Download - KARIL PANGKASAN (Gatut Supriaji).doc

Transcript

TEKNIK SAMBUNGAN CABANG & PANGKASAN KOPI BATANG TUNGGAL UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI DAN MEMBENTUK HABITUS TANAMAN

Gatut Suprijadji *

PENDAHULUAN

Dalam program pengembangan usaha perkopian di Indonesia banyak masalah

yang perlu diatasi terutama mengenai produktivitas dan mutu kopi yang relatif masih

rendah. Beberapa kiat telah dilakukan agar masa mendatang kopi masih tetap bertahan

sebagai salah satu sumber devisa Negara dan sekaligus dapat meningkatkan

kesejateraan.

Keberhasilan suatu pertanaman kopi dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain

iklim, kesuburan tanah, bahan tanam, dan tindakan teknis budidaya. Salah satu factor

yang sangat tidak boleh diabaikan adalah pangkasan, karena berkaitan langsung dengan

penyediaan cabang-cabang buah yang merupakan modal utama dalam budidaya kopi.

Produksi tanaman kopi sangat ditentukan oleh banyaknya cabang buah produktif.

Oleh karena itu pangkasan memegang peran yang sangat penting dalam hal kuantitas

produksi. Kesalahan dalam pelaksanaan pemangkasan, selain akan mengurangi

ketersediaan cabang buah produktif, juga dapat menyebabkan kerangka pohon menjadi

rusak (Gatut-Suprijadji, dkk. 1996).

Agar pelaksanaan kegiatan pangkasan berhasil dengan baik diperlukan tenaga terampil

dan memahami sifat-sifat pertumbuhan tanaman yang akan dipangkas.

Keberhasilan pangkasan dalam penyediaan cabang buah secara optimal perlu didukung

oleh tindakan kultur teknik yang lain, seperti pengaturan pohon penaung, bahan dan

jarak tanam, perbaikan kesuburan tanah, serta pengendalian jasad pengganggu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

* Manager Pusat Penyuluhan dan pengembangan Kopi (P3K) AEKI Lampung / Purna Tugas Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember .

SIFAT PERTUMBUHAN TANAMAN KOPI

Sebelum melakukan pangkasan pada tanaman kopi terlebih dahulu harus mengetahui

sifat pertumbuhan dan percabangan tanaman dengan harapan apabila melakukan

pangkasan sudah mengetahui arah yang diinginkan.

Pada tanaman kopi terdapat dua bentuk pertumbuhan (dimorphisme), yaitu

pertumbuhan ortotropik yang arahnya tegak (vertical) dan pertumbuhan plagiotrpik yang

araknya mendatar (horizontal). Pertumbuhan ortotropik menghasilkan batang dan

wiwilan (trubus, tunas air) apabila dibiarkan akan menjadi batang-batang baru.

Pertumbuhan plagiotropik mengasilkan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan

akan mendukung buah pada buku-bukunya.

Tanaman kopi memiliki 2 macam mata tunas pada tiap ketiak daunnya yaitu

tunas legitim (primer) yang terletak sedikit di atas ketiak daun dan sekumpulan mata

tunas seri (4-5 buah) yang terdapat di bawah tunas legitim. Kedua macam tunas pada

batang dapat tumbuh vegetatif menbentuk batang atau cabang, pada cabang akan

membentuk reprodoksi cabang atau cabang dan dapat pula tumbuh generatif

membentuk bunga dan buah tergantung pada rangsangan yang diterima. ( gambar 1

Pada batang, tunas legetim yang tumbuh vegetatif akan

membentuk cabang primer, sedangkan pada cabang primer

akan membentuk cabang sekundair dan reproduksi cabang

primer. Cabang sekundair membentuk cabang tersier yang

biasanya hanya muncul pada cabang-cabang yang sudah tua

menyerupai bentuk kipas dan dikenal dengan nama cabang

kipas. Karena tunas legitim jumlahnya hanya satu pada tiap

ketiak daun maka bila cabang primer mati, tidak akan

tumbuh cabang primer baru pada tempat yang sama.

Cabang yang berasal dari tunas legitim pertumbuhannya

membentuk sudut yang nyata dengan tempat kedudukannya

dan ruas pertama panjang pada buku pertama daun

bentuknya normal (Hartobudoyo, 1975)

Gbr.1. Pertumbuhan cabang

Mata tunas seri bila tumbuh vegetatif akan membentuk bagian tanaman yang sifat dan

fungsinya sama dengan tempat asalnya, karena itu sering disebut mata tunas reproduksi.

Tunas-tunas seri pada batang menghasilkan wiwilan yang berfungsi mereproduksi

(membentuk kembali) organ batang baru. Demikian pula tunas seri pada cabang primer

akan menghasilkan cabang-cabang reproduksi yang memiliki sifat dan fungsi yang sama

dengan cabang primer (makin dekat batang makin jelas). Bagian tanaman yang berasal

dari tunas seri umumnya tumbuh searah dengan asalnya dan memiliki ruas pertama

pendek dengan daun berukuran kecil berbentuk limas. Sebagian dari cabang-cabang

reproduksi pertumbuhananya terhambat dan lemah sehingga tetap kecil dan bengkok-

bengkok. Dalam praktek cabang-cabang yang demikian disebut cabang cacing, cabang

reproduksi tumbuh kearah batang pokok disebut cabang balik, kadang-kadang cabang

reproduksi tumbuh kebawah atas keatas cabang tersebut disebut cabang liar.

Sifat lain yang erat kaitannya dengan kegiatan pemangkasan adalah sifat

pembuahan kopi yang khas. Tanaman kopi mebentuk buah terutama pada buku-buku

cabang, jarang terlihat buah kopi terdapat pada batang terkecuali kopi excelsa dan

varietas tertentu. Tiap buku biasanya hanya sekali mendukung buah terutama pada kopi

robusta, sehingga tiap tahun letak dompolan buah akan bergeser semakin jauh dari

pangkal cabang/batang. Pada umumnya semakin panjang suatu cabang daya

pertumbuhannya makin melemah sehingga jumlah dompolan buah makin sedikit.

TUJUAN PANGKASAN PADA TANAMAN KOPI

Beberapa panulis antara lain Yahmadi (1972), Hartobudoyo (1975), Willson

(1985), Mitchell (1989), mengatakan bahwa tujuan dan tindakan pemangkasan tanaman

kopi adalah sebagai berikut :

Agar tanaman kopi tetap rendah sehingga memudahkan perawatan dan

memanen hasil.

Membetuk cabang-cabang produksi yang baru secara kontinyu dalam jumlah

yang obtimal.

Menghilangkan cabang-cabang tua yang tidak produktif, cabang terserang hama

penyakit, dan cabang yang tidak dikekendaki.

Mempermudah masuknya cahaya dan memperlancar sikulasi udara dalam tajuk

kopi. Hal ini untuk rangsangan membentuk bunga dan mengoptimal kan

penyerbukan bunga.

Mempermudah pengendalian hama penyakit.

Mengurangi terjadinya fluktuasi produksi yang tajam (biennial bearing) dan

resiko terjadinya kematian tanaman disebabkan oleh pembuahan yang berlebihan

(over bearing die-back).

Mengurangi dampak kekeringan, dimana pemangkasan dapat mengurangi laju

transpirasi tanaman dari cabang-cabang yang tidak produktif sehingga

penggunaan lengas tanah yang semakin terbatas di saat musim kemarau dapat

lebih efisien.

SISTEM PEMANGKASAN

Pada tanaman kopi, baik Robusta maupun Arabika dikenal dua system

pangkasan yaitu sistem pangkasan batang ganda (multiple stem) dan sistem pangkasan

batang tunggal (single stem) (Rothfos,1980)

A. Sistem Pangkasan Batang Ganda (multiple stem)

Sistem pangkasan batang ganda artinya setiap rumpun tanaman terdiri lebih dari

satu batang, umumnya maksimal 4 batang,

Sistem ini umumnya bisa berjalan dengan sempurna hanya pada perkebunan basar,

sedangkan untuk kebun rakyat sulit diterapkan dengan sempurna. Pada pangkasan

batang ganda pada tanaman umur tertentu (4-6 tahun) harus dipotong walaupun masih

berbuah. Perlakuan inilah yang merasa keberatan (sayang) bila dipotong/ direjuvinasi

pada tanaman dalam keadaan berbuah, walaupun hanya sedikit. Oleh karenanya sistim

batang ganda untuk perkebunan kopi di Indonesia kurang sesuai.

B. Sistem Pangkasan Batang Tunggal (Single Stem)

Di kalangan Perusahaan Perkebunan Besar system pangkasan jang digunakan

umumnya adalah system batang tunggal. Percobaan menerapkan system batang ganda

di Indonesia ternyata tidak memberikan hasil yang memuaskan,

Kegiatan pemangkasan tanaman kopi pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan yaitu

pemangkasan bentuk yang bertujuan memperoleh kerangka pohon yang kuat dan

seimbang, dan pemangkasan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemangkasan kewat

panen.

a. Pangkasan bentuk.

Sistem bayonet

Cara pangkasan bentuk dengan sisten bayonet ini dilakukan secara bertahap,

artinya membuat bentuk gerombol demi gerombol (etape) tidak sekaligus pada tahun itu

juga. Mengingat kondisi pertumbuhan tanaman di lapangan sangat beragam maka

penerapan system “bayonet” lebih memberikan jaminan berhasil karena dapat

mendorong pertumbuhan batang menjadi lebih kokoh.

Meskipun emikian “bayonet” yang ditumbuhkan terlalu awal sering menyebabkan

pertumbuhan cabang penumpu etape “tangan” terhambat karena kalah bersaing,

khususnya pada tanaman asal setek.

Pelaksanaan system bayonet sebagai berikut :

Batang tanaman kopi muda yang belum berbuah (umur 1-2 th) dipangkas bentuk awal

dengan bara memenggal pada ketinggian 100 cm dan dilakukan penyunatan tiga cabang

primer yang terletak paling atas yang tumbuh searah dan letaknya menyebar sebagai

satu unit “tangan etape I”.

Penyunatan/pemotongan cabang dilakukan pada ruas ke 2-

3, pasangan cabang yang disunat dihilangkan. (gambar

2( Tunas-tunas yang tumbuh pada cabang primer hasil

sunatan dilakukan pemotongan ulang pada ruas ke 3-4

secara selektif (dipilih yang kokoh). Tunas-tunas yang

tumbuh dari hasil penyunatan kedua dibiarkan tumbuh

sampai berbuah. Agar tunas tersebut kokoh, maka

tunas/cabang cacing, cambuk dihilangkan.

Pertumbuhan reproduksi cabang-cabang primer maupun sekundaer perlu dibatasi

jumlahnya agar seimbang terutama pada tanaman asal setek. Demikian pula tunas air

(wiwilan) pada batang harus selalu dihilangan, karena pertumbuhan wiwilan

berpengaruh sangat merugikan terhadap pembentukan pertumbuhan etape I.

Gbr.2. Cabang disunat

Setelah batang dan etape I terbentuk dan tumbuh

kuat, wiwilan/trubusan dipelihara satu yang baik sebagai

bayonet pada bagian yang bersebelahan dengan etape I

untuk dijadikan etape II. Apabila sudah siap maka

dilakukan pemenggalan pada ketinggian 150 cm, dibuat

etape II dengan cara yang sama dengan pembentukan etape

I hanya letak/arahnya berlawanan dengan etape I. Dengan

menghilangkan 2-3 cabang primer di atas etape I maka

tangan etape I langsung terbuka sehingga memberi

rangsangan untuk tumbuh cabang-cabang buah. Dengan

demikian maka terbentuklah tanaman batang tunggal dua

tingkat/ etape (gambar 3)

Pemenggalan kopi dikerjakan pada awal musim hujan dan diusahakan dilakukan pada

bagian batang yang ruasnya pendek agar pertumbuhan tangan dan bayonet lebih kuat.

Batang tunggal dengan dua etepe, pangkasan pemeliharaan lebih sederhana apabila

dibandingkan dengan tiga etape.

b. Pangkasan lewat panen/pemeliharaan.

Kegiatan pangkasan lewat panen (PLP) pada dasarnya bertujuan

mempertahankan keseimbangan kerangka yang diperoleh dari pangkasan bentuk

dengan cara menghilangkan cabang-cabang yng tidak produktif agar zat makanan/ hara

dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan cabang–cabang lain yang lebih produktif.

Cabang tidak produktif yang dibuang/dipangkas meliputi : cabang yang telah berbuah 2-

3 kali, cab. balik, cab. liar, cab. raja, cab. cacing, cab. terserang hama penyakit/kering

atau rusak dan terubus/wiwilan yang tidak dikehendaki.

Berdasarkan pertimbangan, sering cabang B3 (berbuah ke 3 kalinya) masih dipelihara

tetapi harus selektif dimana cabang tersebut masih mendukung 5 dompol, setelah itu

dipotong.

Pemotongan cabang dilakukan pada bagian yang telah mengeluarkan tunas (menjamin

tumbuh tunas) diusahakan dekat batang, karena pemotongan cabang tidak berdaun

pada saat tidak ada hujan sering kali justru mematikan cabang tersebut.

Gb 3. Bentuk 2 tingkat

Pada pertanaman kopi yang sudah cukup tua sering dijumpai struktur tajuk

didominasi cabang-cabang liar (cabang raja atau cabang balik) yang besar. Pembenahan

struktur tajuk yang demikian agak sulit dilakukan karena sifat pertumbuhan cabang-

cabang yang terbentuk tetap menyerupai sifat pertumbuhan cabang asalnya. Dari hasil

pengamatan di lapangan menunjukan pengaruh jenis bahan tanam cukup kuat. Untuk

kasus demikian sebaiknya tanaman dilakukan rejuvinasi atau renovasi, bila masih tidak

mungkin maka diganti tanaman baru.

Kegiatan restorasi pohon mempengaruhi produksi oleh karena itu

pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. PLP sebaiknya dimulai lebih awal setelah

panen selesai sehingga pada saat awal penghujan tunas-tunas baru dapat segera

tumbuh/terbentuk dan pada bulan Januari/Pebruari dilakukan seleksi cabang.

Pangkasan seleksi.

Pangkasan seleksi terdiri dari pangkas/wiwil halus dan wiwil kasar bertujuan

menyiapkan cabang baru untuk pembuahan yang akan datang dan menghilangkan

cabang-cabang pengganggu yang tidak dikehendaki. Pada prinsipnya memangkas

cabang pengganggu adalah agar cahaya matahari dapat masuk kedalam tajuk dan

peredaran angin tidak terhalang sehingga proses persarian dapat lancar.

Wiwil ringan pertama dikerjakan lebih kurang 3 bulan setelah PLP (musim hujan)

dengan cara menyeleksi cabang-cabang yang akan dibuahkan pada musim pembungaan

yang akan datang. Semua bentuk cabang parasiter (cabang balik, cabang liar, cabang

raja, cabang cacing, dan cabang rusak) dipangkas/dimusnakan kemudian 2-3 bulan

berikutnya diulangi (wiwil ke dua). Dengan demikian tunas-tunas yang sudah dipilih

pada wiwil pertama dapat cepat tumbuh dengan sempurna

Pada daerah yang pertumbuhan vegetatipnya kuat (beriklim A-B menurut Smith dan

Ferguson) kadangkala masih diperlukan wiwil ringan tambahan. Dampak dilakuakan

wiwir ringan dengan sempurna maka pembemtukan primordial bunga dapat

berlangsung lebih intensif.

Wiwil kasar adalah kegiatan menghilangkan tunas secara rutin pada saat tunas

masih sekecil mungkin dengan interval 2 minggu sekali dalam musim penghujan dan 4

minggu sekali dalam musim kemarau (Yahmadi, 1972). Tunas/ wiwilan yang tumbuh

harus selalu dibuang karena sangat merugikan pertumbuhan cabang-cabang buah dan

dapat merusak habitus bentuk etape (tingkat) yang telah dikerjakan pada pangkasan

bentuk.

Penyediaan cabang buah.

Jumalah optimal cabang buah pada pohon kopi tidaklah sama dan sangat

tergantung pada kondisi kesehatan dan ukuran habitus tanaman yang bersangkutan.

Jumlah cabang yang harus dipelihara dapat diperkirakan berdasarkan harapan

produksi yang diinginkan dari pohon tersebut.

Untuk kesetabilan produksi komposisi cabang buah cecara rasional terdiri dari

1/3 bagian cabang B1 (berbuah pertama), 1/3 bagian cabang B2 (berbuah kedua), dan 1/3

bagian cabang Bo/Bv (cabang yang belum berbuah).

Percabangan tanaman setelah PLP diharapkan

terdiri dari cabang B1, B2, dan Bo/Bv dan sebagian kecil B3

yang masih ditolerir. Setelah wiwil seleksi diusahakan

sedemikian rupa sehingga komposisi cabang adalah 1/3 B1,

1/3 B2, 1/3 Bo dan sebagian kecil B3 yang masih mempunyai

4-5 dompol (gambar 4)

Dengan menghitung populasi tanaman/ha dan rerata jumlah dompol tiap cabang, jumlah

buah tiap dompol, rendemen dan nilai buah maka dengan mengatur pangkasan akan

dapat diupayakan jumlah cabang yang harus disediakan sehingga produksi dapat

kontinyu setiap tahunnya atau setidak-tidaknya tidak terjadi fluktuasi produksi yang

tajam.

c. Pangkasan Rejuvinasi/peremajaan

Tanaman kopi yang produksinya rendah masih dimungkinkan diperbaiki dan

ditingkatkan potensi produksinya dengan cara melakukan peremajaan. Tanaman muda

mempunyai vigour yang bagus sehingga mendukung pembuahan yang bagus pula,

kebalikkannya adalah tanaman tua yang pemeliharaannya kurang maka pembuahannya

akan sangat berkurang, oleh karena dilakukan rejuvinasi (pemotongan) agar tanaman

menjadi muda (Gordon Wrigley, 1988).

Umumnya pemangkasan rejuvinasi didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut

(Hartobudoyo, 1989) :

Gb.4. Cab.B1.2.3. seimbang

Umur tanaman telah tua tetapi kondisi perakaran dan batang pokok masih

baik/kokoh, atau tanaman relatif muda tetapi struktur tajuknya rusak karena

sebab mekanik,serangan hama penyakit atau akibat kesalahan dalam

pemeliharaan.

Produktivitas tanaman rendah.

Bahan tanam bukan dari jenis/klon unggul pilihan.

Populasi tanaman kurang karena banyak yang mati tetapi jumlahnya masih >50

%.

Rejuvinasi dapat dilaksanakan secara selektif terhadap pohon-pohon yang rusak

atau dilaksanakan secara bertahap (sistematik) maupun secara total pada areal

pertanaman yang telah ditentukan. Bagian tanaman yang direjuvinasi dapat berupa

batang atau cabang. Rejuvinasi batang dapat dikerjakan dengan cara menunggul batang

pada ketinggian lebih kurang 50 cm di atas tanah ataau menyiwing separo cabang-2 tua

untuk merangsang tumbuhnya wiwilan/terubusan sedangkan separo lainnya dibiarkan

berbuah. Wiwilan yang tumbuh dipilih yang baik dan diperlakukan pangkasan betuk 2

etape. Apabila sudah terbentuk maka batang & cabang yang tidak diperlukan

dipangkas, dengan cara siwingan ini di samping masih diperoleh hasil sedikit juga

menjamin tumbuhnya tunas terutama bila batang pokok tampak halus (dikenal dengan

istilah pupu nona).

Untuk keberhasilan pekerjaan rejuvinasi beberapa tindakan yang perlu dilakukan

antara lain :

Pengolahan tanah, dikerjakan barsamaan dengan saat pemenggalan batang atau

siwing.

Perbaikan teras untuk mengurangi bahaya erosi.

Pemupukan N dan P setelah perlakuan pertama.

Pengaturan pohon penaung agar tumbuh sehat dan tidak etiolasi.

Kegiatan pemangkasan rejuvinasai hendaknya dilakukan pada akhir tahun panen besar

(on-year) untuk memperkecil penurunan produksi kebun dan dikerjakan menjelang

musim penghujam.

Rejuvinasi untuk klonalisasi & konversi

Rejuvinasi juga dapat dimanfaatkan sebagai metoda mempercepat program

klonalisasi dan konversi.

Pada lahan yang sesuai untuk Arabika masih ditanami Robusta dapat dengan cepat

diganti dengan Arabika (konversi) dengan klon atau varietas kopi Arabika yang

diinginkan & sebaliknya pada lahan kopi robuasta yang tidak cocok/ sesuai di suatu

tempat diganti dengan klon kopi yang cocok di tempat tersebut dengan cara sambungan

(sambungan entres atau sambungan cabang).

Sebagai bahan tanam untuk klonalisasi atau konversi dapat berasal dari cabang ortotrop

atau plagiotrop terpilih. Apabila menggunakan bahan tanam cabang plagiotrop sebagai

bahan sambung maka pohon pokok dipenggal setinggi 150 cm dan cabang disiwing.

Wiwilan yang tumbuh pada batang pokok diseleksi dan disambung dengan cabang

plagiotrop (sambungan tak-ent /cabang) pada ketinggian lebih kurang 100 cm & 150 cm

dengan arah yang berlawanan & penyunatan cabang yang tumbuh dari sambungan

dilakukan penyunatan/ pemotongan dua kali. Dengan demikian maka akan diperoleh

tanaman baru dengan habitus yang baik (Gatut- Suprijadji, dkk. 1996).

POHON DISIWING

TUMBUH

DISAMBUNG TAK-ENT2 TINGKATTINGGI :1 meter dan1,5 meter#ARAH BERKAWANAN#* TUMBUH TUNAS

PERTUMBUHANGENERATIF DANPERTUMBUHANVEGETATIF -SEIMBANG

Klon Kopi Robusta Baru (buah besar agak lonjong, cabang lunglai,

tajuk ramping, produksi tinggi walaupun curah hujab tinggi & tanpa bulan

kering tetap berbuah lebat)

DAFTAR PUSTAKA

GATUT-SUPRIJADJI, ABDUL MUKTI NUR, DWI ADJI SUDJATMIKO.(1996). Pemangkasan tanaman kopi. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 12(3) 168-177.

GATUT-SUPRIJADJI & SAHALI (1995) Pengaruh penyambungan batang Bawah Ekselsa dan Robusta pada stadium serdadu terhadap pertumbuhan batang atas kopi Arabika Catimor. Pelita Perkebunan, 10(4), 173-179.

GORDON, W. (1988). Coffee. Longman Sci. Tech. United State with J. Wiley & Son, Inc., New York. 639 p.

HARTOBUDOYO, S. (1975). Pemangkasan Kopi. Balai Penelitian Perkebunan Jember, 63 p.

HARTOBUDOYO, S. (1889). Perkembangan hasil penelitian Kopi dan Kakao

yang dapat dimanfaatkan untuk propinsi penghasil kopi dan kakao di Indonesia. Balai Penelitian Perkebunan Jember, 64 p.

MITCHELL, H.W. (1989). Cultivation and harvesting of the Arabica coffee

tree. In Coffee. Vol.4. Agronomy. Ed. R.J. Clark and R. Macrae. Elsevier Appl. Sc., London. 43-89.

ROTHPOS, B. (1980). Coffee Gordion-Max-Rieck Gmbh. Hamburg., 366 p.

WILLSON, K.S. (1985). Cultural methods. In Coffee. Botany, biochemistry, and Production of beans and beverage. Ed. M.N. Clifford & K.C. Willson. Helm, London. 157-207.

YAHMADI, M. (1972). Budidaya dan pengolahan kopi. Balai Penelitian Perkebunan Jember, 36 p.

===== &&&&& =====

TEKNIK SAMBUNGAN CABANG & PANGKASAN KOPI BATANG TUNGGAL UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSIDAN MEMBENTUK HABITUS TANAMAN

Oleh Ir. GATUT SUPRIJADJI

+

PUSAT PENYULUHAN DAN PENGEMBNANA KOPI (P3K) AEKI LAMPUNG - LAMBAR

2011