REPRESENTASI DAKWAH MELALUI SEJARAH ISLAM
(ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL BUKU MENGENAL ISLAM FOR BEGINNERS
KARYA ZIAUDDIN SARDAR)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)
Oleh:
Inda NurshadrinaNIM. 1110051000032
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau melakukan hasil penjiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 9 September 2014
Inda Nurshadrina
ABSTRAK
Inda Nurshadrina (NIM. 1110051000032)Representasi Dakwah melalui Sejarah Islam (Analisis Semiotika Sosial BukuMengenal Islam for Beginners Karya Ziauddin Sardar)
Islam bukanlah sekedar peninggalan sejarah, begitupula dengan aturan danmasyarakatnya. Agama Islam telah melalui berbagai rintangan, kejatuhan danperkembangan. Tentunya dalam kurun waktu sedemikian lamanya, cukup banyakpihak yang berniat menghancurkan perkembangan Islam serta mengurangi jumlahpenganutnya, yakni dengan melakukan representasi negatif mengenai sejarah,kebudayaan dan peradaban umat Islam melalui berbagai media massa.
Dalam usaha melawan serangan-serangan tersebut, adalah hal yang wajarbila umat muslim berusaha merepresentasikan agama Islam dengan sudut pandangpositif dengan terus melakukan penyiaran dan penyebaran agama Islam (dakwah),salah satunya melalui media buku. Maka melalui buku pula, umat muslim dapatmeluruskan sejarah, kebudayaan dan peradaban mereka yang telah banyakdiaduk-aduk oleh pihak luar, sembari menyebarkan agama Islam.
Buku Mengenal Islam for Beginners dipilih oleh peneliti dikarenakanbuku ini mengungkap fakta dasar mengenai Islam dengan bahasa yang persuasifyang mengklarifikasi pernyataan mengenai Islam yang seringkali dicemooh olehpihak luar. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah sejarahIslam diwacanakan dalam buku “Mengenal Islam for Beginners” pada medanwacana, pelibat wacana, dan sarana wacana? Bagaimanakah penulismerepresentasikan dakwah melalui teks sejarah Islam?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatankualitatif, dengan teori semiotika sosial M.A.K Halliday. Teknik pengumpulandata menggunakan observasi teks, wawancara mendalam, dan dokumentasidengan sumber utama yakni teks dalam buku Mengenal Islam for Beginners.Analisis dilakukan dengan cara mengambil sampel pada setiap topik dalam buku,lalu ditelaah dari segi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana-nya,serta representasi dakwah yang terungkap didalamnya.
Setelah dilakukan penelitian, diketahuilah bahwa dakwah telahdirepresentasikan melalui teks sejarah Islam pada medan wacana buku dengantopik berkelanjutan dari permulaan munculnya risalah Islam hinggaperkembangaannya saat ini. Pelibat wacana dalam buku ini ialah Ziauddin Sardardan tokoh Islam seperti Muhammad Asad dan Ibnu Khaldun. Sarana wacanamenggunakan berbagai gaya bahasa, dengan dominasi majas penegasan danperbandingan. Penulis merepresentasikan dakwah melalui teks sejarah Islamdengan cara implisit melalui pilihan kata yang persuasif namun lugas, yangdikemukakan bersandingan dengan data fakta sejarah Islam, sehingga bukuMengenal Islam for Beginners berhasil menajdi buku bacaan menarik yang lakuterjual di dunia Internasional.
Keyword: dakwah, representasi, sejarah, semiotik sosial
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah
SWT yang telah mencurahkan berkah dan rahmat sehingga akhirnya penelitian ini
dapat dirampungkan dengan baik. Serta marilah kita haturkan shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai inspirasi untuk menjadi insan
muslim cendekia.
Ucapan terimakasih diberikan sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir syarat kelulusan Strata-
1 ini. Ucapan terimakasih saya haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Dekan (Wadek) I, Drs.
Jumroni, M.Si., selaku Wadek II, dan Dr. Sunandar, M.Ag., selaku Wadek
III.
3. Rachmat Baihkay, M.A., selaku Ketua Jurusan KPI yang inspiratif.
4. Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan KPI, dan dosen
pembimbing yang telah sabar meluangkan waktu memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam penulisan penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu-ilmu selama perkuliahan.
6. Yang tersayang, Tante Ely dan Om Budi karena telah menyokong,
membantu dan memacu semangat untuk melanjutkan pendidikan dan
menghadapi kehidupan.
7. Orangtua tercinta, Bapak Yudi Triadi dan Ibu Desy Wachjuningsih, yang
selalu sabar menyemangati dalam menggapai kesuksesan hidup. Untuk
Ninin Popon yang selalu penuh kasih sayang, dan adikku tercantik,
Izqadinda Nurhaliza yang selalu menyemangati sepanjang perkuliahan.
8. Untuk buah hatiku yang selalu menjadi penyemangat, Zashkya Darojat.
Kamulah sinar mentari di hidup Mimi. I love you, Kya.
9. Ruben Rosalen, yang sangat saya kasihi. Karena telah penuh kasih dalam
membimbing saya dalam penelitian, menyelesaikan pendidikan dan meniti
cita-cita di kehidupan.
10. Ziauddin Sardar sebagai idola dan narasumber skripsi saya, juga untuk
Bryan M. Attha’illah yang telah memperkenalkan saya pada karyanya.
11. Kepada teman-teman KPIA 2010, ichi - icho yang selalu penuh canda dan
semangat untuk menempuh pendidikan sebaik mungkin.
Peneliti ucapkan terimakasih banyak untuk segala pihak yang telah
berperan dalam pembuatan skripsi ini. Mohon maaf atas kekurangan dalam
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 9 September 2014
Inda Nurshadrina
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................ 8
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis......................................................... 9
2. Manfaat Praktis........................................................... 10
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian................................................... 10
2. Pendekatan Penelitian................................................. 11
3. Metode Penelitian........................................................ 12
4. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 13
5. Teknik Analisis Data................................................... 14
6. Subjek dan Objek Penelitian....................................... 17
F. Tinjauan Pustaka................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan........................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Analisis Semiotik
1. Pengertian Analisis...................................................... 20
2. Semiotika..................................................................... 21
B. Analisis Semiotik Sosial M.A.K Halliday............................ 25
C. Gaya Bahasa (Majas) ........................................................... 32
D. Representasi Media Stuart Hall............................................ 41
E. Komunikasi Antar Budaya................................................... 48
F. Dakwah bit Tadwin............................................................... 50
G. Sejarah Islam......................................................................... 52
BAB III GAMBARAN UMUM BUKU
A. Deskripsi Tampilan Fisik Buku............................................ 55
B. Sinopsis Buku Mengenal Islam for Beginners..................... 58
C. Biografi Ziauddin Sardar...................................................... 66
BAB IV ANALISIS BUKU MENGENAL ISLAM FOR BEGINNERS
A. Analisis Semiotik Sosial dalam Buku................................... 69
1. Topik: Nabi Muhammad SAW dan Risalahnya.......... 74
2. Topik: Dasar Hukum dalam Islam............................... 77
3. Topik: Hukum yang Utama dalam Islam..................... 83
4. Topik: Ilmu dan Peradaban Muslim............................. 88
5. Topik: Kejatuhan Peradaban Muslim........................... 92
6. Topik: Usaha Kebangkitan Umat Muslim.................... 95
B. Analisis Representasi Dakwah melalui Buku Sejarah Islam. 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 111
B. Saran dan Penutup.................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Teori Segitiga Makna (triangle meaning)............................ 22
Gambar 2. Salah satu bagian isi buku Mengenal Islam for Beginners yang
dikemas menarik dengan ilustrasi........................................................................ 57
Gambar 3. Peta Konsep Utama Representasi Mental Ziauddin Sardar dalam
Penulisan Buku.................................................................................................... 105
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Transkrip Printscreen wawancara dengan Penulis Buku Mengenal
Islam for Beginners
Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup Penulis Buku Mengenal Islam for Beginners
Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 4: Sampul Buku Mengenal Islam for Beginners
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah salah satu agama yang peradabannya telah
berlangsung sekitar lima belas (15) abad. Agama yang dibawa oleh
Muhammad S.A.W ini telah berhasil eksis hampir diseluruh penjuru dunia.
Islam sebagai agama yang menyebar ke seluruh penjuru dunia tampil
secara kreatif berdialog dengan masyarakat setempat.1
Islam telah berusia lebih dari seribu empat ratus (1400) tahun dan
sudah memasuki abadnya yang kelima belas (15). Dalam masa yang
demikian panjang telah banyak yang terjadi dalam sejarah Islam, pasang
surut telah silih berganti2. Juga telah banyak rintangan telah dilewati oleh
agama Islam, termasuk diantaranya adalah fitnahan, pencitraan buruk dan
mispersepsi dalam menanggapi perjalanan sejarah dan perkembangan
Islam.
Islam bukanlah peninggalan sejarah, demikian juga manhajnya.
Islam meninggalkan warisan berupa manhaj rabbani (sistem aturan Allah)
kepada umatnya. Istilah warisan itu sendiri mengacu pada kontribusi fiqh,
1 Abdullah Cholis Hafidz, dkk, Dakwah Transformatif (Jakarta: PP LAKPESDAM NU,2006), h.2.
2 Harun Nasution, Sejarah Ringkas Islam (Jakarta: Djambatan, 1980), h.3.
2
tafsir, ilmu-ilmu pengetahuan, dan kesusastraan (dalam arti luas) yang
pernah dikenalkan oleh para ilmuwan dan tokoh Islam. 3
Bahkan, sampai saat ini, kalangan akademik barat masih
memanfaatkannya sebagai bahan studi dalam berbagai bidang ilmu, seperti
ilmu sosial, psikologi, ekonomi, pendidikan, dan politik. Studi tersebut
melahirkan berbagai teori yang didokumentasikan di perpustakaan-
perpustakaan terkenal Leiden, Sourbone, dan lain-lain. Padahal, itu semua
merupakan alih-alih dari kekayaan Islam4. Dan lucunya, kekayaan Islam
tersebut mereka kutip seolah sama sekali tidak bersumber dari para
ilmuwan Islam, dan seolah Islam tidak memiliki penemuan ilmu seperti
itu. Padahal mencari ilmu merupakan sebuah budaya yang continue dalam
masyarakat Islam, bukan sekedar sejarah yang telah punah.
Bukan hanya itu, di media massa internasional pun kaum non-
muslim selalu mengaitkan kasus terorisme dengan Islam, dan mengaitkan
poligami yang asal-asalan dengan Rasulullah. Hal ini merupakan sebuah
isu negatif yang seharusnya ditepis dengan representasi yang baik atas
nilai-nilai yang sesungguhnya berlaku dalam keIslaman. Penceritaan
sejarah berarti mengungkapkan kebudayaan. Dan ketika sejarah dicitrakan
secara buruk, penilaian seperti apakah yang akan muncul terhadap budaya
sebuah bangsa?
Lawan-lawan Islam sering menggunakan cara menggoncang
pendirian umat Islam terhadap dasar-dasar keyakinannya atau meragukan
3 Anwar Jundi, Islam dan Dunia Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h.9.4 Jundi, Islam dan Dunia Kontemporer, h.9.
3
kita terhadap Islam5. Walau banyak pengetahuan dari para ilmuwan Islam
yang dicuri dan dibakar, namun para muslimin tetap berusaha
menyebarkan ilmu dengan sistem komunikasi massa Islam.
Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan
komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan.
Komunikasi merupakan proses yang terus-menerus dan timbal balik
dengan berbagai pihak yang terlibat, sehingga menciptakan arti. Maka dari
itu komunikasi didedifiniskan sebagai proses menciptakan persamaan arti6.
Sementara itu, komunikasi massa merupakan proses menciptakan
kesamaan arti antara media massa dengan khalayak mereka7.
Melalui komunikasi massa, masyarakat dapat menyebarluaskan
pendapatnya dalam merepresentasikan suatu hal. Tak pelak bahwa seorang
penganut agama yang kepercayaannya telah dicitrakan sedemikian buruk,
akan mencoba dan berusaha untuk memberi citra positif dalam
merepresentasikan agamanya melalui media massa. Hal ini dapat pula
sekaligus dilakukannya penyebaran agama, yang dalam kebudayaan Islam
disebut sebagai ‘dakwah’.
Adanya aktifitas komunikasi memungkinkan terlaksananya
kegiatan dakwah, begitupula dengan melakukan kegiatan dakwah maka
terlaksana pula tugas-tugas komunikasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan
5 Husein Al-Habsyi, Menjawab Berbagai Tuduhan Terhadap Islam (Jakarta: As-Sajjad,1991), h.2.
6Stanley J. Baran, Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h.5.
7 Baran, Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture, h.7.
4
bahwa hubungan komunikasi dan dakwah merupakan hubungan kausal,
yang artinya makin sering dilakukan komunikasi maka makin mantap pula
dakwahnya.8
Melajunya perkembangan zaman tentunya juga memacu tingkat
kemajuan ilmu dan teknologi komunikasi, termasuk didalamnya kegiatan
komunikasi dakwah sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan
upaya transfer ilmu pengetahuan9, yang bersaing dengan munculnya isu-
isu negatif dari kaum orientalis yang tidak menyukai perkembangan agama
Islam.
Menghadapi era global sekarang ini, metode dakwah bit at-Tadwin
(dakwah melalui tulisan) sangat efektif. Metode ini dapat diterapkan
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, memposting artikel
bernuansa dakwah di internet, koran, dan sejenisnya. Tidak hanya
mubaligh, namun masyarakat juga dapat turut memberikan sumbangsih
dengan berdakwah melalui blog, postingan di media sosial dan buku.
Dakwah bit tadwin (dakwah melalui media cetak) pun memiliki
kelebihan, yakni tidak akan musnah walaupun penulisnya sudah wafat.
Dakwah yang disajikan melalui bahasa dan tulisan ini juga dapat dijadikan
arsip data bagi para pendakwah lainnya sebagai kajian keilmuan.
Buku merupakan media massa yang efektif dalam
menyebarluaskan ajaran Islam pada khalayak luas. Manfaat buku bagi
8 Bahri Ghazali. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu KomunikasiDa’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h.13.
9 Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah,h.33.
5
masyarakat bukan hanya terbatas sebagai media pendidikan dan
pengajaran, melainkan buku dapat dimaknai sebagai media dakwah10.
Semenjak kemunculannya, buku berperan sebagai penyimpan
kebudayaan yang tercatat dan dapat disebarluaskan kepada generasi –
generasi selanjutnya, dikarenakan daya tahan medianya lebih kuat
daripada media tradisional lainnya11. Tidak hanya kalangan elit, namun
juga para tentara, pemuda bahkan ibu – ibu dan anak kecil pun memiliki
minat dalam membaca buku.12
Saat memahami teks media, seringkali kita dihadapkan pada tanda-
tanda yang perlu diinterpretasikan dan dikaji ada apa dibalik tanda-tanda
itu13. Semiotika komunikasi merupakan ilmu yang mengkaji tanda-tanda
tersebut. Komunikasi terjadi dengan perantaraan tanda-tanda; dengan
begitu tidaklah mengherankan bila kita lihat bahwa sebagian dari teori
komunikasi berasal dari semiotika14.
Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan sebuah
ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu
dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana
tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya
menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik
10 Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu KomunikasiDa’wah, h.42.
11 John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), h.51.12 Vivian, Teori Komunikasi Massa, h.52.13 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian
skripsi komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.7.14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.xxii.
6
sebuah teks. Maka, orang sering mengatakan bahwa semiotika adalah
upaya menemukan makna ’berita di balik berita’15, melalui bahasa.
M.A.K Halliday memberi tekanan pada konteks sosial dan
memiliki tiga unsur yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana
wacana yang memperjelas suatu ideologi umum dari pandangan sosial dan
kebudayaan, juga agama.
Bahkan, kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai
sosial, terletak pada kemampuan simbol-simbolnya untuk merumuskan
sebuah dunia tempat nilai-nilai itu, dan juga kekuatan-kekuatan yang
melawan perwujudan nilai-nilai itu, menjadi bahan-bahan dasarnya.
Agama melukiskan kekuatan imajinasi manusia untuk membangun sebuah
gambaran kenyataan16, melalui simbol-simbol.
Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-
simbol, maka dari itulah sangat tepat jika semiotika menjadi metode
analisis bagi pengkajian kebudayaan dan sejarah bahkan agama,
dikarenakan pengetahuan ini lebih dari suatu kumpulan simbol, baik
istilah-istilah rakyat maupun jenis-jenis simbol lain17. Maka dari itulah
seringkali ditemukan banyak simbol yang dapat dikaji melalui analisis
semiotika dalam wacana-wacana kebudayaan melalui media massa, salah
satunya melalui buku.
15 Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi IlmuKomunikasi, h.7.
16 Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi IlmuKomunikasi, h.7.
17 Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 177.
7
Salah satu penulis senior atas buku-buku dan wacana mengenai
kebudayaan, sejarah agama Islam dan fakta pengetahuan ialah Ziauddin
Sardar. Ia merupakan seorang penulis, kritikus, dan penyiar radio yang
tinggal di London. Ia telah menulis 20 judul buku tentang pemikiran Islam
kontemporer, teknologi dan ilmu pengetahuan dalam dunia muslim, ilmu
informasi dan masa depannya.
Ziauddin Sardar yang merupakan seorang tokoh ilmuwan
masyarakat Islam masa kini, dengan senang hati menuangkan segenap
pengetahuannya untuk menyusun sebuah buku berdasarkan fakta-fakta
sejarah Islam dan perkembangan dunia muslim selama lima belas abad
yang dirangkum dalam seratus tujuh puluh lima halaman dengan sumber-
sumber yang terpercaya.
Buku “Mengenal Islam for Beginners” merupakan buku yang
menarik, dikarenakan buku ini berusaha membukakan pandangan
masyarakat atas stigma yang tercipta dari media dunia barat bahwa Islam
adalah agama yang kaku, hedonis, tidak berpengetahuan, barbar dan
sembarangan. Penulis berusaha membuat bukunya semenarik mungkin,
dan mengajak Zafar Abbas Malik untuk menjadi illustrator atas gambar-
gambar ringan penuh makna yang mudah dicerna dalam lembaran-
lembaran buku “Mengenal Islam for Beginners”.
Yang dijabarkan dalam buku ini bukan hanya mengenai sejarah
keIslaman, namun pula banyak mengenai tokoh-tokoh, fakta ilmu
8
pengetahuan dan disertai pemikiran yang objektif informatif dalam setiap
halaman kajiannya, dalam melawan stigma-stigma negatif yang
berkeliaran di masyarakat. Penulis buku berani mengkritik perilaku
masyarakat muslim yang walau disisi lain juga mengagungkan ajaran
murni Islam yang baik dan indah.
Buku “Mengenal Islam for Beginners” dianggap menarik oleh
peneliti, dikarenakan buku yang diterbitkan pada tahun 1994 ini dapat
menyajikan dakwah dan ilmu sejarah kebudayaan Islam dengan teknik
yang persuasif serta tidak membosankan. Buku ini pun merupakan buku
best seller yang menjadi pionir bagi para penulis dan umat muslim
terutama di Indonesia yang ingin berdakwah melalui tulisan, dengan cara
yang persuasif serta membangun, serta secara faktuil menyajikan
sanggahan atas persepsi-persepsi negatif tentang Islam.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini
diberi judul “Representasi Dakwah melalui Sejarah Islam (Analisis
Semiotika Sosial Buku Mengenal Islam for Beginners Karya Ziauddin
Sardar)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Peneliti melakukan penelitian terhadap buku “Mengenal Islam for
Beginners” karya Ziauddin Sardar, dibatasi dari segi sejarah Islam.
9
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah Islam diwacanakan dalam buku “Mengenal
Islam for Beginners” pada medan wacana, pelibat wacana, dan
sarana wacana?
2. Bagaimanakah penulis merpresentasikan dakwah melalui teks
sejarah Islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui cara penyajian wacana sejarah Islam dalam buku
“Mengenal Islam for Beginners” pada medan wacana, pelibat
wacana, dan sarana wacana.
2. Mengetahui cara penulis merepresentasikan dakwah melalui teks
sejarah Islam.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Dalam perkembangan ilmu komunikasi, diharapkan penelitian ini
dapat membantu sebagai tambahan referensi dan peningkatan
10
pengetahuan akademis, terutama dengan menggunakan analisis semiotika
sosial M.A.K Halliday dan teori representasi Stuart Hall, khususnya
dalam meneliti sejarah Islam yang dilakukan melalui buku.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi penyempurna atas penelitian-
penelitian serupa sebelumnya dan sebagai masukan bagi para mahasiswa
KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan analisis semiotik sosial.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
paradigma penelitian konstruktivisme. Paradigma ini merupakan
paradigma yang longgar, serta tidak terlalu mementingkan tahap
penelitian18. Paradigma konstruktivis melahirkan metode penelitian
kualitiatif19, sehingga penelitian terhadap dakwah melalui sejarah Islam
ini memiliki sifat realitas yang relatif dan merupakan sebuah konstruksi
mental yang bermacam-macam dan tak dapat diindra. Pada penelitian ini,
realitas yang dikonstruk dalam buku “Mengenal Islam for Beginners”
telah dibentuk oleh pengalaman Ziauddin Sardar sebagai penulis buku,
18Deddy Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2008) h.341.
19Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, h.341.
11
serta konstruksi sosial yang berlaku dalam kelompok masyarakat Islam
atas tuduhan negatif dari masyarakat luar. Realitas tersebut berciri lokal
dan spesifik.
Perspektif konstruktivis yang digunakan dalam penelitian ini
menuntun peneliti dalam mengasumsi bahwa persepsi manusia global
terhadap Islam dibangun dari kesadaran akan adanya nilai-nilai yang
memandu manusia untuk mendefinisikan realitas kultural keIslaman.
Individu memahami sesuatu, melekatkan makna pada peristiwa tertentu,
dan berusaha menjalani realitas keseharian kita, berdasarkan nilai-nilai
yang kita yakini –entah disadari atau tidak.20
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan merupakan kualitatif. Maka
peneliti melakukan pendekatan dalam mengartikan data-data deskriptif
berupa kata-kata yang tertulis di buku Mengenal Islam for Beginners yang
dituangkan oleh Ziauddin Sardar, yang dapat diamati oleh peneliti.
Dalam mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena
yang sedikit pun belum diketahui, kita dapat menggunakan metode
kualitatif. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang
20Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, hal.341.
12
kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode
kuantitatif.21
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotika sosial terhadap buku “Mengenal Islam for Beginners”.
Analisis semiotika sosial yang digunakan adalah model M.A.K Halliday.
Menurut Halliday, bahasa merupakan semiotika sosial. Hal ini
berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan (encode) representasi
dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Halliday memberi tekanan pada
keberadaan konteks sosial bahasa, yakni fungsi sosial yang menentukan
bentuk bahasa dan bagaimana perkembangannya.22
Analisis semiotika sosial tidak hanya bergerak pada pengkajian
hubungan antara penanda dan petanda serta relasi antartanda, tetapi juga
menyangkut interaksi berbagai tanda di dalam medan tanda dengan
sejumlah pelibatnya, dalam sarana wacana. Hal tersebutlah yang
diungkapkan Halliday dalam buku-bukunya mengenai kajian bahasa,
khususnya mengenai semiotika sosial.
21Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h.5.
22Anang Santoso, Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan AnalisisWacana Kritis. Tahun 36, nomor 1 (Malang: Fakultas Sastra, 2008), h.2.
13
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode
observasi teks atau document research. Observasi teks terbagi
menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan sasaran utama dalam analisis, sementara data sekunder
guna memertajam, melengkapi, atau sebagai pembanding atas analisis
data primer23:
a) Data primer yaitu teks dalam buku Mengenal Islam for
Beginners karya Ziauddin Sardar
b) Data sekunder yaitu berupa buku-buku, internet, ataupun
tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
b. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dilakukan kepada pihak penulis
buku “Mengenal Islam for Beginners” karya Ziauddin Sardar dan Zafar
Abbas Malik melalui media e-mail. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Wawancara
mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
23 Sussantho, Deddy, “Hakikat Cinta dalam Islam (Analisis wacana buku Jalan Cinta ParaPejuang karya Salim A. Fillah),” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas IslamNegeri Jakarta, 2013), h.10.
14
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah
keterlibatannya dalam kehidupan informan.24
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mencari fakta dan data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya25, bahkan juga data yang tersimpan di web
site26.
5. Teknik Analisis Data
a. Proses Penafsiran data
Teks-teks dalam buku “Mengenal Islam for Beginners” akan
ditafsirkan sedemikian rupa berdasarkan kerangka analisis semiotika
sosial M.A.K Halliday. Teks bacaan dalam buku ditafsirkan
berdasarkan sampel menurut konsep bahasan per-topik. Hal ini
dikarenakan Ziauddin Sardar tidak membagi bahasan dalam
klasifikasi bab ketika menyajikan teks dalam buku “Mengenal Islam
for Beginners”.
24 M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2010), h.108.
25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: BinaUsaha, 1989), h.62.
26Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah(Jakarta: Kencana, 2011), h.141.
15
Analisis semiotika sosial mengantarkan kita pada suatu
pendekatan umum terhadap kajian bahasa yang memberi tekanan pada
konteks sosial, yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk
bahasa dan bagaimana perkembangannya.27
Dalam pandangan semiotika sosial M.A.K Halliday, pengkajian
dilakukan terhadap teks melalui bahasa serta konteks situasi yang
terdiri atas medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Dan
hubungan antar ketiganya dalam membentuk wacana konstruktif
dalam sebuah media massa.
Medan Wacana (field of discourse) menunjukkan pada hal yang
terjadi, pada sifat tindakan sosial yang berlangsung: apa
sesungguhnya yang disibukkan oleh para pelibat yang didalamnya
bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu? Dalam hal ini, buku
berisi mengenai kronologi sejarah Islam secara ringkas dan padat,
dengan penekanan pada fakta dan membuka sisi-sisi positif Islam
yang dijadikan produk dalam teks dan ilustrasi oleh buku Mengenal
Islam for Beginners.
Pelibat Wacana (tenor of discourse), menunjuk pada orang-
orang (pelibat) yang dicantumkan dalam teks; sifat orang-orang itu,
kedudukan, dan peranannya. Dalam hal ini buku Mengenal Islam for
27 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks danTeks: Aspek-Aspek Bahasadalam Pandangan Semiotik Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h.3.
16
Beginners menggambarkan Islam melalui sejarah dan fakta dan
memperlihatkan bahwa pada dasarnya secara kaffah, Islam
merupakan agama yang mencerahkan. Tokoh yang dikutip dalam
buku ini ialah Nabi besar kita Muhammad S.A.W, Muhammad Asad,
Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Abu Nawas, dan Malcolm X.
Sarana Wacana (mode of discourse), menunjukkan pada bagian
yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat
diperankan bahasa dalam situasi itu: organisasi simblolik teks,
kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk
salurannya (tulis/lisan), dan metode retoriknya28. Dalam penelitian
ini, gaya bahasa yang digunakan oleh penulis adalah bahasa yang
menggunakan majas-majas, namun secara keseluruhan secara
kebahasaan sangat persuasif, bersifat menjelaskan dan tegas. Secara
retoris, pilihan kata yang digunakan cenderung menjelaskan dan
membujuk pembaca melalui data-data yang didapat serta disuguhkan
oleh penulis buku.
b. Penyimpulan Hasil Penelitian
Hasil pengamatan atas wacana dalam buku “Mengenal Islam for
Beginners” akan disimpulkan setelah melakukan analisis. Kesimpulan
ini disimpulkan oleh peneliti dan berisi jawaban atas permasalahan
yang ada pada perumusan masalah.
28Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalamPandangan Semiotik Sosial, h.16.
17
7. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah buku yang berjudul “Mengenal Islam
for Beginners”. Kemudian, objek penelitiannya ialah sejarah Islam yang
menjadi bagian dari pengenalan Islam bagi pemula.
F. Tinjauan Pustaka
Peneliti telah melakukan tinjauan pustaka pada penelitian-
penelitian sebelumnya untuk menghindari tindakan plagiat. Penelitian
tersebut memiliki beberapa persamaan dengan penelitian yang peneliti
buat, letak perbedaannya ada pada objek dan judul. Berikut ini adalah
penelitian yang peneliti jadikan tinjauan pustaka, diantaranya:
Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam dalam Bens
Radio (Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi
Ulam [Nasihat Ulama] dan Batavian) oleh Syifa Fauziah, mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian
yang digunakan, yakni pendekatan kualitatif dan metode analisis semiotika
sosial M.A.K Halliday. Perbedaannya terletak pada objek dan judul
penelitian. Penelitian ini menggambarkan bagaimana representasi budaya
dan religiusitas Islam dalam Bens Radio dalam program acara Nasi Ulam
dan Batavian, ditinjau dari metode analisis semiotika sosial.
18
Implementasi Manajemen Penerbitan Buku Grup Mizan sebagai
Media Dakwah, oleh Faisal Fahmi, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2005. Persamaannya terletak pada objek kajian yang meneliti
buku terbitan Mizan yang menjadi media dakwah, sebagai dakwah melalui
tulisan.
Representasi Sejarah Jerman Timur dalam Film Goodbye, Lenin!,
oleh Yohana Yessi Kostensius, mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Program Studi Jerman, Universitas Indonesia, 2010.
Persamaannya yakni terletak pada objek yang mengkaji mengenai sejarah
dalam media massa tertentu. Perbedaannya terletak pada judul, metode dan
teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggambarkan
bagaimana representasi sejarah Jerman Timur dalam film Goodbye, Lenin!
G. Sistematika Penulisan
Penelitian yang dibahas dalam skripsi ini terdiri atas 5 (lima) bab,
yakni:
BAB I: Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan
Sistematika Penulisan
BAB II: Landasan Teoritis dan Kerangka Konsep, meliputi Analisis
Semiotika, Analisis Semiotika M.A.K Halliday, Representasi
19
Media Stuart Hall, Komunikasi Antar Budaya, Dakwah bit
Tadwin, Sejarah Islam.
BAB III: Gambaran Umum Buku, meliputi Deskripsi Tampilan Fisik
Buku Mengenal Islam for Beginners, Sinopsis Buku
Mengenal Islam for Beginners, Biografi Ziauddin Sardar.
BAB IV: Analisis Buku Mengenal Islam for Beginners, meliputi
Analisis Semiotik Sosial dalam Buku Mengenal Islam for
Beginners, Analisis Representasi Dakwah melalui Buku
Sejarah Islam.
BAB V: Penutup, meliputi Kesimp
20
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Analisis Semiotik
1. Pengertian Analisis
Analisis secara bahasa sepadan dengan kata analisys, yaitu membuat
atau menganalisa perancang alur, sehingga menjadi mudah dan jelas untuk
dibuat maupun dibaca, dapat berarti juga menganalisa, pemisahan,
pemeriksaan yang diteliti1. Secara istilah, analisis adalah penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
hubungan antara bagian untuk memperoleh pemahaman dan pengertian arti
keseluruhan2.
Dalam penelitian selalu dikenal dengan istilah analisis. Menurut
Mattew B.Milles dan A. Michael Hubberman, mereka menganggap bahwa
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara kebersamaan yaitu:
reduksi data, yaitu proses penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Pertama, reduksi data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari temuan-temuan dilapangan. Kedua, penyajian data yaitu
merupakan menyajikan data dari sekumpulan temuan-temuan yang sekiranya
dapat memberikan kemungkinan menarik suatu kesimpulan dan pengambilan
1Jhon, M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1990)h.28
2Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2005), Ed.3 Cet.Ke-3,hal.43
21
tindakan. Dan yang ketiga, penarikan kesimpulan yaitu dari data-data yang
telah terkumpul mulai dicari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
pola, penjelasan, alur sebab akibat dan proporsinya, sehingga semua itu dapat
ditarik kesimpulan.3
Sementara itu menurut Moeloeng, definisi analisis data ialah sebagai
kegiatan pengorganisasian sertamengurutkan data-data kedalam pola,
kategorisasi, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.4
2. Semiotika
Semiotika yang diperbincangkan sejak era filsafat Yunani, secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani, semeion yang artinya tanda5. Secara
terminologis, menurut Eco,6semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Pakar lainnya juga memberikan definisi untuk
istilah semiotika atau semiologi. Dalam definisi Saussure7, semiologi adalah
sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat.
Dengan demikian, tanda dalam kajian semiotika dapat diartikan secara luas,
3 Mattew B.Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. PenerjemahTjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), h.16-19.
4 Rahmat Kriyantono, Tehknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana PrenataMedia Group, 2007), Cet. Ke-2, h.163.
5Yasraf Amir Piliang, Dunia yang Dilipat Tamasya melampaui Batas-Batas Kebudayaan,(Yogyakarta: Jalasutra, 2006) h. 313.
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, AnalisisSemiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) h. 95.
7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosda, 2006) h. 46.
22
baik itu yang dapat ditangkap oleh panca indera, maupun tanda yang sifatnya
meta dan mempengaruhi dalam kehidupan sosial.
Semiotika dikembangkan menjadi beberapa teori yang bergantung
dari pengertian tokohnya. Teori dari Charles Sanders Peirce, yakni teori
segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama,
yakni tanda (sign) sebagai representament, ada pula object, dan interpretant.
Gambar 2 . Model Teori Segitiga Makna (triangle meaning)
Peirce mengidentifikasi relasi “segitiga” antara tanda (representamen),
penggunan dan realitas eksternal sebagai suatu keharusan model untuk
mengkaji makna. Relasi segitiga tanda itu disebut dengan istilah semiosis,
yang terdiri atas objek (sesuatu yang direpresentasikan), representamen
(sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain) dan interpretan
(interpretasi seseorang tentang tanda). 8
Sebuah tanda atau yang beliau sebut sebagai sebuah representamen
menurut Charles S Peirce9 adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili
sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu
8 John Fiske, 2006. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra, h. 63.9 Kris Budiman, Analisis Wacana dari Linguistik sampai Dekonstruksi, (Yogyakarta:
Kanal, 2002) h.25.
Interpretant
Representament Object
23
oleh Peirce disebut interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan
mengacu pada objek tertentu10. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan
satu sama lain dan memadukan entitas, yang prosesnya disebut sebagai
signifikansi.
Selain Charles S Peirce, pendekatan semiotika telah dikembangkan oleh
Ferdinand de Saussure yang berfokus pada semiotika linguistik. Meski belum
menerbitkan sebuah buku pun, tetapi murid-muridnya mengumpulkan buah
pikiran Saussure dalam sebuah outline. Pandangan Saussure yang terkenal
adalah mengenai penanda dan petanda, bentuk dan isi, bahasa dan tuturan,
sinkronik dan diakronik, serta syntagmatik dan asosiatif/paradigmatik.11
Saussure melakukan pembedaan atas komponen-komponen tanda, yang
kemudian pembedaan tersebut dikenal dengan trikotomis. Jadi, menurut
Saussure12, tanda selalu mempunyai tiga wajah, yang terdiri dari tanda itu
sendiri (sign), aspek material dari tanda yang berfungsi menandakan atau
yang dihasilkan oleh aspek material (signifier), dan aspek mental atau
konseptual yang ditunjuk oleh aspek material (signified). Pembedaan ini
membuat tanda menjadi aktif. Melakukan analisis tentang tanda, orang harus
tahu benar mana aspek material dan mana aspek mental. Ketiga aspek ini
merupakan aspek-aspek konstitutif suatu tanda—tanpa salah satu komponen,
10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian danPenulisan Skripsi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: FIKom Univ. Moestopo, 2006)h.15.
11 Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi IlmuKomunikasi, h.16.
12 ST. Sunardi. Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002) h. 47-48.
24
tidak ada tanda dan kita tidak bisa membicarakannya, bahkan tidak bisa
membayangkannya.
Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam
semiotik yang kita kenal sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara lain
semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural,
normatif, sosial, struktural. 13
Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem
tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai
lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang
mengacu pada obyek tertentu. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang
memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada
tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Semiotik
faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan.
Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat. Semiotik naratif adalah
semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan
cerita lisan (folklore). Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik normatif merupakan
semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang
berwujud norma-norma. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus
13 Ni Wayan Sartini, Tinjauan Teoritis tentang Semiotik, (Surabaya: UNAIR, JurusanSastra Indonesia)h.8.
25
menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud
lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
B. Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday
Akar pandangan Halliday yang pertama adalah bahasa sebagai
semiotika sosial. Hal ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan
(encode) representasi dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Halliday
memberi tekanan pada keberadaan konteks sosial bahasa, yakni fungsi sosial
yang menentukan bentuk bahasa dan bagaimana perkembangannya14.
Istilah semiotik sosial dapat dianggap sebagai istilah yang memperjelas
ideologi umum yang konseptual, namun istilah ini harus ditafsirkan dari kedua
istilah ‘semiotika’ dan ‘sosial’. Semiotika berangkat dari konsep semainon
(penanda) dan semainomenon (petanda) yang dipergunakan para filsuf Stoik
pada abad kedua dan ketiga sebelum Masehi, dua ribu tahun sebelum
penelitian Saussure.15
Semiotik sosial adalah semiotik yang secara khusus menelaah sistem
tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik berupa kata
maupun rangkaian kata atau kalimat. Tanda-tanda (signs) adalah basis dari
14 Anang Santoso, Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan AnalisisWacana Kritis (Malang: Universitas Negeri Malang, 2008), h.2.
15 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasadalam Pandangan Semiotik Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h.3-4.
26
seluruh komunikasi16. Persoalan bagaimana perlakuan tertentu atas fakta
diantaranya bisa diamati dalam analisis wacana (semiotika sosial) dari M.A.K
Halliday yang beliau jelaskan bersama dengan Ruqaiyah Hassan.
Semiotik sosial lebih cenderung melihat bahasa sebagai sistem tanda
atau simbol yang sedang mengekspresikan nilai dan norma kultural dan sosial
suatu masyarakat tertentu di dalam suatu proses sosial kebahasaan17.
Semiotik itu sendiri dapat dibatasi sebagai kajian umum tentang tanda-
tanda, dan salah satu tanda ialah bahasa. Ilmu bahasa adalah salah satu segi
kajian tentang makna, walaupun masih banyak cara lain yang berkenaan
dengan makna. Namun bahasa barangkali merupakan sesuatu yang paling
penting, paling menyeluruh, paling lengkap; sulit dikemukakan keadaan
persisnya.18
Dalam berbagai tulisannya, Halliday selalu menegaskan bahwa bahasa
adalah produk proses sosial. Seorang anak yang belajar bahasa dalam waktu
yang sama belajar sesuatu yang lain melalui bahasa. Tidak ada fenomena
bahasa yang vakum sosial,tetapi ia selalu berhubungan erat dengan aspek-
aspek sosial. Dalam proses sosial itu,menurut Halliday, konstruk realitas tidak
dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu dikodekan.
Dalam komunikasi, berdasarkan pengalaman yang bersifat intersubjektif itu,
16 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication. Cet.5 (New York:Wadsworth Publishing Company), h.64.
17 Riyadi Santoso, Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa (Surabaya: PustakaEureka dan JP Press, 2003), h.6.
18 Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalamPandangan Semiotik Sosial, h.4.
27
masing-masing partisipan akan menafsirkan ”teks” yang ada. Dengan
demikian, makna akan selalu bersifat ganda.
Semiotik dalam kajian sosial tak lain adalah kajian semiotika dengan
batasan sistem sosial atau kebudayaan sebagai suatu sistem makna. Tetapi
Halliday juga memberi perhatian terutama pada hubungan antara bahasa
dengan struktur sosial, dengan memandang struktur sosial sebagai satu segi
dari sistem sosial.19
Menurut Halliday, teks merupakan sebuah bahasa yang berfungsi
dalam melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah sebuah teks merupakan bahasa yang memiliki makna-
makna. Karena sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarnya adalah
satuan makna.
Teks merupakan unit semantis, menurut Halliday. Kualitas tekstur
tidak didefinisikan dari ukuran. Teks merupakan konsep semantik. Walau
terdapat pengertian sebagai sesuatu diatas kalimat (super-sentence), yang
secara esensial salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan
bahwa dibanding kalimat ataupun klausa, teks merupakan sesuatu yang lebih
besar atau susunan yang lebih panjang. Ditegaskan oleh Halliday, bahwa
dalam kenyataannya, kalimat-kalimat itu lebih merupakan “realisasi teks”
daripada merupakan sebuah teks itu sendiri. Sebuah teks tidak tersusun dari
19 Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalamPandangan Semiotik Sosial, h.5.
28
kalimat-kalimat ataupun klausa, namun direalisasikan dalam kalimat-
kalimat.20
Sebuah teks, selain dapat direalisasikan dalam sistem-sistem lingual
yang lebih rendah seperti leksikogramatis dan fonologis, juga dapat
memproyeksikan makna kepada level yang lebih tinggi dari interpretasi,
kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks
itu. Level-level yang lebih rendah ini memiliki kekuatan untuk
memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi lagi, dan hal ini diberi
istilah “latar depan” (foreground) oleh M.A.K Halliday.21
Selain itu, teks pun merupakan proses sosio-semantis. Dalam arti yang
sangat umum, Halliday berpendapat bahwa teks merupakan sebuah peristiwa
sosiologis, yakni sebuah perjumpaan semiotik melalui makna-makna yang
berupa sistem sosial yang sedang saling dipertukarkan. Anggota masyarakat,
yakni individu-individu adalah seorang pemakna. Melalui tindakan
pemaknaan antar individu, maka realitas sosial dapat diciptakan dan dijaga
dalam urutan yang baik, dan secara terus-menerus disusun dan dimodifikasi.22
Fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi. Dalam pertukaran
makna itu terjadi perjuangan semantis antara individu-individu yang terlibat.
Karena sifatnya yang “perjuangan” itu, makna akan selalu bersifat ganda,
tidak ada makna yang bersifat tunggal begitu saja. Dengan demikian, pilihan
20 M.A.K Halliday, Languange as Social Semiotic (London: Edward Arnold, 1978),h.135.
21 Halliday, Languange as Social Semiotic, h. 138.22 Halliday, Languange as Social Semiotic, h. 139.
29
bahasa pada hakikatnya adalah perjuangan atau pertarungan untukmemilih
kode-kode bahasa tertentu.
Teks itu sendiri merupakan suatu objek dan contoh proses atas hasil
makna sosial dalam konteks situasi tertentu. Makna diciptakan oleh sistem
sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks.
Makna tidak mungkin diciptakan begitu saja dengan keadaan terisolasi dari
lingkungannya. Konsep “makna adalah sistem sosial” ditegaskan oleh
Halliday. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sebuah sistem sosial akan
direfleksikan dalam sebuah teks, dengan kata lain situasi akan menentukan
bentuk dan makna teks.23
Situasi adalah faktor penentu teks. Menurut Halliday, makna
diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota
masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan dalam keadaan
terisolasi dari lingkungannya. Secara tegas dirumuskan oleh Halliday bahwa
makna adalah sistem sosial. Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan
dalam teks. Situasi akan menentukan bentuk dan makna teks.
Dalam semiotika Michael Alexander Kirkwood Halliday, ada tiga
unsur konsep situasi yang menjadi pusat perhatian penafsiran teks secara
kontekstual. Konsep-konsep ini digunakan untuk menafsirkan konteks sosial
teks, yaitu lingkungan terjadinya pertukaran makna. Konsep-konsep tersebut
yaitu medan wacana (field of discourse), pelibat wacana (tenor of discourse),
dan sarana wacana (mode of discourse).
23 Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalamPandangan Semiotik Sosial, h.125.
30
Medan wacana merujuk pada aktifitas sosial yang sedang terjadi serta
latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Untuk menganalisis
medan, kita dapat mengajukan pertanyaan what is going on (apa yang sedang
terjadi?), yang mencakup tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan jangka
pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk kepada
ketransitifan yang mempertanyakan apayang terjadi dengan seluruh “proses”,
“partisipan”, dan keadaan”. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang
harus segera dicapai, dan bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang
merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar.
Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak24.
Pelibat wacana (tenor of discourse) merujuk pada hakikat relasi antar
partisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial
dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan
who is taking part, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat,
status sosial dan jarak sosial.
Peranan yang dijalankan tentunya terkait dengan fungsi yang
dilakukan individu atau masyarakat tersebut. Status sosial terkait dengan
tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain,
diperbandingkan kesejajarannya. Jarak sosial, terkait dengan tingkat
pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak.
Peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula
permanen.
24 Anang Santoso, Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis (Malang:UNM, 2008) h.4.
31
Sarana wacana (mode of discourse) merujuk pada bagian bahasa yang
sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, baik itu lisan
ataupun tulisan. Untuk menganalisis sarana, pertanyaan yang dapat diajukan
adalah what’s role assigned to language, yang mencakup lima hal, yakni
peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris.
Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktifitas: bisa
saja bahasa bersifat wajib, atau malahan sebaliknya yakni bersifat hanya
sebagai penyokong saja. Peran wajib terjadi jika bahasa berperan sebagai
aktifitas keseluruhan, sebaliknya peran tambahan terjadi apabila bahasa
membantu aktifitas lainnya. Tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku:
monologis atau dialogis. Medium terkait dengan sarana yang digunakan: lisan,
tulisan, atau isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaimana teks itu dapat
diterima: fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada “perasaan”
teks secara keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis, edukatif,
mantra dan sebagainya. 25
Para pembicara dan para penulis yang efektif benar-benar
memanfaatkan bahasa kiaas atau majas untuk menjelaskan gagasan-gagasan
mereka. Sarana retorik klasik ini telah dipergunakan oleh novelis Romawi,
Cicero dan Suetonius yang memakai figura dalam pengertian ‘bayangan,
gambaran, sindiran, kiasan’.
Majas merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata
dalamberbicara dan menulis untukmeyakinkan atau mempengaruhi penyimak
25 Santoso, Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis, h.4.
32
atau pembaca. Majas dan kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan
timbal balik.26
Sekarang, dengan sudut pandang semiotik sosial yang peneliti pakai
disini, kita dapat melihat teks dari segi prosesnya sebagai peristiwa yang
timbal balik, suatu pertukaran makna yang bersifat sosial. Teks adalah suatu
bentuk pertukaran. Dengan demikian, teks itu sendiri merupakan objek dan
juga merupakan contoh makna sosial dalam konteks situasi tertentu.
Konteks situasi, tempat teks itu terbentang, dipadatkan dalam teks,
bukan dengan cara berangsur-angsur, bukan pula dengan cara mekanis yang
ekstrem, tetapi melalui suatu hubungan yang sistematis antara lingkungan
sosial di satu pihak dengan organisasi bahasa yang berfungsi di lain pihak.
Bila kita memperlakukan teks dan konteks sebagai fenomena semiotik sebagai
‘modes of meaning’, kita dapat meniti jalan dari yang satu kepada yang lain
dengan cara yang menarik.
C. Gaya Bahasa/Majas
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pembicara dengan
memanfaatkan kekayaan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya bahasa
disebut juga majas. Kekhasan gaya bahasa adalah pada mepilihan kata yang
secara tidak langsung menyatakan makna yang sebenarnya.
26 H.G Tarigan, Pengajaran Kosakata, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1984) h.179.
33
Gaya bahasa berfungsi untuk menjadikan pesan lebihberbobot,
menghidupkan suasana teks, menimbulkan efek tertentu dan menimbulkan
keindahan. Majas atau gaya bahasa dapat dibagi menjadi empat
pengelompokkan, yakni gaya bahasa perbandingan, penegasan, pertentangan,
dan gaya bahasa sindiran yang masing – masing memiliki sub-klasifikasi yang
unik dan beragam, yakni:27
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Merupakan jenis gaya bahasa yang menggunakan istilah sebagai
perbandingan dalam mengungkap kenyataan.
a. Metafora: menggunakan kata atau kelompoknkata dengan arti
bukan sesungguhnya. (Raja siang telah pergi ke peraduannya).
b. Personifikasi: penyeolahan benda mati seperti manusia. (Awan
menari-nari di angkasa).
c. Asosiasi atau Simile: gaya bahasa dengan kata pembanding
seperti bak, umpama, laksana, bagai, bagaikan. (Wajahnya
muram bagaikan bulan kesiangan).
d. Alegori: perbandingan antarakejadian fakta dengana
penggunaan kiasan. (Berhati-hatilah mendayung bahtera hidup).
e. Tropen: penggunaan kata atau istilah untuk pekerjaan, yang
sejajar dengan makna aslinya. (Kemarin ia terbang ke Yogya).
27 M. Isa Mulyoutomo, RAPET BINDO, (Jakarta: Limas, 2011) h.193.
34
f. Metonimia: gaya bahasa dengan penyebutan merek, walau bisa
jadi yang dimaksud adalah bendanya, bukan mereknya. (Ayah
pergi ke kantor naik Honda)
g. Litotes: penggunaan kiasan sebagai perbandingan untuk
merendahkan diri. (Ayo, mampir ke gubukku).
h. Sinekdoke: gaya bahasa yang menyebutkan sebagian atau
keseluruhan,namun tidak bermakna asli.
i. Pars Prototo: menyatakan sebagian hal,yang padahal
artinya adalah keseluruhan. (Sudah lama Anton tak
terlihat batang hidungnya).
ii. Totem Pro Parte: penyebutan keseluruhan padahal
bermakna sebagian saja. (Indonesia menjadi juara dalam
Asean Games).
i. Eufimisme: perbandingan menggunakan kelompok kata atau
kata penghalus. (Anak Anda lamban menerima pelajaran).
j. Hiperbola: perbandingan dengan penggunaan kata yang
berlebihan dari aslinya. (Tangisnya menyayat hati orang yang
mendengarnya).
k. Alusio: perbandingan dengan penggunaan istilah, pantun atau
peribahasa secara tidak lazim. (Penyanyi itu sekarang sedang
naik daun).
l. Antonomasia: penggunaan julukan untuk nama orang tertentu.
(Petinju berleher beton itu telah kehilangan gelarnya)
35
m. Perifrasis: penggunaan kata atau kelompok kata untuk
menjelaskan sebuah kata/istilah. (Kapal pesiar itu bergerak
perlahan-lahan).
n. Simbolik: penggunaan kata yang menyatakan simbol atas
sesuatu. (Warna putih lambang kesucian).
o. Antropomorfomisme: penggunaan istilah yang berhubungan
dengan manusia. (Pedagang kaki lima dilarang berjualan di
halte).
p. Aptronim: penggunaan julukan sesuai dengan profesinya.
(Kakak jadi jaksa, sehingga kakak dipanggil Jaksa Anton)
q. Sinestesia: pernyataan dengan menggunakan kata yang
berhubungan dengan indera, padahal yang dimaksud adalah
untuk indera lainnya. (Enak gadis itu dipandang).
r. Hipokorisme: penggunaan panggilan julukan seseorang yang
menandakan keakraban. (Adik lelakiku dipanggil Tole).
s. Dipersonifikasi: pengungkapan seolah manusia merupakan
benda mati atau mahluk selain manusia. (Kamulah nahkodaku).
t. Disfemisme: gaya bahasa perbandingan yang menyatakan hal
tabu, dipasangkan/dibandingkan dengan pengungkapan yang
halus. (Maaf ya, ibumu germo).
u. Fabel: menyeolahkan perbuatan binatang seolah diperbuat
manusia. (Harimau marah setelah ditipu kancil).
36
v. Parabel: gaya bahasa yang didalamnya terdapat hikmah atau
makna tersembunyi sebagai nilai-nilai. (Cerita tentang orang
suci, nabi, wali dalam Injil)
w. Eponim: nama tempat sebagai pranata. (Orde Lama berlangsung
pada rezim Soekarno).
2. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya penyajian bahasa dengan sedemikian cara untuk
mempertegas makna yang terdapat didalamnya.
a. Pleonasme: penegasan dengan kata tambahan (makna sama, kata
yang berbeda) secara berlebihan atau tidak diperlukan.
(Turunlah ke bawah dengan hati-hati)
b. Repetisi: penegasan dengan penggunaan pengulangan kata atau
kelompok kata. (Selamat jalan sayangku, selamat bekerja
kekasihku)
c. Paralelisme: penegasan dengan menggunakan kata atau
kelompok kata yang sejajar.
i. Anafora: penegasan dengan pengulangan kata pada awal
tiap potongan bagian kalimat. (Engkau pujaanku, engkau
pelitaku, engkau harapanku)
ii. Epipora: penegasan dengan pengulangan kata pada akhir
tiap potongan bagian kalimat. (Jika ayah mau, ibu mau,
maka aku pun mau).
37
d. Tautologi: penegasan dengan pengulangan kata, kelompok kata
atau sinonimnya. (Sekali kukatakan tidak, ya tidak).
e. Klimaks: penegasan dengan penyebutan beberapa hal yang
berurut dari rendah ke tinggi. (Senyummu membuat diriku
terdiam, membisu, terpaku).
f. Anti-klimaks: penegasan dengan penyebutan beberapa halyang
berurut dari tinggi ke rendah. (Presiden,wakil presiden dan
menteri sedang menjenguk pengungsi) .
g. Retoris: penegasan dengan kalimat berisi pertanyaan yang tak
perlu dijawab karena dimaksudkan untuk pernyataan. (Mana
mungkin orang yang meninggal dunia lalu hidup lagi?).
h. Koreksio: penegasan yang diungkapkan melalui koreksi kata
yang terdapat dalam sebuah kalimat. (Mari berlari..eh..maaf,
berdiri).
i. Sindenton: penegasan yang berusaha menjelaskan beberapa hal
secara berturut-turut dengan menggunakan kata hubung
(konjungsi).
i. Asindenton: menjelaskan beberapa hal tanpa kata
penghubung. (Kemeja, sepatu, kaos kaki ini dibeli di
toko sebelah).
ii. Polisindenton: penjelasan beberapa hal sederajat dengan
menggunakan kata hubung berulangkali. (Dengan kamu,
dengan Anda, dengan kalian, kami bisa).
38
j. Interupsi: penggunaan kata untuk penjelasan sebagai
keteranganyang disispkan dalam suatu kalimat. (Tiba-tiba ia –
suami itu- direbut oleh perempuan lain).
k. Praterio: gaya bahasa penegasan dengan menyembunyikan
maksud yang sebenarnya agar ditebak oleh penerima (memberi
efek penasaran). (Bahwa saya tahu kejadian kemarin, tidak perlu
saya ceritakan).
l. Enumerasio: gaya bahasa yang menyebut beberapa bagian saling
berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan. (Angin
berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi).
m. Inversi: penegasan dengan menggunakan kalimat yang tersusun
terbalik (kata sifat mendahului objek). (Indah benar
pemandangannya).
n. Elipsis: penegasan dengan penggunaan kalimat yang tidak
lengkap. (Diam!)
o. Eksklamasio: penegasan dengan penggunaan tanda baca seru (!).
(Awas,anjing galak!).
p. Apofasis: penegasan dengan cara seolah menyangkal hal
tersebut. (Saya tidak mau mengungkapkan dalam acara ini
bahwa Asnda curang).
q. Pararima: Pengulangan dengan mengulang kata, namun
mengubah bunyi huruf vokalnya. (Kamu jangan mondar-
mandir).
39
r. Aliterasi: penegasan dengan pengulangan penggunaan kata
dengan konsonan yang sama dengan kata pertama. (Tuhan tentu
tidak tidur tatkala terjadi tindakan tidak terpuji).
s. Sigmatisme: gaya bahasa dengan pengulangan kata dengan
dominasi huruf S untuk menimbulkan efek meriah. (Rasa sesal
selalu singgahi sapa siapa saja)
t. Antanaklasis: penegasan dengan menggunakan pengulangan
kata yang sama namun beda makna. (Sempit rumah tidak harus
sempit hati).
u. Alonim: penegasan dengan menggunakan varian nama. (Bang
Ben adalah pelawak legendaris Betawi)
v. Kolokasi: penegasan dengan menggunakan asosiasi kata.
(Sungguh sulit berurusan dengan orang berkepala batu)
w. Silepsis: penegasan dengankata atau kelompok kata yang
berbeda makna. (Membacamenambah wawasan dan
menambah pengetahuan).
x. Zeugma: penegasan yang menggunakan kata atau kelompok
kata yang tidak logis. (Ia menganggukkan kepala dan badannya
tanda setuju).
3. Gaya Bahasa Pertentangan
Merupakan gaya bahasa yang memperlihatkan pertentangan,
dengan maksud dan tujuan tertentu, tergantung jenis yang dipakainya.
40
a. Paradoks: menggunakan dua kata atau kelompokkata yang
bermakna pertentangan frontal dalam sebuah kalimat. (Hatinya
sunyi di kota Jakarta yang ramai ini).
b. Antitesis: gaya bahasa yang menggunakan kata yang bermakna
perbedaan. (Orang bule maupun orang negro sama-sama ciptaan
Tuhan).
c. Okupasi: gaya bahasa pertentangan, tapi kemudian diberi
penjelasan. (Dulu adik pemalu, tetapi kini pemberani sejak
mondok di pesantren).
d. Kontradiksio: gaya bahasa pertentangan dengan adanya
pengecualian dan keseluruhan. (Semua anakmu penurut, hanya
Andi yang nakal).
e. Anakronisme: menggunakan pernyataan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. (Majapahit runtuh karena diserang teroris).
f. Oksimoron: gaya bahasa pertentangan yang menggunakan kata
atau kelompok kata berlawanan. (Dia kaya harta, tetapi miskin
ilmu).
4. Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa yang menyindir atau mengejek.
a. Ironi: sindiran dengan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut,
menggunakan kelompok kata yang halus. (Merdu benar
suaramu hingga aku terbangun).
41
b. Sinisme: sindiran yang menggunakan kata atau kelompok kata
agak kasar. (Wangi benarbau mulutmu).
c. Sarkasme: sindiran yang menggunakan kata atau kelompok kata
kasar. (Hai anjing, pergi dari sini!)
d. Antifrasis: yakni gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata
atau kelompok kata dengan makna berlawanan. (Mana mungkin
jatah untuk orang kaya dan orang miskin disamakan??)
e. Innuedo: gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata atau
sekelompok kata yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
(Jangan heran, dia itu kaya karena pelit).
f. Satir: ungkapan yang menggunakan kecaman atau
menertawakan seseorang atau keadaan. (Ya ampun, aku muak
mendengar pidato orang itu)
D. Representasi Media Stuart Hall
Representasi secara bahasa diambil dari bahasa Inggris “to present”,
yang bermakna menunjukkan suatu citra tertentu. Representasi dilakukan
melalui media tertentu untuk mencuatkan citra yang ingin ditonjolkan pada
objek tersebut. Sebenarnya ada studi khusus mengenai representasi, yaitu
cultural studies, karena cultural studies berpatokan pada pertanyaan tentang
representasi. Pertanyaan mendasar mengenai representasi adalah “Bagaimana
dunia ini dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial kepada kita dan oleh
42
kita.”28. Representasi dan makna ini melekat pada beberapa faktor antara lain:
bunyi, prasasti, objek, citra atau image, program televisi, majalah, dan film
Representasi juga merupakan konsep yang menghubungkan antara
makna dan bahasa dengan budaya. Representasi juga dapat berarti
menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti atu
menggambarkan dunia yang penuh arti kepada orang lain. Representasi juga
merupakan sebuah bagian esensial dari proses dimana makna dihasilkan dan
diubah oleh anggota kultur tersebut.29
Menurut Stuart Hall, representasi harus dipahami dari peran aktif dan
kreatif orang memaknai dunia. Representasi adalah jalan dimana makna
diberikan kepada hal-hal yang tergambar melalui citra atau bentuk lainnya
pada layar atau pada kata-kata. Hall menunjukkan bahwa sebuah citra akan
mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa citra akan
berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Representasi
adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang ditampilkan, dapat
dijelaskan dengan menggunakan bahasa. Melalui bahasa-lah berbagai tindakan
representasi tersebut ditampilkan oleh media dan dihadirkan dalam
pemberitaan. Maka yang patut dikritisi ialah pemakaian bahasa yang
ditampilkan oleh media. Proses ini mau tidak mau sangat berhubungan dengan
pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak.30
28 Chris Barker, Cultural Studies: Theory and Practice, 4th Edition, (California:Sage,2012)h.8.
29 Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, (London: massCommunication & Society,1997) h. 15.
30 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2009),h.113.
43
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi
mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing
(peta konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak.
Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna.
Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa
yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang
sesuatu dengan tanda dari simbol tertentu.31
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikannya sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan, atau
pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan
lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan,
melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau
dirasakan dalam beberapa bentuk fisik”32
Representasi amatlah diperlukan bagi sebuah kebudayaan, salah
satunya adalah melalui teks budaya. Teks budaya itu sendiri merupakan
kombinasi dari tanda33. Teks dan praktek budaya bersifat multi-aksentual.
Teks kebudayaan dapat diartikulasikan secara berbeda, dengan aksen yang
berbeda oleh orang yang berbeda, dalam konteks yang berbeda dan untuk
tujuan yang berbeda pula.
31 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis bagiPenelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.122.
32 Marcel Danesi, Understanding Media Semiotics (London: Arnold), h.3.33 Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studie: A Semiotic Approach
(Palgrave, 2002), h.77.
44
Menurut Stuart Hall, budaya dan bahasa merupakan hal yang terkait
satu sama lain, dikarenakan terkait dengan satu poin, yakni makna. Budaya
adalah proses produksi dan pertukaran makna, proses memberi dan menerima
maknadiantara sekelompk orang34.
Bahasa adalah sistem representasi dalam kebudayaan. Bahasa adalah
salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh
manusia untuk berkomunikasi dan berekspresi kepada satu sama lain,
termasuk dalam hal merepresentasikan citra atas sebuah kelompok atau
kebudayaan tertentu, melalui media.
Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk
representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana
seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan
dalam pemberitaan.35
Stuart Hall juga berpendapat bahwa ada beberapa prinsip representasi
sebagai sebuah proses produksi makna melalui bahasa, yaitu:36
Representasi untuk mengartikan sesuatu, maksudnya adalah
representasi menjelaskan dan menggambarkan dalam pikiran
dengan sebuah gambaran imajinasi untuk menempatkan
persamaan sebelumnya dalam pikiran atau perasaan kita.
34 Stuart Hall, Representation: Cultural Representations and Signifying Practice (SagePublications, 2003), h.2.
35 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2009),h.113.
36 Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, (London: massCommunication & Society,1997) h. 16.
45
Representasi digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
mengkonstruksi makna dari sebuah simbol.
Stuart Hall juga mengemukakan bahwa ada tiga bentuk pendekatan
representasi makna melalui bahasa, yaitu:37
Reflektif, dimana representasi menggunakan bahasa sebagai
cermin yang merefleksikan/memantulkan makna yang sebenarnya
dari segala sesuatu di dunia. Misalnya saja, kita melihat itu
“piring” maka dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya “piring
“, dalam bahasa inggris kita menyebutnya “plate”.
Intensional, dimana menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan apa yang ingin kita katakan dan lakukan karena
memiliki tujuan tertentu. Misalnya, memberi kecupan di kening
sebagai tanda kasih sayang dan perlindungan.
Konstruksionis, di mana pemaknaan dikonstruksi dalam dan
melalui bahasa, misalnya saja: tanda cinta disimbolkan dengan
bunga mawar, bukan kamboja.
Karena bunga mawar memiliki banyak duri dan yang memetik rela
terkena duri, demikian dengan cinta siap atas sakitnya duri. Sedangkan
kamboja seringkali dijumpai di pemakaman, sehingga identik dengan bunga
kematian. Dari ketiga pendekatan tersebut, merupakan pendekatan bagaimana
37 Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, h.17
46
bahasa yang digunakan merupakan cerminan dari sebuah makna atas apa yang
ingin dibangun.
Sedangkan Sturken dan Cartwright mengartikan representasi sebagai
proses mengkonstruksi dunia disekitar kita dan proses memaknainya, serta
berarti penggunaan bahasa dan imaji untuk menciptakan makna di dunia
sekitar kita. 38
Ada hubungan antara representasi dengan bahasa media, dalam relasi
media dengan khalayaknya. Dalam media ada aktor yang berperan, awak
media tersebut adalah subjek yang memiliki mental representation sendiri
yang tidak selalu sama dengan khalayaknya. Akan ada kemungkinan terjadi
bias kepentingan dari media karena keniscayaan subjektif dari bahasa media.
Kepentingan tersebut mewakili gambaran ideologis pelaku representasi
(media sendiri). Proses pembacaan terhadap bahasa media ini bersifat
negosiatif, antara mental representation awak media dengan mental
representation pembaca atau khalayak.
Dalam representasi media, tanda yang dipakai untuk
merepresentasikan sebuah citra tentunya mengalami seleksi. Tanda-tanda yang
sesuai dengan tujuan-tujuan komunikasi ideologisnya itu yang digunakan
sementara tanda-tanda lain diabaikan.39
Maka selama realitas dalam representasi media tersebut harus
memasukkan atau mengeluarkan komponennya dan juga melakukan
38 Marita Sturken and Lisa Cartwright, Practices of Looking: An Introduction to VisualCulture, (USA: Oxford, 2001) h.12.
39 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis bagiPenelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.123.
47
pembatasan pada isu-isu tertentu sehingga mendapatkan realitas yang bermuka
banyak bisa dikatakan tidak ada representasi realita –terutama di media- yang
benar-benar “benar” atau “nyata”.40
40 David Croteau dan William Hoynes, media/society, industries image and audiences(California: Pine Forge Press, 2000), h.195.
48
B. Komunikasi Antar Budaya
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang ada di dalamnya
meliputi pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan
dan kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang sebagai suatu anggota
masyarakat. Oleh karena itu, cara termudah untukmenjelaskan kebudayaan
adalah dengan mendeskripsikan rincian pengetahuan, seni, moral, hukum, adat
istiadat dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat dari kebudayaan tertentu.41
Komunikasi antar budaya (intercultural communication) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya.
Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok rasa
atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antar budaya.
Pada dasarnya komunikasi antarbudaya mengkaji bagaimana budaya
berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna pesan verbal dan
nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak
dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, bagaimana cara
mengkomunikasikannya (verbal dan nonverbal).42
Hasil penelitian lain tentang bahasa dalam kasus-kasus komunikasi
lintas budaya menunjukkan bahwa pemerkayaan bahasa mampu memperluas
41 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: LKiS,2007), h.11.
42 Dedy Mulyana, Kkomunikasi Antarbudaya (Bandung: Remaja Rosda, 2001), h.323.
49
pemahaman terhadap struktur objek kebudayaan, tipe tipe strategi tindakan
manusia dalam konteks komunikasi antar budaya43.
Menurut Michael Lull, hubungan bahasa dan budaya tidak terbatas
pada kosakata, tata bahasa, dan ucapan. Lembaga-lembaga juga mencoba
mengatur kapan orang-orang dapat berbicara, kepada siapa, mengenai apa, dan
pada tingkat volume berapa. Manajemen budaya yang dilembagakan
jugamuncul, misalnya dalam peraturan berpakaian disuatu lembaga yang
memberitahukan para anggotanya berpakaian dan gaya rambut apakah yang
dapat diterima menurut budaya. Peraturan-peraturan ini dimaksudkan tidak
hanya untuk menstandarkan penampilan dan perilaku, tetapi juga
memungkinkan otoritas-otoritas untuk menarik batas perbedaan kekuatan
sosial antara diri mereka dan warga yang secara budaya tak dapat diatur.
Bahasa adalah sebuah instituasi sosial yang dirancang,dimodifikasi,
dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau subkultur yang
terus berubah. Karenanya, bahasa dari budaya satu berbeda dengan bahasa
dari budaya lain, dan samapentingnya,bahasa dari suatu subkulturberbeda
dengan bahasa dari subkultur yang lain.44
C. Dakwah bit Tadwin
43 Syifa Fauzia, “Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam dalam Bens Radio”,(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2012) h.29.
44 Martin Montgomery, An Introduction to Language and Society, (London: Methuen&Co.,Ltd, 1986) h.24.
50
Secara semantik, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a /yad’u
yang artinya mengajak, mengundang atau memanggil. Kemudian menjadi kata
da’watun yang artinya panggilan atau undangan atau ajakan45. Dalam
pengertian, istilah dakwah diartikan sebagai upaya mengajak umat dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan di dunia dan akhirat46.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi
Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai
cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Berbicara da’wah juga berarti berbicara komunikasi. Berbicara
komunikasi berarti juga berbicara media, dikarenakan komunikasi dapat
dilakukan melalui berbagai macam media. Media ialah alat atau wahana yang
digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Untuk
itu, komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau
sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh
tempatnya, atau banyak jumlahnya47. Media massa digunakan dalam
komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal
jauh48.
45 Muhammad Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar IlmuKomunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h.5.
46 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.1.47 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104.48 Ilaihi, Komunikasi Dakwah, h. 105.
51
Media dakwah (Wasilah al-Dakwah) adalah media atau instrument
yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah
kepada mad’u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da’I untuk menyampaikan
dakwahnya baik dalam bentuk lisan atau tulisan.49
Terdapat beberapa media dalam metode pemberian dakwah, salah
satunya adalah dakwah bit-Tadwin, yang berarti dakwah melalui tulisan. Ia
hadir untuk menjawab permasalahan, dapatkah dakwah disampaikan secara
serempak dalam waktu yang relatif bersamaan? 50
Di era saat ini ada banyak media yang bisa dijadikan sebagai sarana
dakwah. Selain media massa seperti koran, majalah, radio, dan televisi, ada
juga sarana lain yang cukup efektif yaitu buku. Melihat animo masyarakat
yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan,
menjadikan dakwah melalui buku bisa dijadikan sebagai alternatif yang cukup
representatif.51
Berdakwah melalui tulisan, merupakan bagian integral dari bidang
kajian dakwah. Ia merupakan kajian atas salah satu unsur dakwah,yaitu media
dakwah52. Jika para da’I hanya mengandalkan dakwah bil-lisan saja,dan hanya
sebagai konsumen untuk informasi yang disampaikan oleh media lain, maka
salah satu lahan potensial tidak tergarap53.
49 Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.9.50 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan (Bandung: Mujahid Press, 2004), h.6.51 Bambang Trim, Menjadi Powerful Da’I dengan Menulis Buku, (Bandung: Kolbu,
2006), h. xii.52 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.5.53 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.24.
52
Oleh karena itu, tidak keliru jika kini kegiatan dakwah bisa
dikembangkan melalui media tulisan. Melalui tulisan yang dikemas populer,
dan dikirimkan lalu dimuat di media massa seperti di koran, majalah, tabloid
maupun bulletin, pesan dakwah dapat tersebar dan diterima banyak kalangan,
dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada keluangan objek dakwah.54
D. Sejarah Islam
Korpus data yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah buku yang
bertema sejarah. Maka, peneliti akan membahas mengenai sejarah dalam
konteks kajian kebudayaan keislaman. Sejarah merupakan salah satu produk
budaya karena didalam sejarah terjadi proses produksi dan sirkulasi makna.
Menurut Arthur Marwick, terdapat tiga definisi sejarah, yakni masa
lalu kehidupan manusia; cara manusia menggambarkan dan menginterpretasi
masa lalu; sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu. 55
Dari sisi lain, sejarah berasaldari kata ’syajarah’ yang dalam bahasa
Arab berarti pohon. Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi akulturasi
antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dalam kaitan
tersebut, silsilah, riwayat, babad, tambo maupun tarikh termasuk dalam satu
cakupan pengertian sejarah.56
54 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.6.55 Judy Giles dan Tim Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction (Chicester:
Blackwell Publishing, 2008), h.83.56Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat dan IPTEK (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.3.
53
Menurut John Tosh, produksi sejarah lebih bersifat positif daripada
keilmuan57. Penulisan sejarah yang ditampilkan ke khalayak luas harus dapat
menunjang situasi politik dimana sejarah tersebut disebarkan. Meski begitu,
teks dari sejarah kebudayaan bukanlah sekedar cerminan struktur tertentu dan
sejarah. Teks tersebut merupakan sebuah kesatuan terintegrasi, sebuah proses
yang berjalan beriringan.
Sejarah sebagai ilmu adalah usaha untuk mengetahui dan memahami
peristiwa yang terjadi pada masa silam, yang dianggap mempunyai relevansi
dan signifikansi sosial tertentu, karena peristiwa itu dinilai ikut berperan
dalam menentukan masa kini dan masa yang akan datang.58
Seperti yang tersurat dalam Al-Qur’an, berbunyi sebagai berikut:
ا قدمت لغد واتقوهللا ولتنظر نفس م خبیر بما تعملون یا أیھاالذین آمنوا اتقوا ا إن ا
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklahsetiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah MahaMengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Hasyr:18)
Begitulah perintah Allah dalam menyikapi hal yang sudah lampau
sebagai sebuah sejarah dan pembelajaran untuk masa depan. Maka sebagai
umat yang beriman, sudah seharusnya kita belajar dari sejarah dan bangkit
untuk membangun masa depan.
57 Judy Giles. Studying Culture: A Practical Introduction (Blackwell Publishers, 1999),h.85.
58 Badri Yatim, Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan Humaniora: Studi Islamdengan Pendekatan Sejarah (Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h.28.
54
Dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu sejarah dianggap sebagai ilmu –
ilmu keagamaan (ulum an-naqliyyah) karena pada awalnya terkait erat dengan
ilmu hadis. Seperti diketahui, pada masa pra-Islam dan awal Islam bangsa
Arab tidak mencatat sejarah mereka. Mereka menyimpan catatan itu dalam
bentuk hafalan.59 Dan setelah tradisi tulisan berkembang dan ilmu sejarah
telah mapan, umat muslim menyortir, mengkaji informasi, menelisik
kesinambungan riwayat itu sendiri untuk mengungkap fakta secara utuh.
Dalam hal ini, umat Islam melalui sejarahnya berusaha mengenali, menjaga
dan mempertahankan kebudayaan Islam agar tidak melenceng dari apa yang
sebenarnya. Maka secara jelas, sejarah Islam merupakan bagian dari
kebudayaan Islam.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penulisan sejarah dipengaruhi
oleh siapa yang lebih dominan. Dalam hal ini, dalam kacamata dunia tidak
dapat kita pungkiri bahwa dunia barat yang didominasi oleh kalangan non-
muslim, lebih menguasai media. Sehingga, seringkali sejarah diungkapkan
dalam pandangan mereka, yang menjadi tidak objektif dalam memandang
sejarah Islam.
Sejarah merupakan sebuah teks kebudayaan yang memanglah sarat
dengan subjektifitas dan propaganda dari rezim yang berkuasa. Hegemoni ini,
berusaha dilawan oleh kaum minoritas –yakni para anggota dalam kebudayaan
tersebut, dengan berusaha menulis sejarah dengan perspektif yang lebih
imbang.
59 Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam dari Klasik hingga Modern (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2004), h.1.
55
BAB III
GAMBARAN UMUM BUKU
A. Deskripsi Tampilan Fisik Buku Mengenal Islam for Beginners
Buku Mengenal Islam for Beginners merupakan buku terjemahan dari
bahasa Inggris berjudul Muhammad for Beginners. Buku berisi fakta dan data
historis mengenai perkembangan agama Islam serta kebudayaannya. Dengan
dibantu Zafar Abbas Malik sebagai illustrator dalam buku tersebut¸ Ziauddin
Sardar berusaha memperkenalkan ajaran agama yang dibawa Muhammad,
serta perkembangannya hingga kini.
Diterbitkan pada tahun 1994 sebagai salah satu seri buku for
Beginners, yang pada saat itu Afghanistan belum dikuasai oleh Taliban, dan
tentunya juga sebelum kejadian 11 September, tulisan ini hanya menghabiskan
seperempat buku dari 176 halaman untuk membahas mengenai Muhammad
SAW. Dan akhirnya berganti judul pada terbitan tahun 2000 menjadi
Introducing Islam. Maka, buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan
judul Mengenal Islam for Beginners yang telah mengalami 6 kali cetak.
Sesuai judulnya, buku ini secara singkat dan padat ditulis dengan
berbagai ilustrasi yang menarik, tidak detil namun cukup membantu
menjelaskan konsep–konsep dasar lahirnya Islam beserta perkembangannya
terhadap dunia modern. Ilustrasi yang tersebar dalam hampir tiap halaman
buku best seller International ini pun mampu dalam menarik perhatian
pembaca, sehingga buku ini tidak terasa membosankan. Buku seri for
56
Formatted: Left
Beginners memanglah diharuskan untuk didalamnya selalu diselipkan ilustrasi
yang relevan dan cocok dengan subjek pembahasan, seperti yang dikatakan
oleh Ziauddin Sardar:
“It was a requirement given that the book was in the Beginners series. I hadno choice! The challenge was to make the illustrations relevant and suitablefor the subject” 1
(Hal tersebut merupakan persyaratan yang diberikan dikarenakan bukutersebut merupakan bagian dalam buku seri for Beginners. Saya takpunyapilihan! Tantangannya adalah untuk membuat ilustrasi yang relevandan cocok untuk subjek.)
Buku ini dibuat dengan model komik sebagai upaya untuk
mempermudah penangkapan gagasan yang disampaikannya. Dalam buku ini
dijumpai foto/ lukisan/ gambar yang jarang dijumpai sebelumnya, yang
memperlihatkan bagaimana dinamika perdebatan-perdebatan – penulisan –
penyalinan, menjadi sebuah rangkaian yang memperjelas bahwa di dalam
peradaban Islam pada beberapa abad lalu tumbuh dinamika intelektual yang
tinggi.2
Buku yang padat informasi ini, dibubuhkan suplemen – suplemen yang
lucu dan indah oleh Zafar A. Malik sebagai ilustrator, namun di bagian akhir
buku tampak lebih banyak didominasi oleh teks daripada ilustrasi. Aura emosi
yang mereka timbulkan melalui ilustrasi dalam buku sangatlah cocok dengan
kata – kata persuasif yang terdapat dalam teks. Kaligrafinya pun sangat indah.
Contoh manuskrip Qur’an zaman lampau pun begitu menakjubkan. Secara
keseluruhan, buku ini merupakan buku yang menarik dalam memperkenalkan
1Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulisbuku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014
2Adeng Lukmantara, “Biografi Ziauddin Sardar”. Artikel diakses pada 14 Juni 2014 darihttp://www.ensikperadaban.com/?TOKOH_%26amp%3B_INTELEKTUAL_MUSLIM_KONTEMPORER:Intelektual_Kontemporer:Ziauddin_Sardar
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
57
Formatted: Left
Islam di abad ke-19 (sembilan belas). Bagi orang-orang yang hanya ingin
mencari tahu sekedar mengenai Muhammad S.A.W atau mengenai zaman
post-colonial, mungkin ada baiknya untuk membaca buku lebih banyak lagi
selain daripada buku ini.3
Setiap edisi For Beginners memiliki ciri khas pada ramainya ilustrasi
yang terdapat dalam penjelasannya. Hal ini bertujuan agar penjelasan lebih
mengena pada benak para pembaca yang pemula. Akan tetapi tidak dipungkiri
bahwa pada masa penerbitan buku ini merupakan hal baru ketika sebuah buku
tentang Islam dibubuhkan dengan banyak ilustrasi berbentuk kartun, terutama
jika kita perhitungkan di kancah media massa Indonesia. Namun tidak perlu
panik, penulis dan ilustrator mematuhi tradisi yang menyatakan bahwa
penggambaran Nabi dan pengikutnya dilarang.
Gambar 2 . Salah satu bagian isi buku Mengenal Islam for Beginners yang dikemas menarikdengan ilustrasi
3“Introducing Muhammad -Paperback”, Artikel ini diunduh pada 7 Juni 2014 darihttp://www.amazon.com/Introducing-Muhammad-Ziauddin-Sardar/dp/1874166153
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
58
Dimulai dengan sajian lengkap tentang asal-usul Islam, Sardar
menggunakan kerangka sejarah untuk menjelaskan perkembangannya.
Pembaca akan menemukan gaya tabloid yang sederhana namun juga
membimbing pada ilmu pengetahuan. Cara penyajian isi buku pun
menyegarkan, cerdas, dan penuh canda. Yang menjadi peringatan untuk para
kaum tradisionalis adalah kesimpulan buku itu bahwa Islam harus terus
berkembang dari dalam melalui "proses yang berkesinambungan dan
melakukan pemikirkan ulang".
Buku ini pun menyelipkan glosarium istilah pada bagian akhir buku,
yang semakin meyakinkan pembaca bahwa Ziauddin Sardar memanglah
berniat untuk berbagi pengetahuan melalui buku ini. Di bagian paling
belakang isi buku, terdapat pula daftar buku besert5a keterangan konten
masing-masing buku, sebagai rujukan untuk pembaca jika ingin tahu lebih
lanjut mengenai Islam.
B. Sinopsis Buku Mengenal Islam for Beginners
Ziauddin Sardar banyak menulis buku, salah satunya
adalah Muhammad for Beginners yang diterjemahkan oleh penerbit Mizan dan
berjudul Mengenal Islam for Beginners. Buku yang telah diterjemahkan ke 30
bahasa ini bercerita singkat tentang Islam dari kelahirannya hingga
perkembangannya kini. Bahasan tidak dipisahkan per-bab,namun dapat
terlihat pembagian bahasannya, yakni secara kronologis waktu dari awal
kemunculan Muhammad hingga perkembangan masa depan Islam.
59
Formatted: Left
Buku ini dapat dikatakan terbatas pada mengenalkan Islam dan
dunianya dalam konteks logika, keilmuan dan teknologi yang
telah berkembang, bukan tentang keagamaan atau syariat Islam. Namun di
dunia modern saat ini yang semakin banyak orang berpikiran maju, buku ini
cocok untuk mengenalkan Islam dan sejarahnya kepada mereka yang non-
muslim, serta kepada para muslim yang juga banyak tak mengenal sejarah
Islam itu sendiri, terutama dalam sejarah perkembangan sains dan teknologi.
Muslim sendiri banyak yang mempunyai kecenderungan antipati terhadap
perkembangan sains dan teknologi saat ini meskipun jika menilik sejarahnya,
banyak sains dan teknologi ditemukan dan dikembangkan oleh orang Islam
atas keseriusan mereka dalam membaca dan menafsirkan Al-Quran sebagai
petunjuk dalam kehidupan, sebagai implementasi dari firman pertama yang
turun, “Bacalah, atas nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Dalam buku ini Sardar ingin menampilkan totalitas aspek-aspek Islam
tanpa berpretensi untuk mengunggulkan satu aspek dibanding aspek lain.
Perdebatan yang digunakannya amat sederhana tetapi menukik sehingga tidak
terasa pembaca diajak mengarungi samudra Islam yang luas.4
Pada bagian awal buku, Sardar membahas mengenai kehidupan
Muhammad S.A.W yakni dimulai dengan perkenalan peran penting beliau
dalam kemunculan agama Islam. Lalu dibahas perjalanan hidupnya dari
semasa kelahirannya, hal-hal yang beliau alami dan lakukan, peristiwa penting
semasa kenabian, hingga wafatnya. Dalam halaman-halamannya diselipkan
4 Adeng Lukmantara, “Biografi Ziauddin Sardar”.
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
60
ilustrasi gambar dan teks berisikan fakta dan hadis yang berkaitan dengan
pembahasan di halaman tersebut. Terdapat juga skrip pidato terakhir dari
Rasulullah ketika akan datang masa ajalnya dan disajikan dengan menarik
Lalu setelah pembahasan mengenai Muhammad, dibahas mengenai
Hadis, Sunnah dan Al-Qur’an sebagai dasar hukum Islam. Cukup dijelaskan
mengenai pengertian hadis, asal mula penulisan, metode kategorisasi hadis asli
dengan yang meragukan hingga palsu dengan jelas dan meyakinkan. Juga
dijelaskan mengenai sunnah, sehingga para pembaca mendapatkan gambaran
yang cukup jelas mengenai perbedaan antara hadis dan sunnah serta
klasifikasinya. Dituliskan pula hal – hal penting dengan cara penulisan khas,
sehingga melekat dalam benak pembaca. Mengenai Al-Qur’an, dijelaskan
mengenai pengertian, penyusunan Al-Qur’an dari awal hingga kini secara
singkat dan jelas, keunikan Al-Qur’an, tuntunan, hingga mengenai tafsir
Qur’ani, penerjemahan dan peranannya.
Selanjutnya dijelaskan mengenai hukum-hukum utama yang terdapat
dalam Islam, dari mulai ketauhidan, rukun Islam, konsep khalifah, keadilan,
keilmuan, makna jihad, syariat, fiqih, ijtihad hingga makna toleransi beragama
dalam Islam. Dijelaskan dengan singkat dan jelas mengenai cara pengamalan
rukun Islam, juga konsep dasar dan pengertian yang benar mengenai prinsip –
prinsip yang dibahas dalam bagian tersebut secara logis dan disampaikan
dengan positif. Mengenai jihad, dijelaskan bahwa jihad merupakan suatu hal
yang paling sering disalahartikan dan disalahgunakan. Arti harfiah jihad
merupakan ‘perjuangan berarah’ yang dapat mengambil banyak bentuk
61
sebagai pengamalan. Tetapi agresi atau perang untuk menaklukkan wilayah,
atau untuk memaksakan orde politik tertentu pada masyarakat tidak dapat
disebut jihad. Dan jihad bukanlah suatu hal yang boleh dilancarkan kepada
sesama muslim atau dengan alasan mudah boleh dilakukan tanpa alasan yang
amat meyakinkan bahwa yang dihadapi adalah aggressor atau penindas korban
yang tak berdaya.
Setelah itu Sardar mulailah membahas mengenai perkembangan ilmu
dan peradaban Islam. Setelah Rasulullah wafat, diawali dengan kepemimpinan
keempat khalifah (Khulafaur Rasyidin) yakni Abu Bakar, Umar, Ustman dan
Ali bin Abi Thalib. Lalu dijelaskan mengenai penyebaran Islam dan awal,
seperti Syiah.
Lalu mulailah pembahasan mengenai ilmu pengetahuan, yang didasari
dengan penekanan Al-Qur’an untuk mencari ilmu, dan menjadi kekuatan
utama masyarakat muslim. Umat Islam amat tekun dalam mencari ilmu
bahkan yang berasal dari negara-negara jauh. Setelah itu masyarakat muslim
belajar cara pembuatan kertas perkamen dari orang Cina dan
memproduksinya. Dikarenakan minat belajar dan membaca sangat besar, serta
berawal dari ditulisnya kembali Al-Quran dengan teknologi kertas,
digandakan dan disebar ke seluruh koloni bangsa Arab dan Timur Tengah.
Dengan tulis tangan penerbitan buku sebelum abad ke-10 berkembang pesat
hingga melahirkan profesi warraq, yaitu mereka yang ahli dalam
menggandakan naskah secara akurat dan cepat.
62
Formatted: Left
Lembaga pengajaran pun menjamur di masyarakat Islam. Argumen
dan debat pun merupakan suatu hal lumrah yang dibudayakan dalam tujuan
perkembangan ilmu dan kemajuan pengetahuan. Dari situlah dilahirkan para
pemikir – pemikir Islam aliran stoic, neo-platonis, tasawuf, dan kelompok
rasional-teologis, dan para ilmuwan dalam berbagai bidang.
Pemikiran sufisme, kesusasteraan, sains pun berkembang dengan
pesat. Lima ratus tahun sebelum Galileo, seorang astronom Muslim yang
disebut al-Biruni menghitung panjang tahun matahari, mengukur berat jenis
berbagai logam dan membahas rotasi bumi pada porosnya. Cendekiawan
Muslim lainnya mengembangkan ilmu optik, menemukan tabung reaksi dan
instrumen bedah dan memelopori universitas - memberikan kita istilah-istilah
seperti "kursi" dan "pembaca". Perpustakaan umum, penerbitan massa,
bibliografi, kompas, gitar dan "bagaimana menjadi mistik tanpa panik"
semuanya telah dipelajari oleh orang Barat dari Islam.5
Penyebaran ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh para ilmuwan Islam
kepada bangsa Eropa juga berlangsung lancar dengan melalui penerjemahan-
penerjemahan. Bahkan Renaisans pun dalam kemajuannya bergantung pada
keilmuwan para pemikir Islam. Tapi ada beberapa hal yang dunia Barat gagal
pelajari dari muslim pada saat itu, seperti pendidikan seks, konsep khalifah
manusia dan banyak lagi.
5David Self, “Book Review”. Artikel ini diakses pada 11 Juni 2014 darihttp://www.independent.co.uk/arts-entertainment/books/reviews/introducing-islam-by-ziauddin-sardar--illustrated-by-zafar-abbas-malik-617084.html
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, No underline, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
63
Pada pembahasan selanjutnya, dijelaskan mengenai kemunduran
peradaban muslim yang disebabkan perpecahan internal dan permusuhan
kerajaan muslim, korupsi dan gaya hidup mewah para penguasa serta kalahnya
Spanyol dan jatuhnya Baghdad dalam perebutan kekuasaan. Terutama ketika
Pangeran Boadbil memberikan kunci-kunci Kota Granada, maka berakhirlah
800 tahun kejayaan muslim di Spanyol.
Dijelaskan secara singkat dan tegas oleh Sardar, faktor – faktor yang
menjadi sebab kemunduran peradaban muslim, yang sebetulnya juga berasal
dari sikap muslim itu sendiri dalam menyikapi jepitan keadaan.
Setelah itu jatuhlah dunia muslim kepada kekuasaan kolonial, dan
masyarakat di negara-negara muslim, -terutama yang beragama Islam- dijajah
secara fisik, mental dan ilmu pengetahuan. Pembakaran perpustakaan dan
penyaduran tanpa pencantuman referensi yang berasal dari keilmuwan muslim
menjadi awal kemunduran ilmu pengetahuan. Penekanan taraf hidup oleh
imperialis pun membuat umat muslim menjadi memiliki rasa dendam dan
takut, yang tanpa sikap cerdas maka menghasilkan peradaban yang tak kian
membaik, bahkan sebaliknya.
Dikarenakan Islam dipandang sebagai masalah bagi bangsa Eropa dari
awal kemunculannya, maka banyak yang dilakukan bangsa Eropa dalam
menyingkirkannya. Dari penghinaan, perang, penetrasi pemikiran juga
dilakukan untuk menekan umat muslim dari dulu bahkan hingga sekarang.
Lalu Sardar pula membahas mengenai usaha kebangkitan umat muslim
dari keterpurukan yang mendera selama berabad-abad, yang dimulai juga
64
ketika kolonialisme mulai menjajah peradaban umat muslim. Usaha
dibangunnya lagi lembaga-lembaga pendidikan Islam, dimulainya lagi
penggalian ilmu pengetahuan juga memunculkan pemikir-pemikir ulung yang
bertujuan untuk memajukan peradaban Islam.
Sardar pula lalu menjelaskan mengenai gerakan-gerakan yang
dilakukan para pembaharu dalam menegakkan hukum yang benar, pemikiran
yang terbuka dan peradaban Islam yang maju, termasuk juga organisasi –
organisasi yang dibentuk untuk memajukan umat muslim. Perkembangan
kegiatan yang berhasil dilakukan oleh umat-umat muslim di berbagai negara
dalam beradaptasi di lingkungan dunia sebagai minoritas juga dijelaskan oleh
penulis.
Selanjutnya Sardar menjelaskan tentang perkembangan pemikiran
umat muslim yang berkembang saat ini, seperti pemikiran fundamentalisme,
modernism, sekularis. Serta tak luput Ziauddin Sardar membahas mengenai
kontroversi pandangan mengenai wanita dalam Islam, pemikiran untuk
mendirikan negara teokrasi serta penyalahgunaannya, serta sikap-sikap buruk
dan baik yang dilakukan para pemikir Islam dalam usaha kemajuan peradaban
Islam saat ini.
Di bagian akhir penjelasan penulis dalam buku, ia menceritakan citra
apa yang muncul terhadap muslim saat ini dan apa yang harus dilakukan. Juga
Sardar memberikan rangkuman singkat mengenai apa yang terjadi dalam
dunia muslim selama ini. Pada bagian akhir buku, setelah biorgafi singkat
penulis dan illustrator, Sardar menyajikan kamus istilah-istilah Islam, dan
65
bacaan-bacaan lebih lanjut untuk publik penikmat Mengenal Islam for
Beginners untuk menggali lagi hal-hal yang ingin dicari tahu oleh pembaca.
66
Formatted: Left
C. Biografi Ziauddin Sardar
Lahir 31 Oktober 1951 di Pakistan, namun tumbuh dan berkembang
di Hackney, Inggris Timur, Ziauddin Sardar adalah seorang penulis,
penyiar, dan kritikus budaya. Saat ini, beliau merupakan Professor of Law
and Society, di Middlesex University, London, Inggris dan Director of
Centre for Postnormal Policy and Futures Studies, di East West
University,Chicago, Amerika Serikat.
Beliau merupakan seorang polymath, yang berarti ia mempelajari
berbagai macam disiplin ilmu. Ia menekuni perkembangan masa depan
Islam sebagaimana masa depan sains dan teknologi, kritik sastra,
informasi sains hingga culturalrelations, kritik seni dan teori serta
pemikiran kritis.6
Profesor Ziauddin Sardar adalah penulis terkemuka di Inggris dan
juga futurolog muslim ternama. Ia merupakan seorang ilmuwan petualang
dan telahmelakukan perjalanan dunia. Ia pernah tinggal di Saudi Arabia
selama 5 (lima) tahun pada tahun 1974-1979 dimana iamelakukan riset di
The Hajj Research Centre King Abdul Aziz University. Dan selama
periode ini ia berkeliling ke dunia Islam (negeri Islam) dalam riset buku
pertamanya, “ Science, Technologyy and Development in The World
Muslim.”
6“Biography” Artikel ini diakses pada 1 Juni 2014 darihttp://ziauddinsardar.com/ziauddin-sardar-biography/
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: 10 pt, Not Superscript/Subscript
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, No underline, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
67
Formatted: Left
Pakar dalam wacana Islam berkaitan dengan dunia modern yang
berfokus pada topik keilmuan dan teknologi ini, pada tahun 1990 ia
tinggal di Kualalumpur. Ia juga pernah tinggal di Chicago dan Denhag,
dan sebentar di Cairo dan Fez.
Karena pemikirannya yang fenomenal, majalah ‘Prospect’ dari
Inggris menggelarinya sebagai “One of Britain’s Top 100 Public
Intellectual”. Sedangkan surat kabar ‘Independent’ menggelarinya
”Britain’s own muslim polymath”. Ia telah menulis 45 buku dalam periode
30 tahun.7
Pemikiran Ziauddin Sardar tentang peradaban Islam sebenarnya
telah ada pada tahun 80-an, di mana ia melahirkan karyanya yang
berjudul The Future of Muslim Civilization dan diterbitkan di Malaysia
pada 1988 yang dilanjutkan dengan karyanya yang lain berjudul Islamic
Futures, The Shape of Ideas to come. Namun, karena berbagai hal, belum
banyak yang mengetahui dan kemudian mengelaborasinya, yang sangat
layak untuk dijadikan salah satu referensi bagi umat Islam dalam melihat
agamanya dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka
di era globalisasi sekarang ini.8
Ziauddin Sardar telah bekerja sebagai jurnalis sains Nature and
New Scientist dan sebagai reporter televisi untuk London Weekend
Television. Dia adalah seorang kolumnis di New Statesman untuk
7 Adeng Lukmantara, “Biografi Ziauddin Sardar”.8Aip Aly Arfan, “Rekontsruksi Peradaban Islam dalam Pandangan Ziauddin Sardar”
diakses pada 12 Juni 2014 dari http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2013/02/rekonstruksi-peradaban-islam-dalam.html
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 10 pt, Not Superscript/ Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
68
beberapa tahun dan telah menjabat sebagai Komisaris untuk Kesetaraan
dan Komisi Hak Asasi Manusia dan sebagai anggota Forum Interim
Keamanan Nasional. Ziauddin Sardar telah menerbitkan lebih dari 45
buku. The Future of Muslim Civilisation (1979) dan Futures Islam: The
Shape of Ideas to Come (1985) dianggap sebagai studi klasik di masa
depan Islam. Dia merintis diskusi pada ilmu pengetahuan dalam
masyarakat Muslim, dengan serangkaian artikel di Nature and New
Scientist dan sejumlah buku, termasuk Science, Technology and
Development in the Muslim World (1977), The Touch of Midas:
Science,Values and the Environment in Islam and the West (1982), yang
dipandang sebagai sebuah karya yang hebat, The Revenge of Athena:
Science, Exploitation and the Third World (1988) dan Explorations in
Islamic Science (1989).Postmodernism and the Others (1998) telah
mengambil alih perhatian public, dan bukunya yang berjudul Why Do
People Hate America? (2002) serta Introducing Muhammad (2001)
menjadi bestseller internasional.
Ziauddin Sardar telah menerbitkan dua volume tentang biografi
dan perjalanannya yakni, Desperately Seeking Paradise: Journeys of a
Sceptical Muslim (2004) dan Balti Britain: A Provocative Journey
Through Asian Britain (2008) telah menerima pujian dari kalangan luas.
Reading Al-Qur'an (2011), yang dimulai sebagai blog Guardian, telah
digambarkan sebagai 'mini karya'. Dan Futures: All That Matters mungkin
69
satu-satunya buku acuan studi untuk future studies. Dia juga menulis
sejumlah panduan belajar di buku berseri Introducing, termasuk buku
terlaris internasional Introducing Islam dan Introducing Chaos. Dua
koleksi tulisannya tersedia sebagai Islam, Postmodernisme dan Other
Futures: A Ziauddin Sardar Reader (2003) dan How Do You Know? :
Reading Ziauddin Sardar on Islam, Science and Cultural Relations
(2006).
Ziauddin Sardar telah banyak melakukan penulisan dan juga
disajikan berbagai program televisi - yang paling baru ialah 'Battle for
Islam', sebuah dokumenter 90 menit untuk BBC2 dan ' Dispatches' pada
Pakistan untuk Channel 4. Sebelumnya program yang ia kerjakan meliputi
'Pertemuan dengan Islam' (1985), yang ditayangkan berseri. Dari empat
pertunjukan untuk BBC dan 'Percakapan Islam' (1994), enam program
untuk Channel 4. Dia adalah seorang Anggota Jumat Panel biasa dalam
'World News Tonight' pada Sky News (2005-2007).
Sebelumnya Editor of Futures (1999-2012), jurnal bulanan studi
berjangka kebijakan, perencanaan dan, dia sekarang merupakan editor
konsultan dari Futures. Beliau juga bertahan cukup lama menjadi
kolumnis dalam New Statesment dan telah memberikan kontribusi untuk
Guardian, Times, Independent dan berbagai surat kabar dan majalah
lainnya.
Saat ini, Ziauddin Sardar adalah Ketua Institut Muslim, kelompok
masyarakat yang mempelajari dan menyiarkan pengetahuan dan
70
perdebatan, dan editor Critical Muslim. Sardar juga mengedit East West
Affairs, 'sebuah jurnal triwulanan hubungan Utara-Selatan di masa
postnormal'.
Selain dikenal luas dalam dunia penyiaran radio dan televisi, ia
juga menulis dalam 'Credo', yakni kolom untuk majalah Times. History of
Mecca: The Sacred City akan diterbitkan oleh Bloomsbury pada musim
gugur 2014.
71
BAB IV
ANALISIS BUKU MENGENAL ISLAM FOR BEGINNERS
A. Analisis Semiotika Sosial dalam Buku Mengenal Islam for Beginners
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik sosial M.A.K Halliday
dalam menganalisis pemaknaan yang terdapat pada buku Mengenal Islam for
Beginners karya Ziauddin Sardar dan Zafar Abbas Malik. Analisis semiotik
sosial M.A.K Halliday menekankan teori semiotika sosial pada pengungkapan
yang terdapat melalui medan wacana (field of discourse), pelibat wacana
(tenor of discourse) dan sarana wacana (mode of discourse) dalam buku
tersebut.
Buku Mengenal Islam for Beginners yang terdiri dari 176 halaman ini
berisi banyak data dan fakta yang dinarasikan dalam bentuk teks. Buku yang
berisi data dan kisah historis yang didapat dari sumber-sumber terpercaya ini
juga menyelipkan kutipan pendapat beberapa tokoh atas topik yang dibahas
dalam halaman tersebut dan juga tentunya penjelasan atas data serta fakta
historis dari sang penulis, yakni Ziauddin Sardar.
Dalam penyusunan isi buku, Ziauddin Sardar memilih bahasa yang
lugas dalam menyampaikan pendapatnya mengenai berbagai hal yang terjadi
dalam sejarah kebudayaan dan peradaban Islam. Medan wacana dalam buku
ini yang terdiri atas enam topik, yakni topik mengenai Nabi Muhammad SAW
dan risalahnya, dasar hukum dalam Islam, hukum yang utama dalam Islam,
72
topik mengenai ilmu dan peradaban muslim, kejatuhan peradaban muslim, dan
topik terakhir adalah mengenai usaha kebangkitan umat Islam.
Secara keseluruhan, yang menjadi medan wacana dalam buku ini ialah
kronologis perkembangan sejarah Islam secara singkat dan padat dengan
membahas hal-hal yang utama untuk diperhatikan dalam pengenalan agama
Islam. Hal-hal mengenai sejarah singkat kehidupan Rasulullah Muhammad,
cara penyortiran hadis, penemuan teknologi dari para ilmuwan muslim yang
menakjubkan, hingga kesalahan-kesalahan fatal umat Islam berhasil diungkap
dalam buku Mengenal Islam for Beginners.
Tidak hanya pendapat penulis buku yang terlibat dalam mengisi medan
wacana, namun kutipan tokoh Islam pun digunakan dalam setiap topik yang
dibahas sepanjang isi buku. Pelibat yang beliau kutip dalam buku ini
merupakan tokoh-tokoh yang berperan dalam peradaban Islam. Tak dipungkiri
lagi bahwa masyarakat telah mengenal tokoh-tokoh seperti Ibnu Khaldun
hingga Muhammad Asad, yang banyak berperan dalam perkembangan
pengetahuan dan perkembangan peradaban dunia yang tentunya turut
membawa nama serta nilai keIslaman.
Penulis sendiri, yakni Ziauddin Sardar yang merupakan salah seorang
tokoh pembaharu dalam perkembangan dunia kebudayaan muslim tentunya
banyak berkontribusi sebagai pelibat dalam keseluruhan teks buku.
Pemikirannya yang berorientasi pada masa depan dapat terlihat dengan cukup
jelas.
73
Sarana wacana yang terkandung dari segi penulisan dalam buku ini
dapat dikatakan menarik. Tentunya cara penyajian konten buku ini menjadi
salah satu faktor penyebab buku Mengenal Islam for Beginners laku di
berbagai belahan dunia. Cara penyajian yang dimaksud ialah tutur bahasa
yang lugas namun sopan, penuh penyampaian yang berpikiran positif serta
penuh ketegasan yang objektif dalam setiap penjabaran. Gaya bahasa yang
tersirat dalam teks tertulis (sarana wacana) pun dapat kita lihat mengandung
banyak penegasan, penjelasan dan majasperbandingan didalamnya yang
bertujuan untuk memberi pengetahuan bagi para pembaca buku Mengenal
Islam for Beginners.
Analisis per-topik akan dijabarkan dengan mengambil sampel per
bahasan utama yang menjadi topik berkelanjutan dalam buku Mengenal Islam
for Beginners. Dikarenakan dalam buku ini sang penulis buku tidak membagi
bahasan melalui klasifikasi bab, maka peneliti membagi tema bahasan sampel
sesuai konten yang terdapat didalamnya.
74
1. Topik: Nabi Muhammad SAW dan Risalahnya
Kategori Temuan KeteranganMedanWacana(Field ofDiscourse)
Nabi Muhammad S.A.Wsebetulnya tidak membawaagama baru. Beliau membawaajaran yang sama dengan yangdibawa oleh nabi-nabi Allahyang lain seperti Adam, Nuh,Ibrahim, Musa, dan Isa as.Ajaran yang dibawa oleh NabiMuhammad S.A.W tidakdisebut mengikut namanya.Ajaran itu diberi nama Islam,yang artinya selamat dantunduk kepada Allah. KataIslam juga berarti sifat dasarmanusia (fitrah), pandanganhidup yang berpusat padaAllah (tawhid), peradabanyang usianya 14 abad lebih,dan sebuah kebudayaan duniayang universal. (hal.4)
Penegasan peran NabiMuhammad S.A.W; konsepagama serta penamaanagama Islam; teoritis teknis
PelibatWacana(Tenor ofDiscourse)
Ziauddin Sardar Penulis buku; menjelaskandan mempertegas;terlembaga (ahli kebudayaanIslam kepada masyarakatawam)
SaranaWacana(Mode ofDiscourse)
…membawa ajaran yang samadengan yang dibawa oleh nabi-nabi Allah yang lain sepertiAdam, Nuh, Ibrahim, Musa,dan Isa as. (hal.4)
Diksi majas Klimaks;penegasan; sistematis;penjabaran; teks tertulis.
a. Medan Wacana
Dari tulisan Ziauddin Sardar pada halaman 4 buku Mengenal Islam
for Beginners tersebut, medan wacana merujuk pada penjelasan mengenai
peranan Nabi Muhammad S.A.W dalam membawa risalah agama, yakni
agama Islam. Pembahasan ini terdapat sebanyak 26 (dua puluh enam)
75
halaman dalam buku, dari halaman 4 (empat) hingga halaman 30 (tiga
puluh) yang dikisahkan sesuai kronologisnya. Dalam medan wacana ini
pula diungkapkan mengenai makna kata ‘Islam’ itu sendiri.
Agama yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad S.A.W
merupakan agama yang dalam penyembahannya mengedepankan tauhid,
yakni penyembahan pada semata-mata Allah SW.T, tidak terbagi-bagi.
Dan hal ini pulalah yang difirmankan oleh Allah S.W.T kepada Adam,
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa as, agar berserah diri hanya kepada Allah,
seperti dalam ayat berikut:
وما أنزل علینا وما أنزل على إبراھیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب واألسباط وما قل آمنا باق بین أحد منھم ونحن لھ مسلمون ( )ومن یبتغ ٨٤أوتي موسى وعیسى والنبیون من ربھم ال نفر
٨٥خرة من الخاسرین (غیر اإلسالم دینا فلن یقبل منھ وھو في اآل )
“Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yangditurunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa,Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakanseorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami menyerahkandiri." (QS. Al-Imran: 84)”
Dalam ayat ini secara jelas diungkapkan bahwa iman yang dimiliki
oleh nabi-nabi seperti Adam, Ibrahim, Nuh, Musa dan Isa as
berketauhidan yang sama, yakni menyembah Allah S.W.T.
Selanjutnya dalam medan wacana dibahas mengenai pengertian
kata Islam. Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman. Kata
berhuruf dasar 'S-L-M' menurunkan beberapa istilah terpenting dalam
pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya
berakar dari kata salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik
lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna "untuk menerima,
76
menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang lebih jauh kepada
Tuhan.1
Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Imran :84 yang
pada akhir kalimat mengungkapkan untuk menyerahkan diri hanya pada
Tuhan yakni Allah SWT, yang juga disembah oleh nabi-nabi sebelum
Muhammad SAW.
Pembahasan ini merupakan konsep dasar dan utama dalam
memahami Islam dan Muhammad, dimana diluar sana banyak masyarakat
non-muslim yang salah kaprah mengenai Islam, kenabian dalam Islam dan
kerasulan Muhammad, serta ketauhidan yang menyatukannya.
b. Pelibat Wacana
Dari sisi pelibat wacana, pembicara pada teks ini merupakan
seorang ahli kebudayaan yang sudah berpengalaman dalam berbagai
artikel dan buku yang dipublikasikan di masyarakat luas. Dalam teks ini
pelibat yakni Ziauddin Sardar, yang berupaya memperjelas bahasan
melalui bahasanya kepada komunikannya yang ditujukan pada masyarakat
awam, mengenai konsep kenabian Nabi Muhammad dengan penyampaian
yang tegas dan tepat, berdasarkan ilmu yang diperolehnya dari berbagai
sumber kajian.
1 Bravmann, M.M, Studies in Semitic philology, (Leiden: E.J. Brill, 1977) hal.441.
77
c. Sarana Wacana
Sarana wacana merujuk pada bagian bahasa yang digunakan oleh
Ziauddin Sardar sebagai pelibat wacana. Dalam halaman-halaman bertema
pengenalan Muhammad dan Islam ini, peneliti memberi contoh kalimat
yang dapat dikaji dalam penggunaan majas, yakni dalam kalimat
“…membawa ajaran yang sama dengan yang dibawa oleh nabi-nabi Allah
yang lain seperti Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa as.”
Kata-kata yang digunakan dalam sampel menggunakan majas
klimaks. Majas klimaks merupakan majas yang menggunakan beberapa
kata berturut-turut dan makin lama makin meningkat. Kata yang
dipergunakan dalam majas klimaks adalah kata-kata yang
berkesinambungan dan secara tersusun dari hal yang bersifat lebih ringan
kepada hal yang bersifat lebih berat dan serius, dari yang awal atau jauh
kepada yang paling dekat, sebagai bentuk penegasan atas suatu
pernyataan.
2. Topik: Dasar Hukum dalam Islam
Kategori Temuan KeteranganMedanWacana(Field ofDiscourse)
Al-Qur’an, lebih dari sebuahfenomena apa pun yang kita ketahui,secara mendasar telahmempengaruhi sejarah agama,sosial, dan politik dunia. Tak adakitab suci lain yang mampumenyamainya dalam mempengaruhikehidupan orang-orang yangmendengar wahyu Allah itu darigenerasi pertama dan terus kegenerasi berikutnya. Al-Qur’an telah
Penekanan peranan yangtelah dihasilkan; kitabagama (Al-Qur’an);penekanan pada wilayahArab; fakta historis
78
mengguncang jazirah Arab danmembuat bangsa itu meninggalkankebiasaan berperang dalambeberapa dekade, Al-Qur’an punmenyebarkan pandangan-dunianyajauh melewati batas-batas jazirahArab dan menghasilkan masyarakatideologis pertama. …” (hal.48)
PelibatWacana(Tenor ofDiscourse)
Muhammad Asad Pakar (penerjemah danahli tafsir Al-Qur’an);terlembaga (tokohagama terhadapmasyarakat)
SaranaWacana(Mode ofDiscourse)
Al-Qur’an telah mengguncangjazirah Arab (hal.48)
‘mengguncang’ majasHiperbola; ‘JazirahArab’ menggunakanmajas sinekdok totempro parte; berorientasipada usahapengeyakinan; mengacupada peran yang telahdilakukan (lampau).
a. Medan Wacana
Mengenai komponen medan wacana pada tema pembahasan dasar
hukum Islam yang terdapat pada halaman 31 (tiga puluh satu) hingga
halaman 48 (empat puluh delapan), yang pada hakikatnya setiap
lembarnya memiliki topik pembahasan dan medan wacana tersendiri,
namun peneliti memilih sebuah teks yang dirasa kompatibel dengan
pembahasan dalam tema tersebut.
Dalam medan wacana dijelaskan dengan tegas mengenai peranan
Al-Qur’an yang telah mempengaruhi dunia, pada khususnya kepada
Jazirah Arab sebagai area dimana diturunkannya Nabi Muhammad S.A.W
79
untuk menerima dan menyebarluaskan ajaran dan kitab Al-Qur’an sebagai
pedomannya.
Sebagai sejarah agama, Al-Qur’an adalah bagian penting bagi
sejarah turunnya firman Allah. Sejarah agama samawi yang diklaim
dimulai dari masa Nabi Ibrahim as., secara konkret sekonsep dengan
ajaran yang dibawa Nabi Musa as., Isa as., hingga Muhammad S.A.W
sebagai nabi besar yang terakhir. Selain mengakui eksistensi Musa dan Isa
as., Al-Qur’an juga memiliki hukum emas yang sama, yakni ketauhidan
terhadap Allah S.W.T.
Dalam Al-Qur’an tercantum ringkasan dari kisah nabi besar, kisah
umat masa lampau, nubuat masa depan, pelajaran kehidupan, contoh
penggunaan bahasa sastra, hukum, bahkan ilmu pengetahuan science pun
banyak terdapat di Al-Qur’an.
Merupakan sebuah fakta sejarah bahwa konsep agama Islam yang
terdapat dalam Al-Qur’an telah mengubah sikap hidup bangsa Arab (yang
beragama Islam) menjadi sebuah peradaban Islam yang jaya selama 800
tahun di dunia, dan membuat iri bangsa lain dengan ‘rahasia’ yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Mereka juga iri dengan peradaban Islam yang
baru muncul dan dengan pesat berkembang hingga menguasai berbagai
wilayah.
Al-Qur’an dengan hukum-hukumnya membuat bangsa Arab pada
khususnya berpikir mengenai perbaikan diri dan kehidupan sosial. Bangsa
Arab pada awalnya adalah bangsa yang memiliki rasa kemanusiaan yang
80
rendah. Dan Al-Qur’an mengatur cara bersikap mereka, pun hingga
urusan berumah tangga, contohnya pada ayat berikut:
حوھن بمعروف وال تمسكوھن وإذا طلقتم النسآء فبلغن أجلھن فأمسكوھن بمعروف أوسرمت هللا ضرارا لتعتدوا ومن یفعل ذلك فقد ظلم نفسھ وال تتخذوا ءایات هللا ھزوا واذكروا نع
ن الكتاب وا لحكمة یعظكم بھ واتقوا هللا واعلموا أن هللا بكل شيء علیكم ومآأنزل علیكم معلیم◌
“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhiridahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atauceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamurujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikiankamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, makasungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlahkamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmatAllah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberipengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Danbertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasannya Allah MahaMengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-Baqarah :231)
Al-Qur’an pula dengan sangat menakjubkan mengungkap rahasia-
rahasia alam yang tidak disangka-sangka. Hal ini membuat para orang
bodoh terperangah dan orang pintar berdecak kagum. Tidak lagi terdapat
keraguan didalam Al-Qur’an. Maka, masyarakat Arab secara signifikan
dengan menggunakan konsep-konsep Islam dan berpedoman Al-Qur’an,
merubah dirinya dari kelompok masyarakat bodoh rendahan menjadi
masyarakat ideologis yang berpendidikan.
b. Pelibat Wacana
Pelibat yang berperan adalah Muhammad Asad, karena beliaulah
yang oleh penulis buku dikutip kata-katanya, yang kalimatnya terdapat
dalam medan wacana. Muhammad Asad atau yang sebelumnya bernama
Leopold Weiss adalah seorang cendekiawan muslim, mantan Duta Besar
81
Pakistan untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, dan penulis beberapa buku
tentang Islam termasuk salah satu tafsir Al Qur'an modern yakni The
Message of the Qur'an. Secara singkat, sebagai pelibat, beliau adalah
seorang pakar dalam penerjemahan dan ahli tafsir yang dihormati pada
abad 20, dan memberikan banyak kontribusi untuk umat Islam.
Kata-kata beliau yang menggambarkan efektifitas kemunculan Al-
Qur’an di tanah Arab, digunakan oleh Ziauddin Sardar dikarenakan
penulis buku memanglahbertujuan untuk memperkenalkan citra positif
mengenai Islam sebagai sebuah agama, kebudayaan dan kemasyarakatan,
seperti yang terdapat dalam hasil wawancara dengan Ziauddin Sardar,
ketika peneliti bertanya mengenai tujuan utama beliau dalam teks-teksnya:
“To introduce a positive picture of Islam as a religion, culture andcivilization”2
(Untuk memperkenalkan gambaran positif tentang Islam sebagaiagama, budaya dan peradaban)
Dalam hasil wawancara tersebut, Ziauddin Sardar secara jelas
memberitahukan mengenai tujuan utama beliau dalampenulisan buku
Mengenal Islam for Beginners, yakni memberikan pengenalan pada
masyarakat mengenai citra positif Islamsebagai sebuah agama, budaya dan
peradaban.
2 Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014
82
c. Sarana Wacana
Kata ‘mengguncang’ yang terdapat dalam kalimat Al-Qur’an telah
mengguncang jazirah Arab menggunakan majas hiperbola. Majas
hiperbola merupakan sebuah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu.
Kata yang menjadi majas hiperbola dalam kalimat tersebut ialah kat
‘mengguncang’. Seperti majas-majas lainnya, penggunaan kata dalam
majas hiperbola ini mengandung makna konotatif. ‘Mengguncang’ disini
bukan berarti tanah Arab terguncang seperti gempa bumi, akan tetapi kata
ini bermakna bahwa kondisi sosial di tanah Arab mengalami suatu social
shock yang disebabkan oleh datangnya agama Islam dan keindahan Al-
Qur’an.
Sedangkan kata ‘Jazirah Arab’ menggunakan majas sinekdok
totem pro parte, yang berarti penyebutan keseluruhan padahal yang
dimaksud ialah sebagian saja. Pada akhirnya memanglah seluruh dunia
termasuk Jazirah Arab terguncang dengan yang terkandung dalam Al-
Qur’an, namun pada awalnya lebih spesifik lagi yang terguncang ialah
spesifiknya Kota Makkah lalu Madinah, tidak serta merta seluruh Jazirah
Arab.
Kalimat ini berorientasi pada usaha pengeyakinan, dan majas
hiperbola yang digunakan pun bertujuan agar lebih meyakinkan lagi
bahwa Al-Quran memanglah membuat kehebohan dikarenakan isinya
yang menakjubkan. Sarana wacana ini juga mengacu pada peran yang
telah dilakukan pada lampau.
83
3. Topik: Hukum yang Utama dalam Islam
Kategori Temuan KeteranganMedanWacana(Field ofDiscourse)
Tetapi agresi, atau perang untukmenaklukkan wilayah, atau untukmemaksakan orde politik tertentupada masyarakat tidak dapatdisebut jihad. Jihad adalah perangmembela diri yang menempatkantanggungjawab tertentu di pundakorang-orang yang terpanggil untukmelakukannya. Sebagai sebuahlatihan moral, jihad harusdijalankan secara ketat menurutajaran Islam. Ini berarti individu-individu yang tak bersalah, wanita,anak-anak dan penduduk sipil yangtak bersenjata, tidak boleh dilukai;bangunan dan lingkungan tak bolehdihancurkan, dan tempat-tempatibadah agama lain tidak bolehdiruntuhkan. Dengan demikian,penculikan, penawanan,penembakan penduduk sipil,penempatan bom di tempat-tempatkeramaian adalah kejahatan yangbenar-benar dikecam dalam Islam.(hal.60)
Penjelasan pemahamanatas konsep jihad;agama (Islam), dansikap terhadapnya; semiteknis
PelibatWacana(Tenor ofDiscourse)
Ziauddin Sardar Penulis buku dan ahlikebudayaan (pakar);terhadap pembaca(audience) yang tidaksaling mengenal;ditujukan untuk umum;terlembaga (ahlikebudayaan danilmuwan Islam terhadapmasyarakat awam padaumumnya
SaranaWacana(Mode ofDiscourse)
Jihad adalah perang membela diriyang menempatkan tanggungjawabtertentu di pundak orang-orangyang terpanggil untukmelakukannya. (hal.60)
majas sinekdok Pars ProToto; penjelasan makna;teks tertulis
84
a. Medan Wacana
Topik mengenai hukum yang utama dalam Islam menjadi medan
wacana dalam buku Mengenal Islam for Beginners dari halaman 53 hingga
75. Peneliti mengambil sampel yang membahas mengenai hukum atas
jihad dalam Islam. Jihad merupakan salah satu hukum yang utama dalam
Islam.
Dalam teks yang menjadi medan wacana ini, pelibat menuangkan
pemahamannya dalam Islam mengenai konsep jihad yang sesungguhnya.
Dari segi istilah, jihad berarti bersungguh-sungguh memperjuangkan
hukum Allah, mendakwahkannya serta menegakkannya. Dari segi syar’i,
jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan
kaum muslimin.
Akan tetapi jihad bukanlah hanya mengenai berperang memakai
senjata yang mempertaruhkan nyawa. Melawan hawa nafsu pun
merupakan jihad. Segala perjuangan bersungguh-sungguh yang dilakukan
dijalan Allah dengan cara sebaik mungkin, merupakan jihad. Namun
dalam konteks peperangan, jihad menurut pandangan Rasul pun memiliki
etika, yang bertujuan untuk mengurangi hal-hal yang mubazir dan
berlebihan yang bisa jadi dilakukan saat perang.
85
الذین یشرون الحیاة الدنیا باآلخرة ومن فیقتل أو یغلب فسوف فلیقاتل في سبیل ا یقاتل في سبیل ا والمستضعفین من ا٧٤نؤتیھ أجرا عظیما ( جال والنساء والولدان .,)وما لكم ال تقاتلون في سبیل ا لر
ھذه القریة الظالم أھلھا واجعل لنا من لدنك ولیا واجعل لنا من لدنك الذین یقولون ربنا أخرجنا من والذین كفروا یقاتلون في سبیل الطاغوت فقاتلوا أو ٧٥نصیرا ( لیاء )الذین آمنوا یقاتلون في سبیل ا
)٧٦لشیطان إن كید الشیطان كان ضعیفا (ا74. Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan duniadengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yangberperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan Makakelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.
75. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yangsemuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisiEngkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!”
76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orangyang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawansyaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Berjihad bertujuan untuk mempertahankan hak kaum muslim,
bukan dengan cara merampas hak milik orang lain, karena pada prinsipnya
Islam sangat menghargai dan menjunjung hak hidup manusia. Termasuk
mengenai bom bunuh diri yang sama saja dengan usaha bunuh diri,
Rasulullah pribadi mengecamnya dan melaknatnya.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Aku ikut Rasulullah saw. dalam perang Hunain. Kepada seseorang yangdiakui keIslamannya beliau bersabda: Orang ini termasuk ahli neraka.Ketika kami telah memasuki peperangan, orang tersebut berperangdengan garang dan penuh semangat, kemudian ia terluka. Ada yangmelapor kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, orang yang baru sajaengkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini berperangdengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi saw. bersabda: Ia pergike neraka. Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datangseseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah.Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, makaia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi saw. Beliau bersabda:Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah danutusan-Nya. Kemudian beliau memerintahkan Bilal untuk memanggilpara sahabat: Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa yangpasrah. Dan sesungguhnya Allah mengukuhkan agama ini dengan orangyang jahat. (Shahih Muslim No.162)
86
b. Pelibat Wacana
Pelibat merupakan penulis buku Mengenal Islam for Beginners.
Beliau merupakan seorang ilmuwan Islam dan tokoh kebudayaan yang
memang sudah banyak mempelajari, dan menulis banyak hal tentang
Islam. Pandangannya yang fokus pada hal positif dan masadepan,
membawa teks pada medan wacana yang merupakan sebuah topik
‘berbahaya’, menjadi suatu hal menarik yang menggugah pembaca untuk
menegakkan hukum yang sesungguhnya.
Beliau menulis buku ini sebelum kejadian 9/11 –yakni
penyerangan dalam bentuk terorisme yang diduga dilakukan oleh Al-
Qaeda terhadap Amerika dengan alibi jihad; dan menjadi momok dalam
mendiskreditkan umat Islam, dan memperburuk citra Islam seperti yang
dikatakan oleh Ziauddin Sardar:
“It was before 9/11 –and it was peaceful in Britain. Also globally, peoplewere more hopeful and Islam did not have the kind of bad reputation itacquired after9/11”3
(Itu –penulisan buku ini, terjadi sebelum 9/11 – dan damai diInggris. Juga secara global, orang-orang lebih penuh harapan danIslamtidakmemiliki reputasi buruk yang diperoleh setelah peristiwa9/11)
Seperti yang Ziauddin Sardar katakan, bahwa sebelum peristiwa
yang seringkali disebut ‘Jihad-nya Teroris’ tersebut, orang – orang lebih
penuh harapan dan mengenal Islam dengan citra yang baik. Walaupun
begitu, sebelum kejadian terorisme tersebut pun Ziauddin Sardar telah
33 Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014
87
menganggap jihad sebagai suatu topik penting yang maknanya harus
diejawantahkan dengan benar. Maka dalam menjelaskan isi teks mengenai
jihad, beliau menjadi sangat tegas dan lugas dalam tulisannya.
c. Sarana Wacana
Diksi yang dipakai pada kalimat Jihad adalah perang membela
diri yang menempatkan tanggungjawab tertentu di pundak orang-orang
yang terpanggil untuk melakukannya, dalam kata ‘di pundak’
menggunakan gaya bahasa dengan majas sinekdok Pars Pro Toto, yaitu
menyebutkan sebagian untuk keseluruhan. Yang dimaksudkan adalah
bukan hanya pada pundak, tetapi juga pada diri, jiwa raga orang tersebut.
Sedangkan dalam kata ‘terpanggil’ menggunakan majas sinestesia.
Majas sinestesia ialah majas yang menggunakan istilah indra lain untuk
menjelaskan kejadian yang dialami oleh indra yang berbeda. Kata
‘terpanggil’ yang menandakan indra pendengaran/telinga, dalam kalimat
ini bermakna panggilan yang berfungsi dan dilakukan bukan oleh telinga
namun oleh hati/ kalbu. Hati bukanlah termasuk dari kelima panca indra,
namun penggunaan kata yang mengarah pada indra telinga menjadikan
kalimat ini diindikasikan menggunakan majas sinestesia.
88
4. Topik: Ilmu dan Peradaban Muslim
Kategori Temuan KeteranganMedanWacana(Field ofDiscourse)
Setiap catatan tak terbebas darikemungkinan salah… Pertamaadalah karena pemihakan terhadapkeyakinan atau pendapat… faktorkedua terlalu percaya kepadanarasumber… ketiga adalah gagalmemahami apa yang dimaksudkan…keempat adalah salah dalammempercayai kebenaran… kelimaadalah ketidakmampuanmenempatkan suatu kejadian sesuaidengan konteks sebenarnya…keenam adalah hasrat wajar untukmemperoleh penghargaan dariorang yang mempunyai posisi lebihtinggi, dengan menghikmati mereka,dengan menyebarkan popularitasmereka… ketujuh dan yang palingpenting, adalah pengabaianterhadap kaidah-kaidah yangberlaku dalam perubahan sosialmasyarakat. (hal.111)
Berupa hipotesis; hasilpengalaman; tekniskeilmuwan
PelibatWacana(Tenor ofDiscourse)
Ibnu Khaldun Pakar (ahlipencatatan/historiografi);terlembaga (tokoh agamaterhadap masyarakat)
SaranaWacana(Mode ofDiscourse)
-penyebutan dan penjelasan secaranumeric, pada medan wacana-
Diksi majas Enumerologi;penjelasan detil; semiteknis; teks tertulis
a. Medan Wacana
Topik mengenai ilmu dan peradaban Islam dalam buku initerdapat
paada halaman 76-125. Teks yang terdapat dalam medan wacana
merupakan sebuah hipotesis yang didapatkan pelibat dari penelitiannya
89
mengenai ilmu historiografi dan pencatatan, bahwa setiap catatan tak
terbebas dari kemungkinan salah.
Sampel ini dipilih dikarenakan dapat mewakilkan pendapat dalam
buku, terutama dalam topik ini bahwa ilmu dan pengetahuan merupakan
hal yang cukup penting dalam kebudayaan Islam, buktinya adalah dengan
munculnya penemuan-penemuan yang salah satunya adalah dibidang
historiografi.
Kalimat pertama yakni “Pertama adalah karena pemihakan
terhadap keyakinan atau pendapat”, karena pemihakan membuka
kecenderungan sebuah catatan menjadi tidak objektif, tidak netral dan
tidak dapatmelihat kebenaran secara bersih. “Faktor kedua terlalu percaya
kepada narasumber”, hal ini juga menyebabkan adanya ketimpangan arus
informasi, yang seharusnya dilakukan pengecekan ulang atas info yang
didapat. “Ketiga adalah gagal memahami apa yang dimaksudkan,
Keempat adalah salah dalam mempercayai kebenaran, Kelima adalah
ketidakmampuan menempatkan suatu kejadian sesuai dengan konteks
sebenarnya” sebagai peneliti tentunya harus berusaha memahami yang
dimaksudkan dengan adanya pengecekan dan pengkajian ulang dengan
mendalam dan kritis, jangan sampai salah dalam memahami kebenaran,
dan salah dalam penempatannya. “Keenam adalah hasrat wajar untuk
memperoleh penghargaan dari orang yang mempunyai posisi lebih tinggi,
dengan menghikmati mereka, dengan menyebarkan popularitas mereka,”
Hal ini merupakan hal yang tidak baik. Riya bukanlah sifat baik, pun juga
90
menjilat orang agar mendapat popularitas, tentunya akan menimbulkan
keberpihakan dan subjektifitas. “Ketujuh dan yang paling penting, adalah
pengabaian terhadap kaidah-kaidah yang berlaku dalam perubahan sosial
masyarakat,”
Hal ini adalah hal yang berbahaya, dikarenakan dengan adanya
pengabaian dan ketidak perdulian juga pikiran ego, maka hasil penelitian
akan menjadi tidak berharga.
Mengenai keilmuan, Ziauddin Sardar memberikan pendapatnya
sebagai masukan bagi masyarakat dewasa ini agar dapat terus berkembang
dalam pengetahuan, yang beliau ungkapkan dalam wawancara:
“Focus on education; entrench science and technology in Muslimsocieties; and base education of critical thought. IndividualMuslim and societies need to open their minds.”4
(Fokus pada pendidikan; berkubu pada ilmu pengetahuan danteknologi dalam masyarakat muslim; dan pendidikan dasarpemikiran kritis. Muslim individu dan masyarakat perlu membukapikiran mereka)
Ziauddin Sardar menyarankan umat muslim untuk fokus pada
pendidikan dan ilmu pengetahuan, membuka pikiran dan bersikap kritis,
sehingga keilmuan dan pengetahuan dalam umat Islam dapat terus
membudaya seperti masa lalu, contohnya adalah keilmuan yang berhasil
dicapai dalam hal penelitian seperti yang terdapat dalam medan wacana di
halaman 111 (seratus sebelas) dalam buku Mengenal Islam for Beginners.
4Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
91
b. Pelibat Wacana
Ibnu Khaldun, seorang sejarawan muslim dari Tunisia dengan
nama lengkap Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-
Hadrami adalah bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi.
Beliau adalah seorang tokoh besar dalam keilmuwan Islam, dan yang
tertulis dalam medan wacana merupakan salah satu hasil pemikirannya
yang sangat terkenal Muqaddimah, yang didistribusikan secara luas pada
masyarakat, dan dikutip oleh penulis buku Mengenal Islam for Beginners
sebagai salah satu contoh keberhasilan pemikiran seorang muslim yang
cendekia.
c. Sarana Wacana
Sarana yang terdapat dalam teks tersebut merupakan teks yang
dimaksudkan pelibat untuk menjadi penjelasan bagi pembaca tentang hal-
hal yang harus diperhatikan ketika melakukan sebuah pencatatan. Teks
yang dimaksud dalam sarana wacana merupakan sebuah teori penelitian
bersifat teks yang semi teknis dan digubah oleh pelibat. Maka teks tersebut
merupakan teori yang bersifat tetap (formulaic), walaupun secara
penyusunan kata dapat dialih bahasa.
Secara diksi, teks tersebut memakai majas enumerasio yang
merupakan ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian
dari suatu keseluruhan. Poin penyebutan dalam teks dari hal pertama
92
hingga hal ketujuh merupakan sebuah penegasan dan penguraian
mengenai bahasan bahwa setiap catatan tak luput dari kesalahan.
5. Topik: Kejatuhan dan Kemunduran Peradaban Muslim
Kategori Temuan KeteranganMedan Wacana(Field of Discourse)
Tetapi penghancuranBaghdad dan jatuhnyaGranada tidak dapatdikatakan sebagaisebab utama darikemunduran muslim,meskipun itu jadi titikbalik sejarah Muslim.Yang memperparahkemunduranperadaban Muslimadalah sebab internaldan konseptual.(hal.128)
Pengkisahan sejarah(lampau); pelurusanpandangan terhadap topikpembahasan; topik adalahkemunduran muslim
Pelibat Wacana(Tenor of Discourse)
Ziauddin Sardar Penulis buku dan ahlikebudayaan (pakar);terhadap pembaca(audience) yang tidaksaling mengenal; ditujukanuntuk umum; terlembaga(ahli kebudayaan danilmuwan Islam terhadapmasyarakat awam padaumumnya
Sarana Wacana(Mode of Discourse)
Baghdad dan jatuhnyaGranada tidak dapatdikatakan sebagaisebab utama darikemunduran muslim,meskipun itu jadi titikbalik sejarah Muslim.(hal.128)
Diksi majas kontradiksiintermiris; penjelasanuntuk menempatkan fokus;mengacu pada sejarah
93
a. Medan Wacana
Topik adalah kemunduran muslim yang terapat di halaman 126-
142. Kemunduran ini terjadi setelah penyerangan Granada, Spanyol.
Banyak umat muslim yang menyalahkan penyerangan tersebut sebagai
sebab kemunduran peradaban umat muslim. Hal ini disebabkan
terbakarnya perpustakaan-perpusatakaan Granada, dan terenggutnya
kebebasan yang tadinya dimiliki rakyat muslim disana sebagai mahluk
merdeka.
Padahal peradaban ini mengalami penurunan, bukanlah disebabkan
oleh semata-mata karena adanya penyerangan tersebut, bukan juga
dikarenakan Al-Quran yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman
atau bahkan ketinggalan zaman. Walaupun klimaksnya adalah saat
jatuhnya Granada, akan tetapi dibelakang itu semua penyebabnya ialah
bahwa ummat Islam-lah yang memiliki kelemahan internal dengan
terjadinya perpecahan dan permusuhan dalam kerajaan Muslim, korupsi
dangaya hidup mewah para penguasa, rasa angkuh dan terlena yang
menyebabkan kerajaan-kerajaan muslim tidak waspada dengan
penyerangan dari luar, serta militer yang belum canggih. Hal-hal ini
menyebabkan kerajaan-kerajaan muslim mudah disusupi dan ditaklukkan.
b. Pelibat Wacana
Pelibat dalam teks tersebut adalah Ziauddin Sardar sang penulis
buku Mengenal Islam for Beginners, yang merupakan seorang futurology
94
ternama, yang menjadi kebanggaan Inggris. Dalam buku ini dia berbicara
sebagai seorang narasumber yang memang sudah memiliki banyak
pengetahuan, kepada masyarakat umum dengan tujuan memberikan
perspektif baru dan membuka pandangan muslim.
Dalam topik kelima ini, penulis berusaha membangunkan pembaca
agar tidak salah dalam penerjemahan penyebab jatuhnya peradaban
muslim yang seringkali menyalahkan pihak luar. Secara berangsur-angsur,
muslim juga dihimbau oleh Ziauddin Sardar untuk bersikap kritis dan
introspektif, seperti yang beliau ungkapkan juga dalam wawancara:
“Rethink what it means to be Muslim in the 21st century. Reformulate theShariah, which has become dangerously obsolete. Rise aboutsectarianism. Focus on education; entrench science and technology inMuslim societies; and base education of critical thought. IndividualMuslim and societies need to open their minds.”5
(Pikirkan kembali apa artinya menjadi Muslim di abad 21. Merumuskansyariah,yang telah lapuk secara membahayakan. Kembangkan mengenaisektarianisme. Fokus pada pendidikan; berkubu pada ilmu pengetahuandan teknologi dalam masyarakat muslim; dan pendidikan dasarpemikiran kritis. Muslim individu dan masyarakat perlu membukapikiran mereka)
c. Sarana Wacana
Teks pertama yakni Baghdad dan jatuhnya Granada tidak dapat
dikatakan sebagai sebab utama dari kemunduran muslim, meskipun itu
jadi titik balik sejarah Muslim memiliki gaya bahasa majas kontradiksi
intermiris, yang berarti terdapat dua pernyataan saling bertentangan dalam
maksud mengoreksi, dimana pernyataan pertama adalah kesimpulan. Yang
5Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
95
menjadi tanda digunakannya majas kontradiksi intermiris ialah
digunakannya kata penolakan ‘tidak dapat’, lalu digunakan kata
pengelakan dari pernyataan pertama ‘meskipun’ yang kedua kata tersebut
mengungkapkan hal berbeda namun tetap dalam satu subjek pembahasan.
Teks yang bersandar pada data historis ini disusun sedemikian rupa
untuk meluruskan fokus masyarakat terhadap penyebab jatuh dan
mundurnya peradaban Islam.
6. Topik: Usaha Kebangkitan Umat Muslim
Kategori Temuan KeteranganMedanWacana(Field ofDiscourse)
Dewasa ini, kaum muslimsedangberupaya untuk menemukankembali identitas sejarah mereka,membebaskan mereka daritekanan kolonialisme danpenindasan serta aturan-aturandunia yang tidak adil, danmembentuk tanggungjawab danmasa depan yang cerah.
Pernyataan individu;pandangan mengenaipergerakan masyarakat;orientasi pada masa depan;
PelibatWacana(Tenor ofDiscourse)
Ziauddin Sardar Penulis buku dan ahlikebudayaan (pakar);terhadap pembaca(audience) yang tidaksaling mengenal; ditujukanuntuk umum; terlembaga(ahli kebudayaan danilmuwan Islam terhadapmasyarakat awam padaumumnya)
SaranaWacana(Mode ofDiscourse)
..membentuk tanggungjawab danmasa depan yang cerah. (hal.169)
Perbandingan; diksi majasmetafora; pengamatanpribadi penulis buku
96
a. Medan Wacana
Medan wacana yang terdapat dalam teks membahas mengenai
sebuah pernyataan pelibat atas hasil pengalaman pribadinya mengenai
pergerakan masyarakat muslim yang berorientasi pada masadepan. Secara
keseluruhan, bahasan mengenai usaha kebangkitan muslim ini terdapat
pada halaman 143-170.
Di dunia ini kita semua (manusia) hidup dalam tiga dimensi waktu,
yaitu: masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Pengalaman pada
masa yang lalu harus dijadikan pelajaran untuk menentukan sikap
dalammasa sekarang dan sekaligus untuk merencanakan dan
mempersiapkan diri menghadapi masa yang akan datang, agar dapat
meraih kehidupan di masa depan yang lebih baik. Dalam Al-Qur’an, Allah
berfirman melalui surat Ar-Ra’du ayat 11:
Artinya:(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinyabergiliran) para malaikat yang bertugas mengawasinya (di muka) dihadapannya (dan di belakangnya) dari belakangnya (mereka menjaganyaatas perintah Allah) berdasarkan perintah Allah, dari gangguan jin danmakhluk-makhluk yang lainnya. (Sesungguhnya Allah tidak mengubahkeadaan sesuatu kaum) artinya Dia tidak mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri merekasendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan durhaka.(Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) yaknimenimpakan azab (maka tak ada yang dapat menolaknya) dari siksaan-siksaan tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-Nya(dan sekali-kali tak ada bagi mereka) bagi orang-orang yang telahdikehendaki keburukan oleh Allah (selain Dia) selain Allah sendiri
97
(seorang penolong pun) yang dapat mencegah datangnya azab Allahterhadap mereka. (Q.S Ar-Ra’du:11)
Dalam teks, pelibat mengutarakan pengalaman yang menyatakan
secara jelas bahwa ras yang berbagai macam dan berbeda-beda merupakan
setara di hadapan Tuhan. Secara reliji, agama pelibat yang merupakan
Islam tentunya memiliki peran dalam membentuk pemahaman dan ucapan
yang bermakna seperti dalam kalimat teks tersebut.
Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri agar kehidupan kita
di dunia yang fana ini dapat menjadi sarana untuk mencapai kehidupan
dengan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi, selama
berpegang pada agama Allah.
Masa depan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
siapapun, tidak terkecuali umat Islam. Tentunya membentuk suatu masa
depan yang indah adalah cita-cita yang ingin dicapai. Namun sayangnya,
menurut Ziauddin Sardar, dengan memperhatikan kondisi saat ini,
perkembangan masa depan umat Islam masih tetap akan dalam kondisi
buruk. Hal ini beliau ungkapkan dalam wawancara.
“Grim. The trends and trajectories suggest that the Muslim people willremain at the bottom of the pile. Given the violence and strife in Muslimsocieties, the future will be fragmented. China, India, Brazil – have alldeveloped and are making progress.Muslim societis aretoodeeplysntrenced in dictatorship and violence to make any progress.”6
(Suram. Kecenderungan dan lintasan menunjukkan bahwa orang-orangMuslim akan tetap berada dibawah tumpukan. Mengingat kekerasan danperselisihan dalam masyarakat muslim, masa depan akan terpecah-pecah.China, India, Brazil – membuat perkembangan di segala sisi danmembuat kemajuan. Masyarakat muslim terlalu mengakar kuat dalamkediktatortan dan kekerasan untuk membuat kemajuan apapun.)
6Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
98
Mengenai masa depan muslim, Ziauddin berpendapat bahwa
selama kekerasan dan perselisihan masih berlangsung, maka umat muslim
akan terus tetap terbelakang namun beliau juga tidak menyangkal akan
adanya usaha umat muslim di beberapa wilayah dalam mengusahakan
sebuah perubahan baik untuk masa depan, dan cukup berhasil. Namun di
sebagian wilayah lainnya, beliau berpandangan bahwa masyarakat muslim
disana masih terlalu terkungkung dengan kediktatoran dan kekerasan
sehingga menghambat perkembangan umat muslim itu sendiri.
Untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik maka seperti yang
diperintahkan oleh Allah, manusia didalam hidupnya wajib berikhtiar dan
tidak boleh mudah menyerah kepada nasib tanpa berusaha. Berikhtiar
hukumnya wajib dilakukan sebagai upaya dalam mencapai segala tujuan
menurut kemampuan kita masing-masing, diiringi denganmengisi hidup
dengan amalan-amalan yang mempunyai arti dan bermakna disisi Allah,
agar mencapai masa depan yang lebih baik. Maka walaupun Islam sempat
memngalami kejatuhan dan kemunduran hebat, dengan usaha yang serius
berkelanjutan inshaaAllah akan mendapatkan masa depan yang cerah.
b. Pelibat Wacana
Pelibat dalam teks tersebut merupakan Ziauddin Sardar. Pria yang
merupakan tokoh ilmuwan kebudayaan ini, telah terbiasa memperhatikan
perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Sehingga, beliau telah
mempelajari dan memperhatikan apa-apa saja yang sedang berusaha
99
dilakukan oleh umat muslim, dan hal-hal yang terjadi dalam kebudayaan
Islam. Pelibat merupakan salah satu tokoh ilmuwan polymath
international, yang mendambakan berkembangnya umat menjadi
masyarakat dunia yang Islam dan Islami. Beliau merupakan tokoh
inspiratif yang amat dikenal, terutama oleh warga Negara Inggris.
c. Sarana Wacana
Sarana wacana yang terdapat dalam teks mengisyaratkan adanya
sebuah pengalaman pribadi penulis buku atas bahasan dalam halaman
tersebut, yakni mengenai usaha kebangkitan umat muslim. Dalam teks ini
ditemukan adanya perbandingan/pertentangan kata yang diungkapkan
dengan gaya bahasa majas metafora.
Majas metafora adalah salah satu jenis dari majas perbandingan.
Majas metafora merupakan majas yang menggunakan kata atau kelompok
kata dengan arti bukan sesuangguhnya untuk membandingkan suatu benda
dengan yang lainnya. Majas ini terlihat ketika dalam sebuah kalimat
terdapat pernyataan dengan kata yang sama atas suatu objek dengan
makna konotasi.
Yang dimaksud dengan penggunaan majas metaofora terdapat pada
teks yang digarisbawahi dalam kalimat ini ..membentuk tanggungjawab
dan masa depan yang cerah. Teks yang digarisbawahi yakni kata ‘cerah’
yang biasanya digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan cahaya,
dipasangkan dengan kata ‘masa depan’.
100
Kata ‘cerah’ bermakna visual sesuatu yang jelas, terang dan
terlihat. Berkebalikan dengan kata ‘suram’, yang semakna dengan kata
duka, gelap, blur, dan tidak jelas. Kata ‘masa depan’ yang disandingkan
dengan ‘cerah’, dimaksudkan mengenai masa depan yang jelas, sukses dan
menyenangkan.
B. Analisis Representasi Dakwah Sejarah Islam melalui Media Buku
Representasi adalah suatu hal yang tak terpisahkan ketika seseorang
atau sekelompok orang berusaha menonjolkan citra dalam sudut pandangnya
atas suatu objek tertentu, terutama melalui media. Representasi melalui teks
dapat dimaknai sebagai pencitraan suatu objek yang ditampilkan dan
dijelaskan melalui bahasa. Maka, menurut Stuart Hall dalam teori
Representasi Media-nya, yang patut dikritisi adalah pemakaian bahasa yang
ditampilkan oleh media yang mewadahinya7.
Begitupula dalam hal penyebaran kepercayaan, citra sebuah agama
direpresentasikan oleh komunikan melalui bentuk ucapan, tulisan, dan
perbuatan melalui media. Dalam hal dakwah pun sama saja seperti dalam
mencitrakan hal lainnya. Hall menunjukkan bahwa sebuah citra akan
mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa citra akan
berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta.8
Sebuah kebudayaan tentunya amat memerlukan representasi yang
tepat danbenar dalammencitrakan keberadaannya. Begitupula yang terjadi
7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2009)hal.113.
8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar analisis Teks Media, hal.113.
101
dengan Islam. Jika Islam dalamproses representasinyadiartikulasikan secara
benar dengan aksen penulisan yang mudah dipahami, dalam konteks untuk
kebaikan dan tujuan pencarian kebeneran,tentunya citra Islam akan secara
objektif dapat dipahami dengan tidak terlalu banyak kontroversi.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa media massa adalah jalan yang
coock untuk menyalurkan sebuah representasi. Dan dalam masa yangmodern
ini,merepresentasikan agama haruslah dengan cara yang menarik dan
inspiratif seperti yang dilakukan oleh Ziauddin Sardar, yakni melalui buku
dengan penyajian yang ringan. Teks-teksnya bermakna namun tidak terasa
berat ketika dibaca, dikarenakan Ziauddin Sardar menggunakan bahasa yang
mudah dipahami dan diselingi ilustrasi-ilustrasi lucu namun tetap menggugah
selera keilmuwan.
Pencitraan tidaklah selalu berarti baik. Dalam berbagai media,
seringkali Islam dicitrakan oleh non-muslim sebagai agama yang ‘hanya
bawaan Muhammad seorang’, agama yang penuh kekerasan dan tidak
menghargai hak manusia, berkitab palsu dan bernabi yang bejad, bodoh, tidak
berkemampuan, dan tidak mau berkembang (malas). Hal ini telah dicitrakan
di dalam media televisi, buku-buku, bahkan dalam media sosial. Pencitraan
ini ditunjukkan melalui kebahasaan seperti yang dikatakan oleh Hall.
Pemilihan bahasa melalui kata-kata yang dipakai, menampilkan seolah Islam
merupakan agama yang tidak membawa kebaikan, walaupun pencitraan
buruk yang mereka sajikan belum tentu berpengaruh terhadap masyarakat
102
muslim, tapi memang telah terbukti bahwa representasi yang dilakukan terus-
menerus akan sampai maknanya pada khalayak.
Sementara itu, representasi positif tetap berusaha dilakukan oleh para
penyebar agama Islam yang tentunya menyiarkan mengenai agama Islam
sebagai sebuah ideologi yang murni dan penuh dengan kebaikan.
Representasi positif yang dibarengi dengan penyebaran kepercayaan ini
disebut dengan istilah dakwah.
Sejarah dan budaya merupakan hal yang saling melengkapi. Berbicara
mengenai sejarah seseorang tentunya taklepas dari budayaia
bersikap.berbicara mengenai sejarah suatu bangsa, tidakluput
jugamembicarakan budaya dan peradabannya.makadari itu bukanlah hal aneh
ketika Stuart Hall mengatakan bahwa budaya dan bahasa merupakan hal yang
saling berkaitkan.
Sejarah Islam merupakan salah satu sejarah agama yang paling
banyak dicitrakan secara buruk. Dengan mengingat bahwaIslam adalah
agama yang paling pesat penyebaran dan perkembangan peradabannya, Islam
menjadi momok menakutkan bagi agama pesaing. Walaupun buku ini dibuat
sebelum 9/11, namun pada masa itu citra Islam tidaklah dalam kondisi
terbaiknya. Citra Islam di lingkungan penulis yang menetap di London saat
itu tidaklah dalam kondisi terburuk,namun terutama setelah peristiwa 9/11,
imej kebudayaan Islam menjadi semakin parah. Tentunya hal ini menjadikan
perbaikan citra sangatlah dibutuhkan.
103
Dalam setiap kelompok kepercayaan tentunya terdapat kemungkinan
adanya segelintir orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan
ekstrim mengenai kepercayaannya tersebut, dan hal ini terjadi pula dalam
agama Islam. Peristiwa 9/11 bukanlah merupakan gambaran utuh tentang
nilai Islam, namun warga dunia –terutama yang beragama non muslim,
menjadi salah pengertian mengenai kebudayaan Islam disebabkan kejadian
ini. Ziauddin Sardar bahkan melakukan beberapa revisi pada buku setelah
munculnya kejadian ini.
Dalam misi memperbaiki pemahaman masyarakat terhadap Islam,
penulis buku Mengenal Islam for Beginners berupaya untuk memberikan
citra dan pemahaman yang baik mengenai Islam. Agar hal ini terwujud, maka
dibutuhkan pemakaian bahasa yang tepat dalam menuliskan realitas untuk
dibaca oleh khalayak.
Mengenai data yang didapat untuk penyusunan buku ini, Ziauddin
Sardar memberikan sebuah pernyataan dalam sesi wawancara:
“I did not do any specific research for this book. It is based on accumulatedknowledge i acquired during years of study and reflection.”9
(Saya tidak melakukan penelitian khusus apapun untuk buku ini. Hal inididasarkan padaakumulasi pengetahuan yang saya peroleh selama bertahun-tahun studi dan refleksi.)
Ziauddin Sardar yang memanglah seorang polymath, yakni ialah
seorang yang mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, telah banyak
mengkaji berbagai keilmuan terutama mengenai keIslaman. Penulis yang
9Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
104
merupakan tokoh kebudayaan yang memiliki fokus kajian pada dunia Islam,
tentunya telah memiliki banyak ilmu mengenai kebudayaan dan peradaban
Islam.
Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Proses pertama
adalah representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala
kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental masih merupakan
sesuatu yang abstrak. Dalam hal ini, yang dimaksud ialah proses ide yang
berlangsung dalam benak penulis buku, dimana terciptanya latar belakang
pembuatan isi buku dan tujuan yang ingin dicapainya, cara penulisan dan
penyajian buku, serta konten yang ingin dimasukkan didalamnya.
Konsep ide yang ingin dicapai oleh Ziauddin Sardar telah beliau
ungkapkan dalam wawancara ketika peneliti bertanya menganai tujuan
penulis dalam pembuatan buku, yang beliau jawab sebagai berikut:
“To introduce a positive picture of Islam as a religion, culture andcivilization”10
(Untuk memperkenalkan gambaran positif tentang Islam sebagai agama,budaya dan peradaban)
Jelaslah sudah, bahwa tujuan utama Sardar dalam penulisan buku ini
adalah berdakwah. Dalam mewujudkan hal tersebut, Ziauddin Sardar sebagai
penulis tentunya memiliki sebuah kerangka dalam penulisan buku yang
berisikan kronologis singkat sejarah Islam. Hal ini juga merupakan proses
representasi tahap pertama dari dua tahap menurut teori dari Stuart Hall.
10 Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
105
Gambar 3. Peta Konsep Utama Representasi Mental Ziauddin Sardar dalam Penulisan Buku
Terdapat enam topik yang dibahas dalam buku yang ditulis oleh
Ziauddin Sardar ini, yakni:
1. Nabi Muhammad SAW dan Risalahnya
Terdiri atas: Identitas Utama, Kehidupan Nabi
Muhammad Saw, Perjanjian Al-Fudhul, Kebijaksanaan
Muhammad, Pernikahan, Wahyu Pertama, Perjalanan
Malam, Hijrah ke Madinah, Perang Badar, Perang Uhud,
Perjanjian Hudaibiyah, Jatuhnya Mekkah, Khutbah
Perpisahan, Wafatnya Nabi, Hidup yang Bersejarah
2. Dasar Hukum dalam Islam
Terdiri atas: Hadis, Ilmu Hadis, Sunnah, Beberapa Ucapan
Nabi Muhammad, Al-Qur’an, Penyusunan Al-Qur’an,
Apakah Al-Qur’an itu?, Keunikan Al-Qur’an, Tujuan Al-
Qur’an, Intisari Al-Qur’an, Tuntunan Qur’ani, Para Ahli
Mengenal Islam for Beginners
NabiMuhammad
SAW danRisalahnya
Dasar Hukumdalam Islam
Hukum yangUtama dalam
Islam
Ilmu danPeradaban
Muslim
KejatuhanPeradaban
Muslim
UsahaKebangkitan
Umat Muslim
106
Tafsir, Menafsirkan Al-Qur’an, Menerjemahkan Al-
Qur’an, Peranan Al-Qur’an.
3. Hukum yang Utama dalam Islam
Terdiri atas: Tauhid, Rukun Islam, Khalifah, Adil, Ilmu,
Makna Sejati Jihad, Syariat, Tujuan Syariat, Fiqih, Mazhab
Fiqih Klasik, Ketetapan dan Perubahan, “Tak ada paksaan
dalam agama”, Sejarah Perkembangan Islam, Bibit-bibit
Perpecahan, Khulafaur Rasyidin, Penyebaran Islam,
Munculnya Syiah, Konsep Imam dalam Syiah.
4. Ilmu dan Peradaban Muslim
Terdiri atas: Peradaban Muslim, Tumbuh Suburnya Ilmu
Pengetahuan, Warraq, Lembaga-lembaga Pengajaran,
Argumen dan Debat, Sufisme, Kesusastraan, Sains,
Teknologi, Kedokteran, Ilmu-ilmu Sosial, Penjelajahan dan
Geografi, Perencanaan Tata Kota dan Arsitektur, Seni,
Musik, Penyebaran Pengetahuan Muslim ke Eropa.
5. Kejatuhan Peradaban Muslim
Terdiri dari: Kemunduran, Kolonialisme, Strategi
Kolonialisme, Islam dan Barat: 1. Penghinaan 2. Perang
Salib 3. Orientalisme.
107
6. Usaha Kebangkitan Umat Muslim
Terdiri dari: Kebangkitan Kembali, Dunia Muslim,
Minoritas Muslim, Imigrasi, Muslim Kulit Hitam,
Organisasi Konferensi Islam (OKI), Revolusi Iran,
Fundamentalisme Islam, Pemerintahan Islam, Kaum
Wanita, Membangun Kembali, Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, Hari Ini dan...., ...yang Akan Datang
Berdasarkan hasil wawancara, tujuan utama Ziauddin Sardar adalah
untuk memperkenalkan gambaran positif mengenai Islam sebagai sebuah
agama, kebudayaan dan peradaban. Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan
cita-cita awal, maka haruslah dilakukan langkah kedua dari proses
representasi, yakni ‘bahasa’. Bahasa adalah suatu hal yang amat berperan
dalam konstruksi makna. Konsep ide abstrak yang ada dalam benak penulis
buku tentulah harus diterjemahkan dalam kebahasaan yang lazim dan tepat,
agar konsep dan ide-ide dapat terhubungkan melaui tanda dan simbol yang
dituangkan.
Dapat dikatakan bahwa ‘merepresentasikan dan menyebarluaskan
agama dengan gambaran positif’ adalah istilah lain yang memiliki kesamaan
arti dengan ‘dakwah’. Yang dinamakan dakwah adalah penyebaran ilmu dan
ajakan untuk ikut kedalam jalan Allah, jalan yang lurus membawa kebaikan.
Dakwah merupakan representasi atas agama dan kebudayaannya. Maka, tidak
dapat dipungkiri bahwa dakwah tidak bisa lepas dari bayangan representasi.
108
Memanglah Ziauddin Sardar tidak secara frontal mengatakan agar
pembaca haruslah beriman dalam agama Islam, namun beliau secara implisit
dalam konten dan penyajiannya, serta dari pemilihan tokoh yang beliau kutip
menyiratkan bahwa ‘agama Islam adalah agama baik dan benar,maka
beriman danberamallah dengan baik dan benar untukmemajukan diri dan
dunia dalam kebaikan’. Hal ini dapat dikatakan merupakan suatu bentuk
sosialisasi nilai dan penyebaran agama, budaya dan peradaban Islam, yang
bermakna dakwah.
Dalam mengungkap makna, teks adalah salah satu jalannya. Namun
haruslah memahami terlebih dahulu mengenai konteks situasi. Hal ini
dikarenakan kita akan dihadapkan dengan komunikasi yang terkait dengan hal
tersebut. Bukan hanya secara tulisan, sebuah teks pun dapat mewakili makna
lisan. Maka sangatlah cocok jika teks ini diteliti dari sisi konteks situasi
(medan, pelibat dan sarana wacana).
Dakwah yang diantar oleh sejarah peradaban Islam dan diungkapkan
melalui teks, dapat membuka kebudayaan Islam pada masa itu. Walaupun
sejarah lebih dari sekedar ‘tulisan’, tapi teks tulis dapat mengungkap makna
dari setiap tuturnya. Dalam hal ini, bahasa merupakan media bagi pemilik
agama serta budaya untuk berbagi dan saling menerima ilmu pengetahuan
walaupun dilakukan dengan lintas budaya, lintas agama.
Dalam pembuatan buku, penulis Mengenal Islam for Beginners
memanglah memiliki misi untuk memperbaiki citra Islam secara agama,
kebudayaan dan peradaban agar lebih positif di mata masyarakat. Tentunya
109
Sejarah dan budaya merupakan hal yang saling melengkapi. Berbicara
mengenai sejarah seseorang tentunya tak lepas dari budaya ia bersikap.
Berbicara mengenai sejarah suatu bangsa, tidak luput juga membicarakan
budaya dan peradabannya. Maka dari itu bukanlah hal aneh ketika Stuart Hall
mengatakan bahwa budaya dan bahasa merupakan hal yang saling berkaitan.
Bukan hal yang aneh ketika tiba pada masa kejatuhannya, Islam
semakin dipojokkan, difitnah, dan dihancurkan. Maka dengan tujuan
memberi gambaran positif mengenai Islam, dengan memaksimalkan
kemampuannya sebagai seorang ilmuwan, penulis dan reporter, Ziauddin
Sardar melalui karyanya yang berisikan kronologi historis sejarah peradaban
dan kebudayaan Islam yakni buku Mengenal Islam for Beginners, berdakwah
dengan cara halus, implisit dan persuasif. Dapat dikatakan bahwa hal ini
merupakan penemuan yang didapat peneliti setelah mengkaji buku tersebut.
Walaupun, setelah diterbitkannya buku Mengenal Islam for Beginners
maupun Introducing Islam, perkembangan di dunia Islam tidak terlalu
signifikan terutama dengan terjadinya peristiwa 11 September seperti yang
dikatakan oleh Ziauddin Sardar:
“Yes-many negative development. We had to revise the book after 9/11 to includethe event. And perception of Islam and muslims around the world has gone frombad to worse. But there have also been a few positive developments- democracy inTurkey, Indonesia and now Pakistan.”11
(Ya- banyak perkembangannegatif. Kami harus merevisi buku itu setelah 9/11untuk memasukkan hal tersebut. Dan persepsi tentang Islam dan muslim di seluruhdunia telah berubah dari buruk ke amat buruk. Tapi ada juga wilayah yang telahmengalami perkembangan positif – demokrasi di Turki, Indonesia dan kiniPakistan)
11 Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
110
Yang sangat disayangkan adalah buku ini sudah berhenti dicetak
ulang oleh penerbit di Indonesia, dan umat Islam kurang bisa menyikapi buku
ini dengan praktek yakni gerakan lanjutan yang positif dalam membangun
sebuah peradaban Islam.
Namun, sedikit demi sedikit telah terjadi perkembangan dalam
masyarakat muslim walau tak seindah yang diharapkan penulis buku.
Walaupun belakangan terdapat aliran-aliran kiri yang menutup diri dari
perkembangan akal, akan tetapi buku ini masih terdapat dalam rak-rak
cendekiawan muslim dan terjual terus di penjuru dunia. Secara pribadi,
Ziauddin Sardar berpendapat bahwa buku ini sudah cukup berhasil dalam
mengantarkan tujuannya, seperti yang telah ia katakan dalam wawancara
ketika peneliti bertanya mengenai hal tersebut:
“On the whole, yes. It is one of the more popular books on Islam – and stillsells quite a lot.it has been translated into 30 different languages.”12
Secara keseluruhan, ya (cukup berhasil dalam mengantarkan tujuannya).Ini adalah salah satu buku yang amat populer tentang Islam-dan masihterjual cukup banyak hingga saat ini. Buku ini pun telah diterjemahkan kedalam 30 bahasa yang berbeda.
Dengan adanya permintaan dan penjualan yang masih berlanjut
daripertama penerbitannya hingga kini, tentunya kita dapat katakan bahwa
buku Mengenal Islam for Beginners yang berjudul asli Muhammad for
Beginners dan diubah judul menjadi Introducing Islam ini telah berhasil
merepresentasikan dakwah Islam.
12 Wawancara melalui email dengan Ziauddin Sardar, penulis buku Mengenal Islam forBeginners pada 15 Juli 2014.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, terjawablah persoalan penelitian dalam
mengetahui bagaimana sejarah agama Islam diwacanakan dalam buku
Mengenal Islam for Beginners pada medan wacana, pelibat wacana dan
sarana wacana. Pada medan wacana, buku ini membahas mengenai sejarah
peradaban dan kebudayaan Islam beserta fakta-fakta yang berkaitan,
namun memanglah dalam buku ini hanya dijelaskan secara singkatnya saj
sebagai perkenalan bagi pembaca atas agama Islam.
Pelibat yang dikutip kata-katanya dalam buku ini merupakan
tokoh-tokoh dalam agama Islam, seperti Muhammad Asad, dan Ibnu
Khaldun. Dan tentunya Ziauddin Sardar sang penulis buku yang
merupakan ahli kebudayaan Islam juga berperan sebagai pelibat yang
dominan dalam buku ini. Tokoh yang dikutip dalam buku juga merupakan
tokoh yang memiliki andil dalam perkembangan dunia Islam.
Secara kebahasaaan, sarana wacana yang dipergunakan dalam
buku tentunya menjadi medium tulisan, yang peranannya amatlah penting
dalam menafsirkan tujuan isi bacaan. Tipe interaksi yang digunakan
adalah monologis atau searah. Saluran teks tersebut yakni metode visual,
sedangkan modus retorisnya adalah persuasif dengan dominasi
penggunaan majas penegasan dan perbandingan.
112
Setelah direpresentasikan dan dikaji makna serta tujuannya, maka
ditemukanlah bahwa penulis secara implisit melalui buku berisi kronologis
sejarah Islam, melakukan representasi dakwah. Dalam pembuatan buku,
penulis Mengenal Islam for Beginners mengakui bahwa beliau memanglah
memiliki misi untuk memperbaiki citra Islam dalam hal agama,
kebudayaan dan peradaban agar lebih positif di mata masyarakat.
Dengan adanya representasi positif itulah, maka telah terlaksanalah
dakwah dalam buku Mengenal Islam for Beginners. Buku sebagai media
massa memanglah sangat efektif dalam penyebaran informasi dan
representasi. Ziauddin Sardar yang memanglah seorang penulis selama
bertahun-tahun tentunya mengetahui hal itu, dan beliau pun berusaha
melakukan sebuah representasi positif mengenai agama yang dianutnya,
yakni Islam.
Dikarenakan media representasi merupakan sebuah buku berisikan
sejarah mengenai Islam, maka bahasa tentunya menjadi sebuah perantara
utama dalam menyampaikan pemikiran penulis dalam mencitrakan agama,
kebudayaan dan peradaban Islam.
Secara teoretis, representasi merupakan suatu praktek penting
dalam memproduksi kebudayaan. Berdakwah, atau dapat disebut dengan
melakukan sebuah representasi positif dengan cara sopan merupakan
sebuah budaya dalam Islam, setidaknya pada masa lampau. Dan hal ini
ingin dibangkitkan kembali oleh Ziauddin Sardar melalui tulisannya,
bahwa berdakwah tidaklah harus dengan perang, tidak juga dengan
113
teriakan penuh kecaman atau buku yang dipenuhi paksaan yang kaku, tapi
bisa dengan bacaan ringan sarat ilmu dan pemikiran positif.
Dalam pembuatan buku, Ziauddin Sardar bercita-cita untuk dapat
memperkenalkan Islam secara agama, kebudayaan dan peradaban dengan
citra yang positif. Melalui bahasa yang diiringi ilustrasi, Ziauddin Saradar
berhasil menarik minat masyarakat dunia untuk membaca buku yang
penuh dengan pemikiran positif akan Islam dan kebudayaan muslim yang
murni.
Buku ini dapat dikatakan cukup berhasil dalam merepresentasikan
Islam dan melakukan dakwah dengan menarik. Buktinya, buku yang mulai
ditulis pada tahun 2000 ini masihlah diperjualbelikan dan laku terjual di
berbagai negara dengan transliterasi 30 bahasa yang berbeda-beda,
termasuk didalamnya merupakan bahasa Indonesia. Yang sangat
disayangkan, buku Mengenal Islam for Beginners tidaklah lagi dicetak
ulang pada waktu beberapa tahun belakangan ini oleh penerbit di
Indonesia. Akan tetapi buku ini masih terdapat dalam rak-rak cendekiawan
muslim, dan terjual terus di penjuru dunia. Maka representasi yang
disebarluaskan oleh Ziauddin Sardar melalui media buku dan dilakukan
dengan jalan dakwah ini tentunya dapat dikatakan cukup berhasil
114
B. Saran dan Penutup
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran terkait
buku Mengenal Islam for Beginners. Menurut peneliti, untuk menguatkan
bahwa memang telah terjadi penyalahgunaan ilmu pengetahuan, akanlebih
baik apabila Ziauddin Sardar mencantumkan data fakta yang berasal dari
pihak luar muslim untuk meyakinkan pembaca bahwa yang Ziauddin
Sardar tulis bukanlah pendapat sepihak semata. Ziauddin Sardar memang
telah mencantumkan daftar bacaan rujukan di akhir buku agar pembaca
bisa mengetahui lebih lanjut, namun peneliti merasa itu belum cukup.
Menurut peneliti, dalam buku ini juga kurang ditekankan lebih
tegas mengenai kesalahan pemikiran umat Islam yang membuat
peradabannya kini masih jalan ditempat. Juga kurangnya penulis buku
menghimbau pembaca untuk kembali pada Al-Qur’an, akal, keterbukaan
hati dan Hadis Shahih dalam membentuk pemikiran Islam yang maju.
Beliau memanglah mengajak pembaca untuk ‘sadar’, namun kurang jelas
dijabarkannya mengenai apa dan bagaimana kesadaran itu harus
berlangsung.
Saran peneliti bagi masyarakat adalah seharusnya menyadari
bahwa janganlah naif dalam mengonsumsi media. Masyarakat harus
mempraktekkan sikap kritis dan ‘mengunyah’ informasi dengan teliti
sebelum menjadikan informasi tersebut sebagai acuan, apalagi jalan hidup.
Sebab, perubahan baik tidak akan terlaksana tanpa adanya usaha. Tidak
115
akan tercipta masyarakat Islam yang cerdas jika orang-orang tersebut tidak
memulai bersikap cerdas.
Saran peneliti bagi penerbit adalah agar tetap menerbitkan buku-
buku berkualitas, terutama yang laku terjual secara internasional. Jika
buku-buku sarat ilmu tidak dicetak ulang, lama kelamaan ilmu tersebut
akan hilang.
Sebagai penutup, peneliti harap penelitian yang bergerak untuk
memajukan peradaban Islam terus berlangsung, demi terbentuknya
masyarakat Islam yang cerdas dan bersatu. Semoga penelitian ini dapat
berguna bagi para akademisi dan masyarakat pada umumnya
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yusri Abdul Ghani. Historiografi Islam dari Klasik hingga Modern.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Al-Habsyi, Husein. Menjawab Berbagai Tuduhan Terhadap Islam. Jakarta:
As-Sajjad, 1991.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Usaha, 1989.
Baran, Stanley J. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and
Culture. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Bravmann, M.M. Studies in Semitic philology. Leiden: E.J. Brill, 1977.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2010.
Croteau, David dan Hoynes, William. media/society, industries image and
audiences. California: Pine Forge Press, 2000.
Danesi, Marcel. Understanding Media Semiotics. London: Arnold.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS, 2009.
Fauzia, Syifa “Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam dalam Bens
Radio”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta,
2012.
Ghazali, Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Ghazali, Muhammad Bahri. Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka
Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Giles, Judy dan Middleton, Tim. Studying Culture: A Practical Introduction.
Chicester: Blackwell Publishing, 2008.
117
Giles, Judy. Studying Culture: A Practical Introduction. Blackwell Publishers,
1999.
Hafidz, Abdullah Cholis. dkk. Dakwah Transformatif . Jakarta: PP
LAKPESDAM NU, 2006.
Hall, Stuart. Representation: Cultural Representations and Signifying
Practice. Sage Publications, 2003.
Halliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya. Bahasa, Konteks danTeks: Aspek-Aspek
Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1994.
Halliday, M.A.K. Languange as Social Semiotic. London: Edward Arnold,
1978.
Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Jundi, Anwar. Islam dan Dunia Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press,
1994.
Kusnawan, Aep. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung: Mujahid Press, 2004.
Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
LKiS, 2007.
Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication. Cet.5. New York:
Wadsworth Publishing Company.
Montgomery, Martin. An Introduction to Language and Society, London:
Methuen &Co.,Ltd, 1986.
Mulyana, Deddy dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008.
Mulyana, Dedy. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosda, 2001.
Nasution, Harun. Sejarah Ringkas Islam. Jakarta: Djambatan, 1980.
Noor, Juliansyah. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2011.
Santoso, Anang. Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan
Analisis Wacana Kritis. Tahun 36, nomor 1. Malang: Fakultas Sastra,
2008.
118
Santoso, Riyadi. Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa. Surabaya:
Pustaka Eureka dan JP Press, 2003.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
Sardar, Ziauddin. Mengenal Islam for Beginners. Bandung: Mizan Media
Utama, 2001.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Sussantho, Deddy, “Hakikat Cinta dalam Islam (Analisis wacana buku Jalan
Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah)” Skripsi S1 Fakultas Adab
dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.
Tamburaka, Rustam E. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Thwaites, Tony. dkk, Introducing Cultural and Media Studie: A Semiotic
Approach. Palgrave, 2002.
Trim, Bambang. Menjadi Powerful Da’I dengan Menulis Buku. Bandung:
Kolbu, 2006.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi
penelitian skripsi komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011.
Yatim, Badri. Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan Humaniora: Studi
Islam dengan Pendekatan Sejarah. Jakarta: FAH UIN Syarif
Hidayatullah, 2003.
“Mr Zafar Abbas Malik”, artikel ini diakses pada 13 Juni 2014 dari
http://www.zoominfo.com/s/#!search/profile/person?personId=17865
8328&targetid=profile
Adeng Lukmantara, “Biografi Ziauddin Sardar”. Artikel diakses pada 14 Juni
2014 dari
119
http://www.ensikperadaban.com/?TOKOH_%26amp%3B_INTELEK
TUAL_MUSLIM_KONTEMPORER:Intelektual_Kontemporer:Ziaud
din_Sardar
“Introducing Muhammad -Paperback”, Artikel ini diunduh pada 7 Juni 2014
dari http://www.amazon.com/Introducing-Muhammad-Ziauddin-
Sardar/dp/1874166153
David Self, “Book Review”. Artikel ini diakses pada 11 Juni 2014 dari
http://www.independent.co.uk/arts-
entertainment/books/reviews/introducing-islam-by-ziauddin-sardar--
illustrated-by-zafar-abbas-malik-617084.html
“Biography” Artikel ini diakses pada 1 Juni 2014 dari
http://ziauddinsardar.com/ziauddin-sardar-biography/
Aip Aly Arfan, “Rekontsruksi Peradaban Islam dalam Pandangan Ziauddin
Sardar” diakses pada 12 Juni 2014 dari http://aip-aly-
arfan.blogspot.com/2013/02/rekonstruksi-peradaban-islam-
dalam.html
Inda Nurshadrina <[email protected]>
Re: Fw: Interview by emailZiauddin Sardar <[email protected]> 15 Juli 2014 17.03Kepada: Inda Nurshadrina <[email protected]>
Dear Inda,
Here are my answers to your questions:
• When did you start writing the book "Introducing Islam"? and how manybooks have you written before?
I started writing the book in 2000. It did not take very long to write; it took quitesometime to do the illustrations and get them right. I had written about 20books before I began work on this one. Its original title was ‘Muhammad forBeginners’ – it was in the Beginners series, which were specially designed asan illustrated series. Later the Beginners series title was changed toIntroducing – and my book became ‘Introducing Islam’.
• You are a scientist who likes to travel around the world, may I know exactlywhere you did the research and writing of the book “Introducing Islam”?
I did not do any specific research for this book. It is based on accumulatedknowledge I acquired during years of study and reflection.
• When you wrote the "Introducing Islam", how was the Islamic socialcondition at that time, particularly in the place where you did the writing?
It was before 9/11 – and its was peaceful in Britain. Also globally, people weremore hopeful and Islam did not have the kind of bad reputation it acquiredafter 9/11.
• Was there any specific background that inspired you to write this book?
• The "Introducing Islam" is a book fully filled with illustrations. Whatmotivated you to include a variety of beautiful and humorous illustrations innearly each of the page?
Page 1 of 3Gmail - Re: Fw: Interview by email
10/29/2013file:///E:/Inda%20Nurshadina/Gmail%20-%20Re%20%20Fw%20%20Interview%20by%...
It was a requirement given that the book was in the Beginners series. I had nochoice! The challenge was to make the illustrations relevant and suitable forthe subject.
• What are your goals and expectations while writing this book?
To introduce a positive picture of Islam as a religion, culture and civilization.
• Do you think this book has been quite successful in delivering its objectives?
On the whole, yes. It is one of the more popular books on Islam – and still sellsquite a lot. It has been translated into 30 different languages.
• From the time you wrote this book until now, have the Moslems experienceda significant development?
Yes – many negative developments. We had to revise the book after 9/11 toinclude the event. And perception of Islam and Muslims around the world hasgone from bad to worse. But there have also been a few positive developments– democracy in Turkey, Indonesia and now Pakistan.
• In your opinion as a futurologist, please state your view on the futuredevelopment of the Moslems, by taking into account the current state.
Grim. The trends and trajectories suggest that the Muslim people will remain atthe bottom of the pile. Given the violence and strife in Muslim societies, thefuture will be fragmented. China, India, Brazil – have all developed and aremaking progress. Muslim societies are too deeply entrenched in dictatorshipsand violence to make any progress.
• What should be done by the Moslems in their effort in pursuing progress inthe modern era?
Rethink what it means to be Muslim in the 21st century. Reformulate theShariah, which has become dangerously obsolete. Rise about sectarianism.Focus on education; entrench science and technology in Muslim societies;and base education of critical thought. Individual Muslim and societies need toopen their minds.
Best,
Zia
Page 2 of 3Gmail - Re: Fw: Interview by email
10/29/2013file:///E:/Inda%20Nurshadina/Gmail%20-%20Re%20%20Fw%20%20Interview%20by%...
[Kutipan teks disembunyikan]
Page 3 of 3Gmail - Re: Fw: Interview by email
10/29/2013file:///E:/Inda%20Nurshadina/Gmail%20-%20Re%20%20Fw%20%20Interview%20by%...
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS BUKU
MENGENAL ISLAM FOR BEGINNERS
Data Pribadi
Nama : Ziauddin Sardar
Tempat, Tanggal Lahir : Pakistan, 31 October 1951
Kontak : [email protected]
Website : http://ziauddinsardar.com/
Pendidikan Terakhir : Profesor Hukum dan
Kemasyarakatan, Middlesex University, London
Pekerjaan : -Direktur Centre for Postnormal Policy and
Futures Studies, East West University, Chicago.
-Ketua The Muslim Institute
-Editor majalah Critical Muslim
Bibliografi
Lebih dari 40 buku telah ia terbitkan, dan lebih dari 80 artikel maupun reportase
dalam bentuk teks maupun siaran yang ia hasilkan sedari tahun 1977, yang dapat
dilihat di http://ziauddinsardar.com/bibliography/ .
Karyanya diantaranta Science, Technology and Development in the Muslim World
(1977), Postmodernism and the Other (1998), international best seller : Why Do
People Hate America? (2002), Desperately Seeking Paradise: Journeys of a
Sceptical Muslim (2004), dan yang terbaru Mecca: The Sacred City yang akan
diterbitkan pada musim gugur 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Data Pribadi
Nama : Inda Nurshadrina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 7 September 1991
Alamat : Jl Mantarena nomor 24 RT 04/03
Kel.Panaragan Kec.Bogor Tengah, Bogor 16113
Nomor Telepon : 087874019501/085892228981
Email : [email protected]
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
a. Formal
Sekolah Tempat Tahun
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta 2010-2014
Jurusan Komunikasi Penyiaran
SMAN 6 Bogor 2006-2009
SMPN 7 Bogor 2003-2006
SD Bina Insani Bogor 1997-2003
TK Kartika III Bogor 1996-1997
b. Informal
2002 : Bina Vokalia Bogor
2011 : Workshop “Menerbitkan Karya Tulis”
2011 : Workshop “Menulis Karya Fiksi dan Jurnalistik”
2012 : Training Public Speaking and Broadcasting di Yayasan Bina Insan
2012 : Training Broadcasting Radio
2012 : Peserta lomba News Casting FISIP Days
2012 : Workshop Broadcasting – Mengembangkan Potensi di Era
Globalisasi Media
2013 : Workshop dan Peserta Lomba SCTV Goes to Campus
Pengalaman Bekerja
2007 : Trainer for Preschool Children – Bina Vokalia Bogor
2013 : Admin – CV.Andrawina
2013-2014 : PR staff – Dekanat Fakultas Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah
2013-2014 : Freelancer Interviewer – Litbang Koran Harian Kompas
Jakarta
Juni 2014 : Publikasi - Event “Tribute to Kretek”, TIM
Pengalaman Berorganisasi
2004-2005 : Anggota OSIS SMPN 7 Bogor, Divisi Mading dan Publikasi
2005-2007 : Sekretaris Umum Nata Sastra Indonesia, Bogor
2010-2013 : Anggota Himpunan Mahasiswa Bogor UIN Jakarta
Prestasi
2006 : Juara Pertama dalam Lomba Membaca Puisi bertema “Anti Rokok
dan Narkoba” se-Kotamadya Bogor
2006 : Juara Pertama dalam Lomba Pidato Bahasa Indonesia dengan Judul
“Peranan Wanita”, Bogor
2007 : Juara Pertama dalam English Speech Contest Tingkat SMA, Bogor
SAMPUL BUKU
Top Related