Download - Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Transcript
Page 1: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Kaidah Bioetika dalam

Kedokteran GigiAwandra EvandiMaulvi Alviani

Nabilla Putri TrisiraNadia Sabrina

Rakanda Rizki R.

*kontribusi

sama

Page 2: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Pretty, seorang pelajar SMA merasa kecantikannya berkurang karena giginya yang tidak rapih. Suatu hari ia datang ke klinik gigi di Rumah Sakit (RS) di kota Depok dengan ditemani oleh ayahnya. Mereka menunggu giliran dipanggil oleh bu dokter gigi (drg Jelita). Setelah menunggu cukup lama akhirnya mereka dapat bertemu dengan drg. Jelita, seorang dokter gigi umum. Pretty menginformasikan keluhannya mengenai adanya gigi gingsul di rahang atasnya dan menginginkan untuk dilakukan pemasangan kawat gigi agar tampak lebih rapi. Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal.

Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, Pretty setuju agar perawatan dimulai pada hari itu juga. Setelah Pretty menyatakan setuju lalu dilakukan pencetakan gigi sebagai persiapan pemasangan kawat gigi pada rahang atas dan bawah.

Pretty Ingin Cantik

Page 3: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Perawatan telah berjalan selama dua tahun, namun Pretty merasa giginya belum rapi. Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, drg. Jelita mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kasus Pretty termasuk kasus parah dan dia jarang sekali datang untuk kontrol. drg. Jelita meminta Pretty untuk melakukan pemeriksaan radiologi karena terdapat gigi yang terindikasi untuk dicabut terkait dengan perawatan kawat giginya. Dari hasil pemeriksaan gigi yang disarankan untuk dilakukan pencabutan ada empat buah, namun

Pretty sebenarnya khawatir apabila dilakukan pencabutan sebanyak itu. Pretty melakukan negosiasi, dan tetap minta yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah. Setelah dilakukan pencabutan gigi, untuk perawatan lanjutan drg. Jelita menawarkan Pretty untuk melakukan kontrol di praktik pribadinya saja dengan alasan lebih ekonomis dibandingkan biaya di RS. Pretty setuju dengan hal tersebut dan melakukan kontrol selanjutnya di praktik pribadi drg. Jelita.

Page 4: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Perawatan akhirnya memasuki tahun ketiga, Pretty merasa kecewa dengan hasil perawatan giginya. Suatu hari ia melakukan diskusi dengan temannya yang juga memakai kawat gigi. Pretty akhirnya baru tahu bahwa sebetulnya ada dokter gigi ahli yang memang khusus melakukan perawatan gigi untuk kasus-kasus seperti dirinya, yaitu spesialis Ortodonti (Sp. Ort). Pretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort. sebagaimana direkomendasikan temannya tersebut.

Setelah pertemuan pertama dengan drg. Ayu, dia diminta untuk meminta surat pengantar perpindahan perawatan dari dokter gigi yang merawat sebelumnya. Pretty kemudian meminta surat pengantar pada drg. Jelita, namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar. Menurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien.

Page 5: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Singkat cerita, proses pindah perawatan akhirnya dilakukan tanpa surat pengantar. Pretty diminta oleh drg. Ayu untuk melakukan perawatan dari awal dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan radiologi ( foto panoramik dan sefalometri). Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan gambaran dua gigi terpendam yang seharusnya dicabut sehingga tidak menghambat proses perawatan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perawatan ulang, drg. Ayu kemudian merujuk (menkonsultasikan) Pretty kepada drg. Anto, seorang spesialis Bedah Mulut (Sp. BM), untuk dilakukan operasi pengambilan dua gigi yang terpendam. Setelah itu drg Ayu mulai melakukan perawatan ulang pada Pretty. Setelah beberapa waktu, Pretty merasa puas melihat perubahan pada giginya. Gambaran cantik yang ia inginkan semakin mendekati kenyataan. Pretty semakin percaya diri untuk tersenyum.

Page 6: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Etika

“Etika merupakan perilaku berbudi dan bermoral tinggi yang disandang oleh seseorang yang menyandang profesi atau kegiatan tertentu.”

Page 7: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Standar Kompetensi Dokter

GigiEtika harus dimiliki oleh setiap profesi dan

menjadi dasar standar kompetensi masing-

masing profesi. Standar kompetensi dokter gigi :Profesionalisme

Penguasaan Ilmu Pengetahuan

Kedokteran dan Kedokteran Gigi

Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan

Sistem Stogmatognatik

Pemulihan Fungsi Sistem

Stogmatognatik

Page 8: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Autonomy

Page 9: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Prinsip autonomy menghargai privasi, hak, dan pilihan pasien dalam mengambil keputusan yang seharusnya dapat diterapkan agar memberikan pelayanan kesehatan dokter gigi yang baik dan memuaskan

Page 10: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

• Drg. Jelita pada sudah menjalankan inform concern • Drg. Jelita sering kali tidak berterus terang terhadap

kondisi pasien• Pada awalnya drg. Julita menghargai hak pasien

untuk menentukan pilihan dan Autonomi sendiri namun ketika Pretty ingin meminta surat rujukan pindah, drg. Julita enggan memberikan surat rujukan

• Hal tersebut berlawanan dengan kriteria Autonomy yaitu menghargai hak pasien untuk menentukan nasib sendiri dan tidak menghalangi Autonomy pasien.

Page 11: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

• Drg. Ayu telah menerapkan prinsip autonomy dengan tepat• Drg. Ayu melaksanakan

informed concern dengan baik, berterus terang, mengharai keputusan pasien dan memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pasien

Page 12: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Non - Maleficen

ceTidak terdapat pada kasus.Pretty tidak dalam keadaan gawat darurat ataupun sakit parah. Ia dalam keadaan sehat, tujuan utama dari perawatan yang ia lakukan adalah untuk alasan estetika. Maka dari itu, kaidah non maleficence tidak dapat digunakan dalam kasus ini mengingat konteks dari kaidah non maleficence itu sendiri, yaitu tertuju pada orang kedua dengan keadaan kesakitan atau gawat darurat.

Page 13: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Beneficence• Subjek: drg. Jelita

• Pernyataan: Pretty melakukan negosiasi dan tetap meminta giginya yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah

• Parameter KDB: Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan (SESUAI)

• Alasan: Drg. Jelita menghargai hak pasien untuk tetap mempertahankan jumlah giginya. Beliau bertanya trelebih dahulu kepada pasien tentang suatu tindakan yang akan dilakukannya. Dan beliau menuruti kemauan pasien untuk melakukan pencabutan kurang dari 4 gigi.

Page 14: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Beneficence• Subjek: drg. Jelita

• Pernyataan: Pretty setuju selanjutnya dan melakukan kontrol selanjutnya di praktik pribadi drg. Jelita.

• Parameter KDB: Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter (SESUAI)

• Alasan: Drg. Jelita menawarkan pretty untuk melakukan kontrol di praktik pribadinya dengan alasan lebih ekonomis. Dengan demikian Drg. Jelita tidak menjadikan Pretty sumber keuntungannya semata, karena telah menawarkan kepada pretty untuk kontrol di tempat praktik pribadinya.

Page 15: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Beneficence• Subjek: drg. Jelita

• Pernyataan: Pretty seringkali diinstruksikan melakukan pemeriksaan radiologi ulang dengan alasan dokumennya hilang.

• Parameter KDB: a. Mengusahakan agar kebaikan /manfaat lebih banyak

dibanding keburukan (TIDAK SESUAI)b. Minimalisasi akibat buruk (TIDAK SESUAI)• Alasan: Dengan menginstruksikan Pretty untuk

melakukan pemeriksaan radiografi secara berulang-ulang, drg. Jelita tidak memberikan manfaat tetapi justru merugikan pasien karena pemeriksaan radiografi yang dilakukan secara berulang dapat membahayakan kesehatan pasien serta berdampak buruk bagi pasien. Selain itu dapat merugikan karena pretty harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi.

Page 16: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

Beneficence• Subjek: drg. Jelita

• Pernyataan: Pretty merasa kecewa dengan perawatan giginya.

• Parameter KDB: a. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/referensi

pasien (TIDAK SESUAI)b. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara

keseluruhan (TIDAK SESUAI)• Alasan: Tidak adanya perubahan terhadap

kerapihan dari struktur gigi Pretty yang Pretty rasakan selama melakukan perawatan dengan drg. Jelita. Dan sebagai pasien membuatnya tidak puas dan merasa kecewa terhadap tindakan yang dilakukan drg Jelita selama perawatan yang telah dilakukannya. Hal tersebut membuktikan bahwa drg. Jelita tidak memaksimalkan kepuasan tertinggi pasien.

Page 17: Kaidah Bioetika Dalam Kedokteran Gigi

• Subjek: drg. Ayu• Pernyataan: Pretty merasa puas terhadap

perubahan giginya.• Parameter KDB: a. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi

pasien(SESUAI)b. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara

keseluruhan (SESUAI)• Alasan: Penanganan serta pengobatan tepat yang

dilakukan oleh drg. Ayu sesuai dengan bidangnya memberikan hasil yang sempurna sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien.

Beneficence