KATA PENGANTAR
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu agenda
reformasi pembangunan nasional bidang kesehatan. Obat dan
Makanan yang aman akan meningkatkan kesehatan masyarakat
dan daya saing bangsa. Dengan demikian, pembangunan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
yang akan mendukung percepatan pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
Sebagai pelaksanaan amanat Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, Renstra Sekretariat Utama Tahun
2015-2019 disusun mengacu pada Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi BPOM 2015-2019
dan mempertimbangkan berbagai kekuatan/kelemahan, peluang, dan tantangan yang
ada atau mungkin timbul.
Secara garis besar, lingkungan strategis eksternal dan internal yang dihadapi oleh
Sekretariat Utama pada tahun 2015-2019 di antaranya dinamika dan demand peraturan
perundang-undangan (regulasi), pengembangan dan efektivitas jejaring kerja sama,
perkembangan teknologi informasi, tantangan reformasi perencanaan, penganggaran,
dan keuangan, pemenuhan dan penataan sarana dan prasarana, serta komitmen dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi.
Menghadapi lingkungan strategis tersebut, Sekretariat Utama dituntut untuk dapat
(i)meningkatkan kuantitas dan kualitas produk hukum dalam rangka memperkuat
sistem pengawasan Obat dan Makanan melalui harmonisasi setiap peraturan
perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan serta mendorong
rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum yang siap diundangkan;
(ii)meningkatkan partisipasi masyarakat dan efektivitas kerjasama dengan kegiatan
pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi (KIE)
serta mendorong pemanfaatan kerjasama dalam dan luar negeri yang ada maupun
membuat kerjasama baru; (iii)meningkatkan kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya
yang efektif dan efisien. Dengan etos tersebut, diharapkan Sekretariat Utama mampu
menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan BPOM.
Sebagai dokumen perencanaan indikatif dan berorientasi pada hasil, Renstra
Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang merupakan dukungan Sekretariat
Utama dalam kerangka pengawasan Obat dan Makanan.
Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 digunakan sebagai acuan bagi setiap unit
organisasi eselon II dalam menyusun dokumen perencanaan dan dasar
penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
lingkungan Sekretariat Utama.
Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah berkonstribusi dalam penyusunan Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019.
Semoga penyusunan dan penerbitan Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 ini
mendapatkan ridha dari Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, 30 April 2015
Sekretaris Utama
Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si.
LAMPIRAN KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.04.2.21.04.15.1986 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA TAHUN 2015-2019 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT
DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga
(K/L) diwajibkan menyusun rencana strategis (Renstra) untuk periode 5 tahun
mengacu pada RPJM Nasional Periode 2015-2019. Sebagai pelaksanaan
amanat tersebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyusun
Renstra BPOM 2015-2019 berdasarkan kewenangan, tugas, dan fungsi dari
BPOM.
Dalam pelaksanaannya, Renstra BPOM periode 2015-2019 tersebut
memerlukan penjabaran ke dalam Renstra unit organisasi Eselon I, Satker,
dan Eselon II. Untuk itu Sekretariat Utama BPOM sebagai salah satu unit
organisasi Eselon I juga menyusun Renstra Unit Organisasinya mengacu
kepada Renstra BPOM periode 2015-2019.
Sekretariat Utama (Sektama) BPOM memiliki peran strategis dalam
mendukung tugas-tugas utama BPOM sebagai pengawas Obat dan Makanan
melalui pemberian layanan yang lebih baik kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan BPOM baik di tingkat pusat dan Balai Besar/Balai POM dalam
rangka mewujudkan kesehatan masyarakat. Peran strategis Sektama ini
meliputi: (i) pengembangan regulasi pengawasan Obat dan Makanan, (ii)
dukungan upaya penegakan hukum, (iii) peningkatan jejaring komunikasi
publik serta peningkatan kerjasama pengawasan Obat dan Makanan di tingkat
multilateral, regional, dan bilateral; (iv) pelaksanaan perencanaan dan
penganggaran yang efektif dan efisien, (v) pengelolaan Aparatur Sipil Negara
(ASN); dan (vi) pengelolaan sarana maupun prasarana yang memadai untuk
pelaksanaan tugas BPOM.
- 2 -
Renstra Sektama periode 2015-2019 mempunyai nilai strategis dalam
memberikan arah dan kebijakan kelembagaan baik organisasi, SDM dan
Manajemen dalam rangka mendukung pencapaian pelaksanaan reformasi
birokrasi BPOM untuk mewujudkan tujuan dan sasaran reformasi birokrasi
nasional.
Untuk menindaklanjuti amanat tersebut di atas dan dalam rangka
mendukung pencapaian program-program prioritas BPOM, Sektama sesuai
kewenangan, tugas, dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra)
Sektama Tahun 2015-2019 yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan
serta program dan kegiatan Sektama untuk tahun 2015-2019. Proses
penyusunan Renstra Sektama tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan
amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dimulai dari hasil
evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014 serta menghimpun masukan-
masukan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Sektama.
Renstra Sektama tahun 2015-2019 diharapkan menjadi acuan unit kerja
di lingkungan Sektama untuk meningkatkan kinerja pada masa yang akan
datang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Sektama saat ini dapat dijelaskan mulai dari peran,
tupoksi dan pencapaian kinerja sebagai berikut:
1.1.1 Peran Sektama berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan;
Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan,
Sektama merupakan unsur pimpinan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Sektama mempunyai tugas yaitu
mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap
program, administrasi dan sumber daya di lingkungan BPOM.
Dalam melaksanakan tugas, Sektama menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi perencanaan, penganggaran,
penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan
pelatihan serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan BPOM;
2. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi penyusunan peraturan
perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga,
kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas BPOM;
3. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah
tangga;
4. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat
dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM;
- 3 -
5. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas Deputi di lingkungan
BPOM;
6. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang
tugasnya.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Sektama sebagai unit organisasi
yang strategis. Ke depan, Sektama akan menjalankan tugasnya secara lebih
profesional dan proaktif. Dengan kewenangan dan tugas sebagai pembina di
internal BPOM, Sektama dituntut menghasilkan pelayanan yang lebih baik
yang sesuai dengan kebutuhan dan tugas BPOM sebagai lembaga pengawasan
obat dan makanan.
1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Sesuai Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan,
struktur Sektama adalah sebagai berikut.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi BPOM
Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan
INSPEKTORAT 1. Biro Perencanaan dan
Keuangan
2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Umum
SEKRETARIAT UTAMA
Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional
Pusat Riset Obat dan Makanan
Pusat Informasi Obat
dan Makanan
Deputi I Bidang Pengawasan Produk
Terapetik dan Napza
1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi
2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT
3. Direktorat Pengawasan
Produksi Produk Terapetik dan PKRT
4. Direktorat Pengawasan
Distribusi Produk Terapetik dan PKRT
5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif
Deputi II Bidang Pengawasan Obat
Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen
1. Direktorat Penilaian Obat
Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik
2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
3. Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen
4. Direktorat Obat Asli Indonesia
Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan Berbahaya
1. Direktorat Penilaian
Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi
Produk Pangan
3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan
4. Direktorat Surveilance dan
Penyuluhan Keamanan Pangan
5. Direktorat Pengawasan
Produk dan Bahan Berbahaya
Unit Pelaksanan Teknis BPOM
- 4 -
RAKAT
PERLENG
BAGIAN
RT
KAPAN DAN
TANGGA
RUMAH
SUBBAGIAN
KAPAN
DAN KEARSIPAN
BAGIAN
PENGEM
BANGAN
PEGAWAI
PERLENG
SUBBAGIAN
JABATAN
SUBBAGIAN
PERSURATAN
SUBBAGIAN
DIKLAT
BANGAN
PENGEM
SUBBAGIAN
AN PEGAWAI
PERENCANA
SUBBAGIAN
BAGAIAN
ADMINISTRA
SI KEPEGA
WAIAN
NAL
FUNGSIO
PEGAWAI
MUTASI
SUBBAGIAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SESTAMA
KEPEGA
TATA USAHA
SUBBAGIAN
PEGAWAI
RAAN
KESEJAHTE
SUBBAGIAN
KEPALA
TATA USAHA
SUBBAGIAN
BAGIAN
TATA USAHA
PIMPINAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
DEPUTI
MASA
SUBBAGIAN
PUBLIKASI
DAN DOKU
KONSUMEN
BAGIAN
HUBUNGAN
MASYA-
SUBBAGIAN
PEMBERI-
TAAN
SUBBAGIAN
MEDIA
MENTASI
BANTUAN
HUKUM
SUSBBAGIAN
KONSUMEN
SUBBAGIAN
DATA DAN
EVALUASI
BAGIAN
PENGADUAN
KONSUMEN
SUBBAGIAN
LAYANAN
PENGADUAN
TASI
UNDANGAN
BAGIAN
BANTUAN
HUKUM
SUBBAGIAN
PERTIMBANG
AN HUKUM
SUBBAGIAN
LAYANAN
SUBBAGIAN
DOKUMEN
UNDANGAN
PERUNDANG
PERUNDANG
PERATURAN
PERUMUSAN
SUBBAGIAN
KERJASANA
BAGIAN BAGIAN
PERATURAN
SEKRETARIS UTAMA
BAGIAN
RENSTRA
DAN
BAGIAN
PROGRAM
DAN
SUBBAGIAN
EVALUASI
DAN
INTERNA
KERJASAMA
KERJASAMA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
REGIONAL ORGANISASI
PRODUK TE
ANGGARAN
BAGIAN
ORGANISASI
SUBBAGIAN PERBENDAHASUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
PELAPORAN
ORGANISASI
RENSTRA
SUBBAGIAN
RAAN DANPROGRAM
SUBBAGIAN
ANGGARAN
SUBBAGIAN
VERIFIKASI
AKUNTANSI
MULTILATERAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
KERJASAMA
REGIONAL II
SUBBAGIAN
KEAMANAN
TATA USAHA
BAGIAN
KERJASAMA
BILATERAL DAN
MULTILATERAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
BILATERAL
SUBBAGIAN
KERJASAMA
BIRO BIRO
UMUMHUKUM DAN
HUBUNGAN MASYARAKAT
BIRO
KERJASAMA
LUAR NEGERI
BIRO
PERENCANAAN
DAN KEUANGAN
BAGIAN
FUNGSIONAL
PANGAN
KERJASAMA
NAZABA
DATA DAN
SIONAL
SUBBAGIAN
SUBBAGIAN
KOMPLEMEN
RAPETIK DAN
KERJASAMA
BAGIAN
EVALUASI
SUBBAGIAN
PELAPORAN
REGIONAL I
WAIAN
HUKUM
KELOMPOK JABATAN
HUKUM
BIMBINGAN
LAYANAN
PENYULUHAN
LPK
SUBBAGIAN
PENGADUAN
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Sekretariat Utama BPOM
- 5 -
Sebagaimana Gambar 1.2, Struktur Organisasi Sektama terdiri dari 4
(empat) Biro, meliputi Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Kerja Sama Luar
Negeri (KSLN), Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat (Humas), dan Biro
Umum. Setiap biro terdiri dari bagian dan subbagian. Secara keseluruhan
jumlah eselon III dan IV di bawah eselon II Sektama sebanyak 54.
Terkait Struktur Organisasi Sektama masih ditemukan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1) Belum ada unit kerja yang mengelola/mengkoordinir kerjasama dalam
negeri (Hubungan Antar Lembaga);
2) Terdapat beberapa unit kerja yang memiliki span of control terlalu luas,
contoh: Biro Umum, Biro Hukum dan Humas;
3) Belum ada unit kerja yang fokus mengelola diklat dan membina jabatan
fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM);
4) Belum ada unit kerja yang tersendiri dalam mengelola keuangan, Barang
Milik Negara (BMN) dan pengadaan barang dan jasa;
5) Belum ada subbag tata usaha di Biro Hukum dan Humas maupun Biro
KSLN menyebabkan tingginya beban kerja;
6) Belum ada unit kerja khusus sebagai penjamin mutu;
7) Belum ada fungsi penggajian dalam struktur organisasi.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas Sektama diperlukan sejumlah
SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Sampai dengan tahun
2014, jumlah SDM yang dimiliki Sektama untuk melaksanakan tugas dan
fungsi pembinaan serta pelayanan administrasi umum adalah sebanyak 192
orang yang tersebar di keempat biro. Berdasarkan tingkat
kepangkatan/Golongan, struktur pegawai Sektama dapat dijelaskan pada
Tabel 1.1 di bawah ini:
- 6 -
Tabel 1.1.
Struktur Pegawai Sekretariat Utama Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Sekretariat Utama BPOM
Jumlah Persen Jumlah Persen
S3 0 0 3 0,08
S2 29 15,18 316 8,79
Apoteker 38 19,90 1.333 36,98
S1 59 30,89 744 20,64
D3, D4 dan Sarjana Muda 16 8,36 435 12,07
D1 0 0 22 0,61
SLTA Sederajat 44 23,04 682 18,92
SLTP ke bawah 5 2,62 69 1,91
TOTAL 191 100,00 3.600 100,00
Sumber: Data Biro Umum Tahun 2014
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Sektama memiliki pegawai
dengan jenjang pendidikan Apoteker sebesar 19,90 persen dan pendidikan
minimal Sarjana 65,98 persen atau 126 orang. Jumlah tersebut adalah 5,26
persen dari jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan minimal Sarjana di
BPOM.
Perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis merupakan
tantangan bagi Sektama untuk dapat melakukan peningkatan kualitas
kelembagaan dan memprediksi kebutuhan SDM, Organisasi dan Manajemen.
Pada tahun 2014, Sektama belum didukung dengan SDM yang memadai dan
masih kekurangan SDM sejumlah 272 orang, dihitung berdasarkan analisa
beban kerja (ABK). Profil kebutuhan SDM Sektama berdasarkan analisis beban
kerja adalah sesuai Gambar 1.3.
- 7 -
*) Tahun 2016 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai
Gambar 1.3. Kebutuhan SDM Sektama Tahun 2015-2019 berdasarkan ABK
Adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai
selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan
pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya
kesenjangan pegawai BPOM, karena diperkirakan sejumlah 30 pegawai akan
pensiun, pindah dan sebagainya dalam lima tahun tersebut, sementara beban
kerja makin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut
menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan
secara optimal.
1.1.3 Hasil Capaian Kinerja Sektama Periode 2010-2014
Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Sektama mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan di bidang
administasi umum. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut maka sasaran
strategis yang dicapai dalam Renstra 2010-2014 Sektama, yaitu: 1)
meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka
melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN; 2)
meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul
dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan; 3) meningkatnya
koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan
administrasi di lingkungan BPOM sesuai dengan sistem manajemen mutu; 4)
meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
Badan POM
- 8 -
Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Sektama
tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama
sesuai sasaran strategis di bawah ini:
Tabel 1.2. Pencapaian IKU Sekretariat Utama Tahun 2014
No Indikator Target Realisasi Capaian
1. Persentase unit kerja yang
mengembangkan dan
menerapkan sistem
manajemen mutu
100% 100% 100%
2. Persentase ketersediaan
sarana gedung dan
prasarana penunjang kinerja
termasuk pemeliharaannya
95% 88,7% 93,37%
Sumber: Laporan Kinerja Sekretariat Utama Tahun 2014
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa indikator 1 telah mencapai target
yang telah ditetapkan dengan capaian 100 persen dari targetnya. Indikator 2
tidak memenuhi target yang telah ditetapkan dengan capaian 93,37 persen
dari target 95 persen. Profil capaian IKU tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada
tabel 1.3 di bawah ini:
Tabel 1.3. Capaian IKU Sekretariat Utama Tahun 2010 – 2014
Indikator
Target dan Realisasi
Persentase unit kerja
yang mengembangkan
dan menerapkan
sistem manajemen
mutu
(indikator 1)
Persentase ketersediaan
sarana gedung dan
prasarana penunjang
kinerja termasuk
pemeliharaannya
(indikator 2)
Target 2014 100% 95%
Tahun
2014
Target 100% 95%
Realisasi 100% 88,7%
- 9 -
Indikator
Target dan Realisasi
Persentase unit kerja
yang mengembangkan
dan menerapkan
sistem manajemen
mutu
(indikator 1)
Persentase ketersediaan
sarana gedung dan
prasarana penunjang
kinerja termasuk
pemeliharaannya
(indikator 2)
Capaian
terhadap target 100% 93,37%
Tahun
2013
Target 100% 90%
Realisasi 100% 76,14%
Capaian
terhadap target 100% 84,60%
Tahun
2012
Target 98,18% 85%
Realisasi 98,18% 83,44%
Capaian
terhadap target 100% 98,17%
Tahun
2011
Target 98,18% 75%
Realisasi 98,18% 85,49%
Capaian
terhadap target 100% 113,99%
Tahun
2010
Target 0% 65%
Realisasi 9,09% 67%
Capaian
terhadap target - 102,34%
Sumber: Laporan Kinerja Sekretariat Utama Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kinerja Sektama telah
menunjukkan hasil yang baik. Namun demikian, ke depan kinerja Sektama
masih terus perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar target organisasi
BPOM maupun Sektama yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
Sebagai contoh, untuk menghadapi dinamika lingkungan strategis diperlukan
penyesuaian kelembagaan BPOM yang dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan strategis. Untuk itu Sektama seharusnya secara profesional dapat
- 10 -
tetap menghasilkan organisasi, SDM dan manajemen yang sesuai kebutuhan
lingkungan strategis.
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik internal dan
eksternal BPOM, potensi dan permasalahan yang dihadapi Sektama tidak
terlepas dari potensi dan permasalahan secara kelembagaan BPOM yang
semakin kompleks. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat
eksternal dan internal yang dihadapi oleh Sektama adalah sebagai berikut:
1.2.1 Peraturan perundang-undangan (regulasi)
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Sektama mengacu beberapa
peraturan perundang-undangan (regulasi) pemerintah. Adanya perubahan
regulasi eksternal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi
Sektama dalam pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan di bidang
administrasi umum. Berdasarkan perubahan tersebut, Sektama perlu
menyesuaikan tugas-tugasnya dalam bidang organisasi, keuangan, manajemen
kinerja dan lain-lain. Beberapa peraturan perundang-undangan yang saat ini
mengalami perubahan dan perlu segera ditindaklanjuti Sektama adalah
sebagai berikut :
1. Peraturan yang berkaitan dengan keuangan, antara lain Peraturan
Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Berdasarkan peraturan ini K/L diwajibkan menerapkan Laporan
Keuangan berbasis Akrual. Implementasi secara penuh akan dimulai pada
2015. Sebelumnya selama masa peralihan (2010-204) K/L masih
dimungkinkan menyusun laporan keuangan berbasis kas menuju akrual
atau Cash Toward Accrual (CTA) yang selama ini telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP.
2. Peraturan yang berkaitan dengan manajemen kinerja antara lain peraturan
presiden Presiden tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP)
dan peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).
3. Peraturan yang berkaitan perencanaan dan penganggaran antara lain
pedoman penyusunan Renstra yang diterbikan oleh Kementerian
PPN/Bappenas serta Pedoman penyusunan dan pelaksanaan penganggaran
yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.
4. Peraturan yang berkaitan dengan organisasi antara lain kebijakan
penyusunan organisasi dengan pendekatan right sizing.
- 11 -
5. Peraturan tentang pemekaran wilayah di masing-masing propinsi,
kabupaten, kota antara lain adanya Daerah Otonomi Baru (DOB). Dengan
adanya daerah otonomi baru otomatis terjadi pembagian wilayah kerja bagi
balai-balai pengawasan obat dan makanan di daerah.
6. Peraturan lainnya yang mendukung penyelenggaraan pelayanan umum
lainnya.
Perubahan Peraturan tersebut di atas harus segera disikapi dengan cepat
karena akan mempengaruhi penilaian kinerja organisasi BPOM. Sebagai
contoh adalah penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Apabila aturan
penyusunan laporan keuangan berbasis akrual tersebut tidak dipatuhi, opini
keuangan BPOM dapat terpengaruh, sehingga pencapaian kinerja (tujuan dan
sasaran strategis) organisasi BPOM tidak optimal.
1.2.2 Jejaring Kerja Sama
BPOM menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat
menjadi single player. Untuk itu BPOM mengembangkan kerjasama dengan
K/L, baik di pusat, daerah, maupun luar negeri. Jaringan yang luas ini sangat
strategis posisinya dalam mendukung tugas-tugas BPOM maupun pemangku
kepentingan. Beberapa jejaring kerja yang sudah dimiliki BPOM yaitu Jejaring
Keamanan Pangan Nasional/Daerah, Indonesia Rapid Alert System for Food
and Feed (INRASFF), Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia
(JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan Daerah),
Indonesia Criminal Justice System (ICJS). Di tingkat regional maupun
multilateral BPOM memiliki jejaring kerja dengan ASEAN Rapid Alert System for
Food and Feed (ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex Alimentarius
Commission, Forum Kerjasama Asia Pasifik dalam harmonisasi regulasi bidang
obat (RHSC), ASEAN Referrences Laboratories (AFL), Pharmaceutical Inspection
Convention and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S),
International Crime Police Organization Interpol. Di tingkat bilateral BPOM telah
aktif berperan serta dalam perundingan Indonesia-Negara mitra, antara lain
Jepang, Korea, Malaysia, Australia, Mesir, Saudi Arabia dan India. Selain itu,
BPOM juga menjalin kerjasama dengan K/L negara mitra, antara lain Ministry
of Food Drug Safety (MFDS) Korea Selatan, Ministry of Primary Industries (MPI)
New Zealand, Ministerio Do Comercio, Industria E Ambiente (MCIA) Republic
Democratic Timor Leste, Phamaceuticals and Medical Devices Agency (PMDA)
Jepang, Japan International Cooperation Agency (JICA) Jepang, dan Korea
International Cooperation Agency (KOICA) Korea. Jejaring kerjasama tersebut
perlu penguatan karena belum semuanya berjalan optimal.
Masih lemahnya koordinasi menjadi salah satu penyebab belum
efektifnya pemanfaatan jejaring kerja sama tersebut. Oleh sebab itu diperlukan
penguatan komunikasi, koordinasi baik internal maupun eksternal BPOM.
- 12 -
Kerjasama dan kemitraan dengan media yang telah terbangun selama ini
pun merupakan suatu peluang untuk meningkatkan efektivitas pengawasan
Obat dan Makanan. Media memiliki peranan yang sangat strategis dalam
penyebaran informasi Obat dan Makanan di masyarakat, karena jangkauan
penyebarannya yang sangat luas hingga ke seluruh pelosok tanah air. Untuk
itu, perlu terus dilakukan upaya-upaya menjalin hubungan baik dengan
media, antara lain dengan seringnya mengundang media untuk meliput
kegiatan-kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPOM.
Intensitas pertemuan akan lebih meningkatkan hubungan baik dengan
media misalnya dengan penyelenggaraan konferensi pres ataupun kunjungan
ke media.
Namun untuk menjamin bahwa informasi Obat dan Makanan yang
dimuat/ditayangkan di media adalah informasi yang benar dan valid, maka
media juga perlu diedukasi dan diberikan materi-materi terkini tentang Obat
dan Makanan, antara lain dengan penerbitan siaran pers dan public warning.
Media juga perlu diberikan peluang untuk mengklarifikasi informasi Obat dan
Makanan yang mereka peroleh dari sumber lain, agar masyarakat
mendapatkan infomasi yang berimbang, benar, dan valid.
Apabila informasi Obat dan Makanan yang disebarkan melalui media
tidak sesuai dengan informasi yang diberikan BPOM, maka BPOM memiliki
hak jawab untuk mengklarifikasi pemberitaan agar tidak menimbulkan
keresahan di masyarakat.
1.2.3 Perkembangan Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM
khususnya Sektama untuk dapat melakukan pelayanan secara online,
sosialisasi, komunikasi, dan edukasi kepada masyarakat. Teknologi dapat
memudahkan akses informasi dan memperluas jangkauan pengawasan Obat
dan Makanan ke berbagai kelompok masyarakat. Sebagai contoh keberadaan
Contact Center BPOM secara nyata telah membuka akses masyarakat atas
informasi Obat dan Makanan. Teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan
untuk mendukung penataan sumber daya di lingkungan internal BPOM.
Sistem Informasi Administrasi Pegawai (SIAP), Sistem Pengarsipan, Sistem
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran merupakan beberapa bentuk
manfaat teknologi. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi
tantangan bagi BPOM terkait tren pemasaran dan transaksi produk Obat dan
Makanan secara online, pemberitaan Obat dan Makanan yang belum terbukti
kebenarannya di media sosial maupun media massa yang juga perlu
mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi. Dalam hal ini
Sektama BPOM dituntut untuk cepat tanggap, berinovasi, dan terus mengikuti
perkembangan teknologi agar pengawasan Obat dan Makanan menjadi efektif.
- 13 -
1.2.4 Reformasi Perencanaan, Penganggaran, dan Keuangan
Reformasi di bidang perencanaan dan penganggaran dimulai pada tahun
anggaran 2005 dengan mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Sebagai
tindaklanjut terhadap pelaksanaan peraturan perundangan tersebut,
Pemerintah telah menetapkan PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan
PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional yang menekankan pada:
1) Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja yaitu pendekatan
penganggaran atas dasar perencanaan kinerja,
2) Penganggaran berjangka menengah, yaitu pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut yang dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran,
dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan pada tahun
berikutnya dalam bentuk prakiraan maju, dan
3) Sistem penganggaran terpadu, yaitu penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup seluruh jenis belanja
pemerintah dan didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka
menengah serta terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip
pengelolaan keuangan publik, yaitu:
a) Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Menengah, yaitu pendekatan
penyusunan prakiraan ketersediaan anggaran sesuai tujuan kebijakan
fiskal jangka menengah untuk menjaga kesinambungan fiskal;
b) Alokasi pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana
yang terbatas. Hal ini dimungkinkan melalui penerapan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah. Dengan prinsip ini, kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dihitung sejak tahun sebelumnya guna
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui;
dan
c) Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harus dilakukan
penyelarasan program dan kegiatan yang semula seringkali berdasarkan
kebiasaan menjadi sesuatu yang berorientasi kinerja. Untuk itu diperlukan
- 14 -
kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan untuk mencapai dampak
dari tingkat perencanaan yang lebih tinggi, yaitu pencapaian visi, misi, dan
tujuan pembangunan pada tingkat Kabinet dan/atau dalam rangka
pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L pada tingkat organisasi.
Kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan diturunkan berdasarkan
logic model maupun logical framework. BPOM sudah mengenal dan
menerapkan keduanya, sehingga dalam pelaksanaan pengembangan kerangka
pikir tidak mengalami kesulitan. Kerangka pikir penyusunan program tersebut
akan menjadi arah dalam penyusunan program dan kegiatan pada masing-
masing unit kerja. Tantangan ke depan adalah mengembangkan perencanaan
berdasarkan pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Risiko dalam
perencanaan perlu dikelola sehingga Sektama dapat mengawal pencapaian
kinerja BPOM.
1.2.5 Sarana dan prasarana
Tugas-tugas BPOM sebagai pengawas obat dan makanan tidak terlepas
dengan sarana dan prasarana pendukung. Faktor utama BPOM dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan obat
dan makanan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
berkualitas tidak hanya laboratorium maupun layanan publik tetapi juga
fasilitas pendukung lainnya seperti gedung kantor yang sesuai standar, lahan
parkir yang memadai, jaringan listrik dan air yang tertata, serta kendaraan
operasional maupun laboratorium keliling yang memungkinkan mobilitas kerja
dan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu, sarana dan prasarana
merupakan faktor kekuatan yang harus dimiliki oleh BPOM dalam
menjalankan tugas dan perannya.
1.2.6 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM
melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan
BPOM merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang
diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana
Gambar 1.4 di bawah ini:
- 15 -
PO
LA
PIK
IR D
AN
BU
DA
YA
KE
RJ
A
PE
LA
YA
NA
N P
UB
LIK
ME
NIN
GK
AT
NY
A K
AP
AS
ITA
S
DA
N A
KU
NTA
BIL
ITA
S
KIN
ER
JA
BIR
OK
RA
SI
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN
YANG BERSIH
DAN BEBAS
KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME
PENGUNGKIT HASIL
INOVASI & PEMBELAJARAN
PENGAWASAN INTERNAL
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
AKUNTABILITAS KINERJA
MENINGKAT-
NYA
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
ORGANISASI
SDMTATA
LAKSANA
Gambar 1.4 Pola Pikir Pelaksanaan RB
1) Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal
atau UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk
mendukung pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan
dengan negara lain dan daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota
provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran BB/Balai POM dan Pos POM
perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur
organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana,
maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan
fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih
optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan kajian, penataan,
dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat
ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.
2) Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM
berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan
yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus
meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh
pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui
penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara
berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan
Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC
17025:2005; PIC/S Quality System Requirement for Pharmateucal
Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013 Information
Security Management System; WHO Quality System Requirement for
National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Persyaratan
- 16 -
Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan
pengembangan (KNAPPP02:2007).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan
pelanggan juga dilakukan melalui penerapan e-government atau
penggunaan teknologi informasi di lingkungan BPOM, di antaranya
pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional) dan berbagai
penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan
secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat.
Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-government yang dapat
meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan
sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
3) Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum
Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun,
Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung
tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula
sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan
Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus
berulang.
Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung
pencapaian tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada
Kerangka Regulasi. Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak
terpisahkan dari kaidah pelaksanaan RPJMN/RKP membuka peluang
untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-undangan dan
meminimalkan ego sektoral. BPOM melalui peran Sektama perlu
mengambil kesempatan ini dengan mengusulkan Undang Undang dan
atau Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan hukum Pengawasan
Obat dan Makanan untuk masuk dalam prolegnas/proleg Peraturan
Pemerintah. Selain itu sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan
bahwa setiap norma kebijakan yang akan diratifikasi memberikan
manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit analysis.
Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu
dilakukan regulatory impact assessment.
Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, Sektama
perlu mendorong dan mengawal ketersediaan Norma, Standar, Prosedur,
dan Kriteria (NSPK) yang berupa peraturan perundang-undangan dalam
bentuk Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan
Peraturan/SK Bupati/Walikota.
- 17 -
Dalam kaitan pengawalan pembentukan dan implementasi NSPK,
perlu dukungan Sektama untuk melakukan advokasi terhadap
pemangku kepentingan di tingkat pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota.
Pada area pengambilan kebijakan hukum dan penegakan hukum,
peran Sektama mendukung pelaksanaan tugas tersebut dalam hal
pemberian bantuan hukum, termasuk menangani perkara hukum yang
mungkin timbul dalam pelaksanaan tugas dimaksud. Tantangan ke
depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum
seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun
persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait,
menggeser pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama
perdagangan lintas batas dan Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu
diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara
secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan
Makanan.
4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, BPOM telah mengimplementasikan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik,
dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014
memperoleh nilai B.
Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP
menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja
BPOM. Namun, BPOM masih perlu melakukan penyempurnaan dalam
penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam
mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab
ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi
pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK.
5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh
sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi,
transparan, serta pemberian gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan
yang sepadan. Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,
perencanaan kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi, proses penerimaan pegawai dilakukan secara
- 18 -
transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN, dan promosi jabatan
dilakukan secara terbuka.
Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi,
mengacu pada standar kompetensi yang telah ditetapkan. Capaian
penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk
pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan
aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas
manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kompetensi dan variasi latar
belakang pendidikan yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM
BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan
fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen
pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat
organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen
kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan
sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam
hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah
disusun. Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah
dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen SDM BPOM.
6) Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis
dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola
pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi
lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan
organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM telah membentuk agent
of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi
dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan
pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan
merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir
dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan
timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi
secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang
dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan
manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.
- 19 -
Rangkuman analisa pengaruh lingkungan strategis di atas dapat dilihat dalam
Tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4.
Rangkuman Analisis SWOT
Hasil Pembahasan (SWOT)
Strengths
1. Kompetensi ASN yang memadai dalam mendukung
pelaksanaan tugas
2. Variasi latar belakang pendidikan untuk dapat menjalankan
tugas dan fungsi di BPOM
3. Standar Kompetensi telah ditetapkan sebagai acuan
pengembangan kompetensi
4. Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BPOM menerapkan
Reformasi Birokrasi
5. Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan
dengan baik
6. Standar Sarana dan Prasarana yang telah ditetapkan
7. Tersedianya Contact Center untuk melayani pengaduan dan
informasi konsumen
Weaknesses
1. Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi
(capacity building)
2. Jumlah dan sebaran ASN yang belum memadai dibandingkan
dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja
3. Implementasi Human Capital Management belum optimal
4. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun
utama
5. Dukungan e-gov untuk menunjang tugas kesektamaan belum
memadai
6. Tugas, fungsi dan kewenangan belum adaptif dengan
perubahan lingkungan strategis
7. Pengelolaan BMN belum optimal
8. Mutu laporan keuangan BPOM belum optimal
9. Beberapa regulasi belum memadai
Opportunities
1. Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang
sangat cepat
2. Tingginya ekspektasi masyarakat
3. Tingginya minat media terhadap infomasi Pengawasan Obat
dan Makanan
4. Jejaring kerja sama yang luas dengan K/L/I baik di dalam
maupun di luar negeri
5. Pembina fungsional pengawas farmasi dan makanan
Threats
1. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat
dan Makanan
2. Peraturan perundang-undangan yang dinamis dan
membutuhkan proses penyesuaian
- 20 -
Hasil Pembahasan (SWOT)
3. Legal aspek Pengawasan Obat dan Makanan belum memadai
4. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional
5. Tuntutan suprasistem agar perencanaan dan penganggaran
disusun berdasarkan pada aspek teknis, ekonomi, sosial, dan
spasial
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Sektama perlu
melakukan penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yang
mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Sektama periode 2015-2019. Dilihat
dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan
kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,
Sektama harus melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar
dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Sektama periode 2015-
2019. Di bawah ini pada gambar 1.5. terdapat diagram yang menunjukkan
analisa permasalahan dan peran BPOM sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan.
Gambar 1.5. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan
Dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas
Sektama sebagai unit kerja Eselon I yang membina dan menyelenggarakan
pelayanan di bidang administrasi umum masih perlu terus dilakukan
penguatan kelembagaan agar pencapaian kinerja di masa datang dapat terus
ditingkatkan sehingga hasil pembinaan dan pelayananan maupun tugas-tugas
BELUM OPTIMALNYA PERAN SEKTAMA DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PELAYANAN DI BIDANG
ADMINISTRASI UMUM
Belum optimalnya pembinaan dalam
mendukung tugas-tugas utama BPOM yang meliputi organisasi,
manajemen dan SDM
Belum optimalnya penyelenggaraan
pelayanan di bidang administrasi Umum
Belum optimalnya pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang
diberikan oleh Kepala BPOM
PERAN SEKTAMA
PEMBINAAN PEMBERIAN PELAYANAN DI BIDANG ADMINISTRASI UMUM
- 21 -
lain yang menjadi tanggungjawab Sektama dapat memberikan kontribusi bagi
tujuan dan sasaran organisasi BPOM. dalam rangka menjamin keamanan Obat
dan Makanan yang lebih baik.
Untuk itu, isu-isu strategis yang menjadi pokok permasalahan dalam
peran dan kewenangan Sektama yang harus terus diperkuat dalam
peningkatan kinerja di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Perlu terus ditingkatkan pembinaan terutama di bidang manajemen.
2. Perlu peningkatan Human Capital Management.
3. Perlu dilakukan penataan kelembagaan agar tepat fungsi dan tepat
ukuran.
4. Perlu terus ditingkatkan efektifitas penyelenggaraan pelayanan
administrasi umum dan pelayanan publik.
5. Perlu ditingkatkan jejaring kerjasama di dalam dan luar negeri.
6. Perlu penguatan akuntabilitas melalui penguatan pengawasan internal.
7. Perlu penguatan pengawalan pembentukan dan implementasi regulasi.
8. Perlu peningkatan pemberian bantuan hukum terhadap kasus-kasus di
bidang Obat dan Makanan.
9. Perlu penguatan e-government
10. Perlu ditingkatkan sarana prasarana penunjang kinerja.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif,
Sektama perlu terus melakukan perbaikan, dan pengembangan secara
kelembagaan serta penguatan regulasi yang menyangkut peran dan tugas
pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan
dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut Sektama dapat melakukan
evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara
tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan
Sektama mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan dan
sasaran Organisasi BPOM.
Gambar 1.6. Bisnis Proses SEKTAMA
SEKTAMA
Pembinaan secara kelembagaan (Organisasi,
SDM dan Manajamen ) termasuk Aspek Hukum
Penyelenggaraan pelayanan di bidang
Adm Umum
Pelaksanaaan Tugas
Lainnya
PEMBINAAN
PELAYANAAN
- 22 -
Sesuai dengan bisnis proses pada gambar di atas, dalam melaksanakan peran
dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewenangan Sektama
sebagai unit kerja yang bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas
pembinaan dan pelayanan maka penguatan Peran dan Kewenangan Sektama
untuk periode 2015-2019 sebagaimana tabel 1.5 di bawah ini
Tabel 1.5.
Penguatan Peran Sektama Tahun 2015-2019
Pembinaan.
Pembinaan dalam penguatan kelembagaan yang
meliputi
1. Organisasi
2. Manajemen
3. SDM
4. Aspek Hukum
Pelayanan
Pemberian pelayanan di bidang adaminitrasi umum
yang meliputi:
1. Perencanaan dan penganggaran,
2. Monitoring evaluasi,
3. Keuangan,
4. Tata laksana,
5. Ketatausahaan,
6. Kepegawaian,
7. Kearsipan,
8. Perlengkapan dan rumah tangga,
9. Kerjasama dan hubungan luar negeri,
10. Kehumasan,
11. Bantuan hukum,
12. Pengaduan dan informasi konsumen,
13. Penyusunan rancangan peraturan perundang
undangan
- 23 -
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN SEKTAMA
2.1. VISI
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Sektama
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit organisasi yang
bertanggungjawab dalam melaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan
pelayanan di bidang Administrasi Umum dituntut untuk melakukan
pembinaan dan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang telah
ditetapkan. Untuk itu, Sektama telah menetapkan visi, misi dan tujuan serta
sasarannya.
Mengingat Sektama memiliki peran strategis dalam mendukung
pencapaian Visi BPOM, maka Visi Sektama yang akan dicapai sesuai Renstra
periode 2015-2019 adalah sama dengan Visi BPOM yaitu:
“Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa”
Diharapkan Sektama dapat memberikan kontribusi yang signifikan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya bagi keberhasilan pelaksanaan Renstra
BPOM 2015-2019.
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel
serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih
baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah
sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko
yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/
dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada
manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat
dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan
mutunya terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun
internasional, sehingga produk lokal unggul dalam
menghadapi pesaing di masa depan.
- 24 -
2.2. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi Sektama
sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawan komprehensif (full
spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian
produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan mutu produk Obat
dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu
melindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas
yang diemban BPOM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu
mengawalnya.
Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin
tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya
prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan
Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, untuk
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional
untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
BPOM termasuk Sektama perlu melakukan mitigasi risiko di semua proses
bisnis BPOM.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat dan Makanan
harus diubah yang sebelumnya adalah “watchdog” control menjadi pro-
active control dengan mendorong pemberdayaan masyarakat dan kemitraan
dengan pemangku kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),
masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Masyarakat diharapkan
dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi
standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait
Obat dan Makanan, serta memberikan laporan/pengaduan atas kejadian
pelanggaran Obat dan Makanan. Untuk itu, BPOM melakukan berbagai
upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan
- 25 -
pemangku kepentingan lainnya sehingga mampu melindungi diri sendiri
dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan
berbahaya dan ilegal.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan
sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku
kepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan
bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan
pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan
Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di
seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam
pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus
bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah sehingga pengawasan
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini
membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.
Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia
dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut BPOM harus mampu
mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan
efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata
(techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan
(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk
itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut
meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi
pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM
perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).
- 26 -
2.3. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya, adalah:
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan
komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4 TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi, maka tujuan yang akan dicapai
Sektama dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Terwujudnya penyelenggaraan kelembagaan yang efektif, efisien dan
akuntabel.
Capaian Tujuan ini diukur dengan indikator:
Indeks PAN RB dengan target AA pada tahun 2019
2.5 SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin
dicapai Sektama, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan
sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5
(lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan Sektama akan dapat mencapai
sasaran strategis sebagai berikut:
- 27 -
1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas Produk Hukum dalam rangka
Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM
merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-
market dan post-market. Salah satu subsistem itu adalah standardisasi
yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan
terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Sektama dalam hal ini
perlu mengawal pemenuhan regulasi/standar sesuai dengan rencana
pelaksanaan dalam kerangka regulasi. Peran Sektama sangat strategis
untuk menjaga harmonisasi setiap peraturan perundang-undangan terkait
pengawasan Obat dan Makanan sehingga tidak berbenturan dan duplikasi
serta mendorong rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum
yang siap diundangkan. Ke depan Sektama juga perlu memperkuat
fungsinya dalam menilai dampak peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pengawasan Obat dan Makanan bagi masyarakat.
Standardisasi termasuk penataan peraturan perundang-undangan ini
dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar
yang mungkin terjadi akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri.
Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, Sektama
perlu mendorong dan mengawal ketersediaan NSPK yang berupa
peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan/SK Gubernur
dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.
Dalam kaitan pengawalan pembentukan dan implementasi NSPK, perlu
dukungan Sektama untuk melakukan advokasi terhadap pemangku
kepentingan di tingkat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai
berikut:
1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan, dengan target
100 sampai tahun 2019
2. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk
itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
yang baik.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh BPOM belum dilakukan dengan
program yang terukur dan sistematis serta belum dimanfaatkan secara
optimal baik untuk kepentingan BPOM maupun pelaku usaha dan
masyarakat. Padahal kerjasama dengan berbagai pihak termasuk
masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan
Makanan yang menjadi mandat BPOM. Untuk mendorong kemitraan dan
kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan
- 28 -
identifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik pemerintah
maupun sektor swasta dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok
dan fungsi BPOM, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-
masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat
BPOM, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program
kerjasama. Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling
mendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yang
tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan
tujuan dan kerangka kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan”
program-program yang ada di BPOM kepada lembaga/ kelompok
masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan BPOM dengan
mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan
bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka
harus disusun kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak
dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati termasuk
mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi.
Ke depan Sektama BPOM perlu mendorong pemanfaatan kerjasama dalam
negeri dan luar negeri yang ada maupun membuat kerjasama baru yang
dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan.
Komunikasi yang efektif dengan media merupakan hal yang wajib
dilakukan, untuk mengkomunikasikan hasil pengawasan kepada
masyarakat.
Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh
masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait Obat dan
Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan
yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi
untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas
dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman,
bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat
dilakukan BPOM melalui kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui
Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
indikatornya sebagai berikut:
1. Jumlah kerjasama yang efektif, dengan target kumulatif pada akhir
2019 sebanyak 50 kerjasama.
2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap Obat dan Makanan, dengan
target Baik pada akhir 2019.
3. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti, dengan target
85 pada akhir 2019.
- 29 -
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM
berupaya untuk terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8
(delapan) area perubahan. Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi
yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas
pelayanan publik BPOM akan meningkat.
Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan
sasaran strategis BPOM (1 dan 2). Penerapan tata kelola pemerintahan
yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek
keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,
keadilan, dan partisipasi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-
prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu,
untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah
ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM.
Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan hasil
penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. Selain
upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi
dengan adanya dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i)
dukungan kebijakan pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM di
Badan POM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii)
dukungan anggaran.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)
merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM
untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara
akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan
kegiatan yang telah ditetapkan. Penguatan kelembagaan/organisasi
merupakan hal mendasar untuk mendukung pencapaian Tujuan BPOM.
Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat
fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan
fungsi BPOM. Penataan tata laksana bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja.
Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan
penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam
hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU
ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii)
pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir,
- 30 -
penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan,
penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan
jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.
Pada area pengambilan kebijakan hukum dan penegakan hukum, peran
Sektama mendukung pelaksanaan tugas tersebut dalam hal pemberian
bantuan hukum, termasuk menangani perkara hukum yang mungkin
timbul dalam pelaksanaan tugas dimaksud.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
dibuat indikatornya adalah:
1. Indeks PAN RB, dengan target AA pada tahun 2019,
2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada
tahun 2019,
3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.
4. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi, dengan target
75% pada tahun 2019.
Adapun ringkasan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sektama tahun
2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Meningkatnya Kuantitas dan
Kualitas Produk Hukum dalam
rangka Memperkuat Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan
Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang
diundangkan*)
Meningkatnya Partisipasi
Masyarakat dan Efektivitas
Kerjasama
1. Jumlah kerjasama yang efektif
2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap
Obat dan Makanan
3. Persentase pengaduan konsumen yang
ditindaklanjuti*)
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
1. Indeks PAN RB*)
2. Nilai SAKIP BPOM
3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK
4. Persentase pegawai yang memenuhi
standar kompetensi
*) Indikator Kinerja Utama
- 31 -
Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama
Sekretariat Utama adalah :
1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan;
2. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti;
3. Indeks PAN RB.
- 32 -
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, bahwa Renstra Sektama
disusun berdasarkan Renstra Kepala BPOM tahun 2015-2019. Berdasarkan
pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan Renstra periode
sebelumnya, Renstra Sektama ditujukan untuk mewujudkan pelayanan yang
prima dalam rangka mendukung terwujudynya tujuan organisasi BPOM.
Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai
dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi,
sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan
analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal
yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih
optimal.
Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia
memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama
di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial
sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko
terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada
setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga
oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan
Makanan di catchment area-nya.
Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong
untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi
balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat,
hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan
mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan,
kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang
sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula.
Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko
tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan
Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.
- 33 -
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan
daya saing produk Obat dan Makanan
Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan
kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan.
Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk
Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen
Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung
jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas
sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan,
pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan
Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun
sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama
kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus
dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan
Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan
Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya
tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah
dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam
pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan
proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan
berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur
pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak
universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait
lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar
di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.
Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang
dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang
terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.
Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan
Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi
KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas
menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau
khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan
berbagai media sosial).
- 34 -
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan
struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,
budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber
daya yang efektif dan efisien.
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara
efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset,
penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi
untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi
knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem
perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis
akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas
pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga
dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran,
peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses
pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap
dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas
pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,
BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta
(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data
kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi
Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta
hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain
itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja
pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam
pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.
Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan
iniperlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan
komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan
Makanan;
- 35 -
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan
daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I
tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian
dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk
konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum
ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan
kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan
fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan
oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di
level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu
Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama
dan kemitraan ini.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin
penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena
kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan
terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada
perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini
(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan
sebagai berikut :
– Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan
program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta
memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan
- 36 -
Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra
syarat yang harus dipenuhi)
– Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan
termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data
pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan
penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas
Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan
Fungsi Penegakan Hukum.
– Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan
Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas
pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian
pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan
Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah
secara nasional).
Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi
program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT UTAMA
Berdasarkan arah kebijakan Renstra BPOM tahun 2015-2019, maka arah
kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Sektama tahun 2015-
2019 adalah:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan
3) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui
penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan
sumber daya yang efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan Sektama meliputi:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan
Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
3) Membangun manajemen kinerja mulai dari kinerja lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
- 37 -
4) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel termasuk
penyajian laporan keuangan sesuai SAP yang diarahkan untuk mendorong
peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
5) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan Pengawasan Obat dan
Makanan di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan
akuntabel; dan
6) Penguatan kemitraan di dalam dan di luar negeri terkait Obat dan Makanan
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang maupun utama
dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembina dan
penyelenggaraan pelayanan di bidang administrasi umum, Sektama
menetapkan program sesuai Renstra BPOM Tahun 2015-2019 sebagai berikut:
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan prioritas Sektama sebagai berikut:
1) Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembagan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
2) Peningkatan Penyelenggaran Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
3) Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-
undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen, dan
Hubungan Masyarakat
4) Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing
sasaran strategis Sekretariat Utama tahun 2015-2019 dijabarkan kepada
sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun
logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan Sekretariat
Utama di lingkungan BPOM adalah sebagai berikut:
- 38 -
Gambar 3.1. Logframe Sekretariat Utama
Tabel 3.1: Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan,
Indikator di Lingkungan Kesektamaan
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
Program
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan
Teknis
Lainnya
BPOM
Menguatnya
Kuantitas
dan Kualitas
Produk
Hukum
Koordinasi
Kegiatan
Penyusunan
Rancangan
Peraturan
Perundang-
undangan,
Bantuan
Hukum,
Layanan
Pengaduan
Konsumen dan
Hubungan
Masyarakat
Tersusunnya
rancangan
peraturan
perundang-
undangan terkait
Pengawasan Obat
dan Makanan
Jumlah
rancangan
peraturan
perundang-
undangan yang
disusun
Biro
Hukmas
- 39 -
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
Meningkatnya
Partisipasi
Masyarakat
dan
Efektivitas
Kerjasama
Koordinasi
Kegiatan
Penyusunan
Rancangan
Peraturan
Perundang-
undangan,
Bantuan
Hukum,
Layanan
Pengaduan
Konsumen dan
Hubungan
Masyarakat
Meningkatnya
kualitas layanan
komunikasi,
informasi, dan
edukasi Obat dan
Makanan
1. Jumlah
informasi obat
dan makanan
yang
dipublikasikan
2. Jumlah
layanan
pengaduan
dan informasi
konsumen
yang
ditindaklanjuti
Biro
Hukmas
Peningkatan
Penyelenggaraan
Hubungan dan
Kerjasama Luar
Negeri BPOM
Terselenggaranya
Koordinasi
Kerjasama dan
Kemitraan di
bidang
Pengawasan Obat
dan Makanan
Jumlah
pengembangan
kerjasama dan
atau kerjasama
internasional di
bidang Obat dan
Makanan
KSLN
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Koordinasi
Kegiatan
Penyusunan
Rancangan
Peraturan
Perundang-
undangan,
Bantuan
Hukum,
Layanan
Pengaduan
Konsumen dan
Hubungan
Masyarakat
Terselenggaranya
Pertimbangan
hukum,
penyuluhan
hukum dan
layanan bantuan
hukum
Jumlah bantuan
hukum yang
diberikan
Biro
Hukmas
Koordinasi
Perumusan
Renstra dan
Pengembangan
Organisasi,
Penyusunan
Program dan
Anggaran,
Dihasilkannya
dokumen
perencanaan,
penganggaran,
laporan
keuangan, dan
hasil evaluasi
yang terintegrasi
Jumlah
dokumen
perencanaan,
penganggaran,
keuangan dan
monitoring
evaluasi yang
dihasilkan
Biro
Perencanaan
dan
Keuangan
- 40 -
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
Keuangan serta
Evaluasi dan
Pelaporan
Tersusunnya
kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan RB
Jumlah kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan RB
Peningkatan
Kapasitas dan
Kapabilitas SDM
Aparatur BPOM
Terselenggaranya
pengembangan
tenaga dan
manajemen
pengawasan Obat
dan Makanan
serta
penyelenggaraan
operasional
perkantoran
1. Persentase
Aparatur Sipil
Negara (ASN)
yang
ditingkatkan
kualitasnya
melalui
pendidikan
S1, S2, S3
2. Jumlah
pengembanga
n Human
Capital
Management
3. Persentase
pegawai yang
memenuhi
standar
kompetensi
4. Persentase
SDM Aparatur
BPOM yang
memiliki
kinerja
berkriteria
baik
Biro Umum
Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
BPOM
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Pengadaan,
Pemeliharaan
dan Pembinaan
Pengelolaan
Sarana dan
Prasarana
Penunjang
Aparatur BPOM
Terselenggaranya
perencanaan,
pengadaan,
pemeliharaan
dan penghapusan
sarana dan
prasarana
penunjang di
BPOM serta
pembinaannya
1. Persentase
pemenuhan
ketersediaan
sarana dan
prasarana
penunjang
kinerja sesuai
standar
2. Persentase
satker yang
mampu
mengelola
BMN dengan
baik
Biro Umum
- 41 -
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur BPOM
Terselenggaranya
pengadaan
sarana dan
prasarana
aparatur BPOM
Jumlah
dukungan teknis
pengadaan
barang dan jasa
Biro Umum
3.3. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan
di bidang administrasi umum, dibutuhkan adanya regulasi yang kuat dan
efektif guna mendukung tugas-tugas Sektama. Regulasi yang dibutuhkan
bersifat teknis, administratif dan strategis.
Adapun regulasi atau kebijakan teknis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reviu peraturan tentang organisasi dan tata laksana
2. Regulasi tentang analisis jabatan di BPOM
3. Keputusan tentang pedoman/juknis/juklak pelayanan di bidang
administrasi Umum
4. Peraturan tentang pedoman penilaian (jabatan fungsional)
5. Peraturan tentang standar hard competency
6. Peraturan tentang pola karir
7. Keputusan standar minimal kebutuhan Sarpras di Sektama maupun unit
lainnya
8. Peraturan tentang tata cara pengelolaan, pelaporan, penyajian informasi
dan dokumentasi di Sektama
9. Standar minimal kerjasama di dalam dan luar negeri
10. Reviu peraturan tentang standar pelayanan publik, khususnya untuk
standar layanan informasi dan pengaduan.
3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memenuhi standar pembinaan dan penyelenggaraan pelayanaan
di bidang administrasi umum, Sektama membutuhkan kerangka kelembagaan
yang lebih kuat dan dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM
tahun 2015-2019. Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan
dan dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah :
1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai dengan
perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019
2. Peningkatan koordinasi dengan unit-unit kerja terkait dalam
penyelenggaraan pelayanan di bidang administrasi umum.
3. Peningkatan koordinasi dengan K/L/I dalam mendukung pelayanan di
BPOM.
- 42 -
4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan
BPOM untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal
tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola
evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien,
dan transparan.
5. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan
berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan
kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN,
hingga penyusunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.
- 43 -
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis Sektama sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran
strategis (Program) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sasaran Strategis (Program) dan Indikator Kinerja Utama
Sasaran Strategis
(Program) Indikator
Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
Kuantitas dan
Kualitas Produk
Hukum dalam
rangka Memperkuat
Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan
Jumlah Peraturan
Kepala BPOM yang
diundangkan
20 20 20 20 20
Meningkatnya
Partisipasi
Masyarakat dan
Efektivitas
Kerjasama
1. Jumlah kerjasama
yang efektif
32 38 41 45 50
2. Tingkat Pemahaman
masyarakat
terhadap Obat dan
Makanan
Baik Baik Baik Baik Baik
3. Persentase
pengaduan
konsumen yang
ditindaklanjuti
70 70 75 80 85
Meningkatnya
kapasitas
kelembagaan BPOM
1. Indeks PAN RB B BB A A AA
2. Nilai SAKIP B A A A A
3. Opini Laporan
Keuangan BPOM
dari BPK
WTP WTP WTP WTP WTP
4. Persentase pegawai
yang memenuhi
standar kompetensi
65 68 70 72 75
4.1.1. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Kuantitas dan
Kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan
Sekretariat Utama mempunyai peranan terkait penguatan regulasi di
bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Salah satu peran tersebut
adalah dalam rangka mendukung peningkatan kualitas peraturan
perundang-undangan dari sisi legal drafting. Sekretariat Utama berperan
- 44 -
dalam mendukung pencapaian Sasaran Strategis yaitu dengan kegiatan
Koordinasi Kegiatan Penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan. Sehubungan dengan peningkatan efektivitas pengawasan
Obat dan Makanan (Regulatory Sistem), dalam kegiatan terkait
penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan akan
diprioritaskan penyelesaian rancangan undang undang pengawasan obat
dan makanan. Untuk dapat mengukur keberhasilan kegiatan tersebut,
maka dirumuskan dengan indikator Jumlah rancangan peraturan
perundang-undangan yang disusun, dengan target 190 pada tahun
2019.
4.1.2. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya Partisipasi
Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama
Selain mendukung sassaran strategis pertama, Sekretariat Utama
berperan dalam pencapaian sasaran meningkatnya kemitraan dengan
pemangku kepentingan dilaksanakan dengan kegiatan:
1. Koordinasi Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan
Masyarakat.
Kegiatan ini akan mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi
masyarakat melalui berbagai media komunikasi termasuk media
sosial, penayangan Iklan Layanan Masyarakat, dan peningkatan
akses masyarakat secara lebih terbuka dan transparan. Untuk dapat
mengukur keberhasilan kegiatan tersebut, maka dirumuskan dengan
indikator sebagai berikut:
a) Jumlah informasi obat dan makanan yang dipublikasikan, dengan
target 107 pada tahun 2019.
b) Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen yang
ditindaklanjuti, dengan target 12.000 pada tahun 2019.
2. Peningkatan Penyelenggaran Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
Pelibatan stakeholder dalam pengawasan Obat dan Makanan
ditingkatkan melalui jaringan kerjasama yang baik. BPOM senantiasa
aktif dalam forum internasional bersama dengan Negara lain untuk
meningkatkan pengawasan. Terlebih dengan globalisasi dan
perdagangan bebas ASEAN yang telah disepakati bersama
mengharuskan BPOM berdiri sejajar dengan Negara ASEAN lain
dalam pengawasan Obat dan Makanan. Kerjasama yang baik
diperlukan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin dihadapi.
Untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini, dirumuskan indikator
yaitu: Jumlah pengembangan kerjasama dan/atau kerjasama
- 45 -
internasional di bidang Obat dan Makanan, dengan target 37 pada
tahun 2019.
4.1.3. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM dilaksanakan:
(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BPOM melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan
Konsumen, dan Hubungan Masyarakat.
Kegiatan yang terkait yaitu Layanan pertimbangan/opini hukum,
penyuluhan hukum dan bantuan hukum.
Terkait perkuatan legal internal akan diprioritaskan In house legal
support. Untuk dapat mengukur keberhasilan kegiatan tersebut,
maka dirumuskan dengan indikator Jumlah layanan bantuan
hukum yang diberikan, dengan target 165 pada tahun 2019.
2. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
Perencanaan mempunyai peran sangat penting dalam keberhasilan
suatu program. Kegiatan ini merupakan koordinasi perencanaan
strategis (jangka pendek, menengah, dan jangka panjang)
termasuk perencanaan penganggarannya, pengembangan
organisasi dan tatalaksana, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan. Kegiatan ini sangat terkait dengan peningkatan kualitas
SAKIP di lingkungan BPOM yang ditentukan oleh perencanaan
kinerja, serta pengukuran kinerja. Dalam upaya peningkatan
kualitas reformasi birokrasi, beberapa area perubahan yang terkait
adalah organisasi, tatalaksana, serta manajemen perubahan
termasuk dalam kegiatan ini.
Terkait penguatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengukuran
kinerja, akan diprioritaskan pada (i) pemantapan Integrated Bottom
Up Planning (Money Follows the Function) melalui e-proposal dan e-
performance (ii) implementasi akrual basis, dan (iii) Peningkatan
Mutu Monitoring Evaluasi. Untuk mengukur keberhasilan kegiatan
ini dirumuskan indikator yaitu:
a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan
monitoring evaluasi yang dihasilkan, dengan target 75 dokumen
- 46 -
sampai dengan tahun 2019. Meskipun indikator ini menghitung
jumlah secara kuantitas, kualitas tetap menjadi bagian yang
diperhatikan sesuai dengan ketentuan suprasistem.
b) Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi
Birokrasi, dengan target 5 kajian sampai dengan tahun 2019.
3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara.
Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, salah satu
faktor yang penting adalah SDM/ASN. Sejalan dengan peraturan
peundang-undangan tentang ASN, salah satu hal yang penting
adalah terkait pengelolaan ASN yang mencakup pengembangan
pegawai serta manajemen kinerja ASN. Untuk itu dalam kegiatan
ini diperlukan indikator yaitu:
a) Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditingkatkan
kualitasnya melalui pendidikan S1, S2, S3, dengan target 2%
pada tahun 2019
b) Jumlah dokumen Human Capital Management, dengan target
31 dokumen sampai dengan tahun 2019;
c) Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi,
dengan target 75% sampai dengan tahun 2019;
d) Persentase SDM Aparatur BPOM yang memiliki kinerja
berkriteria baik, dengan target 85% pada tahun 2019.
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM, melalui
Kegiatan-Kegiatan:
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM, dengan
indikator:
Sarana dan prasarana sebagai salah satu faktor yang penting
dalam suatu pelaksanaan program, sehingga keberadaan dan
jumlahnya sangat dibutuhkan. Disisi lain, sebagai instansi
pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan
keuangan, salah satunya adalah pengadaan barang dan jasa
harus dilaksanakan secara akuntabel sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu perlu diukur kegiatan yang
memberikan dukungan tersebut melalui indikator kinerja Jumlah
dukungan teknis pengadaan barang dan jasa, dengan target 25
sampai dengan tahun 2019;
2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Penunjang Aparatur BPOM, dengan indikator:
Selain dukungan teknis pengadaan barang dan jasa yang terkait
dengan sarana dan prasarana adalah proses pengadaannya
- 47 -
sendiri. Untuk mengukur jumlah sarana prasarana yang telah
dimiliki dan kesesuaiannya dengan kebutuhan, maka digunakan
indikator sebagai berikut:
a) Persentase pemenuhan sarana dan prasarana penunjang
kinerja sesuai standar, dengan target 85% pada tahun 2019;
b) Persentase satker yang mampu mengelola BMN dengan baik,
dengan target 100% pada tahun 2019.
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan
maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
strategis (Program) Sektama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC
2015 2016 2017 2018 2019
1. Meningkat nya
Kuantitas dan
Kualitas Produk
Hukum dalam
rangka
Memperkuat
Sistem
Pengawasan
Obat dan
Makanan
1.9 2.3 2.3 2.5 2.7 Sekretariat
Utama Jumlah
Peraturan Kepala
BPOM yang
diundangkan
2. Meningkat nya
kemandirian
pelaku usaha,
kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan, dan
partisipasi
masyarakat
10.9 12.5 13.5 15.1 15.7 Sekretariat
Utama 1. Jumlah
kerjasama yang
efektif
2. Tingkat
Pemahaman
masyarakat
terhadap Obat
dan Makanan
3. Persentase
pengaduan
konsumen yang
ditindaklanjuti
3. Meningkat nya
kapasitas
kelembagaan
BPOM
109.5 390.2 745.2 672.4 306.7 Sekretariat
Utama 1. Indeks PAN RB
2. Nilai SAKIP
BPOM
3. Opini laporan
- 48 -
Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC
2015 2016 2017 2018 2019
keuangan
BPOM dari BPK
4. Persentase
pegawai yang
memenuhi
standar
kompetensi
Matriks kinerja dan pendanaan Sekretariat Utama per kegiatan
sebagaimana pada Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Sekretariat
Utama.
- 49 -
BAB V
PENUTUP
Renstra Sektama tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas
dan fungsi Sektama untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan
Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,
ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmen semua
pimpinan dan staf di Sektama.
Renstra Sektama Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi
unit-unit kerja di Sektama sesuai ruang lingkup tugas dan fungsinya masing-
masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakan Renstra Sektama
Tahun 2015-2019 dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada
peningkatan kinerja lembaga, kinerja unit kerja, dan kinerja pegawai.
Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode
2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra Sektama termasuk indikator-
indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
berlaku dan tanpa mengubah tujuan Sektama untuk mendukung pencapaian
Tujuan BPOM.
Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam mengawal pelaksanaan
Renstra Sektama Tahun 2015-2019. Mekanisme evaluasi Renstra Sektama
Tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan PP 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Hasil
pencapaian yang telah diukur akan disampaikan dalam laporan kinerja
tahunan Sektama, selain itu juga menjadi masukan perbaikan pelaksanaan
rencana pembangunan di masa yang akan datang.
SEKRETARIS UTAMA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Dra. Reri Indriani, Apt, M.Si NIP.19630527 198903 2 001
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
ABK AFL ARASFF ASEAN ASN BPOM BMN CTA DOB ICJS INRASFF JICA JLPPI KIE KIP K/L KOICA LHP MFDS MPI MCIA NSPK PFM PMDA PIC/S PPID RB Renstra RKA-K/L RKP SAKIP SAP SDM Sektama SIAP SISPOM SP SPIP SPPN SS WTP WHO
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Analisa Beban Kerja ASEAN Referrences Laboratories ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed Association of Southeast Asian Nations Aparatur Sipil Negara Badan Pengawas Obat dan Makanan Barang Milik Negara Cash Toward Accrual Daerah Otonomi Baru Indonesia Criminal Justice System Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed Japan International Cooperation Agency Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi Keterbukaan Informasi Publik Kementerian/Lembaga Korea International Cooperation Agency Laporan Hasil Pemeriksaan Ministry of Food Drug Safety Ministry of Primary Industries Ministerio Do Comercio, Industria E Ambiente Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengawas Farmasi dan Makanan Phamaceuticals and Medical Devices Agency Pharmaceutical Inspection Convention and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Reformasi Birokrasi Rencana Strategis Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Rencana Kerja Pemerintah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan Sumber Daya Manusia Sekretariat Utama Sistem Informasi Administrasi Pegawai Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Sasaran Program Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sasaran Strategis Wajar Tanpa Pengecualian World Health Organization
Up Date 29 Juni 2015
Jumlah Peraturan Kepala
BPOM yang diundangkan
Laporan Kinerja
Biro Hukmas
Baseline 2014: 17
Perka
a. Peraturan Kepala BPOM dan
Peraturan Bersama
b. Diundangkan maksudnya
disahkan keberlakuanya
dengan dicatat dalam Berirta
Begara Republik Indonesia oleh
Menteri Hukum dan HAM
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Jumlah Rancangan yang dihasilkan Ya Biro Hukmas
1 Jumlah kerjasama yang
efektif
a. Kerja sama adalah kesepakatan nasional dan internasional yang dituangkan dalam dokumen
resmi (Surat Keputusan Bersama, Memorandum of Understanding / Memorandum Saling
Pengertian/Nota Kesepahaman, Letter of Agreement, Arrangement, Record of Discussion, Record
of Understanding ) yang ditandatangani oleh Kepala Badan POM.
b. efektif adalah .............
…………. ………… ……….. Jumlah kerjasama yang diimplementasikan dihitung secara
kumulatif
Ya Biro KSLN
2 Tingkat Pemahaman
masyarakat terhadap Obat
dan Makanan
………… …………. ……………….. ……………….. ………………………. Ya Biro Hukmas
3 Persentase pengaduan
konsumen yang
ditindaklanjuti
1. Pengaduan konsumen yang dimaksud adalah pengaduan tentang obat dan makanan yang
masuk ke ULPK (Pusat) dan Contact Center melalui berbagai sarana.
2. Tindak lanjut yang dimaksud antara lain berupa :
- menjawab langsung berdasarkan referensi/prosedur yang berlaku;
- merujuk/meneruskan ke unit kerja terkait sampai ada hasil tindak lanjut yang dilakukan oleh
unit kerja terkait.
Triwulan Berdasarkan data layanan
pengaduan konsumen melalui
ULPK (Pusat) dan Contact
Center
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Diukur berdasarkan jumlah pengaduan konsumen/masyarakat yang
telah ditindaklanjuti dibandingkan terhadap jumlah total
pengaduan konsumen/masyarakat.
Ya Biro Hukmas
1 Indeks PAN RB Hasil Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPOM dari KemenPAN-RB Hasil evaluasi
KemenPAN-RB
2014
Hasil verifikasi KemenPAN-RB Sesuai dengan
konfirmasi verifikasi
KemenPAN-RB
Hasil Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPOM dari
KemenPAN-RB
Ya 1. Biro Renkeu
2. Biro Hukmas
3. Biro Umum
4. Biro KSLN
2 Nilai SAKIP BPOM Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan hasil evaluasi Kemen
PAN dan RB atas penerapan komponen manajemen kinerja (SAKIP) yang meliputi: perencanaan
kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan pencapaian kinerja sesuai
Permen PAN dan RB terkini.
Laporan Hasil
Evaluasi
KemenPAN dan RB
Tahun 2013
Baseline 2014: B
Laporan Kinerja Badan POM Setiap tahun Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Badan POM oleh Kemen PAN dan
RB atas pelaksanaan SAKIP tahun sebelumnya (n-1) yang
disampaikan pada tahun berjalan (n)
Ya Biro Renkeu
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM
a. Peraturan Kepala BPOM dan Peraturan Bersama
b. Diundangkan maksudnya disahkan keberlakuanya dengan dicatat dalam Berirta Begara
Republik Indonesia oleh Menteri Hukum dan HAM
SS/SP 1: Meningkatnya kuantitas dan kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan
LAMPIRAN
MATRIK KAMUS INDIKATOR RENSTRA SEKRETARIAT UTAMA 2015-2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA
SEKTAMA
(YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
SS/SP 2: Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama
SS/SP 3: Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
II.L.063.1
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA
SEKTAMA
(YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
3 Opini Laporan Keuangan
BPOM dari BPK
Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2004 tentang PEMERIKSAAN PENGELOLAAN
DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA: Opini merupakan pernyataan profesional
pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
(1) kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan,
(2) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures) ,
(3) kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan
(4) efektivitas sistem pengendalian intern.
Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:
(i) opini wajar tanpa pengecualian/WTP
(unqualified opinion),
(ii) opini wajar dengan pengecualian/WDP (qualified opinion) ,
(iii) opini tidak wajar (adversed opinion) , dan
(iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)
Laporan Hasil
Pemeriksaan
(LHP) BPK Tahun
2014
Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK
Setiap tahun Opini hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan Badan
POM atas pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya (n-1) yang
diserahkan pada tahun berjalan (n)
Ya Biro Renkeu
II.L.063.2
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA
SEKTAMA
(YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
4 Persentase pegawai yang
memenuhi standar
kompetensi
jumlah ASN yang memenuhi standar kompetensi dibandingkan dengan jumlah seluruh ASN Hasil Asesmen
kompetensi tahun
2012
- Laporan Kegiatan pemetaan
atau penilaian kompetensi
- Pengukuran kompetensi
terhadap seluruh pegawai
dilakukan dua tahun sekali
Setahun sekali
Persentase pegawai
yang memenuhi
standar kompetensi
Ya Biro Umum
1 Jumlah informasi obat dan
makanan yang
dipublikasikan
seluruh jenis informasi yang disebarluaskan ke masyarakat baik langsung maupun melaui
media terdiri dari Siaran Pers, Talkshow di Media Elektronik, Wawancara dengan Media, ILM ,
KIE langsung ke masyarakat, KIE ke Media, Pameran dan Buletin
Triwulan Jumlah informasi obat dan
makanan yang dipublikasikan
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Jumlah informasi Obat dan Makanan yang dipublikasikan Ya Biro Hukmas
2 Jumlah layanan pengaduan
dan informasi konsumen
yang ditindaklanjuti
a. Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen melalui berbagai sarana (telepon, SMS,
email, surat, fax, datang langsung, media sosial ) termasuk layanan Contact Center Halo BPOM,
serta layanan pada saat kegiatan bimbingan teknis/koordinasi dan promosi/sosialisasi yang
telah ditindaklanjuti.
b. Pengaduan dan informasi konsumen yang dimaksud adalah pengaduan dan permintaan
informasi tentang obat dan makanan.
c. Tindak lanjut antara lain berupa :
- menjawab langsung berdasarkan referensi/prosedur yang berlaku;
- merujuk/meneruskan ke Unit Kerja terkait.
Triwulan Jumlah layanan pengaduan dan
informasi konsumen yang
ditindaklanjuti (layanan)
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen yang
ditindaklanjuti
Ya Biro Hukmas
3 Jumlah layanan bantuan
hukum yang diberikan
Seluruh layanan bantuan hukum yang diberikan, antara lain penyelesaian/penanganan perkara
hukum, pendampingan pemberian keterangan ahli, pendampingan saksi, pemberian
pertimbangan hukum, dan pelaksanaan penyuluhan hukum.
Triwulan Jumlah layanan bantuan hukum
yang diberikan (layanan)
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan Ya Biro Hukmas
4 Jumlah rancangan
peraturan perundang-
undangan yang disusun
Seluruh rancangan peraturan perundang-undangan, meliputi Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Peraturan
Menteri yang telah mengakomodir masukan BPOM; Rancangan Peraturan Kepala BPOM,
Rancangan Keputusan, dan Rancangan Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama.
Triwulan Rekapitulasi jumlah rancangan
Peraturan Perundang-
Undangan final
Triwulan dan setiap
akhir tahun anggaran
Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan yang disusun Ya Biro Hukmas
1 Jumlah pengembangan
kerjasama dan/atau
kerjasama internasional di
bidang Obat dan Makanan
a. pengembangan kerjasama luar negeri meliputi penjajagan (membuat telaah/kajian)
kerjasama, penyusunan kesepakatan kerjasama, pelaksanaan kerjasama, seperti:
- bilateral : Indonesia- Negara mitra, Badan POM - Food and Drug Adminstration (FDA) Negara
lain, Japan International Cooperation Agency (JICA), Korea International Cooperation Agency
(KOICA), Ministry of Food Drug Safety (MFDS), Phamaceuticals and Medical Devices Agency
(PMDA), dll
- regional : ASEAN, Regional Cooperation Economic Partnership (RCEP), ASEAN+1, ASEAN Sub
Regional, APEC, dll
- multilateral/organisasi internasional: WHO, WTO, World Intellectual Property Organization
(WIPO), dan lembaga internasional lainnya International Narcotic Control Board (INCB), FAO,
Organization of The Islamic Conference (OIC), dll
b. Kerja sama adalah kesepakatan internasional yang dituangkan dalam dokumen resmi
(Memorandum of Understanding/Nota Kesepahaman, Letter of Agreement, Arrangement,
Memorandum Saling Pengertian, Record of Discussion) yang ditandatangani oleh Kepala Badan
POM atau atas nama Kepala Badan POM
Laporan Kinerja
Biro KSLN 2014
Laporan kerjasama luar negeri setiap tahun Jumlah pengembangan kerjasama dan atau kerjasama internasional
di bidang Obat dan Makanan
Ya Biro KSLN
Kegiatan 1: Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum,
Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Kegiatan 2: Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Badan POM
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊
𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊
𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊𝒂𝒔𝒆𝒔𝒎𝒆𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊
X 100%
II.L.063.3
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA
SEKTAMA
(YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
1 Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, keuangan
dan monitoring evaluasi
yang dihasilkan
Diukur berdasarkan dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan monitoring evaluasi
yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran terdiri dari :
1. Renstra Badan POM/ Review Renstra/ Buku Putih/Grand design Badan POM/ Kajian
Lingstra/ Report to The Nation
2. Renstra Sektama/ Review Renstra Sektama/ Kajian Lingstra
3. Renstra Rorenkeu/ Review Renstra Rorenkeu/ Kajian Lingstra
4. Renja Badan POM tahun n+1
5. DIPA Badan POM tahun n+1/ POK tahun n+1
6. Perjanjian Kinerja Badan POM tahun n
7. Perjanjian Kinerja Sektama tahun n
8. Perjanjian Kinerja Rorenkeu tahun n
9. Laporan Kinerja BPOM tahun n-1
10. Laporan Kinerja Sektama tahun n-1
11. Laporan Kinerja Rorenkeu tahun n-1
12.Laporan tahunan Badan POM tahun n-1
13. Laporan tahunan Rorenkeu tahun n-1
14. Laporan Keuangan Badan POM tahun n-1
15. Laporan Keuangan Sektama tahun n-1
Laporan Kinerja
Rorenkeu 2014
Laporan Kinerja Setiap akhir tahun Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan
monitoring evaluasi Berdasarkan masing-masing dokumen
perencanaan yang telah disetujui dan telah ditandatangani oleh
Pejabat yang berwenang
Ya Biro Renkeu
2 Jumlah kajian Organisasi,
Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Kajian Organisasi/Tata Laksana/Reformasi Birokrasi dalam rangka penataan kelembagaan
BPOM.
Laporan Kinerja
Rorenkeu 2014
Laporan Kinerja Setiap tahun Diukur berdasarkan kajian yang dihasilkan Ya Biro Renkeu
1 Persentase Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang
ditingkatkan kualitasnya
melalui pendidikan S1, S2,
S3
jumlah ASN yang ditingkatkan pendidikannya melalui pendidikan S1, S2, dan S3 dibandingkan
dengan jumlah seluruh ASN
Laptah Biro Umum
2014
Laporan Kinerja
Biro Umum2014
Laporan Kegiatan 2 (dua) kali setahun
Persentase Aparatur
Sipil Negara (ASN)
yang ditingkatkan
kualitasnya melalui
pendidikan S1, S2, S3
Ya Biro Umum
2 Jumlah dokumen Human
Capital Management
Jumlah dokumen HCM yang dihasilkan, meliputi HC Acquisition, HC development, HC
engagement, dan HC retention.
Laptah Biro Umum
2014
Laporan Kinerja
Biro Umum2014
Laporan Kegiatan Setahun sekali Jumlah dokumen HCM yang dihasilkan, meliputi HC Acquisition, HC
development, HC engagement, dan HC retention.
Ya Biro Umum
3 Persentase pegawai yang
memenuhi standar
kompetensi
jumlah ASN yang memenuhi standar kompetensi dibandingkan dengan jumlah seluruh ASN Hasil Asesmen
kompetensi tahun
2012
- Laporan Kegiatan pemetaan
atau penilaian kompetensi
- Pengukuran kompetensi
terhadap seluruh pegawai
dilakukan dua tahun sekali
Setahun sekali
Persentase pegawai
yang memenuhi
standar kompetensi
Ya Biro Umum
4 Persentase SDM Aparatur
BPOM yang memiliki
kinerja berkriteria baik
Jumlah ASN yang memiliki kinerja dengan kriteria baik dibandingkan dengan seluruh ASN N/A Laporan hasil penilaian kinerja
dari seluruh unit kerja
Setahun sekali
Persentase SDM Aparatur
BPOM yang memiliki kinerja
berkriteria baik
Ya Biro Umum
1 Persentase satker yang
mampu mengelola BMN
dengan baik
jumlah satker yang mengelola BMN dengan baik, mulai dari perencanaan sampai penghapusan
dibanding dengan jumlah satker
Laporan BMN
Akhir Tahun
Laporan BMN per SATKER dari
hasil Rekonsiliasi dengan
KPKNL
Laporan Semester Persentase satker
yang mampu
mengelola BMN
dengan baik
Ya Biro Umum
1 Jumlah dukungan teknis
pengadaan barang dan jasa
a. Dukungan teknis pengadaan barang dan jasa berupa bimtek dan penyusunan dokumen teknis
pengadaan barang dan jasa
b. Terdiri dari laporan Bimtek pengadaan barang dan jasa, laporan penyusunan e- katalog,
laporan percepatan pengadaan barang jasa, laporan bimtek ULP dan laporan Bimtek LPSE
N/A Laporan Kinerja Rorenkeu Setiap tahun Jumlah laporan Ya Biro Umum
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM
Kegiatan 1: Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM
Kegiatan 3: Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan
Kegiatan 4: Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM
SS/SP: Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏
𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑺𝟏,𝑺𝟐,𝑺𝟑
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝑺𝑵 X 100%
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊
𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊
𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊𝒂𝒔𝒆𝒔𝒎𝒆𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊
X 100%
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏
𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒚𝒂𝒃𝒆𝒓𝒌𝒓𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒂 𝒃𝒂𝒊𝒌
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝑺𝑵 X 100%
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝑩𝑴𝑵 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓
X 100%
II.L.063.4
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA
SEKTAMA
(YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
1 Persentase pemenuhan
sarana dan prasarana
penunjang kinerja sesuai
standar
a. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak
ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
b. Sarana dan Prasarana dihitung dari Luas bangunan, Meubelair, dan Jumlah Alat Pengolah Data
(APD) dengan bobot yang sama.
c. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja
Laporan BMN
Akhir Tahun
Laporan BMN per SATKER dari
hasil Rekonsiliasi dengan
KPKNL
Setiap tahun pada
akhir tahun anggaran
Persentase pemenuhan
sarana dan prasarana
penunjang kinerja
sesuai standar
Ya Biro Umum
2 Persentase satker yang
mampu mengelola BMN
dengan baik
jumlah satker yang mengelola BMN dengan baik, mulai dari perencanaan sampai penghapusan
dibanding dengan jumlah satker
Laporan BMN
Akhir Tahun
Laporan BMN per SATKER dari
hasil Rekonsiliasi dengan
KPKNL
Laporan Semester Persentase satker
yang mampu
mengelola BMN
dengan baik
Ya Biro Umum
Kegiatan 2: Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM
=
𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊
𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 X 100%
=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝑩𝑴𝑵 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓
X 100%
II.L.063.5
KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.04.2.21.04.15.1986 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019
SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, perlu
menetapkan Keputusan Sekretaris Utama Badan Pengawas
Obat dan Makanan tentang Rencana Strategis Sekretariat
Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-
2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4664);
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013;
-2-
5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019;
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;
8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1714);
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 515);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS
SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TAHUN 2015-2019.
Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Strategis Sekretariat
Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-
2019, yang selanjutnya disebut Renstra Sekretariat Utama,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
-3-
Kedua : Renstra Sekretariat Utama memuat visi, misi, tujuan,
sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan
sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Utama dalam
rangka mencapai sasaran strategis Badan Pengawas Obat
dan Makanan.
Ketiga : Renstra Sekretariat Utama sebagaimana dimaksud pada
diktum Kedua berfungsi sebagai:
a. acuan bagi setiap unit organisasi eselon II di lingkungan
Sekretariat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan
dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019;
b. acuan bagi setiap unit organisasi eselon II di lingkungan
Sekretariat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan
dalam menyusun dokumen perencanaan tahunan; dan
c. dasar penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah di lingkungan Sekretariat Utama
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Keempat : Terhadap pelaksanaan Renstra Sekretariat Utama dilakukan:
a. pemantauan secara berkala; dan
b. evaluasi pada paruh waktu dan tahun terakhir periode
Rencana Strategis.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 April 2015
SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Dra. Reri Indriani, Apt, M.Si NIP.19630527 198903 2 001
Up Date 21 Apr 2015
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
122,3 405,0 761,0 690,0 325,0
SS 1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas
Produk Hukum dalam rangka
Memperkuat Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan
1.1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang
diundangkan
20 20 20 20 20 Biro Hukmas
SS 2 Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan
Efektivitas Kerjasama
2.1. Jumlah kerjasama yang efektif 32 38 41 45 50 Biro KSLN
2.2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap
Obat dan Makanan
Baik Baik Baik Baik Baik Biro Hukmas
2.3. Persentase pengaduan konsumen yang
ditindaklanjuti
70 70 75 80 85
SS 3 Meningkatnya kapasitas kelembagaan
BPOM
3.1. Indeks PAN RB B BB A A AA Biro di Kesektamaan
3.2. Nilai SAKIP B A A A A Biro Perencanaan dan
Keuangan
3.3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK WTP WTP WTP WTP WTP Biro di Kesektamaan
3.4. Persentase pegawai yang memenuhi standar
kompetensi
65 68 70 72 75 Biro Umum
93,4 111,0 118,0 127,0 136,0
SP 1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas
Produk Hukum dalam rangka
Memperkuat Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan
1.1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang
diundangkan
20 20 20 20 20 Biro Hukmas
SP 2 Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan
Efektivitas Kerjasama
2.1. Jumlah kerjasama yang efektif 32 38 41 45 50 Biro KSLN
2.2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap
Obat dan Makanan
Baik Baik Baik Baik Baik Biro Hukmas
2.3. Persentase pengaduan konsumen yang
ditindaklanjuti
70 70 75 80 85
ANAK LAMPIRAN I
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya
BPOM
Matriks Kinerja dan Pendanaan Sekretariat Utama
Program/KegiatanSasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
Unit Organisasi
PelaksanaK/L-N-B-NS-BS
Sekretariat Utama
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
Unit Organisasi
PelaksanaK/L-N-B-NS-BS
SP 3 Meningkatnya kapasitas kelembagaan
BPOM
3.1. Indeks PAN RB B BB A A AA Biro di Kesektamaan
3.2. Nilai SAKIP B A A A A Biro Perencanaan dan
Keuangan
3.3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK WTP WTP WTP WTP WTP Biro di Kesektamaan
3.4. Persentase pegawai yang memenuhi standar
kompetensi
65 68 70 72 75 Biro Umum
9,5 11,00 11,00 12,00 13,00 Biro Hukmas
1 Jumlah informasi obat dan makanan yang
dipublikasikan
Pusat 91 95 99 103 107
2 Jumlah layanan pengaduan dan informasi
konsumen yang ditindaklanjuti
Pusat 9.000 9.000 10.000 11.000 12.000
3 Jumlah layanan bantuan hukum yang
diberikan
Pusat 150 150 160 160 165
4 Jumlah rancangan peraturan perundang-
undangan yang disusun
Pusat 150 160 170 180 190
5,6 6,0 7,0 8,0 8,0 Biro KSLN
1 Jumlah pengembangan kerjasama dan/atau
kerjasama internasional di bidang Obat dan
Makanan
Pusat 25 28 31 34 37
45,7 50,00 55,00 61,00 67,00 Biro Perencanaan dan
Keuangan
1 Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, keuangan dan monitoring
evaluasi yang dihasilkan
Pusat 15 15 15 15 15
Terselenggaranya koordinasi kerjasama luar negeri
di bidang Obat dan Makanan
Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
Dihasilkannya dokumen perencanaan,
penganggaran, laporan keuangan, dan hasil
evaluasi yang terintegrasi
Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan
Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan
Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Meningkatnya kualitas layanan komunikasi,
informasi, dan edukasi Obat dan Makanan
Terselenggaranya layanan pertimbangan hukum,
penyuluhan hukum dan bantuan hukum
Tersusunnya rancangan peraturan perundang-
undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan
Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
Badan POM
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
Unit Organisasi
PelaksanaK/L-N-B-NS-BS
2 Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Pusat 1 1 1 1 1
32,6 44,0 45,0 46,0 48,0 Biro Umum
1 Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan
S1, S2, S3
Pusat 2 2 2 2 2
2 Jumlah dokumen Human Capital
Management
Pusat 7 6 6 6 6
3 Persentase pegawai yang memenuhi standar
kompetensi
Pusat 65 68 70 72 75
4 Persentase SDM Aparatur BPOM yang
memiliki kinerja berkriteria baik
Pusat 80 81 82 84 85
28,9 294,0 643,0 563,0 189,0 Sekretariat Utama
1 Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
1.1. Persentase satker yang mampu mengelola
BMN dengan baik
Pusat 100 100 100 100 100
6,0 10,0 10,0 11,0 12,0
1 Jumlah dukungan teknis pengadaan barang
dan jasa
Pusat 5 5 5 5 5
22,9 284,0 633,0 552,0 177,0 Biro Umum
1 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana
penunjang kinerja sesuai standar
Pusat 80 82 86 88 90
2 Persentase satker yang mampu mengelola
BMN dengan baik
Pusat 100 100 100 100 100
Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Penunjang Aparatur BPOM
Terselenggaranya perencanaan, pengadaan,
pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan
prasarana penunjang di Badan POM serta
pembinaannya
Biro Umum
Terselenggaranya pengembangan tenaga dan
manajemen pengawasan Obat dan Makanan serta
penyelenggaraan operasional perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM
Terselenggaranya pengadaan sarana dan prasarana
aparatur BPOM
Tersusunnya kajian Organisasi, Tata Laksana dan
RB
Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM
1 Reviu peraturan tentang organisasi dan tata laksana Meningkatkan efesiensi dan efektifitas organisasi secara
proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas
dan fungsi sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan
tepat ukuran
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
2 Regulasi tentang analisis jabatan di BPOM a. Amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Pasal 56)
b. Inputan untuk penataan kelembagaan (penyusunan,
pengembangan, penyempurnaan unit dan hubungan tata
kerja organisasi), penataan kepegawaian (pengadaan,
pengelolaan administrasi dan jenjang karir) dan penataan
ketatalaksanaan (sistem dan prosedur kerja) BPOM
c. Menyelaraskan antara pendidikan dan pelatihan dengan
kebutuhan sumber daya manusia aparatur
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
3 Keputusan tentang pedoman/juknis/juklak
pelayanan di bidang administrasi Umum
Meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan
administrasi umum serta pengadaan kebutuhan-kebutuhan
pada bidang prasarana & sarana, termasuk kebutuhan
pengadaan ASN
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
4 Peraturan tentang pedoman penilaian (jabatan
fungsional)
a. Merupakan salah satu unsur Manajemen PNS yang harus
dilaksanakan BPOM dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
b. Meningkatkan akurasi dan akuntabilitas pengukuran
evaluasi jabatan sebagai salah satu dasar perhitungan
tunjangan kinerja pegawai.
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
5 Peraturan tentang standar hard competency ASN
BPOM
Amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Pasal 69)
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
ANAK LAMPIRAN II
MATRIKS KERANGKA REGULASI SEKRETARIAT UTAMA 2015-2019
NoArah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab
Unit Terkait/Institusi
NoArah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab
Unit Terkait/Institusi
6 Peraturan tentang pola karir ASN BPOM a. Merupakan salah satu unsur Manajemen PNS yang harus
dilaksanakan BPOM dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
b. Pasal 71 ayat 1 UU Nomor 5 Tahun 2014 "Untuk menjamin
keselarasan potensi PNS dengan
kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS
yang terintegrasi secara nasional"
c. Pasal 71 ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 2014 "Setiap Instansi
Pemerintah menyusun pola karier
PNS secara khusus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan pola karier nasional".
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
7 Keputusan standar minimal kebutuhan Sarpras di
Sektama maupun unit lainnya
Meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam memenuhi
kebutuhan sarana dan prasarana kerja bagi pejabat dan
pegawai BPOM
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
8 Peraturan tentang tata cara pengelolaan, pelaporan,
penyajian informasi dan dokumentasi di Sektama
Panduan bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan
Sekretariat Utama BPOM dalam menyelenggarakan
pengelolaan, pelaporan, penyajian informasi dan
dokumentasi
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
9 Standar minimal kerja sama di dalam dan luar negeri Panduan dalam penyelenggaraan kerja sama di dalam dan
luar negeri
1. Biro Kerja Sama dan Luar Negeri
2. Biro Hukum dan Humas
10 Reviu peraturan tentang standar pelayanan publik,
khususnya untuk standar layanan informasi dan
pengaduan.
Meningkatkan efektivitas, efisiensi, transparansi, dan
responsivitas standar layanan informasi dan pengaduan
BPOM
1. Biro Umum
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
Top Related