KATA PENGANTAR
Atas berkat, rahmat dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, maka
dapatlah penulisan tugas akhir yang berjudul, “PENYELESAIAN
WANPRESTASI DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI
GEDONG ARTHA DI DESA PEMECUTAN KAJA”, diselesaikan dengan baik
dan lancar. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar
sarjana hukum (S-1) di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas akhir ini dapat
terselesaikan berkat dorongan, bimbingan, arahan dan bantuan semua pihak.
Untuk itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH., M.Hum., Dekan Fakultas
Hukum Universitas Udayana;
2. Bapak Dr. I Gde Made Swardhana, SH., MH. Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Udayana;
3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH., MH. Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Udayana;
4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH,. MH. Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana;
5. Bapak A.A. Ngurah Oka Parwatha, SH., M.Si. Ketua Program Non
Reguler Fakultas Hukum Universitas Udayana;
6. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana;
7. Bapak AA. Gede Agung Dharma Kusuma, SH.,MH. Dosen
Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan
dan saran yang berguna dalam penyusunan tugas akhir ini;
8. Bapak Dr. I Wayan Novy Purwanto, SH,. MKn. Dosen Pembimbing II
yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyusun tugas akhir ini;
9. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH., MH, Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan arahan dan saran dalam setiap tindakan yang
penulis lakukan pada saat menempuh studi;
10. Bapak I Made Hadi Sumarna. Account Officer (AO) pada Koperasi
Gedong Artha sekaligus pemberi informasi sehingga tugas akhir
penulis dapat terselesaikan dengan baik;
11. Bapak I Nyoman Suantara Kepala Bagian Kredit pada Koperasi
Gedong Artha sekaligus sebagai pemberi informasi sehingga tugas
akhir penulis dapat terselesaikan dengan baik;
12. Bapak I Made Mudiardana Manajer pada Koperasi Gedong Artha
yang telah memberikan informasi sehingga tugas akhir penulis dapat
terselesaikan dengan baik;
13. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah
membimbing dan mendidik penulis selama studi di Fakultas Hukum
Universitas Udayana;
14. Staff Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah
membantu dalam penyelesaian administrasi selama penulis menempuh
studi di Fakultas Hukum Universitas Udayana;
15. Serta Bima Basudewa, Warren, Krisna Ary Ananda, Widita Febby,
Khika Indira, Cia, Agung Prawista, Sangga, Tony, Gita Suputra,
Bardha, Leonardus Yudi, Komunitas 9CHAT/Cookie Indonesia,
teman-teman angkatan 2012 Fakultas Hukum Universitas Udayana
dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
turut memberikan bantuan dalam menyelessaikan tugas akhir ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha dengan segenap
kemampuan dan pengetahuan agar dapat memaparkan permasalahan diangkat
secara terarah dan sistematis. Namun dengan kemampuan yang terbatas, penulis
menyadari bahwa hasil ini jauh dari sempurna baik dalam teknis penulisan
maupun materi yang dikaji, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan.
Denpasar, 30 Nopember 2016
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ........................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT .................................................................................................... xiv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... ....... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 6
1.3. Ruang Lingkup Masalah ..................................................... 7
1.4. Orisinalitas Penelitian .......................................................... 7
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................ 9
1.5.1. Tujuan Umum ............................................................ 9
1.5.2. Tujuan Khusus ........................................................... 9
1.6. Manfaat Penelitian .............................................................. 9
1.6.1. Manfaat Teoritis ....................................................... 10
1.6.2. Manfaat Praktis ......................................................... 10
1.7. Landasan Teoritis ................................................................ 10
1.8. Metode Penelitian ................................................................ 15
1.8.1. Jenis Penelitian ................................................................. 15
1.8.2. Sifat Penelitian……………………………………... ....... 16
1.8.3. Jenis Pendekatan .............................................................. 16
1.8.4. Data dan Sumber Data ..................................................... 17
1.8.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 19
1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ............................... 20
1.8.7. Tenik Pengolahan dan Analisis Data ............................... 21
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT,
WANPRESTASI DAN KOPERASI ..................................
22
2.1 Kredit ..............................................................................
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Kredit............................
2.1.2 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit..................................
2.1.3 Unsur-Unsur Kredit.......................................................
2.1.4 Pengertian Kredit Macet………………………………
2.1.4 Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Kredit..........
22
22
23
25
27
30
2.2 Pengertian Wanprestasi ................................................
2.2.1 Pengertian Wanprestasi .................................................
2.2.2 Bentuk-bentuk Wanprestasi ..........................................
2.2.3 Akibat Hukum Wanprestasi ..........................................
32
32
33
35
2.3 Koperasi ..........................................................................
2.3.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Koperasi........................
2.3.2 Prinsip-prinsip Koperasi ...............................................
36
36
38
2.3.3 Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia..........
2.3.4 Aspek Permodalan Koperasi..........................................
40
41
BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
WANPRESTASI DALAM PEMBERIAN KREDIT
PADA KOPERASI GEDONG ARTHA DI DESA
PEMECUTAN KAJA ........................................................
50
3.1 Mekanisme Pemberian Kredit Pada Koperasi Gedong
Artha ............................................................................
3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi
Dalam Pemberian Kredit Pada Koperasi Gedong
Artha Di Desa Pemecutan Kaja ..................................
50
51
BAB IV BENTUK PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM
PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI GEDONG
ARTHA DI DESA PEMECUTAN KAJA .........................
55
4.1 Penyelesaian Secara Litigasi .....................................
4.2 Penyelesaian Secara Non Litigasi .............................
4.3 Penyelesaian Wanprestasi Yang Ditempuh Oleh
Koperasi Gedong Artha .............................................
55
58
65
BAB V PENUTUP ............................................................................ 68
5.1 Simpulan...........................................................................
5.2 Saran.................................................................................
68
71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Penyelesaian wanprestasi dalam penyaluran kredit
pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja”. Permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini yaitu apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
wanprestasi dalam penyaluran kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja dan bagaimanakah bentuk penyelesaian wanprestasi dalam
penyaluran kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja. Metode
penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet yaitu faktor internal yang
disebabkan oleh pihak koperasi itu sendiri maupun faktor eksternal yang
disebabkan oleh debitur dari koperasi tersebut. Bentuk penyelesaian wanprestasi
pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja yaitu dengan memberikan
surat peringatan kepada debitur yang tidak membayar kredit, kemudian
melakukan musyawarah dengan debitur untuk mencari solusi penyelesaian kredit
macet secara bersama-sama, apabila tidak ditemukan jalan tengah maka diajukan
ke Pengadilan Negeri Denpasar dan diselesaikan secara lelang apabila telah terjadi
kesepakatan antara debitur dan koperasi dalam hal debitur sudah tidak bisa lagi
melunasi sisa kreditnya.
Kata kunci: Kredit, Wanprestasi, Koperasi
ABSTRACT
This study, entitled "Settlement of defaults in the loan portfolio in Gedong
Artha at the Village Cooperative Pemecutan Kaja". Issues examined in this study
is whether the factors that led to a default in the loan portfolio at the Cooperative
in the village of Gedong Artha Pemecutan Kaja and how is the form completion
defaults in lending to the cooperative in the village of Gedong Artha Pemecutan
Kaja. The research method used in this research is the empirical legal research.
According to the research done can be seen that the factors that cause bad credit
is internal factor caused by the cooperative itself and external factors caused by
the debtor of the cooperative. Forms of settlement defaults on Cooperative
Gedong Artha Village Pemecutan Kaja is to give warning letters to borrowers
who do not pay the loan, and then conduct deliberations with the borrower to seek
a solution loan resolution together, if not found a middle ground then submitted to
the Denpasar District Court and completed in the auction if there was an
agreement between the debtor and the debtor's co-operative in the case can no
longer pay off the loan.
Keywords: Credit, Default, Cooperation.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang berada pada bidang ekonomi yang mengelola
kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi rill dengan memanfaatkan
sarana dalam perkembangan di bidang ekonomi saat ini, penyediaan modal sangat
dibutuhkan. Adanya penyedia modal mendukung jalannya kegiatan perekomian.
Dalam hal ini, salah satu bentuk usaha penyedia dana adalah koperasi.Koperasi
berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional.
Koperasi dibentuk berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan, yang dimana pembentukan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2012 tentang Koperasi yang dinyatakan tidak berlaku lagi dan kembali
pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Dalam hal ini pengertian Koperasi didalam Pasal 1 angka 1 UU No. 25
Tahun 1992 menyatakan bahwa:
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, social, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Menurut Pasal 6 ayat (1) huruf d UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan
bahwa “Koperasi merupakan sebagai badan usaha swadaya yang otonom, dan
independen”. Dikarenakan kelangsungan hidup koperasi sebagai suatu badan
usaha juga “dipengaruhi oleh besar kecilnya modal, namun pengaruh modal tidak
1
2
boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi. Didalam Koperasi,
penekanan kepentingan kemanusiaan lebih diutamakan dari pada kepentingan
kebendaan”.1
Koperasi merupakan salah satu badan usaha, maka tujuan dari koperasi
adalah mensejahterakan anggotanya juga untuk memaksimumkan keuntungan,
memaksimalkan nilai perusahaan, dan meminimalkan biaya. Seperti badan usaha
lainnya, koperasi ingin mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Agar
selain bisa mensejahterakan rakyatnya, usaha yang terjadi dalam koperasi bisa
meningkat. Memaksimalkan nilai perusahaan maksudnya untuk membuat kualitas
perusahaan lebih baik.
Salah satu jenis usaha koperasi yang mendominasi adalah usaha simpan
pinjam. Usaha simpan pinjam saat ini dapat dilakukan oleh Koperasi simpan
pinjam. Koperasi Simpan Pinjam adalah “Koperasi yang menjalankan usaha
simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha” Berdasarkan Pasal 1 angka 15 UU
No.17 tahun 2012.
Kegiatan usaha perkoprasian memberikan pinjaman ataupun pemberian
kredit oleh koperasi simpan pinjam dapat meringankan beban masyarakat, karena
kredit di dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, disebutkan bahwa:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
1Ali Rido, 2001, Badan hukum dan kedudukan badan hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, yayasan wakaf, Bandung, h.12.
3
Kredit yang diberikan dalam koperasi simpan pinjam tanpa melalui
prosedur yang sulit dan yang selama ini menjadi kendala bagi masyarakat
golongan ekonomi lemah2, yang dengan cara ini masyarakat dapat melakukan
suatu usaha dalam peminjaman di koperasi yang menjalankan simpan pinjam
yaitu pemberian kredit. Pemberian kredit kepada debitur hendaknya didahului
dengan melakukan perjanjian kredit dengan calon penerima kredit. Mengenai
perjanjian kredit dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak ada pengaturannya apakah dibuat
secara tertulis atau lisan, akan tetapi “pada umumnya yang terjadi dalam setiap
bank adalah setiap debitur yang meminjam uang di bank harus mengajukan
permohonan kredit yang diajukan secara tertulis kepada pihak bank, tanpa harus
melihat berapa jumlah kredit yang diminta”.3
Pemberian kredit tidak selalu berjalan lancar dan baik sesuai yang
diharapkan, walaupun di pemberian kredit sudah terjadinya perjanjian karena bisa
saja terjadi kendala dalam pelaksanaan kredit, yang dimana suatu saat pihak
kreditur dapat mengalami kesulitan untuk meminta angsuran dari pihak debitur
karena sesuatu hal, kendala yang dihadapinya adalah kredit macet.
Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono kredit macet adalah “Suatu
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank atau badan usaha lainnya seperti yang telah
2 H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 24. 3Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.68.
4
diperjanjikan”. 4 Seperti halnya kredit macet dalam perjanjian kredit yang ada di
Koperasi Gedong Artha Desa Pemecutan Kaja Kota Denpasar, salah satunya yang
diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai faktor-faktor penyebab kredit macet
yang terjadi pada Koperasi Gedong Artha yang berlokasi di Desa Desa Pemecutan
Kaja, permasalahan terjadi pada saat koperasi memberikan fasilitas kredit kepada
debitur namun kemudian debitur wanprestasi dengan tidak memenuhi
kewajibannya untuk melunasi kreditnya tersebut, sehingga terjadilah kredit macet
yang merugikan pihak koperasi.
Pada saat mengajukan permohonan kredit di Koperasi dilakukan perjanjian
jaminan juga antara koperasi dengan pemohon kredit. Jaminan merupakan sesuatu
yang diberikan oleh debitur kepada kreditur “untuk memberikan keyakinan
kepada kreditur bahwa debitur akan membayar hutangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, karena peran jaminan dilakukan untuk mengantisipasi jika
terjadinya masalah”. 5
Jaminan berfungsi sebagai pengamanan pemberian dana atas kredit yang
akan diberikan. Jaminan merupakan hal yang penting dalam membuat dan
melaksanakan perjanjian kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang, serta guna
melindungi kepentingan para pihak khususnya kreditur (yang meminjamkan).
Jaminan utang yang lazim digunakan dalam suatu utang-piutang, secara umum
jaminan kredit perbankan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
“1. Barang bergerak adalah benda yang dapat dipindahkan atau dapat berpindah dari satu tempat ketempat lain. Bersadarkan UU No. 42 Tahun
4 Mudrajad Kuncoro,2007, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersiil,Edisi 4, BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta, h. 62. 5Hartono Hadisaputro,1996, Pokok-Pokok hukum perikatan dan Jaminan, Liberty,
Yogyakarta, h.31.
5
1999 tentang Jaminan Fidusia, barang bergerak terdiri atas yang berwujud dan tidak berwujud :
a. Benda bergerak yang berwujud adalah segala sesuatu yang dapaat dilihat keberadaannya. Contoh : Perhiasan, kendaraan bermotor, perlengkapan rumah, perlengkapan kantor, alat transportasi laut, udara, maupun sungai surat berharga dan lain-lain.
b. Barang bergerak yang tidak berwujud adalah barang tersebut tidak memiliki bentuk fisik yang dapaat dilihat, contoh : saham, obligasi, cek, tagihan-tagihan dan lain-lain.
2. Barang tidak bergerak dapat berupa tanah dan benda- bendayang berkaitan ( melekat ) dengan tanah seperti rumah tinggal, gedung kantor, gudang, hotel dan sebagainya.
3. Jaminan pribadi ( personal guaranty ) dan jaminan perusahaan ( company /corporate /guaranty )”.6
Keberadaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah (selanjutnya disebut
UUHT) ini merupakan undang-ndang yang penting bagi sistem hukum Perdata
khusunya hukum jaminan, yaitu dalam rangka memberikan kepastian hukum
dalam bidang pengikatan jaminan atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah
sebagai agunan kredit. Hal ini mengingat dalam perjanjian kredit senantiasa
memerlukan jaminan yang aman bagi pengembalian dana yang telah disalurkan
melalui kredit. Sehingga akan dapat tercipta suatu jaminan yang ideal.
“Jaminan yang ideal adalah jaminan yang meberikan kepastian kepada bank, bahwa benda yang dijaminkan itu mudah dijual dan hasilnya akan cukup untuk membayar kembali kredit dan bunga yang harus dibayar. Dengan berlakunya UUHT, maka hipotik yang diatur oleh KUH Perdata dan crediet verband yang sebelumnya digunakan untuk mengikat tanah sebagai jaminan utang,untuk selanjutnya sudah tidak dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk mengikat tanah sebagai jaminan utang Sejak berlakunya UUHT, pada tanggal 9 April 1996, pengikat objek jaminan utang berupa tanah sepenuhnya dilakukan melalui lembaga jaminan hak tanggungan”.7
6 M. Bahsan S.H.,S.E, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 108. 7R. Subekti, 1996, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kedit (Termasuk Hak
Tanggugan) Menurut Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, h.22.
6
Permasalahan yang terjadi pada beberapa koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja yaitu karena debitur lalai untuk melakukan kewajibannya
melunasi kredit dengan jaminan hak tanggungan yang telah diberikan kepada
kreditur dan tindakan debitur berakibat terjadinya kredit macet. Fakta yang sering
terjadi dilapangan adalah debitur sering terlambat dalam melakukan pembayaran
baik angsuran pokok maupun bunga dikarenakan kelalaian debitur itu sendiri. Hal
tersebut membuat pihak koperasi yang memberikan kredit menjadi macet, untuk
itu diperlukannya suatu penyelesaian didalam terjadinya kredit macet dengan
jaminan hak tanggungan ini.
Berdasarkan masalah diatas terdapat permasalahan tentang kredit macet
dengan jaminan hak tanggungan, oleh karena itu sangat menarik untuk dikaji lebih
mendalam dalam skripsi ini dengan mengangkat judul “Penyelesaian Wanprestasi
Dalam Penyaluran Kredit Pada Koperasi Gedong Artha Di Desa Pemecutan
Kaja”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam
pemberian kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan
Kaja ?
2. Bagaimana bentuk penyelesaian wanprestasi dalam pemberian kredit
pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja?
7
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Suatu pembahasan, agar tidak menyimpang dari permasalahan, maka
dalam penulisan skripsi ini akan dibatasi permasalahan yang diteliti adalah
pertama membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
wanprestasi dalam penyaluran kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja dan dibatasi pada pembahasan mengenai bentuk penyelesaian
wanprestasi dalam penyaluran kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Penelitian Terhadap penyelesaian wanprestasi sangat menarik, karena
sangat sering terjadi penyaluran kredit tanpa melalui prosedur yang berlaku dalam
koperasi sehingga menjadi dapat menimbulkan wanprestasi. Penelusuran
kepustakaan yang dilakukan, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan
wanprestasi dalam penyaluran kredit pada koperasi yaitu :
a. Srikpsi dari Eko Muji Santoso, Nim. 0513010145/FE/EA, alumni Program
Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Jawa Timur, Tahun 2011 dengan judul skripsi “Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Jumlah Pemberian Kredit Simpan Pinjam Pada
Nasabah Di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya”. Adapun yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian skripsi tersebut yakni:
1. Apakah pertambahan dana dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah
pemberian kredit?
8
2. Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap pertambahan dana dan
jaminan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya?
b. Inneke Tania Arsyad, Nim. 012111023, alumni Program Studi Magister
Kenotariatan, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Tahun
2014 dengan judul tesis “Pelaksanaan Pemberian Kredit Kepada Koperasi
Dengan Pembebanan Hak Tanggungan”. Adapun yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini yakni:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit kepada koperasi dengan
pembebanan hak tanggungan pada PT. Bank Bukopin di Medan?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan
pemberian kredit kepada koperasi dengan pembebanan hak tanggungan
pada PT. Bank Bukopin di Medan?
3. Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan oleh bank apabila
koperasi sebagai debitur wanprestasi?
Berdasarkan penelusuran dari penelitian dengan judul dan pokok
permasalahan seperti yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa penelitian
dengan judul Penyelesaian Wanprestasi Dalam Penyaluran Kredit Pada Koperasi
Gedong Artha Di Desa Pemecutan Kaja belum ada yang membahasnya, sehingga
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah orisinalitas atau
keasliannya.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus yang dapat diuraikan sebagai berikut:
9
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitan ini yaitu untuk pengembangan ilmu hukum
terkait paradigma Science as a process (ilmu sebagai proses). Dengan paradigma
ini, ilmu hukum tidak akan berhenti dalam penggalian atas kebenaran, khususnya
terkait dengan materi penyelesaian wanprestasi dalam penyaluran kredit pada
Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sesuai
permasalahan yang dibahas adalah :
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi
dalam penyaluran kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja.
2. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian wanprestasi dalam penyaluran
kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan maupun kepentingan praktis.
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Memperdalam pengetahuan dan wawasan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan pelaksanaan perjanjian kredit pada Koperasi Gedong
Artha di Desa Pemecutan Kaja.
10
2. Dapat memberikan bahan masukan dan referensi bagi penelitian yang
akan dilakukan selanjutnya.
3. Dapat mengetahui prinsip-prinsip, asas-asas, konsep-konsep, dalam
rangka perjanjian kredit pada Koperasi Gedong Artha di Desa
Pemecutan Kaja.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pihak Koperasi Gedong Artha, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan tambahan referensi agar lebih berhati-hati dalam
memberikan kredit pada calon nasabahnya, sehingga dapat
meminimalisisr terjadinya kredit macet.
2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi
kepada nasabah atau anggota masyarakat pada umumnya dan semua
pihak yang berkepentingan pada khususnya.
1.7 Landasan Teoritis
Dalam landasan teori ini, sebelumnya akan dijelaskan mengenai
pengertian dari teori itu sendiri. “Teori diperlukan untuk menerangkan dan
menjelaskan secara spesifik suatu proses tertentu yang terjadi dan suatu teori
harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
ketidakbenarannya.”8 Apabila dilihat dari pengertian teori tersebut, maka teori itu
merupakan suatu penjelasan dari suatu proses tertentu yang sesuai dengan fakta-
fakta atau kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Selanjutnya “teori juga
8J.J.JM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, h.203.
11
merupakan alur penalaran atau logika (flow of reasonic/logic) yang terdiri dari
seperangkat konsep atau variabel, definisi dan proposisi yang disusun secara
sistematis.”9 Dalam pengertian teori ini, menjelaskan bahwa teori tersebut
merupakan suatu konsep pemikiran atau alur logika yang terdiri dari variabel,
definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Dengan demikian,
pengertian teori yang terakhir ini berbeda dengan pengertian teori yang pertama.
Landasan teoritis merupakan “dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat-
pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari
permasalahan yang dianalisis”.10 Oleh sebab itu sebelum mengemukakan asumsi
terhadap permasalahan, maka terlebih dahulu dikemukakan beberapa pasal dalam
peraturan perundang-undangan dan beberapa teori berupa pendapat para ahli yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti yang kemudian digunakan sebagai
dasar untuk menentukan asumsi.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, adapun teori-teori yang
dipergunakan sebagai pisau analisis yaitu:
1. Teori kepastian Hukum
Teori Kepastian Hukum diungkapkan oleh Gustav Radbruch dalam Theo
Huijbers yang menyatakan bahwa :
”Hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu
9J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, h. 194. 10 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju Bandung,
h. 141.
12
besar, sehingga tata hukum itu nampak tidak adil pada saat itu tata hukum itu boleh dilepaskan”.11
Dengan adanya suatu kepastian hukum, maka tujuan dari hukum yaitu
keadilan akan dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka
penyaluran kredit hendaknya dibuatkan dalam bentuk tertulis dihadapan
notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik yang dapat memberikan kepastian hukum terutama
apabila debitur wanprestasi. Sehingga kepastian hukumnya akan lebih terjamin.
Penyaluran kredit pada koperasi tentunya tidak akan terlepas dari benda
yang dijadikan jaminan. Dalam penyaluran kredit pada koperasi dapat berupa
benda yang dibebankan dengan hak tanggungan. Apabila benda yang dijaminkan
tersebut dibebankan hak tanggungan, maka benda tersebut wajib didaftarkan.
Pendaftaran jaminan hak tanggungan tersebut dilakukan sampai pada terbit
sertifikat hak tanggungan memberikan kemudahan bagi kreditur dalam
menjalankan eksekusi atas objek jaminan hak tanggungan tersebut. Pelaksanaan
eksekusi hak tanggungan yang dilakukan oleh pihak koperasi sebagai kreditur
penerima jaminan Hak Tanggungan, maka eksekusi haruslah menerapkan
ketentuan yang diatur dalam ketentuan Pasal 6 UUHT, hal ini tentunya untuk
memberikan jaminan kepastian hukum. Teori ini dikemukakan dengan tujuan
untuk membahas dan menganalisis permasalahan kedua dalam penelitian ini yaitu
berkaitan dengan penyelesaian wanprestasi dalam penyaluran kredit yang terjadi
11 Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta,
h. 163.
13
pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja. Penyelesaian kredit macet
dengan jaminan hak tanggungan ini dilihat dari teori kepastian hukum maka
keberadaan sertipikat hak tanggungan yang dapat memberikan kedudukan
preference bagi pihak koperasi sebagai pihak kreditur, sehingga apabila debitur
wanprestasi maka pihak koperasi dapat melaksanakan eksekusi atas obyek
jaminan hak tanggungan tersebut.
2. Teori Efektivitas
Diperlukannya teori efektivitas hukum ini didalam masyarakat, karena
efektivitas hukum adalah daya kerja hukum dalam mengatur dan memaksa
masyarakat (law as social control). Dalam bukunya Soerjono Soekanto
dikemukakan bahwa untuk berlakunya suatu aturan hukum harus memenuhi 3
(tiga) syarat yaitu :
1. Kaedah hukum berlaku secara filosofis
2. Kaedah hukum berlaku secara yuridis
3. Kaedah hukum berlaku secara sosiologis”.12
Berlakunya kaedah hukum secara yuridis, mengandung pengertian bahwa
aturan hukum yang ada harus didasarkan pada kaedah hukum yang lebih tinggi13.
Berlakunya kaedah hukum secara sosiologis artinya kaedah hukum tersebut
berlaku dalam masyarakat sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat
dimana kaedah hukum tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa (teori
kekuasaan) ataupun karena adanya pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat
12 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press,
Jakarta, h. 72 13 Ibid, h. 78
14
kepada siapa kaidah hukum tersebut diberlakukan (teori pengakuan). Pada
dasarnya adanya suatu kaedah hukum tersebut “diakui dan diterima oleh
masyarakat dengan tanpa perlu dipaksakan oleh penguasa apabila memang sudah
dirasakan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma hidup dan kehidupan dari
masyarakat yang bersangkutan”14. Sedangkan berlakunya kaedah hukum secara
filosofis artinya suatu kaedah hukum harus berdasarkan pada cita-cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi15. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hukum itu berfungsi dalam masyarakat yaitu :
1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri
2. Petugas atau penegak hukumnya
3. Sarana dan fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum
4. Kesadaran masyarakat”.16
Maka sangat penting Menurut Ravianto bahwa pengertian efektivitas itu
adalah “ Seberapa baik orang melakukan pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana
orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam
waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif”17.
Jadi efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa adanya paksaan. Apabila tujuan
yang dimaksud untuk proses pencapaian perekonomian yang lebih baik, maka
didalam melakukan pemberian kredit tidak terjadi kemacetan dalam melunasi
14 Ibid 15 Ibid, h. 79 16 Zainudin Ali, 2009, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 62 17 Raviyanto, J, 1989, Produktivitas dan Manajemen, Lembaga Sarana Informasi Usaha
dan Productivitas, Jakarta, h. 72
15
kredit tersebut sudah merupakan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Namun jika
terjadinya kemacetan dalam melunasi kredit dapat membuat kegiatan ekonomi
dan pembangunan mengalami kelambatan, dan melihat lagi dari pelaksanaan
kredit didalam perjanjian kredit.
Didalam peyaluran kredit yang dilakukan oleh koperasi terdapat potensi
adanya wanprestasi dan bahkan berpotensi menjadi kredit macet. Wanprestasi
yaitu tidak terlaksananya suatu perjanjian karena kesalahan atau cidera janji dari
pihak dalam perjanjian terutama penyelesaian kredit macet didalam perjanjian
kredit. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
maka efektivitas hukum dipergunakan sebagai pisau analisis untuk permasalahan
pertama berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit
macet pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja. Terjadinya kredit
macet dikaitkan dengan peraturan hukum yang ada dimasyarakat maka dalam hal
ini yang dimaksud adalah UU Perbankan, dan UU Hak Tanggungan, sedangkan
petugas atau penegak hukumnya dalam hal ini adalah pihak kepolisian yang
membantu dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan apabila pihak debitur
merasa keberatan atas eksekusi tersebut, dan juga hakim dan jaksa apabila harus
melalui proses persidangan, dan tentunya kesadaran masyarakat terutama bagi
debitur yang memiliki kredit untuk melunasi kredit yang telah diberikan oleh
pihak koperasi.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
16
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian hukum empiris. Jenis penelitian hukum empiris ini yaitu penelitian
hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau
implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-undang atau
kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi
dalam masyarakat (in concreto).18
1.8.2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif
analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan
data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,19
maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang
terjadi pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja.
1.8.3 Jenis Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk
mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti
untuk melakukan analisis. Dalam penelitian ini, agar mendapatkan hasil yang
ilmiah, serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian
ini dibahas menggunakan jenis pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.
b. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.
18Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 134. 19 Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, h. 10.
17
c. Pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan ini dilakukan dengan mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat didalam perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau makna baru dari istilah-istiah hukum dan menguji penerapannya secara praktis”. 20
1.8.4 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu:
1. Data primer, yaitu “data yang diperoleh terutama dari penelitian yang
dilakukan secara langsung didalam masyarakat”.21 Sumber data primer
yang diperoleh dari penelitian ini dengan melakukan penelitian yang
berlokasi di Desa Pemecutan Kaja, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara
dengan informan dan responden yang ada di lokasi penelitian tersebut.
Informan adalah orang atau individu yang memberikan informasi data
yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya. Informan
diperlukan didalam penelitian empiris untuk mendapatkan data secara
kualitatif. Sedangkan Responden adalah seseorang atau individu yang
akan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti. Responden ini merupakan orang atau individu yang terkait
secara langsung dengan data yang dibutuhkan”.22
20 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190. 21Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, h. 156 22Ibid, h. 174
18
2. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian
kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan bahan-bahan
hukum sebagai berikut:23
i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :
(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
(b) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3632);
(c) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790;
(d) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
212, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5355).
ii. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari literatur-literatur, buku-
buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-
dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.
iii. Sedangkan Bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus dan
ensiklopedi”.24
23Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 24.
19
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Teknik Studi Dokumen
Untuk data kepustakaan dipakai teknik studi dokumen dengan cara
membaca memahami membandingkan karangan-karangan ilmiah dan para
sarjana dan dan sumber-sumber lainnya, baik peraturan-peraturan maupun
tulisan-tulisan ilmiah yang terdapat dalam berbagai literatur atau sumber
bahan bacaan lain yang relevan dengan permasalahan.
2. Teknik Wawancara (interview)
Data lapangan digunakan teknik wawancara (interview) yaitu “proses
tanya jawab lisan dalam masa dua orang atau lebih berhadap-hadapan
secara fisik yang satu dapat melihat yang lain dan mendengarkan dengan
telinganya sendiri”.25 Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara kepada para responden dengan
menggunakan daftar pertanyaan. Pertanyaan tersebut berkisar pada
penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit. Data ini diperoleh
dengan penelitian langsung oleh objek penelitian, dimana objek penelitian
adalah Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja.
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
24Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2004, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h. 120 25 Sutrisno Hadi, 1984, Methodologi Research, Gajah Mada University, Yogyakarta, h.
192.
20
Adapun lokasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu
pada Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja. Terpilihnya lokasi tersebut
sebagai sampel lokasi penelitian dikarenakan ditemukan kasus wanprestasi dalam
penyaluran kredit pada koperasi tersebut.
Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara
Non Random Sampling yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah
menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan
judul dalam penelitian skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang
digunakan yaitu Koperasi Gedong Artha di Desa Pemecutan Kaja. “Populasi yang
dipilih menjadi sampel setelah sebelumnya dipilih dan direncanakan oleh peneliti
karena populasi ini bersifat heterogen, dimana setiap populasi tidak semuanya
dapat mewakili seluruh unit populasi”.26
Penentuan responden ataupun informan dilakukan dengan menggunakan
metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi
dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh
peneliti yaitu dengan mencari responden kunci ataupun informan kunci, kemudian
responden berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi
yang diberikan oleh responden kunci yang diawali dengan menunjuk sejumlah
responden yaitu responden yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman
sesuai dengan objek penelitian ini yakni wanprestasi pada Koperasi Gedong Artha
di Desa Pemecutan Kaja.
26Amiruddin dan Zainal Asikin, op.cit, hal. 98.
21
1.8.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder, selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan teknik analisa data secara kualitatif yaitu dengan
memilih data yang kualitasnya dapat menjawab permasalahan yang diajukan dan
untuk penyajiannya dilakukan secara deskriptif analisis yaitu suatu cara analisis
data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh
kesimpulan umum”.27
27 Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit, h. 98
Lembaran PengesahanDaftar isi, Abstrak, Bab 1.pdfDaftar isi, Abstrak
Daftar isi, Abstrak, Bab 1Bab 1
Top Related