KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI,
KECAMATAN WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA,
NUSA TENGGARA TIMUR
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister
Disusun oleh:
Christiana Monica Vianny Abong Elannor
NIM: 181442007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI,
KECAMATAN WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA,
NUSA TENGGARA TIMUR
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister
Disusun oleh:
Christiana Monica Vianny Abong Elannor
NIM: 181442007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Allah Bapa yang Maha Kuasa
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapa dan Mama
Kakak dan Adik-adik
Keluarga Besar
Kesayangan, Sahabat, dan Teman-teman
Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN MOTTO
“Serahkanlah Perbuatanmu Kepada Tuhan, maka
Terlaksanalah Segala Rencanamu.”
(Amsal 16:3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Elannor, Christiana Monica Vianny Abong. (181442007). 2020. Kajian
Etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni, Kecamatan Wulandoni,
Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Tesis. Program Studi
Pendidikan Matematika Program Magister. Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Matematika adalah ilmu mendasar yang penting dalam kehidupan
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari ternyata hampir semua
masyarakat selalu menggunakan ilmu matematika, tidak hanya di sekolah tetapi
semua lapisan masyarakat menerapkan ilmu-ilmu matematika, baik itu buruh
bangunan, pedagang maupun pembeli di pasar sekalipun menerapkan yang
namanya ilmu matematika. Temasuk pada kegiatan Pasar Barter di Kecamatan
Wulandoni, Kabupaten Lembata, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini menggali etnomatematika dari pasar barter tersebut. Tujuan dari
penelitian ini untuk 1) mengetahui makna filosofis Pasar Barter Wulandoni bagi
masyarakat atau kehidupan masyarakat, 2) mengetahui aktivitas-aktivitas
fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni, 3) mengetahui aspek-
aspek matematis yang ada sehubungan dengan Pasar Barter Wulandoni, 4)
mengembangkan Pasar Barter Wulandoni ke depannya, serta 5)
mengimplementasikan hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter
Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika di
sekolah. Subjek pada penelitian ini terdiri dari empat orang narasumber yang
mengetahui dan terjun langsung pada Pasar Barter Wulandoni. Objek dalam
penelitian ini adalah kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Kecamatan
Wulandoni, yaitu Pasar Barter Kecamatan Wulandoni dan perangkat pembelajaran
matematika berbasis etnomatematika pada budaya Pasar Barter Wulandoni.
Penelitian ini terdiri dari dari dua penelitian. Penelitian pertama adalah
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali etnomatematika yang terdapat
pada budaya Pasar Barter Wulandoni. Selanjutnya, penelitian kedua adalah
penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan hasil
etnomatematika yang telah ditemukan kedalam suatu perangkat pembelajaran
matematika dengan menggunakan Model Pengembangan Plomp. Data diperoleh
dari hasil wawancara terhadap keempat narasumber. Instrumen bantu yang
digunakan adalah pedoman wawancara dan perangkat pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya aspek matematis yang
terdapat pada budaya Pasar Barter Wulandoni. Kemudian dari aspek-aspek
matematis yang telah diperoleh dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran
matematika berbasis budaya Pasar Barter Wulandoni.
Kata Kunci: Etnomatematika, Pasar Barter Wulandoni, Paket
Pembelajaran, Pengukuran Berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Elannor, Christiana Monica Vianny Abong. (181442007). 2020. An
Ethnomathematical Review on the Barter Market in the District of Wulandoni,
the Regency of Lembata, East Nusa Tenggara. A Graduate Thesis. The
Graduate Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and
Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata
Dharma University.
Mathematics is an important fundamental science within the life of the
mankind. In the context of the daily life, almost all people are unaware that they
always apply the principles of Mathematics as a science. This situation does not
only take place among the students in the school but also among the labors in the
construction site and even the buyers and the sellers in the market. Almost all
people from any layer in the society has implemented the principles of
Mathematics. This situation is also apparent in the District of Wulandoni Barter
Market, the Regency of Lembata, Flores, the Province of East Nusa Tenggara.
With reference to the statement, the nature of the study is an ethnomathematical
research. Thus, the study aims at: (1) identifying the philosophical meaning of the
District of Wulandoni Barter Market for the society or the societal life; (2)
identifying the existing mathematical aspects in relation to the District of
Wulandoni Barter Market; (3) identifying the fundamental activities that have
been found in the District of Wulandoni Barter Market; (4) developing the District
of Wulandoni Barter Market in the future; and (5) implementing the results of the
ethnomathematical review into the District of Wulandoni Barter Market as part of
the mathematical problems for the learning process in the school. Then, the
subjects in the study consisted of four participants who had been familiar and
directly involved in the District of Wulandoni Barter Market whereas the object of
the study was the culture that had been found in the District of Wulandoni Barter
Market society namely: (1) the District of Wulandoni Barter Market; and (2) the
ethnomathematics-based learning set from the culturel of the District of
Wulandoni Barter Market.
The study itself consists of two cycle. The first cycle is the qualitative study
which aims at identifying the ethnomathematical aspects that have been found in
the District of Wulandoni Barter Market. Then, the second cycle is the
developmental study which aims at developing the results of the
ethnomathematical reviews that have been found into a learning set by using the
Plomp Development Model. Within the study, the data were gathered from the
four resources by using the interview guidelines and the learning sets as the
supporting tool.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
The results of the study show that there are many mathematical aspects
that have been found in the culture of the District of Wulandoni Barter Market.
Departing from the aspects that have been found, the District of Wulandoni
Barter Market culture-based learning sets have been developed.
Keyword : Ethnomathematics, District of Wulandoni Barter Market, Learning
Package, Weight Measurement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . viii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
E. Penjelasan Istilah ...................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Masyarakat Kecamatan Wulandoni ......................................................... 13
B. Kebudayaan .............................................................................................. 15
C. Kebudayaan Masyarakat Kecamatn Wulandoni ...................................... 19
D. Etnomatematika ........................................................................................ 20
E. Aktivitas Fundamental Matematis ........................................................... 28
F. Barter ........................................................................................................ 33
G. Sejarah Pasar Barter Wulandoni .............................................................. 35
H. Makna Filosofis ........................................................................................ 39
I. Tahapan Proses Pengembangan Produk .................................................. 40
J. Paket Pembelajaran .................................................................................. 44
K. Model Pengembangan Plomp .................................................................. 47
L. Kerangka Berpikir .................................................................................... 50
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 52
B. Setting Penelitian .................................................................................... 53
C. Bentuk Data ............................................................................................. 55
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 55
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 56
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
G. Pengujian Keabsahan Data ...................................................................... 61
H. Tahapan Proses Pengembangan Produk ................................................. 65
I. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...................................... 67
J. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 69
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 71
B. Kredibilitas Data Penelitian .................................................................... 72
C. Analisis Data Penelitian ........................................................................... 73
D. Pasar Barter Di Tengah Pandemi Covid19 ............................................ 101
E. Rangkuman Hasil Penelitian .................................................................. 104
F. Aspek-Aspek Matematis Yang Memiliki Hubungan Dengan Pasar Barter
Wulandoni .............................................................................................. 117
G. Pengembangan Pasar Barter Wulandoni Ke Depannya ......................... 125
H. Implementasi Hasil Kajian Etnomatematika Terhadap Pasar Barter
Wulandoni Sebagai Masalah Matematika Dalam Pembelajaran
Matematika Di Sekolah .......................................................................... 136
I. Hasil Validasi Paket Pembelajaran Oleh Para Ahli ............................... 140
J. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 141
K. Refleksi .................................................................................................. 142
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 147
B. Saran ....................................................................................................... 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 154
LAMPIRAN ......................................................................................................... 159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ........................................................................... 57
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ................................................................................... 70
Tabel 4.1 Hasil Wawancara tentang Makna Filosofis .......................................... 73
Tabel 4.2 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Counting ................ 78
Tabel 4.3 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Locating ................. 81
Tabel 4.4 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Measuring .............. 84
Tabel 4.5 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Designing .............. 88
Tabel 4.6 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Playing ................... 90
Tabel 4.7 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Explaining ............. 91
Tabel 4.8 Hasil Wawancara tentang Pengembangan Pasar Barter ....................... 98
Tabel 4.9 Aspek Matematis ................................................................................. 119
Tabel 4.10 Aspek Matematis ............................................................................... 134
Tabel 4.11 Hasil Validasi RPP ............................................................................ 137
Tabel 4.12 Hasil Validasi LKK ........................................................................... 138
Tabel 4.13 Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Para Ahli ........................... 138
Tabel 5.1 Aspek Matematis ................................................................................. 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pulau Lembata ................................................................................... 13
Gambar 2.2 Kecamatan Wulandoni ...................................................................... 14
Gambar 2.3 Pasar Barter Wulandoni .................................................................... 35
Gambar 4.1 Tempat yang Digunakan dalam Proses Barter Hanya Menggunakan
Karung ........................................................................................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Pedoman Wawancara ......... 160
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ...................................................................... 169
Lampiran 3 Transkrip Wawancara ...................................................................... 171
Lampiran 4 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Perangkat Pembalajaran ...... 203
Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran .................................................................. 218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah sejak zaman dahulu kita tidak akan pernah terlepas dari pusat
kegiatan komersial yang disebut dengan pasar. Pada mulanya istilah pasar
dikaitkan dengan pengertian tempat pembeli dan penjual bersama-sama
melakukan pertukaran. Kemudian istilah pasar ini dikaitkan dengan
pengertian ekonomi yaitu pertemuan antara pembeli dan penjual. Pengertian
ini berkembang menjadi pertemuan atau hubungan antara permintaan dan
penawaran. Secara teoritis dalam ekonomi, pasar menggambarkan semua
pembeli dan penjual yang terlibat dalam transaksi aktual atau potensial
terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.
Terbentuknya pasar dapat ditinjau dari sudut kebutuhan manusia
yang harus dipenuhi, untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Kebutuhan
manusia timbul dengan sendirinya, makin lama semakin berkembang sesuai
dengan makin berkembangnya alam pikiran manusia itu sendiri. Dengan kata
lain kebutuhan bukan sesuatu sengaja diciptakan, baik oleh orang itu sendiri
maupun oleh orang lain. Dengan makin bertambahnya kebutuhan manusia
maka makin bervariasi pula barang dan jasa yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut. Bahkan satu kebutuhan secara utuh, baru
dapat terpuaskan oleh beberapa jenis barang atau jasa secara bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Salah satu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah
pasar. Dalam pemenuhan setiap kebutuhan manusia, keberadaan pasar
merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena dengan adanya pasar,
segala bentuk kegiatan yang berhubungan antara penjual dengan pembeli bisa
berjalan lebih efektif. Sejak dahulu kala hanya dikenal satu bentuk pasar
yakni pasar tradisonal. Tetapi sekarang akan ditemukan berbagai pasar
modern, seperti mini market, super market, alfamart, indomaret, dan lain-lain
yang sudah menjadi pilihan belanja di zaman modern ini khususnya bagi
masyarakat perkotaan (Hutabarat, 2009).
Sejarah pasar di awali pada zaman pra sejarah, di mana dalam
memenuhi kebutuhannya manusia melakukan barter. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) barter merupakan perdagangan dengan saling
bertukar barang. Sehingga barter dapat dikatakan suatu sistem yang
diterapkan antara dua individu dengan cara menukar barang yang satu dengan
barang yang lainnya. Sistem barter ini akhirnya berkembang secara luas dan
digunakan oleh masyarakat. Barter terjadi karena pada kenyataannya apa
yang diproduksi manusia sendiri tidak akan cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Sehingga untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat
diproduksi sendiri, haruslah mencari dari orang lain yang mau menukarkan
barangnya dengan barang yang dimiliki. Sehingga prinsip komplementer
tercapai dalam proses barter tersebut.
Pada era sekarang barter sudah jarang dijumpai karena adanya alat
tukar yang disebut dengan uang, baik itu uang secara tunai maupun non tunai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Orang lebih suka menggunakan uang sebagai alat untuk membeli kebutuhan.
Hal itu mungkin dikarenakan era sekarang orang-orang sudah tidak memiliki
barang yang bisa ditukarkan untuk mendapatkan kebutuhannya dari orang
lain. Orang zaman sekarang jarang untuk memproduksi barang sendiri karena
waktu yang ada digunakan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang yang
dapat digunakan untuk membeli kebutuhan. Namun, sampai sekarang
ternyata masih ada masyarakat yang menggunakan sistem barter dalam
kehidupan sehari-hari. Jika kita berbicara dunia, sistem barter masih dipakai
oleh nelayan di Venezuela yang menukar ikan tangkapannya dengan
kebutuhan obat-obatan, karena hiperinflasi di negaranya yang terjadi selama
beberapa tahun, sehingga membuat mata uang mereka tak berharga.
Hiperinflasi sendiri adalah inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika harga-
harga naik begitu cepat dan nilai uang menurun drastis (secara formal,
hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan). Ada
juga jaringan sistem barter di Yunani yang muncul pada saat negara itu
berada di tengah-tengah krisis finansial sekitar tahun 2011. Bagaimanapun,
bukan hanya perorangan yang melakukan barter, tetapi juga perusahaan-
perusahaan. Seperti produsen pesawat Indonesia, Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN) yang menukarkan dua pesawatnya dengan 110.000 ton
beras ketan dari Thailand pada tahun 1996. Di Venezuela, tidak hanya barang
saja yang dibarter, tenaga kerja juga. Negara itu mengirim minyak sebanyak
50.000 barel setiap hari ke Kuba. Sebagai gantinya, Kuba mengirimkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dokter ahli, guru dan penasehat keuangan untuk bekerja di Venezuela.
(Niaga.Asia Media Ekonnomi dan Bisnis: 2019).
Di Indonesia juga banyak tempat masih menggunakan sistem barter.
Contoh yang mungkin paling diketahui publik yaitu Pasar Terapung Lok
Baintan yang berada di Kalimantan Selatan. Sistem barter terjadi saat seorang
pedagang membutuhkan suatu barang dan pedagang lain juga membutuhkan
barang tertentu. Nilai barang yang dibarter antarpedagang sama atau dianggap
sama. Ada juga sistem barter yang berlokasi di Desa Cikanyere, Kecamatan
Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat. Desa ini tergolong jauh dari perkotaan,
makanya sejumlah warga masih menerapkan sistem barter dalam
melangsungkan perekonomiannya. Tidak sedikit diantara warga yang saling
bertukar hasil bumi seperti pertanian hingga aneka jenis sembako. (Kaskus:
2017).
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri juga terdapat sistem barter,
yaitu Pasar Warloka yang tepatnya terdapat di Kabupaten Manggarai Barat,
Flores, serta Kabupaten Alor juga masih memiliki tradisi sistem barter dalam
aktivitas perdagangan antara warga perbatasan Alor dan Dili. Mereka
biasanya menggunakan perahu-perahu motor. Meski melintasi wilayah
berbeda, warga tak perlu menyertakan paspor sebagai identitas masuk ke
negara lain. (Kaskus: 2017).
Selain Pasar Warloka dan Kabupaten Alor dan Dili. Salah satu
masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih menggunakan
sistem barter adalah masyarakat Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka sendiri juga memiliki pasar yang
khusus untuk kegiatan berbarter yang sudah berusia ratusan tahun lamanya.
Pasar barter ini dinamakan Pasar Barter Wulandoni. Sebelum adanya pasar
ini, masyarakat di kecamatan itu memang memenuhi kebutuhannya dengan
berbarter. Karena zaman dahulu belum ada alat tukar uang dan walaupun alat
tukar uang sudah ada atau legal di Indonesia saat itu, masyarakat Wulandoni
masih kesulitan mendapatkannya karena letak kecamatan yang berada di
daerah terpencil dan sulit dijangkau. Akses ke sana dari ibukota kabupaten
(Lewoleba) waktu dahulu kala hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.
Perjalanan ditempuh cukup jauh dan lama karena jarak dari Lewoleba ke
Kecamatan Wulandoni yang kira-kira berjarak 50 km. Jarak yang cukup jauh
itu membuat masyarakat jarang untuk melakukan transaksi jual beli
menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari situ
munculah Pasar Barter Wulandoni sebagai penghubung antara semua
masyarakat Kecamatan Wulandoni agar mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehingga pasar barter ini sangat penting bagi kehidupan
masyarakat karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
memenuhi kebutuhan makan mereka tetapi hanya dengan berbarter dari hasil
yang mereka sendiri hasilkan.
Pasar Barter Wulandoni merupakan salah satu budaya yang terdapat
di wilayah Kecamatan Wulandoni, selain budaya penangkapan ikan paus di
daerah Lamalera. Pasar ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu dan
masyarakat tetap menjaga warisan dari leluhur itu. Dalam keseharian barter di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pasar Barter Wulandoni secara tersurat tidak dikatakan bahwa pasar barter ini
menggunakan konsep matematika didalamnya. Tetapi Fathani (2009)
mengatakan bahwa “matematika itu penting, baik sebagai alat bantu berbagai
ilmu, sebagai pembentuk sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir.
Sehingga dari teori ini disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu
pelajaran yang hakikatnya selalu terhubung dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga dalam proses berbarter pun pastilah menggunakan matematika
didalamnya.
Menurut Bishop (1994), matematika merupakan suatu bentuk
budaya. Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi
pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada. Dengan
demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena
yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan.
Sehingga teori ini juga menguatkan bahwa pada Pasar Barter Wulandoni
diterapkan matematika yang dilatarbelakangi oleh budaya yang ada di pasar
tersebut dan dalam budaya Pasar Barter Wulandoni sendiri dapat dilihat
terdiri dari aktivitas-aktivitas yang memiliki makna filosofisnya tersendiri.
Selain itu, sebenarnya banyak sekali segi pendidikan dalam matematika yang
dapat diperoleh dari proses Pasar Barter Wulandoni ini. Jika berbicara dari
sisi pendidikan, walaupun Pasar Barter Wulandoni ini sudah ada dari zaman
nenek moyang, tetapi pembelajaran di sekolah sampai saat ini masih belum
mengadaptasi kagiatan-kegiatan pada pasar barter yang dapat dikaitkan
dengan materi pembelajaran yang ada, khususnya aspek-aspek matematis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan
suatu penelitian yang berjudul “Kajian Etnomatematika dalam Pasar Barter
Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur”. Yang
didalamnya termuat makna filosofis, aktvitas fundamental, aspek matematis,
pengembangan pasar, serta implementasi hasil kajian etnomatematika
terhadap Pasar Barter Kecamatan Wulandoni sebagai masalah matematika
dalam pembelajaran matematika di sekolah.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Barang yang kita butuhkan tidak dapat diproduksi sendiri.
2. Harus mencari orang lain yang mau menukarkan barangnya dengan
barang yang dimiliki.
3. Barter sudah jarang dijumpai pada zaman sekarang. Hal ini mungkin
dikarenakan era sekarang orang-orang sudah tidak memiliki barang yang
bisa ditukarkan untuk mendapatkan kebutuhannya dari orang lain.
Zaman sekarang juga sudah ada uang yang dapat mempermudah kita
dalam memenuhi kebutuhan kita dengan membeli.
4. Akses transportasi menuju Kecamatan Wulandoni masih susah.
5. Secara tersurat tidak terdapat matematika dalam Pasar Barter
Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
6. Pasar Barter Wulandoni terdiri dari aktivitas-aktivitas yang memiliki
makna filosofis.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apa makna filosofis (nilai-nilai mendasar yang terkandung) Pasar Barter
Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan masyarakat?
2. Aktivitas-aktivitas fundamental matematis apa saja yang terdapat dalam
pasar barter tersebut?
3. Aspek-aspek matematis apa saja yang memiliki hubungan dengan pasar
barter tersebut?
4. Bagaimana pengembangan pasar berter ke depannya?
5. Bagaimana implementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar
Barter Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran
matematika di sekolah?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna filosofis Pasar Barter Wulandoni bagi masyarakat atau
kehidupan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Makna filosofis disini berarti nilai-nilai apa yang terkandung di dalam
Pasar Barter Kecamatan Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan
masyarakat.
2. Mengetahui aktivitas-aktivitas fundamental matematis yang terdapat
dalam pasar barter tersebut.
Dalam etnomatematika, terdapat aktivitas “universal” yang dapat
dicirikan dalam aktivitas matematika. Aktivitas-aktivitas matematika
tersebut digolongkan atas enam bagian, yaitu: aktivitas membilang,
aktivitas mengukur, aktivitas membuat rancang bangun, aktivitas
menentukan lokasi, aktivitas bermain, dan aktivitas menjelaskan.
3. Mengetahui aspek-aspek matematis yang ada sehubungan dengan pasar
barter tersebut.
Aspek-aspek matematis yang sehubungan dengan pasar barter tersebut
adalah teori-teori yang ada dalam matematika yang secara tidak langsung
sebenarnya sudah digunakan masyarakat Kecamatan Wulandoni dalam
melakukan barter pada pasar barter tersebut.
4. Mengembangkan pasar barter ke depannya.
Pengembangan ini dimaksudkan agar pasar barter ini ke depannya bukan
hanya menjadi suatu warisan budaya bagi masyarakat Kecamatan
Wulandoni, tetapi bagi banyak orang, serta mungkin saja ke depannya
pasar barter ini dapat semakin maju dan berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5. Mengimplementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter
Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika
di sekolah.
Setelah mendapatkan aspek-aspek matematis yang terdapat dalam Pasar
Barter Wulandoni yang dijadikan sebagai masalah matematika,
selanjutnya dibuat perangkat pembelajaran matematika di sekolah yang
berguna bagi peserta didik.
E. PENJELASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami hasil penelitian ini,
maka perlu diberikan batasan istilah.
1. Etnomatematika
Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika
dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan
tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat.
2. Kebudayaan masyarakat Kecamatan Wulandoni
Kebudayaan masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah kebiasaan,
perilaku, dan cara berpikir masyarakat untuk menopang kehidupan sehari-
harinya.
3. Pasar
Pasar adalah tempat terjadinya pertemuan antara penjual dan pembeli.
4. Barter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa
perantaraan uang.
5. Pasar barter
Pasar barter adalah tempat terjadinya kegiatan transaksi tukar-menukar
barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
6. Aktivitas fundamental matematis
Aktivitas fundamental matematis merupakan suatu aktivitas mendasar
atau fundamental yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan aktivitas
counting (menghitung), locating (menentukan lokasi), measuring
(mengukur), designing (merancang), playing (bermain), serta explaining
(menjelaskan). Aktivitas fundamental matematis tersebut dimaksudkan
untuk memberikan deskripsi singkat mengenai proses matematis yang
terdapat di dalam suatu proses pengolahan suatu obyek yang akan diteliti.
7. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu proses, cara atau perbuatan mengembangkan.
Penelitian ini merupakan satu jenis penelitian yang tidak dimaksudkan
untuk menguji teori, tetapi untuk mengembangkan produk. Dalam
penelitian ini produk yang dikembangkan paket pembelajaran berbasis
etnomatematika.
8. Paket Pembelajaran
Paket pembelajaran merupakan suatu kumpulan dari perangkat- perangkat
pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengeksplorasi kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
F. MANFAAT PENELITIAN
Kegiatan penelitian hendaknya mempunyai manfaat tertentu sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai sehingga kegiatan penelitian ini bermanfaat bagi
peneliti serta pihak yang berkaitan dengan penelitian.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari pengembangan paket pembelajaran yang dibuat peneliti agar
dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin
mengambil kajian etnomatematika yang terdapat dalam budaya Pasar
Barter Wulandoni khususnya keilmuan dalam bidang pendidikan
matematika pada jenjang sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti
sebagai calon guru untuk menjelaskan sebuah masalah nyata yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
matematika kepada siswa.
b. Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk
menjelaskan sebuah masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan matematika kepada siswa.
c. Bagi Siswa
Dari penelitian ini, siswa diharapkan dapat memahami materi
matematika yang berkaitan dengan barter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MASYARAKAT KECAMATAN WULANDONI
Gambar 2.1 Pulau Lembata
Lembata adalah sebuah pulau kecil di ujung kepulauan Flores yang
dulunya disebut sebagai Pulau Lomblen. Pulau Lembata sebelumnya
termasuk dalam daftar pulau di Kabupaten Flores Timur, tetapi pada tahun
1998 Pulau Lembata menjadi kabupaten sendiri, yaitu Kabupaten Lembata.
Kabupaten Lembata terdiri dari sembilan kecamatan. Diantaranya Kecamatan
Nubatukan, Kecamatan Lebatukan, Kecamatan Atadei, Kecamatan Ile Ape,
Kecamatan Ile Ape Timur, Kecamatan Nagawutun, Kacamatan Buyasuri,
Kecamatan Omesuri, dan Kecamatan Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 2.2 Kecamatan Wulandoni
Kecamatan Wulandoni terletak pada selatan Pulau Lembata dan Desa
Wulandoni sebagai ibu kota kecamatan. Desa ini merupakan satu dari 11 desa
dan kelurahan yang berada di Kecamatan Wulandoni. Kecamatan Wulandoni
berada di pantai selatan Pulau/Kabupaten Lembata. Pada Kecamatan
Wulandoni ini memiliki jumlah penduduknya yang sebagian besar bersuku
daerah Flores. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Wulandoni sebagian
besar adalah nelayan dan petani. Dimana yang menjadi nelayan adalah orang-
orang yang bermukim di daerah pesisir pantai dan yang menjadi petani adalah
orang-orang yang bermukim di daerah perbukitan/pegunungan.
Masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah masyarakat yang
menempati dan mendiami wilayah Kecamatan Wulandoni, di mana dalam
aktivitas sehari-harinya sangat erat kaitannya dengan berbagai budaya yang
ada disekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
B. KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat (1980) kata kebudayaan berasal dari Bahasa
Sansekerta, yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari
budi daya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang
berarti daya dari budi yang merupakan cipta, karsa dan rasa, dengan
kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Selanjutnya
kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan dari hasil budi dan karya atau
dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai
pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dengan kata
lain “kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh
manusia karena gagasan, pemikiran, tindakan, maupun karyanya”.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Menurut J.J.Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu
gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya
yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan,
dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
3. Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan
(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan memiliki beberapa elemen atau
komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
1. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-
temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.
3. Lembaga Sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran banyak dalam
konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem
sosial yang terbentuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan konsep
yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di Indonesia pada
kota, dan desa di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tinggi apalagi bekerja pada suatu instansi atau perusahaan. Tetapi di
kota–kota besar hal tersebut terbalik, wajar jika seorang wanita memiliki
karier.
4. Sistem Kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun sistem
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu akan mempengaruhi sistem
penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem kepercayaan ini akan
mempengaruhi kebiasaan, pandangan hidup, cara makan, sampai dengan
cara berkomunikasi.
5. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat,
drama, dan tari–tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat.
Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri.
Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran agar pesan yang
akan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di
beberapa wilayah, dan bersifat kedaerahan, setiap akan membangun
bangunan jenis apa saja harus meletakkan janur kuning, dan buah-buahan
sebagai simbol, dimana simbol tersebut memiliki arti berbeda di setiap
daerah. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang, mungkin, terlihat
masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk
setiap wilayah, bagian, dan negara memiliki perbedaan yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kompleks. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen
komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan
kompleks yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut.
Jadi keunikan, dan kekompleksan bahasa ini harus dipelajari, dan
dipahami agar komunikasi lebih baik serta efektif dengan memperoleh
nilai empati dan simpati dari orang lain.
C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN WULANDONI
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan merupakan suatu tingkat
pengetahuan yang berupa gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga terciptalah kebiasaan atau tindakan yang dilakukan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui definisi sebelumnya, maka
masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah masyarakat atau sekelompok
individu yang mendiami wilayah Kecamatan Wulandoni, Kabupaten
Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana dalam aktivitas sehari-
harinya sangat erat kaitannya dengan berbagai budaya yang ada disekitar.
Berdasarkan pengertian dari kebudayaan dan masyarakat
Kecamatan Wulandoni, maka kebudayaan masyarakat di Kecamatan
Wulandoni merupakan kebiasaan, perilaku, dan cara berpikir yang terdapat
pada masyarakat Kecamatan Wulandoni yang dilakukan untuk menopang
kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
D. ETNOMATEMATIKA
Etnomatematika diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang
matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut
D'Ambrosio adalah: secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai
sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,
termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar
“mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan
melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi,
menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics“ berasal dari techne, dan
bermakna sama seperti teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika
diartikan sebagai: matematika yang dipraktekkan diantara kelompok
budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh,
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional
(D’Ambrosio,1985). Dari definisi tersebut etnomatematika dapat diartikan
sebagai pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan hasil kebudayaan
yang ada di masyarakat, baik berupa artefak maupun kebiasaan adat
istiadat. Salah satu contoh pembelajaran berbasis etnotematika adalah
pembelajaran bangun ruang di Candi Prambanan.
D’Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya
etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda
dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan
matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor
masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
bermain, dan lainnya). Dengan demikian, sebagai hasil dari sejarah budaya
matematika dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda dan berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Etnomatematika
menggunakan konsep matematika secra luas yang terkait dengan berbagai
aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi,
dan lain sebagainya.
Menurut Suwarsono (2015), beberapa ide yang dikaji dalam
etnomatematika yaitu:
1. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok-
kelompok bangsa, suku ataupun kelompok masyarakat.
2. Perbedaan atau kesamaan dalam hal-hal yang bersifat matematis
antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang perbedaan atau
kesamaan tersebut.
3. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu kelompok
atau beberapa kelompok masyarakat tertentu, misalnya cara
berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan sebagainya, yang ada
kaitannya dengan matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada kaitannya
dengan matematika, misalnya:
a. Literasi keuangan(financial literacy) dan kesadaran ekonomi
(economic awareness)
b. Keadilan sosial (social justice)
c. Kesadaran budaya (cultural awareness)
d. Demokrasi (democracy) dan kesadaran politik (political
awareness)
e. Hukum (law) yang berlaku di suatu daerah atau negara, dan
kaitannya dengan matematika
Suwarsono (2015) juga mengemukakan tujuan dari kajian etnomatematika
antara lain sebagai berikut:
1. Agar keterkaitan antara matematika dan budaya bisa lebih
dipahami, sehingga persepsi siswa dan masyarakat tentang
matematika menjadi lebih tepat, dan pembelajaran matematika bisa
lebih disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan masyarakat,
dan matematika bisa lebih mudah dipahami karena tidak lagi
dipersepsikan sebagai sesuatu yang asing oleh siswa dan
masyarakat.
2. Agar aplikasi dan manfaat matematika bagi kehidupan siswa dan
masyarakat luas lebih dapat dioptimalkan, sehingga siswa dan
masyarakat memperoleh manfaat yang optimal dari kegiatan
belajar matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Menurut Marsigit (2016:6-8) peran etnomatematika dalam
pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika selaras dengan
hakikat matematika sekolah.
Ebbutt dan Staker (1995) mendefinisikan metematika sekolah
sebagai suatu kegiatan penelusuran pola dan hubungan, intuisi dan
investigasi, komunikasi dan pemecahan masalah
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan
memberi implikasi siswa:
1) memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan
penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan
hubungan matematika,
2) memperoleh kesempatan untuk melakukan percobaan
matematika dengan berbagai cara,
3) memperoleh kesempatan untuk menemukan adanya
urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan dalam
matematika,
4) memperoleh kesempatan unuk menarik kesimpulan
umum (membuktikan rumus),
5) memahami dan menemukan hubungan antara pengertian
matematika satu dengan yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi
Pembelajaran metematika berbasis etnomatematika akan
memberi implikasi bagi siswa:
1) mempunyai inisiatif untuk mencari penyelesaian
persoalan matematika,
2) mempunyai rasa ingin tahu, keinginan bertanya,
kemampuan menyanggah dan kemampuan
memperkirakan,
3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal
bermanfaat,
4) berusaha menemukan struktur dan desain matematika,
5) menghargai penemuan siswa yang lainnya,
6) mencoba berpikir refleksif, yaitu mencari manfaat
matematika,
7) tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam
menyelesaikan matematika.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem
solving).
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempunyai
sifat-sifat:
1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang
merangsang timbulnya persoalan matematika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) memberikan kesempatan kepada siswa memecahkan
persoalan matematika menggunakan caranya sendiri dan
juga bersama-sama,
3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan
matematika,
4) memberi kesempatam kepada siswa untuk melakukan
kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis dan
membuat catatan,
5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk
memcahkan persoalan matematika,
6) memberikan kesempatan menggunakan berbagai alat
peraga matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris,
busur derajat, dan sebagainya.
d. Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi
implikasi siswa:
1) berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika,
2) berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika
sendiri,
3) mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari
matematika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika
dengan teman lain,
5) mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika,
6) menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.
2. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika selaras dengan
hakikat siswa belajar matematika.
Ebbut dan Straker (1995) memberikan pandangannya bahwa agar
potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, maka asumsi
dan implikasi berikut dapat dijadikan sebagai referensi:
a. Murid akan belajar jika mendapat motivasi.
Pembelajaran metematika berbasis etnomatematika memberi
manfaat:
1) menyediakan kegiatan yang menyenangkan,
2) memperhatikan keinginan mereka,
3) membangun pengertian melalui apa yang mereka ketahui,
4) menciptakan suasana kelas yang mendukung dan
merangsang belajar
5) memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran,
6) memberikan kegiatan yang menantang,
7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan
keberhasilan,
8) menghargai setiap pencapaian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Cara belajar siswa bersifat unik
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi
kesempatan kepada guru untuk:
1) berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangan para
siswanya,
2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa,
3) membangun pengetahuan dan keterampilan siswa baik
yang dia peroleh di sekolah maupun di rumah,
4) merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa
(assessment).
c. Siswa belajar matematika melalui kerja sama.
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1) belajar dalam kelompok dapat melatih kerja sama,
2) belajar secara klasikal memberikan kesempatan untuk
saling bertukar gagasan,
3) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatannya secara mandiri,
4) melibatkan siswa dalam pengembilan keputusan tentang
kegiatan yang akan dilakukannya.
d. Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda
dalam belajarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika
memberikan sifat:
1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga,
2) belajar matematika di berbagai tempat dan kesempatan,
3) menggunakan matematika umtuk berbagai keperluan,
4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai
alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun
rumah,
5) menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam
pengembangan matematika,
6) membantu siswa merefleksikan kegiatan matematikanya.
E. AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS
Bishop (1988) mengidentifikasi enam kegiatan “universal” yang
dapat dicirikan sebagai kegiatan matematika. Selain itu, Bishop juga
menentukan untuk setiap kegiatan beberapa “konsep pengorganisasian”
yang harus memberikan “kerangka pengetahuan” untuk kurikulum
matematika. Keenam kegiatan dan “konsep pengorganisasian” yang
diidentifikasi oleh Bishop adalah sebagai berikut :
1. Counting (Mengasosiasi objek kedalam bilangan)
Aktivitas counting pada awal mulanya berkembang
dikarenakan adanya kebutuhan dari masyarakat untuk membuat
suatu catatan yang didasarkan pada harta dan benda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dimilikinya. Oleh karena itu, aktivitas ini awalnya untuk
membantu masyarakat dalam merepresentasikan suatu objek yang
dimilikinya dengan objek lain yang memiliki nilai yang sama.
Dalam aktivitas counting terdapat beberapa hal yang ada, yaitu
kuantifikasi/kuantor, nama-nama bilangan, penggunaan jari dan
bagian tubuh untuk menghitung, bilangan, nilai tempat, basis 10,
operasi bilangan, akurasi, pendekatan, kesalahan dalam
membilang, desimal, positif, negatif, besar tidak terhingga, kecil
tidak terhingga, limit, pola bilangan, pangkat, diagram panah,
representasi aljabar, probabilitas, representasi frekuensi.
Aktivitas mengukur berkaitan dengan pertanyaan “berapa”.
Pada etnomatematika akan sangat sering ditemui alat ukur
tradisional seperti potongan bambu dan ranting pohon.
Namun, umumnya masyarakat tradisional menggunakan
tangannya sebagai alat ukur paling praktis dan efektif.
2. Locating (Topografi dan kartografi/spasial)
Aktivitas locating awalnya untuk membantu masyarakat
dalam menentukan lokasi berburu yang cocok, menentukan arah
dengan menggunakan kompas pada saat melakukan perjalanan,
serta dengan menentukan lokasi yang didasarkan pada objek benda
langit. Dalam aktivitas locating terdapat beberapa hal, yaitu
preposisi (misalnya letaknya di luar atau di dalam) dalam hal ini
bisa dalam bentuk titik maksimum, titik minimum, deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
rute/lintasan, lokasi lingkungan, arah mata angin, atas/bawah,
depan/belakang, jarak, garis lurus/garis lengkung, sudut sebagai
penanda perputaran, sistem lokasi, koordinat kutub, koordinat
2D/3D, pemetaan, lintang/bujur, tempat kedudukan (lokus),
penghubungan, lingkaran, elips, spiral.
Banyak konsep dasar geometri yang diawali dengan
menentukan lokasi yang digunakan untuk rute perjalanan,
menentukan arah tujuan atau jalan pulang dengan tepat dan cepat.
Penentuan lokasi berfungsi untuk menentukan titik daerah tertentu.
Umumnya masyarakat tradisional menggunakan batas alam
sebagai batas lahan, penggunaan tanaman tahunan masih sering
digunakan sebagai batas lahan.
3. Measuring (Membandingkan, memprediksikan, dan perhitungan
kualitas)
Aktivitas measuring pada awalnya untuk membandingkan
suatu objek dengan objek lainnya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menentukan suatu berat, volume, kecepatan, waktu, serta
hal-hal lainnya. Dalam aktivitas measuring terdapat beberapa hal,
yaitu pembanding kuantitas (misalnya lebih cepat atau lebih
kurus/lebih tipis), mengurutkan, kualitas, pengembangan dari
satuan, keakuratan satuan, estimasi, waktu, volume, area,
temperatur, berat, satuan konvensional, satuan standar, sistem
satuan, uang, satuan majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Designing (Pengonsepan artefak/ide – ide tentang bentuk)
Aktivitas ini pada awalnya untuk melihat bentuk dari
keanekaragaman bentuk suatu objek yang berupa gedung atau untuk
melihat pola-pola yang berkembang dalam berbagai tempat yang
ada. Dalam aktivitas designing ada beberapa hal, yaitu rancangan,
abstraksi, bentuk (geometris), bentuk secara umum,
estetika/keindahan, objek yang dibandingkan berdasarkan
bentuknya yang besar maupun kecil, kesebangunan, kekongruenan,
sifat-sifat dari bangun, bentuk geometri yang umum, jaringan,
gambar dan benda, permukaan, pengubinan, simetri, proporsi,
perbandingan, pembesaran dengan skala, kekauan dari suatu benda.
Gagasan lain dari Etnomatematika yang bersifat universal
dan penting adalah kegiatan membuat rancang bangun yang telah
diterapkan oleh semua jenis budaya yang ada. Jika kegiatan
menentukan letak berhubungan dengan posisi dan orientasi
seseorang didalam lingkungan alam, maka kegiatan merancang
bangun berhubungan dengan semua benda-benda pabrik dan
perkakas yang dihasilkan budaya untuk keperluan rumah tinggal,
perdagangan, perhiasan, peperangan, permainan, dan tujuan
keagamaan.
5. Playing (Prosedur dan aturan)
Awalnya aktivitas ini untuk melihat suatu keanekaragaman
yang terdapat pada permainan anak-anak yang berupa aspek-aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
matematis seperti bentuk bangun datar, sehingga melalui proses
pengamatan tersebut maka anak-anak diajak untuk berpikir lebih
kritis mengenai objek-objek yang membangun permainan tersebut.
Dalam aktivitas playing ada beberapa hal, yaitu puzzle,
memodelkan, aktivitas yang didasarkan pada aturan, paradoks,
prosedur, permainan, permainan berkelompok, permainan secara
sendiri, strategi, pilihan, prediksi, penentuan hipotesis misalnya
peluang.
Aktivitas bermain yang dipelajari dalam etnomatematika
adalah kegiatan yang menyenangkan dengan alur yang
mempunyai pola tertentu serta mempunyai alat dan bahan yang
mempunyai keterkaitan dengan matematika.
6. Explaining (berkaitan dengan aspek kognitif dalam
konseptualisasi dan penjelasan tentang konsep tersebut)
Awalnya aktivitas ini untuk membantu masyarakat dalam
menganalisis pola grafik, diagram, maupun hal lainnya yang
memberikan suatu arahan untuk menuntun masyarakat dalam
mengolah suatu representasi yang diwujudkan oleh keadaan yang
ada. Dalam aktivitas explaining ada beberapa hal, yaitu kesamaan
dalam bentuk benda-benda, klasifikasi, klasifikasi yang
didasarkan pada hierarki, penjelasan cerita, kata-kata penghubung
dalam logika (misalnya dan, atau, serta yang lainnya),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
eksplanasi/penjelasan, penjelasan dengan simbol-simbol, diagram,
matriks, pemodelan matematika.
F. BARTER
1. Sejarah Barter
Sistem barter adalah salah satu bentuk awal perdagangan
manusia di muka bumi. Sistem ini memfasilitasi pertukaran barang
yang satu dengan barang yang lain. Sistem barter dipraktekkan karena
saat itu manusia belum menemukan uang.
Sejarah sistem barter dapat ditelusuri kembali hingga tahun
6000 SM. Sistem barter pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh
suku Mesopatania. Kemudian sistem barter diadopsi oleh orang
Fenesia yang menukarkan barang mereka dengan masyarakat kota
lain. Sebuah sistem yang lebih baik dari barter dikenalkan kepada
dunia oleh orang Babilonia. Berbagai barang telah digunakan untuk
standar atau patokan sistem barter. Misal tengkorak manusia, tetapi
barang yang paling popular dan sering digunakan adalah garam.
2. Pengertian Barter
Barter adalah kegiatan tukar menukar tanpa adanya perantara
uang atau alat bayar lainnya. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa
menghasilkan semua barang yang dibutuhkan. Maka dari itu manusia
melakukan sistem barter, untuk memperoleh barang yang mereka
butuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Barter juga bisa diartikan sebagai tukar menukar barang satu
dengan barang yang lain. Pada masa itu juga telah ditetapkan barang
yang selalu digunakan untuk barter. Kelemahan barter adalah sulitnya
dalam memcari orang yang saling membutuhkan barang dalam satu
waktu. Karena dianggap menyulitkan dan mempunyai banyak
kelemahan. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir dan membuat
sistem yang lebih baik dari barter untuk memudahkan perdagangan
dengan cara menetapkan standar barang yang digunakan untuk barter.
Setelah manusia berhasil menemukan uang sebagai alat
pembayaran utama. Sistem barter tidak lagi digunakan di masyarakat
umum. Akan tetapi ada sebagian orang teguh pendirian yang tetap
menggunakan sistem ini, walaupun jumlahnya sangat kecil.
3. Syarat-Syarat Barter
Syarat-syarat agar terjadinya proses barter:
a. Orang yang akan melakukan pertukaran harus memiliki barang
untuk ditukarkan.
b. Orang yang akan melakukan pertukaran harus saling
membutuhkan barang yang akan ditukarkan, dan harus dilakukan
pada waktu yang sama.
c. Barang yang ditukarkan harus memiliki nilai yang sama, minimal
mendekati kesamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
G. SEJARAH PASAR BARTER WULANDONI
Gambar 2.3 Pasar Barter Wulandoni
Wulandoni merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Lembata,
Nusa Tenggara Timur yang terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999.
Sesuai dengan letak geografis, Kecamatan Wulandoni merupakan daerah
yang beriklim tropis, dimana musim kemarau yang sangat panjang dengan
rata-rata 8-9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat dengan rata-rata
3-4 bulan. Wilayah Kecamatan Wulandoni juga didominasi oleh wilayah
perbukitan dengan topografi curam dan sangat curam dengan sedikit
dataran rendah pada daerah permukiman.
Pasar Barter Wulandoni diperkirakan dimulai pada awal abad 19.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari nelayan menangkap seekor paus yang
kemudian membawanya hingga ke Tanjung Delaki di Pantar. Karena
pencarian berhari-hari di perairan Lamalera tak menemukan perahu yang
naas itu, disimpulkan bahwa nelayan bersama semua awaknya tewas. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sebab itu diselenggarakan ritual orang mati. Ternyata nelayan dan seluruh
awaknya selamat, dan kembali ke Lamalera dengan membawa paus yang
ditangkap itu. Di Wulandoni mereka singgah karena logistik habis.
Nelayan tersebut meminta orang-orang Lewuka untuk membawa
makanan, yang dibalas dengan memberikan paus. Untuk menandai
persahabatan itu nelayan Lamalera dan pihak Lewuka melakukan mula
baja (sumpah mendirikan pasar barter) di Wulandoni. Itulah awal
berdirinya pasar barter Wulandoni. Ketika mendengar bahwa mereka
semua telah dinyatakan “secara adat” tewas, nelayan mengirim utusan ke
Lamalera untuk mengabarkan bahwa semua mereka selamat dan sedang di
Wulandoni dalam perjalanan pulang. Sebagai bukti, para utusan itu
membawa daging ikan paus. Dengan bukti itu orang-orang di Lamalera
yakin akan berita itu. Setelah dilakukan ritual adat di Lamalera, nelayan
berserta seluruh awaknya dibolehkan masuk Lamalera. Peristiwa
berdirinya pasar barter Wulandoni melalui sumpah adat itu hingga hari ini
menjadi bagian perayaan dan ritual.
Selain itu, dari keterangan masyarakat lainnya didapatkan bahwa
sejarah Pasar Barter Wulandoni itu bermula di sebuah kapal. Di kapal
tersebut terdapat orang gunung dan orang pesisir pantai yang membawa
hasil mereka masing-masing. Saat itu orang dari pesisir pantai mulai
menawarkan barangnya untuk ditukarkan dengan barang hasil pertanian
dari orang gunung. Mereka membutuhkan itu untuk kehidupan makan
mereka sehari-hari. Hal ini dikarenakan daerah mereka tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
digunakan untuk menanam pertanian karena tanahnya yang tidak gembur.
Orang pertanian setuju menukarkan barang mereka. dengan kata lain
mereka mulai berbarter di situ. Dari yang awalnya di kapal, lambat laun
barter tidak hanya dilakukan di kapal, tetapi juga di daerah gunung.
Karena orang pesisir pantai mulai mendatangi masyarakat daerah gunung
untuk berbarter. Karena banyaknya orang yang berbarter akhirnya terjadi
perembukan antara masyarakat Lewuka (yang mewakili daerah gunung)
dan masyarakat Lamalera (yang mewakili daerah pesisir pantai). Sehingga
diperoleh hasil tempat terjadinya barter di desa Wulandoni. Hal ini melihat
posisi Wulandoni yang berada di tengah, jaraknya antara Lewuka-
Wulandoni dan Lamalera-Wulandoni hampir sama.
Salah satu hal sehingga adanya pasar barter di Wulandoni karena
adanya wujud rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan saling membantu
antara masyarakat pesisir pantai dengan masyarakat pegunungan yang
karena perbedaan kondisi geografis menyebabkan ketergantungan
terhadap kebutuhan yang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan Blikololong (2010), bahwa barter di Wulandoni, kepulauan
Solor, bahkan Alor dan Pantar terjadi antara penduduk pesisir dan
pedalaman untuk keperluan subsistensi, sebagian besar berupa pertukaran
hasil laut dan hasil kebun. Dengan kondisi yang berbeda, daerah pesisir
dan pedalaman tidak menghasilkan barang yang bersifat kompetitif
melainkan komplementer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dilihat dari segi ekonomi, pastilah telah diketahui bahwa Pasar
Barter Wulandoni memiliki peranan yang sangat besar bagi masyarakat
Kecamatan Wulandoni. Di mana masyarakat mendapatkan kebutuhan
makanan sehari-hari dari pasar tersebut. Seperti dijabarkan diatas, hal ini
karena perbedaan kondisi geografis menyebabkan ketergantungan
terhadap kebutuhan yang lain. Sehingga dengan kondisi yang berbeda
tersebut, daerah pesisir dan pedalaman tidak menghasilkan barang yang
bersifat kompetitif melainkan komplementer.
Dilihat dari segi budaya, dewasa ini pasar Wulandoni tercatat
sebagai pasar barter terbesar di Lembata. Penduduk dari hampir sebagian
besar wilayah pantai selatan Lembata datang ke pasar ini. Sejak menjadi
ibu kota Kecamatan Wulandoni, pasar itu semakin ramai, beraneka warna,
tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai pasar barter tradisional. Pernah
ada usaha untuk mengubahnya menjadi pasar inpres, tetapi masyarakat
Lamalera dan pedalaman menolak rencana itu karena menganggap pasar
itu sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
Dari segi pendidikan, pasar barter ini banyak sekali yang dapat
dijadikan bahan pembelajaran kontekstual. Baik dari sisi ilmu matematika
maupun ilmu lainnya. Hanya saja belum ditemukan buku-buku
pembelajaran yang menggunakan Pasar Barter Wulandoni sebagai bahan
pembelajaran didalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
H. MAKNA FILOSOFIS (NILAI-NILAI MENDASAR)
Menurut Suwarsono (2020), makna filosofis atau nilai mendasar adalah
nilai yang dianggap baik oleh kehidupan masyarakat sehingga kehidupan
masyarakat tersebut bisa eksis di masa mendatang. Terdapat tujuh nilai
mendasar yang disebutkan Suwarsono (2020), sebagai berikut:
1. Nilai religius: seberapa jauh kebudayaan itu bisa terkandung untuk
menyembah Tuhan.
2. Nilai tradisi: hal baik, baik antara kesinambungan generasi terdahulu
dan masa kini (nilai adat istiadat).
3. Nilai budaya (peradaban): seberapa jauh aktivitas budaya itu
mencerminkan/mempromosikan budaya/peradaban yang
mempromosikan kemajuan.
4. Nilai keberagaman (multikultural): seberapa jauh aktivitas
mempromosikan keberagaman.
5. Nilai gotong-royong/kebersamaan: semangat yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa
mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama
demi kepentingan bersama atau individu tertentu.
6. Nilai sosial/relasi sosial: keberadaan pasar barter sudah berfungsi
secara sosial di kalangan masyarakat (mendukung persahabatan dan
hubungan baik antar warga, dan sebagainya).
7. Nilai keadilan: nilai-nilai yang berkaitan dengan hak, kewajiban
yang harus adil dan terukur sama rata antar seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
I. TAHAPAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK
Pengembangan produk baru bukan merupakan hal yang mudah bagi
yang menjalankannya. Proses pengembangan suatu produk untuk mereka
yang menjalankannya juga pasti berbeda, tergantung pada tahapan
pengembangan yang digunakan. Terdapat delapan tahap yang harus dilalui
dalam pengembangan produk menurut Tjiptono (2008):
1. Analisis Kebutuhan Pelanggan
Kebutuhan konsumen merupakan titik pendahuluan untuk
pengembangan produk, baik untuk produk pasar domestik ataupun
global. Produk-produk baru merangsang pasar untuk mencapai sasaran
unit bisnis dan korporat. Untuk menentukan lingkup produk baru yang
akan dipertimbangkan, manajemen sering merumuskan garis-garis
besar perencanaan produk baru. Keputusan ini menjadi garis-garis
besar penting untuk proses perencanaan produk baru. Analisis
kepuasaan pelanggan menentukan peluang untuk produk dan proses
baru.
2. Pemunculan Gagasan
Pencarian macam-macam gagasan yang menjanjikan merupakan titik
pangkal dalam proses pengembangan produk baru. Penggalian gagasan
terentang mulai dari perbaikan tambahan atas produk yang ada
sekarang sampai ke produk yang sama sekali baru bagi dunia.
Beraneka gagasan produk berasal dari banyak sumber. Membatasi
pencarian gagasan-gagasan produk baru hanya pada aktivitas litbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
interval merupakan pendekatan yang sangat sempit. Sumber gagasan
produk baru meliputi para personalia perusahaan, pelanggan, pesaing,
investor luar, akusisi dan anggota saluran.
3. Penyaringan Ide dan Evaluasi
Pengevaluasian ide-ide baru merupakan bagian penting dari
perencanaan produk baru. Produk yang berhasil adalah produk yang
memuaskan kriteria manajemen untuk keberhasilan komersial.
Manajeman memerlukan suatu prosedur penyaringan dan evaluasi
yang akan menghapus ide-ide yang tidak akan menjanjikan sesegera
mungkin. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi ide-ide yang paling
tidak menjanjikan sebelum terlalu banyak waktu dan dana yang
dikucurkan kedalamnya.
4. Analisis Bisnis
Analisis bisnis mengestimasi kinerja komersial produk yang diusulkan.
Perolehan suatu proyeksi finansial yang akurat tergantung pada mutu
ramalan pendapatan dan biaya. Analisis bisnis normalnya dipecahkan
pada beberapa tahap dan proses perencanaan produk baru. Setelah
manajemen memutuskan konsep produk dan strategi pemasarannya,
manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis proposal tersebut.
Untuk memperkirakan penjualan, perusahaan dapat melihat angka
penjualan historis produk sejenis dan melakukan survei untuk
mengetahui opini pasar. Perusahaan tersebut dapat memperkirakan
penjualan minimum dan maksimum untuk memperkirakan jangkauan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
risiko. Setelah mempersiapkan ramalan penjualan, manajemen dapat
memperkirakan biaya dan laba yang diharapkan dari produk tersebut,
yang memasukkan biaya-biaya pemasaran, penelitian, pengembangan,
akuntansi, dan keuangan.
5. Pengembangan Strategi Pemasaran
Tujuan pengembangan strategi pemasaran adalah penyempurnaan
rencana lebih lanjut pada tahap-tahap berikutnya yaitu bagaimana
strategi pemasaran untuk mengenalkan produk baru ke pasar. Dalam
tahap ini perusahaan melakukan pengembangan rencana strategi,
dimana strategi pemasaran lebih dulu mengalami penyaringan. Dalam
melakukan pengembangan strategi pemasaran ada 3 bagian pokok,
yaitu:
a. Menjelaskan ukuran struktur, perilaku pasar sasaran, posisi
produk yang direncanakan, penjualan, pangsa pasar, dan laba
yang diinginkan dari lima tahun pertama.
b. Menggambarkan harga, strategi distribusi, dan anggaran
perusahaan yang di rencanakan untuk produk tersebut dalam
tahun pertama.
c. Menjelaskan jumlah penjualan, sasaran laba, dan strategi
pemasaran selanjutnya.
6. Pengembangan Produk
Setelah berhasil merampungkan tahap analisis bisnis, perencanaan
produk bergerak menuju tahap pengembangan dan pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(development and testing). Pengembangan dan pengujian berkenaan
dengan pembuatan karakteristik fisik barang dan jasa baru yang dapat
diterima bagi para pelanggan. Tujuannya adalah mengkonversikan
gagasan ke dalam produk aktual yang aman, memberikan manfaat bagi
para pelanggan, dan dapat diproduksi secara ekonomis oleh
perusahaan.
7. Pengujian Produk dan Pasar
Pada tahapan ini, pengujian produk merupakan kelanjutan dari tahapan
pengembangan produk. Tahapan-tahapan pengujian produk
diantaranya:
a. Pengujian tentang konsep produk.
b. Pengujian desain produk.
c. Pengujian kesukaan konsumen terhadap produk.
d. Pengujian laboratorium terhadap produk.
e. Pengujian operasi pabrik dan tes penggunaan produk. Setelah
manajemen perusahaan merasa puas dengan produknya (setelah
melakukan perubahan) maka untuk lebih lanjut adalah pengujian
pada tujuannya yaitu untuk mengetahui reaksi konsumen.
8. Komersialisasi
Pada tahapan ini, semua fasilitas sudah disiapkan sedemikian rupa,
baik fasilitas produksi maupun pemasarannya. Perusahaan yang sudah
memasuki tahapan ini, harus sudah mempersiapkan strategi penetapan
harga dan keuntungan yang diharapkannya. Di dalam tahapan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
perusahaan sudah melaksanakan riset pemasaran terlebih dahulu,
terutama yang menyangkut kebutuhan, keinginan, selera, kepuasan
para konsumen yang akan dituju.
J. PAKET PEMBELAJARAN
Paket pembelajaran adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat
pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengeksplorasi kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran. Sedangkan
perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk
melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik
melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, atau di luar kelas. Adapun macam-macam perangkat
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Silabus
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menegah sesuai dengan
pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat
disusun dengan bersifat panduan tertutup yang dapat dikerjakan siswa,
sesuai dengan tuntunan yang ada, atau dapat juga LKS yang bersifat
semi terbuka. LKS model ini memberi peluang bagi siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya, walaupun masih ada peranan guru
dalam memberikan arahan.
4. Buku atau Modul
Buku atau modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun
dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya
diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sebuah buku atau modul adalah sebagai bahan belajar dimana
pembacanya dapat belajar mandiri.
5. Media Pembelajaran
Menurut Heinich (1993) dalam buku Media Pembelajaran yang ditulis
Rudi Susilana dan Cepi Riaya menyebutkan media merupakan alat
saluran komunikasi. Media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
“perantara” sumber pesan dengan penerima pesan. Heinich
mencontohkan media seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak,
komputer dan instruktur. Dari contoh media tersebut bisa diartikan
sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Instrumen Penilaian (Evaluasi)
Instrumen penilaian mempunyai tujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan yang dialami oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran yang telah diikutinya.
Dari penjelasan diatas, maka peneliti menjadikan perangkat-
perangkat pembelajaran tersebut untuk disusun sebagai suatu paket
pembelajaran yang berdasarkan pada budaya Pasar Barter Wulandoni.
Dalam pengembangan tersebut digunakan model pengembangan
Plomp sebagai dasar atau acuan dalam proses pembuatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
K. MODEL PENGEMBANGAN PLOMP
Model pengembangan Plomp terdiri dari beberapa fase pengembangan.
Berikut adalah fase dalam model pengembangan Plomp:
1. Fase Investigasi Awal (Preliminary Investigation/Preliminary
Research)
Pada tahap pertama dalam penelitian pengembangan yang dirancang
oleh Plomp, maka tahap Preliminary Research merupakan penelitian
pendahuluan yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan dan
untuk menganalisis konteks yang terkait, dapat juga berupa tinjauan
literatur, serta dapat berupa pengembangan kerangka konseptual atau
teoritis untuk penelitian. Pada tahap ini, maka peneliti mengumpulkan
data-data atau informasi yang terdapat di lapangan, kemudian
mengidentifikasi permasalahan tersebut. Pengumpulan data ini
dimaksudkan agar memperkuat latar belakang masalah, tujuan
penelitian, serta manfaatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.
2. Fase Desain (Design)
Plomp juga menjelaskan beberapa tahap penelitian pengembangan
atau tahap prototyping merupakan tahap dari desain iteratif yang
terdiri dari iterasi yang dijadikan penelitian dalam jumlah kecil dan
evaluasi formatif sebagai kegiatan penelitian penting dengan tujuan
untuk meningkatkan dan menyempurnakan fase intervensi. Pada tahap
ini, maka peneliti melakukan proses mendesain paket pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
secara lengkap. Untuk mendesain sebuah paket pembelajaran, maka
yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mendesain materi
pembelajaran yang hendak dibahas, kemudian langkah selanjutnya
adalah menyusun konsep paket yang akan dibuat dalam bentuk
dokumen teks dengan penulisan yang bersifat naratif untuk
mengungkapkan tujuan proyek pengembangan paket.
3. Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/construction)
Dalam fase ini, maka membuat rencana kerja dalam bentuk desain
yang lebih spesifik, sehingga akan terbentuk suatu desain
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam fase ini, maka dapat dihasilkan suatu produk kurikulum
maupun desain pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran.
4. Fase Tes, Evaluasi, dan Rlevisi (Test, Evaluation, and Revision)
Plomp juga menjelaskan tentang cara untuk mengevaluasi dan menilai
paket dari hasil pengembangan. Dalam tahap evaluasi, maka
digunakan untuk menyimpulkan apakah hasil tersebut memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap ini merangkum
beberapa rekomendasi untuk perbaikan produk. Pada tahap ini, maka
dilakukan validasi oleh ahli produk dan ahli materi. Validasi
diperlukan untuk menilai apakah rancangan produk yang telah
dihasilkan sudah sesuai dan layak atau belum. Kegiatan validasi
desain dilakukan dengan meminta dosen, serta ahli di bidang produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang sedang dikaji untuk disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah
dibuat. Kegiatan yang dilakukan pada tahap validasi yaitu sebagai
berikut:
a. Meminta pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan
digunakannya paket pembelajaran yang telah dibuat. Untuk tahap
ini, maka diperlukan instrumen berupa lembar validasi dan paket
pembelajaran yang kemudian diserahkan kepada validator.
b. Melakukan proses analisis terhadap hasil validasi yang telah
diserahkan oleh validator. Berikut adalah beberapa pertimbangan
analisis yang digunakan:
1) Validasi tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya jika
memungkinkan adalah uji coba lapangan.
2) Validasi dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya
adalah melakukan proses revisi kemudian dilakukan uji coba
lapangan jika memungkinkan.
3) Tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga akan dibuat
prototype yang baru kemudian dilakukan validasi kembali.
Proses validasi akan dilakukan secara berulang agar diperoleh
paket pembelajaran yang sesuai.
5. Fase Implementasi (Implementation)
Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis,
dan efektif, maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah
yang lebih luas. Dengan kata lain, produk pengembangan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dihasilkan pada fase sebelumnya akan diimplementasikan dalam
ruang lingkup yang lebih besar.
L. KERANGKA BERPIKIR
Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang menghadirkan berbagai
macam budaya didalamnya. Budaya terdiri dari budaya yang bersifat fisik
maupun nonfisik. Yang bersifat fisik misalnya seperti benda-benda
peninggalan, bangunan-bangunan, dan lain sebagainya, sedangkan yang
bersifat nonfisik misalnya seperti kebiasaan, tarian, dan lain sebagainya.
Kebiasaan yang sudah secara turun temurun diwariskan dalam kehidupan
masyarakat akhirnya menjadi suatu kebudayaan yang ada. Oleh sebab itu,
setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaannya masing-masing.
Kebudayaan yang ada di Indonesia salah satunya adalah pasar
barter. Pada era saat ini, mungkin kita sudah sangat jarang mendapati pasar
yang menggunakan barter sebagai bentuk transaksi pasar. Tetapi di
wilayah Timur Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Kabupaten Lembata, tepatnya pada Kecamatan Wulandoni, pasar barter
menjadi suatu warisan budaya yang masih eksis sampai saat ini. Pasar
barter tersebut adalah Pasar Barter Wulandoni. Peneliti mengumpulkan
data dengan wawancara.
Informasi yang telah didapat mengenai Pasar Barter Wulandoni
dari hasil wawancara dengan masyarakat daerah Wulandoni yang terlibat
langsung dan referensi yang ada akan diolah sehingga didapat makna-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
makna filosofis, akitivitas-aktivitas fundamental, serta pengembangan
pasar kedepannya. Kemudian dari aktivitas-aktivitas fundamental yang
didapatkan tersebut diperoleh aspek-aspek matematis yang terdapat
didalamnya. Selanjutnya, dilakukan implementasi hasil kajian
etnomatematika terhadap Pasar Barter Wulandoni sebagai masalah
matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah. Pada penelitian
ini penerapannya dilakukan di sekolah dasar karna di wilayah tersebut
hanya memiliki sekolah dasar.
Budaya Pasar Barter
Wulandoni
Aspek-Aspek Matematis
Aktivitas Fundamental Matematis
Makna Filosofis
Pengembangan Pasar Kedepan
Implementasi Pembelajaran
Matematika
Hasil Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2009:6) penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan sebagainya) secara holistik, pada konteks tertentu yang
alamiah, dan dengan memanfaatkan metode alamiah dimana hal-hal tersebut
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Sedikit berbeda dengan Moleong,
Sugiyono (2014:1) memandang bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah dimana instrumen kunci dari penelitian adalah peneliti sendiri, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dalam penelitian ini digunakan dua tahapan penelitian. Tahap
pertama dalam penelitian ini merupakan tahap penelitian yang telah dibahas
diatas, yaitu jenis penelitian kualitatif. Di mana ingin mengetahui tentang
makna filosofis yang terkandung pada Pasar Barter Wulandoni bagi
masyarakat di mana pasar barter tersebut merupakan bagian dalam kehidupan
perekonomian masyarakat sekitar Kecamatan Wulandoni, keberadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
aktivitas fundamental matematis pada Pasar Barter Wulandoni, aspek-aspek
matematis yang memiliki hubungan dengan Pasar Barter Wulandoni, serta
pengembangan Pasar Barter Wulandoni ke depannya.
Selanjutnya, tahap kedua dalam penelitian ini adalah penelitian yang
didasarkan pada pengembangan, di mana dalam tahap ini akan dihasilkan
suatu produk. Dalam tahap pengembangan ini, peneliti menggunakan model
pengembangan Plomp, yang terdiri dari lima fase: Investigasi Awal
(Preliminary Research), Desain Pembelajaran (Design), Realisasi/Konstruksi
(Realization/Construction), Tes, Evaluasi, dan Revisi Desain Pembelajaran
(Test, Evaluation, and Revision), Implementasi (Implemenntation).
B. SETTING PENELITIAN
Setting penelitian dibagi menjadi empat bagian yaitu subyek, objek,
tempat, dan waktu penelitian.
1. Narasumber Penelitian
Narasumber penelitian adalah masyarakat Wulandoni yang
melakukan proses barter di Pasar Barter Wulandoni. Narasumber
yang diambil dalam penelitian ini sebanyak empat orang. Pada
penelitian ini, peneliti menamakan narasumber pertama sebagai
Narasumber 1, narasumber kedua sebagai Narasumber 2, narasumber
ketiga sebagai Narasumber 3, dan narasumber keempat sebagai
Narasumber 4.
a. Narasumber 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Narasumber 1 merupakan masyarakat Wulandoni yang
bermukim di daerah gunung.
b. Narasumber 2
Narasumber 2 merupakan masyarakat Wulandoni yang
bermukim di daerah gunung.
c. Narasumber 3
Narasumber 3 merupakan masyarakat Wulandoni yang
bermukim di daerah pantai.
d. Narasumber 4
Narasumber 4 merupakan masyarakat Wulandoni yang
bermukim di daerah pantai.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kebudayaan yang terdapat pada
masyarakat Kecamatan Wulandoni, yaitu Pasar Barter Kecamatan
Wulandoni beserta aspek-aspek yang bisa digali dari Pasar Barter
tersebut.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pasar
barter, yaitu Kecamatan Wulandoni, Lembata, Flores, NTT.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan Januari–Juli 2020. Pengumpulan data
dilakukan dari bulan April–Mei 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
C. BENTUK DATA
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap
narasumber penelitian yang mengalami langsung barter di Pasar Barter
Wulandoni. Di mana data tersebut dianalisis dan dideskripsikan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga akan diperoleh informasi
secara lebih mendalam mengenai kebudayaan yang berkembang pada
masyarakat Wulandoni dalam pasar barter, serta melalui data tersebut akan
dianalisis aktivitas fundamental matematis yang terkait dengan kebudayaan
tersebut dan akan dilakukan analisis mengenai aspek-aspek matematis yang
terdapat pada Pasar Barter Wulandoni.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan
dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh
data penelitian. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231) wawancara
didefinisikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada masyarakat yang tahu dan
melakukan proses barter di Pasar Barter Kecamatan Wulandoni tersebut.
Sedangkan peneliti menggunakan dokumentasi untuk memperlihatkan bukti
nyata dari pasar barter tersebut. Dokumentasi tersebut berupa foto. Foto
tersebut juga diharapkan dapat menunjang data yang diperoleh untuk
menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis agar mudah diolah (Arikunto,
2006:160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Instrumen Utama
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama atau alat
penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
sebagai instrumen juga harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrumen meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti
untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya (Sugiyono, 2011). Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman peneliti terhadap metode
kualitatif yang akan digunakan sebagai bekal dalam proses penelitian.
2. Instrumen Bantu
Instrumen bantu pada pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman
wawancara.
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang
ditujukan kepada masyarakat kecamatan Wulandoni yang tahu dan
melakukan proses barter di Pasar Barter Wulandoni. Pedoman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
wawancara ini dijadikan pegangan peneliti dalam melakukan
wawancara.
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
No Pedoman Wawancara
1 Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
2 Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah
pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?
3 Sejak kapan pasar barter terbentuk?
4 Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?
5 Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
6 Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
7 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
8 Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
9 Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
10 Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
11 Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
12 Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
13 Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan
daerah pantai dibedakan?
14 Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
15 Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain
sebagai tempat berlangsungnya Pasar Barter?
16 Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat
tukar berupa uang?
17 Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
18 Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
19 Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
20 Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
21 Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
22 Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
23 Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
24 Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama
ini?
25 Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya
untuk semua hasil tani dan laut yang ada)
26 Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
27 Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
28 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
29 Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
30 Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga
guru, pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan
pasar barter tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah
hasil tani ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
31 Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
32 Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
33 Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
34 Peraturan tentang Pasar Barter?
35 Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
36 Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
37 Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang
dari masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya
membatasi atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
38 Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
39 Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
40 Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan
tetangga misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain
antar tetangga?
41 Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
42 Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
b. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi yang digunakan di dalam penelitian ini terkait
dengan dokumen mengenai pasar barter di dalam kehidupan
masyarakat Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
F. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Analisis Data Terkait dengan Kajian Etnomatematika pada Pasar Barter
Wulandoni
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif.
Pada analisis kualitatif, data yang diperoleh berbentuk gambar dan
wawancara. Data kualitatif kemudian dipilah-pilah menjadi sesuatu yang
dapat dikelola, mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta menemukan
informasi apa yang diperoleh.
Menurut Miles and Huberman (1992:16) pengolahan data
dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
1. Pengumpulan Data
Peneliti mencatat semua data yang didapatkan dari hasil wawancara
secara apa adanya sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
2. Reduksi Data
Peneliti melakukan usaha untuk membuat rangkuman yang inti,
proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya.
3. Penyajian Data
Peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang didapatkan
dari proses reduksi data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Peneliti melakukan penarikan kesimpuan berdasarkan data-data yang
telah diperoleh serta telah dianalisis.
2. Analisis Paket Pembelajaran
Data yang diperoleh dari hasil validasi untuk perangkat
pembelajaran digunakan untuk menyempurnakan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti. Data ini dianalisis
secara kualitatif agar dapat dideskripsikan secara kualitatif guna
memberikan gambaran dan paparan tentang perangkat pembelajaran
yang berbasis etnomatematika. Untuk menentukan kevalidan dari
perangkat pembelajaran tersebut, maka terdapat interval skor hasil
validasi yang digunakan, yaitu:
: sangat valid/sangat baik
: valid/baik
: tidak valid/tidak baik
: sangat tidak valid/sangat tidak baik
RK merupakan Range Kevalidan atau dengan kata lain dapat
diartikan sebagai interval yang digunakan untuk menentukan kevalidan
perangkat pembelajaran. RK diperoleh dari rerata skor para validator
dalam memberikan penilaian terhadap kevalidan dari instrumen yang
dinilai.
3. Analisis Kepraktisan Perangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Perangkat dikatakan praktis apabila validator mengemukakan pada
lembar validasi bahwa terdapat revisi kecil atau tanpa revisi terhadap
perangkat pembelajaran tersebut.
G. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
Bentuk uji keabsahan terdiri atas empat, yaitu:
1. Derajat kepercayaan (credibility)
2. Keteralihan (transferability)
3. Kebergantungan (dependability)
4. Kepastian (confirmability)
Namun, dari keempat bentuk itu, uji kredibilitas datalah yang utama.
Sehingga peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas data atau derajat
kepercayaan dalam menguji keabsahan data yang diambil peneliti.
Derajat kepercayaan (credibility)
Uji ini pada dasarnya merupakan pengganti konsep validitas internal dari
penelitian nonkualitatif. Uji ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) melaksanakan
pemeriksaan sedemikan rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita
dapat dicapai; (2) mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang
sedang diteliti (Moleong, 2006: 324). Untuk menguji kredibilitas data, dapat
dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan pengamatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, member
check, analisis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi.
a. Perpanjangan Pengamatan
Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan tersebut tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
pengamatan pada latar penelitian. Perpanjangan pengamatan berarti
peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan
data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks
2) Membatasi kekeliruan (biasesi) peneliti
3) Mengompensasikan pengaruh kejadian-kejadian yang tidak biasa
atau pengaruh sesaat
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh.
Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.
Melalui teknik ini, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
c. Triangulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978)
membedakan lima macam triangulasi:
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah suatu teknik pengecekan kredibilitas data
yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui
beberapa sumber.
2) Triangulasi Teknik
Teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Terdapat dua strategi dalam teknik ini. Pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
sumber data dengan teknik yang sama.
3) Triangulasi Waktu
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi
berbeda.
4) Triangulasi Penyidik
Teknik ini adalah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan
dengan memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat
kepercayaan data peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
5) Triangulasi Teori
Teknik ini merupakan cara pemeriksaan kredibilitas data yang
dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk
memeriksa data temuan penelitian.
d. Diskusi dengan Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang kita dapatkan dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan
sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud dan tujuan. Pertama,
untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan
kejujuran. Kedua, diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu
kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis
kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
e. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang kita peroleh kepada
pemberi data. Tujuannya, untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data
yang kita temukan itu disepakati oleh para pemberi data, berarti data
tersebut valid sehingga semakin kredibel (dipercaya). Namun sebaliknya,
jika pemberi data tidak menyepakatinya secara tajam, peneliti harus
mengubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data.
f. Analisis Kasus Negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Dasar pertimbangan bahwa analisis
kasus negatif dapat meningkatkan derajat kredibilitas data adalah karena
melakukan analisis kasus negatif berarti kita mencari data yang berbeda
(kalau ada) atau bahkan bertentangan dengan kebanyakan data yang telah
ditemukan. Data yang berbeda atau bahkan bertentangan ini perlu dilacak
alasannya agar bisa dijelaskan. Inilah yang dimaksud dengan analisis
kasus negatif.
g. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi di sini adalah adanya bahan pendukung untuk
membuktikan data yang telah kita temukan. Sebagai contoh, data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data
tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung
oleh foto-foto. Semua alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif
sangat dibutuhkan untuk mendukung kredibilitas data yang telah
ditemukan.
H. TAHAPAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan proses pengembangan dari
Tjiptono (2008) untuk mengembangkan produk (pasar). Tahapan proses
pengembangannya terdiri dari delapan tahap, yaitu:
1. Analisis Kebutuhan Pelanggan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kebutuhan konsumen merupakan dasar dalam pengembangan Pasar
Barter Wulandoni. Konsumen yang dimaksud dalam hal ini adalah
orang-orang yang terlibat langsung dalam proses barter di Pasar Barter
Wulandoni. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi pertimbangan untuk
menentukan perencanaan pengembangan Pasar Barter Wulandoni
selanjutnya.
2. Pemunculan Gagasan
Pada tahapan ini, peneliti mencari dan menggali informasi-informasi
atau gagasan-gagasan dari sumber-sumber yang akan diwawancarai.
Dari beragaram informasi maupun gagasan yang terkumpul akan
menjadi produk baru yang dapat dikembangkan untuk Pasar Barter
Wulandoni.
3. Penyaringan Ide dan Evaluasi
Salah satu bagian penting dalam pengembangan produk diperlukan
adanya evaluasi terhadap gagasan-gagasan yang telah terkumpul
tersebut. Dipilah mana yang akan dikembangkan dan mana yang tidak
dapat dikembangkan untuk Pasar Barter Wulandoni.
4. Analisis Bisnis
Dalam pengembangan Pasar Barter Wulandoni akan melewati tahapan
ini.
5. Pengembangan Strategi Pemasaran
Tujuan pengembangan strategi pemasaran adalah penyempurnaan
rencana lebih lanjut pada tahap-tahap berikutnya, yaitu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
strategi pemasaran unutk mengenalkan produk baru tersebut kepada
masyarakat Kecamatan Wulandoni.
6. Pengembangan Produk
Pengembangan produk ini berkenaan dengan pembuatan karakteristik
fisik dari Pasar Barter Wulandoni baik dari segi barang maupun
infrastruktur baru yang dapat diterima bagi masyarakat Kecamatan
Wulandoni. Barang maupun infrastruktur yang dikembangkan bertujuan
untuk memberikan manfaat bagi masyarakat yang melakukan kegiatan di
Pasar Barter Wulandoni.
7. Pengujian Produk dan Pasar
Pengembangan tersebut tidak diujikan pada Pasar Barter Wulandoni
karena peneliti hanya sebatas ide untuk pengembangan Pasar Barter
Wulandoni.
8. Komersialisasi
Tahapan ini juga tidak dilaksanakan karena peneliti hanya sebatas ide
untuk pengembangan Pasar Barter Wulandoni.
I. MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
Dalam penelitian ini digunakan model pengembangan Plomp untuk
pengembangan perangkat pembelajaran. Model pengembangan menurut
Plomp terdiri dari lima fase, yaitu:
1. Fase Investigasi Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Fase investigasi awal merupakan tahap persiapan untuk
memperoleh informasi mengenai permasalahan yang terjadi pada pasar
barter Wulandoni, serta mengumpulkan informasi-informasi mengenai
kebutuhan dalam proses pembelajaran matematika, model pembelajaran
yang akan digunakan, serta perangkat pembelajaran yang dapat diangkat
dalam pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka terlebih dahulu
mengkaji etnomatematika yang terkait dengan pasar barter Wulandoni
yang kemudian dilakukan pemilihan unsur-unsur yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran matematika.
2. Fase Desain
Setelah melalui tahap pencermatan terhadap analisis kebutuhan,
serta kajian literatur maka disusun suatu rancangan paket pembelajaran
yang akan dilakukan pengembangan. Pada tahap ini, maka akan
dihasilkan paket pembelajaran yang dapat mengakomodasi proses
pembelajaran matematika yang berbasis pada Pasar Barter Wulandoni.
Paket pembelajaran tersebut dapat berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, buku atau modul, media
pembelajaran, maupun instrumen penilaian.
3. Fase Realisasi
Dalam tahap ini, maka paket pembelajaran dibuat dalam bentuk
yang lebih rinci dan lebih mengedepankan aspek pembelajaran
matematika dengan didasarkan beberapa masukan dari hasil validasi oleh
ahli terkait dengan paket pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi
Dalam tahap ini, maka dilakukan pencermatan kembali poin-poin
penting yang tidak begitu memiliki makna penting dalam proses
pembelajaran. Melalui tahap ini, maka akan dilakukan evaluasi secara
mendalam mengenai paket pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan
akan diperoleh paket pembelajaran yang berbasis Pasar Barter
Wulandoni.
Dalam tahap ini, maka dilakukan proses uji coba (dalam
pelaksanaan tidak dimungkinkan) paket pembelajaran ke dalam
pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka akan dikaji aspek-
aspek yang kurang begitu memiliki keterkaitan antara Pasar Barter
Wulandoni dengan pembelajaran matematika. Melalui tahap tersebut,
maka akan dilakukan proses revisi terhadap paket pembelajaran yang
telah diujicobakan.
5. Fase Implementasi
Dalam fase ini, menurut Plomp (1997) paket pembelajaran yang
telah disusun diimplentasikan dalam wilayah yang lebih luas.
J. JADWAL PENELITIAN
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Waktu
1 Pengajuan Praproposal Penelitian Mei 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2 Penyusunan Proposal Penelitian serta
penyusunan instrumen bantu Mei 2019 – Februari 2020
3 Pengajuan Proposal Penelitian Februari 2020
4 Pembuatan Perangkat Pembelajaran Maret 2020
5 Validasi Perangkat Pembelajaran Maret 2020
6 Pengumpulan Data April – Mei 2020
7 Analisis Data Juni 2020
8 Penyusunan Tesis Juni – Juli 2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggali informasi dari
empat narasumber yang mengetahui dan terjun langsung dalam Pasar Barter
Wulandoni. Dalam penelitian ini, terdapat empat orang narasumber yang
dijadikan sebagai sumber pengumpulan data. Keempat narasumber tersebut
terdiri dari dua orang adalah masyarakat daerah gunung dan dua orang lainnya
adalah masyarakat daerah pesisir pantai. Berikut rincian narasumbernya:
1. Ibu Nogo, selaku masyarakat daerah gunung yang mengetahui dan
berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Ibu Nogo disebut dalam
penelitian ini sebagai Narasumber Satu dengan inisial N1.
2. Bapak Boli, selaku masyarakat daerah gunung yang mengetahui dan
berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Bapak Boli disebut dalam
penelitian ini sebagai Narasumber Dua dengan inisial N2.
3. Ibu Ana, selaku masyarakat daerah pesisir pantai yang mengetahui dan
berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Ibu Ana disebut dalam
penelitian ini sebagai Narasumber Tiga dengan inisial N3.
4. Bapak Alfin, selaku masyarakat daerah pesisir pantai yang mengetahui dan
berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Bapak Alfin disebut dalam
penelitian ini sebagai Narasumber Empat dengan inisial N4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pengumpulan data sebenarnya dan seharusnya dilakukan secara
langsung, yaitu peneliti datang ke daerah Kecamatan Wulandoni, melihat
Pasar Barter Wulandoni, dan melakukan wawancara secara langsung dengan
para narasumber. Tetapi karena keadaan yang kurang kondusif dan
memungkinkan, sehingga pengumpulan data dari keempat narasumber
dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara tidak langsung
melalui media yang dapat menjangkau keempat narasumber tersebut. Karena
di daerah tersebut masih sangat susah untuk sinyal provider. Pengumpulan
data ini dilaksanakan dari rentang bulan April – Mei 2020.
B. KREDIBILITAS DATA PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Awalnya
peneliti ingin menggunakan teknik triangulasi waktu. Hanya saja tidak dapat
dilaksanakan karena untuk mendapatkan data melalui wawancara saja
memakan waktu yang cukup banyak dikarenakan akses komunikasi yang
minim.
Dengan teknik triangulasi sumber ini, data didapatkan dari beberapa
sumber. Sumber terdiri dari empat orang, di mana dua orangnya berasal dari
daerah pegunungan dan dua orang lainnya dari pesisir pantai. Berdasarkan
hasil wawancara yang diambil dari keempat sumber tersebut menghasilkan
data yang sama, sehingga data yang diperoleh itu dinilai telah kredibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung dalam Pasar Barter
Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan masyarakat
Tabel 4.1 Hasil Wawancara tentang Makna Filosofis
Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar Barter?
N1 N2 N3 N4
Sebelum dimulainya
pasar barter ada tanda
pluit dan pengambilan
pajak berupa barang-
barang dari peserta
pasar. Yang
mengambil pajak itu
petugas pasar (hansip)
dari Desa Wulandoni.
Pajak tidak ada
aturannya sebab
dibayar pake barang
dan tidak terhitung
jumlahnya. Bisa satu
buah jagung atau satu
pisang atau satu ikan.
Sekarang juga pajak
bisa dibayar dengan
uang 2000 atau 1000.
Ritual khusus itu tidak
ada yang spesifik,
hanya berupa
sebelumnya dilakukan
tere laku atau
semacam pajak yang
diambil dari barang,
sehingga ikan juga
diambil, pisang atau
jagung atau ubi-ubian
itu diambil sebagai
pajaknya pasar itu.
kemudian mandor itu
meniup pluit sebagai
tanda dimulainya
pasar barter. Pada
umumnya pasar
dimulai jam 08.00
pagi. Semua sudah
berkumpul baru
dilaksanakan dengan
ritual sebelumnya
tadi.
Hasil pemungutan
pajak itu juga kadang
diberikan kepada
orang susah atau
jompo di sekitaran
kecamatan itu.
Iya. Sebelum pasar
resmi dibuka, mandor
pasar menagih
retribusi pasar.
Masyarakat
membayar dengan
barang, di mana yang
dari daerah
pegunungan dengan
ubi, pisang,
sedangkan yang dari
daerah pantai dengan
ikan atau garam.
(Pajak itu “tere
laku”)
Setau saya sebelum
jamnya untuk mulai
barter atau tukar
menukar barang itu
semua sudah stand by
di tempat sampai
mulai kegiatan
barternya. Jadi
kegiatan barter itu
ditandai dengan
peniupan pluit, jadi
kalua ada petugas
dibarter itu atau bea
cukai yang menagih
pajak yang ada
dibarter situ tugasnya
itumeniup pluit tanda
barter akan segera
dimulai.
Lokasi yang sekarang
di Wulandoni atau di
lamallera yang
digunakan sebagai
lokasi barter itu
adalah tanah milik
pemerintah desa, jadi
bagi siapa yang
menggunakan lahan
itu untuk sebagai
(kalau yang sekarang)
itu ada pajaknya.
Pajaknya itu mereka
akan memberi sedikit
dari penjualan
mereka, barang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
barang mereka.
Barang yang mereka
mau kasih itu tidak
harus satu mongan
atau berapa-berapa itu
tapi secukupnya dari
si yang punya barang.
Jadi misalnya kalau
dia punya pisang
berapa sisir disitu, dia
kasih satu sisir misal,
dia punya ubi kayu
ada berapa disitu, dia
bisa kasih satu atau
dua tergantung
besarnya. Terus kalau
uang itu dipakai untuk
membeli, jadi tidak
untuk menukar. Uang
kan digunakan untuk
membeli, jadi uang
dipakai untuk atau
sebagai alat pembeli
atau alat pembayaran.
Uang itu tidak dipakai
untuk membayar
pajak. Jadi yang
mereka kasih itu
dalam bentuk barang
bukan uang.
Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi, budaya,
keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
Ada. Kalau untuk
nilai religius dilihat
dari pasar barter yang
diikuti bukan hanya
satu agama saja,
melainkan dari dua
agama, yaitu katolik
dan islam.
Kalau dari nilai
tradisi, pasar barter
adalah tradisi yang
secara turun temurun
diwariskan dan dijaga
oleh masyarakat
Dari sisi religius itu
artinya penawaran
tidak memiliki suatu
akal busuk bahwa
akan menipu orang itu
tidak, jadi
kesepakatan dibuat
dan rasa peri
kemanusiaan itu ada.
Jadi misalnya ikan
yang dibarter itu agak
besar ditukar dengan
satu mongan tetapi
didalam perasaan itu
muncul bahwa ingin
Iya, nilai-nilai ada dan
nampak selama proses
transaksi barter.
Mereka tidak hanya
saling bertukar barang
melainkan juga saling
memahami,
mendengarkan,
membantu, saling
sharing, berbagi suka
duka hidup yang
berlanjut dengan
saling mendokan. Ada
ikatan spiritual antara
Sangat ada. Semua
nilai itu ada dan
sangat kental, jadi ada
dua agama yaitu islam
dan Katolik, mereka
sangat menghargai
perbedaan disitu,
mereka adatang di
satu tempat, di situ
mereka saling
bertemu, saling sapa,
saling tukar menukar
barang, saling
melengkapi. Jadi, satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
sampai saat ini.
Kalau nilai budaya,
pasar barter sudah
menjadi tradisi
sekaligus budaya.
Kalau nilai
keberagaman seperti
yang sudah saya
bilang diatas tentang
dua agama yang
berbaur menjadi satu
dan juga adanya
banyak pekerjaan
yang terlibat, mulai
dari petani, nelayan,
guru, PNS, dll.
Untuk nilai gotong
royong, dalam pasar
barter ditemukan nilai
ini, karena masyarakat
satu sama lain saling
membantu, misalnya
saat ada yang
membawa barang
dengan beban berat,
pasti masyarakat akan
menolong membawa
barang tersebut ke
tempatnya.
Nilai sosial yang ada
itu sudah pasti
terdapat di pasar
barter karena pasar
barter tersebut
menjadi sarana
bertemunya para
masyarakat, baik dari
pegunungan maupun
pesisir pantai dan
tentunya akan
bersosialisasi satu
sama lain.
menambah satu buah
lagi. Sehingga
tertanam perasaan
kemanusiaan itu
muncul dan tidak ada
sifat menipu. Kalau
ada yang menipu
maka akan dilaporkan
kepada mandor dan
diberikan sanksi. Jadi
ini bisa masuk sisi
religius dan sisi
kemanusiaan juga.
Dari segi tradisi dan
budaya itu menjadi
satu kesatuan karena
pasar barter ini secara
turun temurun
diwariskan kepada
anak cucu sehingga
sudah menjadi suatu
tradisi dan
kebudayaan yang ada
di Kecamatan
Wulandoni.
Dari segi
keberagaman itu
dilihat dari
bercampurnya dua
agama dalam pasar
barter, yaitu agama
Katolik dan Islam.
Mereka bercampur
dan tidak memandang
perbedaan diantara
mereka sebagai
sesuatu yang harus
dijauhi tetapi sebagai
perekat. Ini juga bisa
masuk dalam aspek
religius sebenarnya.
Keberagaman juga
dapat dilihat dari
orang-orang yang
mengikuti pasar
barter. Didalam pasar
barter itu terdapat
banyak sekali profesi
seperti petani,
para pelaku transaksi
barter. Disamping itu
juga ada nilai keadilan
disana. Masing-
masing menerima
haknya dan juga
memberikan
kewajibannya. Jika
ada yang kurang atau
rusak dari barang
tersebut, pastilah
mereka menggantinya
atau bahkan
menambahkannya
dengan barang yang
sama.
tempat itu bisa
mengumpulkan dua
agama dengan
berbeda budaya
menjadi satu, jadi
kebersamaan disitu
kental sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
nelayang, para pekerja
kantoran, dan ada juga
penjual barang-barang
yang diluar barter.
Mereka berkumpul
menjadi satu.
Kalau dari sisi
gotong-royong
biasanya ada orang
yang kelihatannya
sakit atau apa itu,
diberi makan diberi
tempat duduk khusus
dan diberi ikan. Ada
lagi pada musim
hujan, itu kali-kali
yang berdekatan
dengan pasar barter
menjadi rusak atau
apalah itu, maka
mereka turun bersama
dan sehingga kali itu
dapat lancar kembali.
Sosial itu pasar barter
sebenarnya bisa
sebagai sumber untuk
mendapatkan
informasi. Jadi orang
bertukar informasi di
pasar tersebut.
Dari wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tujuh
nilai mendasar yang terkandung dalam masyarakat yang mengikuti Pasar Barter
Wulandoni. Nilai-nilai tersebut adalah nilai religius, nilai tradisi, nilai budaya,
nilai keberagaman, nilai gotong-royong, nilai sosial, serta nilai yang terakhir
adalah nilai keadilan. Di mana nilai-nilai tersebut murni terdapat pada masyarakat
Wulandoni.
Dalam nilai religius berdasarkan hasil wawarancara diatas, dilihat dari
pasar barter yang diikuti bukan hanya satu agama saja, melainkan dari dua agama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
yaitu katolik dan islam. Selain itu menurut narasumber sisi religius itu artinya
penawaran tidak memiliki suatu akal busuk bahwa akan menipu orang lain, jadi
kesepakatan dibuat dengan rasa peri kemanusiaan. Misalnya ikan yang dibarter
agak besar dalam aturannya ditukar dengan satu mongan tetapi dalam perasaan
muncul ingin menambah satu buah lagi. Sehingga tertanam perasaan kemanusiaan
itu dan tidak ada sifat menipu. Kalau ada yang menipu maka akan dilaporkan
kepada mandor dan diberikan sanksi.
Dari segi nilai tradisi dan budaya, pasar barter adalah tradisi yang secara
turun temurun diwariskan dan dijaga oleh masyarakat sampai saat ini. Segi tradisi
dan budaya itu menjadi satu kesatuan karena pasar barter ini secara turun temurun
diwariskan kepada anak cucu sehingga sudah menjadi suatu tradisi dan
kebudayaan yang ada di Kecamatan Wulandoni.
Dari segi nilai keberagaman dilihat dari dua agama yang berbaur menjadi
satu dan juga adanya banyak pekerjaan yang terlibat, mulai dari petani, nelayan,
guru, PNS, dan lain-lain. Mereka bercampur dan tidak memandang perbedaan
diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi tetapi sebagai perekat. Ini juga
bisa masuk dalam aspek religius sebenarnya. Keberagaman juga dapat dilihat dari
orang-orang yang mengikuti pasar barter. Didalam pasar barter itu terdapat
banyak sekali profesi seperti petani, nelayang, para pekerja kantoran, dan ada juga
penjual barang-barang yang diluar barter. Mereka berkumpul menjadi satu.
Dari segi nilai gotong royong, masyarakat satu sama lain saling
membantu, misalnya saat ada yang membawa barang dengan beban berat, pasti
masyarakat akan menolong membawa barang tersebut ke tempatnya. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
biasanya jika ada orang yang kelihatannya sakit akan diberikan makan dan tempat
duduk khusus. Biasanya pada musim hujan, sungai yang berdekatan dengan pasar
barter rusak, maka mereka bergotong royoong membuat sungai lancar kembali.
Dari segi nilai sosial, sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Jadi
orang bertukar informasi di pasar tersebut. Selain itu, menjadi sarana bertemunya
para masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir pantai dan tentunya akan
bersosialisasi satu sama lain.
Nilai keadilan yang ada adalah masing-masing menerima haknya dan juga
memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari barang tersebut,
pastilah mereka menggantinya atau bahkan menambahkannya dengan barang
yang sama.
2. Aktivitas-aktivitas fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter
Wulandoni
a. Counting
Tabel 4.2 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Counting
Sistem perhitungan yang digunakan untuk kegiatan barter
N1 N2 N3 N4
Istilahnya
“mongan”.
Contoh: 2 ikan
ditukar dengan
jagung 12 bulir
(2 mongan).
Tidak ada
perhitungan.
Hanya ada
perhitungan
satu mongan
itu enam biji
atau enam
buah. Hanya
itu saja. Kalau
dari daerah
Untuk 1 potong
ikan atau 1
genggam garam
atau 1 genggam
kapur ditukar
dengan 6
batang jagung
atau 1 sisir
pisang.
Untuk perhitungan
jenis barang yang
dibarter itu
sebenarnya tidak
ada, jadi yang dari
bukit bawa hasil
pertaniannya
mereka, entah itu
jagung, ubi kayu,
atau singkong itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pantai kan
hanya ikan
saja, jadi kalau
mereka punya
itu ikan yang
utuh atau ikan
besar yang
sudah
dipotong-
potong dan kita
anggap macam
ukurannya itu
setengah kilo
mungkin. Tapi
itu hanya
perkiraan
karena tidak
pakai alat ukur.
kayak sayur-sayuran
atau apa hasil
perkebunan mereka
datang yang bisa
mereka siapkan apa
saja didatangkan ke
pasar barter. Yang
nelayan pasti ikan,
segala jenis ikan
yang mereka
tangkap, yang
mereka hasilkan,
dibawa, dan nanti
disitu mereka saling
tukar menukar.
Tidak ada yang
aturan-aturan jenis
barang apa yang
dibawa itu tidak ada.
Proses menghitung dikaitkan dengan bilangan yang diungkapkan dalam
bahasa daerah
1 mongan = 6
batang jagung
atau pisang.
Ungkapan
bahasa daerah
gunung dan
pesisir pantai
tidak berbeda,
karena mongan
adalah
kesepakatan dua
belah pihak,
yaitu pihak
daerah
pegunungan dan
pihak daerah
pantai.
Ungkapan
bahasa daerah
gunung dan
pesisir memang
berbeda, tapi
mudah
dipahami kedua
belah pihak.
Jadi di pasar
barter itu tidak
biasa pakai
bahasa
Indonesia,
pakainya
bahasa daerah.
Sebenarnya
bahasa
derahnya beda
hanya dalam
logat atau
dialek saja.
Dialek itu
semacam
lagunya itu
berbeda.
Jagung =
kwaror
Pisang =
mukor/muku
Ubi jalar =
hura
jalar/sawan
Ubi kayu =
hura kaju
Untuk ikan (1
dendeng atau 1
ekor) biasanya
dipakai bahasa
vare tou.
Satu genggam
garam atau
kapur
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Enam batang
jagung
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Garam yang
diisi dalam
daun lontar
disebut kube
tou.
Kalau bilangan
dalam bahasa daerah
itu ada. Ada bahasa
daerahnya gunung
dan pantai.
Sebenarnya kenapa
kedua daerah ini
(gunung dan pantai)
bisa memahami
bahasa mereka
masing-masing
karena saling
memahami bahasa-
bahasa mereka
karena menurut
cerita dari dahulu
kala sekali itu
mereka saling
menjalin hubungan
dekat maksudnya
kekeluargaan begitu.
Jadi misalnya orang
gunung datang ke
pantai, nah mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Sukun = punur
Kelapa = tapor
Sirih/pinang =
malor/kleruk
Satu = Tu
Dua = Jua
Tiga = Telu
Empat = Pat
Lima = Lem
Enam = Enem
Tujuh = Pito
Delapan =
Buto
Sembilan =
Siwa
Sepuluh =
Sepuloh
Kalau pantai
itu mungkin:
Satu = Tou
Dua = Rua
Tiga = Telu
Empat = Pat
Lima = Lem
Enam = Enem
Tujuh = Pitu
Delapan =
Buto
Sembilan =
Siwa
Sepuluh =
Pulo
itu akan berinteraksi
dngan bahasa daerah
mereka masing-
masing, jadi karena
mungkin sudah
terbiasa dengan
kedekatan mereka,
dengan bahasa yang
mereka gunakan,
akhirnya mereka
bisa memahami
bahasa mereka
masing-masing. Jadi
karena mereka
memang dari dulu
itu rasa
kekeluargaannya itu
sudah tinggi, jadi
hal-hal baru
termasuk bahasa
baru itu sudah
dipahami atau sudah
dimengerti dari dulu
karena kekeluargaan
itu.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
counting pada pasar barter Wulandoni. Dilihat dari sistem perhitungan
yang digunakan oleh masyarakat, yaitu “monga/mongan”. Dalam
sistem perhitungan tersebut menggunakan kelipatan enam buah.
Dimana 1 mongan = 6 buah, yang artinya enam hasil pertanian
(jagung, pisang, ubi) yang ditukarkan dengan satu potong ikan atau
satu tempurung garam atau satu genggam kapur. Pada masyarakat
Kecamatan Wulandoni tidak semuanya memiliki bahasa daerah yang
sama. Tetapi perbedaan itu tidak terlalu mencolok, sehingga mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dapat mengerti satu sama lain jika sedang berbarter. Perbedaannya
kadang juga hanya dari sisi dialek/logat saja.
b. Locating
Tabel 4.3 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Locating
Tempat untuk Pasar Barter
N1 N2 N3 N4
Tetap di
Wulandoni.
Kalau ditengah
pandemi ini,
pasar barter
berpindah-
pindah dan
rolling setiap
hari kamis. Itu
terjadi di
Lamalera dan
Belobao, dan
jumlah peserta
pasarnya
dibatasi minimal
20 orang. Dari
pegunungan dan
diwajibkan
pakai masker.
Tidak, hanya
Wulandoni
saja.
Ada dua tempat
pasar barter, yaitu
di Wulandoni
pada hari sabtu
dan di Lebala
pada hari rabu.
Dan terakhir
sekarang juga ada
pasar di Lamalera
pada hari kamis.
Dulu pasar barter
tetap di
Wulandoni, tetapi
untuk yang
sekarang ini,
sejak ada konflik
itu, jadi pasar
barter itu sudah
dua tempat,
Wulandoni dan
Lamalera.
Sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan
daerah pesisir pantai dibedakan.
Iya, karena
aturannya
seperti itu dari
dulu. Mungkin
supaya ada
pembeda untuk
masyarakat
gunung yang
mana dan
Jadi supaya
pergerakannya
itu satu. Jadi
daerah barat itu
misal ikan, dan
timur itu
gunung dan
selalu begitu.
Karena pada
saat fluit
Menghindari
transaksi barter
sebelum pasar
barter ini dibuka
secara resmi oleh
mandor pasar,
dengan cara
membunyikan
pluit (veku).
Sebenarnya untuk
itu cuma dikasih
batas jadi
masyarakat yang
dari bukit dan
dari pantai itu
dikasih batas
sebagai pembeda
atau jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
masyarakat
pesisir pantai
yang mana.
dibunyikan itu
orang dari barat
akan
mengelilingi
orang timur,
orang timur
yang duduk
saja. Lalu
mereka sorong,
tawar, lalu jadi,
maka diberikan,
jadi mereka
yang berjalan,
orang yang dari
peneta itu yang
jalan. Orang
yang gunung
itu tetap karena
barang kan
banyak dan dari
pantai kan
mereka hanya
isi ikan di
baskom.
Disana ada nilai
keadilan yang
bisa dipetik.
sebelum mereka
bertemu untuk
melakukan barter.
Jadi cuma dikasih
spasi begitu,
misalnya sudah
mulai
kegiatannya baru
yang dari daerah
pantai melewati
batas itu untuk
bertemu orang-
orang dari bukit
itu untuk
menukarkan
barang mereka,
ikan dengan ubi
misalnya, ikan
dengan sayur
begitu.
Hubungan pasar barter dengan masyarakat sekitar
Hubungan
saling
memenuhi
kebutuhan
hidup.
Pasar barter itu
adalah pasar
yang sangat
cepat utnuk
memiliki ikan
pada saat
perhitungan
kebutuhan ikan
satu minggu ini
mungkin
memiliki ikan
seperti
ini.sehingga di
kampong itu
memakan
dengan
menggunakan
ikan itu satu
minggu bisa
berjalan. Jadi
diprogramkan.
Masyarakat
merasa sangat
terbantu dalam
memenuhi
kebutuhan
mereka, mereka
tidak harus jalan
jauh ke
Lewoleba, ibu
kota kabupaten
untuk berbelanja
kebutuhan pokok
atau juga menjual
hasil komditinya
seperti kemiri,
kopra, kakao,
jambu mente.
Terjalin dengan
amat sangat baik.
Lokasi pasar barter digunakan untuk kegiatan lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tidak ada untuk
kegiatan lain,
khusus pasar
barter saja.
Tidak bisa, dia
hanya berlaku
untuk pasar
barter saja.
Tidak, cuma
digunakan untuk
kegiatan pasar
barter.
Tidak, hanya
untuk pasar
barter.
Pasar barter bisa terus eksis sampai saat ini, padahal sudah ada uang.
Karena sudah
menjadi tradisi.
Uang tetap ada
tetapi digunakan
untuk hal lain
yang sangat
membutuhkan
uang.
Contohnya
untuk bayar
sekolah anak.
Karena
masyarakat itu
merasa bahwa
ini adalah
budaya yang
harus diturun-
temurunkan
sehingga tidak
boleh putus
sehingga
hubungan kita
antar kampong
dalam satu
kecamatan itu
tetap berjalan
baik dengan
adanya
jembatan
melalui pasar
barter. Kadang-
kadang suatu
pasar itu juga
bisa
diumumkan
tambahan
bahwa kita ini
akan
melakukan
pesta paskah
akan terjadi
dikampung ini,
misalnya
begitu.
Sehingga
disana itu juga
sebagai sumber
informasi dan
perekat dalam
bidang agama.
Karena menurut
saya para pelaku
transaksi barter
mempertahankan
warisan nilai
yang sangat
fundamental,
yakni
kekeluargaan,
persaudaraan,
gotong royong,
dan keadilan.
Meskipun
sekarang sudah
ada uang sebagai
alat tukar modern
tapi bagi
masyarakat
sekitar barter itu
merupakan tradisi
yang sudah turun
temurun dari
zaman dahulu,
jadi untuk
masyarakat Desa
Wulandoni dan
sekitarnya itu
tetap menjadikan
barter sabagai
salah satu
kegiatan menjalin
hubungan
kekeluargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
locating pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari tempat
berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni yang bertempat di ibukota
Kecamatan Wulandoni, yaitu Desa Wulandoni. Tetapi saat akan
melakukan proses barter masyarakat dari daerah gunung dan
masyarakat dari daerah pesisir pantai dibedakan terlebih dahulu agar
menghindari transaksi barter sebelum pasar barter ini dibuka secara
resmi oleh mandor pasar, dengan cara membunyikan pluit (veku), serta
supaya pergerakannya itu satu. Jadi daerah barat itu daerah pantai, dan
timur itu gunung dan selalu begitu. Karena pada saat fluit dibunyikan
itu orang dari barat akan mengelilingi orang timur, orang timur yang
duduk saja. Lalu mereka datang, tawar, sepakat, dan melakukan
transaksi barter. Sehingga orang yang berjalan adalah orang yang dari
pantai sedangkan orang gunung tetap berada di tempat.
c. Measuring
Tabel 4.4 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Measuring
Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
N1 N2 N3 N4
Sistem
pengukuran
adalah mongan.
Contoh:
1 mongan
ditukar dengan
1 ikan.
Tidak ada
timbangan
begitu, jadi
hanya ada
mongan dan
ikan yang
dipotong kira-
Proses
menghitungnya
itu sama seperti
yang telah
dikatakan
sebelumnya.
Untuk ikan (1
Pakai monga
dengan 1 ikan.
Monga itu enam
jenis hasil
pertanian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kira setengah
kilo.
dendeng atau 1
ekor) biasanya
dipakai bahasa
vare tou.
Satu genggam
garam atau kapur
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Enam batang
jagung
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Garam yang diisi
dalam daun lontar
disebut kube tou.
Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
Sama Semua sama,
hanya ada juga
yang pakai
kesepakatan.
Misal orang
minta buah
kepala, itukan
orang pikir
ikan satu
kelapanya
berapa. Karena
kelapa itu
tidak biasa ada
dibarter.
Hanya saja
mungkin
kelapa itu
dibawa karena
dalam
perjalanan
kehausan.
Sukun juga itu
tidak
berdasarka
mongan.
Sama, sistemnya
sama.
Semuanya sama,
tapi kadang juga
tergantung
kesepakatan
bersama.
Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
Tidak ada
perubahan
pengukuran.
Tidak
menggunakan
alat ukur atau
timbangan. Hal
itu dikarenakan
kebiasaan yang
ada.
Tidak ada
sampai
sekarang.
Timbangan
tidak
diperlakukan
sampai
sekarang.
Tidak ada satu
kilo dua kilo.
Orang
memakai
tradisi yang
dulu.
Bila dicermati
masyarakat tempo
dulu tidak
mengetahui
adanya alat ukur
sehingga mereka
tidak pernah
menggunakannya
dan untuk
sekarang masih
tetap sama, tanpa
alat ukur, karena
mereka mengikuti
tradisi yang ada.
Bukan tidak
diperbolehkan,
tetapi kebanyakan
yang melakukan
barter tidak punya
alat seperti itu,
sehingg mereka
tetap
menggunakan cara
yang lama.
Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
Ya, setara
dengan barang
yang
ditukarkan.
Dianggap
setara. Jadi
jagung itukan
dikupas, misal
jagung ada
kerusakan,
maka diganti
satu atau diberi
tambah satu.
Bagitu caranya
sehingga utuh.
Tidak
dibodokin atau
ditipu.
Iya, mereka
menerima
masing-masing
barang yang
setara ditukarkan,
tetapi dalam
praktek banyak
kali mereka
melakukannya
atas dasar
kekeluargaan
(bukan keluarga
kerena pertalian
darah)
mkasudnya
masing-masing
mereka merasa
sangat dekat,
merasa sebagai
keluarga, sudah
saling mengenal
sehingga
transaksi
dilakukan secara
kekeluargaan.
Misalnya pisang
atau jagung,
garam, ikan yang
Barang yang
diterima dan
diberikan itu
selalu sebanding
itu karena orang-
orang yang dari
pantai dan bukit
itu selalu
melakukan tukar
menukar itu
mereka
melakukannya
dengan penuh
keikhlasan.
Maksudnya
mereka tahu kalau
mereka berbeda,
jadi mereka akan
memberikan
sesuatu yang
anggapan mereka
saya memberikan
ini biar dia senang,
saya kasih ini
karena dia
membeutuhkan
saya. Mereka
memberikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ditukarkan
ditambah dengan
yang lain, atau
jumlahnya lebih
dari sistem umum
yang digunakan.
menerima itu
sebagai bentuk
saling melengkapi
dan membantu.
Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
Semua barang
dibarter (hasil
pertanian dan
hasil laut).
Jagung, ubi,
pisang, sukun,
sirih pinang.
Jadi hasil
pertanian
apapun bisa,
hanya beras
tidak boleh,
karena barter
itu hal-hal
yang
menopang
kecil saja
untuk makan.
Sedangkan
beras itu pada
umumnya
orang jual ke
pasar ibukota
kabupaten
untuk
mendapatkan
uang. Dan itu
untuk
kebutuhan
anak-anak
yang sekolah,
dll.
Tidak ada
penentuan
barang, tetapi
umumnya barang-
barang kebutuhan
pokok.
Tidak ada
penentuan, tapi
biasanya yang dari
laut itu ikan dan
garam. Kalau dari
gunung itu jagung,
pisang, ubi.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
measuring pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari sistem
pengukuran yang digunakan masyarakat. Seperti yang telah dikatakan
pada aktivitas counting sebelumnya bahwa masyarakat menggunakan
sistem pengukuran monga/mongan. 1 monga/mongan = 6 buah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Sistem ini digunakan untuk semua orang yang berbarter, tetapi kadang
juga menggunakan kesepakatan dari kedua belah pihak. Hasil yang
diterima oleh masing-masing pihak juga dianggap setara, karena
mereka melakukannya atas dasar kekeluargaan.
d. Designing
Tabel 4.5 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Designing
Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
N1 N2 N3 N4
Kesepakatan
bersama.
Dipilih di
Wulandoni
karena sudah
ada kesepakatan
dari dulu antara
orang Lamalera
dan Lewuka
bahwa
tempatnya di
Wulandoni,
kerena jarak
antara Lewuka
dan Wulandoni
sama dengan
jarak Lamalera
dan Wulandoni.
Itu
berdasarkan
kesepakatan
daerah kami,
Lewuka dan
daerah pantai
Lamalera.
Karena
kebutuhan
makanan untuk
daerah
Lamalera itu
tidak bisa
dipenuhi hanya
oleh hasil laut
yang
didapatkan
dari pekerjaan
nelayan. Jadi
mereka harus
berbarter untuk
memenuhi
kebutuhan
dengan daerah
bukit atau
pegunungan.
Pembentukkannya
didasarkan pada
kepentingan
kedua kelompok
masyarakat
(gunung dan
pantai).
Kesepakatan
nenek moyang
zaman dahulu.
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Kalau bentuk
pasar sama
seperti bentuk
pasar lainnya
berbentuk kotak
yang panjang
kalau tidak
salah. Tetapi
bedanya saat
mau melakukan
barter kedua
wilayah harus
dipisah terlebih
dahulu supaya
tidak ada yang
start duluan
untuk barter.
Kayaknya
menurut saya
persegi
panjang tetapi
orang yang
duduk itu
kayak bulat
panjang.
Sejauh yang saya
tahu, tidak ada.
Bentuk pasar
seperti
bujursangkar.
Peraturannya
terlihat dari proses
awal, yang pesisir
pantai di sebelah
timur dan yang
barat dari gunung.
Bentuknya persegi
panjang.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
designing pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari bentuk
pasar, yaitu seperti bentuk persegi panjang. Hanya saja saat
melakukan proses barter kedua wilayah harus dipisahkan terlebih
dahulu supaya tidak ada yang mulai duluan dalam berbarter. Pasar
barter ini terbentuk karena kesepakatan daerah gunung Lewuka dan
daerah pantai Lamalera. Karena kebutuhan makanan untuk daerah
Lamalera itu tidak bisa dipenuhi hanya oleh hasil laut yang didapatkan
dari pekerjaan nelayan. Jadi masyarakat Lamalera harus berbarter
untuk memenuhi kebutuhan dengan daerah bukit atau pegunungan.
Dipilihnya Wulandoni sebagai tempat untuk pasar barter karena jarak
antara Lewuka dan Wulandoni sama dengan jarak Lamalera dan
Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
e. Playing
Tabel 4.6 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Playing
Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama
ini?
N1 N2 N3 N4
Ada. Contoh
jumlah
peserdiaan
jagung kurang,
bisa ditambah
dengan barang
yang lain,
misalnya ubi
atau pisang.
Bisa terjadi,
apabila
misalnya
ikannya itukan
besar dan bawa
bulat dan dia
yang tentukan
berapa sisir
pisang. Jadi
tawarannya
lain.
Ada proses
tawar-
menawar.
Proses tawar-
menawar memang
ada. Misalkan ikan
yang saya bawa
ukurannya besar
semua dan ada ikan
yang ukuran kecil
terselip satu. Maka
kadang saya
langsung
memberikannya
cuma-cuma dengan
yang sudah barter
dengan saya, tetapi
kadang saya tawar
lagi dengan yang
saya butuhkan.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
playing pada pasar barter Wulandoni. Hal itu dilihat dari adanya proses
tawar-menawar yang terjadi dalam barter. Misalkan contohnya jumlah
peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang yang lain,
misalnya ubi atau pisang. Atau ikan yang dibawa lebih satu (ikan
kecil), bisa ditawar untuk ditukarkan dengan 1 jagung. Atau ada yang
membawa ikan besar dalam bentuk bulat tidak dibagi-bagi lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sehingga dia bisa menentukan apa saja yang ingin dibarter dengan ikan
tersebut, kalau kedua belah pihak setuju, terjadilah barter. Jadi tidak
mesti harus memakai monga/mongan.
f. Explaining
Tabel 4.7 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental
Explaining
Bagaimana proses barter dilakukan?
N1 N2 N3 N4
Barang ditukar
ikan, garam,
kapur sirih, dll.
1 mongan
dengan 1 waren
ikan paus kering
2 mongan
jagung dengan 2
ikan terbang
kering yang
sudah dibelah
(kmanuk)
3 mongan
jagung dengan 3
ikan kering.
1 mongan
jagung dengan
satu genggam
kapur siri
2 mongan
jagung dengan 2
tempurung
garam.
Untuk beras,
dulunya tidak
dijual tetapi
sekrang dijual
dan dibeli
Siklusnya itu
orang bawa
ikan datang
dan
mengelilingi
orang yang
bawa hasil
pertanian. Jadi
sampai
ikannya habis
baru dia
langsung
keluar. Kalau
ikan belum
habis, berarti
dia keliling
kunjungi orang
sampai di
orang terakhir.
Jagung sudah
pasti mongan,
pisang juga,
kalau ubi kecil-
kecil berarti
mongan, tapi
kalau macam
ubi kayu,
berarti pakai
kesepakatan,
tetapi biasanya
Proses barternya
itu sama seperti
yang telah
dikatakan
sebelumnya.
Untuk ikan (1
dendeng atau 1
ekor) biasanya
dipakai bahasa
vare tou.
Satu genggam
garam atau kapur
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Enam batang
jagung
dibahasakan
sebagai monga
tou.
Garam yang diisi
dalam daun
lontar disebut
kube tou.
Masyarakat
Kecamatan
Wulandoni
berkumpul baik
yang dari gunung
maupun pesisir.
Mereka
menempati
tempatnya
masing-masing.
Pesisir barat dan
gunung timur.
Terus nanti
mandor ambil
pajak. Kalau
semua sudah,
nanti ditiup fluit
yang menandakan
barter dibuka.
Kami yang dari
pesisir jalan
keliling mereka
yang dari gunung
untuk berbarter
dengan barang
yang kami bawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dengan uang. 3. Kalau sirih
pinang itu
masing masing
berjumlah
enam sehingga
total 12 dan
ditukar dengan
1 ikan. Garam
itu dibuat satu
kube biasanya
ditukar dengan
buah-buahan.
Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
Uang dibutuh
tapi pembelian
bukan di pasar
barter.
Tidak, selama
barter itu orang
tidak berpikir
tentang uang,
yang orang
pikir itu
kebutuhan
makan.
Sebelumnya
dapat dipahami
bahwa peredaran
alat tukar sangat
terbatas jadi
masyarakat tidak
menggunakan
alat tukar tetapi
dalam
perkembangan
hingga hari ini,
mereka juga bisa
menggunakan
alat tukar (uang),
tergantung
kesepakatan
bersama (pelaku
transaksi barter).
Uang juga
digunakan sebagai
alat tukar. Jadi
bagi sebagai
pembeli itu
mereka akan
datang membeli
itu dengan uang.
Tidak hanya
menukar barang
dengan barang
tetapi disitu juga
membeli barang
juga ada. Jadi
uang juga dipakai
dalam proses
barter itu. Terlebih
mereka yang
berprofesi sebagai
guru, pegawai, dll.
Pembeli tidak
semestinya yang
pegawai beli pakai
uangnya terus
yang bukan
pegawai (yang
petani atau
nelayan) itu pakai
barang.
Sebenarnya boleh
siapa saja bisa beli
pakai uang, kalau
dia tidak punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
barang untuk
ditukarkan atau
mungkin dia
datang sebagai
pembeli, bukan
sebagai penukar.
Untuk waktu
pembelian bagi
para pegawai itu
tergantung atau
tidak dibatasi
siapa duluan siapa
duluan , bebas.
Misalnya, sebelum
barter dimulai
yang datang mau
beli pakai uang,
tidak papa. Itu
tidak dilarang
juga, tapi kalau
misalnya sudah
jamnya mau
barter, tetap barter.
Jadi tidak dibatasi
atau dilarang,
tetapi tetap yang
barter yang
diutamakan.
Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
Nilai tidak
terlalu
diperhatikan,
yang terpenting
adalah kesepatan
yang sudah
dibangun.
Orang tidak
menilai dari
nilai brang itu
jadi orang akan
melihat dari
kugunaan
barang itu
sebagai
pemenuhan
kebutuhan.
Semua barang
yang dibarter itu
pasti tidak akan
dianggap rugi.
Karena itu untuk
memenuhi
kebutuhan setiap
hari.
Untuk nilai barang
itu kedua pihak ini
akan melakukan
kesepakatan dulu.
Mereka
melakukan
kesepakatan sesuai
dengan bentuk dan
ukuran serta nilai
barang yang akan
mereka tukar.
Kalua misalnya
tidak sepakat
berarti tidak bisa
melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
penukaran.
Pernah terjadi
tidak sepakat. Itu
terjadi kalau salah
satu dari penukar
itu merasa barang
yang diterima
tidak seperti yang
diinginkan. Misal
saya mau satu sisir
pisang tapi Cuma
dapat setengah
saja. Kalau missal
penawaran tidak
sesuai dengan
keinginan maka
tidak terjadi
penukaran.
Pasar barter bisa terus eksis sampai saat ini, padahal sudah ada uang.
Karena sudah
menjadi tradisi.
Uang tetap ada
tetapi digunakan
untuk hal lain
yang sangat
membutuhkan
uang.
Contohnya
untuk bayar
sekolah anak.
Karena
masyarakat itu
merasa bahwa
ini adalah
budaya yang
harus diturun-
temurunkan
sehingga tidak
boleh putus
sehingga
hubungan kita
antar kampong
dalam satu
kecamatan itu
tetap berjalan
baik dengan
adanya
jembatan
melalui pasar
barter. Kadang-
kadang suatu
pasar itu juga
bisa
diumumkan
tambahan
bahwa kita ini
akan
melakukan
pesta paskah
akan terjadi
Karena menurut
saya para pelaku
transaksi barter
mempertahankan
warisan nilai
yang sangat
fundamental,
yakni
kekeluargaan,
persaudaraan,
gotong royong,
dan keadilan.
Meskipun
sekarang sudah
ada uang sebagai
alat tukar modern
tapi bagi
masyarakat
sekitar barter itu
merupakan tradisi
yang sudah turun
temurun dari
zaman dahulu,
jadi untuk
masyarakat Desa
Wulandoni dan
sekitarnya itu
tetap menjadikan
barter sabagai
salah satu
kegiatan menjalin
hubungan
kekeluargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dikampung ini,
misalnya
begitu.
Sehingga
disana itu juga
sebagai sumber
informasi dan
perekat dalam
bidang agama.
Dipilih hari sabtu pagi sebagai waktu barter bukan hari lainnya.
Dari zaman
nenek moyang
memang sudah
begitu, karena
hari minggu
besoknya
orang tidak
bekerja kebun
maupun
tangkap ikan.
Sehingga hari
minggu
saatnya untuk
istirahat.
Hari sabtu pagi itu
karena mengikuti
nenek moyang.
Tetapi relevannya
dengan zaman
sekarang, karena
biasanya mencari
hasil hanya
sampai hari sabtu.
Hasil yang
didapat dari hari
senin sampai
sabtu subuh/pagi
dikumpulkan
untuk dibawa ke
pasar barter
supaya bisa
ditukarkan untuk
bahan makanan
selama seminggu
ke depan.
Sedangkan hari
minggu saatnya
pergi gereja dan
istirahat di rumah.
Barang yang dibarter hanya dibatasi oleh hasil pertanian/pantai.
Iya, hanya
hasil pertanian
dan ikan yang
orang nikamati
langsung
makan karena
merupakan
kebutuhan
dasar.
Memang hanya
barang-barang
yang merupakan
hasil dari
masyarakat. Kalau
dari pembelian
tidak mungkin
dijual lagi, karena
pasti barang itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dibutuhkan.
Untuk apa
membeli tetapi
tidak digunakan.
Mengapa 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung atau yang lainnya.
Mongan
dengan ikan itu
adalah
kesepakatn
awal yang
dibuat oleh
masyarakat
dahulu.
Karena nenek
moyang dahulu
menganggap 1
ikan dengan 1
mongan jagung
atau pisang atau
ubi itu sudah
setara nilainya.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas
explaining pada pasar barter Wulandoni. Hal itu dilihat dari proses
barter yang terjadi. Masyarakat Kecamatan Wulandoni berkumpul baik
yang dari gunung maupun pesisir. Mereka menempati tempatnya
masing-masing. Pesisir pantai daerah pasar bagian barat dan gunung
daerah pasar bagian timur. Setelah itu mandor mulai mengambil pajak
dari masing-masing orang. Kalau semua pajak sudah diambil, ditiuplah
fluit yang menandakan pasar barter dibuka atau kegiatan berbarter
boleh dilakukan. Masyarakat yang dari pesisir jalan mengelilingi
masyarakat yang dari gunung untuk berbarter dengan barang yang
dibawa. Kebanyakan masyarakat menggunakan aturan mongan/monga
untuk melakukan barter tetapi ada juga yang memakai sistem tawar-
menawar. Tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Pada zaman
dahulu pasar barter ini sama sekali tidak menggunakan uang. Tetapi
sekarang sudah dapat digunakan uang. Yang menggunakan uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
adalah mereka yang berprofesi sebagai guru, pegawai, dan lain-lain.
Tidak ada aturan jika seseorang itu membeli menggunakan uang, tidak
hanya pegawai saja melainkan petani dan nelayan juga. Sebenarnya
diperbolehkan siapa saja membeli menggunakan uang, kalau memang
tidak mempunyai barang untuk ditukarkan. Untuk waktu pembelian
bagi para pegawai atau yang tidak mempunyai barang untuk
ditukarkan itu tergantung atau tidak dibatasi Misalnya, sebelum barter
dimulai yang datang mau membeli menggunakan uang, tidak dilarang.
Tapi kalau sudah jamnya barter, tetap hanya barter saja. Jadi tidak
dibatasi atau dilarang, tetapi tetap yang barter yang diutamakan. Dan
untuk prinsip kesetaraan, semua masyarakat menganggap semua yang
dibarter dan yang diperoleh itu setara.
Selain itu, Pasar Barter ini masih sampai sekarang dan tetap eksis
walaupun alat tukar uang sudah ada, hal ini dikarenakan masyarakat
menganggap pasar barter ini sudah menjadi suatu tradisi dan budaya
yang harus diturun-temurunkan sehingga tidak boleh putus. Walaupun
uang juga tetap digunakan untuk hal lainnya.
Pemilihan hari sabtu pagi juga didasarkan pada kegiatan dari
masyarakat. Masyarakat biasanya bekerja di laut atau di kebun pada
hari senin sampai sabtu. Sementara hari minggu adalah hari gereja dan
istirahat. Sehingga jika mereka mendapatkan hasil dari berkebun
ataupun berlayar, akan mereka simpan sampai pada hari sabtu dimana
semua orang dapat menukarkan hasil mereka masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Hasil-hasil yang mereka dapatkan dari berkebun dan berlayar
mencari ikan, pastilah menjadi bahan yang dapat mereka gunakan
sebagai bahan pertukaran di pasar barter karena jika bukan dari barang
atau bahan tersebut, barang apalagi yang bisa ditukarkan. Sudah jelas
jika barang yang mereka beli misalnya, akan mereka gunakan sehingga
bukan untuk dibarter lagi. Selain itu, untuk aturan pertukaran 1 ikan
dengan 1 mongan, memang telah menjadi aturan dari nenek moyang
karena mereka menganggap bahwa hal tersebut setara atau sebanding.
3. Pengembangan Pasar Barter ke depannya
Tabel 4.8 Hasil Wawancara tentang Pengembangan Pasar Barter
Terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau perkembangan yang terjadi dari
dahulu ke sekarang
N1 N2 N3 N4
Ada perbedaan, dulu
hanya barter, tetapi
sekarang sudah
campur aduk dengan
uang, barang bisa
dibeli dengan uang.
Perbedaan yang
sangat terlihat adalah
dapat digunakannya
uang dalam pasar
barter. Tapi
penggunaan uang
hanya sedikit orang,
termasuk para PNS,
dll.
Bisa pakai alat tukar
uang, tergantung
kesepakatan.
Iya, ada perbedaan,
kalau dulu hanya
barter saja tetapi
sekarang pakai uang
juga bisa. Tetapi tetap
barter yang lebih
dominan, karena itu
tradisi.
Rencana untuk mengembangkan pasar barter
Belum ada. Hanya
saja karena adanya
covid ini, pasar barter
berpindah-pindah ke
desa-desa dan jumlah
orang yang berbarter
dibatasi hanya 20
orang.
Kalau setau saya tetap
itu saja. Orang tetap
duduk dibawah pohon
dan dibatu.
Tidak ada. Tidak ada.
Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang melakukan pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru, pekerja kantoran, dll. Apakah mereka
tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa
uang bukanlah hasil tani ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
Ada kebijakan, bisa
belanja barang-barang
dengan uang.
Iya, mereka pada
umumnya tidak ikut
dalam pasar itu tapi
mereka juga sekarang
di luar pasar bisa
membeli di pasar
barter menggunakan
uang.
Sekarang pasar barter
terbuka untuk siapa
saja. Tidak terbatas
hanya untuk
masyarakat pesisir
dan gunung, pegawai
bisa terlibat dengan
menggunakan alat
tukar uang.
Untuk masyarakat
yang bekerja sebagai
guru dan pegawai
kantoran, dan
sebagainya itu,
mereka tetap akan
datang ke pasar barter
itu karena mereka
mencari kebutuhan
untuk makan sehari-
hari mereka, jadi
mereka akan membeli
kebutuhan mereka itu
atau persediaan
makanan mereka
dengan uang yang
mereka punya.
Selama saya
mengikuti barter,
guru, pegawai, dan
sebagainya itu mereka
selalu membeli barang
dengan uang. saya
tidak pernah lihat
kalau mereka
membeli barang
dengan menukar
barang yang mereka
punya. Tapi yang saya
tahu mereka selalu
membeli dengan uang
tidak pake barang.
Adakah unsur-unsur baru yang akan atau sudah ditambahkan untuk kepentingan lebih lanjut
dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
Waktu pasar barter,
ada juga pedagang
yang menjajakan
barang-barangnya,
tetapi tempat
dipisahkan dari lokasi
barter.
Waktu pasar seingat
saya dulunya jam
09.00 tetapi sekarang
sudah jam 08.00. dan
adanya pedagang
yang jualan barang di
pasar barter itu, tetapi
itu dibeli dengan uang
Iya, unsur baru yang
dapat dilihat yakni
yang mengambil
bagian dalam pasar
barter bukan hanya
masyarakat pesisir
pantai dan gunung
tetapi juga sekarang
Pasar barter itu tetap
ada cuma yang
sekarang ini pasar
barter tidak lagi
seperti yang dulu.
Maksudnya bukan
hanya barang-barang
hasil mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dan tidak berpengaruh
terhadap pasar barter.
Hal itu dapat dilihat
sebagai suatu
kemajuan karena
orang tidak perlu
bersusah payah untuk
membelinya ke
ibukota kabupaten.
terbuka untuk siapa
saja, pedagang yang
lain, tetapi ciri dasar
pasar barter tetap
dipertahankan.
pencaharian mereka
saja yang ditukarkan,
tetapi sekarang itu
pasar barter bahkan
dijual pakaian,
makanan-makanan
yang sudah diolah
atau makanan jadi,
jadi seperti pasar pada
umumnya, tetapi yang
diutamakan disitu
tetaplah barternya
sendiri.
Untuk tempat yang
menjual makanan jadi
dan baju-baju itu
tempatnya dibedakan,
jadi tidak gabung
dengan lokasi barter.
Sebenarnya tidak jauh
dengan lokasi barter,
tetapi tempatnya
memang dibedakan
sendiri.
Dan penjual itu ada
yang dari luar daerah
Wulandoni, terutama
yang dari Lewoleba.
Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
Tidak ada gedung
Tidak ada terpal
Tetapi diadakan
ditempat terbuka (di
bawah pohon).
Kekurangan dari pasar
barter itu menurut
saya sudah harus
dibuat tempat-tempat
yang layak untuk
orang duduk, ada
semacam tempat yang
dibuat permanen
sehingga orang
terlindung dari panas
matahari atau hujan
misalnya. Jadi ada
tempat duduk khusus
yang terlindung dari
sinar matahari atau
hujan sehingga aman.
Karena kalau hujan
turun, biasanya lari ke
Menurut saya tidak
ada. Tapi sebaiknya
jalanan di semua desa
Kecamatan
Wulandoni di aspal
atau rabat yang sudah
berlubang diperbaiki
sehingga
memudahkan orang
untuk sampai ke Pasar
Barter Wulandoni.
Kalau dari saya
pribadi, saya ingin
supaya pasar itu ada
tempat untuk
berteduh, jangan
hanya sekedar tempat
terbuka, tetapi ada
bangunan untuk
berlindung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pohon atau mungkin
ada yang bawa
payung kecil, ya
syukur dia biasa
melindungi dirinya.
Jadi kekurangannya
ya itu, memang pasar
tradisional tapi tidak
seperti di pasar-pasar
yang sekarang di kota
ada tempat begitu,
jadi ini terbuka.
Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa pengembangan
Pasar Barter Wulandoni masih diinginkan oleh masyarakat Kecamatan
Wulandoni. Mereka menginginkan memiliki gedung untuk berteduh di
pasar dan jalan aspal atau rabat untuk memudahkan semua orang dari
desa masing-masing untuk sampai ke Pasar Barter Wulandoni. Hanya
itu saja yang diinginkan masyarakat sampai saat ini untuk
pengembangan pasar kedepannya.
D. PASAR BARTER WULANDONI DI TENGAH PANDEMI COVID19
Pasar Barter Wulandoni mulai beroperasi sejak ratusan tahun yang
lalu. Sepanjang sejarah itu sampai saat ini, pasar barter baru tutup dalam
waktu yang lama selama dua kali. Yang pertama karena bentrokan berdarah
pada tanggal 17 Agustus 2014 antara warga Desa Pantai Harapan dengan
warga Desa Wulandoni. Bentrokan itu terjadi disebakan oleh persoalan tanah,
lebih tepatnya batas wilayah. Masyarakat Pantai Harapan membuat gapura
wilayah mereka di Desa Wulandoni. Masyarakat Wulandoni tidak terima akan
hal tersebut, sehingga kerusuhan pun terjadi. Karena hal tersebut Pasar Barter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Wulandoni ditutup selama tiga tahun. Waktu yang cukup lama sehingga
masyarakat merasa kesusahan. Sebenarnya yang ambil bagian dalam
bentrokan/kerusuhan itu adalah masyarakat yang juga ambil bagian dalam
Pasar Barter Wulandoni. Karena Pasar Barter Wulandoni sudah menjadi
jantung bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hanya saja demi menjaga
agar tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak lagi, diambillah
keputusan oleh pemerintah untuk menutup Pasar Barter Wulandoni tersebut.
Tetapi tepat pada hari sabtu, 05 Agustus 2017 dimulailah kembali pusat
perekonomian masyarakat Wulandoni, yaitu Pasar Barter Wulandoni yang
ditandai dengan seremonial peniupan fluit oleh Bupati Lembata Eliaser Yentji
Sunur di gerbang masuk pasar. Penuturan seorang Bapak bernama Yosef Boli
Gokok (71 tahun), warga Desa Wulandoni yang ikut serta dalam kegiatan
pembukaan kembali pasar tersebut menyatakan selama ini dirinya dan
keluarga bahkan hampir seluruh masyarakat Wulandoni menggantungkan
hidup keluarga dengan menukar ikan tangkapannya dengan bahan makanan
lain dari pegunungan. Untuk itu Bapak Yosef mengaku sangat kesulitan
selama ini untuk memperoleh bahan makanan bagi orang pantai sejak tidak
beroperasinya pasar tradisional tersebut. “Selama ini kami menukar ikan dan
hasil tangkapan kami dengan bahan makanan dari saudara kami yang lain dan
sejak ditutup ini pasar kami mengalami kesulitan. Hari ini pasar sudah dibuka
kembali dan kami bisa tukar menukar lagi untuk keperluan hidup sehari-hari.”
(Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Yang kedua dikarenakan pandemi Covid19 yang disebabkan oleh
virus Corona yang telah masuk ke Indonesia bahkan ke Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Penutupan pasar barter oleh pandemi ini adalah pada bulan
Maret 2020. Selama kurang lebih dua bulan Pasar Barter Wulandoni tidak
diaktifkan. Tetapi karena mengingat seluruh masyarakat tetap harus
melanjutkan hidup di tengah pandemi ini, maka akhirnya dibuat keputusan
bahwa barter bisa terjadi di setiap desa di Kecamatan Wulandoni secara
bergilir, supaya masyarakat tidak merasa kesulitan seperti penutupan pertama
Pasar Barter Wulandoni. Dalam kegiatan berbarter di tiap desa secara bergilir
tersebut, masyarakat tetap harus menaati protokol kesehatan yang dianjurkan,
yaitu menggunakan masker, menjaga jarak satu orang dengan yang lainnya,
dan pastinya mencuci tangan. Salah satu keuntungan pasar barter di era
pandemi ini adalah karena tidak menggunakan uang yang menjadi salah satu
sarang virus. Tetapi memang kegiatan berbarter juga dapat membuat virus
menyebar lewat pertukaran barang tersebut, hanya saja lewat barter barang
tersebut biasanya hanya dipegang oleh dua orang yang ingin berbarter. Namun
kalau uang, dipegang oleh banyak orang sehingga menjadi sarang virus dan
uang mudah rusak jika dicuci, kalau barang yang dibarter malah sebaiknya
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memasak.
Setelah dua bulan berlalu Pasar Barter Wulandoni akhirnya kembali aktif
dibuka tepatnya pada hari Sabtu, 16 Mei 2020. Banyak pedagang yang
bersyukur pasar barter kembali dibuka. Selama ini mereka tidak dapat menjual
atau menukarkan hasil komoditi karena pasar ditutup. Dengan dibukanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
kembali Pasar Barter Wulandoni tentu akan berdampak pada kehidupan
ekonomi mereka. Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero menuturkan tradisi
barter di Pasar Wulandoni sesungguhnya merupakan kekayaan dan warisan
budaya yang masih tersisa di Lembata.” Kita harus terus melestarikan sebagai
kekayaan yang bernilai. ”Dibukanya pasar barter juga menerapkan protokol
kesehatan yang cukup ketat. Dimana para pedagang dan pembeli harus
mencuci tangan sebelum masuk ke dalam area pasar. Mereka juga wajib
mengenakan masker dan menerapkan aturan jaga jarak dimana dalam pasar
tersebut telah diberikan lingkaran putih sebagai tanda wilayah dari seseorang.
(Koran harian Pos Kupang, Minggu 17 Mei 2020).
E. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN
1. Makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung pada Pasar
Barter Wulandoni bagi masyarakat
Makna filosofis atau nilai mendasar adalah nilai yang dianggap baik oleh
kehidupan masyarakat sehingga kehidupan masyarakat tersebut bisa eksis
di masa mendatang.
a. Nilai Religius
Nilai religius yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat
dilihat dari masyarakat yang mengikuti dan terlibat dalam pasar
tersebut bukan hanya masyarakat dari suatu agama saja, melainkan
dua agama, yaitu Katolik dan Islam. Mereka juga mengamalkan
ajaran agama mereka pada pasar barter seperti saling menghargai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
saling tolong-menolong, tidak menipu, berbagi satu sama lain dalam
suka maupun duka, saling mendoakan, dan sebagai perekat satu sama
lain.
b. Nilai Tradisi
Nilai tradisi yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat
dilihat dari pasar barter beserta kegiatan barternya yang merupakan
kebiasaan yang secara turun-temurun diwariskan dan dijaga oleh
masyarakat Kecamatan Wulandoni sampai saat ini.
c. Nilai Budaya (Peradaban)
Nilai budaya (peradaban) yang terdapat dalam Pasar Barter
Wulandoni dapat dilihat dari pasar barter beserta kegiatan barternya
sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimilki bersama oleh
masyarakat Wulandoni dan diwariskan kepada generasi ke generasi.
d. Nilai Keberagaman (Multikultural)
Nilai keberagaman (multikultural) yang terdapat dalam Pasar Barter
Wulandoni dapat dilihat dari dua agama yang berbaur menjadi satu
dan berbagai orang dengan profesi yang berbeda dapat disatukan.
Mereka bercampur menjadi satu dan tidak memandang perbedaan
yang ada diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi, tetapi
sebagai perekat satu sama lain. Tanpa adanya nelayan, orang tidak
bisa memakan ikan dan tanpa adanya petani, orang tidak bisa
memakan hasil pertanian atau perkebunan.
e. Nilai Gotong-Royong atau Kebersamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Nilai gotong-royong atau kebersamaan yang terdapat dalam Pasar
Barter Wulandoni dapat dilihat dari sikap saling membantu.
Misalnya saat ada yang membawa barang dengan beban berat, pasti
masyarakat akan menolong membawa barang tersebut ke tempatnya.
Selain itu biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau apa itu,
diberi makan diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi
pada musim hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter
menjadi rusak atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan
sehingga kali itu dapat lancar kembali.
f. Nilai Sosial atau Relasi Sosial
Nilai sosial atau relasi sosial yang terdapat dalam Pasar Barter
Wulandoni dapat dilihat dari pasar barter itu sendiri menjadi sarana
bertemunya para masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir
pantai dan tentunya pada pertemuan itu mereka juga akan
bersosialisasi satu sama lain. Selain itu pasar barter bisa sebagai
sumber untuk mendapatkan informasi. Jadi orang bertukar informasi
di pasar barter tersebut.
g. Nilai Keadilan
Nilai keadilan yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat
dilihat dari masing-masing orang menerima haknya dan juga
memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari
barang tersebut, pastilah mereka menggantinya atau bahakan
menambahkannya dengan barang yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Aktivitas-aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada Pasar
Barter Wulandoni.
Terdapat 6 aktivitas fundamental matematis pada Pasar Barter Wulandoni
menurut Bishop:
a. Aktivitas Counting pada Pasar Barter Wulandoni
Dalam Pasar Barter Wulandoni, aktivitas counting dapat
terlihat dari sistem perhitungan yang digunakan untuk kegiatan
berbarter. Sistem perhitungan tersebut disebut mongan/monga. Yang
artinya enam hasil pertanian (jagung, pisang, ubi) yang ditukarkan
dengan satu potong ikan atau satu tempurung garam atau satu
genggam kapur.
Dalam masyakarat Kecamatan Wulandoni juga memiliki
bahasa daerah yang terbagi atas dua daerah tersebut. Tetapi
perbedaan itu tidak terlalu mencolok, sehingga mereka dapat
mengerti satu sama lain jika sedang berbarter. Perbedaannya kadang
juga hanya dari sisi dialek/logat saja. Dalam menyebutkan bilangan
dalam berbarter ataupun kehidupan sehari-hari, masyarakat juga
menggunakan bahasa daerah masing-masing. Sehingga sistem
bilangan yang dipakai memang sama hanya penyebutannya berbeda
atau menggunakan bahasa mereka sendiri.
Dari daerah gunung:
Jagung = kwaror
Pisang = mukor/muku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Ubi jalar = hura jalar/sawan
Ubi kayu = hura kaju
Sukun = punur
Kelapa = tapor
Sirih/pinang = malor/kleruk
1 = Tu 11 = Pul Tu Tu 21 = Pul Ju Tu
2 = Jua 12 = Pul Tu Jua 22 = Pul Ju Jua
3 = Telu 13 = Pul Tu Telu 23 = Pul Ju Telu
4 = Pat 14 = Pul Tu Pat 24 = Pul Ju Pat
5 = Lem 15 = Pul Tu Lem 25 = Pul Ju Lem
6 = Enem 16 = Pul Tu Enem 26 = Pul Ju Enem
7 = Pito 17 = Pul Tu Pito 27 = Pul Ju Pito
8 = Buto 18 = Pul Tu Buto 28 = Pul Ju Buto
9 = Siwa 19 = Pul Tu Siwa 29 = Pul Ju Siwa
10 = Sepuloh 20 = Pul Tu Sepuloh 30 = Pul Ju Sepuloh
Dan setrusnya sampai 100 = Ratutu dan 1000 = Ributu
Kalau dari daerah pantai:
1 ikan = vare tou
1 genggam garam/kapur = monga tou.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Garam yang diisi dalam daun lontar = kube tou.
Satu = Tou
Dua = Rua
Tiga = Telu
Empat = Pat
Lima = Lem
Enam = Enem
Tujuh = Pitu
Delapan = Buto
Sembilan = Siwa
Sepuluh = Pulo
b. Aktivitas Locating pada Pasar Barter Wulandoni
Dalam aktivitas locating dapat dilihat dari tempat
berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni. Dilihat dari namanya,
sudah dapat diketahui bahwa pasar barter ini berada di Kecamatan
Wulandoni. Tetapi semenjak terjadinya konflik antar warga saat itu,
maka pasar barter berpindah tempat di Lamalera. Setelah terjadi
perdamaian, Pasar Barter Wulandoni kembali dibuka dan Pasar
Barter di Lamalera pun tetap dibuka. Sehingga terdapat dua pasar
barter, tetapi yang paling banyak partisipannya hanyalah Pasar Barter
Wulandoni. Sedangkan sejak adanya pandemi Covid-19 ini, selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
dua bulan pasar barter di Wulandoni tidak dibuka. Masyarakat
akhirnya berinisiatif mengadakan barter di desa masing-masing
secara bergilir, tetapi jumlahnya dibatasi. Ini menandakan bahwa
pasar barter sangat erat hubungannya atau kaitannya dengan para
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing,
sehingga mereka juga tidak perlu bersusah payah untuk pergi ke ibu
kota kabupaten, yaitu Lewoleba yang jaraknya lebih jauh dari
mereka.
Sebelum memulai barter, masyarakat daerah gunung dan
daerah pesisir pantai akan berjalan menuju lokasi Pasar Barter
Wulandoni. Ada yang menggunakan kendaraan bermotor dan yang
kebanyakaan dipakai oleh masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah
berjalan kaki. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang belum
memiliki kendaraan dan prasarana yang belum memedai atau
memfasilitasi kendaraan berjalan mulus di Kecamatan Wulandoni.
Kalau dengan berjalan kaki, biasanya orang desa Lewuka dan
Lamalera bisa ditempuh dengan satu jam perjalanan. Tetapi jika
menggunakan kendaraan bermotor biasanya lebih cepat, yaitu tiga
puluh menit. Setelah sampai di Pasar barter, masyarakat selalu
menempati tempat yang telah disediakan dan tempat tersebut
dibedakan antara masyarakat gunung dan pesisir pantai. hal ini
dikarenakan mengantisipasi atau menghindari terjadinya transaksi
barter sebelum pasar barter dibuka secara resmi oleh mandor pasar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dengan cara membunyikan pluit (veku). Lokasi pasar barter ini juga
hanya menjadi tempat untuk barter saja, tidak digunakan untuk
kegiatan lainnya di hari-hari yang lain. Sehingga hanya hari sabtulah
tempat pasar barter ini digunakan.
Banyak yang bertanya “kenapa pasar barter masih bisa eksis
sampai saat ini ya, padahalkan sudah ada uang yang lebih mudah
unntuk dipakai bertransaksi?” sebenarnya memang uang telah
digunakan dalam kegiatan di pasar barter, tetapi tetap yang paling
banyak adalah orang-orang yang melakukan barter barang dengan
barang. Hal ini karena masyarakat mempertahankan tradisi yang
telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka.
sehingga walaupun sudah ada uang sebagai alat tukar, mereka tetap
pada tradisi yang ada, yaitu berbarter. Masyarakat sudah merasa
bahwa ini adalah budaya yang harus diturun-temurunkan sehingga
tidak boleh putus sehingga hubungan kita antar kampung dalam satu
kecamatan itu tetap berjalan baik dengan adanya jembatan melalui
pasar barter. Pasar barter itu juga bisa dijadikan sebagai sarana
informasi dan perekat dalam bidang agama. Misalnya, diumumkan
tambahan bahwa akan dilakukan pesta paskah yang akan terjadi
dikampung x, misalnya begitu. Sehingga masyaralat menjadi tahu
dan akan datang tanpa membedakan agamanya.
c. Aktivitas Measuring pada Pasar Barter Wulandoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Dalam aktivitas measuring, pasar barter Wulandoni sama sekali
tidak menggunakan alat ukur seperti timbangan, dll untuk membantu
mereka memperkirakan kesetaraan. Tetapi mereka memiliki sistem
pengukuran atau perhitungan yang sudah dijelaskan di atas, yaitu
monga/mongan. Di mana satu potong ikan atau satu tempurung
garam atau satu genggam kapur ditukarkan dengan enam hasil
pertanian (pisang, ubi, jagung, dll). Sistem ini dipakai oleh setiap
orang yang berbarter, kalau ada yang berbeda berarti itu kembali lagi
pada kesepakatan bersama dari kedua belah pihak. Hal ini karena
mereka masih memakai tradisi yang dulu dipakai oleh nenek
moyang. Masyarakat juga merasa hasil yang diterima dianggap
setara, hal ini dilandasi oleh rasa kekeluargaan yang ada. Kesetaraan
maupun keadilan dari masing-masing orang dapat juga dilihat dari
proses barter jagung. Jagung tersebut saat berbarter pasti akan
dikupas kulit luarnya untuk melihat apakah terjadi suatu kerusakan
dalam jagung tersebut, kalau memang ada, maka akan diganti atau
ditambah dengan jagung lainnya. Sehingga benar-benar terjadi
kesetaraan dan tidak terjadi pembodohan atau penipuan dalam proses
barter.
Mandor atau pegawai pasar juga tidak akan campur tangan dalam
proses barternya. Hanya saja jika terjadi keributan dalam berbarter,
barulah mereka bertindak. Tapi sampai sejauh ini, tidak ditemukan
masalah dalam berbarter, apalagi dalam masalah setara atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
sebandingnya. Karena mereka menganggap apa yang mereka beri
dan terima sudah setara, walaupun tanpa adanya alat ukur. Hal itu
dikarenakan masyarakat tidak melihat dari nilai yang mereka
dapatkan, tetapi dari kebutuhan yang mereka perlukan.
d. Aktivitas Designing pada Pasar Barter Wulandoni
Dalam aktivitas designing dilihat dari proses terbentuknya
pasar barter Wulandoni ini. Terbentuknya pasar barter Wulandoni ini
bukanlah atas dasar keputusan pemerintah untuk membuat pasar
barter, tetapi kesepakatan yang dibuat oleh nenek moyang zaman
dahulu, lebih tepatnya nenek moyang daerah Lewuka dan daerah
Lamalera. Dipilihnya Wulandoni sebagai tempat untuk pasar barter
karena jarak antara Lewuka dan Wulandoni sama dengan jarak
Lamalera dan Wulandoni. Bentuk pasar dari dulu sampai sekarang
tidak mengalami perubahan, bentuknya sama seperti pasar lainnya
(bentuknya seperti bentuk persegi panjang). Tetapi bedanya saat mau
melakukan barter kedua wilayah harus dipisah terlebih dahulu
supaya tidak ada yang start duluan untuk barter.
e. Aktivitas Playing pada Pasar Barter Wulandoni
Dalam aktivitas playing, dapat dilihat dari adanya proses tawar-
menawar yang terjadi dalam barter. Walaupun telah ada sistem
pengukuran atau perhitungan dalam proses barter, tetapi tidak
menutup kemungkinan orang melakukan suatu proses tawar-
menawar dalam barter tersebut. Misalkan contohnya jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang yang lain,
misalnya ubi atau pisang. Atau ikan yang dibawa lebih satu (ikan
kecil), bisa ditawar untuk ditukarkan dengan 1 jagung. Atau ada yang
membawa ikan besar dalam bentuk bulat tidak dibagi-bagi lagi,
sehingga dia bisa menentukan apa saja yang ingin dibarter dengan
ikan tersebut, kalau kedua belah pihak setuju, terjadilah barter. Jadi
tidak mesti harus memakai monga/mongan.
f. Aktivitas Explaining pada Pasar Barter Wulandoni
Dalam aktivitas explaining, dapat terlihat dari proses barter
yang terjadi. Di mana dimulai dengan berkumpulnya masyarakat dari
berbagai desa di Kecamatan Wulandoni pada Pasar Barter
Wulandoni setiap hari sabtu pagi. Kemudian masyarakat gunung dan
pesisir pantai menempati lokasinya masing-masing karena pada awal
sebelum memulai barter, dipisahkan terlebih dahulu supaya tidak
terjadi proses barter sebelum pasar barter dimulai. Masyarakat
daerah pesisir pantai akan menempati tempat di barat pasar dan
masyarakat daerah gunung disebelah timurnya. Sebelum dimulainya
pasar barter, mandor pasar akan meminta pajak (bisa berupa barang
atau uang) yang disebut tere laku. Kemudian tepat pukul 08.00
dimulailah pasar barter yang ditandai dengan bunyi pluit (fluit) dari
mandor pasar. Setelah itu, masyarakat daerah pesisir pantai akan
berpindah tempat dan mengelilingi di tempat daerah gunung untuk
melakukan barter (daerah gunung tetap ditempat). Setelah saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
sepakat antara masyarakat daerah pesisir pantai dan gunung,maka
terjadilah proses barter disitu. Kebanyakan masyarakat menggunakan
aturan mongan/monga untuk melakukan barter tetapi ada juga yang
memakai sistem tawar-menawar. Tergantung kesepakatan kedua
belah pihak.
Pada zaman dahulu memang orang sama sekali tidak
menggunakan uang dalam pasar barter. Hal ini dikarenakan
peredaran alat tukar uang sangatlah terbatas. Tetapi sekarang
penggunaan uang dalam pasar barter sudah dapat digunakan,
walaupun sudah dapat digunakan hanya sebagian kecil orang yang
menggunakan uang. Masyarakat tetap berpegang teguh pada tradisi
yang ada, bahwa pasar ini bukanlah sebagai pasar kebanyakan tetapi
pasar barter yang memperoleh barang dari hasil tukar menukar
barang bukan membeli dengan uang. Untuk waktu pembelian bagi
para pegawai atau yang tidak mempunyai barang untuk ditukarkan
itu tergantung atau tidak dibatasi siapa duluan siapa duluan, bebas.
Misalnya, sebelum barter dimulai yang datang mau membeli
menggunakan uang, tidak dilarang. Tapi kalau sudah jamnya barter,
tetap hanya barter saja. Jadi tidak dibatasi atau dilarang, tetapi tetap
yang barter yang diutamakan.
Masyarakat yang melakukan barter tidak pernah ribut hanya
karena masalah kesetaraan barang yang didapatkan dengan yang
diberikan tidak setara (atau dengan kata lain rugi). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dikarenakan pelaku transaksi barter tidak pernah melihat dari nilai
barang tersebut tetapi dari manfaatnya untuk mereka.Masyarakat
yang melakukan barter tidak pernah ribut hanya karena masalah
kesetaraan barang yang didapatkan dengan yang diberikan tidak
setara (atau dengan kata lain rugi). Hal ini dikarenakan pelaku
transaksi barter tidak pernah melihat dari nilai barang tersebut tetapi
dari manfaatnya untuk mereka.
Selain itu, Pasar Barter ini masih sampai sekarang dan tetap
eksis walaupun alat tukar uang sudah ada, hal ini dikarenakan
masyarakat menganggap pasar barter ini sudah menjadi suatu tradisi
dan budaya yang harus diturun-temurunkan sehingga tidak boleh
putus. Walaupun uang juga tetap digunakan untuk hal lainnya.
Pemilihan hari sabtu pagi juga didasrkan pada kegiatan dari
masyarakat. Masyarakat biasanya bekerja di laut atau di kebun pada
hari senin sampai sabtu. Hari minggu adalah hari gereja dan istirahat.
Sehingga jika mereka mendapatkan hasil dari berkebun ataupun
berlayar, akan mereka simpan sampai pada hari sabtu di mana semua
orang dapat menukarkan hasil mereka masing-masing.
Hasil-hasil yang mereka dapatkan dari berkebun dan berlayar
mencari ikan, pastilah menjadi bahan yang dapat mereka gunakan
sebagai bahan pertukaran di pasar barter karena jika bukan dari
barang atau bahan tersebut, barang apalagi yang bisa ditukarkan.
Sudah jelas jika barang yang mereka beli misalnya, akan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
gunakan sehingga bukan untuk dibarter lagi. Selain itu, untuk aturan
pertukaran 1 ikan dengan 1 mongan, memang telah menjadi aturan
dari nenek moyang. Karena mereka menganggap bahwa hal tersebut
setara atau sebanding.
F. ASPEK-ASPEK MATEMATIS YANG MEMILIKI HUBUNGAN
DENGAN PASAR BARTER WULANDONI
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa bentuk pasar berupa persegi
panjang. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis
pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah Bangun Datar yang berbentuk
persegi panjang.
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa jarak dari desa lain ke Pasar
Barter Wulandoni cukup jauh. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh
bahwa aspek matematis pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah
Pengukuran.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat menggunakan
aturan mongan/monga dimana 1 mongan/monga itu berjumlah 6 buah.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis pada aturan
mongan/monga adalah Pola Bilangan.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat menggunakan
aturan mongan/monga dimana 1 mongan/monga (6 buah) ditukar dengan 1
ikan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis pada 1
mongan/monga ditukar dengan 1 ikan adalah Perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat memiliki bahasa
daerah dalam penyebutan bilangan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh
bahwa aspek matematisnya adalah Bilangan.
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa rantang yang digunakan untuk
menaruh garam dan baskom untuk menaruh ikan yang berbentuk seperti
tabung tanpa tutup. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek
matematis pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah Bangun Ruang yang
berbentuk tabung tanpa tutup.
Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa ada beberapa hal, seperti:
pemilihan hari barter, eksisnya pasar barter padahal sudah ada uang, barang-
barang yang dapat dibarter, dan aturan mongan. Berdasarkan hal tersebut
terdapat unsur logika yang ada didalamnya.
Setelah aspek matematis yang didapat secara tersurat dalam Pasar
Barter Wulandoni berdasarkan hasil wawancara para narasumber, terdapat
pula aspek matematis yang didapatkan secara tersirat (dari pemikiran peneliti).
Dari sisi perhitungan hasil pertanian atau hasil laut yang dibarter dalam
periode satu bulan. Misal berapa kuantitas dari hasil-hasil yang telah terbarter,
ikan berpa kg, ubi berapa kg. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa
terdapat aspek matematisnya adalah tentang operasi hitung penjumlahan dan
perkalian. Dari segi jenis barang yang dibarter, maka diperoleh bahwa terdapat
aspek matematisnya adalah operasi hitung dan pengelompokan data. Selain itu
dari sisi perhitungan tentang barang yang paling banyak dibarter, maka
diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah statistika tentang modus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Dari segi banyaknya orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama
periode satu bulan, maka diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah
statistika. Ada juga tentang jarak dan lamanya waktu yang ditempuh
masyarakat dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni. Dalam hal ini
diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah pengukuran tentang
panjang dan waktu. Selanjutnya dari peluang dibarternya suatu barang dan
peluang paling besar barang yang dibarter. Sehingga diperoleh bahwa terdapat
aspek matematisnya adalah probabilitas.
Tabel 4.9 Aspek Matematis
No Hal yang diamati
Aktivitas
Fundamental
Matematis
Materi matematika
yang sesuai
1 Bentuk pasar
Designing Bangun Datar
(Persegi panjang)
2 Aturan 6 buah
(monga/mongan)
Counting
Measuring
Explaining
Pengukuran
Logika
3 Sistem tukar-menukar Counting
Measuring
Explaining
Playing
Perbandingan
Aritmetika Sosial
(Nilai Suatu Barang)
4 Penyebutan bilangan
dalam bahasa daerah
Counting Bilangan
5 Rantang garam atau
baskom untuk menaruh
ikan
- Bangun Ruang
(Tabung Tanpa
Tutup)
6 Perhitungan hasil
pertanian/laut yang
dibarter selama sebulan
- Operasi Hitung
7 Barang yang paling
banyak dibarter
- Statistika (Modus)
8 Banyaknya orang yang
datang ke Pasar Barter
Wulandoni selama
periode satu bulan
- Statistika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
9 Jarak yang ditempuh dari
desa lain menuju lokasi
Pasar Barter Wulandoni
Locating Pengukuran
10 Lamanya waktu yang
ditempuh dari desa lain
menuju Pasar Barter
Wulandoni
- Pengukuran
11 Peluang dibarternya
suatu barang
- Probabilitas
12 Peluang paling besar
barang yang dibarter
- Probabilitas
Contoh Soal:
Bentuk Pasar : Bangun Datar (Persegi panjang)
Kepala Pasar Wulandoni berencana akan membangun base untuk masing-masing pelaku
barter di Pasar Barter Wulandoni. Lahan pasar berbentuk persegi panjang dengan luas
7.500 m2 dan perbandingan panjang dan lebarnya adalah 4 : 3. Berapakah total base yang
dapat dibuat jika jarak masing-masing base 1 meter dan base berbentuk persegi dengan
setiap luasan base 4 m2?
Penyelesaian:
Luas m2
Perbandingan panjang dan lebar :
m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
m
Maka didapat jumlah base dari panjang dan lebar pasar yang telah diketahui:
base sisa m
base
Sehingga :
Total base base
Sistem tukar-menukar : Perbandingan dan Aritmetika Sosial (Nilai Suatu Barang)
Dalam suatu barter pada Pasar Barter Wulandoni, Retha ingin menukarkan 10 hasil
lautnya, yaitu ikan dengan hasil pegunungan, yaitu pisang, jagung, dan ubi yang besar.
Berapa banyak kemungkinan yang Retha dapatkan jika ketiga hasil pegunungan tersebut
harus ada dalam proses barter? Minimum berapa ikan yang dapat ditukarkan oleh Retha?
Berapa peluang Retha menukarkan 1 ikan dengan jagung? (1 ikan = 1 mongan
jagung/pisang atau 3 ubi besar)
Penyelesaian:
a. Banyaknya kemungkinan yang didapat Retha
Dengan cara mendata:
Jagung Pisang Ubi
1 1 8
1 2 7
1 3 6
1 4 5
1 5 4
1 6 3
1 7 2
1 8 1
2 1 7
2 2 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
2 3 5
2 4 4
2 5 3
2 6 2
2 7 1
3 1 6
3 2 5
3 3 4
3 4 3
3 5 2
3 6 1
4 1 5
4 2 4
4 3 3
4 4 2
4 5 1
5 1 4
5 2 3
5 3 2
5 4 1
6 1 3
6 2 2
6 3 1
7 1 2
7 2 1
8 1 1
Total keseluruhan kemungkinan di atas adalah
b. Minimum ikan yang dapat ditukarkan Retha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Minimum ikan yang dapat ditukarkan Retha untuk mendapatkan ketiga hasil
pegunungan tersebut adalah 3 ikan.
c. Peluang Retha menukarkan 1 ikan dengan jagung
Peluang 1 ikan ditukarkan dengan jagung berarti hanya dapat ditukarkan dengan 1
mongan jagung. Sehingga jika dilihat pada tabel di atas, maka banyaknya
kemungkinan 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung ada 8 kemungkinan. Jadi
peluang Retha menukarkan 1 ikan dan jagung adalah
Penyebutan bilangan dalam bahasa daerah : Bilangan
Ryan membawa 20 sisir pisang yang berjumlah 8 buah pada masing-masingnya dan 15
jagung untuk dibarter. Dalam proses barter Ryan menukarkan pisangnya dengan 2 ikan
dan jagung dengan 1 ikan. Berapakah sisa pisang dan jagung yang harus dibawa pulang
oleh Ryan ? (Jawaban bilangannya dalam bahasa daerah Ryan)
Penyelesaian:
2 ikan = 12 pisang
1 ikan = 6 jagung
Sisa pisang ( ) buah
Sisa jagung buah
Rantang garam atau baskom untuk menaruh ikan : Bangun Ruang (Tabung Tanpa
Tutup)
Sebuah rantang garam memiliki diameter 15 cm dan tinggi 13,5 cm. Rantang tersebut
mampu menampung 1 kg garam. Jika kita ingin mengisi penuh garam pada sebuah
rantang dengan diameter 50 cm dan tinggi 100 cm, serta mampu menampung erapa
kali penuangan utnuk memindahkan garam menggunakan rantang berdiameter kecil
untuk mengisi penuh rantang berdiameter besar?
Penyelesaian:
Rantang Garam Kecil:
cm
cm
Volume Rantang Garam Kecil cm3
Rantang Garam Besar:
cm
cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Volume Rantang Garam Besar cm3
Jumlah penuangan rantang garam kecil ke rantang garam besar:
Rantang Besar : Rantang Garam kali
Jadi, 83 kali penuangan untuk memindahkan garam menggunakan rantang berdiamater
kecil untuk mengisi penuh rantang berdiameter besar.
Jarak yang ditempuh dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni : Pengukuran
Lamanya waktu yang ditempuh dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni :
Pengukuran
Berapakah kecepatan rata-rata langkah kaki seseorang atau kecepatan rata-rata motor dari
desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni?
Perhitungan hasil pertanian/laut yang dibarter selama sebulan : Operasi Hitung
Banyaknya orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama periode satu
bulan : Statistika
Barang yang paling banyak dibarter : Statistika
Peluang dibarternya suatu barang : Probabilitas
Peluang paling besar barang yang dibarter : Probabilitas
Pergilah ke Pasar Barter Wulandoni selama sebulan, amatilah keadaan di sana, dan isilah
tabel di bawah ini.
N
o
Masyarakat
Gunung
Barang yang telah dibarter
Jagung Pisang Ubi …….. ……..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
N
o
Masyarakat
Pesisir
Pantai
Barang yang telah dibarter
Ikan Paus Ikan Pari Garam
(rantang) …….. ……..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Setelah mengisi tabel di atas, silahkan menyelesaikan soal-soal di bawah ini!
1. Buatlah data di atas dalam bentuk diagram batang!
2. Berapakah total masing-masing barang yang telah dibarter?
3. Berapakah total semua barang yang telah dibarter?
4. Manakah barang yang paling banyak dibarter?
5. Manakah barang yang paling sedikit dibarter?
6. Berapa peluang dibarternya masing-masing barang?
7. Berapa peluang paling besar barang yang dibarter?
8. Berapa banyak orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama periode satu
bulan?
G. PENGEMBANGAN PASAR BARTER WULANDONI KE DEPANNYA
Pengembangan Pasar Barter Wulandoni dibagi menjadi dua, yaitu dari segi
pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni dan dari segi rancangan peneliti.
1. Dari Segi Pendapat Masyarakat Kecamatan Wulandoni
Sampai saat ini perkembangan pasar barter dari dahulu ke
sekarang mungkin hanya pada cara bertransaksi yang dapat
menggunakan uang, tetapi bukan berarti hal tersebut menghilangkan
sedikit demi sedikit ciri pasar, yaitu barter. Barter tetaplah menjadi
tradisi yang tidak akan dihilangkan.
Setelah mengetahui perkembangan yang telah terjadi dahulu kala
ke sekarang, pastilah peneliti ingin mengetahui apa saja pengembangan
yang mungkin telah di gagas oleh masyarakat Kecamatan Wulandoni.
Hanya saja dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti, ternyata
tidak terdapat rencana pengembangan yang akan dikembangkan untuk
Pasar Barter Wulandoni sampai saat ini. Tetapi dari para narasumber ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
yang memiliki keinginan pribadi untuk pengembangan pasar ke
depannya. Inilah rincian keinginan yang disampaikan oleh narasumber:
a. Pasar barter sampai sekarang belum memiliki gedung. Sehingga
mereka berharap agar pasar barter ini bisa dibuatkan gedung agar
terhindar dari panasnya matahari dan dinginnya hujan.
b. Tidak adanya terpal sebagai alat untuk berlindung sehingga ke
depannya mungkin bisa disediakan terpal untuk berlindung jika
memang gedung pasar belum dapat terealisasi.
c. Tempat untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka,
tetapi ada bangunan untuk berlindung.
d. Jalan menuju ke pasar sebaiknya menggunakan aspal atau rabat
yang sudah lubang diperbaiki.
Dari rincian di atas, sebenarnya memiliki satu kesimpulan yang
dapat diambil, yaitu diperlukan adanya tempat mungkin untuk
berlindung dari terik matahari ataupun air hujan. Sehingga masyarakat
bisa merasa nyaman selama berada di pasar barter. Kebanyakan pasar
yang kita ketahui sudah memiliki tempat berlindung, sehingga sebaiknya
Pasar Barter Wulandoni juga memiliki tempat untuk berlindung, seperti
gedung misalnya. Selain itu juga tentang sarana prasarana yang memadai
menuju pasar dibuat atau diperbaiki, supaya memudahkan masyarakat
untuk sampai ke pasar barter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Gambar 4.1 Tempat yang Digunakan dalam Proses Barter Hanya
Menggunakan Karung
2. Dari Segi Rancangan Peneliti
Dalam merancang pengembangan ini, peneliti menggunakan teori
pengembangan produk dari ilmu ekonomi. Terdapat delapan tahapan
untuk mengembangkan produk menurut Tjiptono (2008):
a. Analisis Kebutuhan Pelanggan
Dalam tahapan ini, peneliti merangkum kebutuhan-
kebutuhan dari masyarakat Kecamatan Wulandoni diantaranya
ketersediaan sarana dan prasarana seperti yang telah disampaikan
diatas tentang pengembangan Pasar Barter Wulandoni dari segi
pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni, yaitu:
1) Pasar barter sampai sekarang belum memiliki gedung.
Sehingga mereka berharap agar pasar barter ini bisa dibuatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
gedung agar terhindar dari panasnya matahari dan dinginnya
hujan.
2) Tidak adanya terpal sebagai alat untuk berlindung sehingga ke
depannya mungkin bisa disediakan terpal untuk berlindung jika
memang gedung pasar belum dapat terealisasi.
3) Tempat untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka,
tetapi ada bangunan untuk berlindung.
4) Jalan menuju ke pasar sebaiknya menggunakan aspal atau rabat
yang sudah lubang diperbaiki.
Dalam menganalisis kebutuhan pelanggan, peneliti juga
melakukan peninjauan terhadap Pasar Barter Wulandoni. Dari sini
terlihat ada hal-hal yang sudah baik dan ada yang belum baik pula.
Hal-hal yang sudah baik dalam Pasar Barter Wulandoni adalah
sebagai berikut:
1) Saling menguntungkan antara satu sama lain baik antara
masyarakat daerah pesisir pantai dan daerah gunung.
Sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Terdapat barang-barang dari hasil pertanian dan hasil laut
yang beragam. Tidak terbatas misal dari daerah gunung
hanya ubi saja dan dari daerah pesisir pantai hanya ikan saja.
3) Terkait pandemi virus corona yang terjadi pada tahun 2020
ini, hal baik yang dapat diambil dari semua pasar barter,
khususnya Pasar Barter Wulandoni adalah tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menggunakan unag, yang mana diketahui, uang adalah salah
satu sumber penularan virus atau rentan sebagai tempat
bersarangnya virus.
4) Sarana pertukaran infomasi.
5) Memperkuat sikap toleransi yang sudah ada, baik dari segi
agama maupun dari segi kemanusiaan. Sikap toleransi sendiri
sudah dimiliki masyarakat sebelum adanya Pasar Barter
Wulandoni, sehingga dengan adanya Pasar Barter Wulandoni
ini semakin memperkuat sikap toleransi yang ada dalam
masyarakat.
6) Kejujuran adalah prinsip yang dipegang teguh oleh
masyarakat. Masyarakat tidak memiliki niat menipu dalam
berbarter.
7) Tidak ada persepsi untung rugi secara finansial yang dapat
menimbulkan konflik. Semua dianggap setara dalam
berbarter.
Hal-hal yang belum baik dalam Pasar Barter Wulandoni adalah
sebagai berikut:
1) Tidak semua hasil pertanian dijadikan barang barter.
2) Seperti telah dikemukan oleh para narasumber bahwa dari
dahulu kala sampai sekrang belum ada gedung yang dibuat
untuk melindungi masyarakat pasar dari teriknya matahari
ataupun dinginnya air hujan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
3) Akses menuju Pasar Barter Wulandoni dari desa-desa pun
masih terhambat karena tidak menggunakan jalanan aspal.
Walaupun ada sebagian jalan yang sudah menggunakan jalan
rabat tetapi banyak juga jalan rabat tersebut yang sudah
hancur dan rusak parah. Pemerintah Kabupaten Lembata
harusnya lebih memperhatikan pembangunan sarana dan
prasarana agar seluruh wilayah di Kabupaten Lembata
merata.
4) Selain Pasar Barter Wulandoni, di Kecamatan Wulandoni
sendiri sudah memiliki objek wisata yang terkenal di
Indonesia, yaitu budaya penangkapan ikan paus di daerah
Lamalera. Seharusnya ini menjadi awal yang baik agar Pasar
Barter Wulandoni juga dapat dijadikan sebagai kumpulan
objek wisata yang ada di Kecamatan Wulandoni.
5) Para pelajar yang berasal dari daerah Wulandoni biasanya
hanya ikut orang tua mereka atau menggantikan orang tua
mereka untuk berbarter di Pasar Barter Wulandoni. Mereka
tidak diajak oleh para pengajar untuk menjadikan Pasar
Barter sebagai objek pembelajaran.
6) Pasar Barter Wulandoni belum mengikuti perkembangan
zaman yang ada.
7) Pasar barter ini hanya ada di desa Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
8) Barang yang ditukarkan harus dibawa ke Pasar Barter
Wulandoni.
9) Barang yang dibarter hanya bahan-bahan mentah.
Oleh karena itu, peneliti mengajukan rancangan pengembangan
Pasar Barter Wulandoni yang akan tampak dalam tahapan
pengembangan pemunculan gagasan di bawah ini.
b. Pemunculan Gagasan
Selain kebutuhan yang dipaparkan masyarakat Wulandoni di
atas, kebutuhan lain yang dapat menjadi ide pengembangan Pasar
Barter Wulandoni adalah sebagai berikut:
1) Bahan-bahan barter
Ketersediaan bahan-bahan yang cukup untuk proses barter dan
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari merupakan salah
satu hal yang penting dalam pasar barter sekarang ini maupun
ke depannya. Adapun bahan yang dimaksud selain bahan yang
sebelumnya telah tersedia di Pasar Barter Wulandoni, juga
bahan-bahan lain sebagai bahan tambahan, misalnya beras, atau
sayuran organik.
2) Pemberian Workshop
Dapat diberikan workshop pengembangan Usaha Kecil
Menengah (UKM) sehingga bahan-bahan dasar untuk proses
barter dapat diolah menjadi bahan dengan nilai tukar lebih
tinggi, misalnya ikan diolah menjadi bakso ikan, ubi menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
kripik ubi, dan lain-lain. Sehingga nantinya barter tidak hanya
untuk bahan mentah saja tetapi juga untuk bahan jadi yang
pasti nilainya lebih tinggi.
3) Perluasan Pasar Barter
Pengembangan selanjutnya yang dapat dikembangkan adalah
tentang perluasan pasar barter. Di mana pasar barter tidak
hanya ada di desa Wulandoni, tetapi juga ada di desa-desa
lainnya. Sehingga secara bergilir pasar barter itu masuk ke
desa-desa Kecamatan Wulandoni dan lebih melestarikan pasar.
Karena jika hanya ada di Wulandoni maka mungkin saja bisa
hilang tergerus zaman karena kemalasan orang untuk pergi ke
Wulandoni.
4) Objek Wisata
Pasar Barter Wulandoni sampai sekarang mungkin sudah
cukup dikenal, tetapi tidak lebih terkenal dari budaya
penangkapan ikan paus yang berada di Kecamatan Wulandoni
juga yang lebih tepatnya berada di dasa Lamalera. Oleh karena
itu, sebagai pelengkap pariwisata yang ada di Kecamatan
Wulandoni, seharusnya budaya Pasar Barter Wulandoni juga
masuk dalam objek pariwisata yang menjadi destinasi wisata
untuk selalu menarik pengunjung untuk datang ke Kecamatan
Wulandoni yang dapat menjadi pemasukan bagi kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
sehingga kecamatan dapat memperbaiki bahkan menambah
yang perlu ditambah khususnya untuk Pasar Barter Wulandoni.
5) Sarana Pembelajaran
Dari sisi pendidikan, sebaiknya Pasar Barter Wulandoni ini
dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Peserta didik
diajak untuk terjun langsung ke dalam proses barter sehingga
para generasi muda lebih mencintai dan meneruskan warisan
budaya agar tidak hilang ke depannya. Sarana pembelajaran itu
bisa datang langsung ke Pasar Barter Wulandoni dan bisa
membuat buku-buku pembelajaran yang semua isinya
berkaitan dengan Pasar Barter Wulandoni, baik secara online
maupun cetak.
6) Pasar Barter Online
Seperti halnya buku yang bisa dibuat online, peneliti juga
berpikir untuk membuat pasar barter ini dalam versi online,
dalam bentuk aplikasi yang dapat di download secara gratis di
play store atau app store. Dalam bentuk seperti ini agar
memudahkan orang, misalnya dalam hal membawa barang-
barang yang dibutuhkan ke pasar karena msyarakat sudah
mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan masyarakat dari
seberang. Atau aplikasi online itu bisa terhubung dengan
semacam ojek online supaya masyarakat tidak perlu pergi ke
pasar. Sehingga dapat menjadi pasar barter online.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
c. Penyaringan Ide dan Evaluasi
Dalam penyaringan ide ini maka gagasan atau ide yang
mungkin belum bisa dikembangkan untuk era sekarang adalah ide
pengembangan terakhir, yaitu ide untuk membuat pasar barter
online beserta ojek onlinenya. Hal ini dikarenakan harus
terealisasikan dulu pengembangan dalam hal sarana dan prasaran
semacam jalan yang bagus dan alat transportasinya, serta sinyal
provider yang harus masuk di semua kawasan Kecamatan
Wulandoni terlebih dahulu barulah bisa terwujud pengembangan
pasar barter online. Sehingga pengembangan ini cocok untuk
pengembangan jangka panjang.
d. Analisis Bisnis
Dalam pengembangan Pasar Barter Wulandoni akan
melewati tahapan ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini hanya
berbicara tentang pengembangan yang ada tanpa menganalisis
bisnis ini dalam bentuk ilmu ekonomi. Seperti bagaimana ramalan
penjualan-pembeliannya, ataupun biaya untuk pengembangannya.
e. Pengembangan Strategi Pemasaran
Pada tahapan ini, peneliti memerlukan startegi pemasaran.
Di mana peneliti berencana melakukan pengembangan strategi
pemasaran dari sisi menjelaskan produk yang direncanakan kepada
masyarakat Kecamatan Wulandoni. Karena merekalah yang akan
berperan aktif dalam perencanaan pengembangan ini. Tahapan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
masih dalam rencana karena peneliti ingin langsung bertemu dengan
para masyarakat atau bertemu dengan pejabat daerah yang
mengurus tentang pasar barter tersebut.
f. Pengembangan Produk
Pengembangan produk ini dapat terlaksana jika para
masyarakat dan pejabat pemerintah setuju dengan pengembangan
yang dibuat oleh peneliti. Sehingga pengembangan tersebut dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat yang melakukan kegiatan
barter di Pasar Barter Wulandoni.
Pengembangan yang ditawarkan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1) Kebutuhan lain yang perlu ditambahkan dalam pasar barter.
2) Workshop pengembangan Usaha Kecil Menengah
3) Perluasan pasar barter
4) Objek pariwisata
5) Bahan pembelajaran kontekstual (Sarana Pembelajaran)
g. Pengujian Produk dan Pasar
Pengembangan tersebut tidak diujikan pada Pasar Barter
Wulandoni karena peneliti hanya sebatas ide untuk pengembangan
Pasar Barter Wulandoni.
h. Komersialisasi
Tahapan ini juga tidak dilaksanakan karena peneliti hanya
sebatas ide untuk pengembangan Pasar Barter Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
H. IMPLEMENTASI HASIL KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP
PASAR BARTER WULANDONI SEBAGAI MASALAH
MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI
SEKOLAH
Impelementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter
Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika di
sekolah adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar
Kerja Kelompok (LKK) yang telah dikembangkan oleh peneliti berbasis
etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni. Dalam penelitian
pengembangan menurut Plomp, tetapi dalam penelitian ini pelaksanaanya
hanya sampai fase keempat, berikut ini akan dijelaskan fase-fasenya:
1. Fase Investigasi Awal (Preliminary Research)
Pada tahap ini, telah dilakukan proses analisis terkait dengan
perolehan informasi mengenai aspek-aspek matematis yang terdapat
dalam Pasar Barter Wulandoni. Dalam proses ini juga dilakukan proses
pengumpulan data melalui wawancara kepada narasumber secara tidak
langsung. Sebenarnya ada juga proses pengamatan langsung yang
seharusnya dilakukan oleh peneliti dan pengmabilan bukti atau
dokumentasi berupa foto dan video. Hanya saja hal ini tidak dapat
dilakukan dikarenakan keterbatasan penelitian, yaitu adanya Covid-19
sehingga Pulau Lembata menutup akses untuk masuk ke pulau tersebut.
Dalam proses pengumpulan data, diperoleh beberapa data yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
digunakan untuk pengembangan perangkat pembelajaran matematika
yang didasarkan pada Pasar Barter Wulandoni. Berikut beberapa materi
pembelajaran matematika dengan didasarkan pada hasil pengumpulan
data terkait Pasar Barter Wulandoni.
Tabel 4.10 Aspek Matematis
No Hal yang diamati
Aktivitas
Fundamental
Matematis
Materi matematika
yang sesuai
1 Bentuk pasar
Designing Bangun Datar
(Persegi panjang)
2 Aturan 6 buah
(monga/mongan)
Counting
Measuring
Explaining
Pengukuran
3 Sistem tukar-menukar Counting
Measuring
Explaining
Playing
Perbandingan
Aritmetika Sosial
(Nilai Suatu Barang)
4 Penyebutan bilangan
dalam bahasa daerah
Counting Bilangan
5 Rantang garam atau
baskom untuk menaruh
ikan
- Bangun Ruang
(Tabung Tanpa
Tutup)
6 Perhitungan hasil
pertanian/laut yang
dibarter selama sebulan
- Operasi Hitung
7 Barang yang paling
banyak dibarter
- Statistika (Modus)
8 Banyaknya orang yang
datang ke Pasar Barter
Wulandoni selama
periode satu bulan
- Statistika
9 Jarak yang ditempuh dari
desa lain menuju lokasi
Pasar Barter Wulandoni
Locating Pengukuran
10 Lamanya waktu yang
ditempuh dari desa lain
menuju Pasar Barter
Wulandoni
- Pengukuran
11 Peluang dibarternya
suatu barang
- Probabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
12 Peluang paling besar
barang yang dibarter
- Probabilitas
2. Fase Desain Pembelajaran (Design)
Dalam tahap ini, maka akan didesain paket pembelajaran berupa
RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKK (Lembar Kerja
Kelompok). Di mana paket pembelajaran yang dibuat ini didasarkan
pada aspek matematis yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni yang
telah diperoleh sebelumnya oleh peneliti. Paket pembelajaran ini diambil
dari materi pengukuran yang diajarkan pada jenjang pendidikan Sekolah
Dasar kelas II. Dipilih jenjang pendidikan Sekolah Dasar berdasarkan
sekolah yang terdapat pada wilayah Kecamatan Wulandoni yang rata-
rata di tiap kampungnya hanya memiliki jenjang sekolah dasar. Sehingga
bagi peneliti menjadi tepat sasarannya.
Materi pengukuran yang diambil adalah tentang pengukuran
berat. Hal ini diambil dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti.
Dalam wawancara tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
proses pasar barter yang terjadi lebih banyak soal pengukuran berat
tetapi masyarakat kurang menerapkan alat ukur berat tersebut dalam
setiap prosesnya. Sehingga peneliti mengambil materi pengukuran berat
ini pada jenjang Sekolah Dasar supaya ke depannya para masyarakat
dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dan terlebih lagi
dalam kehidupan Pasar Barter Wulandoni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
3. Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)
Pada tahap ini, paket pembelajaran yang disusun oleh peneliti
telah diberikan berbagai revisi terhadap paket pembelajaran yang telah
disusun peneliti. Revisi yang diberikan terkait dengan soal-soal atau alat
peraga yang digunakan yang kurang sesuai dengan Pasar Barter
Wulandoni. Selanjutnya, peneliti melakukan revisi dan dari proses revisi
tersebut kemudian terbentuklah suatu desain paket pembelajaran yang
lebih baik dari sebelumnya.
4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Desain Pembelajaran (Test,
Evaluation, and Revision)
Dalam tahap ini, paket pembelajaran tersebut haruslah dievaluasi
dan dinilai. Maka dari itu dilakukanlah validasi oleh para ahli. Validasi
ini untuk menilai apakah rancangan paket pembelajaran yang telah
dihasilkan sudah layak untuk digunakan atau belum.
5. Fase Implementasi (Implemenntation)
Pada fase implementasi ini seharusnya dilaksanakan, tetapi
karena adanya suatu kendala pandemi yang terjadi di Indonesia bahkan
dunia, sehingga fase implementasi ini tidak dapat dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
I. HASIL VALIDASI PAKET PEMBELAJARAN OLEH PARA AHLI
Tabel 4.11 Hasil Validasi RPP
No Pernyataan
Skala Penilaian
Pak 1 Pak 2 Pak 3
1 Ketercukupan komponen-komponen
RPP sebagai penunjang ketercapaian
kompetensi.
4 4 5
2 Kecukupan waktu yang dialokasikan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5 4 5
3 Kesesuaian rumusan tujuan dengan
Standar Kompetensi. 5 4 5
4 Kesesuaian rumusan tujuan dengan
Kompetensi Dasar. 5 4 4
5 Penggunaan kata kerja operasional
yang dapat diukur. 5 4 4
6 Apersepsi yang digunakan. 5 3 4
7 Masalah yang digunakan. 5 3 4
8 Sumber belajar yang digunakan. 4 3 4
9 Ketepatan bahasa yang digunakan
dalam kaidah Bahasa Indonesia. 5 5 5
10 Bahasa yang digunakan komunikatif. 4 5 4
11 Kejelasan bahasa yang digunakan
sehingga tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
4 5 4
Rata-rata 4,64 4 4,36
Rata-rata Keseluruhan 4,33
Tabel 4.12 Hasil Validasi LKK
No Pernyataan
Penilaian
Pak 1 Pak 2 Pak 3
1 Materi Lembar Kerja Kelompok
sesuai dengan cakupan materi dalam
RPP.
5 3 5
2 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran. 5 3 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
3 Masalah yang digunakan memiliki
keterkaitan dengan budaya Pasar
Barter Wulandoni.
4 3 4
4 Istilah yang digunakan tepat dan
mudah dipahami. 4 3 5
5 Penggunaan bahasa sesuai dengan
EYD. 5 4 4
6 Penggunaan tata tulis yang baku. 5 4 5
7 Bahasa yang digunakan mudah
dipahami. 4 4 4
Rata-rata 4,57 3,43 4,57
Rata-rata Keseluruhan 4,19
Keterangan: para ahli yang memvalidasi instrument pembelajaran adalah
dosen s2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
Tabel 4.13 Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Para Ahli
No Instrumen Rata-rata
Keseluruhan Kevalidan
1 Instrumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis
Etnomatematika
4,33 Sangat
Valid/Sangat Baik
2 Instrumen Lembar Kerja Kelompok
Berbasis Etnomatematika 4,19 Sangat
Valid/Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli terhadap instrumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis etnomatematika dan instrumen
Lembar Kerja Kelompok berbasis etnomatematika, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua instrumen tersebut memperoleh hasil sangat valid/sangat baik.
J. KETERBATASAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang telah dilakukan, belum tentu bisa sempurna
sepenuhnya. Banyak hal yang dinamakan sebagai kekurangan yang terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dalamnya. Oleh karena itu, kekurangan-kekurangan yang akan diuraikan di
bawah dapat menjadi panduan agar penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dapat disempurnakan pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara yang seharusnya dilakukan secara langsung tidak dapat
dilakukan, sehingga digantikan dengan wawancara tidak langsung. Hal
ini dikarenakan akses ke Pulau Lembata ditutup disebabkan adanya
pandemi di Indonesia bahkan dunia terkait virus covid 19.
2. Pada tahap wawancara belum bisa menggali lebih dalam dikarenakan
sinyal hp di daerah Wulandoni hanya terdapat pada titik-titik lokasi
tertentu. Sehingga kadang saat menanyakan pertanyaan lanjutan, tidak
dibalas oleh narasumber. Dikarenakan narasumber tidak ada di lokasi
sinyal tersebut.
3. Fase implementasi tidak dapat terlaksana. Hal ini dikarenakan akses ke
Pulau Lembata ditutup disebabkan adanya pandemi di Indonesia
bahkan dunia terkait virus covid 19.
K. REFLEKSI
Memilih untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi
seperti saat ini (S2) sebenarnya tidak ada dalam benak saya. Saya saat S1
sama sekali tidak kepikiran malah tidak berminat untuk melanjutkan ke
jenjang S2. Saat itu pikiran saya adalah S1 saja suda membuat mumet apalagi
harus mengambil S2 lagi. Tetapi saat sudah menyelesaikan pendidikan S1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
banyak orang merekomendasikan untuk melanjutkan studi S2. Karena katanya
saat ini penerimaan guru di daerah saya lebih dipusatkan untuk orang-orang
yang sudah bergelar magister. Saya memerlukan waktu untuk berpikir sekitar
sebulan untuk mengambil keputusan yang tepat. Sehingga akhirnya
menentukan pilihan untuk lanjut studi S2.
Hampir dua tahun, saya sudah pada masa menyelesaikan kewajiban
untuk menyelesaikan studi S2, yaitu mengerjakan tesis. Tidak terasa memang.
Mungkin bagi banyak orang menyusun tesis pastilah hal gampang karena
sudah pernah melewati tahapan yang sama pada jenjang S1 kemarin. Tapi bagi
saya tetaplah berbeda, di mana pada tahun ini lebih banyak kekurangan atau
keterbatasannya dikarenakan adanya pandemi dan kami adalah angkatan yang
lagi trending topik akhir-akhir ini dengan #angkatan2020 #angkatanLDR, dan
hastag lainnya. Di mana jenjang pendidikan manapun yang berada pada
angkatan 2020 ini pastilah mengalami masa yang sangat pahit. Mulai dari
Ujian Nasional yang tidak jadi diadakan padahal sudah mempersiapkan diri
selama hampir setahun, ujian dan wisuda yang harus dilakukan secara online
bahkan ada yang tidak memiliki seremoni wisuda sehingga tidak merasakan
nuansa wisuda. Semua hal itu terjadi di tahun 2020. Tetapi walaupun
banyaknya cobaan pada tahun ini, saya tetap harus menuntaskan kewajiban di
S2 ini, yaitu menyelesaikan tesis beserta ujiannya. Pada tesis ini saya
mengambil bahasan tentang etnomatematika.
Berawal dari semester satu yang terdapat mata kuliah Etnomatematika.
Di mana mata kuliah tersebut belajar tentang kebudayaan yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
kaitannya dengan matematika. Saat itu saya sempat bingung mau mengambil
budaya apa dan dari daerah mana, soalnya saya adalah asli orang Lembata
tetapi menetap di Maumere. Namun setelah pertimbangan yang cukup
panjang, akhirnya saya memilih dan menentukan pilihan untuk mengambil
budaya daerah Lembata, yaitu Pasar Barter Wulandoni. Pasar Barter
Wulandoni ini belum pernah sama sekali dikunjungi oleh saya. Saya hanya
mendengar tentang budaya ini dari orang-orang terdekat yang pernah
merasakan langsung nuansa barter di Pasar Barter Wulandoni tersebut. Saya
merasa kebudayaan ini sangat menarik di mana masih terdapat pasar yang
menggunakan pertukaran barang dengan barang atau yang kita sebut dengan
barter. Di zaman modern ini, pasar barter sudah jarang kita temui. Kita lebih
banyak bertemu supermarket, alfamart, indomaret, dan pasar modern lainnya.
Pada awal perkuliahan semester satu, semua memperoleh paketan mata
kuliah yang sama, selain mata kuliah etnomatematika, kami juga mendapatkan
mata kuliah Kajian Topik Penelitian. Mata kuliah ini mengharuskan kami
untuk mulai menyusun tesis dari awal semester. Berbeda dengan S1 di mana
skripsi baru disusun pada semester akhir (semester 8). Di sini saya cukup
kebingungan mau mengambil judul tesis apa. Saya pun memulai dengan judul
yang masih ada kaitannya dengan judul tesis S1 saya dulu. Tetapi setelah
melewati satu semester, saya merasa kurang pas dengan judul yang saya
ambil. Akhirnya saya mengganti dan menetukan pilihan judul tesis yang
berkaitan dengan etnomatematika. Hal ini mungkin karena ketertarikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
cukup kuat dari diri saya sendiri untuk membahas tentang budaya Pasar Barter
Wulandoni.
Penyusunan tesis ini berjalan lancar sampai saya pulang ke tempat
tinggal saya, yaitu di Maumere. Di sana saya harus karantina mandiri seperti
telah diketahui karena adanya virus corona yang telah masuk ke Indonesia.
Saat seminggu telah menjalani karantina, saya mendapat kabar bahwa Pulau
Lembata yang ingin saya tuju mengambil keputusan untuk lockdown supaya
masyarakat dari luar daerah tidak dapat masuk ke wilayah tersebut. Memang
sebegitu menakutkannya virus itu. Tetapi saya mulai pesimis, bagaimana
kelanjutan tesis saya jika Lembata lockdown seperti itu. selama dua hari saya
memikirkan hal tersebut sembari berdoa meminta petunjuk pada Tuhan YME.
Kabar baik mulai berhembus setelah Pak Andy memberikan keringanan dalam
pengambilan data tesis dan saya pun bergegas menanyakan keringanan
tersebut pada Pak Suwarsono selaku dosen pembimbing tesis. Pak Suwarsono
pun menjawab bahwa boleh mengambil data penelitian dengan wawancara
secara tidak langsung yang artinya saya tidak perlu menunggu sampai Pulau
Lembata selesai lockdown yang entah kapan.
Rintangan dan hambatan dalam penyususnan tesis ini tidak berhenti
hanya sampai keputusan wawancara secara tidak langsung. Saya melupakan
fakta bahwa untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sana sangatlah
susah. Hal tersebut dikarenakan sinyal provider yang hanya ada ditempat-
tempat tertentu dalam satu desa. Jadi butuh waktu cukup lama untuk
menyelesaikan pengambilan data penelitian. Tetapi saya tetap harus berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
tanpa patah semangat. Karena jika saya patah semangat berarti saya
mengecewakan kedua orang tua saya. Ini adalah salah satu motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
Setelah semuanya terselesaikan saya pun kembali ke Yogyakarta
dengan penuh antusias, tetapi rintangan dan hambatan itu datang kembali.
Jadwal penerbangan yang belum tentu. Saya sampai mengalami kejadian di
mana hari H saya sudah ke bandara untuk terbang ke Yogyakarta, tapi
sesampainya saya ditempat check in, saya harus menerima pil pahit bahwa
penerbangan saya dibatalkan. Sungguh ironis. Seharusnya pembatalan tiket
pesawat dilakukan satu hari sebelum keberangkatan tetapi ini hanya beberapa
jam sebelum keberangkatan. Saya tidak punya kekuatan untuk marah, saya
hanya bisa pulang dan meminta reschedule penerbangan saya. Hal itu terjadi
sebanyak tiga kali. Hanya saja saya pastilah belajar dari pengalaman, di mana
sebelumnya saya selalu mengecek terlebih dahulu, sehingga kejadian saya
sudah bersiap-siap untuk terbang tidak terjadi lagi. Akhirnya pada tanggal 19
Juni 2020, saya tiba di Yogyakarta untuk proses penyelesaian tesis
selanjutnya.
Banyaknya rintangan dan hambatan yang terjadi, akhirnya membawa
saya pada suatu pencapaian penyelesaian tesis ini. Saya sangat bersyukur dan
berterima kasih kepada Tuhan yang telah merencanakan semua yang telah
terjadi selama hidup ini dan kepada orang tua, kakak, adik yang selalu berdoa
dan mensupport saya, serta semua orang yang mengambil bagian dalam
perjalanan penyelesaian tesis saya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Makna Filosofis (Nilai-Nilai Mendasar) Pasar Barter Kecamatan
Wulandoni
Terdapat makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung pada
Pasar Barter Wulandoni bagi masyarakat, yaitu nilai religius, nilai tradisi,
nilai budaya, nilai keberagaman, nilai gotong-royong, nilai sosial, dan nilai
keadilan.
a. Nilai religius: masyarakat yang mengikuti dan terlibat dalam pasar
tersebut bukan hanya masyarakat dari suatu agama saja, melainkan
dua agama, yaitu Katolik dan Islam. Mereka juga mengamalkan
ajaran agama mereka pada pasar barter seperti saling menghargai,
saling tolong-menolong, tidak menipu, berbagi satu sama lain dalam
suka maupun duka, saling mendokan, dan sebagai perekat satu sama
lain.
b. Nilai tradisi: pasar barter beserta kegiatan barternya yang merupakan
kebiasaan yang secara turun-temurun diwariskan dan dijaga oleh
masyarakat Kecamatan Wulandoni sampai saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
c. Nilai budaya: pasar barter beserta kegiatan barternya sebagai suatu
cara hidup yang berkembang dan dimilki bersama oleh masyarakat
Wulandoni dan diwariskan kepada generasi ke generasi.
d. Nilai keberagaman: dua agama yang berbaur menjadi satu dan
berbagai orang dengan profesi yang berbeda dapat disatukan. Mereka
bercampur menjadi satu dan tidak memandang perbedaan yang ada
diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi, tetapi sebagai
perekat satu sama lain. Tanpa adanya nelayan, orang tidak bisa
memakan ikan dan tanpa adanya petani, orang tidak bisa memakan
hasil pertanian atau perkebunan.
e. Nilai gotong-royong: sikap saling membantu. Misalnya saat ada yang
membawa barang dengan beban berat, pasti masyarakat akan
menolong membawa barang tersebut ke tempatnya. Selain itu
biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau apa itu, diberi makan
diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi pada musim
hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter menjadi rusak
atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan sehingga kali itu
dapat lancar kembali.
f. Nilai sosial: pasar barter itu sendiri menjadi sarana bertemunya para
masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir pantai dan tentunya
pada pertemuan itu mereka juga akan bersosialisasi satu sama lain.
Selain itu pasar barter bisa sebagai sumber untuk mendapatkan
informasi. Jadi orang bertukar informasi di pasar barter tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
g. Nilai keadilan: masing-masing orang menerima haknya dan juga
memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari
barang tersebut, pastilah mereka menggantinya atau bahakan
menambahkannya dengan barang yang sama.
2. Aktivitas-Aktivitas Fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter
Wulandoni
a. Aktivitas Counting: aktivitas counting dapat terlihat dari sistem
perhitungan yang digunakan untuk kegiatan berbarter.
b. Aktivitas Locating: aktivitas locating dapat dilihat dari tempat
berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni.
c. Aktivitas Measuring: aktivitas measuring, pasar barter Wulandoni
sama sekali tidak menggunakan alat ukur seperti timbangan, dll untuk
membantu mereka memperkirakan kesetaraan. Tetapi mereka memiliki
sistem pengukuran atau perhitungan, yaitu monga/mongan.
d. Aktivitas Designing: aktivitas designing dilihat dari proses
terbentuknya pasar barter Wulandoni ini dan bentuk pasar.
e. Aktivitas Playing: aktivitas playing dapat dilihat dari adanya proses
tawar-menawar yang terjadi dalam barter.
f. Aktivitas Explaining: aktivitas explaining dapat terlihat dari proses
barter yang terjadi.
3. Aspek-Aspek Matematis yang Memiliki Hubungan dengan Pasar Barter
Wulandoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Tabel 5.1 Aspek Matematis
No Hal yang diamati
Aktivitas
Fundamental
Matematis
Materi matematika
yang sesuai
1 Bentuk pasar
Designing Bangun Datar
(Persegi panjang)
2 Aturan 6 buah
(monga/mongan)
Counting
Measuring
Explaining
Pengukuran
3 Sistem tukar-menukar Counting
Measuring
Explaining
Playing
Perbandingan
Aritmetika Sosial
(Nilai Suatu Barang)
4 Penyebutan bilangan
dalam bahasa daerah
Counting Bilangan
5 Rantang garam atau
baskom untuk menaruh
ikan
- Bangun Ruang
(Tabung Tanpa
Tutup)
6 Perhitungan hasil
pertanian/laut yang
dibarter selama sebulan
- Operasi Hitung
7 Barang yang paling
banyak dibarter
- Statistika (Modus)
8 Banyaknya orang yang
datang ke Pasar Barter
Wulandoni selama
periode satu bulan
- Statistika
9 Jarak yang ditempuh dari
desa lain menuju lokasi
Pasar Barter Wulandoni
Locating Pengukuran
10 Lamanya waktu yang
ditempuh dari desa lain
menuju Pasar Barter
Wulandoni
- Pengukuran
11 Peluang dibarternya
suatu barang
- Probabilitas
12 Peluang paling besar
barang yang dibarter
- Probabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
4. Pengembangan Pasar Barter ke Depannya
Pengembangan Pasar Barter Wulandoni dibagi menjadi dua, yaitu dari segi
pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni dan dari segi rancangan
peneliti.
a. Dari Segi Pendapat Masyarakat Kecamatan Wulandoni
Sampai saat ini perkembangan pasar barter dari dahulu ke
sekarang mungkin hanya pada cara bertransaksi yang dapat
menggunakan uang, tetapi bukan berarti hal tersebut
menghilangkan sedikit demi sedikit ciri pasar, yaitu barter. Barter
tetaplah menjadi tradisi yang tidak akan dihilangkan.
Untuk rencana pengembangan ke depannya sampai
sekarang belum ada rencana. Hanya saja terdapat keinginan besar
dari masyarakat agar pasar barter memiliki tempat untuk
berlindung dan sarana serta prasaran yang memadai.
b. Dari Segi Rancangan Peneliti
Dalam merancang pengembangan ini, peneliti
menggunakan teori pengembangan produk dari ilmu ekonomi.
Terdapat delapan tahapan untuk pengembangan produk:
1) Analisis Kebutuhan Pelanggan
2) Pemunculan Gagasan
3) Penyaringan Ide dan Evaluasi
4) Analisis Bisnis
5) Pengembangan Strategi Pemasaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
6) Pengembangan Produk
7) Pengujian Produk dan Pasar
8) Komersialisasi
5. Implementasi Hasil Kajian Etnomatematika terhadap Pasar Barter
Wulandoni sebagai Masalah Matematika dalam Pembelajaran Matematika
di Sekolah
Impelementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter
Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika
di sekolah adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta
Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang telah dikembangkan oleh peneliti
berbasis etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni dengan mengambil
materi pengukuran berat.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, tidak sampai pada fase implementasi. Sehingga untuk
penelitian selanjutnya dapat melanjutkan fase implementasinya.
2. Pada penelitian ini, terdapat berbagai aspek matematis yang belum dibuat
paket pembelajarannya. Sehingga untuk penelitian selanjutnya, bisa
membuat paket pembelajaran sesuai dengan aspek matematis yang belum
dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
3. Bagi para guru matematika SD khususnya daerah Kecamatan Wulandoni,
disarankan untuk membuat paket pembelajaran matematika yang berbasis
kebudayaan atau hl-hal yang terkandung dalam Kecamatan Wulandoni. Ini
dilakukan agar pemikiran para siswa tidak hanya imajinatif terhadap hal-
hal yang belum diketahui, melainkan saat mereka belajar matematika
mereka dapat membayangkan dan mengaktualisasikannya dalam
kehidupan nyata seperti misalnya Pasar Barter Wulandoni.
4. Pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah seharusnya didasarkan
dan disesuaikan pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bishop, A.J. 1988. Mathematics Enculturation: A Cultural Perspective on
Mathematics Education. Dordrect: Kluwer.
Blikololong, Jacobus Belida. 2010. Du-Hope di Tengah Penetrasi Ekonomi Uang:
Sebuah Kajian Sosiologis Terhadap Sistem Barter di Lamalera, Nusa
Tenggara Timur. Disertasi. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
D’Ambrosio, U. 1990. Ethnomathematics. Sao Paulo: Editora Atica.
D’Ambrosio, U. Ethnomathematics and Its Place In The History and Pedagogy of
Mathematics For Learning of Mathematics, 5 (1), 1985. Faculty of
Educational Science and Technology, University of Twente.
Dominukus, Wara Sabon. 2018. Etnomatematika Adonara. Malang: Media Nusa
Creative.
Ebbutt, S. & Straker, A. 1995. Mathematics in Primary Schools Part I: Children
and Mathematics. London: Collins Educational Publisher Ltd.
Gunawan, Fransiskus Ivan. 2019. Kajian Etnomatematika Serta Analisis Aktivitas
Fundamental Matematis Menurut Bishop Pada Industri Kain Cual Bangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Belitung. Tesis. Yogyakarta: UPT Sanata Dharma.
Hamado A, Ramli Umar, Rosmini Maru. 2019. Eksistensi Pasar Barter Ditengah
Pesatnya Perkembangan Pasar Modern: Kasus Pasar Barter Di Kecamatan
Wulandoni Nusa Tenggara Timur Dalam Perspektif Geografi Ekonomi.
Tesis. Makassar: UPT Perpustakaan Universitas Negeri Makassar.
Hutabarat, Marthin Rapael. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi
Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Si Kambing di Kota Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kaskus.2017.https://www.kaskus.co.id/thread/596791a960e24b63038b4586/unik-
meski-sudah-modern-beberapa-daerah-ini-masih-berdagang-dengan-sistem-
barter/ . Diakses pada tanggal 11 Juli 2020, pukul 18.05.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah.Jakarta. Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Malinowski, B.,1944. A Scientific Theory of Culture and Others Essays. Chapel
Hill, N. Carolina: The University of North Carolina Press.
Marsigit. 2016. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis
Etnomatematika. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
dengan Tema Etnomatematika, Matematika dalam Perspektif Sosial dan
Budaya. 16 April 2016. Padang: Indonesia.
Melville J. Herskovits,1959. Continuity and Change in African Culture.Chicago:
University of Chicago Press.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru.Jakarta: UIP.
Moleong , Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdkaya.
Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mustafa, Zainal. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Nay, Florianus Aloysius. 2017. Aspek Etnomatematika pada Budaya
Penangkapan Ikan Paus Masyarakat Lamalera Kabupaten Lembata Nusa
Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia.
Niaga.asia media ekonomi dan bisnis. 2019. https://www.niaga.asia/sejumlah-
contoh-perdagangan-barter-di-berbagai-negara/. Diakses pada tanggal 11
Juli 2020, pukul 18.56.
Peursen, C.A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta. Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Plomp, Tjerd. 1997. Educational Design: Introduction. From Tjerd Plomp (eds).
Educational & Training System Design: Introduction. Design of Education
and Training (in Dutch). Utrecht (the Netherland): Lemma. Netherland.
Romadoni, Almu Noor, S.Pd. 2017. Aspek-Aspek Etnomatematika pada Budaya
Masyarakat Banjar dan Penggunaan Aspek-Aspek tersebut untuk
Pengembangan Paket Pembelajaran Matematika. Tesis. Yogyakarta: UPT
Sanata Dharma.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulaeman, Munandar. 2018. Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Sosial Budaya Dasar/
Sosial Culture. Bandung: Refika Aditama.
Susilana, Rudi, Cepi Riyana. 2008. Media pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Suwarsono, St.. 2015. PPT Etnomatematika (Ethnomathematics) Materi Kuliah
S2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Suwarsono, St.. 2020. Komunikasi Pribadi. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2008 . Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta : CV. Andi
Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Welcome to Kabupaten Lembata (Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten
Lembata). 2017. http://site.lembatakab.go.id/2017/08/05/setelah-tiga-tahun-
ditutup-pasar-barter-wulandoni-dibuka-kembali/. Diakses pada tanggal 16
Juli 2020, pukul 15.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Pedoman Wawancara
1. Hasil Validasi dari Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
2. Hasil Validasi dari Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
3. Hasil Validasi dari Validator 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
No Pedoman Wawancara
1 Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
2 Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah
pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?
3 Sejak kapan pasar barter terbentuk?
4 Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?
5 Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
6 Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
7 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
8 Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
9 Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
10 Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
11 Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
12 Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
13 Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan
daerah pantai dibedakan?
14 Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
15 Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai
tempat berlangsungnya Pasar Barter?
16 Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar
berupa uang?
17 Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
18 Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
19 Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
20 Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
21 Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
22 Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
23 Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
24 Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?
25 Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang
ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya untuk
semua hasil tani dan laut yang ada)
26 Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
27 Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
28 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
29 Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
30 Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,
pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter
tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani
ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
31 Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
32 Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
33 Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
34 Peraturan umum tentang Pasar Barter?
35 Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
36 Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
37 Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari
masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi
atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
38 Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
39 Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
40 Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga
misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar
tetangga?
41 Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
42 Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
Lampiran 3 Transkrip Wawancara
1. Narasumber 1
Hasil Wawancara
Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
Masyarakat zaman dahulu sulit mengenal adanya uang.
Karena saling membutuhkan, misalnya dari pegunungan membutuhkan ikan,
garam, kapur sirih, dll sedangkan masyarakat daerah pantai membutuhkan hasil
pertanian dari gunung, missal pisang, ubi, jagung, beras, sayur-sayuran, dll.
Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah
pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?
Masyarakat pegunungan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan hasil pertanian
dan lauk pauknya dengan ikan dari pantai yang dipenetakan.
Masyarakat daerah pantai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara peneta.
Peneta adalah jajakan barang laut dari rumah ke rumah. Peneta itu perempuan-
perempuan dari daerah pantai Lamalera yang menjajakan hasil laut ke
masyarakat di pegunungan dengan berjalan dari rumah ke rumah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
ditukarkan dengan hasil kebun.
Sejak kapan pasar barter terbentuk?
Sejak zamannya nenek moyang
Apakah tahu kisaran tahunnya ?
Soal tahun berapa terbentuknya pasar barter itu tidak diketahui.
Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?
Kedua suku, dari pegunungan yakni Suku Wukak (Lewuka) dan Suku dari
Pantai yaitu Nudek (Lamalera)
Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
Mama mama dari pegunungan dan mama mama dari daerah pantai
Apakah hanya mama-mama saja ataukah ada juga bapa dan anak-anak?
Kalau dari pegunungan bapa-bapa juga ikut dalam pasar barter. Tapi dari pantai
hanya mama-mama. Sedangkan kalau anak-anak hanya sekedar ikut orang
tuanya berjualan kalau libur.
Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
Tidak, hanya hari sabtu.
Kenapa hanya hari sabtu?
Sebelum pandemi, pasar barter juga bisa berubah hari. Misalnya hari besar
keagamaan jatuh pada hari sabtu maka pasarnya bisa dimajukan hari kamis atau
jumat.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
Dahulu hanya penukaran barang dengan barang. Tetapi sekarang sudah ada
pembelian dengan uang.
Apakah semua orang boleh menggunakan uang untuk membeli ataukah hanya
yang berpenghasilan dengan uang, misalnya guru, PNS, dll?
Zaman ini bisa menggunakan uang untuk membeli tanpa kecuali. Misalnya
seorang ibu mau menjual pisang masak atau sirih, bisa juga ditawarkan dengan
uang dan pembelinya juga dari kalangan bukan guru juga bisa dan sangat bisa.
Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
Sebelum dimulainya pasar barter ada tanda pluit dan pengambilan pajak berupa
barang-barang dari peserta pasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Siapa yang mengambil pajak tersebut?
Kenapa harus ada pajak?
Dan apakah ada aturannya dalam pengambilan pajak, misalnya daerah gunung
harus satu mongan dan daerah pantai harus berapa ikan?
Karena sudah menggunakan uang saat ini, apakah uang juga pajak yang
diminta?
Yang mengambil pajak itu petugas pasar (hansip) dari Desa Wulandoni.
Pajak tidak ada aturannya sebab dibayar pake barang dan tidak terhitung
jumlahnya. Bisa satu buah jagung atau satu pisang atau satu ikan.
Ya, sekarang juga pajak bisa dibayar dengan uang 2000 atau 1000.
Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
Ada.
Kalau untuk nilai religius dilihat dari pasar barter yang diikuti bukan hanya satu
agama saja, melainkan dari dua agama, yaitu katolik dan islam.
Kalau dari nilai tradisi, pasar barter adalah tradisi yang secara turun temurun
diwariskan dan dijaga oleh masyarakat sampai saat ini.
Kalau nilai budaya, pasar barter sudah menjadi tradisi sekaligus budaya.
Kalau nilai keberagaman seperti yang sudah saya bilang diatas tentang dua
agama yang berbaur menjadi satu dan juga adanya banyak pekerjaan yang
terlibat, mulai dari petani, nelayan, guru, PNS, dll.
Untuk nilai gotong royong, dalam pasar barter ditemukan nilai ini, karena
masyarakat satu sama lain saling membantu, misalnya saat ada yang membawa
barang dengan beban berat, pasti masyarakat akan menolong membawa barang
tersebut ke tempatnya.
Nilai sosial yang ada itu sudah pasti terdapat di pasar barter karena pasar barter
tersebut menjadi sarana bertemunya para masyarakat, baik dari pegunungan
maupun pesisir pantai dan tentunya akan bersosialisasi satu sama lain.
Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
Ada, istilahnya mongan. Contoh: 1 ikan ditukar dengan jagung 12 bulir (2
mongan).
Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
Ada, 1 mongan = 6 batang jagung atau pisang.
Tidak berbeda, karena mongan adalah kesepakatan dua belah pihak, yaitu pihak
daerah pegunungan dan pihak daerah pantai.
Bahasa daerah gunung dan pantai berbeda tapi mudah dipahami kedua belah
pihak.
Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
Tetap di Wulandoni. Kalau ditengah pandemi ini, pasar barter berpindah-pindah
dan rolling setiap hari kamis. Itu terjadi di Lamalera dan Belobao, dan jumlah
peserta pasarnya dibatasi minimal 20 orang. Dari pegunungan dan diwajibkan
pakai masker.
Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan
daerah pantai dibedakan?
Iya, karena aturannya seperti itu dari dulu. Mungkin supaya ada pembeda untuk
masyarakat gunung yang mana dan masyarakat pesisir pantai yang mana.
Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
Hubungan saling memenuhi kebutuhan hidup.
Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai
tempat berlangsungnya Pasar Barter?
Tidak ada.
Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar
berupa uang?
Karena sudah menjadi tradisi.
Ok, tapi apakah uang masih dirasa susah untuk didapat, makanya salah satu alas
an masih eksis karena itu?
Uang tetap ada tetapi digunakan untuk hal lain yang sangat membutuhkan uang.
Contohnya untuk bayar sekolah anak.
Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
Sistem pengukuran adalah mongan. Contoh: 1 mongan ditukar dengan 1 ikan.
Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Sama
Peraturan khusus apa saja yang ada dalam kegiatan berbarter barang?
Tidak ada aturan khusus.
Terus kalau barangnya tidak habis diapakan?
Barang tidak habis biasanya dibawa pulang.
Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
Tidak ada perubahan pengukuran. Tidak menggunakan alat ukur. Hal itu
dikarenakan kebiasaan yang ada.
Apakah timbangan tidak digunakan dalam proses barter?
Tidak.
Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
Ya, setara dengan barang yang ditukarkan.
Jika tidak sebanding atau setara, apakah tidak diberlakukan sistem pengukuran
dengan menggunakan alat ukur?
Tidak ada alat ukur lain selain mongan.
Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
Semua barang dibarter (hasil pertanian dan hasil laut)
Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
Kesepakatan bersama.
Kenapa dipilih di Wulandoni?
Karena sudah ada kesepakatan dari dulu antara orang Lamalera dan Lewuka
bahwa tempatnya di Wulandoni, karena jarak antara Lewuka dan Wulandoni
sama dengan jarak Lamalera dan Wulandoni.
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Adakalanya ramai dan adakalanya sepi. Tergantung persediaan barang jualan.
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Kalau bentuk pasar sama seperti bentuk pasar lainnya. Tetapi bedanya saat mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
melakukan barter kedua wilayah harus dipisah terlebih dahulu supaya tidak ada
yang start duluan untuk barter.
Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?
Ada. Contoh jumlah peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang
yang lain, misalnya ubi atau pisang.
Bagaimana proses barter dilakukan?
Barang ditukar ikan, garam kapur sirih, dll.
Maksudnya?
1 mongan dengan 1 waren ikan paus kering
2 mongan jagung dengan 2 ikan terbang kering yang sudah dibelah (kmanuk)
3 mongan jagung dengan 3 ikan kering.
1 mongan jagung dengan satu genggam kapur siri
2 mongan jagung dengan 2 tempurung garam.
Untuk beras, dulunya tidak dijual tetapi sekrang dijual dan dibeli dengan uang.
Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
Uang dibutuh tapi pembelian bukan di pasar barter.
Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
Nilai tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting adalah kesepatan yang sudah
dibangun.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
Ada perbedaan, dulu hanya barter, tetapi sekarang sudah campur aduk dengan
uang, barang bisa dibeli dengan uang.
Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
Belum ada. Hanya saja karena adanya covid ini, pasar barter berpindah-pindah
ke desa-desa dan jumlah orang yang berbarter dibatasi hanya 20 orang.
Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,
pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani
ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
Ada kebijakan, bisa belanja barang-barang dengan uang.
Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
Waktu pasar barter, ada juga pedagang yang menjajakan barang-barangnya,
tetapi tempat dipisahkan dari lokasi barter.
Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
Tidak ada gedung
Tidak ada terpal
Tetapi diadakan ditempat terbuka (di bawah pohon).
Bagaimana kedudukan pasar barter bagi masyarakat?
Kedudukan pasar barter sangat penting bagi masayarakat daerah gung dan
daerah pantai.
Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
Sangat mendukung.
Apakah kegiatan barter dalam pasar barter ini dapat saling menguntungkan
antara masyarakat daerah gunung dan pantai?
Sangat menguntungkan
Peraturan umum tentang Pasar Barter?
Tidak boleh tukar menukar barang sebelum adanya tanda pluit dimulainya pasar
barter.
waktu mulainya kapan dan waktu selesainya kapan?
Waktu pasar barter mulai jam 8 samapai selesai jam 9an dan siapa punya duluan
habis maka dia duluan pulang dan misalanya dagangan tidak laris maka barang
itu disebut baduni, misalanya pisang tidak laris maka dalam bahasa daerahnya
disebut mukoja baduni, istilah itu hanya dari gunung. Baduni artinya barang
tidak habis. Makoja artinya ……..
Apakah nilai dari barang-barang yang dibarterkan pada umumnya sudah setara
atau belum?
Sudah
Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Tidak ada aturan baru
Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
Tidak
Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari
masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi
atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
Tidak
Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
Belum.
Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
Uang juga sangat dibutuhkan zaman sekarang.
Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga
misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar
tetangga?
Ada. Contoh: ikan bisa dibeli dengan jagung.
Yang tadi dijawabkan hasil laut dan gunung. Apakah antar tetangga di Lewuka
bisa menukarkan barang hasil gunung dengan barang hasil gunung?
Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
Tidak, misalnya ikan dibeli dengan jagung, tetapi jagung kurang bisa ditambah
dengan pisang.
Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
Tidak ada, semua merasa puas.
2. Narasumber 2
Hasil Wawancara
Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
Latar belakang pasar barter karena budaya kampung dulu adalah tidak mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
adanya pasar modern sehingga dulu kebutuhan makanan dan kebutuhan akan
ikan itu berlangsung secara langsung sehingga orang menukar ikan dengan
makanan atau buah-buahan untuk kelangsungan hidup.
Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah
pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?
Daerah gunung pada umumnya memiliki makanan karena memiliki kebun
namun tidak memiliki lauk pauk sebagai sumber protein. Sehingga perlu adanya
suatu tukar menukar yang diatur secara tradisi sehingga pasar itu terjadi
seminggu sekali, sedangkan untuk mereka pantai, daerahnya bebatuan sehingga
tidak bisa ditanami sesuatu tanaman, sehingga mereka hanya mencari nafkah
dengan nelayan atau mencari ikan. Ikan ini tidak semuanya akan dikonsumsi,
jadi bagaimana cara mereka untuk mendapatkan makanan dengan melakukan
barter. Entah melalui suatu pasar barter yang hanya seminggu sekali atau juga
mereka mengunjungi kampong-kampung yang namanya peneta itu. Lalu mereka
mendapatkan ikannya diberikan kepada masyarakat kampong gunung, lalu
mereka membawa pulang hasil kebun itu berupa jagung, ubi, pisang, dsb.
Peneta adalah pejalan kaki (ibu-ibu yang berasal dari daerah pantai yang
membawa hasil ikannya pada saat bukan hari pasar barter itu. Jadi, pasar barter
itu jatuhnya hari sabtu, kalau ikan ditangkap senin, maka selasa sudah bergerak
menuju kampung-kampung untuk melakukan barter sampai dengan jumat.
Sejak kapan pasar barter terbentuk?
Dari zaman nenek moyang, zaman Belanda pun sudah ada. Jadi, kita generasi
keempat saja sudah tahu, nenek kakek kita tanya saja mereka bilang bahwa
kami waktu itu sudah ada juga, jadi bukan barusan ini, tapi sudah nenek moyang
dari dulu. Mungkin sudah 1000 lebih, ya kita katakan juga tidak bisa segitu, kita
juga tidak bisa mengukur itu, tapi katanya nenek moyang zaman dulu, zaman
Belanda.
Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?
Pasar barter itu berdasakan gagasan yang mempelopori pada umumnya daerah-
daerah pantai, lalu kesepakatan itu diatur berdasarkan kampong-kampung
daerah pertanian itu datang dan dibuat suatu kesepakatan untuk dilakukan pasar
barter.
Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
Dari daerah barat ada Lamalera, Lewotala, Lambaka, Poswatu, Watuwara, dan
Puor.
Dari selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu, jadi tidak ada desanya.
Sebelahnya baru ada Pulau Timor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Utara: Uadak, Lewuka, Senaki, Bakaor, dan Balaj.
Timur: Ataili, Lebala, Mulandoro.
Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
Pasar barter itu beroperasi satu minggu sekali, yaitu setiap hari sabtu. Namun,
sudah saya sampaikan tadi, apabila penangkapan ikan berjalan lancer dan
ikannya banyak, maka wilayah daerah pantai itu melakukan barter itu dengan
melakukan perjalanan ke kampong-kampung pertanian tadi sehingga ikan itu
bisa dimanfaatkan sebelum hari pasar.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
Tidak ada perbedaan, mungkin tambahan sekarang adalah orang yang dari
daerah ibukota kabupaten yang turun untuk menjual alat-alat diluar barter itu.
jadi alat-alatnya mungkin sabun atau apa itu dan belinya pakai uang. Tetapi
segala kebutuhan yang diluar ikan itu, pada umumnya orang akan menuju pasar
ibukota Lewoleba untuk berjualan dan mendapatkan uang. Tetapi sekarang di
pasar barter juga sudah bisa digunakan uang hanya saja lebih kepada mereka
yang bukan berprofesi sebagai petani atau nelayan.
Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
Ritual khusus itu tidak ada yang spesifik, hanya berupa sebelumnya dilakukan
tere laku atau semacam pajak yang diambil dari barang, sehingga ikan juga
diambil, pisang atau jagung atau ubi-ubian itu diambil sebagai pajaknya pasar
itu. kemudian mandor itu meniup pluit sebagai tanda dimulainya pasar barter.
Pada umumnya pasar dimulai jam 08.00 pagi. Semua sudah berkumpul baru
dilaksanakan dengan ritual sebelumnya tadi.
Hasil pemungutan pajak itu juga kadang diberikan kepada orang susah atau
jompo di sekitaran kecamatan itu.
Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
Dari sisi religius itu artinya penawaran tidak memiliki suatu akal busuk bahwa
akan meipu orang itu tidak, jadi kesepakatan dibuat dan rasa peri kemanusiaan
itu ada. Jadi misalnya ikan yang dibarter itu agak besar ditukar dengan satu
mongan tetapi didalam perasaan itu muncul bahwa ingin menambah satu buah
lagi. Sehingga tetanam perasaa kemanusiaan itu muncul dan tidak ada sifat
menipu. Kalau ada yang menipu maka akan dilaporkan kepada mandor dan
diberikan sanksi. Jadi ini bisa masuk sisi religius dan sisi kemanusiaan juga.
Dari segi tradisi dan budaya itu menjadi satu kesatuan karena pasar barter ini
secara turun temurun diwariskan kepada anak cucu sehingga sudah menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
suatu tradisi dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Wulandoni.
Dari segi keberagaman itu dilihat dari bercampurnya dua agama dalam pasar
barter, yaitu agama Katolik dan Islam. Mereka bercampur dan tidak memandang
perbedaan diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi tetapi sebagai
perekat. Ini juga bisa masuk dalam aspek religius sebenarnya. Keberagaman
juga dapat dilihat dari orang-orang yang mengikuti pasar barter. Didalam pasar
barter itu terdapat banyak sekali profesi seperti petani, nelayang, para pekerja
kantoran, dan ada juga penjual barang-barang yang diluar barter. Mereka
berkumpul menjadi satu.
Kalau dari sisi gotong-royong biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau
apa itu, diberi makan diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi pada
musim hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter menjadi rusak
atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan sehingga kali itu dapat lancer
kembali.
Social itu pasar barter sebenarnya bisa sebagai sumber untuk mendapatkan
informasi. Jadi orang bertukar informasi di pasar tersebut.
Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
Tidak ada perhitungan. Hanya ada perhitungan satu mongan itu enam biji atau
enam buah. Hanya itu saja. Kalau dari daerah pantai kan hanya ikan saja, jadi
kalau mereka punya itu ikan yang utuh atau ikan besar yang sudah dipotong-
potong dan kita anggap macam ukurannya itu setengah kilo mungkin. Tapi itu
hanya perkiraan karena tidak pakai alat ukur.
Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
Jadi di pasar barter itu tidak biasa pakai bahasa Indonesia, pakainya bahasa
daerah. Sebenarnya bahasa derahnya beda hanya dalam logat atau dialek saja.
Dialek itu semacam lagunya itu berbeda.
Satu = Tu
Dua = Jua
Tiga = Telu
Empat = Pat
Lima = Lem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Enam = Enem
Tujuh = Pito
Delapan = Buto
Sembilan = Siwa
Sepuluh = Sepuloh
Kalau pantai itu:
Satu = Tou
Dua = Rua
Tiga = Telu
Empat = Pat
Lima = Lem
Enam = Enem
Tujuh = Pitu
Delapan = Buto
Sembilan = Siwa
Sepuluh = Pulo
Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
Tidak, hanya Wulandoni saja.
Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan
daerah pantai dibedakan?
Jadi supaya pergerakannya itu satu. Jadi daerah barat itu missal ikan, dan timur
itu gunung dan selalu begitu. Karena pada saat fluit dibunyikan itu orang dari
barat akan mengelilingi orang timur, orang timur yang duduk saja. Lalu mereka
sorong, tawar, lalu jadi, maka diberikan, jadi mereka yang berjalan, orang yang
dari peneta itu yang jalan. Orang yang gunung itu tetap karena barang kan
banyak dan dari pantai kan mereka hanya isi ikan di baskom.
Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
Pasar barter itu adalah pasar yang sangat cepat utnuk memiliki ikan pada saat
perhitungan kebutuhan ikan satu minggu ini mungkin memiliki ikan seperti
ini.sehingga di kampong itu memakan dengan menggunakan ikan itu satu
minggu bisa berjalan. Jadi diprogramkan.
Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
tempat berlangsungnya Pasar Barter?
Tidak bisa, dia hanya berlaku untuk pasar barter saja.
Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar
berupa uang?
Karena masyarakat itu merasa bahwa ini adalah budaya yang harus diturun-
temurunkan sehingga tidak boleh putus sehingga hubungan kita antar kampong
dalam satu kecamatan itu tetap berjalan baik dengan adanya jembatan melalui
pasar barter. Kadang-kadang suatu pasar itu juga bisa diumumkan tambahan
bahwa kita ini akan melakukan pesta paskah akan terjadi dikampung ini,
misalnya begitu. Sehingga disana itu juga sebagai sumber informasi dan perekat
dalam bidang agama.
Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
Tidak ada timbangan begitu, jadi hanya ada mongan dan ikan yang dipotong
kira-kira setengah kilo.
Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
Semua sama, hanya ada juga yang pakai kesepakatan. Misal orang minta buah
kepala, itukan orang pikir ikan satu kelapanya berapa. Karena kelapa itu tidak
biasa ada dibarter. Hanya saja mungkin kalapa itu dibawa karena dalam
perjalanan kehausan. Sukun juga itu tidak berdasraka mongan.
Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
Tidak ada sampai sekarang. Timbangan tidak diperlakukan samapai sekarang.
Tidak ada satu kilo dua kilo. Orang memakai tradisi yang dulu.
Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
Dianggap setara. Jadi jagung itukan dikupas, misal jagung ada kerusakan, maka
diganti satu atau diberi tambah satu. Bagitu caranya sehingga utuh. Tidak
dibodokin atau ditipu.
Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
Jagung, ubi, pisang, sukun, sirih pinang. Jadi hasil pertanian apapun bisa, hanya
beras tidak boleh, karena barter itu hal-hal yang menopang kecil saja untuk
makan. Sedangkan beras itu pada umumnya orang jual ke pasar ibukota
kabupaten untuk mendapatkan uang. Dan itu untuk kebutuhan anak-anak yang
sekolah, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
Itu berdasarkan kesepakatan daerah kami, Lewuka dan daerah pantai Lamalera.
Karena kebutuhan makanan untuk daerah Lamalera itu tidak bisa dipenuhi
hanya oleh hasil laut yang didapatkan dari pekerjaan nelayan. Jadi mereka harus
berbarter untuk memenuhi kebutuhan dengan daerah bukit atau pegunungan.
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Kayaknya menurut saya persegi panjang tetapi orang yang duduk itu kayak
bulat panjang.
Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?
Bisa terjadi, apabila misalnya ikannya itukan besar dan bawa bulat dan dia yang
tentukan berapa sisir pisang. Jadi tawarannya lain.
Bagaimana proses barter dilakukan?
Siklusnya itu orang bawa ikan datang dan mengelilingi orang yang bawa hasil
pertanian. Jadi sampai ikannya habis baru dia langsung keluar. Kalau ikan
belum habis, berarti dia keliling kunjungi orang sampai di orang terakhir.
Jagung sudah pasti mongan, pisang juga, kalau ubi kecil-kecil berarti mongan,
tapi kalau macam ubi kayu, berarti pakai kesepakatan. Kalau sirih pinah itu
masing masing berjumlah enam sehingga total 12 dan ditukar dengan 1 ikan.
Garam itu dibuat satu kube biasanya ditukar dengan buah-buahan.
Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
Tidak, selama barter itu orang tidak berpikir tentang uang, yang orang pikir itu
kebutuhan makan.
Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
Orang tidak menilai dari nilai brang itu jadi orang akan melihat dari kugunaan
barang itu sebagai pemenuhan kebutuhan.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
Perbedaan yang sangat terlihat adalah dapat digunakannya uang dalam pasar
barter. Tapi penggunaan uang hanya sedikit orang, termasuk para PNS, dll.
Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Kalau setau saya tetap itu saja. Orang tetap duduk dibawah pohon dan dibatu.
Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,
pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter
tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani
ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
Iya, mereka pada umumnya tidak ikut dalam pasar itu tapi mereka juga sekarang
di luar pasar bisa membeli di pasar barter menggunakan uang.
Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
Waktu pasar seingat saya dulunya jam 09.00 tetapi sekarang sudah jam 08.00.
dan adanya pedagang yang jualan barang di pasar barter itu, tetapi itu dibeli
dengan uang dan tidak berpengaruh terhadap pasar barter. Hal itu dapat dilihat
sebagai suatu kemajuan karena orang tidak perlu bersusah payah untuk
membelinya ke ibukota kabupaten.
Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
Kekurangan dari pasar barter itu menurut saya sudah harus dibuat tempat-
tempat yang layak untuk orang duduk, ada semacam tempat yang dibuat
permanen sehingga orang terlindung dari panas matahari atau hujan misalnya.
Jadi ada tempat duduk khusus yang terlindung dari sinar matahari atau hujan
sehingga aman. Karena kalau hujan turun, biasanya lari ke pohon atau mungkin
ada yang bawa paying kecil, ya syukur dia biasa melindungi dirinya. Jadi
kekurangannya ya itu, memang pasar tradisional tapi tidak seperti di pasar-pasar
yang sekarang di kota ada tempat begitu, jadi ini terbuka.
Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
Kalau menurut saya tidak mendukung ekonomi masyarakat karena sifatnya
hanya oaring hanya menikmati proses hidup untuk makan minum. Itu saja.
Kalau kesejahteraan juga tidak memberikan apa-apa pasar barter, karena hanya
memenuhi makan minum, tetapi disisi lain kan sejahtera itu tidak hanya soal
makan minum, tapi yang lain juga. Tetapi menurut saya ikan yang asli dari pasar
itu, adalah yang punya protein tinggi.
Peraturan umum tentang Pasar Barter?
Itu tentang mandor tadi, pajak, jam mulai jam 08.00, jam pulang jam 12.00, dan
mongan tadi.
Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Tidak ada aturan baru, tetap pakai yang dari nenek moyang.
Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
Tidak ada.
Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari
masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi
atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
Pasar barter kan sudah dipilah orang, ini menggunakan uang ini menggunakan
barang, sehingga orang itu tidak perlu menggunakan uang ke pasar barter.
Hanya membawa jenis makanan tertentu untuk mendapatkan ikan.
Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
Itukan tanpa uang, jadi barter itu hanya untuk makan. Kalau uang keperluan
untuk menyekolahkan anak, membeli buku anak, membeli kebutuhan gula pasir,
membeli sabun, odol, dll.
Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
Uang dipikirkan tapi tempatnya beda. Jadi, barter sifatnya untuk mencari makan
dan memberi oaring juga makan. Jadi bertukar.
Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga
misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar
tetangga?
Tidak ada. Karena tidak mungkin berbarter sesama hasil pertanian. Padahal
sama-sama punya. Jadi, lebih kepada memberi jika kekurangan atau membuat
makan bersama.
Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
Tidak ada, hanya barang saja.
Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
Tidak ada yang tidak puas. Hanya saja kalau ada yang kacau, pasti akan diurus
atau didamaikan oleh mandor di suatu tempat khusus supaya tidak mengganggu
jalannya pasar barter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
3. Narasumber 3
Hasil Wawancara
Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
Pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat daerah pantai dan masyarakat
daerah gunung.
Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah
pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?
Kurang tahu tentang sebelumnya, yang saya tahu sejak di lingkungan saya
dilahirkan adalah transaksi barter tidak hanya terjadi pada hari pasar (sabtu,
untuk pasar Wulandoni atau rabu untuk pasar Labala) tetapi dalam keseharian
yang kami sebut “pneta”, ketika ada hasil laut yang cukup maka masyarakat
dari pesisir pantai membawanya ke daerah gunung dan ditukarkan dengan
jagung, padi, ubi, pisang, sayur, dan aneka buah atau makanan lain, juga bisa
dengan menggunakan alat tukar (uang). Untuk masyarakat daerah pantai mereka
dapat menyekolahkan anak-anak mereka dengan hasil penjualan ikan.
Apakah biaya sekolah juga bisa dibayar pakai hasil pertanian atau laut?
(Jawaban Pak Benya)
Tidak. Biaya sekolah tetap menggunakan uang dan uang itu didapat jika pergi k
lewoleba untuk menjual hasil tersebut.
Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
Masyarakat daerah pesisir pantai dan masyarakat daerah gunung sekitar Pasar
Wulandoni, para pedagang kaki lima, dan para pengusaha komoditi.
Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
Tidak setiap hari, tetapi seminggu sekali, pada hari sabtu.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
Sedikit ada perbedaan tetapi tetap tidak menghilangkan ciri dasar pasar barter.
Misalnya, sekarang yang terlibat dalam pasar barter tidak hanya masyarakat
pesisir dan masyarakat daerah pegunungan tetapi juga para pedagang kaki lima
yang menjual peralatan rumah tangga, kebutuhan lain seperti sabun, pakaian,
dll.
Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
Iya. Sebelum pasar resmi dibuka, mandor pasar menagih retribusi pasar.
Masyarakat membayar dengan barang, di mana yang dari daerah pegunungan
dengan ubi, pisang, sedangkan yang dari daerah pantai dengan ikan atau garam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
(Pajak itu “tere laku”)
Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
Iya, nilai-nilai ada dan Nampak selama proses transaksi barter. Mereka tidak
hanya saling bertukar barang melainkan juga saling memahami, mendengarkan,
membantu, saling sharing, berbagi suka duka hidup yang berlanjut dengan
saling mendokan. Ada ikatan spiritual antara para pelaku transaksi barter.
Disamping itu juga ada nilai keadilan disana. Masin-masing menerima haknya
dan juga memberikan kewajibannya.
Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
Iya, untuk 1 potong ikan atau 1 genggam garam atau 1 genggam kapur ditukar
dengan 6 batang jagung atau 1 sisir pisang.
Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa “vare tou”
(dalam bahasa daerah gunung “ika tu”)
Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai “monga tou” (dalam
bahasa daerah gunung “lima tu”)
Enam batang jagung dibahasakan sebagai “monga tou” (dalam bahasa
daerah gunung “mongan tu”)
Garam yang diisi dalam daun lontar disebut “kube tou” (dalam bahasa
daerah gunung “kube tu”)
Nb: yang dalam kurung
Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
Ada dua tempat pasar barter, yaitu di Wulandoni pada hari sabtu dan di Lebala
pada hari rabu. Dan terakhir sekarang juga ada pasar di Lamalera pada hari
kamis.
Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan
daerah pantai dibedakan?
Menghindari transaksi barter sebelum pasar barter ini dibuka secara resmi oleh
mandor pasar, dengan cara membunyikan pluit (veku). Disana ada nilai keadilan
yang bisa dipetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
Masyarakat merasa sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan mereka, mereka
tidak harus jalan jauh ke Lewoleba, ibu kota kabupaten untuk berbelanja
kebutuhan pokok atau juga menjual hasil komditinya seperti kemiri, kopra,
kakao, jambu mente.
Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai
tempat berlangsungnya Pasar Barter?
Tidak, cuma digunakan untuk kegiatan pasar barter.
Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar
berupa uang?
Karena menurut saya para pelaku transaksi barter mempertahankan warisan nilai
yang sangat fundamental, yakni kekeluargaan persaudaraan, gotong royong, dan
keadilan.
Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
Proses menghitungnya itu sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya.
Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa vare tou.
Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai monga tou.
Enam batang jagung dibahasakan sebagai monga tou.
Garam yang diisi dalam daun lontar disebut kube tou.
Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
Sama.
Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
Bila dicermati masyarakat tempo dulu tidak mengetahui adanya alat ukur
sehingga mereka tidak pernah menggunakannya dan untuk sekarang masih tetap
sama, tanpa alat ukur, karena mereka mengikuti tradisi yang ada.
Kalau timbangan begitu sudah ada pada zaman sekarang?
Kalau timbangan memang sudah diketahui tetapi untuk menggunakannya dalam
kegiatan pasar barter tidak digunakan.
Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
Iya, mereka menerima masing-masing barang yang setara ditukarkan, tetapi
dalam praktek banyak kali mereka melakukannya atas dasar kekeluargaan
(bukan keluarga kerena pertalian darah) mkasudnya masing-masing mereka
merasa sangat dekat, merasa sebagai keluarga, sudah saling mengenal sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
transaksi dilakukan secara kekeluargaan. Misalnya pisang atau jagung, garam,
ikan yang ditukarkan ditambah dengan yang lain, atau jumlahnya lebih dari
system umum yang digunakan.
Jika tidak sebanding atau setara, apakah tidak diberlakukan sistem pengukuran
dengan menggunakan alat ukur?
Tidak ada peraturan umum yang berlaku, ini tergantung dari kesepakatan antar
pelaku transaksi barter.
Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
Tidak ada penentuan barang, tetapi umumnya barang-barang kebutuhan pokok.
Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
Pembentukkannya didasarkan pada kepentingan kedua kelompok masyarakat
(gunung dan pantai).
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Sejauh yang saya tahu, tidak ada.
Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?
Ada proses tawar-menawar.
Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang
ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya untuk
semua hasil tani dan laut yang ada)
Proses barternya itu sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya.
Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa vare tou.
Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai monga tou.
Enam batang jagung dibahasakan sebagai monga tou.
Garam yang diisi dalam daun lontar disebut kube tou.
Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
Sebelumnya dapat dipahami bahwa peredaran alat tukar sanagt terbatas jadi
masyarakat tidak menggunakan alat tukar tetapi dalam perkembangan hingga
hari ini, mereka juga bisa menggunakan alat tukar (uang), tergantung
kesepakatan bersama (pelaku transaksi barter).
Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
Semua barang yang dibarter itu pasti tidak akan dianggap rugi. Karena itu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
memenuhi kebutuhan setiap hari.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
Bisa pakai alat tukar uang, tergantung kesepakatan.
Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
Tidak ada.
Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,
pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter
tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani
ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
Sekarang pasar barter terbuka untuk siapa saja. Tidak terbatas hanya untuk
masyarakat pesisir dan gunung, pegawai bisa terlibat dengan menggunakan alat
tukar uang.
Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
Iya, unsur baru yang dapat dilihat yakni yang mengambil bagian dalam pasar
barter bukan hanya masyarakat pesisir pantai dan gunung tetapi juga sekarang
terbuka untuk siapa saja, pedagang yang lain, tetapi ciri dasar pasar barter tetap
dipertahankan.
Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?
Menurut saya tidak ada.
Bagaimana kedudukan pasar barter bagi masyarakat?
Mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat (social dan ekonomi).
Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
Sangat mendukung ekonomi masyarakat.
Apakah kegiatan barter dalam pasar barter ini dapat saling menguntungkan
antara masyarakat daerah gunung dan pantai?
Saling menguntungkan, jika tidak saling menguntungkan sudah pasti pasar
barter ini telah dibubarkan atau tidak mungkin dipertahankan hingga hari ini.
Apakah nilai dari barang-barang yang dibarterkan pada umumnya sudah setara
atau belum?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Umumnya setara dank arena itu system ini tetap dipelihara dan dipertahankan
hingga hari ini.
Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
Belum ada aturan baru.
Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
Sejauh yang saya tahu, untuk barang elektronik tidak dibarter tetapi dibeli
dengan alat tukar/uang.
Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari
masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi
atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
Bagi masyarakat, uang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan lain seperti
pakaian, bahan-bahanbangunan, dll selain kebutuhan pokok (makanan).
Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
Alat tukar/uang dimanfaatkan/diinvestasikan untuk kebutuhan lain seperti
material untuk membangun rumah, kebutuhan sandang, dll.
Sedangkan untuk kebutuhan pokok (makanan) bisa didapatkan dengan cara
barter, tanpa perlu mengeluarkan uang.
Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
Untuk zaman sekarang sangat dipikirkan.
Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga
misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar
tetangga?
Yang saya tahu pengaruhnya dalam kehidupan bertetangga, di lingkungan
dimana saya lahir dan dibesarkan, hasil barter dari pasar (pisang, ubi, sirih
pinang, dll) biasanya juga disharekan dengan keluarga atau tetangga sekitar, bila
keluarga atau tetangga yang bersangkutan tidak pergi ke pasar pada hari
tersebut.
Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
Tidak ada.
Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
Belum pernah ada kejadian seperti ini.
4. Narasumber 4
Hasil Wawancara
Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?
Pasar barter sudah ada sejak dahulu kala (dulu-dulu pokoknya), di mana
masyarakat belum mengenal uang terus pasar barter ini juga terbentuk untuk
menghargai keberagaman yang ada dimasyarakat, terlebih agama.
Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?
Yang berperan di pasar barter ini itu masyarakat-masyarakat daerah sekitar
Kecamatan Wulandoni yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Yang melakukan barter itu pokoknya ada tiga daerah, daerah utara, derah timur,
dan barat. Jadi daerah utara terdiri dari Udak, Lewuka, Senaki, Bakaor, Balaj.
Daerah timur itu Wulankera, Lebala, Mulandoro, Ataili. Sebelah barat itu
terutama Lamalera. Daerah-daerah itu (terkhusus Kecamatan Wulandoni)
mereka bertemu di desa Wulandoni untuk melakukan barter itu.
Kenapa daerah selatan tidak ikut?
Daerah selatan itu sebagai tuan rumah, daerah selatan itu sebagai pihak dari
mereka yang seperti menyediakan tempat tapi bukan menyediakan tempat juga
tapi tuan rumah ya. Jadi selatan itu terdiri dari Wulandoni dan Luki. Jadi dua ini.
Mereka juga termasuk, tapi anggapan kan sebagai tuan rumah karena tempat
barter berada di selatan ini.
Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?
Tidak setiap hari, jadi pasar barter itu beroperasi dalam satu minggu sekali,
tepatnya pada hari sabtu.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?
Tidak ada perbedaan yang signifikan, kalau yang dulu itu Cuma satu tempat, itu
Cuma di Wulandoni karena sebelum adanya konflik yang sekarang itu
masyarakat khusunya kecamatan Wulandoni itu melakukan barter di Wulandoni
sendiri. Kalau sekarang itu pasar barter itu, tidak di Wulandoni saja, jadi ada di
Wulandoni dan ada di Lamalera.
Kalua perbedaannya Cuma tempat itu sekarang yang berubah. Tidak ada
perbedaan, tetap yang sama, prosesnya tetap sama, yaitu menukar barang
dengan uang, barang dengan barang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Konflik apa yang terjadi waktu itu?
Apakah menukar barang dengan uang juga sudah terjadi dari dulu ataukah baru
sekarang ini?
Konflik itu terjadi pas 17 Agustus tahun 2000 berapa begitu. Itu terjadi setelah
apel 17 Agustus, penyebabnya karena perebutan tanah. Dari pihak muslim
menganggap tanah itu milik mereka, jadi tanah itu di Balaj kalau tidak salah.
Nah, akhirnya pertempuran pun terjadi karena pihak dari utara tidak terima
karena mereka menganggap itu punya mereka secara diam-diam, tanpa kasih
tahu kedua belah pihak. Akhirnya pertikaian antar agama pun terjadi dan dalam
pertempuran atau kejadian itu menewaskan dari daerah utara satu orang. Terus
karena kejadian itu, Pasar Barter di Wulandoni ditutup, akhirnya selang
beberapa lama, akhirnya pasar barter dipindahkan ke Lamalera, tapi suasananya
tidak sama seperti yang dulu karena yang datang di pasar Lamalera itu juga
tidak seramai seperti yang ada di Wulandoni sebelum kejadian itu. Akhirnya
seiring berjalannya waktu, pasar di Wulandoni pun dibuka lewat acara
seremonial adat itu. Cuma tidak seramai seperti dulu juga , tetapi sudah dibuka
pasar barternya Kembali dan sekarang pun orang-orang sudah melakukan barter
di Wulandoni
Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar
Barter?
Setau saya sebelum jamnya untuk mulai barter atau tukar menukar barang itu
semua sudah stand by di tempat sampai mulai kegiatan barternya. Jadi kegiatan
barter itu ditandai dengan peniupan pluit, jadi kalua ada petugas dibarter itu atau
bea cukai yang menagih pajak yang ada dibarter situ tugasnya itumeniup pluit
tanda barter akan segera dimulai.
Kenapa harus ada pajak?
Dan apakah ada aturannya dalam pengambilan pajak, misalnya daerah gunung
harus satu mongan dan daerah pantai harus berapa ikan?
Karena sudah menggunakan uang saat ini, apakah uang juga pajak yang
diminta?
Lokasi yang sekarang di Wulandoni atau di lamallera yang digunakan sebagai
lokasi barter itu adalah tanah milik pemerintah desa, jadi bagi siapa yang
menggunakan lahan itu untuk sebagai (kalau yang sekarang) itu ada pajaknya.
Pajaknya itu mereka akan memberi sedikit dari penjualan mereka, barang-
barang mereka. Barang yang mereka mau kasih itu tidak harus satu mongan atau
berapa-berapa itu tapi secukupnya dari si yang punya barang. Jadi misalnya
kalau dia punya pisang berapa sisir disitu, dia kasih satu sisir misal, dia punya
ubi kayu ada berapa disitu, dia bisa kasih satu atau dua tergantung besarnya.
Terus kalau uang itu dipakai untuk membeli, jadi tidak untuk menukar. Uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
kan digunakan untuk membeli, jadi uang dipakai untuk atau sebagai alat
pembeli atau alat pembayaran. Uang itu tidak dipakai untuk membayar pajak.
Jadi yang mereka kasih itu dalam bentuk barang bukan uang.
Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,
budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?
Sangat ada. Semua nilai itu ada dan sangat kental, jadi ada dua agama yaitu
islam dan Katolik, mereka sangat menghargai perbedaan disitu, mereka adatang
di satu tempat, di situ mereka saling bertemu, saling sapa, saling tukar menukar
barang, saling melengkapi. Jadi, satutempat itu bisa mengumpulkan dua agama
dengan berbeda budayamenjadi satu, jadi kebersamaan disitu kental sekali.
Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?
Untuk perhitungan jenis barang yang dibarter itu sebenarnya tidak ada, jadi yang
dari bukit bawa hasil pertaniannya mereka, entah itu jagung, ubi kayu, atau
singkong itu, kayak sayur-sayuran atau apa hasil perkebunan mereka datang
yang bisa mereka siapkan apa saja didatangkan ke pasar barter. Yang nelayan
pasti ikan, segala jenis ikan yang mereka tangkap, yang mereka hasilkan,
dibawa, dan nanti disitu mereka saling tukar menukar. Tidak ada yang aturan-
aturan jenis barang apa yang dibawa itu tidak ada.
Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang
diungkapkan dalam bahasa daerah?
Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah
pesisir pantai berbeda atau sama?
Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?
Kalua bilangan dalam bahasa daerah itu ada. Ada bahasa daerahnya gunung dan
pantai.
Berarti bahasa daerah gunung dan pantai berbeda ?
Bagaimana mereka bisa mengerti untuk melakukan barter?
Sebenarnya kenapa kedua daerah ini (gunung dan pantai) bisa memahami
bahasa mereka masing-masing karena saling memahami bahasa-bahasa mereka
karena menurut cerita dari dahulu kala sekali itu mereka saling menjalin
hubungan dekat maksudnya kekeluargaan begitu. Jadi misalnya orang gunung
datang ke pantai, nah mereka itu akan berinteraksi dngan bahasa daerah mereka
masing-masing, jadi karena mungkin sudah terbiasa dengan kedekatan mereka,
dengan bahasa yang mereka gunakan, akhirnya mereka bisa memahami bahasa
mereka masing-masing. Jadi karena mereka memang dari dulu itu rasa
kekeluargaannya itu sudah tinggi, jadi hal-hal baru termasuk bahasa baru itu
sudah dipahami atau sudah dimengerti dari dulu karena kekeluargaan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di
Wulandoni?
Dulu pasar barter tetap di Wulandoni, tetapi untuk yang sekarang ini, sejak ada
konflik itu, jadi pasar barter itu sudah dua tempat, Wulandoni dan Lamalera.
Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan
daerah pantai dibedakan?
Sebenarnya untuk itu cuma dikasih batas jadi masyarakat yang dari bukit dan
dari pantai itu dikasih batas sebagai pembeda atau jarak sebelum mereka
bertemu untuk melakukan barter. Jadi cuma dikasih spasi begitu, misalnya
sudah mulai kegiatannya baru yang dari daerah pantai melewati batas itu untuk
bertemu orang-orang dari bukit itu untuk menukarkan barang mereka, ikan
dengan ubi misalnya, ikan dengan sayur begitu.
Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?
Terjalin dengan amat sangat baik.
Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai
tempat berlangsungnya Pasar Barter?
Tidak, hanya untuk pasar barter.
Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar
berupa uang?
Meskipun sekarang sudah ada uang sebagai alat tukar modern tapi bagi
masyarakat sekitar barter itu merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari
zaman dahulu, jadi untuk masyarakat Desa Wulandoni dan sekitarnya itu tetap
menjadikan barter sabagai salah satu kegiatan menjalin hubungan kekeluargaan.
Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?
Pakai monga dengan 1 ikan. Monga itu enam jenis hasil pertanian.
Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?
Semuanya sama, tapi kadang juga tergantung kesepakatan bersama.
Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah
pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau
tidak diperbolehkan dalam pasar barter?
Bukan tidak diperbolehkan, tetapi kebanyakan yang melakukan barter tidak
punya alat seperti itu, sehingg mereka tetap menggunakan cara yang lama.
Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter
sebanding atau setara?
Barang yang diterima dan diberikan itu selalu sebanding itu karena orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
yang dari pantai dan bukit itu selalu melakukan tukar menukar itu mereka
melakukannya dengan penuh keikhlasan. Maksudnya mereka tahu kalua mereka
berbeda, jadi mereka akan memberikan sesuatu yang anggapan mereka saya
memberikan ini biar dia senang, saya kasih ini karena dia membeutuhkan saya.
Mereka memberikan dan menerima itu sebagai bentuk saling melengkapi dan
membantu.
Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?
Tidak ada penentuan, tapi biasanya yang dari laut itu ikan dan garam. Kalau dari
gunung itu jagung, pisang, ubi.
Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?
Kesepkatan nenek moyang zaman dahulu.
Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa
peraturannya? Mengapa seperti itu?
Peraturannya terlihat dari proses awal, yang pesisir pantai di sebelah timur dan
yang barat dari gunung.
Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam
barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?
Proses tawar-menawar memang ada. Misalkan ikan yang saya bawa ukurannya
besar semua dan ada ikan yang ukuran kecil terselip satu. Maka kadang saya
langsung memberikannya cuma-cuma dengan yang sudah barter dengan saya,
tetapi kadang saya tawar lagi dengan yang saya butuhkan.
Bagaimana proses barter dilakukan?
Masyarakat kecamatan Wulandoni berkumpul baik yang dari gunung maupun
pesisir. Mereka menepati tempatnya masing-masing. Pesisir barat dan gunung
timur. Terus nanti mandor ambil pajak. Kalau semua sudah, nanti ditiup fluit
yang menandakan barter dibuka. Kami yang dari pesisir jalan keliling mereka
yang dari gunung untuk berbarter dengan barang yang kami bawa.
Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?
Uang juga digunakan sebagai alat tukar. Jadi bagi sebagai pembeli itu mereka
akan datang membeli itu dengan uang. Tidak hanya menukar barang dengan
barang tetapi disitu juga membeli barang juga ada. Jadi uang juga dipakai dalam
proses barter itu. Terlebih mereka yang berprofesi sebagai guru, pegawai, dll.
Pembeli yang dimaksud apakah memang cuma yang berprofesi diluar petani dan
nelayan ataukah nelayan dan petani juga boleh membeli?
Dan proses pembeliannya apakah dibedakan dengan yang barter? Misal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
waktunya yang beli dluan bru yang barter?
Jadi tidak semestinya yang pegawai beli pakai uangnya terus yang bukan
pegawai (yang petani atau nelayan) itu pakai barang. Sebenarnya boleh siapa
saja bisa beli pakai uang, kalau dia tidak punya barang untuk ditukarkan atau
mungkin dia datang sebagai pembeli, bukan sebagai penukar.
Jadi, bagi para pegawai itu tergantung atau tidak dibatasi siapa duluan siapa
duluan , bebas. Misalnya, sebelum barter dimulai yang datang mau beli pakai
uang, tidak papa. Itu tidak dilarang juga, tapi kalau misalnya sudah jamnya mau
barter, tetap barter. Jadi tidak dibatasi atau dilarang, tetapi tetap yang barter
yang diutamakan.
Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang
dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat
dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)
Untuk nilai barang itu kedua pihak ini akan melakukan kesepakatan dulu.
Mereka melakukan kesepakatan sesuai dengan bentuk dan ukuran serta nilai
barang yang akan mereka tukar. Kalua misalnya tidak sepakat berarti tidak bisa
melakukan penukaran.
Apakah pernah terjadi tidak sepakat dan tidak menukarkan barang?
Pernah. Itu terjadi kalau salah satu dari penukar itu merasa barang yang diterima
tidak seperti yang diinginkan. Misal saya mau satu sisir pisang tapi Cuma dapat
setengah saja. Kalau missal penawaran tidak sesuai dengan keinginan maka
tidak terjadi penukaran.
Berarti tidak selamanya yang aturan mongan itu berlaku?
Iya, karena sekarang orang bertukar sesuai kesepakatan. Yang mongan itu
jarang.
Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau
perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?
Iya, ada perbedaan, kalau dulu hanya barter saja tetapi sekarang pakai uang juga
bisa. Tetapi tetap barter yang lebih dominan, karena itu tradisi.
Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja
pengembangannya?
Tidak ada. Tapi kalau dari saya pribadi, saya ingin supaya pasar itu ada tempat
untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka, tetapi ada bangunan
untuk berlindung.
Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang
melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter
tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani
ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?
Untuk masyarakat yang bekerja sebagai guru dan pegawai kantoran, dan
sebagainya itu, mereka tetap akan datang ke pasar barter itu karena mereka
mencari kebutuhan untuk makan sehari-hari mereka, jadi mereka akan membeli
kebutuhan mereka itu atau persediaan makanan mereka dengan uang yang
mereka punya.
Apakah jika mereka memiliki barang yang dapat ditukarkan, mereka bisa ikut
dalam proses barter?
Selama saya mengikuti barter, guru, pegawai, dan sebagainya itu mereka selalu
membeli barang dengan uang. saya tidak pernah lihat kalau mereka membeli
barang dengan menukar barang yang mereka punya. Tapi yang saya tahu
mereka selalu membeli dengan uang tidak pake barang.
Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih
lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?
Pasar barter itu tetap ada Cuma yang sekarang ini pasar barter tidak lagi seperti
yang dulu. Maksudnya bukan hanya baarang-barang hasil mata pencaharian
mereka saja yang ditukarkan, tetapi sekarang itu pasar barter bahkan dijual
pakaian, makanan-makanan yang sudah diolah atau makanan jadi, jadi seperti
pasar pada umumnya, tetapi yang diutamakan disitu tetaplah barternya sendiri.
Apakah yang jual baju dan makanan jadi itu tempatnya sama dengan yang akan
melakukan proses barter? Ataukah mereka punya tempat tersendiri?
Untuk tempat yang menjual makanan jadi dan baju-baju itu tempatnya
dibedakan, jadi tidak gabung dengan lokasi barter. Sebenarnya tidak jauh
dengan lokasi barter, tetapi tempatnya memang dibedakan sendiri.
Dan dari manakah penjual-penjual itu berasal? Apakah orang dari daerah
Kecamatan Wulandoni atau luar?
Ada yang dari luar Daerah Wulandoni, terutama yang dari Lewoleba itu.
Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat
(kesejahteraan) atau tidak?
Kalua menurut saya, pasar barter sangat mendukung kebutuhan ekonomi
masyarakat karena adanya pasar barter itu orang-orang yang bermata
pencaharian sebagai petani yang tinggal di bukit itu misalnya mereka pengen
mau makan ikan, mereka datang ke tempat barter itu juga bakalan dapat ikan.
Kalua orang yang ingin makan sayur-sayuran atau buah-buahan dari daerah
gunung , pasar barter itulah yang membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
ekonomi mereka.
Peraturan umum tentang Pasar Barter?
Peraturan yang ada disitu yang tadi sebelum mulai barter ada tanda bunyi pluit
itu untuk memulia, terus peraturannya pasti jaga keamanan disitu, tidak boleh
ada pertikaian, pasti harus ada batas antara daerah bukita dan daerah pantai.
Selama kegiatan disitu wajib memberi pajak, jadi pajaka dari misalnya barang
apa yang mereka bawa untuk ditukarkan disitu diserahkan seadanya untuk
diberikan ke petugas pasar.
Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?
Karena sudah dianggap setara jadi tidak ada aturan baru.
Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:
Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan
laut yang dibarter mengalami pertambahan)
Sebenarnya tidak ada perubahan, tetap seperti biasanya. Tidak ada yang
misalnya seperti barang-barang elektronik ditukarkan dengan barang-barang
kebutuhan pangan itu tidak ada. Kalua utnuk barang elektronik mereka akan beli
dengan uang, kalua satur-mayur, ikan-ikan ada juga yang beli dengan uang
tetapi kebanyakan mereka melakukan dengan barter. (tukar-menukar barang).
Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari
masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi
atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?
Untuk membatasi penggunaan uang itu tergantung kebutuhan mereka sendiri,
kebutuhan masayarakat yang ada disitu. Jadi kalau mereka membeli dengan
uang, silahkan mereka bisa membeli dengan uang. kalau misalnya untuk
pengurangan uang tergantung si pembeli.
Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter
tersebut?
Kalua sekarang itu terbuka atau bebas begitu. Kalua ada yang mau menukarkan
barang silahkan, membeli silahkan, apa yang nanti mereka terima itulah yang
sebanding dengan barang-barang yang mereka bawa dana mereka jual. Jadi ada
yang mau beli dengan uang boleh, ada yang mau tukarkan barang juga boleh.
Jadi manfaat uang itu mkasudnya uang itu tetap berjalan atau berputar seadanya
atau seapa adanya.
Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?
(jawaban sama seperti nomor 43)
Kalua sekarang itu terbuka atau bebas begitu. Kalua ada yang mau menukarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
barang silahkan, membeli silahkan, apa yang nanti mereka terima itulah yang
sebanding dengan barang-barang yang mereka bawa dana mereka jual. Jadi ada
yang mau beli dengan uang boleh, ada yang mau tukarkan barang juga boleh.
Jadi manfaat uang itu mkasudnya uang itu tetap berjalan atau berputar seadanya
atau seapa adanya.
Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga
misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar
tetangga?
Ada. Misalanya orang yang mau menukarkan barangnya itu merasa iba atau
kasihan atau ingin memberi lebih atau merasa barangnya banyak, silahkan. Dia
dapat memberi lebih dari yang si penerima ini harapkan. Jadi untuk tetangga
yang kekurangan atau apa, mereka saling membantu atau saling memberi. Jadi
dampak positifnya sangat besar.
Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan
uang?
Kalua istilah tukar tambah uang itu tidak ada. Jadi kalau menukar barang
dengan barnag silahkan atau menjual barang dengan menerima uang atau
mebeli,itu silahkan. Untuk tukar tambah itu tidak ada.
Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses
perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?
Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?
Kalau misalnya ada permasalahan dalam pasar barter atau masalahnya terlalu
besar atau sudah menjadi konflik antara kedua kebudayaan ini atau dua agama
ini maka akan dilakukan semonial atau adat, sesuai dengan peraturan adat yang
ada didaeah itu seperti apa. Tetapi yang berperan disitu pastilah pemerintah,
tetua adat atau tokoh-tokoh adat, dan juga masyarakat-masyarakat
yangmelakukan barter itu. Mereka akan bertemu dan melakukan seremonial dan
melakukan perdamaian. Ada masalah ada solusi. Tapi secara adat istiadat.
Wawancara tambahan: Dipilih hari sabtu pagi sebagai waktu barter bukan hari lainnya.
Dari zaman nenek
moyang memang sudah
begitu, karena hari
minggu besoknya orang
tidak bekerja kebun
maupun tangkap ikan.
Sehingga hari minggu
saatnya untuk istirahat.
Hari sabtu pagi itu karena
mengikuti nenek moyang.
Tetapi relevannya dengan
zaman sekarang, karena
biasanya mencari hasil
hanya sampai hari sabtu.
Hasil yang didapat dari hari
senin sampai sabtu
subuh/pagi dikumpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
untuk dibawa ke pasar
barter supaya bisa
ditukarkan untuk bahan
makanan selama seminggu
ke depan. Sedangkan hari
minggu saatnya pergi gereja
dan istirahat di rumah.
Barang yang dibarter hanya dibatasi oleh hasil pertanian/pantai.
Iya, hanya hasil
pertanian dan ikan yang
orang nikamati
langsung makan karena
merupakan kebutuhan
dasar.
Memang hanya barang-
barang yang merupakan
hasil dari masyarakat.
Kalau dari pembelian tidak
mungkin dijual lagi, karena
pasti barang itu dibutuhkan.
Untuk apa membeli tetapi
tidak digunakan.
Mengapa 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung atau yang lainnya.
Mongan dengan ikan
itu adalah kesepakatn
awal yang dibuat oleh
masyarakat dahulu.
Karena nenek moyang
dahulu menganggap 1 ikan
dengan 1 mongan jagung
atau pisang atau ubi itu
sudah setara nilainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Lampiran 4 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Perangkat Pembalajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
b. Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
c. Validator 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
2. Lembar Kerja Kelompok
a. Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
b. Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
c. Validator 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/Genap
Materi : Pengukuran
Sub Materi : Pengukuran Berat
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x35 menit)
A. Standar Kompetensi
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
2.3 Menggunakan alat ukur berat
2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menggunakan alat ukur berat untuk mengukur berat benda
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran yang berbasis budaya barter di Pasar Barter
Wulandoni, siswa diharapkan mampu:
1. Menggunakan alat ukur berat untuk mengukur berat benda dengan cermat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda yang terdapat
dalam Pasar Barter Wulandoni dengan teliti.
E. Materi Pembelajaran
PENGUKURAN BERAT
Mengenal Alat Ukur Berat
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui berat benda disebut timbangan.
Salah satu bentuk timbangan adalah seperti gambar dibawah ini.
Timbangan ini biasa
digunakan untuk
menimbang benda
yang tidak terlalu
berat.
Timbangan ini biasa
digunakan untuk
menimbang benda
yang tidak terlalu
berat.
Timbangan ini biasa
digunakan untuk
menimbang berat
badan.
Timbangan ini biasa
digunakan untuk
menbandingkan
beratdua macam benda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Mengenal Satuan Ukuran Berat
Mengukur Berat Benda
Setelah mengenal alat dan satuan ukur berat, ayo belajar membaca berat benda
yang ditimbang.
Langkah-langkahnya:
1. Sediakan timbangan. Pastikan jarum timbangan menunjuk angka 0.
2. Letakkan benda yang akan diukur beratnya di atas timbangan. Perhatikan
angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan.
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran: Etnomatematika (Pembelajaran Berbasis Budaya)
Metode Pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab, Tugas kelompok
G. Sumber Belajar
1. Buku Paket : Matematika SD kelas II
2. Lembar Kerja Kelompok
3. Aktivitas budaya di Pasar Barter Wulandoni (berupa video)
4. Alat peraga: Alat Ukur Timbangan
H. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi Waktu
1. Kegiatan Awal
1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
5 menit
𝟏 kilogram = 𝟏.𝟎𝟎𝟎 gram
𝟏 kg = 𝟏.𝟎𝟎𝟎 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini (salah satunya pasar barter).
4. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan dibahas
pada pertemuan hari ini, yaitu tentang pengukuran berat.
5. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan
siswa hari ini, yaitu tanya jawab dan diskusi kelompok.
6. Apersepsi: kegiatan barter di Pasar Barter Wulandoni (berupa
video)
2. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan materi tentang pengukuran berat.
2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara
heterogen dan mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
3. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (Terlampir)
kepada tiap-tiap kelompok.
4. Guru menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran yang
akan dilakukan dalam kelompok.
5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.
6. Guru mengontrol dan membimbing siswa dalam pelaksanaan
diskusi kelompok.
7. Guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
8. Guru mengajak kelompok lain untuk menanggapi hasil
presentasi tersebut.
9. Guru memberikan penguatan dan penghargaan terhadap hasil
diskusi kelompok.
25 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
3. Kegiatan Akhir
1. Guru mengecek pemahaman siswa tentang materi yang
diajarkan.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
telah dipelajari pada hari ini, yaitu tentang pengukuran berat
benda.
3. Guru memberitahukan materi pada pertemuan selanjutnya
supaya siswa dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu.
4. Guru meminta kesediaan seorang siswa untuk memimpin doa.
5. Guru mengucapkan salam.
5 menit
I. Lampiran
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Nama Anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
Petunjuk:
1. Telah tersedia bahan-bahan seperti berikut:
Beras, pisang, ikan, dan bahan-bahan lain yang biasanya terdapat di Pasar
Barter Wulandoni.
2. Siswa membandingkan bahan-bahan yang tersedia dengan kedua tangan.
Tangan kiri memegang bahan dari daerah gunung dan tangan kanan
memegang bahan dari daerah pantai. Setelah dibandingkan silahkan isi
perbandingan pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih
Kecil Bahan Daerah Pantai
3. Setelah dilakukan pengukuran pertama dengan tangan. Masing-masing
kelompok mengukur kembali berat dari bahan-bahan yang tersedia tersebut
tetapi menggunakan alat ukur yang telah disediakan.
4. Setelah melakukan pengukuran kedua, silahkan masing-masing kelompok
menuliskan pada tabel dibawah ini:
No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih
Kecil Bahan Daerah Pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Yogyakarta, Maret 2020
Peneliti
Christiana Monica Vianny Abong Elannor
NIM : 181442007
Mengetahui
Dosen Pembimbing Guru Mata Pelajaran
Matematika
Prof. Dr. St. Suwarsono
NPP : P.526
2. Lembar Kerja Kelompok
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Nama Anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
Petunjuk:
1. Telah tersedia bahan-bahan seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
Beras, pisang, ikan, dan bahan-bahan lain yang biasanya terdapat di Pasar
Barter Wulandoni.
2. Siswa membandingkan bahan-bahan yang tersedia dengan kedua tangan.
Tangan kiri memegang bahan dari daerah gunung dan tangan kanan
memegang bahan dari daerah pantai. Setelah dibandingkan silahkan isi
perbandingan pada tabel di bawah ini.
No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih
Kecil Bahan Daerah Pantai
3. Setelah dilakukan pengukuran pertama dengan tangan. Masing-masing
kelompok mengukur kembali berat dari bahan-bahan yang tersedia tersebut
tetapi menggunakan alat ukur yang telah disediakan.
4. Setelah melakukan pengukuran kedua, silahkan masing-masing kelompok
menuliskan pada tabel dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih
Kecil Bahan Daerah Pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related