1
KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN IM DAN
APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI PENGANUTNYA
(STUDI KASUS DI VIHARA AVALOKITESVARA, PONDOK CABE)
Disusun Oleh:
FIKRI FAUZ AL HAFIDZ
105032101037
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
2
KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN IM DAN
APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI PENGANUTNYA
(STUDI KASUS DI VIHARA AVALOKITESVARA, PONDOK CABE)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana S1
Oleh:
Fikri Fauz Al Hafidz
NIM: 105032101037
Dibawah Bimbingan
Hj. Siti Nadroh, M. Ag
NIP: 150282310
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
3
PENGESWAHAN PENITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ”KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI
KWAN IM DAN APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENGANUTNYA (STUDI KASUS DI
VIHARA AVALOKITESVARA, PONDOK CABE)”. Telah diujikan dalam
sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan LULUS pada tanggal 15 Juni 2010 diharapkan
dewan penguji, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata (S1) pada jurusan Perbandingan Agama.
Jakarta, 18
Juni 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Sekertaris
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si Maulana, MA
NIP: 198651129 199403 1 002 NIP:19650207 199903 1 001
Penguji I Penguji II
Drs. H. Roswen Dja’far Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si
NIP: 150 022 782 NIP: 198651129 199403 1 002
Dibawah bimbingan
Siti Nadroh, M.si
NIP: 150282310
4
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan
penyayang, yang selalu memberi hidayah dan naungan kepada semua manusia,
khususnya penulis. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini walaupun
masih terdapat banyak kekurangan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar umat
manusia, yang patu dijadikan contoh tauladan, yang membawa manusia dari
jaman kegelapan kejaman yang penuh dengan kenikmatan ilmu pengetahuan,
Muhammad SAW.
Selanjutnya, penulis mengugucapkan bayak terima kasih kepada semua
orang yang telah membantu dalam proses penulisan ini secara langsung dan tidak
langsung:
1. Papa dan Mama tercinta yang selalu dan tak akan pernah lelah
memberikan semangat, perhatian kasih sayang dan cintanya kepada
Penulis. Papa dan Mama terima kasih atas semuanya Fikri akan selalu
menyayangi Papa dan Mama. Semoga Papa dan Mama selalu
mendapatkan kebahagiaan dari Allah SWT.
2. Ibu Siti Nadroh M.Si selaku dosen pembimbing. Penulis haturkan banyak
terima kasih atas waktu yang terbuang demi membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulis meminta maaf jika selama masa
bimbingan banyak sekali kesalahan dan kesalahan yang penulis lakukan.
Semoga Allah SWT memberikan Ridho dan Kebahagiaan kepada ibu.
5
3. Kajur dan Sekjur Perbandingan Agama, Ibu Ida Rasyidah dan Bapak
Maulana terima kasih atas semua yang telah Ibu dan Bapak berikan.
Semoga Ibu dan Bapak selalu dalam naungan kebahagiaan Allah SWT.
Dan kepada Bapak M. Nuh Hasan saya ucapkan selamat selaku Ketua
Jurusan Perbandingan Agama yang baru, semoga bapak bisa membawa
jurusan Perbandingan Agama ke arah yang lebih baik.
4. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Pembantu-Pembantu Dekan dan
seluruh Dosen Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
penulis ucapkan terima kasih atas segala kemudahan dan ilmu yang telah
bapak dan ibu berikan kepada penulis, penulis akan berusaha untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan di dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan
Utamayang telah menyediakan fasilitas dan pelayanan yang penulis
butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan
Utama bisa lebih lengkap lagi koleksi buku-bukunya.
6. Bapak rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf-stafnya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih.
7. Kepada Suhu Bhadrasilo, Bhante Shanti, Samanera Sucitta, Sumita selaku
pengurus Vihara Avalokitesvara yang telah menerima penulis dan
memberikan semua informasi yang penulis butuhkan.
8. Kepada mas Doni dan teman-teman remaja dan seluruh umat Vihara
Avalokitesvara terima kasih atas kesediaannya diwawancarai oleh penulis.
6
9. Teruntuk yang tersayang Gretha Yuliana yang selalu memberikan
semangat dan motivasi, kasih sayang dan rasa cintanya untuk penulis.
10. Spesial untuk kakak dan adik ku yang cantik Isma Maryam dan Syifa
Fauziah, dan Iqbal Chusni Ramdhan terima kasih atas semua doa,
semangat, nasehat dan dukungannya sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
11. Kawan-kawan Perandingan Agama khususnya angkatan 2005, Titis,
Ulum, Samsul, Wahyu, Guntur, Robbi, Wasil, Deli, Toto, Lukman,
Zamroni, Rahmat, Kiki, Lian, Imas dan Iis. Terima kasih kawan-kawan
telah menemani dalam masa perkuliahan. Masa yang takkan terlupakan,
tertawa bareng dan kesel-keselan menjadi bumbu-bumbu penghangat
hubungan kita. Terima Kasih banyak kawan-kawan. Sukses untuk kita
semua.
12. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat penulis si Vina,
vina terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
13. Semua teman-teman yang menemani penulis di kampus ada Ayus, Banu,
Alay, dan Ian. Terima kasih banyak fellas.
14. Semua teman-teman yang mendukung ada Isdananto, Yefa, Mahesa,
Ferdiansyah dan Lukman. Terima kasih atas segala dukungannya fellas.
Jakarta, April 2010
Penulis
7
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………...6
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………. 7
D. Metodologi Penelitian …………………………………………. 8
1. Model Penelitian ………………………………………….. 8
2. Objek Penelitian ………...…………………………………8
3. Subjek Penelitian …………………………………………..8
4. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………..9
5. Teknik Pengumpulan Data ………………………………...9
a. Metode Lapangan (field research) ....................................... 9
a.a. Metode Observasi ............................................................9
a.b. Interview (Wawancara) .................................................. 9
b. Metode Kepustakaan ............................................................9
6. Analisis Data ………………………………………………10
E. Sistematika Penulisan …………………………………………..10
BAB II VIHARA AVALOKITESVARA
A. Pengertian Vihara ……………………………………………… 13
B. Bagian-bagian dalam Vihara ……………………………………14
1. Ruang Bakti Sala atau Altar yang paling besar ……………14
2. Ruang Meditasi ……………………………………………14
8
3. Kuti ………………………………………………………..14
4. Pohon Bodhi ……………………………………………… 15
5. Perpustakaan ………………………………………………15
6. Altar Leluhur ………………………………………………15
7. Stupa ……………………………………………………….16
C. Sejarah Vihara Avalokitesvara ………………………………….16
D. Etika Masuk Vihara ……………………………………………..18
E. Kegiatan Sosial Keagamaan dalam Vihara ……………………...20
BAB III DEWI KWAN IM DAN AJARAN-AJARANNYA
A. Sejarah Singkat Dewi Kwan Im ………………………………..22
a. Lahirnya Puteri Miao Shan …………………………………23
b. Cobaan Miao Shan Menjadi Bhikkuni …………………….. 25
c. Perjalanan Miao Shan ke Vihara Tu Ti Pa Kung …………..28
d. Dua Pendamnping Miao Shan ……………………………...29
e. Bakti Miao Shan Terhadap Ayahnya …………………........ 30
f. Miao Shan Mendapat Gelar Menjadi Bodhisatva Dewi Kwan Im
(Avalokitesvara) ………………………………………. 33
B. Fungsi dan Tugas atau Peranan Dewi Kwan Im di Dunia …….. 34
C. Ajaran-ajaran Dewi Kwan Im ………………………………….36
D. Mantra Ta Pei Cou ……………………………………………..40
E. Hari-hari Besar Dewi Kwan Im ....……………………………..43
9
BAB IV KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN IM
DAN APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI PENGANUTNYA
A. Pandangan Umat Buddha Terhadap Dewi Kwan Im …………. 46
a. Aliran Besar dalam Agama Buddha ...................................... 47
b. Dewi Kwan Im Menurut Umat Buddha Hinayana dan Mahayana
...............................................................................48
B. Aplikasi Ajaran-ajaran Dewi Kwan Im dalam Kehidupan Sehari-
hari ……………………………………………………………...49
a. Hubungan Manusia dengan Dewa-dewi …………………...50
b. Hubungan Manusia dengan Manusia ………………………51
c. Hubungan Manusia dengan Makhluk Gaib ………………..53
d. Hubungan Manusia dengan Alam …………………………55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………..58
B. Saran …………………………………………………………59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam agama Buddha terdapat beberapa aliran, aliran ini muncul setelah
meninggalnya Sang Guru Sidharta Gautama. Dua kelompok yang paling menonjol
pada masa perpecahan itu adalah Mahayana1 dan Hinayana2, yang mana di dalam
perkembangannya kedua aliran ini berpegang teguh pada keyakinan atau doktrin
masing-masing, sehingga kedua kelompok ini terus menjauh. Selain itu juga
terdapat Buddha Tridharma atau disebut juga dengan Sam Kauw yang berarti tiga
jalan kebenaran.
Tridharma berasal dari kata Tri dan Dharma. Tri berarti tiga dan Dharma
berarti ajaran kebenaran. Jadi secara harfiah Tridharma berarti tiga ajaran
kebenaran. Yang dimaksud dengan Tiga Ajaran kebenaran di sini adalah ajaran
Sang Buddha Gautama, ajaran Nabi Konghucu dan ajaran Nabi Lao Zi. Tridharma
merupakan agama Buddha Mahayana yang juga mempelajari Konfusianisme dan
Taoisme3.
Namun dalam keyakinannya terhadap Dewa-Dewi kedua kelompok ini
tidak berbeda jauh. Dewi Kwam In misalnya, Dewi ini adalah salah satu Dewi
yang sangat “favorit” karena hampir di setiap rumah para penganut umat Buddha
1 Mahayana (perahu besar) merupakan segolongan manusia yang bersifat liberal, yang menyatakan diri mereka sebagai dari garis penerus ajaran Buddha yang sesungguhnya. Huston Smith, Agama-agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 158. 2 Theravada atau Hinayana (perahu kecil) artinya para penasehat, sesepuh. Merupakan segolongan pemuka agama lebih tua yang kolot, yang mempertahankan dengan setia ajaran Buddha. Ibid. 3 D. S Singgih, Tridharma Suatu Pengantar, (Jakarta, Yayasan Samarotungga, 1987), h. 1.
11
dan di vihara-vihara pasti ada patung dewi tersebut. Dalam suatu kisah dewi
Kwan Im di ceritakan dalam hidupnya sangatlah sabar, karena walaupun ia diusir
dari rumahnya yaitu istana yang besar dan mewah oleh ayahnya, ia tetap rela
mengorbankan bagian-bagian tubuhnya untuk menyembuhkan penyakit ayahnya.
Inilah satu alasan mengapa sang dewi dicintai oleh penganut Buddha dan non
Buddha.
Kwan Im adalah penjelmaan Buddha Welas Asih di Asia Timur. Kwan Im
sendiri berasal dari dialek Hokkian yang dipergunakan mayoritas komunitas Cina
di Indonesia. Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat yang
merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskrit, Avalokiteśvara.
Dalam bahasa Jepang, Kwan Im disebut Kannon' atau secara resmi
Kanzeon. Dalam bahasa Korea disebut Gwan-eum atau Gwanse-eum, dan dalam
bahasa Vietnam Quán Âm atau Quan Thế Âm Bồ Tát.
Avalokitesvara sendiri pada awalnya di India ia digambarkan sebagai laki-
laki dan ini berlangsung selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal
Dinasti Sung (960-1279), berkisar pada abad ke 11, para pengikutnya melihat
bahwa Avalokitesvara itu adalah sosok wanita, karena sifatnya yang welas asih.
Kemudian pada masa Dinasti Yuan (1206-1368) sosok Kwam Im lebih jelas
bahwa ia menjadi seorang wanita. Lalu sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar
pada abad ke 15, Kwan Im secara menyeluruh dikenal sebagai wanita4.
Pada masyarakat Cina baik Buddhis maupun non-Buddhis mereka
meyakini bahwa sosok Dewi Kwam Im memiliki sifat yang sangat baik, sehingga
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Kwan_Im, 02-02-2010
12
dalam perwujudan kecintaan mereka terhadap dewi sangat terasa, contoh kecilnya
saja mereka memiliki patung atau stupa Dewi Kwan Im di setiap rumah.
Tidak hanya umat Buddha saja yang memuja atau membanggakan sosok
Dewi Welas Asih tersebut, bahkan di Cina walaupun ia tidak memeluk agama
Buddha ia tetap mengagungkan sosok dewi, contohnya dengan mereka memajang
patung Dewi Kwan Im.
Sifat Dewi Kwan Im ini sangatlah cocok untuk diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya, karena dalam kehidupan sehari-hari
pasti bertemu dengan orang yang berbeda agama, suku, bahasa, karakter, tingkah
laku atau kebiasaan. Maka dari itu bersikap sabar, baik hati atau rendah diri, adil,
mengasihi orang lain, dan lain-lain itu sangatlah tepat diterapkan.
Ajaran welas asih Avalokitesvara Kwan Im Po Sat yang harus diingat dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari itu lebih mengarah kepada hubungan
manusia dengan manusia, seperti harus menolong orang lain yang membutuhkan
pertolongan, namun saat menolong orang diusahakan agar orang yang kita tolong
tidak mengetahuinya dan jangan pernah mengharapkan imbalan atas apa yang kita
lakukan. Membagi sebagaian harta yang kita miliki untuk orang lain yang kurang
beruntung, membuat orang lain senang atau menyenangkan orang lain, itu salah
satu cara untuk melepaskan penderitaan orang tersebut, jadi kita telah mengurangi
derita yang mereka alami.
Mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi, walaupun kenyataannya pahit.
Contohnya apabila kita melakukan rencana yang kita buat, kemudian kita tidak
sampai pada tujuan yang kita capai bahkan lebih buruk dari itu, maka
13
mengikhlaskanlah kejadian tersebut dan menjadikan pelajaran agar kita lebih baik
dari kemarin.
Balaslah kebaikan yang orang lain berikan kepada kita atau balas budi
yang lebih dari orang tersebut kasih. Apabila orang tersebut memberi kita air putih
maka kita usahakan membalas dengan air susu.
Janganlah kamu punya dendam terhadap orang lain yang telah berbuat
tidak baik terhadapmu, akan tetapi sayangilah orang yang telah berbuat jahat
terhadap kamu. Itu jauh lebih baik dari pada kamu menyimpan dendam.
Sifat-sifat atau ajaran inilah yang dimiliki sang dewi yang ditiru dan
dijalankan oleh penganutnya, karena apa yang diperbuat di dalam hidup maka
itulah yang di dapat, atau dalam Buddha itu di kenal dengan “karma”. Jadi apabila
seseorang berbuat baik maka hal-hal baik atau sesuatu yang baik akan datang pula
kepada orang tersebut. Dan sebaliknya apabila seseorang berbuat buruk maka
sesuatu yang buruk atau hal-hal yang buruk pula yang akan ia dapatkan. Dan
segala kebaikan yang dilakukan semoga dapat menjadi kebaikan juga untuk orang
lain, sehingga dapat bersama-sama menuju Moksa atau Surga.
Kekacauan alam atau ketidak-seimbangan alam ini pun disebabkan oleh
ulah dan sifat manusianya itu sendiri. Dimana masih banyak manusia yang ingin
mendapatkan kesenangan duniawi saja, ingin capat kaya dengan cara mudah, dan
sifat-sifat buruk manusia. Maka dari hal-hal buruk yang dilakukan oleh manusia
maka alam menjawabnya dengan bencana atau tragedi alam.
Menurut ajaran agama Buddha penerangan yang sempurna, pengetahuan
sejati dan kebebasan batin sempurna, yaitu ada empat kesunyataan mulia, yaitu
14
penderitaan, sumber penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan delapan cara yang
utama menuju lenyapnya penderitaan itu5. Hal ini serupa dengan ajaran dewi yang
menyuruh kita harus sabar dalam menghadapi masalah apapun, menerima apapun
yang kita dapat dan kita punya dengan ikhlas.
Sebagaimana sifat yang dimiliki oleh Dewi Kwan Im, maka para
pengikutnya (umat Buddha) ataupun non-Buddha, sebagai umat manusia patut
ditiru. Seperti yang diketahui apabila perbuatan itu baik secara umum, maka
sebagai manusia yang hidup berdampingan boleh menirunya. Jadi segala sesuatu
hal yang baik boleh diikuti atau ditiru selama itu tidak menggangu kenyamanan
dan keamanan orang lain.
Ada dua hal utama yang menarik untuk dibahas dalam skripsi ini, yang
pertama di dalam ajaran agama Buddha itu banyak sekali para Bodhisatva6, akan
tetapi mengapa hanya Dewi Kwan Im saja yang terkenal dan jasanya selalu
dikenang sepajang masa. Dan yang kedua, saat Dewi Kwan Im telah menjadi
Bodhisatva dan mandapat kesempatan untuk menjadi Buddha mengapa ia tidak
mau, Dewi Kwan Im lebih menginginkan menjadi Bodhisatva saja.
Siapa Dewi Kwan Im dan bagaimana Dewi Kwan Im bisa menjadi Dewi?
Kemudian apa saja yang menjadi ajaran-ajararannya? Dan Bagaimana aplikasi
umat Buddha dalam kecintaannya terhadap Dewi Kwan Im di dalam kehidupan
sehari-hari? Hal ini lah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil judul
5 Antropologi Agama Bagian Ke-I, Pendekatan Budaya Terhadap Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Buddha, Kong HU Cu, di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 211. 6 Bhodisatva adalah tingkatan untuk mencapai kesempurnaan yang dilewati oleh para calon Buddha, jadi setiap calon Buddha pasti melewati fase ini.
15
“Keyakinan Umat Buddha Terhadap Dewi Kwan Im dan Aplikasi Ajaran-
ajarannya Dalam Kehidupan Sehari-hari Penganutnya”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Karena sosok Avalokitesvara (Dewi Kwan Im) itu tidak hanya di kagumi
oleh umat Buddha, maka akan penulis batasi pada KEYAKINAN UMAT
BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN IM DAN APLIKASI AJARAN-
AJARANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENGANUTNYA
. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Siapa Dewi Kwan Im dan bagaimana Dewi Kwan Im bisa menjadi Dewi?
2. Apa yang membuat umat Buddha menyukai sosok Dewi Kwan Im dan apa
yang menjadi ajaran-ajaran khas Dewi Kwan Im?
3. Lalu bagaimanakah keyakinan umat Buddha sesungguhnya terhadap sosok
dan sifat Dewi Kwan Im tersebut?
4. Apa aplikasi umat Buddha terhadap kecintaannya kepada Dewi Kwan Im
di dalam kehidupan sehari-hari?
Jadi penulisan tentang keyakinan umat Buddha terhadap Dewi Kwan Im
dan aplikasi ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari, ini di batasi hanya
pada pokok-pokok tentang Dewi Kwan Im berikut ajaran-ajarannya dan
pengaplikasian ajaran-ajaran Dewi Kwan Im oleh umat Buddha dalam
kehidupan sehari-hari.
16
C. Tujuan Penulisan
1. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memahami keyakinan umat Buddha
terhadap Dewi Kwan Im dan aplikasi yang dilakukan oleh umat Buddha
khususnya di Vihara Avalokitesvara yang berada di Pondok Cabe dalam
kecintaannya terhadap Dewi Kwan Im.
2. Dengan mengambil judul Keyakinan Umat Buddha Terhadap Dewi Kwan Im
dan Aplikasi Ajaran-ajarannya dalam Kehidupan Sehari-hari Penganutnya,
penulis bermaksud turut memperkaya kajian tentang agama Buddha baik
dikalangan mahasiswa perbandingan agama dan masyarakat umum. Skripsi
ini bisa dijadikan bahan bacaan oleh mahasiswa perbandingan agama yang
ingin mengenal lebih jauh Dewi Kwan Im. Disadari bersama, meski telah
banyak kajian mengenai tema serupa dilakukan, namun sedikit sekali
dijumpai kajian yang secara spesifik menyoroti keyakinan umat Buddha
terhadap Dewi Kwan Im dan aplikasi ajaran-ajarannya dalam kehidupan
sehari-hari penganutnya.
3. Untuk memenuhi tugas akhir pada Jurusan Perbandingan Agama Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah
Jakarta, selain menambah pengetahuan tentang keyakinan umat Buddha
terhadap Dewi Kwan Im dan aplikasi ajaran-ajarannya dalam kehidupan
sehari-hari penganutnya. Pada saat yang sama, penulisan ini juga merupakan
syarat guna memperoleh gelar sarjana Teologi Islam pada Jurusan tersebut.
17
4. Untuk menjalin rasa kebersamaan dan toleransi umat Islam dengan umat
Buddha, khususnya bagi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.
D. Metodologi Penelitian
Ada beberapa metode penelitian yang digunkan oleh penulis dalam
menulis skripsi ini, hal ini dikarenakan agar mendapatkan data yang banyak,
valid, dan objektif.
1. Model Penelitian
Model penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan
model penelitian kualitatif. Karena, penelitian kualitatif sendiri memiliki
pengertian penelitian yang berupaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, prilaku, persepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti.7
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini:
1. Keyakinan umat Buddha terhadap Dewi Kwan Im
2. Pelaksanaan ajaran-ajaran Dewi Kwan Im dalam kehidupan sehari-hari
umat Buddha, khususnya di Vihara Avalokitesvara Jl. Cabe Raya Rt.
002/Rw. 09 Desa Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
7 Lexy J. Moleong, Metologi Pendekatan Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 6.
18
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah umat Buddha yang ada di
lingkungan ataupun jemaat Vihara Avalokitesvara Jl. Cabe Raya Rt. 002/Rw. 09
Desa Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Adapun subjek dalam penelitian ini hanya
memfokuskan diri pada jemaat dan Bhikkhu yang ada di Vihara Avalokitesvara.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang penulis gunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah pedoman wawancara dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan
agar lebih fokus dalam menggali apa yang menjadi sasaran penelitian dan buku
catatan untuk mencatat hasil wawancara.
5. Teknik Pengumpulan Data8
a. Metode Lapangan (field research)
a.a. Metode Observasi
Artinya penulis secara langsung mengamati fenomena keagamaan
umat Buddha yang ada di sekitar lingkungan Vihara Avalokitesvara.
a.b Interview (wawancara)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara
menggali informasi dari subjek penelitian. Wawancara ini dilakukan
dengan mengacu pada pada pedoman wawancara yang penulis buat.
8 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 186.
19
b. Metode Kepustakaan
Metode ini penulis lakukan dengan cara menggali dari buku-buku,
artikel-artikel dan catatan-catatan yang berkaitan dengan tema penelitian.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh
temuan-temuan hasil penelitian, dalam penelitian ini analisa data yang digunakan
adalah dengan metode deskriftif analisis. Maksudnya adalah analisis penelitian ini
didasarkan pada penggambaran secara objektif terhadap tema penelitian dengan
pendekatan kualitatif, datanya diperoleh melalui wawancara dan pengamatan
(observasi).
Adapun teknik penyusunan skripsi ini berdasarkan pada pedoman
penulisan, skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009. Penulis menggunakan dua metode ini agar dalam penulisan ini
mendapatkan data yang banyak dan objektif.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan skripsi ini ditunjukan untuk memberikan
gambaran secara garis besar yang akan penulis kemukakan dalam tiap-tiap bab
untuk mempermudah pembahasan. Oleh sebab itu, skripsi ini akan disusun dalam
empat bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
20
Bab ini berisi penjelasan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metodologi Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II VIHARA AVALOKITESVARA
Pada bab ini dijelaskan tentang Pengertian Vihara, Sejarah
berdirinya Vihara Avalokitesvara, Etika Masuk Vihara dan
Kegiatan Sosial Keagamaan dalam Vihara.
BAB III DEWI KWAN IM DAN AJARAN-AJARANNYA
Dalam bab ini berisi penjelasan tentang Sejarah Singkat Dewi
Kwan Im, Fungsi dan Tugas atau Peranan Dewi Kwan Im, Ajaran-
ajaran Dewi Kwan Im, Mantra Ta Pei Cou, dan Hari-hari Besar
Dewi Kwan Im.
BAB IV KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN
IM DAN APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENGANUTNYA
Pada Bab ini dijabarkan tentang Pandangan Umat Buddha terhadap
Dewi Kwan Im baik pandangan menurut Mahayana dan Hinayana
maupun umat Buddha sendiri, dan Aplikasi Ajaran-ajaran Dewi
Kwan Im dalam Kehidupan Sehari-hari kaitannya dengan
Hubungan Manusia dengan Dewa-Dewi, Hubungan Manusia
21
dengan Manusia, Hubungan Manusia dengan Mahkluk Gaib dan
Hubungan Manusia dengan Alam.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang Kesimpulan dari pembahasan penelitian, dan
Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
22
BAB II
VIHARA AVALOKITESVARA
A. Pengertian Vihara
Vihara Adalah tempat beribadah untuk umat Buddha. Pada awalnya
Vihara digunakan untuk tempat tinggal atau penginapan para bhikkhu dan
bhikkhuni. Akan tetapi pengertian Vihara telah berkembang menjadi:
Vihara adalah tempat melakukan segala macam bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi agama Buddha, serta tempat umat awam melakukan ibadah atau sembahyang menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara perorangan maupunpun berkelompok. Di dalam Vihara terdapat satu atau lebih ruangan untuk penempatan altar.9
Para penganut Buddha dapat datang ke Vihara untuk melakukan meditasi
ataupun membacakan parrita. Adapun manfaat dari membaca parrita tersebut,
yaitu kita dapat menenangkan pikiran manusia, karena di dalam parrita terdapat
bimbingan terhadap umat manusia khususnya umat Buddha untuk mengarahkan
pikiran mereka kearah yang lebih positif. Dan di dalam membaca parrita apabila
di renungkan artinya itu akan lebih menyentuh setiap orang yang membacanya.
Di dalam meditasi dan berdoa atau sembahyang di dalam Vihara kita harus
merasa nyaman, oleh karena itu dalam pembangunan atau bentuk vihara harus di
buat nyaman, dan ada pula dupa didalam Vihara berfungsi membuat harum
seluruh rungan Vihara sehingga para jemaat yang datang menjadi lebih nyaman.
Dupa ini pun menjadi salah satu ciri khas dari Vihara itu sendiri.
9 Suwarto. T, Buddha Dharrma Mahayana, Majelis Agama Buddha Indonesia. 1999, h. 908
23
B. Bagian-bagian dalam Vihara Avalokitesvara
Ada beberapa bagian di dalam Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe,
bagian-bagian di Vihara Avalokitesvara ini memiliki fungsi agar menambah
keimanan dan kenyamanan di dalam melakukan sembahyang di dalam vihara.
1. Ruang Bakti Sala atau Altar yang paling besar
Yaitu suatu bangunan induk dari Vihara atau arama yang digunakan untuk
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan, seperti upacara
kegamaan, hari-hari besar, pembacaan sutra, sembahyang, dan kegiatan
keagamaan lain-lainnya.
2. Ruang Meditasi
Ruang ini digunakan sebagai tempat bermditasi dan ruangan ini juga dapat
digunakan sebagai sekolah minggu atau kebaktian muda-mudi (jemaat yang masih
muda)
3. Kuti
Yaitu bangunan untuk tempat tinggal bhikkhu dan samanera. Bagian
bangunan ini terpisah dari uposatha. Pada awalnya satu kuti di tempati oleh satu
bhikkhu atau samanera, tetapi karena bertambahnya jumlah para bhikkhu, maka di
buatlah kuti yang lebih besar dengan beberapa bagian dan ruangan sehingga
tempat ini dapat di tempati oleh beberapa orang bhikkhu.
24
4. Pohon Bodhi
Pohon Bodhi dapat disebut juga dengan pohon kebijaksanaan ini
mengingatkan umat Buddha kepada pencapaian tingkat kebuddhaan dari pertapa
Gautama, setelah dicapainya kebuddhaan di bawah pohon tersebut yang telah
memberikan perlindungan dan perjuangannya dalam mencapai penerangan
sempurna. Umat Buddha yang mempunyai keyakinan dan rasa bakti akan
menyatakan rasa hormat dan sujudnya di bawah pohon Bodhi sama seperti di
depan altar Sang Buddha atau stupa.
Dalam Mahaparinibbana-sutta, Sang Buddha bersabda: “Siapa saja yang mengunjungi tempat suci peninggalan Sang Tathagata dengan membawa bunga, dupa, dan serbuk cendana, serta melakukan kebaktian, maka mereka akan bahagia untuk waktu yang lama.10
5. Perpustakaan
Perpustakaan adalah salah satu tempat yang sangat penting dalam
pembelajaran atau memperdalam ilmu agama dari buku-buku yang ada di dalam
perpustkaan itu. Maka dari itu perpustakaan di buat dan di tata dengan baik dan
nyaman agar minat membaca dan belajar lebih tinggi.
6. Altar Leluhur
Ruangan ini digunkan untuk menaruh abu leluhur dan digunakan saat
ritual atau penghormatan kepada leluhur atau Ulambana (pelimpahan jasa). Hal ini
dilakukan agar sebagai manusia yang masih hidup untuk selalu mengenang jasa
dari pada leluhur.
10 Bhikkhu subalaratano dan Samanera Uttamo, Puja, h.18
25
7. Stupa
Yaitu tempat menyimpan relic Sang Buddha atau para arahat, siswa Sang
Buddha. Abu jasmani Sang Buddha yang dipuja sebagai relic biasanya disimpan
di dalam stupa. Selain itu juga untuk menandai sebagai tempat bersejarah dalam
kehidupan Sang Buddha, dan untuk menghormati Sang Buddha.
C. Sejarah Vihara Avalokitesvara
Pendiri dari Vihara Avalokitesvara adalah bhikkhuni Y.A Mahatheri
Jinakumari yang lahir di Jambi pada tahun 1912 dan Keturunan Tiongkok. Ketika
umur 43 tahun, ia menjadi samaneri di Vihara Nagasena Pacet Puncak.
Belum sampai satu tahun, ia menjadi samaneri kemudian ia dibaptis
menjadi bhikkhuni. Upacara pembaptisannya dilaksanakan di Vihara Nagasena.
Semenjak menjadi bhikkhuni ia tidak boleh menemui suami dan anaknya, sejak
itu pula ia sudah berpisah dengan suaminya walaupun tidak dengan resmi, karena
dalam ajaran agama Buddha seorang bhikkhu atau bhikkhuni tidak boleh
menikah. Ia harus mengabdi sepenuhnya untuk agama dan meninggalkan hal-hal
yang bersifat keduniawian.
Ia meninggal pada tahun 1995, tepatnya ketika ia berumur 85 tahun, di
Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe karena sakit jantung. Sekarang tulang dan
abunya ada di Vihara Nagasena dan Vihara Avalokitesvara. Sebelum ia meninggal
ia bermimpi disemayamkan oleh orang yang memakai jubah hitam. Setelah itu
ketika bangun ia sembahyang dan pada kondisi sembahyang itulah ia meninggal.
26
Ia diberi tanah seluas 1000 m2 oleh bibinya di Pondok Labu untuk
dibangun vihara, tetapi karena letaknya kurang strategis kemudian ia pindah ke
Pondok Cabe yang sekarang ini diberi nama Vihara Avalokitesvara.
Pembangunan vihara ini 60% dari biaya pribadi dan 40% dari umat Buddha
lainnya. Sekarang luas Vihara Avalokitesvara bertambah menjadi 3000 m2.
Vihara ini diresmikan pada tanggal 6 Januari 1985. Terlaksananya peresmian ini
selain berkat Bhikkhuni Jinakumari yang mempunyai cita-cita yang tulus juga di
bantu oleh para umat Buddha yang lainnya memberikan dorongan baik itu berupa
materi maupun immateri.
Sebelum dibangun vihara, tempat ini merupakan tanah lapang yang
ditumbuhi oleh ilalang. Namun, karena letaknya yang cukup strategis, maka
kemudian didirikanlah vihara Avalokitesvara dengan tujuan agar umat Buddha
khususnya yang tinggal di wilayah Pondok Cabe dan sekitarnya dapat beribadah
secara berjamaah.
Vihara Avalokitasvara sekarang ini sudah lebih berkembang, terbukti
dengan didirikannya Vihara Dewi Kwan In di sebelah kanan Vihara
Avalokitesvara. Proses pembangunan Vihara Dewi Kwan Im ini memakan waktu
sekitar satu tahun dan diresmikan pada tanggal 17 Januari 2003
Tujuan didirikannya Vihara Dewi Kwan In ini adalah agar jemaah dapat
mengingat dan menghormati para Dewa, oleh karena itu di dalam vihara Dewi
Kwan Im ini terdapat beberapa patung dewa.
Vihara Avalokitesvara terletak di Jl. Cabe Raya Rt. 002/Rw. 09 Desa
Pondok Cabe Udik, Jakarta Selatan, lokasinya terletak di depan Universitas
27
Terbuka (UT). Luas Vihara ini adalah 3000 m2 dan terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:
a. Vihara Avalokitesvara luasnya 1500 m2 yang terdiri atas Ruang utama
(ruang untuk melakukan kebaktian), bagian kiri terdapat garasi, perpustakaan,
dan kantor, di lantai atas terdapat ruang belajar untuk anak-anak, bagian
kanan terdapat ruang perpustakaan dan kamar-kamar, dilantai atas terdapat
kamar untuk anak, dan di bagian belakang terdapat dapur.
b. Vihara Dewi Kwan Im, vihara ini merupakan bagian dari Vihara
Avalokitesvara dengan luas 1320 m2 dengan bagian-bagian: ruang inti yang
didalamnya terdapat patung-patung dewa yaitu; Dewa Pelindung Dharma,
Dewa Buddha Amitabha, dan Dewa Cinta Kasih. Bagian belakang terdapat
beberapa patung dewa lainnya yaitu, Dewa Rezeki, Dewa Tanah, Dewa
Langit, Dewa Bumi, dan Dewa Kwan Kong. Kesemua patung dewa-dewa
tersebut di tempatkan dalam ruang kotak yang berukuran 3x3 m2. Bagian luar
Vihara terdapat patung Dewa Empat Muka yang berasal dari Thailand,
maksud dari Empat Muka tersebut adalah mencakup Dewa Rezeki, Jodoh,
dan Dewa Keberuntungan.
D. Etika Masuk Vihara Avalokitesvara
Di dalam vihara ada beberapa etika atau aturan-aturan yang harus di
patuhi, aturan-aturan ini secara umum seluruh vihara itu sama, antara lain11:
1. Tata krama berpakaian
11 Tim Penyusun, Buku Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Berbasis Kompetensi SLTAKelas 2, Paramita, 2005. Hal 97-98
28
a. Mengenakan pakaian yang rapi, bersih dan sopan. Tidak menggunakan
busana ketat, rok mini, celana pendek, dan baju tanpa lengan.
b. Menanggalkan alas kaki, dan melepas tutup kepala sebelum memasuki
vihara.
2. Tata krama dalam pikiran
a. Memasuki halaman vihara dengan pikiran yang bersih.
b. Berusaha menjaga kesadaran, agar selama dalam vihara pikiran benar-
benar suci.
3. Tata krama dalam upacara
a. Saling memberi salam dengan bersikap anjali jika bertemu dengan
sesama umat Buddha.
b. Tidak berbicara yang tidak sopan dan kasar dalam vihara.
c. Menjaga keheningan dengan menghindari pembicaraan yang tidak
perlu, bicara keras, atau berteriak.
4. Tata krama dalam perbuatan
a. Setiba di vihara hendaknya langsung memasuki ruangan kebaktian
untuk bersujud di depan altar.
b. Menggunakan waktu untuk bermeditasi, ketika menunggu waktu
kebaktian dimulai. Dan meninggalkan ruang kebaktian dengan tanpa
bersuara.
c. Tidak membunuh, mencuri, berdua yang tidak sopan, dan minuman
keras/obat terlarang.
d. Tidak merokok di dalam vihara.
29
e. Tidak membawa senjata tajam, minuman keras, obat terlarang, serta
barang-barang yang dilarang lainnya.
5. Tata krama terhadap bhikkhu/bhikkhuni
a. Berdiri memberi penghormatan dengan ber-anjali dan sedikit
membungkuk jika bhikkhu/bhikkuni lewat dengan mengucapkan salam.
b. Memanggil bhikkhu dengan “Bhante”, dan memanggil bhikkuni
“Ayya”. Calon bhikkhu “Samanera” dan calon bhikkhuni “Samaneri”.
Panggilan “Sefu”/Suhu dapat digunakan terhadap bhikkhu/bhikkhuni,
yang merupakan seorang guru.
c. Berhenti sejenak bila berpapasan dengan anggota Sangha.
d. Bangun jika sedang duduk, dan memberikan tempat duduk di tempat
yang terbaik.
e. Duduk di tempat yang tidak lebih tinggi dari bhikkhu/bhikkhuni.
f. Konsultasi pribadi oleh umat yang berjenis kelamin berbeda dengan
bhikkhu/bhikkhuni seharusnya dilakukan di ruang terbuka, dan lain-
lain.
E. Kegiatan Sosial Keagamaan dalam Vihara Avalokitesvara
Kegiatan sosial keagamaan yang rutin diadakan di Vihara Avalokitesvara
adalah sebagai berikut12:
1. Kujungan ke panti sosial dan panti jompo bersama para jemaahnya.
12 Wawancara pribadi dengan Suhu bhadrasilo.
30
Hal ini mengajarkan kepada muda-mudi dan anak-anak bahwa masih ada
yang lebih di bawah perekonomiannya, fisiknya, dan lain-lain dari kita. Agar para
umatnya tidak menyia-nyiakan kesempatan saat masih kuat untuk selalu berbuat
baik.
2. Berdoa bersama kepada jemaah ataupun umat Buddha yang lain apabila sakit
ataupun meninggal.
Para Suhu atau Bhante di Vihara Avalokitesvara sering diminta untuk
berdoa di tempat umatnya yang telah meninggal atau pun sakit. Hal ini juga bisa
dijadikan pelajaran bagi para umatnya yang ikut dalam berdoa, bahwa fisik
manusia tidak selalu sehat.
3. Pembagian paket sembako sebanyak 500 paket yang dapat ditukarkan dengan
kupon yang telah dibagikan. Paket ini dibagikan kepada jemaah dan warga
sekitar atau tetangga Rt. 01 dan Rt. 07 yang agamanya Buddha maupun non-
Buddha.
Masih banyak saudara satu umat, maupun yang berbeda agama yang
membutuhkan bantuan atau pertolongan, sehingga Vihara Avalokitesvara ini
melakukan kegiatan sosial membagikan sembako kepada para umat dan tetangga
sekitar baik itu yang agamanya Buddha maupun non Buddha.
31
BAB III
DEWI KWAN IM DAN AJARAN-AJARANNYA
A. Sejarah Singkat Dewi Kwan Im
Nama Dewi Kwan Im itu berasal dari bahasa Cina, di setiap daerah atau
negara mempunyai sosok Dewi ini sendiri-sendiri dan cerita yang berbeda-beda
pula, dalam bahasa Jepang Dewi Kwan Im disebut Kannon' atau secara resmi
Kanzeon. Dalam bahasa Korea disebut Gwan-eum atau Gwanse-eum, dan dalam
bahasa Vietnam Quán Âm13 atau Quan Thế Âm Bồ Tát.
Agama Buddha yang berada di Indonesia lebih dominan condong kearah
timur (Cina) dan mereka lebih mengetahui tentang cerita atau sejarah Dewi Kwan
Im dari daratan Cina. Karena setelah runtuhnya kerajaan Sriwijaya, yaitu kerajaan
Buddha terbesar saat itu hancur, maka agama Buddha berkembang pesat di Cina
bukan di India lagi seperti pertama kalinya agama Buddha ini ada.
Dalam Sejarah hidupnya Dewi Kwan Im ini terbagi dari beberapa bagian,
yang pertama yaitu saat Dewi Kwan Im lahir menjadi seorang anak dari pemimpin
Negara yang sangat besar, sehingga ia tumbuh dewasa dan cantik. Akan tetapi ia
tidak mau menikah dengan pria manapun, ia ingin menjalani hidup dengan ajaran
Dewa untuk bersyukur dan berterimakasih kepada kedua orang tuanya. Sejarah ini
13 Ia dianggap Avalokitesvara dari Vietnam karena ia mampu melewati ketidakadilan dalam
hidupnya sampai ia meninggal dan orang-orang Vietnam menganggapnya Dewi Welas Asih
dari Vietnam (Quan Am Thi Kinh). Ceramah Dharma Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh,
Melampaui ketidakadilan dan Menuju tepian Tanpa Penderitaan.
32
berisi sampai Dewi Kwan Im Parrinibana14 atau meninggalnya Dewi Kwan Im
a. Lahirnya Puteri Miao Shan
Po Chia dari His Yu pemimpin Negeri Hsing Lin, ia ingin menguasai
negeri yang dipimpin oleh Kaisar Tu Hao, maka terjadilah peperangan yang
banyak memakan korban jiwa dari kedua belah pihak. Kemenangan tersebut
direbut oleh Po Chia, negeri tersebut berganti nama menjadi Hsing Lin dan Po
Chia memberi gelar untuk dirinya Raja Miao Chuan. Kemudaian Raja Miao
Chuan menikah dengan Po Ya, setelah menikah ia diberi gelar Permaisuri Pao Te.
Setelah lama menikah mereka belum dikarunia keturunan. Pada suatu hari
permaisuri mengajak raja untuk berdoa ke Gunung Huan Shan, menurut orang-
orang dewa yang tinggal di gunung ini sangat baik. Kemudian raja dan
permaisurinya pergi sembahyang di Hua Shan.
Dewa Hua Shan yang murah hati ini mengetahui kekejaman Mioa Chuang
saat peperangan. Karena itulah Dewa Hua Shan tidak ingin mengabulkan doanya.
Ketulusan doa raja dan permaisuri maka Dewa Hua Shan mempertimbangkannya.
Kemudian Dewa Hua Shan memerintahkan Chien Li Yen (si Mata Yang Bisa
Melihat 1000 li jauhnya) dan Shung Feng Erl (si Telinga Angin Baik) untuk
mencari tahu apakah ada orang yang baik akan lahir ke dunia. Di India tepatnya di
Gunung Chiu Ling Shan, di Desa Chih Hua Yuan. Ada tiga pemuda yaitu Shih
Wen, Shih Chen, dan Shih Shan, nenek moyang mereka adalah orang yang patuh
dan taat pada ajaran Buddha.
14 Parinibbana terdiri dari kata pari dan nibbana. Arti pari adalah sempurna, komplit, tuntas, amat sangat, sedangkan arti nibbana adalah padamnya api, lenyapnya lobha, dosa dan moha, selamt, pembebasan, keserasian, kedamaian. Jadi, dalam pengertian umum parinibbana adalah pembebasan sempurna atau kebebasan sempurna. Dalam kaitannya dengan Buddha Dhamma, parinibbana artinya kebebasan mutlak dari kelahiran dan kematian.
33
Diperbatasan India dan Tiongkok ada seorang kepala perampok yang
kejam bernama Wang Che, ia dikejar oleh tentara. Wang Che dan gerombolannya
melarikan diri sehingga mereka kelapararan, kehausan, dan membutuhkan tempat
berlindung. Wang Che berhenti di rumah Shih Wen yang tinggal bersama adik-
adiknya, lalu Wan Chen meminta tolong pada keluarga itu, Shih Wen mengetahui
kejahatannya maka Wen Chen diusir. Wan Chen merampas makanan, setelah itu
ia pergi kerumah hartawan Tai ia mengamuk dan membunuh orang-orang yang
ada di sana serta merampas harta dan rumah itu dibakar.
Saat kejadian tersebut Malaikat Tu’ti (Touw Tee Kong) melihatnya,
kemudian ia langsung melapor Raja Langit. Menurut Raja Langit keluarga Shih
adalah penyebab kejadian tersebut karena tidak menolong Wan Chen. Raja Langit
memerintahkan memenjarakan roh keluarga Shih setelah mereka meninggal.
Petugas langit yang membawa roh keluarga Shih bertemu dengan Dewa
Hua Shan, kemudian ia menceritakan tentang Miao Chuang. Prajurit langit
memberikan saran kepada Dewa Hua Shan untuk meminta kepada Giok Hong
Siang Tee agar mengampuni dan melepaskan keluarga Shih dan roh-roh mereka di
turunkan kedalam rahim Ratu Pao Te.
Giok Hong Siang Te memenuhi permintaannya, akan tetapi keluarga Shih
tersebut dirubah menjadi perempuan agar bisa menebus dosanya. Akhirnya
selama tiga tahun berturut-turut Permaisuri Pao Te mendapat keturunan anak
perempuan.
Anak pertama Miao Ching, anak kedua Miao Yin, anak yang ketiga adalah
Miao Shan. mereka sangat cantik, akan tetapi Miao Shan lebih cerdas dan tingkah
34
lakunya pun sopan dan halus. Puteri Miao Shan pun senang mempelajari kitab-
kitab Buddha sehingga dia lebih bijaksana dan senang berbuat baik. Ketika
dewasa Miao Shan sudah memiliki cita-cita yang suci, yaitu ingin mencapai
kesempurnaan.
Untuk melanjutkan tahta kerajaannya Raja Miao Chuang menjodohkan
puteri-puterinya. Miao Ching dijodohkan dengan pejabat sipil yang bernama Chao
Kuei alias Te Ta. Miao Yin mendapatkan jodoh perwira militer yang lulus dengan
mendapat pujian tinggi dalam bidang perang, yang bernama Ho Fen alias Ch’so.
Hanya Miao Shan saja yang memutuskan untuk tidak menikah.
Mendengar keinginan Miao Shan ayahnya marah, karena takut durhaka
kepada orang tua ia ingin menikah, akan tetapi dengan seorang tabib. karena ia
ingin menyembuhkan manusia dari berbagai macam penyakit. Dengan cara inilah
ia dapat meneruskan keinginannya menjadi seorang bhikkuni. Kemudian raja
marah, sehingga ia melepaskan baju kerajaan Miao Shan dan mengasingkannya,
akan tetapi Mio Shan merasa senang.
b. Cobaan Miao Shan Menjadi Bhikkuni
Puteri Miao Shan mengetahui di Yu Chou, tepatnya di Liong Lung Shu
Hsien ada sebuah biara yang bernama Biara burung Putih (Pe Chiao Chan Su). Di
sana tinggal para bhikuni (niko) dan Miao Shan ingin pergi kesana.
Lalu raja mengetahuinya dan mengijinkan Miao Shan untuk pergi ke
Vhiara Burung Putih, akan tetapi sebelumnya sudah ada utusan raja agar memaksa
pimpinan biara menolak dengan alasan apapun.
35
Vihara ini dipimpin oleh bhikkuni yang bernama I Yu. Setibanya di Vihara
Burung Putih, Puteri Miao Shan meminta izin kepada ketua vihara, karena
ketulusan hatinya sehingga mereka tak tega mengusirnya maka ia dijinkan masuk.
Lalu I Yu, memperkerjakan Puteri Mioa Shan di dapur untuk menyiapkan
makan untuk para bhikkuni, apabila tidak memuaskan maka Puteri Miao Shan
berhak kita usir dari vihara, dengan gembira Puteri Miao Shan menerimanya.
Giok Hong Siang Tee (Raja Langit) terharu melihat kegigihan Miao Shan,
lalu Raja Langit memanggil para dewa dan roh-roh halus untuk membantu Miao
Shan menyelesaikan tugas-tugas beratnya.
Akhirnya I Yu memerintahkan Chen Chen Chan datang ke Kerajaan untuk
melapor kepada Raja Miao Chuang atas apa yang telah terjadi di vihara, agar raja
sendiri yang membawanya pulang.
Kemudian raja memanggil salah seorang perwira istana bernama Hu Pi Li
dengan pasukannya untuk membakar Vihara Burung Putih. Para bhikkhuni di
Vihara kaget melihat pasukan dari istana mengepung dan ingin membakarnya.
Lalu salah satu niko menemui Puteri Miao Shan, ia menyalahkan puteri bahwa
ialah penyebab kejadian ini. Lalu Puteri Miao Shan berlutut menengadah kelangit
berdoa kepada Buddha. Seketika langit mendung dan hujan besar.
Hu Pi Li kembali ke istana untuk melapor, dengan marah Raja Miao
Chuang memerintahkan Hu Pi Li untuk kembali lagi ke vihara untuk mengikat
Puteri Miao Shan dan memenggal kepalanya di tempat itu juga.
Saat itu Tu-ti mendengarnya dan langsung melapor Kerajaan Langit.
Kemudian Tu-ti menceritakannya, Kaisar Langit langsung memerintahkan Tu-ti
36
mengagalkannya, dan apabila Miao Shan meninggal, buatlah ia tidak merasakan
sakit dan jasadnya harus utuh.
Hari eksekusipun tiba, lalu Tu-ti menjalankan perintah. Golok yang
digunakan untuk menebas patah, akhirnya raja memutuskan mencekiknya dengan
kain hingga meninggal. Setelah meninggal roh puteri melayang-layang lalu
muncul seorang utusan dari Yen Wang (Raja Akherat), kemudian puteri diajak
berjalan ke neraka. Sesampainya di neraka puteri disambut oleh dewa, mereka
menyukai puteri apabila sedang berdoa.
Saat puteri ingin membacakan doa untuk para dewa, ia meminta agar
semua tahanan di neraka dilepaskan agar dapat mendegarkan doanya juga.
Kemudian dewa melepaskan semua tahanan, lalu puteri membacakan doa. Saat
membacakan doa tiba-tiba neraka berubah menjadi nyaman layaknya surga dan
semua alat hukuman hilang berubah menjadi bunga teratai.
c. Perjalanan Miao Shan ke Vihara Tu Ti Pa Kung
Sejak kedatangan Puteri Miao Shan ke akherat semuanya menjadi kacau,
tidak ada lagi neraka yang panas dan tempat penghukuman. Kemudian Pan Kuan
(seorang dewa yang mencatat umur manusia) meceritakan kejadian ini ke Yen
Wang (Raja Akherat). Akhirnya roh Puteri Miao Shan diantarkan lagi kejasadnya.
Saat Puteri Miao Shan sendirian tiba-tiba Buddha mucul dihadapannya,
Buddha menyuruhnya pergi ke Hsiang Shan, disana ada sebuah vihara letaknya
ada di tengah lautan di pulau Pu To San. Karena jaraknya sangat jauh lalu ia
diberi buah Sian-to yang berkhasiat tidak lapar, tidak haus, tidak tua ataupun mati.
37
Di Hsiang Shan ia telah melewati segala cobaan sehingga ia telah
mencapai kesempurnaan sejati. Ti Tsang Wang Posat (Ksitigarbha Bodhisatva) ke
Hsiang Shan. Akhirnya sekarang Puteri Miao Shan telah menjadi Ratu dari 3000
Bodhisatva dan dari semua manusia di muka bumi. Tu-ti Pa Kung (Dewa Bumi)
pada tanggal 19 bulan Imlek akan melantik Puteri Miao Shan ke atas tahta
kesuciannya, supaya manusia diseluruh dunia bisa menerima kebijaksanaan,
kebaikan dan keselamatan serta kemurahan hatinya.
Hari itu Miao Shan diminta duduk di atas Bunga Teratai, ia dinobatkan
sebagai Raja Langit dan Bumi. Miao Shan selalu sendiri di Hsiang Shan, ia
diperbolehkan mencari anak lelaki dan anak permpuan untuk menemaninya di
Vihara Tu Ti Pa Kung.
d. Dua Pendamnping Miao Shan
Tu-ti Pa Kung (Dewa Bumi) mendapatkan tugas untuk mencari anak laki-
laki dan perempuan, ia melihat seorang biksu kecil bernama Shan Tsai. Pada suatu
hari Puteri Miao Shan menguji keteguhan hati Shan Tsai, dengan Puteri Miao
Shan menjadi korban perampokan.
Saat para perampok mengerjar Puteri Miao Shan, ia lari ke atas Gunung Ta
Hua Shan. Shan Tsi yang sedang meditasi pun terganggu, lalu Shan Tsai melihat
dan ingin menolongnya. Setibanya ditepi jurang Puteri Miao Shan akhirnya
melompat, tanpa pikir panjang Shan Tsai pun ikut melompat untuk
menyelamatkannya. Saat terbangun dan menangis karena kasihan pada Puteri
Miao Shan, Shan Tsai baru menyadarinnya kalau ia sudah meninggal. Mulai saat
38
itu Shan Tsai berdoa selalu disamping Puteri Miao Shan.
Puteri Miao Shan melihat Putera Raja Naga Laut Selatan sedang berenang
menjadi ikan besar, karena kurang hati-hati ia terkena jaring nelayang, lalu dibawa
ikan hasil tangkapannya itu ke pasar. Puteri Miao Shan memerintahkan Shan Tsai
untuk menyamar dan membeli ikan tersebut kemudian dilepaskan di Pulau Tu To.
Setibanya di rumah dan bertemu ayahnya ia menceritakan kebaikan Puteri
Miao Shan. Untuk membalas budi Puteri maka raja memberikan mutiara terbaik
untuk dihadiahkan kepada puteri. Lalu Putera Naga Laut Selatan memerintahkan
adiknya (Liong Nio) untuk memberikan hadiahnya kepada Puteri Miao Shan.
Liong Nio amat terkesan sewaktu melihat Miao Shan Sehingga ia
memohon agar bias menjadi pendampingnya juga. Miao Shan Terus menolong
makhluk lain dengan menangguhkan Nirvana nya sendiri.15
e. Bakti Miao Shan Terhadap Ayahnya
Buddha Che Lan meminta pada Yu Huang agar memberinya hukuman
yang setimpal dengan dosa-dosa Raja Miao Chuang. Karena belum saatnya Raja
Miao Chuang meninggal maka Kaisar Langit memanggil Dewa Penyakit untuk
memberikan Raja Miao Chuang penyakit bisul-bisul disekujur tubuhnya dan tidak
ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya kecuali anaknya sendiri yaitu Puteri
Miao Shan.
Bisul-bisul itu datang pada Raja Miao Chuang di seluruh bagian tubuhnya.
Kedua Puterinya dan suami-suaminya tidak memperdulikan keadaan ayahnya 15 Gambaran ini biasa Muncul di bentuk-bentuk Dewi Kwan Im yang duduk bermeditasi di atas
Bunga Teratai dengan Lion Nio dan Shan Tsai di sebelah kanan dan kiri Dewi Kwan Im. Majalah, Kwan Im Po Sat Avalokitesvara Bhodisatva. Hal 2
39
yang sedang sakit, mereka setiap hari hanya berfoya-foya dan bersenang-senang
saja.
Karena raja tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya, maka ia mengeluarkan
pengumuman siapa saja yang dapat menyembuhkan penyakitnya maka orang itu
akan diangkat untuk menggantikannya.
Puteri Miao Shan mengetahui ayahnya sedang sakit, karena ke welas
asihnnya maka pergi menolong ayahnya dengan menyamar menjadi tabib.
Sesampainya di depan kamar ayahnya, lalu ia masuk untuk memeriksa penyakit
ayahnya. Saat memeriksanya menurut ia penyakitnya memang luar biasa, tetapi
untuk menyembuhkannya tidak terlalu sulit. “akan tetapi mencari obatnya
sungguh sulit”. Raja merasa dipermainkan maka tabib itu diusir.
Pada malam berikutnya Raja Miao Chuang bermimpi bahwa hanya tabib
itulah yang dapat menyembuhkannya. Lalu permaisuri memerintahkan kepada
pengawal kerjaan untuk membawa kembali pendeta tesebut, setelah tabib itu
berada dikerajaan, raja bertanya kepada tabib obat apa yang sangat sulit itu. Lalu
tabib itu menjawab obat itu adalah sepasang bola mata dan sepasang tangan
manusia yang masih hidup dicampur dengan ramuan dan kemudian dimasak dan
minyaknya dioleskan kepenyakit raja.
Raja bingung karena mana ada orang yang mau mengorbankan bagian
tubuhnya untuknya. Lalu Puteri Miao Shan menjawab ada, raja harus mengirim
orang kepercayaan kerajaan yang taat pada peraturan Buddha untuk pergi ke
Hsiang Shan.
Jarak yang harus ditempuh sangat jauh dan merekapun harus berpantangan
40
menjadi vegetarian untuk sampai ke Hsiang Shan. Kemudian raja memerintahkan
Chao Chen dan Liu Chin untuk pergi ke Hsiang Shan. Karena raja takut
dipermainkan oleh pendeta tersebut, memenjarakan pendeta sampai kedua
pengawal kerajaan yang pergi ke Hsiang Shan telah kembali.
Akhirnya utusan Raja Miao Chuang telah tiba di vihara. Lalu mereka
bertemu dengan Shan Tsai, kemudian mereka diantar menemui Puteri Miao Shan.
Lalu kedua orang utusan istana tersebut membacakan pesan yang disampaikan
oleh raja. Setelah mendengarkan isi surat dari raja, lalu Puteri Miao Shan
memberikan pisau untuk mengambil mata dan tangannya.
Setelah kembali kedua utusan kerjaan ini memberikan mata dan tangan
yang mereka bawa, kemudian diracik oleh tabib dan obat tersebut dioleskan
kebagian tubuh raja yang terkena bisul. Dalam seketika bisul-bisulnya dan rasa
sakitnya hilang.
Saat raja ingin menyampaikan janjinya, pendeta itu berkata dengan lantang
bahwa dirinya hanya seorang tabib miskin yang telah meninggalkan kesenangan
duniawi. Ia hanya berpesan kepada raja untuk menjadi raja yang baik, adil,
bijaksana, jujur, dan setia kepada semua rakyat-rakyatnya. Lalu dari atas
munculah awan dan dinaiki oleh pendeta tersebut. Perlahan-lahan pendeta tersebut
pergi.
Saat ia pergi ada selembar surat jatuh dan kemudian dibacakan dihadapan
raja “Aku adalah seorang guru-guru dari belahan Barat (India). Kedatanganku
untuk menyembuhkan penyakit Raja Miao Chuang. Aku pun mengajarkan
Pelajaran Kebenaran Sejati bagi umat manusia!”
41
Setelah itu Raja Miao Chuang bertanya kepada utusannya yang pergi
mengambil tangan dan mata. Lalu prajurit yang pergi tersebut mengatakan
wajahnya mirip Puteri Miao Shan. Raja baru menyadari bahwa hanya anak sendiri
yang rela berkorban untuk orang tuanya.
Raja, permaisuri dan kedua kakak Miao Shan beniat pergi ke Hsiang Shan
untuk menemui Puteri Miao Shan. Namun saat ditengah perjalanan Raja Miao
Chuang dan permaisuri ditawan oleh Singa Hijau dan Gajah Putih, lalu para dewa
membantu Raja Miao Chuang dan permaisurinya.
Setelah terbebas mereka berdua langsung menemuinya, Puteri Miao Shan
yang duduk di atas altarnya dengan bentuk yang menyeramkan dengan bentuk
tanpa mata dan tangan.
Setelah beberapa hari Raja Miao Chuang kembali ke kota untuk
mengumumkan penggantinya sebagai raja. Chao Chen adalah nama yang disebut
sebagai pengganti raja, karena ia adalah seorang pedana menteri yang bijaksana
dan setia. Lalu Miao Chuang tinggal di Hsiang Shan di samping puterinya untuk
menjalani kehidupan suci.
f. Miao Shan Mendapat Gelar Menjadi Bodhisatva Dewi Kwan Im
(Avalokitesvara)
Malaikat penjaga yang sedang melakukan kewajibannya pada hari itu
mengabarkan kedatangan utusan dari Yu Huang yaitu Ta Pei Chin Hsing.
Kemudian utusan itu segera membacakan firman Thian (Tuhan) Kaisar Langit di
42
depan Miao Shan.16
Miao Shan mendapat gelar Bodhisatva yang Welas Asih, yang selalu
menolong umat manusia, Miao Shan berdiri di atas bunga teratai yang agung.
Miao Ching mendapat gelar Bodhisatva yang Amat Bijak dan Kecantikan
Yang Sempurna, ia menunggangi Siluman Singa Hijau. Miao Yin mendaat gelar
Bodhisatva yang Amat Bijaksana dan Kegemilanagan yang Sempurna, ia
menunggangi Siluman Gajah Putih.
Ayahnya Miao Shan, Miao Chuang diangkat menjadi Po Sat yang bisa
Menenangkan Kebajikan Pemeriksaan Manusia. Ibunya Pao Te mendapatkan
gelar Po Sat (Bodhisatva) Selaksa Kebajikan.
Shan Tsai diberi gelar Pemuda Emas dan Lung Nu diberi gelar Gadis Batu
Yu.
B. Fungsi dan Tugas Atau Peranan Dewi Kwan Im di Dunia
Dewi Kwan Im adalah seorang Bodhisatva, Setiap manusia yang ingin
mencapai tingkatan paling sempurna (Buddha) pasti menjadi Bodhisatva dahulu.
Kemudian perkumpulan Buddha rundingkan atau didiskusikan, apakah orang
tersebut sudah saatnya menjadi Buddha atau belum. Setelah itu apabila orang
tersebut mau, maka orang tersebut lahir kembali ke bumi menjadi manusia, inilah
ujian terakhirnya.
16 Sasana, Riwayat Hidup Avalokitesvara Bodhisatva (Kwan Im Po Sat), Sasana, Jakarta, 1997.
Hal. 84.
43
Dewi Kwan Im memutuskan menjadi seorang Bodhisatva walaupun ia
telah mencapai kesempurnaan dan mendapat kesempatan untuk menjadi seorang
Buddha, hal ini ia lakukan karena saat Dewi Kwan Im terbang menuju ke langit
untuk menjadi Buddha ia masih mendengar tangisan dan jeritan dari manusia.
Menurutnya masih banyak manusia yang harus ditolong dari segala penderitaan,
kesengsaraan, kesusahan, dan segala penderitaan-penderitaan yang lain. Dewi
Kwan Im akan menolong dan membantu semua manusia untuk terlepas dari
segala penderitaan dan mencapai kesempurnaan.
Dalam gambaran yang sering dilihat atau bentuk-bentuk penampakan
Dewi Kwan Im dengan Seribu Tangan dan Seribu Mata itu mempunyai makna,
bahwa tangan yang banyak ini bisa menolong orang dimana pun mereka berada,
dan matanya bisa melihat orang-orang yang menderita walaupun di tempat yang
gelap sekalipun.17
Oleh karena itu Dewi Kwan Im lebih memilih kembali ke dunia untuk
menjadi Bodhisatva dimana Dewi Kwan Im mempunyai ikrar atau tekad yang
kuat untuk menyelamatkan manusia dari segala penderitaan di dunia. Sehingga
seluruh makhluk akan terselamatkan dari penderitaan dan mencapai
kesempurnaan bersama-sama. Karena pada intinya semua manusia memiliki satu
tujuan hidup, yaitu adalah kebahagiaan yang sempurna.
Jadi tugas atau peranan Dewi Kwan Im di dunia adalah untuk mengajak
dan menjaga umat manusia untuk melepas penderitaan dan mencapai
17 Dari kesaksian atau pengalaman spiritual umat Buddha yang melihat penampakan Dewi Kwan
Im dengan Seribu Tangan dan Seribu Mata. Majalah Sinar Dharma, Edisi 06 : Ahada 2548
BE/2004. Hal 16
44
kesempurnaan kepada siapa saja yang percaya, yakin, dan taat kepada ajarannya,
maka sang Dewi Kwan Im akan membatu melepaskan diri dari penderitaan dan
kesengsaraan.
C. Ajaran-ajaran Dewi Kwan Im
Adapun ajaran welas asih dari Avalokitesvara Kwan Im Po Sat yang harus
diingat dan dilaksanakan oleh para penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Di
bawah ini adalah ajaran-ajaran Dewi Kwan Im yang saya kutip dari buku A.
Mulyono, Tutunan Baik dan Kebenaran dari Avalokitesvara (Dewi Kwan Im),
Departemen Agama, Jakarta, 1987.
1. Jika orang lain bikin susah, anggaplah itu suatu tumpukan rejeki.
Contohnya bila seseorang sedang membutuhkan pertolongan dan
kemudian orang lain mempersulit jalannya untuk menyelesaikan masalah.
Anggaplah itu sebagai tumpukan rejeki.
2. Mulai hari ini belajarlah setiap hari untuk menyenangkan hati orang lain.
Belajarlah menyenangi atau membahagiakan orang lain setiap hari dengan
cara melayani apa yang mereka butuhkan, menolong, menghibur, dan lain-
lain.
3. Jika kau merasakan pahit dalam hidupmu dengan sesuatu tujuan, itulah
bahagia.
Mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi walaupun tujuan yang sudah
direncanakan itu tidak berhasil.
4. Lari-larilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
45
Persiapkanlah diri untuk datangnya hari esok, berusahalah di hari ini
semampunya untuk bekal di hari esok.
5. Setiap hari kau sudah harus merasa puas dengan apa yang kau miliki.
Merasa puaslah terhadap apa yang sudah dimiliki sekarang, dan
bersyukurlah kepada Yang Maha Kuasa atas semua pemberian-Nya.
6. Setiap kali ada orang yang memberimu satu, harus mengembalikannya 10
kali lipat.
Balaslah kebaikan seseorang terhadapmu dengan kebaikan yang lebih
besar dari pada orang lain berikan.
7. Nilailah kebaikan orang lain terhadapmu, tetapi hapuslah semua jasa yang
kau berikan kepada orang lain.
Apabila kamu berbuat baik maka janganlah kamu mengahapkan pamrih
atau imbalan dari orang tersebut ataupun mengingat-ingat kebaikan yang
telah kamu lakukan, akan tetapi berilah sesuatu atau balaslah perbuatan
baik yang orang lain perbuat untuk kita.
8. Dalam keadaan benar kau difitnah, dipersalahkan dan dihukum kau akan
mendapat pahala.
Bersabarlah kamu apabila berada di posisi benar, tetapi kamu malah di
salahkan, difitnah, dan bahkan sampai dihukum. Niscaya kamu akan
mendapatkan pahala dari-Nya.
9. Dalam keadaan salah kau dipuji dan kau dibenarkan itu merupakan
hukuman.
46
Takutlah kamu apabila dipuji dan di benarkan oleh orang lain padahal
kamu berada pada posisi salah, karena itu adalah hukuman.
10. Orang yang benar kita bela, tetapi orang yang salah kita nasehati.
Belalah orang yang berbuat benar dan nasehatilah kepada orang telah
melakukan kesalahan.
11. Jika perbuatanmu benar kau difitnah dan kau dipersalahkan tetapi kau
menerimanya, maka akan datang rejekimu berlimpah-ruah.
Jika kamu melakukan perbuatan yang benar tetapi kamu difitnah dan di
persalahkan, kemudian kamu menerimanya dengan ikhlas, maka kamu
akan mendapatkan rejeki yang melimpah-ruah.
12. Tidak mau selalu melihat kesalahan orang lain, tetapi selalu menyoroti diri
sendiri itulah kebenaran.
Lebih baik kamu melihat atau mengkoreksi atau mengintrospeksi diri
sendiri dari pada kamu terus menerus mencari-cari kesalahan yang orang
lain perbuat.
13. Orang yang baik diajak bergaul, tetapi yang jahat dikasihi.
Bertemanlah dengan orang yang baik, akan tetapi janganlah kamu
memusuhi orang yang jahat, kasihi atau sayangi mereka yang jahat itu
lebih baik dari pada memusuhinya.
14. Kalau wajahmu murung, sedih, dan tegang janganlah dekat aku dan datang
di istanaku.
47
Janganlah kamu meminta atau berdoa kepada Dewi Kwan Im apabila
dengan wajah murung, sedih dan tegang, karena itu tandanya kamu tidak
mensyukuri nikmat-Nya.
15. Kalau wajahmu senyum, hatimu senang, maka kau akan kuterima.
Datanglah dengan wajah yang senyum dan hatimu senang untuk berdoa
dan meminta kepada Dewi Kwan Im, karena itu tandanya kamu bersyukur
dengan apapun yang telah diberikan-Nya.
16. Dua orang asing mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu
akan bersahabat sepanjang masa.
Apabila ada orang yang bertikai atau bermusuhan dan kemudian mereka
berdua telah mengakui kesalahannya masing-masing maka mereka berdua
akan menjadi teman sejati sepanjang masa.
17. Saling salah-menyalahkan, maka mereka akan putus hubungan.
Dan apabila kedua belah pihak tetap saling menyalahkan, maka meraka
akan putus hubungan sepanjang masa.
18. Kalau kau rela menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan
sampai diketahui kau sebagai penolongnya.
Tolonglah orang yang berada di dalam keadaan yang susah, janganlah
sampai orang itu tahu bahwa kamulah yang telah menolongnya.
19. Jangan mengucapkan kejelekan orang di belakangnya sedikitpun, sebab
kau akan dinilai jelek oleh si pendengarnya,
48
Contohnya apabila kamu menceritakan kepada seseorang tentang
keburukan orang lain, maka orang yang mendengarkan kamu itu akan
menilai jelek kepadamu.
20. Kalau kau tahu orang itu berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan
kata-kata yang lemah lembut hingga orang itu menjadi lebih insyaf.
Tegurlah orang yang telah berbuat salah dengan kata-kata yang lemah-
lembut agar orang itu segera insyaf, karena apabila kita lawan dengan cara
yang keras maka akan memperkeruh keadaan.
21. Sembah doamu akan kuterima, apabila kau bisa sabar dan menuruti
jalanku.
Jadilah orang yang sabar dan teguh dalam menjalankan setiap ajaran-
ajaran Dewi Kwan Im, karena Dewi Kwan Im akan mendengar dan
menerima segala doa hanya kepada orang yang sabar dan teguh dalam
menjalankan ajaran-ajaran-Nya.
D. Mantra Ta Pei Cou
Mantera Ta Pei Cou itu berisi dari 84 kalimat atau puja-pujaan dari bahasa
mandarin atau Cina, Sangsekerta, dan Pali. Isinya adalah pujaan-pujaan terhadap
Dewa maupun Bodhisatva yang lainnya. Mantera ini biasa dibaca oleh umat
Buddha Mayahana, karena umat Buddha Mahayana meyakini dan memuja Dewi
Kwan Im.
Karena pada perkembangan Agama Buddha itu ke daerah Timur atau
Tiong Kok atau Cina, maka Mantera Ta Pei Cou itu berbahasa Mandarim.
49
Mantera Ta Pei Cou memiliki manfaat bagi yang membacanya, apabila
ada seseorang yang menderita sakit lalu bacalah mantra Ta Pei Cou maka orang
itu akan sembuh, Apabila Seseorang sedang berdagang lalu orang tersebut
membaca mantera Ta Pei Cou maka dagangan orang tersebut akan lancar seperti
yang diinginkan. Bahkan mantera ini bisa digunakan saat pemberkahan rumah.
Namun orang yang membaca mantera ini harus yakin, percaya dan
memuja atau menjalankan semua ajaran-ajaran Dewi Kwan Im. Contohnya orang
itu harus menjadi vegetarian atau hanya memakan sayur-sayuran, tidak memakan
daging.
Isi Manta Ta Pei Cou atau Mantra Welas Asih, sebagai berikut:
NA MO PEN SHE SE’ CIA MOU NI FO Terpujilah Guru Agung Sakyamuni Buddha NA MO TA PEI KWAN SHE YIN PHU SA Terpujilah yang Maha Welas Asih Avalokitesvara Bhodisatva NA MO CIE LAN SHEN CUNG PHU SA Terpujilah Sangharma Bodhisatva/Pengawal Dharma NA MO HE LA TA NA TO LA YE YE, Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna, NA MO A LI YE PO LU CIE TI SUO PU LA YE, Dengan penuh sujud aku berlindung kepada yang Maha Sempurna, PHU TI SA TO PO YE MO HE SA TO PO YE Makhluk yang telah mencapai pencerahan Bodhi MO HE CIA LU NI CIA YE, Makhluk Agung Maha Welas Asih, AUM SA PO LA FA YI SU TA NA TA SIE, Aum Beliau yang mempunyai kekuatan kesempurnaan Dharma, NA MO SI CI LI TO YI MENG A LI YE Dengan sepenuh hati dan sujud aku berlindung kepadaMu PO LU CIE TI SE FO LA LING TO PO, Sumber segala kesucian, NA MO NA LA CIN CE Setulus hati aku bersujud pada Mu SI LI MO HE PU TUO SA MI, Cahaya kebaikan agung yang tiada batas, SA PHO AH THA TOU SU PHENG OH SE YIN Para Buddha sayup-sayup merasakannya
50
SA PO SA TO NA MO PO SA TO Yang memiliki semua kemuliaan kebahagian kemakmuran tak terkalahkan NA MO PO CIA MO FA THE TOU Sumber berkah semua makhluk di seluruh penjuru alam TA CHE TA AUM AH PO LU CI LU CIA TI Aum beliau yang mendengarkan suara dunia mengatasi segala rintangan karma CIA LO TI, YI SI LI MOHO PHU THI SA TO Aku akan menjalankan ajaranMu sampai tercapainya pencerahan SA PO SA PO MO LA MO LA, Member yang baik untuk semuanya di dalam berkah dan kebijaksanaan Mu, MO SI MO SI LI THO YIN CHI LU CHI LU Inti ketenangan tak tehingga laksana Dharma melepaskan keterbatasan mengembangkan kemajuan pribadi dan menolong semua makhluk CHIE MENG, TU LU TU LU FA SE YE TI Berlatihlah atasi kelahiran dan kematian raih kemenangan Agung Gemilang MO HO FA SE YE TI, TO LA TO LA TI LI NI Bersatulah tenang jernih tajam berani pancarkan cahaya terang benderang SE FO LA YE, CE LA CE LA MO MO FA MO LA Gungcang-guncanglah bebaskan aku dari noda batin MU TI LI, YI SI YI SI SE NA SE NA Datang-datanglah dengar-dengarlah AH LA SEN FU LA SHE LI, Raja Dharma memutar arahan, FA SA FA SEN FO LA YA SE YE HU LU HU LU MO LA, Kabar gembira senyum suka cita terimalah Dharma menyatu dalam hati, HU LU HU LU SI LI SA LA SA LA Laksana Dharma tanpa timbul keraguan teguh tak tergoyahkan SI LI SI LI SU LU SU LU, Raih kemenangan tak terkalahkan bagaikan embun sejuk yang menyembuhkan, PU THI YE PU THI YE PU THO YE PU THO YE, Terang-teranglah batin sadar-sadarlah tercerahkan, MI TI LE YE NA LA CIN CE TI LI SE NI NA, Beliau yang Maha Welas Asih yang patut dipuja laksana pedang kebenaran yang kuat dan tajam, PHO YE MO NA SA PO HE, Kepada yang Sempurna Svaha SI THO YE SA PHO HE, Kepada yang Mulia Svaha MO HO SI THO YE SA PHO HE, Kepada yang Maha Gaib Svaha SI TO YU YI SE PO LA YE SA PHO HE, Beliau yang memiliki ketenangan gaib sempurna Svaha NA LA CIN CE SA PHO HE, MO LA NA LA Pelindung yang Maha Welas Asih Svaha, SA PHO HE, SI LA SEN A MU CU YE SA PHO HE, Beliau yang mampu mengatasi semua kesulitan Svaha yang berwajah singa
51
Svaha, SA PO MO HO AH SI THO YE SA PHO HE, Beliau yang memiliki Keajaiban Agung Svaha CE CI LA AH SI TO YE SA PHO HE, Beliau yang memiliki kegaiban Cakra Svaha, PHO TO MO CI SI THO YE SA PHO HE, Yang memegang bunga teratai Svaha NA LA CIN CE PU CIA LA YE SA PHO HE, Pelindung yang Welas Asih dan patut dipuja Svaha, MO PO LI SEN CIE LA YE SA PHO HE, Resi agung yang menjalani hidup suci Svaha, NA MO HE LA TA TA NA TO LA YE YE, Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna, NA MO AH LI YE PO LU CIE TI Dengan penuh sujud aku berlindung SUO PO LA YE SA PHO HE, Kepada yang Maha Sempurna Svaha, AUM SI THIEN TU MAN TO LA PHA TO YE Aum semoga mantra ini membuahkan kegaiban kesuksesan SA PHO HE Svaha18
E. Hari-hari Besar Dewi Kwan Im
Di dalam penghormatan terhadap Dewi Kwan Im, umat Buddha
melakukan beberapa upacara atau memperingati hari-hari besar Dewi Kwan Im
Po Sat. Ada tiga hari-hari besar Dewi Kwan Im Po sat, yaitu19:
a. Hari lahirnya Dewi Kwan Im Po Sat: Yi-gwee-kauw yang dilaksanakan pada
Imlek tanggal 19 bulan 2.
b. Hari Kwan Im Po Sat mendapat penerangan: Lak-gwee-cap-kauw yang
diperingati pada tanggal Imlek tanggal 19 bulan 6.
c. Hari dimana Dewi Kwan Im mencapai Nibana: Kau-gwee-cap-kauw yang di
rayakan pada tanggal Imlek tanggal 19 bulan 9.
18 Li Fo Chan Hui Wen Pa She Pa Fo, Kitab Kebhaktian Buddhist, Bandar Lampung, 2004. 19 Wawancara pribadi dengan Bhante Shanti
52
Di Dalam persembahan untuk Dewi Kwan Im ini tidaklah sulit dan hanya
sederhana saja, tetapi bagi yang mempunyai harta yang berlebih boleh dia rayakan
dengan besar-besaran. Tidak boleh membawa persembahan yang berunsur
makhluk hidup (daging), karena Dewi Kwan Im itu dikenal sebagai vegetarian.
Persembahan yang harus ada dalam persembahan hari-hari besar Dewi
Kwan Im adalah pelita atau lilin, bunga, buah-buahan. Persembahan ini adalah
sebagai pelajaran buat kita. Karena Setiap manusia akan mengalami fase
kehidupan dari kelahiran sampai dengan kematian. Sama halnya dengan lilin,
bunga, dan buah. Lilin dari terang benderang lalu meredup kemudian mati, bunga
yang cantik saat mekar atau berbunga lama-kelamaan akan layu dan mati, begitu
pula buah-buahan sekarang terlihat segar tapi setelah beberapa hari akan
membusuk dan mati.
Itu semua pelajaran bagi setiap manusia agar tidak menyia-nyiakan masa
muda, masa sehat, dan masa jayanya untuk tetap berbuat baik.
Ada pun Persembahan dari tradisi Cina yang masih dilakukan, akan tetapi
ini tidak wajib hukumnya. Buah-buahan, kue-kue, dan sayur-sayuran. Jenis buah-
buahan dan kue-kuean yang harus ada di dalam persembahan Dewi Kwan Im Po
Sat adalah:
1. Kue Khu (kue kura-kura) yang melambangkan panjang umur dan sehat.
2. Kue Wajik yang berbentuk gunungan yang lancip di ujungnya, karena bentuk
gunungan lancip pada itu melambangkan seorang pemimpin yang baik dan
bijaksana dalam mengambil keputusan.
3. Kue Mangkok, melambangkan kesejahteraan dan harta yang melimpah ruah.
53
4. Pisang, melambangkan semangat kerja yang luar biasa atau alat untuk
mencapai tujuan, karena bentuk pisang seperti perahu yang melambangkan
kita bisa mengarungi lautan dengan berlayar untuk mencapai tujuan.
5. Apel dalam bahasa Cina disebut Cinwo, yang berarti keselamatan.
6. Kue Naga melambangkan pengayoman, kue naga ini memiliki harapan kepada
umat manusia saling mengayomi dan saling sayang-menyayangi.
7. Bakpau, melambangkan bentuk kebahagian.
Di dalam tata cara penyembahan atau prayaan hari-hari besar Dewi Kwan
Im adalah membaca sutra Dewi Kwan Im (Shapdarmapundarika) setelah itu
mendengarkan ceramah dari pemuka agama. Shapdarmapundarika ini sudah
terdiri dari mantera Ta Pei Cou dan ajaran-ajaran Dhamma. Saat pemujaan di hari-
hari besar Dewi Kwan Im ini tidak ada perbedaan tata cara pemujaan antar pria,
wanita, maupun pemuka agama.20
20 Wawancara pribadi dengan Bhante Shanti.
54
BAB IV
KEYAKINAN UMAT BUDDHA TERHADAP DEWI KWAN IM DAN
APLIKASI AJARAN-AJARANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI PENGANUTNYA
A. Pandangan Umat Buddha Terhadap Dewi Kwan Im
Seluruh umat Buddha meyakini Dewi Maha Welas Asih, yaitu Dewi
Kwan Im atau Avalokitesvara itu sebagai Bodhisatva. Mereka yakin bahwa Dewi
Kwan Im ini membantu setiap manusia yang mengalami penderitaan atau
dhukkha.
Dukkha itu akan berhenti pada diri seseorang yang mengerti dan melihat, bukan pada diri seseorang yang tidak mengerti dan tidak melihat. Apakah yang dimengerti dan dilihat? Perhatian yang benar dan perhatian yang tidak benar. Bila seseorang tidak memperhatikan dengan benar, maka muncullah dukkha baru dan bertambahlah dukkha yang telah ada. Bila seseorang memperhatikan dengan benar, dukkha yang akan timbul dapat dihindari dan dukkha yang telah ada dapat dilenyapkan.21
Dewi Kwan Im membantu semua manusia untuk melepas manusia terlepas
dari penderitaan, akan tetapi itu semua tergantung dari manusianya sendiri mau
merubah karmanya menjadi karma baik ataupun menghilangkan dukkha yang
telah ada dan menghindari dukkha yang akan datang.
Bantuan yang Dewi berikan bisa secara langsung ataupun pelajaran.
Seperti jangan melihat orang dari wajahnya dan harta yang banyak tidaklah
penting. Ajaran ini berguna agar manusia mengurangi penderitaan.
Ada beberapa alasan mengapa sosok Dewi Kwan Im sangat dicintai oleh 21 Team Penerjemah Kitab Suci Agama Buddha, Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya 1, Departemen
Agama RI, 1993. Hal 3.
55
umat Buddha dan bahkan non Buddha pun ada yang mencintai sosoknya. Hal itu
dikarenakan dari cerita Dewi Kwan Im yang berkembang di Cina, sosok dewi
tersebut sangatlah sabar dalam segala cobaaan yang menghalangi niat baiknya
untuk mencapai kesempurnaan, namun setelah ia telah mencapai kesempurnaan
dan mendapat kesempatan untuk menjadi seorang Buddha, Dewi Kwan Im
menolaknya dan ingin tetap menjadi Bodhisatva.
Setelah melihat perjuangan dia untuk mencapai kesempurnaan untuk
menjadi Buddha dan ia tetap memilih untuk menjadi Bodhisatva, inilah kasih
sayang Dewi Kwan Im terhadap umat manusia sehingga para umat Buddha
mengidolakn sosok Dewi Kwan Im tersebut diantara Bodhisatva-bodhisatva yang
ada.
a. Aliran Besar dalam Agama Buddha
Dalam agama Buddha ada dua aliran besar, yakni Theravada atau
Hinayana kemudian aliran ini pecah membuat aliran Mahayana. Timbulnya aliran
ini dikarenakan Sang Guru Besar Sidharta Gautama telah meinggal, dan murid-
murid setianya membahas tentang ajaran-ajarannya.
Pada awalnya itu para Bhikkhu Theravada ini melakukan konsili (Sangiti)
diselenggarakan di Rajagraha di bawah pimpinan Bhikkhu Kassapa dan diikuti
oleh 500 orang, untuk menyusun Vinaya dan Sutta. Konsili kedua diadakan di
Vesali, 100 tahun setelah Maha Pari-Nirvana Buddha. Pada konsili kedua ini
banyak munculnya sekte-sekte sampai dengan konsili ke tiga. Konsili ke empat
diadakan pada tahun 78 Masehi, di bawah anjuran Raja Kanishka di Purusapura,
56
Jelandhar Kashmir.22
Aliran Mahayana ini muncul dan diresmikan saat konsili ke empat, hal ini
menjadikan Buddhisme mendapat semangat baru dari kemunculan aliran ini.
Karena aliran ini lebih fleksibel dengan keadaan sosial dan kebudayaan, sehingga
orang yang non Buddhis pun tertarik dan pada akhirnya memeluk agama Buddha.
Aliran Hinayana (perahu kecil) adalah aliran yang memegang teguh ajaran
asli Guru Besar, sedangkan aliran Mahayana (perahu besar) ini memisahkan diri
dari Hinayana karena aliran Mahayana lebih lebih fleksibel tergantung
lingkungannya, akan tetapi tidak meninggalkan ajaran-ajaran utama dari Sang
Buddha.
Dua aliran besar dari agama Buddha ini memiliki perbedaan prisip yang
cukup signifikan, sehingga kedua aliran ini berbeda pandangan dalam
mempresepsikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya. Sehingga
perspektif atau pandangan terhadap Dewi Kwan Im ini berbeda cukup jauh.
b. Dewi Kwan Im Menurut Umat Buddha Hinayana dan Mahayana
Ada perbedaan pandangan atau pemahaman terhadap Dewi Kwan Im
antara aliran Hinayana dan aliran Mahayana. Dalam aliran Hinayana, mereka
mempercayai adanya Dewi Kwan Im atau Avalokitesvara sebagai Dewi Welas
Asih pada posisi Bodhisatva. Akan tetapi aliran ini tidak melakukan pemujaan
atau penghormatan seperti apa yang dilakukan oleh aliran Mahayana.
Hal ini dikarenakan tujuan ataupun istilah perahu kecil dalam aliran
22 Chau Ming, Beberapa Aspek Tentang Buddha Mahayana, Jakarta, 1987, hal 3.
57
Hinayana yang mempunyai cita-cita mencapai kesempurnaan menjadi seorang
Buddha sendiri dahulu, lalu setelah menjadi Buddha barulah menyelamatkan umat
manusia.
Berbeda dengan aliran Mahayana mereka meyakini adanya Dewi Kwan Im
dan melakukan pemujaan atau penghormatan terhadap Dewi Kwan Im. Ini selaras
dengan istilah perahu besar yang ada dalam Mahayana dan ikrar Dewi Kwan Im
yang besisi bahwa Dewi Kwan Im tidak akan menjadi Buddha sebelum semua
manusia menjadi Buddha, dan Dewi Kwan Im akan terus menolong semua
makhluk terlepas dari penderitaan untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan masih banyak manusia yang menderita di bumi ini, oleh karena itu
tugasnya untuk membatu manusia agar terlepas penderitaan.
Dalam Pendidikan calon Bhikku dan Bhikkuni dalam ajaran Mahayana di
tambah satu sila lagi, yaitu sila Bodhisatva. Yang dimana arti atau isi sila tersebut
sama dengan ikrar Dewi Kwan Im yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan
menjadi Buddha sebelum semua manusia menjadi Buddha. Pada umumnya dalam
Mahayana sebelum makan selalu melakukan pelimpahan jasa kepada makhluk-
makhluk yang tidak tampak ataupun melakukan pelimpahan jasa setiap pagi, siang
dan sore hari.23
Maksudnya apabila dunia manusia ini bisa dianggap pantai, dan setiap
manusia mempunyai tujuan pantai sebrang (Nirvana). Dalam penyebrangan pantai
tersebut kita menggunakan perahu, aliran Mahayana (perahu besar) karena dalam
penyebrangan naik perahu tersebut aliran Mahayana menolong semua orang
23 Wawancara pribadi dengan Suriadi Sucitta Dhammika.
58
terlebih dahulu, setelah semua orang telah tertolong, baru mereka bersama-sama
sampai sebeberang menjadi Buddha. Namun dalam aliran Hinayana (perahu kecil)
mereka mendahulukan diri mereka sendiri sampai tujuan (Nirvana) dan menjadi
Buddha, lalu setelah itu mereka baru menyelamatkan manusia.
Sosok Dewi Kwan Im ini mempunyai peran yang cukup kuat di kalangan
aliran Buddha Mahayana, para umatnya begitu mencintai sosok Dewi Kwan Im
dari segala sifat-sifat yang dimilikinya. Dan hampir umat Buddha Mahayana
menjalani ajaran-ajaran dan menjadikan sosok yang patut ditiru. Coantoh kecilnya
mereka meratakan 3 hari besar Dewi Kwan Im (kelahiran, parinibana, mencapai
kesempurnaan) dan juga menjadi seorang vegetarian.
B. Aplikasi Ajaran-ajaran Dewi Kwan Im dalam Kehidupan Sehari-hari
Ajaran-ajaran Dewi Kwan Im mengajari tentang kemanusiaan, kebaikan,
kasih sayang, kesabaran, dan lain-lain. Karena ajaran-ajaran Dewi Kwan Im lebih
menyempit pada hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, umat Buddha
melakukan beberapa aplikasi atau diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Baik
itu dalam hubungan mereka dengan manusia, alam, dan para dewa.
a. Hubungan Manusia dengan Dewa-dewi
Dewa dan dewi itu berbeda alam dengan manusia, akan tetapi derajat
manusia masih berada di bawah dewa. Dewa adalah makhluk yang menerima
karma baik yang telah dilakukan di dalam kehidupan sebelumnya, sehingga para
dewa diberi hadiah oleh Thian (Tuhan) hidup yang enak. Di alam dewa umurnya
lebih panjang dari pada alam manusia, akan tetapi di alam dewa ini para dewa
59
bisa sakit dan meninggal layaknya seorang manusia.
Walaupun di alam dewa ini hidup dengan enak, akan tetapi apabila dewa
hanya menikmatinya saja dan tidak menolong atau berbuat baik, maka hanya itu
saja yang mereka dapatkan dan pada kehidupan yang akan datang tidak akan bisa
seperti saat ini. Oleh karena itu walaupun jadi seorang dewa harus tetap
menjalankan perbuatan baik agar bisa mencapai kesempurnaan.
Untuk mencapai alam kesempurnaan ini para dewa harus tumimbal lahir
menjadi manusia dan membuat karma baik agar bisa mencapai tingkatan
Bodhisatva dan kemudian menjadi seorang Buddha.
Dalam aplikasi hubungan manusia dengan dewa menurut ajaran Dewi
Kwan Im, manusia haruslah hormat kepada dewa, akan tetapi tidak mendewakan
mereka. Sebagai manusia, umat Buddha boleh meminta tolong kepada dewa dan
mendoakan para dewa, dan tugas para dewa adalah membantu para Bodhisatva
(Dewi Kwan Im) dan menolong manusia yang membutuhkan pertolongan.24
Dalam kehidupannya Dewi Kwan Im mencontohkan bahwa ia
menghormati para dewa dan mengajari sutra-sutra, dan sebaliknya dewa-dewi pun
menyenangi sosok Dewi Kwan Im, mereka menyukai Dewi Kwan Im saat
membacakan doa untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Dewi Kwan Im
tidak hanya manusia saja akan tetapi para dewa pun disayangi olehnya.
24 Wawancara pribadi dengan Doni Pabhasaro
60
b. Hubungan Manusia dengan Manusia
Dalam Ajaran Dewi Kwan Im ini lebih condong pada hubungan manusia
dengan manusia, karena pada alam inilah seseorang bisa menjadi Buddha atau
malah mengalami kelahiran kembali menjadi lebih buruk dari pada manusia itu
sendiri. Dewi Kwan Im memandang manusia sebagai makhuk yang harus
ditolong agar terlepas dari penderitaan ataupun kelahiran kembali untuk
mencapai tingkatan Buddha bersama-sama, seperti ikrar Dewi Kwan Im
“sebelum semua manusia menjadi Buddha, maka ia tidak akan menjadi Buddha”.
Karena kecintaannya terhadap Derwi Kwan Im, ikrar tersebut ditambahkan
dalam sila aliran Mahayana, yaitu sila Bhodhitsva. Yang dimana dalam sila
tersebut menjalankan apa yang seperti Dewi Kwan Im ikrarkan, yaitu
meneyelamatkan semua manusia dari segala penderitaan dan mencapai tingkatan
Buddha bersama-sama..
Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari hubungan manusia dengan
manusia itu harus saling tolong-menolong, saling membantu, dan memberi
kebajikan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, sehingga
setiap manusia dapat terlepas dari penderitaan dan seseorang yang telah berbuat
baik akan mendapatkan karma yang baik pula.
Berbakti kepada orang tua, menyayangi sudara-saudara, menghormati
pada sesepuh, tidak hanya itu saja, bersikap baik dan ramah pada setiap orang
yang berada disekitar kita dan karena kita hidup bersama mereka saat di dunia.
Di dalam hidup Dewi Kwan Im, ia mencontohkan betapa ia berbaktinya
kepada orang tuanya, walaupun orang tuanya sendiri yang memerintahkan orang
61
untuk membunuhnya. Namun saat ayahnya sedang sakit yang serius, ia
menolongnya dengan memberikan mata dan tangannya untuk menyembuhkan
ayahnya.
Walaupun orang tua telah berbuat jahat terhadap anaknya, namun sebagai
anak yang berbakti haruslah mengingatkan orang tua dan memaafkannya secara
tulus dan ikhlas. Karena tidak ada istilah mantan anak, mantan ibu, mantan ayah,
karena dalam darah anak itu berasal dari ayah dan ibunya.
Dalam kehidupan ini manusia tidak hidup sendiri atau individu, akan
tetapi manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan pertolongan dari orang
lain, maka dalam kehidupan ini kita sesama manusia harus hidup berdampingan
dalam kasih sayang agar terjalin hubungan yang baik antar manusia.
Manusia satu dengan manusia lainnya tidak boleh saling merugikan,
seperti memfitnah, mencuri, membunuh, dan lain-lain dengan alasan apapun,
karena perbuatan buruk itu hanya menguntungkan sebelah pihak saja dan tidak
perbuatan buruk tidak akan pernah menjadi baik dengan alasan apapun. Karena
sikap yang merugikan orang lain dapat menghambat manusia untuk mencapai
kesempurnaan.
Menolong orang lain itu tidak perlu melihat latar belakang orang tersebut,
apakah orang itu satu agama, apakah orang itu pernah berbuat buruk, apakah
orang tersebut kaya atau miskin. Hal-hal itu tidak penting dan tidak perlu
dipikirkan saat ingin menolong orang lain, belajar ikhlas dan tanpa pamrih
apabila ingin menolong orang lain. Karena kebaikan yang kita lakukan pasti akan
ada imbalan dari yang maha kuasa.
62
Pikiran adalah lebih dahulu, mulanya dan asal dari segala sesuatu dibuat.
Berdasarkan pikiran yang kotor berkata dan berbuat. Penderitaan mengikutinya
bagaikan roda pedati mengikuti jejak lembu yang menariknya25.
Pikiran adalah yang mengendalikan diri kita, jadi apabila pikiran kita
buruk maka ucapan dan perbuatan yang akan dilakukan akan buruk pula, akan
tetapi apabila pikiran itu baik maka ucapan dan perbuatan yang dilakukan akan
baik pula. Hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara manusia karena
manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
c. Hubungan Manusia dengan Mahkluk Gaib
Alam gaib ini isinya ada roh-roh leluhur yang telah meninggal dan para
roh halus atau makhluk yang menderita. Sebagai manusia yang memiliki leluhur
baik itu guru ataupun orang tua yang telah meninggal, oleh karena itu manusia
yang masih hidupharus berbuat baik kepada siapa saja baik kepada yang masih
hidup dan kepada makhluk-makhluk yang tidak tampak, dengan cara mendoakan
mereka atau memberikan pelimpahan jasa26.
Sebagai manusia harus menjadi pelita bagi orang lain ataupun makhluk
lain yang tidak nampak, dalam pelimpahan jasa atau membagi kebaikan kepada
para leluhur dan roh-roh halus itu kebaikan yang diberikan itu tidak akan habis
bahkan kebaikan yang dimiliki akan bertambah. Bisa istilahkan manusia itu
sebagai lilin dan kebaikan itu api di atasnya, Api yang telah ada bisa membagi api
25 Anggabalo, Bhikkhu, alih bahasa, Dhammapa Atthakatha, Yayasan Dhammadipa-arama, Cetakan kedua, Jakarta, 1993, hal 15. 26 Pelimpahan jasa adalah memberikan kebaikan kepada leluhur yang telah meninggal ataupun roh halus), wawancara pribadi dengan Suriadi Sucitta Dhammika.
63
itu kelilin-lilin yang lain sehingga ruangan gelap yang hanya ada cahaya dari api
lilin pertama bisa menjadi terang benderang karena api itu dibagikan kepada lilin-
lilin yang lain. Meskipun api itu telah dibagikan akan tetapi api yang ada pertama
kali tidak akan habis sebelum lilin itu habis.27
Oleh kerana itu kebaikan atau doa dikirimkan kepada roh nenek moyang
atau leluhur dan roh-roh halus tidak akan pernah habis, dan bahkan bisa menjadi
lebih baik lagi untuk orang yang telah memberikannya. Karena dalam ajaran
Welas Asih Dewi Kwan Im itu harus berbuat baik kepada siapa saja baik itu
sesama manusia ataupun alam gaib.
Di dalam hidupnya Dewi Kwan Im mencontohkan sikap yang baik kepada
makhluk halus atau siluman, saat ayah dan ibunya ingin pergi menemuinya di
tengah perjalanan kedua orang tuanya ditahan dan kemudian Dewi Kwan Im
meminta tolong kepada para dewa untuk membantu kedua orang tuanya. Saat
Siluman tersebut akan dihukum, Dewi Kwan Im meminta Buddha untuk
mengampuninya, akhirnya kedua siluman ini menjadi tunggangan kedua kakak
dari Miao Shan.
d. Hubungan Manusia dengan Alam
Sebagai manusia mahkluk yang sempurna apabila dibandingkan dengan
tumbuhan dan hewan, seharusnya manusia bisa menjaga dan melestarikan alam
yang ditinggali olehnya, karena manusia hidup berdampingan dengan alam dan
sangat membutuhkan alam agar bisa bertahan hidup dan melamgsungkan hidup di
27 Wawancara pribadi dengan Suriadi Sucitta Dhammika.
64
alam ini..
Manusia harus bisa menjaga ekosistem alam ini agar bisa tetap berjalan
seperti yang telah diciptkan beserta aturan-aturannya. Manusia bisa menjaga alam
ini dengan cara melepas hewan-hewan ke habitatnya, karena hewan satu dengan
hewan lain dan tumbuhan pasti saling membutuhkan, contohnya burung dengan
kerbau saling membutuhkan (burung memakan kutu-kutu yang ada dibadan
kerbau), kerbau dengan rumput (kerbau memakan rumput, lalu kerbau buang
kotoran. Kotoran tersebut sebenarnya manjadi pupuk bagi tanaman yang terkena
kotorannya) dan masih banyak contoh lainnya.
Apabila salah satu hewan tidak ditempatkan pada habitatnya, maka akan
terjadi ketidak seimbangan dan bisa-bisa terjadi bencana kecil, seperti tanah yang
tidak subur, tumbuhan yang tidak bisa tumbuh dengan baik, hewan kelaparan, dan
lain-lain.
Rasa sayang Dewi Kwan Im terhadap hewan ia tunjukan bahwa ia tidak
memakan daging dan hewan-hewan yang lain, yang dapat memutuskan rantai
kehidupan hewan itu. Contohnya tidak memakan telur ayam kampung, karena
telur ayam kampung dapat menciptakan kehidupan baru. Berbeda halnya dengan
telur ayam negeri, telur tersebut walaupun dierami berhari-hari tidak akan menetas
dan tidak dapat melahirkan ayam lagi seperti telur ayam kampung.
Umat-umat di Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe setiap melakukan
ibadah di hari minggu setelah setelah sembahyang mereka makan bersama, dan
dalam setiap makanan yang disajikan itu tidak terdapat unsur daging ataupun
hewan, bahkan dari penedap rasa mereka tidak menggunakan penyedap makanan
65
dengan rasa daging. Mereka membuat makanan berbentuk daging, ikan, ayam,
dan lain-lain dari tepung terigu akan tetapi rasanya tetap seperti tepung terigu.
Hal ini salah satu bentuk cinta para umat Buddha terhadap Dewi Kwan Im
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan banyak hal positif apabila tidak
memakan daging-dagingan.
Jika ingin menggunakan sumber daya alam ini, maka manusia harus
memperhitungkan dampak yang akan terjadi. Boleh saja menebang pohon yang
besar, akan tetapi tidak boleh terus-menerus dalam waktu yang sama, karena hal
ini dapat membuat bencana alam. Dalam kehidupan ini sudah banyak manusia
yang mengeksploitas alam dengan sesuka hatinya untuk kepentingan pribadi, oleh
karena itu ada beberapa bencana alam yang terjadi di muka bumi ini. Hal ini pasti
saling berkaitan, contohnya penebangan hutan yang secara terus-menerus akan
mengakibatkan erosi, panas yang berlebihan, dan banjir yang besar. Penggalian
tau penambangan minyak yang secara berlebihan berdampak seperti lumpur di
Siduardjo atau biasa disebut Lumpur Lapindo.
Alam akan mengeluarkan energi positif untuk manusia apabila manusia itu
sendiri bisa menjaga alam dan lingkungannya serta melestarikannya. Karena
manusia dan alam ini saling behubungan dan saling membutuhkan, oleh karena itu
perbuatan yang manusia lakukan baik ataupun buruk pasti akan ada efeknya untuk
manusia itu sendiri, dan efek dari perbuatan itu tergantung dari perbuatan yang
dilakukannya.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan ada beberapa kesimpulan yang dapat
didapat:
1. Dewi Kwan Im adalah seorang Bodhisatva yang tetap memilih untuk menjadi
Bodhisatva sampai semua manusia terlepas dari karma buruk. Itulah ikrar
Dewi Kwan Im mengapa memilih menjadi Bodhisatva. Setelah semua
manusia terlepas dari karma buruk barulah ia seorang Buddha bersama-sama
dengan umat manusia. Namun ajaran ini lebih khusus pada agama Buddha
aliran Mahayana.
2. Nama Dewi Kwan Im ini berasal dari Cina, sedangkan nama Avalokitesvara
itu berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki arti, “Avalokite” yang
artinya melihat dunia loka awam, dan “Svara” artinya suara. Jadi arti secara
keseluruhan Bodhisatva Avalokitesvara ini dapat melihat walaupun tempat itu
gelap dan dapat mendengar dari kejauhan segala penderitaan manusia yang
ada di bumi.
3. Karena hal tersebut umat Buddha, Khususnya aliran Mahayana mencintai dan
menghormati sosok Dewi Kwan Im. Karena sifat welas asih yang
dimilikinya, umat Buddha banyak sekali dan hampir keseluruhan dari umat
Buddha di Vihara Avalokitesvara yang mengikuti ajaran-ajarannya, seperti
menjadi vegetarian (tidak memakan daging ataupun ikan) dan ajaran-
67
ajarannya yang ada 21 yang sudah penulis uraikan pada Bab III.
4. Dari segala yang diajarkan oleh Dewi Kwan Im para umat Buddha
mengaplikasikannya ke dalam kehidupannya sehari-hari, seperti berbuat baik
kepada setiap manusia dan harus menolong manusia yang membutuhkan
pertolongan. Mereka juga tidak menyiksa hewan dan bagi yang vegetarian
tidak memakan daging. Para umat juga mempercayai bahwa alam ini hidup
dan dapat merasakan apa yang telah diperbuat manusia, jadi apabila manusia
dapat menjaga alam maka alam akan mengeluarkan energi positif untuk
manusia itu sendiri, sebaliknya apabila manusia merusak alam, alam akan
marah dalam bentuk bencana alam.
B. Saran
Banyak pesan yang ada dalam tulisan skripsi ini, hal ini baik untuk semua
manusia khusunya umat Buddha. Contoh kelakuan baik saat Dewi Kwan Im
(Miao Shan) menjadi manusia dan ajaran-ajarann Dewi Kwan Im saat menjadi
Bodhisatva boleh tiru baik umat Buddha maupun non Buddha.
Ajaran-ajaran tersebut berkaitan erat dalam kehidupan manusia dan ajaran-
ajaran tersebut lebih terarah pada hubungan manusia dengan manusia, jadi para
penganut agama lain boleh mengikuti ajarannya untuk berbuat baik kepada orang
lain, karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan umatnya untuk berbuat
baik.
Hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, baik itu satu keyakinan
maupun tidak itu harus menjalin kerukunan, tidak saling meghina atau
68
menjatuhkan dan tidak adanya diskriminasi. Karena pada dasarnya setiap orang
yang berbuat baik kepada orang lain, maka orang tersebut akan dapat kebaikan
juga.
Jadi apabila seseorang melakukan perbuatan buruk seperti mencuri atau
korupsi, membunuh, menipu, dan lain-lain. Walaupun dengan alasan apapun dan
itu baik untuk dirinya sendiri, akan tetapi pihak lain merasa dirugikan. Dan pasti
ada karma yang akan orang tersebut dapatkan.
Sebagai manusia (makhluk yang sempurna) oleh karena itu wajib menjaga
alam ini atau bumi. Karena manusia tinggal di atas bumi, apabila manusia hanya
bisa mengeksploitasnya saja dan tidak menjaganya, pasti alam akan tidak
seimbang sehingga ini akan menjadikan salah satu alasan mengapa terjadi
bencana alam yang sangat dasyat.
Hal ini tidak hanya diungkapkan dalam kajian agama saja, akan tetapi
dalam kajian sains ini juga dibahas karena alam sudah mulai tidak seimbang dan
diprediksi lagi, hal ini disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tak
bertanggung jawab.
Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang sempurna dalam fisik apabila
bandingkan dengan hewan dan tumbuhan. Manusia juga diberikan akal dan
pikiran untuk bisa berfikir oleh Tuhan, itulah yang membedakan antara manusia
dengan hewan. Maka sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran harus
manfaatkan untuk hal-hal yang baik. Dan manusia juga harus besyukur dengan
atas apa yang telah Tuhan berikan, dan besyukurlah juga dengan cara
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, H. M., Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan kalijaga Press,
Yogyakarta, cet ke-1, 1988.
Anggabalo, Bhikkhu, alih bahasa, Dhammapa Atthakatha, Yayasan Dhammadipa-
arama, Cetakan kedua, Jakarta, 1993.
Antropologi Agama Bagian Ke-I, (Pendekatan Budaya Terhadap Aliran
Kepercayaan, Agama Hindu, Buddha, Kong HU Cu, di Indonesia), Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1993.
Ceramah Dharma Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh, Melampaui ketidakadilan
dan Menuju tepian Tanpa Penderitaan.
Eliade, Mircea, Editor in Chief, The Encyclopedia of Religion, (Macmillan
Publishing Company: New York, 1974, Vol 1 dan 2
Gui, Zi, Di, Budi Pekerti Seorang Murid, Mukti Jaya, Jakarta, 2008, Cet Ke-VI
Li Fo Chan Hui Wen Pa She Pa Fo, Kitab Kebhaktian Buddhist, Bandar
Lampung, 2004.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kwan_Im. 02-02-2010
http://pilihan.wordpress.com/2008/06/19/kisah-dewi-kwan-im/. 02-02-2010
http://pilihan.wordpress.com/dewi-kuan-im/. 02-02-2010
Majalah Kwan Im Po Sat Avalokitesvara Bhodisatva.
Majalah Sinar Dharma, Edisi 06 : Ahada 2548 BE/2004.
70
Ming Chau, Beberapa Aspek Tentang Buddha Mahayana, Jakarta, 1987
Mulyono, A., Tutunan Baik dan Kebenaran dari Avalokitesvara (Dewi Kwan Im),
Departemen Agama, Jakarta, 1987.
Moleong, Lexy, J., Metologi Pendekatan Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2007
Sasana, Riwayat Hidup Avalokitesvara Bodhisatva (Kwan Im Po Sat), Sasana,
Jakarta, 1997.
Sien, C.T, The Enlightenment of Bodhisattva Kuan-Yin (Avalokitesvara), C.T.
Sien 1993.
Sien, Shen, Siao, Riwayat Dewi Kwan im (Kuan Yin Te Tao), Bina Pustaka,
Jakarta.
Smith, Huston, Agama-agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001
Singgih, D. S. Marga, Tridharma Suatu Pengantar, Yayasan Samarotungga,
Jakarta, 1987.
Suhardi, Adi, Drs., Status Wanita di Dalam Agama Buddha, Suatu Uraian
Singkat, Yayasan Dhammaduta Carika, Jakarta, 1986.
Team Penerjemah Kitab Suci Agama Buddha, Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya
1, Departemen Agama RI, 1993.
Tim Penyusun, Buku Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Berbasis Kompetensi
SLTAKelas 2, Paramita, 2005.
71
Wahyono, Mulyadi, Pokok-pokok Dasar Agama Buddha Depratemen Agama RI
Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Buddha, Jakarta, 2007.
72
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Suhu Bhadrasilo
Hari dan Tanggal : 15 April 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Siapakah pendiri Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe?
Jawaban : Pendiri Vihara Avalokitesvara adalah Bhiksuni Jinakumari dan
Bante Hasin Jinarakita.
Pertanyaan : Tanggal berapa Vihara ini didirikan?
Jawaban : Vihara ini pertama kali dibangun pada tanggal 27 Desember 1983
dan kemudian diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1984.
Pertanyaan : Apa arti nama Avalokitesvara?
Jawaban : Arti nama Avalokitesvara adalah Bodhisatva yang memiliki arti
cinta kasih yang luas, karena Bodhisatwa ingin mengajak semua umat manusia
agar terlepas dari segala penderitaan dan merasakan bahagia, yang paling utama
adalah mencapai kesempurnaan bersama-sama.
Pertanyaan : Vihara Avalokitesvara satu yayasan atau tidak dengan Vihara
Kwan Im (Yayasan Ananda) yang berada persis di sebelah kanan Vihara
Avalokitesvara?
Jawaban : Pada mulanya Vihara Kwan Im ini satu yayasan dengan Vihara
Avalokitesvara, kemudian Yayasan Ananda ingin membuat sebuah panti asuhan,
dan kemudian beberapa barang yang ada di Vihara Avalokitesvara yang
berornamen Dewi Kwan Im dibawa dan dipindahkan ke dalam Yayasan Ananda.
Lambat laun Yayasan Ananda memisahkan diri dengan Vihara Avalokitesvara
dan menjadikan Yayasan tersebut sebuah Vihara juga.
Pertanyaan : Di dalam Vihara Avalokitesvara terdapat ruang apa saja?
Jawaban : 1. Ruang Meditasi
Ruangan ini juga di gunakan sebagai tempat sekolah minggu atau
kebaktian muda-mudi (jemaat yang masih muda)
2. Ruang Bakti Sala atau Altar yang paling besar
73
Digunakan sebagai tempat sembahyang atau segala kegiatan
rohani di Vihara Avalokitesvara. Tempat utama ini di gunakan
pula sebagai tempat merayakan hari-hari besar dalam agama
Buddha.
3. Ruang Kuti (4 kamar)
Selain untuk kamar para Bhikkhu/Bhikhuni, ruangan Kuti ini juga
berfungsi sebagai kamar tamu Bhikkhu atau Bhikkhuni yang
berkunjung atau memberi ceramah di Vihara Avalokitesvara.
4. Ruang Perpustakaan
Di ruangan ini terdapat buku-buku tentang pendidikan agama
Buddha mulai dari untuk anak-anak yang mudah dimengerti
hingga yang dewasa atau orang tua.
5. Ruang Altar Leluhur
Ruangan ini digunakan saat ritual atau penghormatan kepada
leluhur atau Ulambana (pelimpahan jasa).
6. Ruangan atau aula untuk remaja dan anak-anak
Ruang atau aula ini digunakan untuk berdiskusi dan belajar
tentang agama Buddha.
Pertanyaan : Apa Fungsi dupa di dalam agama Buddha?
Jawaban : Fungsi dupa untuk membangkitkan kesadaran, karena dupa
mengeluarkan wewangian yang dapat membuat kita menjadi tetap sadar dan
membuka aura positif kita.
Dan bahan-bahan dari dupa itu sendiri adalah bubuk cendana dan kayu gaharu.
Pertanyaan : Apa makna dari persembahan-persembahan untuk Dewa dan
Sang Buddha?
Jawaban : Makna buah, lilin (pelita hidup), bunga yang berada di altar
adalah untuk mengingatkan kita bahwa bahwa kita sebagai
makhluk hidup akan mengalami siklus atau roda kehidupan, tidak
selamanya kita kuat, muda dan tampan. Ada masa pasti kita akan
mengalami masa tua, dimana kita tidak bisa lagi melakukan
perbuatan di saat kita muda dan kuat, lalu kita pasti akan
74
meninggal, contohnya lilin atau pelita yang menyala terang
benderang itu lama kelamaan akan mati, bunga yang mekar indah
akan menjadi layu seiring berjalannya waktu, begitupun dengan
buah-buahan lambat laun akan menjadi busuk, air putih adalah
kesucian.
Pertanyaan : Apakah harus ada patung yang berbentuk dewa, Sang Buddha,
dan Dewi Kwan Im di dalam Vihara Avalokitesvara dan apakah harus ada pula
persembahan untuk mereka?
Jawaban : Patung-patung yang berada di dalam Vihara itu bukan berhala,
fungsi dari patung-patung itu adalah untuk mengingatkan kita kembali bahwa kita
(umat Buddha) itu memiiki guru besar yang patut ditiru. Dalam ajaran Buddha itu
sendiri tidak dianjurkan untuk memasang patung ataupun sesajian di atas altar, ini
hanya sebagai rasa hormat kita kepada guru-guru yang telah meningggal dan
mengajarkan kita banyak ilmu di dunia untuk mencapai kesempurnaan.
Pertanyaan : Apa saja kegiatan Sosial yang dilakukan oleh umat Buddha di
Vihara Avalokitesvara?
Jawaban : 1. Kujungan ke panti sosial dan panti jompo bersama para
jemaatnya, baik muda-mudi maupun orang tua.
2. Berdoa bersama kepada jemaat ataupun umat Buddha yang
lain apabila sakit ataupun meninggal
3. Pembagian paket sembako sebanyak 500 paket yang dapat
ditukarkan dengan kupon yang telah dibagikan. Paket ini dibagikan
kepada jemaat dan warga sekitar atau tetangga Rt. 01 dan Rt. 07
yang agamanya Buddha maupun non Buddha.
(Suhu Bhadrasilo)
75
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Bhante Shanti
Hari dan Tanggal : 24 April 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Apa tugas dan fungsi Dewi Kwan Im?
Jawaban : Dewi Kwan Im adalah seorang Bodhisatva yang dimana
mempunyai ikrar bahwa ingin menyelamatkan manusia dari segala penderitaan di
dunia dan mencapai kesempurnaan.
Jadi tugas dia adalah untuk mengajak dan menjaga umat manusia untuk melepas
penderitaan dan mencapai kesempurnaan kepada siapa saja yang percaya, yakin,
dan taat kepada ajarannya, maka sang Dewi Kwan Im akan membatu melepaskan
diri dari penderitaan dan kesengsaraan.
Pertanyaan : Mantera ta Pei Cou itu mantra apa?
Jawaban : Mantera Ta Pei Cou itu berisi doa-doa dan pujian, Mantera ini
biasa di baca oleh umat Buddha Mayahana, karena umat Buddha Mahayana
meyakini dan memuja Dewi Kwan Im.
Karena pada perkembangan Agama Buddha itu ke daerah Timur atau Tiong Kok
atau Cina, maka Mantera Ta Pei Cou itu berbahasa Mandarim.
Mantera Ta Pei Cou berfungsi atau mempunyai manfaat bagi yang
membacanya. Jadi apabila kita dalam kesakitan ingin minta kesembuhan, maka
bacalah mantera ini. Apabila kita berdagang, apabila membaca itu untuk berharap
kelancaran dalam berdagang. Bahkan mantera ini bisa digunakan saat perbekahan
rumah.
Pertanyaan : Apa saja hari-hari besar Dewi Kwan Im?
Jawaban : 1. Bulan 2 tanggal 19 Imlek, itu hari kelahiran Dewi Kwan Im.
Dalam setiap vihara biasanya tanggal perayaannya berbeda-beda ada yang tanggal
17 atau 18, tapi tanggal ia lahirnya adalah 19.
76
2. Bulan 6 tanggal 19 Imlek, hari dimana Dewi Kwan Im
mencapai kesempurnaan, akan tetapi ia tidak mau, karena ia
berikrar ingin menyelamatkan orang banyak menjadi Bodhisatva.
3. Bulan 9 tannggal 19 Imlek, hari dimana Dewi Kwan Im
Paribana atau meninggal.
Pertanyaan : Adakah persembahan khusus untuk merayakan hari-hari besar
Dewi Kwan Im?
Jawaban : Dalam merayakan hari-hari besar Dewi Kwan Im tidak ada
keharusan untuk di besar-besarkan, akan tetapi yang harus ada ialah pelita atau
lilin, bunga teratai, buah-buahan.
Persembahan itu pun hanya untuk kita berfikir bahwa kita tidak akan hidup
panjang, hidup ini adalah proses agar kita bisa terlepas dari derita atau karma
buruk untuk mencapai kesempurnaan.
Namun dalam tradisi Tiong Kok atau Cina, biasanya mereka mengggunakan kue-
kue yang berbentuk kura-kura atau mangkok dan lain-lain. Itu hanya lambang
untuk harapan kita, contoh kue kura-kura itu melambangkan umur yang panjang,
dan kue-kue yang lainnya.
Pertanyaan : Bagaimana hubungan manusia dengan dewa-dewi, manusia
dengna manusia, dan manusia dengan alam menurut ajaran Dewi Kwan Im?
Jawaban : 1. Manusia dengan dewa-dewi
Dewa-dewi dan manusia memiliki tempat yang berbeda, mereka
lebih tinggi bila dibandingkan kita, dan mereka juga bisa
mengubah segala sesuatu sesuai dengan keinginan mereka.
Jadi kita sebagai manusia harus menghormatinya, karena mereka
lebih tinggi, dan manusia harus meminta tolong pada dewa-dewa
karena mereka akan menolong.
2. Manusia dengan manusia
Sesama manusia harus saling mencintai, saling sayang
menyayangi, saling menghormati, saling menghargai, dan lain-lain.
Karena setiap manusia di bumi ini itu sama dimata Tuhan, jadi
apabila dikehidupan yang sekarang kita berhasil dan sukses, maka
77
janganlah sombong, karena dikehidupan mendatang itu belum
tentu kita akan hidup berhasil dan sukses, karena karma itu ada dan
harus kita lepaskan semua penderitaan untuk mencapai
kesempurnaan.
3. Manusia dengan Alam
Dalam Buddha, alam dengan manusia itu saling membutuhkan,
karena manusia memiliki fisik yang sempurna bila dibandingkan
dengan makhuk tuhan yang lainnya.
Karena manusia makhluk yang sempurna maka manusia harus
menjaga alam ini dengan baik, dan pasti alam ini akan menjadi
sahabat kita, surga di dunia buat kita sebagai manusia, dan alam
pun akan mengeluarkan hal-hal yang positif untuk manusia.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan dua aliran besar dalam agama Buddha,
yaitu Hinayana atau Teravada dan Mahayana terhadap Dewi Kwan
Im?
Jawaban : 1. Hinayana atau Teravada
Mereka percaya Dewi Kwan im itu Bodhisatva, akan tetapi mereka tidak memuja
Dewi Kwan Im.
Dalam aliran ini mazhab-mazhab lain tidak boleh mengisi ceramah di dalam
vihara Hinayana atau teravada, hanya boleh berkunjung saja ke Vihara.
Dalam saat belajar mereka pun tidak mempelajari Mahayana maupun Tantrayana
2. Mahayana
Dalam aliran Mahayana percaya pada Dwi Kwan Im dan memuja Dewi Kwan Im.
Aliran-aliran lain diperbolehkan ceramah di vihara milik Mahayana. Dan saat
belajar pun mereka mempelajari Hinayana atau Teravada dan Tantrayana
(Bhante Shanti)
78
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Sumita
Hari dan Tanggal : 02 Mei 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Siapa Kwan Im dalam pandangan keagamaan bapak/ibu?
Jawaban : Dewi Kwan Im adalah seorang Bodhisatva, Bhodisatva adalah
seorang yang telah mencapai kesempurnaan, namun ia memilih
nutuk tetap berada di bumi untuk menolong umat manusia secara
langsung.
Pertanyaan : Tugas Dewi Kwan Im?
Jawaban : Menolong makhluk hidup yang menderita, agar setiap manusia
lepas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan.
Pertanyaan : Praktek pemujaannya seperti apa?
Jawaban : Melakukan Puja Bakti atau sembahyang dengan melafalkan nama
Dewi Kwan Im, dan membaca mantera Ta Pei Cou.
Pertanyaan : Ada perbedaan atau tidak dalam praktek pemujaan bagi para
penganut laki-laki atau perempuan, tokoh agama, muda atau mudi?
Jawaban : Tidak ada, semua praktik pemujaan terhadap Dewi Kwan Im ini
tidak ada perbedaan antara laki-laki, perempuan, tokoh agama,
ataupun kaum awam.
Pertanyaan : Manfaat pemujaan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawaban : Manfaat dari pemujaan terhadap Dewi Kwan Im, yang pasti
mendapat karma baik, selain itu dari doa-doa atau harapan-harapan
yang kita ucapkan dengan tulus
Pertanyaan : Bagaimana hubungan manusia dengan dewa, manusia dan alam
menurut ajaran Dewi Kwan Im?
Jawaban : 1. Dewa
Manusia berada di bawah alam dewa, oleh karena itu umat manusia
memuja para dewa untuk menghotmatinya dan meminta
79
pertolongan kepada dewa terhadap apa yang kita keluh kesahkan
ataupun yang kita butuhkan, agar terlepas dari penderitaan.
2. Manusia
Selaras atau sama-sama memuja dewa dan dewi, tidak ada
perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya,
selalu berbuat baik dan saling tolong menolong antar manusia.
Karena setiap manusia dalam Buddha mempunyai satu tujuan,
yaitu mencapai nibana atau nirvana.
3. Alam
Manusia harus menjaga dan merawat alam, karena akan ada timbal
balik dengan apa yang kita perbuat dengan alam. Misalnya apabila
kita berbuat baik dengan alam, maka alam akan mengeluarkan
energi positif untuk kita.
Pertanyaan : Bagaimana Pandangan Dewi Kwan Im terhadap dewa, manusia
dan alam menurut anda?
Jawaban : 1. Dewa
Saling membantu atau mengisi, maksudnya setiap dewa ataupun
dewi memiliki tugas yang berbeda-beda, oleh karena itu para dewa
dan dewi saling Bantu-membantu dalam menyelamatkan umat
manusia.
2. Manusia
Manusia adalah makhluk yang perlu di tolong untuk terlepas dari
segla derita untuk mencapai kebahagiaan.
3. Alam
Perlu dijaga kelestariannya agar tetap bias membantu manusia
untuk mengurangi derita dan mencapai kebahagiaan. Karena
apabila alam ini sudah tidak lestari, maka alam akan marah dan
membuat segala macam bencana.
( Sumita )
80
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Doni Pabhassaro
Hari dan Tanggal : 09 Mei 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab : Dewi Kwan Im itu bisa berubah wujud menjadi orang-orang di
sekitar kita. Orang tua adalah Dewi Kwan Im di dalam kehidupan
di dunia manusia.
Dewi Kwan Im Pho Sat (Avalokitesvara Bodhisatva) adalah dewi
welas asih, yang memberikan welas asihnya untuk semua makhluk.
Beliau berikrar tidak akan mencapai nibbana sebelum semua
makhluk mencapainya lebih dahulu.
Pertanyaan : Bagaimana Peran Dewi Kwan Im di dunia?
Jawab : Memberikan pencerahan melaui ajaran-ajrannya dan
membimbing umat manusia mencapai nibbana.
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Selain itu, lebih baik dengan mengimplementasikan ajaran-
ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Saya secara pribadi tidak setuju dengan istilah “pemujaan”,
melainkan “penghormatan” karena ajaran-ajarannya yang mulia.
Praktek penghormatan tidak begitu mengetahui dalam tata caranya.
Namun kami umat Buddha biasanya melakukan sembahyang
khusus untuk Dewi Kwan Im dengan istilah “Kwan Im Se Jit”,
disebut “Liom Keng” dan mengingat kembali ajaran-ajarannya dan
disertakan membaca “Ta Pei Cou”.
81
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
Jawab : Sepengetahuan saya, tak ada perbedaan mencolok, namun dalam
praktek penghormatan tersebut ada perbedaan dalam membaca
sutra-sutra, baik dalam irama dan doa.
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Akan memberikan ketenangan pikiran dan batin, semua hal
berasal dari pikiran (mindset). Jika di dalam pikiran buruk, maka
yang keluar dari diri kita pun buruk, dan begitu sebaliknya.
Pengingat (reminders) akan ajaran-ajaran welas asih.
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im, bagaimana hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?
Manusia dan dewa adalah alam kehidupan yang berbeda, dewa
adalah makhluk yang hasil karma baiknya berbuah menjadi
makhluk yang lebih mulia, namun dewa tidak kekal. Ada yang
mempercayai dwwa juga memberikan welas asih, contohnya dewa
kesejahteraan (Dewa Bumi atau Hok Tek Tjeng Sin). Kalau kita
selalu mengenang Dewa Bumi niscaya karama baik akan tumbuh
dan sejahtera. Namun semuanya berdasar Ehipassito (datang, lihat
dan rasakan).
Manusia dan alam, ajaran Dewi Kwan Immengajarkan untuk
menanam kebajikan kepada semua mahkluk termasuk hewan
(mempunyai jiwa), tumbuhan dan ekosistemnya.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab : Dewi Kwan Im akan terus membimbing dan menuntun semua
makhluk, termasuk dewa, manusia dan alam. Jadi menurut saya
Dewi Kwan Im memang benar-benar Dewi Welas Asih.
( Doni Pabhassaro )
82
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Suriadi Sucitta Dhammika
Hari dan Tanggal : 09 Mei 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab : Dewi Kwan Im adalah seorang Bodhisatva, dan ia mempunyai
nama sangsekerta, yaitu Avalokitesvara.
Dewi Kwan Im mempunyai cita-cita menolong semua manusia dan
mahkluk hidup.
Pertanyaan : Peran atau tugas Dewi Kwan Im?
Jawab : Dewi Kwan Im mempunyai ikrar akan menolong semua makhluk
hidup.
Ikrarnya sebagai berikut:
Apabila ada yang menyebut nama saya dan dengan hati yang
sungguh-sungguh saya akan menolong dia keluar dari penderitaan.
Sebelum seluruh manusia terlepas dari penderitaan, maka saya
tidak akan menjadi Buddha.
Adapun bentuk-bentuk yang digambarkan oleh Dewi Kwan Im,
antara lain adalah seribu tangan (ini di analogikan bahwa ia adalah
seorang yang welas asih sehingga bisa menolong siapa saja dengan
tangan-tangannya), wajah seram (digambarkan bahwa ia sedang
mengajar di neraka), memegang botol, dan yang sering tampak
adalah di mahkotanya ada bentuk seorang Buddha.
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Dewi Kwan Im mempunyai sutra tersendiri yang disebut “Ta Pei
Cou” atau Maha Karuna Darari.
83
Mantera khususnya adalah “Om Mani Pad Me Hom”. Mantera ini
bisa dibaca setiap saat, mantera ini biasanya dibaca 108 kali.
Kemudian kita memperingati hari kelahirannya, parinibbana dan
mencapai kesempurnaan.
Selebihnya praktek kebhaktian biasa.
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
Jawab : Tidak ada perbedaan dalam praktek pemujaan atau penghormatan
terhadap Dewi Kwan Im antara umat dewasa, renaja dan tokoh
agama.
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Kita jadi lebih sadar lagi, bahwa masih banyak yang menderita di
dunia ini.
Kita sebagai manudia harus menjadi pelita bagi orang lain (lilin),
melepas hewan ke habitatnya, membacakan doa kepada makhluk
yang tidak terlihat, pelimpahan jasa (memberikan kebaikan kepada
para leluhur yang telah meninggal ataupun roh halus).
Maksud dari manusia harus bagaikan pelita ini adalah bagaikan api
yang menyala di atas lilin, kita bisa bagikan api ke orang lain
sebagai penerangan, akan tetapi api yang kita miliki tidak akan
habis, itu bagaikan kebaikan yang kita berikan kepada orang lain
atau nenk moyang atau roh halus, akan tetapi kebaikan yang kita
miliki tidak akan habis.
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im bagaimana hubungan manusia
dengan manudia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?:
Jawab : Manusia dengan manusia: Harus saling tolong-menolong
Manusia dengan alam: Wajib menjaga kelestarian alam, karena
manusia dan alam ini saling berhubungan.
84
Manusia dengan dewa/dewi: Manusia wajib menghormati dewa,
akan tetapi bukan mendewakan.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab : Dewi Kwan Im memberikan ajarannya kepada manudia dan
dewa, manudia harus menjaga alamnya. Karena dewa berbeda
alam dengan manus-ia, maka dewa pun harus menjaga alamnya.
85
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Renny Tjeris
Hari dan Tanggal : 9 Mei 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab : Dewi Kwan Im adalah seorang Dewi yg Welas Asih,yang
menolong semua umat manusia dari segala Penderitaan.
Pertanyaan : Bagaimana Peran Dewi Kwan Im di dunia?
Jawab : Sebagi dewi, ia penolong umat manusia, maka dari itu Dewi
Kwan Im selalu dihormati oleh umat manusia.
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Membacakan mantera-mantera Nya dan disembahyang untuk
menghormatrinya.
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
Jawab : Tidak ada.
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Dapat merasakan Dewi Kwan Im selalu bersama kita.
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im, bagaimana hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?
Jawab :.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab :
( Renny Tjeris )
86
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Metta Meilisa
Hari dan Tanggal : 9 Mei 2010
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab : Dewi Kwan Im itu tadinya dewa-dewi di khayangan, cuma karena
Dia saat itu sangat perihatin dengan khidupan masyarakt di bumi
makanya dia memohon sama Raja Langit buat turun ke bumi dan
hidup sebagai manusia biasa yang ikut merasakan penderitaan
demi menolong umat manusia setelah Dia meninggal Dia kembali
lagi ke khayangan melanjutkan tugasnya.
Pertanyaan : Bagaimana Peran Dewi Kwan Im di dunia?
Jawab : Peranannya Dia sama seperti dewa-dewi yang lain yang ikut
membantu dan menolong manusia di dunia, hanya saja Dewi Kwan
Im memang bertugas berhubungan langsung dengan manusia. Oleh
karena itu Dewi Kwan Im lebih sering datang menolong manusia.
Karena setiap dewa mengemban atau memiliki tugasnya masing-
masing yang berbeda-beda baik itu jabatan dan posisinya.
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Sama saja seperti dewa-dewi yang lain, memang Dewi Kwan Im
memiliki Hari perayaan khusus karena perjuangannya yang sangat
besar kepada umat manusia di dunia.
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
Jawab : Tidak ada.
87
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Ada, setiap pemujaan kepada dewa-dewi manapun ada
manfaatnya, kita akan lebih dilindungi, diberi rejeki, ditolong dan
prasaan kita akan jauh lebih tenang.
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im, bagaimana hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?
Jawab : Manusia dengan manusia harus saling menjaga, tidak saling
merugikan dan mencelakai.
Manusia dengan alam akan lebih berpikir dalam menggunakan
sumber daya alam dan harus mengelolanya dengan baik, sehingga
tercapailah keseimbangan.
Manusia dengan dewa-dewi terjadi kontak batin yang mendalam
dan relevan.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab : Manusia dalam pandangan Dewi Kwan Im selalu dikasihani,
karena sering berada dalam jalan yang salah. Walaupun ada yang
di jalan yang benar, akan tetapi manusia sulit untuk mencapai
pencerahan. Oleh karena itu Dewi Kwan Im sangat simpati dan
empati untk menolong manusia.
Alam dalam pandangan Dewi Kwan Im itu adalah sebrusaha
munkin menolong keadaan alam yg rusak, tapi itu semua
tergantung dari manusianya itu sendiri. Jadi segala akibat yang
terjadi pada bumi harus ditanggung oleh manusia karena itu adalah
karma dari perbuatannya yang merusak alam.
Dewa-dewi dalam pandangan Dewi Kwan Im, brsahabat baik,
karena mereka hidupnya di khayangan. Akan tetapi tetap saja ada
praturan dan tugas yang harus Dewi Kwan Im taati.
( Metta Meilisa )
88
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Suriadi Sucitta Dhammika
Hari dan Tanggal :
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Kitab suci agama Buddha seperti apa?
Jawab : Kitab suci agama Buddha yaitu Tripitaka “Tiga Keranjang”, kitab
itu terdiri dari tiga bagian, Suta Pitaka (isinya tentang khotbah
Sang Buddha), Abidama pitaka, Winaya Pitaka (besrisi tentang
peraturan-peraturan). Namun bagian-bagian ini masih terbagi-bagi
dari beberap bagaian lagi yang jumlahnya bisa lebih dari seratus
kitab atau buku.
Pertanyaan : Sembahyang apa yang dilakukan olrh bante saat pagi, siang, dan
malam hari?
Jawab : Dalam aliran Mahayana sebelum makan biasanya bante
melakukan sembahyang pelimpahan jasa kepad mahkluk-mahkluk
yang tidak tampak. Dan sembahyang pelimpahan jasa ini dilakukan
pada saat pagi, siang dan sore hari.
Pertanyaan : Apa itu Po-Sat?
Jawab : Po-Sat itu bahasa mandarinya Bodhisatva
Pertanyaan : Apa perbedaan Spesifik antara aliran Hinayana dan Mahayana
Jawab : Dalam mahayana silanya ditambah satu dan sila itu diutamakan,
yaitu sila Bodhisatva, sila ini sama seperti ikrarnya Dewi Kwan Im
yang mau menolong semua manusia.
Namun dalam Hinayana umatnya menjadi Buddha terlebih dahulu
baru melonong orang.
Pertanyaan : Apa itu Nirvana? Apakah sama denganistilah Surga dengan
agama lain?
89
Jawab : Nirvana itu hanya istilah saja, akan tetapi bisa dikatakan seperti
itu agar mudah dipahamai. Nirvana adalah kesempurnaan dimana
tidak ada lagi kelahiran dan kematian, posisi ini diduduki oleh pada
Buddha.
90
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden : Mugie Wijaya
Hari dan Tanggal : Ketua PMV Avalokitesvara dan Pembina PMV Periode
2007-2008
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab : Dewi kwan Im adalah manusia biasa yang kemudian
melaksanakan ajaran Buddha dengan baik yang membawa dampak
kesucian pada dirinya. sosoknya yang welas asih menjadi inspirasi
rakyat China waktu itu. Nama dan ajarannya dihormati sampai
sekarang dan berkembang dunia, terutama di Asia seperti Negara
IndoChina, Jepang, Korea, Tibet, Singapura juga Indonesia.
Pertanyaan : Bagaimana Peran Dewi Kwan Im di dunia?
Jawab : Peranan nya menjadi ispirator mengenai kesucian spiritual yang
didasari atas dasar cinta kasih tanpa batas. Yang sangat dibutuhkan
oleh umat dunia, agar tetap tentram dan damai sepanjang masa.
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Pemujaanya sampai sekarang lestari dengan adanya tempat2
seperti arca, pagoda, vihara, atau altar yang yang melambangkan
ciri khas Dewi Kwan im. Dan setiap tanggal kelahiran dan
pencapaian Pencerahanya selalu dikenang dengan membacakan
doa-doa tertentu.
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
91
Jawab : Pada dasarnya sama, hanya pada negara-negara tertentu doa
diterjemahkan dalam bahasa masing-masing agar memahami
makna dari doa lebih mendalam.
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab : Manfaat dalam setiap pemujaan sebenarnya untuk menumbuhkan
keyakinan, keyakinan menumbuhkan pikiran yang jernih dan baik
sehingga menuai tindakan2 baik yang pada akhirnya menjadikan
kita manusia yang baik dan bijak. Demikian juga pemujaan
terhadap dewi kwan im, berfungsi untuk mengingat hal2 positif
yang nantinya bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im, bagaimana hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?
Jawab :. Sesama manusia dianggap memiliki derajat dan potensi yang
sama untuk mencapai keberhasilan spiritual atau kesucian. Hendaknya
sesama manusia menyayangi manusia yang lain seperti menyayangi
anaknya sendiri yang tunggal.
Dengan alam hidup selaras, menghormati tanpa merusaknya. Menyayangi
alam juga menyayangi manusia.
Dewa dewi juga sesama hidup di alam semesta, meski berbeda alam tetapi
bisa saling menghargai dan menghormatinya.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab : Karena dianggap sama maka Dewi kwan im pun semasa hidupnya
tidak pernah menganggap dirinya berbeda dengan manusia yang
lain.
Alam semesta adalah penopang hidup manusia, yang semestinya di
jaga dan dihormati pula.
Dewa dewi adalah tetangga lain alam, Karena dewa ataupun dewi
sebenarnya adalah sebutan mahluk surga yang dahulunya juga
92
mungkin saja adalah manusia yang terlahir disurga. Kita pun bisa
terlahir dialam dewa kalau banyak menanam kebajikan.
( Mugie Wijaya )
93
Rumusan Hasil Wawancara
Pewawancara : Fikri Fauz Al Hafidz
Responden :
Hari dan Tanggal :
Tempat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe
Pertanyaan : Jelaskan presepsi Dewi Kwan Im menurut anda dalam pandangan
ajaran Buddhist?
Jawab :
Pertanyaan : Bagaimana Peran Dewi Kwan Im di dunia?
Jawab :
Pertanyaan : Bagaimana praktek pemujaannya atau penghormatan anda
terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab :
Pertanyaan : Menurut anda adakah perbedaan dalam ritual pemujaan atau
penghormatan kepada Dewi Kwan Im, antara jemaat bapak/ibu,
tokoh agama, dan remaja?
Jawab :
Pertanyaan : Apa manfaat yang anda dapatkan dalam pemujaan atau
penghormatan terhadap Dewi Kwan Im?
Jawab :
Pertanyaan : Dalam ajaran Dewi Kwan Im, bagaimana hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dewa?
Jawab :.
Pertanyaan : Bagaimana Dewi Kwan Im memandang dewa, manusia dan alam
menurut anda?
Jawab :
Top Related