Download - KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

Transcript
Page 1: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAKDI WILAYAH PESISIR KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Utojo dan Erna Ratnawati

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

E-mail: [email protected]

(Naskah diterima: 18 Februari 2013; Disetujui publikasi: 30 September 2013)

ABSTRAK

Penelitian ini memanfaatkan teknologi sistem informasi geografis (SIG) untukmenentukan lahan yang sesuai untuk budidaya tambak di Kabupaten Pangkep,Sulawesi Selatan. Data sekunder yang digunakan berupa data iklim, data pasang surut,peta Rupabumi Indonesia wilayah Pangkep skala 1:50.000, dan peta batimetri skala1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitukualitas air dan tanah tambak. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisikoordinatnya dengan global positioning system (GPS). Data lapangan (fisiko-kimia airdan tanah), data sekunder, dan data citra satelit digital ALOS AVNIR-2 tersebutdikumpulkan dan dianalisis secara spasial menggunakan SIG. Hasil analisismenunjukkan bahwa tambak yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Pangkep mencapailuas 12.199 ha. Dari luas tersebut, yang tergolong berkesesuaian tinggi (22 ha) diKecamatan Segeri, yang berkesesuaian sedang (6.675 ha), dan rendah (5.502 ha),tersebar di Kecamatan Mandalle, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro, Pangkajene,dan Minasatene, sedangkan yang tidak sesuai (418 ha), tersebar di wilayah pesisirKecamatan Marang, Labakkang, dan Minasatene.

KATA KUNCI: budidaya tambak, kesesuaian lahan, SIG, Kabupaten Pangkep

ABSTRACT: Land suitability study of brackishwater ponds aquaculture inthe coastal area of Pangkep Regency, South Sulawesi withapplication of geographical information system. By: Utojo andErna Ratnawati

This research using geographical information system (GIS) technology to determineland suitability for brackishwater pond culture in Pangkep Regency, South Sulawesi.The secondary data used such as climate data, tide data, Indonesian Rupabumimaps of Pangkep area scale of 1:50,000 and bathimetry maps scale of 1:200,000.The primary data (soil and water quality) was found with survey method in researchlocation. Satellite image data of ALOS AVNIR-2, secondary data, and field data (soiland water quality) were integrated and conducted spatial analysis with GIS. Theresults of analysis show that existing brackishwater pond culture in Pangkep Regencyare 12,199 ha. From brackishwater ponds area, which is classified with high suitability(22 ha) in Segeri Subdistrict, moderate (6,675 ha) and low (5,502 ha) distributed inMandalle, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro, Pangkajene, and MinasateneSubdistricts, and not suitable (418 ha) distributed in Marang, Labakkang, andMinasatene Subdistricts.

KEYWORDS: brackishwater pond culture, land suitability, GIS, PangkepRegency

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

479

Page 2: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

PENDAHULUAN

Wilayah pesisir merupakan daerah transisiantara ekosistem darat dan laut yang memilikikarakteristik tersendiri dan sifatnya pekaterhadap perubahan kondisi lingkungansekitarnya. Adanya usaha pembukaan tambakberarti wilayah pesisir mengalami tekanan danproses perubahan kondisi lingkungan yangsangat cepat. Laju perubahan fungsi lahanyang cepat menyebabkan adanya perubahanekosistem, tipologi pantai, karakteristik, dandaya dukung lahan, serta potensi wilayahpertambakan (Utojo et al., 2009).

Salah satu faktor penting yang menye-babkan rendahnya produktivitas tambak dantidak berlanjut yaitu kesalahan dalam pemilihanlokasi. Tahapan awal dari pemilihan lokasiberdasarkan atas karakteristik lahan tambakitu sendiri. Data dan informasi mengenaikarakteristik lahan dapat menjadi dasar bagipembudidaya untuk menentukan lokasi yangterbaik, komoditas yang sesuai, pola, teknologidan musim tanam yang tepat. Pemanfaatansumberdaya alam pesisir yang melebihi dayadukung alaminya, selain akan merusak ling-kungan juga aktivitas budidaya itu sendiri.Untuk mengantisipasi kerusakan dan menjagakelestarian sumberdaya lahan serta mening-katkan produktivitas tambak, maka pem-berdayaan sumberdaya lahan tersebut harusdikelola dan direncanakan sebaik mungkin(Mustafa et al., 2004).

Pemanfaatan dan pengelolaan di wilayahpesisir yang tidak terkendali dengan penataanruang wilayah yang belum ada batasan danperuntukannya secara jelas menyebabkanterjadinya degradasi biofisik lingkunganpesisir, konflik pemanfaatan, dan kewenanganpenggunaan wilayah pesisir sehingga dapatmerusak sumberdaya lahan dan ekosistempesisir, serta mengurangi efektivitas penge-lolaan. Oleh karena itu, dalam pengembanganusaha budidaya tambak harus berhati-hati,terkendali, efektif, ekonomis, dan ramah ling-kungan.

Kesesuaian lahan merupakan suatu kuncipenting dalam kegiatan akuakultur yang mem-pengaruhi kesuksesan dan keberlanjutannya(Perez et al., 2003). Kajian kesesuaian lahanbudidaya tambak melalui survai, diharapkandalam pengembangan budidayanya dapatdiketahui karakteristik biofisika kimia tanahdan air di lokasi sesuai dengan daya dukunglahannya sehingga mampu meminimasi deg-

radasi mutu lingkungan hasil buangan tambakdan kerusakan ekosistem pesisir sebagai habi-tat sumberdaya perikanan.

Pada umumnya kriteria kesesuaian lahandapat bervariasi dari satu tempat ke tempatlain, yang penting didasarkan pada faktor-faktor meteorologi, tanah, topografi, dan ke-tersediaan air, di mana kategori penting dariinformasi lingkungan dibutuhkan untuk pe-nilaian kesesuaian lahan (Dennis et al., 2004).

Peningkatan produktivitas tambak yangramah lingkungan dengan usaha budidayaberkelanjutan sangat bergantung dan di-tentukan oleh sistem pengelolaan yangditerapkan, serta memperhatikan potensipengembangan lahan budidaya tambak yangsesuai dengan peruntukannya. Luas tambakyang ada di Kabupaten Pangkep sekitar 10.201ha dengan produksi total 13.098 ton yangdidominasi bandeng 10.926 ton, udang windu1.487 ton, dan udang api-api, serta ikancampuran 686 ton, dirasakan belum dikelolasecara optimal sehingga peluang untukmeningkatkan produktivitas tambak masihsangat besar (Anonim, 2009).

Penggunaan teknologi sistem informasigeografis (SIG) yang diintegrasikan dengandata citra satelit ALOS AVNIR-2, untuk men-dapatkan data dan informasi secara cepat,akurat, dan terkini tentang potensi dankesesuaian lahan budidaya tambak, disajikandalam bentuk peta tematik. Upaya pember-dayaan sumberdaya lahan, sangat diperlukaninformasi mengenai kesesuaian lahan budi-daya tambak. Hasil dari penelitian ini diha-rapkan menjadi masukan bagi pemerintahdaerah di Kabupaten Pangkep dalam penge-lolaan wilayah pesisir mengenai batasan danperuntukan yang jelas untuk lahan pengem-bangan budidaya tambak.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan penelitian pemetaan kesesuaianlahan budidaya tambak dilaksanakan padabulan Maret 2010 di wilayah pesisir KabupatenPangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasiyang disurvai sesuai dengan perencanaan tataruang wilayah pesisir di daerah tersebut yangditetapkan sebagai zonasi pengembanganperikanan budidaya tambak (Anonim, 2004).

Pengumpulan data primer didapatkan daripengamatan langsung di lokasi penelitian,menggunakan metode survai dan didesaindengan aplikasi sistem informasi geografis

480

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 3: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

(SIG). Pengamatan dan pengambilan contohair dan tanah di lapangan berdasarkan titik-titik pengamatan yang representatif ataudapat mewakili wilayah yang disurvai ber-dasarkan kondisi lahan dan keseragaman lahan(Duivenbooden, 1995). Setiap titik-titik penga-matan dan pengambilan contoh air dan tanah,ditentukan posisinya dengan alat global po-sitioning system (GPS). Sebaran titik-titikpengamatan di lokasi penelitian disajikan padaGambar 1.

Peubah yang diamati untuk kesesuaianlahan budidaya tambak meliputi kualitas tanah(tekstur, pHF, pHFOX, potensial redoks, bahanorganik, pirit, Fe, Al, dan PO4) dan kualitas air

(suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, NO2, NH4,NO3, PO4, padatan tersuspensi total, dan bahanorganik total), topografi, amplitudo pasut,sumber air tawar/payau, sumber air laut,fasilitas saluran, jarak dari sumber air, abrasipantai, dan jalur hijau. Analisis peubah kualitastanah dilakukan di laboratorium denganmengikuti petunjuk Menon (1973), Ahern etal. (1998a, 1998b), Sulaeman et al. (2005), danAgus et al. (2006). Peubah kualitas air sepertisalinitas, suhu, pH, dan oksigen terlarut, diukurlangsung di lapangan serta peubah kimiadianalisis di laboratorium dengan mengikutipetunjuk Menon (1973), Parsons et al. (1989),APHA (2005), serta Sutrisyani & Rohani (2009).

Gambar 1. Peta sebaran stasiun pengamatan kesesuaian lahan budidayatambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Figure 1. Map of sampling station of brackishwater pond culture landsuitability in Pangkep Regency, South Sulawesi

765000 770000 775000 780000 785000 790000

765000 770000 775000 780000 785000 790000

9495000

9490000

9485000

9480000

9475000

9470000

9465000

9460000

9495000

9490000

9485000

9480000

9475000

9470000

9465000

9460000Sumber peta:- Citra ALOS AVNIR-2 Akuisisi 2005- Peta RBI BAKOSURTANAL- Survey Lapangan 2010

N

21 0 1

Kilometers

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

481

Page 4: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

Data sekunder berupa peta dasar digital lokasipenelitian. Peta dasar berupa peta RupabumiIndonesia skala 1:50.000, Nomor 2011-31(Lembar Pangkajene), 2011-33 (Lembar Segeri),dan 2011-22 (Lembar Balang Lompo), keluaranBadan Koordinasi Survai dan Pemetaan Na-sional (Bakosurtanal), dan citra landsat ALOSAVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008.

Peubah-peubah yang digunakan sebagaidasar skala penilaian dan bobot pada ke-sesuaian lahan budidaya tambak (udang windudan bandeng) mengacu pada beberapa pus-taka (Poernomo, 1992; Boyd, 1995; Karthik etal., 2005).

Menurut Utojo et al. (2009), lahan budidayatambak yang masuk kategori kesesuaian tinggi(S1) memiliki nilai skala 4, kategori kesesuaiansedang (S2) memiliki nilai skala 3, kategorikesesuaian rendah (S3) memiliki nilai skala 2,dan kategori tidak sesuai (N) memiliki nilai skala1. Analisis secara kuantitatif menggunakanpendekatan: Y = ai.Xn, di mana: Y = nilai akhir,ai = faktor pembobot, dan Xn = nilai tingkatkesesuaian lahan. Untuk mendapatkan selangnilai pada setiap kategori ditentukan dari nilaipersentase sebagai berikut: kategori kesesuai-an tinggi (S1): Y = 100%, kategori kesesuaiansedang (S2): Y = 75%-99%, kategori kesesuaianrendah (S3): Y = 50%-74%, dan kategori tidaksesuai (N): Y = < 50%.

Pengertian skala penilaian yaitu S1 (ke-sesuaian tinggi), apabila dalam tingkat penge-lolaannya sangat didukung oleh peubah bio-fisik lahan dan karakteristik lingkungannya,sehingga tingkat produksi yang didapatkantinggi; S2 (kesesuaian sedang), apabila dalamtingkat pengelolaannya mulai terjadi penu-runan peubah biofisik lahan, sehingga untukmendapatkan tingkat produksi yang tinggidisarankan adanya input teknologi; S3 (ke-sesuaian rendah), apabila dalam tingkatpengelolaannya disertai dengan penurunanpeubah biofisik lahan yang berarti, produksiyang didapatkan rendah sehingga untukmeningkatkan produksi mutlak harus adainput teknologi dan N (tidak sesuai), apabiladalam tingkat pengelolaannya, lahan memilikifaktor pembatas cukup berat sehingga men-cegah kemungkinan penggunaannya.

Data sekunder dan primer dikumpulkan,kemudian dianalisis secara spasial dalam SIG(Purwadhi, 1999). Pada proses analisis dalamkomputer dengan program ArcView 3.3dengan cara menginterpolasi yaitu me-

masukkan setiap peubah data melalui setiaptitik pengamatan menjadi area (polygon). Carainterpolasi titik pengamatan menjadi areamenggunakan metode Kriging (Yost et al.,1982). Dari hasil interpolasi setiap peubahdata yang didapatkan, disusun dalam bentukpeta tematik. Kemudian dilakukan overlay(tumpang susun) pada setiap peubah data yangtersusun dalam bentuk peta tematik denganmempertimbangkan pembobotan dan skalapenilaian untuk mendapatkan nilai skoringdalam menentukan kesesuaian lahan budidayatambak yang akurat dan peta terkini untukprospek peruntukan sumberdaya lahan per-ikanan pesisir di Kabupaten Pangkep bagibudidaya tambak.

HASIL DAN BAHASAN

Keadaan Lokasi dan Infrastruktur

Keadaan Lokasi

Tahap awal telah dilakukan survai ke-sesuaian lahan budidaya tambak di tujuhkecamatan wilayah pesisir Kabupaten Pangkepdi antaranya Kecamatan Mandalle, Marang,Segeri, Bungoro, Labakkang, Pangkajene, danMinasatene dengan potensi tambak 13.495 hadan luas tambak yang ada 10.201 ha. Secarageografis Kabupaten Pangkep memilikipanjang pantai sekitar 95 km, luas wilayah1.112,29 km2 dan terletak pada koordinatantara 119o22’12"-119o49’14" Bujur Timur dan4o33’36"-4o56’24" Lintang Selatan, meliputi 12kecamatan dan 102 desa/kelurahan. Bataswilayahnya sebelah utara berbatasan denganKabupaten Barru, sebelah timur berbatasandengan Kabupaten Bone, sebelah Selatanberbatasan dengan Kabupaten Maros dansebelah Barat berbatasan dengan SelatMakassar.

Kabupaten Pangkep terletak di pantai BaratSulawesi Selatan. Pantainya landai dan per-airan lautnya dangkal serta di sekitarnyaterdapat Pulau Laiya, Pulau Salemo, PulauSabutung, Pulau Saugi, Pulau Podang-podang,dan Pulau Badik. Memiliki tiga sungai besaryaitu Sungai Limbangan, Sungai Pangkajene,dan Sungai Binangasangkara dengan be-berapa percabangan anak sungai yangbermuara ke laut. Sungai-sungai tersebutsebagai sumber air utama untuk mengairipertambakan di sekitarnya. Status lahan pantaisaat ini meliputi pertambakan rakyat yangumumnya memiliki bentuk petakan dan saluran

482

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 5: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

tambak yang berbeda serta luas tambak yangbervariasi berkisar 0,5-3,0 ha dengan satupintu, kedalaman tambaknya berkisar 0,75-1,50 m; pematangnya ditumbuhi rumput alang-alang, tebal, dan tinggi, terdapat wilayahpersawahan pasang surut yang letaknya jauhdari laut sebagian dikonversi menjadi tambakdan tambak yang letaknya dekat dengan lautsebagian besar berasal dari konversi lahanhutan mangrove. Menurut Mustafa et al.(2006), peningkatan luas tambak yang lebihbesar terjadi di Kabupaten Pangkep yaitu dari7.779 ha menjadi 13.528 ha atau terjadi per-tambahan 5.749 ha selama sebelas tahun danterjadi penurunan luas sawah yang ada dikawasan pesisir dari 22.803 ha menjadi 18.280ha akibat konversi sawah menjadi tambak.Konversi sawah menjadi tambak umumnyaterjadi pada sawah-sawah yang berdekatandengan tambak. Pada umumnya tempat pe-mukiman pesisir di Kabupaten Pangkep beradadi wilayah unit pertambakan. Pemukiman ter-sebut ada yang padat, sedang, dan relatifsedikit penduduknya. Semakin padat pemu-kiman, cenderung semakin menurun kualitaslahannya akibat pasokan limbah rumah tanggayang semakin meningkat sehingga dapatmenurunkan produktivitas tambak. Umumnyapembudidaya tambak di Kecamatan Mandalle,Marang, dan Labakkang lebih banyak ber-aktivitas di laut atau usaha yang lain daripadadi tambak. Komoditas yang dibudidayakanyaitu udang windu dan bandeng pola mono-kultur atau polikultur yang dikelola secaratradisional sampai tradisional plus.

Kabupaten Pangkep memiliki daratan yangterdiri atas dataran rendah, berbukit, danbergunung. Dataran rendah seluas 73-721 ha,membentang mulai dari garis pantai baratke timur berupa rawa-rawa, tambak, danpersawahan, yang memiliki ketinggian 0-2 mdi atas permukaan laut dengan kelerengan0%-2%, sedangkan daerah perbukitan danpegunungan dengan ketinggian 100-1.000 mdi atas permukaan laut terletak di sebelahtimur berupa batu cadas. Terdapat dua musimyaitu musim kemarau pada bulan April-Septem-ber dan musim hujan pada bulan Oktober-Maret. Curah hujan di dataran rendah sampaike pantai berkisar 2.000-2.500 mm/tahun(Anonim, 2009). Karakteristik wilayah yangdemikian dan ditunjang dengan daya dukunglahan serta iklim yang memadai, cukuppotensial untuk pengembangan kegiatanbudidaya tambak.

Wilayah pesisir yang ideal untuk usahabudidaya tambak, sebaiknya memiliki per-syaratan lokasi tambak yaitu kualitas tanah,kualitas air laut, dan kualitas air tawarnya sesuaiuntuk teknologi budidaya yang akan diterap-kan, tinggi pasang surut air lautnya 1,1-2,1 m;topografi pantainya relatif landai dengan dasarperairan lautnya agak dalam, curah hujankurang dari 2.000 mm/tahun, bebas dari banjir,terlindung dari pengaruh arus kuat, gelombangbesar, angin kencang, dan bebas cemaran(Ahmad et al., 1996).

Infrastruktur

Keberadaan fasilitas infrastruktur di wilayahpertambakan Kabupaten Pangkep yaitu dekatdengan jalan raya yang dapat dilalui kendaraanroda empat yang menghubungkan KabupatenPangkep dan Kota Makassar, terdapatnyasentra pembenihan udang, pabrik pakan, danpabrik es, serta pengumpul udang di Pangkepdan Makassar sehingga dapat memudahkan didalam pengangkutan dan pengadaan benihudang, serta sarana produksi tambak saatoperasional budidaya dan produksi udang darihasil budidaya saat panen hingga pemasaran.Pada umumnya saat panen udang, biasanyapengumpul datang ke lokasi tambak langsungmembeli ke pembudidaya, pengumpul ter-sebut menjual udang ke eksportir di Makassar,kemudian siap untuk diekspor. Di lokasi survairelatif aman dan terdapat kemudahan dalammendapatkan tenaga kerja baik kuantitasmaupun kualitasnya dalam bidang pertam-bakan.

Kondisi Tanah Pertambakan

Pada umumnya di semua wilayah keca-matan pesisir Kabupaten Pangkep, jenistanahnya adalah aluvial dengan kondisi lahanyang relatif seragam. Sepanjang tepi pantaiyang berhadapan dengan laut ditumbuhi man-grove yang didominasi jenis Avicennia sp. danagak jauh dari laut berturut-turut Sonneratiasp., Bruguiera sp., dan Rhizophora sp. denganlebar jalur hijau berkisar 50-100 m. Wilayahdaratan pantai yang agak jauh dari laut berupalahan kosong atau tegalan yang ditumbuhitanaman alang-alang dan vegetasi campurantanaman pantai lainnya. Pada daerah bantaransungai, vegetasi mangrove didominasi olehjenis Nypa sp. yang kondisi tanahnya memilikibahan organik tinggi, pH rendah, kandunganFe, dan Al, serta pirit yang tinggi. Lokasi yangdemikian kurang potensial untuk kegiatan

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

483

Page 6: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

pertambakan dan dinilai memiliki tingkatkesesuaian rendah. Lokasi tambak di sekitarmangrove yang berdekatan dengan laut ataumerupakan tambak yang sudah lama ber-operasi dinilai memiliki kesesuaian sedang,karena jangkauan air pasang laut yang mudahdidapatkan dan proses remediasi sudahberlangsung lama seperti pH tanah denganindikasi netral hingga basa, kandungan bahanorganik, Fe, Al, dan pirit sangat rendah.

Sebanyak 133 contoh tanah hasil survaiyang didapatkan pada kedalaman 0-0,2 m dan0,2-0,4 m untuk kesesuaian lahan budidayatambak di Kabupaten Pangkep, disajikan padaTabel 1. Hasil analisis tekstur tanah pada ke-dalaman 0-0,2 m dan 0,2-0,4 m cukup bervariasimeliputi lempung berliat, lempung berdebu,lempung berpasir, lempung liat berdebu, pasirberlempung, liat berdebu, lempung, debu, danliat. Tekstur tanah yang didominasi oleh fraksiliat, didapatkan di lokasi tambak bekas sawah,lahan kosong atau tegalan, sedangkan teksturtanah yang didominasi oleh fraksi pasir,didapatkan di lokasi tambak bekas mangrovedekat laut. Menurut Poernomo (1992), teksturtanah tambak yang baik untuk budidaya udangtradisional yaitu lempung liat berpasir,sedangkan tambak semi-intensif dan intensifyaitu lempung liat berpasir hingga lempungberpasir. Pada perencanaan pembuatan unittambak udang intensif, diperlukan dasartambak yang kompak dan keras agar dapatmenyimpan air saat pelaksanaan budidayasampai dengan panen (Poernomo, 1989).Apabila tekstur tanah di lokasi tambak dominanpasir atau berkarang, tambak tidak dapatmenyimpan air sesuai yang dibutuhkan dalamwaktu lama, sehingga udang mengalami stresdan kematian. Lokasi tambak tersebut tidaksesuai untuk kegiatan pertambakan.

Kisaran nilai pHF tanah tambak yang di-dapatkan di lokasi survai pada kedalaman0-0,2 m (5,19-7,75) dan pada kedalaman 0,2-0,4 m (4,09-7,81) relatif sama. Kisaran nilai pHFtanah tersebut, didapatkan di tambak yangtanahnya terakumulasi bahan organik danberpotensi kemasaman. Kisaran nilai pHFOXtanah tambak yang didapatkan pada kedala-man 0-0,2 m (0,21-8,05) dan pada kedalaman0,2-0,4 m (0,14-8,27). Rendahnya pHFOX padakedalaman 0-0,2 m (0,21) dan kedalaman0,2-0,4 m (0,14), didapatkan di lokasi tambakmangrove yang telah direklamasi dengankandungan piritnya tinggi (6,56%-9,55%),sedangkan contoh tanah yang didapatkan di

lokasi tambak bekas sawah, lahan kosong atautegalan dengan kandungan pirit yang sangatkecil bahkan sampai tidak terdeteksi, memilikipHFOX berkisar 8,05-8,27.

Nilai potensial redoks tanah yang didapat-kan di lokasi survai pada kedalaman 0-0,2 mberkisar (- 395)-(+ 266) mV dan kedalaman 0,2-0,4 m berkisar (- 384)-(+ 86) mV. Hal ini me-nunjukkan bahwa tanah tambak di KabupatenPangkep dalam kondisi tereduksi dan ter-oksidasi. Variasi nilai potensial redoks tanahsesuai dengan letak pengambilan contoh dilokasi survai. Menurut Noor (2004), kondisitanah di dasar tambak yang tergenang(anaerob), laju oksidasi, dan proses dekom-posisi bahan organik lebih lambat, tetapimemiliki laju pereduksi sulfur dan besi lebihcepat dari pada di dasar tambak yang kering(aerob). Proses reduksi sulfat terjadi padapotensial redoks 200-300 mV, sedangkanreduksi besi terjadi pada potensial redoks 180mV. Untuk kondisi dasar tambak yang baikdiperlukan nilai potensial redoks minimal + 50mV dengan nilai pH 6,5-8,5 (Boyd dalamWidigdo, 2003).

Konsentrasi Fe dan Al tanah tambak dilokasi survai pada kedalaman 0-0,2 m berkisar0-4.848,00 mg/L dan 0-542,50 mg/L, se-dangkan pada kedalaman 0,2-0,4 m berkisar0-4.845,50 mg/L dan 0-485,00 mg/L. Kisarannilai konsentrasi Fe dan Al tanah tersebutmasih baik untuk kegiatan budidaya tambak.Konsentrasi Fe dan Al dapat berkurang denganpenjemuran tanah dasar, perendaman danpembilasan tambak. Penjemuran dan peren-daman terjadi pemecahan senyawa pirit yangtidak larut menjadi larut dalam air, sedangkanpembilasan untuk mengurangi konsentrasi Fedan Al yang mengendap di dasar tambak. Untukmencegah keracunan Fe dan Al di tambakdengan meningkatkan pH tanah melaluipengapuran dan pengaturan drainase(Abdurachman & Suriadikarta, 2000). Tingginyanilai konsentrasi Fe dan Al pada kedalaman0-0,2 m dan 0,2-0,4 m, didapatkan di lokasitambak bekas mangrove yang berpirit dengankonsentrasi 6,56%-9,55%. Di lokasi tambakbekas sawah, lahan kosong atau tegalan yangditumbuhi alang-alang pada kedalaman 0-0,2m dan 0,2-0,4 m; tidak didapatkan Fe dan Alkarena tanahnya tidak mengandung pirit.Tanah sulfat masam adalah tanah atau sedimenyang mengandung pirit (FeS2), yang apabilakondisinya kering dapat teroksidasi akanmelarutkan SO4 dan Fe, serta terjadi penurunan

484

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 7: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

Tabel 1. Kisaran nilai peubah kualitas tanah di tambak Kabupaten Pangkep, Sulawesi SelatanTable 1. Value range of soil quality variables in brackishwater pond of Pangkep Regency, South

Sulawesi

Sumber (Sources):*) = Poernomo (1992); **) = Boyd dalam Widigdo (2003); ***) = Karthik et al. (2005); ****) = Boyd et al. (2002)

Peubah Va riables

Kedalaman Dept h (cm)

Kisaran nilai Va lue ra nge

Nilai ideal Idea l va lue

Tekstur (Texture ) 0-0.2 Pasir (Sand ) (%) Liat (Clay ) (%) Debu (Silt ) (%)

Tekstur (Texture): 0.2-0.4 Pasir (Sand ) (%) Liat (Clay ) (%) Debu (Silt ) (%)

pHF 0-0.2 5.19-7.75 6.5-7.0*

0.2-0.4 4.09-7.81

pHFOX 0-0.2 0.21-8.050.2-0.4 0.14-8.27

0-0.2 (-395)-(+266) Minimum: +50 mV**

0.2-0.4 (-384)-(+86)

PO4 (mg/L) 0-0.2 5.08-273.690.2-0.4 1.98-329.97

0-0.2 0.31-33.53 1.7-5.2****

0.2-0.4 0.15-70.58

Fe (mg/L) 0-0.2 0-4,948.000.2-0.4 0-4,845.50

Al (mg/L) 0-0.2 0-542.500.2-0.4 0-485.00

Pirit (Pyrite ) (%) 0-0.2 0-6.560.2-0.4 0-9.55

Lempung berdebu, liat ber-debu, lempung berliat, liat, lempung liat berdebu, lempung, lempung berpasir, debu dan pasir berlempung (Silty loam, silty clay , clay loam, clay , silty clay loam, loam, sandy loam, silt , and sand )

> 60 mg/L: tambak tradisi-onal (tradisional pond ), tambak intensif kurang diperlukan (not needed for intensive pond )***

Lempung berliat, lempung berdebu, liat berdebu, lempung liat berdebu, lempung ber-pasir, pasir berlempung, lempung, debu dan liat (Clay loam , silty loam, silty clay , silty clay loam, sandy loam, loamy sand, loam, and sand )

Lempung liat berpasir (sandy clay loam ): tambak tradisional semi-intensif (traditional-semi intensive ponds )*; Lempung berpasir (Sandy loam ): tambak intensif (intensive pond )*

Tergantung kandungan pirit y ang teroksidasi saat kering (Depend on c ontaining of pyrite oxydated in dry condition )*

Redoks potensial Redox potential (mV)

Bahan organik Organic matter (%)

Tergantung kandungan pirit y ang teroksidasi saat kering (Depend on containing of pyrite oxydated in dry condition )*

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

485

Page 8: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

pH tanah, yang berdampak pada peningkatankelarutan Al dan Fe seperti terlihat pada Tabel1. Menurut Poernomo (1992), rawa pantai dikawasan intertidal yang tertutup oleh vegetasimangrove, tanahnya mengandung pirit.Apabila untuk pertambakan, setelah selesaikonstruksi, dilakukan pengeringan, tanahdasarnya berkemasaman tinggi dengan pH 2,5-5,0 dan kemasaman akan meningkat setelahtanah tersebut teroksidasi.

Nilai kandungan fosfat tanah tambak dilokasi survai pada kedalaman 0-0,2 m berkisar5,08-273,69 mg/L dan kedalaman 0,2-0,4 mberkisar 1,98-329,97 mg/L; tergolong rendahsampai tinggi, namun masih baik digunakanuntuk kegiatan budidaya tambak sistemtradisional. Fosfor termasuk unsur esensialuntuk berkembangnya produktivitas primerdan penambahan fosfor dapat meningkatkanproduksi ikan herbivor di tambak (Boyd, 1995).Ketersediaan fosfat > 60 mg/L di tambak,tergolong baik untuk kegiatan budidayasistem tradisional (Karthik et al., 2005).

Nilai kandungan bahan organik tanahtambak di lokasi survai pada kedalaman 0-0,2m berkisar 0,31%-33,53% dan kedalaman 0,2-0,4 m berkisar 0,15%-70,58%; masih baik untukkegiatan budidaya tambak. Menurut Boyd etal. (2002), bahan organik tanah yang baikuntuk budidaya tambak berkisar 1,7%-5,2%.Kandungan bahan organik tanah yang tinggi,didapatkan di lokasi tambak bekas mangrovedan baik untuk penerapan tambak tradisional.Kandungan bahan organik yang rendah,didapatkan di lokasi tambak bekas sawah,tegalan yang ditumbuhi alang-alang dan baikuntuk penerapan tambak intensif.

Sumber Air Pertambakan

Wilayah pertambakan di KabupatenPangkep rata-rata memiliki sumber air yangcukup menunjang untuk kegiatan budidayatambak, hanya jarak lokasi tambak dengansumber air laut yang bervariasi, menyebabkansalinitas air di setiap unit pertambakan ber-variasi pula (Tabel 2). Unit pertambakan yang

Tabel 2. Kisaran nilai peubah kualitas air di tambak Kabupaten Pangkep, Sulawesi SelatanTable 2. Value range of water quality variables in brackishwater pond of Pangkep Regency,

South Sulawesi

Sumber (Sources):*) Poernomo (1992); **) Kementerian Lingkungan Hidup (2004)

Peubah Variables

Satuan Unit

Kisaran nilai Value range

Nilai ideal Idea l va lue

Salinitas (Salinity ): - Laut (Sea ) ppt 30-54 30-35*

- Muara sungai (Mouth of river ) ppt 21-51 10-20*

- Tambak (Brackishwater pond ) ppt 10-25 15-25*

- Air tanah (Ground water ) ppt 3-8 -Suhu (Temperature) oC 25.68-36.85 29-31*

pH - 7.35-9.98 7.0-8.5**

Tunggang surut (Tidal range ) m 1.25 - Oksigen terlarut (Dissolved oxygen ) mg/L 2.01-18.44 4-7*

NH4 mg/L < 0.0030-3.6054 0.30**

NO2 mg/L < 0.0008-0.3079 0.25*

NO3 mg/L < 0.0015-1.3844 0.008**

PO4 mg/L 0.0029-1.8148 0.015**

Padatan tersuspensi total Total suspended solids

mg/L 2-276 -

Bahan organik total Total organic matter

mg/L 1.98-36.55 29.50*

486

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 9: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

berada di dekat laut, memperoleh sumber airdari laut bersalinitas 30-54 ppt dan muarasungai bersalinitas 21-51 ppt. Pada umumnyasemua unit pertambakan masih terjangkaupasang surut air laut, pertambakan yangletaknya agak jauh dari laut, sumber air berasaldari sungai yang bersalinitas 10-25 ppt, hanyaunit pertambakan yang berjarak minimal 3 kmdari laut, sumber air didapatkan dari air tanahmelalui pompa dengan kedalaman mencapai17 m dan bersalinitas 3-8 ppt, terutama yangbanyak dijumpai di Kecamatan Marang danSegeri.

Selat Makassar merupakan perairan ter-buka, umumnya dangkal dan landai, kondisiperairannya relatif jernih, terdapat tiga sungaibesar antara lain Sungai Binangasangkara,Sungai Pangkajene, dan Sungai Limbanganyang lebarnya 10-30 m dengan kedalaman 1-3m, serta air tanah dengan kedalaman sampai17 m. Saat ini, perairan tersebut digunakansebagai sumber pemasok utama unit per-tambakan di wilayah pesisir bagian BaratKabupaten Pangkep.

Pasang surut di wilayah pesisir KabupatenPangkep memiliki tunggang pasang sekitar1,25 m. Kondisi pasang surut yang demikian,memengaruhi kualitas lingkungan perairanbudidaya tambak. Tinggi permukaan air selamapasang tinggi dipengaruhi oleh frekuensiamplitudo pasang, kontur tanah, dan elevasi.Pada umumnya wilayah yang dekat pantaimemiliki elevasi 0-2 m, kondisi yang demikiansecara gravitasi, baik untuk lokasi tambak yaitudapat dikeringkan dengan tuntas saat pem-bangunan tambak, persiapan tambak, panen,dan saat pelaksanaan tambak mudah dalampergantian air dengan debit yang memadai.Menurut Poernomo (1992), pelaksanaan budi-daya tambak dengan pergantian air secaragravitasi saat pasang, lokasi dengan elevasisedang dan dapat diairi saat pasang tinggi,serta dapat dikeringkan saat surut terendahmerupakan lokasi yang ideal untuk pembangu-nan unit tambak.

Nilai suhu air yang didapatkan di lokasisurvai yaitu di tambak udang yang sedang aktifdengan kedalaman 0,5-0,75 m berkisar25,68oC-36,85oC. Tingginya nilai suhu ter-sebut didapatkan di pertambakan tradisionalyang relatif dangkal, kisaran nilai suhutersebut masih baik untuk kegiatan budidayatambak. Menurut Poernomo (1992), suhu airoptimum tambak udang berkisar 29oC-31oC,kecepatan, dan besarnya konsumsi oksigen

meningkat pada suhu yang lebih tinggi, sertaudang tumbuh pesat pada suhu 30oC-31oC.

Nilai pH air yang didapatkan di lokasi survaiberkisar 7,35-9,98. Kisaran nilai pH tambaktersebut netral hingga alkalis dan masih baiksebagai media budidaya tambak udang.Tambak yang sudah lama beroperasi, umumnyapH air berkisar 7,5-8,5; sedangkan tambak barudi kawasan mangrove yang belum direklamasi,pH-nya sangat rendah yaitu di bawah lima.Pengaruh langsung pH yang rendah yaituudang menjadi keropos dan selalu lembekkarena tidak dapat membentuk kulit baru, pHyang tinggi menyebabkan peningkatan kan-dungan amonia yang membahayakan ke-hidupan udang. Nilai pH air optimum tambakudang berkisar 8,0-8,5 (Poernomo, 1992).

Nilai kandungan oksigen terlarut di lokasisurvai berkisar 2,01-18,44 mg/L. Kisaran nilaikandungan oksigen terlarut tersebut masihbaik untuk kegiatan budidaya tambak. Rendahdan tingginya nilai kandungan oksigen ter-larut, didapatkan di pertambakan tradisionalyang airnya relatif dangkal dan banyak tanamanair terutama jenis Hydrilla verticulata, menye-babkan oksigen sangat berfluktuatif pada pagidan sore hari. Kandungan oksigen terlarutyang rendah atau tinggi dapat menghambatpertumbuhan dan menyebabkan kematianudang. Jika kandungan oksigen terlarut 2,1mg/L pada suhu 30oC, udang sudah mulaimenunjukkan gejala abnormal yaitu berenangdi permukaan tambak (Poernomo, 1988).

Kisaran nilai kandungan NH4 di lokasi survaiyaitu < 0,0030-3,6054 mg/L dan masih baikuntuk kegiatan budidaya tambak. KandunganNH4 air optimum tambak udang yaitu 0,25mg/L (Poernomo, 1992). Tingginya kandunganNH4 (3,6054 mg/L), didapatkan di tambakudang yang telah dipanen dan di tambaktradisional yang dangkal dan banyak klekapyang mati. Amonia dalam bentuk molekul (NH3)lebih beracun daripada dalam bentuk ion(NH4+), daya racun amonia meningkat seiringdengan meningkatnya pH, suhu, dan salinitasdengan kesadahan air tambak yang rendah.Menurut Effendi (2003), sebagian besar biotaakuatik sensitif terhadap perubahan pH danmenyukai nilai pH 7,0-8,5; serta pada pH 4,5-5,5 dapat menghambat proses nitrifikasi.

Kandungan nitrit (NO2) merupakan produkdari proses nitrifikasi yang beracun terhadapikan dan udang. Nilai kandungan NO2 di lokasisurvai berkisar < 0,0008-0,3079 mg/L. Kisarannilai tersebut masih baik untuk kegiatan

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

487

Page 10: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

budidaya tambak. Nilai kandungan NO2 yangtinggi (0,3079 mg/L) didapatkan di tambak barubekas mangrove dan rumput liar. KandunganNO2 air optimum tambak udang yaitu 0,25mg/L (Poernomo, 1992).

Nitrat (NO3) merupakan produk akhir dariproses nitrifikasi sebagai sumber unsur Nesensial bagi pertumbuhan fitoplankton dantanaman air. Nilai kandungan NO3 di lokasisurvai berkisar < 0,0015-1,3844 mg/L. Kisarannilai tersebut masih baik untuk kegiatan budi-daya tambak. Kandungan NO3 yang tinggididapatkan di tambak bandeng dan udangtradisional, serta banyak fitoplankton, tanamanair, dan klekap. Menurut Effendi (2003),kandungan nitrat yang lebih dari 0,2 mg/Ldapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasiperairan.

Kandungan fosfat (PO4) dalam bentuk an-organik, sebagai sumber unsur P dan esensialbagi pertumbuhan tanaman air, klekap, plank-ton, dan lumut di tambak. Kandungan PO4 dilokasi survai berkisar 0,0029-1,8148 mg/L.Kisaran nilai tersebut masih baik untukkegiatan budidaya tambak. Kandungan PO4yang tinggi (1,8148 mg/L) didapatkan ditambak bandeng dan udang tradisional sertabanyak fitoplankton, tanaman air, dan klekap.Kandungan fosfat pada perairan alami berkisar0,005-0,020 mg/L; sedangkan pada air tanahbiasanya sekitar 0,02 mg/L dan jarang melebihidari 1 mg/L (Boyd, 1988).

Kandungan bahan organik total di lokasisurvai berkisar 1,98-36,55 mg/L dan padatantersuspensi total berkisar 2-276 mg/L. Kisarannilai kandungan bahan organik total danpadatan tersuspensi total yang didapatkan,masih baik untuk kegiatan budidaya tambak.Tingginya nilai kekeruhan akibat lumpur halus,didapatkan di tambak dekat muara sungai.Menurut Reid (1961), perairan dengan kan-dungan bahan organik total di atas 26 mg/Ladalah tergolong subur. Kondisi tambak yangdemikian, baik untuk penerapan tambaktradisional, sedangkan untuk tambak intensifdapat menurunkan kualitas air.

Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak

Dari hasil skoring dan pembobotan biofisiklahan, analisis kualitas tanah dan air, curahhujan, didukung oleh kondisi lokasi penelitiandan status peruntukan lahan, aspek jalur hijau,infrastruktur, dan aspek penunjang lainnya,maka tingkat kesesuaian lahan untuk budi-

daya tambak dapat diidentifikasi dan disajikandalam bentuk peta tematik (Gambar 2). Tambakyang ada di wilayah pesisir Kabupaten Pangkepseluas 12.199 ha. Lahan budidaya tambakberkesesuaian tinggi (22 ha) terdapat diKecamatan Segeri, sedang (6.675 ha) danrendah (5.502 ha) tersebar di KecamatanMandalle, Segeri, Marang, Labakkang,Bungoro, dan Pangkajene, yang tidak sesuai(418 ha) tersebar di wilayah pesisir KecamatanMarang, Labakkang, dan Minasatene.

Lebar jalur hijau di sepanjang pantaiKabupaten Pangkep yang harus diaplikasikanminimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan airtertinggi dan terendah setempat (1,25 m) yangdiukur dari garis pantai saat air surut terendahyaitu 162,5 m dan lebar jalur hijau di tepisungai minimal berjarak 100 m dari kiri dankanan sungai besar, serta 50 m dari kiri dankanan sungai kecil yang berada di luarpemukiman.

Lahan dengan kesesuaian tinggi dialokasi-kan untuk kegiatan budidaya udang semi-intensif hingga intensif, kesesuaian sedanguntuk kegiatan budidaya udang (monokultur)atau udang dan bandeng (polikultur) tradisionalhingga tradisional plus, dan kesesuaian rendahuntuk kegiatan budidaya bandeng (mono-kultur) atau bandeng dan rumput laut (poli-kultur) tradisional.

KESIMPULAN

Tambak yang ada di wilayah pesisirKabupaten Pangkep seluas 12.199 ha. Dari luastersebut, yang tergolong berkesesuaian tinggi(22 ha) di Kecamatan Segeri, yang berke-sesuaian sedang (6.675 ha) dan rendah (5.502ha), tersebar di Kecamatan Mandalle, Segeri,Marang, Labakkang, Bungoro, Pangkajene, danMinasatene, sedangkan yang tidak sesuai (418ha) tersebar di wilayah pesisir KecamatanMarang, Labakkang, dan Minasatene.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada MuhammadArnold, Haking Made, dan Darsono atasbantuannya dalam pengambilan contoh tanahdan air di lapangan dan Rosiana Sabang,Kamariah, Rahmiyah, dan Rismawati atasbantuannya dalam analisis tanah di labora-torium. Juga diucapkan terima kasih kepadaSutrisyani, Sitti Rohani, Andi Sahrijanna, danKurniah atas bantuannya dalam analisis air dilaboratorium.

488

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 11: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

DAFTAR ACUAN

Abdurachman, A. & Suriadikarta, D.A. 2000.Pemanfaatan lahan rawa eks PLG KalimantanTengah untuk pengembangan pertanianberwawasan lingkungan. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, DepartemenPertanian, Jakarta. J. Litbang Pertanian,19(3):77-111.

Agus, F., Yusrial, & Sutono. 2006. Penetapantekstur tanah. Dalam Kurnia, U., Agus, F.,Adimihardja, A., & Dariah, A. (Eds.) Sifat FisikTanah dan Metode Analisisnya. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan SumberdayaLahan Pertanian. Bogor, hlm. 43-62.

Ahern, C.R., McElnea, A., & Baker, D.E. 1998a.Acid neutralizing capacity methods. InAhern, C.R., Blunden, B., & Stone, Y. (Eds.)Acid Sulfate Soils Laboratory MethodsGuidelines. Acid Sulfate Soil ManagementAdvisory Committee, Wollongbar. NSW, p.6.1-6.4.

Ahern, C.R., McElnea, A., & Baker, D.E. 1998b.Peroxide oxidation combined acidity andsulfate. In Ahern, C.R., Blunden, B., & Stone,Y. (Eds.) Acid Sulfate Soils Laboratory Meth-ods Guidelines. Acid Sulfate Soil Manage-ment Advisory Committee, Wollongbar.NSW, p. 4.1-4.17.

Gambar 2. Peta kesesuaian lahan budidaya tambak di Kabupaten Pangkep,Sulawesi Selatan

Figure 2. Land suitabiliy map for brackishwater pond culture in PangkepRegency, South Sulawesi

765000 770000 775000 780000 785000 790000119o25’0’ ’E 119o30’0’ ’E 119o35’0’ ’E

765000 770000 775000 780000 785000 790000119o25’0’ ’E 119o30’0’ ’E 119o35’0’ ’E

INDEKS:

9496

000

9488

000

4o 40’

0’’S

9480

000

9472

000

4o 48’

0’’S

9464

000

9496

000

9488

000

4o 40’

0’’S

9480

000

9472

000

4o 48’

0’’S

9464

000

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

489

Page 12: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

Ahmad, T., Mustafa, A., & Hanafi, A. 1996.Konsep pengembangan desa pantai men-dukung keberlanjutan produksi perikananpesisir. Dalam Poernomo, A., Irianto, H.E.,Nurhakim, S., Murniyati, & Pratiwi, E. (Eds.)Prosiding Rapat Kerja Teknis PeningkatanVisi Sumberdaya Manusia Peneliti Per-ikanan Menyongsong Globalisasi IPTEK.Serpong, 19-20 November 1996. BadanLitbang Pertanian, Puslitbang Perikanan.Jakarta, hlm. 91-106.

American Public Health Association (APHA).2005. Standard methods for examinationof water and wastewater. Twentieth edi-tion APHA-AWWA-WEF. Washington, 1,185pp.

Anonim. 2004. Laporan Tahunan Dinas Per-ikanan dan Kelautan Kabupaten PangkepTahun Anggaran 2004. Dinas Perikanan danKelautan Kabupaten Pangkep, 32 hlm.

Anonim. 2009. Kabupaten Pangkep DalamAngka 2009. Pangkep Regency In Figures2009. Kerja sama Badan PerencanaanPembangunan Daerah dengan Badan PusatStatistik Kabupaten Pangkep, 98 hlm.

Boyd, C.E. 1988. Water quality in warmwaterfish ponds. Fourth Printing. Auburn Univer-sity Agricultural Experiment Station. Ala-bama. USA, 359 pp.

Boyd, C.E. 1995. Bottom soil, sediment, andpond aquaculture. Chapman and Hall. NewYork, 46 pp.

Boyd, C.E., Wood, C.W., & Thunjai, T. 2002.Aquaculture pond bottom soil qualitymanagement. Oregon State University.Corvallis. Oregon, 41 pp.

Dennis, M., Tammy, T., Baldwin, K., & Kevin, F.2004. Aquaculture development potentialin Arizona: a GIS-based approach. WorldAquaculture, 34(4): 32-35.

Duivenbooden, N.V. 1995. Land use systemsanalysis as a tool in land use planning. 176pp.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagipengelolaan sumber daya dan lingkunganperairan. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogya-karta, 258 hlm.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S.2005. Brackhiswater aquaculture site se-lection in Palghar Taluk, Thane District ofMaharashtra, India, using the techniquesof remote sensing and Geographical Infor-mation System. Aquaculture Engineering,32: 285-302.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Kepu-

tusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,No. 51 tahun 2004, tanggal 8 April 2004tentang Baku Mutu Air Laut. KementerianLingkungan Hidup. Jakarta, 11 hlm.

Menon, R.G. 1973. Soil and water analysis: alaboratory manual for the analysis of soiland water. Proyek Survai O.K.T. SumateraSelatan, Palembang, 190 pp.

Moore, J.W. 1991. Inorganic contaminants ofsurface water. Springer Verlag. New York,334 pp.

Mustafa, A., Tarunamulia, & Hanafi, A. 2004.Karakteristik dan kesesuaian lahanbudidaya tambak di Kecamatan SamparaKabupaten Kendari Provinsi SulawesiTenggara. J. Pen. Perik. Indonesia, 10(2): 1-13.

Mustafa A., Utojo, Hasnawi, & Rachmansyah.2006. Validasi data luas lahan budidayatambak di Kabupaten Maros dan PangkepProvinsi Sulawesi Selatan dengan meng-gunakan teknologi penginderaan jauh dansistem informasi geografis. Pusat RisetPerikanan Budidaya, Jakarta. J. Ris. Akua-kultur, 3(1): 419-430.

Noor, M. 2004. Lahan rawa, sifat dan penge-lolaan tanah bermasalah sulfat masam. Edisike-1, cetakan pertama, PT Raja GrafindoPersada. Jakarta, 229 hlm.

Parson, T.R., Maita, Y., & Lalli, C.M. 1989. A manualof chemical and biological methods for sea-water analysis. Pergamon Press. Oxford,173 pp.

Perez, O.M., Roos, L.G., Telfer, T.C., & Del CampoBarquin, L.M. 2003. Water quality require-ments for marine fish cage site selectionin Tenerife (Canary Island): predictive mod-elling and analysis using GIS. Aquaculture,224: 51-68.

Poernomo, A. 1988. Pembuatan tambak di Indo-nesia. Seri Pengembangan No. 7, 1988.Departemen Pertanian, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Balai Pene-litian Perikanan Budidaya Pantai. Maros, 30hlm.

Poernomo, A. 1989. Indonesia ought to learnfrom the failure of shrimp culture in Tai-wan. Proc. Sci. Workshop on Research Sup-port to the National Shrimp Industry De-velopment Program. 1: 81-161.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan lokasi tambakudang berwawasan lingkungan, CRIFI Pub.,40 hlm.

Purwadhi, F.S.H. 1999. Sistem informasigeografis. Dalam Suharmanto, F., Tjinda,

490

J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 3 Tahun 2013: 479-491

Page 13: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK DI …

S., Yulmantoro, Arisdyo, I.L., Ginting, R., &Effendi, A. (Eds.) Pengantar teknologi apli-kasi penginderaan jauh satelit dan sisteminformasi geografi. Lembaga Penerbangandan Antariksa Nasional dengan BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi.Jakarta, hlm. 367-494.

Reid, G.K. 1961. Ecology inland water estuar-ies. Rein Hald Published Co. New York, 37pp.

Sulaeman, Suparto, & Eviati. 2005. Petunjukteknis analisis kimia tanah, tanaman, air, danpupuk. Diedit Prasetyo, B.H., Santoso, D., &Widowati, L.R. Balai Penelitian Tanah. Bogor,136 hlm.

Sutrisyani & Rohani, S. 2009. Panduan praktisanalisis kualitas air payau. Diedit

Rachmansyah, Atmomarsono, M., &Mustafa, A. Cetakan kedua. Pusat RisetPerikanan Budidaya. Jakarta, 55 hlm.

Utojo, Mustafa, A., Rachmansyah, & Hasnawi.2009. Penentuan lokasi pengembanganbudi daya tambak berkelanjutan denganaplikasi sistem informasi geografis diKabupaten Lampung Selatan. J. Ris. Akua-kultur, 4(3): 407-423.

Widigdo, B. 2003. Permasalahan dalam budidayaudang dan solusinya. J. Ilmu-Ilmu Perairandan Perikanan Indonesia, 10(1): 18-23.

Yost, R.S., Uehara, G., & Fox, R.L. 1982.Geostatistical analysis of soil chemicalproperties of large land areas. II. Kriging.Soil Science Society of American J., 46:1,033-1,037.

Kajian kesesuaian lahan budidaya tambak di wilayah pesisir ..... (Utojo)

491