PATI ANGKRIK (MARANTA ARUNDINACEAE L.) UNTUK
PENINGKATAN DIVERSIVIKASI PANGAN DI KABUPATEN
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Karya Ilmiah
Disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan
oleh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam rangka
acara “Gebyar Agriculture Agrifest 2012”
Oleh :
Ria Nur Andini 13556
Siti Fadliaturrohmah 13907
Dewantara M. Ciputra 13717
SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA
BANJARNEGARA
TAHUN 2012
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : “Pati Angkrik (Maranta arundinaceae L.) untuk
Peningkatan Diversivikasi Pangan Di Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah”
2. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Ria Nur Andini
b. Nomor Induk Siswa : 13556
c. Alamat email dan No Telp : [email protected] /
08976639527
3. Anggota 1
a. Nama Anggota 1 : Siti Fadliaturrohmah
b. Nomor Induk Siswa : 13907
c. Alamat email dan No Telp : [email protected]
4. Anggota 2
a. Nama Anggota 2 : Dewantara M. Ciputra
b. Nomor Induk Siswa : 13717
c. Alamat email dan No Telp : [email protected] /
085290620411
Banjarnegara, 26 Maret 2012
Ketua Tim Guru Pembimbing
Ria Nur Andini Yuli Yanti, S.Pd
NIS 13556 NIP 19790705 200501 3 013
Menyetujui,
Kepala SMAN 1 Banjarnegara
Ibnu Ashar, M.M
NIP 19640110 199002 1 002
2
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, hanya karena perkenan-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
Karya tulis ini berjudul “Pati Angkrik (Maranta arundinaceae L.) untuk
peningkatan diversivikasi pangan di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan oleh
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam rangka acara
“Gebyar Agriculture Agrifest 2012”.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapan terimakasih kepada:
1. Drs. Ibnu Ashar, MM selaku Kepala SMA Negeri 1 Banjarnegara yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
kegiatan ini.
2. Yuli Yanti, S.Pd. selaku Guru Pembimbing yang telah memotivasi
kepada penulis untuk mengikuti kegiatan ini.
3. Teman-teman siswa SMAN 1 Banjarnegara yang telah memberikan
segala bantuan yang sangat berharga bagi penulis.
4. Ayah, bunda dan semua saudara yang telah memberikan dukungan dan
doa.
5. Semua pihak yang belum disebutkan yang telah memberikan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Akhirnya, semoga Allah SWT selalu memberkati.
Banjarnegara, 26 Maret 2012
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………...…..………1
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..…….2
KATA PENGANTAR...........................................................................................3
DAFTAR ISI………………………………………………………………........4
ABSTRAK............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………............6
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………..………….......6
1.2. Perumusan Masalah………………………………………………................8
1.3. Tujuan ………………………………………………....................................8
1.4. Manfaat...........................................................................................................8
BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9
2.1. Angkrik (Maranta arundinacea L).................................................................9
2.2. Deskripsi.........................................................................................................10
2.3. Habitat............................................................................................................10
2.4. Kabupaten Banjarnegara................................................................................10
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………..........................12
3.1. Pembahasan....................................................................................................12
3.2. Proses Pembuatan Pati Angkrik.....................................................................17
BAB IV. PENUTUP..............................................................................................18
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................18
4.2. Saran …………………………………………..............................................18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........19
4
ABSTRAK
Perekonomian Indonesia yang semakin memburuk memberikan
dampak negatif yang nyata pada ketersediaan pangan dewasa ini. Berdasarkan
data BPS, selama semester I 2011 (Januari-Juni), Indonesia telah mengimpor
bahan pangan baik mentah maupun olahan senilai 5,36 milliar dollar AS atau
sekitar 45 triliun rupiah dengan volume impor mencapai 11,33 juta ton.
Sumber karbohidrat selain beras perlu ditingkatkan peranannya seiring
dengan program diversifikasi pangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
pangan. Angkrik (Maranta arundinacea L) merupakan salah satu tanaman
sumber karbohidrat alternatif, dimana angkrik bukan saja digunakan untuk
pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati angkrik dapat digunakan
sebagai bahan baku makanan dan minuman, farmasi atau obatobatan, kimia,
kosmetik, tekstil, kertas dan karton.
Angkrik merupakan sumber potensial pengganti tepung terigu yang mana
impor tepung terigu setiap tahunnya tidak kurang dari 3 juta ton. Padahal kalau
kita mempunyai 335 ribu hektar lahan angkrik, impor terigu dapat berkurang
ratusan ribu ton. Angkrik mempunyai potensi pasar internasional, di St.Vincent
(Amerika Tengah) tanaman ini telah diusahakan secara komersial dan sekitar
95% kebutuhan dunia dipasok dari negara ini. Negara pengekspor angkrik di
kawasan Asia Tenggara adalah Philipina. Di Indonesia tanaman angkrik belum
dibudidayakan secara intensif, oleh karena itu perlu pengenalan lebih lanjut
tentang penggunaan bahan baku angkrik serta budidaya tanamannya.
Pemanfaatan tepung angkrik masih menghadapi beberapa kendala,
terutama pemasaran dan kontinuitas pasokan bahan baku. Untuk mengatasi
kendala tersebut, ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk
mengembangkan tanaman angkrik, antara lain niat pemerintah untuk mengubah
paradigma impor bahan pangan dan menjadikan petani sebagai penjual produk
olahan, bukan penjual bahan baku. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk
mendiversifikasikan pangan selain terigu dan beras, sehingga akan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap komoditi impor.
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1Latar belakang
Perekonomian Indonesia yang semakin memburuk memberikan dampak
negatif yang nyata pada ketersediaan pangan dewasa ini. Ketergantungan pada
beras menyebabkan bergesernya konsumsi untuk komoditas yang lain. Sumber
karbohidrat non beras perlu ditingkatkan peranannya seiring dengan program
diversifikasi pangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan.
Terlepas dari transformasi struktur ekonomi yang semakin mengantarkan
Indonesia menuju negera industri, nampaknya tidak salah kalau kita masih
menganggap Indonesia sebagai negara agraris. Setidaknya, ada dua alasan
mengapa negeri ini masih dianggap sebagai negara agraris. Pertama, sektor
pertanian masih menjadi salah satu leading sector dalam ekonomi Indonesia,
ditunjukkan oleh pangsanya yang masih cukup tinggi terhadap pembentukan
produk domestik bruto (PDB). Pada triwulan II 2011, pangsa sektor pertanian
terhadap PDB sebesar 15,4 persen, nomor dua setelah sektor industri pengolahan
yang mencapai 24,3 persen. Alasan kedua, sebagian besar, yakni sekitar 33
persen (42,47 juta) penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja
menggantungkan hidupnya (bekerja) di sektor pertanian.
Ironisnya, sebagai negara agraris Indonesia ternyata belum memiliki
kemandirian dan kedaulatan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan bagi
rakyatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai impor komoditi pangan Indonesia yang
masih cukup tinggi, yakni sekitar 7 persen dari total impor Indonesia.
Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Ibukotanya adalah Banjarnegara. Secara astronomis, Kabupaten
Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' -
109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah
106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Topografi wilayah Banjarnegara sebagian besar (65% lebih) berada di
ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Menurut jenis
tanahnya, tanah yang berada di daerah Banjarnegara sebagian besar tergolong
6
tanah yang cocok untuk daerah pertanian dan perkebunan. Banyak tanaman yang
cocok ditanam didaerah ini, diantaranya padi-padian, buah-buahan, sayur mayur,
umbi umbian, dan lain-lain. Tanaman angkrik hanya tumbuh di daerah tropis,
sehingga Banjarnegara yang berada di lingkup daerah tropis sangat cocok untuk
pembudidayaan angkrik.
Di Asia Tenggara, tanaman angkrik dibudidayakan hampir di semua tempat,
terutama sebagai tanaman pertanian di kebun rumah. Maranta arundinacea
tumbuh terutama di hutan-hutan tropik meranggas atau semi-meranggas dekat
kolam yang bersifat sementara dan di daerah anak sungai, meskipun juga
tumbuh di hutan cemara yang kering. Jenis tersebut tumbuh paling baik dibawah
kondisi lembab, pada suhu 25-30°C dan membutuhkan curah hujan rata-rata
1500-2000 mm/ tahun, tetapi dengan 1-2 bulan kering. Angkrik lebih menyukai
kondisi dataran rendah, tetapi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1000
m dpl. Angkrik dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, tetapi tumbuh
dengan subur pada tanah sawah, tanah terbuka, tanah liat berpasir dengan pH5-8.
Tanaman angkrik dapat tumbuh maksimal di bawah lindungan pohon dengan
kadar matahari minimum, sehingga tanaman ini potensial diusahakan di hutan
rakyat, tanah pekarangan, maupun daerah-daerah penghijauan. Tanaman ini
mampu tumbuh pada tanah yang miskin kesuburannya, meskipun untuk
produksi terbaik harus dipupuk. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan
yang khusus serta hama dan penyakitnya relatif sedikit. Umbinya mulai dapat
dimakan saat umur tanaman 3-4 bulan.
Angkrik merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat alternatif
dimana angkrik bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan
baku industri. Salah satu pemanfaatan angkrik adalah diambil patinya yang
selanjutnya diolah menjadi tepung. Tepung pati angkrik dapat digunakan sebagai
alternatif tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan kue, mie, roti kering,
bubur bayi, makanan diet pengganti nasi, disamping digunakan di industri kimia,
kosmetik, pupuk, gula cair dan obat-obatan. Tetapi pemanfaatan tepung angkrik
masih menghadapi beberapa kendala, terutama pemasaran, kontinuitas pasokan
bahan baku serta kurangnya perhatian masyarakat dalam upaya diversifikasi
pangan tanaman tersebut.
7
Angkrik merupakan sumber potensial pengganti tepung terigu yang mana
impor tepung terigu setiap tahunnya tidak kurang dari 3 juta ton. Padahal kalau
kita mempunyai 335 ribu hektar lahan angkrik, impor terigu dapat berkurang
ratusan ribu ton. Angkrik mempunya potensi pasar internasional di St.Vincent
(Amerika Tengah) tanaman ini telah diusahakan secara komersial dan sekitar
95% kebutuhan dunia dipasok dari negara ini. Negara pengekspor angkrik di
kawasan Asia Tenggara adalah Philipina. Di Indonesia tanaman angkrik belum
dibudidayakan secara intensif, oleh karena itu perlu pengenalan lebih lanjut
tentang penggunaan bahan baku angkrik serta budidaya tanamannya.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah :
Apakah pemanfaatan tanaman angkrik dapat digunakan sebagai upaya
peningkatan diversifikasi pangan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah?
1.3. Tujuan
Untuk mendeskripsikan tentang pemanfaatan tanaman angkrik dapat
digunakan sebagai upaya peningkatan diversifikasi pangan di Kabupaten
Banjarnegara Jawa Tengah.
1.4. Manfaat
Mengetahui potensi tanaman angkrik di daerah Banjarnegara dan
pengembangannya untuk dijadikan bahan olahan pangan alternatif dalam
upaya peningkatan perekonomian masyarakat Banjarnegara.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Angkrik (Maranta arundinacea L.)
Angkrik atau Maranta arundinacea L. adalah sejenis tumbuhan
berbentuk terna yang menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Angkrik tidak
pernah menjadi sumber pangan pokok namun ia kerap ditanam di pekarangan di
pedesaan sebagai cadangan pangan dalam musim paceklik.
Asal usul angkrik secara pasti tidak diketahui, tetapi jenis tersebut diduga
asli di Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara, Ekuador bagian barat
dan di beberapa padang rumput daratan Guyana. Saat ini, jenis tersebut dapat
ditemukan di tempat-tempat pembudidayaan di seluruh daerah tropik, tetapi
hanya dianggap penting di India Barat. Di Asia Tenggara, jenis tersebut
dibudidaya di hampir semua tempat, terutama sebagai tanaman pertanian di
kebun rumah.
Klasifikasi Ilmiah angkrik :
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Marantaceae
Genus : Maranta
Spesies : M. Arundinacea
Gambar 1 Gambar 2
Tumbuhan Angkrik Angkrik yang telah dibersihkan
9
2.2. Deskripsi
Terna menahun, tegak, dengan batang-batang yang bercabang
menggarpu, tinggi 40–100 cm. Rimpangnya lunak dan membengkak, berdaging,
keputih-putihan atau kemerahan, dengan sisik daun putih kemerahan. Daun
bertangkai panjang, berpelepah pada pangkalnya dan menebal, dengan helaian
bentuk lonjong atau bundar telur-melonjong berujung runcing. Bunga majemuk
dalam malai terminal (di ujung batang), zigomorfik, berwarna putih. Buah
melonjong, merah tua, gundul sampai berambut.
2.3. Habitat
Bentuk liar Maranta arundinacea L. tumbuh terutama di hutan-hutan
tropik meranggas atau semi-meranggas dekat kolam yang bersifat sementara dan
anak sungai, meskipun demikian kadang-kadang juga tumbuh di hutan cemara
yang kering. Jenis tersebut tumbuh paling bagus dibawah kondisi panas yang
basah, pada suhu 25-30°C dan membutuhkan curah hujan rata-rata tahunan
1500-2000 mm atau lebih, tetapi dengan 1-2 bulan kering. Angkrik bertoleransi
terhadap naungan sampai dengan 50% naungan tanpa mengurangi produksi; dan
tetap hidup pada kondisi tanah yang digenangi air dan tanah yang jenuh, tetapi
tidak menghasilkan rimpang dalam tanah. Lebih menyukai kondisi dataran
rendah, tetapi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Angkrik
dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, tetapi tumbuh dengan subur pada
tanah sawah, tanah terbuka, tanah liat berpasir dengan pH 5-8.
2.4. Kabupaten Banjarnegara
Gambar 3. Peta Kabupaten Banjarnegara
10
Banjarnegara
Jawa Tengah
Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Ibukotanya adalah Banjarnegara. Secara astronomis, Kabupaten
Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' -
109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah
106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah .
Topografi wilayah Banjarnegara sebagian besar (65% lebih) berada di
ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Menurut jenis
tanahnya, tanah yang berada di daerah Banjarnegara sebagian besar tergolong
tanah yang cocok untuk daerah pertanian dan perkebunan. Banyak tanaman yang
cocok ditanam didaerah ini, diantaranya padi-padian, buah-buahan, sayur mayur,
umbi umbian, dll.
Tanaman angkrik hanya tumbuh di daerah tropis, sehingga Banjarnegara
yang berada di lingkup daerah tropis sangat cocok untuk pembudidayaan
angkrik.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan
Perekonomian Indonesia yang semakin memburuk memberikan dampak
negatif yang nyata pada ketersediaan pangan dewasa ini. Berdasarkan data BPS,
selama semester I 2011 (Januari-Juni), Indonesia telah mengimpor bahan pangan
baik mentah maupun olahan senilai 5,36 milliar dollar AS atau sekitar 45 triliun
rupiah dengan volume impor mencapai 11,33 juta ton. BPS mencatat, Indonesia
mengimpor sedikitnya 28 komoditi pangan mulai dari beras, jagung, kedelai,
gandum, terigu, gula pasir, gula tebu, daging sapi, daging ayam, mentega,
minyak goreng, susu, bawang merah, bawang putih, telur, kelapa, kelapa sawit,
lada, teh, kopi, cengkeh, kakao, cabai segar dingin, cabai kering tumbuk, cabai
awet, tembakau dan bahkan singkong alias ubi kayu juga diimpor.
Sebagai bahan makanan pokok, beras yang juga merupakan bahan
pembuatan terigu terus meng impor dari negara lain. Padahal telah kita ketahui
bahwa Indonesia merupakan negara agraris, oleh karena itu kita perlu mencari
alternatif lain agar kegiatan impor yang dilakukan dapat terkendali.
Ketergantungan pada beras menyebabkan bergesernya konsumsi untuk komodi
tayang lain. Sumber karbohidrat non beras perlu ditingkatkan peranannya seiring
dengan program diversifikasi pangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
pangan. Angkrik merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat alternatif,
dimana angkrik bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan
baku industri.
Angkrik merupakan sumber potensial pengganti tepung terigu. Impor terigu
setiap tahunnya tidak kurang dari 3 juta ton. Padahal kalau kita mempunyai 335
ribu hektar lahan angkrik, impor terigu dapat berkurang ratusan ribu ton.
Akan tetapi pemanfaatan tepung angkrik masih menghadapi beberapa
kendala, terutama pemasaran dan kontinuitas pasokan bahan baku. Untuk
mengatasi kendala tersebut, ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk
12
mengembangkan tanaman angkrik, antara lain niat pemerintah untuk mengubah
paradigma impor bahan pangan dan menjadikan petani sebagai penjual produk
olahan, bukan penjual bahan baku. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk
mendiversifikasikan pangan selain terigu dan beras, sehingga akan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap komoditi impor. Bila hal ini tidak segera
dilakukan maka Indonesia akan sangat bergantung pada bahan baku impor. Ini
merupakan sesuatu yang sangat ironis mengingat melimpahnya tanaman pangan
alternatif yang dapat digali di negeri yang cukup subur ini.
Tanaman angkrik di DI.Yogyakarta, Jambi, Riau dan Jawa Barat sudah
di tanam meskipun tidak teratur. Tanaman ini belum dibudidayakan secara
teratur pula oleh para petani didaerah survei Sumatera Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku. Tanaman ini terdapat
pada ladang yang tidak diusahakan petani dipinggirpinggir hutan. Usaha
pemeliharaan tanaman angkrik oleh para petani baru meliputi menyiang,
membumbun dan belum melakukan pemberantasan hama dan penyakit.
Pemupukan hanya dilakukan para petani di Jawa Timur dan DI.Yogyakarta.
Banjarnegara merupakan salah satu kota kecil yang ada di Indonesia. Kota
ini adalah salah satu kota di Indonesia yang cocok untuk ditanami umbi-umbian,
diantaranya umbi angkrik. Hal ini dikarenakan umbi angkrik hanya hidup di
daerah yang beriklim tropis.
Seperti halnya dengan tanaman-tanaman lain yang tergabung dengan ordo
Zingiberales maka bentuk tanaman ini adalah 36 herba yang berumpun,
tingginya 11,5 m, dengan perakaran dangkal dari rhizoma menjurus ke arah
dalam tanah. Mula-mula rhizoma ini berupa cabang yang merayap dan lama
kelamaan secara bertahap akan membengkak dan menjadi suatu organ yang
berdaging dengan bentuk silinder. Rhizoma atau sering juga disebut dengan
umbi ini berwarna putih atau coklat muda. Panjang rhizoma 20-45 cm, sedang
diameternya 2,5 cm.
Daun tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm dan lebarnya 3-
10 cm. Pelepah daun berbaris dua, bersisi tidak sama dan memeluk batang.
13
Ujung tangkai daun melebar, jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya
sejajar. Bunga angkrik kecil-kecil terletak pada pangkal ujung dan panjangnya
2 cm dengan kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna putih.
Pada bunga ini hanya terdapat satu benang sari yang fertil dengan kepalasari
beruang satu. Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanya terdapat
satu bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuh milimeter.
Umbi angkrik inilah yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat Banjarnegara dengan cara mengambil patinya yang
dapat diolah menjadi aneka macam makanan. Angkrik terutama ditanam untuk
umbinya, yang menghasilkan pati yang berkualitas tinggi, berukuran halus dan
berharga mahal. Rimpang angkrik juga dapat dijadikan sumber karbohidrat
alternatif untuk menggantikan tepung terigu.
No KandunganPati angkrik
(%)
Tepung terigu
(%)
Tepung Tapioka
(%)
1. Air 69–72 5,15 11,89
2. Protein 1,0–2,2 14,45 5,95
3. Lemak 0,1 2,09 1,42
4. Pati 19,4–21,7 78,74 78,96
5. Serat 0,6–1,3 1,92 2,4
6. Abu 1,3–1,4 1,83 0,61
Tabel 3.1 perbandingan kandungan bahan pembuat pati
Pati merupakan zat gizi yang penting dalam diet sehari-hari, dan sekitar 80%
kebutuhan energi manusia di dunia dipenuhi oleh karbohidrat (Greenwood dan
Munro,1979). Produksi pati dunia tiap tahun adalah sekitar 66,5 juta ton
(FAOSTAT, 2002), dan perkembangan kebutuhan pati dunia oleh industri
makanan modern sudah menarik usaha untuk mengidentifikasi sumber baru bagi
polisakarida ini (Betancur – Ancona,dkk, 2004).
Pati angkrik dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman,
farmasi atau obatobatan kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton. Selain
campuran bedak, pati angkrik juga digunakan sebagai campuran minuman
14
alkohol, obat penyakit panas dalam, obat borok, bahan pengikat tablet dan
ektender pada perekat sintetis. Dibandingkan pati lainnya, angkrik bentuk
seratnya lebih pendek sehingga mudah dicerna dan dapat dijadikan makanan
bayi, anak penyandang autis dan sindrom down, serta diet bagi manula dan
pasien dalam masa penyembuhan.
15
3.2. Proses Pembuatan Pati Angkrik
a. Pemilihan dan Pembersihan Umbi
Pilih umbi angkrik yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan
sisik-sisiknya terus bilas dengan air bersih yang mengalir.
b. Pemarutan dan Pemisahan Pati
Parutlah umbi angkrik hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air
bersih sambil diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya.
Selanjutnya saringlah bubur tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari
seratnya. Larutan hasil perasan segera diendapkan sehingga air terpisah dari
endapan pati.
c. Pengeringan
Jemurlah endapan pati angkrik hingga kering, kemudian gilinglah menjadi
pati halus.
d. Pengemasan dan Penyimpanan
Kemaslah pati angkrik dalam wadah (kemasan) kantong plastic atau kaleng
yang kedap udara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering.
Pati tersebut dapat melancarkan alat pencernaan dan seringkali digunakan
sebagai pengenyal berbagai macam makanan, bumbu, sop, gula-gula, masakan
dan makanan pencuci mulut seperti puding dan es krim. Di bidang industri,
bubur yang dihasilkan dari rimpang dipakai dalam pabrik kertas, karton, bantal
dan papan tembok dan patinya sebagai bahan dasar bedak, lem dan sabun.
Seluruh bagian rimpang yang belum berserat dapat dimakan dengan cara
dikukus atau dipanggang lebih dulu.
Di bidang obat-obatan, bubur dari rimpang yang masih segar digunakan
sebagai obat oles luka dan luka bernanah; patinya dicampur dengan air atau susu
digunakan untuk mengobati masalah-masalah perut (misalnya mengobati
keracunan) dan diare, atau untuk membuat makanan yang mudah dicerna untuk
penderita masalah perut atau masalah usus. Rimpang juga merupakan pengganti
yang bagus untuk jagung dalam ratio campuran; bekas serabut sesudah ekstrak
pati dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk.
17
BAB IVPENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari karya tulis ini adalah tanaman angkrik dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan diversivikasi pangan di Kabupaten
Banjarnegara dengan cara mengolahnya dengan mengambil pati angkrik
menjadi beberapa bahan olahan seperti bahan baku makanan dan
minuman, farmasi atau obatobatan kimia, kosmetik, tekstil, kertas
dan karton. Angkrik merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah
Banjarnegara, jika dimanfaatkan secara optimal akan menghasilkan nilai
ekonomis yang lebih tinggi karena memiliki beberapa kelebihan dibanding
tepung lainnya.
4.2. Saran
Untuk dapat mengenalkan tanaman angkrik yang mempunyai banyak
potensi kepada masyarakat luas perlu dilakukan sosialisasi oleh instansi
yang terkait agar tanaman angkrik ini dapat dibudidayakan dan diolah
sehingga menjadi salah satu aset pembangkit perekonomian di
Banjarnegara.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Potensi Investasi Sektor Pertanian.
http://www.banjarnegarakab.go.id/potensi_investasi_sektor_pertanian
(7 Januari 2012)
Anonim, 2010. Letak Geografis.
http://www.banjarnegarakab.go.id /letak_geografis/(3 Maret 2012 )
Anonim, 2012. Garut, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Garut/ (13 Maret 2012)
Anonim, 2012. Banjarnegara, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarnegara/ (22 Februari 2012)
Anonim, 2004. Obat Alami Maag.
http://www.sehat-alami-4u.com/diabetes.php/obat_alami_maag.
Anonim, 2012. Angkrik Si Obat Maag Hebat.
http://indozaenal.blogspot.com/angkrik_si_obat_maag_hebat/
(2 Februari 2012)
Ruslan,Kadir. 2011. Indonesia Negara Agraris Pengimpor.
http://kompasiana.com/indonesia_negara_agraris_pengimpor/
(15 Maret 2012)
Sukamto. 2005. Kamus Pertanian.Semarang.CV Aneka Ilmu.
Yuniarti, Titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional.Yogyakarta.
ModPress
19
Top Related