i
KAJIAN EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2)
DARI PEMANFAATAN ENERGI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CANDI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I
Untuk memperoleh gelar sarjana sains
Oleh:
Akhmad Subkhan
NIM 3211413053
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
� Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti
(yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi.
Kamu dirikan istana di tanah-tanahNya yang datar dan kamu pahat gunung-
gunungNya untuk dijadikan rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan (Q.S. Al A’raf:
74).
� Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar
untuk kebenaran abadi (Chiang Kai Shek).
� Hari depan dunia lebih banyak ditentukan oleh moralitas keputusan kita
sekarang (Soedjatmoko).
Persembahan :
� Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua
orang tua tercinta, atas segala perjuangan
yang dilakukan dan segala dukungan yang
diberikan untuk puteranya agar menjadi
orang yang berilmu.
� Almamater tempat saya menimba ilmu
pengetahuan.
� Teman-teman Geografi, S1 tahun 2013.
vi
SARI
Akhmad Subkhan. 2017. Kajian Emisi CO2 dari Pemanfaatan Energi Rumah Tangga di Kelurahan Candi Kecamatan Candisari Kota Semarang. Skripsi.
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. Pembimbing II: Wahyu
Setyaningsih, S.T., M.T.
Kata Kunci: Kajian, Emisi Karbondioksida, Pemanfaatan, Energi Rumah Tangga.
Ketidakseimbangan antara luas permukiman dan RTH di Kelurahan Candi
memberikan potensi GRK dari CO2 yang tinggi. Luasnya lahan permukiman
berpengaruh pada tingginya emisi dari konsumsi energi akibat banyaknya jumlah
rumah tangga, sedangkan sedikitnya RTH menyebabkan rendahnya daya serap
CO2. Tujuan penelitian yaitu: (1) menganalisis emisi karbondioksida oleh
konsumsi energi rumah tangga di Kelurahan Candi dan (2) menganalisis daya
serap karbondioksida oleh pohon dari konsumsi energi rumah tangga di Kelurahan
Candi.
Populasi penelitian yaitu rumah tangga dan pohon. Teknik sampling yang
digunakan untuk rumah tangga ada dua yaitu purposive sampling dan
proportional random sampling. Sedangkan data pohon diambil dengan teknik
pencacahan secara menyeluruh dengan kriteria berupa pohon tahunan dan tinggi
minimal pohon adalah 5.Variabel penelitian terdiri atas (1) emisi karbondioksida
dari pemanfaatan bahan bakar, dan (2) daya serap emisi oleh pohon. Metode
pengumpulan data dalam penelitian yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan perhitungan rumus dan analisis
deskriptif presentase.
Hasil penelitian menyatakan bahwa total emisi dari konsumsi bensin sebesar
881,10 ton/tahun, emisi dari konsumsi LPG sebesar 976,61 ton/tahun, dan emisi
dari konsumsi listrik sebesar 3.377,20 ton/tahun). Emisi CO2 total yang dihasilkan
sebesar 5.243,48 ton/tahun, sedangkan total daya serapnya sebesar 1.072,45
ton/tahun, sehingga terdapat 4.171,02 ton/tahun emisi yang tidak bisa terserap.
Disimpulkan bahwa tingginya emisi karbondioksida dipengaruhi oleh banyaknya
konsumsi energi dari setiap rumah tangga di lokasi penelitian.
Saran ditujukan kepada BAPPEDA Kota Semarang agar lebih
memperhatikan kebijakan yang diambil dalam penataan ruang, serta ditujukan
pula kepada DKP Kota Semarang agar menyediakan RTH, salah satunya dapat
berupa taman kota. Masyarakat juga diharapkan lebih arif dalam memanfaatkan
energi baik yang berasal dari konsumsi bensin, LPG, maupun listrik.
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala kenikmatan dan kemudahan atas segala hal yang penulis jalani termasuk
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Emisi Karbondioksida (CO2)
dari Pemanfaatan Energi Rumah Tangga di Kelurahan Candi Kota Semarang”
sebagai tugas akhir dari perkuliahan di Jurusan Geografi Universitas Negeri
Semarang tercinta ini. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW dan mengalir kepada umatnya kelak.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan pihak-
pihak terkait. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si selaku dosen
pembimbing pertama dan Wahyu Setyaningsih, S.T., M.T selaku dosen
pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dari
proses awal hingga akhir penyusunan skripsi. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada:
1. Drs. Moh Solehatul Mustofa, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang sekaligus sebagai dosen
penguji utama atas semua kritik dan sarannya yang bersifat konstruktif.
3. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dorongan dan motivasi tanpa lelah
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
viii
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Geografi yang telah
menyumbangkan ilmu dan tenaganya untuk mendukung pengembangan diri
penulis selama menjalani perkuliahan.
5. Direktur PLN Semarang Tengah, Kepala BPS Kota Semarang, Lurah
Kelurahan Candi yang telah memberikan informasi dan data sekunder untuk
penelitian ini.
6. Ibu Endang dan Ibu Ratman selaku pengurus PKK Kelurahan Candi yang
telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.
7. Teman-teman yang telah membantu selama proses pembuatan skripsi yaitu
Latifatul Mahmudah, Dilla Caraka Puspita dan Abdul Chamid.
8. Teman-teman Geografi, S1 angkatan 2013 yang telah bersama selama 4 tahun
terakhir dan banyak memberikan kenangan berharga.
Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan, semoga amalnya kebaikan tersebut dibalas dengan yang
setimpal oleh Allah SWT.
Semarang, Juni 2017
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
SARI .............................................................................................. vi
PRAKATA .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Batasan Istilah .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
1. Emisi Karbondioksida ................................................................. 8
a. Pemanasan Global Efek Rumah Kaca .................................. 10
b. Efek Rumah Kaca ................................................................. 12
2. Daya Serap Karbondioksida oleh Pohon .................................... 26
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 33
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 37
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian .............................................................. 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 40
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 42
D. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 42
E. Jenis Data ........................................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 44
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................ 48
1. Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Candi .................. 48
2. Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian ................................... 48
3. Kondisi Sosial Kependudukan di Wilayah Penelitian ................. 50
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 55
1. Emisi karbondioksida dari pemanfaatan energi ........................... 55
a. Konsumsi energi rumah tangga di Kelurahan Candi ............. 55
b. Emisi karbondioksida dari konsumsi bahan bakar bensin ..... 58
c. Emisi karbondioksida dari konsumsi bahan bakar LPG ........ 60
d. Emisi karbondioksida dari konsumsi listrik ........................... 64
e. Emisi karbondioksida total ..................................................... 65
2. Daya serap emisi karbondioksida oleh pohon .............................. 70
C. Pembahasan ....................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 81
B. Saran ........................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
LAMPIRAN .............................................................................................. 87
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Gas Utama Penyusun Udara Kering ......................................... 9
Tabel 2.2 Nilai Kalor Bahan Bakar Indonesia .......................................... 23
Tabel 2.3 Perbandingan Default Carbon Content .................................... 24
Tabel 2.4 Perbandingan Faktor Oksidasi Karbon ..................................... 25
Tabel 2.5 Nilai Faktor Emisi Karbon ....................................................... 26
Tabel 2.6 Pohon Penyerap Karbondioksida (CO2) ................................... 30
Tabel 2.7 Penelitian terdahulu terkait dengan Emisi Karbondioksida ..... 34
Tabel 3.1 Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian ............................... 41
Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Candi..................................... 50
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Candi ...... 52
Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Candi ............................ 52
Tabel 4.4 Luas dan Jumlah Rumah Tangga di Kelurahan Candi ............. 53
Tabel 4.5 Konsumsi Energi Bulanan di Kelurahan Candi ........................ 55
Tabel 4.6 Emisi Karbondioksida dari Konsumsi Bahan Bakar Bensin .... 59
Tabel 4.7 Emisi Karbondioksida dari Konsumsi LPG ............................. 60
Tabel 4.8 Emisi Karbondioksida dari Konsumsi Listrik .......................... 64
Tabel 4.9 Distribusi Emisi Karbondioksida Total .................................... 67
Tabel 4.10 Daya Serap Emisi Karbondioksida di Kelurahan Candi .......... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Moda Transportasi .......................................... 19
Gambar 2.2 Presentase Emisi GRK Sektor Transportasi ...................... 20
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................. 39
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Candi .................................. 49
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Candi ........................ 51
Gambar 4.3 Konsumsi Bensin Sepeda Motor di Kelurahan Candi....... 56
Gambar 4.4 Konsumsi LPG di Kelurahan Candi .................................. 57
Gambar 4.5 Konsumsi Listrik di Kelurahan Candi .............................. 58
Gambar 4.6. Emisi Karbondioksida dari Konsumsi Bahan Bakar
Bensin ................................................................................ 61
Gambar 4.7. Emisi Karbondioksida dari Konsumsi Bahan Bakar
LPG ................................................................................... 63
Gambar 4.8. Emisi Karbondioksida dari Konsumsi Listrik ................... 67
Gambar 4.9 Perbandingan Emisi Karbondioksida dari Konsumsi
Bensin, LPG, dan Listrik ................................................... 68
Gambar 4.10 Persentase Emisi Karbondioksida Total di Kelurahan
Candi ................................................................................. 69
Gambar 4.11. Emisi Karbondioksida Total dari Konsumsi Energi ......... 71
Gambar 4.12. Sebaran Pohon di Kelurahan Candi Tahun 2017 .............. 72
Gambar 4.13. Emisi Karbondioksida Terserap dari Konsumsi Energi .... 75
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi .... 87
Lampiran 2 Surat Izin Observasi di Kelurahan Candi ............................ 88
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ............................................................ 89
Lampiran 4 Instrumen Penelitian ............................................................ 93
Lampiran 5 Sebaran Pohon di Kelurahan Candi ..................................... 96
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Konsumsi Energi di Kelurahan Candi ... 97
Lampiran 7 Historis Pemakaian kwh Listrik Kelurahan Candi
Tahun 2017 .......................................................................... 102
Lampiran 8 Tabulasi Identitas Responden .............................................. 106
Lampiran 9 Daftar Pohon Penyerap Emisi Karbondioksida ................... 110
Lampiran 10 Data Monografi Kelurahan Candi ....................................... 115
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pemanfaatan energi merupakan penyumbang terbesar terhadap
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yaitu sebesar 68%. Setelah diidentifikasi,
gas karbondioksida (CO2) adalah polutan terbesar dari gas rumah kaca
tersebut, dengan persentase 90% (IEA, 2015). Berdasarkan total emisi CO2
yang dilepaskan, terdapat 3 komponen yang paling berpengaruh terhadap
tingginya emisi tersebut yaitu sektor listrik (42%), transportasi (23%), dan
perumahan (6%). Emisi karbondioksida akan semakin bertambah berbanding
lurus dengan konsumsi energi. Sedangkan tingginya konsumsi energi sendiri
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rumah tangga.
Kelurahan Candi merupakan salah satu wilayah di Kota Semarang yang
mempunyai aktivitas penduduk yang kompleks dan mobilitas tinggi,
diprediksi akan menghasilkan emisi CO2 tinggi. Wilayah tersebut secara
administratif terletak di Kecamatan Candisari yang termasuk dalam bagian
wilayah kota (BWK) II. BWK II sendiri adalah wilayah yang diprioritaskan
untuk kawasan permukiman dan perkantoran, sehingga sudah tentu sebagian
besar wilayahnya mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak
dibandingkan BWK lainnya di Kota Semarang. Proporsi penggunaan lahan
untuk permukiman pada BWK II sebesar 514,830 Ha atau 39,98%
(BAPPEDA, 2004). Dinyatakan dalam dokumen rencana detail tata ruang
2
2
(RDTR) BWK II bahwa Kelurahan Candi merupakan salah satu wilayah
dengan persentase luasan permukiman terbesar yaitu 21,56 Ha (53,27%).
Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk Kelurahan Candi pada akhir
tahun 2016 adalah 12.102 jiwa, mengalami pertambahan penduduk sebanyak
705 jiwa dari tahun 2015 yang hanya berjumlah 11.397 jiwa. Ditinjau dari
aspek rumah tangga, jumlah rumah tangga di Kelurahan Candi merupakan
yang tertinggi ketiga diantara tujuh wilayah lainnya. Banyaknya jumlah
penduduk dan rumah tangga akan membawa dampak tingginya konsumsi
bahan bakar LPG dan konsumsi listrik. Ditinjau dari segi sarana transportasi,
Kelurahan Candi merupakan wilayah yang mempunyai jumlah sepeda motor
paling banyak diantara wilayah lainnya di Kecamatan Candisari, yaitu 3.024
buah (BPS, 2016). Banyaknya jumlah sepeda motor tersebut dapat menjadi
salah satu tanda tingginya emisi GRK karena CO2 merupakan polutan utama
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakarnya (Margahayu, 2015).
Konsentrasi gas CO2 yang tinggi di atmosfer dapat memberikan dampak
negatif yang serius dalam jangka panjang bagi peningkatan suhu bumi secara
global akibat akumulasi (GRK) serta tingginya potensi ancaman kesehatan
akibat paparan sinar ultraviolet, oleh karena itu maka keberadaannya sebisa
mungkin harus dinetralisir. Salah satu komponen yang dapat menetralisir
emisi tersebut adalah pohon, yaitu melalui proses fotosintesis untuk menyerap
karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
Sehingga akan terjadi permasalahan ketika jumlah pohon yang tersedia tidak
mampu menetralisisr gas tersebut. Salah satu bentuk kebijakan untuk
3
3
menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu melalui penyediaan ruang terbuka
hijau, antara lain dapat berupa taman kota, taman wisata alam, koridor jalan
kota, hutan kota (Permendagri no. 1 tahun 2007). Permasalahan muncul
karena Kecamatan Candisari mempunyai RTH paling sedikit dibandingkan
wilayah lain di Kota Semarang yaitu 6,28% pada tahun 2014. Terlebih lagi
RTH yang terdapat di Kelurahan Candi hanya sebesar 64.446,19 m2 (9,73%),
sedangkan luas permukiman sebesar 569.731,06 m2 (86,04%) pada tahun
2016. Selain itu, dari total 7 taman kota yang dimiliki Kecamatan Candisari,
tidak ada satupun yang terletak di Kelurahan Candi (Setyowati, 2014: 34).
Fakta-fakta tersebut semakin memperkuat bukti potensi ketidakseimbangan
antara emisi CO2 dan daya serap emisinya oleh pohon.
Informasi di atas mengindikasikan bahwa Kelurahan Candi berpotensi
mempunyai emisi GRK dari gas CO2 yang tinggi. Lebih lanjut, mempunyai
daya netralisir yang rendah. Walaupun demikian, belum ada kajian yang
mengkuantifikasi seberapa besar emisi CO2 dari pemanfaatan energi dan daya
serap pohon di wilayah tersebut. Hal ini mendasari penelitian dengan judul
“Kajian Emisi Karbondioksida (CO2) dari Pemanfaatan Energi Rumah
Tangga di Kelurahan Candi Kota Semarang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana emisi karbondioksida yang dihasilkan dari konsumsi energi
rumah tangga di Kelurahan Candi?
2. Bagaimana potensi pohon dalam mereduksi emisi karbondioksida dari
konsumsi energi rumah tangga di Kelurahan Candi?
4
4
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis emisi karbondioksida dari konsumsi energi rumah tangga di
Kelurahan Candi.
2. Menganalisis daya serap karbondioksida oleh pohon dari konsumsi energi
rumah tangga di Kelurahan Candi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal (1) perhitungan emisi
karbondioksida sebagai penyebab gas rumah kaca oleh energi yang
dihasilkan oleh rumah tangga, (2) menentukan daya serap emisi
karbondioksida oleh pohon di kawasan permukiman.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan kepada pemerintah
Kota Semarang khususnya Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
dalam hal penataan ruang kota agar tetap memperhatikan
keseimbangan antara ketersediaan lahan terbangun dan lahan hijau di
wilayah administrasi pemerintahan.
5
5
b. Memberikan wawasan pengetahuan kepada masyarakat sehingga
menimbulkan kesadaran untuk lebih bersikap arif terhadap lingkungan
dengan cara memanfaatkan fasilitas rumah tangga dan fasilitas
transportasi untuk mobilitas seefisien mungkin sehingga mengurangi
emisi CO2.
E. Batasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahan dalam memahami judul “Kajian Emisi CO2 Dari Pemanfaatan
Energi Rumah Tangga di Kelurahan Candi Kecamatan Candisari Kota
Semarang”. Fungsi lain dari penegasan istilah yaitu untuk membatasi lingkup
kajian dari penelitian sehingga tetap konsisten sesuai dengan judul yang telah
dirumuskan. Untuk membatasi penafsiran istilah supaya tidak salah, maka
judul dalam penelitian dipertegas menjadi sebagai berikut.
1. Kajian Emisi Karbondioksida (CO2)
Emisi dalam PP no. 41 tahun 1999 dijelaskan sebagai zat, energi
dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk
dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai
dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Karbondioksida adalah material yang tersusun oleh satu atom karbon ©
dan dua atom oksigen (O2) (UND EERC, 2016).
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kajian emisi CO2
adalah hasil mengkaji terhadap gas buang di atmosfer berupa
karbondioksida yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar bensin
6
6
untuk sepeda motor, LPG untuk memasak dan konsumsi listrik untuk
peralatan rumah tangga.
2. Pemanfaatan Energi rumah tangga
Pemanfaatan menurut KBBI adalah perbuatan memanfaatkan.
Sedangkan definisi kata energi menurut Raymond (2005) adalah
kemampuan untuk melakukan kerja.
UU RI nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, menyatakan bahwa yang dimaksud rumah adalah bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta
asset bagi pemiliknya.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemanfaatan energi
rumah tangga adalah perbuatan memanfaatkan energi guna melakukan
suatu pekerjaan, yang meliputi pemanfaatan bahan bakar bensin untuk
sepeda motor, LPG untuk memasak dan konsumsi listrik untuk peralatan
rumah tangga.
3. Daya serap emisi CO2 oleh pohon
Definisi Daya serap dalam KBBI adalah kemampuan untuk
melakukan penyerapan atau kemampuan menyerap. Sedangkan definisi
pohon menurut Indriyanto (2005) adalah tumbuhan berkayu, berukuran
besar dengan tinggi lebih dari 5 meter.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan daya serap emisi CO2
oleh pohon adalah kemampuan pohon tahunan yang bertinggi minimal 5
7
7
meter untuk menyerap emisi karbondioksida yang dihasilkan dari
konsumsi bahan bakar bensin untuk sepeda motor, LPG untuk memasak
dan konsumsi listrik untuk peralatan rumah tangga.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Emisi Karbondioksida
Gas karbon dapat dikenali dengan cara membakar senyawanya,
dimana pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan zat sisa berupa
arang (karbon) dan pembakaran sempurna dapat menghasilkan gas
karbondioksida (Sudarmo, 2006:142). Senyawa karbon dapat berasal dari
dari sumber: (a) tumbuhan dan hewan; (b) batubara; (c) gas alam dan
minyak bumi. Senyawa karbon digolongkan menjadi 2 macam yaitu
karbon organik dan karbon anorganik. Termasuk dalam senyawa karbon
organik misalnya lemak, karbohidrat dan protein. Sedangkan yang
termasuk dalam golongan senyawa karbon anorganik misalnya karbonat,
karbon monoksida dan karbon dioksida.
Karbondioksida adalah material yang tersusun oleh satu atom
karbon (C) dan dua atom oksigen (O2) (UND EERC, 2016).
Karbondioksida (CO2) merupakan satu diantara banyak gas penyusun
lapisan atmosfer bumi seperti halnya nitrogen, oksigen, dan argon.
Komposisi gas penyusun atmosfer tersebut tidak selalu konstan, namun
mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan antar tempat (Lutgens,
1979). Menurut Lutgen (1979), bahwa besarnya persentase komposisi gas
penyusun atmosfer dijelaskan dalam Tabel 2.1.
9
9
Tabel 2.1. Gas Utama Penyusun Udara Kering
Unsur pokok Volume (%) Nitrogen (N2) 78,084
Oksigen (O2) 20,946
Argon (A) 0,934
Karbondioksida (CO2) 0,0325
Neon (Ne) 0,00182
Helium (He) 0,000524
Metana (CH4) 0,00015
Kripton (Kr) 0,000114
Hidrogen (H2) 0,00005
Sumber: Lutgents (1979)
Berdasarkan Tabel 2.1, terdapat 9 komponen penyusun udara kering
dimana unsur dengan persentase terbanyak adalah nitrogen (78,084%),
diikuti dengan oksigen (20,946%) dan argon (0,934%). Sedangkan
senyawa karbondioksida (0,0325%) berada pada posisi keempat tertinggi
sebagai penyusun udara kering di atmosfer.Vanloon (2011) menyatakan
bahwa keempat gas di atas, yaitu nitrogen, oksigen, karbondioksida, dan
argon merupakan gas-gas utama karena masih bersifat konstan pada
ketinggian 80 km atau pada lapisan mesosfer. Lutgens (1979) memperinci
bahwa dari keempat gas di atas, karbondioksida menempati posisi yang
penting karena dapat menyerap radiasi matahari dengan sangat efisien.
Selain itu konsentrasi gas CO2 di atmosfer terus meningkat tiap tahun yang
dipengaruhi oleh aktivitas manusia terutama melalui pembakaran bahan
bakar fosil, minyak, dan gas alam.
Gas yang penting selain CO2 adalah ozon (O3) yang merupakan
bentuk triatom oksigen. Walaupun konsentrasi di atmosfer hanya sebesar
10
10
0,00005%, ozon penting dikarenakan fungsinya yang sangat vital bagi
kehidupan di bumi dengan menyerap sinar UV dari radiasi matahari yang
apabila tidak diserap maka akan mempunyai dampak negatif sangat besar,
terutama pada ketinggian 15-30 km yang merupakan kerapatan maksimal
ozon atau sering disebut good ozone (Vanloon, 2011). Konsentrasi ozon di
atmosfer dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu (1) keberadaan energi
ultraviolet gelombang pendek dari matahari untuk menghasilkan atom
oksigen; (2) atmosfer yang cukup padat sehingga mampu menghasilkan
percampuran antara molekul oksigen dan atom oksigen.
Kedua unsur di atas, yaitu karbondioksida dan ozon merupakan
salah satu gas yang berpengaruh terhadap efek rumah kaca atau green
house gas (GHG) yang secara global dapat menyebabkan pemanasan
global atau global warming.
a. Pemanasan global
Pemanasan global atau global warming sangat berasosiasi
dengan kenaikan temperature udara. Menurut America’s Climate pada
tahun 2011 dalam (Astari, 2015) dinyatakan bahwa kenaikan suhu
rata-rata di bumi adalah sekitar 0,8 oC dengan dua per tiga dari
kenaikan tersebut, atau sama dengan 0,6 oC terjadi pada tiga dekade
terkahir ini. Sedangkan menurut data International Energy Agency
(IEA, 2015), menyatakan bahwa terjadi peningkatan suhu di darat dan
laut sekitar 0,85 oC sejak periode tahun 1880–2012. Hasil penelitian
dari NASA’s Goddard Institute For Space Studies yang berjudul
11
11
Surface temperatur analysis pada tahun 2010 juga menghasilkan data
yang mirip dengan yang dirilis America’s Climate dimana terjadi
kenaikan suhu rata-rata di bumi selama satu abad terakhir sebesar 0,8
oC yang merupakan hasil pengukuran suhu yang dimulai tahun 1880
dari berbagai satelit cuaca di dunia. Lebih lanjut dalam penelitiannya,
Astari (2015) mengungkapkan bahwa temperatur pada awal abad ke 21
adalah yang terhangat sejak tahun 1880, dimana rata-rata suhu tahunan
bumi meningkat meningkat di atas suhu 14,5 oC (58
oF). Pernyataan
tersebut diperkuat dengan data IEA tahun 2015 yang menyatakan
bahwa selama kurun waktu 1983–2012 telah terjadi peningkatan suhu
global gabungan antara daratan dan lautan sebesar 0,85 o
C.
Selama dua dekade terakhir terjadi masalah serius di kutub utara
bumi, es abadi di Greenland dan Antartika telah mengalami penurunan
sejak tahun 1992 – 2011, dan semakin besar jumlah yang hilang
setelah kurun waktu 2002 – 2011. Selain itu, hilangnya massa es juga
terjadi di Artik dengan estimasi sekitar 3,5 sampai 4,1 % per dekade
sejak tahun 1979 – 2012. Pencairan es di kutub artik ini terjadi dalam
berbagai musim dan yang paling tinggi adalah pada musim panas
yakni dapat mencapai 9,4 – 13,6 % (kisaran 0,73 – 1,07 juta km2) per
dekade (IEA, 2015). Selain penurunan jumlah massa es, penurunan
juga terjadi pada tutupan salju di kutub utara sejak pertengahan abad
ke 20 yang mencapai 1,6 – 24 % untuk bulan Maret sampai April dan
11,7 % untuk Juni per dekade.
12
12
Menurut data sintesis IEA tahun 2015, pemanasan suhu di bumi
juga berakibat pada peningkatan muka air laut. Terbukti dalam periode
tahun 1901–2010 terjadi peningkatan muka air laut dengan rata-rata
0,19 (0,17–0,21) m. Peningkatan muka air laut yang terjadi sejak
pertengahan abad ke 19 lebih besar bila dibandingkan dengan dua
milenium terakhir. Sedangkan tahun 1993 – 2010 rerata kenaikannya
adalah 3,2 (2,8–3,6) mm/th. Disimpulkan bahwa kenaikan muka air
laut sangat erat kaitannya dengan pemanasan yang menimbulkan
pencairan es di Greenland, Antartika, Artik, dan simpanan air tanah
(IEA, 2015).
Terdapat banyak sumber pembebasan karbondioksida ke
atmosfer, salah satunya adalah lautan. Vanloon (2013) mengestimasi
bahwa terdapat 8.0 Gt karbon dan karbondioksida oleh faktor
antropogenik yang dilepaskan setiap tahunnya. Tiga perempatnya
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan alih fungsi lahan.
Sekitar 2.3 Gt dari total karbon tersebut masuk dalam proses pelarutan
di laut dan dengan jumlah yang sama digunakan untuk proses
pertumbuhan tanaman. Sedangkan sisanya 3.4 Gt berada pada atmosfer
bumi.
b. Efek rumah kaca
Menurut Soedomo (2001) dalam Astari (2012), bahwa yang
dinamakan Efek rumah kaca adalah suatu keadaan yang timbul sebagai
akibat terkonsentrasinya gas buang yang akhirnya menyerap panas di
13
13
atmosfer. Faktor yang mempengaruhi terjadinya efek rumah kaca
diantaranya adalah karbondioksida, awan, kelembaban, debu, dan ozon
di atmosfer (Detwyler, 1971: 170). Efek rumah kaca adalah dampak
lanjutan dari adanya gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Pengertian gas rumah kaca menurut U.S Environtmental
Protection Agency (U.S EPA) dalam Astari (2012) adalah gas-gas
yang menjebak panas di dalam atmosfer. Beberapa gas rumah kaca
seperti karbondioksida terjadi secara alami dan dipancarkan ke
atmosfer melalui proses alam dan kegiatan manusia. Menurut Schmidt
(2005) dalam (Astari, 2012), bahwa gas rumah kaca di dalam bumi
yang dominan adalah uap air, karbondioksida, metana, dan ozon yang
secara berurutan memberikan kontribusi terhadap gas rumah kaca
sebesar 26-70% , 9-26%, 9% dan 3-7%. Sedangkan menurut data yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI, disebutkan
bahwa yang termasuk dalam sumber pencermar GRK yaitu karbon
monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, partikulat, hidrokarbon,
dan karbondioksida (KLH, 2013).
1) Karbon monoksida (CO)
CO merupakan gas tak berbau yang dipancarkan lewat kendaraan
terutama tanpa pengubah katalis, selain itu gas ini dapat dihasilkan
dari kegiatan yang membutuhkan pembakaran bahan bakar fosil
(Vanloon, 2011: 151). Menurut KLH (2013) gas CO dapat berasal
dari dua aspek yaitu sumber alami dan sumber antropogenik.
14
14
Secara alami, gas CO dihasilkan dari aktivitas erupsi gunung
berapi dan kebakaran hutan, sedangkan CO yang bersumber dari
antropogenik dapat berasal dari kendaraan bermotor (lebih dari
70%), kereta api, pesawat udara, pembakaran bahan bakar,
pembakaran kayu, pembakaran sampah, dan industri. Keberadaan
CO diasosiasikan dengan percepatan produksi NO2 pada rantai
reaksi yang berdampak pada pembentukan ozon di lapisan
troposfer, yang mana hal ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan
karena secara alamiah keberadaan ozon yang bermanfaat hanya
pada lapisan stratosfer. Walaupun peranannya lebih kecil
dibandingkan dengan hidrokarbon lainnya.
2) Nitrogen oksida
NOx terdiri atas nitrogen oksida (nitrogen oxide–NO) dan
nitrogen dioksida (nitrogen dioxide–NO2). KLH (2013)
memberikan definisi bahwa nitrogen oksida adalah gas hasil
pembakaran pada suhu tinggi (gas nitrogen di udara dan unsur
nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar), membentuk lapisan
kabut kecokelatan di langit. Kendaraan bermotor, pembangkit
listrik, dan proses industri adalah sumber utama keberadaan emisi
tersebut. Menurut Astari (2015), Nitrogen oksida dihasilkan selama
kegiatan pertanian dan industri, serta selama pembakaran bahan
bakar fosil dan limbah padat. Pembentukan NO2 di atmosfer adalah
akibat adanya oksida di NO. NOx adalah pemicu terbentuknya
15
15
ozon dan hujan asam di lapisan troposfer, selain itu senyawa ini
juga dapat bereaksi dengan komponen lain di udara membentuk
partikulat.
3) Sulfur oksida
Gas ini sangat mudah larut dalam air, memiliki bau namun tidak
berwarna. SO2 Adalah salah satu gas pembentuk hujan asam dan
SO2 ini dapat bereaksi dengan komponen lainnya di udara
membentuk partikulat. Menurut KLH (2013), SO2 dapat berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil yang menggunakan sulfur.
Sulfur terdapat pada hampir semua material mentah yang belum
diolah seperti minyak bumi, batubara, dan bijih-bijih yang
mengandung metal seperti tembaga, timah, dan seng. Di wilayah
perkotaan biasanya sulfur berasal dari pembangkit listrik terutama
yang menggunakan bahan bakar minyak dan batubara, selain itu
juga dapat berasal dari gas buang kendaraan berbahan bakar solar,
dan industri yang menggunakan bahan baku batubara ataupun
minyak bakar.
4) Partikulat
Partikulat didefinisikan sebagai partikel-partikel halus yang berasal
dari padatan maupun cairan yang tersuspensi di dalam gas (udara).
Partikel padatan atau cairan ini umumnya merupakan campuran
dari beberapa materi organik dan non-organik seperti asam
(partikel nitrat atau sulfat), logam, ataupun partikel debu dan tanah.
16
16
Ukuran partikel sangatlah penting untuk diketahui karena
mempengaruhi dampak partikel tersebut terhadap manusia dan
lingkungan. Partikulat dapat bersumber dari 2 kelompok yaitu
alami dan antropogenik. Partikulat secara alami dapat terbentuk
dari gunung berapi, debu, hutan, dll. Sedangkan partikulat yang
bersumber dari antropogenik dapat berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil untuk industri dan kendaraan.
5) Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan salah satu unsur berbahaya karena bersifat
racun karena 16ner menyebabkan kanker dan gangguan lainnya
seperti kelainan reproduksi dan janin, serta gangguan ekologi yang
tak terkendalikan. Hidrokarbon merupakan senyawa organik yang
mudah menguap (volatile organic carbons – VOC) seperti benzena
formaldehida dan pelarut seperti toluen, xilen, perkloroetilen dan
metilen khlorida; dioksin, asbes, toluen, dan logam-logam seperti
kadmium, merkuri, khromium, dan timbal.
6) Karbondioksida
Karbondioksida adalah material yang tersusun oleh satu atom
karbon © dan dua atom oksigen (O2) (UND EERC, 2016).
Vanloon (2011) menyebutkan bahwa karbondioksida dapat
dihasilkan oleh proses alami yang bersumber dari hewan,
tumbuhan, pembusukan dan respirasi oleh mikroba, serta
pembakaran biomasa (CH2O) melalui kebakaran hutan dan padang
17
17
rumput yang disebabkan oleh petir. Selain itu, lautan juga menjadi
salah satu sumber pembebasan CO2 di atmosfer. Keberadaan CO2
yang normal dapat dinetralisir oleh proses alami yang terjadi di
bumi, salah satunya melalui fotosintesis yang dilakukan tanaman
dan beberapa mikroorganisme yang hidup di darat dan di perairan.
Menurut Gratimah (2009), aliran karbon dari atmosfer ke
vegetasi merupakan aliran yang bersifat dua arah, yaitu pengikatan
CO2 ke atmosfer melalui dekomposisi dan pembakaran serta
penyerapan CO2 oleh tanaman. Keberadaan karbondioksida dapat
secara alamiah yang bersumber dari hewan, tumbuhan, pembusukan
dan respirasi oleh mikroba, serta pembakaran biomasa (CH2O) melalui
kebakaran hutan dan padang rumput yang disebabkan oleh petir
maupun maupun non alamiah yang merupakan hasil dari pemanfaatan
energi (Vanloon, 2013). Data terbaru yang dirilis IEA (2015), bahwa
emisi GRK dari pemanfaatan energi mencapai 68% dan
karbondioksida mendominasi yaitu 90% nya. Subsektor yang
memberikan sumbangan besar adalah penggunaan listrik dan generator
panas, transportasi, serta perumahan.
1) GRK dari sektor listrik dan generator panas
Generator panas adalah fasilitas yang disediakan pemerintah
ketika musim dingin tiba, sehingga penduduk tetap mendapatkan
panas. Berdasarkan hal tersebut, maka di Negara Indonesia
menggunakannya karena hanya memiliki 2 musim saja.
18
18
Karbondioksida global dari listrik dan generator panas pada tahun
2015 mencapai 42% dari total emisi dimana pemanfaatan terbesar
digunakan untuk perumahan (IEA,2015).
Menurut ESDM (2012), bahwa bahan bakar yang digunakan
untuk penyediaan energi oleh pembangkit listrik (PLN) adalah
HSD (High Speed Diesel), IDO (Industry Diesel Oil), dan MFO
(Marine Fuel Oil). Total bahan bakar minyak yang digunakan
untuk pembangkit listrik baik PLN ataupun swasta pada tahun
2011 mencapai 23%. Hal tersebut sejalan dengan konsumsi listrik
dari tahun 2000 sampai 2014 yang terus mengalami pertumbuhan
yaitu sebesar 6,8% per tahun (BPPT, 2016). Konsumsi listrik yang
naik disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan
rasio elektrifikasi sehingga penggunaan peralatan listrik seperti
AC, mesin cuci, kulkas, setrika, lampu, dan lainnya bertambah.
Konsumsi LPG juga meningkat tajam dari 8 juta SBM (0,97 juta
ton) pada tahun 2000 menjadi 52 juta SBM (6,09 juta ton) pada
tahun 2014. Peningkatan konsumsi LPG disebabkan oleh adanya
program pemerintah yang mengganti penggunaan minyak tanah
untuk memasak di rumah tangga dan usaha kecil dengan LPG.
Konsumsi LPG mengalami peningkatan sejalan dengan program
pengurangan ketergantungan 80% terhadap minyak tanah selama
kurun waktu 2007-2011 (BPPT, 2016).
2) GRK dari transportasi
19
19
Menurut Miro (2012), bahwa yang dimaksud dengan
transportasi adalah usaha pemindahan, atau penggerakan orang
atau barang dari suatu lokasi, yang disebut lokasi asal, ke lokasi
lain, yang biasa disebut lokasi tujuan, untuk keperluan tertentu
dengan menggunakan alat tertentu pula. Transportasi dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu: (1) transportasi darat; (2) transportasi laut;
(3) transportasi udara (ESDM, 2012). Penggolongan moda
transportasi secara lebih ringkas dinyatakan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Klasifikasi Moda Transportasi
Sumber: ESDM, 2012
Sumber pencemar terhadap pengotoran udara di daerah
perkotaan adalah transportasi dan industri. Pencemaran transportasi
dan industri sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil, yang terdiri dari gas Pb, CO, Nox dan Sox. Konsentrasi
20
20
gas-gas pencemar tersebut tergantung pada banyaknya lalu lintas,
volume minyak yang dibakar dan mobilitas sumber pencemar
(Fandeli et al, 2003) dalam (Margahayu, 2015). Margahayu (2015)
menyatakan bahwa polutan utama yang dihasilkan dari emisi gas
buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO),
karbondioksida (CO2), oksida nitrogen (Nox), karbon monoksida
(CO), hidrokarbon (HC), oksida sulfur (Sox), dan timbal (Pb).
Emisi karbondioksida global dari sektor transportasi adalah 23%
dari total emisi. Sedangkan emisi GRK dari sektor transportasi
Negara Indonesia tahun 2010 disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Persentase Emisi GRK Sektor Transportasi
Sumber: ESDM, 2012
Berdasarkan Gambar 2.2, dinyatakan bahwa emisi GRK
tertinggi dari sektor transportasi di Indonesia adalah CO2 (99%)
dan CH4 (1%). Sedangkan proporsi NO2 sangat kecil, dimana
dianggap tidak ada (0%). Total emisi dari sektor transportasi
sebanyak 105,1 juta ton CO2 ekuivalen, dengan emisi CO2 sebesar
1%
99% CH4
CO2
21
21
104,4 juta ton, CH4 sebesar 0,4 juta ton, dan N2O sebesar 0,2 juta
ton (ESDM, 2012). Dari ketiga moda transportasi, sumbangan
emisi CO2 terbesar dipancarkan oleh transportasi darat sebesar
91%.
Selama kurun waktu 14 tahun yaitu tahun 2000-2014,
konsumsi energi nasional selalau mengalami peningkatan. Rata-
rata kenaikan pertumbuhan tahunan paling tinggi adalah sektor
transportasi sebesar 6,46%. Hal ini disebabkan oleh jumlah
kendaraan di Indonesia yang meningkat tajam dari 19 juta
kendaraan pada tahun 2000 menjadi 114 juta kendaraan pada tahun
2014 dengan rata–rata kenaikan per tahunnya sebesar 13,7%
(BPPT, 2016). Konsumsi bensin dan biodiesel mengalami
peningkatan dari tahun 2011 ke 2012 sebesar 11,96% (ESDM,
2012).
Menurut data ESDM (2012), bahwa bahan bakar bensin terus
mengalami peningkatan permintaan. Angka 11,93% adalah
persentase kenaikan permintaan terhadap bensin dari tahun 2010 ke
2011, serta disisi lain biofuel juga mengalami tren peningkatan
sejak tahun 2009 khususnya biodiesel/solar (ESDM, 2012). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa tranportasi terus mengalami
kenaikan jumlahnya.
Sejalan dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar bensin,
jumlah kendaraan yang terdapat di Kota Semarang juga semakin
22
22
meningkat. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Kepolisian
Daerah Jawa Tengah, jumlah kendaraan bermotor di Kota
Semarang pada tahun 2009 mencapai 8.593.911 unit, yang terdiri
atas 7.421.603 kendaraan roda dua dan 1.172.308 kendaraan roda
empat. Data Oktober 2010, jumlah tersebut bertambah menjadi
9.405.924 unit kendaraan, dengan rincian 8.156.429 kendaraan
roda dua dan 1.249.495 kendaraan roda empat (Martuti, 2013). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan konsumsi
bahan bakar khususnya bensin secara signifikan di Kota Semarang.
3) GRK dari rumah tangga
Badan Pusat Statistik menggolongkan rumah tangga menjadi
2 jenis, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. Rumah
tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Sedangkan
yang termasuk dalam rumah tangga khusus adalah orang-orang
yang tinggal di asrama, yaitu tempat tinggal yang pengurusan
kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan,
misalnya, asrama perawat, asrama TNI dan POLRI (tangsi).
Emisi yang berasal dari rumah tangga adalah hasil
pemanfaatan dari energi untuk aktivitas perumahan, yang dalam
hal ini adalah pemakaian bahan bakar gas (LPG) dan minyak tanah
(ESDM, 2012). Sejak dimulai tahun 2007, LPG mampu menurangi
23
23
konsumsi minyak tanah hingga 80%. Menurut IEA (2015), bahwa
rumah tangga memberikan sumbangan emisi karbondioksida
sebesar 6% pada tahun 2013.
Kuantifikasi terhadap emisi dari gas karbondioksida, dilakukan
dengan menggunakan metode yang diterapkan IPCC tahun 2006.
Sumber: IPCC, 2006.
Terdapat beberapa hal yang harus dipahami sebelum menggunakan rumus
di atas, yaitu sebagai berikut.
1) Net calorofic values (NCV)
NCV digunakan untuk mengkonversi aktivitas data pada semua
jenis bahan bakar dari satuan fisik (ton) ke satuan energi (joule),
dengan detail pada tabel 2.2.
Konsumsi energi = kons. energi (sat. fisik) x nilai kalor (TJ/sat. fisik)
Tabel 2.2. Nilai Kalor Bahan Bakar Indonesia
Bahan bakar Nilai kalor Penggunaan 1 2 3
Premium 33 x 10-6
TJ/liter Kendaraan bermotor
Solar (HSD,ADO) 36 x 10-6
TJ/liter Kendaraan bermotor,
pembangkit listrik
LPG 47,3 x 10-6
TJ/kg Rumah tangga, restoran
ADO : Automotive diesel oil
HSD : High speed diesel
Sumber : (Inventarisasi GRK Nasional, KLH 2012) dalam
TOTAL EMISI GHG
24
24
(Rawung, 2015)
Berdasarkan Tabel 2.2, nilai kalor yang dihasilkan dari
pembakaran premium dan solar mempunyai nilai yang sama.
Sedangkan pada pembakaran LPG mempunyai nilai kalor yang lebih
rendah dibandikan dengan kedua bahan bakar di atas.
2) Kandungan karbon (CC)
Carbon content merupakan jumlah karbon per unit energi.
Dalam dokumen IPCC 1996 kadar karbon disebut sebagai faktor emisi
karbon. Nilai dari kadar karbon antara IPCC 1996 dan 2006 GL tidak
jauh berbeda, hanya pada beberapa bahan bakar saja yang berbeda.
Namun dalam IPCC 2006 GL, kadar karbon disediakan dalam batas
bawah (lower) dan batas atas (upper). Dalam perhitungan emisi CO2
menurut IEA, dihitung dengan menggunakan nilai default IPCC.
Detail kandungan karbon dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Perbandingan Default Carbon Content
Fuel type 1996 GL 2006 GL (Kg/GJ)
1 2 3
LPG 17,2 17,2
Motor gasoline 18,9 18,9
Aviation gasoline 18,9 19,1
Gasoline type jet fuel 18,9 19,1
Gas/diesel oil 20,2 20,2
Sumber: IPCC, 2006
Berdasarkan Tabel 2.3, dinyatakan tentang perbandingan default
nilai kandungan karbon untuk beberapa bahan bakar yaitu LPG, diesel,
25
25
bensin motor, avtur, bahan bakar jet, dan minyak. Nilai default yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tahun 2006 yang sudah
direvisi dari tahun sebelumnya. Kandungan karbon dari yang terendah
secara berurutan adalah LPG, bensin untuk motor, avtur dan bahan
bakar jet. Sedangkan nilai kandungan karbon tertinggi adalah minyak
diesel.
3) Faktor oksidasi karbon (COF)
Berdasarkan dokumen IPCC 1996, dinyatakan bahwa terdapat
sebagian kecil karbon (kisaran 1-2%) dari bahan bakar yang tidak
mengalami oksidasi sehingga dapat mempengaruhi perhitungan,
sedangkan sebagian yang teroksidasi mempunyai nilai di bawah 1.
Dalam GL 2006, faktor oksidasi karbon dianggap dipancarkan sesuai
default IPCC, kecuali jika informasi lebih spesifik tersedia sehingga
nilai faktor oksidasi karbon default untuk semua bahan bakar adalah 1.
Detail faktor oksidasi karbon dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Perbandingan Faktor Oksidasi Karbon
Fuel type 1996 GL 2006 GL 1 2 3
Coal 0,980 1,00
Oil and oil products 0,990 1,00 Natural gas 0,995 1,00 Sumber: IPCC, 2006
Berdasarkan Tabel 2.4, terdapat perbedaan faktor oksidasi karbon
untuk 4 (empat) bahan bakar yaitu batubara, minyak, gas alam pada
26
26
panduan tahun 1996 dan 2006, dimana pada panduan yang telah direvisi
(2006) nilai faktor oksidasi karbon untuk semua bahan bakar dianggap
konstan yaitu 1.
4) Faktor emisi (EF)
Apabila data yang dihasilkan adalah data primer, maka faktor
emisi dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini,
EF = CC x COF x 44/12
Sedangkan untuk detail dari faktor emisi dari berbagai bahan bakar
dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Nilai Faktor Emisi Karbon
Fuel type 2006 GL (Kg/TJ)
1 2
LPG 63.1
Motor gasoline 69.3
Gas/diesel oil 74.1
Sumber: IPCC, 2006
Berdasarkan Tabel 2.5, dijelaskan bahwa bahan bakar bensin
untuk motor, LPG, dan minyak diesel mempunyai faktor emisi karbon
yang berbeda-beda. Nilai faktor emisi tertinggi adalah minyak diesel
kemudian bahan bakar bensin untuk motor. Sedangkan nilai faktor
emisi untuk LPG merupakan yang terendah diantara ketiga bahan bakar
lainnya.
2. Daya Serap Karbondioksida oleh Pohon
27
27
Menurut Indriyanto (2005), pohon merupakan tumbuhan berkayu,
berukuran besar dengan tinggi lebih dari 5 meter. Setiap tumbuhan hijau
(yang mempunyai klorofil) akan selalu mengalami proses metabolisme
dalam tubuhnya untuk melakukan fotosintesis sehingga menghasilkan
energi untuk tumbuh dan berkembang. Dalam reaksi fotosintensis,
tumbuhan memerlukan cahaya matahari, air, dan CO2 sebagai bahan
dasarnya. Reaksi dari komponen-komponen tersebut akan menghasilkan
energi, oksigen dan uap air seperti pada reaksi berikut.
Salah satu strategi pemerintah dalam menjaga eksistenti pohon
adalah melalui penyediaan ruang terbuka hijau (RTH). Kawasan yang
termasuk dalam pengertian RTH ditentukan sesuai Instruksi Mendagri No.
l41/1988 tentang penataan RTH di wilayah perkotaan sebagai berikut: l)
RTH merupakan kawasan atau ruang kota berfungsi sebagai kawasan hijau
pertamanan kota, kawasan hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota,
kawasan hijau kegiatan oleh raga, kawasan hijau pemakarnan, kawasan
pertanian, kawasan jalur hijau, dan kawasan pekarangan, 2) RTH adalah
ruang-ruang dalam kota berupa kawasan memanjang berupa jalur yang
bersifat terbuka tanpa bangunan, dan 3) RTH lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuhan secara alamiah atau budidaya tanaman, seperti
lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya.
Bentuk RTH menurut bobot kealamiannya dibedakan menjadi: (1)
RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (2) RTH non alami
28
28
(pertanian, pertamanan, lapangan, pemakaman). Sedangkan bentuk RTH
menurut status kepemilikannya dibedakan menjadi RTH publik yaitu RTH
yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh
pemerintah dan RTH privat yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan
privat (Nugradi, 2009).
Menurut Verdiana (2015) bahwa RTH memiliki beberapa fungsi,
seperti: (1) ameliorasi iklim, (2) perlindungan terhadap terpaan angin
kencang dan perendam suara, (3) mengurangi kebisingan, (4) memberikan
perlindungan terhadap terik sinar matahari, (5) perlindungan terhadap asap
dan gas beracun, (6) sebagai suatu indikator pencemaran lingkungan, (7)
mencegah erosi (8) ruang terbuka hijau, (9) membantu peresapan air
hujan, (10) membantu penanggulangan intrusi air laut, (11) pengaman dan
pembatas antara jalur lintasan kereta api, dan (12) perlindungan penduduk
di sekitar Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITET).
Peranan pohon sangat penting dalam menyaring CO2 di udara dan
melepaskannya kembali dalam bentuk O2. Setiap tahun tumbuh-tumbuhan
di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000
juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke
atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta tonzat-zat organik. Setiap jam, I
hektare daundaun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2
yang dihembuskan oleh napas manusia sekira 200 orang dalam waktu
yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas
29
29
mendinginkan udara sama dengan ratarata 5 pendingin udara (AC), yang
dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap I ha pepohonan
mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan (Maimun, 2007)
dalam (Setyowati, 2008). Perkembangan wilayah yang semakin pesat di
era modern ini menuntut pemenuhan kebutuhan pohon yang semakin
tinggi untuk mendukung kehidupan.
Produktivitas tanaman dalam menyerap emisi CO2 dapat ditaksir
dengan melakukan pengukuran baik melalui pengukuran oksigen maupun
karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis, karena jumlah
C dalam CO2 berbanding lurus dengan C yang terikat dalam gula selama
proses fotosintesis, produktivitas dapat diduga dengan menghilangkan CO2
di lingkungannya (Harjati, 1979).
Setiap jenis pohon mempunyai daya serap masing-masing. Menurut
Gordinho et al (2003) dalam (Gratimah, 2009), menyebutkan bahwa
tanaman mahoni yang sudah berumur 11 tahun dengan kepadatan 940
pohon/Ha dapat menyerap emisi 25,40 ton CO2 /Ha/tahun. Hairiah, dkk
(2001) dalam (Dahlan, 2007) dalam (Gratimah, 2009) menyatakan bahwa
tanaman sengon dapat menyerap sebanyak 33,03 ton CO2 /Ha/tahun,
sedangkan perkebunan kopi dapat menyerap 8,07 ton CO2 /Ha/tahun.
Setyowati (2014: 121) menyatakan bahwa daya serap CO2 oleh pohon
dapat ditentukan oleh luas keseluruhan daun, umur daun, dan fase
pertumbuhan tanaman. Selain itu faktor lain yang turut menentukan
30
30
besarnya daya serap CO2 adalah suhu dan sinar matahari, serta
ketersediaan air. Menurut hasil penelitian Dahlan dalam Setyowati
(2014:122) bahwa kemampuan tanaman dalam menyerap emisi CO2
dijelaskan dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Pohon Penyerap Karbondioksida (CO2)
No Nama Tanaman Nama Latin Daya serap (kg/tahun)
1 Trembesi Samnea saman 28.488,39
2 Cassia Cassia sp 5.292,47
3 Kenanga Canangium odoratum 756,59
4 Pingku Dyxoxylum excelsum 720,49
5 Beringin Ficus benyamia 535,90
6 Krey paying Felicium decipiens 404,83
7 Matoa Pometia pinnata 329,76
8 Mahoni Swettiana mahagoni 295,73
9 Saga Adenanthera pavoniana 221,18
10 Bungur Lagerstroemia speciosa 160,14
11 Jati Tectona grandis 135,27
12 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51
13 Johar Cassia grandis 116,25
14 Sirsak Annona muricata 75,29
15 Puspa Schima walichii 63,31
16 Akasia Acacia auriculifomis 48,68
17 Flamboyant Delonix regia 42,20
18 Sawo kecik Maniikara kauki 36,19
19 Tanjung Mimusops elengi 34,29
20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95
21 Sempur Dilenia retusa 24,24
31
31
22 Khaya Khaya anthotheca 21,90
23 Merbau pantai Intsia bijuga 19,25
24 Akasia Acacia mangium 15,19
25 Angsana Pterocarpus indicus 11,12
26 Asam kranji Pithecelebium dulce 8,48
27 Saputangan Maniltoa grandiflora 8,26
28 Dadap merah Erythrina cristagalli 4,55
29 Rambutan Nephelium lappaceum 2,19
30 Asam Tamarindus indica 1,49
31 Kempas Coompasia excels 0,20
Sumber: Dahlan (2008) dalam Setyowati (2014)
Berdasarkan Tabel 2.6, disebutkan berbagai pohon yang dapat
menyerap emisi karbondioksida. Pohon Trembesi merupakan jenis pohon
yang mempunyai daya serap emisi tertinggi dibandingkan lainnya yaitu
28.488,39 kg/tahun. Kemudian jenis pohon yang mempunyai daya serap
tertinggi kedua adalah pohon cassia yaitu 5.292,47 kg/tahun, sedangkan
jenis pohon selain kedua pohon yang telah disebutkan di atas mempunyai
daya serap di bawah angka ribuan dalam kurun waktu setahun.
Pemilihan jenis pohon yang tepat akan sangat bermanfaat untuk
memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar, sehingga dibutuhkan
pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman tersebut. Martuti (2013)
menjelaskan bahwa minimal terdapat dua pertimbangan, yaitu:
a. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Fungsi ini
dilakukan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan,
sehingga partikel padat di udara akan berkurang. Hal ini terjadi
karena partikel padat akan terjerap (menempel) pada permukaan
daun, khususnya daun yang berbulu dan permukaannya kasar.
32
32
Sebagian partikel yang lain akan terserap masuk ke dalam ruang
stomata daun. Ngabekti (2004) melaporkan bahwa keberadaan
tanaman peneduh jalan dapat menurunkan kadar debu (TSP) dari
448,76 µg/m3 di area tanpa tanaman menjadi 64,11 448,76 µg/m3 di
area dengan tanaman. Manfaat lain dari tajuk tanaman adalah
menjadikan udara lebih bersih dan sehat karena daun melakukan
proses fotosintesis. Dengan demikian fungsi ini akan tercapai apabila
tajuk daun lebar seperti angsana (Pterocarpus indicus), ketapang,
mahoni (Swietenia mahagoni).
b. Penyerap dan penjerat partikel Pb. Kendaraan bermotor merupakan
sumber utama Pb yang mencemari udara daerah perkotaan.
Kebutuhan pohon minimal untuk setiap rumah tangga sangat
diperlukan. Menurut Setyowati (2016), setiap rumah tangga seharusnya
emiliki luas minimal 250 m2 dengan 10 pohon peneduh; luas taman di
tingkat lokal minimal 1.500 m2 dengan 20 pohon; tingkat Desa Taman
minimal 1 hektar; Rumah dengan luas tanah seluas 120 m2 di bawah
naungan pohon paling sedikit menyediakan 1 pohon; Rumah dengan
tanah 120-500 m2 harus menyediakan minimal 3 pohon, dan di atas 500
m2 minimal 5 pohon. Hal tersebut dapat membantu dalam menjaga
keseimbangan iklim wilayah mengingat pentingnya peran pohon terhadap
lingkungan.
Kemampuan pohon dalam mereduksi gas karbondioksida dapat
dihitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
33
33
Serapan emisi CO2 oleh tanaman
Dimana:
Serapan emisi CO2 = Kemampuan pohon menyerap CO2
(kg/tahun)
Jumlah pohon = Jumlah pohon tahunan (satuan)
Kemampuan serapan = Tetapan serapan CO2 oleh berbagai
macam
pohon Dalam Tabel 2.6.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan berisi tentang berisi tentang daftar penelitian
terdahulu yang telah dilakukan dan mempunyai relevansi terhadap penelitian
ini, sekaligus telah diuji kebenaran datanya.Penelitian yang pertama
dilakukan oleh Siqi Zheng, Rui Wang, Edward L. Glaeser, dan Mathew E.
Kahn dengan judul “The Greenness of China: Household Carbon Dioxide
Emissions and Urban Development”. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghitung emisi karbondioksida di 74 kota besar China yang berasal dari
perumahan, serta memprediksi emisi karbondioksida di China pada tahun
2026. Persamaan penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada tujuan
penelitian yaitu memprediksi emisi karbondioksida di perumahan, dan
variabel penelitian yang berupa bahan bakar domestik, listrik dan transportasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang terdapat pada salah satu tujuan
34
34
penelitian dimana penelitian sekarang menambahkan unsur serapan
karbondioksida oleh pohon. Perbedaan lainnya juga terletak pada variabel
penelitian dimana penelitian terdahulu memasukan unsur penyediaan energi
panas oleh pemerintah, selain itu perbedaan terakhir yaitu pada sumber data
dimana penelitian terdahulu menggunakan data sekunder secara keseluruhan.
Penelitian kedua dilakukan Ervina Dwi Indrawati, Hermawan, Haryono
Setyo Huboyo dengan kajiannya yang berjudul “Analisis Emisi CO2
Antropogenik Rumah Tangga di Kelurahan Patukangan, Pekauman, dan
Balok, Kabupaten Kendal”. Penelitian tersebut mempunyai tiga tujuan yaitu:
(1) mengkuantifikasi penggunaan sumber energi domestik yaitu penggunaan
bensin, elpiji dan listrik rumah tangga; (2) mengkuantifikasi emisi gas CO2
yang dihasilkan sehingga dapat menjadi acuan kebijakan pemerintah daerah
dalam penataan lingkungan di wilayah permukiman; (3) mengetahui
kepedulian masyarakat melalui tindakan dalam upaya mengurangi emisi gas
CO2 yang dihasilkan. Persamaan penelitian yang sekarang dilakukan dengan
penelitian tersebut terdapat pada salah satu tujuan penelitian yaitu
mengkuantifikasi emisi CO2 dari bahan bakar bensin, elpiji dan listrik rumah
tangga. Persamaan lainnya yaitu pada metode yang digunakan yaitu mengacu
pada IPCC 2006. Sedangkan perbedaan penelitian sekarang dan terdahulu
yaitu penelitian sekarang memasukan unsur daya serap emisi oleh pohon.
Selain itu pada penelitian sekarang menggunakan teknik analisis yang
berbeda pada perhitungan emisinya.
35
35
Penelitian ketiga dilakukan oleh oleh Philipe de Rozari dan Suwari,
dengan judul “Analisis Kebutuhan Luas Hutan Kota Berdasarkan
Penyerapan CO2 Antropogenik di Kota Kupang”. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis kebutuhan RTH hutan Kota Kupang sebagai penyerap
CO2 antropogenik. Persamaan penelitian sekarang dan terdahulu yaitu pada
variabel penelitian yaitu bahan bakar bensin, bahan bakar gas, dan daya serap
emisi oleh pohon, namun perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu
memasukan variabel tambahan berupa minyak tanah dan solar. Perbedaan
lainnya terletak pada teknik analisis data yang digunakan dalam perhitungan
emisi CO2.
36
36
Tab
el 2
.7.
Pen
elit
ian t
erd
ahulu
ter
kai
t den
gan
em
isi
kar
bo
nd
iok
sid
a
Nam
a Pe
nelit
i Ju
dul P
enel
itian
T
ujua
n M
etod
e Pe
nelit
ian
Has
il Pe
nelit
ian
Siq
i Z
eng,
dk
k.
2009
The
Gre
enne
ss o
f C
hina
: Hou
seho
ld
Car
bon
Dio
xide
Em
issi
on a
nd
Urb
an
Dev
elop
men
t
1.
Men
gh
itu
ng e
mis
i C
O2
per
um
ahan
di
74 k
ota
bes
ar C
hin
a
2.
Mem
pre
dik
si e
mis
i
CO
2 y
ang d
ihas
ilkan
dal
am k
uru
n w
aktu
20
tahun k
e dep
an
Met
ode
pen
elit
ian
ber
sifa
t
kuan
tita
tif.
Tek
nik
pen
gum
pula
n
dat
a;
dat
a yan
g dig
unak
an se
cara
kes
luru
han
ad
alah
dat
a
sekunder
yan
g d
iper
ole
h d
ari
surv
ei
per
um
ahan
kota
di
Chin
a (U
HS
) ta
hun 2
006
Tek
nik
an
alis
is
yan
g
dig
unak
an
adal
ah
per
hit
ungan
ru
mus
sert
a
regre
si l
inea
r b
erg
and
a.
Ko
ta
terb
ersi
h
dar
i em
isi
CO
2
di
Chin
a:
Hu
ania
n
(1,2
30 to
n/t
ahun/r
um
ah)
dan
kota
den
gan
p
ence
mar
an
emis
i te
rber
at a
dal
ah D
aqin
g
(5,1
15 t
on/t
ahun/r
um
ah).
Dal
am
kuru
n
wak
tu
20
tah
un
, yai
tu p
ada
tah
un
20
26
emis
i di
kota
bes
ar
Chin
a
akan
men
ingk
at s
ekit
ar 2
6%
dar
i em
isi
pad
a ta
hun 2
006.
Ind
raw
ati,
Erv
ina
Dw
i. 2
015
Anal
isis
Em
isi C
O2
Antr
opog
enik
Ru
mah
Tan
gga
di
Kel
urah
an
Patu
kang
an,
Peka
uman
, dan
Ba
lok,
Kab
upat
en
Ken
dal
1.
men
gku
anti
fikas
i
pen
ggun
aan s
um
ber
ener
gi
dom
esti
k y
aitu
pen
ggun
aan b
ensi
n,
elpij
i dan
lis
trik
rum
ah
tan
gg
a
2.
men
gku
anti
fikas
i em
isi
gas
CO
2 y
ang
dih
asil
kan
seh
ingga
dap
at m
enja
di
acu
an
keb
ijak
an p
emer
inta
h
dae
rah
dal
am p
enat
aan
lin
gk
un
gan
di
wil
ayah
Popula
si
dal
am
pen
elit
ian
yai
tu
selu
ruh
KK
pad
a 3
wil
ayah
te
rpad
at
di
kec
amat
an
Kota
K
endal
.
Tek
nik
pen
gum
pula
n
dat
a;
dat
a pri
mer
den
gan
m
etode
waw
anca
ra,
sedan
gk
an
dat
a
sekunder
den
gan
te
knik
do
ku
men
tasi
. T
ekn
ik
anal
isis
dat
a m
enggunak
an
per
hit
ungan
m
atem
atis
den
gan
rum
us
Kel
ura
han
P
atukan
gan
mer
upak
an
pen
ghas
il
emis
i
tert
inggi
dar
i konsu
msi
ben
sin
, el
pij
i, m
aup
un
lis
trik
.
Per
senta
se
emis
i yan
g
dih
asil
kan
di
Kel
ura
han
Pat
ukan
gan
ad
alah
43%
,
Pek
aum
an
31%
, dan
Kel
ura
han
Bal
ok 2
6%
.
Kep
eduli
an
mas
yar
akat
dal
am
men
gu
ran
gi
emis
i
dil
akukan
den
gan
men
gh
emat
li
stri
k
dal
am
35
37
37
per
mukim
an
3.
men
get
ahui
kep
eduli
an
mas
yar
akat
mel
alui
tindak
an d
alam
upaya
men
gura
ngi
emis
i gas
CO
2 y
ang d
ihas
ilkan
per
senta
se
yai
tu:
mem
atik
an
lam
pu
(7
7%
), m
enca
bu
t st
op
ko
nta
k
(36%
),
mem
buka
sem
ua
jendel
a pad
a si
ang
har
i (4
9%
),
men
ggun
akan
tran
sport
asi
um
um
(1
4%
),
ber
jala
n
kak
i at
au
nai
k
seped
a (1
3%
),
men
anam
pohon d
i hal
aman
(39%
).
Ph
ilip
e d
e
Roza
ri d
an
Su
war
i,
20
12
Anal
isis
Keb
utuh
an
Luas
an H
utan
Kot
a be
rdas
arka
n Pe
nyer
apan
CO
2 An
trop
ogen
ik d
i K
ota
Kup
ang
1.
Men
gh
itu
ng e
mis
i C
O2
langsu
ng d
an t
idak
lan
gsu
ng
2.
Men
gh
itu
ng d
aya
emis
i C
O2 s
erap
ole
h
tan
aman
3.
Men
ghit
un
g k
ebutu
han
luas
huta
n k
ota
Met
ode
pen
elit
ian
ber
sifa
t
des
kri
pti
f k
uan
tita
tif.
Tek
nik
pen
gum
pula
n
dat
a;
dat
a pri
mer
den
gan
te
knik
surv
ei l
apan
gan
dan
anal
isis
labora
tori
um
. S
edan
gkan
dat
a se
kund
er;
dip
erole
h
mel
alui
teknik
dokum
enta
si.
Tek
nik
an
alis
is
yan
g
dig
unak
an
adal
ah
per
hit
ungan
m
atem
atis
den
gan
ru
mu
s u
ntu
k
emis
i,
sedan
gkan
daya
sera
p e
mis
i
ole
h
tanam
an
den
gan
met
ode
pen
guk
ura
n
kar
bohid
rat.
Em
isi
CO
2
(to
n/t
hn
) yan
g
dih
asil
kan
dar
i pem
bak
aran
bah
an b
akar
di
kota
Kupan
g
tah
un
2
00
9
yai
tu
list
rik
(99.9
67,9
3)
pre
miu
m
(120.2
72,9
22)
sola
r
(101.9
78,0
74)
min
yak
ta
nah
(3.7
25,9
91).
Daya
sera
p t
ota
l
tan
aman
te
rhad
ap
emis
i
adal
ah 1.3
65.4
09,9
80 to
n/t
h.
Keb
utu
han
lu
as
hu
tan
k
ota
untu
k m
enyer
ap e
mis
i ad
alah
64
1,4
3 H
a.
36
38
38
C. Kerangka Berpikir
Dasar pemikiran dari penelitian yang berjudul “Kajian Emisi
Karbondioksida (CO2) dari Pemanfaatan Energi Rumah Tangga di
Kelurahan Candi Kota Semarang” berawal dari sebuah pertanyaan dari
peneliti yaitu sebarapa besar emisi karbondioksida dari hasil pemanfaatan
energi rumah tangga yang meliputi konsumsi bensin untuk sepeda motor,
konsumsi LPG untuk memasak, dan konsumsi listrik untuk peralatan rumah
tangga serta pertanyaan sebagai perbandingan yaitu seberapa besar
kemampuan pohon dalam menyerap emisi dari aktivitas pemanfaatan energi
di lokasi penelitian, dimana keduanya berkaitan erat dengan faktor jumlah
rumah tangga.
Besarnya emisi CO2 dari pemanfaatan energi dipengaruhi oleh jumlah
rumah tangga di lokasi penelitian, sehingga menghasilkan emisi CO2 untuk
setiap rumah tangga. Besarnya emisi oleh setiap rumah tangga tersebut
bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi, baik yang berasal dari
bahan bakar bensin untuk sepeda motor, bahan bakar LPG untuk memasak,
maupun dari konsumsi listrik. Sehingga akan didapatkan nilai emisi CO2
untuk setiap rumah tangga dari pemanfaatan energi.
Daya serap emisi CO2 oleh pohon dipengaruhi oleh ketersediaan lahan
hijau di lokasi penelitian. Ketersediaan lahan hijau tersebut dipengaruhi oelh
banyak sedikitnya jumlah pohon. Semakin banyak pohon maka luas lahan
hijau akan semakin meningkat yang berdampak pada semakin besarnya daya
serap emisi di lokasi penelitian, begitu pula sebaliknya. Semakin sedikit
39
39
jumlah pohon akan menyebabkan luas lahan hijau semakin sedikit, dimana
hal ini berdampak pada semakin rendahnya daya serap emisi CO2.
Ketersediaan data besar emisi CO2 dan daya serapnya akan memberikan
output sebagai luaran yaitu mengetahui bagaimana perbandingan daya serap
emisi CO2 dan emisi yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga dari
pemanfaatan energi.
40
40
Seberapa besar emisi karbondioksida dari pemanfaatan energi di
Kelurahan Candi dan bagaimanakah kemampuan pohon dalam
menyerap emisi tersebut?
Jumlah Rumah
tangga
Kondisi lahan
hijau
Konsumsi bahan
bakar rumah
tangga
Konsumsi listrik
rumah tangga
LPG Bensin
Jumlah tutupan
vegetasi
Emisi
karbondioksida
dari konsumsi
energi
Daya serap emisi
karbondioksida
Kemampuan pohon dalam menyerap emisi
karbondioksida dari pemanfaatan energi rumah
tangga di Kelurahan Candi
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir
83
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Candi Kota
Semarang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Tinggi rendahnya emisi CO2 dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga dan
banyaknya konsumsi energi. Emisi CO2 dari konsumsi bensin tertinggi
dihasilkan oleh RW VII, sedangkan banyaknya konsumsi bensin
dipengaruhi oleh rerata jarak tempuh dan rerata kepemilikan sepeda motor.
Wilayah penghasil emisi CO2 tertinggi dari konsumsi LPG adalah RW II
dengan faktor yang berpengaruh terhadap tingginya konsumsi LPG adalah
jumlah anggota rumah tangga yang menetap. Wilayah penghasil emisi
CO2 tertinggi dari konsumsi listrik adalah RW II dengan faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya konsumsi listrik adalah jumlah dan jenis
perlatan elektronik yang dipakai. Secara umum wilayah penghasil emisi
CO2 total tertinggi adalah RW II, sedangkan wilayah penghasil emisi
terendah adalah RW XI.
2. Daya serap emisi CO2 oleh pohon secara umum adalah rendah. Wilayah
yang mampu menyerap total emisi CO2 yang dihasilkan hanya RW VIII,
hal ini disebabkan oleh ruang terbuka hijau yang luas dibandingkan
wilayah lainnya. Sedangkan wilayah selain RW VIII tidak mampu
menyerap emisi total yang dihasilkan. Bahkan wilayah selain RW VIII
hanya mampu menyerap emisi di wilayahnya tidak lebih dari 50 % dari
84
84
total emisi yang dihasilkan. Tingginya daya serap emisi CO2 oleh pohon
dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pohon yang terdapat di lokasi
penelitian.
B. Saran
Setelah penelitian ini selesai, tentunya terdapat beberapa hal yang perlu
disampaikan baik untuk pemerintah maupun masyarakat. Saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Kota Semarang
dalam hal ini Badan Perencanaan dan Pembangunan (BAPPEDA) agar
lebih memperhatikan keseimbangan antara lahan terbangun dan lahan
hijau dalam hal pengambilan kebijakan untuk penataan ruang kota
Semarang. Selain itu, diharapkan kepada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) Kota Semarang agar menyediakan lahan yang
difungsikan sebagai ruang terbuka hijau seperti taman kota di Kelurahan
Candi.
2. Masyarakat diharapkan lebih arif dalam memanfaatkan energi baik yang
berasal dari bahan bakar bensin, LPG, ataupun konsumsi listrik sehingga
dapat mengurangi tingginya emisi karbondioksida yang dihasilkan dari
rumah tangga. Selain itu masyarakat diharapkan dapat berperan aktif
dalam penyediaan ruang hijau, diantaranya melalui penanaman pohon di
halaman sekitar rumah untuk meredukasi emisi yang dihasilkan dari
aktivitas sehari-hari rumah tangga.
85
85
87
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
----- .2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta.
Astari, Ratih Gita. 2012. ‘Studi Jejak Karbon dari Aktivitas Permukiman di
Kecamatan Pademangan Kotamadya Jakarta Utara.’ Skripsi. Depok:
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
BPS. 2006. Kecamatan Candisari Dalam Angka 2006. Semarang: Badan Pusat
Statistik.
----- 2016. Kecamatan Candisari Dalam Angka 2016. Semarang: Badan Pusat
Statistik.
Boedoyo, M Sidik. 2008. ‘Penerapan Teknologi Untuk Mengurangi Gas Rumah
Kaca.’ Jurnal Tek. Lingkungan. Vol. 9. No. 1. Hal. 9-16.
Detwyler, Thomas R. 1971. Man’s impact on Environment. New York: McGraw
Hill Bool Company.
ESDM. 2012. Kajian Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.
Energi and Environtmental Research center. 2016. What is CO2. USA: University
of North Dakota Energi & Environtmental Research Center (UND EERC).
Gratimah, Ruti. 2009. ‘Analisis Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas di
Pusat Kota Medan’. Tesis. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Sumatera Utara.
88
88
Hang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1/Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
IEA. 2015. CO2 Emissions from Fuel Combustion Highlighs. Paris: International
Energy Agency.
Indrawati, Ervina Dwi. Hermawan. Haryono Setyo Huboyo. 2015. ‘Analisis Emisi
CO2 Antropogenik Rumah Tangga di Kelurahan Patukangan, Pekauman dan
Balok, Kabupaten Kendal.’ Indonesian Journal of Conservation. Vol. 4. No.
1. Hal. 45-51.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
IPCC. 2006b. IPCC Guidelines for National Greenhouses Gas Inventories
Chapter 1 Introduction. Geneva: World Meteorological Organozation.
------ 2006c. IPCC Guidelines for National Greenhouses Gas Inventories Chapter
2 Stationary Combustion. Geneva: World Meteorological Organozation.
KLH. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di
Perkotaan. Jakarta: Kementeriaan Lingkungan Hidup.
----- 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional
Buku II Volume I metodologi penghitungan tingkat emisi gas rumah kaca
kegiatan pengadaan dan penggunaan energi. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup.
Lutgents F.K. dan Edward J.T. 1979. The Atmosphere an Introduction to
Meteorologhy. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Margahayu, Hilyana. Haryanto. Dewi Liesnoor Setyowati. 2015. Sebaran
Vegetasi dan Konsentrasi Gas Co - Pb di Taman Kb, Simpang Lima, dan
Tugu Muda Kota Semarang. Indonesian Journal of Conservation. Vol. 4.
No. 1. Hal. 61-66.
87
89
89
Martuti, Nana Kariada Tri. 2013. ‘Peranan Tanaman terhadap Pencemaran Udara
di Jalan Protokol Kota Semarang.’ Jurnal Biosantifika. Vol 5. No. 1.
Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem transportasi. Jakarta: Erlangga.
Nugradi, Didik N.A. 2009. ‘Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang.’
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Vol. 11. No.1. Hal. 61-70.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Rawung, Franky Chairly. 2015. ‘Efektivitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
Mereduksi Gas Rumah Kaca (GRK) di Kawasan Perkotaan Boroko.’ Media
Matrasain. Vol. 12. No. 2.Hal.17-32.
Rosary, Philiphe De dan Suwarni. 2015. ‘Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota
Berdasarkan Penyerapan CO2 Antropogenik di Kota Kupang.’ Bumi Lestari.
Vol. 12. No. 2. Hal.189-200.
Setyowati, Dewi Liesnoor. Nana Kriada TM. Mohamad Amin. 2016. ‘Green City
Parks Model to Reduce Air Pollution as Anticipation to the Climate
Change’. Modern Environmental Science and Engineering. Vol. 2. No. 1.
Hal. 37-43.
Setyowati, Dewi Liesnoor dan Nana K.T.M. 2014. Ruang Terbuka Hijau Potensi
Ruang Terbuka Hijau dalam Meredam Cemaran Udara. Semarang: CV
Sanggar Krida Aditama.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2008. ‘Iklim Mikro dan Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau di Kota Semarang.’ Jurnal manusia dan lingkungan. Vol. 15. No.3.
Hal. 125-140.
Setyowati, Dewi Liesnoor. Rini Iswari. Puji Hardati. Moh Aris Munandar.
Jayusman. Eko Handoyo. Panduan Penulisan Skripsi. Semarang: Fakultas
Ilmu Sosial UNNES.
90
90
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Phibeka Aneka
Gama.
Vanloon G.W. dan Stephen J.D. 2011. Environmental Chemistry a Global
Perspective. New York: Oxford University Press.
Verdiana, Silvia. 2015. Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Dan Cemaran Udara di Kota Semarang. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Wan Yuanqing, Liu Yang, Sunsheng Han, Chao Li, T.V. Ramachandra. 2016.
‘Urban CO2 Emissions In Xi’an And Bangalore By Commuters:
Implications For Controlling Urban Transportation Carbon Dioxide
EmissionsIn Developing Countries.’ Mitig Adapt Strateg Glob Change. Vol.
16. Hal. 1007-1027.
Wulandari, Mira Tri. Hermawan dan PuRW anto. 2013. ‘Kajian Emisi CO2
Berdasarkan Penggunaan Energi Rumah Tangga Sebagai Penyebab
Pemanasan Global’. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi penelititan wilayah kotemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Top Related