i
KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) JANTAN PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI
LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh: ERWIN PRASETYO WIJANARKO
NIM. 135080507111004
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) JANTAN PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI
LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: ERWIN PRASETYO WIJANARKO
NIM. 135080507111004
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG JULI, 2017
iii
iv
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN
(Pseudapocryptes elongatus) JANTAN PADA BULAN
NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI LAMONG
KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : ERWIN PRASETYO WIJANARKO
NIM : 135080507111004
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. MAHENO SRI WIDODO, MS
Pembimbing 2 : IR. M. RASYID FADHOLI, M.Si
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : DR. IR. AGOES SOEPRIJANTO, MS
Dosen Penguji 2 : DR. YUNITA MAIMUNAH, S.PI, M.Sc
Tanggal Ujian : 28 Juli 2017
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Maret 2017
Mahasiswa
Erwin Prasetyo Wijanarko
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis sadari laporan ini tidak akan selesai tanpa dukungan moril dan
materil dari semua pihak. Dengan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya pada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS selaku dosen pembimbing 1 dan
Bapak Ir. M. Rasyid Fadholi, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan motivasi, arahan, serta bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS selaku dosen penguji 1 dan Ibu
Dr. Yunita Maimunah,S.Pi, M.Sc selaku dosen penguji 2 yang telah
memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis.
4. Orangtua tercinta, yang selalu memberikan do’a, memberikan dukungan
baik secara moril dan materil, serta tanpa lelah memberikan nasihat kepada
penulis.
5. Mbak Tika dan Dek Vina yang memberikan dorongan pada penulis sehingga
terpacu untuk terus memberikan yang terbaik.
6. Ibu Fani Fariedah S.Pi, MP, Bapak Udin, Bapak Anto, Bapak Yit, Bapak
Isharul, Bapak Umar, Cafu, Ryan yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian.
7. Yasdad, Gesang, Rico, Amar, Rendy, Fasri, Edo, Dedi, Cafu dan Lutfi yang
telah bersedia memberikan masukan kepada penulis setiap saat.
8. Yuni Setyaningrum Wijayanti yang telah bersedia membantu, memberikan
semangat, dan meluangkan waktunya untuk menemani penulis selama
pelaksanaan penelitian.
9. Janjan Squad yang telah memberikan bantuan dan telah menjadi saudara
seperjuangan mulai dari awal penelitian hingga selesai.
viii
10. Aqua GT dan pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi membantu dalam
penelitian.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Penulis berharap
skripsi yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, Juli 2017
Mahasiswa
Erwin Prasetyo Wijanarko
ix
RINGKASAN
ERWIN PRASETYO WIJANARKO. Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) Jantan pada Bulan November – Januari di Muara Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS dan Ir. M. Rasyid Fadholi, MSi).
Ikan Janjan (P. elongatus) termasuk dalam famili Gobiidae. Ikan ini merupakan ikan liar di sungai Lamong karena ikan ini belum dapat dibudidayakan. Maraknya penangkapan oleh warga sekitar yang tidak memperhatikan besarnya populasi menyebabkan populasi ikan Janjan menurun sehingga ikan ini semakin sulit untuk didapatkan. Kegiatan budidaya merupakan salah satu upaya untuk melestarikan ikan agar terhindar dari kelangkaan. Ikan Janjan (P. elongatus) merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan mengingat harganya yang cukup menjanjikan yakni Rp. 20.000,-/kg. Pengetahuan mengenai reproduksi ikan Janjan sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan budidaya. Didalam kegiatan reproduksi, penggunaan sisa energi digunakan untuk perkembangan gonad. Perkembangan gonad tersebut dinyatakan sebagai tingkat kematangan gonad. Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan pengamatan mikroskopik (histologi gonad) dan pengamatan berdasarkan tanda-tanda umum serta ukuran gonad. Melalui pengamatan histologi, diharapkan akan mendapatkan gambaran mengenai perkembangan di dalam gonad secara jelas dan lebih rinci. Namun hingga saat ini, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang aspek reproduksi ikan Janjan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status reproduksi (tingkat kematangan gonad) ikan Janjan (P. elongatus) jantan berdasarkan pengamatan histologi gonad pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 sampai 31 Januari 2017 di Muara Sungai Lamong, Desa Manyar Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik dan Laboratorium Reproduksi Ikan divisi Budidaya Ikan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek reproduksi dan status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) jantan di sungai Lamong pada bulan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan parameter utama tingkat kematangan gonad, persentase indeks kematangan gonad, dan kondisi histologi gonad ikan Janjan jantan. Parameter penunjangnya adalah kualitas air di muara Sungai Lamong.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengamatan histologi menunjukkan bahwa selama penelitian hanya didapatkan TKG 1 dan TKG 2 saja. Gambaran histologi testis pada tahap TKG 1 didominasi oleh spermatogonia di dalam tubulusnya, beberapa spermatosit primer dan spermatosit sekunder ditemukan di beberapa titik. Pada tahap TKG 2 jumlah spermatosit primer dan spermatosit sekunder meningkat. Spermatosit sekunder lebih mendominasi jika dibandingkan dengan adanya spermatogonia di dalam tubulus, namun pada beberapa sampel ditemukan spermatid. Tingkat kematangan gonad ikan Janjan jantan yang ditemukan pada bulan November 2016 yakni TKG 1, TKG 2, dan TKG 3, sedangkan pada bulan Desember 2016 dan Januari 2017 hanya dijumpai TKG 1. Nilai rata-rata %IKG tertinggi sebesar 0,0451% pada pengamatan pertama dan terendah sebesar 0,0040% pada pengamatan keempat. Hasil pengukuran kualitas air antara lain: suhu berkisar 27-31,5 ˚C, salinitas berkisar 7 – 29 ppt, pH berkisar 6,46 - 8,21, dan DO berkisar 1,8 - 4,8 ppm.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya sehingga penulis
bisa menyajikan skripsi yang berjudul Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan
(Pseudapocryptes elongatus) Jantan pada Bulan November – Januari di Muara
Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di dalam skripsi ini disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi pengamatan tingkat kematangan gonad,
persentase indeks kematangan gonad dan kondisi histologi gonad.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Maka dari itu, kritik dan saran dibutuhkan oleh penulis demi perbaikannya. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, Juli 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iii
HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI ...............................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................vi
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... vii
RINGKASAN .......................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4 1.4 Kegunaan ............................................................................................... 5 1.5 Tempat dan Waktu ................................................................................. 5
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
2.1 Biologi Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) .................................... 6 2.1.1 Klasifikasi ...................................................................................... 6 2.1.2 Morfologi ....................................................................................... 6
2.2 Habitat dan Distribusi ................................................................................ 7 2.3 Testis ........................................................................................................ 8 2.4 Histologi .................................................................................................... 9 2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ......................................................... 11 2.6 Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) ..................................... 12 2.7 Kualitas Air .............................................................................................. 13 2.7.1 Suhu ............................................................................................... 13 2.7.2 Salinitas .......................................................................................... 13
xii
2.7.3 Oksigen Terlarut (DO) .................................................................... 14 2.7.4 pH .................................................................................................. 14
3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 16 3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 16 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 16
3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 16 3.2.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 17
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 18 3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ....................................... 18 3.3.2 Pengambilan Sampel..................................................................... 19 3.3.3 Pembuatan Preparat Histologi Gonad ........................................... 20
a. Fiksasi ....................................................................................... 21 b. Dehidrasi ................................................................................... 21 c. Penjernihan (Clearing) ............................................................... 21 d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok (Blocking) ................................................................................. 21 e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek ......... 22 f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan ........................................ 22
3.3.4 Pengamatan Aspek Reproduksi .................................................... 23 a. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................... 23 b. Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) ....................... 24
3.3.5 Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 24 a. Suhu .......................................................................................... 24 b. Salinitas .................................................................................... 25 c. DO (Dissolved Oxygen) ............................................................. 26 d. pH .............................................................................................. 27
3.4 Analisa Data ............................................................................................ 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 29
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 29 4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan ...................... 30 4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan ................................ 31 4.4 Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan ............. 33 4.5 Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan
(P. elongatus) Jantan ............................................................................. 37 4.6 Kualitas Air di Lokasi Penelitian ............................................................. 39
4.6.1 Suhu ........................................................................................... 39 4.6.2 Salinitas ...................................................................................... 39 4.6.3 DO (Dissolved Oxygen) .............................................................. 40 4.6.4 pH ............................................................................................... 40
5. PENUTUP .................................................................................................... 42
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 42 5.2 Saran ..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 47 LAMPIRAN ........................................................................................................ 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) .................................................... 6
2. Struktur Tipe Testis yang Berbeda (a) Tubular Testis (b) Lobular Testis ....... 8
3. Irisan Testis Pimephales promelas yang Menunjukkan Berbagai Tahapan Perkembangan: (1) Spermatogonia Primer, (2) Spermatogonia Sekunder, (3) Spermatosit Primer, (4) Spermatosit Sekunder, dan (5) Spermatid. Bar = 17 µm ................................................................................................ 10
4. Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................... 18
5. Kerangka Kerja Pembuatan Preparat Histologi ........................................... 20
6. Kerangka Kerja Pengukuran Suhu .............................................................. 25
7. Kerangka Kerja Pengukuran Salinitas ......................................................... 25
8. Kerangka Kerja Pengukuran DO ................................................................. 26
9. Kerangka Kerja pH Perairan ....................................................................... 27
10. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan ........................................... 29
11. a. Ikan Janjan (P. elongatus) b. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan
1. Empedu 2. Pankreas 3. Gelembung Renang 4. Testis 5. Usus 6. Lambung ........................................................................................ 30
12. Histologi Testis Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan Perbesaran 400x. a. TKG 1 b. TKG 2 ...................................................................................... 32
13. Gambaran Histologi Testis Mudskipper Periopthalmus barbarus a. TKG 1
b. TKG 2 ..................................................................................................... 32
14. Grafik Persentase Jumlah Ikan Janjan Jantan Berdasarkan TKG ............... 35
15. Grafik Rata-rata Indeks Kematangan Gonad (%IKG) dan Rata-rata TKG Ikan Janjan Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ........ 38
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Fase Perkembangan Testis ...................................................................... 12
2. Ciri-ciri Gonad yang Ditemukan Selama Penelitian Berdasarkan Kondisi Makroskopik dan Mikroskopis ....................................................... 34
3. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017 di Muara Sungai Lamong, Gresik ....................................................................................................... 35
4. Nilai Rata-rata Indeks Kematangan Gonad (%IKG) dan Rata-rata
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ............................................. 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi Pengambilan Sampel ........................................................................ 49
2. Histologi Testis Ikan Parapocryptes serperaster .......................................... 50
3. Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan ...................................... 51
4. Pembagian Skoring Tingkat Kematangan Gonad Jantan Mudskipper Periophthalmus barbarus Menurut Udo et al., (2016) ................................... 58
5. Kondisi Morfologi dan Histologi Testis Ikan Janjan ....................................... 59
6. Data Hasil Pengamatan Morfometrik ............................................................ 60
7. Hasil Pengukuran Kualitas Air ...................................................................... 69
8. Dokumentasi Alat dan Bahan ....................................................................... 70
9. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 73
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi. Sebagai negara dengan
perairan tropis, Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman ikannya. Menurut
Zaenuddin (2013), diperkirakan terdapat kurang lebih 8.500 jenis ikan di perairan
Indonesia, dimana 800 jenis ikan diantaranya merupakan ikan air tawar dan payau.
Habitat yang banyak ditempati oleh ikan air tawar adalah sungai, danau, atau pun
rawa-rawa. Sungai merupakan suatu ekosistem lotik yang berfungsi sebagai
tempat hidup organisme makro atau pun mikro, baik yang menetap maupun
berpindah-pindah.
Salah satu sungai yang mengalir melewati Kabupaten Gresik adalah Sungai
Lamong. Secara administratif Sungai Lamong berada di Kabupaten Gresik,
Lamongan, Mojokerto, dan Kota Surabaya. Sungai Lamong memiliki luas Daerah
Aliran Sungai (DAS) ± 720 km2 dengan panjang alur sungai ± 103 km serta
memiliki 7 anak sungai. Muara Sungai Lamong berada pada jarak ± 15 km dari
jembatan perbatasan antara Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya (Gustianto,
2016). Sungai Lamong memegang perananan penting di Kabupaten Gresik.
Masyarakat sekitar memanfaatkan Sungai Lamong untuk kegiatan penangkapan
ikan.
Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu ikan liar
yang ditemukan di muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Ikan
Janjan (P. elongatus) masih dikatakan liar karena ikan ini belum dapat dipelihara
atau dibudidayakan di Indonesia. Maraknya penangkapan oleh warga sekitar yang
tidak memperhatikan besarnya populasi menyebabkan populasi ikan Janjan
(P. elongatus) menurun sehingga ikan ini semakin sulit untuk didapatkan. Menurut
Minh et al. (2010), mudskipper (P. elongatus) memiliki nilai ekonomis yang tinggi
2
di Vietnam dan memiliki potensi sebagai spesies budidaya air payau. Meskipun
demikian, produksi benih ikan ini masih sangat tergantung pada alam. Hal ini
mendorong peningkatan kegiatan penangkapan yang menimbulkan kekhawatiran
besar pada penurunan sumberdaya ikan ini di masa depan.
Demi menjaga eksistensi ikan Janjan (P. elongatus) di Sungai Lamong,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur dibutuhkan upaya pengelolaan. Kegiatan budidaya
merupakan upaya yang tepat untuk menjaga kelestarian ikan ini. Ikan Janjan
(P. elongatus) merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan mengingat
harganya yang cukup menjanjikan serta memiliki cita rasa yang lezat dan gurih.
Nelayan di muara Sungai Lamong biasanya menjual hasil tangkapan ikan ini
seharga Rp. 20.000,-/kg.
Pengetahuan mengenai reproduksi ikan Janjan sangat dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan budidaya. Diharapkan, dengan mengetahui aspek
reproduksinya dapat dijadikan dasar acuan untuk melakukan kegiatan budidaya.
Menurut Zorica et al. (2011), pemahaman tentang reproduksi ikan merupakan
aspek yang penting mengingat fakta bahwa informasi tentang ukuran pada saat
matang gonad, musim pemijahan, fekunditas, dan sex ratio merupakan dasar
untuk menentukan potensi dan status reproduksi dari suatu spesies yang
tereksploitasi.
Didalam kegiatan reproduksi, penggunaan sisa energi digunakan untuk
perkembangan gonad. Perkembangan gonad tersebut dinyatakan sebagai tingkat
kematangan gonad. Menurut Effendie (2002), pencatatan perubahan atau tahap-
tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan
yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap
kematangan gonad dapat didapatkan keterangan tentang ikan akan memijah, baru
memijah, atau sudah selesai memijah.
3
Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara
yakni dengan pengamatan mikroskopik (histologi gonad) dan pengamatan
berdasarkan tanda-tanda umum serta ukuran gonad (Effendie, 1979). Pada saat
gonad mengalami perkembangan, maka sel-sel di dalamnya juga mengalami
perkembangan. Menurut Priyadharsini et al. (2013), untuk memahami fisiologi
tentang reproduksi ikan, dibutuhkan penelitian mengenai perubahan
perkembangan gonad musiman baik melalui pengamatan makroskopik dan
mikroskopik. Namun, pengamatan secara makroskopik tidak memberikan
informasi yang benar mengenai perkembangan sel-sel germinal selama
pematangan gonad. Sehingga pengamatan gonad secara mikroskopik merupakan
metode yang penting untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan
struktural pada sel-sel germinal. Namun hingga saat ini, penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui tentang aspek reproduksi ikan Janjan masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status reproduksi
(tingkat kematangan gonad) ikan Janjan (P. elongatus) jantan berdasarkan
pengamatan histologi gonad pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.
1.2 Perumusan Masalah
Ikan Janjan (P. elongatus) termasuk dalam famili Gobiidae. Ikan ini
merupakan ikan liar di sungai Lamong karena ikan ini belum dapat dibudidayakan.
Maraknya penangkapan oleh warga sekitar yang tidak memperhatikan besarnya
populasi menyebabkan populasi ikan Janjan menurun sehingga ikan ini semakin
sulit untuk didapatkan. Kegiatan budidaya merupakan salah satu upaya untuk
melestarikan ikan agar terhindar dari kelangkaan. Ikan Janjan memiliki potensi
yang baik untuk dibudidayakan. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian
yang mengarah pada aspek reproduksi ikan Janjan (P. elongatus). Padahal,
4
hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk melakukan kegiatan
budidaya.
Didalam kegiatan reproduksi, penggunaan sisa energi digunakan untuk
perkembangan gonad. Perkembangan gonad tersebut dinyatakan sebagai tingkat
kematangan gonad. Dalam menentukan tingkat kematangan gonad dapat
dilakukan dua cara yakni dengan pengamatan mikroskopik dan pengamatan
berdasarkan tanda-tanda umum gonad. Pada saat gonad mengalami
perkembangan, maka sel-sel di dalamnya juga mengalami perkembangan. Melalui
pengamatan histologi, diharapkan akan mendapatkan gambaran mengenai
perkembangan di dalam gonad secara jelas dan lebih rinci. Oleh karena itu, perlu
adanya penelitian mengenai inventarisasi data mengenai status reproduksi ikan
Janjan (P. elongatus) jantan berdasarkan pengamatan histologi gonad pada Bulan
November 2016 hingga bulan Januari 2017 untuk dijadikan acuan budidaya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana status reproduksi (tingkat kematangan gonad) ikan Janjan
(P. elongatus) jantan yang ditangkap di muara Sungai Lamong, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur pada bulan November 2016 hingga Januari 2017 ditinjau
dari histologi gonadnya?
2. Bagaimana aspek reproduksi (tingkat kematangan gonad dan indeks
kematangan gonad) ikan Janjan (P. elongatus) jantan yang ditangkap di
muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada bulan
November 2016 hingga Januari 2017?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
5
1. Mengetahui status reproduksi (tingkat kematangan gonad) ikan Janjan
(P. elongatus) jantan di Sungai Lamong ditinjau dari histologi gonadnya pada
bulan November 2016 hingga Januari 2017.
2. Mengetahui aspek reproduksi (tingkat kematangan gonad dan indeks
kematangan gonad) ikan Janjan (P. elongatus) jantan di Sungai Lamong,
Kabupaten Gresik pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.
1.4 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui status reproduksi ikan
Janjan (P. elongatus) jantan yang ditinjau dari histologi gonadnya. Diharapkan,
hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai status reproduksi ikan
Janjan (P. elongatus) pada bulan November 2016 hingga Januari 2017. Dengan
demikian, informasi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar acuan pengembangan
budidaya ikan Janjan (P. elongatus) khususnya di wilayah Kabupaten Gresik,
Jawa Timur.
1.5 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun,
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pengamatan sampel ikan
dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan divisi Reproduksi Ikan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan untuk
analisa histologi gonad ikan Janjan dilakukan di Laboratorium Anatomi Histologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017.
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus)
2.1.1 Klasifikasi
Menurut Park (2003), klasifikasi ikan Janjan (P. elongatus) (Gambar 1)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Jenis : Pseudapocryptes
Spesies : Pseudapocryptes elongatus
Nama lokal : Ikan Janjan (Gresik), ikan Gobi (umum)
Gambar 1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) (Park, 2003)
2.1.2 Morfologi
Menurut Mahadevan et al. (2016), P. elongatus merupakan spesies ikan
gobii yang termasuk dalam sub famili Oxudercinae. Ikan ini memiliki tubuh yang
memanjang dan tubular. Hampir di seluruh tubuhnya terdapat sisik sikloid yang
7
kecil serta memiliki ekor yang memanjang. Spesies ini ditandai dengan hitungan
skala longitudinal yakni lebih dari 150 sisik dan panjang kepala kurang dari 22%
dari panjang standar tubuhnya. Secara molekular taksonomi P. elongatus memiliki
kesamaan dengan P. lanceolatus.
Menurut Khaironizam dan Rashid (2000), P. elongatus merupakan
mudskipper yang paling sering menghabiskan waktunya di air. Sirip D1 dan D2
dihubungkan dengan suatu membran bening dan memiliki garis tipis kehitaman
yang berakhir menjadi titik hitam yang lebih besar. Sirip D2 dan anal terpisah dari
sirip ekor. Sirip ventral (sirip perut dan anal) memiliki warna agak kekuningan.
Pada ukuran kecil (SL: 30 – 45 mm), ikan ini memiliki warna biru keabu-abuan di
bagian kepala dan badannya Spesies ini dibedakan oleh tubuh memanjang
dengan warna latar belakang coklat kehijauan dan hitam, diagonal, permukaan
kulit seperti bercak di bagian punggung.
2.2 Habitat dan Distribusi
Mudskipper hidup di perairan payau hinga air laut, di rawa-rawa dan muara,
di lumpur, di habitat intertidal dan di ekosistem mangrove. Secara global,
mudskipper terdistribusi pada ekosistem mangrove yang berlumpur mulai dari
Afrika, Madagaskar, Bengal (India), Asia Tenggara, Australia Utara, Cina
Tenggara, Selatan Jepang, Samoa dan Kepulauan Tonga, Arab Saudi, Bay of
Kuwait di wilayah Teluk Arab, Polynesia dan Pulau Hoga di Indonesia. Namun,
kekayaan spesies tertinggi dilaporkan berada di wilayah pantai di Asia Tenggara,
Australia dan New Guinea (Ansari et al., 2014).
Menurut Das et al. (2015), P. elongatus merupakan spesies ikan demersal
dan amfibidromus yang dapat ditemukan di estuari berlumpur, area pasang surut
air tawar di sungai, air payau, delta dari sungai besar, umumnya di tambak, serta
di sungai air payau dengan aliran air yang lambat. P. elongatus berdistribusi
8
secara luas di India, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh. Keberadaan ikan ini tidak
dikonfirmasi di China.
2.3 Testis
Testis merupakan organ kembar yang memanjang yang menempel pada
tubuh bagian atas. Sebuah saluran sperma utama (vas deferens) muncul dari
bagian permukaan mesodorsal belakang dari masing-masing testis dan mengarah
ke urogenital papilla yang terletak antara rectum, dan saluran uriner (urinary duct).
Struktur testis tiap jenis ikan sangat bervariasi. Umumnya, tipe testis dibagi
menjadi dua yakni tipe lobular dan tipe tubular (Gambar 2) yang dapat diidentifikasi
menurut diferensiasi jaringan germinatifnya (Sjafei et al., 1992).
Gambar 2. Struktur Tipe Testis yang Berbeda (a) Tubular Testis (b) Lobular
Testis (Dietrich dan Kieger, 2009)
Ikan Janjan (P. elongatus) memiliki testis tipe lobular (Shiddieqy, 2016).
Testis tipe lobular merupakan tipe yang paling umum dan terdiri dari banyak
lobulus yang terpisah satu sama lain oleh pita tipis jaringan ikat fibrosa. Pada
lobulus ini spermatogonium primer menjalani beberapa pembelahan mitosis untuk
menghasilkan kista yang mengandung beberapa sel spermatogonial. Sel germinal
yang hadir dalam satu kista adalah pada tahap perkembangan yang sama.
Spermatogenesis diikuti oleh spermiogenesis ketika kista meluas dan pecah untuk
9
melepaskan spermatozoa ke dalam lumen lobular yang konfluen dengan saluran
sperma (Pandey dan Shukla, 2007).
2.4 Histologi
Histologi merupakan disiplin biologi yang melibatkan pemeriksaan
mikroskopis jaringan yang telah diwarnai untuk dipelajari strukturnya dan
menghubungkannya dengan fungsinya (Genten et al., 2009). Di dalam proses
reproduksi, ikan terus mengalami perubahan perkembangan gonad. Pengamatan
kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yakni pengamatan histologi dan
pengamatan morfologi (Effendie, 2002). Pengamatan perubahan perkembangan
gonad dengan mengamatan histologi lebih rinci sehingga dapat memberikan
gambaran yang baik mengenai status reproduksi ikan.
Menurut Lawson (2010), studi histologis merupakan metode yang cukup
sulit. Namun studi histologis sangat penting untuk dipahami terutama dalam sistem
reproduksi. Studi histologi merupakan metode yang paling akurat untuk
menentukan keadaan atau status reproduksi ikan. Dengan melakukan
pengamatan kematangan gonad pada suatu spesies ikan maka dapat memberikan
pengetahuan dasar tentang sistem reproduksi ikan tersebut dan dapat menjadi alat
yang berguna untuk aplikasi lebih lanjut.
Menurut Leino et al. (2005), perkembangan sel germinal dapat dibedakan
menjadi 5 tahapan yakni: (1) spermatogonia primer (2) spermatogonia sekunder
(3) spermatosit primer (4) spermatosit sekunder (5) spermatid dan spermatozoa.
Keberadaan maupun ketidakberadaan tahapan-tahapan perkembangan sel
germinal dalam sebuah preparat histologi kemudian digunakan sebagai
penentuan tingkat kematangan testis. Gambaran histologi testis Pimephales
promelas yang menunjukkan berbagai tahapan perkembangan disajikan pada
gambar 3 di bawah ini.
10
Gambar 3. Irisan Testis Pimephales promelas yang Menunjukkan Berbagai Tahapan Perkembangan: (1) Spermatogonia Primer, (2) Spermatogonia Sekunder, (3) Spermatosit Primer, (4) Spermatosit Sekunder, Dan (5) Spermatid. Bar = 17 µm (Leino et al., 2005)
Berikut ini adalah gambaran histologi testis pada tiap tahap perkembangan
gonad menurut Tresnati (2011):
- Pada TKG 1, testis mengandung sel spermatogonia. Spermatogonia
membelah secara mitosis untuk menghasilkan spermatogonia lagi atau
mengalami diferensiasi sel menjadi spermatosit primer tampak pula
spermatosit primer yang telah berkembang menjadi spermatosit sekunder,
sebagian spermatosit sekunder berkembang menjadi spermatid.
11
- Pada TKG II, testis terdapat spermatid. Keberadaan spermatid ini bukan
pembentukan baru, melainkan lanjutan dari pembentukan tahap
sebelumnya.
- Pada TKG III, spermatogonia telah berubah menjadi menjadi sel spermatid.
Jumlah spermatid terus bertambah dan sebagian telah berubah menjadi
spermatozoa dewasa dan jumlahnya akan bertambah.
- Pada TKG IV, testis pada stadium ini menunjukkan spermatid yang sudah
berkembang menjadi spermatozoa. Spermatozoa berasal dari spermatid
yang telah mengalami diferensiasi melalui proses spermiogenesis. Pada
fase matang ukuran menjadi semakin kecil sehingga hanya tampak bagian
kepala seperti bintik-bintik kecil.
- Pada TKG V, Spermatozoa pada stadium ini makin berwarna gelap karena
kepala sperma tahap demi tahap terus menerus menyerap warna.
2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Dalam proses pemijahan, energi yang digunakan dalam metabolisme akan
terkonsentrasi ke perkembangan gonad. Menurut Effendie (2002), perkembangan
gonad yang semakin matang merupakan bagian dari proses reproduksi ikan
sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan gonad pada ikan betina
sebesar 10 – 25 % dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5 – 10%.
Pencatatan perubahan perkembangan gonad diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak.
Untuk dapat menentukan tingkat kematangan gonad ikan, dapat dilakukan
dengan dua cara yakni pengamatan histologi di laboratorium dan morfologi ikan
secara visual. Dari hasil histologi, anatomi gonad akan tampak lebih jelas dan
mendetail. Sedangakan dari hasil pengamatan morfologi, penentuan tingkat
kematangan gonad cenderung subyektif dan kurang mendetail. Menurut
12
Lestari (2013), perkembangan gonad umumnya ditentukan berdasarkan proporsi
spermatosit (primer dan sekunder), spermatid, dan spermatozoa. Berikut ini
adalah fase perkembangan testis (Tabel 1).
Tabel 1. Fase Perkembangan Testis
Fase Keterangan
Pre-spermatogenik (regresi testis) Awal spermatogenik Mid-spermatogenik Akhir spermatogenik Pasca pemijahan
Lobular hanya berisi spermatogonia Spermatosit dan spermatid mendominasi Proporsi yang sama antara spermatosit, spermatid, dan spermatozoa Adanya semua tingkatan, namun spermatozoa dominan
Sumber: Blazer (2002) dalam Lestari (2013)
Menurut Yustina dan Arnentis (2002), adanya perbedaan tingkat
kematangan gonad dalam suatu populasi dapat disebabkan oleh kondisi
lingkungan tempat ikan tersebut hidup, ada tidaknya ketersediaan makanan, suhu,
salinitas dan kecepatan pertumbuhan ikan itu sendiri. Selanjutnya, adanya
perbedaan awal mula suatu individu ikan mengalami matang gonad disebabkan
oleh faktor internal yakni antara lain umur, ukuran dan faktor fisiologi ikan itu
sendiri.
2.6 Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG)
Analisis tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dilakukan dengan
mencari nilai %IKG. %IKG merupakan persentase perbandingan bobot gonad dan
bobot tubuh ikan itu sendiri. Menurut Yustina dan Arnenti (2002), perubahan yang
terjadi didalam gonad secara kuantitatif dapat diketahui dari %IKG. Sejalan
dengan perkembangan kematangan, berati gonad semakin bertambah. %IKG
akan mencapai maksimum sesaat sebelum terjadi pemijahan.
Menurut Effendie (2002), %IKG akan meningkat nilainya dan mencapai
batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai %IKG
13
lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Setelah diketahui nilai IKGnya, maka
nilai ini dihubungkan dengan TKG yang ditentukan berdasarkan pengamatan
visual morfologi tingkat kematangan gonad. Dengan perbandingan tersebut, maka
akan tampak suatu hubungan antara perkembangan di dalam maupun diluar
gonad.
2.7 Kualitas Air
2.7.1 Suhu
Suhu merupakan faktor kontrol dari proses kimia dan biologi di dalam
perairan sehingga perubahan suhu dapat membuat semua proses dalam perairan
berubah. Selain itu, suhu juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
nafsu makan ikan dan secara otomatis akan mempengaruhi pertumbuhannya.
Apabila suhu rendah, maka nafsu makan ikan akan menurun, metabolisme relatif
lambat, dan pertumbuhan juga menjadi lambat. Sebaliknya, pada suhu yang tinggi,
nafsu makan, metabolisme, dan pertumbuhan akan meningkat (Mahyuddin, 2010).
Masing-masing ikan memiliki toleransi suhu yang bervariasi, tergantung jenis
ikan. Menurut Kordi (2010), kisaran optimal bagi ikan di perairan tropis antara 28°C
– 32°C. Pada suhu 18°C – 25°C, ikan masih dapat bertahan hidup tetapi nafsu
makannya mulai turun. Suhu air 12°C – 18°C mulai membahayakan ikan,
sedangkan suhu di bawah 12°C akan menyebabkan ikan tropis mati kedinginan.
2.7.2 Salinitas
Salah satu faktor fisika lingkungan yang berpengaruh pada kelangsungan
hidup ikan adalah salinitas. Salinitas dapat mempengaruhi proses biologi dan
secara langsung mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makan yang
dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya sintasan (Ardi et al., 2016). Menurut
Kordi dan Tancung (2007), salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air.
Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotik air. Biota yang
14
hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik
dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh
dari makanan dan digunakan untuk keperluan tesebut.
Menurut Bucholtz et al. (2009), ikan Janjan (P. elongatus) merupakan ikan
mudskipper yang bersifat eurihaline atau mampu mentoleransi kondisi yang
ekstrim. Ikan ini mampu bertahan hidup dan berperilaku normal pada salinitas di
atas 50 ppt. Meskipun demikian, pada salinitas di atas 50 ppt, kelulushidupannya
sangat rendah.
2.7.3 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan organisme
perairan. Menurut Fardiaz (1992), oksigen terlarut dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air dan dari atmosfer yang masuk ke dalam air dengan
kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Konsentrasi oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan mengakibatkan kematian ikan.
Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan)
untuk melakukan aktivitas seperti berenang pertumbuhan, reproduksi, dan
sebagainya. Oleh karena itu, ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktivitas
ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan asalkan faktor kondisi
lainnya juga optimum. Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan laut, kandungan
oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm, sedangkan kandungan optimum adalah
antara 5 – 6 ppm (Kordi dan Tamsil, 2010).
2.7.4 pH
Menurut Hermanto (2014), besarnya pH suatu perairan adalah besarnya
konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan tersebut. Dengan kata
lain nilai pH suatu perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi asam atau
15
basa. pH dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu pH = 7 (netral), 7 < pH
< 14 (alkalis/basa), 0 < pH < 7 (asam).
Menurut Kordi (2010), nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4
sampai 9. Pada perairan yang asam, produktivitas perairan berkurang bahkan
dapat membunuh organisme budidaya. Pada pH rendah, kandungan oksigen
terlarut akan berkurang. Akibatnya, konsumsi oksigen menurun, aktivitas
pernapasan meningkat, dan selera makan menurun. Begitu pula pada kondisi
yang sebaliknya. Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan
pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.
16
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan status reproduksi ikan Jajan
(P. elongatus) dengan melakukan survei secara langsung lokasi pengambilan
sampel ikan di mara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik serta melakukan
pengamatan ikan. Menurut Hamdi dan Bahrudin (2014), metode penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung
pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif mendeskripsikan suatu
keadaan atau mendeskripsikan suatu keadaan dalam tahapan perkembangannya
tanpa membuat manipulasi atau pengubahan pada variabel bebas.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring mesh size 5 mm
untuk menangkap ikan, drum kapasitas 30 liter untuk wadah sementara sampel
ikan, aerator set untuk menyuplai oksigen di dalam perairan, akuarium ukuran 50
cm x 30 cm x 30 cm untuk wadah pemeliharaan ikan, seser untuk membantu
pengambilan ikan, timbangan digital ketelitian 0,01 gr untuk menimbang berat
tubuh ikan, timbangan sartorius ketelitian 0,0001 gr untuk menimbang berat gonad
ikan, penggaris untuk menghitung morfometrik ikan, jangka sorong untuk
menghitung lebar dan tinggi tubuh ikan, beaker glass untuk wadah perhitungan
volume kepala ikan, lap basah untuk pengkondisian ikan agar tidak stress, toples
untuk wadah sementara ikan saat dibedah, sectio set untuk membedah ikan, botol
film untuk wadah pengawetan gonad, nampan untuk tempat meletakkan alat dan
bahan yang digunakan, washing bottle untuk tempat aquadest.
17
Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan preparat histologi
gonad jantan (testis) antara lain: gelas ukur untuk clearing, gelas staining untuk
wadah saat pewarnaan, mikrotom untuk memotong gonad, oven untuk mencairkan
parafin, water bath untuk mengembangkan irisan gonad, baskom untuk wadah air
dingin, hot plate untuk memanaskan cetakan berisi blok parafin, dan pinset untuk
membantu proses penutupan cover glass. Mikroskop untuk mengamati preparat
histologi gonad, kamera untuk alat dokumentasi, dan alat tulis untuk mencatat hasil
penelitian. Untuk pengukuran kualitas air menggunakan termometer alkohol untuk
mengukur suhu perairan, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dalam
perairan, pH meter untuk mengukur pH perairan, dan salinometer untuk mengukur
salinitas.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yakni ikan Janjan (P. elongatus)
sebagai sampel yang diamati gonadnya, sampel air sebagai objek yang diamati
kualitas airnya dan sebagai media pemeliharaan ikan janjan, plastik sebagai
pembungkus drum agar ikan tidak melompat keluar, karet gelang untuk mengikat
plastik, kertas saring sebagai alas pada saat penimbangan gonad, formalin 10%
sebagai larutan fiksasi gonad, kertas label sebagai penanda agar sampel tidak
tertukar, aquadest untuk mengkalibrasi alat-alat pengukur kualitas air, tissue
sebagai pembersih alat dan bahan yang telah digunakan.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi antara lain:
formalin 10% sebagai larutan fiksasi, alkohol 70%, alkohol 90%, dan alkohol
absolut sebagai larutan yang menghilangkan air dari jaringan, xylol sebagai pelarut
parafin yang terdapat pada jaringan, larutan hematoxylin sebagai pemberi warna
pada inti dan sitoplasma pada jaringan, larutan eosin sebagai pemberi warna
merah pada sitoplasma sel, dan parafin sebagai media pembuatan blok preparat
gonad.
18
3.3 Prosedur Penelitian
Secara ringkas tahapan-tahapan prosedur pada penelitian ini terangkum
pada kerangka kerja penelitian pada gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Kerangka Kerja Penelitian
3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan mencari informasi
terkait keberadaan dan persebaran ikan Janjan (P. elongatus) dari nelayan
setempat. Dengan demikian, lokasi pengambilan ikan lebih akurat sehingga
Penentuan lokasi pengambilan sampel ikan
Pengambilan sampel ikan
Adaptasi sampel ikan
Diamati morfometriknya
Sampel ikan dibedah
Diamati gonadnya
Penentuan TKG dan IKG
Gonad diawetkan dalam formalin 10%
Dibuat preparat histologi
Analisis Data
Pengecekan kualitas air
19
mempermudah proses penangkapan sampel ikan. Lokasi yang dipilih adalah
muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik,
Jawa timur.
3.3.2 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan pada saat malam
hari mulai pukul 00.00 WIB sampai 05.00 WIB menggunakan jaring tangkul
dengan bantuan nelayan sekitar. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 minggu
sekali selama bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017. Ikan Janjan
(P. elongatus) yang tertangkap kemudian dimasukkan dalam drum yang telah
berisi air dan diberi aerasi. Sampel ikan dibawa ke Laboratorium Budidaya Ikan
divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang pada pagi hari. Ikan-ikan tersebut kemudian dipindahkan ke
akuarium. Kemudian ikan ditimbang dan diamati morfometriknya (total length atau
TL, standart length atau SL, panjang linea lateralis atau LL, panjang kepala,
panjang ekor, lebar tubuh, tinggi tubuh, dan volume kepala). Pengamatan
morfometrik ikan mengacu pada keterangan Hubs dan Lagler (1964) dalam
Burhanuddin (2014).
Setelah diamati morfometriknya, ikan dibedah untuk diamati morfologi
gonadnya dan diamati tingkat kematangan gonadnya. Bagian abdominal ikan
dibedah secara vertikal mulai dari anus menuju vertebrae. Kemudian dibedah
secara horizontal mengarah ke sirip ventral dan dibuka bagian perut ikan untuk
megamati penampakan warna gonad. Selanjutnya gonad diambil secara perlahan-
lahan dan ditimbang. Diupayakan pada saat pengambilan gonad tidak merusak
struktur gonad agar didapatkan sampel gonad yang utuh dan sempurna.
Harapannya, ketika dijadikan preparat histologi didapatkan jaringan yang mirip
dengan kondisinya saat masih segar. Gonad yang telah diambil, diawetkan di
dalam botol film berisi larutan formalin 10%.
20
3.3.3 Pembuatan Preparat Histologi Gonad
Sampel yang dijadikan preparat histologi diambil secara acak sebanyak 2
sampel setiap pengambilan sampel. Total sampel histologi gonad selama
pengamatan (bulan November 2016 – Januari 2017) adalah sebanyak 14 sampel
gonad. Setelah dipilih gonad, Pembuatan preparat histologi gonad dilakukan
berdasarkan metode Mujimin (2005). Ringkasan kerangka kerja pembuatan
preparat histologi disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Kerangka Kerja Pembuatan Preparat Histologi
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan preparat histologi
gonad menurut Mujimin (2005).
Testis
Direndam dalam larutan fiksatif (formalin 10%) selama 24 jam
Fiksasi
Dehidrasi
Clearing
Embedding
Dimasukkan ke dalam botol film
Blocking
Sectioning
Staining dan penutupan
21
a. Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan merendam sampel gonad menggunakan larutan
formalin 10%. Sampel gonad dimasukkan ke dalam botol film yang sudah berisi
larutan fiksasi (formalin 10%) dengan perbandingan sampel dan larutan adalah
1:20 dan disimpan selama 24 jam. Diusahakan, sampel di dalam botol film tidak
terjepit agar tidak merusak jaringan. Setelah 24 jam, sampel gonad diambil dan
dicuci dengan air selama 30 menit untuk menghilangkan sisa larutan formalin yang
menempel pada sampel gonad.
b. Dehidrasi
Sampel yang telah difiksasi selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang
yang berisi 10 buah tissue-tex (kotak jaringan). Kemudian kotak jaringan tersebut
dimasukkan secara berturut-turut (masing-masing selama 45 menit) ke dalam
larutan berikut: Alkohol 70% I, Alkohol 70% II, Alkohol 90% I, Alkohol 90% II,
Alkohol absolut I, Alkohol Absolut II. Setelah selesai, kotak jaringan diangkat dan
ditiriskan.
c. Penjernihan (Clearing)
Sampel gonad yang telah didehidrasi dimasukkan ke dalam larutan Xylol I,
Xylol II masing-masing selama 45 menit. Setelah selesai, sampel gonad diangkat
dan ditiriskan, kemudian masuk ke proses penanaman sampel dan pembuatan
blok.
d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok Preparat (Blocking)
Dalam proses penanaman sampel, parafin yang digunakan adalah parafin
cair yang telah dipanaskan menggunakan oven pada suhu 60°C. Keranjang berisi
sampel kemudian dimasukkan ke dalam parafin cair yang telah disiapkan dengan
2 kali pengulangan pada parafin I dan parafin II selama 45 menit. Tahapan
selanjutnya adalah tahap pembuatan blok. Pembuatan blok dimulai dengan
22
memasukkan gelas ukur 100 CC yang berisi parafin ke dalam oven dengan suhu
60°C hingga parafin mencair dan tampak bening. Kemudian hot plate dipanaskan
pada suhu 70°C - 80°C.
Setelah hot plate panas, cetakan disiapkan dan diletakkan di atas hot plate
kemudian parafin yang telah dicairkan sebelumnya dituang ke dalam cetakan.
Keranjang berisi sampel dalam parafin cair dikeluarkan dari oven, kemudian tissue
tex dipindahkan di atas panci berisi parafin yang sudah dipanasi di atas hot plate.
Selanjutnya tissue tex dibuka, sampel diambil dan dimasukkan ke dalam cetakan.
Tissue tex yang berisi sampel kemudian diletakkan di atas cetakan, dan dituangi
parafin yang telah dicairkan. Setelah parafin membeku, hasil blok dimasukkan ke
dalam lemari es untuk mempermudah proses pembukaan blok parafin dari
cetakan.
e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek
Blok yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah diatur
ketebalannya antara 2 - 3 mikron. Mikrotom diputar dengan putaran konstan,
sampai blok yang berisi sampel gonad teriris. Sampel gonad yang telah teriris
dipilih yang baik untuk dijadikan preparat histologi. Irisan yang telah dipilih
selanjutnya dipindahkan ke dalam baskom yang berisi air dingin, lalu ditempelkan
pada gelas objek yang telah diberi kode sama dengan blok yang diiris, selanjutnya
dicelupkan ke dalam air hangat di dalam water bath agar irisan tadi mengembang
dan ditiriskan.
f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan
Objek gelas yang berisi potongan sampel gonad yang sudah kering
ditempatkan dalam keranjang, kemudian dimasukkan secara berurutan ke dalam
larutan pewarnaan sebagai berikut:
1. Xylol selama 5 menit
2. Alkohol Absolut selama 1 menit
23
3. Alkohol 90% selama 1 menit
4. Aquades selama 1 menit
5. Hematoxylin selama 4 menit
6. Di cuci dengan air mengalir selama 1 menit
7. Larutan Eosin selama 2 menit
8. Di cuci dengan air mengalir selama 1 menit
9. Alkohol 90% selama 1 menit
10. Alkohol Absolut selama 2 menit
11. Xylol selama 4 menit
Setelah selesai langkah 1 sampai 11, kemudian sampel diangkat dan
dibersihkan dari zat warna atau kotoran yang ada pada gelas objek. Media perekat
dipakai untuk menempelkan gelas penutup (cover glass) dengan gelas objek
adalah entelan dengan keunggulan cepat kering, jernih, dan tidak menguning.
Penutupan harus dilakukan secara hati-hati, pemberian perekat yang berlebihan
juga harus dihindari. Gelas objek berisi sampel yang sudah jadi ditutup dengan
gelas penutup.
3.3.4 Pengamatan Aspek Reproduksi
a. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan Janjan (P. elongatus)
jantan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan sampel ikan secara visual.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati kondisi gonad secara visual serta
mengamati histologi gonadnya. Pada penelitian ini, yang dijadikan dasar untuk
menentukan tingkat kematangan gonad melalui pengamatan morfometrik meliputi
bentuk testis, warna testis, bobot testis. Kemudian, hasil tersebut dibandingkan
dengan tingkat kematangan gonad ikan mudskipper (Periopthalmus barbarus)
menurut Udo et al. (2016). Setelah didapatkan hasil, maka sampel ikan dapat
dikelompokkan berdasarkan tingkat kematangan gonadnya.
24
b. Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG)
Secara kuantitatif, kisaran perubahan tingkat kematangan gonad dinyatakan
dalam satuan IKG. Nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) diperoleh dari
perhitungan perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Indeks
Kematangan Gonad dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979)
sebagai berikut:
𝐼𝐾𝐺 = 𝐵𝑔
𝐵𝑡 𝑥 100
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)
3.3.5 Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Janjan (P. elongatus). Secara tidak
langsung, parameter kualitas air dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan
termasuk reproduksinya. Pengamatan kualitas air dilakukan secara langsung di
lokasi pengambilan sampel pada pukul 02.00 WIB dan 16.00 WIB. Parameter
kualitas air yang diamati yakni suhu, salinitas, DO (Dissolved Oxygen), pH.
a. Suhu Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer alkohol.
Termometer alkohol dimasukkan ke dalam perairan selama ± 1 menit.
Diupayakan, termometer alkohol tidak tersentuh oleh tangan pengamat agar tidak
terpengaruh oleh suhu tubuh pengamat. Selanjutnya, skala yang ditunjukkan
dibaca di dalam air agar tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hasil yang
didapatkan kemudian dicatat dan dianalisis. Ringkasan kerangka kerja
pengukuran suhu perairan disajikan pada gambar 6 di bawah ini.
25
Gambar 6. Kerangka Kerja Pengukuran Suhu
b. Salinitas Ringkasan kerangka kerja pengukuran salinitas disajikan pada gambar 7 di
bawah ini.
Gambar 7. Kerangka Kerja Pengukuran Salinitas
Salinometer
Ditekan tombol on
Dikalibrasi
Sampel air diteteskan pada sensor
Hasil
Analisis data
Diteteskan aquades pada sensor
Ditekan tombol start
Jika angka pada sensor tidak menunjukkan 0 ‰
Ditekan tombol zero
Pengukuran
Thermometer Hg
Dimasukkan ke dalam perairan selama ± 1 menit
Dibaca skala yang ditunjukkan di dalam air
Hasil
Analisis data
26
Salinitas perairan diukur dengan menggunakan salinometer. Aquades
diteteskan pada sensor salinometer dan ditekan tombol start untuk mengkalibrasi
salinometer. Diupayakan pada saat perhitungan salinitas, salinometer tidak
terkena cahaya secara langsung. Hasil pengukuran salinitas akan muncul
beberapa saat, apabila hasil pengukuran menunjukkan angka 1 ‰ maka tombol
zero ditekan. Penggunaan salinometer yaitu dengan meneteskan air sampel pada
sensor salinometer dan ditekan tombol start. Hasil pengukuran salinitas akan
muncul beberapa saat pada monitor salinometer dan dicatat sebagai hasil.
c. DO (Dissolved Oxygen) Ringkasan kerangka kerja pengukuran DO (Dissolved Oxygen) disajikan
pada gambar 8 di bawah ini.
Gambar 8. Kerangka Kerja Pengukuran DO
DO meter
Ditekan tombol on
Dikalibrasi
Digeser tombol kalibrasi menjadi “%O2”
Dicelupkan katoda pada perairan
Hasil
Analisis data
Dicelupkan katoda pada gelas berisi aquades
Digeser tombol kalibrasi menjadi “%O2”
DO meter siap digunakan
Ditunggu hingga menunjukkan angka 19 – 21 %O2
Pengukuran
27
Oksigen terlarut diukur langsung dengan menggunakan DO meter. Tombol
power ditekan untuk menyalakan DO meter. Selanjutnya, kalibrasi katoda DO
meter menggunakan aquades dan tombol kalibrasi digeser menjadi “%O2”.
Setelah monitor menunjukkan angka 19 – 21 %O2, tombol power ditekan untuk
mematikan DO meter dan tombol kalibrasi digeser menjadi “mg/l”. Kemudian
katoda DO meter dicelupkan ke perairan dan diaduk hingga angka di monitor stabil
dan dicatat sebagai hasil.
d. pH Ringkasan kerangka kerja pengukuran pH perairan disajikan pada gambar 9
di bawah ini.
Gambar 9. Kerangka Kerja Pengukuran pH Perairan
Derajat keasaman perairan (pH) diukur dengan menggunakan pH meter.
Tombol power ditekan untuk menyalakan pH meter. Sebelum digunakan, pH meter
dicelupkan di dalam botol berisi aquades untuk dikalibrasi. Kemudian ditunggu
selama ± 2 – 3 menit hingga angka pada monitor pH meter menunjukkan angka
pH meter
Dikalibrasi
Dimasukkan ke dalam perairan
Dibaca skala yang ditunjukkan di dalam air
Hasil
Analisis data
Dicelupkan katoda pada botol berisi aquades
Ditunggu ± 2 – 3 menit hingga menunjukkan angka 6,9 – 7
pH meter siap digunakan
Pengukuran
Ditekan tombol on
28
dengan kisaran 6,9 – 7. Setelah dikalibrasi, pH meter dicelupkan ke dalam perairan
selama ± 2 – 3 menit hingga menunjukkan angka yang stabil dan dicatat sebagai
hasil.
3.4 Analisa Data
Analisa tingkat kematangan gonad dilakukan secara deskriptif komparatif.
Data yang telah didapat selama penelitian dianalisa yang kemudian ditunjang
dengan parameter penunjang yakni data kualitas air. Parameter utama yang
diamati adalah tingkat kematangan gonad (TKG) baik yang ditinjau dari hasil
pengamatan kondisi gonad secara visual dan histologi serta indeks kematangan
gonad (IKG). Sedangkan parameter penunjang adalah kualitas air di muara Sungai
Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskirpsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Lamong, Kecamatan Manyar,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Sampel ikan Janjan diambil pada titik koordinat 7o
5’ 25,29038” Lintang Selatan dan 112o 36’ 15,94018” Bujur Timur. Peta lokasi
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan (Google Earth, 2017)
Kondisi perairan di muara Sungai Lamong bersifat payau dengan kisaran
salinitas 7 – 29 ppt, berwarna coklat kehijauan, dan memiliki substrat dasar
berlumpur. Bagian tepi muara Sungai Lamong ditumbuhi pohon mangrove. Lokasi
pengambilan sampel ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan tempat
nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan
dilakukan dengan menggunakan tangkul yang dipasang permanen. Tangkul
merupakan alat tangkap berupa jaring angkat yang diikatkan pada dua batang
bambu yang disusun bersilang dan digantungkan pada bambu penyangga. Ikan
Janjan biasanya akan tertangkap dengan ikan ekonomis lainnya seperti udang,
ikan Belanak, ikan Keting dan ikan Bandeng. Berdasarkan hasil wawancara
30
dengan nelayan sekitar, ikan Janjan banyak didapatkan pada saat pasang tinggi.
Selama penelitian ikan Janjan banyak didapatkan pada pukul 02.00 WIB – 04.00
WIB.
4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan
Sampel ikan Janjan ditangkap di muara Sungai Lamong setiap 2 minggu
sekali pada bulan November 2016 – Januari 2017. Dari hasil pengamatan
morfologi ikan Janjan memiliki tubuh tubular yang ramping dan memanjang. Ikan
Janjan memiliki sisik sikloid (cycloid) yang sangat kecil. Ikan ini memiliki warna
tubuh coklat kehijauan dengan corak berbintik berwarna kehitaman dibagian
dorsalnya. Pada bagian pectoralnya berwarna putih. Morfologi ikan Janjan dapat
dilihat pada Gambar 10. Secara visual, ikan ini dapat dibedakan antara ikan Janjan
jantan dan betina dengan mengamati morfologi dan anatomi organ seksnya. Ikan
Janjan jantan memiliki 2 lubang seks sekunder yakni lubang urogenital dan lubang
anus. Anatomi ikan Janjan dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.
a. b.
Gambar 11. a. Ikan Janjan (P. elongatus) b. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan: 1. Empedu 2. Pankreas 3. Gelembung Renang 4. Testis 5. Usus 6. Lambung (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Penentuan jenis kelamin ikan Janjan melalui pengamatan seksual
dimorfisme cukup sulit dilakukan, sehingga perlu dilakukan pembedahan untuk
memastikannya. Hal ini sependapat dengan pernyataan Bucholtz et al. (2009),
bahwa seksual dimorfisme tidak dapat terdeteksi pada P. elongatus baik pada
jantan maupun betina. Testis ikan Janjan berupa sepasang organ yang ditemukan
31
di atas gelembung renang pada rongga tubuhnya. Testis ikan ini memliki bentuk
memanjang. Testis ikan Janjan berwarna transparan hingga keputihan. Testis ikan
Janjan berukuran sangat kecil, sehingga ketika pengambilan testis harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak merusak struktur asli gonad.
4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan
Pengamatan histologi gonad dilakukan untuk memberikan informasi lebih
dalam mengenai perkembangan gonad. Sampel testis yang dijadikan sebagai
sampel histologi merupakan sampel yang terpilih secara acak (2 sampel) dari
setiap pengambilan sehingga didapatkan total kesulurah sampel selama
pengamatan sebanyak 14 sampel. Penentuan tingkat kematangan gonad melalui
pengamatan histologi testis mengamati dominasi spermatogonia, spermatosit
primer, spermatosit sekunder, dan spermatid.
Menurut Hyder (1969), spermatogonia memiliki ciri-ciri ukuran sel yang besar
yakni 12 – 13 µm dengan diameter nuklei sekitar 6,5 µm. Biasanya ditemukan
tunggal dan konsentrasi terbesar berada di tepi testis. Spermatogonia dapat
dibedakan melalui sifat pewarnaan nuklearnya, disamping itu spermatogonia
memiliki nukleus yang lebih besar, sitoplasma yang relatif lebih banyak, dan
membran sel yang berbeda. Sedangkan spermatosit primer tidak memiliki
membran dan zat pewarna mewarnai hampir di keseluruhan sel. Diameter inti
selnya lebih kecil dibandingkan dengan spermatogonia. Spermatosit sekunder
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan spermatosit primer.
Pada pengamatan histologi testis ikan Janjan jantan minggu pertama
ditemukan testis pada TKG 1 dan TKG 2, sedangkan selama pengamatan kedua
hingga ke tujuh hanya ditemukan TKG 1. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 7. Gambaran histologi testis pada TKG 1 dan TKG 2 ikan Janjan
jantan dengan perbesaran 400x dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.
32
a. b. Gambar 12. Histologi Testis Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan Perbesaran 400x.
a. TKG 1 b. TKG 2 (So: Spermatogonia; Sp: Spermatosit Primer; Ss: Spermatosit Sekunder; S: Spermatid) (Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar 12 terlihat gambaran histologi testis ikan Janjan dengan
beberapa sel-sel germinal seperti spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit
sekunder dan sel spermatid. Dari hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa
histologi gonad ikan Janjan jantan pada tahap TKG 1 didominasi oleh
spermatogonia di dalam tubulusnya, beberapa spermatosit primer dan spermatosit
sekunder ditemukan di beberapa titik. Pada tahap TKG 2 jumlah spermatosit
primer dan spermatosit sekunder meningkat. Spermatosit sekunder lebih
mendominasi jika dibandingkan dengan adanya spermatogonia di dalam tubulus,
namun pada beberapa sampel ditemukan spermatid. Menurut Tresnati (2011),
pada TKG II, testis terdapat spermatid. Keberadaan spermatid ini bukan
pembentukan baru, melainkan lanjutan dari pembentukan tahap sebelumnya.
Gambar 13. Gambaran Histologi Testis Periopthalmus Barbarus a. TKG 1 b. TKG 2. (S: Spermatogonia; SC1: Spermatosit primer; SC2: Spermatosit sekunder) (Dinh et al., 2015)
a b
So
Sp Ss
S
Sp
Ss
33
Hal ini sesuai dengan gambaran histologi gonad ikan mudskipper
(Periopthalmus barbarus) menurut Dinh et al. (2015), testis pada TKG 1 banyak
ditemukan spermatogonia. Pada TKG 2, jumlah spermatosit primer dan
spermatosit sekunder meningkat, dan terdapat beberapa spermatogonia.
Gambaran histologi testis ikan P. barbarus pada TKG 1 dan TKG 2 dapat dilihat
pada gambar 13.
4.4 Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan
Selama penelitian, total ikan Janjan yang didapatkan adalah sebanyak 252
ekor diantaranya 132 ekor (52%) jantan dan 120 ekor (48%) betina. Panjang total
ikan Janjan jantan yang didapatkan berkisar antara 12,5 cm – 23,3 cm. Berat
gonad ikan Janjan jantan yang didapatkan berkisar antara 0,0002 g – 0,0145 g.
Setelah ditentukan dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, ditentukan
tingkat kematangan gonad (TKG) dan dihitung persentase indeks kematangan
gonad (%IKG) ikan Janjan jantan.
Penentuan tingkat kematangan gonad pada ikan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pengamatan secara morfologis dan histologis gonad. Pada
penelitian ini, pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan kedua
cara tersebut untuk mendapatkan gambaran tingkat kematangan gonad secara
kualitatif (pengamatan morfologis dan histologis) dan kuantitatif (perhitungan
%IKG). Menurut Lawson (2010), untuk menentukan tingkat kematangan gonad
suatu individu diperlukan deskripsi gambaran makroskopis perkembangan gonad
kemudian dibandingkan dengan hasil rekaman foto histologi gonad.
Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan untuk mengetahui suatu
spesies ikan sedang memijah atau tidak melalui studi komparasi dengan klasifikasi
tingkat kematangan gonad ikan secara umum. Klasifikasi tingkat kematangan
gonad salah satu ikan mudskipper yakni Periopthalmus barbarus yang digunakan
34
pada penelitian ini adalah menurut Udo et al., (2016). Nilai skoring klasifikasi
tingkat kematangan gonad menurut Udo et al., (2016) dilampirkan pada Lampiran
2. Pengamatan morfologis ikan Janjan jantan didasarkan pada bentuk, warna, dan
bobot gonad.
Selama penelitian didapatkan ikan Janjan pada tahap TKG 1, TKG 2, dan
TKG 3 (Lampiran 4). Testis ikan Janjan pada tahap TKG 1 ditandai dengan warna
testis yang tampak transparan kemerahan, berbentuk seperti benang, memiliki
permukaan yang licin dan berukuran sangat kecil. TKG 2 ditandai dengan ukuran
testis yang semakin besar dan berwarna transparan, tampak sedikit pemubuluh
darah dari luar, serta memiliki permukaan yang licin. TKG 3 ditandai dengan
ukuran testis yang lebih besar, permukaan licin, dan berwarna transparan
keputihan. Gambaran TKG testis ikan Janjan yang ditemukan selama penelitian
berdasarkan kondisi makroskopik dan mikroskopis disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri Gonad yang Ditemukan Selama Penelitian Berdasarkan Kondisi Makroskopik dan Mikroskopis
TKG Makroskopik Mikroskopis
1 Warna testis yang tampak transparan kemerahan, berbentuk seperti benang, memiliki permukaan yang licin dan berukuran sangat kecil.
Spermatogonia mendominasi di dalam tubulusnya, beberapa spermatosit primer dan spermatosit sekunder ditemukan di beberapa titik.
2 Ukuran testis yang semakin besar dan berwarna transparan, tampak sedikit pemubuluh darah dari luar, serta memiliki permukaan yang licin.
Jumlah spermatosit primer dan spermatosit sekunder meningkat. Spermatosit sekunder lebih mendominasi jika dibandingkan dengan adanya spermatogonia di dalam tubulus.
3 Ukuran testis yang lebih besar, permukaan licin, dan berwarna transparan keputihan.
Tidak ditemukan pada sampel preparat histologi
4 Tidak ditemukan Tidak ditemukan
5 Tidak ditemukan Tidak ditemukan
6 Tidak ditemukan Tidak ditemukan Sumber: Hasil Penelitian
Hasil pengamatan tingkat kematangan gonad ikan Janjan jantan pada bulan
November 2016 – Januari 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.
35
Tabel 3. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017 di Muara Sungai Lamong, Gresik
Pengamatan TKG Jumlah Ikan (ekor) Panjang Total (cm)
Pertama (1 November 2016)
1 5 15,7 – 20,6
2 11 15,0 – 20,0
3 8 14,5 – 18,2
Kedua (15 November 2016)
1 17 12,5 – 21,5
2 4 14,1 – 17,3
3 1 15,1
Ketiga (30 November 2016)
1 5 13,0 – 16,2 2 0 - 3 0 -
Keempat (15 Desember 2016)
1 19 16,9 – 23,3 2 0 - 3 0 -
Kelima (29 Desember 2016)
1 10 13,1 – 19,8 2 0 - 3 0 -
Keenam (11 Januari 2017)
1 13 14,4 – 18,7 2 0 - 3 0 -
Ketujuh (26 Januari 2017)
1 39 15,1 – 22,6 2 0 - 3 0 -
Sumber: Hasil Penelitian
Dari data pada tabel atas didapatkan grafik persentase jumlah ikan Janjan
jantan berdasarkan TKG pada Gambar 14 di bawah ini.
Gambar 14. Grafik Persentase Jumlah Ikan Janjan Jantan Berdasarkan TKG
N1 N15 N30 D15 D29 J11 J26
TKG 3 8 1 0 0 0 0 0
TKG 2 11 4 0 0 0 0 0
TKG 1 5 17 5 19 10 13 39
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Ju
mla
h Ik
an
Ja
nja
n J
an
tan
(%
)
36
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama hingga
ketiga memperoleh ikan Janjan jantan pada tahap TKG 1, TKG 2, dan TKG 3.
Pada pengamatan pertama persentase jumlah ikan Janjan jantan pada TKG 1,
TKG 2, TKG 3 berturut-turut sebesar 20,84%, 48,83%, dan 33,33%. Pada
pengamatan kedua persentase jumlah ikan Janjan jantan pada TKG 1, TKG 2,
TKG 3 berturut-turut sebesar 77,28%, 18,18%, 4,54%. Pada pengamatan ketiga
hingga ketujuh seluruh ikan Janjan jantan berada pada TKG 1. Selama penelitian,
tidak ditemukan ikan Janjan jantan pada tahap TKG 4 dan TKG 5.
Banyaknya ikan Janjan jantan pada tahap TKG 1 yang ditemukan sepanjang
periode bulan penelitian yaitu dari bulan November 2016 hingga Januari 2017
(sebanyak 108 ekor) menunjukkan bahwa ikan ini berada dalam fase awal
perkembangan gonad. Diduga ikan Janjan jantan telah melewati tahap pemijahan
pada bulan November 2016 sampai Januari 2017. Hal ini didasarkan pada hasil
pengamatan TKG yang mengalami kecenderungan penurunan jumlah ikan Janjan
jantan pada tahap TKG 3 pada pengamatan pertama dan kedua. Menurut
Sulistiono et al. (2006), adanya ikan yang memiliki TKG 3 dan TKG 4
mengindikasikan adanya ikan yang memijah di perairan tersebut. Kemudian
dipertegas dengan pernyataan Suryati et al. (2014), bahwa pada TKG 5 terjadi
penurunan indeks kematangan gonad karena pada tahap tersebut telur maupun
sperma yang terdapat di dalam gonad sudah berkurang. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa setelah mengalami pemijahan, bobot gonad dan isi gonad
akan kembali pada fase awal perkembangan gonad. Didukung dengan pernyataan
Dinh et al. (2015), bahwa P. elongatus memiliki musim pemijahan mulai dari bulan
Juni hingga November dengan dua puncak musim pemijahan yakni pada bulan
Juli dan Oktober.
Adanya perbedaan tingkat kematangan gonad pada tiap bulan pengamatan
disebabkan adanya perbedaan musim. Menurut Mayunar dan Ahmad (1994)
37
dalam Sulistiono et al. (2001), bahwa perbedaan musim pemijahan disebabkan
oleh adanya perbedaan geografis dan kondisi ikan. Hal serupa terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Dinh et al. (2015), nilai IKG P. serperaster
meningkat pada bulan April hingga bulan September sebelum menurun pada
bulan Januari hingga bulan Mei.
4.5 Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan
(P. elongatus) Jantan Perkembangan gonad berhubungan dengan nilai persentase Indeks
Kematangan Gonad (%IKG). Menurut Effendie (1979), persentase indeks
kematangan gonad (%IKG) atau biasa disebut dengan GSI (Gonado Somatic
Index) merupakan persentase perbandingan antara bobot gonad dengan bobot
tubuh suatu ikan. Nilai %IKG akan semakin meningkat dan mencapai nilai
maksimum pada saat ikan akan memijah. Dengan mengetahui indeks kematangan
gonad, maka dapat mengetahui perubahan yang terjadi di dalam gonad secara
kuantitatif. Data rata-rata nilai persentase indeks kematangan gonad selama
penelitian disajikan pada Tabel 4 untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) dan Rata-rata Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017
Waktu Pengamatan Rata-rata %IKG Rata-rata TKG
Pertama (1 November 2016) 0,0451 2,13
Kedua (15 November 2016) 0,0216 1,27
Ketiga (30 November 2016) 0,0144 1,00
Keempat (15 Desember 2016) 0,0040 1,00
Kelima (29 Desember 2016) 0,0068 1,00
Keenam (11 Januari 2017) 0,0049 1,00
Ketujuh (26 Januari 2017) 0,0070 1,00
Sumber: Hasil Penelitian
38
Dari data hasil pengamatan tersebut didapatkan grafik rata-rata persentase
indeks kematangan gonad dan rata-rata tingkat kematangan gonad ikan Janjan
jantan yang disajikan pada Gambar 15 dibawah ini.
Gambar 15. Grafik Rata-rata Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) dan Rata-rata TKG Ikan Janjan Jantan pada Bulan November 2016 – Januari 2017
Berdasarkan hasil pengamatan nilai rata-rata persentase indeks
kematangan gonad selama periode penelitian bulan November 2016 sampai
Januari 2017 berkisar 0,0040% – 0,0451%. Nilai rata-rata %IKG tertinggi sebesar
0,0451% pada pengamatan pertama dan terendah sebesar 0,0040% pada
pengamatan keempat. Nilai rata-rata %IKG ikan Janjan jantan lebih besar
dibandingkan dengan ikan gobii lainnya.
Dari grafik di atas memperlihatkan adanya variasi nilai rata-rata %IKG
dengan tingkat kematangan gonad. Hasil perbandingan antara indeks
kematangan gonad dengan tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa
keduanya berbanding lurus. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad, maka
semakin tinggi pula nilai indeks kematangan gonad ikan Janjan jantan. Hal ini
sependapat dengan pernyataan Suryati et al. (2014), bahwa nilai indeks
y = 1,7614 - 0,1404xR² = 0,5156
y = 0,037 - 0,0055x R² = 0,6606
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0,04
0,045
0,05
0
0,3
0,6
0,9
1,2
1,5
1,8
2,1
2,4
0 1 2 3 4 5 6 7 8
TK
G
Pengamatan
TKG IKG Linear (TKG) Linear (IKG)
%IK
G
(%)
39
kematangan gonad akan meningkat seiring dengan bertambahnya TKG hingga
mencapai TKG 4.
4.6 Kualitas Air Muara Sungai Lamong
4.6.1 Suhu
Pada penelitian ini pengamatan suhu perairan dilakukan pada pukul 02.00
WIB dan pukul 16.00 WIB. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai kisaran suhu di
Sungai Lamong pada saat dini hari pukul 02.00 WIB berkisar antara 27°C – 31°C
dan pada sore hari pukul 16.00 WIB berkisar antara 28,8°C – 31,5°C. Data hasil
pengamatan suhu selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan
hasil pengukuran tersebut, pada suhu 27°C - 31,5°C masih dapat ditoleransi untuk
pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan Janjan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ansari et al. (2014), kisaran suhu
tahunan tubuh ikan Janjan adalah 14°C - 35°C dan suhu udara adalah 10°C -
42°C. Shiota et al. (2003) melaporkan bahwa suhu tinggi (30°C) dapat
menyebabkan perkembangan gonad dari ikan Janjan, tetapi tidak pada suhu
rendah (18°C). Selanjutnya menurut Chen et al. (2008), perilaku dari ikan Janjan
remaja ditemukan pada kisaran suhu 27°C - 34°C.
4.6.2 Salinitas
Pada penelitian ini pengukuran salinitas dilakukan pada pukul 02.00 WIB dan
pukul 16.00 WIB. Dari hasil pengamatan salinitas didapatkan nilai kisaran salinitas
di Sungai Lamong pada saat dini hari pukul 02.00 WIB berkisar antara 7 ppt – 29
ppt dan pada sore hari pukul 16.00 WIB berkisar antara 15 ppt – 29 ppt. Data hasil
pengamatan salinitas selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa kisaran salinitas 7
ppt – 29 ppt masih dapat ditoleransi oleh ikan Janjan sehingga mendukung
kehidupannya.
40
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bucholtz et al. (2009), Ikan Janjan
dapat bertahan hidup dan berperilaku normal sampai salinitas 50 ppt. Toleransi
salinitas yang luas ini cocok dengan perbedaan salinitas yang ekstrem ditemui di
laut dan selama rentang habitatnya dari laut terbuka ke pesisir bakau dan area
sekitar tambak udang.
4.6.3 DO (Dissolved Oxygen)
Pada penelitian ini pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) dilakukan pada
pukul 02.00 WIB dan 16.00 WIB. Dari hasil pengamatan kadar oksigen terlarut
menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut (DO) di muara Sungai Lamong pada
dini hari pukul 02.00 WIB berkisar antara 1,82 ppm - 3,7 ppm dan sore hari pukul
16.00 WIB berkisar antara 3,6 ppm - 4,8 ppm. Data hasil pengamatan kadar
oksigen terlarut (DO) selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan
hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa ikan Janjan (P. elongatus) mampu
bertahan hidup dalam kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 1,82 ppm - 4,8
ppm.
Menurut Lee et al. (2012), bahwa Ikan Janjan (P. elongatus) mampu
beradaptasi pada lingkungan yang rendah oksigen. Umumnya jenis ikan gobii
dapat mentoleransi kadar oksigen rendah. Aktivitas jenis ikan gobii dapat bertahan
hidup dengan oksigen terlarut berkisar 1,23 mg/l - 2,05 mg/l, namun aktivitas
metabolisme tidak dapat berlangsung dengan normal. Kondisi normal oksigen
terlarut yang ideal untuk aktivitas ikan Janjan (P. elongatus) sebesar 6,96 mg/l -
7,78 mg/l.
4.6.4 pH
Pada penelitian ini pengukuran pH dilakukan pada pukul 02.00 WIB dan
16.00 WIB. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH perairan di muara
Sungai Lamong pada dini hari pukul 02.00 WIB berkisar antara 6,46 - 8,2 dan sore
hari pukul 16.00 WIB berkisar antara 7,21 - 8,21. Sehingga selama penelitian,
41
didapatkan kisaran pH sebesar 6,46 – 8,21. Data hasil pengamatan pH perairan
selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, pH tersebut masih dapat menunjang
kehidupan ikan Janjan. Menurut Das et al. (2015), pH yang optimal untuk
pertumbuhan ikan janjan berada pada kisaran sebesar 6,1 – 7,4. Dengan demikian
pH perairan masih optimal untuk pertumbuhan ikan Janjan (P. elongatus).
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian tentang Kajian Histologi Ikan Janjan (P. elongatus) jantan
pada bulan November 2016 hingga Januari 2017 di Muara Sungai Lamong,
Kabupaten Gresik, didapatkan kesimpulan bahwa:
Hasil dari pengamatan histologi menunjukkan bahwa selama penelitian
hanya didapatkan TKG 1 dan TKG 2 saja. Gambaran histologi testis pada
tahap TKG 1 didominasi oleh spermatogonia di dalam tubulusnya, beberapa
spermatosit primer dan spermatosit sekunder ditemukan di beberapa titik.
Pada tahap TKG 2 jumlah spermatosit primer dan spermatosit sekunder
meningkat. Spermatosit sekunder lebih mendominasi jika dibandingkan
dengan adanya spermatogonia di dalam tubulus, namun pada beberapa
sampel ditemukan spermatid.
Tingkat kematangan gonad ikan Janjan jantan yang ditemukan pada bulan
November 2016 yakni TKG 1, TKG 2, dan TKG 3, sedangkan pada
Desember 2016 dan Januari 2017 hanya dijumpai TKG 1.
Nilai rata-rata %IKG tertinggi sebesar 0,0451% pada pengamatan pertama
dan terendah sebesar 0,0040% pada pengamatan keempat.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian Kajian Histologi Ikan Janjan (P. elongatus)
jantan pada bulan November 2016 hingga Januari 2017 di Muara Sungai Lamong,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur dapat disarankan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai aspek reproduksi dan status reproduksi ikan Janjan jantan pada
bulan-bulan lainnya sehingga didapatkan data siklus reproduksi tahunan ikan
Janjan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, A. A., S. Trivedi., S. Saggu., dan H. Rehman. 2014. Mudskipper: A Biological Indicator for Environtmental Monitoring and Assessment of Coastal Waters. Journal of Entomology and Zoology Studies. 2 (6): 22-33.
Ardi, I., Eri, S., Anang, H. K., dan Ani, W. 2016. Salinitas Optimal untuk
Pendederan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata). Jurnal Riset Akuakultur. 11 (4): 339 – 347.
Bucholtz, R. H., Meilvang, A. S., Cedhagen, T., dan Christensen, J. T. 2009.
Biological Observation on the Mudskipper Pseudapocryptes elongatus in the Mekong Delta, Vietnam. Journal of World Aquaculture Society. 40 (6): 711 – 723.
Burhanuddin, A. I. 2014. Iktiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Deepublish. Yogyakarta. 53 – 56 hlm. Chen, S.X., W.S. Hong, Y.Q. Su and Q.Y. Zhang. 2008. Microhabitat Selection in
the Early Juvenile Mudskipper Boleophthalmus pectinirostris (L.). Journal of Fish Biology, the Fisheries Society of the British Isles. 72: 585-593.
Das, S., Maji, S., dan Roy, D. 2015. Accumulation of Lead in the Tissues of
Freshwater Pseudapocryptes elongatus Exposed to Static Nominal Concentartions of Lead Nitrate. International Journal of Environment, Ecology, Family, and Urban Studies (IJEEFUS). 5 (6): 51 – 62.
Dietrich, D. R. dan Krieger, H. O. 2009. Histological Analysis of Endocrine
Disruptive Effects in Small Laboratory Fish. John Wiley & Sons, Inc. Canada. 90 hlm
Dinh, M. Q., Nguyen, T. T. G., dan Nguyen, T. K. T. 2015. Reproductive Biology of
the Mudskipper Boleophthalmus boddarti in Soc Trang. Tap Chi Sinh Hoc. 37 (3): 362 – 369.
Dinh, M. Q., Jianguang Q., Sabine D., dan Dinh D. T. 2015. Reproductive Biology
of the Burrow Dwelling Goby Parapocryptes serperaster. Ichthyol Res. 63 (3): 324 – 332.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. ___________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. 32 hlm. Genten, F., Terwinghe, E., dan Danguy, A. 2009. Atlas of Fish Histology.
Department of Histology and Biopathology of Fish Fauna Laboratory of Functionnal Morphology Université Libre de Bruxelles (U.L.B) Brussels Belgium: Science Publishers.
44
Gustianto, G. 2016. Upaya Penanggulangan Banjir dengan Perbaikan Alur Sungai Kali Lamong di Kabupaten Gresik. Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil. 1 (2): 1 – 13.
Google Earth. 2017. https://www.google.com/earth/ (online) diakses pada 15
Maret 2017. Hamdi, A.S., dan Bahruddin E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan. Deepublish. Yogyakarta. 5 hlm. Hermanto, W. 2014. Struktur Komunitas Ikan di Perairan Danau Limboto Desa
Pentadio Barat Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. KIM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 2 (1): 1 – 11.
Hyder, M. 1969. Histological Studies on the Testis of Tilapia leucosticta and Other
Species of the Genus Tilapia (Pisces: Teleostei). Transaction of the American Microscopical Society. 88 (2): 211 – 231.
Khaironizam M. Z. dan Y. N. Rashid. 2000. Distribution of Mudskipper (Gobiidae:
Oxudercinae) in the Sengalor Coast. University of Malaysia. 105-116. Kordi, K. M. G. H. dan Tamsil, A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara
Buatan. Andi Offset. Yogyakarta. 43 hlm. Lawson, E. O. 2010. Maturation and Histological Characteristic of Ovaries in
Mudskipper, Periopthalmus papilio from Lagos Lagoon, Nigeria. Journal of American Science. 6 (11). 965 – 976.
Lee, J. A. Jong, W. K. dan Sung, Y. O. 2012. Effect of Low Dissolved Oxygen on
the Oxygen Consumption Rate and Rhythm of the Mudskipper Scartelaos gigas (Pisces, Gobiidae). Fish Sci. 78. 1013 – 1022.
Leino, R. L., Jensen, K. M., Ankley, G. T. 2005. Gonadal Histology and
Characteristic Histopathology Associated with Endocrine Disruption in the Adult Fathead Minnow (Pimephales promelas). Environmental Toxicology and Pharmacology. 19: 85–98.
Lestari, C. 2013. Induksi Maturasi Ikan Sidat (Anguilla bicolor) dengan
Menggunakan Premiks Hormon. Skripsi. IPB: Bogor. Mahadevan, G., Ravi, V., dan Bharathi, R. 2016. Molecular Taxonomy of
Pseudapocryptes (Bleeker, 1874) Mudskipper from Sundarban Mangroves, India. Mitochondrial DNA. 1 – 3.
Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.
Jakarta. 34 hlm. Minh, T. H., Wenresti, G. G., dan Nguyen, T. P. 2010. Fishery and Aquaculture of
Juvenile Mudskipper Pseudapocryptes elongatus (Cuvier, 1816) in the Coastal Zone of Mekong Delta, Vietnam. Asian Fisheries Science. 23: 224 – 239.
45
Mujimin. 2005. Teknik Pembuatan Preparat Histologi Gonad. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur. 4 (2): 13 – 17.
Pandey dan Shukla. 2007. Fish and Fisheries. Rastogi Publication. India. 181 hlm. Park, S.A. 2003. Encyclopedia: Mudskipper. (online)
http://www.statemaster.com/encyclopedia/Mudskippers diakses pada 27 November 2016.
Priyadhisani, S. Manoharan, J., Varadharajan, D., Subramaniyan, A. 2013.
Reproductive Biology and Histological Study of Red Lionfish Pterois volitans from Cuddalore, South Easth Coast of India. J. Aquac. Res. Development. 4 (6): 1 – 9.
Shiddieqy, H. A. 2016. Kajian Morfologi dan Anatomi Organ Seks Ikan Janjan
(Pseudapocryptes elongatus) di Muara Sungai Lamong Desa Manyar Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang.
Shiota, T., A. Ishimatsu., dan K. Soyano. 2003. Effects of Temperature on Gonadal
Development of Mudskipper (Periophthalmus modestus). Fish Physiology and Biochemistry. 28: 445-446.
Sjafei, D. S., Rahardjo, M. F., Affandi, R., Brojo, M., dan Sulistiono. 1992. Fisiologi
Ikan II: Reproduksi Ikan. IPB. Bogor. Sulistiono, Tri, H. K., Etty, R., dan Seiichi, W. 2001. Kematangan Gonad Beberapa
Jenis Ikan Buntal (Tetraodon lunaris, T. Fluviatilis, T. reticularis) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1 (2): 25 – 30.
Sulistiono, Endah P., Kurniawati H., Ekosafitri, Ridwan A. dan Djadja S. S. 2006.
Kematangan Gonad dan Kebiasaan Makanan Ikan Janjan Bersisik (Parapocryptes sp) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 13 (2): 97-105.
Suryati, N. K., Safran, M., Syarifa, N. 2014. Biologi Reproduksi Ikan Sumpit
(Toxotes microlepis Gunter 1860) di Perairan Sungai Musi Sumatera Selatan. Bawal. 6 (3): 119 – 126.
Tresnati, J. 2011. Kajian Reproduksi Ikan Bete (Leiognathus equulus, Forsskal
1775) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Udo, M. T., Nsikak, O. A., Idopiseabasi, E. A. 2016. Aspect of the Reproductive
Biology in Mudskipper Periophthalmus barbarus (Gobiidae) (Linneaus 1766) in Mangrove Swamps of Iko Estuary, Southeast, Nigeria. Continental J. Biological Sciences. 9 (1): 1 – 14.
Yustina dan Arnentis. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldii
Bleeker) di Sungai Rangau – Riau, Sumatra, Jurnal Matematika dan Sains. 7 (1): 5 – 14.
46
Zaenudin, A. 2013. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan di Daerah Hulu dan Tengah Sungai Gajahwong Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Zorica, B., Sinovcic, G., Kec, Vc. 2011. The Reproductive Cycle, Size at Maturity
and Fecundity of Garfish (Belone belone, L. 1761) in the Eastern Adriatic Sea. Helgol Mar Res. 65: 435 – 444.
Top Related