ANALISIS PELATIHAN KARYAWAN DI LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH TUMANG BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Akhir pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dalam Rangka
Memperoleh Gelar Ahli Madya Diploma Tiga DIII
Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Oleh:
WIDAD RIDLOTIL FATIKHA
NIM: 201-14-026
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”
“dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya”
“kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”
(Q.S. An-Najm: 39-41)
“”
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak dan Ibu (Muhammad Junaedi dan Siswanti), terima kasih atas kasih
sayang dan doa yang diberikan selama ini.
3. Untuk kakak-kakakku (Budi Prasetyo, Aji Widiyardani, Noor Sadono dan
Dwi Wuryandari) terimakasih atas dukungan dan motivasinya. Tanpa kalian
aku tidak bisa seperti sekarang.
4. Untuk ponakan-ponakanku (Nana, Rara, Azza, Ila dan Iyan) teimakasih telah
mewarnai hari-hariku. Senyum kalian adalah semangat bagiku.
5. Untuk Danang Eko Saputra yang selalu memberi semangat dan motivasi serta
maumenjadi tempatku berbagi suka dan duka. Terimakasih ya.
6. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati.
7. Teman-teman seperjuangan D III Perbankan Syariah angkatan 2014 yang
telah bersama berjuang selama ini.
8. Almamaterku IAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Pelatihan
Karyawan Di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Tumang Boyolali sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan D-III dalam jurusan Perbankan Syariah pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari berbagai pihak yang membantu, baik berupa bimbingan, dorongan maupun
informasi yang berkaitan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga beserta
wakil-wakilnya.
2. Bapak Dr. Anton Bawono M. Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Bapak Drs. H. Alfred L, M.Si selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah.
4. Bapak Abdul Aziz N.P., S.Ag., M.M. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
5. Keluarga besar BMT Tumang yang telah membantu dalam pembuatan Tugas
Akhir ini.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan, serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
7. Teman-teman D-III Perbankan Syariah angkatan tahun 2014.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tidak ada
sesuatu apapun yang sempurna kecuali Allah SWT oleh karena itu, dengan senang
viii
hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 12 Juni 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
Fatikha, Widad. 2017. Analisis Pelatihan Karyawan di Lembaga Keuangan
Mikro SyariahnTumang Boyolali. Tugas Akhir. Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi D III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing Abdul Aziz N.P., M.M.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembangunan ketenagakerjaan sebagai
bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada
peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada
diri sendiri. Untuk membina dan pengembangan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan pembangunan, antara lain melalui pelatihan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui program pelatihan di BMT Tumang, untuk mengetahui
kendala-kendala pelatihan, untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil
dalam mengatasi kendala Program Pelatihan.Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan model deskriptif melalui wawancara dan observasi.
Penelitian dilakukan di BMT Tumang Kecamatan Boyolali Kabupaten
Boyolali.Hasil analisa penelitian ini bahwa pelatihan di BMT Tumang hampir
sama dengan teori yang ada, macam-macam pelatihan yang dilakukan di BMT
Tumang dan materi yang diberikan pada saat latihan yaitu sebagai berikut:
pelatihan yang dilakukan yaitu menggunakan metode on the job training dan
pelatihan keterampilan (skill), pelatihan pengetahuan (knowledge), pelatihan
sikap (attitude). Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kendala pelatihan terletak
pada waktu, latar belakang peserta pelatihan yang berbeda, pelatih atau trainer.
Kebijakan yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan
pematangan materi dicabang, adanya standart trainer.
Kata kunci: Pelatihan Karyawan, Lembaga Keuangan Mikro.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Metode Penelitian........................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 11
B. Kajian Teoritik .......................................................................................... 18
BAB III LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum ...................................................................................... 25
1. Sejarah BMT Tumang ........................................................................ 25
2. Visi dan Misi BMT BMT Tumang .................................................... 28
3. Identitas dan Kelengkapan Organisasi ............................................... 31
4. Struktur Organisasi ............................................................................. 33
5. Produk-produk ................................................................................... 34
xi
B. Data Deskriptif .......................................................................................... 45
1. Job Description .................................................................................. 45
2. Kondisi SDM...................................................................................... 57
BAB IV ANALISIS
A. Pelatihan di BMT Tumang ........................................................................ 59
1. Tujuan Pelatihan ................................................................................ 60
2. Macam-macam Pelatihan ................................................................... 61
3. Jenis-jenis Pelatihan ........................................................................... 64
4. Perencanaan Kebutuhan Pelatihan ..................................................... 67
5. Langkah-langkah Pelatihan ................................................................. 71
6. Database Pelatihan ............................................................................. 73
B. Kendala-kendala dalam Pelatihan ............................................................. 74
C. Kebijakan-kebijakan dalam mengatasi Kendala ....................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 77
B. Saran .......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo BMT Tumang .......................................................................... 31
Gambar 3.2 Struktur Organisasi ............................................................................ 34
Gambar 4.1 Langkah-langkah Pelatihan ............................................................... 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15
Tabel 3.3 Kondisi SDM BMT Tumang ................................................................ 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Antonio (2001: 227) Undang–undang memberikan kesempatan yang luas
bagi beroperasinya bank–bank dengan prinsip syariah, baik dengan cara
menkonversi, membuka unit syariah maupun mendirikan bank baru dan
menerapkan pasal – pasal yang membuka peluang pengembangan yang lebih
luas bagi Bank Syariah. Ditambah dengan diberlakukannya UU No 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah maka pengembangan industri perbankan
syariah nasional semakin mempunyai landasan hukum yang memadai.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan sebuah alternatif system
dalam bidang keuangan yang dinilai bisa dijadikan jalan lain dalam bidang
budaya bisnis masyarakat Indonesia yang tidak hanya keagamaan tetapi juga
bernilai ekonomis sebagai konsekuensi logis dibukanya bank syariah baru,
lembaga keuangan dan non keuangan syariah lainnya, maka diperlukan
sumber daya manusia yang memiliki kecakapan dan kompetensi di bidang
lembaga keuangan syariah dan non keuangan syariah.
Dalam organisasi apapun, baik bisnis atau pemerintahan sumber daya
manusia (SDM) sangatlah penting, seperti yang ditegaskan oleh Hartatik
(2014: 12) SDM mempunyai peran sebagai pengelola agar sistem tetap
berjalan sesuai aturan, maka pengelolaannya tentu harus memperhatikan
aspek-aspek penting seperti pelatihan, pengembangan, dan motivasi. SDM
2
merupakan aset organisasi yang sangat vital. Peran dan fungsinya tidak dapat
digantikan oleh sumber daya lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut setiap organisasi harus mempersiapkan
SDM nya dalam menghadapi segala perubahan-perubahan yang terjadi akibat
perkembangan dunia ekonomi, bisnis, sosial serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
membawa dampak positif terhadap arti pentingnya manajemen sumber daya
manusia dalam melaksanakan aktifitas perusahaan adalah tentang pemakaian
tenaga kerja yang mempunyai peranan penting. Salah satu aspek pengelolaan
sumber daya manusia adalah melalui pelatihan. Dengan adanya pelatihan
pada perusahaan, maka kegiatan perusahaan dapat dilaksanakan secara efisien
dan efektif.
Guna menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam bidang lembaga
keuangan bank maupun non bank, maka BMT Tumang membutuhkan
program pelatihan ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
prestasi kerja para karyawan. Dengan adanya program pelatihan maka kinerja
karyawan akan semakin bagus dan akan berimbas ke perekonomian negara.
Menurut Wibowo (2010: 442) Pelatihan melibatkan segenap sumber
daya manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
pembelajaran sehingga mereka segera akan dapat menggunakannya dalam
pekerjaan. Pada dasarnya, pelatihan diperlukan karena adanya kesenjangan
3
antara keterampilan pekerja sekarang dengan keterampilan yang dibutuhkan
untuk menempati posisi baru.
Pelatihan yang diutarakan oleh Rivai (2009: 211) merupakan wahana
untuk membangun SDM menuju era globalisasi yang penuh dengan
tantangan. Karena itu, kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja
terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat
pada abad milenium ini. Berkaitan dengan hal tersebut kita menyadari bahwa
pelatihan merupakan fundamental bagi karyawan.
Haris (2000:342) mengatakan bahwa pemberian program pelatihan dalam
perusahaan adalah sangat penting karena pelatihan adalah proses belajar yang
ditimbulkan oleh reaksi tingkah laku seorang karyawan dalam hubungan
dengan organisasi dan untuk mengurangi tingkat biaya.
Mondy (2008: 215) Pelatihan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas
dan ringkas serta dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Tujuan diadakannya pelatihan yang diselenggarakan perusahaan dikarenakan
perusahaan menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja pegawai
sehingga dapat sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pelatihan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi tenaga kerja guna meningkatkan kemampuan
produktifitas, dan kesejahteraan. Program pelatihan bertujuan memperbaiki
kinerja karyawan yang tidak memuaskan, memutakhirkan keahlian para
karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, mengurangi waktu
pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan, membantu
4
memecahkan masalah operasional, mempersiapkan karyawan untuk promosi,
mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, memenuhi kebutuhan
pertumbuhan pribadi. Simamora (2004:276).
Untuk merealisasikan tujuan tersebut salah satu cara yang bisa ditempuh
yaitu dengan melaksakan program latihan kerja bagi karyawan guna
meningkatkan keterampilan dan kecakapan mereka sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
Pelatihan yang efektif terdiri dari Kesiapan Peserta Pelatihan (Learner
Readiness) seorang pelatih harus memiliki kesiapan dan kemauan untuk
belajar sesuatu hal baru yang terkait dengan pekerjaannya, gaya belajar
(Learning Styles) setiap karyawan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda
dalam memahami suatu ilmu baru, transfer pembelajaran (Learning Transfer)
pelatihan yang efisien haruslah mampu diterapkan dan diimplementasikan
oleh karyawan baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek pasca
pelatihan yang diterimanya. Mathis dan Jackson (2009:269).
Menurut Handoko (2010: 110-114), ada dua metode yang digunakan
perusahaan dalan pelatihan, yaitu :
1. Metode On The Job Training
Pelatihan ini dilakukan di tempat kerja. Karyawan dilatih tentang
pekerjaan baru dengan pengawasan langsung seorang pelatih.
2. Metode Off The Job Training
Metode pelatihan ini dilakukan di luar tempat kerja (off the job training),
meliputi teknik-teknik presentasi informasi dan metode simulasi.
5
Berdasarkan paparan diatas dan mengingat begitu pentingnya program
pelatihan yang mampu meningkatkan kinerja karyawan, dimana kinerja
karyawan akan menentukan ketercapaian tujuan lembaga. Maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pelatihan
Karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah TUMANG Boyolali”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Program Pelatihan yang dilaksanakan di BMT TUMANG?
2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam melaksanakan Program
Pelatihan di BMT TUMANG?
3. Kebijakan-kebijakan apa yang diambil dalam mengatasi kendala Program
Pelatihan di BMT TUMANG?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Program Pelatihan yang dilaksanakan di BMT
TUMANG.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
Program Pelatihan di BMT TUMANG.
3. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mengatasi
kendala Program Pelatihan di BMT TUMANG.
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian tentang Analisis Pelatihan di BMT
TUMANG, yaitu:
1. Bagi IAIN Salatiga
a. Menambah wawasan bagi mahasiswa terutama untuk Fakultas
Ekonomi Bisnis Islam.
b. Menciptakan kerjasama antara Institut Agama Islam Negeri Salatiga
dengan lembaga lainnya dalam pelaksanaan pembangunan bangsa.
2. Bagi Peneliti
a. Sebagai syarat untuk memenuhi penyusunan Tugas Akhir guna
memperoleh Gelar Ahli Madya Jurusan D-III Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Bisnis Islam di IAIN Salatiga.
b. Sebagai alat ukur agar mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh
dibangku perkuliahan dan mempraktikkan teori-teori dari mata
kuliah yang pernah diberikan.
c. Menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan secara langsung
di lapangan sehingga membangkitkan bakat dan kreatifitas.
3. Bagi BMT
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan proses
pelatihan agar mampu meningkatkan kualitas kerja karyawan.
b. Untuk menjaga citra baik sebuah LKS.
c. Sebagai persiapan menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
sengit.
7
4. Bagi Peneliti Lain
a. Sebagai bahan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pembuatan program khusus.
b. Berharap agar penelitian ini dapat memberikan motivasi kepada
peneliti lain agar dapat lebih baik.
E. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
model deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian ini bersifat untuk
mengembangkan teori, sehingga akan menemukan teori baru dan
dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan
dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah
gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2. Sumber Data
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari wawancara langsung
kepada pihak-pihak yang bersangkutan yaitu dengan manajer,
personalia, trainer, dan pegawai. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian dengan cara
mempelajari referensi dan dokumen yang terkait, yaitu dari data
dokumentasi dan publikasi.
8
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
1) Wawancara (interview)
Menurut Mangkuprawira (2004: 48) wawancara merupakan
proses interaksi antara dua atau lebih orang dalam sebuah proses
komunikasi melalui wawancara akan dengan pemegang
pekerjan dan jabatan baik secara individual maupun kelompok,
akan diperoleh data dan informasi tentang hubungan antara
persyaratan kerja dan kinerja atau perilaku yang bersangkutan.
Wawancara dilakukan dengan Bapak Sigit Prihantoro, S.Psi
selaku Divisi Personalia dengan topik wawancara menyangkut
tentang Pelatihan yang dilakukan KSPPS BMT Tumang
terhadap pengelola-pengelolanya.
2) Pengamatan (observasi)
Observasi merupakan cara untuk mengamati perilaku
karyawan dan pekerjaan yang dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung ke khalayak dan individu bersangkutan.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data secara
jalas dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan
yang sistematis tentang hal-hal yang berhubungan dengan
Pelatihan (Mangkuprawira, 2004: 47).
9
b. Data Sekunder
Melalui studi dokumentasi, penulis mendapat informasi data
tambahan yang terkait dengan dokumen-dokumen Pelatihan yang
didapat dari bagian personalia, selain itu penulis membaca buku-
buku yang berisi teori mengenai tema yang penulis usung, yang
nantinya bisa menjadi data pelengkap.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu
menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan hasil
penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut
adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menyajikan enam pokok pembahasan dalam
penulisanlaporan ini yaitu : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini membahas tentang kajian pustaka yang berisikan
penelitian terdahulu sebagai refrensi atau pembanding dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis. Selain membahas tentang
kajian pustaka dalam bab ini membahas tentang teori-teori yang
mendukung penelitian.
10
BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada bab ini menyajikan gambaran umum dan data-data
deskriptif. Gambaran umun disajikan informasi umum mengenai
obyek umum penulisan tugas akhir diantaranya Sejarah KSPPS
BMT Tumang, Visi dan Misi, Identitas Lembaga, Struktur
Oraganisasi, Produk-Produk BMT Tumang, Job Description,
Kondisi SDM.
BAB IV Analisis Data
Pada bab analisis menyajikan pembahasan dari berbagai
hasil pengumpulan data dana analisis mengenai hal tersebut.
Penulis akan menganalisis pelatihan di KSPPS BMT Tumang.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini diuraikan kesimpulan dari penulisan tugas
akhir dan diuraikan beberapa saran dari penulis.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Penelitian Nu Graha (2005) berjudul “Pengaruh Pelatihan Terhadap
Kemampuan Karyawan dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Pada Karyawan PT. Gatra Mapan Malang)”. Metode yang digunakan adalah
metode kuantitatif dengan menggunakan populasi seluruh karyawan tetap
yaitu 247 orang dan sampel yang digunakan adalah 72 orang. Hasil dari
penelitian ini adalah kualifikasi baik, kemampuan karyawan berpengaruh
signifikan pada kinerja karyawan.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda dapat diketahui secara
bersama-sama yang terdiri dari tenaga pelatihan (X1), materi pelatihan (X2),
metode pelatihan (X3), fasilitas pelatihan (X4), dana lama pelatihan (X5)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kerja karyawan (Z)
dengan menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 < 0,05. Nilai koefisien korelasi
berganda (R) yang diperoleh adalah positif yaitu 0,628, maka dapat diartikan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas (tenaga pelatihan,
materi pelatihan, metode pelatihan, fasilitas pelatihan, dana lama pelatihan)
terhadap variabel terikat (kemampuan karyawan).
Selanjutnya dalam Tugas Akhir yang disusun oleh Putri Riskiyani (2007)
yang berjudul “Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Bank Syari’ah Mandiri
Pekalongan” mengatakan bahwa pelatihan bagi karyawan BSM Pekalongan
12
mempunyai dampak lebih positif atau sangat berpengaruh. Karena pelatihan
tersebut mempunyai manfaat yang lebih bagi masing-masing pribadi.
Pelatihan bagi karyawan dapat mengasah ilmu mereka dan mereka dapat
bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan keterampilan dan kemampuan
yang mereka miliki. Pelatihan yang diadakan oleh BSM Pekalongan dapat
memaksimalkan kinerja karyawan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
pengembangan BSM tersebut. Karyawan BSM Pekalongan akan dapat
mengetahui lebih jelas apa sesungguhnya sasaran mereka, disamping
memajukan kesiapan serta kemampuan untuk meraih hasil yang lebih berarti.
Meningkatnya ketrampilan sangat menguntungkan bagi BSM Pekalongan dan
pelatihan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada setiap karyawan. Selain
menambah kinerja karyawan, pelatihan juga dapat meningkatkan pelayanan
yang lebih baik terhadap nasabah dan karyawan lebih siap menghadapi
perubahan–perubahan yang terjadi seperti perubahan produk, perubahan
teknologi dan lain-lain.
Penelitian Endayani, Hamid dan Djudi (2015) yang berjudul “Pengaruh
Pelatihan Kerja Terhadap Kemampuan Kerja dan Kinerja Karyawan PT.
BPRS Bumi Rinjani Kepanjen”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif, Nilai inferensial, dan multiple regression
analysis. Dengan menggunakan populasi seluruh karyawan dan sample yang
digunakan adalah 60 karyawan. Berdasarkan analisis deskriptif variabel
metode pelatihan menggambarkan jawaban yang positif dari responden
13
mengenai pernyataan yang telah diberikan. Hal ini berarti metode pelatihan
yang dilaksanakan di PT. BPRS Bumi Rinjani Kepanjen cukup baik. Hasil
dari penelitian Endayani adalah hasilnya cukup baik, kemampuan karyawan
meningkat setelah mengikuti pelatihan yang telah diikuti.
Penelitian dari Fendy Levy (2013) yang berjudul “Pengaruh Pembinaan,
Pelatihan dan Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi terhadap Kinerja
Karyawan di PT Njonja Meneer Semarang”. Dapat disimpulkan bahwa
pembinaan, pelatihan dan pengembangan, pemberdayaan dan pastisipasi
mempengaruhi kinerja karyawan diatas lima puluh persen. Dengan
menggunakan populasi seluruh karyawan dan sample yang digunakan adalah
80 karyawan.
Penelitian Balawa (2016) yang berjudul “Analisis Kebutuhan Pelatihan
Karyawan PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Denpasar”. Penelitian dari
Balawa menggunakan penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Populasi yang digunakan adalah 80 orang.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam tingkat kesesuaian
antara job description dan job spesification pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas
MSIG Cabang Denpasar di 3 unit kerja terdapat 31 karyawan yang memenuhi
standard kinerja dan 49 karyawan yang belum memenuhi standar kinerja, dari
49 orang tersebut 23 memiliki kompeten dan 26 karyawan tidak kompeten.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan yang dimiliki pada masing-masing
unit kerjanya. Belum banyak standard kinerja yang dapat terpenuhi, maka
perusahaan agar dapat memberikan pelatihan yang lebih baik”.
14
Penelitian Suartana (2016) yang berjudul “Analisis Dampak Pelatihan
Terhadap Kinerja Karyawan”. Penelitian ini berisi analisis kinerja karyawan
sebelum diadakan pelatihan, keuntungan yang diberikan karyawan, dampak
pelatihan terkadap kinerja karyawan. Dalam penelitian Suartana
menggunakan jumlah sample sebanyak 50 orang. Jenis data yang digunakan
adalah jenis data kuantitatif dengan sumber data sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
simpulan yang pertama kinerja karyawan sebelum pelatihan hanya sebesar
Rp. 1.668.992.000,- .Yang kedua keuntungan sebelum pelatihan adalah Rp.
417.248.000,- yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh PT Bussan
Auto Finance (BAF) Cabang Singaraja sebesar Rp. 980.226.000,- . Dampak
pelatihan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar Rp. 2.649.218.000,-,
sehingga dari data tersebut dapat diketahui peningkatan kinerja karyawan
dalam menyalurkan kredit menjadi sebesar Rp. 980.226.000,-. Hasil dari
penelitian ini diantaranya kinerja karyawan sebelum pelatihan belum optimal,
terdapat peningkatan keuntungan setelah pelatihan yang diperoleh
perusahaan, dan terdapat dampak pelatihan terhadap kinerja sesudah
pelatihan.
Berdasarkan pemaparan dari penelitian yang sudah ada di atas maka
penelitian yang akan diajukan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Terdapat beda penelitian yang terletak pada objek penelitian dan tempat
penelitian. Yang pertama penulis melakukan penelitian ini di BMT Tumang
Boyolali, yang kedua penulis memfokuskan bagaimana program pelatihan
15
yang dilakukan di BMT tersebut, apakah dalam program pelatihan ada
perbedaan dengan BMT lain, yang ketiga langkah apa yang dilakukan di
BMT Tumang dalam mengatasi berbagai kendala yang ada dalam program
pelatihan. Yang keempat penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder yang data
primernya diperoleh dengan cara observasi dan wawancara sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan metode kuantitatif. Data yang diperoleh
dianalisis dengan cara mendeskripsikannya secara mendalam terkait rumusan
masalah. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya,
maka disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode Hasil
Nu Graha
(2005)
Pengaruh Pelatihan
Terhadap Kemampuan
Karyawan dan
Dampaknya Terhadap
Kinerja Karyawan
(Studi Pada Karyawan
PT. Gatra Mapan
Malang)
Penelitian kuantitatif
dengan
menggunakan
populasi seluruh
karyawan tetap yaitu
247 orang dan
sampel yang
digunakan adalah 72
orang.
Hasil dari penelitian ini adalah
kualifikasi baik, kemampuan
karyawan berpengaruh
signifikan pada kinerja
karyawan.
Hasil penelitian maka
diperoleh terdapat hubungan
yang kuat antara variabel
bebas (tenaga pelatihan, materi
pelatihan, metode pelatihan,
fasilitas pelatihan, dana lama
pelatihan) terhadap variabel
terikat (kemampuan
16
karyawan).
Putri
Riskiyani
(2007)
Pengaruh Pelatihan
terhadap Kinerja Bank
Syari’ah Mandiri
Pekalongan
Metode Kuantitatif Pelatihan bagi karyawan BSM
Pekalongan mempunyai
dampak lebih positif atau
sangat berpengaruh. Karena
pelatihan tersebut mempunyai
manfaat yang lebih bagi
masing-masing pribadi.
Pelatihan bagi karyawan dapat
mengasah ilmu mereka dan
mereka dapat bekerja
semaksimal mungkin sesuai
dengan ketrampilan dan
kemampuan yang mereka
miliki.
Endayani,
Hamid dan
Djudi
(2015)
Pengaruh Pelatihan
Kerja Terhadap
Kemampuan Kerja dan
Kinerja Karyawan PT.
BPRS Bumi Rinjani
Kepanjen
Metode kuantitatif
dan analisis data
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah analisis
deskriptif, Nilai
inferensial, dan
multiple regression
analysis.
Hal ini berarti metode
pelatihan yang dilaksanakan di
PT. BPRS Bumi Rinjani
Kepanjen cukup baik. Hasil
dari penelitian Endayani
adalah hasilnya cukup baik,
kemampuan karyawan
meningkat setelah mengikuti
pelatihan yang telah diikuti.
Balawa
(2016)
Analisis Kebutuhan
Pelatihan Karyawan PT
Asuransi Jiwa Sinarmas
MSIG Denpasar
Metode Kualitatif Tingkat kesesuaian antara job
description dan job
spesification pada PT Asuransi
Jiwa Sinarmas MSIG Cabang
17
Denpasar di 3 unit kerja
terdapat 31 karyawan yang
memenuhi standar kinerja dan
49 karyawan yang belum
memenuhi standar kinerja, dari
49 orang tersebut 23 memiliki
kompeten dan 26 karyawan
tidak kompeten. Untuk
meningkatkan kinerja
karyawan yang dimiliki pada
masing-masing unit kerjanya.
Belum banyak standar kinerja
yang dapat terpenuhi, maka
perusahaan agar dapat
memberikan pelatihan yang
lebih baik
Suartana
(2016)
Analisis Dampak
Pelatihan Terhadap
Kinerja Karyawan
Metode Kuantitatif Hasil dari penelitian ini
diantaranya kinerja karyawan
sebelum pelatihan belum
optimal, terdapat peningkatan
keuntungan setelah pelatihan
yang diperoleh perusahaan,
dan terdapat dampak pelatihan
terhadap kinerja sesudah
pelatihan.
18
B. Kajian Teoritik
1. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan
pengetahuan dan keahlian tertentu, serta sikap agar karyawan semakin
terampil dan mampu melaksanakan tanggungjawabnya dengan
semakin baik, sesuai dengan standar (Mangkuprawira, 2004:134).
Sedangkan menurut Gomes, (2003: 197) pelatihan adalah setiap
usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan
tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan
yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
Simanjuntak (2005: 97) pelatihan merupakan bagian dari
investasi SDM untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai.
Sedangkan menurut Panggabean (2001: 41) pelatihan adalah suatu
cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya
sekarang.
Maka dapat ditarik kesimpulan pelatihan adalah suatu proses atau
usaha untuk memperbaiki, mengubah, meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan kerja guna meningkatkan kinerja karyawan agar
tujuan-tujuan organisasional dapat tercapai.
19
b. Tujuan Pelatihan
Menurut Mangkunegara (2006: 52), pelatihan memiliki berbagai
tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau lembaga
keuangan, antara lain:
1) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
2) Meningkatkan produktivitas kerja.
3) Meningkatkan kualitas kerja.
4) Meningkatkan perencanaan sumber daya manusia.
5) Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
6) Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi
secara maksimal.
7) Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan.
8) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan.
Sedangkan menurut Simamora (2006: 276) mengutarakan
berbagai tujuan yang ingin dicapai dengan pelatihan karyawan, yaitu:
1) Memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja secara
tidak memuaskan.
2) Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan
teknologi.
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar
kompoten dalam pekerjaan.
4) Membantu memecahkan masalah orperasional.
20
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi satu cara untuk
menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui
program pengembangan karir yang sistematis.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.
c. Manfaat Pelatihan
Searah dengan tujuan yang ingin dicapai pelatihan karyawan,
tentunya memiliki manfaat dengan adanya pelatihan karyawan
tersebut, seperti yang diutarakan oleh Mangkuprawira (2004: 137),
yaitu:
1) Memperbaiki komunikasi antara kelompok dan individual.
2) Membantu dalam orientasi untuk karyawan baru mendapatkan
pekerjaan baru melalui pengalihan dan atau promosi.
3) Menyediakan informasi tentang kesempatan yang sama dan
kegiatan yang disepakati.
4) Memperbaiki keterampilan hubungan lintas personal.
Bukan hanya Mangkuprawira, Siagian (2008) mengutarakan
tujuh manfaat dari penyelenggaraan program pelatihan, antara lain:
1) Meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.
3) Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
tepat.
21
4) Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam
organisasi.
5) Mendorong sikap keterbukaan manajemen.
6) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif.
7) Penyelesaian konflik secara fungsional.
d. Metode Pelatihan
Menurut Handoko (2010: 110-114), ada dua metode yang
digunakan perusahaan dalan pelatihan, yaitu :
1) Metode On The Job Training
Pelatihan ini dilakukan di tempat kerja. Karyawan dilatih
tentang pekerjaan baru dengan pengawasan langsung seorang
pelatih.
2) Metode Off The Job Training
Metode pelatihan ini dilakukan di luar tempat kerja (off the
job training), meliputi teknik-teknik presentasi informasi dan
metode simulasi.
e. Langkah langkah dalam Pelatihan
Menurut Dessler (2013: 273), terdapat lima langkah dalam proses
pelatihan, yaitu:
1) Menganalisis kebutuhan pelatihan.
2) Merancang keseluruhan program pelatihan.
3) Mengembangkan, menyusun dan membuat materi pelatihan.
4) Mengimplementasikan atau menerapkan program pelatihan.
22
5) Menilai atau mengevaluasi efektivitas materi.
f. Kendala-kendala dalam Pelatihan
Kendala di dalam pelaksanaan program pelatihan biasanya
merupakan faktor penghalang bagi organisasi dalam melaksanakan
rancangan program pelatihan. Dilihat dari segi pentingnya pelatihan,
hal ini sangat tidak diinginkan oleh semua pihak yang terlibat di
dalam pelaksanaan pelatihan.
Menurut Moekijat (2009: 68), hambatan dalam proses
pelaksanaan pelatihan, antara lain:
1) Tidak adanya kebijakan yang luas dan kompehensif yang bersifat
lengkap.
2) Tidak adanya penilaian yang dilaksanakan yang bisa dijadikan
dasar perencanaan untuk pelatihan berikutnya.
3) Penunjukan peserta tidak berdasarkan analisis kebutuhan.
4) Tujuan program pelatihan tidak jelas akan kompetensi yang
dicapai/terlalu umum.
5) Kurikulum pelatihan tidak jelas.
6) Metodologi pelatihan kurang tepat alat peraga/media
pembelajaran yang kurang memadai.
7) Bahan pelatihan banyak diadopsi dari luar negeri kadang-kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan instansi/organisasi pengirim.
8) Pelatih-pelatih kurang dikembangkan.
23
9) Pelatih-pelatih yang baik kurang tertarik pada lembaga-lembaga
pelatihan karena tidak adanya pola pikir.
10) Dan suatu system tindak lanjut (follow-up) yang tepat tidak ada.
Adapun kendala-kendala dalam pelatihan menurut Mondy
(2009: 210) diantaranya:
1) Karyawan tidak mengetahui akan diadakannya pelatihan.
2) Karyawan yang dimutasi tidak bisa mengikuti pelatihan.
3) Beberapa karyawan tidak tertarik mengikuti pelatihan.
g. Kebijakan-kebijakan untuk Mengatasi Kendala Pelatihan
Menurut Moekijat (2009: 89), untuk mengatasi atau
meminimalisir agar faktor-faktor kendala tidak muncul dalam
pelatihan, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Materi pelatihan disertai dengan ujian umpannya pre tes maupun
post test. Hal ini dilakukan untuk melibatkan kemampuan
peserta latihan sebelum dan sesudah pelatihan dilaksanakan,
apakah mengalami perubahan kea rah peningkatan atau sama
sekali tidak terjadi perubahan.
2. Tujuan pelatihan harus jelas dinyatakan secara khusus, meliputi:
Pelatih harus professional dan menguasai materi, metodologi
pelatihan sesuai dengan spesialisasinya.
3. Isi program pelatihan harus direncanakan dan ditujukan kepada
pencapaian tujuan secara keseluruhan.
4. Metodologi pelatihan relevan dengan tujuan pelatihan.
24
5. Pelatihan bersifat continue dikembangkan.
6. Pelatihan harus di integrasikan dengan perubahan administrasi
yakni organisasi prosedur dan pegawai/peserta pelatihan, artinya
hasil pelatihan dapat bermanfaat apabila lingkungan organisasi
dapat mendukung adanya perubahan.
25
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang
Gagasan untuk mendirikan koperasi berbasis Islam ini diawali dari
perbincangan ringan beberapa warga Tumang yang telah bekerja/
berdomisili di Jakarta di rumah Bapak Suryanto, SH pada bulan Februari
1997. Pada dasarnya pendirian BMT Tumang bukan hanya sekedar
meramaikan aktifitas perkoperasian waktu itu, namun didasari
keprihatinan pendiriannya atas sistem perekonomian dan tatanan
kehidupan yang dikedepankan pada masa orde baru ternyata tidak bisa
memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan
makmur.
Keprihatinan akan nasib masyarakat desa yang justru merupakan
jumlah mayoritas penduduk di Indonesia, khususnya di daerah Boyolali
juga menjadi perhatian pendiri BMT Tumang. Masyarakat desa kesulitan
dalam mengakses permodalan pembiayaan dari perbankan karena
berbagai alasan penilaian yang tidak rasional. Perbankan dalam hal ini
dinilai lemah dalam komitmennya menciptakan lingkungan usaha yang
lebih adil dan lebih menyejahterakan masyarakat.
Sementara itu, terkait dengan bunga perbankan juga telah menjadi
kajian tersendiri di kalangan umat Islam. Hal-hal tersebut juga sangat
dirasakan oleh masyarakat Desa Tumang. Terutama beberapa orang yang
26
dalam menjalankan ekonominya terjerat masalah dengan rentenir atau
istilah masyarakat setempat adalah bank plecit. Persoalan riba atau
bunga dari rentenir itulah yang juga menjadi perhatian serius para
pengurus dan pengelola BMT.
Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, pemilihan calon
pengelola dan sosialisasi pendirian, pada tanggal 1 Oktober 1998 Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) Tumang mulai beroperasi dengan modal awal
Rp. 7.050.000,-, dengan menggunakan kantor (pinjam) salah satu
ruangan tidak terpakai di Komplek Balai Desa Tumang, Cepogo,
Boyolali. Pada awalnya modal tersebut dikelola untuk pembiayaan kecil,
tanpa jaminan, pembukuan dan pelayanannya juga masih manual.
Sedangkan untuk mencari tambahan simpanan, menggunakan media
bumbung dari bambu dan kotak kayu, yang bertujuan agar anggota bisa
menabung sedikit demi sedikit dengan adanya bumbung tersebut, untuk
penarikan simpanannya dilakukan setelah jam kerja seminggu sekali.
Setelah beberapa saat operasional pada tanggal 10 April 1999,
BMT Tumang mendapatkan badan hukum dari departemen koperasi
dengan Nomor: 242/BH/KDK.11.25/IV/ 1999 yang kemudian lebih
dikenal dengan nama KSU “BMT Tumang”. Pada awalnya selain untuk
sektor pembiayaan, KSU BMT Tumang ada juga usaha sektor riil alat
penyewaan pemotong besi, jualan asitilin untuk pengrajin tembaga,
jualan perlengkapan jahit.
27
Pada tanggal 30 April 2002, BMT Tumang telah mendapatkan
pengesahan Perubahan Anggaran Dasar (PAD) dengan Nomor:
02/PAD/505/IV/2002. Dalam rentang waktu satu dasawarsa melayani
umat, BMT Tumang telah berkembang dengan sangat cepat, hingga akhir
september 2008 BMT ini mencatat pembiayaan yang diberikan ke
masyarakat anggota telah mencapai lebih dari Rp. 9.000.000.000,-.
Kemudian pada tanggal 12 Januari 2011, BMT Tumang telah
mendapatkan Pengesahan dengan Keputusan Gubernur Nomor:
02/PAD/XIV/I/2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar dari Koperasi
Serba Usaha tingkat Kabupaten Boyolali menjadi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) tingkat Propinsi Jawa Tengah. Yang
kemudian lebih dikenal dengan nama KJKS BMT Tumang dan wilayah
operasional sebelumnya hanya di Kabupaten Boyolali meningkat di
tingkat Provinsi Jawa Tengah, sehingga mulai tahun 2011 KJKS BMT
Tumang sudah bisa membuka cabang di luar Kabupaten Boyolali.
Terakhir pada tanggal 26 Oktober 2016, BMT Tumang menerima
surat dari Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Deputi
bidang Kelembagaan. Dimana Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
(KSPPS) BMT Tumang telah teracatat dalam Daftar Umum
KoperasiNomor:155/Lap-PAD/VIII/2016 tanggal 8 Agustus 2016.
Perubahan Anggaran Dasar meliputi:
28
a. Perubahan nama yang semula Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT
Tumang menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS) BMT Tumang,
b. Perubahan wilayah keanggotaan semula wilayah Provinsi Jawa
Tengah menjadi wilayah Lintas Provinsi. Sehingga mulai saat ini
KSPPS BMT Tumang sudah bisa membuka cabang baru di luar
Provinsi Jawa Tengah.
Sampai saat ini KSPPS BMT Tumang tercatat memiliki 17 cabang,
166 pengelola BMT Tumang, dan 22.000 anggota yang tergabung di
seluruh cabang BMT Tumang baik anggota funding maupun finance,
dengan aset saat ini kurang lebih sebesar Rp. 120.000.000.000,-.
Sungguh pencapaian yang luar biasa dengan hanya diawali dari modal
usaha sebesar Rp. 7.050.000,- dan dengan slogan “BMT Tumang untuk
Indonesia” maka mulai tahun 2017 mulai dirancang dan berikhtiar untuk
mengembangkan sayap di luar Jawa Tengah, meskipun visi awal
pendirinya bersifat lokal dan spesifik (mengentaskan rentenir di desa
Tumang), sesuai dengan jati diri sebagai lembaga dakwah melalui
ekonomi syariah, mulai dirancang gagasan cabang jauh.
2. Visi dan Misi BMT Tumang
Dalam rangka melanjutkan keberlangsungan operasi BMT serta
untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT
Tumang di masa depan, maka dirumuskanlah Visi dan Misi BMT
Tumang sebagai gambaran cita – cita, serta harapan yang ingin
29
diwujudkan dalam kurun waktu lima tahun kedepan, yaitu periode tahun
2016-2020. Berikut adalah Visi dan Misi BMT Tumang:
a. Visi
BMT Tumang memiliki Visi “Menjadi Lembaga Keuangan
Syariah yang mandiri, terdepan dan sejahtera”.
Visi tersebut menggambarkan suatu semangat untuk
membangun ekonomi masyarakat (umat) dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan para anggota BMT melalui tata kelola yang baik,
tangguh, dan terdepan menuju kemandirian BMT dengan bercirikan
syariah yang diridhoi Allah SWT.
b. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut telah dirumuskan 3 (tiga) Misi
sebagai berikut:
1) Mewujudkan lembaga keuangan syariah yang mandiri,
terdepan, amanah, dan sejahtera.
BMT Tumang berupaya mewujudkan sebuah lembaga
keuangan syariah yang terdepan (modern) dari segi pelayaan
dan daya dukung operasional. Mutu pelayanan dan daya dukung
operasional hendaknya sejajar atau lebih tinggi dengan lembaga
keuangan syariah/non syariah terkemuka. BMT Tumang akan
berupaya secara terus menerus meningkatkan lembaga BMT
Tumang tanpa tergantung pada pihak-pihak tertentu, namun
30
mengandalkan pada kekuatan yang dimiliki (mandiri) serta
mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan bekerja cerdas
dan keras. Dalam melaksanakan jasa layanan keuangan syariah
kepada masyarakat BMT mengutamakan norma-norma kebaikan
(amanah), memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga
keberadaan BMT dapat memberikan nilai tambah bagi pengguna
jasa keuangan syariah serta dapat meningkatkan kesejahteraan
bagi anggota BMT serta masyarakat luas.
2) Membangun kualitas SDM yang tangguh, profesional dan
berdaya saing tinggi
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, BMT berupaya
membangun kapasitas SDM yang profesional yang memiliki
tingkat keahlian tinggi pada masing-masing bidang dan
memiliki integritas yang baik (tangguh, jujur, pekerja keras,
bekerja dengan ikhlas dan berjiwa amanah), sehingga memiliki
daya saing tinggi dan mampu menghadapi tantangan masa kini
dan masa yang akan datang.
3) Mewujudkan pelayanan keuangan syariah yang unggul dengan
dukungan sistem informasi terkini dan sarana prasarana yang
memadai.
Untuk mendukung layanan keuangan syariah yang unggul,
BMT berupaya meningkatkan sarana prasarana yang memadai.
Selain tersedia sarana prasarana yang memadai layanan BMT
31
perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur teknologi
informasi terkini (modern) sesuai perkembangan zaman .
3. Identitas Lembaga dan Kelengkapan Organisasi
Identitas Lembaga BMT Tumang:
a. Nama Lembaga : KSPPS BMT TUMANG
b. Diresmikan pada tanggal : 30 September 1998
c. Alamat Kantor Pusat : Jl.Boyolali–Magelang Km.10,
Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah 57362
d. Telepon/Fax : (0276) 323454 / 323336
e. Website : www.bmttumang.com
f. Logo :
Gambar 3.1. Logo BMT Tumang
Gambar 3.1. Logo BMT Tumang
g. Alamat Kantor Cabang :
1) Tumang, Jl. Melati 12 Tumang, Cepogo, Boyolali, Telp. 0276
323 335,
2) Cepogo, Jl. Boyolali – Magelang Km.10 Cepogo, Boyolali,
Telp. 0276 323 454,
3) Boyolali, Jl. Pandanaran No. 299, Boyolali, Telp. 0276 323
034,
4) Ampel, Jl.Boyolali-Semarang Km. 10, Gladagsari, Ampel,
Boyolali Jl. Telp. 0276 330 626,
32
5) Andong, Jl. Raya Kacangan Andong, Boyolali, Telp. 0271
7893025,
6) Kartasura, Jl. Ahmad Yani No.83, Kartasura, Telp. 0271
784385,
7) Salatiga, Jl. Sukowati No.9, Salatiga Telp. 0298 312729,
8) Delanggu, Jl. Raya Solo–Jogja KM 21 (selatan pasar delanggu)
Delanggu, Klaten,Telp. 0272554358,
9) Selo, Jl. Boyolali-Magelang KM.18, Selo Boyolali, Telp. 0276
3295240,
10) Suruh, Jl. Raya Suruh-Salatiga, Kab. Semarang (Timur Pasar
Suruh), Telp. (0298) 317434,
11) Solo, Jl. Brigjen Sudiarto 5/2, Joyosuran, Pasar Kliwon,
Surakarta, Telp. (0271) 642257,
12) Grabag, Jl.KH Siraj, Desa Krajan I, Grabag, Magelang, Telp.
(0293) 310830,
13) Simo, Jl. Singoprono Raya, Km. 01 Pelem Simo, Boyolali, Telp.
(0276) 3260086,
14) Karangpandan, Jl. Lawu No. 85 Karangpandan, Karanganyar.
15) Jatinom, Barat Pasar Gabus, Krajan Jatinom, Klaten.
16) Musuk, Jl. Raya Boyolali-Drajitan KM 5, Tampir Barat, Musuk,
Boyolali, Telp. (0276) 3280340.
17) Sragen, Jl. Raya Sukowati No. 323, Kauman Rt. 25 Rw. 08
Sragen Wetan, Sragen. Telp. (0271) 8961279.
33
Kelengkapan Organisasi BMT Tumang:
a. Badan Hukum : 242/BH.KDK.11.25/IV/1999,
b. Perubahan Anggaran Dasar : 02/PAD/XIV/I/2011,
c. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-527.000,
d. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012,
h. TDP : 113324600215,
i. Jangkauan pelayanan : Lintas Provinsi,
j. Waktu Operasional : Hari Senin–Jum’at, jam 07.30–16.00
WIB.
4. Struktur Organisasi
Organisasi BMT Salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan
organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien adalah dibentuknya
struktur organisasi. Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan
keadaan, kemampuan, dan perkembangan dari organisasi tersebut.
Dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui sampai dimana
wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki seseorang dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah struktur organisasi BMT Tumang:
34
Struktur Organisasi BMT Tumang
Gambar 3.2. Struktur Organisasi BMT Tumang
5. Produk-produk BMT Tumang
Di dalam BMT Tumang terdapat berbagai jenis maca produk yang
ditawarkan. Mulai dari produk untuk pendanaan dan juga produk untuk
tabungan, macam-macamnya sebagai berikut:
35
a. Produk Simpanan BMT Tumang
Simpanan merupakan sarana untuk menggali potensi dana dari
masyarakat, untuk kemudian difungsikan secara profesional guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat lainnya, sehingga saling
menguntungkan. Beberapa bentuk simpanan maupun tabungan dari
BMT Tumang, yaitu:
1) Simpanan Mudharabah Al Mutlaqoh
Simpanan Mudharabah Al Mutholaqoh adalah simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah, dimana
mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT TUMANG
untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari
pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah
(bagi hasil) yang disepakati di awal. Simpanan ini dapat diambil
sewaktu-waktu.
Adapun manfaat dari produk simpanan mudaharabah al-
mutlaqoh meliputi:
a) Aman, manfaat, menguntungkan dan InsyaAllah Barokah
b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan
ketentuan syariah
c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda
d) Bebas biaya administrasi
36
Untuk menjadi anggota, persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain:
a) Menjadi anggota BMT TUMANG
b) Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,- dan simpanan
wajib Rp. 5.000,-
c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,-
d) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening
e) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri
lainnya
f) Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh
KSPPS BMT TUMANG
Adapun bagi hasil Simpanan Mudharabah Al Mutlaqoh,
antara lain:
a) InsyaAllah halal dan barokah.
b) Anggota penyimpan akan mendapatkan bagi hasil simpanan
sesuai dengan kesepakatan.
c) Besarnya bagi hasil simpanan ditetapkan menurut
keuntungan KSPPS BMT Tumang dengan nisbah antara
BMT : anggota adalah 70 : 30.
d) Bagi hasil yang dimaksud akan diperhitungkan setiap akhir
bulan dan akan ditambahkan secara otomatis ke rekening
simpanan anggota setiap awal bulan.
37
Dalam simpanan mudharabah al mutlaqoh terdapat
beberapa produk yang ditawarkan BMT Tumang, yaitu:
Simpanan Sukarela (Sikala), Simpanan Idul Fitri, Simpanan Idul
Qurban, Simpanan Pendidikan, Simpanan Haji, dan Simpanan
Menikah.
2) Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan Mudharabah Berjangka (DEPOSITO) adalah
Simpanan berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-
muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada
BMT TUMANG untuk memanfaatkan dana yang dapat
digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat
memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan
profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan
BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal.
Adapun manfaat dari produk simpanan mudaharabah
berjangka meliputi:
a) Aman, manfaat, menguntungkan dan InsyaAllah barokah
b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan
ketentuan syariah
c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda
d) Bebas biaya administrasi
Untuk menjadi anggota, persyaratan yang harus dipenuhi
meliputi:
38
a) Menjadi anggota BMT TUMANG
b) Simpanan minimal Rp. 1.000.000,-
c) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening
d) Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya
Adapun bagi hasil Simpanan Mudharabah Berjangka, antara
lain:
a) InsyaAllah halal dan barokah,
b) Bagi hasil akan dipindahbukukan ke rekening simpanan
mudharabah biasa setiap tanggal 1,
c) Ketentuan nisbah bagi hasil yang ditawarkan adalah:
Jangka Waktu Nisbah Penyimpanan
1 Bulan 35%
3 Bulan 40%
6 Bulan 42,5%
12 Bulan 45%
3) Simpanan Mudharabah Masa Depan
SiMudaMaPan adalah Produk Simpanan di BMT
TUMANG dengan prinsip akad mudharabah mutlaqah, yaitu
perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian
tertentu (investasi tidak terikat). Simpanan tersebut
direncanakan khusus untuk kebutuhan anggota di waktu yang
akan datang.
39
Adapun manfaat dari produk simpanan mudaharabah masa
depan meliputi:
a) Dengan Akad Mudharabah Muthlaqah penyimpan dapat
memperoleh bagi hasil dari hasil usaha BMT TUMANG
yang insyaAllah halal dan barokah
b) Bagi hasil yang diterima setiap bulannya akan ditambahkan
ke simpanan, sehingga akan meningkatkan saldo pokok
simpanan, yang secara otomatis akan menambah bagi hasil
secara proporsional
c) Untuk simpanan jangka waktu minimal 3 tahun akan
mendapatkan manfaat khusus yaitu akan dimasukkan ke
dalam Keluarga Peduli Pendidikan, diantaranya:
(1) Setiap tahun ajaran baru akan mendapatkan bingkisan
peralatan sekolah
(2) Anggota yang sakit (opname) akan mendapatkan
santunan Rp.200.000,
(3) Anggota yang meninggal dunia akan mendapatkan
santunan sebesar Rp.1.000.000,-
(4) Setiap anak didik yang berprestasi bisa diusulkan
mendapatkan beasiswa dari Divisi Maal BMT
TUMANG
Untuk menjadi anggota, persyaratan yang harus dipenuhi
meliputi:
40
a) Menjadi anggota BMT TUMANG
b) Setoran minimal setiap bulan Rp.50.000,-
c) Jangka waktu dan ketentuan nisbah bagi hasil penyimpan :
Jangka Waktu Nisbah Penyimpanan
1 Tahun 35%
2 Tahun 40%
3-5 Tahun 45%
6-9 Tahun 46%
10-12 Tahun 47,5%
Lebih dari 12 Tahun 48%
Dari bagi hasil yang seharusnya diterima, 2,5%nya
disisihkan untuk infaq sosial yang akan dimasukan ke bagian
Maal BMT TUMANG. Ilustrasi penerimaan bagi hasil Si Muda
Mapan
Simpanan : Rp.100.000,- per bulan
Waktu : 6 tahun
Nisbah : 46 %.
Tah
un
ke
Pokok
Simpanan
Perkiraan
BaHas
ZIS Perkiraan
BaHas
Bersih
Jumlah
pokok &
Perkiraan
BaHas
1 1,200,000 71,720 1,793 69,927 1,269,927
2 2,400,000 312,776 7,819 304,956 2,704,956
3 3,600,000 745,181 18,630 726,552 4,326,552
4 4,800,000 1,939,814 34,845 1,358,969 6,158,569
41
5 6,000,000 2,286,786 57,170 2,229,616 8,229,615
6 7,200,000 3,455,862 86,397 3,369,466 10,569,466
*) bagi hasil diperoleh berdasarkan perhitungan data bulan juni
2016
**) indeks bagi hasil tiap bulan akan berubah, sesuai dengan
pendapatan BMT
b. Produk Pembiayaan BMT Tumang
Sebagai lembaga keuangan syariah BMT Tumang tidak hanya
menampung dana dari masyarakat, tetapi juga menyalurkan dana ke
masyarakat. Penyaluran dana ini biasanya dilakukan oleh BMT
Tumang dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan terhadap usaha yang
dijalankan oleh masyarakat. Beberapa jenis pembiayaan yang
dikeluarkan oleh BMT Tumang yaitu:
1) Pembiayaan Investasi
Transaksi pembiayaan investasi di BMT Tumang dapat
dilakukan dalam 2 jenis transaksi, yakni:
a) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara
dua pihak, dimana pihak pertama yang menyediakan
seluruh modal (BMT) dan pihak kedua yang bertindak
selaku pengelola (anggota). Keuntungan usaha dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan
kedalam kontrak.
42
b) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah merupakan bentuk kerjasama pengkongsian
dana yang dilakukan oleh dua atau lebih anggota untuk
melakukan usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disepakati, sedangkan kerugian
ditanggung oleh semua pihak sebesar modal yang disertakan
dalam usaha tersebut. Dalam aplikasinya digunakan untuk
modal kerja dan investasi, dana dari BMT merupakan
pertisipasi BMT dalam usaha yang dikelola anggota dan BMT
berhak ikut serta dalam mengelola usaha.
2) Pembiayaan Jual Beli
Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan dalam
Islam, berikut adalah pembiayaan dengan konsep jual beli yang
ditawarkan BMT Tumang
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah salah satu produk pembiayaan
BMT Tumang, dimana nasabah menjalin kerja sama dengan
pihak BMT untuk memenuhi kebutuhan pembelian barang
atau peminjaman uang, dengan jaminan dan ketentuan yang
telah disepakati bersama didalam akad. Margin pembiayaan
dan harga pokok barang diketahui kedua belah pihak secara
terang-terangan atau transparan. Besarnya angsuran
disesuaikan dengan kemampuan nasabah.
43
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah akad pembelian (jual-beli) yang
dilakukan dengan cara, pembeli melakukan pemesanan
pembelian terlebih dahulu atas barang yang dipesan/
diinginkan dan melakukan pembayaran dimuka atas barang
tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun
dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan
pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan/
diinginkan diterima kemudian. (Penghantaran barang/
delivery dilakukan dengan cara ditangguhkan).
c) Pembiayaan Istishna
Istishna adalah akad bersama pembuat (produsen)
untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau akad
jual beli suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh
pembuat (produsen) yang juga sekaligus menyediakan
kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku
disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah
(Upah).
3) Pembiayaan Jasa/Sewa
Selain pembiayaan investasi dan jual-beli, dari BMT
Tumang juga menyediakan produk pembiayaan jasa atau sewa
yang terdiri dari:
44
a) Pembiayaan Ijarah
Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari
penggunaan sebuah asset sebagai ganti dari pembayaran.
Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas manfaat dari
sebuah asset.
b) Pembiayaan Muntahiyah Bittamlik
Pembiayaan ini adalah bentuk kerjasama perjanjian
antara pihak bank sebagai lessor (pihak yang menyewakan)
dengan nasabah sebagai lessee (pihak penyewa). Dalam
aplikasinya pihak penyewa bersedia untuk membayar uang
sewa atas barang atau jasa yang telah diterimanya, dan pada
akhir masa sewa terjadi pemindahan hak kepemilikan dari
pihak bank kepada penyewanya tersebut.
4) Pembiayaan Qordhul Hasan
Selain mencari keuntungan dengan akad tijarah, BMT
Tumang juga menerapkan akad tabaru’ akad kebaikan dalam
pembiayaan, salah satunya akad qardhul hasan. Qardhul hasan
merupakan bentuk perjanjian pemberian pinjaman dari bank
kepada nasabah dengan kewajiban nasabah mengembalikan
pinjaman tersebut sebesar pokok sesuai dengan jangka waktu
baik secara tunai maupun angsuran. Dalam BMT Tumang akad
ini ditawarkan dalam bentuk produk pokusma.
45
Dari beberapa produk pembiayaan yang ditawarkan oleh
BMT Tumang, semuanya diaplikasikan dalam pembiayaan yang
diajukan anggota sesuai kegunaannya, akan tetapi yang sering
digunakan adalah akad murabahah dan ijarah. Besarnya
margin/nisbah ditentukan bersama antara anggota dan pihak
BMT, anggota diperbolehkan menawar margin yang ditetapkan
BMT. Berikut adalah syarat pengajuan produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh BMT Tumang:
1. Menjadi anggota KSPPS BMT Tumang,
2. Mempunyai usaha produktif
3. Mengisi formulir permohonan dilampiri fotocopy suami
istri dan kartu keluarga, fotocopy agunnan, rekening
pembayaran listrik,
4. Bersedia di survey,
5. Mempunyai agunan/jaminan (sertifikat atau BPKB), kecuali
akad qardhul hasan tidak menggunakan agunan.
B. Deskriptif
1. Job Description
Struktur organisasi dibentuk agar dapat memperjelas jalur
komunikasi, wewenang dan tanggung jawab yang memungkinkan adanya
kerjasama yang terkoordinasi antara satu sama lain untuk mencapai satu
tujuan umum perusahaan. Berikut ini komponen struktur organisasi BMT
Tumang:
46
a. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam lembaga
koperasi. Keanggotaan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Koperasi. Keanggotaan koperasi melekat pada diri
anggota sendiri dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain
dengan dalih apapun. Setiap anggota harus tunduk kepada ketentuan
dalam AD/ART Koperasi, peraturan khusus dan keputusan-
keputusan rapat anggota. Tugas Rapat Anggota BMT Tumang antara
lain:
1) Mengevaluasi kinerja Koperasi secara keseluruhan selama 1
(satu) tahun
2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu) tahun kepada
pemangku kepentingan.
Wewenang Rapat Anggota BMT Tumang antara lain:
1) Mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana anggaran dan
Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan
peninjauan Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan.
2) Penetapan pembaian Sisa Hasil Usaha (SHU)
3) Pemilihan dan pengangkatan anggota pengurus (jika masa
jabatannya telah selesai).
Rapat Anggota yang dilaksanakan tiap tahun setelah tutup
buku tahunan disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang biasanya
47
dilaksanakan pada bulan Maret tahun berikutnya dan pelaksanaan
RAT tahun ini dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2017.
b. Pengurus
Pengurus adalah penerima amanat anggota untuk menjalankan
organisasi dan usaha koperasi dengan berlandaskan pada RK–RAPB
(Rencana Kerja–Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja) yang
diputuskan atau ditetapkan dalam rapat anggota. Tugas pengurus
BMT Tumang antara lain :
1) Menyelenggarakan RAT,
2) Menyusun/merumuskan kebijakan umum untuk mendapat
persetujuan Rapat Anggota,
3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk:
a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT Tumang
b) Menentukan da membuat kebijakan strategi BMT Tumang
4) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan
BMT Tumang.
Wewenang pengurus BMT Tumang antara lain:
1) Bersama pengurus yang lain mengangkat, member sanksi dan
memberhentikan pengelola BMT Tumang,
2) Menyetujui/ menolak mengenai:
a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manajer
Utama,
48
b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertibangan dari
sekretaris dan bendahara,
c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang
diusulkan Manajer.
3) Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan Manajer Utama.
c. Pengawas
Pengawasan memiliki peranan mengawai atas aktivitas
koperasi baik tentang keorganisasian ataupun usaha dilakukan
dengan terencana atau mendadak.
1) Pengawas Manajemen
Tugas pengawas manajemen BMT Tumang antara lain:
a) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal
minimal satu kali dalam satu tahun,
b) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola,
penyusunan anggaran dan rencana kerja,
c) Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan
yang tidak dapat diputuskan oleh pengurus.
Wewenang pengawas manajemen BMT Tumang, yaitu
mengawasi dan memeriksa laporan keuangan dan aspek
manajemen lainnya.
2) Pengawas Syariah
Tugas pengawas syariah BMT Tumang antara lain:
49
a) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal
minimal satu kali dalam satu tahun,
b) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap
pengangkatan pengelola, penyusunan anggaran dan rencana
kerja,
c) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang
berkaitan dengan aspek syariah.
Wewenang pengawas syariah BMT Tumang adalah
memotivasi dan memeriksa kegiaan BMT agar sesuai dengan
kaidah syariah Islam.
d. Manajer Utama
Manajer utama adalah orang yang memiliki wewenag yang
tinggi dalam pelaksanaan kegiatan diseluruh cabang BMT Tumang.
Manajer Utama di BMT Tumang adalah Bapak Adib Zuhari, S.Sos,
M.Si. Fungsi Manajer Utama adalah menampung aspirasi, saran,
kritik dan menentukan sikap untuk kemajuan BMT Tumang.
Tugas manajer utama BMT Tumang antara lain :
1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh Pengawas
atau Rapat Anggota,
50
2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT dan
rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota,
3) Menyusun dan meminta persetujuan Pengurus tentang
pembukaan Rekening Bank dan penandatanganan Rekening
simpanan BMT pada Bank secara bersama-sama,
4) Membuat laporan secara periodi kepada pengurus,
5) Menyampaikan laporan keuangan dan laoran tingkat kesehatan
BMT secara periodic kepada Pengawas Manajemen.
Wewenang manajer utama BMT Tumang antara lain:
1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp.
150.000.000,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus dengan
persetujuan Rapat Pengurus.
2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan.
3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
Pengelola.
e. Internal Audit
Internal audit BMT Tumang memiliki peran mengontrol dan
meneliti aliran kas dan pendapatan BMT diseluruh cabang,
sedangkan tugas internal audit BMT Tumang antara lain:
51
1) Pengumpulan data atau informasi mengenai pencatatan,
klarifikasi, penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari
Neraca, Daftar Laba/Rugi, Arus Kas, Perubahan Modal, Car,
serta laporan lain yang diperlukan.
2) Memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur
koperasi telah benar-benar ditaati.
3) Memastikan bahwa semua harta milik koperasi telah
dipertanggung jawabkan dan dijaga dari semua kerugian.
4) Menerima pemberitahuan tentang adanya proses nota debet/nota
kredit.
Wewenang internal audit BMT Tumang antara lain:
1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
mekanisme operasional.
2) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada
manajemen koperasi.
f. Manajer Operasional
Fungsi dari manajer operasional adalah merencanakan,
mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas di
bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal
maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme BMT
khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota BMT.
52
Tugas dari manajer operasional BMT Tumang adalah sebagai
berikut:
1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service
excellence) kepada mitra atau anggota BMT Tumang,
2) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang
ada dalam operasional BMT Tumang,
3) Terarsipnya surat masuk dan keluar serta notulasi rapat
manajemen dan rapat operasional. (Buku Standart Operasional
Prosedur).
Wewenang manajer operasional BMT Tumang antara lain:
1) Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas wewenang,
2) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam
batas weweanang,
3) Melakukan kontrol terhadap kehadiran pengelola,
4) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional.
g. Manajer Marketing
Peran manajer marketing adalah untuk memimpin dan
bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan marketing agar
target perusahaan tercapai. Tugas manajer marketing BMT Tumang
antara lain:
1) Pencapaian target marketing baik funding maupun lending,
53
2) Penyelenggaraan rapat marketing dan penyelesaian
permasalahan ditingkat marketing,
3) Penilaian dan evaluasi kinerja bagian marketing.
Wewenang manajer marketing BMT Tumang antara lain:
1) Memberikan usulan untuk pengembangan pasar,
2) Menentukan target funding dan lending bersama dengan
Manajer Utama.
h. Manajer Cabang
Manajer cabang adalah seorang yang memiliki wewenang
tertinggi di suatu cabang BMT Tuamang. Fungsi dari manajer
cabang adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kepada anggota
serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang diberikan tidak
macet. Adapun tugas manajer cabang BMT Tumang adalah sebagai
berikut:
1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Manajer Utama,
2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT cabang
dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
Manajer Utama,
3) Menyusun dan meminta persetujuan Manajer Utama tentang
peraturan wewenang Komite Pembiayaan,
54
4) Mengajukan usul kepada Manajer Utama tentang jenis atau
produk baru untuk disetujui penggunaannya,
5) Membuat laporan secara periodik kepada Manager Utama.
Wewenang manajer cabang BMT Tumang antara lain:
1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp 25.000.000,-,
dan lebih dari jumlah tersebut harus mendapatkan persetujuan
Manajer Utama,
2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan,
3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
Pengelola BMT cabang.
i. Marketing (Funding dan Finance)
Merupakan salah satu bagian pekerjaan di perbankan yang
memiliki fungsi dan tugas memperkenalkan, mempromosikan,
meluaskan jaringan/relasi, untuk memasarkan produk dana. Adapun
Tugas marketing (funding dan finance) antara lain:
1) Menjalankan tugas lapangan yaitu menawarkan produk BMT.
2) Mengatur rute kunjungan harian.
3) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada
Manajer cabang.
4) Menyimpan dokumen terkait sesuai dengan standar baku.
Wewenang marketing (funding dan finance) antara lain:
55
1) Mengusulkan strategi pemasaran untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
2) Melakukan negosiasi bagi hasil kepada anggota sesuai dengan
kebijaksanaan pemasaran.
j. Kasir/Teller
Fungsi dari teller adalah bertindak sebagai penerima uang dan
juru bayar, serta diharuskannya mengetahui semua jenis pekerjaan.
Adapun tugas teller BMT Tumang antara lain:
1) Menerima atau menghitung uang dan membuat bukti
penerimaan,
2) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah keluar,
3) Melayani dan membayar pengambilan simpanan,
4) Membuat buku kas harian,
5) Bertanggung jawab penuh pada aset BMT yaitu uang brankas,
surat jaminan nasabah dan teller room,
6) Melaporkan hasil progres harian,
7) Membuat input data, daftar kolektibilitas pembiayaan dan surat
akad pembiayaan,
8) Setiap akhir kerja menghitung uang yang ada dan meminta
pemeriksaan kepada manajer cabang.
Wewenang teller BMT Tumang antara lain:
1) Mengatur pola administrasi yang efektif.
56
2) Mengajukan pengeluaran kas kepada manajer cabang.
k. Customer Service (CS)
Customer service atau sering di sebut dengan CS adalah salah
satu pekerjaan yang ada di perbankan atau perkantoran yang
berperan memberikan informasi kepada pengunjung atau nasabah.
Adapun Tugas customer service BMT Tumang antara lain:
1) Memberikan pelayanan paripurna kepada anggota sesuai dengan
tugas dan kewenangannya.
2) Memberikan informasi kepada anggota baik penarikan maupun
penyetoran (simpanan atau angsuran).
Wewenang customer service BMT Tumang antara lain:
1) Mengatur pola administrasi CS yang efektif.
2) Mengusulkan pola pelayanan yang efektif dan efisien kepada
Manajer Cabang.
l. Devisi Maal
Fungsi dari devisi maal adalah menyalurkan pembiayaan
qordhul hasan dengan tanpa bagi hasil untuk masyarakat atau
pedagang kecil miskin dan yang produktif melalui POKUSMA
(Kelompok Usaha Masyarakat).
57
Adapaun tugas tugas dari devisi maal adalah :
1) Melakukan survey untuk pengalokasian dana qordhul hasan
2) Melakukan pembinaan dan pemberian subsidi untuk ustad/guru
TPA
3) Memberikan beasiswa untuk anak SD, SMP dan SMA
4) Membantu kegiatan sosial keagamaan (mengaji, kajian umum,
pembangunan masjid, dll)
5) Memberikan santunan untuk fakir miskin yang dilaksanakan
setahun sekali di bulan ramadhan
6) Memberikan santunan untuk yatim piatu yang dilaksanankan di
bulan muharom
7) Membuat bulletin dakwah
8) Melakukan pembinaan kepada ta’mir masjid FOTAMAS
(Forum Ta’mir Masjid)
Sumber : Draf Program Kerja Divisi Maal KSU BMT Tumang
2. Kondisi SDM KSPPS BMT Tumang
Kondisi Sumber Daya Manusia yang bekerja di BMT Tumang
adalah dengan laki-laki berjumlah 76 orang dan perempuan berjumlah 90
orang, jadi jika semua dijumlah ada 166 orang yang tersebar diseluruh
cabang BMT Tumang.
Karyawan Jumlah
Laki-laki 76
58
Perempuan 90
TOTAL 166
Gambar 3.3. Kondisi SDM BMT Tumang
Berikut salah satu susunan SDM yang berada di BMT Tumang
Pusat:
a. Pengawas Syariah, Pengawas Manajemen dan Pengurus
1) Pengawas Syariah:
a) Drs.H.MunirAsrori
b) H.MS.Zuhri
c) H.AliSya’ni,BA
2) Pengawas Manajemen:
a) H.Soeryanto,SH
b) Edi Darmasto,SE.Akt
c) H.Sismanto.SE
d) H.M.Muchlas,SH.MH
e) Aris Munandar,SE
3) Pengurus:
a) Ketua : Dwi Rochmiathy, S.Pd.M.M.
b) Sekretaris : Rofiq Ridhoni, S.Kep.
c) Bendahara : H.M.Wasil, SE.M.M.
d) Anggota : H.Munawir, A.Ma.Pd.
Nanang Ibrahim, ST
59
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pelatihan di BMT TUMANG
Dalam rangka mendukung terciptanya sumber daya manusia yang handal
dan profesional dalam lembaga keuangan syariah, maka perlu adanya
pelatihan sumber daya manusia. Pelatihan merupakan upaya untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pelatihan
pada umumnya berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau ketrampilan
karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.
Pelatihan memberikan keuntungan secara langsung kepada organisasi,
tepatnya memberikan sejumlah keuntungan dalam bentuk praktek kerja, baik
bagi manajer maupun karyawan. Praktek seperti ini dapat meningkatkan
kerjasama, kreativitas kerja, komunikasi serta berkurangnya krisis
manajemen. Dengan pelatihan karyawan dapat mengetahui lebih jelas apa
sesungguhnya sasaran mereka, menunjukkan kesiapan serta kemampuan
untuk meraih hasil yang lebih baik, meningkatnya ketrampilan mereka dan
juga meningkatnya rasa percaya diri seorang karyawan.
Menyadari akan pentingnya pelatihan bagi asset perusahaan, manajemen
KSPPS BMT Tumang selalu melakukan perbaikan yang berkesinambungan
guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan sumber daya manusia.
Pelatihan menurut manajemen KSPPS BMT Tumang adalah kegiatan
untuk meningkatkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos
60
kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang
dan kualitas pendidikan. (Rencana Strategi KSPPS BMT Tumang).
Kegiatan pelatihan yang ada di BMT Tumang sudah sesuai dengan VISI
dan MISI yang sudah dijabarkan diatas. Dengan tujuan pelatihan yang ada di
BMT Tumang sudah mewakili VISI dan MISI BMT Tumang yaitu
membangun kualitas SDM yang tangguh, profesional dan berdaya saing
tinggi.
1. Tujuan Pelatihan
Bedasarkan hasil wawancara dengan Sigit Prihantoro, S.Psi selaku
Divisi Personalia pada tanggal 10 Mei 2017, tujuan pelatihan di BMT
Tumang, antara lain:
a. Pembinaan
Pembinaan diberikan kepada pengelola BMT Tumang, tujuan
dari pembianaan itu sendiri adalah memupuk kesetiaan dan ketaatan,
meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa tanggung jawab,
kesungguhan kerja dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan
sikap dan moral kerja.
b. Peningkatan skill
Tujuan dilaksanakan pelatihan yaitu peningkatan skill yang akan
berimbas kepada kinerja pengelola. Dengan peningkatan skill
diharapkan akan meningkatkan kualitas kerja.
61
c. Pencapaian target
Dengan diadakannya pelatihan target yang akan dicapai setiap
tahunnya diharapkan meningkat, dengan begitu pancapaian target
tesebut akan berimbas untuk kemajuan BMT Tumang.
d. Membantu memecahkan masalah operasional
Berdasarkan kajian teoritik menurut Mangkunegara (2016: 52) dan
hasil wawancara tentang tujuan pelatihan diatas, maka tujuan pelatihan
yang ada di BMT Tumang sudah sesuai dengan teori. Semua tujuan
pelatihan di BMT Tumang sudah mencangkup semua yang diutarakan
oleh Mangkunegara dan Simamora. Namun tujuan pelatihan sendiri
hanya dilakukan untuk jangka pendek, berbeda dengan pengembangan
yang bertujuan untuk jangka panjang.
2. Macam-macam Pelatihan
Pelatihan wajib diikuti pengelola, baik pengelola baru maupun
pengelola lama. Di KSPPS BMT Tumang dapat dibagi menjadi dua
macam, antara lain: Bagi pengelola baru wajib mengikuti pelatihan on
the job training, yaitu pelatihan yang berbentuk penugasan pengelola
yang telah berpengalaman (senior) untuk membimbing atau mengajarkan
kepada pengelola baru. On the job training ini berlangsung selama 3
bulan. Sedangkan Pelatihan yang diberikan kepada pengelola lama
adalah Pelatihan Keterampilan (skill), Pelatihan Pengetahuan
(knowledge), Pelatihan Sikap (attitude). Berikut adalah penjelasannya:
62
a. Pelatihan ketrampilan adalah sebuah pelatihan mengenai pengenalan
dan pendalaman ketrampilan seseorang baik secara teknis (hard
skill) maupun bersifat pengembangan pribadi (soft skill). Pelatihan
ini bertujuan untuk menambah pengetahuan maupun skill karyawan.
Yang termasuk dalam Pelatihan Ketrampilan adalah:
1) Pelatihan Teller meliputi menghitung uang dengan cepat,
pelayanan nasabah (performance), accounting.
Pelatihan Teller rutin setiap bulan dan dilakukan di Aula
KSPPS BMT Tumang Kantor Pusat. Pelatihan Teller diisi oleh
Trainers dari dalam dan luar. Namun sudah hampir satu tahun
ini BMT Tumang memilih menggunakan trainers dari dalam
yang mana jikalau dari dalam mampu memahami sifat dan
karakter dari pengelola tersebut. Sehingga dapat memberikan
materi yang tepat sesuai kebutuhan. Pelatihan ini sangat
berpengaruh terhadap kinerja Teller. Teller mampu melayani
nasabah dengan ramah, cepat dan benar
2) Pelatihan Marketting meliputi pelatihan Marketing Hipposelling
dan Bestselling
Pelatihan Hipposelling adalah menjual produk dengan
dengan sentuhan perasaan sedangkan Bestselling adalah menjual
produk dengan keadaan tertentu. Pelatihan Marketing juga rutin
diadakan setiap bulan sekali (Wawancara dengan Fauziatul
Aliyah, S.Psi selaku divisi marketing pada 12 Juni 2017).
63
3) Pelatihan Pimpinan berdasarkan standard. Dan standard tersebut
sudah sesuai dengan modul kepemimpinan. Misalnya pelatihan
manajemen resiko, pelatihan kepemimpinan dan pengembangan
diri. Pelatihan pimpinan diadakan setiap 3 bulan sekali atau
hampir setiap 2 minggu sekali ada. (wawancara dengan Hadziq
Nastain, S.Hi selaku Manajer Cabang Ampel, 12 Juli 2017).
b. Pelatihan Pengetahuan (knowledge)
1) Beberapa indikator utama secara individual, antara lain:
a) Mengisi waktu untuk membaca buku yang berkaitan dengan
ke-BMT-an maupun aspek syariah.
b) Menghadiri kajian-kajian yang berkaitan dengan ke-BMT-
an maupun aspek syariah, baik sebagai peserta maupun
pemateri.
c) Menayakan kepada orang lain yang mempunyai
pengetahuan untuk menambah kekayaan ilmunya.
2) Indikator utama secara organisasional, antara lain:
mengikutsertakan dalam program pelatihan, workshop, seminar,
studi banding, diskusi, dll.
c. Pelatihan Sikap (attitude)
1) Indikator utama secara individual, antara lain:
a) Berperilaku positif dalam menghadapi pekerjaan.
b) Berdo’a dan membaca bismillah pada saat akan memulai
pekerjaan.
64
c) Menyiapkan untuk menghentikan pekerjaan pada saat
masuk sholat untuk melaksanakan sholat berjamaah.
d) Memperlakukan benda kerja dengan baik serta
menempatkannya sesuai dengan tempatnya.
e) Shidiq, amanah, fathonah, dan tabliq.
f) Berdo’a dan membaca hamdallah pada saaat mengakhiri
pekerjaan.
2) Indikator utama secara organisasional, antara lain:
a) Memberikan pemahaman dan contoh untuk beberapa hal
antara lain: kedisiplinan, tanggungjawab, kerjsama,
prakarsa, dan sadar biaya.
b) Membuat budaya kerja yang dipahamkan kepada seluruh
personil untuk dilaksanakan.
c) Memonitor implementasi budaya kerja dan memberikan
pengarahan apabila ada pelanggaran yang ada unsur
kesengajaan.
d) Melibatkan personil dalam kegiatan kemasyarakatan yang
mempunyai nilai agama/ibadah.
3. Jenis-jenis Pelatihan
Jenis pelatihan yang dilakukan di BMT Tumang dibedakan antara
pengelola baru dan pengelola lama dan juga untuk jangka waktu. Untuk
waktu atau jangka pelatihan itu sendiri berbeda-beda setiap devisi.
65
a. Pengelola Baru
Untuk pengelola baru pelatihannya dilakukan selama 3 bulan
full, dan pemberian materi pelatihan selama 1 minggu yaitu minggu
pertama. Berikut jenis-jenis pelatihannya meliputi:
1) Etos Kerja Islami
2) Undang-Undang Koperasi
3) Ekonomi Islam
4) Service Axcellent
5) Strategi Marketing
6) Product Knowledge Funding
7) Product Knowledge Finance
8) Tugas Pokok dan Fungsi Kasir dan CS, BO
9) Baitul Maal
10) SOP dan SOM
b. Pengelola baru untuk menjadi pengelola
Jadwal pengelola baru untuk menjadi pengelola sesuai dengan
koordinasi, yaitu:
1) Untuk bagian Funding pelatihan dilakukan setiap satu bulan
sekali, pelatihan-pelatihan tersebut meliputi:
a) Karakter Marketing Finace
b) ALMA
c) Teknik dan Analisa Survey
d) Aqad
66
e) Collecting (penagihan)
f) Pembiayaan Bermasalah (NPF)
2) Untuk bagian Finance pelatihan dilakukan setiapsatu bulan
sekali, pelatihan-pelatihan tersebut meliputi:
a) Kelembagaan
b) Leadership
c) RENSTRA
d) Manajemen Konflik
e) Dasar-dasar Manajemen
f) Manajemen Pemasaran
g) ALMA
h) Teknik dan Analisa Survey
i) Legal Pembiayaan
j) Appraisal
k) Aqad
l) Pengendalian Internal
m) Manajemen Resiko
n) Pengamanan Asset dan Infrastruktur
o) Penilaian Kesehatan
p) RAB
q) Teknik Negoisasi
r) Kemitraan
s) Sinergi Maal dan Tanwil
67
t) Service Excellent
u) Kepatuhan dan Kode Etik
3) Bagian Teller pelatihan dilakukan 2 bulan sekali dan diwaktu
weekend.
(sumber: wawancara dengan Sigit Prihantoro, S.Psi devisi Personalia, 10
Mei 2014)
4. Perencanaan Kebutuhan Pelatihan
Kebutuhan pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan
wawasan dan intelektualitas pengelola yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Perencanaan kebutuhan pelatihan dilaksanakan berdasarkan
analisis kebutuhan dengan memperhatikan, antara lain:
a. Orientasi pengelola baru
Untuk memperkenalkan BMT beserta usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah, minimal berkaitan dengan:
1) Undang-Undang Perkoperasian dan peraturan terkait
2) Organisasi dan kelembagaan BMT
3) Prinsip-prinsip muamalah BMT
4) Baitut-tanwil: permodalan, produk, pembiayaan, bagi hasil, dll.
b. Tuntutan jabatan
Untuk memenuhi tuntutan jabatan yang membutuhkan
setifikasi sebagai persyaratan BMT oleh Badan/Lembaga yang
berwenang atau membawahi BMT.
68
c. Prestasi kerja
Untuk memenuhi kekurangan pengetahuan/keterampilan
berdasarkan penilaian kinerja pengelola (PKP) dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawab jabatan.
d. Perkembangan BMT
Untuk memenuhi kebutuhan BMT seiring dengan
perkembangan teknologi/ilmu/lainnya.
e. Pengembangan profesi
Pada dasarnya lebih diutamakan bagi pengelola yang disiapkan
untuk menduduki posisi di bidang lain yang bersifat promosi. Oleh
karenanya harus dipilih pengelola yang memiliki potensi, etos kerja,
integritas, serta loyalitas yang tinggi, dengan mempertimbangkan
penilaian kinerja pengelola (PKP).
f. Kemampuan finansial BMT
Seluruh program pelatihan harus berdasarkan kemampuan
finansial BMT.
g. Setifikat
Merupakan bukti kepesertaan dalam setiap pelatihan yang
telah diikuti. Oleh karenanya pelatihan yang diselenggarakan oleh
internal harus diterbitkan sertifikat atau bukti kepesertaannya.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh eksternal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di lembaga penyelenggara.
69
Pelatihan harus direncanakan pada tahun anggaran yang akan
datang minimal memuat data-data sebagai berikut:
1) Jenis pendidikan dan pelatihan
2) Estimasi jumlah peserta
3) Estimasi jumlah anggaran
4) Estimasi waktu (bulan) pelaksanaan.
Program pelatihan dapat dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan efisiensi dan efektifitas serta persyaratan lain yang
diperlukan, terdiri dari:
1) Internal, yaitu:
a) Dengan narasumber atau instruktur dari lingkungan BMT
b) Dengan narasumber atau instruktur dari luar BMT. Untuk hal
ini BMT dapat mengikutsertakan lebih banyak pengelola
yang serumpun, dan bahkan mengajak dari BMT lain untuk
bergabung
c) Eksternal, yaitu dengan mengirimkan seseorang ke lembaga
lain yang berkompeten.
Untuk KSPPS BMT Tumang sekarang lebih memilih pelatihan
yang dilakukan mandiri atau dengan narasumber atau instruktur dari
lingkungan BMT. Alasan mengapa lebih memilih pelatihan yang
dilakukan sendiri karena lebih efektif dan efisien dan yang paling penting
adalah pihak BMT lebih mengetahui kebutuhan dari setiap karyawannya
dengan baik. Sehingga untuk narasumber atau instruktur akan lebih
70
mudah memberikan materi yang cocok sesuai dengan kebutuhan
karyawan itu sendiri. (wawancara dengan Sigit Prihantoro, S.Psi selaku
Divisi Personalia pada tanggal 10 Mei 2017).
Namun untuk pelatihan seperti motivasi biasanya dari luar dan itu
mencangkup semuanya dan manajer. Penguatan manajer cabang atau
marketing finance, funding termasuk pengelola baru dari dalam. Kalau
melibatkan pihak luar biasanya manajemen, study banding. (wawancara
dengan Hadziq Nastain,S.Hi selaku Manajer Cabang Ampel 12 Juni
2017).
Dalam hal merancang materi yang dilakukan oleh BMT Tumang
dilakukan secara mandiri dengan narasumber atau instruktur dari
lingkungan BMT itu sendiri dilakukan oleh tim Direksi dan Personalia.
Waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan materi juga tergantung dari
kebutuhan karyawan itu sendiri. Namun biasanya paling cepat bisa
dilakukan hanya dalam kurun waktu satu minggu dan paling lama dengan
kurun waktu satu bulan.
71
5. Langkah-langkah Pelatihan
Gambar 4.1. Langkah-langkah Pelatihan
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
dalam pelaksanaan pelatihan adalah:
a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
Menyiapkan kebutuhan pengelola dalam pelatihan dengan cara
evaluasi prestasi, analisis persyaratan kerja, analisis organisasi
hingga survei sumber daya manusia. Hal tersebut digunakan agar
sesuai dengan pelatihan apa yang dibutuhkan oleh pengelola sesuai
dengan tuntutan perusahaan untuk mengatur keseimbangan
pengalaman dan pemahaman.
Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan
Tujuan Pelatihan
Merencanakan dan Mengembangkan
Program Pelatihan
Implementasi Program
On The Job Training Off The Job Training
Evaluasi dan Monitoring
72
b. Menentukan tujuan program pelatihan
Dalam hal ini perusahaan menentukan tujuan dari program
pelatihan, yaitu apakah pelatihan tersebut sudah sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkan perusahaan, apakah program yang
diberikan sesuai dengan pendidikan, pengalaman serta motivasi bagi
peserta.
c. Merencanakan dan mengembangkan program pelatihan
Setelah tujuan program pelatihan diketahui, maka ada baiknya
perusahaan perlu merencanakan dan mengembangkan program ini.
Hal ini merupakan proses persiapan dan pengendalian untuk
melakukan program pelatihan.
d. Implementasi Program
Perusahaan perlu mendorong peserta pelatihannya agar
mencapai keberhasilan dalam pelatihan tersebut, yaitu dengan
memberikan berbagai macam metode pelatihan yang dibutuhkan
oleh pengelola meliputi metode on the job training dan off the job
training.
e. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk meninjau apakah pengelola
setelah melakukan pelatihan mengalami perubahan yaitu:
berkembang, sama sebelum pelatihan atau menurun. Sistem evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelatihan yang telah
dilaksanakan BMT mengadakan evaluasi secara berkesinambungan
73
pada periode waktu tertentu. Kegiatan evaluasi efektifitas pelatihan
meliputi evaluasi terhadap program, instruktur, peserta, dll.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kajian teoritik menurut
Dessler (2013: 273), langkah-langkah pelatihan yang berada di BMT
Tumang sudah sesuai dengan teori, kelebihan di BMT Tumang lebih
detail apa yang perlu dibutuhkan dari hal kecil sekalipun, misalnya dari
seorang pengelola yang lemah dalam hitung-hitugan maka diberikan
pelatihan sesuai yang dibutuhkan atau dilihat kurang oleh manager
cabang. Maka secara langsung manager cabang akan menganalisis dari
kelemahan pengeolola tersebut.
6. Database Pelatihan
Bersumberkan dari Standart Operasinal Manajemen (SOM), untuk
memelihara data pelatihan harus disiapkan sistem database yang
terintegrasi dengan memuat data-data, antara lain:
a. Mulai (tanggal mulai dilakukan pelatihan)
b. Akhir (tanggal akhir dilakukan pelatihan)
c. NIP (Nomor Induk Pengelola)
d. Nama (nama pengelola yang dilakukan pelatihan)
e. Jabatan
f. Kode Pelatihan (dibuat kode untuk mempermudah membedakan)
g. Jenis Pelatihan (judul/topik/subyek pelatihan)
h. Penyelenggara (lembaga yang melakukan pelatihan)
i. Kota (nama kota lembaga berada)
74
j. Biaya (biaya yang dikeluarkan untuk setiap personil, dan apabila
kolektif harus dibagi ke setiap personil)
Dan yang bertanggungjawab atau berkewajiban memelihara
database pelatihan adalah Departemen Personalia.
B. Kendala-kendala dalam Program Pelatihan
Kendala merupakan suatu hamabatan atau gangguan yang timbul dalam
pelaksanaan pelatihan baik itu yang sifatnya internal maupun eksternal.
Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program pelatihan KSPPS BMT
Tumang antara lain :
1. Waktu / Jadwal
Kendala yang pertama dihadapi di BMT Tumang adalah waktu.
Dimana waktu pelatihan sangat minim dikarenakan banyak agenda,
seperti pengajian, pertemuan workshop, gebyar cabang yang
mengharuskan setiap marketing untuk terjun secara langsung. Dan juga
karena semakin jam terbang yang tinggi sehingga susah untuk mengatur
waktu yang disibukkan dengan agenda-agenda dari pusat maupun
cabang.
2. Peserta pelatihan mempunyai latar belakang yang tidak sama, atau
heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalam kerjanya, dan
usianya. Hal ini menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan
pelatihan karena daya tangkap persepsi dan daya nalar mereka terhadap
materi yang diberikan berbeda.
75
3. Pelatih atau trainer
Pelatih atau trainer yang ahli dan cakap menstranfer pengetahuannya
kepada peserta pelatihan sulit didapat. Akibatnya sasaran yang
diinginkan tidak tercapai, misalnya ada pelatih yang ahli dan pintar
tetapi tidak dapat mengajar dan berkomunikasi secara efektif atau
teaching-skill nya tidak efektif, sehingga banyak peserta yang harus
berfikir dua kali untuk menelaah materi yang disampaikan
Kendala yang dihadapi oleh BMT Tumang ada beberapa yang berbeda
dengan teori. Kendala yang paling menonjol dihadapi di BMT Tumang
lebih ke waktu untuk pelatihan itu sendiri dikarenakan BMT Tumang
merupakan masa akselerasi yaitu masa percepatan untuk berkembang dan
berkembang.
C. Kebijakan-kebijakan dalam Mengatasi Kendala
Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mengatasi kendala program
pelatihan antara lain:
1. Pematangan materi di cabang
Tidak semuanya tugas dilimpahkan di HRD atau personalia, yang
wajib mematangkan SDM untuk menduduki job-job baru adalah manajer
cabang. Secara materi dan sebagainya dilakukan pematangan dicabang,
dengan cara job description, perintah-perintah manajer cabang,
penguatan di meeting pagi. (wawancara dengan Hadziq Nastain,S.Hi
selaku Manajer Cabang Ampel Manajer Cabang Ampel, 12 Juni 2017).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, upaya pematangan materi di
76
cabang dilakukan agar lebih efektif karena manajer secara langsung
mampu mengarahkan bawahannya sesuai dengan sasaran. Pematangan
materi di cabang lebih efisien dalam hal waktu karena setiap pagi
diadakan meeting, jika ada permasalahan dapat disampaikan secara
langsung dan dapat dipecahkan bersama-sama. Apabila pematangan
materi semuanya dilakukan di pusat itu akan menimbulkan kendala baru
yaitu sulitnya mengkoordinir semua peserta pelatihan dalam satu waktu
dimana BMT Tumang yang sekarang ini memiliki banyak cabang dan
berbeda wilayah.
2. Harus adanya standard trainer, sehingga tidak hanya satu trainer saja
yang menonjol. Dengan begitu peserta akan antusias dan tidak mudah
jenuh untuk mengikuti pelatihan dan tujuan dari pelatihan tersebut dapat
tercapai sesuai tujuan BMT Tumang itu sendiri.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis kualitatif
adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan pada KSPPS BMT Tumang dilakukan untuk menambah
keterampilan, pengetahuan dan sikap. Pelatihan tersebut dilakukan
secara berkesinambungan guna meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan pengelola. Pelatihan wajib diikuti pengelola, baik
pengelola baru maupun pengelola lama. Di BMT Tumang dapat dibagi
menjadi dua macam, bagi pengelola baru wajib mengikuti pelatihan on
the job training, yaitu pelatihan yang berbentuk penugasan pengelola
yang telah berpengalaman (senior) untuk membimbing atau
mengajarkan kepada pengelola baru. On the job training ini
berlangsung selama 3 bulan. Sedangkan Pelatihan yang diberikan
kepada pengelola lama adalah Pelatihan Keterampilan (skill), Pelatihan
Pengetahuan (knowledge), Pelatihan Sikap (attitude).
4. Kendala yang dihadapi saat pelatihan adalah waktu/jadwal, peserta
pelatihan mempunyai latar belakang yang tidak sama, Pelatih atau
trainer.
3. Kebijakan yang diambil untuk mengatasi kendala pelatihan di BMT
Tumang antara lain: Pematangan materi di cabang, harus adanya standart
trainer.
78
4. Pelatihan itu penting dilakuan untuk meningkatkan produktivitas kerja,
meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan sikap moral dan semangat
kerja, meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi
secara maksimal, meningkatkan perkembangan pribadi karyawan.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai
berikut:
1. Perlunya Penelitian, riset dan pembahasan yang lebih mendalam mengenai
Sumber daya manusia pada Lembaga Keuangan Syariah. Karena SDM
merupakan tolak ukur keberhasilan Lembaga Keuangan syariah yang sedang
berkembang saat-saat ini.
2. Untuk pelatih atau trainer setidaknya sesuai dengan kondisi peserta
pelatihan atau standart trainer dibuat sama, sehingga tidak hanya satu
trainer saja yang menonjol. Dengan begitu peserta akan antusias dan
tidak mudah jenuh untuk mengikuti pelatihan dan tujuan dari pelatihan
tersebut dapat tercapai sesuai tujuan BMT Tumang itu sendiri.Dengan
sedikit permainan seperti ice breaking, maka semangat itu akan tumbuh
lagi dengan adanya sedikit refreshing.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
Jakarta. Gema Insani
Balawa, Gede Wasi. Wayan Bagia, Wayan Suwendra. “Analisis Kebutuhan
Pelatihan Karyawan”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen”. Vol. 4. No. 1 : 21-24.
Deasler, Gary. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.Global
Edision.
Endayani, Fatmasari. Djamhur Hamid, Mochamad Djudi. “Pengaruh
Pelatihan Kerja Terhadap Kemampuan Kerja dan Kinerja Karyawan PT.
BPRS Bumi Rinjani Kepanjen”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol.
25. No. 1: 1-7.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta. Andi.
Kambey, Fendy Levy. Suharmono. ”Pengaruh Pembinaan, Pelatihan dan
Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi Terhadap Kinerja
Karyawan PT Njonja Meneer Semarang”. Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi”. Vol. 10. No. 2: 142-151.
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya ManusiaEdisi
kedua. Yogyakarta. BPFE UGM.
Hartatik, Indah Puji. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Jogjakarta.
Laksana.
Ike, Rachmawati. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
Andi.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Perencanaan dan Pengembangan
Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. PT Refika Aditama
Mangkuprawira, Sjafri. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
Bogor. Ghalia Indonesia.
Mathis, Robert L dan Jackson.2009. Sumber Daya Manusia. Jakarta. Salemba
Empat.
80
Mondy, RW.2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Erlangga.
Nugraha, Andi. 2005. “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kemampuan Karyawan
dan Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan”. Moderenisasi, Vol. 1. No.
2: 75-93.
Panggabean, Mutiara. S, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor.
Ghalia Indonesia.
Poerwadaminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka.
Putri Riskiyani, pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan Bank Syariah
Mandiri Pekalongan,Tugas Akhir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN), Pekalongan, 2007.
Procton, J.H. dan Thornton W.M. (Diterjemahkan Mulyana Suganda). 1983.
Latihan Kerja. Jakarta. Bina Aksara.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT
Bumi Aksara
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
STIE YKPN.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
STIE YKPN.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta.
FE UI.
Suartana, Putu Edi. Wayan Bagia. Wayan Suwendra. 2016. “Analisis
Dampak Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan”. E-Journal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4. No. 2 : 54-56.
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Lux. Semarang. Widya Karya.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Widad Ridlotil Fatikha
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 16 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Bendo RT 03 RW 05, Candi, Ampel, Boyolali
No. HP : 085858240430
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 2 Ampel , Lulus Tahun 2007
2. SMP Negeri 2 Ampel , Lulus Tahun 2010
3. SMK Negeri 1 Tengaran , Lulus Tahun 2013
4. D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga , Lulus Tahun 2017
Boyolali, 19 Juli 2017
Widad Ridlotil Fatikha
Top Related