya
peningkatan pengeluaran pemerintah yang dimulai
sejak di triwulan III serta ekspektasi masyarakat
untuk berjaga-jaga mengantisipasi kenaikan harga
BBM yang cukup signifikan pada awal triwulan-4
2006.
(25.0)
(10.0)
5.0
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
Triwulan
Tri liun Rp
2006 20052004
Grafik 19 Perkembangan Jumlah Outflow dan Inflow
Berdasarkan regionalnya, jumlah inflow dan outflow
di wilayah KPBI sejak triwulan-2 2006 sampai
triwulan-4 2006 menunjukkan jumlah yang lebih
rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Demikian juga dengan jumlah outflow dan inflow di
wilayah KKBI menunjukkan jumlah yang lebih rendah dari tahun sebelumnya sejak triwulan-4 2006
40404040
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
(Grafik 20 dan 21). Hal tersebut berkaitan dengan
penerapan penyetoran UTLE oleh perbankan pada
bulan Mei untuk perbankan di wilayah KPBI dan
Desember 2006 untuk wilayah KBI. Melalui
penerapan kebijakan tersebut, terjadi kemungkinan
suatu bank mengalami posisi kelebihan atau
kekurangan uang kartal untuk pecahan tertentu,
sehingga terjadi transaksi uang kartal antar bank.
Berdasarkan kondisi tersebut, perbankan akan
berupaya untuk mengelola uang kartalnya untuk
menghindari dana idle yang dapat merugikan.
-
20.0
40.0
60.0
80.0
1 2 3 4Triwulan
Triliun Rp
KP-2006KP-2005KBI-2006KBI-2005
Grafik 20 Perkembangan Jumlah Outflow KP dan KBI
-
20.0
40.0
60.0
80.0
1 2 3 4Triwulan
Triliun Rp
KP-2006KP-2005KBI-2006KBI-2005
Grafik 21 Perkembangan Jumlah Inflow KP dan KBI
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, jumlah
aliran uang kartal dari wilayah di luar Jakarta dan
luar Jawa yang masuk ke wilayah Jawa masih terjadi
ditahun 2006. Selama tahun 2006, terjadi net
outflow di KP dan KKBI di wilayah luar Jawa, masing-masing sebesar Rp34,0 triliun dan Rp24,4
triliun. Sedangkan 3 KKBI di wilayah Jawa yaitu KKBI
Bandung, KKBI Semarang, dan KKBI Surabaya
mengalami net inflow sebesar Rp25,4 triliun.
Pangsa inflow dan outflow di wilayah KP selama
tahun 2006 menunjukkan penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya. Hampir seluruh wilayah KKBI
mengalami kenaikan pangsa inflow, kecuali KKBI
Semarang, dan KKBI. Demikian pula dengan pangsa
outflow menunjukkan hampir seluruh KKBI
mengalami kenaikan dibandingkan tahun
sebelumnya, kecuali KKBI Banjarmasin. Pangsa
inflow tertinggi selama tahun 2006 terjadi di wilayah
KKBI Bandung dan KP yang mencapai masing-
masing 20,7% dan 16,4% dari total inflow, sedangkan outflow selama tahun 2006 berada di
wilayah Kantor Pusat dan KKBI Surabaya yaitu
sebesar 24,8% dan 17,4% dari total outflow.
23.5%
16.4%
6.9%
9.5%
6.5%
6.8%
18.2%
20.7%
13.6%
12.2%
18.1%
19.2%
5.8%
5.5%
7.3%
9.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2005
2006
KP M EDAN PADANG BANDUNGSEM ARANG SURABAYA BANJARM ASIN M AKASSAR
Grafik 22 Pangsa Inflow Berdasarkan Wilayah Kerja
32.3%
24.8%
6.1%
9.4%
8.0%
8.3%
12.2%
13.4%
9.6%
8.7%
16.9%
17.4%
7.2%
7.3%
7.8%
10.6%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2005
2006
KP M EDAN PADANG BANDUNGSEM ARANG SURABAYA BANJARM ASIN M AKASSAR
Grafik 23 Pangsa outfllow Berdasarkan Wilayah Kerja
41414141
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Sebagian besar transaksi inflow uang kartal ke BI
berupa setoran bank mencapai 97,9% dari total
inflow, sedangkan sisanya berupa penyetoran non
bank dan penukaran dari masyarakat. Berdasarkan
pecahannya, sebagian besar setoran bank adalah
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 yang mencapai
masing-masing 53,9% dan 37,3% dari total setoran
bank. Dibandingkan tahun lalu, pangsa setoran
pecahan Rp50.000 tersebut mengalami penurunan
yaitu dari sebesar 61,3%, sebaliknya pangsa
pecahan Rp100.000 menunjukkan kenaikan dari
28,0%.
Sebagaimana transaksi inflow, sebagian besar aliran uang kartal yang keluar dari BI selama tahun 2006
adalah penarikan oleh bank yang mencapai 97,9%
dari total outflow. Sebagaimana penyetoran uang,
pangsa penarikan uang kartal oleh perbankan selama
tahun 2006 sebagian besar adalah pecahan
Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar
51,5% dan 42,0%. Selain itu, persentase penarikan
uang pecahan Rp100.000 menunjukkan kenaikan,
sedangkan pecahan Rp50.000 ke bawah mengalami
penurunan.
Pangsa penyetoran dan penarikan uang kartal yang
mengarah pada pecahan yang semakin besar oleh
perbankan tersebut, antara lain digunakan untuk
keperluan pengisian mesin kasir otomatis (ATM),
serta efisiensi dalam proses penarikan maupun
penyetoran uang nasabah jika menggunakan uang
pecahan besar.
Berbeda dengan pola penarikan dan penyetoran oleh
perbankan, pangsa penukaran uang pecahan besar
ke pecahan kecil mendominasi transaksi penukaran
melalui BI. Pangsa penukaran masuk pecahan
Rp50.000 dan Rp100.000 mencapai 46,3% dan
45,2%, untuk ditukarkan dengan uang pecahan kecil
(Rp10.000 ke bawah) yang mencapai sebesar 80,7%.
25.7%
28.0%
37.3%
61.6%
61.3%
53.9%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100,000 50,000 20,000 < = 10,000
Grafik 24 Pangsa Setoran Bank Berdasarkan Pecahan
24.5%
33.3%
42.0%
64.7%
56.6%
51.5%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100,000 50,000 20,000 <= 10,000
Grafik 25 Pangsa Bayaran Bank Berdasarkan Pecahan
35.3%
39.5%
45.2%
53.2%
50.6%
46.3%
4.5%4.4%
3.3%7.0%
5.4%5.2%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100,000 50,000 20,000 < = 10,000
Grafik 26 Pangsa Penukaran Masuk Berdasarkan Pecahan
42424242
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
7.2%
15.8%
7.0%
8.5%
7.7%
6.7%
8.1%
78.1%
68.4%
80.7%
6.2%
5.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100,000 50,000 20,000 < = 10,000
Grafik 27 Pangsa Penukaran Keluar Berdasarkan Pecahan
Posisi KasPosisi KasPosisi KasPosisi Kas Posisi kas Bank Indonesia selama tahun 2006 masih
berada pada kisaran minimal selama 2-3 bulan rata-
rata outflow, dengan komposisi terbesar adalah uang
kertas pecahan besar yaitu Rp20.000 ke atas. Rata-
rata posisi uang kartal di BI selama tahun 2006
sebesar Rp71,9 triliun atau meningkat sebesar 37,5%
dari tahun 2005 yang mencapai sebesar Rp52,3
triliun. Rasio rata-rata posisi kas terhadap rata-rata
outflow selama tahun 2006 tercatat sebesar 2,6
bulan outflow atau berada pada kisaran kecukupan
kas minimum selama 2-3 bulan rata-rata outflow.
Jumlah posisi kas Bank Indonesia Jumlah posisi kas
terendah selama tahun 2006 sebesar Rp42,8 triliun
yang terjadi di 2 Januari 2006, sedangkan posisi kas
tertinggi sebesar Rp88,7 triliun pada 29 Agustus
2006.
Guna mengupayakan kebutuhan uang kartal di
masyarakat, BI berupaya untuk menyediakan
komposisi uang kartal yang sesuai. Pada posisi akhir
Desember 2006, pecahan uang kertas Rp50.000 dan
Rp100.000 masing-masing sebesar 51,3% dan
29,1% total posisi kas BI. Sesuai dengan peningkatan
pangsa pecahan Rp100.000 pada inflow dan outflow
uang kartal, pangsa pecahan Rp100.000 juga mengalami peningkatan. Berdasarkan lembar/keping
uang, pangsa terbanyak adalah pecahan Rp50.000
dan Rp1.000 sebesar 22,1% dan 17,9%. Dengan
komposisi tersebut, masing-masing pecahan uang
kertas tersebut mampu memenuhi 2,2 sampai 5,5
bulan rata-rata outflow, sedangkan uang logam
masing-masing pecahan selama 4,6 sampai 22,9
bulan rata-rata outflow.
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
1-Jan 31-Jan 1-Mar 31-Mar 30-Apr 30-May 29-Jun 29-Jul 28-Aug 27-Sep 27-Oct 26-Nov 26-Dec
Bulan
Triliun Rp
2005 2006
Grafik 28 Perkembangan Persediaan Kas BI
32.3%
23.5%
29.1%
43.9%
56.3%
51.3%
15.0%
8.5%
10.5%
8.8%
11.7%
9.1%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100.000 50.000 20.000 <=10.000
Grafik 29 Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal
Pemusnahan UangPemusnahan UangPemusnahan UangPemusnahan Uang Dalam rangka menjaga kualitas uang kartal yang
diedarkan dalam kondisi yang layak, BI melakukan
pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) berupa
uang lusuh, uang rusak, uang cacat, dan uang yang
telah dicabut dan ditarik dari peredaran. Sejalan
dengan penurunan jumlah inflow uang kartal selama tahun 2006, jumlah pemusnahan uang juga
menunjukkan penurunan. Secara total, jumlah
pemusnahan uang selama 2006 menurun sebesar
10,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
43434343
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
Perkembangan pemusnahan uang selama 2006
menunjukkan kecenderungan meningkat pada bulan
Mei dan Agustus, serta mencapai puncaknya pada
bulan November. Kenaikan yang signifikan di bulan
November tersebut terutama dipengaruhi oleh
kenaikan inflow paska hari raya lebaran.
Pengawasan terhadap pemusnahan uang dilakukan
secara konsisten melalui sarana penetapan soil level
pada mesin sortasi dan standarisasi visual UTLE di
seluruh satuan kerja kas BI.
Secara regional, pemusnahan uang tertinggi selama
tahun 2006 adalah di Kantor Pusat BI dan KKBI
Bandung masing-masing sebesar 31,0% dan 17,8%. Selama 3 tahun terakhir, pangsa pemusnahan uang
di wilayah KP menunjukkan peningkatan, sedangkan
di wilayah KKBI Bandung menunjukkan peran yang
semakin mengecil. Kondisi tersebut selain
mengindikasikan tingginya UTLE yang disetorkan ke
BI, juga sejalan dengan tingginya aliran uang kartal
yang masuk ke BI di wilayah tersebut.
-
0.2
0.4
0.6
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Miliar Lbr/Kpg
2004 2005 2006
Grafik 30 Perkembangan Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping
19.6%
26.2%
31.0%
8.9%
6.6%
7.5%
7.3%
6.4%
6.2%
23.0%
20.5%
17.8%
14.3%
12.2%
11.1%
17.1%
17.8%
16.8%
4.0%
3.9%
3.6%
5.7%
6.3%
6.1%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
KANTOR PUSAT KKBI M EDAN KKBI PADANG KKBI BANDUNGKKBI SEM ARANG KKBI SURABAYA KKBI BANJARM ASIN KKBI M AKASSAR
Grafik 31 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasakan Wilayah
Sebagian besar pemusnahan UTLE oleh BI adalah
uang kertas yang mencapai 99,9% dari total
pemusnahan. Secara nominal, jumlah pemusnahan
uang yang paling banyak adalah pecahan Rp50.000
yang mencapai sebesar 59,0% dari total
pemusnahan. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, pangsa pemusnahan uang pecahan
Rp100.000 menunjukkan kenaikan sehingga
mencapai jumlah pemusnahan terbesar kedua
menggantikan pecahan Rp20.000. Berdasarkan
lembar/keping pemusnahan uang, jumlah terbesar
uang yang dimusnahkan masih sejalan dengan tahun
sebelumnya yaitu pecahan kecil Rp10.000 ke
bawah dan Rp50.000, yang mencapai masing-
masing sebesar 68,3% dan 19,6% dari total
lembar/keping uang yang dimusnahkan.
11.6%
12.6%
11.2%
15.4%
12.7%
12.8%
12.0%
17.0%
6.5% 66.5%
62.7%
59.0%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100.000 50.000 20.000 <= 10.000
Grafik 32 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal
44444444
LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006
10.2%
9.8%
9.3%
71.0%
71.7%
68.3%
0.9%
2.8%
1.6%
19.6%
16.9%
18.0%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
2004
2005
2006
100.000 50.000 20.000 < = 10.000
Grafik 33 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Jumlah Lembar/Keping
Perkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang Palsu Rata-rata rasio temuan uang palsu per bulan
terhadap uang kertas yang diedarkan pada tahun
2006 lebih tinggi dari rata-rata rasio tahun
sebelumnya, namun masih dalam jumlah yang
cukup rendah sehingga tidak berdampak secara
signifikan terhadap perekonomian. Pada tahun 2006,
rasio rata-rata per bulan adalah sebesar 0,0000014
atau terdapat 14 temuan uang palsu pada setiap 10
juta lembar uang kertas yang diedarkan, sedangkan
tahun sebelumnya sebesar 0,000009 atau sebanyak
9 lembar temuan uang palsu pada setiap 10 juta
lembar uang kertas yang diedarkan.
Sebagian besar temuan uang palsu bersumber dari
kasus pemalsuan uang oleh Kepolisian RI yang
mencapai 56,9% dari total temuan uang palsu,
sedangkan temuan perbankan/BI mencapai 43,1%.
Adapun, berdasarkan wilayahn temuan uang palsu,
sebagian besar bersumber dari wilayah di Pulau Jawa, yaitu di wilayah Kantor Pusat sebesar 46,3%,
KKBI Surabaya sebesar 24,8%, dan KKBI Semarang
sebesar 20,4%.
Tabel 3 Persentase Perkembangan Temuan Uang Palsu Tahun 2006
KP/KKBIKP/KKBIKP/KKBIKP/KKBI TwTwTwTw----1111 TwTwTwTw----2222 TwTwTwTw----3333 TwTwTwTw----4444 TotalTotalTotalTotal Kantor Pusat 16.0% 49.3% 75.6% 21.3% 46.3%
Medan 0 . 1 % 0 . 3 % 0 . 7 % 0 . 4 % 0 . 4 %
Padang 0 . 5 % 1 . 0 % 0 . 3 % 0 . 2 % 0 . 4 %
Bandung 4 . 0 % 3 . 9 % 2 . 3 % 13.8% 5 . 7 %
Semarang 46.9% 15.3% 7 . 1 % 22.5% 20.4%
Surabaya 28.6% 29.7% 13.0% 39.0% 24.8%
Banjarmasin 3 . 3 % 0 . 2 % 0 . 1 % 0 . 4 % 0 . 9 %
Makassar 0 . 7 % 0 . 4 % 1 . 1 % 2 . 4 % 1 . 2 %
Jumlah 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Top Related